konsentrasi perbankan syariah program studi...
TRANSCRIPT
STRATEGI PONDOK PESANTREN AL-QUR'ANIYYAH DALAM
PENGHIMPUNAN DANA BAGI UPAYA PENDIDIKAN KAUM DHUAFA
OLEH
RAHMAWATI NIM: 203046101756
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H/2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul STRATEGI PONDOK PESANTREN AL-QUR'ANIYYAH DALAM PENGHIMPUNAN DANA BAGI UPAYA PENDIDIKAN KAUM DHUAFA telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 3 Juni 2008. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 3 Juni 2008 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr.H. Muhammmad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey, SH.,MA (………………..)
NIP. 130 789 745
2. Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA (………………..)
NIP. 150 269 678
3. Pembimbing I : Prof. Dr. Hasanuddin AF, MA (………………..)
NIP. 150 050 917 4. Pembimbing II : JM. Muslimin, P.hD
(………………..) NIP. 150 312 427 5. Penguji I : Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, MA
(………………..) NIP. 150 210 421
6. Penguji II : Dr. Syahrul Adham, MA (………………..)
NIP. 150 299 473
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Mei 2008
Rahmawati
Kata Pengantar
بسم اهللا الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, segala puji dan syukur, kami panjatkan ke hadirat Allah
SWT, karena atas rahmat dan inayahNya tugas akhir skripsi ini dapat diselesaikan.
Shalawat dan salam senantiasa kami persembahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang membimbing umatnya ke jalan yang benar sekaligus menyempurnakan
akhlak manusia melalui petunjuk ilahi. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat
kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Islam di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini berjudul " STRATEGI PONDOK
PESANTREN AL-QUR'ANIYYAH DALAM PENGHIMPUNAN DANA
BAGI UPAYA PENDIDIKAN KAUM DHUAFA"
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan skripsi ini terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.,selaku
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Euis Amalia, M.Ag dan Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, selaku Ketua
dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Hasanuddin, AF, MA dan Bapak JM. Muslimin, P.hD,
selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan memberikan waktu,
petunjuk serta arahan selama penyusunan skripsi ini.
4. Pimpinan dan Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak KH. Drs. H. M Sobron Z, MA, selaku Pimpinan Pondok
Pesantren Al-Qur'aniyyah, yang telah rela menuangkan waktunya dalam
memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan, terima kasih
juga para pengurus, dan juga santri-santri Pondok Pesantren Al-
Qur'aniyyah.
6. Seluruh keluarga tercinta, ayahanda (H. Zaidih) dan ibunda (Hj.
Naimah), yang tiada henti-hentinya memberikan semangat serta do'a
yang terus menerus, saudara2ku Ustd Halimi, Eti Herawati S.Ag,
Syamsul, Akim, Yuyun (terima kasih banyak), dan tidak lupa untuk
keponakanku tercinta Zahra, "tante sayang dede".
7. Teruntuk Aa Jaenuddin Kurniawan S.Ei "You’re the best to me" Kakak
angkatku kak Ipul & Ellis, Auf, Ustad Syamsul dan Ustd Huda (terima
kasih atas bantuannya) dan teman-teman Perbankan Syariah Non
Reguler, Rahmi, Elly, Rani, Ida, Balqis, Fia dan semuanya yang tidak
bisa di sebutkan satu-persatu disini.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dengan segala keterbatasannya dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………. ...
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………….
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………...
6
D. Kajian Pustaka…………………………………………….. ...
...8
E. Kerangka Konsep…………………………………………..
.....10
F. Metode Penelitian …………………………………………..
...12
G. Sistematika Penulisan……………………………………...
….15
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Pondok
Pesantren………………………………………………...18
1. Pengertian Pondok
Pesantren………………………………...18
2. Unsur-unsur dan Fungsi Pondok
Pesantren………………….19
B.
Dana……………………………………………………………...29
1. Pengertian Dana………………………………………………
29
2. Macam-macam Dana………………………………………...
30
C. Donatur………………………………………………………... ..
34
1. Pengertian Donatur…………………………………………..
34
2. Peranan
Donatur………………………………………………35 D. Pendidikan
……………………………………………………….38
1. Pengertian
Pendidikan.………………………………………..38
2. Tujuan dan Manfaat
Pendidikan………………………………40
E.
Dhuafa……………………………………………………………43
1. Pengertian
Dhuafa…………………….……………………….43
5. Macam-macam
Dhuafa………………………………………...44
BAB III. PONDOK PESANTREN AL- QUR’ANIYYAH, PROGRAM
DAN UPAYANYA UNTUK KEHIDUPAN SANTRI DHUAFA
A. Sejarah Berdirinya Pesantren Al-
Qur’aniyyah…………………..46
B. Visi, Misi dan Tujuan didirikannya Pondok Pesantren Al-
Qur’aniyyah……………………………………………………...
47
C. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-
Qur’aniyyah…………51
D. Program dan Upaya Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah Untuk
Para Santri
Dhuafa…………………………………………………….52
BAB 1V. PONDOK PESANTREN AL-QUR'ANIYYAH,
PENGHIMPUNAN DANA DAN UPAYA PENDIDIKAN KAUM
DHUAFA
A. Cara Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah Dalam Penghimpunan
Dana Bagi Upaya Pendidikan
Dhuafa…………………………...56
B. Tolak Ukur Peranan Donatur Bagi Upaya Pendidikan Kaum
Dhuafa………………………………………………...………….
58
C. Analisis Dampak Keberhasilan Dana Sosial Terhadap
Pendidikan Santri Dhuafa
……………………………………………………62
D. Faktor-faktor Yang Menjadi Pemicu Kesuksesan Dan Hal-hal
Yang Masih Belum di
Kerjakan………………………………...64
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………….
68
B. Saran………………………………………………………....
70
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………...
72
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Kata pesantren berasal dari pe-santri-an, yang berasal dari kata "Santri"
yang mendapat awalan pe-dan akhiran-an. Kata santri berasal dari bahasa
Tamil, yang berarti guru mengaji, sumber lain mengatakan bahwa kata itu
berasal dari kata shastri dari akar kata shastra, yang berarti buku-buku suci,
buku-buku agama atau tentang ilmu pengetahuan.1
Menurut Mafred Ziemek, kata pesantren terdiri dari kata asalnya adalah
Santri, yang diberikan awalan "pe-" dan akhiran "-an" yang berarti
menentukan tempat, jadi pesantren artinya adalah tempat para santri, dan
kadang-kadang ikatan kata Sant yaitu yang berarti manusia baik, dihubungkan
dengan suku kata Tra yang artinya suka menolong, sehingga apabila kedua
suku kata tersebut dihubungkan maka kata pesantren berarti adalah tempat
pendidikan manusia baik-baik.2
Dalam arti yang paling umum pondok pesantren mungkin dibedakan
dengan pusat ibadah Islam, masjid, yang dapat diartikan sebagai lembaga
pengajaran dan pelajaran keislamaan.
1 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam ( Jakarta : PT Ikhtiar Baru Van Haeve, 1994 ), h. 99
2 Mafred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, (Jakarta : P3M, 1986) h. 99
Dari keterangan di atas dapat di rumuskan bahwa pengertian pesantren
adalah tempat orang-orang atau para pemuda menginap (bertempat tinggal)
yang dibarengi dengan suatu kegiatan untuk mempelajari, memahami,
mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.3
Dengan demikian defenisi, Pondok pesantren adalah lembaga tradisional
yang dalam bacaan teknis berarti suatu tempat yang dihuni oleh para santri
yang mencari ilmu, dan Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan
keagamaan Islam yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Pondok Pesantren secara garis besar dapat digolongkan ke dalam dua
bentuk yang penting, yaitu : Pondok Pesantren Salafiyah dan Pondok Pesantren
Khalafiyah. Pondok Pesantren Salafiyah adalah Pondok Pesantren yang hanya
menyelenggarakan pengajian kitab dan pengajaran agama Islam, dan Pondok
Pesantren Khalafiyah adalah Pondok Pesantren yang selain menyelenggarakan
pengajian kitab dan pengajaran agama Islam, juga menyelenggarakan
pendidikan jalur sekolah atau formal.4
2. Unsur-unsur dan Fungsi Pondok Pesantren.
Untuk dapat memahami hakekat pondok pesantren perlulah terlebih dahulu
kita mengetahui unsur-unsur yang terlibat dalam pondok pesantren dan fungsi
3 Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : PT Cipta Adi Pustaka, 1991), Jilid 1, h 187 4 Direktorat Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, Pola Pengembangan Pondok
Pesantren, (Jakarta, Departemen Agama, 2003 ), h. 41
pondok pesantren. Adapun unsur-unsur yang terlibat dalam pondok pesantren
akan tertulis uraian sebagai berikut :
a. Kyai
Kyai memiliki peran yang paling esensial dalam pendirian, pertumbuhan,
perkembangan, dan pengurusan sebuah pesantren sebagai pemimpin
pesantren, keberhasilan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan
kedalaman ilmu, karisma dan wibawa, serta keterampilan kyai. Dalam
konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan, sebab dia adalah tokoh sentral
dalam pesantren.5
Dengan demikian, Kyai merupakan elemen penting dari suatu pesantren
Kyai juga biasanya seringkali merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya
bahwa pertumbuhan dan perkembangan suatu pesantren semata-mata banyak
bergantung kepada kemampuan kyainya.
b. Masjid
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan
keberadaan Pondok Pesantren. Masjid sebagai pusat di pondok pesantren
merupakan perwujudan dari sistem pendidikan Islam tradisional. Dengan kata
lain kesinambungan sistem pendidikan Islam tradisional yang berpusat sejak
Masjid Quba didirikan di dekat Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW
tetap terpancar dalam sistem pesantren. Dilingkungan pesantren Masjid
5 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada, 2005 ), Ed. 1, h. 67
merupakan pusat kegiatan untuk pengajaran Islam dan dengan demikian
merupakan komponen dasar lembaga ini.6
Menurut Dhofier, yang dikutip oleh Abdullah Syukri Zarkasyi, bahwa
dalam konteks pesantren, masjid dianggap sebagai tempat yang paling tepat
untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik sembahyang lima waktu,
khutbah, sembahyang Jum'at, dan pengajaran kitab-kitab Islam Klasik7.
