konsep keimanan menurut agama khonghucu...
TRANSCRIPT
KONSEP KEIMANAN MENURUT AGAMA KHONGHUCU (Studi Analisis)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Ushuluddin
Jurusan Tasawuf Terapi (TP)
Disusun Oleh:
SIGIT TRI PRASETYO
NIM : 4103060
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2008
ب
KONSEP KEIMANAN MENURUT AGAMA KHONGHUCU (Studi Analisis)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Ushuluddin
Jurusan Tasawuf Terapi (TP)
Oleh :
SIGIT TRI PRASETYO NIM : 4103060
Semarang, 16 Januari 2008
Disetujui oleh:
Pembimbing II Pembimbing I (Rokhmah Ulfa, M.Ag.) (Dr. Ahmad Suriadi, MA) NIP. 150 289 731 NIP. 150 263 849
ج
PENGESAHAN :
Skripsi saudari Sigit Tri Prasetyo
dengan nomor induk mahasiswa
(NIM) 4103060 di munaqosahkan
oleh penguji skripsi Fakultas
Ushuluddin Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang, pada
tanggal:
30 Januari 2008
Dan telah di terima dan di sahkan
sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana dalam ilmu
Ushuluddin
Pembantu Dekan III/ Ketua Sidang
Dr. Yusuf Suyono, MA. NIP. 150 203 668
Pembimbing I Penguji I
Dr. Ahmad Suriadi, MA. Dr. Muhyar Fanani. M.Ag. NIP. 150 263 849 NIP. 150 318 451
Pembimbing II Penguji II
Rohmah Ulfah, M.Ag. Fitriyati, S.Psi,M.Si NIP. 150 289 731 NIP. 150 374 353
Sekretaris Sidang
Sulaiman al Kumayi, M.Ag. NIP. 150 327 163
د
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang telah ditulis orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali informasi
yang terdapat dalam referensi yang dijadikan rujukan.
Semarang, 20 Januari 2008
Deklarator
Nur Latifah NIM 4103050
ه
MOTTO
ö/ä3s9 ö/ä3ãΨƒÏŠ u’Í< uρ È⎦⎪ ÏŠ ∩∉∪
“Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.”
(QS. Al-Kafirun:6)
و
PERSEMBAHAN
Dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, simpul-simpul kata
dalam jilidan kertas ini, penulis persembahkan kepada:
• Abah (alm) dan Ibu tercinta
• Kakak (Eka Agust, Dwi Arie, Anwar) dan adik (Iful) serta
keponakanku tercinta (Dafa)
• Temen-temenku seperjuangan (Fahmi, Aji, Dian, Irfan, Sutrisno, Refi)
• Temanku nan jauh disana
• Temen-teman IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) yang selalu
memberi dukungan dan pengertiannya
• Temen-temen Wisma al-Faruqi (Kang Joyo, Kang Rifen, Tajib,
Sudargono)
ز
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha penyayang, sebab
atas hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salam
tadhim teruntuk kekasih Allah Muhammad SAW yang kehadirannya melahirkan
peradaban yang santun dan agung. Tak lupa salam sejahtera juga teruntuk
keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Skripsi yang berjudul "Diskusi Kelompok Terarah (DKT) dalam
Penanganan Juvenile Delinquency (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Kutoarjo)" disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar S1,
pada fakultas Ushuluddin, IAIN Walisongo Semarang.
Penulis sadar sepenuhnya, bahwa skripsi ini tidak akan mungkin dapat
terselesaikan tanpa uluran tangan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak baik
yang bersifat materiil maupun spirituil. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Jamil, MA, selaku rektor IAIN Walisongo
Semarang beserta staf. Yang telah bertanggung jawab penuh terhadap
berlangsungnya proses belajar-mengajar di lingkungan IAIN Walisongo.
2. Bapak Dr. Abdul Muhaya, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo Semarang beserta staf. Yang telah memberikan sarana dan
prasarana dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ahmad. Suriadi, MA dan Ibu Rohmah Ulfah, M.Ag, selaku
dosen pembimbing. Yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak, Ibu dosen pengajar dan staf karyawan di lingkungan fakultas
Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang yang membekali berbagai ilmu
pengetahuan dan stimulan intelektual yang sangat berharga selama studi.
5. Bapak dan Ibu tercinta, Wagimin, BA dan Sulastri atas cinta, bimbingan,
doa serta segala buai tak terhingga yang tiada tara putusnya.
ح
6. Bapak Kepala Departemen Hukum dan HAM Wilayah Jawa Tengah
beserta staf. Yang telah memberikan izin untuk penelitian di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Kutoarjo.
7. Bapak Nur salim, BC.IP.SPd.Msi, selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan
Anak Kutoarjo beserta staf. Yang telah membantu dalam proses
penyusunan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku di Metamorfosa house yang setia menemani dan
mencurahkan perhatiannya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. New Comp. Yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Harapan dan doa penulis, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak
dapat menjadi amal yang baik dan semoga mendapat balasan dari Allah SWT.
Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum
mencapai kesempurnaan dalam makna yang sesungguhnya. Akan tetapi penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun
pembaca pada umumnya.
Semarang, 20 Januari 2008
Penulis
Sigit Tri Prasetyo
ط
ABSTRAKSI Juvenile delinquency merupakan perilaku anak-anak atau remaja yang bersifat pelanggaran hukum yang berlaku dan nilai-nilai moral yang bertentangan dengan norma sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat dan banyak merujuk pada masalah sosiopsikologis, kadang pula digolongkan penyakit sosial. Kejahatan anak remaja (juvenile delinquency) makin hari makin menunjukkan kenaikan jumlah dalam kualitas kejahatan dan peningkatan kegarangan serta kebengisan yang dilakukan dalam aksi-aksi kelompok seperti kebut-kebutan di jalan raya yang membahayakan, ugal-ugalan, perkelahian antar gang, kecanduan dan ketagihan bahan narkoba dan sebagainya. Gejala ini akan berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi, industrialisasi dan urbanisasi. Sehingga menimbulkan dampak negatif pada dirinya, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, harus ada yang bertanggung jawab penuh terhadap juvenile delinquency. Salah satunya yakni lembaga pemasyarakatan anak Kutoarjo yang merupakan tempat untuk menangani juvenile delinquency. Penanganan juvenile delinquency di lembaga pemasyarakatan anak Kutoarjo diantaranya yakni melalui kegiatan diskusi kelompok terarah (DKT).
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui gambaran umum diskusi kelompok terarah (DKT) di lembaga pemasyarakatan anak Kutoarjo, 2) Untuk mengetahui penanganan juvenile delinquency di lembaga kemasyarakatan anak Kutoarjo dan 3) Untuk mengetahui faktor munculnya juvenile delinquency di lembaga pemasyarakatan anak Kutoarjo. Berangkat dari permasalahan di atas penulis ingin mengkajinya dengan metode analisa kualitatif deskriptif yaitu suatu teknik yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan mengenai apa yang ada tentang kondisi suatu obyek , setting sosial, sistem penelitian atau suatu peristiwa pada masa sekarang. Data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan teknik analisis kualitatif dan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diskusi kelompok terarah (DKT) di LP anak merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya menangani juvenile delinquency. Penanganan juvenile delinquency di Lembaga Pemasyarakatan anak Kutoarjo menggunakan dua cara; yakni penanganan secara khusus (diskusi) dan penanganan secara umum (pendidikan). Pelaksanaan diskusi kelompok terarah (DKT) yang diadakan di LP anak Kutoarjo, mempunyai pengaruh yang positif terhadap penanganan juvenile delinquency. Dan faktor munculnya juvenile delinquency di lembaga pemasyarakatan anak Kutoarjo yakni: faktor internal anak didik, faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor lingkungan.
ي
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
ABSTRAKS ............................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Pokok Masalah ....................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan Skripsi .......................................................... 5
D. Manfaat Penulisan Skripsi ........................................................ 5
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 5
F. Metode Penelitian Skripsi ........................................................ 6
G. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................. 8
BAB II KAJIAN AGAMA KHONGHUCU
A. Siapa Itu Nabi Khonghucu ....................................................... 10
1. Masa Kecil Nabi Khonghucu ............................................. 10
2. Masa Muda Nabi Khonghucu ............................................ 13
B. Bagaimana Ajaran-Ajaran Agama Khonghucu ........................ 17
1. Ajaran Metafisika .............................................................. 18
2. Ajaran Etika ....................................................................... 20
3. Ajaran Tentang Peribadatan .............................................. 23
BAB III KONSEP KEIMANAN AGAMA KHONGHUCU
A. Pengertian Agama .................................................................... 27
B. Pengertian Keimanan Menurut Agama Khonghucu ................ 32
ك
C. Macam-Macam Keimanan ....................................................... 35
1. Delapan Ajaran Iman ......................................................... 35
2. Konsep Ketuhanan Dalam Agama Khonghucu ................. 38
BAB IV ANALISIS
A. Tentang Konsep Keimanan Menurut Agama Khonghucu ...... 42
B. Implikasi Konsep Keimanan Dalam Kehidupan Sehari-hari ... 45
C. Konsep Keimanan Agama Khonghucu dalam Perspektif
Islam ......................................................................................... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 51
B. Saran ......................................................................................... 52
C. Penutup ..................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Judul : Konsep Keimanan Menurut Agama Konghucu Dan Agama
Islam (Studi Komperatif)
Nama : Sigit Tri Prasetyo
NIM : 4103060
Jurusan : Perbandingan Agama
A. Latar Belakang
Berbagai kepercayaan dan peribadatan agama sudah menjadi ciri
universal masyarakat manusia. namun manusia tidak hanya berdoa
menyembah (Tuhan) dan berkorban, mereka juga memikirkan secara
mendalam peribadatan-peribadatan mereka sendiri, dengan demikian
berkembang kajian-kajian mengenai keagamaan.
Agama merupakan kebutuhan manusia yang pokok, agama juga bisa
memberikan rasa berani dan rasa takut. Agama menurut E.B. Taylor yaitu
suatu kepercayaan terhadap wujud-wujud spiritual. Agama bisa diartikan suatu
ekspresi yang berbentuk ketergantungan kepada kekuatan di luar diri kita
sendiri, yakni kekuatan yang dapat kita katakan sebagai kekuatan spiritual
atau kekuatan moral. Keagamaan adalah lambang-lambang masyarakat,
kesakralan bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh
masyarakat secara keseluruhan, dan berfungsi untuk mempertahankan dan
memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban sosial.
Berbicara masalah agama tentu berkaitan dengan masalah keimanan
seseorang, iman bisa diartikan sebagai percaya pada hal-hal yang tidak
nampak, tidak bisa diterima oleh akal tapi kita percaya bahwa di dunia ini
adanya Kausa Prima. Setiap agama di Indonesia boleh hidup dan berkembang
selama agama tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945,
apalagi bangsa ini dikenal dengan pluralis keberagamaan dan hidup
berdampingan antar pemeluk agama.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan dan persamaan iman menurut agama Konghucu dan
agama Islam ?
2. Bagaimana implementasi terhadap kehidupan sehari-hari ?
3. Bagaimana implementasi dalam kehidupan beragama ?
C. Sumber Data
1. Sumber data primer
Adalah sumber data yang memberikan data langsung. Dalam hal ini
yang menjadi sumber data primer adalah kitab suci agama Konghucu dan
Wu Jing) dan kitab suci agama Islam (al-Qur'an dan Hadist).
2. Sumber data sekunder
Adalah data-data yang mendukung untuk melengkapi sumber data
primer (buku-buku yang berkaitan dengan judul)
D. Metode pengumpulan data
Data kepustakaan yaitu mengumpulkan data-data yang berasal dari
buku-buku pendapat yang intinya akan dijadikan sebagai landasan dalam teori.
Data kepustakaan ini dipakai untuk mencari dan mengumpulkan data atau
keterangan dengan cara membaca buku yang ada hubungannya dengan
permasalahan yang dibahas.
