kontraktur ec luka bakar
DESCRIPTION
kontrakturTRANSCRIPT
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 2
BAB II ILUSTRASI KASUS 3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 16
BAB IV KESIMPULAN 43
DAFTAR PUSTAKA 44
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kontraktur adalah kontraksi yang menetap dari kulit dan atau
jaringan dibawahnya yang menyebabkan deformitas dan keterbatasan
gerak. Kelainan ini disebabkan karena tarikan parut abnormal pasca
penyembuhan luka, kelainan bawaan maupun proses degeneratif.
Kontraktur yang banyak dijumpai adalah akibat luka bakar. Data
penderita kontraktur pasca luka bakar yang ditangani di SMF/Departemen
Bedah plastik RSUD Dr. Soetomo – FK Unair pada tahun 2007 dan 2008
didapatkan 65 kasus. Penderita dewasa sebanyak 38 kasus (58,5%) dan
anak 27 kasus (41,5%). Area yang terkena adalah daerah leher dan wajah
18 kasus (27,7%), aksila 5 kasus (7,7%), tangan 36 kasus (55,4%), lainnya
6 kasus (9,2%). Penderita anak yang mengalami kontraktur leher adalah 5
kasus atau sekitar 27,8% dari jumlah seluruh kontraktur leher. Sebagian
besar penanganan kasus kontraktur tersebut adalah pembebasan
kontraktur, eksisi parut dan penutupan skin grafting dengan atau tanpa
flap local.1
2
BAB II
ILUSTRASI PASIEN
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
- Nama : Tn. F
- Jeniskelamin : laki-laki
- Usia : 54 tahun
- Tempat tanggal lahir : Lho Sukon,26/05/1960
- Alamat : Bojong Raya Gg Kopaja No 1. Rawabuaya,
Cengkareng
- Pendidikan : D3
- Pekerjaan : Karyawan Swasta
- Status perkawinan : Kawin
- Agama : Budha
- Warga Negara : Indonesia
- Pembiayaan : BPJS Mandiri
- Tanggal Masuk RS : Selasa, 28 September 2014
- Ruang perawatan : P. Bintan RSAL Mintohardjo
- No. RekamMedik : 116154
3
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 29
September 2014 pukul 08.00 WIB di P.Bintan RSAL Mintohardjo.
a. KELUHAN UTAMA
Leher, hidung, mata dan bibir tertarik akibat luka bakar.
b. KELUHAN TAMBAHAN
Mata kiri terasa perih, pandangan agak berbayang, sering keluar air dan
kotoran mata. Hidung mampet dan leher kaku kerena tarikan kulit akibat luka
bakar. Telinga kiri terasa berdengung. Dada dan kedua tungkai terdapat
jaringan parut akibat luka bakar
c. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke poliklinik RSAL Mintohardjo dengan keluhan kulit tertarik
akibat luka bakar zat kimia asam tahun 1990. Kulit tertarik wajah terutama
mata, hidung, telinga, bibir dan leher. Karena tarikannya pasien sering merasa
kaku di leher dan wajah, mata kiri perih, berair, dan keluar kotoran. Di kedua
tungkai dan dada tertarik akibat luka bakar.
d. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Tidak terdapat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, dan karsinoma
e. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak terdapat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, dan karsinoma
f. RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien mendapat penanganan akut luka bakar langsung setelah kejadian.
Operasi di singapura sebanyak satu kali. Operasi selanjutnya sebanyak 11 kali
4
dilakukan di China. Jarak antar operasi kurang lebih sekitar dua minggu.
Pasien tidak tahu detail mengenai jenis operasinya.
g. RIWAYAT KEBIASAAN
Pasien mempunyai kebiasaan merokok kurang lebih 1 bungkus per hari
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 29 September 2014 pukul 08.00
WIB di P.Bintan RSAL Mintohardjo.Status generalis
KeadaanUmum
- Kesansakit : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Compos mentis
- Kesangizi : Gizi cukup
- Sianosis : tidak ada
- Edema : tidak ada
- Dispnea : tidak ada
Tanda vital
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Nadi : 92x/menit
- Suhu : 36.3oC
- Laju Pernafasan : 18x/menit
- Berat badan :73
- Tinggi badan :170
- BMI :25,25
Status generalis
5
Kulit (pada status lokalis)
Mata (pada status lokalis)
Hidung (pada status lokalis)
Mulut (pada status lokalis)
Telinga(pada status lokalis)
Leher(pada status lokalis)
Thoraks
o Inspeksi dinding dada
- Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak tampak dilatasi
vena, terdapat kontraktur pada dada
- Sternum bentuk normal, mendatar, tulang iga normal, sela iga
tidak melebar, retraksi sela iga (-)
o Paru
- Inspeksi : gerak napas dada kanan dan kiri
simetris.