Masjid memiliki fungsi ganda, selain tempat shalat dan ibadah lainnya juga
tempat pengajian terutama yang masih memakai metode sorogan dan
wetonan ( bandongan ).8
c. Santri
Santri adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren. Seorang ulama
bisa disebut sebagai kyai kalau memiliki pesantren dan santri yang tinggal
dalam pesantren tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agama Islam melalui
kitab-kitab kuning9
Santri merupakan unsur yang penting sekali dalam perkembangan sebuah
pesantren, karena langkah pertama dalam tahap-tahap membangun pesantren
adalah harus ada murid yang datang untuk belajar dari seorang alim. Santri
biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong dan santri mukim,
6 Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, h. 115 7 Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan, h. 68 8 Mujamil Qomar, Pesantren dari Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta,
Erlangga, 2005) h. 21 9 Amin Haedari dkk, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modenitas dan Tantangan
Komplesitas Global, (Jakarta, IRD Press, 2004), h.35
santri kalong merupakan santri yang tidak menetap dalam pondok tetapi
pulang ke rumah masing-masing sesudah mengikuti suatu pelajaran di
pesantren. Dan santri mukim adalah santri yang menetap di dalam pondok
pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh.10
d. Pondok ( Asrama)
Definisi singkat istilah "Pondok" adalah tempat sederhana yang
merupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya. Pondok (Asrama)
sebagai tempat penginapan santri, dan difungsikan untuk mengulang kembali
pelajaran yang telah disampaikan kyai atau Ustadz.11
Menurut Zamakshari Dhofir, ada tiga alasan kenapa pesantren
menyediakan pondok bagi para santrinya, yaitu : pertama, ketenaran dan
kemashuran kyai serta kedalaman ilmunya tentang Islam menarik perhatian
para santri dari jauh. Untuk dapat menggali ilmu dari kyai serta kedalaman
ilmunya tentang Islam menarik perhatian para santri dari jauh. Untuk dapat
menggali ilmu dari kyai tersebut dengan baik dan teratur serta dalam jangka
waktu yang lama, para santri harus menetap di dekat kediaman kyai.
Kedua, mayoritas pesantren berada di desa-desa dimana tidak ada
pengetahuan yang cukup untuk menampung para santri, dengan demikian
perlu adanya asrama khusus untuk menampung.
10 Zarkasyi, Gontor dan Pembahruan, h. 69 11 Qomar, Pesantren dan Transformasi, h. 21
Ketiga, adanya sikap timbal balik antara kyai dan santri. Para santri
menganggap kyainya seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kyai
menganggap para santrinya sebagai titipan Tuhan. Sikap timbal balik ini
menimbulkan keakraban dan kebutuhan untuk saling berdekatan terus-
menerus satu sama lainnya.12
e. Pengajaran Kitab Kuning
Dalam tradisi pesantren, kitab kuning merupakan ciri dari identitas yang
tidak bisa dilepaskan. Sebagai lembaga kajian dan pengembangan ilmu-ilmu
keislaman (al-'ulum al-syar'iyah), pesantren menjadikan Kitab Kuning adalah
identitas yang inheren dengan pesantren.13
Dikalangan pesantren sendiri, disamping istilah kitab kuning, beredar
juga istilah "Kitab Klasik"(al-kutub al-qodimah), untuk menyebut kitab yang
sama. Bahkan karena tidak dilengkapi dengan sandangan (syakl), kitab
kuning juga kerap disebut oleh kalangan pesantren sebagai "Kitab Gundul".
Dan karena rentang waktu sejarah yang sangat jauh dari kemunculannya
sekarang, tidak sedikit yang menjuluki kitab kuning ini dengan "Kitab
Kuno".14
Setelah membahas secara ringkas elemen-elemen yang ada di lingkungan
pondok pesantren, perlu juga kita ketahui tentang fungsi pondok pesantren.
12 Zamakshari Dhofir, Tradisi Pesantren, (Jakarta : LP3ES, 1985) h. 46-47 13 Haedari, Masa Depan Pesantren, h. 148 14 Said Aqiel Siradj et al., Pesantren Masa Depan; Wacana Pemberdayaan dan
Trasnformasi Pesantren, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1999) Cet Ke- 1, h. 222
Pondok pesantren memiliki beberapa fungsi : Menurut Ma'shum yang dikutip
oleh Mujamil Qomar fungsi pesantren semula mencakup tiga aspek yaitu
fungsi religius (diniyyah) fungsi sosial (ijtimaiyyah), fungsi edukasi
(tarbawiyyah) dan fungsi lain adalah sebagai lembaga pembinaan moral dan
kultural.15
Selain itu Pesantren juga memiliki fungsi lain yaitu dalam Pelaksanaan
Pengembangan Masyarakat, dan Pondok Pesantren dapat juga berfungsi
sebagai Penyelenggaraan Unit Usaha dan Pengembangan Keterampilan.16
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1). Pondok Pesantren dalam Pelaksanaan Pengembangan Masyarakat.
Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan
anak didik yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap,
pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan, kemampuan berkomunikasi
dengan masyarakatnya secara luas serta meningkatkan kesadaran terhadap
alam lingkungannya. Asas pendidikan yang demikian itu diharapkan dapat
merupakan upaya pembudayaan untuk mempersiapkan warga guna
melakukan suatu pekerjaan yang menjadi mata pencariannya dan berguna
bagi masyarakatnya serta mampu menyesuaikan diri secara konstruktif
15 Qomar, Pesantren dari Transformasi, h. 23 16 Departemen Agama, Pola Pengembangan, h 90
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya. Untuk itu Pondok
Pesantren memiliki beberapa peranan, yaitu17 :
a). Pesantren Sebagai Instrumental dan Fasilitator
Hadirnya pondok pesantren yang tidak hanya sebagai lembaga
pendidikan dan keagamaan namun juga sebagai lembaga pemberdayaan
umat merupakan petunjuk yang amat berarti. Bahwa pondok pesantren
menjadi sarana bagi pengembangan potensi dan pemberdayaan umat,
seperti halnya dalam kependidikan atau dakwah Islamiyyah sarana dalam
pengembangan umat ini tentunya memerlukan sarana bagi pencapaian
tujuannya. Sehingga pondok pesantren yang mengembangkan hal demikian
berarti pondok pesantren tersebut telah berperan sebagai alat atau instrumen
pengembangan potensi dan pemberdayaan umat.
b). Pesantren Sebagai Mobilisasi.
Mobilisasi adalah perpindahan tempat atau kedudukan, tingkah laku
orang-orang di masyarakat dengan pola yang baru. Jadi, yang dimaksud
dengan pondok pesantren berperan sebagai mobilisasi disini adalah Pondok
Pesantren sebagai lembaga yang dipercayakan masyarakat sebagai wadah
atau tempat seseorang menempa akhlak jadi lebih baik.
Peranan seperti ini jarang dimiliki oleh lembaga atau perguruan lainnya
dikarenakan hal ini dibangun atas dasar kepercayaan masyarakat bahwa
17 Ibid,. h 91
Pondok pesantren adalah tempat yang tepat untuk menempa akhlaq dan
budi pekerti yang baik. Sebagai lembaga yang dipercaya dan dihormati oleh
masyarakat serta kharisma dari kyai sendiri, peranan Pondok Pesantren
tentu menjadi sangat strategis dalam memberikan contoh atau mengajak
untuk melakukan pengembangan yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh
masyarakat sekitar.
c). Pesantren Sebagai Sumber Daya Manusia
Dalam sistem pendidikan yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren
sebagai upaya yang mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, Pondok
Pesantren memberikan pelatihan khusus atau diberikan tugas magang
dibeberapa tempat yang sesuai dengan pengembangan yang akan dilakukan
di Pondok Pesantren. Di sini peranan Pondok Pesantren sebagai fasilitator
sangat dominan. Namun tentunya juga jika dalam pengembangannya
mengikut sertakan masyarakat sekitar, apalagi masyarakat luas, maka
dibutuhkan "tenaga-tenaga professional" yang akan mendukung kegiatan
pengembangan ini. Karena kegiatan ini tentunya akan dikembangkan juga
oleh para santri yang lulus atau selesai dalam pembelajaran di Pondok
Pesantren. Hal ini sangat membantu tugas pemerintah dalam upaya
pemerataan kegiatan pengembangan, khususnya ekonomi di daerah agar
setiap daerah memiliki potensi sumber daya manusia yang kompeten.
d). Pesantren sebagai Agent of Develoment
Pondok Pesantren dilahirkan untuk memberikan respon terhadap situasi
dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada
runtuhnya sendi-sendi moral melalui transformasi nilai yang ditawarkan
Pondok Pesantren. Kehadirannya bisa disebut sebagai agen perubahan
sosial (agent of social change) yang selalu melakukan pembebasan pada
masyarakat dari segala keburukan moral, penindasan politik, pemiskinan
ilmu pengetahuan dan bahkan dari pemiskinan ekonomi.
Institusi Pondok Pesantren dengan begitu mengesankan telah berhasil
mentransformasikan masyarakat di sekitarnya dari kekafiran menuju
kesalihan dan kemakmuran atau kesejahteraan.
Oleh karenanya kehadiran lembaga Pondok Pesantren menjadi suatu
keniscayaan sebagai bentuk institusi yang dilahirkan atau kehendak dan
kebutuhan masyarakat. Dengan kesadarannya Pondok Pesantren dan
masyarakat telah membentuk hubungan yang harmonis, sehingga
komunitas Pondok Pesantren kemudian diakui menjadi bagian tak
terpisahkan (sub-kultur) dari masyarakat pembentuknya. Pada tataran ini,
pondok pesantren telah berfungsi sebagai pelaku pengembangan
masyarakat, dan menjadi agen bagi pembangunan nasional, dalam lingkup
yang menjadi tanggung jawabnya.
e). Pesantren sebagai Center of Excellence
Salah satu misi awal didirikannya Pondok Pesantren adalah
menyebarluaskan informasi ajaran dan pengetahuan agama Islam keseluruh
pelosok Nusantara yang berwatak pluralis, baik dalam dimensi
kepercayaan, budaya maupun kondisi sosial masyarakat. Melalui medium
pendidikan yang dikembangkan dalam bentuk Pondok Pesantren, ajaran
Islam lebih cepat membumi di Indonesia.
Institusi Pondok Pesantren berkembang sedemikian rupa akibat
persentuhan-persentuhannya dengan kondisi dan situasi zaman yang selalu
berubah. Sebagai upaya untuk menjawab tantangan zaman ini, Pondok
Pesantren kemudian mengembangkan peranannya dari sekedar lembaga
keagamaan dan pendidikan menjadi lembaga pengembangan masyarakat.