KONSEP RUKUN IMAN MENURUT AGAMA KONGHUCU DAN
AGAMA ISLAM (STUDI KOMPERATIF)
PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Syarat Pembuatan Skripsi Dalam Ilmu Ushuluddin
Disusun Oleh
SIGIT TRI PRASETYO NIM : 4103060
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
10
BAB II
KAJIAN AGAMA KHONGHUCU
A. Siapa Itu Nabi Khonghucu ?
1. Masa Kecil Nabi Khonghucu
Khonghucu lahir di kota Tsou, di negeri Lu. Leluhurnya adalah
Kung Fang Shu (yang merupakan generasi ke sembilan dari raja muda
negeri Sung dan generasi ke empat sebelum Kong Hu Zu).1 Khonghucu
adalah keturunan bangsawan miskin lahir tahun 551 SM dan wafat tahun
479 SM (dalam usia 72 tahun) berasal dari propinsi Syantung.2 Dari
sebuah keluarga yang sederhana, jujur dan setia berbakti kepada Thian.
Konon lahirnya di iringi oleh peristiwa-peristiwa ajaib, pada tubuhnya
juga tampak juga tampak tanda-tanda yang luar biasa.3 Hut adalah ayah
Khonghucu, istrinya berasal dari seorang wanita dari keluarga Yen, murid-
muridnya pada masa itu menyebut Khonghucu yang berarti “guru Kong”.
Setelah Khonghucu lahir, ayahnya wafat dan dimakamkan di
Fangshon. Yang terletak dibagian paling timur negeri Lo (di Shan-Tung).
Khonghucu ragu atas lokasi kuburan bapaknya yang sebenarnya, sebab itu
ibunya telah merahasiakan hal itu. Ketika Khonghucu masih kanak-kanak
dia membuat mainan penyembahan untuk korban dan nyanyian upacara.4
Pada waktu ayahnya meninggal usia Khonghucu 3 tahun,
kemudian Khonghucu di asuh oleh ibu dan kakeknya.5 Pada saat ibu
Khonghucu wafat, dia dikuburkan sementara waktu, untuk kepentingan
penyembahan. Ibunya wafat pada saat ibu dari Wanfu Tsau
memberitahukan kepada Khonghucu tentang kuburan ayahnya yang
1 M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, Pelita
Kebajikan, Jakarta, 2005, hlm. 12. 2 Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama, Bumirestu, Jakarta, 1986, hlm. 95. 3 A. Mukti Ali, dkk, Agama-agama di Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta,
1988, hlm.219 4 M. Ikhsan Tanggok, op.cit., hlm. 13. 5 M. Nahar Nawawi, Memahami Khonghucu Sebagai Agama, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2003, hlm. 11.
11
sebenarnya. Setelah ia tahu mengenai lokasi kuburan tersebut, segera
Khonghucu memakamkan ibunya di dekat kuburan ayahnya di Fangshan.
Ketika Khonghucu berusia 4 tahun, ia bermain dengan teman-
teman sebayanya, dalam bermain ia senang memimpin teman-temannya
dalam menirukan orang-orang dewasa melakukan upacara sembahyang.
Pada ibunya, ia pernah meminta alat-alat sembahyang tiruan yang disebut
Coo-Coo dan Too.6 Kedua alat tersebut selalu digunakan orang cina dalam
melakukan sembahyang, ini menunjukkan sejak kecil Khonghucu telah
memperlihatkan sifat-sifat yang mulia, yaitu sangat menghargai atau
menghormati para leluhurnya.7 Pada waktu itu Khonghucu sudah mulai
membantu ibunya untuk memenuhi kebutuhan keuangan, Khonghucu
terpaksa mencari nafkah sendiri, mula-mula dengan melakukan kerja
kasar. Penderitaan dan kemiskinan sejak masa muda menyebabkan beliau
merasa mempunyai ikatan dengan kebanyakan, yang akan terbayang
dalam nada demokratis dari keseluruhan filsafatnya.8
Pada usia 7 tahun, Khonghucu secara formal bersekolah di
Perguruan Yan Ping Tiong sekolah yang dikelola oleh ayah Yan Ping
Tiong. Yan Ping Tion adalah orang yang kemudian terkenal sebagai
Perdana Menteri Negeri Cee. Di sekolah, Khonghucu dan teman-temannya
diajari cara menyiram, membersihkan lantai, tanya jawab, budi pekerti,
musik, naik kuda, memanah, bahasa dan berhitung. Pendidikan formal
Khonghucu hanya berlangsung selama tujuh tahun dan setelah itu pada
saat usia 17 taun ia terpaksa meninggalkan sekolah untuk bekerja demi
meringankan pekerjaan ibunya.9
2. Masa Muda Nabi Khonghucu
Pada usia 19 tahun, Khonghucu menikah dengan seorang gadis dari
keluarga Kian-Kwan dari negeri Song. Acara pernikahan hanya dilakukan
6 Coo adalah sejenis kotak untuk menempatkan manisan dan Too adalah sejenis mangkok 7 M. Ikhsan Tanggok, op.cit., hlm. 13-14. 8 Huston Smith, Agama-Agama Manusia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2001, hlm.
189. 9 M. Ikhsan Tanggok, op.cit., hlm. 14.
12
secara sederhana dan tidak terlalu mencolok seperti yang dilakukan orang
pada saat itu. Dari pernikahan tersebut, ia mendapatkan seorang anak laki-
laki yang diberi nama “Li” atau “Pik-Gi”, Li berarti “ikan gurami”
sedangkan “Pik-Gi” adalah putra pertama yang bernama ikan. Pik-Gi
tampaknya tidak secemerlang ayahnya namun anaknya (cucu Khonghucu)
yang bernama Cu Su berhasil meneruskan kakeknya (Khonghucu) dengan
membukukan kitab Tiong Yong (tengah sempurna). Kitab Tiong Yong
tersebut dijadikan tuntunan keimanan bagi umat Khonghucu di Indonesia.
Ketika Khonghucu berusia 20 tahun, ia bekerja kepada keluarga
bangsawan besar Kwi-Sun. hal ini ia lakukan untuk membiayai kehidupan
rumah tangganya.10
Khonghucu sangat cerdas dan suka bergaul serta berminat pada
pengetahuan. Umur 22 tahun Khonghucu telah dapat mendirikan sebuah
sekolah untuk memberi pelajaran bagi anak-anak muda. Sekolahnya
sangat disukai dan pelajarannya sendiri menarik perhatian masyarakat.11
Di kepala keluarga bangsawan besar Kwin-Sun. Khonghucu diberi
tugas sebagai kepala dinas pertanian. Meskipun pekerjaan ini kurang
sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, namun Khonghucu tetap dapat
melaksanakan itu sebaik-baiknya. Dalam menguasai seluruh pekerjaan
pengumpulan hasil bumi kepala keluarga bangsawan besar Kwi-Sun,
Khonghucu selalu menjaga jangan sampai ada kekurangan dan pemerasan
yang dapat merugikan para petani. Disamping itu, mereka juga banyak
berdialog dan beramah-tamah dengan para petani. Karena sikapnya yang
ramah ini, ia jadi banyak tahu tentang persoalan yang dihadapi para
petani.12 Berkat ketekunan dan pandai bergaulnya Khonghucu akhirnya
diberi kepercayaan oleh bangsawan besar Kwin-Sun untuk mengelola
Dinas peternakan yang ada pada waktu itu mempunyai banyak masalah.
Semasa kecilnya Khonghucu sudah ditinggalkan oleh ayahnya
pada usia 3 tahun. Pada usia 26 tahun, ibu Khonghucu wafat. Jadi pada
10 Ibid 11 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm.95. 12 M. Ikhsan Tanggok, op.cit., hlm.15.
13
usia 26 tahun ia sudah tidak mempunyai kedua orang tua. Ayahnya
bernama Siok-Ling Hut dan ibunya bernama Tien-cai.
Untuk kepentingan berkabung, terpaksa Khonghucu melepaskan
jabatannya sebagai pemimpin Dinas pertanian dan peternakan sebelum
ibunya wafat. Baru setelah 27 bulan kemudian ia aktif kepada
pekerjaannya.
Selain melakukan perkabungan atas wafat orang tuanya,
Khonghucu pada usia 29 tahun tersebut juga belajar musik dari Su Sing, si
guru musik. Hal ini, di siapkan untuk melaksanakan tugas suci-nya nanti.
Oleh karena itu pada usia 30 tahun ia telah teguh pendiriannya.
Ketika Khonghucu berusia 30 tahun, Cee King Kong, raja muda
generasi Cee dan perdana menterinya Yan Ing atau Yang Ping Tiong,
berkunjung ke negeri Lo. Kepada Khonghucu ia bertanya, mengapa Chien
Bok Kong, raja muda negerinya kecil dan terletak di daerah perbatasan
barat diakui sebagai raja muda pemimpin.
Khonghucu menjelaskan, meskipun negeri Chien itu kecil, terletak
jauh dari pusat dan negeri-negeri yang besar, tetapi Chien Bok Kong
mampu membina rakyat sehingga mempunyai keberanian, cinta tanah air,
dapat menjalankan pemerintahan yang adil, bersih dan sejahtera.
Setelah mengadakan pertemuan dengan Khonghucu di negeri Lo,
Cee King Kong merasa terkesan dengan pertemuan itu. Untuk itulah tidak
lama kemudian ia mengirim utusan ke negeri Lo untuk mengundang
Khonghucu ke negerinya dan memberikan hadiah sawah yang terletak di
daerah Liem Khiu kepada Khonghucu karena merasa belum pantas
menerima pemberian dari Cee King Kong, Khonghucu terpaksa menolak
pemberian tersebut.13
Pada umur 31 tahun Khonghucu diangkat sebagai gubernur dari
propinsi Tyung Tu, kemudian diangkat oleh raja sebagai menteri
kehakiman setelah raja yang mengangkatnya wafat Khonghucu
mengembara beserta tiga orang muridnya yang terkenal, Yen Hwei, Tse
13 Ibid., hlm.15-16
14
Kung dan Tse Lu. Pada tahun 484 SM (dalam umur 67 tahun), Khonghucu
kembali menetap di kota Lu (mendirikan sekolah) dan menyebarkan
ajarannya sehingga wafat.14
Sejak berumur 35 tahun ia mulai terlihat dalam percaturan
pemerintah yakni sejak raja muda Ciau. Pada usia antara 51-55 tahun
Khonghucu aktif dalam pemerintahan dan terakhir menjabat sebagai
menteri kehakiman merangkap perdana menteri. Dalam waktu relatif
singkat, ia mampu mengangkat martabak negeri Lo sehingga dihormati
oleh negeri-negeri lain. Ia berhasil dan berpengalaman dalam memperbaiki
pemerintahan Lo yang kacau, penuh peperangan, korupsi dan
kesengsaraan rakyat, melalui perbaikan sistem pemerintahan, filsafat dan
etika, dengan tetap berakhir pada tradisi kepercayaannya.
Pengalaman birokrasi pemerintahan dan politik itu tidak begitu
lama, karena raja muda Tiang jatuh karena mengabaikan sistem
pemerintahan yang telah lama dibina oleh Khonghucu. Dalam usia 56 taun
ia meninggalkan negeri Lo dan mengembara ke dalam dunia spiritual serta
memposisikan sebagai BOK TOK (genta rohani).
Selama 13 tahun Khonghucu mengembara dan menyampaikan
ajaran ke berbagai negeri, sambil menyempurnakan agama Li Kau yang
saat itu mulai pudar karena kekalutan zaman.15 Ketika di izinkan ke
negerinya, ia sudah berumur 68 tahun, sisa hidupnya dihabiskan untuk
mengajarkan pahamnya dan meneliti warisan-warisan lama. Ia
menghasilkan sebuah karya yang disebut Ch’un-Tsi’in, “Sejarah Musim
Semi dan Musim Gugur”.16 Kemudian ia wafat pada usia 72 tahun.
