kontribusi self efficacy terhadap state anxiety pada
TRANSCRIPT
Universitas Jenderal Achmad Yani | 57
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
KONTRIBUSI SELF EFFICACY TERHADAP STATE ANXIETY
PADA MAHASISWA YANG MENYUSUN SKRIPSI DI FAKULTAS
PSIKOLOGI UNJANI
Afini Freudwi Asri, Linda Ernawati, Muhammad Dwi Atmojo
Fakultas Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani
Kata Kunci: self efficacy, state anxiety, mahasiswa
A B S T R A K
Pada mahasiswa tingkat akhir, penyusunan skripsi merupakan salah satu
tugas yang wajib dilakukan dalam rangka memperoleh gelar sarjana.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kontribusi self-efficacy
terhadap state anxiety pada mahasiswa yang menyusun skripsi di Fakultas
Psikologi UNJANI periode 2019-2020. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Teori self-ffficacy dari Bandura (1997). Ia
menyatakan terdapat 3 dimensi dari self-efficacy yaitu: level, strength, dan
generality. Sedangkan Teori Anxiety yang digunakan dari Spielberger
(1996). Komponen dari anxiety sendiri terdiri dari : tension,
nervoussness, worry, dan apprehension. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif, dengan pengukuran kuantitatif. Sampel berjumlah
127 mahasiswa, yang diambil dengan menggunakan teknik simple
stratified random sampling. Data diperoleh melalui 2 alat ukur, yaitu alat
ukur self efficacy yang disusun sendiri oleh peneliti, dan STAI (State Trait
Anxiety Inventory) dari Spielberger (1996). Pengujian reliabilitas alat
ukur self-efficacy menggunakan Alpha Cronbach dengan hasil 0.953. Alat
ukur State Anxiety menggunakan STAI (State Trait Anxiety Inventory)
memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,940. Data dianalisa menggunakan
regresi linier sederhana dengan bantuan SPSS 20. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa self-efficacy berpengaruh secara signifikan terhadap
state anxiety mahasiswa yang menyusun skripsi di Fakultas Psikologi
UNJANI periode 2019-2020.
Universitas Jenderal Achmad Yani | 58
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
PENDAHULUAN
Menyusun skripsi merupakan salah
satu tugas dari mahasiswa dalam rangka
menyelesaikan pendidikannya di perguruan
tinggi. Skripsi sendiri merupakan karya
tulis yang disusun menurut kaidah
keilmuan dibawah pengawasan atau
pengarahan dosen pembimbing. Skripsi
dibuat sebagai salah satu persyaratan
menyelesaikan program studi (Buku mutu
mata kuliah skripsi Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani, 2020).
Oleh karena itu, hanya mahasiswa semester
akhir yang telah memenuhi persyaratan
dapat mengambil mata kuliah skripsi.
Dalam menyusun skripsi sendiri,
mahasiswa akan menjalani suatu proses
yang tidak sebentar. Seringkali pula dalam
proses mengerjakan skripsi, mahasiswa
mengalami kendala ataupun hambatan.
Kendala dan kesulitan yang umum terjadi
pada mahasiswa tingkat akhir dalam
penyusunan skripsi adalah kesulitan dalam
menemukan judul yang tepat dan sesuai
menurut dosen pembimbing, kesulitan
untuk merumuskan atau menentukan suatu
masalah, kesulitan dalam mencari bahan
referensi, terbatasnya dana, timbulnya rasa
malas sehingga sering menunda-nunda
untuk mengerjakannya, takut bertemu
dosen pembimbing, subjek penelitian yang
susah didapatkan dan mengalami kesulitan
dalam menuangkan ide kedalam bahasa
ilmiah (Ramadhan dkk, 2019).
Berbagai kendala dan kesulitan saat
proses penyusunan skripsi dapat berpotensi
mempengaruhi kondisi psikologis
mahasiswa yang sedang mengerjakan
skripsi seperti frustrasi, terkadang bisa
sampai stres, merasa rendah diri, hilangnya
semangat dan motivasi yang menimbulkan
rasa malas untuk mengerjakan skripsi,
hingga ada yang sampai tidak mampu untuk
menyelesaikan skripsinya, bahkan akibat
dari kesulitan-kesulitan yang dirasakan
tersebut berkembang menjadi sikap yang
negatif yang akhirnya dapat menimbulkan
suatu kecemasan pada mahasiswa (Hidayat
2013, dalam Ramadhan dkk 2019).
Dalam mengatasi kecemasan, seseorang akan
sangat dipengaruhi oleh keyakinan individu tersebut
dalam menghadapi suatu masalah. Keyakinan
mengenai kemampuan diri tersebut dikenal dengan
konsep self-efficacy. Dimana self-efficacy dinyatakan
sebagai keyakinan individu akan kemampuan dirinya
untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang
diperlukan untuk menghasilkan pencapaian yang telah
ditentukan (Bandura 1997, dalam Tri Astuti Nur’aini,
2018).
Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi akan
cenderung menganggap masalah sebagai suatu
tantangan bukan sebagai beban. Mahasiswa yang
memiliki keyakinan diri akan kemampuannya yang
tinggi maka individu tersebut akan mampu mengatasi
kecemasannya ketika mengerjakan skripsi ( Tri Astuti
Nur’aini, 2018:3). Hal ini pun di dukung oleh hasil
penelitian Winda Septa Riani & Yuli Azmi Rozali
(2014) menunjukan bahwa ada hubungan negatif yang
signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan pada
saat presentasi. Hal ini mengandung arti bahwa
semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki mahasiswa
saat presentasi maka semakin rendah kecemasan yang
dimiliki mahasiswa. Demikian pula sebaliknya
semakin rendah self-efficacy yang dimiliki semakin
tinggi kecemasan yang di miliki.