Sehingga pada tataran ini Pondok Pesantren telah berfungsi sebagai pusat
keagamaan, pendidikan dan pengembangan masyarakat (center of
excellence).
2). Pondok Pesantren Sebagai Penyelanggaraan Unit Usaha dan Pengembangan
Keterampilan18
Dengan anggapan dasar bahwa tidak semua lulusan atau keluaran
Pondok Pesantren akan menjadi ulama atau kyai dan memilih lapangan
pekerjaan di bidang agama, maka keahlian-keahlian lain seperti pendidikan
keterampilan perlu diberikan kepada santri, sebelum santri itu terjun ke
18 Ibid., h. 95
tengah-tengah masyarakat sebenarnya. Di pihak lain, guna menunjang
suksesnya pembangunan diperlukan partisipasi semua pihak, termasuk
pihak Pondok Pesantren sebagai suatu lembaga yang cukup berpengaruh di
tengah-tengah masyarakat. Ini merupakan potensi yang dimiliki oleh
Pondok Pesantren secara historis dan tradisi.
Pondok Pesantren memang dituntut untuk lebih meningkatkan mutu
pendidikan dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan kurikuler dan ikut
berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat sekitarnya, tentu saja
hal tersebut tidak dapat berkembang dengan baik jika tidak didukung oleh
dana-dana tradisonal, baik itu wakaf, bantuan insidental dari pihak wali
santri, pemerintah, swasta, dan masyarakat atau donatur yang lain. Untuk
menanggulangi hal yang demikian inilah pentingnya keberadaan unit usaha
dan pengembangan keterampilan di Pondok Pesantren yang diupayakan
dalam menghasilkan dana untuk biaya penyelenggaraan kegiatan Pondok
Pesantren.19
B. Dana
1. Pengertian Dana
19 Ibid, h. 95
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dinamakan dengan kata
"dana" adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan, biaya
kesejahteraan, atau bisa disebut juga dengan pemberian hadiah atau derma.20
Dana yang dimaksud disini adalah dana yang berbentuk sosial atau dana
yang bersifat bantuan. Dana bantuan adalah dana (persediaan uang) untuk
membantu suatu usaha, terutama dalam keadaan darurat.21 Dan bantuan sosial
adalah bantuan yang bersifat sementara yang diberikan kepada fakir miskin,
dengan maksud agar mereka dapat meningkatkan kehidupannya secara wajar.
Dana bantuan ini akan digunakan untuk kesejehteraan sosial bagi fakir
miskin. Yang dimaksud dengan dana kesejehteraan sosial bagi fakir miskin
adalah semua dana yang berwujud uang dan atau barang yang berasal dari
masyarakat dan sumber-sumber lainnya dan digunakan untuk kepentingan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin.
2. Macam-macam Dana
Macam-macam dana yang dimaksud disini adalah dana-dana tradisional
yaitu dana-dana yang bersumber dari bantuan masyarakat, baik itu berupa
Zakat, Infaq dan Sedekah/Shodaqah (ZIS), yang dikembangkan untuk
kepentingan masyarakat, sehingga dana-dana tersebut dapat dimanfaatkan
dalam hal-hal yang berguna untuk umat.
20 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai
Pustaka, 2005), Edisi ke-3, h. 234 21 Ibid, h. 234
1). Dana Zakat
Dana zakat adalah dana yang bersumber dari zakat. Ditinjau dari bahasa,
kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-Barakatu' keberkahan' al-namaa'
pertumbuhan dan perkembangan, at-thaharatu 'kesucian' dan Ash-shalahu
'keberesan'.22
Zakat artinya menyucikan dan membersihkan harta benda. Menurut istilah
syara' (agama), zakat adalah mengeluarkan sebagian harta, atau bahkan
makanan yang utama menurut ketentuan yang ditentukan oleh syara.23
Perintah tentang zakat sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-
Bayyinah (98) : 5 sebagai berikut :
ا وتؤي ولوةا الصوميقي وآءفن حن ي الده لنيصلخ مهللااودبعي لآلا اورمآ امو
) 5:البينة (وة وذلك دين القيمة آالز
Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Zakat terbagi atas dua bagian, pertama adalah Zakat Harta, zakat ini
hanya wajib bagi orang yang kaya saja, zakat harta adalah mengeluarkan
22 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, ( Jakarta, Gema insani Press,
2002), Cet Ke- 1, h. 7 23 Ibnu Mas'ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi'I, buku I ; Ibadah (Bandung,
Pustaka Setia, 2005), Cet Ke-2, h. 513
sebagian harta menurut ukuran tertentu bila harta itu telah sampai nisabnya.
Kedua adalah Zakat Fitrah, zakat fitrah dinamakan juga zakat jiwa, artinya
zakat untuk menyucikan badan atau jiwa. Zakat fitrah adalah mengeluarkan
sebagian dari makanan yang utama menurut ukuran yang ditentukan oleh
agama, yang diwajibkan atas tiap-tiap orang, baik kaya maupun miskin, laki-
laki dan perempuan, tua dan muda, setelah mengerjakan puasa dibulan
Ramadhan.24
2). Dana Infaq
Dana infaq adalah dana yang bersumber dari infaq. Infaq berasal dari kata
Anfaqo yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu.
Dan menurut terminologi syariat (istilah) infaq berarti mengeluarkan
sebagian harta atau pendapatan/penghasilan untuk sesuatu yang diperintahkan
ajaran Islam.25
Infaq dikeluarkan setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan
tinggi maupun rendah, disaat lapang maupun sempit.26 Sesuai dengan Firman
Allah SWT dalam surat Ali Imran (3) : 134
الذين ينفقون فى السرآء والضرآء والكا ظمين الغيظ والعا فين عن النس واهللا
) 134:ال عمران (يحب المحسنين
Artinya :
24 Ibid,.h. 514 25 http://branda.blogsome.com/2004/04/28/zakat,infaq-dan-shadaqah/trackback/ 26 Ibid.
(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Jika zakat harus diberikan kepada mustahik tertentu (8 asnaf), maka infaq
boleh diberikan kepada siapa pun. Misalnya, untuk kedua orang tua, anak-
yatim, dan sebagainya.27 Maksudnya disini kalau zakat itu hanya diberikan
kepada 8 golongan tertentu saja sesuai yang telah diatur hukum Islam, dan
waktu mengeluarkannya pun di tentukan. Sedangkan kalau memberikan
infaq tidak ditentukan, infaq itu diberikan kepada siapa saja boleh, dan kapan
pun infaq itu diberikan boleh karena waktunya tidak ditentukan. Hal ini
tercermin dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah (2): 215 :
ى متالي ونيابرقاأل ونيدا لولل فري خن ممتقفن اآ مل قنوقفنا ياذ مكنولئسي
) 215:لبقراه ا(ليم عه ب اهللانا فري خنا مولعفا تم وليب السناب ونيكسمالو
Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan.
Jawablah,"Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.
4). Dana Sedekah
27 Ibid.
Yang dimaksud dana sedekah disini adalah dana yang bersifat sedekah.
Sedekah/Shodaqoh berasal dari kata "Shodaqo" berarti benar. Orang yang
bersedekah/ bershodaqoh adalah orang yang mengaku benar imannya.28
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata "Sedekah" adalah pemberian
sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya, diluar kewajiban
zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan pemberi derma.29
Sedekah ada 2 (dua) macam, yaitu30 :
a) Sedekah wajib adalah kewajiban zakat, bagi orang mampu/kaya, selain
wajib menzakati harta bendanya (apabila telah mencapai nisab dan haulnya)
juga masih ada kewajiban lain untuk menggunakan sebagian harta
bendanya untuk kepentingan umum (agama, masyarakat dan Negara)
b) Sedekah Tathawwu' /sunat adalah sedekah yang diberikan secara sukarela
(tidak diwajibkan kepada orang (misalnya orang yang miskin /pengemis)
atau badan/lembaga (misalnya lembaga sosial).
Bersedekah merupakan amaliah yang sangat dianjurkan oleh syariat
agama kita yang mulia. Bersedekah bukan hanya memiliki aspek ritual, tetapi
juga mempunyai makna sosial yang sangat tinggi nilainya. Dengan
bersedekah, maka dapat menolong dan meringankan beban orang-orang yang
28 http://alfi.ie/2007/10/07/keutamaan-trackbeck/ 29 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1008 30 Zuhdi , Studi Islam, h. 82
hidup dalam kemiskinan dan kekurangan serta dapat menjalin ikatan kasih
sayang antara orang kaya dengan yang miskin.31
C. Donatur
1. Pengertian Donatur
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, yang dinamakan dengan kata " donatur "
adalah orang yang secara tetap memberikan sumbangan berupa uang kepada
suatu perkumpulan dan sebagainya atau penyumbang tetap dan penderma
tetap.32
Donatur adalah seseorang yang mempunyai kedudukan dalam masyarakat
yang dapat membantu atau menolong suatu lembaga/organisasi dalam
memberikan sesuatu yang dimiliki, bukan hanya materi atau harta tetapi juga
hal lain, seperti berupa pikiran dan tenaga sehingga bantuan mereka dapat
meringankan beban suatu lembaga/organisasi itu sendiri. Selain itu, donatur
juga dapat diartikan sebagai pemberi dana yang mempunyai komponen penting
akan keberhasilan suatu lembaga/organisasi.
2. Peranan Donatur
31 Arifin Ilham, Panduan Zikir; Membumikan Zikir Membangun Ukhuwah, (Jakarta:
Medina, 2005), Cet Ke-6, h. 31 32 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 212
Peranan kata dasarnya adalah peran yaitu seperangkat tingkat yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Dan
peranan yaitu bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.33
Peran tidak dapat dipisahkan dengan status (kedudukan), walaupun
keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang
lainnya, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Peran
diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi kelekatannya
sangat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan
karena dia (orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat), walaupun
kedudukan itu berbeda antara satu orang dengan orang lain, akan tetapi masing-
masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya.
Gross, Mason dan Mc Eachern mendefinisikan peranan sebagai seperangkat
harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan
sosial tertentu. Harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial
dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan oleh
norma-norma didalam masyarakat.34
Didalam peranan terdapat 2 (dua) macam harapan, yaitu35:
a) Harapan –harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran.
33 Ibid, h. 667 34 David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta, Raja Grafindo Persada,
2003), Cet Ke-4, h. 106 35 Ibid. h.107
b) Harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap
"masyarakat" atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya
dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.