Tepatnya pada tanggal 18 bulan dua Imlek, 479 SM dan dimakamkan di
kota Chii Fu, Shantung. Misi genta rohani (Bok Tok) dilanjutkan oleh
murid-muridnya dan para penganut. Salah satu penganut yang terkenal
berjasa ialah Bing Cu, seorang penulis terakhir kitab suci Khonghucu,
yang diberi gelar A Sing (wakil Nabi). Penulis, serta penafsir, juga penerus
14 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm.95 15 M. Nahar Nawawi, op.cit., hlm.11-12 16 A. Mukti Ali, op.cit., hlm.219
15
ajaran Khonghucu. Ia lair 107 tahun sesudah Khonghucu meninggal atau
tepatnya 375 SM. Ia berhasil menulis kitab suci Mencius (ajaran Bing Cu)
dan berjuang dengan gigih menjaga kelurusan ajaran agama Khonghucu
menanggapi berbagai ajaran yang muncul pada zaman peperangan antar
negeri.17
B. Bagaimana Ajaran-Ajaran Agama Khonghucu
1. Ajaran Khonghucu
Bila kita membicarakan ajaran agama-agama seperti Hindu atau
Budha, maka tidak akan lengkap bila kita tidak membahas tentang ajaran
agama Khonghucu. Konfucianisme adalah suatu pandangan hidup yang
pernah diajarkan Khonghucu. Di dalam ajaran Khonghucu menuangkan
hasil pikirannya dalam bentuk filsafat yang mengandung tendensi
psikologis, sosial dan kebudayaan pada zamannya. Dengan ajaran-
ajarannya itu dia terkenal dengan “guru kung” karena ia memang pantas
dipandang demikian terutama pengikut-pengikutnya.18
Ajaran-ajaran Khonghucu berisi pandangan yang banyak
berhubungan dengan masalah humanisme (kemanusiaan), tata susila dan
watak-watak kemanusiaan yang berguna untuk hidup bermasyarakat.
Dengan kata lain dapatlah dianggap bahwa ajaran Khonghucu tersebut
mengandung unsur pembentukan akhlak yang mulia bagi bangsa Tiongkok
serta konsepsi yang mempedomani cara-cara mengatur pemerintahan yang
sebaik-baiknya pada masa itu.19
Dilihat dari ajarannya, Khonghucu merupakan kumpulan agama
ajaran agama yang bersumber dari ajaran klasik sebelum Khonghucu lahir.
Menurut penganut-Nya, Khonghucu merupakan ajaran yang telah
diturunkan oleh Thian (Tuhan Yang Maha Esa) lewat para Nabi dan raja
suci purba, ribuan tahun sebelum Khonghucu lahir. Sejak raja suci Tong
17 Muh. Nahar Nawawi, op.cit., hlm.12-13 18 M. Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar, (Jakarta: Golden Terayon
Press, 1990), hlm.25 19 Ibid., hlm.29
16
Giau (2357 SM -2255 SM) dan Gi Sun (2255 SM -2205 SM) telah
diletakkan dasar-dasar agama Khonghucu. Dengan didampingi oleh Nabi
Koo You dan Nabi Ik yang sekarang tersusun dan dapat dalam Su King
(kitab dokumentasi sejarah suci). Disamping Su King (ajaran klasik)
terdapat juga kitab Siking (sajak), Ya King (kejadian), Lee King
(kesusilaan dan kepribadian) dan Chun Chin King (sejarah zaman Chun
Chin). Kelima kitab ini merupakan kitab suci (Ngo King) klasik yang
sudah ada di abad sebelum Khonghucu lahir. Khonghucu lebih berperan
sebagai penghimpun, penyusun dan penerus ajaran raja suci dan Nabi
purba, ia bukan pencipta ajaran klasik Ji Kau, sebagaimana diajarkan
dalam kitab sabda suci VII, 1.2 :
“Aku hanya meneruskan, tidak menciptakan. Aku sangat menaruh
percaya dan suka pada yang kuno itu”.
Dengan demikian apa yang sekarang yang disebut ajaran
Khonghucu atau agama Khonghucu (Ji Kau : Ru Chioo) bukanlah agama
yang ada dan lahir pada zaman Khonghucu hidup, tetapi sudah ada 2068
tahun sebelumnya. Khonghucu berperan menghidupkan kembali ajaran
klasik.
Komponen kedua, tetapi merupakan pokok dari ajaran Khonghucu
ialah semua ajaran yang termaktub dalam kitab suci atau kitab yang empat
yakni Thai Hak (kitab ajaran besar), Tiong Young (kitab tengah sempurna)
Lung Gi (kitab sabda suci) dan kitab Mancius (kitab Bingsu) sebenarnya
yang murni ajaran Khonghucu adalah 3 kitab, sedang kitab Plencius
merupakan ajaran dari Bingsu yang hidup satu abad setelah Khonghucu
wafat. Isinya merupakan percakapan Bingsu dengan raja-raja, tokoh-tokoh
aliansi dan pemikir yang ada pada waktu itu. Meskipun Bing Su terpisah
dengan Khonghucu oleh waktu yang lama, tetapi Bing Cu diyakini sebagai
(wakil). Wakil Nabi yang telah berjasa menegakkan meluruskan kembali
17
kemurnian ajaran Khonghucu. Oleh karena itu ajarannya dimasukkan
dalam bagian kitab suci.20
2. Ajaran Metafisika
Nabi Khonghucu menghindari membicarakan hal-hal yang
metafisika dan abstrak.21 Namun ia tidak meragukan tentang adanya tuhan
Yang Maha Esa yang dianut masyarakatnya. Bahkan ia lebih meneguhkan
pemujaan terhadap leluhur, dengan kesetiaan pada sanak keluarga dan
penghormatan pada orang tua.22
Ajaran metafisika justru banyak bersumber pada kitab klasik, kitab
yang sudah ada sebelum Khonghucu lahir. Yang dimaksud disini ialah
ajaran yang mencakup konsep tentang Tuhan, manusia, alam semesta dan
konsep tentang hidup sesudah mati.
Tuhan dalam ajaran Khonghucu sering disebut dengan istilah Thisu
atau Tee artinya tuhan yang maha besar atau tuhan yang menguasai langit
dan bumi. Di dalam kitab Ngo King biasa diberi kata sifat sebagai berikut :
- Siang Thian artinya thisu yang maha tinggi
- Hoo Thian artinya thisu yang maha besar
- Chong thian artinya thisu yang maha suci
- Bien thisu artinya thisu yang maha pengasih
- Hong thisu artinya thisu yang maha kuasa, maha pencipta
- Sing tee artinya tee yang menciptakan alam semesta
Khonghucu sendiri percaya adanya thisu yang selalu harus
dihormati dan dipuja karena dialah yang menjaga alam semesta. Oleh
karena itu, manusia harus melakukan upacara keagamaan sederhana dan
senikmat mungkin akan mendapatkan berkah dari thisu. Dalam kaitan ini,
20 Muh. Nahar Nawawi, op.cit., hlm.33-35 21 A. Mukti Ali, dkk., op.cit., hlm.220 22 Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama Bagian I, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
19930, hlm.252
18
umat manusia harus mencermati dan melandasi tingkah laku orang tua,
karena menurut Khonghucu orang tua adalah wakil thisu.23
Selain kepercayaan terhadap thisu dalam ajaran Khonghucu
terdapat juga terdapat kepercayaan terhadap malaikat (dewa-dewa), roh-
roh suci dan para Nabi, para penganutnya perlu melakukan penghormatan,
sesaji dna kepribadian pada mereka, pada prinsipnya manusia dilahirkan
dalam kondisi yang baik. Manusia berkewajiban merealisasikan kodrat
yang baik dan memelihara yang sudah mati. Selain itu manusia terdiri dari
kehidupan jasad (phik) tempat berkembangnya nyawa (kwi) dan semangat
(khi) sebagai tempat berkembangnya roh yang harmonis itulah yang
hendak dicapai dalam bimbingan agung.24
Suatu ketika, Chung Yu, salah seorang muridnya bertanya kepada
Khonghucu tentang jiwa, yang dijawabnya: “Jika kamu tidak dapat
mengetahui orang bagaimana kamu dapat mengetahui jiwa?” Apabila ia
ditanya tentang kematian; ia menjawab: “Jika kamu belum mengerti
tentang hidup, bagaimana kamu bisa mengetahui tentang kematian?” Juga
dikatakan tentang dia, bahwa dia tidak pernah berbicara tentang keajaiban,
kekuatan, atau masalah ketuhanan. Tetap tidak ada keraguan bahwa
Khonghucu percaya pada Tuhan dan ia adalah seorang monoteis yang etis.
Ia menyatakan bahwa kehendak Tuhan telah dibukakan untuknya dan
karena itu misinya adalah membuat kehendak tersebut berlaku di dunia
ini.25
3. Ajaran Etika
Ajaran Khonghucu sangat menekankan etika. Etika menempati
posisi yang sangat sentral dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam
dunia politik. Khonghucu selalu mengacu kepada etika yang
dikembangkan oleh kaum bijak kuno (Nabi dan Raja Suci).26
23 Muh. Nahar Nawawi, op.cit., hlm.37-38 24 Ibid., hlm.41-42 25 A. Mukti Ali, dkk, op.cit., hlm.220 26 Muh. Nahar Nawawi, op.cit., hlm.43
19
Khonghucu percaya bahwa di dunia ii dibangun atas dasar moral.
Jika masyarakat dan negara secara moral rusak, maka tatanan alam
tersebut juga akan terganggu, sehingga terjadilah perang, banjir, gempa,
kemarau panjang, penyakit dan sebagainya. Khonghucu memberi
penghormatan yang sangat tinggi kepada manusia, yang diyakininya untuk
diberkahi dengan cahaya ketuhanan. Ia berkata: “Orang-orang yang
membuat sistem-sistem itu menjadi hebat, bukan sistem-sistem yang
membuat mereka hebat.” Khonghucu percaya bahwa seseorang itu asalnya
adalah baik dan akan kembali ke sifat yang baik. Ia percaya bahwa orang
tidak memerlukan juru selamat. Apa yang diperlukan oleh manusia adalah
guru berbudi, dengan melakukan sungguh-sungguh ajarannya, serta
menjadi contoh teladan bagi orang lain.27
Khonghucu mengatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi tempat
orang besar, yaitu kagum terhadap perintah Tuhan, kagum terhadap orang-
orang penting dan kagum terhadap kata-kata yang bijaksana. Orang yang
tidak kagum terhadap tiga hal tersebut atau malahan perilaku tidak sopan
dan menghina kata-kata bijaksana adalah orang-orang yang picik (Lun Yu
16 : 8). Ia berkeyakinan bahwa adanya negara itu tidak lain untuk
(penguasa) negara maka penguasa pemerintahan harus memberi contoh
suri tauladan yang moralitas terhadap rakyat dan bukan bertindak zalim.
Khonghucu berkata apa yang kamu tidak suka orang lain berbudi atas
dirimu jangan lakukan.28
Yang perlu bagi manusia adalah adanya guru yang berbudi. Guru
yang berbudi akan berusaha sungguh-sungguh mengajarkan ajarannya
serta menjadi contoh teladan yang baik bagi orang lain. Khonghucu sendiri
menyatakan dirinya adalah seorang guru yang mendapat petunjuk dari
Tuhan. Sebagaimana dikemukakan dalam kitab Lun Yu tentang budi luhur
antara lain sebagai berikut:
27 A. Mukti Ali, dkk, op.cit., hlm.220. 28 Hilman Hadikusuma, op.cit., hlm.252
20
1. Laksanakan yang diajarkan, baru kemudian ajarkan yang dilaksanakan
(Lun Yu 2 : 13)
2. Orang yang unggul (cerdas) mengerti apa yang benar, orang yang
kurang cerdas (hanya) mengerti apa yang dijual (Lun Yu 4 : 16)
3. Orang yang unggul (berada) mencintai jiwanya, orang yang
kekurangan mencintai miliknya.
4. Orang atasan selalu teringat bagaimana ia dihukum karena salahnya.
Orang rendah selalu teringat pada hadiah yang diterimanya (Lun Yu 4
: 11)
5. Orang atasan akan menyalahkan diri sendiri, orang rendahan akan
menyalahkan orang lain (Lun Yu 15 : 20)
6. Orang atasan jika dihargai akan merasa senang tetapi tidak bangga,
orang bawahan bangga tetapi tidak dihargai (Lun Yu 13 : 26)
7. Orang unggul bersifat liberal terhadap pendapat orang lain, tetapi tidak
menyetujuinya dengan sempurna, orang rendahan hanya menyetujui
dengan sempurna pendapat orang lain, tetapi tidak liberal terhadap
mereka (Lun Yu 13 : 23)
8. Orang-orang cerdas berpandangan universal, jujur dan adil, orang-
orang awam tidak jujur dengan pandangan yang tidak universal (Lun
Yu 12 : 14)
Ajaran Khonghucu di bidang kesusilaan menekankan pada rasa
setia kawan secara timbal balik, menanamkan rasa simpati dan kerja sama
yang harus dimulai dari lingkungan keluarga sampai pada masyarakat luas.
