kondisi lingkungan sosekbud

23
ASPEK SOSIAL EKONOMI BUDAYA PEMBANGUNAN PKS DI KEBUN HAPESONG Kajian ini mendeskripsikan fenomena sosial ekonomi dan budaya yang aktual, sehingga dapat dijadikan acuan mencermati kemajuan ataupun kemunduran suatu wilayah sebagai dampak dari masuknya suatu unsur baru (pembangunan). Studi ini mencoba menggali fenomena yang berkembang di lokasi studi terkait dengan rencana usaha pembangunan Pabrik kelapa Sawit (PKS) di Kebun Hapesong. Upaya pendeskripsian ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Data primer diperoleh melalui pendistribusian kuesioner, observasi dan wawancara mendalam (‘in depth interview’ ) yang difokuskan pada wilayah yang berinteraksi langsung dengan kegiatan utama PTPN III (Persero) Kebun Hapesong. Wilayah studi secara umum berada di Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu pada Kecamatan Batang Toru. Area sampling ditetapkan pada beberapa desa pemukiman penduduk di sekitar areal rencana pembangunan PKS Kebun Hapesong, khususnya Desa Perkebunan Hapesong dan Desa Hapesong Lama (Kec. Batang Toru). Lokasi sampling akan dikhususkan pada dusun yang berbatasan langsung dengan kebun. Besaran responden diperhitungkan 10 % dari jumlah populasi KK di wilayah studi dan penentuan responden yang dijadikan sampel kuesioner ditentukan secara ‘purposive sampling’. Sedangkan, data sekunder berupa data statistik diperoleh dari kantor desa/kelurahan, kantor camat dan Badan Pusat Statistik Sumut (BPS Provinsi) maupun instansi terkait lainnya. 1. Geografis dan Demografi a) Gambaran Umum Letak Geografis Wilayah Studi Lampiran Sosekbud PKS Hapesong-1

Upload: sondang-simamora

Post on 23-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

ASPEK SOSIAL EKONOMI BUDAYA

PEMBANGUNAN PKS DI KEBUN HAPESONG

Kajian ini mendeskripsikan fenomena sosial ekonomi dan budaya yang aktual, sehingga dapat dijadikan acuan mencermati kemajuan ataupun kemunduran suatu wilayah sebagai dampak dari masuknya suatu unsur baru (pembangunan). Studi ini mencoba menggali fenomena yang berkembang di lokasi studi terkait dengan rencana usaha pembangunan Pabrik kelapa Sawit (PKS) di Kebun Hapesong. Upaya pendeskripsian ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Data primer diperoleh melalui pendistribusian kuesioner, observasi dan wawancara mendalam (in depth interview) yang difokuskan pada wilayah yang berinteraksi langsung dengan kegiatan utama PTPN III (Persero) Kebun Hapesong. Wilayah studi secara umum berada di Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu pada Kecamatan Batang Toru. Area sampling ditetapkan pada beberapa desa pemukiman penduduk di sekitar areal rencana pembangunan PKS Kebun Hapesong, khususnya Desa Perkebunan Hapesong dan Desa Hapesong Lama (Kec. Batang Toru). Lokasi sampling akan dikhususkan pada dusun yang berbatasan langsung dengan kebun. Besaran responden diperhitungkan 10 % dari jumlah populasi KK di wilayah studi dan penentuan responden yang dijadikan sampel kuesioner ditentukan secara purposive sampling. Sedangkan, data sekunder berupa data statistik diperoleh dari kantor desa/kelurahan, kantor camat dan Badan Pusat Statistik Sumut (BPS Provinsi) maupun instansi terkait lainnya.

1. Geografis dan Demografi

a) Gambaran Umum Letak Geografis Wilayah Studi

Lokasi administratif Kebun Hapesong berada pada dua wilayah kecamatan; Kec. Angkola Barat (Desa Perkebunan Malombu dan Desa Perkebunan Sangkunur) serta Kec. Batang Toru (Desa Perkebunan Hapesong dan Desa Sigala-gala) Kabupaten Tapanuli Selatan. Kebun ini terdiri dari 5 Afdeling, masing-masing berada di wilayah:

Afdeling 1 : Desa Perkebunan Hapesong Kec.Batang Toru

Afdeling 2 : Desa Perkebunan Hapesong dan Desa Sigala-gala Kec. Batang Toru

Afdeling 3 : Desa Desa Sigala-gala Kec. Batang Toru

Afdeling 4 : Desa Perkebunan Malombu Kec.Angkola Barat

Afdeling 5 : Desa Perkebunan Sangkunur Kec.Angkola Barat

PKS Hapesong terletak di Kebun Hapesong Afdeling 2 yaitu di Desa Perkebunan Hapesong Kecamatan batang Toru.b) Jumlah dan Kepadatan Penduduk Area Studi

Desa-desa yang menjadi lokasi sampling adalah pemukiman terdekat dengan area rencana pembangunan PKS, yaitu Desa/Kelurahan Perkebuanan Hapesong dan Hapesong Lama. Selain sebagai pemukiman terdekat yang berinteraksi langsung dengan PKS nantinya, dua pemukiman ini juga mewakili pemukiman yang berada di tengah dan di hilir Sungai Malombu. Perkebunan Hapesong adalah kompleks pemukiman yang berada di lintasan tengah Sungai Malombu dan pemukiman penduduk Desa Hapesong Lama adalah bagian hilir dari Sungai Malombu. Jalur jalanmenuju dua pemukiman ini adalah melalui jalam Kebun Hapesong. Data penduduk pada dua lokasi sampling tersebut tersaji pada tabel berikut.Tabel 1. Gambaran Umum Penduduk di Lokasi Studi

