kontribusi program kampung bantar dalam …
TRANSCRIPT
KONTRIBUSI PROGRAM KAMPUNG BANTAR DALAM PENINGKATAN KESADARAN BERSIH, AMAN, DAN BELAJAR MASYARAKAT
(Studi tentang Efektivitas Kepemimpinan Walikota Jambi)
Samsu Islamic Education Department,
Faculty of Tarbiyah and Teacher‟s Training, IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Jl. Jambi-Ma. Bulian KM.16 Simpang Sungai Duren Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi-Indonesia
Abstract
This article aims to determine the importance of Kampung Bantar Program initiated by the government of Jambi city and its impact in increasing awareness is clean, safe, and public learning in Jambi city. The Kampung Bantar Program can be seen from the side view and public‟s attitude towards their impact for Jambi city. The theoretical framework was developed based on research; 1) The public's view of Kampung Bantar Program, 2) public‟s attitudes towards Kampung Bantar Program, and 3) the impact of Kampung Bantar Program to increase awareness of clean, safe, and public learning.
There are fifty one people as sample, they are one headmaster, five head of neighbourhood association (RT), and fourty one people as residents in Telanaipura, Kotabaru, and Alam Barajo districts. This study uses a mixed methods approach and research using quantitative data as main data, as well as qualitative data assupporting data. Data were analyzed using a regression to see the t-test, F-test, and R2 test to determine the contributions of tested variables.
The results has shown that overall public perceptions on Kampung Bantar Program was at a stage of significant, R2 (0301) for (ρ> 0.05), on the other hand, people's attitude toward the Kampung Bantar Program are also at significant scale R2 (0049) for (ρ > 0.05). As together, research also shows that the public‟s views and attitudes towards Kampung Bantar Program contribute/influence to increase awareness of clean, safe, and public learning in Jambi city that are in significant stage R2 (0309) for (ρ> 0.05). It can be concluded that the Kampung Bantar Program have a significant impact in increasing awareness clean, safe, and public learning in Jambi city..
Keywords
Kampung Bantar Program, clean, safe, and public‟s learning
2
Jurnal At-Ta’lim, Vol. 7 Tahun 2016. ISSN: 2087-8176
A. Pendahuluan
Salah satu fungsi kepemimpinan adalah melakukan pembangunan. Stepanus Henryk (2013)1
menjelaskan bahwa pembangunan diartikan sebagai suatu „proses‟. Pembangunan sebagai proses
menggambarkan adanya pengembangan, baik meliputi proses pertumbuhan (growth) ataupun
perubahan (change) dalam kehidupan bersama (organisasi) sosial dan budaya. Hal ini merupakan
gambaran umum masyarakat luas (society). Menelaah pembangunan dalam masyarakat adalah hal
yang baru dalam sejarah. Inayatullah dalam Agus Suryono (2001)2, demikian juga dikutip oleh
Stepanus Hendryk (2013) menjelaskan bahwa pembangunan adalah perubahan menuju pola-
pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan yang
memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya
dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang
lebih terhadap diri mereka sendiri.
Konsep pembangunan yang sudah banyak dijelaskan oleh Agus Suryono dan Trilaksono
(2008, h.1)3 antara lain: a) pertumbuhan (growth), b) r ekonstruksi (reconstruction), c) modernisasi
(modernization), d) w esternisasi (westernization), e) perubahan sosial (social change),
f) p embebasan (liberation), g) p embaruan (innovation), h) p embangunan bangsa (nation building),
i) pembangunan nasional (national development), j) pembangunan pengembangan
(development) dan pembinaan.
Riyadi & Deddy Bratakusumah (2004) dalam Armando Soares, dkk menjelaskan bahwa
peranan pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan daerah merupakan pemerintah
yang mempunyai kewenangan yang sangat strategis dan kedudukan yang strategis hal ini
berkaitan dengan fungsinya selaku “pelayanan publik” guna meningkatkan kesejahteraan,
kemakmuran, keamanan, keadilan dan ketenteraman bagi masyarakat. Sebab perencanaan
pembangunan daerah adalah suatu kegiatan untuk dilakasanakan dimasa depan dalam hal ini
berawal dari tahapan-tahapan proses penyusunan program dan aktivitas yang melibatkan
berbagai elemen didalamnya, demi pemanfaatan dan pengalokasian sumber-daya-sumber daya
yang ada dengan tujuannya untuk menigkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dalam
suatu lingkungan atau wilayah yang direncanakan dalam jangka waktu tertentu4.
1 Stepanus Henryk, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Kelurahan Sungai Keledang Kecamatan Samarinda
Seberang Kota Samarinda, Ejournal Ilmu Pemerintahan, 2013, 1 (2): 612 – 625 2 Suryono, Agus, 2001. Teori dan Isu Pembangunan, UM-Press, Jakarta. 3 Suryono, Agus & Trilaksono Nugroho. (2008) Paradigma, Model, Pendekatan Pembangunan, dan Pemberdayaan
masyarakat di Era Otonomi Daerah. Malang, Banyumedia Publishing, dalam Siaga Basu Murbeng, Mochamad Saleh Soeaidy, Riyanto, Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan ( PNPM MP) (Studi pada Desa Bendungan Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung), Jurnal Administrasi Publik, Vol. 1 No. 5, hal 1257-1265.