Sebagaimana diajarkan di kalangan masyarakat China sudah menjadi
tradisi, adanya lima macam hubungan manusia yaitu:
a. Hubungan antara penguasa dan warga masyarakatnya
b. Hubungan antara ayah dan anak laki-laki
c. Hubungan antara kakak laki-laki dan adik laki-laki
d. Hubungan antara suami dan istri
e. Hubungan antara teman-teman
21
Menurut Khonghucu timbulnya kekacauan di Tiongkok karena
kelima hubungan tersebut tidak seimbang, jika masing-masing pihak tahu
kedudukan dan memenuhi tempatnya maka keseimbangan tidak
terganggu. Ketika Khonghucu ditanya dengan istilah tunggal apakah yang
sebaiknya digunakan dalam kehidupan yang timbal balik. Ia menjawab:
jangan berbuat terhadap orang lain, jika anda tidak ingin orang lain
berbuat terhadap anda (Lun Yu 15 : 24)29
Men Tze (372 – 289 SM)30 menjabarkan lima asas susila (five
constant virtues) Shu tersebut sebagai berikut:
1. Jen, bersikap asih yaitu hasrat untuk melakukan hal-hal yang
membawa kebajikan bagi bawahan.
2. I, bersikap adil yaitu jangan lakukan terhadap bawahan itu apapun
yang tidak disenangi untuk dilakukan orang lain terhadap diri sendiri.
3. Li, bersikap ramah terhadap bawahan yakni jangan bersikap angkuh,
sombong, congkak.
4. Chih, bersikap bijaksana yakni menetapkan sesuatu keputusan
mestilah didasarkan atas pengetahuan dan hikmah.
5. Hsin, bersikap jujur, karena tanpa kejujuran dari pihak yang berkuasa
akan rusak susunan kemasyarakatan.
Khonghucu menyatakan bahwa kebangsawanan itu tidak
tergantung pada darah dan turunan akan tetapi pada budi dan pekerti.31
4. Ajaran tentang Peribadatan
Ajaran Khonghucu amat mendorong umatnya untuk melaksanakan
peribadatan. Peribadatan sangat penting, bahkan lebih penting dari pada
kesusilaan. Peribadatan yang dilakukan secara khidmat akan memancarkan
kesusilaan. Setiap peribadatan yang dilakukan dengan tulus, penuh
kepercayaan, penuh satya dan penuh hormat akan memperoleh keberkahan
29 Ibid., hlm.253-255 30 Men Tze adalah seorang komentator pada masa cucunya Khonghucu (Tzu Szu) 31 Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar di Dunia, (Jakarta: PT. Nusna Zikra, 1996),
hlm.177
22
atau kesempurnaan. Peribadatan dilaksanakan menurut kesusilaan,
dikhidmatkan dengan musik dan lagu, serta disesuaikan dengan musim.32
Peribadatan yang ada diteruskan dan diikuti oleh para pengikut
ajaran Khonghucu hingga sekarang ini. Peribadatan bangsa Tionghua
hanya dipengaruhi sedikit (di belakang hari) oleh agama Budha, yakni
pengorbanan untuk dewa-dewa yang sebelumnya (sebelum Khonghucu)
tidak terdapat di Tionghua.
Peribadatan Tionghua yang diteruskan oleh Khonghucu adalah
sebagai berikut:
1. Raja dan pembesar memimpin pengorbanan hewan dan selamatan pada
hari-hari penting kerajaan atau hari-hari pertanian (musim-musim
gandum dan musim panen)
2. Penguburan jenazah dilakukan dengan upacara besar-besaran, pakaian
tertentu, dan dengan acara-acara kebaktian tertentu pula.
3. Korban-korban untuk kepentingan golongan, kaum, dan keluarga,
tetapi tidak dilakukan oleh perorangan.
4. Perbuatan-perbuatan ibadah ditentukan oleh hubungan
kemasyarakatan, yaitu secara feodal. Apa yang dilakukan raja dan
pembesar serta rakyat umum diatur dalam suatu buku (kode) tertentu,
hal yang dianggap sudah diketahui oleh semua orang Tionghua. Orang
yang paling hafal isi buku tersebut mendapat penghormatan orang arif
atau orang yang terhormat. Yang dalam agama lain disebut Imam,
Pendeta atau Pedanda, merekalah yang memimpin upacara atau
penasehat yang menentukan jalannya upacara yang dilakukan oleh
anggota keluarga.
5. Peribadatan Budhisme di Tiongkok dianggap tidak bertentangan
dengan ajaran Khonghucu, tetapi dianggap malah menguatkan.33
Upacara keagamaan dalam ajaran agama Khonghucu tidak hanya
menyangkut siklus musim tetapi juga berkaitan dengan penghormatan
32 Muh. Nahar Nawawi, op.cit., hlm.47 33 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm.98-99
23
terhadap orang yang dianggap suci, roh orang tua dan leluhurnya serta
malaikat (dewa-dewa) yang dianggap mempengaruhi nasib manusia.
Karena ajaran Khonghucu menekankan pentingnya ritual itulah, wajarlah
jika para penganutnya banyak melakukan ritual keagamaan dan
menyembah berbagai macam objek pemujaan, seperti raja suci, Nabi-
Nabi, malaikat (dewa-dewa) dan para leluhur. Dalam ajaran Khonghucu
tidak ada larangan terhadap pemeluknya untuk menyembah Lao-Tzu (Nabi
Taoisme) atau Budha Gautama karena masih dalam koridor menghormati
orang yang dianggap suci.34
Secara individual mereka mempunyai agama yang diyakini satu
tetapi dalam peribadatan menganut faham pragmatis, sesuai dengan
motivasi hidup mereka yaitu kemakmuran duniawi, usia panjang dan jauh
dari malapetaka. Ritual keagamaan tersebut amat terkait dengan hajat
(kebutuhan) hidup. Karena itu, penyembahan terhadap orang-orang yang
dianggap suci amat sering disertai dengan permintaan. Mereka memilih
dewa-dewa atau orang-orang suci yang dianggap mungkin memperhatikan
kepentingan mereka, sehingga diharapkan juga akan memenuhi
permintaan mereka itu. Menurut persepsi mereka, masing-masing orang
suci mempunyai keutamaan.35
Kebaktian bersama di tempat ibadah, bukan saja merupakan
pelaksanaan persujudan, tetapi juga menjadi sarana pembinaan kehidupan
mental, moral dan spiritual umat memasuki pintu gerbang kebajikan.
Amalan pembinaan diri pribadi meliputi wawas diri (Sing Sien),
berpantang dan bersuci (puasa) dan melatih diri dengan meditasi (Cing
Cou). Upacara sidi dan upacara wajib dilaksanakan umat antara lain di
kelahiran anak, sidi akil balik, sidi pernikahan, sidi pengakuan iman,
upacara kematian dan kebaktian bagi arwah leluhur. Setiap hari, pagi,
siang, sore sesaat sebelum makan, seorang Khonghucu diwajibkan
bersembahyang ucapan syukur. Disamping itu tiap pagi dan sore
34 Muh. Nahar Nawawi, op.cit., hlm.48 35 Ibid., hlm.49
24
melakukan sembahyang dengan penaikan/menggunakan hio (dupa) di
hadapan altar khusus. Bila tidak ada altar khusus dapat dilaksanakan
dengan menghadap keluar pintu/jendela. Dianjurkan umat untuk berpuasa,
berpantang daging setiap tanggal 1 dan 15 dari penanggalan Imlek (lunar).
Puasa wajib dilakukan mulai hari ketiga setelah tahun baru Imlek dalam
rangka menyongsong sembahyang besar kepada Tuhan yang Maha Esa
pada malam tanggal 8 (menjelang 9) bulan satu penanggalan Imlek
(lunar). Diwajibkan umat Khonghucu untuk melakukan sembahyang
sadranan/ziarah kepada orang yang tua/kakek/nenek yang sudah
meninggal sebagai perwujudan ajaran bhakti pada setiap tanggal 5 April.36
36 Moch. Qosim Mukhtar, Sejarah Teologi dan Etika Agama-agama, (Yogyakarta: Din
Interfidel, 2005), hlm.58-59
25
BAB III
KONSEP KEIMANAN AGAMA KHONGHUCU
A. Pengertian Keimanan Menurut Agama Khonghucu
1. Pengertian Agama
Sejarah merupakan rangkaian proses yang mencatat tumbuh
kembangnya aneka ragam nilai-nilai sosial religius dan moral, kultur serta
persoalan umat manusia yang sepanjang zaman, yang patut kita syukuri
sebagai jejak wahyu penciptaan alam semesta dan segala bentuk
kehidupan di dalamnya oleh sang Khaliq yang Esa.
Sejarah diturunkan nilai-nilai rokhani lewat aspek religius
berbagai agama merupakan yang tak kunjung padam dari karunia
kehidupan insani, sebagaimana yang dikehendaki Tuhan.1
Semua agama mencerminkan pengalaman manusia, walaupun
masing-masing menurut keaslian adikodrati atau ajaran pokok yang
bersifat wahyu, selayang pandang terhadap sejarah, memberi kesan bahwa
agama-agama itu berbeda-beda, seperti halnya pengalaman manusia.
Laksana musik, pernyataan agama menayangkan rangkaian gejala-gejala
pengalaman manusia yang luas dan beraneka warna.2
Sudah diakui secara umum oleh para pengkaji bahwa semua
masyarakat yang dikenal di dunia ini, sampai batas tertentu, bersifat
religius. Pengakuan ini merupakan kesepakatan mengenai apa sajakah
yang membentuk perilaku keagamaan, namun dalam kenyataannya
kesepakatan mengenai hal ini lebih sulit bisa diperoleh. Argumen yang
dikemukakan mengenai bagaimana cara mendefinisikan agama dan
bagaimana membedakannya di satu pihak dengan magi, sains, dan filsafat
dan dengan beberapa ilmu sosial.3
1 Sidartanto Duanadjaya, Agama Khonghucu, Matakin, Solo, 2002, hlm. 4 2 Lee T. Dei, Khonghucu Adalah Agama, Matakin, Solo, 1994, hlm. 1 3 Betty B. Schart, Kajian Sosiologi Agama, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 1995, hlm.29
26
E.B. Tylor dalam buku perintisnya, Primitive Culture, yang
diterbitkan pada tahun 1871, mengemukakan apa yang dikenal dengan
“definisi minimum” agama yang tidak akan memberikan penilaian lagi
mengenai sumber atau fungsinya. Dia mendefinisikan agama sebagai
“kepercayaan adanya wujud-wujud spiritual. Menurut Red-Cliffe-Brown,
salah seorang ahli antropologi, menawarkan definisi yang berusaha
memperbaiki ketidaksempurnaan. “Agama” didefinisikan sebagai ekspresi
suatu bentuk ketergantungan pada kekuatan di luar diri kita sendiri, yakni
kekuatan yang dapat kita katakan sebagai kekuatan spiritual atau
kekuatan moral. Menurut pendapat Durkheim, agama adalah sistem yang
menyatukan mengenai berbagai kepercayaan dan peribadatan yang
berkaitan dengan benda-benda sakral, yakni katakanlah benda-benda yang
terpisah dan terlarang, kepercayaan dan peribadatan yang mempersatukan
semua orang yang penganutnya ke dalam suatu komunitas moral yang
disebut gereja.4
Ahli sosiologi kontemporer dari Amerika, Yinger, menyatakan
bahwa dia lebih senang dengan definisi fungsional, dan tetap menyatakan
secara dogmatis bahwa “agama merupakan sistem kepercayaan dan
peribadatan yang digunakan berbagai bangsa dalam perjuangan mereka
mengatasi persoalan-persoalan tertinggi dalam kehidupan manusia.