Ditinjau dari segi sosiologi, tidak dapat dipungkiri bahwasanya manusia
adalah makhluk sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan pada
makhluk lainnya, maka pada posisi macam inilah, peran sangat menentukan
kelompok sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan perannya yaitu :
menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam
masyarakat dimana ia bertempat tinggal.
Maka dalam lingkungan sosial atau sebagai makhluk yang saling
ketergantungan dengan makhluk lain, untuk itu diperlukan adanya kerja sama
dan sikap saling membantu antara sesama, yang kuat membantu yang lemah,
yang kaya membantu yang miskin, yang kaya berperan sebagai donatur dapat
menjalankan tugas atau kewajibannya didalam membantu masyarakat yang
miskin, maka peran donatur disini adalah :
1) Donatur sebagai penolong, yang membantu membina dan membangun
kaum dhuafa yang lemah papa dengan materi sekedar untuk memenuhi
kebutuhan pokok hidupnya.36 Maksudnya donatur disini berperan sebagai
orang yang membantu meringankan beban orang-orang miskin dengan
memberikan sebagian harta yang mereka miliki untuk kepentingan kaum
36 http://www.pkpu.or.id
dhuafa, sehingga pemberian mereka dapat berguna bagi yang memerlukan
walau pemberian mereka hanya sekedarnya tetapi pemberian mereka sangat
berarti untuk kehidupan ekonomi yang lemah.
2) Donatur sebagai motivator suatu organisasi/lembaga yang sangat diperlukan
untuk keberadaan suatu organisasi/lembaga di masa mendatang.37 Donatur
disini dapat berperan sebagai pendukung atau pendorong dalam suatu
kegiatan yang dilakukan oleh suatu badan/organisasi/lembaga, apabila ada
donatur yang ikut berpartisipasi dengan memberikan bantuan maka
kegiatan suatu badan/organisasi/lembaga tersebut pun akan terbantu,
apabila bantuan tersebut terus-menerus dilakukan maka peran donatur dapat
menunjang kegiatan mereka sampai masa yang akan datang.
3) Donatur dapat berperan sebagai suatu alat keberlangsungan hidup suatu
lembaga/organisasi. Karena semua lembaga/organisasi memerlukan uang
atau dana untuk dapat berlanjut dan beraktifitas.38 Sehingga donatur disini
berperan sebagai orang yang memberi dana agar aktifitas yang dilakukan
oleh suatu lembaga/organisasi yang sudah terbiasa atau hanya
mengandalkan donatur akan terus ada dan bertahan, contoh
organisasi/lembaga yang memerlukan peran donatur adalah Yayasan Yatim
Piatu.
37 http://[email protected] 38 Ibid.
Dengan demikian apabila donatur dapat menjalankan peranannnya dengan
baik maka masyarakat yang lemah dan miskin akan terbantu dan dapat
meringankan beban kesulitan mereka, maka dari sinilah jiwa sosial memang
sangat diperlukan agar dapat saling berbagi antara sesama.
D. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Kata pendidikan dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata "didik"
dengan mendapatkan awalan "Pen-" dan akhiran "-an" yang berarti memelihara
dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, dan pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses perbuatan dan cara mendidik.39
Dan kata pendidikan tersebut sinonim dengan kata pengajaran, kata ini
sebagaimana dijelaskan oleh Poerwadinata yang dikutip oleh Abuddin Nata,
pendidikan yaitu cara (perbuatan dan sebagainya), mengajar atau mengajarkan,
kata lain yang serumpun dengan kata tersebut adalah mengajar yaitu yang
berarti memberi pengetahuan atau pengajaran.40
39 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 204 40 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997) Cet ke-
1, h. 5
Dalam Bahasa Arab kata "pendidikan" disebut dengan kata al-tarbiyat yang
mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik. Al-tarbiyat
didefinisikan sebagai proses bimbingan terhadap potensi manusia (jasmani, ruh
dan akal) secara maksimal agar dapat menjadi bekal dalam menghadapi
kehidupan di masa depan.41
Menurut Ki Hajar Dewantara, dalam bukunya yang berjudul Bagian
Pertama Pendidikan, yang dikutip oleh Abuddin Nata, mengatakan bahwa
pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang
ditujukan untuk keselematan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan berarti
memelihara hidup tumbuh ke arah kemajuan dan pendidikan adalah usaha
kebudayaan berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi
derajat kemanusiaan.42
Pengertian pendidikann secara terminologis menurut Abbdurrahman An-
Nahlawy, dalam bukunya At-Tar Biyatul-Islamiyyah, yang dikutip oleh Khalid
Ahmad Asy-Syantuh pendidikan adalah proses pendewasaan anak,
mempersiapkan mereka di dunia dan akhirat, memperhatikan perkembangan
mereka dengan perhatian menyeluruh, mencakup semua sisi perkembangan
fisik, intelektual, sosial, moral maupun spritual.43
41 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, h.72 42 Ibid, h. 9 43 Khalid Ahmad Asy-Syantuh, Pendidikan Anak Putri Dalam Keluarga Muslim, (Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar, 1993), Cet ke-1, h. 29
Menurut Ahmad D. Marimba, dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam, mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik (guru) terhadap pekembangan
jasmani dan rohani si terdidik (murid) menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.44
Menurut John Dewey, dalam bukunya Democrasy and Education, yang
dikutip oleh M.Arifin memandang pendidikan sebagai suatu proses
pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya
pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat
manusia dan manusia biasa.45
Menurut Mortimer J. Adler, dalam Philosophies of Education, mengartikan
pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan
kebiasaan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan,
disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang
secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain
atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan-kebiasaan
yang baik.46
Menurut Soegarda Poerbakawaca, dalam bukunya yang berjudul
Pendidikan Dalam Alam Indonesia Merdeka, yang dikutip oleh Abuddin Nata,
44 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Remaja Rosda
Karya, 1970), Cet ke-2, h.11 45 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), Cet ke-4, h. 1 46 Ibid, h. 12
mengatakan bahwa dalam arti umum pendidikan adalah mencakup segala usaha
dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya,
pengetahuannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda
untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya.47
2. Tujuan dan Manfaat Pendidikan
Sebelum membahas tentang apa itu tujuan dan manfaat dari pendidikan
terlebih dahulu harus diketahui apa itu pengertian tujuan. Tujuan yaitu sasaran
yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan
kegiatan.
Menurut Imam Ghazali tujuan pendidikan yaitu pembentukan insan baik di
dunia maupun akhirat. Karena menurut Ghazali manusia dapat mencapai
kesempurnaan apabila mau berusaha mencari ilmu dan selanjutnya
mengamalkan ilmu pengetahuan yang di pelajarinya tersebut.48
Dan Tujuan pendidikan secara umum dibagi menjadi tiga aspek, yaitu :49
a. Menyempurnakan hubungan manusia dengan khaliknya. Semakin dekat dan
terpelihara hubungan dengan hakikatnya akan semakin tumbuh dan
berkembang keimanan seseorang dan semakin terbuka pulalah kesadaran
akan penerimaan rasa ketaatan dan ketundukan kepada segala perintah dan
47 Nata, Filsafat Pendidikan, h. 10 48 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1998), Cet ke-2, h.
33 49 Ibid, h. 44-45
larangan-Nya, sehingga dengan demikian peluang untuk memperoleh
kejayaan semakin menjadi terbuka.
b. Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesamanya, memelihara,
memperbaiki dan meningkatkan hubungan antara manusia dan lingkungan
merupakan upaya manusia yang harus senantiasa dikembangkan terus-
menerus.
c. Mewujudkan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kedua
hubungan itu dan mengaktifkan kedua-duanya sejalan dan terjalin dari diri
sendiri.
Menurut Ahmad D. Marimba mengemukakan ada dua tujuan pendidikan,
yaitu tujuan pendidikan sementara dan tujuan pendidikan akhir, dengan
penjelasan sebagai berikut : 50
a. Tujuan sementara pendidikan yaitu sasaran sementara yang harus dicapai
oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan. Tujuan sementara di sini
yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah,
pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan,
kesusilaan, keagamaan dan kedewasaan jasmani-rohani.
b. Tujuan akhir pendidikan yaitu terwujudnya kepribadian Muslim.
Sedangkan kepribadian muslim di sini adalah kepribadian yang seluruh
aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan ajaran Islam.
50 Marimba, Pengantar Filsafat, h. 15
Selain mempunyai tujuan, pendidikan juga memiliki manfaat, terutama
pendidikan berperan dalam mengajarkan akhlak dan budi pekerti manusia
menjadi lebih baik, dan diantara manfaat dari pendidikan adalah sebagai berikut
:
Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung, pendidikan memiliki 3 macam
manfaat, yaitu : 51
a. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu
dalam masyarakat pada masa yang akan datang.
b. Memindahkan ilmu yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut
dari generasi tua kepada generasi muda.
c. Memindahkan nila-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan
masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu
masyarakat dan peradaban.
Dan menurut John Dewey, mengatakan bahwa manfaat pendidikan adalah
sebagai berikut :52
a. Membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan manusia
dari tahap ke tahap kehidupan anak didik sampai mencapai titik
kemampuan yang optimal.
51 Uhbayati, Ilmu Pendidikan, h. 10 52 Arifin, Filsafat Pendidikan, h. 33-34.
b. Menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan tersebut
dapat berjalan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan
bersifat struktural dan institusional.