NoDesa/KelurahanPenduduk ( Jiwa )Luas (km2) Kepadatan (Jiwa/km2)Jumlah Rumah Tangga*RT Penerima BLT Thn 2008

Laki-lakiPerempuanJumlah

Hapesong Lama6235851.2087,15168,95305102

Perkebunan Hapesong5885481.13640,0028,4027410

Jumlah4.6044.5369.140118,79-579112

Sumber : Kec. Batang Toru Dalam Angka 2009Keterangan : *Data diperoleh dari Aparat Desa masing-masing desa untuk kondisi 2009Jumlah penduduk pada 2 lokasi studi di lokasi studi berdasar data BPS Kecamatan Tahun 2009 mencapai 9.140 jiwa dengan jumlah laki-laki mencapai 50,37% (4.604 jiwa) dan jumlah perempuan mencapai 49,63% (4.536 jiwa) dengan total luas wilayah studi 118,79 km2. Sedangkan jumlah rumah tangga di lokasi studi mencapai 579 dengan total penerima BLT 112 RT pada tahun 2009. Sementara itu, mengacupada data Kabupaten Tapanuli Selatan 2008, terlihat bahwa trend perkembangan penduduk dari tahun 2000 hingga 2005 untuk Kecamatan Batang Toru adalah 0,96%.

c) Struktur Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Ditinjau dari struktur umur, penduduk pada Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki usia belum atau kurang produktif sebanyak 45,40% (usia 0-14 thn mencapai 106.262 jiwa dan usia 60+ mencapai 12.577 jiwa), dan usia produktif berjumlah 142.925 (54,60%) jiwa. Secara rinci sebaran kelompok umur tersebut tertera dalam Tabel.2Tabel 2 : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Lokasi StudiNoKelompok UmurLaki-lakiPerempuanJumlah

1.0 -417.21317.88535.098

2.5 - 918.01717.69835.715

3.10 -1417.97917.47035.449

4.15 -1914.73615.41830.154

5.20 -249.34711.54420.891

6.25 -299.15510.80619.961

7.30 -348.3519.17117.522

8.35 - 398.1728.83517.007

9.40 -447.0496.95814.007

10.45 -495.2355.09510.330

11.50 -543.6263.7007.326

12.55 -592.7592.9505.709

13.60 -642.5282.6685.196

14.65 -691.4811.6363.117

15.70 -741.1491.1802.329

16.75+8941.0591.953

Jumlah127.691134.073261.764

Sumber: Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2009Sementara itu, berdasarkan data dari sudut pandang masyarakat setempat dijelaskan kategori produktif dan kurang produktif tidak diklasifikasikan menjadi dua dikotomi yang berbeda secara tegas. Data lapangan menunjukkan bahwa usia 60 tahun ke atas juga masih aktif melakukan pekerjaan di ladang atau kebun mereka.

2. Sosial Ekonomi

a) Struktur Penduduk Berdasarkan Agama

Islam adalah agama dominan warga di lokasi studi. Pada tingkat Kecamatan Batang Toru, Islam mendominasi sebesar 84,80%, Protestan 12,41%, dan Katolik 2,78%. Dominasi Islam ini menyebabkan relatif banyaknya sarana ibadah bagi kaum muslim di lokasi studi. Data menunjukkan bahwa jumlah mesjid di lokasi studi mencapai 3 unit mesjid dan 3 musholla. Sementara itu, sarana ibadah baik bagi penganut agama Kristen tidak tersedia khususnya di lokasi studi. Bagi penganut agama Kristen dapat menjalankan ibadahnya di desa sekitar. Secara umum di seluruh wilayah Kecamatan Batang Toru terdapat 18 gereja Protestan dan 3 gereja Katolik . Dominasi penganut Muslim tidak menimbulkan diskriminasi dan intimidasi pada tataran hubungan sosial dalam kehidupan keseharian di antara warga di lokasi studi. Warga menjelaskan mereka dapat menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing dengan nyaman tanpa gangguan dari pemeluk agama lainnya. Kehidupan beragama di lokasi studi berkembang dengan baik terutama dalam hal kerukunan antar umat beragama.b) Sumber-Sumber Pendapatan Warga

Mata pencaharian penduduk di lokasi studi bervariasi: bidang pertanian, jasa, industri, konstruksi, karyawan ataupun buruh tani. Jenis pekerjaan sebahagian besar warga di lokasi studi adalah karyawan kebun dan petani serta mocok-mocok. Petani yang dimaksud adalah mereka yang bertani palawija, sawah dan kebun karet atau coklat. Mocok-mocok yang dimaksud adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan, kadangkala bekerja sebagai supir, buruh bangunan jika ada borongan kerja pembangunan rumah, jembatan atau bangunan lain dan rehab rumah, BHL atau buruh tani. Tabulasi kuesioner yang didistribusikan di lokasi studi, maka diperoleh range pendapatan warga dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3: Klasifikasi Penghasilan Responden di Lokasi Studi

NoPenghasilanJumlah (%)