- Palpasi : pergerakan nafas kedua hemithorax
simetris, vocal fremitus kanan dan kiri
sama teraba sama kuat
- Perkusi : perkusi pada dinding dada kanan dan
Kiri didapatkan suara sonor
- Auskultasi : Suara napas vesikuler terdengarsama
pada kedu ahemithorax, wheezing -/-,
ronchi -/-
o Jantung
- Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis pada
6
dinding dada
- Palpasi : pulsasi ictus cordis terab ateratur di
ICS 5, 1 cm medial linea midklavikula
sinistra
- Perkusi : batas kanan : redup pada ICS 3 – 5
Linea sternalis kanan
Batas atas : terdengarredup di ICS 3
linea parasternalis kiri
batas kiri : dengan suara redup di
ICS 5, 1 cm medial
lineamidklavikulariskiri
- Auskultasi : BJ I & II regular, murmur (-), gallop (-),
bunyijantungtambahan (-)
Abdomen
- Inpeksi : warna kulit sawo matang, bentuk normal
simetris, smiling umbilicus (-), dilatasi vena (-)
tersapat kontraktur pada perut, sagging of the
flanks (-),
- Auskultasi : BU (+) 3x/menit, normal
- Perkusi : timpani padaseluruh abdomen, shifting
dullness (-)
- Palpasi : supel, rigiditas (-), defens muscular (-), nyeri
tekan (-) padaregio epigastrium
hypocondrium kiri, dan lumbal kiri, massa
(-), pembesaran hepar (-),turgor kulit baik
7
Punggung :
o NyeriKetuk CVA (-)
o Tidak ada kelainan bentuk pada vertebrae
o Tidak terdapat nyeri pada perabaan vertebra
Ekstremitas
o Atas
Pemeriksaan Kanan Kiri
Kulit Terdapat kontraktur Terdapat kontraktur
Tonus Tonus baik Tonus baik
Trofi Eutrofi Eutrofi
Edema Tidak ada edema Tidak ada edema
Deformitas Tidak ada deformitas Tidak ada deformitas
Nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
o Bawah
Pemeriksaan Kanan Kiri
Kulit Terdapat kontraktur Terdapat kontraktur
Tonus Tonus baik Tonus baik
Trofi Eutrofi Eutrofi
8
Edema Tidak ada edema Tidak ada edema
Deformitas Tidak ada deformitas Tidak ada deformitas
Nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
B. Status lokalis
Kulit
- Warna : warna kulit sawo matang, tidak pucat, tidak
ikterik, tidak sianosis,
- -Lesi : terdapat kontraktur pada wajah yaitu: mata, hidung,
bibir atas, telinga kiri; leher; dada; kedua eksremitas
kanan dan kiri
- Rambut : tumbuh rambut pada permukaan kulit, Berwarna
hitam, distribusi tidak merata akibat kontraktur
- Turgor : turgor baik
Kepala
Kepala normocephali, wajah asimetris karena terdapat kontaraktur.
Rambut berwarna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata
- Kulit palpebra sinistra kaku
- Exophtalmus : -/-
- Enophtalmus : -/-
- Oedem palpebral : -/-
9
- Konjungtivaanemis : -/-
- Keratitis :-/+
- Sclera ikterik : -/-
- Injeksik konjungtiva : -/-
- Pupil : bulat, isokor, RCL +/+, RCTL
+/+
Hidung
- Septum terletak di tengah, namun terdapat kontraktur pada
seluruh permukan hidung
Mulut
- Bibir : pucat (-), ikterik (-), kering (-), terdapat
kontraktur kulit pada bibir atas
- Oral hygiene : cukup baik
- Faring : tidak hiperemis
- Lidah : normoglossi, tidakkotor
Telinga
- Normotia pada aurikula dekstra, terdapat kontraktur sehingga
daun telinga sinistra tidak terlihat
- Liang telinga : sekret -/-. Serumen -/-, darah -/-
- Nyeri tekan os mastoid : -/-
- Nyeri tekan tragus : -/tidak dapat dinilai
- Nyeri Tarik : -/tidak dapat dinilai
Leher
- Terdapat Kontraktur
- Trakea : lurus ditengah
10
- KGB : tidak ada pembesaran KGB
- Tiroid : tidak ada pembesaran tiroid
IV. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
- Pemeriksaan Lab. Darah
Tanggal : 11/09/2014 pukul 11.45
Hematologi
Darahrutin
Lekosit 8.800 /µl
Eritrosit 5.51 juta/µl
Hemoglobin 14.7 g/dl
Hematokrit 46 %
Trombosit 370.000 ribu/µl
Hemostasis
Masa Pendarahan/BT 2’30” menit
Masa Pembekuan/CT 11’00” menit
Golongan Darah (ABO)
Golongan darah B
Rhesus Positif
Fungsi Hati
AST (SGOT) 30 U/l
Fungsi ginjal
Ureum 20 mg/dl
11
-Pemeriksaan Radiologis
Jantung CTR<50, bentuk normal, corakan bronkovaskular normal, tidak
tampak bercak-bercak kesuraman, sinus costrofrenikus dan diagfragma baik, costae
dan tulang-tulang baik.
V. RESUME
Tahun 1990 pasien mengalami luka bakar oleh zat asam kuat berupa sulfat di pabrik
spare part. Zat tersebut mengenai wajah pada mata,hidung,bibir, telinga, leher, dada dan
kedua tungkai atas dan bawah. Pada saat itu pasien mengeluhkan sesak nafas dan terasa
panas. Pasien dirawat satu hari untuk penangan akut dari luka bakar. Kemudian pasien pergi
ke singapura dan dioperasi sebanyak satu kali. Operasi selanjutnya sebanyak 11 kali
dilakukan di China. Jarak antar operasi kurang lebih sekitar dua minggu. Pasien tidak tahu
detail mengenai jenis operasinya.