E. Dhuafa
1. Pengertian Dhuafa
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata dhuafa adalah orang-orang lemah
(ekonominya dsb). Dalam literatur hukum istilah dhuafa dibedakan dengan
fakir, dari telaah kitab fiqih, Ali Yafi membuat rumusan defenisi miskin ialah
yang memiliki harta benda atau mata pencarian atau kedua-duanya hanya
menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokok. Sedangkan yang disebut
fakir adalah mereka yang tidak memiliki sesuatu harta benda atau tidak
mempunyai mata pencarian tetap, atau mempunyai harta benda tetapi hanya
menutupi kurang dari seperdua kebutuhan pokoknya.53
2. Macam-macam Dhuafa
Ada dua golongan dhuafa (orang-orang yang lemah ekonominya), yaitu :
a. Orang Fakir adalah orang yang sama sekali tidak memiliki harta dan
pekerjaan, atau memiliki harta namun hanya ada separuh dari kebutuhannya
53 Ahmad Sanusi, Agama di Tengah Kemiskinan, (Jakarta : Logos, 1999), h. 12-13
dan keluarganya yang wajib ia nafkahi. Seperti tempat tinggal, pakaian dan
makanan.54
b. Orang Miskin adalah sekelompok orang yang sedikit lebih baik
keadaannnya dari fakir. Dimana menurut Imam Madzhab Syafi'I orang
miskin itu memiliki harta atau usaha namun tidak mencukupi kebutuhan
sehari-harinya dari orang yang ia nafkahi, seperti hanya mencukupi separuh
dari kebutuhannya.55
54 Anshari Taslim, Fikih Imam Syafi'I Puasa dan Zakat, (Jakarta : Pustaka Azzam,2004),
Cet ke-1, h.189 55 Ibid. h.191
BAB III
PONDOK PESANTREN AL-QUR'ANIYYAH, PROGRAM DAN
UPAYANYA UNTUK KEHIDUPAN PARA SANTRI DHUAFA
Dalam pelaksanaan penelitian, sebelumnya penulis melakukan persiapan-
persiapan yang berkenaan dengan apa saja yang dibutuhkan atau di persiapkan
ketika akan melangsungkan suatu penelitian. Sebagaimana lazimnya suatu
penelitian, maka persiapan-persiapan yang dilakukan penulis sebelum melakukan
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Lokasi
Perihal menentukan lokasi penelitian, penulis memilih Pondok Pesantren
Al-Qur'aniyyah sebagai tempat penelitian. Letak lokasi penelitian yaitu di Jalan
Panti Asuhan RT 03/12 Ceger Jurang Mangu Timur Pondok Aren Tangerang,
adapun alasan yang melatar belakangi penulis memilih Pondok Pesantren Al-
Qur'aniyyah karena penulis merupakan salah satu anggota Ikatan Remaja Al-
Qur'aniyyah (IRQAH) dan salah satu karyawati di bidang usaha yang ada di
pondok pesantren Al-Qur'aniyyah, sehingga ini dapat mempermudah penulis
mengamati langsung tentang profil Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dan
mempermudah penulis mendapat perolehan perizinan.
2. Membuat pertanyaan atau pedoman wawancara
3. Izin penelitian kepada Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah (Drs. HM.
Sobron Z, MA) dan Pengurus Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah (Muhammad
Halimi) pada tanggal 3 Desember 2007, penelitian dilakukan selama 3 bulan
yaitu sejak bulan Januari s/d Maret 2008. Maka dalam melakukan penelitian ini
penulis mengalami kendala-kendala baik dalam memperoleh data-data yang
dibutuhkan, adapun hasil penelitiannya adalah sebagai berikut :
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah56
Pada awalnya Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dimulai dari pengajian
kaum ibu, yaitu pada tahun 1973 yang di pimpin langsung oleh ibunda
Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah Alm. Ibu Hj. Pilus. Kemudian
pada tahun 1987 dibentuklah oleh Pimpinan Pondok Pesantren (Drs. HM.
Sobron Z, MA) pengajian remaja dengan materi Al-Qur'an (Qiro'at) yang
dilakukan hanya setiap satu minggu sekali yaitu pada malam jum'at, yang
dikenal dengan Ikatan Remaja Al-Qur'aniyyah (IRQAH).
Dan pada tanggal 8 juli 1993 dibentuklah suatu lembaga Pendidikan Islam
yang diberi nama " Taman Pendidikan Al-qur'an Al-Qur'aniyyah", kemudian
pada tanggal 15 maret 1995 dibangun gedung sarana dan prasarana yang
dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar secara bersama-sama yang dibantu
oleh masyarakat sekitar.
56 Sobron Zayyan, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Wawancara Pribadi,
Tangerang, 5 Januari 2008.
Sejalan dengan itu, di sekitar wilayah Pondok aren khususnya terdapat
banyak sekali anak-anak yatim/ piatu yang tidak dapat melanjutkan
pendidikannya, maka hal inilah yang membuat hati pimpinan tergerak untuk
menolong mereka semua, yaitu dengan cara menampung mereka untuk tinggal
di Lembaga Pendidikan Islam Al-Qur'aniyyah sambil belajar di sekolah yang
dibiayai oleh pimpinan.
Dimulai sejak itulah pimpinan bermotivasi bagaimana menyiapkan
generasi-genarasi penerus sebagai insan yang berilmu pengetahuan dan
berakhlak mulia yang dapat mengabdikan diri mereka kepada agama, bangsa
dan Negara khususnya bagi masyarakat dimana mereka tinggal. Kemudian
pada tanggal 21 Oktober 1998 di resmikanlah Pondok Pesantren Al-
Qur'aniyyah, yang didalamnya menampung anak-anak yatim / piatu, fakir,
miskin, dhuafa dan anak-anak yatim/piatu dan dhuafa yang putus sekolah.
B. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah57
a. Visi : Unggul dalam Al-Qur'an, sains dan teknologi,serta berakhlakul karimah
b. Misi Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah
1. Menjadikan Al-Qur'aniyyah sebagai salah satu pusat pendidikan dan
pengembangan Islam terpadu untuk menghasilkan manusia yang bertaqwa.
57 Brosur Tentang Profil Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah
2. Menciptakan pemimpin yang cerdas, kreatif, dinamis, dan berwawasan
global.
3. Mencetak manusia yang mampu bersosialisasi dimasyarakat dengan
berakhlakul karimah
c. Tujuan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah.58
1. Turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui sosial dan pendidikan
Adapun tujuan pendidikan pondok pesantren yang tercermin dari
usaha pengkajian terhadap kitab-kitab yang diajarkan di pesantren adalah :
a. Agar santri dapat membaca Al-qur'an dengan baik dan benar
b. Agar santri dapat menggunakan bahasa arab
c. Agar santri mengetahui tata bahasa arab
d. Agar santri dapat mempelajari sumber-sumber yang menggunakan
bahasa arab.
e. Agar santri dapat mengamalkan Syariat Islam yang dijelaskan dalam
Al-qur'an sendiri kemudian dibantu dengan ilmu-ilmu fikih.
Untuk mencapai tujuan diatas, dibutuhkan beberapa faktor pendukung,
salah satunya adalah tersedianya sarana dan prasarana. Sarana dan
prasarana di pesantren Al-Qur'aniyyah terbagi dalam dua jenis yakni jenis
fisik dan non fisik.
1. Sarana dan prasarana jenis fisik
58 Hasil Raker Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Tangerang, 16-18 Juli 1994
a) Asrama santri putra dan putri
b) Satu buah gedung
c) Satu buah masjid
d) Aula serba guna / Majlis ta'lim
e) Perlengkapan sound system, penerangan
f) Kantor sekretariat pesantren, dan
g) Beberapa buah computer
2. Sarana dan prasarana non fisik
a) Tenaga pengajar yang professional
b) Materi-materi pengajaran.
Program materi pengajaran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Program Bahasa:
a. Program Muhadatsah
b. Program Percakapan bahasa inggris
2. Program kelas khusus :
a. Program kelas khusus Tahfidz
b. Program kelas khusus Qiroat / Qori
c. Program kelas khusus Retorika dakwah /ceramah.
3. Program pendalaman Al- Qur'an :
a. Program Tadarus rutin ba'da maghrib
4. Program pendalaman pelajaran sekolah
a. Program kelompok belajar (Study Club) tiap malam Ba'da Ta'lim
Sarana dan prasarana tersebut diatas, selain digunakan untuk
kepentingan santri, juga kerapkali digunakan untuk kepentingan masyarakat
sekitar, terutama jika ada acara-acara besar seperti peringatan-peringatan
hari-hari besar.
2. Mewujudkan cita-cita anak-anak yatim / piatu dan dhuafa dengan dasar
) 2(ميتي العد ييذ الكلذف) 1 (نيالد ببذك ييذ التيءرا
Artinya : 1. Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama? 2. Itulah orang-orang yang menghardik anak yatim.
3. Menambah dan meningkatkan kualitas kaum dhuafa dalam hal ini yatim
/piatu, orang yang tidak mampu agar tidak menjadi generasi- generasi yang
lemah, bodoh dari segala hal.
4. Mengurangi penderitaan mereka ( yatim / piatu dan dhuafa ) yang selalu
kurang beruntung
5. Membentuk hidup mereka menjadi yang lebih berarti dikemudian
C. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah59
59 Papan Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah.
Pimpinan Yayasan Penasehat
Wakil Yayasan
BendaharaSekretaris
Sek.Bidang Pendidikan
Sek.Bidang Dana & Usaha
Sek.Bidang Humas
Sek.Bidang Sosial
Pelindung
Ustadz dan Ustadzah
D. Program dan Upaya Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah Untuk Kehidupan
Para Santri Dhuafa.
Kegiatan utama pondok pesantren Al-Qur'aniyyah memang diutamakan
bagi santri. Dan adapun program yang dilakukan Pondok Pesantren Al-
Qur'aniyyah sifatnya adalah sosial yaitu dengan adanya pemberian santunan,
santunan tersebut diberikan kepada kaum lemah (yatim/piatu dan dhuafa),
maka santunan ini penulis fokuskan dalam program santunan Investasi Tunai
Zakat, Infaq, dan Shodaqah/Sedekah (ZIS).
Karena suatu hal yang paling indah adalah dikala kita dapat bermanfaat
bagi diri orang lain, berarti terjalin ukhuwah (persaudaraan) yang harmonis di
dalam komunitas sosial, terciptanya saling berbagi, saling menolong, saling
membantu diantara sesama, yang pandai membantu yang bodoh sehingga
berilmu pengetahuan, yang kuat membantu yang lemah sehingga terciptalah
sebuah kekuatan dan persaudaraan, yang kaya menolong yang miskin terlebih
yatim atau dhuafa (orang yang lemah) sehingga terciptalah harkat martabat
yang tinggi.