1 Rp.500.000,-1,5%

2> Rp.500.000,- s/d Rp.1.000.000,-30%

3> Rp.1.000.000,-s/d Rp.1.500.000,-40%

4> Rp.1.500.000,- s/d Rp.2.000.000,-20 %

5> Rp.2.000.000,- s/d Rp.2.500.000,-7%

6> Rp. 2.500.000,- s/d Rp.3.000.000,-1,5%

Total100 %

Sumber: Data Lapangan, 2010

Penghasilan warga di lokasi studi rata-rata berada pada tingkat > Rp.1.000.000,- s/d Rp 1.500.000,- sebesar 40 % dari total responden. Posisi berikutnya sebesar 30 % pada kategori > Rp.500.000,-s/d Rp.1.000.000,- dan sebesar 20% responden dengan penghasilan antara >Rp.1.500.000,- s/d Rp.2.000.000,-. Selain itu, terdapat 7 % responden dengan penghasilan antara < Rp.2.000.000,-.s/d Rp.2.500.000,- dan 1,5 % pada kategori > Rp.2.500.000,- s/d Rp.5.000.000,- dan 1,5 % pada tingkat Rp.500.000,- Warga di lokasi studi menjelaskan bahwa penghasilan warga di atas Rp.1.500.000,- terutama adalah warga yang mempunyai pencaharian ganda selain pencaharian utama, misalnya telah memiliki pekerjaan tetap sebagai karyawan dan juga warga biasa yang memiliki kebun karet/sawit atau coklat dan memiliki usaha dagang. Responden menjelaskan bahwa penghasilan tersebut relatif kurang untuk mencukupi kebutuhan rutin bulanan mereka karena kebutuhan biaya pendidikan anak yang relatif besar. Antisipasi kekurangan yang dilakukan warga adalah dengan meminimalisir pengeluaran mereka untuk kebutuhan harian dalam hal lauk pauk. Strategi yang digunakan adalah dengan menanam kebun atau tanah sisa di sekitar rumah mereka dengan tanaman sayuran dan beberapa bumbu dapur, sehingga mereka hanya memerlukan pengeluaran untuk kebutuhan lauk-pauk. Hasil distribusi kuesioner mengenai pengeluaran responden tertera pada Tabel 4.Tabel 4. Besaran Pengeluaran Responden di Lokasi Studi

NoBesaran PengeluaranJumlah (%)

1 Rp.500.000,-0,5%

2> Rp.500.000,- s/d Rp.1.000.000,-35%

3> Rp.1.000.000,-s/d Rp.1.500.000,-35%

4> Rp.1.500.000,- s/d Rp.2.000.000,-25 %

5> Rp.2.000.000,- s/d Rp.2.500.000,-2,5%

6> Rp. 2.500.000,- s/d Rp.3.000.000,-2%

Total Responden100 %

Sumber: Tabulasi Kuesioner 2009

Data di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah pada masing-masing kategori penghasilan dan pengeluaran responden. Sebahagian responden memiliki pengeluaran yang lebih besar dari penghasilannya dan sebahagian responden lain dapat menyisihkan penghasilannya untuk ditabung. Responden yang berpenghasilan rata-rata 500.000,- cenderung mengeluhkan relatif minimnya penghasilan dibandingkan dengan kebutuhan keluarga mereka saat ini. Kelompok responden ini cenderung adalah mereka yang tergolong janda dan mereka yang tergolong buruh tani tanpa memiliki lahan pertanian sendiri dan hanya menggantungkan penghasilannya dari bekerja sebagai BHL dan mocok-mocok.

Sumber-Sumber Penghasilan

Pertanian

Pertanian yang digeluti warga di lokasi studi adalah pertanian padi dan tanaman palawija, seperti: kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, ubi jalar, ubi kayu, dan beberapa jenis sayuran lainnya. Pada wilayah studi, baik itu lokasi desa perkebunan ataupun desa dengan penduduk desa umumnya, warga memanfaatkan tanah sisa di lokasi mereka dengan mengelola tanaman palawija untuk menambah nilai ekonomis tanah, menambah penghasilan keluarga dan juga untuk kebutuhan rutin sayuran keluarga. Data rinci mengenai produksi padi dan palawija tertera pada Tabel 5.

Tabel 5 : Luas Tanaman Padi dan Palawija di Lokasi Studi

NoDesa/Kelurahan/

KecamatanKecamatan Batang Toru

Luas PanenRata2 Produktivitas (Kw/Ha)Produksi

1Padi sawah4.715,0045,0021.217,50

2Padi sawah86,0018,00154,80

3Padi sawah dan padi ladang---

Jumlah

4.801,0063,0021.372,30

4Jagung141,0038,00535,80

5Ubi kayu30,00150,00450,00

6Ubi jalar9,0090,0081,00

7Kacang tanah50,0014,0070,00

8Kacang kedelai25,0014,0035,00

9Kacang hijau5,0015,007,50

Jumlah260,00321,001.179,30

Sumber : Kec. Batang Toru Dalam Angka 2008Selain pertanian padi, warga di dua kecamatan juga mengusahakan perkebunan rakyat dengan tanaman kelapa sawit, kakao, karet dan kelapa. Tanaman perkebunan dominan adalah karet dan kelapa sawit. Pada bidang pertanian padi, berdasarkan data BPS 2009 Kecamatan Batang Toru memiliki luas panen padi sawah 4,460.00 ha dengan produksi 25,645.00 dan padi ladang luas panen 99.00 dan produksi 297.00. Maka rata-rata produksi padi sawah 57.50 Kw/Ha sedangkan rata-rata padi ladang 30.00 Kw/Ha. Pada Kecamatan Marancar luas panen padi sawah 1,648.00 ha dengan produksi 9,393.00 dan padi ladang luas panen 118.00 dan produksi 377.60. Maka rata-rata produksi padi sawah 47.00 Kw/Ha sedangkan rata-rata padi ladang 32.00 Kw/Ha.Beberapa jenis tanaman perkebunan lain yang juga dikelola warga dalam jumlah relatif kecil meliputi: nilam, tembakau, pala,lada, kapuk, teh, gambir, jahe, kapulaga, jambu mete, jarak. Selain itu, di lokasi studi juga terdapat beberapa jenis sayur dan buah-buahan sebagai hasil pertanian warga, seperti: ketimun, terong, tomat, kangkung, bayam, cabe, petsai, kubis, bawang merah, bawang putih, daun bawang, buncis, labu siam dan lobak. Jenis buah meliputi; nangka, manggis, mangga, jeruk, jambu air, durian, langsat, jambu biji, alpukat, belimbing, rambutan, salak, sawo, sirsak, nenas, pisang, serta pepaya.