Selama satu tahun setelah mengalami luka bakar pasien merasa ketidaknyamanan
berupa badan terasa panas sehingga sering kali pasien mandi dengan air dingin. Selain itu
pasien sering merasa gatal pada daerah yang terkena luka bakar.
Tahun 2014 pasien datang ke poliklinik RSAL dr.Mintohardjo dengan keluhan kulit
tertarik akibat luka bakar pada daerah wajah yaitu mata, hidung, bibir, telinga dan leher.
Pandangan mata kiri berbayang , sering berair dan mengeluarkan kotoran. Pada hidung sering
terasa mampet. Pada bibir sering mengeluarkan air liur. Leher terasa kaku akibat tarikan kulit
VI. DIAGNOSIS
Kontraktur wajah, telinga, leher, dada dan keempat eksremitas ec luka bakar oleh zat
kimia asam
12
Keratitis exposure optikus sinistra
VII. LAPORAN OPERASI
Tanggal: 29 September 2014
Pukul: 12.00
Ahli bedah: dr. Dani Wicaksono, SpBP-RE
Ahli anestesi: dr.Eko Sp. An
Diagnosa pra bedah: kontraktur leher, bibir atas, hidung, kelopak mata atas
Macam operasi : Eksisi, relase kontraktur, FTSG (Full Thickness Skin Graf)
Langkah-langkah operasi:
Posisi pasien terlentang dengan general anestesi
Dilakukan aseptic dan antiseptic di daerah daerah op dan donor
Dibuat marker incisi
Dilakukan relase kontraktur leher dengan multiple Z plasty
Diambil donor kulit Full thickness skin graf dari region inguinal
Dilakukan eksisi dan relese kontrakturatas bibir hidung
Defek ditutup dengan FTSG
Dilanjutkan dengan eksisi dan relese kontraktur palpebra superior dan inferior oculo
sinistra, defek ditutup dengan FTSG
13
Skin graf difiksasi dengan jahitan Matras oleh benang prolene 5-0
Operasi selesai
VI. PENATALAKSANAAN PASCA OPERASI
Tanggal 1 oktober 2014
Injeksi ceftriaxon 2x1 gr, tramadol 3x1 ampul, kalnek 3x 1 ampul, ranitidine 2x1
ampul
Tanggal 2 oktober 2014
Injeksi stop ganti per oral. Cefixime 2x1, asam mefenamat 3x1
Tanggal 3 oktober 2014
Cefixime 2x1, asam mefenamat 3x1, salep gentamicin untuk mata, alfared 2x1,
axamed plus 2x1
Ganti perban
Tanggal 6 oktober 2014 kontrol, Pasien boleh rawat jalan
14
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad cosmetikum : Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI KULIT
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ
terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang
dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit
tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan
bokong.2
15
EPIDERMIS
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
pidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan
dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):2
1. Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan
telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum.
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan
sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
16
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.
4. Stratum Spinosum.
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-
filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi
sel dan melindungi terhadap efek abrasi.Epidermis pada tempat yang terus
mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih
banyak tonofibril.Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan
Malfigi.Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum).
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam
pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28
hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain.
Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis sebagai Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).
DERMIS
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True
Skin”.Lapisan dermis ini paling tebal dapat dijumpai di punggung dan paling tipis pada
palpebrae.Hubungan antara dermis dan epidermis ini tidaklah sebagai bidang yang rata, tetapi
berbentuk gelombang.Bagian dermis yang menonjol ke dalam epidermis dinamakan papilla,
sedangkan bagian epidermis yang menonjol ke dermis disebut rete ridge. Papila ini pada
17
telapak tangan dan jari-jari terutama tersusun linier yang member gambaran kulit yang
berbeda-beda sebagai dermatoglyphic .Bagian dermis papiler ini tebalnya sekitar seperlima
dari tebal dermis total.Bagian bawah dari dermis papiler ini dinamakan dermis retikuler yang
mengandung vasa darah dan lymphe, serabut syaraf, adnexa dan lainnya.2
Batas antara epidermis dan dermis dibentuk oleh zone membrane basalis. Dengan
menggunakan mikroskop elektron, membrane ini dapat dilihat terdiri dari 4 komponen yaitu :
membrane sel dari sel basal dengan hemidesmosom, celah intermembranous, lamina basalis,
komponen fibrous dermis yang dapat dilihat dengan mikroskop biasa dengan pewarna khusus
menggunakan PAS. Zone membrane basalis ini merupakan filter semipermeable yang
memungkinkan pertukaran sel dn cairan antara dermis dan epidermis.3
SUBKUTIS
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.Lapisan
ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di
bawahnya.Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi
individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.3
Fungsi Subkutis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk
tubuh dan mechanical shock absorber.
II. LUKA BAKAR
DEFINISI
18
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau
radiasi (radiation) .
INSIDEN
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini, yang
mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat perawatan luka
bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani luka bakar terdiri dari
berbagai disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan
keluarganya.
Di Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya memerlukan pertolongan medik setiap
tahunnya untuk injuri yang disebabkan karena luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat di
rumah sakit dengan injuri yang berat.
Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok
umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama
pada orang tua atau lanjut usia diatas 70 tahun.4
ETIOLOGI
Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :4
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas
atau objek-objek panas lainnya.
19
2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau
basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar
menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya
karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer.
Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
3. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya
voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi
untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
FAKTOR RESIKO
Data yang berhasil dikumpulkan oleh Natinal Burn Information Exchange menyatakan 75 %
semua kasus injuri luka bakar, terjadi didalam lingkungan rumah. Klien dengan usia lebih
dari 70 tahun beresiko tinggi untuk terjadinya luka bakar.5
EFEK PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR
20
1. Pada Kulit
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada
luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh
bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar
yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface area)
atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan
luasnya injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari
tubuh.4
2. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin,
serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri. Substansi-
substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes
(to seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh
akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan sel
menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan
menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan
intracellular dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan
volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik
pada area yang mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan
terjadi penurunan sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai
respon terhadap pelepasan catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali
turunnya kardiac output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi
dari pengeluaran cairan intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi
21
melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang
normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml.
Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler
tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan ancaman kematian
bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.
Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak
mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput kembali
normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira
24 jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume
sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang
kemudian menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena
kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh kemudian
mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya.
3. Sistem Renal dan Gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR
(glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga
berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada
klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.6
4. Sistem Imun
22
Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu
penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan
perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang
mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya
infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup pasien.6
5. Sistem Respiratori
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri
dan “lung compliance”.
a. Smoke Inhalation.
Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali
berhubungan dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan
lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh api.6
Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB
yang mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau
nasopharynx, rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe, kemerahan
pada selaput hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam
sputum, dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis.
Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan
berat dan tipe asap atau gas yang dihirup.
b. Keracunan Carbon Monoxide.
23
CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik
terbakar. Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat
mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka
molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan hemoglobin
sehingga membentuk carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan dapat terjadi
akibat penurunan secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen dalam
darah. Kadar COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar serum darah.
Manifestasi dari keracunan CO adalah sbb :
DERAJAT KEDALAMAN
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas
sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytren membagi
atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu:7
1. Luka bakar derajat I :
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hipermik berupa eritem,
tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.
2. Luka bakar derajat II
24
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai
proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Dibedakan atas 2 (dua) bagian :
A. Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis. Organ –
organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak. Semua ini merupakan
benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa
terbentuk cicatrik.
B. Derajat II dalam / deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan epitel
tinggal sedikit. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea
tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
C. Luka bakar derajat III
25
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai
jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa
elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat
sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung – ujung
sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.
LUAS LUKA BAKAR
Wallace membagi tubuh atas bagian – bagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal dengan
nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.8
26
Menentukan luka bakar menurut Lund dan Browder: 6
Area luka bakar 0-1 Tahun
1-4 Tahun
5-9 Tahun
10-14 Tahun
15 Tahun
Dewasa 2 % 3 % Total
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Dada 13 13 13 13 13 13
Punggung 13 13 13 13 13 13
Lengan kanan atas 4 4 4 4 4 4
Lengan kiri atas 4 4 4 4 4 4
Lengan kanan bawah 3 3 3 3 3 3
Lengan kiri bawah 3 3 3 3 3 3
Tangan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Genetalia 1 1 1 1 1 1
Bokong kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Bokong kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Paha kanan 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5
Paha kiri 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5
Tungkai kanan 5 5 5,5 6 6,5 7
Tungkai kiri 5 5 5,5 6 6,5 7
Kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Kriteria berat ringan luka bakar menurut American Burn Association :6
1. Luka bakar ringan
Luka bakar derajat II < 15 %
27
Luka bakar derajat II < 10 % pada anak-anak
Luka bakar derajat III < 1 %
2. Luka bakar sedang
Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
Luka bakar derajat III < 10%
3. Luka bakar berat
Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
Luka bakar derajat III 10% atau lebih
Luka bakar mengenai tangan, wajah telinga, mata, kaki dan genitalia/ perineum
Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain. Kategori Luka Bakar
Mayor jika didapatkan :
• Luka Bakar derajat Dua >25% luas permukaan tubuh pada dewasa
• Luka Bakar derajat Dua >20% luas permukaan tubuh pada anak-anak
• Luka Bakar derajat Tiga >10% luas permukaan tubuh
• Mengenai wajah, kedua mata, kedua tangan, kaki atau perineum
• Semua luka bakar listrik/elektrik
• Semua luka bakar inhalasi
• Luka bakar komplikasi dengan trauma mayor lain
PENANGANAN LUKA BAKAR
Upaya petama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti
dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang
28
menyala. Korban dapat mengusahakan dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling agar
pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan panas juga harus cepat diakhiri,
misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar datau menmasukan diri pada ait dingin
atau melepaskan baju yang tersiram air panas.9
Pertolongan pertama setelah sumber panas hilang adalah merendam daerah luka bakar dalam
air mengalir sekurang-kurangnya lima belas menit. Upaya pendinginan dan mempertahankan
suhu suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan proses koagulasi protein sel di
jaringan yang terpajan suhu tinggi yang akan terus berlangsung, walauoun api telah
dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas. Oleh karena itu, merendam bagian yang
terbakar selama lima belas menit bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga
kerusakan jaringan lebih dangkal.9
Pada luka bakar ringan , prinsip penangan utama adalah mendiinginkan daerah terbakar
dengan air, mencegah infeksi dan memberikan sisa sel epitel untuk belpoliferasi dan menutup
permukaaan luka. Luka dapat dirawat tertutup atau terbuka.