Agama merupakan keengganan untuk menyerah dalam menghadapi
frustasi, dan untuk menumbuhkan rasa permusuhan terhadap
penghancuran ikatan-ikatan manusia. Jelas bahwa kedua kalimat dalam
definisi Yinger itu haus dibaca bersama-sama, sebab bila tidak definisi itu
tidak hanya mencakup agama tetapi juga filsafat, sains (ilmu
pengetahuan) dan teknologi. Dengan mengambil utuh rumusan itu, jelas
bahwa definisi itu merupakan definisi yang maksimum, bukan minimum,
karena ia memadukan pandangan yang mengatakan bahwa agama
memberikan kemungkinan manusia untuk berjuang supaya berhasil
4 Ibid., hlm.30
27
menghadapi kecemasan dan kebencian. Yinger mengatakan bahwa
pemikiran rasional tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
makna hidup, meski pertanyaan ini hanya bisa diajukan oleh makhluk
rasional. Karena itu loncatan keyakinan agama dianggap sebagai salah
satu alternatif untuk menghadapi keputusasaan.5
Menurut Clifford Geertz agama adalah “sistem lambang yang
berfungsi menegakkan berbagai perasaan dan motivasi yang kuat,
berjangkauan luas dan abadi pada manusia dengan merumuskan berbagai
konsep mengenai keteraturan umum eksistensi, dan dengan menyelubungi
konsepsi ini dengan sejenis tuangan faktualitas sehingga perasaan-
perasaan dan motivasi-motivasi itu secara unik tampak realistik.6
Kita lihat bermacam-macam definisi atau pengertian agama, mulai
dari pengertian menurut ilmu pengetahuan, peristilahannya sampai kepada
definisi agama menurut Agamanya masing-masing. Dalam bahasa
Sansekerta istilah “agama” berasal dari: a = kesini dan gam = gaan, go,
gehen, = berjalan-jalan
Sehingga dapat berarti peraturan tradisional, ajaran, kumpulan-
kumpulan hukum, pendeknya apa saja yang turun temurun dan ditentukan
oleh adat kebiasaan.
Kemudian di kepulauan Nusantara mendapat arti seperti adat,
kepercayaan, upacara, pandangan hidup, sopan santun. Sekarang kata
agama atau igama/ugama hampir sama artinya dengan religi (Latin) atau
din (Arab).7
Pengertian agama menurut masing-masing agama:
a. Pengertian agama menurut agama Hindu
Dalam ajaran agama Hindu “agama’ mengandung pengertian
satya, arta, diksa, tapa, brahma dan yajna. Satya adalah kebenaran
5 Ibid., hlm.31-32 6 Ibid., hlm.32 7 Mudjahadi Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1999, hlm.1-2
28
yang absolut. Arta adalah dharma atau perundang-undangan yang
mengatur hidup manusia. Diksa adalah penyucian. Tapa adalah semua
perbuatan suci. Brahma adalah doa atau mantra-mantra. Yajna adalah
kurban. Pengertian lain juga disebutkan dharma.
Dharma atau kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan
kehidupan manusia. Agama adalah kepercayaan hidup pada ajaran-
ajaran suci yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi yang kekal dan
abadi.
b. Pengertian agama menurut agama Budha
Agama dapat diartikan sebagai “suatu badan dari pelajaran
keSuSilaan dan filsafat dan pengakuan berdasarkan keyakinan
terhadap pelajaran yang diakui baik.” Dalam hal demikian, ajaran
Sang Budha itu adalah suatu agama dan umat Budha memiliki suatu
agama yang sangat mulia untuk dianut.
Selanjutnya dikatakan juga bahwa agama adalah cara tertentu
untuk pemujaan kepada para Dewa-Dewa Agung. Dengan kata para
Dewa Agung mereka maksudkan adanya kekuatan gaya tak terlihat
yang menguasai alam semesta atau sedikit-dikitnya yang bersangkut
paut dengan itu, dengan istilah agama tadi mereka maksudkan sikap
seluruhnya yang harus diusahakan terhadap kekuatan-kekuatan gaya-
gaya itu.
c. Pengertian agama menurut Islam
• Menurut Prof. K.H.M. Taib Thahir Abdul Mu’in agama adalah
suatu peraturan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai
akal, memegang peraturan Tuhan dengan kehendak sendiri, untuk
mencapai hidup di dunia dan kebahagiaan kelak di akhirat.
• Menurut Hadijah Salim agama ialah peraturan Allah SWT yang
diturunkan-Nya kepada rasul-rasul-Nya yang telah lalu yang berisi
perintah, larangan dan sebagainya, yang wajib ditaati oleh umat
manusia dan menjadi pedoman serta pegangan hidup, dan barang
29
siapa hidupnya tak terkendalikan niscaya manusia itu akan
terjerumus dan tidak akan menentu arah tujuan, maka
membahayakan pada diri mereka sendiri.
d. Pengertian agama menurut Kristen Katholik
Agama adalah segala bentuk hubungan manusia dengan yang
suci. Terhadap yang suci ini manusia kurang pantas, sama sekali
tergantung, takut atau takwa karena sifat-Nya yang dahsyat, tetapi
manusia sekaligus merasa pula tertarik kepadanya karena sifat-sifat
yang mempesonakan.8
e. Pengertian agama menurut Khonghucu
L iman agama Khonghucu atau Ru Jiao, pengertian agama
atau Jiao adalah wahyu Tuhan yang membimbing manusia sebagai
rakyat Tuhan atau Tian Ming agar mampu hidup selaras mengikuti
benih kebajikan dalam watak sejati, Xing, yang merupakan kuasa
firman Tuhan, Tim Ming, agar dengan begitu manusia mampu hidup
menempuh jalan suci Dao, jalan hidup yang tegak menggemilangkan
firman-Nya. Wahyu Tuhan yang turun melalui para Nabi purba/raja
suci itu terangkum sebagai mutiara kebajikan sepanjang sejarah
tumbuh kembang nilai-nilai mulia keagamaan Fujiao, yang kini lebih
dikenal dunia sebagai agama Khonghucu.9
Fungsi agama adalah sebagai tuntunan hidup yang telah Tian
(Tuhan yang Maha Esa) diturunkan melalui para Nabi-Nya untuk
menuntun manusia kembali ke jalan suci, jalan yang diridhoi dan
dirakhmati semasa hidup di dunia maupun bila sudah saatnya kembali
keharibaan kebajikan Tuhan.10
8 Ibid., hlm.2-4 9 Sidarto Buanadjaya, op.cit., hlm.9 10 Setianda Tirtarasa, Menuju Masyarakat Anti Korupsi Perspektif Agama Khonghucu,
Departemen Komunikasi dan Informasi, Jakarta, 2006, hlm.117-118
30
2. Pengertian Keimanan Menurut Agama Khonghucu
Kita sering menyebut kata “iman”, biasanya yang terlintas dalam
benak kita adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan dan
perkara yang berhubungan dengan hati dan hal-hal yang ghaib.11
Kita juga sering membicarakan tentang keimanan dengan
pengaruhnya dalam jiwa dan dalam kehidupan, keimanan yang mencapai
puncaknya dan tertanam dalam hati, serta terlukis dalam lubuk jiwa, bukan
keimanan yang lemah dan ragu-ragu, keimanan yang terbius dari tidur,
tetapi keimanan yang hidup dan terjaga dan kita tahu bahwa yang
mempunyai keimanan semacam itu tentu sedikit jumlahnya.
Perbincangan tentang segi-segi agama yang dihayati dan diajarkan
agama Khonghucu, bisanya berpusat di sekitar kepercayaan akan adanya
roh-roh yang telah meninggal dan mempercayai adanya Tuhan Yang Maha
Esa. Dalam masa pra Konfucianisme, Tuhan Yang Maha Esa
dimengertikan sebagai tenaga tertinggi yang dipribadikan, yang mendikte
peristiwa-peristiwa alam dan manusia, menjalankan kekuasaan pemberi
hadiah dan hukuman…. Kata Tuhan (Tien).12
Selain memiliki ajaran tentang Thian (Tuhan Yang Maha Esa),
Khonghucu juga memiliki ajaran tentang keimanan. Ajaran tentang
keimanan itu terdapat dalam kitab SuSi. Oleh umat Khonghucu di
Indonesia ajaran Khonghucu yang dapat dalam kitab SuSi, yang
berhubungan dengan keimanan dijadikan landasan utama dalam
menetapkan konsep keimanan umat Khonghucu di Indonesia.
Selain menjelaskan ajaran keimanan yang terdapat dalam kitab
SuSi yaitu kitab yang menjadi dasar agama Khonghucu dewasa ini,
terlebih dahulu akan dijelaskan apa pengertian keimanan dalam pandangan
11 Hepi Anda Bastoni, Beriman dengan Segenap Jiwa Raya, Sabili, 22 Maret 2007,
hlm.87 12 Lee T. Oei, Ketuhanan Keagamaan Cinta Kasih Keibadahan dalam Konfucianisme,
Matakin, Solo, 1994, hlm.11
31
umat Khonghucu di Indonesia.13 Menurut Tjhie Tjay Ing keimanan berasal
dari kata “iman” yang artinya ialah kepercayaan atau keyakinan yang
berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan yang dipeluk: yaitu
menyangkut ketulusan keyakinannya, pengakuan terhadap kebenaran dan
kesungguhan dalam mengamalkannya.14
Menurut istilah iman ialah terjemahan dari kata “cheng” yang
mengandung makna “sempurna kata, batin dan perbuatan”. Maka iman itu
ialah sikap atau suasana batin yang menunjukkan sempurnanya
kepercayaan, keyakinan kepada Tian, Tuhan yang Maha Esa, kepada
Muduo atau Genta Rokhaninya serta kebenaran ajaran agama yang
dibimbingkan.15
Menurut Tjhie Tjay Ing, umat Khonghucu wajib memiliki Sing
(iman) terhadap kebenaran yang mereka anut. Ungkapan-ungkapan
Khonghucu yang erat hubungannya dengan keimanan, yang terdapat
dalam kitab SuSi sebagai berikut : “Iman itulah jalan suci Tuhan, Tuhan
yang Maha Esa, berusaha beroleh iman, itulah jalan suci umat manusia
yang beroleh iman ialah orang yang setelah memilih kepada yang baik lalu
didekap sekokoh-kokohnya” (Bing Cu IVA 12:3)
“Yang mencapai puncak iman tetapi tidak dapat menggerakkan
hati, itu belum pernah ada. Bila tiada iman, takkan pula menggerakkan
hati.” (Bing Cu IVA, 12:2)
Bing Cu berkata, “Bila pihak bawah tidak dapat kepercayaan dari
pihak atas, seperti rakyat pun tidak akan didapat dan pemerintah takkan
berjalan lancar untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak atas ada
jalannya. Bila tidak dapat menggembirakan orang tua, niscaya tidak akan
mendapat kepercayaan dari teman-teman. Untuk dapat menggembirakan
orang tua ada jalannya. Bila tidak dapat memenuhi diri dengan iman,
13 M. Ikhsan Tanggoh, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, Pelita
Kebajikan, Jakarta, 2005, hlm.51 14 Tjhie Tjay Ing, Tanya Jawab Keimanan Konfusiani, Edisi IV, Genta Harmoni, 2004,
hlm.25 15 Ibid., hlm.25
32
niscaya tidak dapat menggembirakan orang tua; untuk dapat memenuhi
diri dengan iman ada jalannya; bila tidak dapat benar-benar sadar tentang
apa yang baik, niscaya tidak dapat memenuhi diri dengan iman”. (Bing Cu
IVA 12:1). Dari beberapa ayat kitab SuSi yang berhubungan dengan iman
di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang iman. Iman menurut
Khonghucu. Beberapa pengertian tersebut adalah:
a. Iman adalah jalan suci Thian
b. Iman berfungsi menggerakkan hati manusia ke arah yang lebih baik
c. Iman itu dapat diperoleh kalau manusia dapat berbudi hal-hal yang
baik
d. Untuk dapat menggembirakan orang tua, manusia terlebih dahulu
memenuhi dirinya dengan iman.16
B. Macam-macam Keimanan
1. Delapan Ajaran Iman
Agama Khonghucu di Indonesia mengajak umat mengutamakan
perlunya menegakkan iman (Cheng) sebagaimana disuratkan dalam kitab
Tengah Sempurna, “iman itu harus disempurnakan sendiri dan jalan suci
(TAO) itu harus dijalani sendiri. Iman itulah pangkal suatupun tiada. Maka
seorang Susilawan memuliakan iman” (Zhong Yong XXIV: 1&2),
“Berlaksana benda tersedia lengkap di dalam diri, kalau memeriksa diri
ternyata penuh iman, sesungguhnya tiada kebahagiaan yang lebih besar
dari ini.” (Meng Zi VIIA : 4).
Seorang umat Khonghucu wajib beriman akan kebenaran yang
dikaruniakan Tian sebagaimana tersurat dalam kitab Zhong Young firman
Tuhan itu dikatakan firman sejati (Xing), hidup mengikuti watak sejati
itulah dinamai dalam suci (DAD), bimbingan menempuh jalan suci itulah
dinamai agama (JIAO). Adapun jalan suci yang dibawakan ajaran besar
(agama) ini, ialah menggemilangkan kebajikan yang bercahaya (Ming De),
16 M. Ikhsan Tanggok, op.cit., hlm.51-52
33
mengasihi rakyat (Tian), dan berhenti pada puncak kebaikan (Zhi Shan).