Peternakan

Ternak utama warga adalah sapi, kambing, domba dan ayam. Usaha peternakan ini dikembangkan dengan memanfaatkan sumber daya alam sekitar sebagai bahan makanan bagi ternak mereka dan dikelola secara konvensional. Tujuan utama pemeliharaan ternak besar seperti kambing, sapi, domba ataupun kerbau adalah untuk investasi keluarga dan hanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dana hajatan dan pendidikan anak. Jumlah ternak besar dominan adalah sapi potong mencapai 682 ekor. Sedang untuk jenis unggas didominasi jenis ayam kampung 2539 ekor (BPS Kecamatan 2008).

Perdagangan/Wiraswasta

Aktivitas perdagangan/wiraswasta warga di lokasi studi cenderung merupakan usaha perdagangan warung kelontong, grosir penjual bahan sandang, warung kopi, salon, perbengkelan sepeda motor. Selain itu, beberapa warga juga menjadi penjual eceran barang-barang keperluan rumah tangga dengan sistem bayaran mencicil. Beberapa warga juga menjadi agen pengumpul getah karet atau agen pengumpul sawit. Sawit dan karet dari warga desa lain dijual kepada agen pengumpul di desa-desa mereka dan kemudian para agen tersebut menjualnya pada agen pengumpul besar yang datang ke desa mereka. Sementara itu, kegiatan pasar kecil juga terdapat di Desa Batu Godang. Pasar ini merupakan pasar kecil yang digelar di sepanjang jalan desa dengan bangunan papan berbentuk kios-kios tanpa atap. Hanya merupakan papan sebagai alas kios dan empat tiang penyangga sebagai tempat dimana para penjual akan memasang tenda atau penutup untuk melindungi dagangannya dari panas atau hujan pada saat pekan di desa ini. Selain itu, aktivitas pedagangan warga terutama terpusat di Pekan Batang Toru yang berlangsung 2 (dua) kali dalam satu minggu yaitu pada hari Selasa dan Jumat.

c) Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja

Angkatan kerja yang dimaksud adalah penduduk usia produktif. Dalam konsep ini tidak termasuk kategori seperti: ibu rumah tangga yang tidak bekerja, penduduk usia produktif yang masih sekolah, orang yang belum berusia 65 tahun tetapi sudah pensiun dini dan tidak mau bekerja lagi serta pengangguran sukarela yaitu golongan penduduk dalam usia produktif tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan. Mengacu pada data Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka Tahun 2008, maka terdapat jumlah usia produktif 54,60 %. Berdasarkan sumber dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2007 (BPS 2008) menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja yang terdafatar seluruhnya adalah 2.219 orang. Lima kategori pendidikan terbesar pencari kerja adalah; dominasi utama ada pada tingkat pendidikan Sarjana Muda (D3) sebesar 36,28% (805 jiwa), disusul tingkat SLTA Umum sebanyak 32,67% (725 jiwa). Posisi ketiga adalah tingkat Sarjana (S1) sebesar 11,71% (260 jiwa), SMEA 6,26% (139 jiwa), SLTA lainnya 4,91% (109 jiwa). Data rinci tersaji dalam Tabel 6.

Tabel 6:Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2007

NoTingkat Pendidikan Yang DitamatkanPencari Kerja Terdaftar Pencari Kerja Yang Telah Ditempatkan

Laki2Peremp JumlahLaki2PeremJumlah

1SD Tidak Tamat------

2SD dan Setingkatnya3145-5

3SLTP Umum/Sederajad4628745-5

4SLTA Umum24448172578188

5SLTA Lainnya9514109212142

6STM67369-77

7SMEA12613139101828

8SPG257268

SPMA18826-22

9Sarjana Muda (D3)2705358051171.0981.215

10Sarjana S-11591012606811.2121.893

Jumlah1.0301.1892.2198482.4453.293

Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kab.Tapanuli Selatan/Tapanuli Selatan Dalam Angka Tahun 2008Tabel di atas menunjukkan bahwa pencari kerja yang telah ditempatkan sebesar 3.293 jiwa dan yang terdaftar saat ini mencapai 2.219 jiwa. Posisi terbesar yang telah ditempatkan berada pada tingkat pendidikan Sarjana (S-1) sebesar 57,48% dan Sarjana Muda (D3) 36,89% serta SLTA umum sebesar 2,67%. Data ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan kamum muda atau usia produktif pada kabupaten ini relatif tinggi; data pencari kerja terdaftar menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tersebut cenderng SLTA/sederajat hingga Sarjana (S-1).d) Kesempatan Kerja dan Kesempatan Berusaha

Berdasarkan kondisi lingkungan alam di lokasi studi saat ini dengan dominasi perkembangan ekonomi yang mengandalkan pertanian, maka peluang kerja terbesar yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian. Dengan keberadaan Kebun Hapesong, maka peluang kerja sebagai karyawan perkebunan juga berkembang khususnya bagi warga yang bermukim di lokasi studi. Terkait dengan rencana pembangunan PKS (Pabrik kelapa Sawit), maka peluang warga desa sekitar untuk bekerja juga terbuka menjadi karyawan ataupun buruh pada masa konstruksi.

Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai peluang kerja, yaitu bidang pekerjaan yang memungkinkan atau bidang pekerjaan yang memberikan peluang kerja bagi warga masyarakat di wilayah studi. Dengan melihat adanya beberapa perusahaan perkebunan di sekitar lokasi studi, maka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha terbuka bagi beberapa warga yang memiliki keahlian tertentu, baik dalam bidang perdagangan, transportasi ataupun bidang lain yang dapat menunjang percepatan pembangunan desa dan juga sekaligus meningkatkan pendapat warga. Peluang-peluang kegiatan ekonomi menjadi sasaran utama kesempatan berusaha bagi warga. Aktivitas perdagangan menjadi peluang utama selain harapan untuk bisa bekerja di perusahaan perkebunan. Selain itu, bagi warga yang kurang memiliki keahlian dapat menjadi BHL (Buruh Harian Lepas) untuk aktivitas pemanenan hasil kebun, pembersihan gawangan tanaman, pembersihan parit di kebun dan aktivitas lainnya yang membutuhkan tenaga fisik.e) Pola Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Pemanfaatan sumber daya alam terbesar guna penghidupan masyarakat di lokasi studi adalah tanah darat yang dimanfaatkan untuk tegal/kebun untuk aktivitas pertanian lahan kering dan posisi kedua adalah lahan sawah. Data BPS tahunn 2008 menunjukkan untuk area Kecamatan Batang Toru, luas lahan sawah sebesar 45,64 % (2.048 Ha), pekarangan dan bangunan 3,03% (136 Ha), tegal/kebun 37,04% (1.662 Ha), ladang/huma 9,40% (422 Ha), penggembalaan 4,88% (219 Ha). Tegal/kebun digunakan warga untuk berkebun kelapa sawit, kelapa, coklat (kakao) dan palawija. Tanaman coklat juga ditanam pada halaman pekarangan di depan atau di samping rumah untuk menambah fungsi ekonomis tanah. Sebahagian tanah kering lainnya juga dimanfaatkan untuk tanaman jagung, ubi kayu dan jenis palawaija lainnya.

3. Sosial Budaya

a) Organisasi Sosial di Kalangan MasyarakatOrganisasi sosial lokal pada lokasi studi cenderung didasarkan padaa ikatan-ikatan genealogis, geografis dan etnis. Kelompok etnis pada dua desa/kelurahan di lokasi studi vervariasi. Kelompok etnis Mandailing atau orang Tapanuli Selatan adalah etnis lokal, namun bagi etnis jawa mereka juga adalah orang lokal karena telah lahir dan berdomisili sejak beberapa generasi di daerah ini.

Selain kesatuan genealogis, ikatan sosial juga dibentuk melalui kelompok STM (Serikat Tolong Menolong) diantara warga. STM ini debentuk atas dasar wilayah pemukiman (dusun atau desa). Anggotanya adakalana satu kelompok etnis yang sama atau gabungan kelompok etnis dalam satu desa. Bagi etnis Jawa, kesatuan sosial dibentuk atas dasar etnis dan juga geografis. Organisasi Pujakesuma dikenal oleh kelompok etnis Jawa, namun tidak seluruh warga Jawa terlibat aktif pada organisasi itu. Bentuk organisasi keagamaan juga berkembang di lokasi studi, bagi pemeluk agama Islam berkembang kelompok wirid yasin bagi kaum Ibu dan perwiridan bagi kaum bapak. Bagi penganut agama Kristen, kelompok perkumpulan gereja mingguan atau doa lingkungan yang berkembang dengan baik. Masing-masing kelompok keagamaan ini mengarah pada revitalisasi religiusitas masing-masing penganut agama. Revitalisasi ini juga dibarengi dengan pemahaman akan keberagaman kebudayaan yang ada di antara warga komuitas yang ada di wilayah studi. Kesadaran akan keberagaman ini akam melahirkan suatu rasa kebersamaan yang dapat mengelola perbedaan menjadi suatu unsur pemersatu.Di lokasi studi juga terdapat beberapa organisasi kepartaian. Partai politik ini terutama berkembang marak sejak Tahun 2008 terkait dengan iklim politik yang meningkat menjelang pemilihan wakil rakyat yang akan duduk di lembaga legislatif April 2009, baik itu DPRD Kabupaten/Kota ataupun DPRD Provinsi dan DPR RI. Beberapa warga di lokasi studi menjadi pengurus beberapa partai politk. Organisasi-organisasi partai politik ini melakukan pengkaderan bagi anggota-anggotanya. Dengan keberadaan beberapa organisasi ini, proses difusi suatu informasi berjalan lebih terorganisir di antara kalangan warga. Organisasi kapartaian ini juga membantu pengembangan wawasan dan kesadaran berpolitik bagi warga dan juga eduksi teknik diplomasi.

b) Perubahan Sosial dan Budaya

Dalam suatu proses perubahan, bagian yang menjadi sangat sensitif adalah pada proses penerimaan unsur baru tersebut menjadi bagian dari kebudayaan lokal. Kecermatan kajian dibutuhkan untuk menganalisis bagaimana persesuaian dan penolakan terjadi selama proses benturan kebudayaan, apakah yang terjadi asimilasi atau akulturasi. Persesuaian dan penolakan ini dapat menimbulkan konflik internal dan perhatian dapat pula diarahkan untuk mencermati bagaimana warga suatu komunitas berperan dalam proses penyelesaian konflik pada tingkat lokal.

Kondisi aktual saat ini di lokasi studi menunjukkan bahwa proses akulturasi terjadi diantara warga yang tinggal di lokasi studi. Etnis dominan di lokasi studi adalah etnis Mandailing,Tapsel dan Jawa. Keberadaan beberapa kelompok etnik ini tidak menimbulkan diskriminasi bagi kelompok etnik minoritas di lokasi studi. Hal ini dijelaskan oleh beberapa warga yang berlainan etnik selama proses studi lapangan berlangsung. Setiap kelompok etnik dan setiap kelompok agama dapat menjalankan adat dan ritual keagamaan masing-masing dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil in depth interview selama studi berlangsung dengan beberapa tokoh masyarakat baik formal maupun tokoh informal. Masing-masing kelompok etnik hidup berdampingan dengan tidak mendiskriminasi kelompok etnis minoritas. Sikap saling menghormati dan kesadaran akan multikulturalism memberi kekuatan pada solidaritas mereka.c) Pemimpin Lokal dan Manajemen Konflik