Program santunan yang diberikan oleh Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah
bertujuan mensejahterakan kehidupan anak-anak yatim piatu dan dhuafa
dengan mewujudkan harapan dan cita-cita mereka yaitu berupa : 60
60 Proposal Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Program Investasi Tunai ZIS Mewujudkan
Harapan dan Cita-cita Yatim Piatu, Pondok Aren, Edisi 31 Oktober 2007
1. Memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anak asuh yatim/piatu serta
dhuafa, yaitu dengan memberikan sarana tempat tinggal, biaya makan, dan
keperluan mereka sehari-hari, sehingga mereka yang tinggal di Pondok
Pesantren Al-Qur'aniyyah ini tidak merasa sendirian tetapi sebaliknya
mereka merasa memiliki keluarga. Dan persyaratan bagi anak yatim/piatu
dan dhuafa yang ingin tinggal di pondok adalah :61
a) Mereka harus ada surat kematian orang tua dari pihak kelurahan sebab
menerima mereka tidak asal jadi, kalau ada surat kematian orang tua
dari kelurahan baru kami tampung, tetapi untuk orang tua yang masih
ada kami meminta surat keterangan tidak mampu dari kelurahan dan
RW /RT setempat.
b) Mereka harus memiliki Kartu Keluarga (KK)
c) Mereka harus memiliki Akta Kelahiran (AK)
d) Mereka harus memiliki fhoto keluarga
e) Mereka harus berkomitmen mau belajar
f) Mereka harus mentaati peraturan, dan
g) Sebelum masuk ke pondok pesantren harus di tes dulu seputar
keagamaan dan ilmu pengetahuan dasar.
2. Memberikan pendidikan untuk anak asuh yatim/piatu dan dhuafa. Karena
tujuan pondok pesantren Al-Qur'aniyyah sebagai suatu lembaga yang
61 M. Halimi, Pengurus Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Wawancara Pribadi, Tangerang, 31
Januari 2008.
berperan dalam mendidik dan mengasuh mereka agar nantinya diharapkan
setelah lulus dari pondok pesantren mereka dapat berguna bagi agama,
bangsa dan khususnya bagi masyarakat, sehingga mereka dapat mandiri
tanpa harus selalu bergantung pada orang lain.62
Selain memberikan pendidikan formal dengan membiayai sekolah
mereka, para anak asuh yatim/piatu serta dhuafa yang tinggal di pondok
pesantren Al-Qur'aniyyah dididik dan diikut sertakan dalam usaha di
bidang ekonomi yang ada di pondok, seperti koperasi, wartel, fhoto copy,
dan toko sembako (warung), dengan ini diharapkan anak-anak asuh dapat
memiliki keahlian lain selain di bidang agama.
Program untuk anak-anak asuh yatim/piatu serta dhuafa ini diharapkan
bukan hanya sekedar para santri yang hanya bisa membaca dan
memperdalam Al-qur'an atau pula mengajar seperti menjadi
Ustadz/Ustadzah saja tetapi diharapkan mereka bisa sukses pula dalam
dunia kerja, dan siap menghadapi persaingan yang ada di lingkungan
mereka, seandainya mereka ada yang menjadi pengusaha maka jadilah
pengusaha yang jujur dan taat pada agama.63
Maka dari itu upaya Pondok Pesantren dalam mendidik anak-anak asuh
yaitu salah satunya dengan mengadakan pelatihan, seperti adanya seminar
62 Proposal Pondok Pesantren Al-Qura'niyyah, Program Investasi Tunai ZIS Mewujudkan
Harapan dan Cita-cita Yatim Piatu, Pondok Aren, Edisi 31 Oktober 2007 63 Sobron, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Sambutan Pada Pelatihan Sehari
Service Excellence Untuk Para Santri Dhuafa, Tangerang, 13 Januari 2008, Pukul 08.00 s/d 17.00
yang dibantu para dermawan (donatur) yang sudah berpengalaman dalam
dunia kerja agar mereka bersedia mentransfer ilmu mereka untuk bekal
anak-anak asuh apabila telah lulus dari Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah,
seperti yang sudah dilakukan adalah salah satunya dengan mengadakan
pelatihan Service Exellence, yaitu pelatihan untuk para santri dhuafa dalam
memberikan pelayanan (keramah-tamahan serta sopan santun) kepada para
tamu maupun para donatur yang berkunjung ke Pondok Pesantren Al-
Qur'aniyyah.64
Harapan dan cita-cita anak yatim piatu dan dhuafa yang memacu
Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah untuk dapat berbuat yang bermanfaat
untuk mereka sehingga program yang di lakukan Pondok Pesantren Al-
Qur'aniyyah dapat menjadikan para yatim piatu berpendidikan dan dapat
merasakan hidup yang layak. Semoga program ini dapat bertahan, maka
dari itu, peranan para dermawan disini sangatlah dibutuhkan, tanpa bantuan
para dermawan (donatur) program ini tidak akan berjalan karena berapapun
bantuan mereka sangat berarti bagi kaum yang lemah (yatim/piatu dan
dhuafa) yang berada di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dan sekitarnya.65
64 Sobron, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Wawancara Pribadi, Tangerang,
14 Januari 2008. 65 Ibid.
BAB IV
PONDOK PESANTREN Al-QUR'ANIYYAH, PENGHIMPUNAN DANA
DAN UPAYA PENDIDIKAN KAUM DHUAFA
A. Cara Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah Dalam Penghimpunan Dana Bagi
Upaya Pendidikan Dhuafa
Program yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, memang di
fokuskan untuk santri yatim/piatu dan dhuafa yang mukim di Pondok Pesantren
Al-Qur'aniyyah, dalam hal ini Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah ingin
mewujudkan harapan dan cita-cita anak yatim/piatu dan dhuafa dalam
memberikan pendidikan kepada santri yatim/piatu tersebut.
Menurut Drs. H. M. Sobron Zayyan, MA, selaku Pimpinan Pondok Pesantren
Al-Qur'aniyyah, dalam menghimpun dana untuk anak-anak yatim/piatu dan santri
dhuafa tidaklah mudah, walaupun banyak hambatan atau kendala yang di hadapi,
Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dapat bertahan hingga saat ini dan dapat
menjalankan visi misi yang ingin dicapai.66
Untuk mewujudkan harapan dan cita-cita tersebut dalam menghimpun dana
untuk biaya pendidikan para santri yatim/piatu dan dhuafa, Pondok Pesantren Al-
Qur'aniyyah memiliki cara-cara sebagai berikut :
66 Visi dan Misi Lihat Bab III, h. 47
1. Melakukan Kerja Sama Dengan Pihak Luar.
Yang dimaksud dengan pihak luar disini adalah para dermawan (donatur),
baik individu maupun organisasi yang memberikan santunan berupa zakat,
infaq dan shodaqah. Dan upaya-upaya yang dilakukan untuk menarik simpati
para dermawan (donatur) dilakukan dengan dua metode pendekatan yaitu :
a). Metode Proposal
Yaitu dengan cara menyebarkan proposal-proposal tentang data anak
asuh yatim/piatu dan dhuafa, sehingga para donatur dapat mengetahui
tentang gambaran anak-anak asuh yatim/piatu dan dhuafa yang berada di
Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah.
b). Metode Sosialisasi.
Yaitu dengan cara mengambil simpati para dermawan (donatur) melalui
media dakwah, yaitu dengan saya melakukan ceramah-ceramah dimana-
mana dengan memberikan gambaran kehidupan anak-anak yatim/piatu dan
dhuafa di Pondok Pesantren dari sana umat butuh bertanya lalu saya
jawablah inilah Bapak/Ibu apabila tidak percaya silahkan datang ke pondok
pesantren yang saya pimpin. Akhirnya mereka banyak yang berkunjung
dan mereka betul-betul tertarik dengan sistem yang kita terapkan karena
data yang kita berikan valid.67
2. Mengumpulkan Dana dari Usaha-Usaha Pondok.
Tidak selamanya dana sosial (santunan) yang dihimpun oleh Pondok
Pesantren Al-Qur'aniyyah berjalan lancar. Maka strategi yang dilakukan untuk
mensiasati hal tersebut Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah mendirikan usaha-
usaha yang dapat menunjang apabila donatur lagi kosong.
Adapun usaha-usaha Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah adalah :
Toko Sembako
Koperasi Pesantren
Wartel
Fhoto Copy
B. Tolak Ukur Peranan Donatur Bagi Upaya Pendidikan Kaum Dhuafa
Program yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah mendapat
respon yang positif dari para dermawan (donatur). Memang, dalam hal ini yang
memegang peranan penting adalah para donatur. Program yang dilakukan oleh
Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah memang diutamakan untuk para anak-anak
asuh (yatim/piatu dan dhuafa).
67 Sobron, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Wawancara Pribadi, Tangerang, 14
Januari 2008.
Bicara tentang peranan donatur, yang telah di paparkan pada bab
sebelumnya. Setelah dianalisis ternyata Alhamdulilah peranan donatur di
Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah sangat membantu dalam menolong kaum
lemah papa (dhuafa) yaitu dalam membantu mengasuh dan mendidik anak-
anak yatim/piatu dan dhuafa di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah.
Dalam membantu mengasuh dan mendidik anak-anak asuh, Pondok
Pesantren Al-Qur'aniyyah memiliki 7 orang donatur yang rutinitas memberikan
bantuan mereka dalam waktu yang tidak bisa ditentukan ada seminggu sekali,
sebulan sekali, dan bahkan ada yang tiga bulan sekali.68
Para dermawan (donatur) memang sangat membantu Pondok Pesantren Al-
Qur'aniyyah dalam membiayai pendidikan para santri yatim/piatu dan dhuafa,
karena apabila hanya mengangadalkan penghasilan dari usaha-usaha yang
dilakukan itu semua belum mencukupi, dana-dana tersebut hanya bisa
menutupi kekurangannya saja. Dan para dermawan yang biasa rutin berkunjung
ke Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah adalah :69
Tabel I : Rincian pendapatan dana sosial perbulan untuk pendidikan dhuafa. No Nama Donatur Besar Dana Perbulan
1 Bapak H. Amin Kiswardono Rp.1.000.000 2 Bapak H. Syamsu Khamar Rp.1.000.000 3 Bapak H. Yoyo P Supriyadi SE Rp 1.000.000 4 Bapak H. Winarso Taru Pranoto Rp. 500.000 5 Bapak H. Sudartono Rekso Sodarno Rp 500.000 6 Ibu Hj. Nunie Rudi Rp. 500.000 7 Ibu Hj. Ninin Syafrudin Jalil Rp. 500.000
68 Sobron, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Wawancara Pribadi, Tangerang,
14 Januari 2008 69 Ibid
Total dana yang di peroleh perbulan Rp.5.200.000
Tabel II : Rincian pendapatan usaha-usaha pondok perbulan.70 No Nama Usaha Pendapatan/Bulan Laba Bersih/ Bulan 1 Toko Sembako Rp. 9.000.000 Rp. 1.000.000 2 Koperasi Rp. 4.000.000 Rp. 700.000 3 Wartel Rp. 2.000.000 Rp. 500.000 4 Fhoto Copy Rp. 1.000.000 Rp. 300.000
Total Pendapatan Rp.16.000.000 Rp. 2.500.000Tabel III: Rincian total biaya pendidikan perbulan para santri dhuafa.71
NO KEBUTUHAN PENDIDIKAN RINCIAN JUMLAH PERBULAN SPP tingkat SD 13 anak x @ 20.000 Rp 260.000 SPP tingkat SMP 45 anak x @ 50.000 Rp 2.250.000 SPP tingkat SMU 49 anak x @ 75.000 Rp 3.675.000 Transport kuliah 12 anak x @ 250.000 Rp 3.000.000 TOTAL BIAYA PENDIDIKAN PERBULAN Rp 9.185.000 Berikut ini rincian besarnya dana yang diperoleh dari penghimpunan dana
yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah per enam bulan untuk
biaya pendidikan anak-anak yatim piatu dan santri dhuafa, yang dihimpun dari
penghasilan usaha-usaha di pondok dan dana-dana sosial (Zakat, Infaq, dan
Shodaqah) para dermawan (donatur).