Demikian mengapa seorang umat Khonghucu wajib mengutamakan
perilaku kebajikan dalam hidupnya dan diimani sebagai perwujudan satya
dan bakti kepada Thian, dan di dalam kebajikan hidupnya ber… dan
diberkati. Hal ini dapat dihayati dalam salam iman yang berbunyi “Hanya
kebajikan berkenan kepada Tian” (Wei De Dong Thian; Shu Jing II, II, III,
21) dan dijawab, “Marilah bersama kita miliki yang satu itu, kebajikan”
(Xian You Yi De, Shu Jing IV, VI, III, 3)
Sesungguhnya, suatu ajaran etika dan moral yang tidak didasari
iman kepada Tian atau kepada ibadah agama, tidak akan memiliki nilai
yang sempurna bagi manusia. Sistematika dan pendidikan moral secara
praktis mungkin dapat memberi tuntunan bagi manusia dalam pergaulan
bermasyarakat dan menjadi pembimbing dan panduan untuk sukses dalam
bekerja dan berusaha, namun tidak akan memberikan kedamaian batin
yang sempurna, karena bagi manusia hidup ini bukan sekedar soal perut,
meskipun benar dikatakan, “Perut tidak dapat menunggu”. Karena,
seorang umat Khonghucu perlu menegakkan pilar agamanya dengan
delapan pengakuan iman.17
Delapan pengakuan iman berisi:
a. Adanya Thian
- Sing Sie Hong Thian (sepenuh iman percaya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa)
- Buji Bu Gi (jangan mendua hati, jangan bimbang)
- Siang Tee Liem Li (Tuhan yang Maha Tinggi besertamu)
b. Adanya nilai mutlak pentingnya kebajikan
- Sing Cun Koot Til (Sepenuhnya iman menjunjung kebajikan)
- Bu Wan Hut Kai (tiada jarak jauh tidak terjangkau)
- Khik Hiang Thian Siem (sungguh hati Tuhan merahmati)
17 Tjie Tjy Ing, Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah Jiwa Etika dan Moral
Khonghucu, Edisi Kedua, Genta Harmoni, 2004, hlm.40
34
c. Adanya firman/takdir/watak sejati
- Sing Liep Bing-bing (sepenuh iman menegakkan firman gemilang)
- Cun Siem Yang Sing (jagalah hati, rawatlah watak sejati)
- Cik Ti Su Thian (demikian mengenal/mengabdi Tuhan)
d. Adanya roh (Sien) dan nyawa (Kwi)
- Sing Ti Kwi Sien (sepenuh iman sadar adanya nyawa dan roh)
- Cien Siu Kwa yok (tekunlah membina diri, kurang keinginan)
- Hwat kai Tiong Ciat (bila nafsu timbul, jagalah tetap dibatas
tengah)
e. Adanya perwalian orang tua atas anak-anaknya
- Sing Yang Haw Su (sepenuhnya iman merawat cinta berbakti)
- Liep Sien Hing Too (tegakkan diri menempuh jalan suci)
- I Hian Hu Boo (demi memuliakan ayah bunda)
f. Adanya Thian menjadi Nabi Khonghucu sebagai genta rohani
- Sing Sun Bok Tok (sepenuh iman mengikuti genta rohani)
- Ci Cun Ci Sing (yang terjunjung, Nabi Agung)
- Ing Poo Thian Bing (yang dilindungi firman Tuhan)
g. Adanya Kebenaran kitab suci SuSi
- Sian Khiem SuSi (sepenuh iman memuliakan SuSi)
- Thian He Tsi King (kitab suci besar dunia)
- Liep Bing Tsi Pun (pokok besar tegakkan firman)
h. Adanya jalan suci yang agung
- Sing Hing Tai Too (sepenuh iman menempuh jalan suci yang
agung)
- Su Ji Put Li (sekejap pun tidak terpisah)
- Bung Kiong Ci Hiu (tempat sentosa yang tanpa batas).18
Ini suatu kenyataan, etika dan moral yang tidak didasari iman
kepada Tian yang Maha Esa dan ibadah agama, itu akan tidak ubahnya
18 Tjhie Tjay Ing, Pokok-pokok Keimanan Konfusionisme (Agama Khonghucu), Matakin,
Solo, tth., hlm.2
35
dengan sebuah bangunan, yang sekalipun betapa megah, tetapi dibangun
di atas pasir dan bila suatu saat ada topan atau gempa, akan mendadak
hancur berantakan.19 Keimanan seseorang bisa juga diibaratkan sebagai
pondasi, apabila pondasi itu kuat maka kuatlah keimanan seseorang dan
apabila pondasi itu tidak kuat maka seseorang akan jauh dari agama.
Agama (JIAO) bukanlah sekedar ajaran tentang pemujaan (Zong
Jiao) atau ajaran untuk orang hidu dalam kerahasiaan dan melakukan
perbuatan aneh-aneh (Zhong Yong X : 1). Agama adalah bimbingan
karunia Tian bagi manusia untuk membangun pribadi atau membina diri,
untuk menempuh jalan suci (DAO), untuk menggenapi tuntunan watak
sejatinya, dengan sepenuh iman menegakkan firman Tian,
menggemilangkan kebajikan yang bercahaya itu, untuk mengamalkan
kebajikan itu dalam hidupnya dan mengusahakan sebaik-baiknya.
Sehingga boleh mencapai puncak baik (Zhi Shan), lewat tuntunan Nabi
sebagai utusan atau genta rokhani (Mu Duo) Tian yang Maha Esa.
Nabi Khonghucu bersabda: “Seorang yang tanpa kepercayaan
(tidak dapat dipercaya), entah apa yang dapat dilakukan? Itu seumpama
kereta besar yang tidak mempunyai sepasang gandaran atau seumpama
kereta kecil yang tidak mempunyai sebuah gandaran, entah bagaimana
menjalankannya? (Lu Yu II: 22).20
Untuk memperteguh iman dalam menempuh jalan suci, harus dapat
meninggalkan 4 larangan:
1) Yang tidak susila jangan dibicarakan (Hwie Lee But Gan)
2) Yang tidak susila jangan dilihat (Hwie Lee But Si)
3) Yang tidak susila jangan didengar (Hwie Lee But Si)
4) Yang tidak susila jangan dilakukan (Hwie Lee But Tong).21
19 Tjhie Tjay Ing, Edisi II, op.cit., hlm.41 20 Ibid., hlm.41 21 Thio Tiong Gie, “Agama Kebajikan; Agama Universal Perspektif Khonghucu”,
Makalah Seminar 3 September 2003, di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang
36
2. Konsep ketuhanan dalam agama Khonghucu
Tuhan adalah hakekat yang pertama, tetapi dalam kesadaran kita
yang terang, tidak mengartikan sebagai yang pertama. Dalam kesadaran
dan pengertian kita, yang kita sentuh adalah benda-benda atau jasmaniah.
Dalam pengertian demikian, kita mengerti bahwa diri kita sendiri serba
terhubung dengan alam jasmani.22 Dan kita terkadang terlena dengan
kepentingan dunia, sehingga kita lali terhadap kewajiban sebagai makhluk
Tuhan.
Sebenarnya, pengertian tentang adanya Tuhan itu tidak timbul
melalui kodrat manusia, tetapi timbul karena pengaruh agama-agama.
Pandangan ini berpangkal pada Tuhan, dapat kita mulai suatu pandangan
dengan bertolak pada manusia. Manusia merupakan cinta kasih, cinta
kasih bukan merupakan sesuatu yang pasif melainkan sesuatu yang aktif,
katakanlah cinta kasih sebagai dorongan. Dorongan ini menuju ke arah
sesama manusia. Pada hakekatnya juga ke arah Tuhan. Sebab dorongan itu
berasal dari Tuhan dan merupakan kebahagiaan, pada akhirnya tiada
sesuatu yang dapat memenuhinya, kecuali Tuhan sendiri. Agama juga
merupakan kebutuhan mutlak untuk dijadikan pegangan dalam hidup dan
untuk melawan badai kesukaran yang datang pada manusia. Dalam agama
orang menyerahkan dirinya kepada Tuhan dan dirasakan sebagai syarat
mutlak untuk berbahagia di dunia ini.23
Istilah Tuhan dalam agama Khonghucu pada umumnya disebut
Thian atau Siang Tee, Tuhan/Thian mempunyai sifat-sifat antara lain:
a. Maha Sempurna, Khalik/Pencipta, yang menjadikan alam semesta ini
(Gwon)
b. Maha meliputi, menjalin, menembusi dimanapun (Hing)
c. Maha Murah, yang menurunkan rahmat, yang menjadikan orang
menuai hasil perbuatannya (Li)
22 Lee T. Oei, Kesaksian Adanya Tuhan Yang Maha Esa di Dalam Agama Konfucian,
Matakin, Solo, 1992, hlm.14 23 Ibid., hlm.15-16
37
d. Yang Maha kokoh, yang mempunyai hukum abadi (Ling). (Kitab Ya
King)
e. Dilihat tiada tampak, di dengar tiada terdengar, namun tiap wujud tiada
yang tanpa Dia.
f. Adapun kenyataan Tuhan itu tidak boleh diperkirakan, lebih-lebih
tidak dapat ditetapkan.
g. Sungguh Maha Besar Dia, sehingga terasakan di atas dan di kanan kiri
kita.
h. Tuhan yang Maha Tinggi dan pendukung semuanya itu tiada bersuara
dan tiada berbau. Demikian Maha kesempurnaan-Nya.
i. Tuhan menjadikan segenap wujud masing-masing selalu dibantu
sesuai dengan sifatnya.
Maka sungguh jelas sifat-Nya yang halus itu, sehingga tidak dapat
disembunyikan dari iman kita. (Kita Tiong Yong Bab XV bab XXXII).24
Selain istilah Thien atau Thian yang banyak dijumpai dalam kitab-
kitab Khonghucu, kita juga mengenal istilah Thian Li dan Thian Ming.
a. Thian Li
Thian adalah Tuhan yang Maha Esa atau sesuatu yang absolut,
yang mutlak dan tidak dijadikan oleh siapapun, segala sesuatu yang
berada di alam semesta ini berjalan menurut hukum-hukumnya.
Pengaturan hukum itu disebut Thien Li ini sebenarnya pada pengertian
Thian yang mengalami perluasan pada masa Neo Konfusionisme. Jadi,
Thian Li itu sendiri bukan nama lain dari Thian, tetapi lebih dekat
dengan pengertian firman Thian atau hukum-hukum dan peraturan
yang bersumber dari Thian.
b. Thim Ming
Thian Ming dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dijadikan
atau sesuatu yang terjadi. Manusia harus menjalankan tugas dan
kewajibannya sesuai dengan kehendak Tuhan atau Thian. Kunci untuk
24 Suryo Hutomo, Tata Ibadah dan Dasar Agama Khonghucu, Jakarta, 1983.
38
melaksanakan Thian Ming adalah kebajikan. Siapa yang gagal dalam
melaksanakan tugasnya, berarti ia kehilangan mandat (amanat atau
tugas) sedangkan orang yang menumbuhkembangkan kebajikan akan
hidup harmonis dan akan berhasil hidupnya, sebenarnya pengertian
Thian Li dan Thian Ming tidak jauh berbeda, namun pengertian Thian
Ming lebih diarah pada perbuatan yang dilakukan oleh manusia sesuai
dengan mandat atau perintah yang berasal dari Thian. Thian Li juga
berarti perintah namun masih bersifat umum, dan bersifat anjuran yang
harus dilakukan manusia. Dalam Thian Ming anjuran itu sudah
dilakukan manusia, namun ada yang berhasil menumbuhkembangkan
perintah itu dan ada yang tidak.25
25 M. Ikhsan Tanggok, op.cit., hlm.48-49
39
BAB IV
ANALISIS
A. Menganalisis tentang Konsep Keimanan Menurut Agama Khonghucu
Agama Khonghucu yang asli disebut Ru Jiao atau agama bagi umat
yang lembut. Agama yang disebarkan oleh Khonghucu maka agama ini sering
disebut dengan agama Khonghucu. Agama menurut Khonghucu adalah wahyu
Tuhan yang membimbing manusia sebagai rakyat Tuhan agar mampu hidup
selaras mengikuti kebajikan dan watak sejati yang merupakan kuasa firman
Tuhan, dengan begitu manusia mampu hidup menempuh jalan suci atau
beriman kepada Tuhan yang Maha Esa.