Pemimpin lokal yang dimaksud adalah pemimpin formal lokal dan non formal. Studi ini menunjukkan bahwa karakteristik pemimpin yang dimaksud warga memiliki beberapa kriteria. Kebijaksanaan, adil, beriman, memiliki wawasan luas, mampu berdiplomasi adalah beberapa kriteria utama yang menjadi titik tolak seseorang dapat disebut sebagai pemimpin atau tokoh. Studi ini menjaring beberapa nama terkait dengan kriteria tersebut. Warga juga menjelaskan bahwa nama-nama tersebut dapat saja berubah seiring dengan perubahan waktu. Hal ini dapat terjadi karena manusia bersifat dinamis demikian juga sifat dan perilakunya. Secara rinci beberapa nama tersebut tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7. Pemimpin Formal dan Pemimpin Non Formal di Lokasi Studi dan Desa Sekitar

PosisiHapesong LamaPerkebunan Hapesong

Nama Kades

Nama SekdesNgatno

PryantoJul Fitri Siregar

-

KaurSukri, Mei, Patnokus.Agus Salim Siregar, Sukiman, Adzhar Mahdi Nasution.

BPDWaginoZulham

LKMD/LPMDHamzah HasibuanMangarait Nasution

Jumlah Dusun 43

Kepala Dusun1: Niman

2: Subur

3: Muliadi

4: Tumin1. Erianto

2. Subandi

3. Hj. Solahudin

Nasution

Tokoh MasyarakatParjo, Gatot BatubaraHj. Solahudin Nasution, Hj. Muhaidi, Maraden Hutahayan, Mangarait Nasution, Abdul Kasim.

Tokoh AgamaMisman, Ny. PoniranHj. Solahudin Nasution, Hj. Muhaidi, Maraden Hutahayan, Mangarait Nasution, Abdul Kasim.

Tokoh Adat -Hj. Solahudin Nasution, Hj. Muhaidi, Maraden Hutahayan, Mangarait Nasution, Abdul Kasim.

Tokoh Pemuda

Karang Taruna Irwanto, Adi Pratama, Iswanto, Ayu Rahayu.

Rimanto-

Pujakesuma Organisasi Marga --

Nama Kelompok Tani/ Nama Ketua Kelompok3/ Dasiman (Ketua Gapoktan)-

Sumber: Wawawancara dengan aparat desa dan tokoh masyarakat

Warga di lokasi studi menjelaskan bahwa para pemimpin lokal ini juga sangat berperan dalam penyelesaian konflik di tingkat lokal baik yang bersifat perdata ataupun pidana ringan. Proses penyelesaian konflik lokal dipilih mengutamakan jalur musyawarah antara pihak-pihak terlibat dengan bantuan aparat desa serta tokoh masyarakat lokal. Hal ini terlihat dari jawaban responden mengenai pilihan bentuk penyelesaian konflik sebagaimana tertera pada Tabel 8:

Tabel 8. Betuk Pilihan Penyelesaian Konflik dari RespondenNoBagaimana bentuk penyelesaian yang dipilih jika ada konflik/masalah dengan pihak KebunPersentase (%)

ADiselesaikan secara musyawarah dengan melibatkan pengetua masyarakat/agama/adat dan aparat desa baik pidana atau perdata.85 %

BDiselesaikan antar pihak terlibat saja tanpa melibatkan tokoh masyarakat/adat dan aparat desa.-

CDiselesaikan di lembaga hukum berwenang tanpa melibatkan tokoh masyarakat/adat/agama yang ada.-

DJika masalah perdata dengan tokoh masyarakat dan aparat desa, tetapi jika pidana harus langsung melalui kepolisian/hukum.15 %

Jumlah100 %

Sumber: Data Lapangan, 2010

Terkait dengan perkiraan masalah konflik yang akan muncul di kemudian hari, warga yang menjadi responden dalam studi ini menjelaskan mereka memperkirakan sumber konflik yang paling mungkin terjadi adalah masalah penggarapan lahan kebun oleh masyarakat terutama pada daerah-daearah tidak produktif yang tidak ditanamai pihak kebun dan masalah tenaga kerja. Tenaga kerja menjadi bahan sumber konflik karena warga menilai bahwa pihak kebun tidak terbuka dalam proses penerimaan tenaga kerja. Warga memperkirakan nuansa kolusi mewarnai setiap kali penerimaan karyawan baru.

d) Program Bina Lingkungan atau Community Development (CD)

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) mengandung makna bahwa suatu perusahaan mempunyai kewajiban terhadap masyarakat selain mencari keuntungan. Kewajiban tersebut berupa suatu tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial adalah kewajiban perusahaan untuk merumuskan kebijakan, mengambil keputusan dan melaksanakan tindakan yang memberikan manfaat kepada masyarakat. Kesadaran bahwa terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara masyarakat dan komunitas yang berada dalam lingkungan sekitarnya menjadi konsep utama dalam pelaksanaan community development (CD). Beberapa hal yang telah dilakukan kebun bagi masyarakat sekitar adalah:

Tabel 9. Kontribusi Perusahaan Melalui Program Bina Lingkungan Kepada Masyarakat Periode Triwulan I Tahun 2008

NoObjek Bina LingkunganBentuk BantuanNama BahanJumlah (Rp)

1SD Negeri No.101020 Siborong-borong Desa Siolip Kec.Barumun TapselPagar SekolahBatu bata, semen, batu kosong, pasir halus, pasir sam-sam, kawat duri, besi siku, cat tembok,kawat duri, besi 10 mm.24.637.500,-