4 Riyadi & Deddy Bratakusumah. (2004). Perencanaan Pembangunan Daerah (Strategi Menggali Potensi Dalam
3
Jurnal At-Ta’lim, Vol. 7 Tahun 2016. ISSN: 2087-8176
Berdasarkan data pada Antara Jambi.com5 peringkat pendidikan Jambi berada pada
peringkat 29 dari 34 Provinsi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran belajar
masyarakat di Kota Jambi masih relatif rendah. Hadirnya “program Kampung Bantar” yang
dimaknai sebagai program kampung yang bersih, aman dan pintar. Instrumen untuk menegakkan
kebersihan adalah dengan dibentuknya petugas kebersihan pada dinas kebersihan dan
pertamanan kota, instrumen untuk menegakkan keamanan diidentikkan dengan pendirian pos
keamanan lingkungan (poskamling) pada setiap lingkungan Rukun Tetangga (RT) dalam Kota
Jambi, serta instrumen pintar diidentikkan dengan pendirian taman bacaan.
Dengan rendahnya peringkat mutu/kualitas pendidikan masyarakat provinsi Jambi, maka
Kota Jambi sebagai pusat ibukota Provinsi Jambi, mendorong tingkat partisipasi masyarakat
untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran tentang perilaku bersih dengan selalu bergotong
royong, bersama-sama menjaga keamanan dengan membudayakan ronda dan Poskamling, serta
menumbuhkan budaya belajar di kalangan masyarakat, yang tidak hanya terbatas di bangku
sekolah/madrasah. Karena itulah, terkait dengan pendidikan, selain lembaga formal seperti
sekolah dan madrasah, pemerintah Kota Jambi juga mengembangkan kesadaran belajar alternatif
melalui Kampung Bantar.
Program kampung Bantar merupakan program baru yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Kota Jambi untuk mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan, terutama
wilayah perkampungan setingkat Kelurahan atau Rukun Tetangga (RT). Untuk menjamin
terlaksananya program Kampung Bantar ini, Walikota Jambi mengeluarkan Peraturan Walikota
Jambi Nomor 47 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kampung Bantar. Seberapa efektif
program Kampung Bantar ini dilaksanakan, bagaimana pandangan masyarakat terhadap
Kampung Bantar, serta bagaimana dampaknya dalam peningkatan kesadaran bersih, aman, dan
pintar masyarakat Kota Jambi, merupakan pertanyaan mendasar yang dapat digali dan ditemukan
jawabannya dari penelitian ini.
B. Kampung Bantar sebagai Kebijakan Walikota Jambi
1. Pengantar tentang Kampung Bantar
Kampung Bantar merupakan suatu kondisi wilayah kampung di tingkat kelurahan atau
rukun tetangga (RT) yang mampu mengakselerasi percepatan pembangunan, memiliki kondisi
kehidupan sosial ekonomi masyarakat berakhlak dan berbudaya dengan senantiasa memelihara
Mewujudkan Otonomi Daerah). Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, dalam Armando Soares, Ratih
Nurpratiwi dan M. Makmur, Peranan pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan daerah, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, ISSN 2442-6962, Vol. 4, No. 2 (2015). 5 http://jambi.antaranews.com/berita/312148/pengamat--hardiknas-momen-bangkitkan-pendidikan-jambi
4
Jurnal At-Ta’lim, Vol. 7 Tahun 2016. ISSN: 2087-8176
nilai-nilai adat istiadat dan budaya bangsa guna menuju masyarakat yang bersih, aman dan pintar
yaitu :
1) Bersih:
(1) Memiliki sarana dan prasarana permukiman dan perumahan sehat dan tertata rapi.
(2) Memiliki sarana dan prasarana lingkungan yang memadai.
(3) Memiliki tingkat partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan
lingkungan.
(4) Memiliki ruang terbuka hijau, bebas dari polusi
(5) Memiliki tingkat kesadaran dalam Pemanfaatan lahan tidur untuk kebutuhan rumah
tangga dan masyarakat.
(6) Memiliki sanitasi lingkungan yang sehat dan baik.
(7) Memiliki jiwa dan semangat gotong-royong, serta nilai-nilai kesetiakawanan sosial dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Aman:
(1) Lingkungan yang bebas dari bahaya NAPZA dan MIRAS
(2) Lingkungan yang bebas dari tindakan kriminalitas
(3) Lingkungan yang bebas dari tindakan prostitusi dan Asusila
(4) Lingkungan yang bebas dari tindakan kasus KDRT, perceraian rumah tangga,
diskriminasi dan eksploitasi anak.
(5) Lingkungan yang masyarakat senantiasa menjaga semangat musyawarah untuk
(6) mufakat dalam menyelesaikan kegiatan dimasyarakat khususnya dibidang
(7) pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, keamanan dan ketertiban.