Tabel IV : Rincian total pendapatan yang diperoleh per enam bulan.72 .
No Nama Usaha Pendapatan/BulanLaba Bersih x 6
Bulan Pendapatan / 6
bulan 1 Toko Sembako Rp. 9.000.000 Rp. 1.000.000 x 6 Rp. 6.000.000 2 Koperasi Rp. 4.000.000 Rp. 700.000 x 6 Rp. 4.200.000 3 Wartel Rp. 2.000.000 Rp. 500.000 x 6 Rp. 3.000.000 4 Fhoto Copy Rp. 1.000.000 Rp. 300.000 x 6 Rp. 1.800.000
Total Pendapatan Rp.16.000.000 Rp. 2.500.000 Rp. 15.000.000No Nama Donatur Dana Sosial x 6 Pendapatan
70 M. Halimi, Pengurus/ Bendahara Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Wawancara
Pribadi, Tangerang, 31 Januari 2008 71 Proposal Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Program Investasi Tunai ZIS Mewujudkan
Harapan dan Cita-cita Yatim Piatu, Edisi 31 Oktober 2007. 72 Data Laporan Raker Antar Anggota/Pengurus Yayasan, Edisi 31 Desember 2007.
Bulan Dana Sosial 1 H. Amin K Rp. 1.000.000 x 6 Rp. 6.000.000
2 H. Syamsu Rp. 1.000.000 x 6 Rp. 6.000.000 3 H. Yoyo P Rp. 1.000.000 x 6 Rp. 6.000.000 4 H. Winarso Rp. 500.000 x 6 Rp. 3.000.000 5 H. Sudartono Rp. 500.000 x 6 Rp. 3.000.000 6 Hj. Nunie Rudi Rp. 500.000 x 6 Rp. 3.000.000 7 Hj. Ninin S Rp. 500.000 x 6 Rp. 3.000.000 Total Pendapatan Rp. 5.200.000 Rp. 30.000.000
Total Per Enam
Bulan Rp. 45.000.000
Dari tabel di atas dapat di simpulkan bahwa biaya pendidikan yang
dibutuhkan oleh Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah untuk anak-anak
yatim/piatu dan santri dhuafa sebesar Rp 9.185.000/ bulan, apabila di hitung
persemester, maka dana yang dibutuhkan sebesar Rp 9.185.000 x 6 = Rp
55.110.000 / 6 bulan.
Besarnya dana yang telah dihimpun oleh Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah
untuk biaya pendidikan bagi anak-anak yatim/piatu dan dhuafa pada per enam
bulan, presentasenya adalah sebagai berikut :73
a) Dana Sosial ( Zakat, Infaq, Shodaqah)
DS = Rp 30.000.000 / Rp 55.110.000 x 100 = 54,4 %
b) Dana Penghasilan Usaha Pondok
DPUP = Rp 15.000.000 / Rp 55.110.000 x 100 = 27, 2 %
c) Dana Campuran 74
73 Ibid.
DC = Rp 10.110.000 / Rp 55.110.000 x 100 = 18,3 %
Penghasilan dana yang dihimpun dari para santri adalah pendapatan dari
hasil juara-juara mengikuti perlombaan, seperti juara Musabaqah Tilawatil
Qur'an (MTQ), Musabaqah Syarhil Qur'an (MSQ), Musabaqah Fahmil Qur'an
(MFQ), dan juara marawis.75 Dari pendapatan yang diperoleh dari hasil juara
diberikan 10 % kepada yayasan.
Maka dari keterangan tabel-tabel di atas, para dermawan (donatur) di
Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah memiliki peran penting dalam membantu
biaya pendidikan untuk anak-anak yatim/piatu dan dhuafa, karena sebagian
besar dana yang dihimpun oleh Pondok pesantren Al-Qur'aniyyah adalah dana
sosial para dermawan (donatur) yaitu bersumber dari Zakat Infaq dan Shodaqah
(ZIS).
Selain memberikan biaya pendidikan bagi anak-anak yatim/piatu dan
dhuafa, para dermawan (donatur) di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah juga
memberikan bantuan mereka dalam bentuk uang maupun barang, seperti
sembako, makanan, perlengkapan tidur, pakaian maupun bahan-bahan
bangunan untuk membantu mendirikan saranan dan prasarana yang bermanfaat,
seperti pembangunan masjid, kamar tidur, dan juga kamar mandi.76 Yang
74 Yang dimaksud dengan dana campuran disini adalah dana yang dihimpun dari
penghasilan para santri (kontribusi santri), pengajar, donatur tidak tetap (sumbangan individu atau organisasi) dan sumber-sumber lainnya yang sah dan halal.
75 Sobron, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Wawancara Pribadi, Tangerang, 14 Januari 2008.
76 Ibid.
semuanya itu sangat dirasakan oleh anak-anak asuh yatim/piatu dan dhuafa
yang tinggal di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah.
C. Analisis Dampak Keberhasilan Dana Sosial Terhadap Pendidikan Santri
Dhuafa.
Dampak dari dana sosial yang diberikan dari para dermawan (donatur)
dalam upaya pendidikan kaum dhuafa terlihat positif. Hal ini terbukti ada 142
orang anak-anak yatim/piatu dan dhuafa yang mukim di Pondok Pesantren Al-
Qur'aniyyah, ada 107 orang anak asuh diberikan biaya pendidikan, yaitu yang
terdiri dari 13 orang tingkat SD, 45 orang tingkat SMP, 49 orang tingkat SMU,
bahkan ada 12 orang yatim/piatu dan santri dhuafa yang di kuliahkan di
Perguruan Tinggi,77 yang dibiayai pendidikannya dari dana sosial, tentu dalam
hal ini yang memegang peranan penting adalah para donatur yaitu donatur tetap
dan donatur tidak tetap.
Bahkan sasaran pemberian dana sosial dari para dermawan (donatur) bukan
terfokus pada pendidikan saja, tetapi menyentuh juga pada sisi kehidupan para
anak-anak yatim/piatu dan santri dhuafa dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Hal ini terlihat dengan dipenuhinya kebutuhan anak-anak yatim/piatu dan
santri dhuafa seperti pemberian transfot untuk sekolah, uang makan dan
minum, pakaian sehari-hari dan pakaian sekolah.
77 Data Anak-Anak Yatim/Piatu dan Santri Dhuafa Dapat di Lihat Pada Lampiran
Dengan demikian, menurut penulis dari kesimpulan diatas dapat dianalisis
bahwa peranan donatur di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah sangat di perlukan
dalam mewujudkan harapan dan cita-cita anak-anak yatim/piatu dan dhuafa,
tanpa bantuan para dermawan (donatur) yaitu dengan memberikan bantuan
dalam bentuk santunan berupa dana Zakat, Infaq dan Shodaqah (ZIS), program
yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah belum tentu dapat bertahan
hingga saat ini. Dan itu berarti, dalam hal ini terbukti donatur memegang
peranan penting bagi upaya pendidikan kaum dhuafa, yaitu dengan memiliki
sikap kepedulian sosial juga akan dapat membantu pemerintah bagi upaya
mewajibkan pendidikan 9 tahun.
D. Faktor- faktor Pemicu Kesuksesan dan Hal-hal Yang Belum Berhasil Di
Kerjakan.
Dalam menjalankan kegiatan usaha yang berhubungan dengan orang
banyak pasti akan ditemui berbagai macam faktor-faktor yang dapat dijadikan
sebagai pemicu (pendukung), maupun hal-hal yang belum dapat dijalankan
sebagai faktor penghambat dalam usaha tersebut, karena sebagus apapun tujuan
yang direncanakan jika tidak memiliki strategi yang jitu, tidak satu pun tujuan
yang dirumuskan dapat dicapai. Begitu pula Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah
dalam usaha menghimpun dana untuk biaya pendidikan para santri yatim/piatu
dan dhuafa.
Meskipun Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dalam menghimpun dana
untuk biaya pendidikan santri-santri dhuafa telah berhasil memberikan
pendidikan gratis (beasiswa) kepada 107 orang yatim/piatu dan santri dhuafa,
dengan dibantu oleh oleh 7 orang donatur yang rutin membantu, belum tentu
Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dalam mewujudkan program tersebut tidak
menghadapi kendala (penghambat). Tetapi walaupun ada hambatan Pondok
Pesantren Al-Qur'aniyyah memiliki keunggulan yang dapat dijadikan faktor
pemicu kesuksesan hingga Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dapat bertahan
dalam mewujudkan program pendidikan gratis untuk santri-santri dhuafa.
Menurut Muhammad Halimi. Selaku Bendahara/Pengurus Pondok
Pesantren Al-Qur'aniyyah, ada beberapa faktor pemicu kesuksesan dan faktor
yang yang menyebabkan program yang belum berhasil dikerjakan untuk
mewujudkan program harapan dan cita-cita yatim/piatu dan dhuafa.
Adapun faktor-faktor pemicu kesuksesan dalam mewujudkan harapan dan
cita-cita yatim/piatu dan dhuafa, hingga Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah
dapat bertahan dan berhasil adalah sebagai berikut :
a. Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas, SDM yang dimaksud adalah :
Para santri yang berbakat dalam ilmu Al-Qur'an, dengan bakat yang
dimiliki para santri dengan keahlian ilmu Al-Qur'an, banyak santri-
santri yang berhasil memenangkan juara-juara yang diikuti, seperti :
Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ), Musabaqah Fahmil Qur'an (MFQ),
Musabaqah Syarhil Qur'an (MSQ), perlombaan marawis dan
sebagainya, bukan hanya juara tingkat nasional saja tetapi juga tingkat
internasional, prestasi-prestasi para santri tersebut sangat
membanggakan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah karena sebagian dari
mereka ada yang memperoleh juara yaitu berangkat haji dan umroh, dan
dari penghasilan juara-juara tersebut diberikan 10 % nya untuk yayasan.