Pada luka bakar luas dan dalam pasien harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat yang
punya tenaga terlatih dan unit luka bakar yang memadai untuk penanganan luka tersebut.
Dalam perjalanan penderita sudah dilengkapi dengan infus dan penutup kain yang bersih
serta mobil ambulans atau sejenisnya yang bisa membawa penderita dalam posisi tidur
terlentang.
29
Pada luka bakar berat, selain penanganan umum dilakukan resusitasi segera bila pasien
menunjukan gejala syok. Bila pasien menunjukan adanya gajala terbakar jalan nafas maka
berikan campuran udara lembab dan oksigen. Bila terjadi oedem laring maka pasang pipi
endotrakeal atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan nafas,
mengurangi ruang mati dan memudahkan pembrsihan jalan nafas dari lender dan kotoran.
Bila ada keracunan CO segera diberikan oksigen murni.
Luka bakar akibat asam hidrofluorida perlu di lavase sebanyak-banyaknya dan diberi gel
kalsiumglukonat topical. Pemberian kalsium sistemik juga diperlukan karena asam
hidroflorida mengendapkan kalsium pada lika bakar.
Perawatan local adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka
untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan luka
tertutup.
PEMBERIAN CAIRAN INTRAVENA
Sebelum infuse diberikan, luas dan dalamnya luka harus ditentukan secara teliti. Kemudian,
jumlah cairan infus yang diberikan dihitung dengan cara:
30
Cara Evans:
1. Luas luka dalam persen x berat badan dalam kg (hasil menjadi ml NaCl per 24 jam)
2. Luas luka dalam persen x berat badan dalam kg (hasil menjadi ml plasma per 24 jam)
3. 2000cc Glukosa 5% per 24 jam
Pada no 1 dan 2 berguna untuk mengganti cairan yg hilang akibat oedem. Separuh jumlah
1+2+3 diberikan pada 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari
kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Pada hari ke tiga diberikan setengah jumlah
hari kedua. Penderit mula mula dipuasakan karena peristaltic usus terlambat pada keadaan
prasyok dan mulai diberikan minum segera setelah fungsi usus normal kembali. Bila dieresis
pada hari ke tiga memuaskan dan penderita dapat minum tanpa kesulitan, infuse dapat
dihentikan atau dikurangi.9
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter, yaitu:
luas luka bakar dalam persen x berat badanx 4 ml larutan Ringer.
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16
jam. Hari pertama menggunakan cairan Kristaloid yaitu ringer laktat. Hari kedua diberikan
setengah hari pertama. Intinya status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus-
menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari dieresis yang noemal yaitu
sekurang-kurangnya 1000-1500ml/24 jam atau iml/kgBB/jam dan 3ml/kgBB/jam pada anak-
anak. Yang penting juga adalah pengamatan apakah sirkulasi normal atau tidak.
OBAT-OBATAN DAN NUTRISI
Antibiotik sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai
adalah golongan aminoglikosida, yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi,
antibiotic diberikan berdasarkan biakan dan uji kepekaan kuman.
31
Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui intravena dalam dosis serendah
mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat tanpa disertai hipotensi.
Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa toxoid.
Nutrisi yang diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen
yang negative pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan
protein yang tinggi.9
Tiap unit luka bakar sudah menerapkan pemberian dini nutrisi enteral melalui selang
nasogastrik untuk mencegah terjadinya Ulkus curling dan memenuhi kebutuhanstatus
hipermetabolisme yang terjadi pada fase akut luka dan mendekompresi lambung.
III. PENANGANAN PADA KONTRAKTUR
Hal utama yang dipertimbangkan untuk terapi kontraktur adalah pengembalian fungsi
anggota badan untuk mencegah kontraktur sendi yang rekuren. Penanganan kontraktur dapat
dliakukan secara konservatif dan operatif :
1. Konservatif
Seperti halnya pada pencegahan kontraktur, tindakan konservatif ini lebih mengoptimalkan
penanganan fisioterapi terhadap penderita, meliputi :9
32
1.Proper positioning
Positioning penderita yang tepat dapat mencegah terjadinya kontraktur dan keadaan ini harus
dipertahankan sepanjang waktu selama penderita dirawat di tempat tidur.
Proper positioning pada penderita luka bakar adalah sebagai berikut :
- Leher : ekstensi / hiperekstensi
- bahu : abduksi, rolasi eksterna
- Antebrakii : supinasi
- Lutut : lurus, jarak antara lutut kanan dan kiri 20”
- Sendi panggul tidak ada fleksi dan rolasi eksterna
- Pergelangan kaki : dorsofleksi
2. Exercise
33
Untuk memelihara lingkup gerak sendi dan mencegah kontraktur. Exercise yang teratur dan
terus-menerus pada seluruh persendian baik yang terkena luka bakar maupun yang tidak
terkena, merupakan tindakan untuk mencegah kontraktur. Adapun macam-macam exercise
adalah :
- Free active exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri.
- Isometric exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri dengan kontraksi otot
tanpa gerakan sendi.
- Active assisted exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri tetapi mendapat
bantuan tenaga medis atau alat mekanik atau anggota gerak penderita yang sehat.
- Resisted active exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita dengan melawan tahanan
yang diberikan oleh tenaga medis atau alat mekanik.
- Passive exercise : latihan yang dilakukan oleh tenaga medis terhadap penderita.