Menurut Spielberger (1972), kecemasan yaitu
reaksi emosional yang tidak menyenangkan terhadap
bahaya yang nyata atau imaginer yang disertai dengan
perubahan pada system saraf otonom dan pengalaman
subyektif sebagai tekanan, ketakutan, dan kegelisahan.
Timbulnya kecemasan yang dirasa bagi mahasiswa
pada saat menyusun skripsi, dikaitkan dengan teori
Spielberger mengenai anxiety. Maka menurut
Spielberger dalam teorinya disebut sebagai suatu reaksi
kecemasan sesaat. Kecemasan sesaat
dikonseptualisasikan sebagai munculnya perasaan
tidak senang, perasaan tegang dan perasaan takut yang
disertai dengan adanya peningkatan aktivitas sistem
saraf otonom (Spielberger, 1972). Durasi dan besarnya
kecemasan yang muncul tergantung pada besarnya
ancaman yang dirasakan mahasiswa sesuai dengan
situasi yang di hadapinya. Timbulnya kecemasan dapat
di pengaruhi oleh stimulus eksternal atau internal yang
dirasakan mengancam atau membahayakan individu
tersebut. Jadi, proses dalam menyusun skripsi
merupakan stimulus eksternal yang akan di persepsikan
Universitas Jenderal Achmad Yani | 59
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
oleh mahasiswa yang sedang menyusun
skripsi. Sedangkan stimulus internal
berasal dari dalam diri mahasiswa ketika
menyusun skripsi.
Penyusunan skripsi merupakan
aktivitas yang di dalamnya terdapat
tuntutan yang mengakibatkan mahasiswa
untuk dapat memiliki keyakinan mengenai
kemampuannya dirinya dalam menyusun
skripsi yaitu memiliki self-efficacy.
Dengan memiliki self-efficacy maka
mahasiswa dapat menampilkan prilaku
yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Menurut Bandura (1997) Self-
efficacy merupakan keyakinan seseorang
akan kemampuan dirinya untuk mengatur
dan melaksanakan tindakan yang
diperlukan untuk menghasilkan pencapaian
yang ditentukan.
Dalam proses penyusunan skripsi
diperlukannya self-efficacy bagi
mahasiswa agar dapat mengatasi masalah
atau tuntutan. Ketika mahasiswa kurang
yakin dengan kemampuannya maka akan
merasa adanya tuntutan dalam aktivitas
menyusun skripsi sebagai kondisi yang
mengancam. Dengan adanya keyakinan
yang tinggi terhadap kemampuan diri
diharapkan mahasiwa yang menyusun
skripsi dapat mengatasi segala hambatan
dan memberikan hasil yang baik.
Adanya self-efficacy pada mahasiswa
diharapkan dapat mengurangi kecemasan
yang dirasakan dalam menghadapi
penyusunan skripsi. Berdasarkan dari
penelitian-penelitian sebelumnya meneliti
mengenai hubungan antaran self-efficacy
dengan kecemasan, maka peneliti ingin
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh self-efficacy terhadap kecemasan
sesaat dalam proses penyusunan skripsi
pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi Self-Efficacy Menurut Bandura (1997) self efficacy
didefinisikan sebagai : “ Perceived self efficacy
refers to beliefs in one’s capabilities to organize and execute
the coures of action required to produce given attainments”.
Self efficacy merupakan keyakinan seseorang akan
kemampuan dirinya untuk mengatur dan melaksanakan
tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian
yang ditentukan (Bandura, 1997).
2. Dimensi Self-Efficacy
Menurut Bandura (1997) self efficacy pada diri tiap
individu akan berbeda antara satu individu dengan
yang lainnya berdasarkan tiga dimensi. Berikut ini
adalah tiga dimensi tersebut :
a. Tingkat kesulitan tugas (Level)
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas
ketika individu merasa mampu untuk melakukannya
atau mengatasinya. Apabila individu dihadapkan pada
tugas-tugas yang disusun menurut tingkat
kesulitannya, maka self efficacy individu mungkin
akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang,
atau bahkan meliputi tugas-tugas yang paling sulit,
sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk
memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada
masing- masing tingkat. Ketika seseorang memiliki
self efficacy tinggi maka dengan mudah akan merasa
tidak ada kesulitan dalam menyelsaikan tugas dan
dapat menguasai keterampilan yang di perlukan.
Sebaliknya jika seseorang memiliki self efficacy yang
rendah maka akan merasakan kesulitan dalam
menyelesaikan dan menghindar dari tugas. Dimensi ini
mengacu pada persepsi individu mengenai taraf
kesulitan tugas yang diyakini individu akan mampu
dilakukan atau menghindar dari tugas.
b. Dimensi kekuatan (strength)
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan yang
dimiliki oleh individu mengenai kemampuan yang
dimilikinya. Kekuatan yang lemah akan mudah
digoyahkan oleh pengalaman yang tidak mendukung.
Sebaliknya, kekuatan yang tinggi mendorong individu
akan tetap bertahan dalam usahanya. Dimensi ini
mengacu pada tingkat kekuatan individu terhadap
keyakinan yang dibuatnya atau dimilikinya. individu
yang memiliki strength yang tinggi akan miliki
keyakinan yang kuat mengenai ketahanan dan tidak
mudah frustasi dalam menghadapi hambatan dan
sebaliknya ketika seseorang memiliki strength yang
rendah maka akan merasakan frustrasi atau tidak tahan
dengan hambatan yang ada.
Universitas Jenderal Achmad Yani | 60
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
c. Dimensi Generalisasi (generality)
Dimensi ini berkaitan dengan bagaimana
seseorang menggeneralisasikan tugas-tugas
yang mana individu tersebut merasa yakin
terhadap kemampuannya dalam
menghadapi suatu tugas atau sebaliknya
yang akan menjadi hambatan. Individu
dapat merasa yakin terhadap kemampuan
dirinya. Ketika pengalaman sebagai suatu
pelajaran berharga bagi dirinya atau
menjadikan sebagai kegagalan dan
hambatan bagi dirinya. Dimensi generality
merupakan suatu konsep bahwa self
efficacy seseorang tidak terbatas pada
situasi yang spesifik atau tertentu saja.