Upah Tukang-7.390.000,-

2Pondok Pesantren Darul Istiqomah Hutapadang-Pijerkoling Kec. Padang Sidempuan TenggaraRenovasi SekolahJendela naco besar, jendela sisir, cat tembok, jendela kecil, cat minyak, jendela naco kecil, semen, batu kali, pasir sam-sam, besi beton 10 mm, besi beton 9 mm, papan, engsel pintu, seng 7 kaki, pintu panel.51.429.025,-

Upah Tukang-15.430.000,-

3SMP Negeri 1 Batangtoru Kab.Tapanuli SelatanPagar SekolahSemen, batu bata, pasir, papan, koral, besi 10 mm, cat tembok, papan, batu kali, paku54.075.000,-

Upah Tukang-16.230.000,-

4Pondok Pesantren Al-Bahriyah Purba Tua Desa Guma Rupu Baru Kec.Portibi Kab.Tapanuli SelatanRenovasi/PembangunanSemen, pasir, batu bata, asbes, plat asbes, cat minyak, kayu lat uk.1x2, paku biasa.21.325.000,-

Upah Tukang6.400.000,-

5Mesjid Babul Ihsan Desa Panobasan Lombang Kec.Padang Sidempuan Barat PembangunanSemen, pasir, batu bata, asbes, plat asbes.17.987.500,-

Upah Tukang-3.600.000,-

6Mesjid Al-Ikhlas Desa Telo Kec.Batangtoru Kab. Tapanuli SelatanPembangunanKawat bronjong, batu kali19.475.000,-

Upah Tukang-3.895.000,-

7Gereja HKBP Resort Batang ToruRenovasiPodium dan

Altar Gereja40.570.000,-

8Pesantren Modern Unggulan Terpadu"Darul Mursyid"Simanosor Julu Tapsel Kec.Saipar DolokPembangunanAsbes, Plat Asbes, keramik, semen, batu bata, pasir, cat minyak31.140.000,-

Upah Tukang-9.350.000,-

9Pesantren Al-Mandily Ds.Kpg.Padang Penyabungan - MadinaMeubelComputer dan printer24.000.000,-

10Pondok Pesantren Mustafawiyah Purbabaru Kec.Lembah Sorik Merapi Kab.MadinaPenambahan kamar asrama/ lokal belajarBatu kali, pasir, koral, batu bata, semen, besi 12 mm, besi 10 mm, kawat beton, kayu49.936.800,-

Jumlah396.870.825,-

Sumber : Kebun Hapesong

e) Sikap dan Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan PKS HapesongHubungan baik antara masyarakat sekitar dengan Kebun Hapesong sangat dibutuhkan bagi keberlanjutan kegiatan kebun. Terkait dengan hal itu sikap dan persepsi positif dari warga di sekitar lokasi menjadi hal utama yang harus tetap dibina. Terkait dengan rencana usaha/dan atau kegiatran pembangunan Pabrik kelapa sawit (PKS) di Kebun Hapesong, dari hasil pendistribusian kuesioner, terlihat bahwa 100 % responden menginginkan pembangunan PKS tersebut segera dilaksanakan. Jumlah tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 80% responden menjawab sangat menginginkan dan 20% responden menjawab menginginkan. Sikap mendukung ini terlihat juga dari jawaban responden yang mengetahui manfaat positif rencana pembangunan PKS ini. Uraian jawaban tersebut tertera pada tebel 11 berikut.

a) Identifikasi Persepsi Positif Warga di Lokasi Studi

Tabel 11 :Tanggapan Manfaat Positif Rencana Pembangunan PKS di Kebun Hapesong

NoTanggapan RespondenJumlah /%

1Peningkatan ekonomi masyarakat

Meningkatkan pendapatan warga dengan bekerja sebagai karyawan tetap di PKS ataupun BHL untuk aktivitas tertentu di PKS.

Warga dapat memebntuk SPSI dan membuka peluang keja baru untuk kalangan muda dalam hal angkut muat TBS ke pabrik.

Warga dapat buka usaha warung selama proses konstruksi PKS. 85

2Bantuan sosial perusahaan

jika ada PKS nantinya, bantuan kebun kepada pihak desa akan bertambah karena keuntungankebunakan semakin banyak.

.Bantuan kepaa anak yatim juga akan bertambah selain untuk sarana pendidikan.

Bantuan modal usaha dari KBL juga akan semakin banyak karena perusahaan akan semakin banyak keuntungannya, masyarakat akan merasakan juga.

3Jalan kebun untuk akses ke desa

- Jalan utama menuju kampung Hapesong Lama adalah jalan milik kebun yang dapat digunakan warga desa, bahkan sampai ke desa paling ujung yaitu Batu Godang. Kebun pasti akan lebihmerawat jalanjika ada PKS.15

Jumlah 100

Sumber: Tabulasi Kuesioner, 2010

Hasil studi menunjukkan bahwa manfaat positif yang dirasakan warga dapat diklasifikasi dalam 3 (tiga) karakteristik utama yaitu peningkatan ekonomi, bantuan sosial perusahaan dan jalan kebun untuk akses ke desa.

b) Saran dan Harapan Warga di Lokasi Studi

Selain mengemukakan beberapa manfaat positif dan mendukung rencana pembangunan PKS di Kebun Hapesong, warga juga mempunyai beberapa harapan dan saran kepada pihak Kebun Hapesong agar dalam proses selanjutnya memperhatikan beberapa aspek. Identifikasi saran dan harapan tersebut terangkum dalam Tabel 11.

Tabel 11 : Saran dan Harapan Warga di Lokasi Studi Terhadap Rencana Pembangunan PKS Kebun HapesongNo.Saran dan Harapan Warga

1Utamakan tenaga kerja lokal Beri pengutamaan warga lokal untuk jadi pekerja di PKS demi meningkatkan penghasilan warga, baik di waktu konstruksi ataupun operasional.