(8) Memiliki tingkat kesadaran berpolitik dan hukum yang tinggi.
(9) Lingkungan yang senantiasa menjaga dan menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat,
(10) budaya bangsa dan norma-norma hukum ditengah-tengah masyarakat.
3. Pintar:
(1) Memiliki lembaga pemberdayaan ekonomi masyarakat.
(2) Memiliki lembaga dan kelompok pendidikan dalam peningkatan sumber daya manusia
2) Memiliki kelompok organisasi sosial, kemasyarakatan, kepemudaan dan keagamaan.
3) Lingkungan yang bebas dari buta aksara dan angka putus sekolah
4) Lingkungan yang bebas dari tingkat pengangguran
5) Lingkungan yang bebas dari tingkat kematian ibu hamil dan balita.
6) Lingkungan yang mampu menggali dan mengelola potensi sumber daya manusia
7) dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.
5
Jurnal At-Ta’lim, Vol. 7 Tahun 2016. ISSN: 2087-8176
2. Tujuan Program Kampung Bantar
Program Kampung Bantar merupakan upaya untuk menjadikan suatu lingkungan
perkampungan masyarakat yang berwawasan lingkungan bersih dan sehat, tercukupinya fasilitas
sanitasi dan prasarana lingkungan memadai, permukiman layak huni dan tertata rapi, aman dan
tertib, tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang cukup baik, serta senantiasa menjaga
semangat jiwa gotong-royong, nilai-nilai kesetiakawanan sosial, adat istiadat dan norma-norma
hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang lebih berakhlak dan
berbudaya.
Di era kepemimpinan Walikota Jambi; H. SY Fasha, ME - Drs. H. Abdullah Sani, M.Pd.I
banyak program pemerintah yang dilakukan melalui kebijakan walikota, di antaranya adalah
program Kampung Bantar. Kampung Bantar merupakan singkatan dari “Kampung bersih, aman,
dan pintar”. Melihat singkatan ini, maka akan terlihat bahwa Kampung Bantar memberi
penekanan pada aspek kebersihan, keamanan, dan pendidikan.
Instrumen untuk mengukur kebersihan adalah dilakukan dengan kegiatan gotong royong
membersihkan lingkungan sekitar masyarakat, sedangkan keamanan dilakukan dengan
menggerakkan masyarakat untuk mendirikan pos sistem keamanan lingkungan (poskamling) dan
melakukan ronda; yang biasanya dilakukan pada malam hari. Adapun pendidikan dilakukan
dengan pendirian taman baca masyarakat dan pustaka keliling. Ketiga instrumen ini diharapkan
menjadi alat untuk merealisasikan program dan kebijakan walikota agar bangkit pada tahun 2018.
3. Keberadaan Kampung Bantar sebagai Salahsatu Program Jambi Bangkit di Kota
Jambi
Kampung Bantar sebagai salah satu program Jambi Bangkit yang digaungkan dan menjadi
jargon pembangunan Walikota Jambi keberadaannya telah ikut menjadi instrumen dalam
menggerakkan kebersihan, keamanan dan kepintaran masyarakat di Kota Jambi. Kekuatan
Kampung Bantar bertumpu pada tiga pilar, yaitu 1) bersih, 2) aman, dan 3) pintar.
Beberapa persoalan mendasar yang menjadi kendala dalam mewujudkan Kampung Bantar
tersebut adalah pertama, kesadaran masyarakat yang sudah memudar terhadap aktivitas gotong-
royong, sehingga perlu dibangkitkan lagi. Kedua, kurang tersedianya lahan untuk lokasi pendirian
Poskamling, sehingga menjadi kendala dalam penyediaan sarana dan prasarana Poskamling, dan
ketiga, rendahnya minat baca masyarakat serta kurangnya lahan untuk pendirian taman bacaan.
Dengan aktivitas lomba Kampung Bantar yang diadakan serta penghargaan yang akan
diberikan bagi setip pemenang, maka persoalan Kampung Bantar ikut terpecahkan. Dengan
penataan taman, dan hiasan-hiasan sudut-sudut Kota Jambi telah menjadi inspirasi bagi pihak
6
Jurnal At-Ta’lim, Vol. 7 Tahun 2016. ISSN: 2087-8176
kecamatan, kelurahan dan RT untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan esensi Kampung
Bantar di lingkungan masyarakat.
4. Pentingnya Program Kampung Bantar dalam Meningkatkan Kebersihan, Keamanan
dan Belajar Masyarakat Kota Jambi
Pada tahun 2015, Walikota Jambi H. Syarif Fasha yang suka pindah-pindah kantor dari satu
kelurahan ke kelurahan lain, memiliki banyak cara dan ide kreatif dalam membangun Kota Jambi.