Namun, dimensi ini juga mengacu pada
variasi situasi di mana penilaian tentang
self efficacy dapat diterapkan. Generality
yang tinggi akan menggunakan
pengalaman sebagai cara atau hal yang
berharga untuk mencapai keberhasilan di
dimasa mendatang. Sebaliknya jika
generality rendah akan cenderung tidak
mampu dalam menggunakan
pengalamannya dan menjadi hambatan atau
kegagalan untuk meraih keberhasilan.
3. Definisi Kecemasan (anxiety)
Menurut Spielberger (1996)
mengemukakan kecemasan adalah
“As a signal of danger, anxiety is
accompried by a host of interrelated
somatic procese which are in the nature of
activity preparatory to emergency ation”.
Kecemasan merupakan tanda
datangnya bahaya, kecemasan merupakan
pengantar yang terhubung dengan proses
somatik yang dimana dalam aktifitas dari
situasi yang membahayakan, dalam arti
bahwa bahaya datang maka dalam diri
individu akan terjadi proses untuk mampu
menyeimbangkan kondisi dari luar
lingkungan.
Kecemasan menurut Speilberger
(1972) yaitu reaksi emosional yang tidak
menyenangkan terhadap bahaya yang nyata
atau imaginer yang disertai dengan
perubahan pada system saraf otonom dan pengalaman
subyektif sebagai tekanan, ketakutan, dan kegelisahan.
“A-State will be used to refer to the complex
emotional reactions that are evoked in individuals who
interpret specific situations as personally threatening”
(Spielberger, 1972:30). State Anxiety akan digunakan
untuk merujuk pada reaksi emosional kompleks yang
ditimbulkan pada individu yang menafsirkan situasi
tertentu sebagai ancaman pribadi (Spielberger,
1972:30).
4. Kecemasan Sesaat (state anxiety)
Menurut Spielberger (1972:29) kecemasan sesaat
dapat diartikan sebagai berikut:
“State Anxiety (A-state) may be conceived of as a
complex, relatively unique emotional condition or
reaction that may vary in intensity and fluctuate
overtime. More specifically, A-state may be
conceptualized as consisting of unpleasant,
consciously-perceived feelings of tension and
apprehension with asociated activation or aroual of the
autonomic nervous system”.
Kecemasan sesaat berespon dari suatu yang
komplek, yang secara relatif merupakan kondisi atau
reaksi emosional yang unik, bervariasi dalam intensitas
dan setiap saat berubah-ubah. Secara lebih spesifik,
kecemasan sesaat ini dikonseptualisasikan sebagai
munculnya perasaan tidak senang (unpleasant),
perasaan tegang (tension), dan perasaan takut
(apprehension) yang disertai dengan adanya
peningkatan aktivitas sistem syaraf pusat.
Kecemasan sesaat (state anxiety) adalah kondisi
emosional yang sementara atau sesaat pada individu
yang bersifat subjektif, karena adanya ketegangan dan
kekhawatiran serta menghasilkan akifitas sistem saraf
otonom. State anxiety memiliki variasi intensitas dan
derajat yang berbeda-beda dari waktu ke waktu sesuai
dengan kondisi individu. State anxiety memberikan
gambaran kecemasan yang di hayati sehubungan
dengan penghayatan individu terhadap situasi yang
akan menimbulkan kecemasan
5. Komponen kecemasan
Komponen - komponen yang dimunculkan dalam
State-Trait Anxiety Inventory (STAI) yang disusun
oleh Spielberger & Gorsuch pada tahun 1996 dan oleh
Spielberger et.al pada tahun 1970 (Spielberger, 1972).
Kecemasan dipandang sebagai suatu reaksi emosional
Universitas Jenderal Achmad Yani | 61
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
yang tidak menyenangkan dan dianggap
mengancam dimana hal tersebut diiringi
oleh:
a) Tension, merupakan suatu kondisi
kegelisahan, kerisauan hati yang
disertai dengan ketegangan otot
dimana otot-otot kehilangan kekuatan
dan koordinasinya dan tulang sendi
menjadi kaku.
b) Nervousness, suatu keadaan gugup
atau resah dengan emosionalitas yang
semakin meninggi seperti mudah
tersinggung atau mudah marah.
c) Worry, merupakan salah satu
komponen kognitif dari kecemasan
(anxiety) dimana seseorang merespon
situasi sebagai suatu situasi yang
mengancam bagi dirinya dengan
khawatir dan ketidakmampuannya
dalam menghadapi situasi mengancam.
d) Apprehension, yang didasari oleh
adanya suatu persepsi yang memiliki
suatu tujuan tertentu, proses dimana
seseorang mempersepsikan ketakutan
yang ada dalam diri merupakan suatu
bahaya (Spielberger,
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif, yang didasarkan pada
pendekatan deduktif. Penelitian ini
melibatkan dua variabel, yaitu independent
variabel dan dependent variabel:
IV (Indenpendent Variabel): Self Efficacy
DV (Dependent Variabel): State Anxiety.
Peneliti melakukan pengumpulan data
dengan cara menyebarkan kuesioner
sebagai data utama dan wawancara sebagai
data penunjang. Dalam penelitian ini
populasinya yaitu mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Jenderal Achmad
Yani yang sedang melakukan proses
peyusunan skripsi sebanyak 206
mahasiswa. Sampel penelitian yaitu
sebanyak 127 mahasiswa mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Jenderal
Achmad Yani. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik stratified random
sampling.
Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur
variabel self efficacy adalah dengan menggunakan
kuisioner. Dimensi dalam self-efficacy ini ada 3 bagian
dimensi yaitu level, strength dan generality. Dimana
setiap dimensi diturunkan menjadi item-item
kuesioner. Tipe skala pengukuran yang akan digunakan
pada penelitian ini yaitu skala Likert. State trait anxiety
inventory (STAI) ini disusun oleh Spielberger et.al pada
tahun 1970. Dalam penelitian ini alat ukur State
Anxiety terdiri dari 20 item pernyataan.
Untuk pengujian validitas alat ukur self-efficacy,
menggunakan construct validity, dengan teknik analisa
menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA).
Alat bantu untuk melakukan proses pengujian ini
menggunakan program JASP versi 12.2. Berdasarkan
hasil uji validitas untuk aspek Level, koefisien
Standardized Loading Factor (SLF) didapatkan antara
0,569 – 0,789 semua item dinyatakan valid karena di
atas ≥ 0,5. Berdasarkan hasil uji validitas untuk aspek
Strength, koefisien Standardized Loading Factor (SLF)
didapatkan antara 0,511 – 0,895 semua item dinyatakan
valid karena di atas ≥ 0,5. Berdasarkan hasil uji
validitas untuk aspek generality, koefisien
Standardized Loading Factor (SLF) didapatkan antara
0,523 – 0,734 semua item dinyatakan valid karena di
atas ≥ 0,5. Berdasarkan hasil uji validitas untuk alat
ukur STAI di dapatkan 18 aitem yang Standardized
Loading Factor (SLF) diatas 0,5 dan terdapat 2 aitem
yang diatas 0,4 dinyatakan digunakan.
Berikut adalah hasil uji reliabilitas alat ukur Self
efficacy:
Uji Reliabilitas Alat Ukur Self Efficacy
Scale Reliability Statistics McDonald's ω Average interitem
correlation
scale
scale 0.953 0.452
Note. Of the observations, 80 were used, 0 were excluded listwise,
and 80 were provided.
Berikut adalah hasil uji reliabilitas alat ukur State
Anxiety:
Scale Reliability Statistics McDonald's ω Average interitem
correlation
scale
scale 0.940 0.436
Universitas Jenderal Achmad Yani | 62
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
Note. Of the observations, 80 were used, 0 were
excluded listwise, and 80 were provided.
Hipotesis Statistik
Penelitian ini dilakukan untuk menguji
pengaruh variabel independen yaitu self
efficacy terhadap variabel dependen yaitu
State Anxiety. Hipotesis yang di ajukan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Hipotesis 1
H0 : R2 = 0, H0 = Diterima, Tidak terdapat
pengaruh Self Efficacy terhadap State
Anxiety pada mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi di Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
H1 : R2 0, H0 = Ditolak, Terdapat pengaruh Self Efficacy terhadap State
Anxiety pada mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi di Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
Hipotesa 2
H0 : R2 = 0, H0 = Diterima, Tidak terdapat
pengaruh pengaruh Dimensi Level terhadap
State Anxiety pada mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi di Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
H1 : R2 0, H0 = Ditolak, Terdapat
pengaruh Dimensi Level terhadap State
Anxiety pada mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi di Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
Hipotesis 3
H0 : R2 = 0, H0 = Diterima, Tidak terdapat
pengaruh Dimensi Strength terhadap State
Anxiety pada mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi di Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
H1 : R2 0, H0 = Ditolak, Terdapat pengaruh Dimensi Strength terhadap State
Anxiety pada mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi di Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
Hipotesis 4
H0 : R2 = 0, H0 = Diterima, Tidak terdapat pengaruh
Dimensi Generality terhadap State Anxiety pada
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Fakultas
Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani.
H1 : R2 0, H0 = Ditolak, Terdapat pengaruh Dimensi
Generality terhadap State Anxiety pada mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi di Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
HASIL PENELITIAN
Hal utama dari penelitian ini adalah mengenai
pegaruh Self Efficacy terhadap State Anxiety pada
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Fakultas
Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani. Dalam
penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana
dengan program JASP versi 0.12.2.
Tabel Taraf Signifikansi Self Efficacy Terhadap
State Anxiety
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil dari
uji regresi Self Efficacy terhadap State Anxiety
diperoleh nilai p-value sebesar <.001 (p < 0.005).
Dengan demikian hipotesis statistik H0 ditolak dan H1
diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh Self Efficacy terhadap State Anxiety pada
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Fakultas
Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani.
Tabel Pengaruh Self Efficacy terhadap State Anxiety
Model Summary - STATE ANXIETY
Model R R² Adjusted R² RMSE
H₀ 0.000 0.000 0.000 11.629
H₁ 0.322 0.104 0.097 11.053
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai R sebesar
0.322. Kemudian didapatkan juga nilai R² pada Self
Efficacy sebesar 0.104 atau sebesar 10.4%. Hal ini
menunjukkan bahwa presentase pengaruh Self efficacy
terhadap State Anxiety pada mahasiswa yang sedang
Universitas Jenderal Achmad Yani | 63
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
menyusun skripsi di Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani sebersar
10.4%
Tabel Taraf Signifikansi Dimensi Level
Terhadap State Anxiety
Berdasarkan Hasil uji statistik di atas
dapat diketahui hasil dari uji regresi
dimensi Level terhadap State Anxiety
diperoleh nilai p-value sebesar <.001 (p <
0.005). Maka, model regresi ini dapat
digunakan, yang artinya dimensi level
mampu memprediksi state anxiety. Oleh
karena itu, hipotesis statistik H0 ditolak dan
H1 di terima sehingga dapat dikatakan
bahwa terdapat pengaruh dimensi Level
terhadap State Anxiety pada mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi di Fakultas
Psikologi Universitas Jenderal Achmad
Yani.