Para pengajar (asatidzah/asatidzat) yang ahli dalam bidang pendidikan.
Para pengajar di pondok pesantren Al-Qur'aniyyah adalah para pendidik
yang sebagian banyak merupakan orang-orang lulusan berpendidikan
Strata 1 (S1) dan Strata 2 (S2) dari Perguruan Tinggi Negeri maupun
Perguruan Tinggi Swasta dan dibantu oleh para santri lulusan pondok
pesantren Al-Qur'aniyyah, para pengajar di pondok pesantren Al-
Qur'aniyyah bersedia mengabdikan diri mereka untuk membantu agar
pada masa yang akan datang pondok pesantren Al-Qur'aniyyah lebih
berkembang dan sukses terutama untuk membantu upaya memberikan
pendidikan kepada kaum dhuafa ( santri yatim/piatu dan dhuafa).
b. Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah memiliki pimpinan (Drs. H. M. Sobron
Zayyan, MA) yang berkharisma, dan ramah tamah yang sudah dikenal di
mata para dermawan (donatur) dan masyarakat sekitar, dan sikap
kepedulian yang besar beliau terhadap kaum dhuafa.
c. Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah memiliki hubungan yang baik dengan
para donatur, hubungan yang terjadi adalah hubungan langsung, yaitu
kerjasama dengan rasa kepercayaan dan kejujuran, diharapkan dengan
kerjasama ini dapat mewujudkan program pendidikan bagi kaum dhuafa
secara bersama-sama.
Adapun faktor yang belum berhasil dikerjakan Pondok Pesantren Al-
Qur'aniyyah untuk mewujudkan program bagi santri dhuafa adalah sebagai
berikut :
a. Lemahnya manajemen yang dimiliki oleh pondok pesantren Al-
Qur'aniyyah. Karena pendapatan dana yang diperoleh dari para dermawan
dan lain-lain sepenuhnya masuk kas pimpinan pondok pesantren Al-
Qur'aniyyah, karena kurangnya staf-staf ahli yang menguasai manajemen.
b. Membebaskan tanah wakaf penduduk di sekitar pondok pesantren Al-
Qur'aniyyah, sehingga pondok pesantren Al-Qur'aniyyah belum dapat
memperluas areal sekitar pondok untuk sarana tempat tinggal para
yatim/piatu dan dhuafa yang mukim di pondok.
c. Mendirikan tempat kursus gratis (wirausaha) bagi para santri yatim/piatu
dan dhuafa, agar para santri dapat memiliki ketrampilan lain, selain ilmu
pengetahuan yang diterima di sekolah formal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan dan analisis data yang telah
penulis lakukan dan telah terurai dalam bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis
mengambil kesimpulan, antara lain :
1. Bahwa cara-cara yang telah dilakukan oleh pondok pesantren Al-
Qur'aniyyah dalam menghimpun dana selama ini ternyata masih
mengandalkan dana dari para donatur, karena usaha-usaha yang dilakukan
oleh pondok penghasilannya pun belum mencukupi untuk biaya pendidikan,
cara-cara yang dilakukan hanya dengan pendekatan sosialisasi yaitu melalui
media dakwah dan proposal, tanpa melibatkan peran pemerintah.
2. Bahwa tolak ukur peranan donatur di pondok pesantren Al-Qur'aniyyah
ternyata sangat dominan karena dana yang diperoleh untuk biaya
pendidikan para santri dhuafa sebagian besar adalah dana para donatur
dengan presentase 54,4 %, ditambah penghasilan dari usaha pondok 27,2
%, kekurangan ditutupi dari dana kontribusi santri dengan 18,3 %. Maka
untuk saat ini pondok pesantren Al-Qur'aniyyah masih berpangku tangan
dengan dana sosial para donatur dalam membiayai pendidikan para santri
dhuafa yang mukim.
3. Bahwa keberhasilan dana sosial yang telah dirasakan manfaatnya oleh para
santri adalah dapat memperoleh pendidikan gratis, terbukti dari 142 orang
santri dhuafa yang mukim, ada 107 orang santri dhuafa yang diberikan
beasiswa, bukan hanya itu dengan dana sosial pondok pesantren Al-
Qur'aniyyah juga dapat membiayai keperluan hidup sehari-hari bagi para
santri yatim/piatu dan santri dhuafa yang tinggal di pondok pesantren Al-
Qur'aniyyah.
4. Bahwa faktor-faktor yang dapat dijadikan pemicu kesuksesan pondok
pesantren Al-Qur'aniyyah dalam menjalankan program pendidikan dhuafa
adalah sebagai berikut :
Dengan kualitas SDM yang dimiliki pondok pesantren Al-
Qur'aniyyah yaitu para santri yang berbakat dan para pengajar yang
ahli dalam pendidikan, SDM tersebut dapat membantu
mensukseskan pondok pesantren Al-Qur'aniyyah dalam
mewujudkan harapan dan cita-cita santri dhuafa, walaupun bukan
berbentuk materi tetapi dengan pengabdian mereka setidaknya dapat
meringankan beban moral pondok pesantren Al-Qur'aniyyah dalam
mengasuh dan mendidik para santri dhuafa.
Dengan memiliki pimpinan yang pandai bersosialisasi dapat
menarik simpati dan kepercayaan para donatur maupun masyarakat,
sehingga kerjasama pun tetap terjalin baik dalam membantu
mendidik para santri dhuafa.
Dan yang belum berhasil dikerjakan oleh pondok pesantren Al-Qur'aniyyah
dalam mewujudkan program pendidikan bagi kaum dhuafa adalah :
Lemahnya Manajemen yang dimiliki oleh pondok pesantren Al-
Qur'aniyyah dalam menghimpun dana.
Membebaskan tanah wakaf penduduk untuk tempat tinggal para
santri yatim/piatu dan dhuafa yang mukim.
Mendirikan tempat kursus gratis untuk tempat belajar ketrampilan
berwirausaha.
b. Saran-saran
1. Dalam menghimpun dana untuk para santri yatim/piatu dan dhuafa tidaklah
mudah untuk itu Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah harus memiliki strategi
yang lebih jitu untuk mempertahankan program yang telah dijalankan untuk
mewujudkan cita-cita anak-anak asuh yang berada di Pondok Pesantren Al-
Qur'aniyyah.
2. Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah harus dapat mengelola dengan baik lagi
dana yang telah di percayakan para donatur, agar suatu masa yang akan
datang Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah tidak terus selalu bergantung
kepada pemberian bantuan dari para dermawan, misalnya dengan
mengembangkan dan menambah usaha yang telah ada di Pondok, seperti
mendirikan usaha warnet, rental komputer dan lain sebagainya agar
pendapatan bisa lebih besar dibanding dengan dana yang diperoleh
sekarang.
3. Untuk lebih menjangkau semua sisi kehidupan kaum dhuafa, Pondok
Pesantren Al-Qur'aniyyah hendaknya lebih banyak lagi mencari donatur,
apabila perlu Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah harus pandai-pandai
bekerja sama dengan instansi-insatansi penting seperti pemerintah agar
kegiatan ini dapat terus ada dan tidak terhenti begitu saja.
4. Pondok pesantren Al-Qur'aniyyah harus bisa memiliki manajemen yang
bagus dalam menghimpun dana untuk para santri dhuafa agar program
tersebut dapat bertahan, dan memiliki penerus sehingga program seperti ini
tidak berhenti di separuh jalan.
5. Kepada masyarakat sekitar khususnya dan umat Islam umumnya,
hendaknya selalu berfartisifasi aktif ikut membantu kegiatan sosial, baik
berbentuk moril maupun materil guna tercapainya upaya pendidikan kaum
dhuafa, untuk mencerdaskan masa depan bangsa, terutama anak-anak dari
keluarga yang tidak mampu.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Prof., H.M.,M.Ed., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994 Aqiel Siradj, Sa'id, et at, Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999 Berry, David, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2003 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 2005 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT. Ikhtiar Baru
Van Haeve, 1994 Direktorat Kelembagaan Agama Islam, Pola Pengembangan Pondok Pesantren,
Jakarta : Departemen Agama, 2003 Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka, 1991
Haedari, Amin dkk, HM., Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modenitas dan Tantangan Kompleksitas Global, Jakarta: IRD Press, 2004
Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta : Gema Insani
Press, 2002 http:// www.alfi.ie/2007/10/07/keutamaan_track-beck/
http://[email protected]
http://www.hayatulislam.net/comment.php?id=356
http://www.pkpu.or.id
Ilham, Arifin, H., Panduan Zikir; Membumikan Zikir Membangun Ukhuwah, Jakarta : Medina, 2005
Jalaluddin, Prof., Dr., H., Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002
Machali, Imam dan Musthofa, Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi, Buah Pikiran Seputar; Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya, Yogyakarta: Presma, 2004
Marimba, Ahmad, Drs., Pengantar Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1970 Masyhud, Sulthon, Drs., M.Pd., dan Muhammad Khusnurdilo, Drs., M. Pd.,
Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2003 Nata, Abuddin, Drs., H., MA., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana,
1997 Qomar, Mujamil, Prof., Dr., M.ag., Pesantren dari Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2005 Rahardjo, M Dawam, Pesantren Pembaharuan, Jakarta, LP3ES, 1998 Salim, Agus, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus
Indonesia, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 2002 Sanusi, Ahmad, Drs., H., Agama di Tengah Kemiskinan, Jakarta: Logos, 1999 Syantuh, Khalid Ahmad, Pendidikan Anak Putri Dalam Keluarga Muslim, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 1993 Syukri Zarkasyi, Abdullah, KH., MA., Gontor dan Pembaharuan Pendidikan
Pesantren, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 Taslim, Ashari, Fikih Imam Syafi'i, Puasa dan Zakat, Jakarta : Pustaka Azzam,
2004
Uhbiyati, Nur, Dra., Hj., Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia,
1998
Umar, Husein, Drs., SE.,MM., M.B.A, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Ziemek, Mafred, Dr., Pesantren Dalam Perubahan Sosial, Jakarta : P3M, 1986
Zuhdi, Masjfuk, Studi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993