Setelah sukses dengan Enterpeneur Beureucratic dalam menggenjot PAD Kota Jambi, Fasha pun
kini sukses dengan Kampung Bantar-nya. Program model pemberdayaan masyarakat yang pada
Desember 2014 lalu ditetapkan oleh Mensos Khafifah Indah Parawansa sebagai percontohan
nasional tersebut semakin menjamur di Kota Jambi. Tercatat saat ini telah 1.000 lebih Kampung
Bantar berdiri dan 600 Kampung Bantar dalam persiapan untuk diresmikan. Program Kampung
Bantar (Bersih, Aman dan Pintar) yang menjadi percontohan nasional pada Hari Kesetiakawanan
Nasional (HKSN) Desember tahun lalu, dikatakan Fasha dapat menjadi salah satu solusi
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menyukseskan pembangunan di Kota Jambi, karena
Kampung Bantar dapat mengakselerasi percepatan pembangunan Kota Jambi.
Kampung Bantar bertujuan mengurangi ketimpangan antar wilayah, meningkatkan
kesejahteraan dan meningkatkan aktivitas perekonomian," ujar Fasha. Lebih lanjut pelopor
Kampung Bantar itu mengatakan, unsur yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan Kampung
Bantar adalah harus bersih, kemudian aman, dan pintar. "Tahap pertama, fokus pada kebersihan,
bila sudah bersih, kampung tersebut harus diyakini aman, di antaranya adanya keaktifan
siskamling, tidak ada kasus narkoba, atau warga yang terlibat tindakan kriminal, setelah aman,
suatu kampung harus pintar, misalnya warga di kawasan tersebut harus bisa baca tulis semua atau
tidak buta huruf. Anak-anak usia sekolah juga harus bersekolah," terangnya. Sebagai motivasi
untuk menjadikan daerahnya menjadi Kampung Bantar, Pemkot akan lakukan penilaian, bagi
yang terbaik akan diberikan hadiah sesuai kategori. "Pemkot akan mengapresiasi dan
memberikan hadiah bagi Kampung Bantar yang berhasil. Kampung Bantar dalam skala RT kecil
yang terdiri atas 50 kepala keluarga ke bawah, akan diberikan hadiah Rp 5 juta. RT skala 50–99
kepala keluarga mendapat Rp 7,5 juta. RT di atas 100 kepala keluarga menerima Rp 10 juta.
"Hadiah tersebut akan digunakan untuk kepentingan masyarakat yang tidak ter-cover pemerintah,"
terang Fasha yang sukses sebagai pengusaha konstruksi itu. Penggunaan reward yang dananya
diambil dari APBD tersebut, kata Fasha, harus mendapatkan persetujuan dari dua per tiga warga.
Penggunaannya pun tidak untuk hal-hal berat. Misalnya, membantu warga yang sedang
kesusahan atau sedang sakit. Saat ini sudah ada 1.600 kampung yang sedang diproses untuk
7
Jurnal At-Ta’lim, Vol. 7 Tahun 2016. ISSN: 2087-8176
mendapatkan label Kampung Bantar. "Masyarakat sangat menyambut baik program ini. Mereka
bahkan menyesalkan mengapa tidak sedari dulu kita membuat program semacam ini,"
ungkapnya6.
Mewujudkan Kampung Bantar di tengah perkotaaan yang sangat padat penduduknya
merupakan masalah tersendiri. Kesadaran masyarakat akan arti pentingnya Kampung Bantar
perlu terus didorong agar dapat terwujud. Pentingnya Kampung Bantar bukan karena ia
merupakan program pemerintah Kota Jambi untuk diwujudkan, tetapi menyentuh persoalan
utama masyarakat Kota Jambi.
Salah satu problem perkotaan di seluruh penjuru Indonesia adalah menjaga lingkungan
agar tetap bersih dan lestari. Masalah yang sama dihadapi Kota Jambi. Bagi Wali Kota Syarif
Fasha, masalah tersebut tidak bakal tuntas tanpa peran serta masyarakat. Program agresif yang
digaungkan pemerintahan Syarif Fasha sebagai wali kota Jambi adalah Kampung Bantar. Kata
Bantar dalam program tersebut merujuk pada kata bersih, aman, dan pintar. Berjalan sejak
dirinya terpilih pada Juni 2013, program Kampung Bantar di Jambi itu dijadikan proyek
percontohan nasional pada Hari Kesetiakawanan Nasional (HKSN) Desember tahun lalu.
”Kampung Bantar akan disosialisasikan pada HKSN tahun ini di seluruh Indonesia,” kata Fasha.
Lelaki asli Palembang tersebut menjelaskan, menciptakan kota yang resik, aman, dan pintar
adalah kewajiban bagi Kota Jambi. ”Kami adalah ibu kota provinsi. Di mana pun, yang namanya
ibu kota adalah cermin suatu daerah. Bila kami tidak bisa mengubah mindset tersebut, kota-kota
lain bisa saja terimbas,” ulas Fasha yang Kamis lalu (30/4) menerima Penghargaan Inovasi
Pelayanan Publik 2015 untuk Layanan Klinik Lansia Puskesmas Putri Ayu dari Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi tersebut. Kata Fasha, pemerintah sudah
menyediakan berbagai fasilitas kebersihan kota yang layak. Namun, bila tidak ada peran serta
masyarakat yang aktif, semua fasilitas tersebut tidak akan ada artinya. Untuk itu, pihaknya
memulai peran aktif masyarakat dari tingkat terkecil, rukun tetangga (RT).