Tabel Pengaruh Dimensi Level Terhadap
State Anxiety
Model Summary - STATE ANXIETY
Model R R2 Adjusted R2 RMSE
H0 0.000 0.000 0.000 11.629
H1 0.348 0.121 0.114 10.947
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai R sebesar 0.348. Kemudian
didapatkan juga nilai R² pada dimensi Level
sebesar 0.121 atau sebesar 12.1%. Hal ini
menunjukkan bahwa presentase pengaruh
dimensi Level terhadap State Anxiety pada
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi
di Fakultas Psikologi Universitas Jenderal
Achmad Yani sebesar 12.1%.
Tabel Taraf Signifikansi Dimensi
Strength Terhadap State Anxiety
Berdasarkan hasil uji statistik dapat diketahui hasil dari uji regresi Dimensi Strength terhadap State
Anxiety diperoleh nilai p-value sebesar 0,001 (p <
0.005). Maka model regresi ini dapat digunakan, yang
artinya Dimensi Strength mampu memprediksi State
Anxiety. Dengan demikian hipotesis statistik H0
ditolak dan H1 di terima sehingga dapat dikatakan
bahwa terdapat pengaruh Dimensi Strength terhadap
State Anxiety pada mahasiswa yang sedang menyusun
skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Jenderal
Achmad Yani.
Tabel Pengaruh Dimensi Strength Terhadap State
Anxiety
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai R sebesar
0.281. Kemudian didapatkan juga nilai R² pada
strength sebesar 0.079 atau sebesar 7,9%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa presentase
pengaruh Dimensi Strength terhadap State Anxiety
pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di
Fakultas Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani
sebesar 7,9%.
Tabel Taraf Signifikansi Dimensi Generality
Terhadap State Anxiety
Berdasarkan Hasil uji statistik di atas dapat
diketahui hasil dari uji regresi Dimensi Generality
terhadap State Anxiety diperoleh nilai p-value sebesar
0,003 (p < 0.005). Maka model regresi ini dapat
digunakan, yang artinya dimensi generality mampu
memprediksi State Anxiety. Dengan demikian hipotesis
statistik H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat
dikatakan bahwa terdapat pengaruh dimensi generality
terhadap State Anxiety pada mahasiswa yang sedang
Universitas Jenderal Achmad Yani | 64
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
menyusun skripsi di Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
Tabel Nilai Pengaruh Dimensi
Generality Terhadap State Anxiety
Berdasarkan tabel 20 diperoleh nilai R
sebesar 0.266. Kemudian didapatkan juga
nilai R² pada Dimensi Generality sebesar
0.071 atau sebesar 7,1%. Hal ini
menunjukkan bahwa presentase pengaruh
Self efficacy terhadap State Anxiety pada
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi
di Fakultas Psikologi Universitas Jenderal
Achmad Yani sebersar 7,1%.
Gambaran Hasil Tabulasi Silang Antara
Variabel Self Efficacy dengan State
Anxiety Self Efficacy State Anxiety Total
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Jumlah 31 76 19 126
Persentase 24,4% 59,80% 15% 99,20%
Rendah Jumlah 1 0 0 1
Persentase 0,80% 0% 0% 0,80%
Total
Jumlah 32 76 19 127
Persentase 25,2% 59,80% 15% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 127 mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Jenderal
Achmad Yani yang menjadi sampel dalam penelitian
ini, diperoleh hasil bahwa terdapat 31 mahasiswa
(24,4%) yang memiliki self efficacy tinggi dan
menunjukan state anxiety yang tinggi, lalu sebanyak 76
mahasiswa (59,80%) memiliki self efficacy yang tinggi
dan menunjukan State anxiety sedang, kemudian
sebanyak 19 mahasiswa (15%) menunjukan self
efficacy yang tinggi dan menunjukan state anxiety yang
rendah. Selain itu, terdapat 1 mahasiswa (0,80%)
memiliki self efficacy yang rendah dan menunjukan
state anxiety tinggi.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
kepada 127 Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Jenderal Achmad Yani yang sedang menyusun skripsi,
didapatkan hasil uji regresi Self Efficacy terhadap State
Anxiety diperoleh nilai p-value sebesar <.001 (p <
0.005). Oleh karena itu, hipotesis statistik H0 ditolak
sehingga dapat ditarik kesimpulan yaitu terdapat
pengaruh signifikan antara variabel Self Efficacy
terhadap State Anxiety. Hal tersebut menunjukkan
bahwa self efficacy yang dimiliki oleh mahasiswa dapat
mempengaruhi state anxiety yang dirasakan ketika
mereka sedang menyusun skripsi.
Dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa Self
Efficacy memiliki pengaruh sebesar 10,4% terhadap
State Anxiety pada mahasiswa yang sedang menyusun
skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Jenderal
Achmad Yani. Namun demikian, masih ada faktor-
faktor maupun variabel lain sekitar 89,6% yang dapat
mempengaruhi State Anxiety tetapi tidak dibahas
dalam penelitian ini.
Self Efficacy di perlukan oleh mahasiswa agar
mereka dapat menyelesaikan tuntutan-tuntutan yang
ada pada proses penyusunan skripsi agar dapat lulus
dari perkuliahan. Diharapkan dengan mempunyai self
efficacy yang tinggi maka mahasiswa dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik dan tepat waktu.
Menurut Bandura (1997), seseorang yang memiliki self
efficacy tinggi akan meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan usaha-usaha dalam menyelesaikan
suatu tugas. Sedangkan sesorang yang memiliki self
efficacy rendah akan menghambat kemampuan yang
dimiliki individu dalam mengembangkan usaha-usaha
untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu.
Mahasiswa yang memiliki tingkat self efficacy
yang rendah akan membuat mereka merasa tidak yakin
Universitas Jenderal Achmad Yani | 65
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
dengan kemampuan yang dimiliki,
sehingga usaha yang dikeluarkan pun
menjadi terbatas terutama dalam mengatasi
kesulitan yang dirasakan dalam menyusun
skripsi. Sedangkan dengan memiliki self
efficacy yang tinggi akan membuat
mahasiswa yakin dengan kemampuanyang
dimilikinya, sehingga dapat berusaha untuk
mengatasi kesulitan yang dirasakan dalam
menyusun skripsi.