Keimanan berasal dari kata iman yang artinya ialah kepercayaan atau
keyakinan yang berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan yang dipeluk yaitu
menyangkut ketulusan keyakinannya, pengakuan terhadap kebenaran dan
kesungguhan dalam mengamalkannya.
Istilah iman sering disebut dengan kata Cheng yang berarti sempurna
kata, batin dan perbuatan. Maka iman itu adalah sikap atau suasana batin yang
menunjukkan sempurna kepercayaannya, keyakinan kepada Tian (Tuhan
Yang Maha Esa) kepada Genta rohaninya serta kebenaran ajaran agama
Khonghucu.
Iman disini tidak dimaksudkan selesai dengan menyempurnakan diri
sendiri, melainkan menyempurnakan segenap wujud, cinta kasih yang
menyempurnakan diri dan bijaksana itulah untuk menyempurnakan segenap
wujud. Inilah kebajikan watak sejati dan inilah keesaan luar dalam dari jalan
suci.
Di dalam ajaran agama Khonghucu, mereka juga mempercayai adanya
Thian (Tuhan yang Maha Esa) dan ajaran tentang keimanan. Umat
Khonghucu juga melakukan pengakuan iman dengan mempercayai firman
Thian yang sering diumpamakan watak sejati. Hidup mengikuti watak sejati
itulah dinamakan menempuh jalan suci, itulah yang dinamakan dengan agama.
Adapun jalan suci yang dibawakan ajaran ini ialah menggemilangkan
43
kebajikan yang bercahaya, mengasihi rakyat dan berhenti pada puncak
kebaikan.
Pengertian yang menyangkut iman kepada Tuhan yang Maha Esa. Itu
tersurat di semua kitab agama Khonghucu, baik dalam kitab suci yang lima
atau Wu Jing maupun kitab suci yang empat atau Susi. Mengenai keberadaan
Tuhan, dalam pengertian fisik tidak dapat dikatakan dimana Tian berada.
Hanya di dalam rasa, kesadaran dan iman yang dihayati keberadaan
disebutkan di tempat yang Maha Luhur dan Maha Mulia. Kitab Konfusian
menyebutkan Tuhan Yang Maha Esa mempunyai sifat-sifat yang utama atau
empat kebajikan Tuhan (Si De) yakni Yuan (Maha Kuasa, Maha Sempurna,
Khalik semesta alam, yang menjadi mulia dan berpulang semua makhluk dan
benda). Sifat utama kedua Heng (Yang Maha Besar, Maha Indah, Maha
Luhur). Sifat utama ketiga Li (Maha pemberkah yang menjadikan hukum
sebab akibat, maka ada sifat utama, keempat Zheny (Maha Kuasa, Maka
Kokoh).
Apakah dosa itu? Dosa (Zui) adalah segala perbuatan yang melanggar
jalan suci (Doa), mengingkari kebajikan, yang meninggalkan bahkan
bertentangan dengan cinta kasih, kebenaran, susila dan kebijaksanaan dan
dilakukan secara sadar. Dosa terbesar adalah perbuatan Ni Tian (Melawan
Tian dan melanggar Hukum-Nya) dan Wu Do (meninggalkan jalan suci)
sehingga orang itu akan merusak diri dan menjadi pencuri/perusak
kemanusiaan.1
Di dalam ajaran agama Khonghucu terdapat delapan jalan pengakuan
iman, pertama, sepenuh iman percaya kepada Tian (Tuhan yang Maha Esa),
kedua, sepenuh iman menjunjung kebajikan, ketiga, sepenuh iman
menegakkan firman gemilang, keempat, sepenuh iman menyadari adanya
nyawa dan rokh, kelima, sepenuh iman memupuk cita bakti, keenam, sepenuh
iman mengikuti genta rokhani Nabi Khonghucu, ketujuh, sepenuh iman
1 Khonghucu, Tata Nilai Etika-Moral Berdasarkan Iman, Kedaulatan Rakyat, 7 Mei
2006, hlm.15
44
memuliakan kitab Wujing dan SuSi, Kedekapan, sepenuh iman menempuh
jalan suci.
Nabi Khonghucu bukanlah pencipta ajaran atau agama baru dan yang
meninggalkan atau menolak ajaran terdahulunya. Apa yang tersurat di dalam
Wujing menjadi pokok dasar di dalam agama Khonghucu dengan SuSi atau
kitab yang empat sebagai kitab suci yang pokok. Sungguh tidak salah kalau
Nabi Khonghucu adalah bukan seorang pendiri sebuah agama baru tetapi Nabi
Khonghucu jelas seorang pembaru dari pada suatu ajaran yang sudah ada.
Hal ini adalah sangat penting dakwah keimanan seorang umat
Khonghucu, khususnya dalam hal bagaimana wajib beriman kepada Tian atau
Shang Di Tuhan yang Maha Esa, yang Maha Kuasa. Dan umat Khonghucu
wajib benar-benar meyakini kebenaran sabda Nabi Khonghucu, “Aku hanya
meneruskan, tidak menciptakan aku sangat menaruh percaya dan suka kepada
yang kuno (kitab-kitab suci pembawa kebenaran itu).2
Ungkapan Khonghucu yang erat hubungannya dengan keimanan, yang
terdapat dalam kitab SuSi adalah sebagai berikut:
“Iman itu adalah jalan suci Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa; berusaha
beroleh iman, itulah jalan suci manusia, yang beroleh iman ialah orang yang
telah memilih kepada yang baik lalu didekap sekokoh-kokohnya.” (Bing Cu
IVA, 12:3)
“Yang mencapai puncak iman tetapi tidak dapat menggerakkan hati,
itu belum pernah ada. Bila tiada iman, takkan pula dapat menggunakan hati.”
(Bing Cu IVA, 12 :2)
Khonghucu tidak hanya berbicara mengenai moral atau etika semata
namun juga berbicara mengenai Tuhan yang Maha Esa (Thian). Thian adalah
sumber dari segala yang ada di dunia ini. Konsep Thian yang digambarkan
kitab-kitab Khonghucu atau Thien atau Thim yang bersifat roh (Tiong Yong
XV: 1,2,3), ada Tuhan Yang Maha Esa (Siang Tee) (Tiong Yong XVIII : 6)
2 Tjhie Tjay Ing, Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah Jiwa Etika dan Moral
Kofuciani, Edisi II, Genta Harmoni, 2004, hlm.41
45
Dalam kitab Tiong Yong (tengah sempurna) ada ayat-ayat yang berbicara
tentang Tuhan yang Maha Esa yaitu:
“Firman Thian (Tuhan yang Maha Esa) itulah dinamai watak sejati.
Hidup mengikuti watak sejati itulah dinamai menempuh jalan suci. Bimbingan
menempuh jalan suci itulah dinamai agama” (Tiong Yong Bab Utama: 1)
“Nabi (Khonghucu) bersabda, sungguh Maha Besarlah kebijakan Kwi
Sien (tuhan yang Maha Roh)” (Tiong Yong XV:1)
“Demikianlah menjadikan umat manusia di dunia berpuasa,
membersihkan hati, menggunakan pakaian lengkap, dan sujud bersembah
yang kepada-Nya. Sungguh Maha Besar Dia (Thian) rasanya di atas dan di
kanan kiri kita” (Tiong Yong XV:3)3
B. Implikasi Konsep Keimanan dalam Kehidupan Sehari-hari
Ajaran Khonghucu adalah way of life atau jalan hidup. Ada dua pokok
terpenting dalam ajaran ini, yakni berbakti kepada orang tua dan berbakti pada
agama. Jika kedua hal ini sudah dilaksanakan dengan baik maka kehidupan
akan tercapai, tenang dan tentram jika berbakti terhadap sesama dapat
dilaksanakan dengan baik. Ajaran berbakti merupakan ajaran yang penting
apalagi ada ungkapan segala kebajikan diawali dengan berbakti. Agama
Khonghucu juga mengajarkan kebajikan persaudaraan, kesopanan,
kebijaksanaan dan keyakinan.
Agama Khonghucu juga mengajarkan norma-norma hubungan
keluarga menjadi pilar untuk berbuat kebajikan. Norma-norma hubungan
keluarga dapat secara alami diperluas menjadi norma-norma masyarakat.
Berbakti juga bisa dijabarkan lebih luas menjadi kesetiaan. Umat Khonghucu
yang berbakti artinya hidup di jalan yang benar akan masuk surga. Namun jika
mengabaikan baktinya tentunya akan masuk neraka. Jika umat Khonghucu
tidak berbakti merupakan salah satu dosa.
3 M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia, Pelita
Kebijakan, Jakarta, 2005, hlm.45-47
46
Bentuk dari kesetiaan, antara lain rakyat terhadap pemerintah, hormat
terhadap yang lebih tua dalam hubungan antara saudara dalam keluarga, dapat
diperluas lagi menjadi persaudaraan sesama teman. Agama Khonghucu juga
mengajarkan kasih sayang orang tua, bakti anak terhadap orang tua,
persahabatan antar saudara, penghormatan adik terhadap kakak.4
Ajaran Khonghucu dibidang susila menekankan pada rasa setia kawan
secara timbal balik, menanamkan rasa simpati dan kerja sama yang harus
dimulai dari lingkungan keluarga sampai pada masyarakat luas. Sebagaimana
diajarkan di kalangan mayoritas China.
Dan mereka mengajarkan Sankang (tiga hubungan tata krama), ngalun
(lima norma kesopanan dalam masyarakat).
1. Sankang (tiga hubungan tata krama)
Pengertian dari sankang atau tiga hubungan tata krama ini adalah
sebagai berikut:
a. Hubungan seorang raja dengan menterianya atau hubungan atasan dengan
bawahannya.
“Seorang raja memperlakukan menterinya dengan Li (kesopanan
atau penuh dengan budi pekerti yang baik) seorang menteri mengabdi
kepada raja dengan kesetiaan.” (Lun Gi : III : 19)
Perkataan Khonghucu di atas menggambarkan bahwa seorang
pemimpin haruslah bersifat arif dan bijaksana terhadap orang yang
dipimpinnya, dan begitu juga seorang bawahan haruslah dapat
menghormati siswanya sebagaimana layaknya seorang atasan.
b. Hubungan orang tua dengan anaknya
“Raka berfungsi sebagai raja, menteri berfungsi sebagai menteri,
ayah berfungsi sebagai ayah dan anak berfungsi sebagai anak”. (Lun Gi
XII : 11)
Perkataan Khonghucu di atas menggambarkan bahwa dalam
kehidupan sehari-hari, seorang harus dapat berfungsi sosial dengan baik.
4 Berbakti Kepada Orang Tua dan Agama, Kedaulatan Rakyat, 7 Mei 2006, hlm.15
47
c. Hubungan suami dengan istri
“Menurut (mengikuti) sifat-sifat yang benar itulah jalan suci bagi
seorang wanita”. (Mencius III, 2 : 2)
Istri yang baik itu adalah istri yang tunduk dan patuh terhadap
perintah suaminya, dan istri yang tidak baik adalah istri yang selalu
melanggar perintah suaminya. Perintah suami yang semestinya diikuti oleh
istri adalah perintah yang tidak bernuansa keburukan.
Dari pengertian Sangkang (tiga hubungan) dengan panjang lebar,
terus ditambah dengan pengertian Ngolun yaitu:
a. Hubungan saudara dengan saudara
“Seorang muda, di rumah hendaklah berlaku bakti, di luar (rumah)
hendahklah bersikap rendah hati, hati-hati sehingga dapat dipercaya,
menaruh cinta kepada masyarakat, dan berhubungan erat dengan seorang
yang berperi cinta kasih.” (Lun Gi, I : 6)
Khonghucu mengatakan :”seorang muda, di rumah hendaklah
berlaku adil…” Perkataan ini bisa diartikan Khonghucu menekankan
48
bahwa dalam kehidupan keluarga sebaiknya yang tua (saudara yang tua)
hendaklah menghormati yang muda (saudara yang muda). Apabila terjadi,
akan terwujud keharmonisan antara saudara dalam kehidupan rumah
tangga.
b. Hubungan teman dengan teman
“Ada tiga macam sahabat yang manfaat dan ada tiga macam
sahabat yang membawa celaka. Seorang sahabat yang lurus, yang jujur
dan yang berpengetahuan luas, akan membawa manfaat. Seorang sahabat
yang licik, yang lemah dalam hal-hal yang baik, dan hanya pandai
memutar lidah akan membawa celaka.” (Lung Ci XIV: 4) Dari perkataan
itu, tampaknya Khonghucu sanksi menekankan pentingnya memilih teman
yang baik. Salah satu ciri teman yang baik adalah teman yang dapat
manfaat, sedangkan teman yang tidak baik adalah teman yang tidak dapat
memberikan manfaat bagi yang lain.9
Apabila umat Khonghucu melaksanakan sankang dan ngolun akan
terwujud hubungan yang harmonis di keluarga, masyarakat maupun dalam
negara. Karena sangkang dan ngolun merupakan lima kesopanan dalam
hidup bermasyarakat. Jika sankang dan ngolun diterapkan di dalam
kehidupan bermasyarakat maka akan terjadi timbal balik saling
menghargai, saling menghormati, saling percaya dan lain sebagainya.