Dalam setiap RT selalu disosialisasikan mengenai program Kampung Bantar. Untuk tahap
pertama, fokus pada kebersihan. Bila sudah bersih, kampung tersebut harus diyakini aman.
”Indikasinya, mulai keaktifan sistem siskamling, tidak ada kasus narkoba, atau warga yang terlibat
tindakan kriminal. Indikasi tersebut cenderung mudah dihitung secara statistik,” ulas suami
Yuliana Fasha tersebut. Kemudian, setelah aman, suatu kampung harus pintar. Indikasi pintar
pun tidak sulit. Warga di kawasan tersebut harus bisa baca tulis semua alias tidak buta huruf.
Anak-anak usia sekolah juga harus bersekolah. Kampung-kampung tersebut akan disurvei tim
dari pemerintah kota untuk menerima label Kampung Bantar. Bukan sekadar dilabeli, tiap RT
6 Jambi.tribunnews.com/2015/10/01/syarif-fasha-walikota-pelopor-kampung-bantar.
8
Jurnal At-Ta’lim, Vol. 7 Tahun 2016. ISSN: 2087-8176
yang sudah disurvei akan mendapatkan reward yang dibagi beberapa kategori. Dalam skala RT
kecil yang terdiri atas 50 kepala keluarga ke bawah, ada hadiah Rp 5 juta. RT skala 50–99 kepala
keluarga mendapat Rp 7,5 juta. RT di atas 100 kepala keluarga menerima Rp 10 juta. ”Hadiah
tersebut akan digunakan untuk kepentingan masyarakat yang tidak ter-cover pemerintah,” terang
Fasha yang sukses sebagai pengusaha konstruksi itu. Saat ini sudah ada 1.600 kampung yang
sedang diproses untuk mendapatkan label Kampung Bantar. ”Masyarakat sangat menyambut
baik program ini. Mereka bahkan menyesalkan mengapa tidak sedari dulu kita membuat program
semacam ini,” ulasnya. Program lain yang selaras dengan Kampung Bantar adalah Langit Biru.
Dalam kampanye itu, Fasha mengharuskan pasangan untuk menanam dua pohon sebelum
mengikat janji di depan penghulu. Pohon berkayu yang dipilih tersebut bisa ditanam di depan
rumah atau tempat-tempat terpilih. Selain program yang sudah dan sedang berjalan, Fasha sukses
menutup dua lokalisasi besar di Kota Jambi. Salah satunya Payo Sigadung di Kelurahan Rawasari.
Di kawasan tersebut ada sekitar 285 pekerja seks komersial dengan 60 mucikari. ”Pendekatannya
perlahan dan perlu sosialisasi yang berasas kemanusiaan untuk membebaskan kawasan tersebut
dari jerat prostitusi,” tuturnya. Pemerintahan Fasha butuh enam bulan untuk menutup lokalisasi
tersebut7.
Jika dilihat pada tahun 2016, peringkat mutu pendidikan di Provinsi Jambi adalah berada
pada posisi 29 dari 34 Provinsi di Indonesia. Sangat beralasan jika program Kampung Bantar
digelontorkan oleh pemerintah untuk mendongkrak mutu pendidikan tersebut, bahkan bukan
hanya masalah mutu pendidikan, tetapi juga menyentuh aspek kebersihan dan keamanan. Karena
itulah, sesuai dengan Peraturan Walikota Jambi Nomor 47 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Kampung Bersih, Aman dan Pintar, program Kampung Bantar diarahkan untuk
meningkatkan motivasi, swadaya, dan semangat gotong royong masyarakat dalam mendukung
program pembangunan pemerintahan dan kemasyarakatan guna menciptakan suasana kompetitif
yang sehat antar kampung di wilayah kelurahan dan kecamatan dalam Kota Jambi, dipandang
perlu memberikan predikat Kampung Bersih Aman dan Pintar (BANTAR).
5. Tujaun Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak program Kampung Bantar terhadap
peningkatan kesadaran bersih, aman, dan belajar masyarakat Kota Jambi. Tujuan penelitian
digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 1) Bagaimana pandangan masyarakat
Kota Jambi terhadap program Kampung Bantar, 2) Bagaimana sikap masyarakat terhadap
7 www.jpip.or.id/artikelview-477.html.
9
Jurnal At-Ta’lim, Vol. 7 Tahun 2016. ISSN: 2087-8176
program Kampung Bantar Kota Jambi, 3) bagaimana dampak program Kampung Bantar Kota
Jambi.
6. Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan
melalui angket untuk memperoleh data. Adapun analisis data dilakukan dengan menggunakan
regresi untuk melihat seberapa besar sumbangan yang diberikan oleh program Kampung Bantar
Kota Jambi terhadap kesadaran masyarakat Kota Jambi dalam hal kebersihan, keamanan dan
pendidikan.