Menurut mahasiswa Fakultas
Psikologi Unjani yang sedang menyususn
skripsi, adanya tuntutan dari luar diri
individu seperti adanya tuntutan dari
keluarga untuk cepat lulus, mengalami
kesulitan mencari literature, dan
kekhawatiran kurangnya waktu dalam
menyusun skripsi dapat memunculkan
kecemasan. Ketika individu tidak dapat
mengatasi kesulitan yang ada maka akan
memunculkan kecemasan. Menurut
Spielberger (1972), kecemasan adalah
reaksi emosi yang tidak menyenangkan
terhadap bahaya yang nyata atau imaginer
yang disertai dengan perubahan pada
system saraf otonom dan pengalaman
subyektif sebagai tekanan, ketakutan, dan
kegelisahan. Munculnya kecemasan yang
dirasakan bagi mahasiswa pada saat proses
menyusun skripsi merupakan suatu reaksi
kecemasan sesaat. State Anxiety di
konseptualisasikan sebagai munculnya
perasaan tidak senang, perasaan tegang dan
perasaan takut yang disertai adanya
peningkatam aktivitas saraf otonom
(Spielberger, 1972).
Munculnya kecemasan yang dirasakan
oleh mahasiswa berdasarkan penelitian ini
adalah karena kurangnya keyakinan akan
kemampuannya dan usaha dalam mengatasi
masalah yang dihadapi. Kecemasan dapat
muncul ketika dihadapkan dengan tuntutan
yang mengancam bagi mahasiswa. Skripsi
sering di anggap sebagai hal yang
menakutkan bagi mahasiswa, karena
sebagai penentu kelulusan. Ketika
mahasiswa merasa adanya beban atau
tuntutan yang di rasa dan kesulitan dalam
mengatasinya akan memunculkan kecamasan.
Kecemasan yang dirasakan mahasiswa Psikologi
Unjani seperti merasakan jantungnya berdetak lebih
kencang tidak seperti biasanya, keluar keringat yang
berlebih, khawatir kurangnya waktu untuk
menyelesaikan skripsi, sering terbangun karena
memikirkan skripsi, ketika bimbingan sering ke WC
dan sering merasa haus saat bimbingan. Oleh karena
itu, dengan memiliki self efficacy yang tinggi
mahasiswa diharapkan dapat mengatasi kesulitan-
kesulitan dalam menyusun skripsi. Diharapkan pula,
ketika para mahasiswa mampu mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi dalam penyusunan skripsi
dapat menurunkan kecemasan sesaat yang dirasakan
oleh mereka.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
diperoleh juga hasil mengenai pengaruh masing-
masing dimensi self efficacy yaitu level, strength dan
generality terhadap state anxiety yang dirasakan oleh
mahasiswa.
Dimensi level berkaitan dengan tingkat kesulitan
tugas ketika individu merasa mampu untuk
melakukannya atau mengatasinya. Pada mahasiswa,
dimensi ini mengacu pada persepsi mereka mengenai
taraf kesulitan tugas dalam menyusun skripsi yang
diyakini mahasiswa akan mampu untuk dilakukan atau
menghindar dari tugas. Pada dimensi Level ini,
menggambarkan bahwa penilaian mahasiswa
mengenai tingkat kesulitan yang dihadapi dalam
menyusun skripsi dapat mempengarui tingkatan state
anxiety yang dirasakan oleh mahasiswa. Dari hasil
penelitian menunjukan nilai signifikasi <.001 yang
artinya dimensi level dapat memprediksi state anxiety
dan hipotesis stastitik H0 ditolak. Terdapat nilai
kontribusi dari Level sebesar 12,1%. Oleh karena itu,
dimensi level merupakan dimensi yang memiliki
pengaruh tertinggi terhadap state anxiety pada
mahasiswa yang sedang sedang menyusun skripsi.
Dimensi strength berkaitan dengan tingkat
kekuatan yang dimiliki oleh individu mengenai
kemampuan yang dimilikinya. Kekuatan yang lemah
akan mudah digoyahkan oleh pengalaman yang tidak
mendukung. Sebaliknya, kekuatan yang tinggi
mendorong individu akan tetap bertahan dalam
usahanya. Dimensi ini mengacu pada tingkat kekuatan
individu terhadap keyakinan yang dibuatnya atau
dimilikinya. Individu yang memiliki strength yang
tinggi akan miliki keyakinan yang kuat mengenai
Universitas Jenderal Achmad Yani | 66
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
ketahanan dan tidak mudah frustrasi dalam
menghadapi hambatan dan sebaliknya
ketika seseorang memiliki strength yang
rendah maka akan merasakan frustrasi atau
tidak tahan dengan hambatan yang ada
(Bandura, 1997). Pada dimensi Strength
menggambarkan bahwa mahasiswa
memiliki keyakinan untuk tetap berusaha
menyelesaikan skripsi walapun mengalami
kesulitan dalam menyelesaikannya. Dari
hasil penelitian menunjukan nilai
signifikasi <0.001 yang artinya dimensi
strength dapat memprediksi state anxiety
dan hipotesis stastitik H0 ditolak. Terdapat
nilai kontribusi dari Strength sebesar 7,9%.
Dengan demikian semakin tinggi Strength
maka dapat membuat state anxiety yang
dirasakan akan mengalami penurunan pada
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi.
Dimensi generality berkaitan dengan
bagaimana seseorang menggeneralisasikan
tugas-tugas yang mana individu tersebut
merasa yakin terhadap kemampuannya
dalam menghadapi suatu tugas atau
sebaliknya yang akan menjadi hambatan.