3 Stretching
Kontraktur ringan dilakukan strectching 20-30 menit, sedangkan kontraktur berat dilakukan
stretching selama 30 menit atau lebih dikombinasi dengan proper positioning. Berdiri adalah
stretching yang paling baik, berdiri tegak efektif untuk stretching panggul depan dan lutut
bagian belakang.
4 Splinting / bracing
5 Pemanasan
Pada kontraktur otot dan sendi akibat scar yang disebabkan oleh luka bakar, ultrasound
adalah pemanasan yang paling baik, pemberiannya selama 10 menit per lapangan. Ultrasound
34
merupakan modalitas pilihan untuk semua sendi yang tertutup jaringan lunak, baik sendi
kecil maupun sendi besar.
2. Operatif
Tindakan operatif adalah pilihan terakhir apabila pcncegahan kontraktur dan terapi
konservatif tidak memberikan hasil yang diharapkan, tindakan tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa cara :10
a. Z – plasty atau S – plasty
Indikasi operasi ini apabila kontraktur bersama dengan adanya sayap dan dengan kulit sekitar
yang lunak. Kadang sayap sangat panjang sehingga memerlukan beberapa Z-plasty.
b. Skin graft
Indikasi skin graft apabila didapat jaringan parut yang sangat lebar. Kontraktur dilepaskan
dengan insisi transversal pada seluruh lapisan parut, selanjutnya dilakukan eksisi jaringan
35
parut secukupnya. Sebaiknya dipilih split thickness graft untuk l potongan, karena full
thickness graft sulit. Jahitan harus berhati-hati pada ujung luka dan akhirnya graft dijahitkan
ke ujung-ujung luka yang lain, kemudian dilakukan balut tekan. Balut diganti pada hari ke 10
dan dilanjutkan dengan latihan aktif pada minggu ketiga post operasi.
c. Flap
Pada kasus kasus dengan kontraktur yang luas dimana jaringan parutnya terdiri dari jaringan
fibrous yang luas, diperlukan eksisi parsial dari parut dan mengeluarkan / mengekspos
pembuluh darah dan saraf tanpa ditutupi dengan jaringan lemak, kemudian dilakukan
transplantasi flap untuk menutupi defek tadi. Indikasi lain pemakaian flap adalah apabila
gagal dengan pemakaian cara graft bebas untuk koreksi kontraktur sebelumnya. Flap dapat
dirotasikan dari jaringan yang dekat ke defek dalam 1 kali kerja
III. SKIN GRAFT
1. Pengertian
Skin graft adalah menanam kulit dengan ketebalan tertentu baik sebagian maupun seluruh
kulit yang diambil atau dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut daerah
donor) kemudian dipindahkan atau ditanamkan ke resipien.11
2. Indikasi
Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit yang hehat sehingga
terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar yang hebat,
ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan kehilangan kulit yang
36
luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk mencegah infeksi, melindungi jaringan
yang ada di bawahnya serta mempercepat proses penyembuhan. Dokter akan
mempertimbangkan pelaksanaan prosedur skin graft berdasarkan pada beberapa faktor
yaitu: ukuran luka, tempat luka dan kemampuan kulit sehat yang ada pada tubuh.
Daerah resipien diantaranya adalah luka-luka bekas operasi yang luas sehingga tidak dapat
ditutup secara langsung dengan kulit yang ada disekitarnya dan memerlukan tambahan
kulit agar daerah bekas operasi dapat tertutup sehingga proses penyembuhan dapat
berlangsung secara optimal.
3. Klasifikasi
Beberapa perbedaan jenis skin graft adalah:
1. Autograft
Pemindahan atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke lokasi lain pada orang yang
sama.
2. Allograft
Kulit berasal dari individu lain atau dari kulit pengganti.
3. Xenograft
Pencangkokkan dibuat dari kulit binatang atau pencangkokkan antara dua spesies yang
berbeda. Biasanya yang digunakan adalah kulit babi.
Klasifikasi skin graft berdasarkan ketebalan kulit yang diambil dibagi menjadi 2, yaitu:10
37
1. Split Thicknes Skin Graft ( STSG )
STSG mengambil epidermis dan sebagian dermis berdasarkan ketebalan kulit yang
dipotong, Revis membagi STSG sendiri menjadi 3 kategori yaitu :
a) Tipis (0,005 - 0,012 inci)
b) Menengah (0,012 - 0,018 inci)
c) Tebal (0,018 - 0,030 inci)
STSG dapat bertahan pada kondisi yang kurang bagus mempunyai tingkat aplikasi yang
lebih luas. STSG digunakan untuk melapisi luka yang luas, garis rongga, kekurangan
lapisan mukosa, menutup flap pada daerah donor dan melapisi flap pada otot. STSG
juga dapat digunakan untuk mencapai penutupan yang menetap pada luka tetapi
sebelumnya harus didahului dengan pemeriksaan patologi untuk menentukan
rekonstruksi yang akan dilakukan.Daerah donor STSG dapat sembuh secara spontan
dengan sel yang disediakan oleh sisa epidermis yang ada pada tubuh dan juga dapat
sembuh secara total. STSG juga mempunyai beberapa dampak negatif bagi tubuh yang
perlu dipertimbangkan. Aliran pembuluh darah serta jaringan pada STSG mempunyai
sifat mudah rusak atau pecah terutama bila ditempatkan pada area yang luas dan hanya
ditunjang atau didasari dengan jaringan lunak serta biasanya STSG tidak tahan dengan
38
terapi radiasi. STSG akan menutup selama penyembuhan, tidak tumbuh dengan
sendirinya dan harus dirawat agar dapat menjadi lebih lembut, dan tampak lebih
mengkilat daripada kulit normal. STSG akan mempunyai pigmen yang tidak normal
salah satunya adalah berwarna putih atau pucat atau kadang hiperpigmentasi, terutama
bila pasien mempunyai warna kulit yang lebih gelap. Efek dari penggunaan STSG
adalah kehilangan ketebalan kulit, tekstur lembut yang abnormal, kehilangan
pertumbuhan rambut dan pigmentasi yang tidak normal sehingga kurang sesuai dari
segi kosmetik atau keindahan. Jika digunakan pada luka bakar yang luas pada daerah
wajah, STSG mungkin akan menghasilkan penampilan yang tidak diinginkan. Terakhir,
luka yang dibuat pada daerah donor dimana graft tersebut dipotong selalu akan lebih
nyeri daripada daerah resipien.