Penelitian ini berada pada 3 kecamatan di Kota Jambi (kecamatan Telanaipura, Kotabaru,
dan Alam Barajo) dengan melibatkan 1 orang menduduki jabatan sebagai lurah, dan 5 orang
sebagai ketua RT, serta 45 orang warga di tiga kecamatan dijadikan sebagai total sampel. Dengan
demikian total sampel dalam penelitian ini adalah 51 orang.
7. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh melalui angket (questionnaire) yang dijawab sendiri berdasarkan
persepsi responden. Setelah data terkumpul, data dianalisis secara kuantitatif, dan diverifikasi
secara data kualitatif.
8. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara statistik deskriptif dan inferensial, yaitu melalui kategori,
penafsiran, dan penyimpulan. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan software Statistical
Package for Social Science (SPSS) versi 12.0. Untuk analisis statistik deskriptif digunakan untuk
menguraikan secara menyeluruh tentang status populasi penelitian agar dapat memberi gambaran
awal mengenai profil responden yaitu 15 warga di Kecamatan Telanaipura, 15 warga di
Kecamatan Kotabaru, dan 15 warga di Kecamatan Alam Barajo, serta 5 ketua RT, dan 1 orang
lurah, sedangkan analisis inferensi digunakan untuk melihat kaitan yang ada antara variabel yang
dikaji yaitu variabel independen (Kampung Bantar) dengan variabel dependen (kesadaran bersih,
aman, dan pintar).
Analisis inferensial yang digunakan dalam penelitian dimaksud adalah analisis regresi. Data
dianalisis menggunakan regresi untuk melihat uji t, uji F, dan uji R2 untuk menentukan
sumbangan yang diberikan oleh variabel yang diuji.
10
Jurnal At-Ta’lim, Vol. 7 Tahun 2016. ISSN: 2087-8176
9. Temuan dan Pembahasan
Dari analisis yang dilakukan, pada tabel 2 menunjukkan hasil analisis regresi berganda
(stepwise) yang dilakukan terhadap dua indikator variabel independen yaitu pandangan masyarakat
tentang Kampung Bantar di Kota Jambi, sikap masyarakat terhadap Kampung Bantar di Kota
Jambi, dan satu indikator variabel dependen, yaitu dampak Program Kampung Bantar dalam
peningkatan kesadaran bersih, aman, dan belajar masyarakat Kota Jambi.
Dari analisis yang ada menunjukkan bahwa pandangan masyarakat tentang Kampung
Bantar di Kota Jambi telah menunjukkan sumbangan atau pengaruh yang signifikan R2 (0.301)
karena (ρ>0.05), sedangkan sikap masyarakat terhadap Kampung Bantar di Kota Jambi juga
menunjukkan sumbangan atau pengaruh yang signifikan R2 (0.049) karena (ρ>0.05) terhadap
varian dampak Program Kampung Bantar dalam peningkatan kesadaran bersih, aman, dan
belajar masyarakat Kota Jambi.
Tabel 2. Analisis regresi berganda (stepwise) variabel independen pandangan masyarakat
yang memberi dampak program Kampung Bantar Kota Jambi.
Variabel (X) B Beta (β) Nilai-t Sig.-t R2 Sumbangan(%)
Pandangan masyarakat terhadap kampung bantar Kota Jambi
0.610
0.549
4.910
0.000
0.301
30,1
R Berganda (R) 0.549 R Kuadrat (R2) 0.301 Ralat Piawai(Std Error) 0.445
Tabel 3. Analisis Varians
Sumber
Sum of Squere
Df Mean Squere
Nilai-F Tahap Signifikan (ρ)
Regresi
4.775
1
4,775
24,110
0.000*
Residual 11.090 56 0.198
Tabel 4.
Analisis regresi berganda (stepwise) variabel independen sikap masyarakat yang memberi dampak terhadap Kampung Bantar Kota Jambi.
Variabel (X) B Beta (β) Nilai-t Sig.-t R2 Sumbangan(%)
sikap masyarakat terhadap kampung bantar di Kota Jambi
0,255
0,221
1,699
0,095
0,049
4,9
11
Jurnal At-Ta’lim, Vol. 7 Tahun 2016. ISSN: 2087-8176
R Berganda (R) 0.221 R Kuadrat (R2) 0.049 Ralat Piawai(Std Error) 0.519
Tabel 5. Analisis Varians
Sumber
Sum of Squere
Df Mean Squere
Nilai-F Tahap Signifikan (ρ)
Regresi
0.778
1
0,778
2,886
0.095*
Residual 15.088 56 0.269
Penelitian juga menunjukkan bahwa secara bersama-sama pandangan masyarakat terhadap
Program Kampung Bantar dan sikap masyarakat terhadap program Kampung Bantar memberi
sumbangan/pengaruh terhadap dampak Program Kampung Bantar dalam peningkatan
kesadaran bersih, aman, dan belajar masyarakat Kota Jambi berada pada tahap signifikan R2
(0.309) karena (ρ>0.05).