C. Konsep Keimanan Agama Khonghucu dalam Perspektif Agama Islam
Tidak dipungkiri lagi bahwa agama adalah hal yang sangat penting
bagi setiap manusia. Hal ini disadari atau tidak bahwa setiap manusia
menginginkan menjadi orang yang soleh dan lurus. Tapi dalam kenyataannya
tidak bisa terwujud dengan mudah karena agama mengajarkan fanatik dan
berprasangka pada golongan lain. Agama juga mengajarkan kepada manusia
untuk saling menghormati, saling menghargai, hidup bertoleransi, hidup
berdampingan dan hidup damai. Ini sesuai dengan al-Quran surat al-Kafirun
ayat 6 yang berbunyi: 9 M. Ikhsan Tanggok, op.cit., hlm.62-66
49
ö/ä3s9 ö/ä3 ãΨƒÏŠ u’Í< uρ È⎦⎪ ÏŠ ∩∉∪
Artinya: “Bagimu agamamu, dan Bagiku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6)
Terkadang agama dijadikan manusia sebagai alat untuk mengklaim
bahwa agamanya yang paling benar. Padahal kebenaran itu tergantung pada
bagaimana manusia “memandang”, apalagi di Indonesia yang masyarakatnya
multikultural mulai dari agama, bahasa, adat istiadat, kebudayaan dan lain-
lain.
Agama Khonghucu adalah agama baru yang diakui oleh pemerintah
dan dilindungi oleh undang-undang. Dalam pandangan Islam agama
Khonghucu termasuk golongan sabiin, artinya orang-orang yang mengikuti
syariat Nabi-Nabi dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau
dewa-dewa. Dalam al-Quran Allah berfirman surat al-Baqarah ayat 62.
¨β Î) t⎦⎪ Ï% ©! $# (#θãΨtΒ# u™ š⎥⎪Ï% ©! $# uρ (#ρ ߊ$ yδ 3“ t≈|Á̈Ζ9$# uρ š⎥⎫Ï↔ Î7≈¢Á9$# uρ ô⎯tΒ z⎯tΒ#u™ «! $$Î/
ÏΘöθu‹ ø9$# uρ ÌÅz Fψ$# Ÿ≅Ïϑ tãuρ $ [sÎ=≈|¹ öΝ ßγ n= sù öΝ èδ ãô_r& y‰ΨÏã óΟ ÎγÎn/u‘ Ÿωuρ ì∃ öθyz öΝ Íκ ön= tæ Ÿωuρ
öΝ èδ šχθçΡ t“ øt s† ∩∉⊄∪
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari Kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah:62)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan keadaan tiap-tiap umat atau bangsa
yang benar-benar berpegang pada ajaran-ajaran Nabi mereka serta beramal
soleh, mereka akan memperoleh ganjaran di sisi Allah, karena rahmat dan
maghfirah Tuhan selalu terbuka bagi hamba-hamba-Nya atau untuk agama
lainnya (Kristen, Hindu, Budha, dan agama Khonghucu). Siapa saja yang
berbuat dosa besar yang membawamu ke Tuhan, kehinaan akan menimpanya,
50
tetapi bilamana ia beriman dan bertaubat niscaya Allah mengampuni dan
memberikan ganjaran kepadanya di dunia dan di akhirat. Jadi, agama apapun
sepanjang jalan menuju Allah yaitu Islam, Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha,
Khonghucu atau tidak beragama sekalipun asalkan dia beriman kepada Allah
dan beramal soleh akan memperoleh ganjaran dari Allah.
Nama-nama seperti Yahudi, Kristen atau Sabi’in, adalah hanya label
yang dipakai manusia, mungkin pada hakekatnya mereka itu adalah
sebenarnya Islam pada pandangan Allah. Islam bermaksud tunduk, patuh
kepada Allah dengan mempercayai dan mentaati ayat-ayat lalu didapati bukan
orang-orang yang melabelkan dirinya sebagai Islam yang tunduk patuh kepada
perintah Allah, dan orang-orang lain juga didapati mentaati perintah Allah,
misalnya pada rezeki yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia, sekiranya
orang-orang yang melabelkan dirinya sebagai Islam menolak atau
mengharamkannya, maka mereka bukanlah Islam dalam perbuatannya itu.
Sebaliknya pula jika orang-orang yang memakai label sebagai Islam dan tidak
mengharamkan rezeki dari pada-Nya, maka mereka adalah Islam dalam
perbuatan tersebut.
Atau dalam amalan sedekah, sekiranya orang-orang yang melabelkan
diri sebagai Islam tidak bersedekah, atau bersedekah dengan orang-orang yang
sebangsa atau seagama saja, maka mereka bukanlah Islam pada amalan
sedekah tersebut. Akan tetapi sekiranya orang yang memakai label lain yang
mengamalkan sedekah tanpa memandang agama atau warna kulit, maka
mereka adalah sebenarnya Islam dalam amalan sedekah mereka.
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khonghucu dikenal seorang guru yang bijaksana dan dikatakan sebagai
pemimpin pada dewa-dewa, toh leluhur, roh leluhur, sudah ada sejak ada
sebelum Khonghucu lahir. Khonghucu bukanlah sebagai pencipta agama
tetapi hanya sebagai penerus ajaran agama Khonghucu. Menurut Khonghucu
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh kekuasaan, tetapi yang lebih
penting adalah etika yang mulia. Etika diperoleh melalui proses belajar. Oleh
karena itu, dalam hidupnya Khonghucu menekankan pada pentingnya belajar.
Agama Khonghucu atau Ru Jiao, pengertian agama adalah wahyu Tuhan
yang membimbing manusia sebagai rakyat Tuhan agar mampu hidup selaras
mengikuti benih kebajikan dalam watak sejati, Xing yang merupakan firman
Tuhan dengan begitu manusia mampu hidup menempuh jalan suci dengan
menegakkan firman Tuhan.
Fungsi agama menurut agama Khonghucu adalah sebagai tuntunan yang
telah Thian turunkan melalui para Nabi-Nya untuk menentukan manusia
kembali ke jalan suci, jalan yang diridloi dan dirakhmati semasa hidup
maupun bila sudah saatnya kembali keharibaan kebajikan Tuhan. Dengan
memeluk agama manusia akan mendapatkan pengertian, pemahaman dan
mengimami apa makna hidup manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Dari ajaran agama Khonghucu mendasarkan pada ajaran bimbingan
keyakinan terhadap Thian, dan firman-Nya yang harus dilaksanakan di dalam
hidupnya. Melaksanakan ajaran Khonghucu sebagai tat nilai etika dan norma
moral tanpa didasari keyakinan, kepercayaan dan iman kepada Thian, itu
dinamai melupakan pokok atau kehilangan akar. Ajaran Nabi Khonghucu
menggenapkan dan menyempurnakan Ru Jiao atau agama Khonghucu di
dalam bimbingan umat beriman kepada Tuhan, melaksanakan Firman-Nya,
takwa dan lurus dalam kehidupan ini.
47
Keimanan berasal dari kata iman yang artinya atau keyakinan yang
berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan yang dipeluk, yaitu menyangkut
ketulusan keyakinan, pengakuan terhadap kebenaran dan kesungguhan dalam
masyarakatnya.
Seorang umat Khonghucu harus menegakkan pilar agamanya dengan
delapan pengakuan iman:
1. Adanya Thian
2. Adanya nilai mutlak kebajikan
3. Adanya Firman / Takdir / watak sejati
4. Adanya roh (sien) dan ngawa (kwi)
5. Adanya penilaian orang tua atas anak-anaknya
6. Adanya Tian menjadi Nabi Khonghucu sebagai genta rokhani
7. adanya kebenaran kitab suci Susi.
B. Saran-saran
Setelah mempelajari sejarah Khonghucu, pengertian agama, konsep,
keimanan maka penulis mempunyai beberapa saran:
1. Untuk umat Khonghucu, agar mau menjalankan Sankang dan Ngolun
yang sering disebut lima kesopanan dalam masyarakat
2. Untuk umat Khonghucu menegakkan, pilar agamanya dengan delapan
pengakuan iman.
3. Persoalan keimanan seyogyanya tidak menyentuh ranah-ranah mistik
akan tetapi diimplementasikan ke dalam ranah sosial karena setiap agama
bertanggung jawab terhadap persoalan bangsa seperti kemiskinan, kaum
marginal dan dampak sosial yang lain diharamkan dengan adanya
tanggung jawa ini akan memunculkan kesalehan yang lain diharapkan
dengan adanya tanggung jawab ini akan memunculkan kesalehan yang
tinggi
C. Penutup
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah, karena dengan hidayah
dan taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. Mukti, dkk, Agama-agama di Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press,
Yogyakarta, 1988, 219
Arifin, M., Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar, Jakarta: Golden
Terayon Press, 1990.
Bakry, Hasbullah, Ilmu Perbandingan Agama, Bumirestu, Jakarta, 1986.
Bastoni, Hepi Anda, Beriman dengan Segenap Jiwa Raya, Sabili, 22 Maret 2007.
Dei, Lee T., Khonghucu Adalah Agama, Matakin, Solo, 1994.
Duanadjaya, Sidartanto, Agama Khonghucu, Matakin, Solo, 2002.
Gie, Thio Tiong, “Agama Kebajikan; Agama Universal Perspektif Khonghucu”,
Makalah Seminar 3 September 2003, di Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo Semarang.
Hadikusuma, Hilman, Antropologi Agama Bagian I, Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 1999
Hutomo, Suryo, Tata Ibadah dan Dasar Agama Khonghucu, Jakarta, 1983.
Ing, Tjhie Tjay, Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah Jiwa Etika dan
Moral Kofuciani, Edisi II, Genta Harmoni, 2004.
_______, Pokok-pokok Keimanan Konfusionisme Agama Khonghucu, Matakin,
Solo, tth.
_______, Tanya Jawab Keimanan Konfusiani, Edisi IV, Genta Harmoni, 2004.
_______, Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah Jiwa Etika dan Moral
Khonghucu, Edisi Kedua, Genta Harmoni, 2004.
Kedaulatan Rakyat, 7 Mei 2006.
Khonghucu, Tata Nilai Etika-Moral Berdasarkan Iman, Kedaulatan Rakyat, 7
Mei 2006.
Manaf, Mudjahadi Abdul, Sejarah Agama-agama, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1999.
Mukhtar, Moch. Qosim, Sejarah Teologi dan Etika Agama-agama, Yogyakarta:
Din Interfidel, 2005.
Nawawi, M. Nahar, Memahami Khonghucu Sebagai Agama, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2003.
Oei, Lee T., Kesaksian Adanya Tuhan Yang Maha Esa di Dalam Agama
Konfucian, Matakin, Solo, 1992.
_______, Ketuhanan Keagamaan Cinta Kasih Keibadahan dalam Konfucianisme,
Matakin, Solo, 1994.
Schart, Betty B., Kajian Sosiologi Agama, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 1995.
Smith, Huston, Agama-Agama Manusia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2001.
Sou’yb, Joesoef, Agama-Agama Besar di Dunia, Jakarta: PT. Nusna Zikra, 1996.
Tanggoh, M. Ikhsan, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia,
Pelita Kebajikan, Jakarta, 2005.
Tirtarasa, Setianda, Menuju Masyarakat Anti Korupsi Perspektif Agama
Khonghucu, Departemen Komunikasi dan Informasi, Jakarta, 2006.