2. Full Thickness Skin Graft ( FTSG )
FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila flap (potongan kulit yang
disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak diperoleh atau bila flap dari daerah
setempat tidak dianjurkan. FTSG lebih menjaga karakteristik dari kulit normal
termasuk dari segi warna, tekstur/ susunan, dan ketebalan bila dibandingkan dengan
STSG. FTSG juga mengalami lebih sedikit pengerutan selama penyembuhan. Ini
adalah sama pentingnya pada wajah serta tangan dan juga daerah pergerakan tulang
sendi. FTSG pada anak umumnya lebih disukai karena dapat tubuh dengan sendirinya.
Prosedur FTSG memiliki beberapa keuntungan antara lain : relatif sederhan, tidak
terkontaminasi / bersih, pada daerah luka memiliki vaskularisasi yang baik dan tidak
mempunyai tingkat aplikasi yang luas seperti STSG.
4. Lokasi Skin Graft
39
1. Daerah donor
Pilihan daerah donor biasanya berdasarkan pada penampilan yang diinginkan pada
daerah resipien. Hal ini lebih penting pada FTSG karena karakteristik kulit pada daerah
donor akan lebih terpelihara oleh bahan yang dipindahkan pada tempat yang baru.
Ketebalan, tektur, pigmentasi, ada atau tidaknya rambut harus sangat diperhatikan.
Daerah donor untuk FTSG dapat diambil dari kulit dibelakang telinga, dibawah atau
diatas tulang klavikula, kelopak mata, perut, lipat paha dan lipat siku. Sebagian besar
daerah donor ini sering dipakai untuk menutup luka pada daerah wajah atau leher.
Pemotongan yang dilakukan pada daerah wajah sebaiknya harus berhati-hati untuk
mempertahankan kesimetrisan wajah dari segi estetik. Bagian kulit yang tidak
ditumbuhi oleh rambut dan berfungsi untuk melapisi tangan dapat diambil dari batas
tulang hasta dan telapak kaki dengan penyesuaian warna, tekstur dan ketebalan yang
tepat. Graft dengan pigmen yang lebih gelap diperoleh dari preposium , scrotum, dan
labia minora.Daerah donor untuk STSG dapat diambil dari daerah mana saja di tubuh
seperti perut, dada, punggung, pantat, anggota gerak lainnya. Namun, umumnya yang
sering dilakukan diambil dari kulit daerah paha. Daerah donor dari paha lebih disukai
karena daerah ini lebih lebar dan lebih mudah sembuh (Bakar, 2003:1). Daerah pantat
juga dapat digunakan sebagai daerah donor, tetapi biasanya pasien akan mengeluh nyeri
setelah operasi dan akan memerlukan bantuan untuk merawat luka. Menurut
Rives(2006), kulit kepala dapat digunakan pada prosedur FTSG untuk melapisi daerah
wajah yang luas dan terutama berguna untuk luka bakar yang hebat dengan
ketersediaan daerah donor yang terbatas. Untuk luka pada tangan, daerah lengan atas
bagian dalam dapat dipertimbangkan untuk dijadikan daerah donor.11
2. Daerah resipien
40
Komponen penting yang menjamin suksesnya skin graft adalah persiapan pada daerah
resipien. Kondisi fisiologis pada daerah resipien harus mampu menerima serta
memelihara graft itu sendiri. Skin graft tidak akan dapat bertahan hidup pada jaringan
yang tidak dialiri darah. Skin graft akan dapat bertahan hidup pada periosteum,
perikondrium, dermis, fasia, otot, dan jaringan granulasi.
Pasien dengan luka akibat aliran vena yang lamban atau ketidakcukupan arteri perlu
untuk diobati terlebih dahulu sebelum melakukan pemindahan kulit. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan kemungkinan graft dapat bertahan hidup Luka juga harus bebas
dari jaringan yang mati dan bersih dari bakteri. Bakteri yang berjumlah lebih dari
100.000/cm² akan berkumpul sehingga dapat menyebabkan graft gagal.
5. Komplikasi
Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang beragam tergantung
dari jenis luka dan tempat skin graft pada tubuh. Komplikasi yang mungkin terjadi antara
lain :
1. Kegagalan graft
Menurut Revis , skin graft dapat mengalami kegagalan karena sejumlah alasan. Alasan
yang paling sering terjadi adalah adanya hubungan yang kurang baik pada graft atau
kurangnya perlekatan pada dasar daerah resipien. Timbulnya hematom dan seroma
dibawah graft akan mencegah hubungan dan perlekatan pada graft dengan lapisan dasar
luka. Pergerakan pada graft atau pemberian suhu yang tinggi pada graft juga dapat
menjadi penyebab kegagalan graft. Sumber kegagalan yang lain diantaranya adalah
daerah resipien yang buruk. Luka dengan vaskularisasi yang kurang atau permukaan
luka yang terkontaminasi merupakan alasan terbesar bagi kegagalan graft. Bakteri dan
respon terhadap bakteri akan merangsang dikeluarkannya enzim proteolitik dan
terjadinya proses inflamasi pada luka sehingga akan mengacaukan perlekatan fibrin
41
pada graft. Teknik yang salah juga dapat menyebabkan kegagalan graft. Memberikan
penekanan yang terlalu kuat, peregangan yang terlalu ketat atau trauma pada saat
melakukan penanganan dapat menyebabkan graft gagal baik sebagian ataupun
seluruhnya.11
2. Reaksi penolakan terhadap skin graft
3. Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien.
4. Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft.
5. Munculnya jaringan parut
6. Hiperpigmentasi
7. Nyeri
Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses perlekatan graft atau juga
karena adanya torehan, tarikan atau manipulasi jaringan atau organ. Hal ini diduga
bahwa ujung-ujung saraf normal yang tidak menstransmisikan sensasi nyeri menjadi
mampu menstransmisikan sensasi nyeri . Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf
mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut, kelenjar
keringat dan melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam
yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor berespon mengantar impuls
ke batang otak untuk merespon rasa nyeri.
8. Hematom
Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor mati. Hematom biasanya
dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika hal ini terjadi maka kulit donor harus
diambil dan diganti dengan yang baru . Hematom juga menjadi komplikasi tersering
dari pemasangan graft.
9. Kulit berwarna kemerahan pada sekitar daerah graft
BAB IV42
KESIMPULAN
Kontraktur leher dan wajah dapat menimbulkan masalah fisik dan
psikis. Perubahan fisik berupa deformitas menimbulkan masalah : nyeri,
terbatasnya gerakan fleksi, ekstensi dan rotasi area leher. Luka bakar
derajat 2 dan 3 didaerah leher sekitar 50% akan menimbulkan kontraktur.
Parut pada leher dapat mengubah bentuk bibir atau struktur wajah
lainnya, tidak hanya terbatasnya gerak mandibula dan bibir saja tetapi
juga berpengaruh terhadap bicara dan makan. Gangguan sekitar mulut
selain gangguan penampilan juga bisa timbul drolling. Oeh karena itu kita
wajib mencegah segala penyebab kontraktur serta mengetahui
penanganan baik akut maupun lanjut dari penyebab kontraktur terutama
Luka bakar.
43
DAFTAR PUSTAKA
1) Perdanakusuma DS. Surgical management of contracture in head and neck. 4th
Annual Meeting of Indonesian Symposium on Pediatric Anesthesia & Critical care,
JW Marriot Hotel Surabaya, May, 22-23, 2009.
2) Wasitaatmadja SM. Anatomi kulit. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2010.p.3-5
3) Bisono, Perdanakusuma DS, Halimun DM, Prasetyono TOH. Kulit. In: Sjamsuhidajat
R, Karnadihardja W, Prasetjino TOH, Rudiman R. Buku ajar ilmu bedah. 3th. Jakarta:
ECG;2007.p.394-6
4) Tyaler M, Ghosh S. Burns. In: Williams NS, Bulstrode CJK, Connell PR, editors.
Bailey and love’s short practice of surgery. 25th. London: Edward Arnold; 2008.p.378-
93.
5) Rosin RD. Skin burns. In: Williams NS, Bulstrode CJK, Connell PR, editors. Bailey
and love’s short practice of surgery. 21st. London: Edward Arnold; 1998.p.183-93.
6) Moenadjat Y. Patofisiologi luka bakar fase akut. In: Moenadjat Y. Luka bakar. 2nd.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2003.p.11-9.
7) Moenadjat Y. Pendahuluan. In: Moenadjat Y. Luka bakar. 2nd. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 2003.p.1-9.
8) Benjamin D, Herndon DN. Special consideration of age: pediatric burned patient. In:
Herndon DN. Total Burn Care. 2nd. London:W.B. Sauders;2002.p.427-37.
9) Lukman K, Hasibuan LY, Soedjana H, Bisono. Luka. In: Sjamsuhidajat R,
Karnadihardja W, Prasetjino TOH, Rudiman R. Buku ajar ilmu bedah. 3 th. Jakarta:
ECG;2007.p.95-120.
10) Place MJ, Herber SC, Hrdesty RA. Basic techniques and principles in plastic surgery.
In: Aston SJ, Beasley RW, Thorne CHM. Grab and Smith’s Plastic Surgery. 5th.
Philadelphia: Lippicont-Raven;1997.p.13-25
11) Robson MC. Overview of burn reconstruction. In: Herndon DN. Total Burn Care. 2nd.
London:W.B. Sauders;2002.p.620-6.
44
45