Kalau kami mampu jangan ambil pekerja dari luar desa sekitar, karena dampaknya juga kami lebih dulu yang akan rasakan.

Kalau dikontrakkan beberapa bagian pekerjaan untuk PKS, sebaiknya utamakan kontraktor lokal di Kecamatan Batang Toru.

Kalu ada mobilisasi pekerja, kiranya mengutamakan warga sekitar, dan ini ditegaskan pada kontraktor pemenang tender. Untukk SPSI bongkar muat TBS ke PKS, kiranya mengutamakan SPSI yang dibentuk Desa Hapesong lama dengan Perkebunan Hapesong sebagai pmukiman terdekat ke PKS.

2Bina interaksi sosial warga Tingkatkan hubungan pihak kebun dan warga yang sudah baik selama ini.

Agar pihak kebun membantu pembangunan di desa, perhatikanlah proposal dari desa untuk program Bina Lingkungan.

3Pencemaran Lingkungan Jika nanti PKS sudah beroperasi, jangan pernah membuang sampajke Sungai Malombu, karena akan berbahaya bagi warga yang menggunakan air sungai di hilir.

Sosialisasikan kepada warga mengenaii penanganan limbah agar warga tidak was-was akan bahaya pencemaran limbah.

Jangan ada bau dari PKs dan asapnya jangan berbahaya Suara mesin PKS jangan menganggu kenyamanan warga desa sekitar, karena tidak terlalu jauh dengan pemukiman. Gunakan teknologi canggih untuk isntalasi air limbah agar tidak berbahaya bagi warga.

Patuhi semua peraturan lingkungan hidup, agar semua pihak merasa aman.

4Bantuan Kelola Lingkungan Sosial dan Alam Buat pelatihan keterampilan perbengkelan atau jahit menjahit untuk modal keahlian buka usaha sendiri bagi warga yang putus sekolah.

Bantuan untuk desa sebaiknya dirembukkan dahulu dengan warga melalui aparat desa dan tokoh masyarakat agar bantuan itu tepat sasaran dan berguna bagi bagi masyarakat.

Dusun 3 Hapesong Lama di daerah itu pemukian agak dekat ke bibir sungai, sekitar 10 m. Kiranya poihak kebun membantu membuat dan menjaga bronjong untuk menghindari erosi.

Sumber: Tabulasi Kuesioner, 2010

Hasil studi menunjukkan bahwa aspek yang perlu dicermati tersebut meliputi aspek kesempatan kerja bagi warga lokal/peningkatan ekonomi, interaksi sosial dan kerjasama, pencemaran lingkungan dan bantuan sosial perusahaan. Beberapa hal lain yang juga perlu diperhatikan oleh pihak Kebun Hapesong adalah kekhawatiran-kekhawatiran warga sehubungan dengan aktivitas kebun selama ini. Identifikasi bentuk-bentuk kekhawatiran mereka tersaji berikut ini.Tabel 12: Kekhawatiran Warga Terhadap Rencana Pembangunan PKS di Kebun Hapesong

No.Kekhawatiran Warga

1Tenaga keja lokal tidak diterima Tenaga kerja dari desa tidak digunakan karena kalah bersaiong dengan tenaga kerja dari luar desa. Tenaga kerja dari desa sekitar tidak diterima karena sepenuhnya pengerjaan akan diserahkan pada kontraktor.

2Pencemaran Lingkungan (Air Sungai) Khawatir jika air Sungai Malombu tercemar oleh limbah PKS, karena beberapa warga desa memanfaatkan air sungai untuk MCK. Khawatir akan bahaya penyakit kulit dan diare jika ada pemcemaran air akibat kegiatan PKS

Sumber: Wawancara, 2010Kekhawatiran warga secara umum diklasifikasikan ke dalam dua hal utama, yaitu: tidak diterimanya tenaga kerja lokal dengan berbagai alasan dan pencemaran air Sungai Malombu. Kekhawatiran ini terutama mengemuka dari warga di Hapesong lama karena lokasi desa ini termasuk bagian hilir Sungai jika bagian hulunya dihitung adalah Desa Simatohir (lokasi desa ini di atas PKS). Sedangkan pemukiman Perkebunan Hapesong berada di tengah antara rencana lokasi pembangunan PKS dan Desa Hapesong Lama, selain itu warga Perkebunan Hapesong juga mendapat suplai air bersih dari pihak kebun.Karakteristik Responden

Pemilihan responden dalam studi ini dikhususkan pada kelompok pemukiman atau dusun yang berada tepat berdampingan dengan lokasi rencana PKS Kebun Hapesong. Dalam studi ini, jumlah responden diambil 57 responden. Lokasi studi Desa Hapesong Lama dan Perkebunan Hapesong. Kelengkapan data dipadukan dengan data wawancara mendalam (in depth interview) pada beberapa aparat desa dan tokoh masyarakat setempat sebagai cross check data kuesioner. Sebahagian responden dalam penelitian ini adalah mereka yang telah lahir dan besar di desa tersebut. Beberapa responden adalah mereka yang menikah dengan pasangan yang juga lahir dari desa tersebut dan telah bermukim lebih dari 10 (sepuluh) tahun di lokasi studi. Dominan responden bermukim di lokasi studi lebih dari 30 tahun. Responden cenderung lahir dan besar di lokasi studi. Warga yang bermukim di Desa Perkebunan Hapeong cenderung adalah karyawan perkebunan dan waega di Hapesong lama adalah penduduk non karyawan.

Terlihat dari jawaban responden atas pertanyaan kuesioner : Apa manfaat positif dari rencana pembangunan PKS di Kebun Hapesong, sebutkan dampak positif tersebut ?

PAGE Lampiran Sosekbud PKS Hapesong-6