Individu dapat merasa yakin terhadap
kemampuan dirinya. Ketika pengalaman
sebagai suatu pelajaran berharga bagi
dirinya atau menjadikan sebagai kegagalan
dan hambatan bagi dirinya. Dimensi
generality merupakan suatu konsep bahwa
self efficacy seseorang tidak terbatas pada
situasi yang spesifik atau tertentu saja.
Namun, dimensi ini juga mengacu pada
variasi situasi di mana penilaian tentang
self efficacy dapat diterapkan. Generality
yang tinggi akan menggunakan
pengalaman sebagai cara atau hal yang
berharga untuk mencapai keberhasilan di
dimasa mendatang. Sebaliknya jika
generality rendah akan cenderung tidak
mampu dalam menggunakan
pengalamannya dan menjadi hambatan atau
kegagalan untuk meraih keberhasilan
(Bandura, 1997). Pada dimensi Generality
mahasiswa merasa terbantu dalam proses
penyusunn skripsi dari pengalaman
sebelumnya seperti dari pembuatan alat
ukur di mata kuliah kontruksi tes, laporan KKU,
metodologi penelitian, dan dalam pembuat makalah
saat perkuliahan. Hal ini dapat menggambarkan bahwa
mahasiswa memiliki keyakinan terhadap kemampuan
yang dimiliki dari pengalaman sebelumnya yang akan
membantu dalam menyelesaikan skripsi. Dari hasil
penelitian menunjukan nilai signifikasi <0.003 yang
artinya dimensi Generality dapat memprediksi state
anxiety dan hipotesis stastitik H0 ditolak. Terdapat nilai
kontribusi dari generality sebesar 7,1%. Dengan
demikian semakin tinggi generality maka dapat
mempegaruhi kecemasan pada mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi.
Jika dilihat dari hasil tabulasi silang antara self
efficacy dan state anxiety, didapatkan hasil 99,07%
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Fakultas
Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani memiliki
self efficacy yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Fakultas
Psikologi Unjani memiliki keyakinan akan
kemampuan dirinya untuk mengatur dan melaksanakan
serangkaian tindakan yang di perlukan untuk
menyelesaikan skripsi. Mahasiswa merasa memiliki
kemampuan untuk menyusun skripsi. Dengan memiliki
self efficacy pada mahasiswa dapat meningkatkan
usaha untuk mengatasi kesulitan-kesulitan maupun
hambatan dan tuntutan dalam menyelesaikan skripsi.
Mahasiswa merasa yakin dapat menyelesaikan skripsi
dengan tepat waktu.
Berdasarkan hasil tabulasi silang pula, mayoritas
(59,80%) mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di
Fakultas Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani
memiliki state anxiety yang sedang. Berarti mahasiswa
merasakan kecemasan yang memunculkan perasaan
tidak senang, perasaan tegang dan perasaan takut pada
saat menyusun skripsi. Akan tetapi dari kecemasan
tersebut bila mahasiswa dapat menyikapinya dengan
baik akan mendorong dirinya untuk mengerjakan
skripsi dan mempersiapkan yang harus dikerjakan
dalam pembuatan skripsi agar dapat menyelesaikan.
Dari table hasil tabulasi silang juga, diketahui
sebanyak 31 mahasiswa (24,4%) memiliki kategori self
efficacy yang tinggi dan state anxiety yang tinggi. Hal
ini mengindikasikan bahwa mahasiswa memiliki
keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan yang
dimilikinya untuk mengatur dan melaksanakan
serangkaian tindakan yang diperlukan untuk
menghasilkan pencapaian untuk menyelesaikan
Universitas Jenderal Achmad Yani | 67
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
skripsi. Maka dengan state anxiety yang
tinggi mengindikasikan bahwa mahasiswa
memunculkan perasaan tidak senang,
perasaan tegang, dan perasaan takut dalam
proses penyusunan skripsi. Berdasarkan
hasil wawancara lanjutan kepada
mahasiswa, pada saat mengerjakan skripsi
mereka merasa bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan, merasa dapat mengatasi
kesulitan, dan merasa yakin dapat
menyelesaikan skripsi pada waktunya,
tetapi dengan state anxiety yang tinggi
mahasiswa juga merasakan cemas.
Menurut mahasiswa skripsi sangatlah
penting karena sebagai penentu agar dapat
lulus, sehingga mereka tetap saja
merasakan takut kurangnya waktu dalam
menyelesaikan skripsi. Mahasiswa juga
merasa cemas karena adanya faktor luar
seperti adanya tekanan dari keluarga untuk
cepat lulus, memiliki masalah keluarga
yang membuat kurangnya fokus dalam
menyelesaikan skripsi, kurangnya
dukungan dari teman-teman, dan ketika
adanya pandemi covid 19 mahasiswa sulit
berdiskusi dan merasa kurangnya waktu
dalam bimbingan.
Berdasarkan haisl tabulasi silang, dapat
diketahui sebanyak 76 mahasiswa
(59,80%) memiliki kategori self efficacy
yang tinggi dan state anxiety yang sedang.
Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa
memiliki keyakinan yang tinggi terhadap
kemampuan yang dimilikinya untuk
mengatur dan melaksanakan serangkaian
tindakan yang diperlukan untuk
menghasilkan pencapaian dalam
menyelesaikan skripsi. Ketika mahasiswa
memiliki keyakinan yang tinggi maka akan
menurunkan kecemasan dalam dirinya.
Dengan self efficacy yang tinggi
diharapkan mahasiswa akan mampu
mengatasi kendala atau kesulitan yang
muncul, sehingga akan menurunkan
kecemasan. Dengan state anxiety yang
sedang mahasiswa merasakan kecemasan.
