konjungtivitis bakterial tugas baca

Upload: fiqhiyatun

Post on 06-Jul-2015

558 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tugas Baca

KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL

Oleh Khalida Fetriyani Ningsih I1A099021

Pembimbing dr. Agus F. Razak Sp.M

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT MATA FK UNLAM-RSUD PENDIDIKAN ULIN BANJARMASIN JULI, 2005

1

DAFTAR ISIHalaman PENDAHULUAN .2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi .3 Etiologi .3 Gejala klinik .4 Pemeriksaan Laboratorium....5 Komplikasi dan Sekuela .......6 Terapi .. .6 Perjalanan dan prognosis ..7 PENUTUP.8 DAFTAR PUSTAKA9

2

PENDAHULUAN

Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak mata. Penyakit ini merupakan penyakit mata paling umum di dunia, gejalanya bervariasi dari hiperemi ringan dengan air mata sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen dan kental(1,2). Penyebab konjungtivitis umumnya eksogen, namun dapat pula endogen. Berdasarkan agen infeksinya konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, klamidia, alergi, toksik dan molluscum contangiosum(1,2). Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis bervariasi tergantung dari agen penyebabnya, dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hopertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda asing dan adenopati preaulikular(1). Berikut ini akan dijelaskan salah satu bentuk konjungtivitis yaitu konjungtivitis bakteri.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Konjungtivitis bakterial adalah peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri (1,2) Etiologi Penyebabnya banyak diantaranya(2): 1. Hiperakut (purulen) Neisseria gonorrhoeae Neisseria meningitidis Neisseria gonorrhea subsp Kochii 2. Akut (mukopurulen) Pneumococcus (Streptococcus pneumoniae) (iklim sedang) Haemophilus aegyptius (Koch-Weeks bacillus) (iklim tropik) 3. Subakut Haemophilus influenzae (iklim sedang) 4. Menahun, termasuk blefarokonjungtivitis Staphylococcus aureus Moraxella lacunata (diplobacillus dari Morax-Axenfeld)

4

5. Jenis jarang (akut, subakut, menahun) Streptococcus Moraxella catarrhalis Coliform Proteus Corynebacterium diptheriae Mycobacterium tuberculosis Gejala Klinik Tanda dan Gejala (1,2,3) Bakteri-bakteri penyebab dapat menimbulkan iritasi dan kemerahan bilateral, eksudat purulen dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur, dan kadangkadang edem palpebra. Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti sprei, kain dll. 1. Konjungtivitis bakterial hiperakut (dan subakut) Konjungtivitis purulen Disebabkan oleh N.gonorroeae, N. kochii dan N. meningitidis. Ditandai

banyak eksudat purulen. Konjungtivitis meingococcus kadang-kadang terjadi pada anak-anak. Setiap konjungtivitis berat dengan banyak eksudat perlu segera diperiksa secara laboratoris dan segera diobati. Jika ditunda, mungkin terjadi kerusakan kornea

5

atau gangguan penglihatan, atau konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk N. gonorroeae atau N. meningitidis yang menimbulkan sepsis atau meningitis. Konjungtivitis mukopurulen (catarrhal) akut Sering terdapat dalam bentuk epidemik dan disebut mata merah oleh orang awam. Penyakit ini ditandai dengan hiperemi konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang. Penyebab paling umum adalah Streptococcus pneumonia pada iklim sedang dan Haemophilus aegyptius pada iklim panas. Konjungtivitis oleh kedua kuman ini mungkin disertai perdarahan subkonjungtiva. 2. Konjungtivitis bakterial menahun Sering terjadi pada pasien dengan obstruksi nasolakrimalis dan dakriosistitis menahun, yang biasanya unilateral. Infeksi ini juga dapat menyertai blefaritis bakterial menahun atau disfungsi kelenjar meibom. Pasien dengan sindrom palpebra lemas dan ektropion dapat menimbulkan konjungtivitis bakterial sekunder. Pemeriksaan laboratorium Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bakterial, organisme dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan gram atau giemsa. Pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil

polimorfonuklear. Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran. Studi sensitivitas antibiotika juga baik, namun sebaiknya

6

harus dimulai terapi antibiotik empirik. Bila hasil tes sensitivitas antibiotika telah ada, terapi antibiotika spesifik dapat diteruskan (2). Komplikasi dan sekuela Blefaritis marginalis menahun sering menyertai konjungtivitis stafilokokus kecuali pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva dapat terjadi pada konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa dan pada kasus tertentu yang diikuti ulserasi kornea dan perforasi. Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi N.gonorroeae, N. kochii N. meningitidis, H. aegyptius, S. aureus dan M.catarralis. Jika produk toksik dari N. gonorroeae berdifusi melalui kornea masuk camera anterior, dapat timbul iritis toksik (2). Terapi Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakterial tergantung temuan agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan terapi topikal antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotik yang cocok untuk mengobati infeksi N.gonorroeae dan N. meningitidis. Terapi topikal dan sistemik harus segera dilaksanakan setelah materi untuk pemeriksaan laboratorium telah diperoleh (2,3). Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus dibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan sekret konjungtiva. Untuk

7

mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan secara khusus higiene perorangan(2) . Perjalanan dan prognosis Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi dapat berlangsung 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitia). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan meningen, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septikemia dan meningitis(2). Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.

8

PENUTUP

Konjungtivitis bakterial adalah peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Penyebabnya banyak dan dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik yang dipulas dengan gram atau giemsa. Setiap bakteri mempunyai karakteristik tersendiri baik dari onset maupun gejala klinisnya dan secara umum gejala klinisnya berupa kemerahan bilateral, eksudat purulen dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur dan kadang-kadang edem palpebra. Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Dimana tanpa diobati infeksi dapat berlangsung 10-14 hari, tetapi jika diobati dengan memadai dapat berlangsung 1-3 hari. Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan. Bagaimanapun, karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan meningen dengan hasil akhir berupa sepsis dan meningitis maka dianjurkan untuk mengobati konjungtivitis.

9

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Konjungtivitis Bakteri. Dalam : Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta, FKUI:2001; 126-130 2. Shock JP & Richard AH. Lensa. Dalam : Oftamologi Umum (General Opthalmology). Edisi 14. Alih bahasa : Jan Tambajong & Brahm UP. Jakarta, Widya Medika: 1995; 103-105 3. Sjukur BA, Yogiantoro M. Konjungtivitis. Dalam : Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Mata. Surabaya, RSUD Dokter Soetomo: 1994; 83

10