Tabel 6. Analisis regresi berganda (stepwise) secara bersama-sama memberi sumbangan/pengaruh terhadap peningkatan kesadaran bersih, aman, dan belajar masyarakat Kota Jambi
Variabel (X) B Beta (β) Nilai-t Sig.-t R2 Sumbangan(%)
Pandangan dan sikap masyarakat terhadap kampung bantar di Kota Jambi
1.110
0,000
1.978
0.053
0.309
30,9
R Berganda (R) 0.556 R Kuadrat (R2) 0.309 Ralat Piawai(Std Error) 0.446
Tabel 7. Analisis Varians
Sumber
Sum of Squere
Df Mean Squere
Nilai-F Tahap Signifikan (ρ)
Regresi
4.907
2
2,453
12,313
0.000*
Residual 10.958 55 0.199
Informasi pada tabel 2-7 menunjukkan bahwa dari dua indikator variabel independen yaitu
pandangan masyarakat tentang Kampung Bantar di Kota Jambi, sikap masyarakat terhadap
Kampung Bantar di Kota Jambi, kedua indikator variabel independen mempengaruhi secara
signifikan terhadap dampak Program Kampung Bantar dalam peningkatan kesadaran bersih,
aman, dan belajar masyarakat Kota Jambi. Indikator variabel independen yaitu pandangan
12
Jurnal At-Ta’lim, Vol. 7 Tahun 2016. ISSN: 2087-8176
masyarakat tentang Kampung Bantar di Kota Jambi mempengaruhi sebanyak 30,1 % (β = 0.549,
t = 4.910 dan sig.t = 0.000), sedangkan sikap masyarakat terhadap Kampung Bantar di Kota
Jambi sebanyak 4, 9 % terhadap dampak kampung bantar di Kota Jambi (β = 0.221, t = 1.699
dan sig.t = 0.095). Adapun secara bersama-sama indikator variabel independen yaitu pandangan
masyarakat tentang Kampung Bantar di Kota Jambi, sikap masyarakat terhadap Kampung Bantar
di Kota Jambi memberi sumbangan/pengaruh secara signifikan terhadap dampak Program
Kampung Bantar dalam peningkatan kesadaran bersih, aman, dan belajar masyarakat Kota Jambi
(β = 0.000, t = 1.978 dan sig.t = 0.053).
Secara umum dua indikator variabel independen yang mempengaruhi secara signifikan
terhadap dampak program Kampung Bantar dalam peningkatan kesadaran bersih, aman, dan
belajar masyarakat Kota Jambi dapat dibentuk berdasarkan persamaan regresi seperti berikut:
Y=0.000+30,1X1+4,9X2+0,549R1+0,221R2
di mana:
Y = Dampak Kampung Bantar di Kota Jambi
X1 = Pandangan masyarakat terhadap Kampung Bantar
X2 = Sikap masyarakat terhadap Kampung Bantar
Ralat1 = 0,549
Ralat2 = 0,221
Konstan (C) = 0.000
Beberapa sumber menyebutkan bahwa beberapa kelurahan yang telah mengikuti program
Kampung Bantar selain tiga kelurahan yang dipilih sebagai lokasi penelitian ini adalah 1)
Kelurahan Thehok, 2) Kelurahan Wijayapura, 3) Kelurahan Kebun Handil, dan 4) Kelurahan
Talang Banjar.
Hazmi (Lurah Thehok) misalnya menyatakan bahwa pada tahun 2016 ini, prioritas
pelaksanaan program masih bertumpu pada program utama pemerintah Kota Jambi. Salah
satunya adalah Program Kampung Bantar. Setelah pada tahun 2015 lalu, Kampung Bantar
sukses dilaksanakan pada RT terpilih di seluruh Kelurahan, maka di tahun ini Kampung Bantar
direncanakan akan lebih ditingkatkan jumlahnya. “Yang dapat reward kemarin jadi termotivasi
untuk ikut serta pada penilaian,” kata Hazmi, Lurah Thehok. Dia menyebutkan saat ini 39 RT
yang ada di Kelurahan Thehok sudah siap untuk diikutkan dalam penilaian Kampung Bantar.
Hanya saja, dikarenakan kapasitas yang diajukan terbatas maka pihaknya akan memilik RT yang
lebih memadai untuk diikutkan dalam penilaian kampung bantar di tahun 2016. “Kita pilih mana
yang lebih layak dan lebih baik, sementara itu RT lainnya juga dapat terus berlomba mencapai
13
Jurnal At-Ta’lim, Vol. 7 Tahun 2016. ISSN: 2087-8176
kriteria penilaian kampung bantar,” lanjutnya. Saat ini diakui Hazmi, Poskamling sudah ada di 39
RT yang ada di Kelurahan Thehok, hanya saja sarana prasarana penunjang lainnya harus dipenuhi
lagi. Selain itu, kegiatan atau aktifitas positif masyarakat juga lebih digiatkan agar tumbuh
kesatuan dan rasa saling memiliki, kerjasama dan gotong royong menjadikan RT masing-masing
lebih baik8.
Hal senada juga diungkapkan oleh Lurah Wijaya Pura Sella Novelina, Menurutnya
Kampung Bersih, Aman dan Pintar (Bantar) yang menjadi program unggulan Walikota Jambi
sangat dirasakan manfaatnya oleh warga. Penilaian Kampung Bantar tahap satu telah memotivasi
para lurah untuk dijadikan Kampung Bantar di masing-masing kelurahan dalam Kota Jambi,
demikian juga dengan kelurahan Wijaya Pura, Kecamatan Jambi Selatan. Lurah Wijaya Pura, Sella
Novelina, menyebutkan pihaknya telah memperoleh pernghargaan di dua RT pada penilaian
Kampung Bantar tahun 2015. Hal ini memicu semangatnya untuk mencanangkan beberapa RT
lagi sebagai Kampung Bantar. “Kita targetkan ada 4 RT lagi yang dijadikan kampung Bantar,”
sebutnya. Meski enggan menyebutkan RT mana saja yang dipersiapkan menuju Kampung Bantar,
dia mengaku persiapan lokasi sudah hampir rampung. Persiapan kampung bantar disesuaikan
dengan indikator yang diperlukan seperti keamanan, kebersihan dan indikator lainnya. “Semua
indikator harus kita penuhi. Dirahasiakan dulu agar tidak diintip,” terangnya. Disampaikannya,
sarana prasarana Fisik penunjang di kelurahan tersebut sudah ada, hanya saja perlu dilakukan
revitalisasi dan peremajaan kembali, salah satunya Poskamling. Ada 8 titik poskamling yang aktif
menjaga keamanan wilayahnya. Kondisinya masih cukup memadai, hanya saja perlu dilakukan
perbaikan serta tambahan sarana yang digunakan. “Karena indikator keamanan menjadi prioritas,
maka perbaikan poskamling harus kita lakukan ke depannya,” tandasnya9.
Program pemerintah Kota Jambi berupa Kampung Bantar tidak jarang sulit diwujudkan
oleh pihak kelurahan dan RT, terutama yang berkaitan dengan kelengkapan sarana dan prasarana
fisik dan kesadaran masyarakat membangun gotong royong10. Temuan ini didukung oleh
pendapat Lurah Kebun Handil Sucipto yang mengaku bahwa pihaknya tahun 2016 ini hanya
menyiapkan satu RT yang diikutkan dalam penilaian Kampung Bantar. Hal ini tidak terlepas dari
keterbatasan RT lainnya untuk turut diikutkan dalam penilaian Kampung Bantar.
Demikian juga diungkapkan oleh Lurah Talang Banjar yang mengatakan bahwa ketatnya
syarat untuk mengikuti lomba Kampung Bantar menyebabkan Kelurahan Talang Banjar hanya
mengajukan 1 RT untuk mengikuti lomba tersebut. Pihaknya hanya fokus pada satu RT yang
sudah memiliki Poskampling. Khairansyah (Lurah Talang Banjar) mengungkapkan bahwa sejauh
8 www.jambiekspresnews.com/berita-21577--targetkan-seluruh-rt-jadi-kampung-bantar.html 9 www.jambiekspresnews.com/berita-20101-empat-rt-jadi-kampung-bantar.html 10 Jambi Ekspress, 14 April 2016.
14
Jurnal At-Ta’lim, Vol. 7 Tahun 2016. ISSN: 2087-8176
ini, kendala pembentukan Kampung Bantar karena keterbatasan Poskamling. Dari 35 RT, baru
sekitar 14 RT yang memiliki Poskamling. Jadi 60 % RT belum memiliki Poskamling11.
10. Referensi
Armando Soares, Ratih Nurpratiwi dan M. Makmur, Peranan pemerintah daerah dalam perencanaan
pembangunan daerah, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, ISSN 2442-6962, Vol. 4, No. 2 (2015).
Riyadi & Deddy Bratakusumah. (2004). Perencanaan Pembangunan Daerah (Strategi Menggali
Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah). Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Siaga Basu Murbeng, Mochamad Saleh Soeaidy, Riyanto, Pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan ( PNPM MP) (Studi pada Desa Bendungan Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung), Jurnal Administrasi Publik, Vol. 1 No. 5, hal 1257-1265.
Stepanus Henryk, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Kelurahan Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang Kota Samarinda, Ejournal Ilmu Pemerintahan, 2013, 1 (2): 612 – 625
Suryono, Agus & Trilaksono Nugroho. (2008) Paradigma, Model, Pendekatan Pembangunan, dan
Pemberdayaan masyarakat di Era Otonomi Daerah. Malang, Banyumedia Publishing.
Suryono, Agus, 2001. Teori dan Isu Pembangunan, UM-Press, Jakarta. www. Jambi Ekspres, tanggal 14 April dan 23 Agustus 2016. www. jambi.tribunnews.com/2015/10/01/syarif-fasha-walikota-pelopor-kampung-bantar. www.jambi.antaranews.com/berita/312148/pengamat--hardiknas-momen-bangkitkan-
pendidikan-jambi www.jambiekspresnews.com/berita-20101-empat-rt-jadi-kampung-bantar.html www.jambiekspresnews.com/berita-21577--targetkan-seluruh-rt-jadi-kampung-bantar.html www.jpip.or.id/artikelview-477.html.
11 Jambi Ekspres, 23 Agustus 2016.