Mahasiswa merasakan kecemasan dalam
dirinya sehingga dapat diperlukan untuk
mendorong dalam mempersiapkan diri atau
mempersiapkan dalam mengatasi situasi. Dari hasil
wawancara lanjutan mereka merasa yakin dapat lulus
tepat waktu dan mereka merasa yakin dapat
mengerjakan skripsi sebaik mungkin. Mereka
merasakan kecemasan karena tetap saja merasakan
takut kurangnya waktu dalam menyelesaikan skripsi
dan adanya tuntutan daari faktor luar. Akan tetapi dari
kecemasan tersebut mahasiswa terdorong mengerjakan
skripsi dan mempersiapkan yang harus dikerjakan
dalam pembuatan skripsi agar dapat menyelesaikan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, simpulan
dari penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh Self Efficacy terhadap State
Anxiety pada mahasiswa yang sedang menyusun
skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Jenderal
Achmad Yani, dengan nilai P-value sebesar <.001
dan nilai presentase pengaruh sebesar 10,4%.
2. Terdapat pengaruh Level Terhadap State Anxiety
pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di
Fakultas Psikologi Universitas Jenderal Achmad
Yani, dengan nilai p-value sebesar <.001.
3. Terdapat pengaruh Strength Terhadap State
Anxiety pada mahasiswa yang sedang menyusun
skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Jenderal
Achmad Yani, dengan nilai p-value sebesar 0.001.
4. Terdapat pengaruh Generality Terhadap State
Anxiety pada mahasiswa yang sedang menyusun
skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Jenderan
Achmad Yani, dengan nilai p-value sebesar 0.003.
5. Pada dimensi Self Efficacy yang memberikan
pengaruh tertinggi terhadap State Anxiety pada
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di
Fakultas Psikologi Universitas Jenderal Achmad
Yani yaitu Level dengan pengaruh sebesar 12,1%.
6. Mayoritas mahasiswa di Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani yang sedang
menyusun skripsi memiliki skor kategori Self
Efficacy yang tinggi sebesar 99,07%. Kemudian
memiliki skor kategori State Anxiety pada
mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas
Jenderal Achmad Yani yang sedang menyusun
skripsi sebesar 59,80% kedalam kategori sedang.
Universitas Jenderal Achmad Yani | 68
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
Adapun saran yang dapat diberikan
berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
Saran Teoritis
1. Untuk peneliti selanjutnya, jika akan
melakukan penelitian serupa untuk
lebih memperhatikan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi State
Anxiety seperti tuntutan dari keluarga
dan dukungan dari teman-teman.
2. Memperkaya pembahasan dengan
menyangkutkan faktor-faktor yang
belum di teliti atau variabel lain dan
memperluas ruang lingkup seperti
menambah sampel dan populasi dalam
penelitian sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas penelitian dan
jawaban yang diperoleh akan lebih
bervariasi.
Saran Praktis
1. Diharapkan mahasiswa mampu
mempersepsikan suatu stressor sebagai
hal yang positif yaitu sebagai suatu
tantangan yang harus dihadapi
sehingga memicu mahasiswa untuk
melakukan usaha-usaha dalam
mengatasi stressor.
2. Diharapkan mahasiswa mampu
mempertahankan self efficacy dalam
dirinya dalam tingkatan tinggi,
sehingga kecemasan sesaat yang
dirasakan dapat berada pada taraf yang
sedang ataupun rendah.
3. Bagi pihak instansi, memberikan
pembinaan bagi mahasiswa untuk
dapat memiliki taraf self efficacy yang
tinggi, sehingga dapat mempengaruhi
tingkatan state anxiety yang dirasakan
oleh mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2009). PSIKOLOGI KEPRIBADIAN.
Malang: UMM PRESS.
Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan Validitas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The Exercise of
Control. New York: W.H. Freeman.
Buku Mutu Matakuliah Skripsi Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani ,2017. Cimahi
Buku Pedoman Akademik Universitas Jenderal
Achmad Yani. (2019)
Dancey, C. .. (2007). Statistics without Maths for
Psychology. 5th edition.
England: Person Education.
Silalahi, U. (2010). METODE PENELITIAN SOSIAL.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Spielberger, C. D. (1972). ANXIETY: Current Trends
in Theory and Research. New York and London:
Academic Press.
Sugiyono. (2012). METODE PENELITIAN
KUANTITATIF KUALITATIF DAN R&D.
Bandung: Alfabeta.
DAFTAR RUJUKAN
Ambiya, N. L. (2016). Hubungan Berpikir Positive
dengan State Anxiety dalam menyelesaikan skripsi
pada mahasiswa psikologi UNJANI ANGKATAN
2011.
Firmawati, S. W. (2018). Self efficacy dan kecemasan
mahasiswa tingkat akhir di AKAFARMA Banda
Aceh. Jurnal Serambi PTK, 65-69.
Laksmidewi .P. (2016). Study Deskriptif Mengenai
Self Efficacy Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani yang
menyusun Skripsi lebih dari 2 semester.
Nur'aini, T. A. (2018). Hubungan antara self efficacy
dengan kecemasan dalam proses penyusunan
skripsi pada mahasiswa fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan Universitas Balikpapan. Jurnal
Edueco.
Sarah Florencea, Elisabet Widyaning Hapsari. (2019).
Self Efficacy dan kecemasan dalam menghadapi
tugas akhir pada MAHASISWA UKWMS. Jurnal
Experientia Volume 7
Universitas Jenderal Achmad Yani | 69
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
Supriyantini, S. (2018). Hubungan Self
efficacy dengan prokrastinasi
akademik pada mahasiswa USU yang
sedang menyusun skripsi. Talenta
Publisher.
Ramadhan Dkk. (2019). Hubungan antara
Efikasi Diri dengan Kecemasan Pada
Mahasiswa Angktan 2015 Yang
sedang Mengerjakan Skripsi di
Universitas Islam Sultan Agung. Jurnal Unissula
Rozali, W. S. (2014). Hubungan antara self efficacy
dan kecemasan saat presentasi pada mahasiswa
Universitas Esa Unggul. Jurnal Psikologi.
Universitas Jenderal Achmad Yani | 70
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
Universitas Jenderal Achmad Yani | 71
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel