komunikasi partisipatif pada program pos pemberdayaan ... · terlihat dari latar belakang...
TRANSCRIPT
KOMUNIKASI PARTISIPATIF PADA PROGRAM POS PEMBERDAYAAN KELUARGA
(Studi Kasus di RW 05 Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)
IMANI SATRIANI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Komunikasi Partisipatif pada Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Studi Kasus di RW 05 Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2011
Imani Satriani NRP. I352090091
ABSTRACT
IMANI SATRIANI. PARTICIPATIVE COMMUNICATION ON CENTER FOR FAMILY EMPOWERMENT PROGRAM (Case Study in RW 05 Situgede Village, West Bogor, Bogor). Under direction of PUDJI MULJONO and RICHARD W.E. LUMINTANG Empowerment occurred if individuals or communities were assigned to discuss their daily need, especially in education and health matter. And also the topics are focused in political and economic issues. Empowerment program in alleviating poverty and improving the quality of human resources, promoted by Center for Human Resources Development (P2SDM), LPPM IPB, cooperated with Damandiri Post Family Empowerment (POSDAYA) program. This particular cooperation leading to develop Posdaya poverty community at different level, such are village, hamlet and RW. The objectives of study were: to analyze the role of companion, community leader in Posdaya activities, the participatory communication, its impact to community as well and respons communities. The research was a constructivist paradigm, located in RW 05 Situgede village, West Bogor, Bogor. The research was conducted in April 18 to May 25, 2011. The study result was the P2SDM-IPB companion as well as consultant task always coodinated by Posdaya Kenanga. The Situgede village, especially RW 05 had several ultimate tasks, included: cadres supervising, training and motivating. Internal involvement Posdaya Kenanga leaders were: providing insight, advice, criticism and building ideas for sustainability activities. The participatory communication occurred in Posdaya Kenanga were: access, heteroglasia, poliponi, dialogue and carnival. Benefit of cadres were: information and knowledge sharing, problem solving and familiarity relationship. Refers to participatory communication among cadres, they could work optimally as well as equaly right to submit opinions, suggestions, and criticism. As a result, their responsibility increased. Keywords: participatory communication, empowerment, cadres.
RINGKASAN
IMANI SATRIANI. KOMUNIKASI PARTISIPATIF PADA PROGRAM POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (Studi Kasus di RW 05 Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor). Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan RICHARD W.E. LUMINTANG. Program pemberdayaan dalam pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang dikembangkan oleh Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (P2SDM) LPPM IPB bekerjasama dengan Yayasan Damandiri adalah membangun dan mengembangkan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di wilayah-wilayah yang memiliki kantong kemiskinan baik tingkat desa, dusun dan RW. Penelitian Komunikasi partisipatif yang dilakukan mengenai peran pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat serta dampak komunikasi partisipatif menjadi menarik dan penting untuk dikaji dengan disiplin ilmu komunikasi pembangunan. Kajian dengan paradigma konstruktivisme yang dilakukan dapat melengkapi dan mempertajam hasil-hasil penelitian sebelumnya dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat dalam kegiatan Posdaya, menganalisis komunikasi partisipatif yang terjadi dalam kegiatan Posdaya, menganalisis dampak komunikasi partisipatif dalam kegiatan Posdaya bagi masyarakat serta menganalisis respons masyarakat terhadap kehadiran Posdaya. Realitas di lokasi penelitian menunjukkan bahwa peran yang dominan dalam kegiatan Posdaya Kenanga adalah peran dari pendamping yakni pihak P2SDM LPPM IPB yang selalu melakukan koordinasi dengan pengurus Posdaya Kenanga. Peran dari pihak P2SDM LPPM IPB adalah sebagai pendamping dan konsultan. Ketika terjadi permasalahan, hambatan di dalam Posdaya Kenanga koordinator maupun kader melakukan konsultasi untuk penyelesaiannya. Pendampingan yang dilakukan bersifat tidak terikat dan tidak lepas, tetapi kontrol selalu dilakukan terhadap Posdaya Kenanga. Perangkat Kelurahan Situgede sebagai institusi pemerintahan, memiliki peran dalam kegiatan Posdaya Kenanga RW 05 antara lain pembinaan kader, pelatihan para kader serta memotivasi kader. Pembinaan yang dilakukan oleh pihak kelurahan terhadap kegiatan Posdaya Kenanga adalah penyampaian informasi, monitoring kegiatan, dan membantu penyelesaian masalah. Dan peran keterlibatan tokoh masyarakat dalam Posdaya Kenanga adalah sebagai penasehat seperti memberikan pandangan-pandangan, saran, kritikan, dan ide-ide yang membangun untuk keberlangsungan kegiatan Posdaya Kenanga.
Komunikasi partisipatif yang terjadi dalam kegiatan Posdaya Kenanga meliputi meliputi akses, heteroglasia, poliponi, dialog dan karnaval. Kader di Posdaya Kenanga memiliki akses yang sama untuk berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta pengambilan keputusan. Akses yang terlihat di Posdaya Kenanga adalah semua kader diundang untuk menghadiri rapat rencana kerja Posdaya Kenanga dan rapat evaluasi. Konsep heteroglasia terlihat dari latar belakang pendidikan, pekerjaan, usia yang berbeda serta kesetaraan gender. Memiliki keberagaman kader, meningkatkan saling menghargai sesama kader. Poliponi terjadi karena keterbukaan dalam penyampaian suara memberikan hak yang sama kepada kader tanpa ada penekanan atas pandangan kader yang satu dengan pandangan yang lain. Interupsi dalam rapat merupakan bentuk tidak adanya intervensi atau penekanan dan pemaksaan dalam menyampaikan pendapat maupun saran. Mengutarakan jawaban, pendapat, masukan, kritik serta ide antara kader dan pendamping tidak
ada pembatas, antara kader dan pendamping sejajar sehingga tidak ada yang merasa “digurui” ataupun “menggurui.” Dialog dalam menyelesaikan atau mengatasi hambatan atau kendala dilakukan untuk mencari kesepakatan antara sesama kader. Melalui dialog terjadi saling menghargai dan saling memiliki kegiatan dalam Posdaya Kenanga sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab sesama kader untuk menyelesaikan permasalahan. Konsep karnaval pada Posdaya Kenanga dilakukan oleh bidang kesehatan, ekonomi, dan lingkungan.
Dampak komunikasi partisipatif dalam setiap kegiatan dan rapat di Posdaya Kenanga dirasakan kader sangat banyak memberikan manfaat. Manfaat yang didapat yaitu saling berbagi informasi dan pengetahuan, penyelesaian masalah diselesaikan secara bersama serta terjalinnya keakraban sesama kader. Masyarakat mengetahui kehadiran Posdaya Kenanga melalui tiga bentuk yaitu 1) papan nama yang berdiri di halaman Posyandu Kenanga, 2) dibentuknya PAUD Kenanga oleh Posdaya Kenanga dan 3) Posdaya Kenanga mendapat kunjungan dari Pemda Palu Sulawesi Tengah. Masyarakat merespons kehadiran Posdaya Kenanga sangat baik terbukti dengan semakin banyaknya jumlah anak-anak yang tergabung dalam PAUD Kenanga yang dalam proses belajar mengajarnya tidak dipungut biaya.
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
KOMUNIKASI PARTISIPATIF PADA PROGRAM POS PEMBERDAYAAN KELUARGA
(Studi Kasus di RW 05 Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)
IMANI SATRIANI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
Judul Tesis : Komunikasi Partisipatif pada Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Studi Kasus di RW 05 Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor).
Nama : Imani Satriani NIM : I352090091
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA Ketua Anggota
Diketahui
Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal Ujian: 15 Agustus 2011 Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2011 ini ialah komunikasi partisipatif, dengan judul Komunikasi Partisipatif pada Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Studi Kasus di RW 05 Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor).
Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si dan Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA selaku Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan serta arahan dengan penuh kesabaran sejak awal penyusunan proposal penelitian, selama di lapangan dan penulisan hingga proses penyelesaian tesis ini. Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, M.S. selaku penguji luar komisi yang telah memberikan koreksi, saran dan masukan berharga bagi penyempurnaan tesis ini.
Penghargaan dan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Salikan S.Pd selaku Koordinator Posdaya Kenanga serta kader Posdaya Kenanga, masyarakat dan perangkat Kelurahan Situgede, yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian di lapangan. Terima kasih penulis sampaikan juga kepada Lia Mulyawati, A.Md dengan keramahan dan ketulusannya telah memberikan pelayanan administratif. Untuk segala dukungan selama proses belajar dan untuk kebersamaan yang selalu dan semoga tetap terjalin dengan baik dari teman-teman di KMP 2009, 2008 dan 2007 (Ageng Rara Cindoswari, Asmawati, Denta Mandra, Rahmah Awaliah, Rofi’ah, Sardi Duryatmo, Sigit Pamungkas, Susy Hartati, Yogaprasta Adinugraha, Ibu Sitti Aminah dan Ibu Retno Sri Hartati Mulyandari) penulis sampaikan terima kasih. Semangat, kebaikan dan keakraban dari Dini Valdiani, S.Sos., Dwi Retno Hapsari, S.P., dan Leonard Dharmawan, S.P., penulis sampaikan terima kasih.
Teriring doa, salam dan terima kasih untuk Ayah dan Ibu atas segala doa yang terucap bagi keberhasilan penulis. Terima kasih penulis sampaikan kepada Afrizal, S.E., Sukmawati, S.Pd., Khairanis, S.P., Dian Dovianto, S.P., Annisa Safira Callysta dan seluruh keluarga atas doa, pengertian, motivasi dan kasih sayangnya.
Saran dan kritik terhadap tesis ini penulis harapkan sehingga sarat makna dan manfaat. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2011
Imani Satriani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 20 Juli 1987 dari ayah
Makmur Al Gamar dan Ibu Zulbaidah. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus SMA Negeri 15 Palembang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sriwijaya melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dengan Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis merupakan satu-satunya mahasiswa Fakultas Pertanian yang mendapatkan beasiswa dari PT Bank Central Asia Tbk selama 3 semester pada tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis memenangi Lomba Fotografi tingkat Fakultas Pertanian sebagai juara II dengan tema Hari Kartini.
Pada bulan Maret 2009 penulis menamatkan jenjang Strata 1 dengan predikat sebagai lulusan terbaik Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Kesempatan untuk melanjutkan ke program Magister Sains Sekolah Pascasarjana IPB diperoleh pada bulan Agustus tahun 2009 pada Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP).
xii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
PENDAHULUAN........................................................................................... 1
Latar Belakang ....................................................................................... 1 Perumusan Masalah .............................................................................. 6 Tujuan Penelitian ................................................................................... 7 Kegunaan Penelitian .............................................................................. 7
TINJAUAN TEORITIS ................................................................................... 9
Komunikasi ............................................................................................ 9 Komunikasi Pembangunan .................................................................... 12 Komunikasi Partisipatif ............................................................................ 15 Komunikasi Partisipatif dan Pemberdayaan ........................................... 20
Habermas dan Ruang Publik ................................................................ 24 Peran-Peran Fasilitator dalam Pemberdayaan ....................................... 26
Pemerintah Kelurahan ........................................................................... 29 Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) ................................. 31 Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................... 34
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................. 36
METODE PENELITIAN................................................................................. 39
Paradigma Penelitian ............................................................................. 39 Desain Penelitian .................................................................................... 39 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 41 Penentuan Subyek Penelitian ................................................................ 42 Data dan Metode Pengumpulan Data .................................................... 45 Teknik Analisis Data .............................................................................. 48 Kredibilitas dan Dependabilitas (Reliabilitas) Penelitian ......................... 49 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 51 Gambaran Umum Wilayah ..................................................................... 51 Keadaan Penduduk ..................................................................... 53 Mata Pencaharian ........................................................................ 53 Keagamaan ................................................................................. 55 Pendidikan .................................................................................... 55 Kesehatan .................................................................................... 57 Perhubungan dan Komunikasi ...................................................... 57 Gambaran Umum RW 05 Kelurahan Situgede ....................................... 58
xiii
Pelaksanaan Kegiatan Posdaya Kenanga RW 05 di Kelurahan Situgede ................................................................... 65
Sekilas Mengenai Posdaya Secara Umum .......................... 65 Sekilas Posdaya Kenanga RW 05 di Kelurahan Situgede ..... 67
Jenis Kegiatan dalam Posdaya Kenanga RW 05 Kelurahan Situgede .............................................................. 70
Peran Pendamping, Perangkat Kelurahan dan Tokoh Masyarakat dalam Kegiatan Posdaya Kenanga 05 Situgede ........................... 85
Peran Pendamping .............................................................. 85 Peran Perangkat Kelurahan ................................................. 95 Peran Tokoh Masyarakat ..................................................... 99 Ikhtisar ................................................................................ 100
Komunikasi Partisipatif pada Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) ....... ………………………… 103
Memiliki Akses yang Sama .................................................. 118 Munculnya Heteroglasia ...................................................... 120 Terjadinya Poliponi .............................................................. 123 Komunikasi Melalui Dialog ................................................... 125 Adanya Karnaval ................................................................. 127 Ikhtisar .................................................................................. 129
Dampak Komunikasi Partisipatif pada Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) ...................................... 133
Berbagi Informasi dan Pengetahuan ...................................... 134 Permasalahan Diselesaikan Secara Bersama ........................ 136 Terjadinya Keakraban Sesama Kader .................................... 137 Ikhtisar ................................................................................... 142
Respons Masyarakat terhadap Kehadiran Posdaya di RW 05 Kelurahan Situgede ...................................................................... 143
Papan Nama Posdaya Kenanga ........................................... 144 Dibukanya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) ...................... 145 Kunjungan Pemda Palu Sulawesi Tengah ............................ 146 Ikhtisar ................................................................................... 150 SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 155 Simpulan ....................................................................................... 155 Saran ............................................................................................... 156 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 157
LAMPIRAN ................................................................................................... 161
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan) serta waktu tempuh .................. 52
2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kepala keluarga Tahun 2010 .................................................................... 53
3 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan Situgede Tahun 2010 .......................................................... 54
4 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Situgede Tahun 2010 .......................................................... 56
5 Jumlah sarana pendidikan di Kelurahan Situgede Tahun 2010 ................ 56
6 Jumlah sarana kesehatan di Kelurahan Situgede Tahun 2010 ................. 57
7 Akses secara teoritis dan hasil temuan lapang ....................................... 120
8 Heteroglasia secara teoritis dan hasil temuan lapang............................. 123
9 Poliponi secara teoritis dan hasil temuan lapang .................................... 125
10 Komunikasi dialog secara teoritis dan hasil temuan lapang .................... 127
11 Karnaval secara teoritis dan hasil temuan lapang .................................. 129
12 Matriks komunikasi partisipatif pada Posdaya Kenanga ........................... 131
13 Matriks kader dan non kader dalam kegiatan Posdaya Kenanga...................................................................... 151
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Alur kegiatan penelitian .......................................................................... 38
2 Proses analisis data ............................................................................... 49
3 Struktur pengurus RW 05 Siaga ............................................................. 62
4 Susunan pengurus Posdaya Kenanga RW 05 Situgede ........................ 68
5 Struktur organisasi kelompok wanita tani Sawargi ................................. 80
6 Posisi tempat duduk peserta rapat ......................................................... 111
7 Keberagaman kader di Posdaya Kenanga ............................................. 120
8 Proses dan hasil temuan penelitian ....................................................... 153
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Peta administrasi Kota Bogor dan Situgede ............................................ 163
2 Peta adminstrasi Kelurahan Situgede ..................................................... 164
3 Peta administrasi wilayah RW 05 Situgede ............................................. 165
4 Jadwal penelitian .................................................................................... 167
5 Metoda pengumpulan data dan informasi penelitian ................................ 168
6 Catatan harian penelitian ........................................................................ 169
7 Inisial Informan ....................................................................................... 179
8 Aktivitas PAUD Kenanga ........................................................................ 180
9 Aktivitas Posyandu Kenanga ................................................................... 181
10 Aktivitas Posbindu Lansia ....................................................................... 184
11 Proses pembuatan dodol talas ................................................................ 186
12 Usaha budidaya jamur tiram ................................................................... 189
13 Hasil kerajinan anyaman ......................................................................... 191
14 Surat keterangan Kelurahan Situgede .................................................... 192
15 Surat keterangan koordinator Posdaya Kenanga 05 Situgede ................ 193
16 Surat keterangan pembentukan Posdaya .............................................. 194
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setelah beberapa dekade pembangunan pertanian di Indonesia, ternyata
pembangunan belum mampu meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini menjadi penyebabnya adalah: (1) Pembangunan itu hanya
mengutamakan pertumbuhan, mengejar target dan jarang memperhatikan faktor
manusia sebagai subyek dan (2) Tidak efisiennya sistem birokrasi yang
dikembangkan oleh pemerintah. Golongan yang diuntungkan adalah mereka
yang dekat dengan elit kekuasaan atau mereka yang secara sosial ekonomi
mampu meraih kesempatan yang ada.
Pendekatan komunikasi yang dijalankan pemerintah dalam program-
program pembangunan selama ini dirasakan bersifat top down, komunikasi yang
dilakukan bersifat searah linier dimana tidak ada mekanisme untuk memberikan
umpan balik (feedback) dari masyarakat. Masyarakat seringkali hanya dijadikan
sebagai obyek bukan subyek dalam pembangunan. Masyarakat diwajibkan
terhimpun dalam kelompok yang dibentuk dan dikontrol oleh pemerintah,
sehingga kelompok sulit sekali mandiri karena pengelolaannya harus mengikuti
petunjuk pemerintah. Akibatnya kelompok biasa bekerja dengan instruksi dari
atas dan hampir tidak memiliki peluang terlibat pada proses pengambilan
keputusan yang menyangkut kehidupan mereka.
Dalam era kemunculan paradigma baru komunikasi pembangunan yang
partisipatif ini, semua pihak diundang untuk berpartisipasi dalam proses
komunikasi sampai dengan pengambilan keputusan. Komunikasi pendukung
pembangunan dilaksanakan dalam model komunikasi horizontal, interaksi
komunikasi dilakukan secara lebih demokratis. Kegiatan komunikasi bukan
kegiatan memberi dan menerima melainkan “berbagi” dan “berdialog.”
Peningkatan komunikasi pembangunan sangat penting untuk
meningkatkan program-program pembangunan. Pengembangan komunikasi
pembangunan ini perlu dilakukan dengan mengubah paradigma komunikasi
pembangunan dari yang berciri linier (searah) dari atas ke bawah ke komunikasi
yang berciri konvergen. Agar program yang dilaksanakan sesuai dengan aspirasi
dan kebutuhan masyarakat. Salah satu prinsip dari program pembangunan
adalah partisipasi. Partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaan program
pembangunan memerlukan kesadaran warga masyarakat akan minat dan
kepentingan yang sama.
2
Selama ini, keterlibatan masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang
sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk
mengurangi biaya pembangunan sosial. Dengan kondisi ini, peran-peran serta
masyarakat “terbatas” pada implementasi atau penerapan program, masyarakat
tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus
menerima keputusan yang sudah diambil “pihak luar.” Partisipasi menjadi bentuk
yang pasif (Midgley, 1986 dalam Prijono dan Pranaka,1996).
Pemerintah pada tahun 2006 menyatakan bahwa pembangunan,
utamanya pembangunan manusia dan keluarga, tidak saja menjadi tanggung
jawab dan monopoli pemerintah, tetapi memerlukan kerja sama dan partisipasi
masyarakat luas. Hal ini berkaitan dengan keterlibatan masyarakat dalam upaya
pembangunan manusia yang secara tidak langsung berkontribusi dalam
meningkatkan indeks pembangunan manusia (Human Development Index).
Menurut United Nations Development Programme (UNDP),
pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan bagi
penduduk, kebebasan untuk hidup lebih sehat, lebih berpendidikan, dan dapat
menikmati standar hidup yang layak. Laporan Pembangunan Manusia 2010 yang
dikeluarkan UNDP menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM)
Indonesia berada di peringkat 108 dari 169 negara yang tercatat. IPM merupakan
indeks komposit yang mencakup kualitas kesehatan, tingkat pendidikan, dan
kondisi ekonomi (pendapatan)1.
Upaya dalam pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan dan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia, salah satunya yaitu program
pemberdayaan yang saat ini tengah dikembangkan oleh Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia (P2SDM) LPPM IPB bekerjasama dengan Yayasan
Damandiri adalah membangun dan mengembangkan Pos Pemberdayaan
Keluarga (Posdaya) di wilayah-wilayah yang memiliki kantong kemiskinan baik
tingkat desa, dusun atau RW. Menurut Suyono dan Haryanto (2009), Posdaya
sebagai forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan
sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan
fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Penguatan fungsi-fungsi utama tersebut
diharapkan setiap keluarga mampu membangun dirinya menjadi keluarga
1Media Indonesia. 2011. Indeks Pembangunan Manusia. http://www.media indonesia.com
/read/2011/01/27/198895/68/11/Kinerja Pembangunan-Manusia-Indonesia [diakses 27 Januari 2011].
3
sejahtera, keluarga yang mandiri dan keluarga yang mampu menghadapi
tantangan masa depan dengan lebih baik.
Posdaya merupakan gagasan baru guna menyambut anjuran pemerintah
untuk membangun sumberdaya manusia melalui partisipasi keluarga secara
aktif. Proses pemberdayaan itu diprioritaskan pada peningkatan kemampuan
keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan dan
kemiskinan dalam arti yang luas. Sasaran kegiatan yang dituju adalah
terselenggaranya upaya bersama agar setiap keluarga mempunyai kemampuan
melaksanakan delapan fungsi keluarga. Dalam rangka pelaksanaan Millenium
Development Goals (MDGs), pengembangan fungsi keluarga tersebut diarahkan
kepada lima prioritas sasaran utama, yaitu komitmen pada pimpinan dan
sesepuh tingkat desa dan pendukuhan, kecamatan dan kabupaten,
pengembangan fungsi keagamaan, fungsi KB dan kesehatan, fungsi pendidikan,
fungsi kewirausahaan dan fungsi lingkungan hidup yang memberi makna
terhadap kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera (Muljono et al. 2010a).
Sasaran akhir Posdaya adalah membentuk manusia-manusia yang
bermutu dan sejahtera. Posdaya menggunakan keluarga sebagai ujung tombak
untuk memperbaiki pendidikan, kesehatan, lingkungan dan ekonomi masyarakat
dengan pilar keswadayaan dan kemandirian sebagai semangat kerjanya. Hal ini
dikarenakan keluarga adalah lembaga utama, yang terdekat dan paling akrab
dengan setiap anggotanya. Keluarga merupakan anggota terkecil dalam
masyarakat. Kondisi keluarga merupakan cerminan kekuatan masyarakat,
bangsa dan negara. Posdaya mewadahi kegiatan dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat dengan inti kegiatan di bidang pendidikan,
kesehatan, lingkungan dan ekonomi.
Pembentukan forum pemberdayaan keluarga yang dikenal dengan
Posdaya didirikan pada tahun 2006. Jumlah Posdaya yang sudah dibentuk di
Indonesia pada saat ini sekitar 5.155 Posdaya, dimana sebanyak 53 Posdaya di
antaranya telah terbentuk di sekitar Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten
Cianjur dan Kabupaten Sukabumi2. Posdaya sebagai sebuah gagasan
pemberdayaan dari, oleh dan untuk masyarakat adalah sebuah kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang mengimplementasikan nilai-nilai
kegotongroyongan di masyarakat. Posdaya adalah sebuah gerakan dengan ciri
2 Posdaya IPB. 2010. Pemberdayaan. http://posdayaipb.blogspot.com/2010/01/posdaya-
sebagai-model-pemberdayaan.html [diakses 18 Januari 2011].
4
khas “buttom-up programme,” kemandirian dan pemanfaatan sumberdaya serta
potensi lokal sebagai sumber segala solusi. Pihak “luar” hanya berperan sebagai
fasilitator, mediator dan pembangkit gagasan.
Kota Bogor masih dihadapkan pada masalah besarnya jumlah warga
miskin yang berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2010 jumlah
warga miskin Kota Bogor mencapai 42.328 Rumah Tangga. Berbagai kegiatan
yang dilakukan pada tahun 2010 telah menurunkan KK miskin sebanyak 1.452
keluarga miskin, atau 3,43% dari 42.328 KK, dengan jumlah terbanyak ada di
Kecamatan Bogor Barat yang mencapai 358 KK3. Salah satu wilayah di Kota
Bogor yang mendapatkan kesempatan melaksanakan program percontohan
Institut Pertanian Bogor dalam rangka peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia adalah RW 05 Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat.
Berdasarkan Surat Keputusan Lurah Situgede No.147/96/V/2010
tertanggal 21 Mei 2010 RW 05 Kelurahan Situgede telah siap melaksanakan
kegiatan Posdaya di lingkungan mereka. Kelurahan Situgede RW 05 menjadi
salah satu wilayah pelaksana program Posdaya yang berada di lingkar kampus
IPB dan siap mempraktekkan kegiatan Posdaya di lingkungan mereka, Posdaya
Kelurahan Situgede RW 05 dinamakan Posdaya Kenanga. Program Posdaya di
Kelurahan Situgede RW 05 ini mencakup empat bidang yaitu bidang kesehatan,
bidang pendidikan, bidang ekonomi, dan bidang lingkungan hidup.
Bidang kesehatan yakni peran aktif dalam Posyandu (menangani 37
balita dan 2 ibu hamil), pembentukan Posbindu Lansia (menangani 75 lansia),
penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dan narkoba, pengukuran tensi darah
dan timbangan untuk lansia, serta penyuluhan dan penanganan gizi buruk;
bidang pendidikan melalui program kejar paket bagi pelajar drop out,
perpustakaan “Kenanga” warga, PAUD Nurul Yaqin (terdapat 50 murid dan 4
tenaga pengajar), pengembangan MI, dan TPA/TK; bidang ekonomi yaitu
lembaga keuangan mikro dengan modal awal sebesar 1 juta, pelatihan budidaya
pertanian, perikanan, tanaman hias, pengolahan makanan ringan, kelompok
usaha pengolahan limbah rumah tangga, home industy (dodol talas, keripik talas,
rumah jamur), kelompok wanita terampil (KWT Sawargi dan KWT Jamur Tiram)
serta kelompok usahatani (jamur tiram dan tanaman hias); dan untuk bidang
3Badan Pusat Statistik. 2010. Angka Kemiskinan. http://www.kotabogor.go.
id/download/ILPPD-2010.pdf [diakses 18 Januari 2011].
5
lingkungan melakukan upaya pengelolaan sampah menjadi kompos,
penanggulangan sampah atau limbah plastik menjadi tas atau kerajinan tangan,
menggerakkan kerja bakti kebersihan, PSN (pemberantasan sarang nyamuk),
biopori, briket sampah, dan memulai pemilahan sampah organik dan non organik
di RT masing-masing.
Program Posdaya diperlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat.
Partisipasi dalam hal mengemukakan pendapat, harapan, yang ingin dicapai
dalam program Posdaya yang ada di lingkungannya. Partisipasi masyarakat
merupakan prasyarat penting keberhasilan suatu pembangunan. Partisipasi ini
dapat diartikan sebagai proses keterlibatan masyarakat lokal yaitu masyarakat
yang tinggal di sekitar RW 05 Kelurahan Situgede yang terlibat dalam kegiatan
Posdaya dengan tujuan agar dapat meningkatkan potensi diri dan mampu
meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu cara agar masyarakat berpartisipasi
dalam program tersebut yaitu program harus selaras dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Keikutsertaan masyarakat dalam program Posdaya harus dapat
menumbuhkan rasa memiliki, sehingga program tersebut menjadi berkelanjutan.
Partisipasi ini bukan hanya pengerahan tenaga masyarakat untuk melaksanakan
kegiatan pembangunan tetapi mengajak masyarakat untuk mau
menyumbangkan pikiran, ide dan kreativitasnya. Masyarakat bukan menjadi
obyek pembangunan yang menjadi ketergantungan dan tidak mandiri, melainkan
sebagai subyek pembangunan yang perlu proses belajar untuk memperbaiki
kehidupannya, memiliki kemampuan dan keterampilan untuk memanfaatkan
kesempatan tersebut sehingga dapat mengatasi kesulitan hidup dan menjadi
masyarakat yang mandiri. Partisipasi di sini baik dari perencanaan, pelaksanaan,
menikmati hasil dan evaluasi pembangunan.
Posdaya merupakan pemberdayaan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Mengacu pada pernyataan tersebut maka pendekatan komunikasi dalam
Posdaya adalah melibatkan berbagai unsur, seperti pendamping yakni pihak
P2SDM LPPM IPB, perangkat kelurahan, dan tokoh masyarakat RW 05
Kelurahan Situgede. Melalui komunikasi yang partisipatif sesuai dengan gagasan
Posdaya, maka masyarakat diajak untuk turut bersama-sama P2SDM LPPM IPB
merencanakan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya, melaksanakan
dan memberikan penilaian terhadap apa yang akan dan telah dilaksanakannya.
6
Tanpa adanya partisipasi yang baik dari masyarakat maka kegiatan yang
sudah dirancang sedemikian rupa tidak dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan dari pelaksanaan program. Untuk mengoptimalkan partisipasi
masyarakat dalam program Posdaya, diperlukan suatu komunikasi partisipatif
yang baik dimana terjadi komunikasi timbal balik antara pihak-pihak yang terlibat
dalam kegiatan Posdaya dengan masyarakat.
Komunikasi dalam kegiatan Posdaya sangat diperlukan agar apa yang
diinginkan baik oleh P2SDM LPPM IPB maupun masyarakat dalam pelaksanaan
Posdaya dapat tercapai. Dengan komunikasi partisipatif yang dilakukan peran
pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat diharapkan dapat
menghilangkan berbagai hambatan, terutama dalam hal tukar-menukar informasi
maupun berbagai ketimpangan dalam pelaksanaan Posdaya. Oleh karena itu,
sejauh mana komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Posdaya perlu dikaji. Hal
lain yang menarik adalah karena Posdaya merupakan program pemberdayaan
yang melibatkan institusi pendidikan dalam hal ini P2SDM LPPM IPB dan hingga
saat ini penelitian atau kajian yang secara spesifik membahas tentang
komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Posdaya belum pernah dilakukan.
Berdasarkan hal tersebut dan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
dirasakan perlu untuk melakukan penelitian lebih mendalam agar program
Posdaya dapat lebih dikembangkan lagi.
Perumusan Masalah
Posdaya merupakan forum komunikasi, silaturahmi, advokasi,
penerangan dan pendidikan sekaligus wadah kegiatan penguatan fungsi
keluarga secara terpadu. Proses komunikasi dan partisipasi memegang peranan
penting dalam pembangunan masyarakat, karena komunikasi dan partisipasi
diperlukan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
pemanfaatan. Proses pelaksanaan program Posdaya merupakan suatu proses
komunikasi partisipatif. Melalui tahapan yang dilaksanakan, diharapkan
masyarakat sebagai sasaran akhir terlibat secara langsung untuk memberikan
saran, pendapat dan masukan kepada pendamping yaitu pihak P2SDM LPPM
IPB mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat di RW 05
Kelurahan Situgede tersebut, sehingga pada akhirnya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam program Posdaya
merupakan bentuk keterlibatan masyarakat secara langsung dalam program
tersebut. Jadi dalam pembangunan, masyarakat diletakkan sebagai subyek
7
pembangunan sehingga masyarakat menjadi tidak ketergantungan pada pihak
lain.
Secara ringkas tujuan program Posdaya adalah menyegarkan modal
sosial seperti hidup gotong-royong dalam masyarakat untuk membantu
pemberdayaan keluarga; ikut memelihara lembaga sosial kemasyarakatan yang
terkecil dan memberi kesempatan kepada setiap keluarga untuk memberi atau
menerima pembaharuan yang dapat dipergunakan dalam proses pembangunan
keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Keberhasilan program Posdaya sangat ditentukan oleh pendamping,
perangkat kelurahan, dan tokoh masyarakat sebagai pelaksana program serta
komunikasi partisipatif yang digunakan dalam program Posdaya. Berkaitan hal
itu, maka dirasa perlu mengkaji mengenai peran pendamping, perangkat
kelurahan dan tokoh masyarakat serta komunikasi partisipatif yang terjadi dalam
program Posdaya.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian adalah untuk menjawab pertanyaan di antaranya:
1. Bagaimana peran pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat
dalam kegiatan Posdaya?
2. Bagaimana komunikasi partisipatif yang terjadi dalam kegiatan Posdaya?
3. Bagaimana dampak komunikasi partisipatif dalam kegiatan Posdaya?
4. Bagaimana respons masyarakat terhadap kehadiran Posdaya?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis peran pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat
dalam kegiatan Posdaya.
2. Menganalisis komunikasi partisipatif yang terjadi dalam kegiatan Posdaya.
3. Menganalisis dampak komunikasi partisipatif dalam kegiatan Posdaya.
4. Menganalisis respons masyarakat terhadap kehadiran Posdaya.
Kegunaan Penelitian
Penelitian komunikasi partisipatif antara pendamping, perangkat
kelurahan dan tokoh masyarakat dalam program Posdaya dapat memberikan
manfaat kepada pihak-pihak terkait yang berkenaan dengan pembangunan
masyarakat demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.
8
1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi pemikiran dan pemahaman pengembangan ilmu tentang
komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Posdaya dan kajian komunikasi
pembangunan lainnya.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penentu
kebijakan dalam program pembangunan harus senantiasa memperhatikan
kebutuhan baik real needs dan felt needs dari masyarakat setempat.
TINJAUAN TEORITIS
Komunikasi
Akar kata komunikasi adalah communication, dari kata dasar communis,
yang berarti kesamaan dalam suatu hal. Dahulu, orang menyatakan komunikasi
sebagai proses mengirim dan menerima informasi. Saat ini, kata berbagi
informasi lebih dekat dengan arti sebenarnya dari komunikasi. Komunikasi lebih
berarti dua orang berbagi informasi bersama dari pada seseorang memberi
informasi dan orang lain menerima (Lubis et al., 2009). Pengertian komunikasi
secara etimologis berasal dari perkataan latin “communication”. Istilah ini
bersumber dari perkataan ”communis” yang berarti sama; sama disini
maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi, komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 1993).
Menurut Devito (2011), komunikasi mengacu kepada tindakan, oleh satu
orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh
gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh
tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. West dan Turner
(2009) menawarkan definisi komunikasi sebagai proses sosial dimana individu-
individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.
Menurut Leeuwis (2009), komunikasi merupakan sebuah proses penting
yang digunakan oleh manusia dalam pertukaran pengalaman dan ide, dan hal itu
menjadi pemicu penting bagi penyampaian pengetahuan dan persepsi dari
berbagai jenis (misalkan pembelajaran). Karena itu, komunikasi merupakan
unsur inti dalam perubahan strategi untuk mendorong perubahan. Soekartawi
(1988) menyatakan bahwa komunikasi, yaitu suatu pernyataan manusia, baik
secara perorangan maupun berkelompok, yang bersifat umum dengan
menggunakan lambang-lambang yang berarti, maka tampak bahwa dengan
perkembangan objek tertentu akan memerlukan komunikasi yang lebih spesifik.
Misalnya, komunikasi pembangunan, komunikasi politik, komunikasi antar
budaya, dan sebagainya.
Pengertian komunikasi secara paradigmatik didefinisikan sebagai proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi
tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara
lisan maupun tak langsung melalui media. Berdasarkan definisi tersebut, maka
10
dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi yakni, memberi tahu atau mengubah
sikap (attitude), pendapat (opinion) atau perilaku (behavior) (Effendy, 2000).
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah cara penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi dikategorikan dalam
dua perspektif yaitu proses komunikasi dalam perspektif psikologis dan
mekanistis. Proses komunikasi dalam perspektif psikologis merupakan suatu
proses yang terjadi dalam diri komunikator ketika berniat akan menyampaikan
suatu pesan kepada komunikan. Adapun pesan komunikasi yang disampaikan
terdiri dari dua aspek yaitu isi pesan berupa pikiran dan lambang berupa bahasa.
Dengan kata lain, proses pengemasan pikiran dengan bahasa yang dilakukan
komunikator dalam bahasa komunikasi, kemudian disampaikan kepada
komunikan sebagai penerima (Effendy, 1993).
Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis merupakan cara yang
berlangsung ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan.
Proses komunikasi ini bersifat kompleks, sebab bersifat situasional saat
komunikasi berlangsung. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis
diklasifikasikan dalam proses komunikasi secara primer dan sekunder. Proses
komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan lambang sebagai media. Proses
komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat sebagai media
(Effendy, 1993).
Memahami model penyampaian komunikasi berarti memahami kondisi
penerima pesan atau komunikan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
pemberian informasi atau pesan. Banyak model komunikasi yang telah
diungkapkan oleh para ahli komunikasi salah satunya dikemukakan dalam model
Berlo (1960), yaitu :
a) Sumber
Sumber adalah pihak yang menciptakan pesan, bila diklasifikasikan maka
sumber dapat berbentuk lembaga atau organisasi dan personal orang. Agar
komunikasi menjadi efektif, seorang komunikator dalam proses komunikasi
harus menentukan strategi bagaimana cara mempengaruhi komunikan. Berlo
(1960) juga menyebutkan beberapa aspek yang mempengaruhi kualitas
sumber untuk menghasilkan komunikasi yang tepat yaitu keterampilan
berkomunikasi, sikap, tingkat pengetahuan dan kemampuan beradaptasi.
11
b) Pesan
Pesan adalah sesuatu yang disampaikan oleh sumber kepada penerima
dengan kata lain sebagian produk fisik aktual dari komunikator-komunikan.
Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media
komunikasi. Isinya bisa berupa informasi pesan, hiburan, informasi, inovasi,
nasehat atau propaganda. Agar komunikasi berjalan efektif maka pesan yang
disampaikan harus memenuhi persyaratan kode atau bahasa pesan,
kesesuaian isi pesan dengan tujuan komunikasi, pemilihan serta pengaturan
bahasa dan isi pesan.
c) Saluran
Saluran adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber
kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau
media, misalnya dalam komunikasi antarpribadi panca indera dianggap
sebagai media komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran
komunikasi seperti telepon, surat dan telegram yang digolongkan sebagai
media komunikasi antarpribadi.
d) Komunikan
Komunikan sering disebut juga sebagai penerima pesan. Penerima adalah
pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa
terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, organisasi dan
lain sebagainya. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi,
karena unsur atau komponen inilah yang menjadi sasaran komunikasi. Jika
suatu pesan tidak diterima oleh penerima akan menimbulkan berbagai
macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, baik dari sumber,
pesan ataupun media.
Adapun tujuan komunikasi menurut Effendy (1993), adalah a) mengubah
sikap (to change the attitude), b) mengubah opini/pendapat/pandangan (to
change the opinion), c) mengubah perilaku (to change the behavior) dan d)
mengubah masyarakat (to change the society). Sedangkan fungsi komunikasi itu
sendiri adalah a) menginformasikan (to inform), b) mendidik (to educate), c)
menghibur (to entertain) dan d) mempengaruhi (to influence).
Tujuan komunikasi menurut Levis (1996) antara lain adalah: (1) informasi,
untuk memberikan informasi yang menggunakan pendekatan dengan pemikiran,
(2) persuasif, untuk menggugah perasaan penerima, (3) mengubah perilaku
(sikap, pengetahuan dan keterampilan) perubahan sikap terhadap pelaku
12
pembangunan, (4) meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan usaha
secara efisien di bidang usaha yang dapat memberi manfaat dalam batas waktu
yang tidak tertentu, (5) mewujudkan partisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan.
Dalam suatu organisasi kerja, komunikasi menjalankan beberapa fungsi
yaitu: (1) komunikasi menyampaikan informasi dan pengetahuan dari orang yang
satu ke orang yang lain sehingga dapat terjadi tindakan kerjasama. (2)
Komunikasi membantu mendorong dan mengarahkan orang-orang untuk
melakukan sesuatu. (3) komunikasi membantu dalam membentuk sikap dan
menanamkan kepercayaan untuk mengajak, meyakinkan dan mempengaruhi
perilaku. (4) komunikasi membantu memperkenalkan pegawai-pegawai dengan
lingkungan fisik dan sosial mereka (Moekijat, 1993).
Komunikasi Pembangunan
Komunikasi pembangunan telah menjadi multi-fase, multi-dimensi dan
partisipatif, dan harus dilihat dalam konteks sosial-politik, ekonomi dan budaya
agar relevan untuk masyarakat yang dituju. Pada intinya, komunikasi
pembangunan adalah tentang pengembangan masyarakat. Millennium
Development Goals (MDGs) harus diatasi dan dinilai dari perspektif rakyat. Oleh
karena itu penting untuk memulai dari perspektif masyarakat lokal dan bekerja
sama dengan organisasi (PBB, pemerintah, LSM, masyarakat dan sektor swasta,
dan masyarakat sipil) yang telah mengembangkan kepercayaan di dalam
masyarakat.
Dalam praktek dan dalam pandangan secara global dan pemisahan
komunikasi untuk pembangunan menjadi lebih penting dalam konteks abad ke
21, mengingat politik, ekonomi dan komunikasi lanskap baru berlangsung.
Namun, komunikasi untuk pengembangan teknologi tidak boleh didorong. Hal ini
harus didasarkan pada isu-isu sosial dan keprihatinan masyarakat. Fasilitator
merupakan sebagai teknologi dan alat dalam komunikasi pembangunan.
Sebaliknya, budaya merupakan pusat pengembangan dan perlu penekanan
yang lebih besar dalam komunikasi untuk program pembangunan.
Peningkatan komunikasi pembangunan sangat penting untuk
meningkatkan program-program pembangunan. Pengembangan komunikasi
pembangunan ini perlu dilakukan dengan mengubah paradigma komunikasi
pembangunan dari yang berciri linier (searah dari atas ke bawah) ke pola
13
komunikasi yang berciri konvergen. Agar program yang akan dilaksanakan
sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
Menurut Effendy (2001), komunikasi pembangunan merupakan proses
penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khlayak guna
mengubah sikap, pendapat dan perilakunya dalam rangka meningkatkan
kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan
secara merata oleh seluruh rakyat. Komunikasi pembangunan ini merupakan
suatu strategi yang menekankan pada perlunya sosialisasi pembangunan
kepada seluruh para pelaku pembangunan daerah dan masyarakat secara
umum melalui berbagai media strategis.
Berdasarkan pernyataan Rosario-Braid dalam Nasution (2002)
menyebutkan bahwa komunikasi pembangunan adalah elemen dari proses
manajemen dalam keseluruhan perencanaan dan pelaksanaan program-program
pembangunan. Dalam pengertian yang lebih luas, komunikasi pembangunan
diartikan sebagai identifikasi dan pemanfaatan keahlian dalam proses
pembangunan dalam meningkatkan partisipasi untuk mencapai keuntungan yang
diinginkan pada level yang paling rendah.
Hal ini seiring dengan pendapat Nasution (2002), yang membedakan
komunikasi dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas, komunikasi
pembangunan adalah suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik (peran
dan fungsi komunikasi) di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha
pembangunan; terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari
proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan.
Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi pembangunan adalah segala upaya
dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan
pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan
ditujukan kepada masyarakat. Komunikasi pembangunan harus dilihat sebagai
suatu proses menyeluruh, termasuk pemahaman terhadap khalayak serta
kebutuhan-kebutuhannya, perencanaan komunikasi disekitar strategi-strategi
yang terpilih, pembuatan pesan-pesan, penyebaran, penerimaan, umpan balik
terhadap pesan-pesan itu dan bukan hanya kegiatan langsung satu arah dari
komunikator kepada penerima yang pasif.
Manusia pada hakekatnya selalu mencari interaksi atau hubungan-
hubungan yang merupakan penjelasan yang memuaskan dari apa yang dilihat,
dengan atau imajinasi. Pola pikir ilmiah untuk pengkajian yang memerlukan
14
telaah berbagai hubungan yang relevan, komplementer dan terpercaya adalah
visi kesisteman dalam arti luas (Eriyanto, 1996; Brocklesby dan Cummings, 1995
dalam Sumardjo, 1999).
Menurut Mills dalam Mardikanto (1987), mengemukakan adanya empat
peranan komunikasi di dalam proses pembangunan, yaitu :
1. Menerangkan atau menunjukkan kepada masyarakat tentang identitas dirinya
sendiri.
2. Memberikan aspirasi terhadap anggota masyarakat.
3. Menunjukkan teknik-teknik atau alternatif yang dapat dilakukan.
4. Menerangkan tentang alternatif yang dirasakan paling tepat oleh
masyarakatnya untuk melepaskan diri dari masalah-masalah yang dihadapi.
Menurut Widjaja A.W dan Hawab, serta Asyik (1987) dalam Dilla (2007),
mereka mengartikan komunikasi pembangunan sebagai komunikasi yang berisi
pesan-pesan (message) pembangunan. Komunikasi pembangunan ini ada pada
segala macam tingkatan, dari seorang petani sampai pejabat, pemerintah dan
negara, termasuk juga di dalamnya dapat berbentuk pembicaraan kelompok,
musyawarah pada lembaga resmi siaran dan lain-lain. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa komunikasi pembangunan merupakan suatu inovasi yang
diterima oleh masyarakat melalui proses komunikasi.
Sebagai proses perubahan dan pembaharuan masyarakat, pembangunan
membutuhkan kontribusi komunikasi, baik sebagai bagian dari kegiatan
masyarakat maupun sebagai ilmu yang terus berkembang dari waktu ke waktu.
Banyak proses pembangunan tidak mecapai sasarannya hanya karena
rendahnya frekuensi informasi dan komunikasi kepada masyarakat sehingga
tidak menimbulkan tingkat partisipasi yang memadai. Padahal partisipasi
masyarakat sangat diperlukan bagi usaha pencapaian tujuan pembangunan
(Dilla, 2007).
Secara sederhana, pembangunan dapat diartikan sebagai perubahan
berencana yang dikehendaki. Perubahan tersebut menyangkut perubahan
struktur komunitas dan perubahan kebudayaan. Salah satu penyebab perubahan
tersebut adalah karena adanya penemuan baru (inovasi). Inovasi tersebut bisa
saja berupa alat dan bisa pula berupa ide baru. Seringkali, suatu inovasi baru
ditemukan setelah melalui proses pertukaran pikiran dan diskusi yang panjang.
Dalam hal inilah, komunikasi menjadi wadah penemuan inovasi. Demikianlah,
komunikasi berperan untuk menfasilitasi penemuan (invention) dan menyebarkan
15
inovasi tersebut ke sistem sosial yang lebih luas. Ringkasnya komunikasi sangat
bermanfaat untuk pembangunan (Lubis et al., 2009).
Komunikasi Partisipatif
Komunikasi partisipatif mulai berkembang pada akhir 1980an serta awal
1990an, ketika sejumlah peneliti atau ilmuwan bekerja dalam perspektif ini,
di antaranya adalah Servaes (1991), Modi (1991) dan White et al. (1994) dalam
Mefalopulos (2003). Servaes (1991) membahas secara terbuka kebutuhan untuk
paradigma baru dalam komunikasi untuk pengembangan dan Melkote (1991)
membahas alternatif paradigma, paradigma baru yang menjadi kebutuhan, yaitu
model komunikasi partisipatif. Para peneliti atau ilmuwan memfokuskan pada
aliran komunikasi horizontal, jauh dari komunikasi yang sebelumnya bersifat top-
down yang pada dasarnya membayangkan sebuah pengirim, pesan dan
penerima. Akan tetapi untuk komunikasi horizontal penekanan lebih pada
pengguna dan berorientasi pendekatan bottom-up untuk melibatkan masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan (Servaes et al., 1996). Partisipasi juga
memunculkan pertanyaan akan isu kekuasaan dan pemberdayaan
mengasumsikan lebih tinggi relevansinya.
Permasalahan yang dihadapi membantu untuk menentukan tujuan
komunikasi yang strategis. Dimulai dari mengkomunikasikan informasi yang
benar atau relevan dengan khalayak tertentu, serta mengartikulasikan proses
tindakan kolektif dan refleksi oleh para pemangku kepentingan yang relevan.
Pusat perhatian dari komunikasi partisipatif adalah pemberdayaan masyarakat
oleh keterlibatan aktif mereka dalam identifikasi masalah, pengembangan solusi
dan pelaksanaan strategi. Model partisipatif adalah pendekatan dialogis dan
horizontal untuk komunikasi dan pembangunan (Tufte & Mefalopulos, 2009).
Dialog yang bersifat bebas dan terbuka merupakan prinsip inti dari komunikasi
partisipatif. Paulo Freire mendefinisikan dialog sebagai "pertemuan antara
masyarakat untuk memberikan suara yang mengatasnamakan dunia.”
Mengatasi permasalahan pembangunan masyarakat yang semakin
kompleks, maka diperlukan suatu pendekatan yang memungkinkan masyarakat
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri, untuk itu
diperlukan suatu bentuk komunikasi yang mengkondisikan masyarakat bebas
berpendapat, berekspresi dan mengungkapkan diri secara terbuka satu sama
lainnya (Sulistyowati et al., 2005).
16
Model komunikasi yang dibutuhkan adalah model yang memungkinkan
adanya pertukaran informasi antar komponen dalam proses komunikasi dengan
banyak dimensi. Pendekatan ini sering disebut dengan model partisipasi
(participatory model) atau model interaktif (interaktif model). Komunikasi dua arah
adalah model komunikasi interaksional, merupakan kelanjutan dari pendekatan
linier. Pada model ini terjadi komunikasi umpan balik (feedback) gagasan. Ada
pengirim (sender) yang mengirimkan informasi dan ada penerima (receiver) yang
melakukan seleksi, interpretasi dan memberikan respon balik terhadap pesan
dari pengirim (sender). Dengan demikian, komunikasi berlangsung dalam proses
dua arah (two-way) maupun proses peredaran atau perputaran arah (cyclical
proses), sedangkan setiap partisipan memiliki peran ganda, di mana pada satu
waktu bertindak sebagai sender, sedangkan pada waktu lain berlaku sebagai
receiver, terus seperti itu sebaliknya (Bungin, 2008).
Dalam komunikasi dua arah bukan hanya pesan yang diperhatikan tetapi
juga arusnya yang dua arah. Kalau pesan yang dipentingkan, maka yang keluar
hanya perintah, pengarahan atau petunjuk yang tanpa diskusi atau komunikasi
sekalipun. Tetapi arusnya yang diutamakan dalam komunikasi dua arah, maka
yang terjadi adalah alternatif pendapat, saran dan cara pemecahan yang timbul
dari keinginan bersama. Menurut Hamijoyo (2005), model ini disebut model
konvergensi komunikasi, model ini berlandaskan konsepsi komunikasi sosial
sebagai suatu proses dialog dua arah dalam upaya mencapai saling pengertian
dan kesepakatan antara dua individu atau dua kelompok atau lebih, dan bukan
satu orang atau satu kelompok yang berkuasa atau berwibawa memaksakan
kekuasaan atau kewibawaannya kepada orang lain. Proses dialog dua arah
menurut Effendy (2000), selalu lebih baik dari pada monologis. Proses
komunikasi dialogis menunjukkan terjadinya interaksi dimana mereka yang
terlibat dalam komunikasi berupaya untuk terjadinya pengertian bersama (mutual
understanding) dan empati.
Mekanisme yang bersifat bottom-up ini, perencanaan pembangunan yang
digunakan adalah model perencanaan partisipatif. Isu yang akan menjadi mata
program dalam perencanaan digali dari bawah yang diyakini sebagai masalah
dan kebutuhan nyata masyarakat. Model perencanaan partisipatif diharapkan
memiliki beberapa keuntungan. Masyarakat sendiri yang dianggap paling tahu
kebutuhan, permasalahan dan potensi yang dimiliki, dengan demikian program
yang dirumuskan akan lebih tepat sasaran karena mempunyai relevansi yang
17
tinggi dengan permasalahan, kebutuhan dan kondisi nyata di lapangan. Selain itu
keterlibatan masyarakat dalam perencanaan akan membuat masyarakat merasa
ikut memiliki, karena ikut menentukan program, sehingga ikut merasa
bertanggung jawab akan keberhasilannya. Lebih dari itu, melalui cara ini
masyarakat juga memperoleh kesempatan untuk belajar dan mengasah diri agar
lebih memiliki kepekaan terhadap persoalan yang dihadapi dan mempunyai
kemampuan merancang masa depannya sendiri (Soetomo, 2011).
Mengacu pada konsep pengembangan wilayah serta pola pendekatan
komunikasi top-down dan buttom-up, Sumardjo (1999) juga mengemukakan
bahwa model komunikasi pembangunan yang dinilai layak untuk dikembangkan
adalah model komunikasi “interaktif” yang menghasilkan keseimbangan dalam
perspektif teori pertukaran (exchange theory).
Paradigma komunikasi partisipatif ditandai dengan terakomodasinya
aspirasi pihak atas (pemerintah) dan pihak bawah (masyarakat) dalam program
pembangunan wilayah setempat. Oleh karena itu, pendekatan partisipatif lebih
tepat digunakan dalam era globalisasi, karena menurut Sumardjo (1999),
pendekatan tersebut lebih memungkinkan terjalin integrasi antara kepentingan
nasional dengan kepentingan masyarakat dan potensi (dan permasalahan)
lingkungan setempat. Pendekatan tersebut lebih menempatkan martabat
manusia secara lebih layak, keberadaan masyarakat dengan aspek kepentingan
dan kemampuannya menjadi lebih dikenali dan dihargai, sehingga lebih
mendorong terjadinya partisipasi masyarakat yang lebih luas.
Model komunikasi partisipatif, di sisi lain mengubah pandangan dalam
kerangka keragaman. Ini menekankan pentingnya identitas budaya masyarakat
lokal dan demokratisasi dan partisipasi di semua tingkat-internasional, nasional,
lokal dan individu. Menurut Freire (1983) semua orang baik secara individual dan
kolektif memiliki hak untuk berbicara. “Berbicara bukan hak istimewa dari
beberapa orang, namun hak setiap manusia.“
Penerapan model partisipatif dalam komunikasi tidak mengarah ke model
yang menentang pendahulunya, melainkan ingin memperluas ruang lingkup
komunikasi. Dalam beberapa hal, terlepas dari batas-batas tradisional
komunikasi, karena tidak hanya bertujuan untuk menginformasikan atau
mengirim pesan tertentu, tetapi juga menggunakan sifat komunikatif dan lintas-
sektoral untuk membangun kepercayaan, pertukaran pengetahuan dan persepsi,
18
menyelidiki masalah dan peluang dan akhirnya mencapai konsensus tentang
perubahan dimaksud antara semua pemangku kepentingan (Mefalopulos, 2003).
Komunikasi partisipatif adalah suatu proses komunikasi dimana terjadi
komunikasi dua arah atau dialogis, sehingga menghasilkan suatu pemahaman
yang sama terhadap pesan yang disampaikan. Rahim (2004), mengajukan
empat konsep terkait komunikasi partisipatif akan mendorong terbangunnya
pemberdayaan (empowerment) yaitu heteroglasia, dialogis, poliponi dan
karnaval.
Pertama, Heteroglasia: Konsep ini menunjukkan fakta bahwa sistem
pembangunan selalu dilandasi oleh berbagai kelompok dan komunitas yang
berbeda-beda dengan berbagai variasi ekonomi, sosial, dan faktor budaya yang
saling mengisi satu sama lain. Perbedaan berikutnya adalah pada level aktivitas
pembangunan baik ditingkat nasional-lokal, makro-mikro, public-privat, teknis-
ideologis, dan informasional-emosional. Terkait dengan berbagai perbedaan
tersebut terdapat berbagai macam perbedaan bahasa dan pesan atau
komunikasi yang melibatkan berbagai peserta yang berbeda. Sebagai contoh,
dalam level nasional pembangunan ekonomi dan politik akan menggunakan
bahasa yang berbeda dalam mengkomunikasikannya kepada orang lain karena
mereka melihat pembangunan dari perspektif yang berbeda. Sementara itu,
petani subsisten di level pedesaan juga akan menggunakan kosakata yang
berbeda dengan mereka yang bekerja di sektor industri meskipun mereka
memiliki bahasa nasional yang sama. Mereka mungkin membicarakan
permasalahan yang sama, tetapi mereka bisa saja tidak mengerti satu dengan
yang lainnya.
Tantangan bagi komunikasi pembangunan adalah bagaimana
memanfaatkan kekuatan heteroglasia, bagaimana menempatkan konsep
tersebut untuk kepentingan publik, bagaimana menghubungkan ideologi-ideologi
dan kelompok yang berbeda-beda atau variasi pandangan tentang
pembangunan tanpa menekan satu pandangan atas pandangan yang lain. Inilah
yang menjadi problem dari partisipasi.
Kedua, Dialog adalah komunikasi transaksional dengan pengirim (sender)
dan penerima (receiver) pesan saling berinteraksi dalam suatu periode waktu
tertentu hingga sampai pada makna-makna yang saling berbagai. Dalam dialog
yang diperluas, masing-masing peserta juga melakukan dialog dengan dirinya
sendiri sebelum berbicara atau merespon peserta yang lain. Peserta dalam
19
dialog tidak memiliki kedaulatan ego, dia musti membangun suatu kesadaran diri
(sosial). Kesadaran dirinya tergantung pada seberapa aktif kesadaran sosial
yang lain juga dimunculkan.
Dialog internal merupakan aspek penting dalam proses dialog. Ini mirip
seperti meditasi. Subjek meditasi menumbuhkan perhatian pada dunia sekitar
dan subjek lain yang ada dalam dunia. Dia secara diam berbicara dengan
mereka, dan dalam proses tersebut menguji secara kritis ideologi mereka sendiri.
Meskipun demikian hanya sedikit orang yang dapat melakukan meditasi seperti
ini. Bagi sebagian orang lain, hal ini harus dipelajari dan itu dapat dipraktekkan
apabila situasi komunikasi di desain untuk menstimuli proses tersebut. Salah
satu jalan untuk mendorong meditasi tersebut dalam komunikasi pembangunan
adalah dengan menstrukturkan situasi-situasi komunikasi untuk meditasi tertentu
dan untuk mengkostruksikan suatu pesan yang dapat menstimuli suatu dialogi
internal.
Esensi dari dialog adalah mengenal dan menghormati pembicara lain,
atau suara lain, sebagai subyek yang otonom, tidak lagi hanya sebagai obyek
komunikasi. Dalam dialog setiap orang memiliki hak yang sama untuk bicara atau
untuk didengar, dan mengharap bahwa suaranya tidak akan ditekan atau
disatukan dengan suara orang lain.
Ketiga, Poliponi adalah bentuk tertinggi dari suatu dialog dimana suara-
suara yang tidak menyatu atau terpisah dan meningkat menjadi terbuka,
memperjelas satu sama lain, dan tidak menutupi satu sama lain. Itu adalah suatu
bentuk ideal dari komunikasi partisipatif dimana keberbedaan suara-suara
disadari secara kolektif dengan menghubungkan berbagai perlakuan konstruksi
umum komunitas. Kesatuan poliponi bukan sesuatu yang diperkenalkan dari luar
tetapi terbangun dari suatu proses dialog sehingga otonomi suatu suara selalu
diartikulasikan dengan yang lain, mendirikan ikatan saling ketergantungan yang
saling menguatkan.
Keempat, Karnaval: Konsep ini bagi komunikasi pembangunan membawa
semua varian dari semua ritual seperti legenda, komik, festival, permainan,
parody, dan hiburan secara bersama-sama. Proses ini dilakukan dengan tidak
formal dan biasa juga diselingi oleh humor dan canda tawa. Anggota komunitas
didorong berpartisipasi dalam karnaval secara bebas. Karnaval tidak memiliki
sanksi resmi. Ini merupakan lawan dari sesuatu yang serius dan otoratif dari
Negara, agama, politik, dan doktrin-doktrin ekonomi. Karnaval dan pembangunan
20
bermain secara berdampingan, masing-masing saling mengartikulasikan dan
mengisi. Orang-orang hidup dengan karnaval sebelum dan selama mereka hidup
dengan pembangunan. Bahasa dan gaya dari komunikasi karnaval selalu
berdasarkan pengalaman khalayak yang tidak dimediasi, menggunakan kosakata
yang umum, fantastik, dan berbau pengalaman dari mereka.
Komunikasi Partisipatif dalam Pemberdayaan
Untuk memperbaiki kondisi dunia, terutama kondisi negara-negara Eropa
Barat dan negara dunia ketiga, Amerika Serikat berinisiatif memunculkan
program bantuan ekonomi bertitel Marshall Plan. Bantuan itu mencakup
dukungan modal, teknologi, program-program pembangunan dan tenaga ahli.
Tujuannya adalah untuk mempercepat peningkatan dan pertumbuhan ekonomi
negara penerima bantuan, tentu saja dengan mekanisme pengaturan strategi
sesuai proposal negara donor. Sejak itu, dimulailah penerapan paradigma
pembangunan yang mempunyai karakter vertical top-down (pola pembangunan
ditransferkan begitu saja dari negara donor kepada negara penerima bantuan),
bertumpu pada investasi modal asing, dan dijalankan sesuai dengan program
dan rencana proyek negara-negara maju, dan diterapkannya teori trickle-down
effect atau efek tetesan ke bawah, yang asumsinya manfaat program-program
intervensi sosial di negara-negara Dunia Ketiga akan menetes ke bawah kepada
setiap orang, mulai dari mereka yang berada dalam kelompok-kelompok sosial
ekonomi paling atas yang pertama-tama mengakses pesan-pesan kemajuan atas
dukungan kemampuan ekonomi mereka dan selanjutnya diteruskan kepada
mereka yang berada dalam kelompok-kelompok sosial ekonomi yang lebih
rendah.
Penerapan model “tetesan ke bawah” tidak mampu memberi hasil yang
direncanakan. Pada kenyataannya, manfaat pembangunan tidak pernah
“menetes” sampai jauh “ke bawah,” tetapi hanya dinikmati sebagian kecil
masyarakat yang berada dalam kelas sosial teratas. Di banyak negara Dunia
Ketiga, fenomena ini terlihat jelas dari timbulnya ketimpangan sosial ekonomi
yang semakin parah. Sementara itu sentralisasi informasi yang didukung
perkembangan teknologi berlangsung begitu imperialistis sehingga masuklah
peradaban Barat tanpa seleksi atau reserve. Hal ini menimbulkan erosi moral
dan etika rakyat seiring dengan proses yang sama terjadi dengan kaum elitnya.
21
Paradigma Lama Komunikasi Vertical Top-Down
Kondisi yang mensubordinasikan Indonesia dan negara-negara dunia
ketiga dalam situasi global dunia, maupun subordinasi rakyat berhadapan
dengan pemegang kekuasaan negara dalam konteks situasi Indonesia sangat
dilestarikan oleh pola-pola komunikasi. Oleh karena itu, digunakanlah
pendekatan komunikasi pembangunan, yakni disiplin ilmu dan praktikum
komunikasi dalam konteks negara-negara sedang berkembang, terutama
kegiatan komunikasi untuk perubahan sosial yang berencana, untuk
meningkatkan “pembangunan manusiawi”, yang berarti komunikasi dilakukan
dengan tujuan untuk menghapuskan kemiskinan, pengangguran dan
ketidakadilan (Nasution, 2002).
Salah satu kajian penting dalam pendekatan komunikasi pembangunan
adalah permasalahan betapa rendahnya partisipasi rakyat dalam proses
pembangunan akibat minimalnya kesempatan terjadinya komunikasi yang adil
dan seimbang antara rakyat dan pembuat keputusan negara dalam menentukan
jalannya proses pembangunan. Keprihatinan ini dicerminkan oleh proses
pembangunan yang tidak selalu mengutamakan kepentingan dan partisipasi
rakyat, melainkan lebih berorientasi pada kepentingan politis (stabilitas, status
quo, kekuasaan), akumulasi modal dan pertambahan keuntungan elit ekonomi,
maupun superioritas.
Paradigma lama komunikasi pembangunan menekankan pada proses
komunikasi manusia yang dalam model komunikasi linier konvensional. Model ini
merupakan gambaran proses komunikasi yang berlangsung secara linier
(searah) dari sumber kepada penerima melalui media (sumber-pesan-media-
penerima). Model linier-konvensional tersebut dapat pula tergambarkan secara
vertikal mengingat struktur stratifikasi sosial masyarakat terbagi menurut kelas
atas, menengah dan bawah.
Asumsi dasar paradigma ini adalah bahwa komunikasi sangat diperlukan
dalam pemecahan masalah-masalah masyarakat, dengan memberikan
penekanan elemen kognitif komunikasi (elemen komunikasi yang mempunyai
sasaran pada perubahan pola pikir atau ideologi). Komunikasi dirancang
sedemikian rupa sehingga pesan-pesan persuasif yang telah dibakukan secara
terpusat disuntikkan sebanyak mungkin kepada masyarakat. Asumsinya,
semakin banyak pengaruh persuasif (yang positif dan konstruktif) disuntikkan,
masyarakat semakin tergerak untuk melakukan apa yang diprogramkan dalam
22
pembangunan, sesuai format pesan tersebut, karena pola pikirnya telah berhasil
diubah lewat proses komunikasi itu.
Kelemahan paradigma lama ini, terletak pada diabaikannya aspek
struktural dari proses pembangunan (Oepen, 1988). Bahkan, penekanannya
pada kecanggihan teknologi komunikasi (terutama media massa), yang begitu
diyakini mampu membawa perubahan psikologis individu dan sosial, dengan
serta merta menggusur kemungkinan diperhatikan dan dikembangkannya model-
model tradisional komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) dan
komunikasi kelompok (group communication), yang pada kenyataannya masih
sangat menentukan keberhasilan komunikasi dalam masyarakat di Indonesia.
Kritik terhadap paradigma lama tersebut secara kritis dirumuskan dalam
imperialisme “budaya” atau imperialisme “media,” yaitu pandangan bahwa media
dapat membantu “modernisasi” dengan memperkenalkan nilai-nilai “barat”
dilakukan dengan mengorbankan nilai-nilai tradisional dan hilangnya “keaslian”
budaya lokal. Secara sederhana, dapat dikemukakan bahwa nilai-nilai yang
diperkenalkan itu adalah nilai-nilai kapitalisme dan karena prosesnya
“imperialistis” serta dilakukan secara sengaja, atau disadari dan sistematis, yang
menempatkan negara yang sedang berkembang dan lebih kecil di bawah
kepentingan kekuasaan kapitalis yang lebih dominan khususnya Amerika Serikat
(McQuail, 1994).
Paradigma Baru Komunikasi Partisipatif (Horisontal)
Rogers (1989) memproklamasikan usangnya Paradigma Lama
Komunikasi Pembangunan, yang segera disusul pemunculan tesis-tesis baru
tentang perombakan komunikasi pembangunan. Untuk itu dibutuhkan strategi
pembangunan yang lebih mandiri dan adil bagi masyarakat lapisan bawah
secara terdesentralisasi yang sama sekali berbeda dengan model “top-down.”
Seirama dengan itu, bahwa yang seharusnya menjadi prioritas perhatian dalam
penyusunan kebijakan pembangunan di Indonesia adalah kemampuan untuk
berkembang baik secara sosial, ekonomis maupun politis, di semua tingkat dan
dalam semua komponen masyarakat, sehingga memungkinkan bangsa yang
bersangkutan untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan,
lalu “survive” di tengah-tengah dunia yang tidak stabil, rumit dan makin tunduk
pada persaingan. Pembangunan tidak harus sebagai sesuatu yang diperbuat
lewat kegiatan dan keterampilan yang diperoleh melainkan sebagai sesuatu yang
berlangsung sebagai proses belajar. Maka dimulailah era paradigma baru
23
komunikasi dalam pembangunan di Indonesia, yang lebih berciri partisipatif
(horizontal).
Dalam era kemunculan paradigma baru komunikasi pembangunan yang
partisipatif-horisontal tersebut dimunculkanlah kembali (revitalisasi) konsep
komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), media rakyat (folk
media), komunikasi kelompok (group communication) dan model komunikasi dua
tahap (two-step flow communication). Selain itu, oleh karena ikatan kultural di
banyak daerah, masyarakat Indonesia masih mengakui kharisma agen
perubahan atau opinion leader (pemuka pendapat dalam masyarakat seperti
kyai, guru, kadus, pemuka adat dsb.) sebagai aktor penting dalam proses
komunikasi masyarakat (Oepen, 1988). Akan tetapi, pentingnya peranan opinion
leader tidak bisa diartikan sebagai “penguasa baru” melainkan hanyalah sosok
panutan yang menjadi jembatan perantara diadakannya perubahan pola
komunikasi lama yang vertikal dan tergantung media menuju pola komunikasi
yang horizontal yang sepenuhnya mengandalkan demokratisasi dan partisipasi
rakyat.
Dalam paradigma komunikasi partisipatif (horizontal) ini, semua rakyat
diundang untuk lebih berpartisipasi dalam proses komunikasi sampai dengan
pengambilan keputusan. Komunikasi pendukung pembangunan dilaksanakan
dalam model komunikasi horizontal, interaksi komunikasi dilakukan secara lebih
demokratis. Dalam proses komunikasi, tidak hanya ada sumber atau penerima
saja. Sumber juga penerima, penerima juga sumber dalam kedudukan yang
sama dan dalam level yang sederajat. Karena itu kegiatan komunikasi bukan
kegiatan memberi dan menerima melainkan “berbagi” atau “berdialog.” Isi
komunikasi bukan lagi “pesan” yang dirancang oleh sumber dari atas, melainkan
fakta, kejadian, masalah, kebutuhan yang dimodifikasikan menjadi “tema.” Tema
inilah yang disoroti, dibicarakan dan dianalisa. Semua suara didengar dan
diperhatikan untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Maka
yang terlibat dalam model komunikasi ini bukan lagi “sumber dan penerima”
melainkan “partisipan” yang satu dengan yang lain.
Selain itu, praktek komunikasi partisipatif (horizontal) pertama-tama
sangat menekankan proses pembebasan masyarakat secara kultural, dari
budaya apapun yang mengkondisikan mereka “miskin suara” atau yang kita
kenal dengan “budaya bisu.” “Budaya bisu” dicerminkan oleh situasi manakala
sebuah kebijaksanaan diterapkan dan diperintahkan untuk dilaksanakan,
24
masyarakat tidak pernah sadar atau berdaya untuk menilainya dahulu dari sudut
kepentingan dan keuntungan mereka sehingga seringkali kebijakan
pembangunan yang sesungguhnya lebih menguntungkan penguasa modal dan
kekuasaan pemerintahan tidak mereka ketahui dan tinggal mereka laksanakan
saja. Maka, pembebasan rakyat dari “budaya bisu” berarti menggalakkan upaya
apa saja untuk membantu rakyat memunculkan kesadarannya terhadap apa saja
yang dilaksanakan oleh negara ini, agar senantiasa bisa berorientasi pada
kepentingan rakyat. Untuk itu dibutuhkan proses pendidikan politik yang intentis,
yang membuat rakyat sadar akan hak dan kewajibannya untuk berpartisipasi
dalam pembangunan, tidak sekedar menjadi pelaksana, melainkan menjadi
penentu segenap proses lahirnya kebijakan sampai pelaksanaan sebuah
kebijakan.
Paradigma komunikasi partisipatif (horizontal) memungkinkan lahirnya
harapan baru akan semakin intensifnya upaya pemberdayaan masyarakat
Indonesia menuju situasi yang lebih demokratis, berdaya, merdeka sepenuhnya,
dalam kerangka civil society. Namun yang perlu diingat, perintisan komunikasi
partisipatif tidak dimulai dari tingkatan struktur atas yang hanya menjangkau
aspek hukum dan perundangan, sistem pemerintahan dan niat baik elit
penguasa, melainkan perlu dirintis sejak dari kehidupan sehari-hari dan
persoalan sederhana dalam masyarakat itu sendiri.
Habermas dan Ruang Publik
Habermas merumuskan unsur normatif dari ruang publik, yakni sebagai
bagian dari kehidupan sosial, dimana setiap warga negara dapat saling
berargumentasi tentang berbagai masalah yang terkait dengan kehidupan publik
dan kebaikan bersama, sehingga opini publik dapat terbentuk. Ruang publik ini
dapat terwujud, ketika warga berkumpul bersama untuk berdiskusi tentang
masalah-masalah politik. Refleksi Habermas tentang ruang publik berdasarkan
deskripsi historisnya selama abad ke-17 dan ke-18, ketika cafe-cafe, komunitas-
komunitas diskusi, dan salon menjadi pusat berkumpul dan berdebat tentang
masalah-masalah politik. Refleksi atas deskripsi historis tersebut diperluas
Habermas untuk merumuskan konsep ideal partisipasi publik di dalam
masyarakat demokratis dewasa ini.
Habermas menekankan bahwa pendapat pribadi seseorang, setelah
disosialisasikan secara publik, belumlah dapat dijadikan sebagai opini publik dari
hasil proses debat didalam ruang publik. Opini semacam itu belumlah menempuh
25
proses pembentukan opini melalui debat kritis rasional. Habermas menyatakan
bahwa jika demokrasi ingin diterapkan di dalam masyarakat kompleks dan
majemuk seperti dewasa ini, proses mencapai kesepakatan bersama melalui
kehadiran fisik partisipan haruslah dilampaui, yakni warga negara yang karena
berbagai alasan tidak bisa hadir secara fisik di dalam proses deliberasi, dapat
menyumbangkan opininya secara tidak langsung, yakni secara virtual. Proses
komunikasi masyarakat, sesuai dengan ide akarnya adalah sebuah prinsip
demokrasi yang tidak hanya mengandaikan bahwa semua orang dapat berbicara
dengan kesempatan yang sama tentang persoalan pribadinya, keinginan dan
keyakinannya. Proses komunikasi yang otentik hanya dapat dicapai didalam
kerangka bahwa semua pendapat pribadi ataupun kelompok dapat berkembang
di dalam debat rasional kritis dan kemudian membentuk opini publik.
Menurut Habermas, upaya untuk merevitalisasi ruang publik terletak pada
upaya pembentukan konsensus rasional bersama, dari pada memanipulasi opini
masyarakat umum demi kepentingan kekuasaan ataupun peraihan keuntungan
finansial semata. Untuk itu, ia membedakan dua macam opini publik, yakni
sebagai opini publik yang bersikap kritis terhadap kekuatan politik dan ekonomi,
dan opini publik yang dapat dimanipulasi untuk mendukung orang-orang,
institusi, ataupun ideologi tertentu, yang notabene bukanlah opini publik sama
sekali. Ruang publik memiliki fungsi yang sangat besar di dalam masyarakat
demokratis, yakni sebagai ruang di mana opini publik yang otentik, yang bersikap
kritis terhadap kekuatan politik maupun ekonomi demi mencapai keseimbangan
dan keadilan sosial, dapat terbentuk dan tersebar luas kepada seluruh warga
negara, sekaligus sebagai penekan terhadap segala bentuk manipulasi ruang
publik, yang seringkali digunakan untuk membenarkan aspek kekuasaan
tertentu, dan membenarkan ketidakadilan tertentu.
Menurut Habermas, masyarakat memiliki 3 jenis kepentingan yang
masing-masing memiliki pendekatan dan rasionya masing-masing. Kepentingan
teknis, adalah kepentingan untuk menyediakan sumberdaya natural. Karena
sifatnya yang sangat instrumental dengan tugas kerja yang konkret, pada
dasarnya adalah kepentingan yang “teknis.” Kepentingan yang kedua adalah
interaksi. Karena kerjasama sosial amat dibutuhkan untuk bertahan hidup,
Habermas menamakannya kepentingan “praktis.” Ia mencakup kebutuhan-
kebutuhan manusia untuk saling berkomunikasi beserta praktek-prakteknya.
Kepentingan yang ketiga adalah kekuasaan. Tatanan sosial, secara alamiah
26
cenderung pada distribusi kekuasaan, namun pada saat yang sama, kita juga
memiliki kepentingan untuk membebaskan diri dari dominasi. Kekuasaan
mengarah pada distorsi terhadap komunikasi, namun dengan menjadi sadar
akan adanya ideologi-ideologi yang dominan di masyarakat, suatu kelompok
kemudian dapat memberdayakan dirinya untuk mengubah keadaan. Maka,
kepentingan kekuasaan adalah kepentingan yang “emansipatoris.”
Masyarakat selalu mengandung ketiga jenis kepentingan ini.
Pertentangan antar kepentingan-kepentingan yang ada, hanya dapat
diselesaikan tanpa dominasi salah satu kepentingan di atas yang lain, melalui
perdebatan yang rasional. Di sinilah Habermas memperkenalkan konsep Ruang
Publik. Baginya, Ruang Publik adalah wahana di mana setiap kepentingan
terungkap secara gamblang, setiap warga masyarakat memiliki akses yang sama
untuk berpartisipasi, kemudian terdorong untuk mendahulukan kepentingan
bersama dan mencapai konsensus mengenai arah masyarakat tersebut ke
depan dan menemukan solusi bersama dalam memecahkan masalah-masalah
yang mereka hadapi. Ruang Publik hanya dapat mencapai fungsinya ketika telah
tercipta situasi berbicara yang ideal. Situasi yang ideal ini, adalah keadaan di
mana klaim-klaim yang diperdebatkan dapat dibicarakan dan diargumentasikan
secara rasional. Situasi ideal, kebenaran tidak menjadi obyek dari kepentingan
tersembunyi dan permainan, melainkan muncul lewat argumentasi.
Ruang publik ini juga merupakan jembatan interaksi antara penguasa dan
masyarakat. Kekuasaan, mencapai legitimasi dan pengakuan masyarakat, serta
memahami arah yang diinginkan masyarakat melalui dialog dalam ruang publik.
Sementara masyarakat dapat menyuarakan kepentingannya agar dapat
diakomodir oleh penguasa. Hanya melalui ruang publik inilah, dapat terwujud
masyarakat yang dewasa dan bebas dari penindasan-penindasan dan
menanggulangi krisis yang mereka hadapi (Hardiman, 2009).
Peran-Peran Fasilitator dalam Pemberdayaan
Prinsip dasar dari kegiatan pendampingan adalah egaliter atau
kesederajatan kedudukan. Dengan demikian hubungan yang terjalin antara
fasilitator dan komunitas (masyarakat) adalah berupa kemitraan (partnership).
Artinya adalah duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi.
Pendampingan komunitas adalah proses saling hubungan dalam bentuk
ikatan pertemanan atau perkawanan antara fasilitator dengan komunitas, melalui
dialog kritis dan pendidikan berkelanjutan, dalam rangka menggali dan
27
mengelola sumber daya, memecahkan persoalan kehidupan bersama-sama
serta mendorong tumbuhnya keberanian komunitas untuk mengungkapkan
realitas yang meminggirkan dan melakukan aksi untuk merombaknya.
Beberapa peranan yang dilakukan oleh fasilitator dalam pemberdayaan
masyarakat. Dimensi waktu tertentu, seorang fasilitator dapat berperan sebagai
“enabler” atau “organizer” atau “educator.” Peranan ini bergerak dari satu ke
lainnya, sehingga ia memiliki peranan ganda. Oleh karena itu, tampak jelas,
peranan yang disandang oleh fasilitator lebih sebagai seorang yang “generalist”
(Nasdian, 2003).
Ife (1995), membagi menjadi empat kategori seorang fasilitator dalam
pengembangan masyarakat sebagai berikut:
Peran Fasilitatif
Proses fasilitatif, peranan yang dapat dilakukan oleh fasilitator antara lain:
(a) membantu anggota komunitas agar mereka berpartisipasi dalam program
pengembangan masyarakat dengan memberikan inspirasi, semangat,
rangsangan, inisiatif, energi, dan motivasi sehingga mampu bertindak. Animator
yang berhasil memiliki ciri-ciri: bersemangat, memiliki komitmen, memiliki
integritas, mampu berkomunikasi dengan berbagai kalangan, mampu
menganalisis dan mengambil langkah yang tepat, dan mudah bergaul dan
terbuka; (b) mendengar dan memahami aspirasi anggota komunitas, bersikap
netral, mampu mencari jalan keluar, dan mampu bernegosiasi (negosiator); (c)
memberikan dukungan kepada orang-orang yang terlibat dalam struktur dan
kegiatan komunitas; (d) membantu anggota komunitas untuk mencari konsensus
yang dapat diterima oleh semua pihak; (e) memberikan fasilitas kepada anggota
komunitas; dan (f) memanfaatkan sumberdaya dan keahlian yang ada dalam
komunitas.
Peran Pendidik
Tantangan untuk fasilitator adalah “mengajar” dengan cara seterbuka
mungkin sambil menanggapi agenda partisipan, dari pada menguatkan struktur
pengawasan dan dominasi dari agenda pemerintah, badan pembiayaan atau
asosiasi professional. Ini dapat menjadi suatu tantangan yang berarti, dan
menekankan pentingnya diskusi analisa struktural yang lebih luas. Banyak dari
keterampilan dasar yang berasosiasi dengan pendidikan, seperti dengan
kelompok dan interaksi interpersonal. Mereka memasukkan dan memberikan
suatu gagasan dengan menggunakan bahasa rakyat yang jelas untuk dipahami,
28
dapat mendengar dan menanggapi pertanyaan orang lain dan merasakannya.
Peran pendidikan dan fasilitator adalah menertibkan kesadaran,
menginformasikan, menghadapkan (mengkonfrontasikan), dan memberikan
pelatihan kepada partisipan.
Konteks seorang fasilitator mesti mampu menjawab bagaimana dia
membutuhkan kesadaran (consciousness). Menyampaikan informasi,
menciptakan dinamika internal dari suatu komunitas, dan memberikan pelatihan
berdasarkan topik yang sesuai dengan kebutuhan anggota komunitas. Fasilitator
dituntut berperan aktif dalam proses pendidikan guna merangsang dan
mendukung kegiatan-kegiatan komunitas. Kegiatan itu tidak saja membantu,
namun lebih-lebih harus punya input dan arahan-arahan positif dari hasil
pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai fasilitator. Pendidikan dalam artian
ini adalah upaya berbagi pengetahuan dalam membangun suatu kesadaran
bersama dalam memahami kenyataan sehari-hari.
Peneliti Fasilitator
Fasilitator juga mempunyai kepentingan untuk melakukan penelitian,
guna mengumpulkan dan menginterpretasikan data baru yang terkait, sehingga
dapat memperkaya wawasan dan memberikan sumbangan bagi pengembangan
model pemberdayaan sejenis di masa mendatang. Pekerja masyarakat
(fasilitator) tidak terelakkan terlibat di dalam proses-proses riset, dengan
menggunakan bermacam metodologi riset ilmu sosial untuk mengumpulkan data
yang relevan, meneliti dan menyajikan data. Hal ini termasuk dalam hal
merancang dan melaksanakan survai sosial, meneliti dari survei-survei,
menggunakan dan meneliti data sensus, mengumpulkan dan meneliti data
tentang permintaan dan pemanfaatan berbagai jasa. Ini adalah satu bidang di
mana pengetahuan teknis seperti sampling, membangun daftar
pertanyaan/kuesioner dan analisis statistik diperlukan jika pekerjaan sosial ingin
berjalan dengan baik.
Peran Teknikal
Proses pemberdayaan masyarakat perlu melibatkan keahlian dan teknik-
teknik yang khas, terutama untuk melakukan “need assessment.” Peran teknik
yang akan dilakukan oleh seorang fasilitator dalam pemberdayaan dapat
terlaksana jika yang bersangkutan memiliki kualifikasi teknis untuk membantu
masyarakat melakukan hal-hal teknis yang berkaitan dengan pembangunan
29
prasarana desa. Untuk maksud tersebut, seorang fasilitator teknik harus memiliki
tiga macam keterampilan, yaitu:
a. Keterampilan untuk memberdayakan masyarakat, termasuk peningkatan
kapasitas teknis dan manajerial. Hal termasuk keterampilan untuk
menerapkan prosedur dan metode yang mendorong peningkatan tingkat
pemberdayaan masyarakat maupun kegiatan pengalihan ilmu sosial dengan
uraian tugas.
b. Keterampilan teknis, termasuk keterampilan dalam bidang teknis sipil yang
umum maupun keterampilan dalam pembangunan jenis prasarana yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
c. Keterampilan untuk menilai dan meningkatkan kemandirian teknis.
Pemerintah Kelurahan
Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 2005 tentang pemerintahan daerah
disebutkan bahwa Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat
Daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kecamatan. Dalam Undang-
Undang tersebut dicantumkan bahwa: (1) kelurahan di bentuk di wilayah
kecamatan dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah; (2)
kelurahan dipimpin oleh lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan dari Bupati/Walikota; (3) selain tugas tersebut di atas, lurah
mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan,
pemberdayaan masyarakat, pelayanan masyarakat, penyelenggaraan
ketentraman dan ketertiban umum, pemeliharaan prasarana dan fasilitas
pelayanan umum, pembinaan lembaga kemasyarakatan; (4) lurah diangkat oleh
Bupati/Walikota atas usul Camat dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; (5) dalam melaksanakan tugasnya,
lurah bertanggung jawab kepada Bupati/ Walikota melalui Camat ; (6) lurah
dalam melaksanakan tugasnya, dibantu oleh perangkat kelurahan; (7) perangkat
kelurahan bertanggung jawab kepada lurah; (8) untuk kelancaran pelaksanaan
tugas lurah, dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan yang
ditetapkan dengan Perda, yang dimaksud dengan lembaga lain adalah lembaga
30
kemasyarakatan seperti Rukun Tetangga, Rukun Warga, PKK, Karang Taruna,
dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)1.
Perangkat kelurahan terdiri dari Sekretaris Kelurahan dan Seksi
sebanyak-banyaknya 4 Seksi serta jabatan fungsional yang bertugas membantu
lurah dalam menjalankan roda pemerintahan (Adi, 2003). Dalam melaksanakan
tugasnya perangkat kelurahan bertanggung jawab kepada lurah, dan perangkat
kelurahan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat oleh Sekretaris
Daerah Kabupaten/Kota atas usul Camat.
Tugas dan fungsi perangkat kelurahan dalam mengelola administrasi
pemerintahan kelurahan antara lain: (1) sekretaris kelurahan mempunyai tugas
dan fungsi sebagai penyelenggara pembinaan administrasi pemerintahan
kelurahan dan memberikan pelayanan staf kepada Seksi dan serta
melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan, dan laporan, urusan keuangan,
urusan pembangunan dan urusan kemasyarakatan; (2) seksi melaksanakan
tugas lurah dalam wilayah kerjanya dan membantu pelaksanaan tugas lurah
dalam wilayah kerjanya serta melaksanakan tugas dan fungsi lurah, apabila lurah
berhalangan hadir melakukan tugas di wilayah kerjanya.
Pemerintahan kelurahan adalah merupakan keseluruhan dalam
hubungan dengan pencapaian tujuan pemerintah kelurahan atau bisa juga
dikatakan bahwa pemerintah kelurahan berfungsi sebagai pelaksana dalam
pencapaian tujuan pemerintahan kelurahan itu sendiri. Hal ini dipertegas bahwa
pemerintahan kelurahan adalah pelaksana dan penyelenggara semua kegiatan
yang bersumber pada wewenang pemerintahan kelurahan yang terdiri atas
tugas-tugas, kewajiban, tanggung jawab dan hubungan-hubungan kerja yang
dilaksanakan dengan berlandaskan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, guna menjalankan pemerintahan kelurahan.
Pemerintah kelurahan tidak dapat melepaskan diri dari fungsi
pemerintahan Negara sebab pemerintahan kelurahan merupakan organisasi
yang paling bawah dari pemerintahan Negara, dengan demikian dapat dilihat
betapa pentingnya fungsi administrasi pemerintahan kelurahan dalam
melaksanakan kegiatannya. Fungsi dari pemerintahan kelurahan antara lain: (1)
merencanakan, yaitu membuat suatu rencana kerja atau program operasional
1PNPM Pedesaan. 2005. Peraturan Kelurahan. http://www.pnpm-perdesaan. or.id/
downloads /PP%2073.2005%20-%20Kelurahan.pdf [diakses 18 Januari 2011].
31
yang sesuai dengan segi pendekatan yang mengarah kepada suatu tujuan,
fungsi serta ruang lingkup tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dari para
anggota perangkat kelurahan; (2) mengkoordinir, yaitu mengorganisir seluruh
kegiatan alat-alat, tugas, tanggung jawab serta wewenang dari seluruh pamong
kelurahan sehingga terdapat organisasi yang digerakkan sebagai suatu kesatuan
di dalam pencapaian tujuan pemerintah kelurahan yang baik; (3) mengawasi,
yaitu mengawasai seluruh kegiatan yang sedang dilaksanakan sehingga dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang telah ditentukan; (4)
mengadakan kerja sama, yaitu memimpin keseluruhan kerja sama yang baik
antara masyarakat, instansi-instansi atau badan-badan/organisasi atasan dalam
tingkat kelurahan.
Pembangunan kelurahan atau pembangunan masyarakatnya merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional suatu bangsa/Negara. Keberhasilan
pembangunan kelurahan turut menentukan keberhasilan pembangunan nasional
demikian pula keberhasilan pembangunan nasional dapat dinikmati secara
merata oleh semua lapisan masyarakat hingga ketingkat yang paling bawah.
Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya)
Sebagai upaya mendukung kebijakan pemerintah terutama Instruksi
Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan yang Berkeadilan
yang dikeluarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bersama para mitranya,
Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) melakukan model implementasi
kebijakan tersebut melalui kegiatan pembangunan pemberdayaan keluarga,
utamanya di pedukuhan dan pedesaan di hampir seluruh Indonesia.
Pemberdayaan keluarga tersebut bukan saja meliputi bidang kesehatan maupun
lingkungan hidup khususnya kebun bergizi, tetapi juga bidang pendidikan dan
ekonomi keluarga yang diwujudkan lewat koperasi. Semua kegiatan tersebut
dikonversikan melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya)2
Posdaya adalah forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi,
edukasi dan sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan
penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu (Suyono & Haryanto, 2009).
Posdaya juga dapat menjadi wadah pelayanan keluarga secara terpadu, yaitu
pelayanan pengembangan keluarga secara berkelanjutan dalam berbagai
2 Majalah Gemari. Posdaya. 2010. http://www.gemari.or.id/file/edisi122/gemari12215.pdf
[diakses 18 Januari 2011].
32
bidang, utamanya agama, pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan
hidup, sehingga keluarga secara harmonis bisa tumbuh mandiri di desanya.
Pengembangan Posdaya menurut Suyono dan Haryanto (2009) ditujukan
untuk tercapainya hal-hal sebagai berikut: (1) dihidupkan dukungan sosial
budaya atau sosial capital seperti hidup gotong royong dalam masyarakat untuk
merangsang keluarga lain membantu pemberdayaan secara terpadu atau
bersama-sama memecahkan kehidupan yang kompleks, melalui wadah atau
forum yang memberikan kesempatan para keluarga untuk saling asah, asih, dan
asuh dalam memenuhi kebutuhan membangun keluarga bahagia dan sejahtera
(2) terpeliharanya infrastruktur sosial kemasyarakatan yang terkecil dan solid,
yaitu keluarga yang dapat menjadi perekat atau kohesi sosial, sehingga tercipta
suatu kehidupan yang rukun damai dan memiliki dinamika yang tinggi (3)
terbentuknya lembaga sosial dengan keanggotaan dan partisipasi keluarga di
desa atau kelurahan yang dinamis menjadi wadah atau wahana partisipasi
sosial, sehingga para keluarga dapat memberi dan menerima pembaharuan.
Sesuai dengan delapan fungsi keluarga, sasaran kegiatan yang ditujukan
adalah upaya bersama agar setiap keluarga mempunyai kemampuan
melaksanakan delapan fungsi keluarga. Sasaran utama diarahkan kepada empat
prioritas utama, yakni komitmen pimpinan kepada tingkat desa, kecamatan dan
kabupaten; bidang keluarga berencana dan kesehatan; bidang pendidikan;
bidang wirausaha. Tujuannya adalah menjadikan Posdaya sebagai wahana
bersama untuk membantu pemberdayaan keluarga yang memungkinkan setiap
keluarga bisa saling belajar dari keluarga yang lain sehingga mampu menjadi
subyek untuk secara mandiri membangun anggota keluarganya.
Program melalui kegiatan advokasi harus bisa menyakinkan para pejabat
formal dan fungsional serta para pemimpin non formal untuk mampu membantu
mengisi dan meningkatkan dinamika pembangunan melalui kerjasama dengan
seluruh unsur yang tergabung dalam Posdaya. Adanya dukungan dan partisipasi
para pemimpin tersebut, proses pemberdayaan pembangunan ditawarkan
melalui Posdaya berupa program-program yang mendukung penyegaran hidup
gotong-royong, mampu memberikan tambahan bekal ilmu pengetahuan dan
keterampilan serta mendorong dalam pemantapan fungsi-fungsi keluarga seperti
telah disampaikan di atas. Penguatan fungsi-fungsi utama tersebut diharapkan
memungkinkan setiap keluarga semakin mampu membangun dirinya menjadi
keluarga yang sejahtera, keluarga yang mandiri dan keluarga yang sanggup
33
menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik. Lebih dari itu keluarga
sejahtera yang bermutu dan mandiri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
kesejahteraan keluarga yang intinya keikutsertaan dalam KB, kesehatan,
pendidikan, dan kemampuan ekonomi keluarga yang mencukupi dan
berkelanjutan.
Posdaya bukan dimaksudkan untuk mengganti pelayanan sosial ekonomi
kepada masyarakat berupa pelayanan terpadu diberbagai bidang seperti
Posyandu, PAUD, pelayanan BLT, pelayanan beras RASKIN, atau pelayanan
pembangunan lainnya. Posdaya di bangun sebagai forum untuk
mengembangkan kegiatan pemberdayaan terpadu yang dinamis, yaitu
pemberdayaan pembangunan untuk seluruh anggota keluarga yang dipadukan
dengan saling terkait. Tujuannya adalah agar pimpinan keluarga mengetahui
peran dan fungsinya yang lengkap sebagai kesatuan keluarga yang utuh.
Akhirnya setiap kepala keluarga dan anggotanya bisa saling mengingatkan untuk
melakukan pemberdayaan seluruh anggota keluarga secara mandiri.
Posdaya dikembangkan secara bertahap, mulai dari yang bersifat
sederhana dengan kegiatan terbatas sampai akhirnya paripurna, tergantung dari
dukungan masyarakatnya. Posdaya paripurna merupakan forum pemberdayaan
yang bervariasi, dimana sebagian besar pengelolaan dan pembiayaannya di
kelola dan berasal dari anggota masyarakat. Sasaran kegiatan yang dituju
adalah terselenggaranya upaya bersama agar setiap anggota keluarga
mempunyai kemampuan melaksanakan fungsi-fungsi keluarga secara baik.
Pengembangan Posdaya ditujukan untuk tercapainya hal-hal sebagai berikut :
a. Dihidupkannya dukungan sosial budaya atau modal sosial seperti budaya
hidup gotong royong dalam masyarakat untuk saling peduli sesama anak
bangsa, saling tolong menolong antar keluarga dengan keluarga lain, saling
mengulurkan bantuan pemberdayaan secara terpadu atau bersama-sama
memecahkan masalah kehidupan yang kompleks, melalui wadah atau forum
yang memungkinkan setiap keluarga untuk saling asah, asih dan asuh,
dalam memenuhi kebutuhan membangun keluarga bahagia dan sejahtera.
b. Terpeliharanya infrastruktur sosial kemasyarakatan yang terkecil dan solid,
yaitu keluarga, yang dapat menjadi perekat atau kohesi sosial, sehingga
tercipta suatu kehidupan yang rukun, damai dan memiliki dinamika yang
tinggi.
34
c. Terbentuknya lembaga sosial keanggotaan dan partisipasi keluarga di desa
atau kelurahan yang dinamis dan menjadi wadah atau wahana partisipasi
sosial, dimana setiap keluarga dapat memberi dan menerima pembaharuan
yang bisa membantu proses pembangunan kehidupan.
Metode Pengembangan Posdaya dilakukan melalui beberapa bentuk
kegiatan berikut:
1. Pelatihan, dilakukan untuk membekali pengurus dan kader Posdaya dengan
program motivasi dan keterampilan.
2. Rapat koordinasi, dilakukan untuk mengetahui perkembangan masing-
masing Posdaya, saling berbagi antar pengurus atau kader, dan sosialisasi
program.
3. Pendampingan, dimaksudkan untuk mengadakan teman diskusi bagi
Posdaya, sumber informasi dan motivator pengembangan Posdaya.
Berdasarkan kemampuan Posdaya membiayai kegiatan dibagi menjadi
tiga, yaitu:
a. Mandiri, yakni sumber pembiayaan kegiatannya tidak lagi tergantung dari
Yayasan Damandiri, tetapi dapat mengakses sumber-sumber dana tanpa
ikatan.
b. Mandiri Partial, yakni sumber pembiayaan kegiatannya sebagian masih
tergantung dari bantuan Yayasan Damandiri, sebagian diperoleh dari
sumber-sumber lain.
c. Pemula/Belum Mampu Mandiri, yakni sumber pembiayaan kegiatannya
sepenuhnya dari Yayasan Damandiri.
Hasil Penelitian yang Relevan
Berbagai penelitian tentang komunikasi partisipatif dalam program
pembangunan telah dilakukan oleh berbagai pihak, baik oleh praktisi komunikasi,
mahasiswa maupun para ahlinya. Berbagai faktor diketahui dapat mempengaruhi
komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan suatu program pembangunan. Hasil
penelitian Wahyuni (2006), menemukan bahwa peningkatan partisipasi
masyarakat dengan cara mengimplementasikan program melalui proses
komunikasi yang cenderung top-down dan searah serta kurang terjadinya
komunikasi yang bottom-up dan interaktif cenderung kurang dapat menggali
aspirasi masyarakat. Akibatnya, peningkatan aspirasi masyarakat menjadi
kurang efektif.
35
Cahyanto (2007), menemukan bahwa komunikasi partisipatif dalam
pelaksanaan Prima Tani terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan
sikap petani tehadap model usahatani terpadu yang dikembangkan dalam
pelaksanaan Prima Tani. Keefektivan komunikasi dalam peningkatan
pengetahuan dan sikap petani dalam model usahatani ditentukan oleh
keterlibatan petani dalam penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan
program dan penilaian program.
Mulyasari (2009), menemukan bahwa pada kegiatan Bengkulu Regional
Development Project (BRDP) warga sangat aktif pada tahap evaluasi. Namun,
pada tahap perencanaan dan pelaksanaan, warga tidak banyak aktif terlibat
dalam kegiatan BRDP. Aktifnya komunikasi partisipatif warga pada tahap
evaluasi dikarenakan mereka ingin menjadi anggota UPKD yang berhak
memperoleh bantuan modal bergulir. Selain itu, komunikasi partisipatif dalam
kegiatan BRDP tidak dipengaruhi oleh faktor kredibilitas agen pendamping
(fasilitator) dan faktor keragaan individu.
Muchlis (2009), komunikasi partisipatif yang mengakomodir keberagaman
(heteroglasia) baik dari perspektif ekonomi maupun gender belum
terimplementasi dengan baik dalam Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM MPd). Dialog sebagai ciri komunikasi
partisipatif juga belum terjadi pada berbagai musyawarah dalam PNPM MPd.
Dapat dilihat dimana program belum menjamin dan memberikan setiap orang
memiliki hak yang sama untuk berbicara atau untuk didengar. Kesan yang
ditangkap dalam musyawarah tersebut, forum adalah “pengumuman” dari pelaku
PNPM MPd sebagai perpanjangan tangan pemerintah bukan musyawarah yang
selalu mengedepankan dialog. Dengan merujuk pada konsep akses,
heteroglasia, dan dialog, komunikasi antara fasilitator dengan dan sesama
partisipan dalam aktivitas PNPM MPd berlangsung secara tidak partisipatif.
37
KERANGKA PEMIKIRAN
Posdaya yang diprakarsai oleh Yayasan Damandiri ini bertujuan sebagai
forum informasi, pendidikan dan pemberdayaan serta penyegaran partisipasi
masyarakat secara mandiri. Posdaya menggunakan keluarga sebagai ujung
tombak untuk memperbaiki pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat
dengan pilar keswadayaan dan kemandirian sebagai semangat kerjanya.
Posdaya mewadahi kegiatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat dengan inti kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan
lingkungan. Posdaya sebagai sebuah gagasan pemberdayaan dari, oleh dan
untuk masyarakat adalah sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
mengimplementasikan nilai-nilai kegotongroyongan di masyarakat. Posdaya
adalah sebuah gerakan dengan ciri khas ”buttom-up programme”, kemandirian,
dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi.
Pihak “luar” hanya berperan sebagai fasilitator, mediator, dan pembangkit
gagasan. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi pembentukan Posdaya yakni
upaya pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) dan Human
Development Index (HDI) dan upaya pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut
yang mendasari munculnya gagasan melalui program tersebut.
Pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat yang
melaksanakan kegiatan program Posdaya memiliki peran yang sangat penting
untuk memajukan program Posdaya. Berawal dari masyarakat yang aktif dan
berpartisipasi dalam memberikan pendapat, masukan kepada pendamping
diharapkan komunikasi partisipatif dapat berjalan dengan baik dalam kegiatan
Posdaya. Dalam kegiatan Posdaya masyarakat dibantu oleh pendamping, jika
masyarakat merasa ada masalah atau hambatan. Komunikasi partisipatif terjadi
antara masyarakat dengan pendamping karena adanya interaksi satu sama lain.
Komunikasi yang partisipatif memungkinkan masyarakat memiliki rasa
tanggung jawab untuk keberlanjutan memberdayakan diri dan masyarakatnya
serta menggali potensi dan kreativitas masyarakat. Pembangunan untuk
pemberdayaan masyarakat harus diawali dari komunitas dan organisasi pada
level akar rumput. Suksesnya pelaksanaan dalam kegiatan pemberdayaan bukan
hanya disebabkan karena fasilitas, sarana, barang modal, dan alat bantu lainnya,
tetapi juga peran pendamping untuk berperan secara aktif dan produktif.
Oleh karena itu, dapat dikemukakan alur kegiatan penelitian seperti yang
digambarkan pada Gambar 1 berikut:
Keterangan: : Terdiri dari : Alur Kegiatan
Gambar 1 Alur Kegiatan Penelitian
Izin Penelitian
Izin Penelitian Peran Pendamping Wawancara Mendalam
Kader Posdaya
Kenanga
Bertemu Koordinator Posdaya Kenanga Wawancara
Lurah Situgede Wawancara Kasie
Sosial dan Kemasyarakatan
Peran Perangkat Kelurahan Situgede
Proses Belajar dan Mengajar di PAUD Kenanga
Peran Tokoh Masyarakat
Proses Pembuatan dan Pengemasan Dodol Talas
Aktivitas Posyandu dan Posbindu
Pengamatan Berperan Serta
Foccused Group Discussion (FGD)
Komunikasi Partisipatif: 1. Heteroglasia 2. Poliponi 3. Dialog 4. Karnaval
Wawancara dengan pendamping pihak P2SDM LPPM IPB
Dampak Komunikasi Partisipatif
Kantor Kelurahan Situgede
POSDAYA
KENANGA
P2SDM LPPM IPB
38
METODE PENELITIAN
Paradigma Penelitian
Paradigma secara umum dapat diartikan sebagai seperangkat
kepercayaan atau keyakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak di
kehidupan sehari-hari (Salim, 2001). Lincoln dan Guba dalam Denzin dan Lincoln
(2000), mengemukakan empat paradigma utama yang bersaing dalam ilmu
pengetahuan dengan berbagai asumsi-asumsi yang mendasarinya, yaitu
positivisme, post-positivisme, teori kritis dan konstruktivisme.
Paradigma konstruktivisme digunakan dalam penelitian dikaitkan dengan
beberapa pertimbangan, misalkan secara ontologis (sifat realita), aliran ini
menyatakan bahwa realitas sosial adalah wujud bentukan (construction) individu-
individu subyek yang terlibat dalam penelitian yaitu terutama tineliti dan peneliti,
bersifat subyektif dan majemuk. “Subyektif” di sini berarti “melihat dari sudut
pandang tineliti sebagai subyek penelitian”. Realitas sosial bersifat subyektif,
maka secara epistemologi (hubungan antara peneliti dan tineliti) terjadi interaksi
sosial yang dinamis, informal, dan akrab. Hubungan antara peneliti dan tineliti
dirumuskan sebagai hubungan “subyek-subyek”, bukan hubungan “subyek-
obyek” seperti pada penelitian kuantitatif. Dalam arti bahwa antara peneliti dan
tineliti memiliki kedudukan sebagai orang yang sama-sama belajar memaknai
realitas sosial yang diteliti bahkan kadang peneliti bisa menjadi orang yang
diteliti. Sedangkan secara metodologis, proses penelitiannya bersifat induktif
yang berorientasi pada pengembangan pola dan teori untuk mendapatkan
pemahaman yang bersifat kontekstual atas suatu kejadian atau gejala sosial
(Creswell, 1994; Sitorus, 2003 dalam Ihsaniyati, 2010).
Desain Penelitian
Paradigma konstruktivisme merupakan bagian dari pendekatan penelitian
kualitatif. Pendekatan kualitatif bersifat “emic” artinya memperoleh data bukan
“sebagaimana seharusnya,” bukan berdasarkan apa yang dipikirkan oleh peneliti,
tetapi berdasarkan “sebagaimana adanya” yang terjadi di lapangan, yang
dialami, dirasakan, dan difikirkan oleh sumber data (Sugiyono, 2008).
Penelitian kualitatif adalah meneliti subyek penelitian atau informan dalam
lingkungan hidup kesehariannya. Peneliti kualitatif sedapat mungkin berinteraksi
secara langsung dan mengenal secara dekat dunia kehidupan informan,
mengamati dan mengikuti alur kehidupan informan secara apa adanya.
40
Pemahaman simbol-simbol dan bahasa asli masyarakat menjadi salah satu kunci
keberhasilan dalam penelitian kualitatif (Rianse & Abdi, 2008). Sedangkan tujuan
penelitian kualitatif adalah untuk memahami situasi sosial, peristiwa, peran,
kelompok atau interaksi tertentu. Penelitian ini merupakan sebuah proses
investigasi dimana secara bertahap berusaha memahami fenomena sosial
dengan membedakan, membandingkan, meniru, mengkatalogkan dan
mengelompokkan obyek studi (Miles & Haberman, 1992).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif guna menemukan
komunikasi partisipatif pendamping, perangkat kelurahan serta tokoh masyarakat
dalam kegiatan Posdaya. Penelitian kualitatif deskriptif dilakukan dengan
mengembangkan konsep serta menghimpun data, tetapi tidak melakukan
pengujian hipotesis (Singarimbun & Effendi, 1995).
Metode yang digunakan adalah studi kasus, yaitu melakukan penelitian
secara terinci tentang seseorang (individu) atau sesuatu unit sosial selama kurun
waktu tertentu. Metode ini melibatkan penyelidikan yang lebih mendalam dan
pemeriksaan yang menyeluruh terhadap perilaku seseorang individu (Sevilla dkk,
2006). Metode studi kasus memiliki keunikan atau keunggulan tersendiri dalam
kancah penelitian sosial. Studi kasus memberikan akses atau peluang yang luas
kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif dan
menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Studi kasus juga dapat memasuki
unit-unit sosial terkecil seperti perhimpunan, kelompok, dan berbagai bentuk unit
sosial lainnya. Studi kasus dalam khasanah metodologi dikenal sebagai suatu
studi yang bersifat komprehensif, intens dan mendalam serta diarahkan sebagai
upaya menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer.
Sebuah definisi yang lebih tegas dan bersifat teknis sehingga sangat
membantu tentang studi kasus diberikan Yin dan Mudzakir (2002) yang
menyebutkan bahwa studi kasus adalah inkuiri empiris yang menyelidiki
fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara
fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber
bukti dimanfaatkan. Lebih terinci studi kasus mengisyaratkan keunggulan-
keunggulan berikut:
1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar
variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman
yang lebih luas lagi.
41
2. Studi kasus memberikan kesempatan-kesempatan untuk memperoleh
wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui
penyelidikan intensif dapat ditemukan karakteristik dan hubungan-hubungan
yang (mungkin) tidak diharapkan/diduga sebelumnya.
3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat
berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi
perencanaan penelitian yang lebih besar dan dalam rangka pengembangan
ilmu-ilmu sosial.
Diletakkan dalam konteks pendekatan kualitatif studi kasus atau desain
penelitian studi kasus tidaklah kaku sifatnya, studi kasus menawarkan keluwesan
dan sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan perkembangan yang lebih
menarik, unik dan penting dari fakta empiris yang tengah dicermati. Hal ini tidak
berarti terjadi inkonsistensi. Sebab fenomena dan praktek-praktek sosial sebagai
sasaran buruan penelitian kualitatif tidak bersifat mekanistis melainkan penuh
dinamika dan keunikan dan karenanya tidak bisa diciptakan menurut kehendak
peneliti (Bungin, 2003).
Penelitian menggunakan strategi studi kasus, dengan pertimbangan
bahwa: (1) pertanyaan penelitian berkenaan dengan “bagaimana” dan
“mengapa” (deskripsi), (2) penelitian memberikan peluang yang besar bagi
peneliti untuk mengungkapkan gejala sosial sebagaimana adanya, (3)
menyangkut peristiwa atau gejala sosial kontemporer dalam konteks kehidupan
nyata. Menurut Yin dan Mudzakir (2002) studi kasus bermanfaat untuk
pengembangan teori (generalisasi analitis), bukan untuk menghitung frekuensi
(generalisasi statistik). Studi kasus yang digunakan adalah studi kasus
instrumental. Menurut Stake (1994) dalam Ihsaniyati (2010), studi kasus
instrumental yaitu kajian atas suatu kasus khusus untuk memperoleh wawasan
atas isu atau untuk penyempurnaan teori. Studi kasus berfungsi sebagai
pendukung atau instrumen untuk membantu peneliti dalam memahami suatu
permasalahan tertentu.
Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu RW 05
Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Provinsi Jawa Barat
dengan pertimbangan: pertama, bahwa RW 05 Kelurahan Situgede menjadi
salah satu wilayah pelaksana program Posdaya yang berada di lingkar kampus
IPB dinyatakan telah berhasil melaksanakan kegiatan Posdaya dan menjadi
42
rujukan bagi Posdaya-Posdaya yang lain di Kota Bogor; kedua, hubungan baik
dengan kader, koordinator Posdaya dan perangkat kelurahan setempat yang
telah terjalin memudahkan dalam menjalankan penelitian serta mempermudah
memperoleh data dan informasi serta komunikasi dalam proses penelitian
sehingga dapat berjalan dengan lancar; ketiga, lokasi penelitian dekat dengan
tempat tinggal serta kampus IPB, ini diharapkan dapat mengurangi hambatan
ekonomis dan budaya dengan subyek penelitian. Penjajagan lokasi penelitian
dilakukan pada bulan Maret 2011. Pengambilan dan pengumpulan data serta
penyempurnaan panduan wawancara dilaksanakan sejak April sampai dengan
Mei 2011, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dan penyusunan hasil
penelitian pada bulan Mei sampai dengan Juni 2011.
Berinteraksi dengan masyarakat RW 05 Kelurahan Situgede selama satu
bulan lebih, rasanya tidak cukup untuk mengungkapkan dan memahami seluruh
gejala dan situasi yang terjadi di Kelurahan Situgede. Selama penelitian,
berdiskusi dengan ketua RW 05 yang merangkap menjadi koordinator Posdaya
Kenanga dilakukan untuk mengetahui tentang narasumber dan Kelurahan
Situgede. Menginap di rumah informan hanya dilakukan satu kali, selebihnya
pengambilan data dilakukan dengan datang pukul 07.00 WIB dan pulang pukul
05.30 WIB. Penelitian yang dilaksanakan selama satu bulan lebih menjadikan
keakraban dengan masyarakat RW 05 Kelurahan Situgede terutama tineliti.
Kedekatan dan keakraban tersebut menambah kepercayaan tineliti dan
masyarakat, sehingga keterangan (data dan informasi) yang diberikan oleh tineliti
adalah benar dan jujur.
Penentuan Subjek Penelitian
Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh
Spradley dinamakan situasi sosial yang terdiri atas tempat (place), pelaku
(actors), dan aktivitas (activity). Istilah populasi tidak digunakan tetapi situasi
sosial yang digunakan yaitu komunikasi partisipatif (aktivitas) kader (pelaku)
pada kegiatan Posdaya (tempat) (Sugiyono,2008).
Subyek penelitian dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden
tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam
penelitian. Subyek penelitian dalam penelitian dinamakan informan. Informan
dalam penelitian kualitatif bukan disebut sampel statistik yang harus mewakili
kondisi populasi untuk kepentingan generalisasi populasi, melainkan subyek
penelitian yang dipilih sesuai pertimbangan dan tujuan penelitian yaitu
43
mengembangkan konsep/teori (Sugiyono, 2008). Subyek kasus penelitian adalah
kader yang melaksanakan kegiatan program Posdaya di lokasi penelitian.
Penelitian kualitatif, situasi sosial tertentu dijajaki terlebih dahulu,
observasi dan wawancara dilakukan kepada orang-orang yang dipandang tahu
tentang situasi/realitas sosial yang diteliti. Penentuan informan dilakukan secara
sengaja yaitu dipilih sesuai pertimbangan dan tujuan tertentu, penentuan
informan dilakukan dengan teknik bola salju (snowball sampling), yaitu suatu
metode sampling nonprobability yang sering digunakan dalam penelitian di
lapangan di mana masing-masing orang yang diwawancara memberikan
informasi tentang siapa saja yang memungkinkan untuk diwawancara
selanjutnya, dengan pertimbangan dan tujuan tertentu sesuai kebutuhan
penelitian, sampai didapatkan informasi yang memadai.
Kunjungan ke Posdaya Kenanga pertama kali dilakukan saat Focus
Group Discussion (FGD) dilaksanakan sekitar bulan Oktober 2010 mengenai
rapat kerja kegiatan Posdaya. Selama FGD yang dilakukan adalah mempelajari
dan melihat aktivitas para kader, pendamping dalam menyampaikan pendapat,
masukan, keinginan terhadap rencana kerja Posdaya Kenanga selama 3 tahun
ke depan. Pada saat itu tidak langsung dilakukan aktivitas pengambilan data dari
informan, namun dilakukan pra survey terlebih dahulu untuk beradaptasi
mengetahui dengan jelas kondisi Kelurahan Situgede serta Posdaya Kenanga.
Kurang lebih tiga bulan melakukan penjajakan di lokasi penelitian sambil
proposal tesis disusun, beradaptasi dan mengenal RW 05 Kelurahan Situgede
dilakukan dengan berjalan-jalan menyusuri jalan RW 05 Kelurahan Situgede, ke
danau yang ada di Situgede, ke tempat-tempat fasilitas umum. Lebih dekat dan
diterima di masyarakat setempat, berbincang-bincang dengan kader, shalat
berjamaah di Masjid Nurul Yaqin, belanja dan mengobrol di warung-warung
terdekatpun dilakukan. Proses adaptasi dilakukan guna mengetahui gambaran
umum RW 05 Kelurahan Situgede dan persiapan mental secara pribadi
(keyakinan diterima masyarakat).
Hasil proses adaptasi dan pengamatan didapatkan beberapa gambaran
umum tentang kondisi fisik dan non fisik Kelurahan Situgede. Kondisi fisik di
antaranya kondisi pemukiman, jalan, masjid, sekolah, kantor kelurahan, dan yang
tidak kalah penting adalah danau Situgede. Kondisi non fisik meliputi aktivitas
para kader Posdaya, aktivitas pekerjaan di kegiatan Posdaya, interaksi kader,
bahasa yang digunakan penduduk, serta rutinitas penduduk RW 05 Kelurahan
44
Situgede, pertemuan-pertemuan (forum) masyarakat yang ada dan sebagainya.
Gambaran umum Kelurahan Situgede selengkapnya diuraikan pada Bab
Gambaran Umum Wilayah Penelitian.
Setelah melakukan adaptasi di lokasi penelitian, didapatkan nama-nama
informan yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan kemudian dilakukan diskusi
dengan koordinator Posdaya Kenanga. Diskusi tersebut dilakukan di rumah
koordinator Posdaya Kenanga sekaligus Ketua RW 05 dan beliau memberikan
tanggapan serta dukungan yang baik.
Hasil diskusi didapatkan daftar calon informan yang tersebar di kegiatan
Posdaya Kenanga. Namun seiring dengan perkembangan data, informasi dan
situasi, daftar informan bertambah dan mengalami perubahan pada beberapa
informan. Perubahan pada daftar informan disebabkan karena kondisi kader
yang tidak begitu aktif dalam kegiatan Posdaya, serta kesibukan informan
sehingga sulit ditemui.
Informan penelitian adalah para kader Posdaya Kenanga dan seseorang
atau lembaga yang mendukung data penelitian. Seseorang atau lembaga
tersebut yaitu pemerintah kelurahan (Lurah, kepala urusan sosial dan
kemasyarakatan), tokoh masyarakat. Selanjutnya informan berkembang sesuai
perkembangan data penelitian.
Besarnya jumlah informan dalam penelitian didasarkan pada pernyataan
Powell (1999) yang dikutip oleh Kurnadi (2004) dalam Ihsaniyati (2010) bahwa
tidak ada formula paling benar yang memberikan pedoman mengenai besarnya
informan (subyek penelitian). Kedalaman dan kekayaan data merupakan hal
yang dianggap paling penting karena pemahaman terhadap masalah yang diteliti
merupakan tujuan utama penelitian kualitatif. Jumlah informan yang berhasil
ditemui sebanyak 27 orang yang terdiri dari 18 orang kader Posdaya Kenanga,
dua orang pendamping, dua orang perangkat kelurahan, satu orang tokoh
masyarakat dan empat orang masyarakat..
Hasil penelitian tidak digeneralisasikan ke populasi karena penentuan
informan tidak dilakukan secara acak (random). Hasil penelitian dengan metode
kualitatif hanya berlaku untuk kasus situasi sosial tersebut. Hasil penelitian dapat
ditransferkan atau diterapkan ke situasi sosial (tempat) lain apabila situasi sosial
lain tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan dengan situasi sosial yang diteliti
(Sugiyono, 2008).
45
Data dan Metode Pengumpulan Data
Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari subyek kasus dan
informan. Hasil survei pendahuluan digunakan informan sebagai berikut : para
kader, pendamping, perangkat kelurahan, serta tokoh masyarakat; dan
pengamatan lapangan (kondisi usaha ekonomi produktif, dan interaksi antara
kader dan kelompok).
Terdapat lima kriteria untuk pemilihan key informan atau informan yang
dijadikan sumber pengambilan data di antaranya:
1. Subyek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau
medan aktivitas yang menjadi informasi, yang menghayati secara sungguh-
sungguh sebagai akibat dari keterlibatan yang cukup lama dengan lingkungan
atau kegiatan yang bersangkutan. Biasanya ditandai oleh kemampuan dalam
memberikan informasi tentang sesuatu yang ditanyakan.
2. Subyek yang masih terlibat secara aktif pada lingkungan atau kegiatan yang
menjadi perhatian penelitian.
3. Subyek yang mempunyai cukup waktu atau kesempatan untuk diwawancara.
4. Subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau
dipersiapkan terlebih dahulu.
5. Subyek yang sebelumnya tergolong cukup asing dengan penelitian sehingga
lebih mudah menggali informasi (Bungin, 2003).
Data primer didapatkan dengan menggunakan tiga metode pengumpulan
data yaitu: pengamatan berperan serta, wawancara mendalam dan diskusi
kelompok terarah (FGD/Focused Group Discussion). Metode tersebut digunakan
untuk memenuhi bahan penelitian kualitatif. Masing-masing metode digunakan
sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan penelitian. Data yang diperoleh
dari masing-masing metode dianalisis berdasarkan penggunaan data tersebut.
Pertama, pengamatan berperan serta terhadap tokoh-tokoh masyarakat
yang terlibat dan menjadi obyek penelitian untuk memahami keseharian subjek
penelitian serta makna dari tindakan mereka. Terdapat dua alasan metodologis,
kenapa menggunakan teknik pengumpulan data berperan serta (Moleong,
1989:138 dalam Ihsaniyati 2010). (1) pengamatan memungkinkan melihat,
merasakan dan memaknai dunia beserta ragam peristiwa dan gejala sosial di
dalamnya sebagaimana tineliti melihat, merasakan dan memaknainya. (2)
pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan secara bersama
dengan tineliti. Salah satu rumah penduduk dipilih sebagai tempat tinggal dalam
46
penelitian. Pilihan didasarkan pada informasi yang luas dan dipercaya serta
menghubungkan dengan orang-orang yang diperlukan dalam rangkaian
penelitian. Informan dapat menguasai informasi di RW 05 dan relasi yang luas di
luar RW 05, sehingga tidak saja informasi tentang warga di wilayahnya saja
tetapi informasi di RW lain juga bisa diperoleh.
Rentang waktu satu bulan lebih di lapangan memang cukup singkat untuk
mampu mengungkap secara jujur dan apa adanya pendapat para kader.
Penelitian sangat terbantu oleh informan kunci Kelurahan Situgede yaitu Bapak
Skn beserta istri, beliau sebagai Ketua RW 05, Ketua BKM Kelurahan Situgede,
koordinator Posdaya Kenanga serta guru olahraga di SMA Kornita IPB. Dengan
profesinya sebagai guru, ketua RW 05, Ketua BKM Kelurahan Situgede dan
koordinator Posdaya Kenanga yang bersangkutan menguasai informasi di RW
05 khususnya dan di Kelurahan Situgede pada umumnya. Melalui beliau
dipertemukan dan diperkenalkan kepada tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki
kapasitas dan dapat memberikan referensi untuk mendapatkan data penelitian.
Kedua, metode wawancara mendalam digunakan dalam penelitian.
Wawancara mendalam adalah komunikasi antara peneliti dan subyek kasus atau
informan untuk memperoleh informasi melalui tatap muka berulang kali di fokus
lokasi penelitian. Wawancara ini bersifat fleksibel dengan susunan outline
wawancara yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lokasi
penelitian. Wawancara mendalam ditujukan kepada kader yang ikut dalam
kegiatan program Posdaya, perangkat kelurahan, tokoh masyarakat dan
pendamping. Informasi yang ingin diperoleh adalah peran serta pendamping,
perangkat kelurahan, dan tokoh masyarakat serta komunikasi partisipatif dalam
kegiatan Posdaya untuk pemberdayaan masyarakat.
Sebelum wawancara dengan seluruh informan, pendekatan informan
dilakukan dengan mendatangi rumah informan, memperkenalkan diri, dan
melakukan perbincangan ringan seputar keluarga. Wawancara dilakukan sesuai
dengan pedoman wawancara dengan perbincangan santai. Teknik wawancara
dilakukan secara tidak terstruktur di mana wawancara bersifat “lepas” dan
informal dengan informan, namun terlebih dahulu dibuat pokok-pokok
pertanyaan. Alat bantu voice recorder (alat rekam audio) dan kamera digital
digunakan untuk merekam apa yang disampaikan para informan serta kemudian
memasukkan data yang diperoleh ke dalam catatan lapangan. Wawancara
dilakukan sesuai dengan kesepakatan dengan informan meliputi waktu dan
47
tempat wawancara. Tempat wawancara dilakukan di rumah, atau tempat bekerja
informan sesuai kesepakatan. Wawancara dilakukan pada pagi, siang, dan sore,
sesuai waktu luang yang dimiliki informan.
Wawancara siang hari tidak menjadi masalah karena jarak rumah informan
yang satu dengan informan yang lain cukup berdekatan yaitu sama-sama di
lingkungan RW 05. Untuk perangkat kelurahan kegiatan wawancara dilakukan di
kantor Kelurahan Situgede. Dalam satu hari wawancara dengan informan
maksimal dilakukan sebanyak empat kali dengan informan yang berbeda.
Ketiga, Focused Group Discussion (FGD) adalah suatu kegiatan diskusi
terfokus yang ditujukan untuk menggali informasi dari sekelompok narasumber
(informan) terpilih yang memahami betul tentang kegiatan program Posdaya di
lokasi penelitian. Sesuai dengan namanya, yakni Focused Group Discussion
(FGD), maka metoda penggalian informasi dalam kegiatan penelitian ini memiliki
tiga kata kunci, yakni : (1) Diskusi, adalah kegiatan “tukar pendapat” atau “curah
pendapat” untuk mendapatkan informasi lebih mendalam dari para peserta
secara subyektif baik berdasarkan pengalaman, pemahaman maupun
pengetahuan peserta mengenai topik-topik yang berhubungan dengan peran
serta pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat serta komunikasi
partisipatif dalam kegiatan Posdaya. (2) Kelompok, adalah sekumpulan orang
yang terdiri dari unsur-unsur yang mewakili kedudukannya dalam kegiatan
Posdaya. (3) Terfokus, dimana kegiatan “tukar pendapat” atau “ curah pendapat”
dilaksanakan sesuai dengan panduan dan topik-topik pembahasan yang spesifik
sesuai dengan tujuan dilaksanakannya FGD itu sendiri, sehingga kegiatan
diskusi menjadi terstruktur.
Teknik pengamatan dilakukan untuk melengkapi data dan informasi yang
tidak dapat diperoleh dari teknik wawancara. Diskusi kelompok dilakukan di ujung
pengumpulan data yaitu pada tanggal 14 Mei 2011 pukul 15.30 WIB sampai
dengan selesai di rumah Koordinator Posdaya Kenanga RW 05 Kelurahan
Situgede. Diskusi kelompok tersebut dilakukan untuk mengklarifikasi data dan
informasi penelitian yang telah diperoleh dari wawancara dengan subyek tineliti.
Diskusi kelompok dihadiri oleh informan penelitian. Sebagai pendukung
penyimpanan data dari ketiga teknik yang dipakai, maka dibuat catatan harian,
rekaman wawancara, dan foto-foto. Sumber data sekunder yaitu data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen antara lain: dokumen Yayasan Damandiri,
48
dokumen P2SDM LPPM IPB, serta dokumen di Kelurahan yaitu monografi
Kelurahan Situgede.
Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan terus-menerus selama penelitian berlangsung,
bahkan sejak pengumpulan data dimulai dari sebelum data benar-benar
terkumpul sampai dengan penulisan laporan penelitian. Tahap-tahap analisis
data meliputi:
1. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Dengan demikian
maka data yang telah direduksi memberikan gambaran yang jelas
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian data yaitu menyajikan data dalam berbagai bentuk seperti cuplikan
percakapan, narasi, deskripsi situasi sosial, foto dengan tujuan untuk
memudahkan dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Menurut Miles dan
Huberman (1992) bahwa data kualitatif disajikan dalam bentuk narasi, bukan
dalam bentuk angka. Data penelitian disajikan dalam bentuk narasi yang
dilengkapi dengan kutipan-kutipan pernyataan narasumber dan foto-foto.
3. Interpretasi data yaitu memberikan penafsiran/interpretasi atas data yang ada
dalam penelitian.
4. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi yaitu menyimpulkan dan mengecek
ulang data-data yang telah direduksi dan disajikan (Miles dan Huberman,
1984; Creswell, 1994 dalam Ihsaniyati, 2010). Kesimpulan-kesimpulan
diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan cara: (1) memikir ulang
selama penulisan, (2) tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, (3)
peninjauan kembali dan tukar pikiran antar teman sejawat untuk
mengembangkan “kesepakatan intersubyektif,” dan (4) upaya-upaya yang
luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang
lain.
Ketiga kegiatan analisis (reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan) yang dilakukan ini merupakan proses siklus dan interaktif. Ketiga
tahapan tersebut berlangsung secara simultan. Analisis data dapat digambarkan
(Miles & Huberman 1992) adalah sebagai berikut :
49
Gambar 2 Proses Analisis Data
Kredibilitas dan Dependabilitas (Reliabilitas) Penelitian
Uji kredibilitas atau dalam penelitian kuantitatif disebut validitas dilakukan
untuk menguji apakah data umum penelitian yang telah dikumpulkan adalah
benar (valid). Menguji kredibilitas penelitian kualitatif digunakan triangulasi.
Triangulasi meliputi triangulasi sumber, teknik pengumpulan data dan waktu.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis menghasilkan
suatu kesimpulan, selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan
sumber-sumber data tersebut. Member check dilakukan dengan diskusi
kelompok informan. Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Teknik yang
digunakan dapat berupa wawancara atau pengamatan. Reliabilitas pada
penelitian kualitatif, disebut dependabilitas. Suatu penelitian dikatakan
dependable apabila dapat mengulang/mereplikasi proses penelitian tersebut
(Sugiyono, 2008). Uji dependalibilitas dilakukan dengan mengaudit terhadap
keseluruhan proses penelitian.
Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data
Simpulan :
Verifikasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah
Sejarah Desa Situgede dimulai ketika pada tahun 1984 Desa Cikarawang
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor dibagi menjadi Desa Cikarawang dan
Desa Situgede. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No 95 Tahun 1995
tentang Perluasan Wilayah Kota Bogor, beberapa desa yang letaknya di
perbatasan antara Kota Bogor dan Kabupaten Bogor termasuk Desa Situgede
menjadi bagian wilayah Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Selanjutnya
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor No. 9 tanggal 28 Juli 2001 status
Desa Situgede ditingkatkan menjadi Kelurahan Situgede.
Kelurahan Situgede merupakan salah satu kelurahan yang berada di
wilayah Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kelurahan ini
terletak kurang lebih 5 km dari pusat pemerintahan kecamatan, 10 km dari pusat
Kota Bogor dan 160 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat. Secara keseluruhan
luas Kelurahan Situgede adalah 232.47 Ha. Kelurahan Situgede berbatasan
dengan Kali Cisadane di sebelah utara, Kali Sindang Barang di sebelah selatan,
Desa Cikarawang di sebelah barat, dan Kelurahan Bubulak di sebelah timur.
Geografis Kelurahan Situgede terletak pada 06°55’36” LS dan 106°74’98”
BT. Secara topografi daerah ini didominasi oleh dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata 250 m dpl. Kondisi lahan tergolong subur dan hampir tidak
ada erosi pada lahan. Curah hujan rata-rata 3.219-4.671 mm per tahun dengan
suhu rata-rata 24,9°-25,8° C. Lingkup Kelurahan Situgede terdapat 33 jumlah RT
serta 10 jumlah RW.
Orbitrasi (jarak dari Pusat Pemerintahan) Kelurahan Situgede berada
pada posisi yang strategis karena memiliki daya jangkau terhadap pelayanan dari
pemerintahan baik di tingkat kecamatan, kota, propinsi, dan negara yang relatif
dekat. Secara geografis Kelurahan Situgede sesungguhnya berada pada posisi
yang menguntungkan karena warga kelurahan tersebut dapat mengakses dan
menggunakan fasilitas publik yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta
seperti terlihat pada Tabel 1.
52
Tabel 1 Orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan) serta waktu tempuh
No Orbitasi Jarak Waktu
1 Pusat pemerintahan kecamatan 5 km 10 menit
2 Pusat pemerintahan kota 10 km 20 menit
3
4
Pusat pemerintahan provinsi
Pusat pemerintahan negara
160 km
100 km
120 menit
90 menit
Sumber: Monografi Kelurahan Situgede 2010
Kondisi wilayah Kelurahan Situgede secara morfologi berada di sekitar
situ (danau). Pada masa lalu situ memiliki luas sekitar 6 Ha, namun seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk serta jumlah pendatang ke Situgede,
maka telah banyak bangunan-bangunan rumah penduduk di sekitar situ.
Sehingga saat ini luas situ sekitar kurang lebih 5,3 Ha. Hal ini diperkuat dengan
penuturan seorang warga:
“Situ itu telah ada sejak zaman Belanda yang tujuannya dibuat untuk wadah pengairan. Dulu situ itu luasnya ±6 Ha, sekarang sudah tinggal separuhnya, terpakai oleh rumah-rumah di sekitar situ” (Ahm).
Kelurahan Situgede pada tahun 2011 mendapat dana hibah atau
bantuan dari Amerika Serikat untuk dibuatkan bangunan kantor kelurahan yang
baru. Dipilihnya Kelurahan Situgede merupakan hasil seleksi dan survei dari
pihak Amerika Serikat sendiri. Beberapa pertimbangan yaitu, lokasi Kelurahan
Situgede sangat strategis karena berdekatan dengan obyek wisata Danau
Situgede, potensi yang ada di Kelurahan Situgede menjanjikan untuk
meningkatkan kondisi ekonomi, sosial dan masyarakat yang masih memiliki jiwa
gotong royong yang tinggi. Pengerjaan kantor Kelurahan Situgede ini dilakukan
pada pertengahan bulan Mei 2011 dan semua dikerjakan oleh pihak Tentara dari
Amerika (US ARMY), Tentara Indonesia serta penduduk Situgede. Target dari
pembuatan bangunan tersebut hanya satu bulan, dimana konsep, logistik,
pemilihan material, pembuatan taman semuanya dilakukan oleh pihak Amerika
Serikat. Kantor Kelurahan Situgede akan menjadi kantor kelurahan terbesar di
Indonesia, bukan hanya di Jawa Barat. Adanya bantuan hibah ini penduduk
Situgede menyambut dengan antusias, serta bangga karena dari seluruh
kelurahan yang ada Situgede yang terpilih. Jika diistilahkan tentara Amerika
Serikat yang melakukan pembangunan kantor Kelurahan Situgede seperti ABRI
Masuk Desa (AMD) pada tahun 1980-an. Berikut kutipan dari salah satu
penduduk mengenai bangunan baru dari Kantor Kelurahan Situgede:
53
“Kita, masyarakat Situgede bangga tentunya dengan dipilihnya Situgede untuk dibuatkan gedung baru kantor kelurahannya. Apalagi se-Indonesia hanya Situgede yang terpilih, dan akan jadi kantor kelurahan yang terbesar dan termegah di Indonesia, bukan di Jawa Barat saja” (Skn).
Adapun tanggapan dari penduduk lain yaitu:
“Yah, kalau sudah dibangun gedung kantor kelurahan yang baru, masyarakat hendaknya untuk sama-sama saling menjaga, bukan hanya masyarakat RW 05 saja yang menjaganya karena dekat dengan kantor Kelurahan Situgede, tetapi juga masyarakat di 10 RW lainnya. Terutama masalah sampah, agar masyarakat tidak membuang sampah di sekitar danau atau di kali/sungai yang nantinya sampah akan bermuara ke Danau Situgede. Kan kalau kantor kelurahannya sudah bagus tetapi di sekitarnya masih banyak sampah sama aja bohong ya kan mb hehehe” (Sth).
Keadaan Penduduk
Kelurahan Situgede sebagai daerah baru hasil pemekaran mengalami
perkembangan penduduk yang cukup dinamis, pada tahun 2010 tercatat jumlah
penduduk sebanyak 7.941 dengan sex ratio lebih banyak penduduk laki-laki dari
pada perempuan. Uraian jumlah penduduk menurut jenis kelamin, serta kepala
keluarga dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga Tahun 2010
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki
Perempuan
4.048 orang
3.893 orang
Kepala Keluarga 2.228 KK
Sumber: Monografi Kelurahan Situgede 2010
Berdasarkan Tabel 2 diatas, menunjukkan bahwa jumlah laki-laki
sebanyak 4.048 orang dan perempuan sebanyak 3.893 orang, dimana jumlah
laki-laki lebih banyak daripada jumlah perempuan. Serta jumlah kepala kelurga
yang ada di Kelurahan Situgede ada 2.228 KK.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk merupakan salah satu aspek kehidupan
yang berkaitan dengan kemakmuran suatu daerah. Penduduk di Kelurahan
Situgede sebagian besar bermatapencaharian sebagai buruh tani yaitu sebanyak
1.134 orang, kemudian disusul dengan pekerjaan sebagai petani sebanyak 357
54
orang. Sisanya merupakan pekerjaan lain seperti Pegawai Negeri Sipil, TNI,
Polri, Swasta, wiraswasta, pertukangan, pensiunan, serta jasa dan lain-lain.
Banyaknya penduduk yang bermatapencaharian sebagai buruh tani serta
petani disebabkan karena sebagian besar lahan yang ada di Kelurahan Situgede
adalah lahan pertanian. Berdasarkan penggunaan lahan di Kelurahan Situgede
lahan yang digunakan sebagai pertanian adalah seluas 67,9 Ha. Bekerja pada
lahan milik orang lain merupakan mata pencaharian paling banyak di Situgede.
Pemilik tanah pada umumnya bukan penduduk asli Kelurahan Situgede, tetapi
orang lain yang membeli lahan sawah dari penduduk dan kemudian
menyewakan sawah yang mereka beli tersebut kepada penduduk setempat.
Sementara itu, penduduk yang memiliki lahan pribadi biasanya hanya memiliki
lahan dengan jumlah yang kecil. Keterbatasan pemilikan ini juga menjadi salah
satu penyebab pembagian lahan menjadi petakan-petakan yang berukuran kecil.
Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Situgede Tahun 2010
Mata Pencaharian Jumlah (orang)
Pegawai Negeri Sipil
TNI
Polri
Swasta/BUMN/BUMD
Wiraswasta/pedagang
Tani
Pertukangan
Buruh Tani
Pensiunan
Jasa/lain-lain
93
15
10
165
137
357
51
1.134
70
132
Sumber: Monografi Kelurahan Situgede 2010
Sumber daya manusia yang rendah, menimbulkan kreatifitas yang rendah
pula. Hal ini dapat dilihat pada apa yang dilakukan oleh masyarakat di kelurahan
tersebut. Umumnya petani, terutama buruh tani merasa menyerah dengan
keadaan alam dan keadaan dirinya, kalaupun ada yang memiliki ide
mengembangkan potensi dan peluang yang ada di kelurahan tersebut jumlahnya
terbatas dan memiliki akses dan informasi dari luar kelurahan yang lebih baik.
Selain pekerjaan di sektor pertanian, pekerjaan lain yang juga dilakukan
oleh penduduk Kelurahan Situgede adalah bekerja dibidang jasa keterampilan
serta jasa perdagangan seperti membuka usaha kios/warung, salon, tambal ban,
55
toko, bengkel, mobil/motor, bengkel sepeda, service radio/TV, photocopy dan
cuci motor/mobil. Selain bekerja di sektor pertanian, penduduk Kelurahan
Situgede juga banyak yang bekerja di sektor perdagangan. Dikarenakan letak
Kelurahan Situgede yang berada tidak jauh dengan pusat Kota Bogor dan
Terminal Bubulak, sehingga sangat strategis untuk mendirikan kios dan warung,
toko material, toko kelontong, maupun pasar. Namun sedikit sekali peluang ini
dimanfaatkan oleh masyarakat karena terbatasnya modal atau dana. Melalui
analisis ketenagakerjaan dapat terlihat tingkat penduduk dalam aktivitas ekonomi
serta taraf ekonomi masyarakat. Masalah ketenagakerjaan di Kelurahan
Situgede tidak jauh berbeda dengan permasalahan ketenagakerjaan di
Indonesia, baik menyangkut tingkat tingginya pengangguran maupun kurang
optimalnya tingkat pemanfaatan tenaga kerja.
Keagamaan
Penduduk di Kelurahan Situgede didominasi oleh umat muslim dengan
jumlah penduduk sebanyak 7.930 orang beragama Islam, sedangkan yang
beragama Kristen ada 11 orang, serta agama Katholik, Hindu, Budha, Konghucu
tidak ada di Kelurahan Situgede. Pada tahun 2010 terdapat 10 masjid dan 9
mushalla yang tersebar di 10 RW dan 33 RT. Dilihat dari jumlah penduduk,
kebutuhan untuk melaksanakan ibadah shalat dan sebagainya, bahwa jumlah
masjid dan mushalla masih belum mencukupi. Terutama saat bulan Ramadhan
datang, dimana mayoritas penduduk beragama muslim akan melaksanakan
shalat tarawih, jumlah masjid dan mushalla yang ada dirasa kurang untuk
menampung penduduk kelurahan tersebut. Tempat ibadah hanya ada tempat
beribadah bagi umat Islam saja, tempat beribadah agama lain misalnya gereja,
penduduk harus keluar dari Kelurahan Situgede untuk melaksanakan ibadahnya.
Pendidikan
Kualitas sumber daya manusia secara spesifik dapat dilihat dari tingkat
pendidikan penduduk. Pendidikan merupakan hal utama yang harus dimiliki oleh
setiap orang. Pendidikan menyebabkan meningkatnya partisipasi dalam
angkatan kerja dan meningkatnya produktivitas. Penduduk Kelurahan Situgede
memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Ada yang lulusan
Sarjana walaupun hanya sedikit, ada yang hanya tamat SMA, SMP, dan ada pula
SD saja tidak selesai. Semua itu kembali pada pemahaman dan kondisi ekonomi
masing-masing. Penduduk yang memiliki pendidikan maju ataupun tidak, jangan
56
dilihat hanya berdasarkan ekonomi saja tetapi juga sarana yang menunjang di
daerah tersebut.
Tabel 4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Situgede Tahun 2010
Jenis Pendidikan Jumlah (unit)
TK
Sekolah Dasar (SD)/MI
SMP/MTS
SMA/MA
Akademi/D1-D3
Sarjana (S1-S3)
132
3.121
2.129
992
81
52
Sumber: Monografi Kelurahan Situgede 2010
Sarana pendidikan yang ada di Kelurahan Situgede terdapat sekolah
dasar (SD) serta Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk sarana pendidikan
SMA penduduk harus keluar dari Kelurahan Situgede. Pada tahun 2010, sarana
pendidikan di Kelurahan Situgede memiliki 3 sekolah Taman Kanak-Kanak, 5
Sekolah Dasar Negeri, 1 Sekolah Menengah Pertama Negeri, 1 Sekolah
Menengah Pertama Swasta namun SMP swasta ini sudah tidak lagi
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan sudah ditutup, 1 Sekolah
Madrasah Aliyah Swasta setara dengan Sekolah Menengah Umum. Jumlah
sarana pendidikan di Kelurahan Situgede dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :
Tabel 5 Jumlah Sarana Pendidikan di Kelurahan Situgede Tahun 2010
Jenis Pendidikan Jumlah (unit)
TK
Sekolah Dasar (SD)
SMP
MA
3
5
2
1
Sumber: Monografi Kelurahan Situgede 2010
Aktivitas pendidikan di Kelurahan Situgede berjalan lancar. Khusus untuk
pendidikan dasar umumnya anak-anak mengikuti dua pendidikan sekaligus. Jika
pagi hari bersekolah di SD Negeri (sekolah umum) maka siang hari di TPA dan
begitupun sebaliknya jika siang hari bersekolah di SD Negeri maka pagi hari
akan mengikuti kegiatan TPA. Secara umum kesadaran penduduk
menyekolahkan anak-anak cukup tinggi dan memasukkan bekal ilmu agama juga
masih sangat kental untuk anak-anak mereka. Hal ini terlihat dihampir seluruh
keluarga, anak-anaknya disekolahkan di lingkup Kelurahan Situgede (khususnya
57
untuk tingkat SD dan SLTP sederajat) atau di luar Kelurahan Situgede, baik di
Kota Bogor maupun di Ibukota Provinsi Jawa Barat (terutama untuk tingkatan
SMA dan pendidikan tinggi).
Kesehatan
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan
ekonomi serta memiliki peranan penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Pemerintah Kota Bogor berupaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakatnya, ini terlihat dalam peningkatan jumlah Posyandu dan
sarana kesehatan lainnya. Pemerintah Kota Bogor telah berupaya meningkatkan
pelayanan kesehatan dengan cara mengangkat status puskesmas dari
puskesmas rawat jalan menjadi puskesmas rawat inap. Jumlah sarana
kesehatan di Kelurahan Situgede dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Jumlah Sarana Kesehatan di Kelurahan Situgede Tahun 2010
Jenis Pendidikan Jumlah (unit)
Poliklinik/Balai Pengobatan Masyarakat
Praktek Bidan
Balai Pengobatan/Posyandu
1
1
2
Sumber: Monografi Kelurahan Situgede 2010
Kelurahan Situgede memiliki sarana kesehatan poliklinik 1 unit, 1 praktek
bidan, serta Posyandu sebanyak 2 unit. Apabila penduduk ingin berobat ke
puskesmas bisa mendatangi puskesmas yang ada di Sindang Barang. Jumlah
sarana kesehatan di Kelurahan Situgede masih terbilang kurang memadai,
dikarenakan jumlahnya yang masih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah
penduduknya. Didalam RW 05 khususnya, tidak tersedianya tenaga medis yang
dapat membantu proses kelahiran seperti bidan ataupun dokter, sehingga untuk
keperluan tersebut biasanya penduduk mengunjungi bidan yang ada di wilayah
RW 04 Situgede, ataupun di Kelurahan Bubulak.
Perhubungan dan Komunikasi
Kondisi jalan di Kelurahan Situgede sudah cukup baik, dimana jalan-jalan
yang menghubungkan kelurahan dengan kecamatan lain atau dengan Kota
Bogor sudah beraspal. Sebagian besar jalan sudah diaspal tetapi masih ada
jalan yang masuk gang setiap RT yang belum diaspal. Alat transportasi yang
dapat digunakan di Kelurahan Situgede adalah angkutan kota (angkot), ojek,
58
mobil, motor, truk barang, serta pick-up. Kendaraan umum yang dapat digunakan
berupa angkutan kota serta ojek.
Sarana komunikasi yang terdapat di Kelurahan Situgede antara lain
adalah televisi, radio, surat kabar dan telepon. Selain itu, untuk menunjang
kebutuhan masyarakat umum telah dibuat warnet sebanyak 2 unit serta terdapat
10 unit telepon umum. Perkembangan zaman juga menunjukkan bahwa di
Kelurahan Situgede telah menunjukkan adanya kemajuan pada sistem
komunikasinya, dimana telah masuk sarana telepon rumah serta masyarakatnya
juga sudah menggunakan telepon genggam (HP), dan ada juga untuk pemakaian
jasa telekomunikasi atau lebih dikenal dengan wartel sebanyak 6 unit.
Gambaran Umum RW 05 Kelurahan Situgede
Kelurahan Situgede merupakan salah satu lokasi tujuan wisata Kota
Bogor. Letak RW 05 dalam Kelurahan Situgede berada pada bagian tengah
Kelurahan Situgede, dimana terletak danau atau setu sebagai pusat kegiatan
ekowisata. Letak RW 05 mudah dijangkau dan diakses oleh penduduk karena
lokasinya yang lebih dekat dengan Kantor Kelurahan Situgede dibandingkan
dengan RW lainnya. Dekatnya akses membuat RW 05 selalu mengetahui dan
mengikuti setiap program yang dilakukan oleh pihak kelurahan, baik kegiatan
yang bersifat formal maupun kegiatan yang bersifat informal seperti arisan
kelurahan, pengajian kelurahan, dan lokakarya mini PKK.
Kondisi RW 05 yang berdekatan dengan danau Situgede serta hutan-
hutan lindung tidak hanya membanggakan, tetapi juga membawa konsekuensi
yaitu setiap hari terutama hari-hari libur pengunjung berdatangan dan
meninggalkan sampah berserakan dimana-mana. Wilayah administrasi RW 05
Kelurahan Situgede lebih dari separuhnya merupakan wilayah milik Badan
Litbang Departemen Kehutanan yang ditutupi oleh pohon-pohon karet,
sedangkan wilayah pemukiman hanya ada pada lokasi-lokasi tertentu saja
sehingga tata letak rumah-rumah tersebut saling berdekatan.
Batas-batas luar wilayah administrasi RW 05 Kelurahan Situgede adalah
sebagai berikut:
Sebelah barat berbatasan dengan wilayah RW 08 dan RW 09,
Sebelah utara berbatasan dengan wilayah RW 07,
Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Desa Bubulak, dan
Sebelah selatan berbatasan dengan Danau Situgede dan RW 04.
59
Berdasarkan catatan administrasi kependudukan jumlah penduduk di RW
05 ada 168 kepala keluarga dengan jumlah jiwa 641 orang, yang terbagi dalam 3
rukun tetangga (RT), masing-masing sebagai berikut:
60 kepala keluarga dengan jumlah jiwa 257 orang di wilayah RT 01
43 kepala keluarga dengan jumlah jiwa 141 orang di wilayah RT 02
65 kepala keluarga dengan jumlah jiwa 243 orang di wilayah RT 03
Hasil catatan kependudukan diatas terlihat bahwa jumlah KK yang ada di
RW 05 relatif cukup sedikit dibandingkan RW lainnya. Bahkan sebagian dari
penduduk di RW 05 bukan penduduk asli Situgede melainkan penduduk
pendatang. Dilihat dari keseharian serta aktivitas penduduk Situgede, sebagian
besar mereka memiliki pekerjaan tetap, misalkan sebagai guru, baik SD, SMP
dan SMA, ada sebagai peneliti di Kebun Raya Bogor, ada sebagai konsultan
kehutanan, dan berbagai macam profesi lainnya yang dilakukan oleh penduduk
setempat. Berdasarkan pekerjaan yang mereka lakukan dapat dipastikan bahwa
mayoritas pendidikan yang di miliki masyarakat Situgede sangat baik. Meskipun
penduduk di RW 05 sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas masing-masing, hal ini
tidak membuat mereka acuh terhadap kegiatan sosial kemasyarakatan yang ada
di RW 05. Mereka aktif ikut dalam kegiatan sosial kemasyarakatan yang ada
misalnya pengajian mingguan setiap hari Rabu ba’da ashar di Masjid Nurul Yaqin
yang membahas mengenai tafsir Alqur’an dan Hadits, setiap hari Kamis
pengajian ibu-ibu dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB,
adanya pemeriksaan jentik nyamuk di setiap rumah yang dilakukan oleh para
kader PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), setiap Jumat biasanya ada kerja
bakti ibu-ibu dimasing-masing RT di RW 05, dimana masing-masing RT sudah
ada yang mengkoordinir untuk melakukan “jumsih” (Jumat Bersih), dan untuk
bapak-bapak kegiatan kerja bakti atau bersih-bersih dilakukan pada hari Minggu
serta ada kegiatan senam pagi yang dikoordinir oleh Ketua RW 05 setiap Minggu
paginya.
Kegiatan kebersihan dan kerja bakti ini dilakukan karena penduduk sudah
peduli dengan kebersihan lingkungan di sekitar juga sebagai bentuk tanggung
jawab penduduk RW 05 karena lingkungan mereka sebagian besar berada di
sepanjang jalan raya Tambakan-CIFOR, yang selalu dilalui oleh kendaraan, baik
kendaraan pribadi dari karyawan CIFOR, maupun angkutan umum. Selain dari
sisi pekerjaan dan pendidikan, dilihat dari kondisi rumah yang ditempati
menunjukkan bahwa penduduk RW 05 berada pada status sosial yang baik yaitu
60
semua rumah permanen dan sangat layak untuk dihuni, selain itu juga setiap
masing-masing rumah terjaga kebersihannya sehingga tampak indah dan asri,
dan berdasarkan dari data Kelurahan Situgede menunjukkan dari jumlah 10 RW
hanya RW 05 yang mempunyai KK miskin paling sedikit yaitu 30 KK miskin.
Berikut kutipan salah satu penduduk mengenai kondisi penduduk di RW 05:
“Alhamdulliah masyarakat RW 05 termasuk dalam status sosial yang baik terlihat bahwa di RW 05 jumlah KK nya paling sedikit dibandingkan dengan RW lain, serta masyarakat RW 05 sendiri masih menganut paham bahwa gotong royong itu sangat penting” (Skn).
Kegiatan yang ada di RW 05 sangat banyak yaitu adanya home industry
pembuatan aneka makanan ringan dari talas, ada budidaya jamur tiram,
budidaya tanaman hias, pengelolaan sampah bekas (ramah lingkungan) untuk
menjadi bahan anyaman kerajinan tangan misalnya dompet, tas serta Posyandu
dan Posbindu Lansia yang aktif setiap bulannya di mana ada bidan serta mantri
yang melakukan pemeriksaan serta langsung diberi obat. Posyandu
dilaksanakan pada minggu ke II setiap hari Rabu sedangkan untuk Posbindu
Lansia diadakan pada minggu ke II setiap hari Kamis. Kegiatan di Posyandu
terdiri dari penimbangan balita, pemberian makanan tambahan (PMT) pada
balita, pemeriksaan kandungan ibu hamil, pemeriksaan tekanan darah ibu hamil,
adanya penyuluhan mengenai kesehatan ibu dan anak. Sedangkan untuk di
Posbindu Lansia, biasanya kegiatan yang dilakukan yaitu pemeriksaan tekanan
darah, pemeriksaan gula darah, pemeriksaan asam urat. Kegiatan kesehatan
tidak ditetapkan biaya akan tetapi ada biaya sukarela yang diberikan oleh
masyarakat yang digunakan untuk membeli perlengkapan kebersihan di
Posyandu dan Posbindu, akan tetapi jika melakukan pengambilan darah,
pemeriksaan gula darah dan asam urat ada tarif yang harus dibayar oleh yang
berobat. Bahkan saat ini RW 05 sudah mempunyai dana sehat yaitu satu rumah
Rp 1.000,00. Dengan dana sehat ini, penduduk yang sakit bisa langsung merujuk
ke Puskesmas Sindang Barang untuk berobat. Berikut kutipan dari ketua
Posbindu Lansia Kenanga mengenai dana sehat:
“RW 05 sudah memiliki dana sehat, dana sehat itu ya dana dari swadaya masyarakat, sebulannya Rp 1.000,00. Semua warga punya dana sehat ga memandang gakin ga memandang yang punya gitu, semuanya dari situ dana nya buat berobat. Dikelola oleh masing-masing RT, jadi tiap-tiap RT punya dana sehat untuk masyarakat” (Ryt).
61
Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh RW 05 sangat baik, ini
terlihat bahwa banyak kader-kader yang aktif disetiap bidang kegiatan yang
mereka laksanakan meskipun tanpa ada bayaran atau insentif. Semua yang
dilakukan oleh para kader-kader ini yaitu untuk membantu sesama penduduk di
sekitar RW 05 serta ingin mengaktifkan kembali kegiatan-kegiatan yang telah
berjalan dengan didukung oleh penduduk lainnya. Selain aktif di RW 05, para
kader-kader ini juga aktif di kegiatan Kelurahan Situgede, baik di PKK maupun di
lokmin-lokmin (lokakarya mini) yang dilakukan oleh pihak kelurahan, bahkan
tidak jarang pula para kader ini memiliki jabatan ganda di setiap kegiatan yang
mereka lakukan.
Saat ini RW 05 mempunyai kegiatan yaitu RW 05 Siap Antarkan Galang
(SIAGA) yang merupakan langkah lanjut dari program pembentukan Kelurahan
SIAGA dimana masing-masing setiap RW yang ada di Kelurahan Situgede
diharapkan dapat melaksanakan RW SIAGA. Saat ini RW 05 serta RW 04 dari
Kelurahan Situgede memperoleh kesempatan pertama mengikuti program
pengembangan RW SIAGA tersebut, yaitu bersama-sama dengan 35 RW (dari
seluruh 191 RW) yang mewakili 16 Kelurahan se-Kecamatan Bogor Barat. Di RW
05 “SIAGA” terdapat para kader-kader yang melaksanakan pokja (kelompok
kerja) kegiatan sesuai bidang yang ditekuni. Terdapat 7 kelompok kerja yang ada
di RW 05 SIAGA yaitu terdiri dari 1) Pokja Penggerak dan Pemberdayaan
Masyarakat (PPM), 2) Pokja Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM), 3) Pokja Pengamatan Penyakit, 4) Pokja Kesehatan
Lingkungan (KESLING), 5) Pokja Penanggulangan Gawat Darurat dan Bencana
(TAGANA), 6) Pokja Pemasyarakatan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI), 7) Pokja
Pemasyarakatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Adapun susunan
Forum Mayarakat RW 05 SIAGA tercantum dalam Gambar 3.
Prasarana masyarakat yang terdapat dalam wilayah RW 05 antara lain:
a. 1 bangunan Posyandu (bangunan permanen)
b. 2 klinik pengobatan berizin Dinas Kesehatan Kota Bogor
c. 1 lapangan olahraga (volley/futsal)
d. 1 bangunan SMP Swasta Yayasan Budhi Bhakti
e. 1 Masjid Nurul Yaqin
f. Adanya tempat pemakaman umum (TPU)
g. Adanya tangga seribu yang menghubungkan untuk menuju kali Cisadane.
62
Gambar 3 Struktur Pengurus RW 05 SIAGA
Selain adanya RW 05 SIAGA, RW 05 juga dipercaya untuk
melaksanakan kegiatan yang berbasis pemberdayaan masyarakat yaitu
Posdaya. Wilayah RW 05 dijadikan sebagai Posdaya percontohan di Kelurahan
Situgede, dengan harapan jika Posdaya RW 05 yang diberi nama Posdaya
Kenanga ini berhasil serta membawa manfaat bagi penduduk di RW 05 maka
diharapkan akan terbentuknya lagi Posdaya di RW lainnya di Situgede. Dipilihnya
RW 05 sebagai Posdaya percontohan dikarenakan telah banyaknya kegiatan
yang berjalan di RW 05 seperti kegiatan home industry makanan ringan dari talas
untuk bidang ekonomi, Posyandu dan Posbindu yang sudah aktif sejak tahun
2000, adanya budidaya jamur tiram, serta aktifnya kegiatan dalam pembersihan
lingkungan dengan adanya pemeriksaan jentik nyamuk untuk pemberantasan
sarang nyamuk (PSN), pemanfaatan sampah bekas (ramah lingkungan) untuk
dijadikan bahan kerajinan anyaman seperti dompet, tas, dan melakukan kegiatan
kerja bakti “jumsih” (Jumat bersih). Posdaya memiliki 4 peran yang dilakukan
yaitu 1) jika pada suatu wilayah tertentu belum terdapat suatu program
pemberdayaan apapun atau suatu bentuk kerjasama masyarakat untuk
Penanggung Jawab
Lurah Situgede
Ketua
Salikan
Sekretaris
Gustaaf Prihatin
POKJA KESLING
Riatin
POKJA PHBS
Asnawati
POKJA KADARZI
Sutirah
POKJA TAGANA
Nani Rahayu
Bendahara
Jawariah
POKJA PPM
Otih dan Yanih
POKJA UKBM
Dewi dan Siti Kalsum
POKJA Peng. Penyakit
Surtini
63
pemberdayaan masyarakat, maka di tempat itu Posdaya dapat berperan
membangun kegiatan-kegiatan baru yang bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan
dimaksud dapat meliputi bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan.
2) jika pada wilayah tersebut pernah ada suatu kegiatan pemberdayaan tetapi
sudah ditinggalkan oleh masyarakat, maka Posdaya dapat menghidupkan
kembali kegiatan-kegiatan tersebut, 3) jika suatu wilayah sudah terdapat
kegiatan-kegiatan pemberdayaan, maka kehadiran Posdaya dapat berperan
untuk meningkatkan kualitas program yang sudah ada, baik kuantitas maupun
kualitasnya, dan 4) Posdaya juga berperan “menjahit” semua kegiatan atau
kelembagaan masyarakat yang ada di wilayah tersebut sehingga dapat
berpayung bersama secara keseluruhan dalam gerakan Posdaya.
Pelaksanaan Kegiatan Posdaya Kenanga RW 05 di Kelurahan Situgede
Sekilas Mengenai Posdaya Secara Umum
Posdaya merupakan gagasan baru guna menyambut anjuran pemerintah
untuk membangun sumberdaya manusia melalui partisipasi keluarga secara
aktif. Proses pemberdayaan itu diprioritaskan pada peningkatan kemampuan
keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan, kemiskinan
dalam arti yang luas. Sasaran kegiatan yang dituju adalah terselenggaranya
upaya bersama agar setiap keluarga mempunyai kemampuan melaksanakan
delapan fungsi keluarga. Dalam rangka pelaksanaan Millenium Development
Goals (MDGs), pengembangan fungsi keluarga tersebut diarahkan kepada lima
prioritas sasaran utama, yaitu 1) komitmen pada pimpinan dan sesepuh tingkat
desa dan pedukuhan, kecamatan dan kabupaten, 2) pengembangan fungsi
keagamaan, fungsi KB, dan kesehatan, 3) fungsi pendidikan, 4) fungsi
kewirausahaan dan 5) fungsi lingkungan hidup yang memberi makna terhadap
kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera (Muljono dkk, 2010)
Rintisan awal Posdaya dilakukan oleh yayasan Dana Sejahtera Mandiri
(Damandiri) bekerjasama dengan berbagai pihak seperti kalangan perguruan
tinggi dan pemerintah daerah. Pembentukan dan pengembangan Posdaya di
wilayah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten
Sukabumi didukung oleh Pusat Pengembangan SDM-LPPM IPB Bogor sejak
tahun 2006 yang lalu. Posdaya ini melibatkan berbagai pihak seperti Yayasan
Damandiri, pemerintah daerah setempat, mahasiswa perguruan tinggi, dan
perusahaan yang berminat melalui program CSR.
Konsep buttom-up planning adalah sebuah konsep pembangunan yang
mengedepankan masyarakat sebagai pemeran utama dalam proses
pembangunan pada setiap tahap, tercakup didalamnya proses perencanaan,
pelaksanaan, dan juga evaluasi pembangunan. Posdaya yang digagas oleh Prof.
Haryono Suyono pada tahun 2006 dengan beberapa tambahan pengayaan
pemikiran dari berbagai perguruan tinggi di tanah air adalah salah satu contoh
penerapan konsep buttom-up planning tersebut.
Posdaya adalah wadah kegotongroyongan di masyarakat dengan prinsip
oleh, dari dan untuk masyarakat dengan misi meningkatkan IPM (Indeks
Pembangunan Manusia) dengan fokus utama keluarga-keluarga miskin. Titik
sentral kegiatan Posdaya adalah pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan
66
lingkungan. Keempat bidang ini selain karena menjadi penentu utama dalam
penghitungan indeks pembangunan manusia (human development index), juga
merupakan aktivitas yang sehari-hari sangat melekat dengan kebutuhan dasar
manusia. Sebagai wadah gotong royong Posdaya melibatkan orang-orang kaya
di suatu wilayah sebagai kelompok peduli atau donatur yang akan berperan aktif
sebagai penyedia dana untuk lancarnya kegiatan Posdaya. Metode
pengembangan Posdaya adalah buttom-up planning dengan mengutamakan
kemandirian dan keswadayaan.
Dalam implementasinya, perguruan tinggi selaku agen pemberdaya, pada
langkah awal mensosialisasikan konsep Posdaya kepada masyarakat calon
wilayah penerapan Posdaya, sekaligus dalam sosialisasi tersebut perguruan
tinggi menawarkan program pemberdayaan yang bersifat bottom up tersebut
kepada masyarakat yang awalnya diwakili oleh beberapa tokoh masyarakat. Jika
mereka menerima maka langkah berikutnya dalam proses penerapan Posdaya
ini dapat dilanjutkan. Namun jika masyarakatnya memperlihatkan tanda-tanda
keberatan dengan program ini, maka perguruan tinggi atau pihak pemberdaya
mencari wilayah lain yang lebih responsive dan akomodatif. Dari tahap awal
sosialisasi dan penawaran penerapan Posdaya di suatu wilayah sudah tercermin
implementasi konsep buttom up dengan memberikan sepenuhnya kesempatan
pengambilan keputusan kepada masyarakat setempat
Sosialisasi Posdaya berlanjut kepada suatu diskusi kelompok terarah
atau FGD (Focussed Group Discussion) yang diikuti oleh tokoh-tokoh
masyarakat formal dan non formal serta beberapa perwakilan masyarakat. Pada
forum FGD biasanya masyarakat akan memunculkan potensi dan kendala serta
beragam keinginan masyarakat untuk aktivitas pemberdayaan di wilayahnya.
Keberhasilan dalam pelaksanaan FGD ditindaklanjuti dengan sebuah lokakarya
tingkat RW, desa ataupun kelurahan yang diberi nama “Mini Workshop” (Mini
Lokakarya). Saat lokakarya mini itulah sebenarnya “Gong Posdaya” ditabuh pada
kalangan masyarakat lebih luas. Semua unsur masyarakat bisa terwakili dalam
lokakarya mini tersebut seperti kepala desa, LPM, BPD, tokoh agama, alim
ulama, tokoh pemuda, tokoh wanita, kelompok tani, bidan, guru, remaja dan
tentu saja kelompok marjinal. Kemampuan masyarakat menangkap ide
pemberdayaan berbasis masyarakat melalui Posdaya umumnya membawa suatu
perubahan yang cukup drastis di wilayah tersebut.
67
Sekilas Posdaya Kenanga RW 05 di Kelurahan Situgede
Posdaya merupakan sebuah gerakan yang mengusung kemandirian dan
pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal yang ada. Posdaya dikembangkan
sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat untuk
membangun keluarga yang mandiri dan sejahtera. Dengan dibentuknya Posdaya
Kenanga di RW 05 Kelurahan Situgede, diharapkan dapat berperan sebagai
wadah pelayanan keluarga secara terpadu, utamanya pelayanan kesehatan,
pendidikan, wirausaha, dan pengembangan lingkungan yang memudahkan
keluarga berkembang secara mandiri dan menuju masyarakat sejahtera.
Posdaya Kenanga berlokasi di RW 05 Kelurahan Situgede Kota Bogor.
Lingkup RW 05 terdiri dari RT 01, RT 02, dan RT 03. Posdaya Kenanga
terbentuk melalui kegiatan penelitian strategis aplikatif (PSA) dengan judul
“Pengembangan Posdaya: Upaya Pemberdayaan Masyarakat Lingkar Kampus
Tahun 2011.” Pembentukan Posdaya diawali dengan sosialisasi kepada kader-
kader di Kelurahan Situgede pada tanggal 26 April 2010. Setelah dilakukan
sosialisasi, penerimaan dari para kader dapat ditangkap dengan tanggapan
positif untuk menapaki langkah-langkah lanjutan menuju pembentukan Posdaya,
maka dilaksanakanlah lokakarya mini.
Lokakarya Mini Posdaya dilakukan pada tanggal 7 Mei 2010 bertempat di
Kantor Kelurahan Situgede yang menyepakati pembentukan Posdaya di
Kelurahan Situgede dan RW 05 sebagai lokasi percontohan kegiatan Posdaya.
Lokakarya tersebut dihadiri pihak P2SDM-LPPM IPB dan yayasan Damandiri,
serta masyarakat Situgede. Masyarakat yang menghadiri Lokakarya Mini
Posdaya tersebut meliputi Kepala Kelurahan Situgede, tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh pemuda, para kader serta warga Kelurahan Situgede. Selanjutnya
pada tanggal 22 Mei 2010, dilakukan pertemuan dengan masyarakat RW 05
Kelurahan Situgede untuk melengkapi kepengurusan Posdaya yang diberi nama
Posdaya Kenanga dengan SK Kelurahan No. 147/96/V/2010. Dalam surat
keputusan tersebut ditetapkan koordinator Posdaya Kenanga RW 05 yaitu Bapak
Skn. Adapun susunan kepengurusan Posdaya Kenanga sebagai berikut:
Gambar 4 Susunan Pengurus Posdaya Kenanga RW 05 Situgede
Penasehat Lurah Situgede
Sekretaris Gustaaf Prihatin
Koordinator Salikan
Lingkungan Ade Endang
Bendahara Jawariah
Kesehatan Asnawati
Pendidikan Ruhid
Ekonomi Doni Achmad
B.
Posyandu Asnawati
UKM/Home Industry
Otih
TPA Siti Badriah
Kompos Surtini
PAUD Yani
BKL Riyatin
BKB Yani
Perpustakaan Dadang
68
69
Posdaya Kenanga yang terletak di RW 05 Kelurahan Situgede memang
baru berdiri kurang lebih satu tahun yang lalu, akan tetapi ada keunggulan
khusus di Posdaya ini yang bisa disejajarkan dengan Posdaya lainnya yang
sudah lebih lama terbentuk. Posdaya Kenanga resmi berdiri pada bulan Mei
2010. Dua bulan berikutnya yaitu bulan Juli 2010 para kader Posdaya dilatih
bagaimana menjadi kader yang terampil, dan pada bulan Oktober diadakan rapat
kerja pengurus Posdaya Kenanga untuk memantapkan program kerja praktis,
dan dimulai pada bulan Oktober 2010 inilah kegiatan mulai dirintis. Ada kekuatan
besar yang menjadikan Posdaya Kenanga cepat bergerak dalam waktu singkat,
yaitu tingginya keswadayaan dan gotong-royong masyarakat. Lembaga
keuangan mikro (LKM), pendidikan anak usia dini (PAUD) dan Posbindu Lansia
adalah 3 kegiatan yang diinisiasi dengan swadaya murni dari masyarakat melalui
pengumpulan iuran warga. Sampai saat ini, masih banyak tokoh-tokoh potensial
di RW 05 Kelurahan Situgede yang menjadi donatur Posdaya Kenanga.
Posdaya merupakan salah satu pemberdayaan keluarga dengan prinsip
dari, oleh dan untuk masyarakat. Konsep bidang kegiatan yang diusung program
Posdaya yaitu menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan program pemberdayaan
yang sudah ada dalam masyarakat yang sudah ditinggalkan, menjalin kegiatan-
kegiatan yang telah ada dengan lebih ditingkatkan kuantitas serta kualitasnya,
menumbuhkan kegiatan-kegiatan yang belum ada di masyarakat tersebut dan
“menjahit” kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang telah ada di lingkungan
masyarakat.
Berdasarkan prinsip tersebut maka kepengurusan Posdaya harus berasal
dari masyarakat setempat karena merekalah yang akan menjadi subyek dari
pembangunan bukan menjadi obyek pembangunan yang hanya melihat kegiatan
pembangunan tanpa ada keterlibatan dalam pembangunan. Penunjukkan
kepengurusan berdasarkan hasil musyawarah masyarakat RW 05 Kelurahan
Situgede. Posdaya Kenanga juga melakukan evaluasi setiap tiga bulanan pada
hari Sabtu atau Minggu yang bertempat di rumah koordinator Posdaya Kenanga
atau di pelataran Masjid Nurul Yaqin untuk mengetahui kemajuan dan
kemampuan menyelesaikan permasalahan masing-masing bidang kegiatan yang
ada. Masing-masing bidang melaporkan kemajuannya dan segala
permasalahannya kepada koordinator Posdaya Kenanga. Selanjutnya sekretaris
Posdaya Kenanga membuat laporan kemajuan masing-masing bidang kegiatan
yang ada.
70
Jenis Kegiatan dalam Posdaya Kenanga RW 05 Kelurahan Situgede
Kegiatan yang menjadi pokok aktivitas pemberdayaan masyarakat yang
ditekuni Posdaya Kenanga Situgede yakni bidang pendidikan, bidang kesehatan,
bidang ekonomi, dan bidang lingkungan. Keempat bidang ini merupakan aktivitas
yang sehari-hari sangat melekat dengan kebutuhan dasar manusia. Berikut jenis
kegiatan dalam Posdaya Kenanga 05 Situgede antara lain:
Bidang Pendidikan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sadar perlunya pendidikan
sejak usia dini, maka masyarakat sangat antusias dengan berdirinya PAUD
Kenanga di wilayah mereka. Dengan segala sumberdaya yang sederhana dan
seadanya PAUD Kenanga resmi dibuka pada Bulan Desember 2010, dengan
jumlah murid yang terdaftar pertama kali sebanyak 30 anak dari usia 2 sampai 5
tahun. Saat dibentuknya PAUD Kenanga, dihadiri oleh Lurah Situgede, Ketua
RW 05 dan Koordinator Posdaya Kenanga, pihak P2SDM sebagai tim
pendamping, para kader Posdaya serta para donatur.
Berdirinya PAUD Kenanga berdasarkan dari dana swadaya masyarakat.
Para tenaga pengajar mendatangi satu-satu donatur untuk mencari dana agar
PAUD Kenanga dapat terbentuk. Dana dari swadaya masyarakat dibelikan
beberapa macam alat permainan, buku bergambar serta peralatan alat tulis.
Pada saat dibentuknya PAUD Kenanga tim pengajar atau tutor diberikan
pembekalan terlebih dahulu yakni selama kurang lebih satu bulan di P2SDM IPB
Baranang Siang. Dengan sedikit sentuhan dari P2SDM LPPM IPB, maka tim
pengajar tersebut mulai menjalankan perannya sebagai tutor. Dari 4 tenaga
pengajar, hanya 3 yang mengikuti kegiatan pembekalan, dikarenakan tenaga
pengajarnya minimal berpendidikan SLA setara dengan SMA, 1 pengajar lagi
tidak mengikuti pembekalan karena hanya lulusan SMP. Materi pembekalan
yang diberikan di P2SDM yaitu bermacam-macam seperti tumbuh kembang
anak, permainan anak, cara menggambar, serta cara mendidik anak.
Pembekalan para kader yang menjadi tenaga pengajar PAUD difasilitasi pihak
P2SDM tetapi pembekalan materi disampaikan oleh orang yang paham dan
mengerti mengenai sistem pengajaran PAUD. Pembekalan yang diberikan untuk
tenaga pengajar PAUD Kenanga diperjelas oleh kutipan berikut ini:
71
“Sebelum PAUD Kenanga terbentuk, kita ikut pembekalan di P2SDM diajak Bu Min, karena kita dari Situgedenya telat jadi hanya ikut 3 kali atau 4 kali gitulah, materinya tentang tumbuh kembang anak, mengenal karakter anak” (Ynh). Informasi yang disampaikan kepada masyarakat ketika dibukanya PAUD
di RW 05 dilakukan pada saat Posyandu melakukan kegiatan bulanan
penimbangan balita serta informasi dari mulut ke mulut baik dari kader ataupun
masyarakat, ujar Ibu Nan selaku tim pengajar PAUD Kenanga. Terbentuknya
PAUD Kenanga pada bulan Desember sebetulnya hanya untuk masyarakat RW
05 saja, akan tetapi lama kelamaan banyak masyarakat dari RW lain yang
datang dan ingin belajar di PAUD Kenanga.
Aktivitas PAUD Kenanga dilakukan hanya 3 hari dalam satu minggu, yaitu
pada hari Senin, Selasa, dan Rabu yang dimulai dari pukul 09.00 WIB sampai
dengan pukul 11.00 WIB. Dari wawancara dengan Ketua PAUD Kenanga, Ibu
Ynh mengatakan bahwa idealnya aktivitas PAUD itu tiga hari, ini dilakukan agar
anak-anak tidak bosan sehingga menjadi malas untuk sekolah lagi. Disamping
alasan tersebut, Ibu Ynh juga mengatakan bahwa kondisi masjid yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan aktivitas PAUD Kenanga dari hari Senin hingga
Jumat, karena pada hari Kamis Masjid Nurul Yaqin digunakan untuk pengajian
rutin RW 05 serta pada hari Jumat dilakukan Shalat Jumat. Adapun susunan
kegiatan PAUD Kenanga setiap hari Senin hingga Rabu yaitu:
Pukul 09.00 WIB : anak-anak berbaris, masuk ruangan kelas, baca doa dan
nyanyi-nyanyi.
Pukul 09.30.WIB : masuk materi belajar, misalnya pengenalan warna,
pengenalan huruf dan angka.
Pukul 10.00 WIB : anak-anak istirahat sambil makan bersama dari bekal
yang mereka bawa masing-masing.
Pukul 10.30 WIB : tebak-tebakan serta siap-siap untuk pulang.
Setiap hari materi pengajaran yang diberikan berbeda-beda dilakukan
agar anak tidak merasa bosan dan jenuh, susunan materi pengajaran PAUD
Kenanga hari Senin hingga Rabu yaitu:
Senin : Olahraga
Selasa : Pengenalan huruf, angka, dan warna.
Rabu : Pelajaran agama, baca iqro.
Berdasarkan susunan kegiatan PAUD dari hari Senin hingga Rabu juga
diperkuat dengan pernyataan salah satu tenaga pengajarnya, sebagai berikut:
72
“Jam 9 pembukaan, main-main dulu (dolanan), nyanyi-nyanyi, baru ngasih materi paling jam setengah sepuluh sampai sepuluh lewat lima belas, kemudian istirahat setengah jam untuk makan, anak-anak kan pada bawa bekel ya jadi makan bersama, jam sebelas kurang lima belas siap-siap untuk penutup buat pulang. Setiap hari rabu buat baca iqro, praktek wudhu, praktek shalat” (Rin) Tim pengajar PAUD Kenanga adalah tenaga sukarela yang berasal dari
kader dan masyarakat RW 05. Tim pengajar PAUD Kenanga tidak memiliki
insentif perbulan, kegiatan belajar-mengajar dilakukan dengan sukarela.
Seragam yang dimiliki oleh tim pengajar mereka beli sendiri menggunakan uang
pribadi. Uang “kropak” (uang sukarela) dari orang tua murid yang disediakan oleh
tim pengajar digunakan untuk membeli peralatan tulis, fotokopi materi belajar,
membeli mainan baru, buku cerita bergambar yang baru, fotokopi bahan untuk
menggambar serta alat kebersihan misalkan pembersih lantai. Kalau ada sisa
dari uang “kropak” tersebut baru dibagi 4 untuk masing-masing pengajar setiap
bulannya, tetapi kalau tidak ada sisa tim pengajar tidak ada insentif bulanan.
“Awalnya tim pengajar untuk PAUD Kenanga ini memang diambil dari para kader dulu. Kalo dari orang luar kan biasanya niatnya mencari uang, sedangkan PAUD kita kan ga memungut biaya sama sekali, uang pendaftaran ga ada biaya, pengisian formulir ga ada biaya, kalo dari kader mah sudah tau ga ada uangnya jadi sukarela dan ikhlas saja” (Sth). Kegiatan yang dilakukan PAUD Kenanga bersifat gratis, ini dilakukan
agar anak-anak yang kurang mampu dapat sekolah serta mengetahui huruf,
angka, gambar, warna, dapat bersosialisasi sama teman-teman yang lain, berani
untuk maju kedepan serta ada rasa percaya diri dan tidak minder jika nanti sudah
sekolah ke Sekolah Dasar. PAUD Kenanga hanya memiliki satu buah seragam
olahraga, itu pun merupakan inisiatif dari orang tua untuk punya seragam olah
raga dan dibayar dengan cara dicicil sebanyak 3 kali. Pengadaan seragam
olahraga dijelaskan oleh Ibu Ynh bahwa merupakan keinginan dari pihak orang
tua, tim pengajar tidak berani untuk menetapkan sendiri karena takut ada rasa
keberatan dari orang tua, tetapi Alhamdulliah dari orang tua anak-anak setuju
dan mendukung. SK dari Kelurahan sudah dimiliki oleh PAUD Kenanga, tetapi
untuk SK Kementerian Pendidikan belum ada, tetapi sedang diajukan agar setiap
anak yang lulus dari PAUD Kenanga sudah mempunyai ijazah yang digunakan
sebagai rujukan untuk masuk Sekolah Dasar, imbuh Ibu Ynh.
73
Aktivitas kegiatan PAUD Kenanga banyak dibantu oleh donatur-donatur
dari masyarakat. Hasil wawancara dikatakan oleh Ibu Sth yang merupakan tim
pengajar atau tutor PAUD Kenanga bahwa setiap hari Rabu, ada donatur dari
masyarakat yaitu Ibu Dny yang memberikan PMT (Pemberian Makanan
Tambahan) kepada anak-anak di PAUD. Dulunya PMT diberikan oleh donatur
setiap hari yaitu dari hari Senin hingga Rabu, namun karena kesibukan maka
hanya satu kali dalam seminggu. PMT yang diberikan biasanya bermacam-
macam, misalnya bubur ayam, bihun goreng, mie goreng, pudding, bubur kacang
hijau. Selain PMT bantuan crayon untuk menggambar sebanyak 4 buah dan alat
tulis untuk perlengkapan kegiatan belajar dan mengajar digunakan secara
bersama-sama oleh anak-anak juga diberikan oleh Ibu Dny.
Dahulunya PAUD di RW 05 memang telah ada, namun karena
keterbatasan tenaga pengajar atau tutor maka PAUD sempat terhenti beberapa
lama, maka dari itu pihak P2SDM bekerjasama dengan koordinator Posdaya
Kenanga serta para kader untuk diaktifkan kembali PAUD yang ada di RW 05.
Sejak dibentuknya PAUD Kenanga bulan Desember 2010 lalu, tempat kegiatan
bermain dan belajar bagi anak-anak ini sempat berpindah-pindah, dikarenakan
PAUD Kenanga belum memiliki bangunan sendiri.
Pada awalnya aktivitas PAUD Kenanga dilakukan di Posyandu Kenanga,
namun karena setiap hari jumlah anak yang ingin masuk ke PAUD Kenanga
semakin bertambah jumlahnya serta kondisi ruangan Posyandu Kenanga yang
tidak begitu luas maka aktivitas PAUD dialihkan ke Pelataran Masjid Nurul Yaqin.
Tenaga pengajar atau tutor PAUD Kenanga telah berusaha untuk memanfaatkan
bangunan rumah panggung milik Kementerian Kehutanan serta Sekolah Budhi
Bhakti yang saat ini sudah tidak ada aktivitas kegiatan belajar mengajar lagi
karena sudah tutup, namun tidak diizinkan dengan berbagai macam alasan yang
disampaikan oleh kedua pihak tersebut. Berikut kutipan para tenaga pengajar
mengenai penggunaan bangunan rumah panggung Kementerian Kehutanan
serta Sekolah Budhi Bhakti tersebut:
“Kemarin saya mencoba untuk minjem salah satu ruang kelas di Sekolahan Budhi Bhakti, tetapi tidak diizinkan oleh pemiliknya, karena mau dikontrakin katanya. Kalau ga dikontrakin ga masalah silahkan aja pakai, tapi klo nanti ada yang mau ngontrak masa anak-anak yang sedang bermain dan belajar musti keluar, kan ga enak kata pemilik sekolah tersebut. Kalau yang rumah panggung milik kehutanan itu mereka tidak bersedia, padahal kan klo digunakan untuk PAUD kita rawat dan jaga kebersihannya, ditinggal seperti itu saja rumah akan cepat rusak” (Ynh).
74
“Kita sudah usahakan untuk cari tempat bermain dan belajar untuk PAUD Kenanga ini, yaitu di Sekolahan Budhi Bhakti tetapi katanya mau dijadiin kontrakan, pernah pindah ke Posyandu anak-anak gerah, karena tempatnya sempit. Jadi ya tetap aja di mesjid” (Sth). Dari pengakuan keempat tenaga pengajar PAUD dari hasil wawancara,
dikatakan bahwa sebaiknya kegiatan bermain dan belajar PAUD Kenanga tidak
dilakukan di pelataran masjid, tetapi karena keterbatasan bangunan serta tidak
ada tempat maka tetap digunakan pelataran Masjid Nurul Yaqin. Kegiatan
dilakukan di pelataran Masjid Nurul Yaqin maka sebelum kegiatan PAUD
Kenanga dimulai dan setelah kegiatan selesai para tenaga pengajar melakukan
bersih-bersih dengan menyapu dan mengepel, ini dilakukan untuk tetap menjaga
kebersihan lingkungan masjid.
Kegiatan PAUD Kenanga yang dilakukan di pelataran masjid membuat
PAUD tidak memiliki Arena Permainan Luar (APL) seperti ayunan, perosotan,
dan permainan lainnya, hanya Arena Permainan Edukatif (APE) seperti puzzle,
bola, donat-donat yang dimiliki PAUD Kenanga. Manfaat adanya PAUD
Kenanga sangat dirasakan masyarakat karena tidak perlu membayar apapun,
bahkan uang bulanan pun tidak dipungut. Kurang lebih 5 bulan PAUD Kenanga
berjalan, jumlah murid PAUD Kenanga sudah mencapai 50 orang. Murid-
muridnya tidak hanya berasal dari RW 05 tetapi dari RW lainnya, bahkan ada
yang dari Semplak Kelurahan Bubulak. Berikut penuturan tim pengajar mengenai
murid-murid PAUD Kenanga saat ini:
“ Karena anak-anak balitanya sedikit di RW 05, jadi kita terima anak-anak dari RW lain yang mau belajar di PAUD kita, ada yang dari RW 03, RW 04, RW 07, RW 08, banyak lagi pokoknya. Jadi antusias dari masyarakat Situgede dengan PAUD Kenanga Alhamdulliah lah” (Rin) “Pada awalnya kan dibukanya PAUD Kenanga diperuntukkan masyarakat RW 05, akan tetapi melihat antusias masyarakat dari RW lain, maka saat ini PAUD Kenanga tidak hanya RW 05 tetapi ada juga dari RW 04, RW 07, Nagrak, Rawajaha. Masa anak mau sekolah kita larang ya mb, cari ilmu kan dimana saja jadi kita terima” (Ynh). “Bahkan ada 2 orang yang dari Semplak Kelurahan Bubulak, padahal itu lumayan jauh, tetapi dibela-belain datang ikut PAUD disini” (Nan) “Ada yang dari Nagrak atau Rawajaha, yang harus naek angkot ke sini (PAUD) meskipun hujan tetap datang, kita yang ngajarnya kan (tutor) jadi seneng ternyata bener-bener mau belajar” (Sth).
75
Taman Pendidikan Agama (TPA)
Sebelum adanya Posdaya Kenanga di Situgede, TPA di RW 05 sudah
ada tetapi sempat terbengkalai, karena tenaga pengajar TPA tersebut
mempunyai pekerjaan lain selain mengajar TPA. Anak-anak setiap hari datang
tetapi para pangajarnya tidak ada. Kegiatan belajar mengajar TPA dahulu
dilakukan di Pelataran Masjid Nurul Yaqin, maka dari itu TPAnya dinamakan TPA
Nurul Yaqin. Melihat banyak anak-anak yang datang setiap hari ke masjid untuk
belajar, tergeraklah hati Ibu Sit untuk kembali mengaktifkan TPA Nurul Yaqin di
RW 05. Sendiri merintis TPA Nurul Yaqin RW 05 dan dihadapkan dengan jumlah
murid tahun 2000 ada 35 orang dari usia 6 tahun hingga usia 12 tahun membuat
Ibu Sit harus memutar otak untuk membagi 35 anak tersebut menjadi beberapa
kelas. Sebagai pengajar TPA yang menaungi beberapa kelas, Ibu Sit mempunyai
modul sendiri, materi-materi yang hendak disampaikan dipelajari terlebih dahulu
sebelum mengajar. Isi dari modul tersebut dijelaskan oleh Ibu Sit antara lain
tentang hadits, dzikir, tajwid, akhlak, serta praktek-praktek.
Saat ini TPA Nurul Yaqin telah memiliki gedung sendiri yaitu dari tahun
2004 yang tanahnya merupakan tanah hibah dari masyarakat, sudah terdapat 6
tenaga pengajar di TPA Nurul Yaqin dengan 6 ruangan kelas baik kelas pagi
maupun kelas siang, dan sudah mencapai 100 anak lebih. Pada Tahun 2004
TPA Nurul Yaqin telah mempunyai SK dari Depag (sekarang Kementerian
Agama). Kegiatan TPA Nurul Yaqin dilakukan setiap hari Senin hingga hari
Jumat. Pagi hari dimulai pada pukul 07.00 WIB-10.00 WIB, sedangkan siang hari
dimulai pukul 13.30 WIB-15.30 WIB. Setiap anak dipungut biaya sebesar
Rp. 5000,00 perbulannya.
Pendidikan di TPA Nurul Yaqin awalnya hanya untuk RW 05 saja tetapi
banyak minat dari RW lain maka terbukalah untuk semua RW di Kelurahan
Situgede, ada yang dari RW 07, RW 04, Rawajaha bahkan ada yang dari
Cangkrang yang notabenenya masuk Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor.
Pelajaran TPA Nurul Yaqin sudah lengkap, yaitu pelajaran agama di Sekolah
Dasar juga dipelajari di TPA Nurul Yaqin serta TPA Nurul Yaqin juga diadakan
ujian semesteran, imbuh Ibu Sit. Adapun materi pelajaran yang ada di TPA Nurul
Yaqin dari hari Senin hingga Jumat sebagai berikut;
Senin : Akhlak
Selasa : Hafalan
Rabu : Fiqih
76
Kamis : Tajwid
Jumat : Bebas, bisa praktek, bisa keterampilan.
Kegiatan evaluasi atau ulangan di TPA Nurul Yaqin mengikuti jadwal
Sekolah Dasar, jika Sekolah Dasar seminggu lagi ujian, maka TPA Nurul Yaqin 2
minggu sebelumnya ujian sudah dilakukan, sehingga anak-anak tidak terbentur
materi yang harus mereka pelajari untuk ujian, baik di sekolah masing-masing
maupun di TPA Nurul Yaqin.
Perpustakaan Warga
Perpustakaan warga baru dibentuk pada saat Posdaya Kenanga 05 ada
di Kelurahan Situgede. Dengan harapan adanya perpustakaan warga
masyarakat tertarik untuk mengunjungi dan membaca berbagai buku yang
disediakan untuk menambah pengetahuan atau sekedar untuk mengisi waktu
luang. Posdaya Kenanga baru berumur 1 tahun pada bulan Mei 2011 begitupun
dengan perpustakaan warga, sehingga belum berjalan atau belum ada kegiatan
yang dilakukan untuk perpustakaan warga. Dijelaskan oleh Bapak Dad selaku
kader dari perpustakaan warga bahwa perpustakaan warga belum berjalan,
belum ada kegiatan, belum ada tempat untuk dijadikan perpustakaan, belum ada
buku yang tersedia untuk perpustakaan warga bahkan administrasi pun belum
ada.
Dilihat dari seluruh RW di Kelurahan Situgede, sumber daya manusianya
paling bagus di RW 05 diharapkan dengan adanya perpustakaan warga
masyarakat menjadi aktif mengunjungi perpustakaan untuk mencari ilmu,
menambah ilmu dan sebagainya. Menurut penuturan Bapak Dad, sebaiknya
perpustakaan warga berisi mengenai buku-buku yang berlandaskan agama.
Perpustakaan warga belum dilakukan sosialisasi kepada masyarakat sehingga
masyarakat belum tahu adanya rencana pembuatan perpustakaan warga, yang
saat ini tahu hanya sebatas kader-kader di Posdaya Kenanga saja imbuhnya.
Bidang Kesehatan
Posyandu
Posyandu Kenanga di RW 05 merupakan Posyandu yang sudah ada di
Situgede sebelum hadirnya Posdaya Kenanga 05 Situgede. Adanya Posdaya
Kenanga RW 05 Situgede menggairahkan kembali kegiatan Posyandu Kenanga
yang sudah berjalan, meningkatkan kualitasnya dan keragaman layanan yang
dapat diakses masyarakat melalui Posyandu Kenanga. Ketua Posyandu
Kenanga adalah Ibu Asn yang sejak tahun 1986 sudah aktif menjadi kader di
77
bidang kesehatan. Kegiatan Posyandu dilakukan setiap hari Rabu Minggu ke II
setiap bulannya dari pukul 09.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB, serta ada Bidan
Nn yang membina Posyandu tersebut sejak tahun 2003 di Posyandu Kenanga
Situgede. Kegiatan di Posyandu ada 5 meja yang dilakukan meliputi: 1)
Pendaftaran yaitu ibu hamil, bayi, balita, lansia. 2) Penimbangan, 3) Pencatatan,
4) Penyuluhan, 5) Pelayanan, namun ada 1 meja pengembangan, di meja ke 6)
Pengembangan adalah kegiatan tambahan seperti Bina Keluarga Balita (BKB),
Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), Dana Sehat, Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Saat ini jumlah
kader aktif di Posyandu Kenanga ada 9 orang, di mana masing-masing kader
telah mempunyai tugas masing-masing di setiap kegiatan Posyandu Kenanga.
Pada Tahun 2011 Posyandu Kenanga melayani 4 ibu hamil, serta 37
balita. Lima langkah yang telah dijelaskan diatas harus dilewati ibu hamil dan
balita saat mengunjungi Posyandu Kenanga setiap bulannya. Ibu hamil ditimbang
berat badannya, diperiksa tensi darahnya, konsultasi mengenai kehamilan
dengan bidan yang sudah ada. Sedangkan untuk balita, selain penimbangan dan
pengukuran tinggi badan, masing-masing dari balita akan mendapatkan PMT
(Pemberian Makanan Tambahan), setiap bulannya menu dari PMT bermacam-
macam seperti telur rebus, sop telur puyuh dan ceker ayam, bubur ayam, bubur
kacang hijau. Dalam pemeriksaan kandungan, tensi darah setiap ibu hamil
dipungut iuran sebesar Rp 2.000,00 hal ini telah menjadi kesepakatan dengan
pihak kelurahan. Iuran sebesar Rp 2.000,00, bukan untuk membayar bidan,
melainkan untuk biaya operasional kader, biaya untuk membuat PMT bulan
berikutnya serta membeli perlengkapan kebersihan lainnya. Namun untuk
penimbangan balita, pengukuran tinggi badan, serta pemberian PMT tidak
dibebankan iuran dari setiap masyarakat yang datang melainkan disediakan
uang “kropak” (uang sukarela).
Ibu hamil serta balita di lingkungan RW 05 sudah memiliki kesadaran
yang baik mengenai pentingnya kesehatan. Sejak awal ibu hamil sudah aktif
untuk kontrol kondisi kehamilannya bahkan hingga anaknya lahir. Idealnya ibu
hamil memeriksakan kandungannya ke dokter sebanyak 4 kali, namun dengan
adanya Posyandu Kenanga sebulan sekali, mereka rutin memeriksakan
kehamilannya setiap bulan, sehingga kondisi kehamilannya terpantau sejak awal
hingga melahirkan. Tetapi jika ibu hamil tidak datang saat kegiatan Posyandu
sebulan sekali, maka kader akan menghampiri atau mendatangi ibu hamil
78
tersebut untuk mengetahui kondisi kesehatan mereka. Di RW 05 ada 3 RT,
masing-masing RT sudah ada kader untuk mendata warganya yang sedang
hamil, yang tidak melakukan pemeriksaan ke Posyandu. Begitupun dengan balita
dan Alhamdulliah, di RW 05 tidak ada balita yang gizi buruk serta yang menjurus
kepada kekurangan gizi pun tidak ada tutur ibu Asn.
Posbindu Lansia
Selain Posyandu ada juga Posbindu Lansia. Kegiatan Posbindu Lansia
dilakukan setiap hari Kamis Minggu ke II setiap bulannya, dimulai pada pukul
09.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB serta ada mantri untuk memeriksakan
kesehatan lansia RW 05 Situgede. Ketua dari Posbindu adalah Ibu Ryt dan
dibantu oleh 6 kader yang aktif. Kegiatan di Posbindu seperti kegiatan yang ada
di Posyandu yaitu pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan serta
pelayanan. Sudah ada 73 orang lansia yang terdaftar di Posbindu dari usia 45
tahun hingga 70 tahun keatas. Umumnya di Posbindu Lansia yang banyak
diperiksa adalah mengenai tensi darah, tetapi ada pula yang melakukan periksa
gula darah serta asam urat. Pemeriksaan biasa setiap bulannya tidak dipungut
biaya, tetapi periksa gula darah biayanya Rp 12.000,00 sedangkan untuk asam
urat Rp 15.000,00.
Selain melakukan pemeriksaan rutin perbulan kegiatan Posbindu lansia
yang aktif dilaksanakan adalah senam lansia, dilakukan setiap Jumat sore di
lapangan RW 05, serta seminggu satu kali jalan pagi keliling hutan lindung-
CIFOR. Posyandu dan Posbindu Lansia memiliki dana sehat yang berasal dari
swadaya masyarakat sebesar Rp 1.000,00 perbulan. Dengan dana sehat ini,
penduduk yang sakit bisa langsung merujuk ke Puskesmas Sindang Barang
untuk berobat.
Bidang Ekonomi
Home Industry Dodol Talas KWT Sawargi
Kreativitas masyarakat yang tumbuh untuk mencari peluang usaha
dengan menggali potensi diri dan potensi sumberdaya yang ada di wilayah
mereka masing-masing. Ini dapat dipahami dengan mudah bahwasanya manusia
pada umumnya berkeinginan meningkatkan kesejahteraan diri melalui
peningkatan kemampuan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang ada di Kelurahan
Situgede tepatnya di RW 05 yaitu merupakan UKM atau home industry
pembuatan dodol talas. Home industry dodol talas ini sudah dilakukan sejak
tahun 2001 jauh sebelum ada Posdaya Kenanga di RW 05 Situgede. Awalnya
79
home industry dodol talas terbentuk karena sebelumnya Kelurahan Situgede
mendapatkan kesempatan untuk diberikan pelatihan mengenai pembuatan dodol
talas, kerupuk talas, dan tepung talas. Setiap RW yang ada di Kelurahan
Situgede masing-masing perwakilannya diikutsertakan dalam pelatihan tersebut.
Pada saat pelatihan tersebut terkumpulah 25 orang kader PKK dari masing-
masing tiap RW, karena di Situgede ada 10 RW sehingga masing-masing RW
memiliki perwakilan 2 orang.
Pada saat pelatihan dari 25 orang yang ikut sebagai peserta pelatihan
dibagi menjadi 5 kelompok. Tetapi dari 5 kelompok yang berhasil meneruskan
serta melakukan usaha pembuatan dodol talas ialah Ibu Oth yang menjadi ketua
Kelompok Wanita Tani (KWT) Sawargi. Menurut penjelasan Ibu Oth, saat
pelatihan setiap kelompok diberi modal agar dapat mempraktekkan apa yang
telah didapatkan di pelatihan sehingga dapat mengembangkan sendiri di RW
masing-masing, adapun bantuan modal yang diberikan berupa uang saku
sebesar Rp. 1.500.000,00 serta perlengkapan masak seperti penggorengan
besar, kompor, dan pengaduk dodol. Saat itu uang Rp 1.500.000,00 dibagi
masing-masing setiap orang dalam 1 kelompok dapat Rp 300.000,00. Ibu Oth
melakukan usulan, jika uang yang diterima di simpan untuk kas bila sedang
memproduksi dodol namun sebagian besar dari anggota kelompok menolak
usulan tersebut. Pelatihan pembuatan dodol talas dilakukan dirumah Ibu Oth,
karena perlengkapan seperti penggorengan besar, oven sudah dimiliki oleh Ibu
Oth sehingga proses belajar mengajar pada saat pelatihan lebih efektif. Pada
saat melakukan produksi dodol talas Ibu Oth menggunakan modal sendiri dahulu
dan belum ada bantuan modal dari pihak lain.
Mulai tahun 2001 produksi usaha dodol talas KWT Sawargi serta Ibu Oth
sebagai pelopor sudah mendapatkan beberapa penghargaan serta sudah
dikenal oleh masyarakat. Dodol talas produksi KWT Sawargi sudah sering
diikutkan dalam kegiatan pameran-pameran baik ditingkat Kota Bogor, tingkat
Nasional, hingga Luar Negeri. Pada saat ulang tahun Kota Bogor ke 523 KWT
Sawargi diajak untuk mengikuti festival, dan berhasil mendapatkan Rekor MURI
karena membuat replika tugu kujang menggunakan dodol talas sebanyak 2
kuintal. Seringnya diikutkan dalam pameran dodol talas produksi KWT Sawargi
sudah terkenal, bahkan sudah diliput beberapa stasuin TV seperti RCTI, TV7,
TPI, ANTV. Dari pameran ke pameran, Alhamdulliah saat ini dodol talas selalu
diikutkan disetiap kegiatan pameran ataupun festival-festival, seperti Dekranas,
80
IWAPI, KTNA, PENAS. Adapun struktur organisasi Kelompok Wanita Tani (KWT)
Sawargi berikut ini:
Gambar 5 Struktur Organisasi Kelompok Wanita Tani SAWARGI Jl Tambakan RT 01/05 Situgede Kota Bogor
Dodol talas yang diproduksi KWT Sawargi tidak menggunakan bahan
pengawet, oleh karena itu pernah diletakkan di pusat oleh-oleh Bogor Gurih 7
Jl Pajajaran namun tidak begitu banyak yang terjual. Hal ini juga dikarenakan
masyarakat yang belum pernah mencoba dodol talas produksi KWT Sawargi
menduga bahwa dodol talas dibuat dari talas yang biasa ditemui di Kota Bogor,
yaitu talas hijau yang terasa gatal jika dimakan. Padahal dodol talas produksi
KWT Sawargi menggunakan talas khusus untuk pembuatan dodol, yaitu talas
Bentul yang tidak merasa gatal pada saat dimakan serta terasa lebih legit. Faktor
itulah dodol talas Bogor hanya dijual pada saat pameran, dan sebagian dodol
talas dikonsumsi oleh masyarakat golongan menengah keatas. Selain tanpa
menggunakan bahan pengawet, pemasaran produk dodol talas KWT Sawargi
belum jelas sehingga produksi dodol dilakukan jika ada pemesanan dari pihak
luar atau untuk diikutkan dalam kegiatan pameran. Dodol talas produksi KWT
Sawargi hanya bertahan 10 hari jika diletakkan di lemari pendingin.
Jumlah anggota KWT Sawargi ada 16 orang. Pada tahun 2009 bantuan
mesin pengaduk dodol, mesin pemarut talas serta kelapa, dan oven didapatkan
Ketua Otih Winarsih
Sekretaris Hilda Sophiyana
Pemasaran Muinah
Bendahara Asnawati
Seksi-Seksi
Sarana SDM Ade
Sarana Produksi Wawat
Permodalan Erat Maryati
Humas & Kerjasama
Ida. U
ANGGOTA
81
KWT Sawargi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Bantuan dana sebesar
40 juta rupiah juga didapatkan Ibu Oth dari Ketahanan Pangan tahun 2009, dan
uang tersebut digunakan untuk membuat rumah produksi dodol talas dengan
ukuran 5x6 m, 19 juta rupiah dihabiskan untuk bangunan rumah produksi dodol
talas, sisa dari uang tersebut digunakan sebagai modal pinjaman bagi anggota
KWT Sawargi yang setiap bulannya dilakukan setoran melalui rekening KWT
Sawargi atas nama Ibu Oth. Walaupun tidak diletakkan sebagai salah satu oleh-
oleh di pusat penjualan oleh-oleh di Kota Bogor tapi Alhamdulliah setiap hari
selalu ada pesanan untuk membuat dodol talas. Harga 1 kg dodol talas Rp
35.000,00-Rp.40.000,00 tanpa pengemasan, tetapi kalau dikemas harganya
berbeda lagi, untuk 100 gr dodol talas seharga Rp.10.000,00.
Dodol talas KWT Sawargi menjadi salah satu dari empat unggulan Kota
Bogor yang tercatat di DEKRANAS, tiga yang lainnya antara lain batik Bogor,
cokelat, dan ikan balita. Dodol talas KWT Sawargi sudah menjadi salah satu
oleh-oleh dari Bogor yang dibawa ke berbagai Kota di Indonesia seperti Bangka
Belitung, Sulawesi bahkan Luar Negeri seperti Malaysia, Belanda. Para
karyawan CIFOR sering memesan dodol talas untuk dibawa ke Negara mereka
sebagai oleh-oleh dari Kota Bogor.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat dodol talas yaitu 1) Talas
Bentul, 2) Santan Kelapa, 3) Gula, 4) Vanili, 5) Pewarna makanan. Talas Bentul
yang digunakan adalah talas yang sudah tua serta masih segar, kemudian talas
bentul diparut hingga halus. Santan kelapa yang digunakan juga diparut yang
sebelumnya telah dicuci bersih. Perbandingan antara gula dan talas bentul yaitu
1:1. Dodol talas ada dua macam warna yaitu warna hijau yang berasal dari
pewarna makanan yang beraroma pandan, serta warna cokelat. Setelah bahan
selesai diparut, masukan satu persatu semua bahan yang telah diparut ke wajan
yang besar. Gunakan api yang sedang pada saat membuat dodol, dodol harus
diaduk terus menerus agar tidak gosong. Pengadukan dodol memakan waktu 5
jam lebih jika menggunakan kompor minyak tanah, namun jika menggunakan
kompor gas 3 kg hanya memakan waktu 3 jam lebih. Dengan menggunakan
kompor gas 3 kg lebih hemat dibandingkan dengan kompor minyak tanah. Untuk
gas 3 kg dapat digunakan sampai 2 kali proses pembuatan dodol, tetapi jika
menggunakan kompor minyak tanah, satu kali proses pembuatan dodol
memerlukan 2 lliter minyak tanah, di mana harga minyak tanah perliternya
Rp.9500,00. Menggunakan kompor minyak tanah menghabiskan biaya
82
Rp.19.000,00 sekali produksi sedangkan kompor gas 3 kg seharga Rp.14.000,00
dapat digunakan 2 kali proses pembuatan dodol. Dihitung dari biaya produksi,
menggunakan kompor gas 3 kg lebih hemat dan lebih efektif, hemat biaya bahan
bakar, hemat waktu dalam pengadukan dodol selama proses pembuatan, serta
hemat tenaga.
Budidaya Jamur Tiram Budidaya jamur tiram dirintis oleh Bapak Ysf sejak tahun 2009 sebelum
ada Posdaya Kenanga Situgede. Bermodalkan uang 8 juta rupiah, dibangunlah
kumbung seluas 6x10 m² dan diisi dengan 10 ribu baglog. Sebelum menjalani
usaha budidaya jamur tiram, Bapak Ysf sudah melakukan berbagai macam
budidaya mulai dari budidaya ikan lele, ayam, itik, tetapi tidak bertahan lama
karena mengalami kerugian. Memulai usaha budidaya jamur dirasakan Bapak
Ysf sangat sulit, karena harus mengalami banyak kegagalan. Kegagalan yang
dirasakan oleh Bapak Ysf adalah sterilisasi pada saat inokulasi tidak terjaga,
proses pencampuran bahan serbuk kayu yang tidak merata, tutup baglog yang
tidak bersih dan penyiraman yang dilakukan tidak terjadwal. Berikut penjelasan
kegagalan yang dialami oleh Bapak Ysf dalam menjalankan budidaya jamur
tiram:
“Kerugian yang paling besar itu saat 75% hasil inokulasi ga jadi. Itu ada sekitar 7000 baglog dan uangnya sekitar 14 juta rupiah. Itu udah pasrah dan hampir putus asa, tetapi karena melihat peluang pasar yang bagus, mulai dirintis lagi dengan sangat hati-hati agar tidak terjadi kegagalan lagi. Proses inokulasi juga dilakukan lebih hati-hati dan steril” (Ysf). Kegagalan yang dirasakan di budidaya jamur tiram membuat Bapak Ysf
tetap menjalankan kegiatan budidaya jamur tiram dengan berbagai
pertimbangan, berikut kutipannya:
“Walaupun dijamur ini sudah banyak uang yang habis, tetapi jamur tetap menjanjikan, pasarnya terbuka luas dan setiap hari bisa dipanen. Rata-rata setiap hari saya bisa panen 10-12 kg. Berbeda dengan budidaya lainnya yang punya waktu panen khusus. Kerjanya tidak terlalu berat tetapi ya itu susah-susah gampang” (Ysf).
Memulai usaha budidaya jamur tiram Bapak Ysf diperbantukan oleh 3
orang tenaga kerja, salah satu sebab dari kegagalan inokulasi dijelaskan oleh
Bapak Ysf karena tidak terpantaunya para pekerja saat inokulasi dilakukan dan
kebersihan tidak diperhatikan oleh pekerja. Melakukan budidaya jamur tiram
harus dilakukan dengan telaten (rajin), pencampuran serbuk kayu yang merata,
penyiraman yang dilakukan terjadwal yaitu pagi dan sore hari, pembuangan
83
baglog yang sudah tidak dapat berproduksi lagi dan inokulasi yang dilakukan
dengan steril. Selain menjalankan budidaya jamur tiram, Bapak Ysf juga
menjualkan baglog yang dibuat sendiri ke petani jamur lainnya. Satu baglog
dijual seharga Rp. 2.500,00.
Sekarang Bapak Ysf dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram
dibantu oleh anaknya dikarenakan anak sudah diberi kepercayaan untuk sama-
sama merintis usaha keluarga yaitu budidaya jamur tiram. Alasan tidak memiliki
tenaga kerja disampaikan oleh Bapak Ysf karena sulit untuk mencari yang benar-
benar rajin mengurus jamur, yang bisa dipercaya dan cara kerja pekerja yang
sulit dipantau. Saat ini proses inokulasi dilakukan oleh Bapak Ysf sendiri,
dikarenakan untuk menjaga kebersihan pada saat inokulasi. Kumbung jamur
tiram Bapak Ysf saat ini hanya terisi sekitar 3000 baglog, dikarenakan kondisi
kumbung yang terbuat dari bambu sudah miring dan tidak kuat untuk
menampung 10 ribu baglog. Masuknya budidaya jamur tiram ke dalam Posdaya
Kenanga diharapkan oleh Bapak Ysf dapat membantu usaha budidaya jamur
tiram miliknya, baik bantuan dana ataupun bantuan material untuk perbaikan
kumbung.
Bidang Lingkungan
Kegiatan pada bidang lingkungan telah dilakukan oleh masyarakat RW 05
Kelurahan Situgede sebelum adanya Posdaya Kenanga RW 05 Situgede. Warga
RW 05 sudah peduli kebersihan di lingkungan mereka sendiri, ini terlihat dari
kegiatan “jumsih” (Jumat Bersih) menjadi rutinitas bagi warga RW 05. Kegiatan
“jumsih” memiliki koordinator kader di masing-masing RT di RW 05, sehingga
kegiatan bersih lingkungan terkoordinir dengan baik disetiap RTnya. Kegiatan
”jumsih” biasanya dilakukan oleh ibu-ibu sedangkan untuk kerja bakti setiap hari
Minggu ditiap bulannya dilakukan ibu-ibu dan bapak-bapak di RW 05.
Selain kebersihan di lingkungan RT serta RW 05, beberapa masyarakat
RW 05 juga melakukan kegiatan pemilahan sampah, baik sampah organik
maupun sampah non organik. Sampah organik yang terkumpul dibuat pupuk
kompos cair yang bisa digunakan untuk tanaman hias ataupun tanaman obat dan
dapat dijual ke warga RW lain sehingga menambah penghasilan dari warga RW
05. Sedangkan untuk sampah non organik yang masih bisa dimanfaatkan,
digunakan oleh ibu-ibu maupun remaja putri di RW 05 untuk dibuat kerajinan
tangan anyaman seperti tas dan dompet. Sampah non organik bisa dari bungkus
84
mie instant, bungkus kopi, bungkus permen, bungkus detergent dan masih
banyak lagi.
Sebelum memanfaatkan sampah non organik untuk dijadikan produk
kerajinan dan seni, pelatihan untuk membuat kerajinan anyaman tas dan dompet
yang bernama GEuLIS (Gerakan Untuk Lingkungan Sehat) dari barang-barang
yang ramah lingkungan diikuti ibu-ibu Kelurahan Situgede di Pejaten, Jakarta.
Sebanyak 30 orang kader mewakili masing-masing RW ikut dalam pelatihan
tersebut. Sudah banyak hasil kerajinan anyaman yang dibuat oleh warga RW 05,
bahkan setiap pameran kerajinan tangan ini selalu diikutsertakan. Selain
memanfaatkan waktu luang, hasil kerajinan anyaman memiliki nilai ekonomi yang
baik sehingga dapat membantu biaya tambahan untuk kebutuhan sehari-hari
bahkan kebutuhan perbulan di setiap rumah tangga warga RW 05. Semakin
kreatif dalam memadupadankan warna, corak serta gambar dari bahan ramah
lingkungan tersebut maka hasil kerajinan anyaman baik berupa tas maupun
dompet memiliki daya jual yang tinggi yaitu sekitar Rp.40.000,00-Rp.80.000,00.
Kegiatan GEuLIS sangat relevan dengan upaya untuk meningkatkan kualitas
kesehatan lingkungan.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) juga telah dilakukan di RW 05 di
mana setiap RT dari RW 05 mempunyai kader masing-masing untuk melihat
pemantauan dini jentik nyamuk demam berdarah di setiap kamar mandi dari
warga masing-masing RT di RW 05. Berdasarkan penuturan kader PSN, setiap
rumah di masing-masing RT tidak ada jentik-jentik nyamuk demam berdarah.
Jentik-jentik nyamuk di RW 05 terlihat di Tower penampungan air yang
digunakan secara umum untuk warga RT 03, dikarenakan jarak antara Tower air
dengan tempat pembuangan sampah sangat dekat sehingga nyamuk bertelur
dan menjadi jentik-jentik nyamuk. Kader PSN selalu rutin memantau jentik-jentik
nyamuk deman berdarah dan kepada warga diberitahukan untuk selalu
menguras bak kamar mandi seminggu sekali kemudian dinding-dinding dari bak
tersebut di bersihkan dengan disikat atau dilap agar telur-telur nyamuk yang
menempel di dinding bak tidak berkembang menjadi jentik-jentik dan kemudian
menjadi nyamuk deman berdarah.
Peran Pendamping, Perangkat Kelurahan dan Tokoh Masyarakat dalam Kegiatan Posdaya Kenanga 05 Situgede
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat
lapisan masyarakat dan pribadi manusia. Upaya ini meliputi: 1 (a) memotivasi,
mendorong, meningkatkan kesadaran akan potensinya. (b) menciptakan
iklim/suasana untuk berkembang, 2. memperkuat daya, potensi yang dimiliki
dengan langkah-langkah positif untuk mengembangkannya, 3. penyediaan
berbagai masukan, dan pembukaan akses.
Upaya pokok yang dilakukan adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat
kesehatan, akses kepada modal, teknologi tepat guna, informasi, lapangan kerja
dan pasar. Kenyataanya seringkali proses ini tidak muncul secara otomatis dari
masyarakat melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi
masyarakat setempat dengan pendamping, perangkat kelurahan serta tokoh
masyarakat. Dalam aktivitas kegiatan Posdaya Kenanga 05 Situgede
pendamping, perangkat kelurahan, dan tokoh masyarakat memiliki peran yang
berbeda-beda. Peran pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat
dalam Posdaya Kenanga 05 Situgede diiuraikan sebagai berikut:
Peran Pendamping
Faktor pendukung keberhasilan pemberdayaan masyarakat salah
satunya adalah pendampingan. Implementasi yang mampu menggerakkan
masyarakat dan berlangsung secara berkelanjutan memerlukan peran
pendampingan. Pendampingan yang diperoleh dari kegiatan Posdaya
memperlihatkan kinerja yang bagus, melahirkan banyak ide kreatif dalam
program pemberdayaan dan pemanfaatan potensi lokal. Gairah dari masyarakat
timbul untuk memberdayakan diri mereka.
Bentuk pedampingan dapat dikembangkan dengan kreatif, terlebih disaat
zaman teknologi komunikasi yang semakin mudah diakses oleh setiap orang.
Pendampingan yang dilakukan adalah dalam bentuk kunjungan ke Posdaya,
konsultasi pengurus atau kader, mendampingi untuk melihat kegiatan di Posdaya
lain yang berhasil, dan mengikutkan dalam berbagai kegiatan diskusi, seminar
atau kegiatan pelatihan. Peran pendamping selain mendampingi juga membantu
dalam penyusunan proposal kegiatan untuk diajukan ke pihak luar.
Prinsipnya pendampingan dilakukan untuk membantu bagaimana
Posdaya dapat mencari solusi berbagai permasalahan yang dihadapi sehingga
mempunyai program kegiatan yang sesuai kebutuhan dan dapat terlaksana
86
dengan baik. Pendampingan yang dilakukan tidak harus tatap muka atau
bertemu fisik, pendampingan bisa dilakukan dengan saling memberikan
informasi, mengetahui kondisi Posdaya, melakukan kontrol kegiatan yang
dilaksanakan melalui telepon dan pesan singkat telekomunikasi Short Message
Service (SMS) yang berlangsung 24 jam sehari.
Pendampingan dapat dicermati bukan untuk membuat masyarakat terus
bergantung kepada pendamping, melainkan upaya menciptakan akselerasi dan
mempertahankan semangat masyarakat dalam menghidupkan modal sosial yaitu
kegotongroyongan guna terciptanya pemberdayaan yang berkesinambungan.
Ibarat orang tua terhadap anak-anaknya yang dewasa, sudah dapat mandiri
tetapi tetap masih perlu diberi arahan dan bimbingan serta tidak sepenuhnya
dilepas.
Pihak P2SDM LPPM IPB dalam kegiatan Posdaya Kenanga 05 Situgede
bertindak sebagai fasilitator dan konsultan. Sebagai fasilitator yang dilakukan
adalah memberikan pelatihan kepada kader-kader Posdaya. Pelatihan-pelatihan
yang difasilitasi oleh P2SDM LPPM IPB meliputi pelatihan mengenai visi misi
Posdaya, training motivasi yaitu motivasi untuk menjadi kader pemberdayaan
masyarakat yang sifatnya sukarela, ikhlas, mengundang Posdaya yang berhasil
untuk berbagi cerita (sharing) dengan Posdaya yang baru dibentuk, serta
pelatihan tutor PAUD. Fasilitator dan konsultan merupakan peran dari P2SDM
LPPM IPB untuk mengembangkan Posdaya. Permasalahan yang terjadi di dalam
Posdaya disampaikan ke P2SDM LPPM IPB dan selanjutnya dicari solusi dalam
penyelesaian masalah tersebut. P2SDM LPPM IPB melakukan pembinaan
terhadap 92 Posdaya yang berada di 4 wilayah yaitu Kota Bogor, Kabupaten
Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur.
Bidang Pendidikan
Fasilitasi yang telah diberikan P2SDM LPPM IPB kepada Posdaya
Kenanga 05 Situgede yaitu pelatihan kepada tutor Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) Kenanga selama 1 bulan setiap minggu tanpa dipungut biaya. Pelatihan
tutor PAUD dilaksanakan di P2SDM Baranang Siang dan diikuti seluruh tutor
PAUD Posdaya. Metode yang digunakan dalam pelatihan adalah ceramah,
presentasi, game, role playing, diskusi, tanya jawab, rugas kelompok dan individu
serta praktik/micro teaching. Penyampaian materi pelatihan untuk menjadi tutor
PAUD melibatkan narasumber dari Pemkot Kota Bogor, Ketua Himpaudi Kota
Bogor serta Kepsek KB-TKIT Azizah Bogor. Pihak P2SDM LPPM IPB sebagai
87
fasilitator telah menyiapkan narasumber yang paham mengenai PAUD, sehingga
yang disampaikan dalam pelatihan dapat diterapkan langsung di PAUD masing-
masing.
Materi yang disampaikan saat pelatihan tutor PAUD meliputi tumbuh
kembang anak, mengetahui bakat anak, psikologi anak, teknik mengajar, teknik
menggambar serta permainan yang bersifat edukatif. Setelah dilaksanakannya
pelatihan oleh P2SDM LPPM IPB, guru lokal tersebut mulai menjalankan
perannya sebagai tutor PAUD. Selain diberikan pelatihan dasar penyelenggaraan
PAUD, P2SDM LPPM IPB terus berupaya mengembangkan kapasitas tutor-tutor
PAUD melalui training-training yang ada di wilayah binaan.
Fasilitasi yang diberikan P2SDM LPPM IPB kepada PAUD Kenanga tidak
hanya pelatihan terhadap tutor melainkan buku-buku cerita bergambar sebagai
penunjang proses belajar mengajar. Pelatihan tutor PAUD Kenanga serta
pemberian buku cerita bergambar semakin memantapkan semangat tutor PAUD
Kenanga untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan ikhlas dan
sukarela. Berikut penuturan tenaga pengajar PAUD Kenanga mengenai pelatihan
tutor dan buku cerita bergambar yang diberikan P2SDM LPPM IPB:
“Sebelum PAUD Kenanga dibuka, kita tutornya ikut pelatihan dulu di P2SDM Baranang Siang selama satu bulan seminggu satu kali, setiap hari jumat. Setelah ikut pelatihan tutor dan kita punya bekal mengenai pengajaran di PAUD barulah PAUD Kenanga dibuka. Saat PAUD Kenanga dibuka juga dihadiri oleh pihak P2SDM LPPM IPB, Bu Min ya kalau ga salah yang juga memberikan buku cerita bergambar untuk anak-anak”(Rin). Selain pelatihan tutor serta sumbangan buku cerita bergambar yang
diberikan, motivasi serta semangatpun diberikan oleh pihak P2SDM LPPM IPB
kepada tutor PAUD Kenanga untuk ikhlas dan sukarela mengabdikan diri
sebagai pekerja sosial pemberdayaan masyarakat yang tidak memiliki insentif
bulanan, guna membantu masyarakat memajukan pendidikan anak-anak di
Kelurahan Situgede. Berikut kutipan tutor PAUD Kenanga:
“Kita diberi motivasi dan semangat untuk mengajar dengan ikhlas dan tujuan kita untuk memajukan pendidikan anak-anak dalam usia balita. Insya Allah diawali dengan niat baik hasilnya pun juga baik” (Ynh). Bidang Kesehatan
Kegiatan kesehatan di RW 05 sudah berjalan aktif sejak tahun 2000,
kegiatan yang ada di RW 05 antara lain Posyandu dan Posbindu Lansia.
Posyandu terdapat 37 balita serta 4 ibu hamil, sedangkan di Posbindu Lansia
88
terdapat 75 lansia. Dirintis sejak tahun 2000 membuat kegiatan Posyandu dan
Posbindu berjalan dengan aktif disetiap bulannya. Fasilitas yang dimiliki
Posyandu dan Posbindu sudah lengkap karena adanya bantuan dari PNPM
seperti penuturan ketua Posyandu berikut ini:
“Kalau dari PNPM kan kebetulan kita Posyandu belum punya apa-apa waktu itu ya, hordeng perlu diganti, seprei juga trus lemari buku juga ya perlu diganti, trus meja dan kursi emang belum ada kan tambahan, wastafel tempat mencuci tangan, Alhamdulliah sih” (Asn). Fasilitas yang ada di Posyandu dan Posbindu sudah membantu dalam
kegiatan Posyandu dan Posbindu setiap bulannya. Posyandu dan Posbindu
dilaksanakan pada minggu ke II setiap bulannya yaitu hari Rabu dan Kamis.
Masuknya bidang kesehatan di dalam Posdaya Kenanga semakin
mengembangkan kegiatan yang sudah dijalani selama ini seperti pemberiaan
makanan tambahan (PMT) pada balita, penimbangan balita, penimbangan ibu
hamil, pengukuran tekanan darah serta penimbangan lansia. Fasilitasi yang
diberikan pihak P2SDM LPPM IPB sebagai fasilitator kepada bidang kesehatan
yaitu berupa uang Rp. 600.000,00 kemudian uang tersebut dibelikan alat
pengukur tekanan darah serta timbangan lansia. Berikut penuturan ketua
Posyandu dan kader Posbindu Lansia:
“Tensi memang belum punya trus timbangankan selama ini lansia selalu pakai timbangan yang Posyandu, timbangan ibu hamil gitu kan. Dan sekarang mah karena kita sudah punya tensi, tensinya belum digunakan karena kita (kader) belum bisa ya belum ada yang ngelatih. Trus timbangannya, timbangan lansia khusus, timbangan ibu hamil khusus yang dari Posyandu” (Asn)
“Dari P2SDM pernah kasih uang Rp. 600.000,00 ke posbindu, trus uang itu kita belikan alat pengukur tensi darah sama timbangan lansia, yang belinya bidan Nn karena kita kan ga tau mana yang bagus dan sesuai untuk lansia, kalau bidan kan ngerti. Kalau ga salah untuk alat tensi darah dan timbangan lansia harganya Rp.450.000,00 Sisanya kita masukin ke uang kas Posyandu dan Posbindu gitu buat jaga untuk keperluan laen nantinya” (Jwh).
Fasilitas yang diberikan P2SDM LPPM IPB sangat bermanfaat bagi
Posbindu Lansia, penimbangan lansia sudah menggunakan timbangan khusus
lansia tidak menggunakan timbangan yang ada di Posyandu lagi namun untuk
alat pengukur tekanan darah belum digunakan karena kader yang ada di
Posyandu dan Posbindu belum bisa menggunakan karena belum dilatih. Saat
kegiatan Posyandu dan Posbindu bidan serta mantri membawa alat pengukur
tekanan darah masing-masing. Adanya bantuan dari Posdaya melalui P2SDM
89
LPPM IPB semakin meningkatkan jumlah lansia yang datang ke Posbindu untuk
memeriksakan kondisi kesehatan. Pada saat Rencana Tindak Lanjut (RTL)
kegiatan masing-masing bidang diminta oleh P2SDM LPPM IPB untuk
mengajukan kebutuhan dibidangnya, dari bidang kesehatan hanya mengajukan
kamera digital untuk digunakan sebagai bahan dokumentasi setiap kegiatan.
Berikut penuturan ketua Posyandu mengenai RTL yang diajukan bidang
kesehatan:
“Baru pengajuan kemaren, emang harusnya sih tahun ini mengajukan tapi karena Posyandu kita udah Allhamdulliah yah karena udah ada bantuan dari PNPM, jadi untuk Posyandu cuma mengajukan minta kamera digital kalo ga salah mah, karena kalo yang lain-lain tripod segala macem udah ada kan semua disana ya di Posyandu udah komplit jadi kita mengajukan kamera digital untuk sewaktu-waktu kegiatankan kita untuk dokumentasi gitu ya” (Asn). Bidang Ekonomi
Menopang kebutuhan permodalan usaha, beberapa Posdaya mulai
muncul Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Bentuk kegiatannya adalah simpan
pinjam yang dikelola secara syariah. Simpan pinjam dikelola oleh Posdaya
dengan keanggotaan masyarakat setempat dan dengan keragaman besarnya
iuran wajib dan iuran bulanan. Jumlah uang kas LKM bervariasi namun
umumnya masih di bawah 5 juta rupiah. Keberadaan LKM diakui sangat
bermanfaat bagi masyarakat yang menggunakan untuk keperluan usaha
produktif. Keberadaan LKM dicita-citakan oleh masyarakat sebagai lembaga
yang mampu menghapuskan bank keliling yang menjamur hampir di lingkungan
sekitar.
Kegiatan LKM yang ada di Posdaya Kenanga belum berjalan dikarenakan
kehadiran Posdaya Kenanga yang baru berumur satu tahun masih perlu
dilakukan penjajagan untuk kegiatan LKM. Kegiatan yang berlandaskan dengan
uang sulit untuk dikoordinir, dikarenakan semua masyarakat membutuhkan uang
atau pinjaman di LKM, tetapi untuk proses pengembalian dari uang tersebut sulit
untuk dikontrol. Berikut penuturan bendahara Posdaya Kenanga mengenai
kegiatan LKM di lingkungannya:
“Masyarakat di sini kalau untuk melakukan peminjaman sangat mudah tetapi pada saat pegembalian sangat sulit, maka dari itu kita sebelum memberikan pinjaman harus diselidiki dahulu bagaimana orangnya, bagaimana kegiatan usahanya, apakah punya banyak hutang, tepat waktu tidak ngembalinya. Bukan karena kita pelit, tetapi untuk kelancaran dari LKM itu sendiri, kan LKM itu dananya berputar
90
lah kalau macet gimana kan kita (pengurus) nya juga yang bingung” (Jwh).
Bantuan dana untuk LKM di Posdaya Kenanga sudah diberikan oleh
pihak P2SDM LPPM IPB sebesar Rp. 1.200.000,00 dan diistilahkan dengan
menanam saham, sehingga dana yang diberikan bukan semata-mata untuk
masyarakat tetapi digulirkan. Sistem yang diberlakukan pihak P2SDM LPPM IPB
bagi LKM Posdaya Kenanga adalah bagi hasil, sehingga tidak bersifat riba
(bunga). Pernyataan di atas dipertegas oleh ucapan pihak P2SDM LPPM IPB
yaitu:
“P2SDM memberikan suntikan modal, nanam saham sifatnya jadi kita tidak ngasih tapi jika dana kembali kita dapet. Itu untuk mendidik mereka juga. Kita nitip saham ke LKM supaya nanti menjadi banyak bukan dari bunga ya tapi dari bagi hasil karena kita tekankan setiap orang jangan berbunga tetapi bagi hasil supaya menggunakannya juga enak” (Mnt).
Bantuan dana untuk LKM yang diberikan ke Posdaya Kenanga belum
digunakan dikarenakan sulit untuk melakukan kegiatan simpan pinjam jika belum
mengetahui anggotanya dengan jelas. Menurut penuturan bendahara Posdaya
Kenanga, untuk melakukan kegiatan LKM harus dimulai dengan saling percaya
baik antara pengurus dan anggota serta kejujuran dari kedua belah pihak.
Melihat belum berjalannya LKM, sedangkan dana dari pihak P2SDM LPPM IPB
sudah digulirkan menjadi pertanyaan bagi para kader namun bendahara
Posdaya Kenanga memiliki jawaban tersendiri yaitu:
“Uangnya ada, ditabung sama Bapak (Koordinator Posdaya Kenanga). Saya ga akan memakan uang amanah. Jadi silahkan aja kalau mau minjem mah, ya itu tadi asal kalau uangnya diperlukan atau ditanya sama P2SDM harus ada, sok aja” (Jwh). Dijelaskan lebih lanjut oleh bendahara Posdaya Kenanga mengenai
belum dijalankan kegiatan UKM karena:
“Untuk kegiatan simpan pinjam kita ga bisa asal pilih anggotanya, kita harus selidiki dulu agar sama-sama enak, yang ngurusnya juga enak yang minjem juga enak. Jangan seperti yang sudah-sudah macet karena pengembalian yang tidak tepat waktu, yang nunggak berapa bulan contohnya udah banyaklah kalau kegiatan yang kayak begituan” (Jwh).
Belum berjalannya kegiatan LKM di Posdaya Kenanga, P2SDM LPPM IPB
selalu mengontrol kegiatan di Posdaya Kenanga. Setiap 3 bulan sekali Posdaya
Kenanga harus menyerahkan laporan kegiatan berupa form yang telah
dilaksanakan di Posdaya Kenanga. Dari hasil pelaporan pihak P2SDM LPPM
91
IPB bisa mengetahui apakah LKM sudah berjalan atau belum, kemajuan apa
yang telah dilaksanakan masing-masing bidang Posdaya Kenanga serta
hambatan-hambatan di kegiatan Posdaya. Aktivitas kegiatan yang dilakukan
Posdaya Kenanga terangkum dalam laporan per tiga bulanan tersebut. Bentuk
pemantauan (controlling) yang dilakukan pihak P2SDM LPPM IPB terhadap
Posdaya binaan salah satunya Posdaya Kenanga Situgede secara berkala
menjadikan keterdekatan, kepedulian dan saling memiliki antara pengurus atau
kader dengan pihak P2SDM LPPM IPB dalam kegiatan Posdaya.
Bidang Lingkungan Kegiatan lingkungan yang telah dilakukan antara masyarakat dengan
pihak P2SDM LPPM IPB adalah pengelolaan sampah menjadi kompos, Gerakan
untuk Lingkungan Sehat (GEuLIS), dan biopori. Pelatihan pengelolaan sampah
yang dilaksanakan oleh P2SDM LPPM IPB dan Posdaya telah mampu
mengimplementasikan pengelolaan sampah menjadi kompos yang bernilai
ekonomi. GEuLIS merupakan kegiatan yang sangat relevan dengan upaya untuk
meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan.
Pelatihan pengelolaan mengenai sampah organik dilakukan dengan
mengumpulkan masyarakat serta kader Posdaya Kenanga untuk melihat proses
pembuatan kompos dari sampah organik. Peran masyarakat dalam pengelohan
kompos sangat baik. Pengolahan kompos lebih efektif dimulai dari rumah sendiri,
yaitu menumbuhkan kebiasaan untuk memisahkan sampah kering (non organik)
dan sampah basah (organik). Pemisahan kedua sampah dilakukan karena
pemanfaatannya berbeda, yakni sampah kering bisa didaur ulang menjadi
berbagai macam barang seperti tas dan dompet dari kegiatan GEuLIS,
sedangkan sampah organik dimanfaatkan menjadi kompos. Kompos yang
dihasilkan dari sampah organik disebut pupuk organik dan memiliki manfaat
menyehatkan lingkungan.
Pupuk kompos atau pupuk organik memiliki banyak kelebihan
dibandingkan dengan pupuk kimia (anorganik) diantaranya, bahan yang
digunakan mudah diperoleh, proses pembuatannya sangat mudah, berfungsi
untuk memperbaiki kesuburan tanah, dan dapat tersimpan dalam tanah dengan
waktu yang lama. Pelatihan pembuatan kompos dilakukan di lapangan sehingga
masyarakat dapat melihat secara langsung. Bahan yang dipersiapkan adalah
mengumpulkan sampah organik dari daun-daun kering, bahan pengurai, gula
dan air. Kemudian dibuat lubang yang letaknya dibawah pohon agar tidak
terkena sinar matahari langsung dan hujan. Sampah organik dari daun-daunan
92
dicacah menjadi potongan kecil. Percepatan pengomposan ditambahkan bio-
activator berupa larutan effective microorganism 4 (EM4) yang berfungsi sebagai
pengurai dalam proses pengomposan. Kemudian lubang ditutup dengan terpal
atau plastik agar proses penguraian berlangsung dengan baik dan tidak terjadi
penguapan. Setelah 3 hari tumpukan diperiksa dengan menusuk-nusuk
tumpukan dengan kayu, jika tusukan lancar atau tidak menyangkut, maka
pengomposan berhasil dilakukan dan siap dipakai untuk pupuk tanaman hias
maupun tanaman obat. Pelatihan mengenai pengelolaan sampah organik
menjadi pupuk kompos dijelaskan oleh kader bidang lingkungan berikut ini:
“Masyarakat antusias melihat proses pembuatan kompos yang dari sampah daun-daunan itu, selama ini masyarakat hanya tau saja tetapi cara membuatnya belum tahu, dan cairan yang digunakan juga baru tau pas pelatihan itu, ujarnya” (Ade). Dijelaskan oleh kader lingkungan, pelatihan pembuatan pupuk kompos
yang diberikan pihak P2SDM LPPM IPB selain dapat memanfaatkan sampah
daun-daun kering yang berserakan untuk dijadikan pupuk juga dapat
meningkatkan ekonomi masyarakat dengan menjual pupuk kompos ke
masyarakat yang lain atau ke RW lain. Proses pembuatan pupuk kompos yang
tidak sulit serta bahan-bahan yang mudah di dapat membuat masyarakat tertarik
melakukannya serta ada yang dimanfaatkan sendiri untuk tanaman obat keluarga
ataupun dijual sebagai biaya tambahan untuk kebutuhan sehari-hari.
Pelatihan kegiatan GEuLIS dilakukan di Pejaten Jakarta yang diikuti 25
orang dari seluruh RW di Kelurahan Situgede. Materi pelatihan yang
disampaikan merupakan teknik menganyam dari bahan ramah lingkungan seperti
plastik bungkus mie instant, bungkus kopi, bungkus detergent, bungkus permen
dan bungkus pewangi pakaian. GEuLIS merupakan kegiatan yang
memanfaatkan limbah plastik untuk diolah menjadi produk-produk kerajinan dan
seni misalnya tas dan dompet. Pelatihan GEuLIS yang dilakukan di Pejaten
Jakarta dituturkan oleh kader yang ikut dalam pelatihan antara lain:
“Disana kita pertamanya melihat dulu proses pengayaman dari bungkus-bungkus itu ya banyak ada bungkus kopi, bungkus mie. Kemudian kita disuruh cobain untuk nganyamnya. Masing-masing dari kita yang 25 orang belajar cara nganyamnya” (Asn). “Pertama belajar di Pejaten gunain bungkus mie instant dulu, karenakan bungkusnya lembut jadi mudah untuk dibentuk dan dianyam” (Ryt).
93
“Selain diajarin cara nganyamnya kita juga diajarin cara ngejahit hasil anyaman tadi biar jadi dompet atau tas. Kalau bungkus mie kan lembut dan tipis jadi kalau mau dibuat tas atau dompet harus dikasih poring (lapisan) dulu, kalau bungkus kopi yang agak tebel mah ga usah dikasih poring juga udah mantep’ (Jwh).
Hasil pelatihan yang didapatkan ibu-ibu di Pejaten sudah menghasilkan
banyak tas dan dompet dari anyaman limbah plastik yang ramah lingkungan. Tas
dan dompet anyaman sudah diperkenalkan melalui pameran-pameran Posdaya
yang diikutsertakan oleh pihak P2SDM LPPM IPB. Disamping memanfaatkan
waktu luang dan menambah kreatifitas, kerajinan tas dan dompet anyaman juga
mempunyai nilai ekonomi yang baik sehingga dapat membantu memenuhi
kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Semakin menarik perpaduan motif dan
warna dari bahan limbah plastik yang ramah lingkungan semakin bernilai
ekonomi. Tas dan dompet hasil kerajinan anyaman dari limbah plastik yang
ramah lingkungan dapat dijual dengan harga berkisar Rp. 50.000,00 hingga
Rp. 100.000,00/buah.
Biopori juga diperkenalkan pendamping kepada masyarakat Posdaya
Kenanga. Biopori adalah lubang yang ditutupi sampah organik dan berfungsi
untuk menjebak air yang mengalir sehingga dapat menjadi sumber cadangan air
bagi bawah tanah, tumbuhan di sekitarnya serta membantu pelapukan sampah
organik menjadi kompos yang bisa dipakai untuk pupuk tanaman hias dan
tanaman obat keluarga. Koordinator Posdaya Kenanga menjelaskan bahwa
biopori memiliki banyak manfaat yaitu 1) air meresap ke dalam tanah sehingga
menambah air dalam tanah, 2) membuat kompos alami dari sampah organik
daripada dibakar, 3) mengurangi genangan air yang dapat menimbulkan
penyakit, 4) mengurangi resiko banjir, meskipun di Kelurahan Situgede tidak
pernah terjadi banjir, 5) memanfaatkan peran dari cacing, serangga dalam tanah,
dan 6) mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.
Pembuatan lubang biopori dilakukan diperkarangan rumah Koordinator
Posdaya Kenanga dengan membuat lubang silindris dengan diameter 10 cm dan
kedalaman 30 cm. Lubang biopori diberikan pengaman atau tanda agar tidak ada
anak kecil atau orang yang terperosok. Kemudian lubang diisi dengan sampah
organik seperti daun-daunan, sampah dapur, ranting pohon, dan sampah
makanan dapur. Sampah di dalam lubang dimakan rayap, mikroorganisme dalam
tanah. Penyusutan sampah terjadi di dalam lubang sehingga perlu diisi kembali
dan di akhir musim kemarau dapat digunakan sebagai pupuk kompos. Berikut
94
penuturan kader lingkungan Posdaya Kenanga mengenai biopori
dilingkungannya:
“Kalau biopori kan sekali dikerjakan bisa dapat dua manfaat, yaitu pertama menambah resapan air dalam tanah juga kalau sudah musim panas bisa dijadikan pupuk kompos untuk tanaman. Itu enaknya biopori” (Ade).
Pendampingan yang dilakukan P2SDM LPPM IPB kepada Posdaya
Kenanga bersifat tidak terikat dan tidak juga lepas. Selama P2SDM LPPM IPB
mempunyai program yang terkait dengan Posdaya, Posdaya-Posdaya binaan
selalu dilibatkan. Pendampingan yang dilakukan P2SDM LPPM IPB bersifat tidak
terjadwal, di saat ada informasi yang disampaikan, ada hambatan dalam
kegiatan Posdaya Kenanga serta saat ada kunjungan dari Posdaya lain. Dari
penuturan pendamping dijelaskan bahwa:
“Pendampingan yang dilakukan tidak intens malah membuat Posdaya berkembang dengan baik, misalnya di Cianjur dan Petir. Itu perkembangannya cukup bagus. Tidak selalu pendampingan itu ada ditempat. Intinya tetap selalu berkomunikasi untuk mengkontrol, untuk menanyakan perkembangan posdayanya, untuk memberitahu informasi mengenai posdaya misalnya ada siaran radio mohon didengarkan untuk mengikat batin mereka bahwa program kita masih terikat, serta masing-masing kita punya koleksi nomer hp koordinator posdaya untuk mempermudah proses komunikasi satu sama lain” (Wrt). Pendamping dapat membantu menyusun serta membuat proposal
kegiatan untuk permohonan bantuan dana yang diajukan ke pihak luar seperti
yang disampaikan koordinator Posdaya Kenanga berikut ini:
“Pak Saipul (pendamping dari pihak P2SDM LPPM IPB) bantu buatin proposal ke CSR-CSR untuk minta dana buat sekretariat Posdaya Kenanga” (Skn).
Peran dari pendamping adalah mendampingi kader atau pengurus dan
masyarakat dalam melaksanakan kegiatan Posdaya serta membantu mencarikan
solusi dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam Posdaya.
Keberhasilan utama dari Posdaya berada ditangan kader atau pengurus dan
masyarakat karena Posdaya merupakan kegiatan dari masyarakat, oleh
masyarakat, dan untuk masyarakat. Posdaya di bangun dengan keswadayaan
dari masyarakat, serta tidak di awali dengan pemberian uang. Posdaya bertolak
belakang dengan program atau proyek lain yang memberikan uang kepada
masyarakat. Oleh karena itu, Posdaya membantu mengubah pola pikir
masyarakat yang biasanya diberi uang sekarang disuruh mencari uang sendiri
95
dan tidak semua masyarakat mau melakukannya, dan ini merupakan proses
seleksi alam.
Peran Perangkat Kelurahan
Perangkat kelurahan merupakan faktor pendorong percepatan
keberhasilan pembangunan khususnya di tingkat kelurahan dalam wilayah
kecamatan. Peranan perangkat kelurahan adalah merencanakan dan
mengorganisir program pada tingkat kelurahan maupun kecamatan sesuai
dengan kebijakan yang telah ditentukan. Selain itu, perangkat kelurahan perlu
menyediakan bantuan teknis dan bantuan bahan-bahan pokok, di luar
kemampuan masyarakat setempat. Perangkat kelurahan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku berkewajiban untuk memberikan
bimbingan, pengarahan, pembinaan dan bantuan dalam batas-batas
kemampuan yang tersedia, disertai pengawasan yang intensif.
Pemerintah Kelurahan Situgede terdiri dari Lurah dan Perangkat
Kelurahan. Perangkat kelurahan terdiri dari Sekretaris Kelurahan serta Seksi.
Kelurahan Situgede memiliki 1 Lurah, 1 Sekretaris Kelurahan serta 4 Kepala
Seksi (Kasie), yaitu Kasie Pemerintahan, Kasie Sosial dan Kemasyarakatan,
Kasie Ekonomi dan Pengembangan serta Kasie Ketentraman dan Ketertiban.
Setiap Kasie mempunyai tugas serta tanggung jawab masing-masing.
Sosialisasi dan pengenalan Posdaya oleh pihak P2SDM LPPM IPB
dilakukan di Kelurahan Situgede serta difasilitasi oleh pihak Kelurahan Situgede.
Dimulainya sosialisasi dan pengenalan Posdaya menunjukkan bahwa peran dari
Pemerintah Kelurahan Situgede sebagai aparatur wilayah menyambut baik
kehadiran Posdaya dan siap melaksanakan Posdaya di wilayahnya. Diterimanya
kehadiran Posdaya dengan baik di wilayah Situgede diperkuat oleh penuturan
dari Lurah Situgede sebagai berikut:
“Posdaya mewadahi kegiatan-kegiatan yang ada, mendorong dan menfasilitasi potensi-potensi yang ada, bukan pemberian modal atau bantuan. Berbeda dengan program atau proyek lain yang selalu mengiming-imingi masyarakat dengan uang. Di Posdaya masyarakat dikerahkan agar kreatif dan mandiri, dengan alasan agar tidak bergantung dengan pemerintah” (Rsm).
Selain itu dijelaskan oleh Lurah Situgede bahwa:
“Peran perangkat Kelurahan harus bisa memfasilitasi keinginan masyarakat, tidak semuanya dapat kita fasilitasi dan harus dipenuhi. Salah satu fasilitasinya dengan pendekatan dan koordinasi dengan RT dan RW. Dan yang paling penting peran kelurahan selain sebagai ujung tombak juga ujung tombok selorohnya” (Rsm).
96
Perangkat Kelurahan Situgede memiliki peran dalam kegiatan Posdaya
Kenanga 05 Situgede. Peran yang dilakukan oleh perangkat Kelurahan Situgede
antara lain:
1. Pembinaan Para Kader
Pembinaan kader yang dilakukan oleh Kelurahan Situgede diharapkan
dapat menggantikan peran pemerintah Kelurahan Situgede dalam melanjutkan
kegiatan Posdaya Kenanga 05 Situgede. Pemerintah Kelurahan Situgede
bertanggung jawab untuk memantau perkembangan kegiatan Posdaya Kenanga
sedangkan kegiatan yang ada di Posdaya Kenanga dilaksanakan oleh kader di
masing-masing bidang. Kader adalah orang-orang yang berasal dari masyarakat
setempat dengan sukarela bersedia ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan
Posdaya Kenanga. Kader terdiri dari wanita dan pria, tua atau muda, sudah
bekerja ataupun belum bekerja, yang penting merasa terpanggil, ada kesediaan
dan kesadaran untuk ikut bertanggung jawab dalam usaha-usaha untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilingkungannya. Pembinaan kader
dilakukan untuk menempa kader agar dapat melakukan kegiatan dengan ikhlas,
sukarela, tanpa pamrih dan pelayanan serta pengabdian kepada masyarakat di
wilayah Situgede.
2. Pelatihan Para Kader
Kegiatan di Posdaya Kenanga seperti bidang ekonomi, bidang
pendidikan, bidang kesehatan serta bidang lingkungan dapat dilaksanakan oleh
kader setelah diberikan pelatihan secukupnya. Pelatihan yang biasa dilakukan
Kelurahan Situgede dalam bentuk lokakarya mini, seperti bidang kesehatan,
informasi mengenai Filariasis (kaki gajah), Program Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), Pemeriksaan Sarang Nyamuk (PSN) demam berdarah disampaikan
oleh pihak Puskesmas. Namun, seringkali pihak Kelurahan Situgede
mengirimkan para kadernya untuk mengikuti pelatihan di luar wilayah Situgede.
Ini dilakukan agar kader Posdaya Kenanga aktif dalam setiap pelatihan bahkan
keikutsertaan para kader difasilitasi oleh Kelurahan Situgede seperti uang
transportasi dan uang makan. Kepedulian Kelurahan Situgede diikutsertakan
kadernya dalam pelatihan menunjukkan bahwa keinginan untuk mendorong dan
mengembangkan potensi yang ada di diri kader. Tugas seorang kader Posdaya
Kenanga pada intinya adalah: (1) sebagai pelopor dalam melaksanakan kegiatan
Posdaya Kenanga, (2) pelaksana dan pemelihara kegiatan Posdaya Kenanga,
97
(3) menjaga keberlangsungan kegiatan Posdaya Kenanga, serta (4) membantu
dan menghubungkan antara masyarakat dengan lembaga-lembaga yang bekerja
dalam bidang pembangunan.
3. Memotivasi Para Kader
Tekanan utama untuk memperoleh kader yang baik diberikan oleh Lurah
Situgede kepada kader Posdaya Kenanga adalah motivasi. Pemberian motivasi
ditekankan pada kesadaran diri, merasa terpanggil berbuat sesuatu untuk
masyarakatnya dan mempunyai jiwa suka memberikan bantuan (pelayanan)
terhadap sesama. Niat dan motivasi masing-masing individu untuk menjadi kader
dijelaskan Bapak Skn biasanya juga mempengaruhi kinerja kader dalam
memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Misalnya saja diambil contoh yang
sederhana ujar Bapak Skn, seorang kader yang terlibat karena mempunyai
waktu luang dan ingin mengisi waktu luangnya sebelum mendapatkan pekerjaan
(alasan ekonomi), biasanya mempunyai semangat yang berbeda dengan
seorang kader yang mempunyai dorongan menjadi kader karena ingin
mendekatkan diri pada Tuhannya (alasan religius). Kader yang berlandaskan diri
pada alasan ekonomis, cenderung memilih pekerjaan yang lebih menghasilkan
uang atau bila sudah mendapatkan pekerjaan yang tetap memilih mengundurkan
diri menjadi kader. Kader yang mempunyai dorongan religius dalam melakukan
tindakan, unsur material menjadi nomer dua dalam upaya memberikan bantuan
terhadap masyarakat.
Peran dari perangkat kelurahan secara keseluruhan adalah
pengembangan kader, dikarenakan keberhasilan dalam setiap kegiatan di bidang
Posdaya Kenanga ada pada kader. Keaktivan, loyalitas dan tanggung jawab
kader di masing-masing bidang Posdaya Kenanga mempengaruhi keberhasilan
disetiap bidangnya. Masing-masing kader dalam setiap bidang, baik bidang
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan diharapkan mempunyai prestasi
yang baik, mempunyai kepribadian yang baik, serta mempunyai “akar” dalam
masyarakatnya sehingga yang dikatakan atau dilakukan oleh kader dapat ditiru
atau diikuti oleh anggota kelompoknya maupun masyarakat sekitarnya.
Kegiatan yang ada di wilayah Situgede harus mendapatkan izin serta
diketahui oleh pihak Kelurahan Situgede, seperti PNPM, Raskin, BLT begitupun
Posdaya Kenanga. Kegiatan yang ada di wilayah Situgede merupakan tanggung
jawab dari Kelurahan Situgede. Tanggung jawab yang diberikan pihak Kelurahan
Situgede terhadap kegiatan yang ada diwilayahnya yaitu dengan mengetahui
98
kegiatan apa saja yang dilakukan, melakukan kontrol serta koordinasi terhadap
kegiatan yang ada, ikut terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan. Seperti
penjelasan dari kader berikut yang menunjukkan keikutsertaan Lurah Situgede
dalam kegiatan Posdaya yaitu:
“Kemarin waktu kita ada kunjungan dari Palu itu ya, Posyandu banyak ditumbuhi tumbuhan liar gitu trus dibersihkan sampai Pak Lurah ikut ngebersihin, trus diberi pagar sama Pak Lurah kemudian di cat disamakan dengan cat Kantor Kelurahan, pokoknya berapa hari Pak Lurah juga turun tangan bersih-bersihlah” (Asn).
Semua kegiatan yang ada di Posdaya Kenanga 05 Situgede tidak bisa
diikuti oleh perangkat Kelurahan Situgede, dikarenakan ada kecemburuan sosial
dari RW lain di Kelurahan Situgede. Lurah Situgede dalam kepengurusan
Posdaya Kenanga bertindak sebagai pelindung, namun dalam tugasnya sebagai
pelindung keterlibatan beliau masih kurang di Posdaya Kenanga. Berikut kutipan
penjelasan sekretaris Posdaya Kenanga mengenai keterlibatan lurah di Posdaya
Kenanga:
“Keterlibatan beliau sebagai pelindung dalam Posdaya dirasa masih kurang, karena tugasnya tidak hanya di RW 05 saja, tetapi sekelurahan. Jadi dia tidak bisa sepenuhnya kesini walaupun dia ingin, bagaimanapun dia tidak bisa secara penuh kesini nanti yang di RW lain iri’ (Gst). Penuturan dari kader yang lain menyatakan bahwa:
“Lurah hendaknya tidak hanya menjadi pelindung saja dalam Posdaya Kenanga ini, tetapi juga sebagai fasilitator untuk RW lainnya. RW yang lain diajak untuk belajar ke Posdaya RW 05 yang sebagai percontohan di Kelurahan Situgede ini agar terbentuk Posdaya di RW lain’ (Ade). Perangkat Kelurahan Situgede memiliki keterdekatan dan keterbukaan
dengan masyarakatnya, dikarenakan peran dari kelurahan berhubungan
langsung dengan masyarakat. Permasalahan, kendala serta hambatan yang ada
di masyarakat Situgede selalu diselesaikan dengan baik oleh pihak Kelurahan
Situgede. Kelurahan Situgede guna mendekatkan diri dengan masyarakatnya
selalu mengadakan kegiatan rutin setiap bulan seperti pengajian Al Hidayah,
lokakarya mini yang terkait dengan instansi lain seperti puskesmas, perguruan
tinggi, dan dinas pariwisata, PKK, serta pertemuan rutin RT RW guna
penyampaian informasi, evaluasi kerja, dan tindak lanjut kinerja. Penyampaian
informasi, sosialisasi, pembinaan kader dilakukan di Kantor Kelurahan Situgede.
99
Pemerintah Kelurahan Situgede selalu berusaha menumbuhkan
kepercayaan terhadap masyarakat dengan sikap terbuka mengenai kegiatan
atau program yang ada di Kelurahan, hal ini dilakukan agar dimasyarakat tidak
terjadi saling curiga satu sama lain. Keterbukaan Kelurahan Situgede terhadap
masyarakat disampaikan oleh Lurah Situgede sebagai berikut:
“Jika ada bantuan ke Kelurahan Situgede seperti bantuan dari pemerintah Kota Bogor semacam Biaya Operasioanl (BOP) untuk RT dan RW tidak disampaikan secara door to door, melainkan diundang dan dikumpulkan di kelurahan serta dijelaskan bantuan untuk apa, berapa besarnya, bagaimana pertanggungjawabannya, serta tidak ada pemotongan dari pihak Kelurahan. Sehingga satu sama lain baik RT dan RW mengetahui dengan jelas, dan tidak ada saling curiga. Dan satu lagi Kelurahan Situgede tidak “menganakemaskan” RW dan RT manapun, semuanya sama dan tidak dibeda-bedakan” (Rsm).
Peran Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat merupakan teladan serta panutan bagi
masyarakatnya, begitupun yang terjadi di RW 05 Kelurahan Situgede. Tokoh
masyarakat sebagai pengayom masyarakat, tempat berbagi cerita serta
pengalaman dan apa yang dikatakan dan dilakukannya dapat ditiru dan diikuti
oleh masyarakatnya. Tokoh masyarakat adalah orang yang dituakan, disegani,
dihormati, memiliki status sosial yang baik di lingkungan masyarakat,
berkepribadian baik serta merupakan orang terpandang di dalam masyarakatnya.
Tokoh masyarakat dalam kegiatan Posdaya Kenanga memiliki peran
sebagai penasehat antara lain memberikan saran, kritikan serta membantu
dalam penyelesaian masalah yang terjadi di Posdaya Kenanga. Tokoh
masyarakat yang selalu diundang setiap rapat serta dimintai saran, kritikan
mengenai Posdaya Kenanga adalah Ust Sn dan Jend (Purn) Bm. Pandangan
yang diberikan tokoh masyarakat dalam rapat menghadirkan pencerahan baik
untuk kader atau pengurus Posdaya maupun untuk kegiatan Posdaya Kenanga.
Berikut penuturan kader mengenai peran tokoh masyarakat dalam kegiatan
Posdaya Kenanga antara lain:
“Kita juga punya penasehat Pak Bm, Jenderal Purnawirawan ya tapi Pak Bm ini beliau sifatnya ya paling kalau misalnya ada perselisihan beda pendapat, baru dia turun kasih nasehat, jarang sekali sebetulnya” (Gst).
“Tokoh masyarakat ikut andil dalam kegiatan Posdaya dan sebagai orang yang dihormati dan disegani setiap rapat mereka diundang dengan ngasih masukan-masukan” (Sth).
100
“Kalau Pak Bm ngasih nasehat, masukan, atau pandangan gitu ya enak, adem resep deh. Mungkin karena jenderal kali ya jadi udah biasa membimbing anak buah’ (Jwh)”.
Peran dari tokoh masyarakat di kegiatan Posdaya Kenanga hanya
sebatas memberikan nasehat, pengarahan, sumbang saran, memunculkan ide-
ide baru yang dapat dilaksanakan di Posdaya Kenanga. Sebagai tokoh
masyarakat, kehadirannya dalam suatu komunitas atau kegiatan yang
dilaksanakan sangat memberikan manfaat, dikarenakan tokoh masyarakat telah
melalui dan mengikuti berbagai macam kegiatan disepanjang pengalaman
hidupnya sehingga dapat saling berbagi (sharing). Pencerahan, nasehat serta
pandangan yang disampaikan tokoh masyarakat membawa kepada suatu
perubahan yang baik pada kegiatan Posdaya Kenanga.
Tokoh masyarakat harus dilibatkan dalam setiap program atau kegiatan,
dikarenakan masyarakat lebih percaya dengan apa yang dilakukan dan
disampaikannya dibandingkan dengan pihak kelurahan atau masyarakat lainnya.
Tokoh masyarakat merupakan masyarakat setempat yang mengetahui wilayah
lingkungannya serta telah menempati wilayah yang menjadi lingkungannya sejak
lama. Kegiatan atau program yang masuk ke wilayah masyarakat selalu mencari
tokoh masyarakat untuk menjelaskan maksud dan tujuan dari kegiatan atau
program tersebut, ini merupakan peraturan baku karena kegiatan atau program
yang diterima tokoh masyarakat dipastikan juga diterima masyarakat. Tokoh
masyarakat seringkali menjadi bentuk pemasaran sosial yang efektif guna
mengubah perilaku masyarakat.
Ikhtisar
Peran yang dominan dalam kegiatan Posdaya Kenanga adalah peran dari
pendamping yakni pihak P2SDM LPPM IPB yang selalu melakukan koordinasi
dengan pengurus Posdaya Kenanga. Peran dari pihak P2SDM LPPM IPB adalah
sebagai pendamping dan konsultan. Ketika terjadi permasalahan, hambatan di
dalam Posdaya Kenanga koordinator maupun kader melakukan konsultasi untuk
penyelesaiannya. Pendampingan yang dilakukan bersifat tidak terikat dan tidak
lepas, tetapi kontrol selalu dilakukan terhadap Posdaya Kenanga. Pendampingan
yang dilakukan oleh pihak P2SDM LPPM IPB kepada Posdaya Kenanga tidak
terjadwal, pendampingan dilakukan ketika Posdaya Kenanga mengikuti
pelatihan, adanya kunjungan serta penyampaian informasi mengenai kegiatan di
Posdaya. Tidak terjadwalnya pendampingan diharapkan kader atau pengurus
dan masyarakat dapat mandiri dalam melaksanakan kegiatan di Posdaya
101
Kenanga. Meskipun pendampingan di lapangan secara fisik tidak dilakukan
secara intensive, tetapi kontrol dari pendamping melalui alat komunikasi (telepon
dan SMS) selalu dilakukan serta setiap tiga bulanan Posdaya Kenanga harus
menyerahkan laporan kemajuan di setiap bidang kegiatan.
Perangkat Kelurahan Situgede sebagai institusi pemerintahan, memiliki
peran dalam kegiatan Posdaya Kenanga RW 05 antara lain pembinaan kader,
pelatihan para kader serta memotivasi kader. Pembinaan yang dilakukan oleh
pihak kelurahan terhadap kegiatan Posdaya Kenanga adalah penyampaian
informasi, monitoring kegiatan, dan membantu penyelesaian masalah.
Keterlibatan perangkat kelurahan di Posdaya Kenanga tidak intensive
dikarenakan program atau kegiatan yang ada di RW lain juga membutuhkan
peran dan perhatian dari Kelurahan Situgede. Cakupan wilayah yang luas yaitu
terdapat 10 RW dan 33 RT membuat perangkat Kelurahan Situgede
perhatiannya terbagi-bagi, ini dilakukan agar tidak terjadi kecemburuan terhadap
RW 05. Semua RW dan RT yang ada di Kelurahan Situgede memperoleh
perhatian yang sama serta tidak ada yang dibeda-bedakan.
Tokoh masyarakat yang menjadi panutan bagi RW 05 dilibatkan dalam
kegiatan Posdaya Kenanga. Peran keterlibatan tokoh masyarakat dalam
Posdaya Kenanga adalah sebagai penasehat seperti memberikan pandangan-
pandangan, saran, kritikan, dan ide-ide yang membangun untuk
keberlangsungan kegiatan Posdaya Kenanga. Namun, keterlibatan tokoh
masyarakat dalam Posdaya Kenanga masih kurang, tokoh masyarakat
memberikan kontribusi yang besar ketika ada perselisihan pendapat,
permasalahan internal kader dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan
Posdaya Kenanga.
Komunikasi Partisipatif pada Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya)
Peran pendamping, perangkat kelurahan serta tokoh masyarakat
mempengaruhi aktvitas komunikasi yang berlangsung dengan sesama partisipan
di kegiatan Posdaya Kenanga. Komunikasi pada Posdaya Kenanga diikuti dan
dilakukan pengamatan secara langsung diberbagai kegiatan komunikasi yaitu
rapat rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga dan Focused Group Discussion
(FGD) serta rapat evaluasi kegiatan Posdaya Kenanga. Rapat kerja dan FGD
diikuti sebanyak dua kali selama penelitian berlangsung, yaitu rencana kerja
Posdaya Kenanga untuk 3 tahun kedepan dan FGD mengenai aspirasi
masyarakat dan rapat evaluasi kegiatan Posdaya Kenanga. Informasi pendukung
dan pembanding dilakukan untuk mengetahui komunikasi yang berlangsung
selama kegiatan dilaksanakan dengan wawancara mendalam dan pengamatan
berperan serta kepada partisipan yaitu kader, pendamping, perangkat kelurahan
dan tokoh masyarakat.
Rapat dilaksanakan dengan agenda menyusun rencana kerja Posdaya
Kenanga untuk 3 tahun kedepan dilaksanakan di pelataran Masjid Nurul Yaqin
pada hari Jumat, 2 September 2010 pukul 14.00 sampai dengan 16.00 WIB.
Rapat seharusnya dilaksanakan pukul 13.00 WIB atau setelah shalat Jumat
sesuai dengan undangan yang disampaikan kepada kader, dikarenakan hujan
maka rapat ditunda pukul 14.00 WIB. Peserta rapat terdiri dari kader Posdaya
Kenanga serta pendamping dari pihak P2SDM LPPM IPB. Jumlah peserta rapat
sebanyak 15 orang yang terdiri dari 11 orang kader dan 4 orang pendamping dari
P2SDM LPPM IPB. Sebelum menyusun rencana kerja kegiatan Posdaya
Kenanga, perlu dijelaskan bahwa rapat yang dilaksanakan di pelataran Masjid
Nurul Yaqin tidak membedakan posisi tempat duduk atau hijab antara kader dan
pendamping baik laki-laki maupun perempuan, sehingga penyusunan rapat kerja
diikuti seluruh kader dan pendamping secara fisik saling bertatap muka.
Rencana kerja Posdaya Kenanga untuk 3 tahun kedepan dilakukan
karena Posdaya Kenanga baru dibentuk di RW 05 Kelurahan Situgede pada
tanggal 21 Mei 2010 berdasarkan SK Kelurahan Situgede. Rapat dibuka dan
diarahkan oleh Koordinator Posdaya Kenanga, selanjutnya rapat diserahkan
kepada pihak P2SDM LPPM IPB selaku pendamping untuk membantu dan
mengarahkan kader menyusun rencana kerja Posdaya Kenanga.
104
Penyusunan rencana kerja diawali dengan pertanyaan oleh pendamping
Ibu Mnt mengenai hambatan yang dirasakan kader di kegiatan Posdaya
Kenanga. Hambatan yang dirasakan kader yaitu masih sedikitnya jumlah
masyarakat yang ingin menjadi kader sehingga kader di Posdaya Kenanga
belum lengkap dan masih menduduki pekerjaan yang ganda, seperti ibu Jwh
selain sebagai Bendahara Posdaya Kenanga juga merangkap sebagai kader
Bina Keluarga Remaja (BKR) di Posyandu Kenanga, dikarenakan sedikitnya
jumlah masyarakat yang mau dan mampu menjalani kegiatan sebagai kader.
Minimnya jumlah kader di Posdaya Kenanga dikarenakan tidak banyak dari
masyarakat yang bersedia menjadi kader untuk membantu sesama
masyarakatnya dengan ikhlas dan sukarela. Masyarakat cenderung melakukan
pekerjaan untuk mendapatkan insentif atau uang.
Rencana kerja Posdaya Kenanga di mulai dari bidang kesehatan, yang
menaungi Posyandu dan Posbindu Lansia. Posyandu dan Posbindu Lansia telah
melakukan aktivitas sebelum tergabung dengan Posdaya Kenanga. Posyandu
dan Posbindu Lansia dimulai pada tahun 2000 dengan fasilitas yang belum
lengkap, seperti belum memiliki tempat tidur untuk pemeriksaan, belum memiliki
timbangan lansia, belum memiliki alat pengukur tekanan darah dan belum ada
pemberian PMT untuk balita maupun lansia. Kegiatan yang dilaksanakan
Posyandu dan Posbindu sebelum bergabung dengan Posdaya Kenanga antara
lain pemeriksaan balita dan ibu hamil serta lansia setiap hari Rabu dan Kamis di
minggu ke II setiap bulannya, memiliki bidan dan mantri yang dapat membantu
memeriksakan kondisi kesehatan masyarakatnya, dan olah raga masyarakat
setiap hari Minggu di lapangan RW 05.
Rencana kerja yang dibuat oleh kader Posdaya Kenanga untuk bidang
kesehatan meliputi pemenuhan PMT untuk balita dan lansia dengan mencari
donatur dari masyarakat yang bersedia memberikan PMT setiap bulannya atau
dari uang “keropak” masyarakat ketika mengunjungi Posyandu dan Posbindu
yang digulirkan kembali untuk PMT, mengaktifkan kembali senam lansia satu
bulan sekali yang sempat terhenti, pengadaan alat tekanan darah dan timbangan
lansia yang belum dimiliki di Posyandu dan Posbindu, pengadaan Kartu Menuju
Sehat untuk lansia agar dapat memantau kondisi kesehatan para lansia yang
memeriksakan diri ke Posbindu, pengadaan Alat Permainan Edukatif (APE)
untuk Bina Keluarga Balita yang dilaksanakan Posyandu untuk saling berbagi
105
mengenai tumbuh kembang anak, emosi anak, dan bakat anak dan pengadaan
termometer.
Penyusunan rencana kerja bidang kesehatan tidak hanya dilakukan oleh
kader bidang kesehatan yang didominasinya ibu-ibu, tetapi kader dari bidang lain
laki-laki atau pun perempuan turut memberikan saran untuk bidang kesehatan,
seperti yang disampaikan oleh kader bidang pendidikan:
“Untuk senam lansia perlu di buat seragam olah raganya, biar lansianya jadi semangat gitu pas senamnya” (Rhd). Usulan yang disampaikan Bapak Rhd disambut tawa seluruh kader dan
pendamping yang menghadiri rapat kerja tersebut. Masukan yang disampaikan
oleh Bapak Rhd menunjukkan bahwa seluruh kader terlibat dalam penyusunan
rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga untuk tiga tahun kedepan, tidak hanya
masing-masing kader yang melakukan penyusunan rencana kerja. Tidak adanya
pemisahan atau hijab tempat duduk antara laki-laki dan perempuan serta tidak
adanya batasan dalam menyampaikan pendapat membuat seluruh kader
mengetahui rencana kegiatan Posdaya Kenanga di masing-masing bidang.
Sehingga tidak mementingkan kebutuhan di masing-masing bidang, melainkan
ikut memberikan masukan untuk kepentingan bersama di Posdaya Kenanga.
Kegiatan pendidikan yang ada di RW 05 hanya Taman Pedidikan Agama
(TPA) Nurul Yaqin. Adanya Posdaya Kenanga, bidang pendidikan membentuk
PAUD yang belum ada di RW 05. Dibentuknya PAUD dikarenakan belum adanya
pendidikan untuk anak dibawah usia 5 tahun, TPA Nurul Yaqin merupakan
pendidikan yang diikuti oleh anak-anak usia Sekolah Dasar yaitu usia 5 hingga
usia 12 tahun. Sebelumnya PAUD di RW 05 sudah pernah ada, tetapi terhenti
karena alasan tertentu. Dibentuknya PAUD Kenanga diharapkan dapat
membantu anak-anak balita yang berusia di bawah 5 tahun untuk mau sekolah
dan belajar. Pembelajaran yang dilakukan di PAUD ditekankan pada bermain
sambil belajar, anak-anak diharapkan merasa senang saat belajar. Materi belajar
yang disampaikan di PAUD Kenanga antara lain mengenal huruf, mengenal
angka, mengenal warna, mengenal buah, mengenal binatang dan mengenal
jenis kendaraan. Pendidikan di PAUD Kenanga tidak ditekankan untuk bisa
membaca dan menulis, seperti penuturan pendamping berikut:
“PAUD itu sifatnya hanya belajar untuk mengenal dahulu, mengenal huruf, angka, warna bukan untuk mengajarkan membaca dan tulis. Kalau mereka (anak-anak) sudah mengenal huruf, angka dan warna tadi dan orang tuanya ada rezeki bisa melanjutkan ke TK yang memang diajarkan untuk membaca dan menulis” (Mnt).
106
Bidang pendidikan juga merencanakan untuk membuat perpustakaan
atau taman bacaan warga, dikarenakan selama ini belum dimiliki RW 05.
Masyarakat mengharapakan dibentuknya taman bacaan warga atau
perpustakaan dapat meningkatkan minat baca masyarakat selain untuk
menambah pengetahuan dan wawasan juga untuk mengisi waktu luang yang
bermanfaat. Pengadaan buku untuk perpustakaan dan taman bacaan warga
dikoordinir dengan mencari bantuan dari donatur ataupun pihak lainnya.
Setelah bidang pendidikan merencanakan kegiatan untuk 3 tahun
kedepan, bidang ekonomi merencanakan untuk memperkenalkan home industry
dodol talas lebih jauh lagi melalui pameran dan lokakarya. Home industry dodol
talas sudah berjalan sejak tahun 2001 dan sudah banyak dari masyarakat yang
mengenal dodol talas “Sawargi”. Tidak hanya dodol talas yang diproduksi oleh
home industry “Sawargi” melainkan kerupuk talas, kerupuk wortel, dan asinan
wortel seperti penuturan kader berikut ini:
“Sekarang kan dodol talas sudah banyak yang tahu karena sudah sering ikut pameran, tetapi kita juga pengen untuk memperkenalkan yang lainnya seperti kerupuk talas, kerupuk wortel dan asinan wortel” (Asn). Bidang ekonomi selain memajukan home industry “Sawargi” juga
membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM), berupa simpan pinjam untuk
menambah dan membantu usaha produktif masyarakat RW 05. Sebelumnya,
LKM di RW 05 sudah pernah ada, namun karena pengurusan yang tidak
maksimal serta proses pengembalian yang tidak lancar sehingga LKM terhenti.
LKM yang direncanakan oleh kader dan pendamping Posdaya Kenanga adalah
LKM yang tidak ada riba atau bunga, melainkan sistem bagi hasil sehingga
peminjam tidak terbebani dengan bunga. Besaran biaya peminjaman pada LKM
disesuaikan dengan usaha produksi yang dijalankan oleh peminjam, jika
skalanya usaha produksi yang dijalankan sudah besar, peminjaman diberikan
sebesar yang diinginkan, begitupun dengan skala usaha produksi kecil diberikan
peminjaman sesuai dengan kebutuhannya, kisaran pinjaman pada LKM
ditentukan di bawah 1 juta rupiah.
Bidang terakhir yang melakukan rencana kerja adalah bidang lingkungan.
Bidang lingkungan merencanakan kegiatan yang pernah dilakukan sebelum ada
Posdaya Kenanga diaktifkan kembali seperti Gerakan untuk Lingkungan Sehat
(GEuLIS), pelatihan kompos dan biopori. GEuLIS merupakan kegiatan yang
107
membuat kerajinan anyaman dari bahan ramah lingkungan seperti bungkus
indomie, bungkus kopi, agar ibu-ibu dan remaja putri dapat memanfaatkan waktu
luang, menambah kreatifitas yang bernilai ekonomi. Ibu-ibu yang pernah
mendapatkan pelatihan GEuLIS di Pejaten Jakarta hendaknya mampu
“menularkan” ilmu yang didapat di pelatihan kepada ibu-ibu dan remaja putri
lainnya.
Pelatihan kompos dan biopori pernah dilakukan yaitu untuk pelatihan
kompos diikuti oleh 12 orang dari masing-masing RW di Kelurahan Situgede, dari
RW 05 diwakilkan oleh 3 orang. Setelah diberikan pelatihan kompos tidak ada
lagi kegiatan “perpanjangan tangan” dari yang mengikuti pelatihan kompos ke
masyarakat RT lain di RW 05. Bidang lingkungan merencanakan agar setiap
rumah mampu membuat pupuk kompos sendiri dari sampah rumah tangga
masing-masing, tentunya dengan melakukan pemisahan sampah terlebih dahulu
yaitu sampah kering dan sampah basah. Pengelolan kompos yang diawali dari
rumah tangga sangat efektif untuk menjaga kelestarian lingkungan, seperti yang
dijelaskan kader Posdaya Kenanga bidang lingkungan berikut:
“Di Situgede ini tidak ada tempat pembuangan sampah, jadi selama ini warga mengumpulkan sampah yang ada kemudian dibakar bahkan ada yang membuang sampah rumah tangga di Sungai Cisadane, di Setu. Kalau di bakar, dilempar ke sungai, dilempar ke situ, itukan merusak lingkungan, maka dari itu hendaknya masyarakat disekitar sini membuat pupuk kompos sendiri dari sampah yang ada dirumah tangga masing-masing, selain menjaga kelestarian lingkungan juga bisa dijualkan, dapat uang, tetapi ya itu harus ada yang memulai dulu sebagai contohlah. Kalau sudah ada yang contohin, mudah-mudahanlah masyarakat sini mau mencoba karena sudah liat manfaatnya” (Ade). Pelatihan biopori telah diperkenalkan kepada masyarakat di RW 05, dan
antusias masyarakat mengikuti pelatihan biopori sangat baik. Pelatihan biopori
diawali dengan memperkenalkan alat yaitu bor tanah untuk membuat lubang-
lubang dengan kedalaman 30 cm dan diameter 10 cm. Biopori memiliki manfaat
ganda dibandingkan pengelolaan kompos, biopori selain membuat lubang untuk
menambah resapan air pada saat musim kering atau kemarau sampah organik
yang ada di dalam lubang biopori sudah menjadi kompos dan bisa digunakan
untuk pupuk tanaman hias dan tanaman obat keluarga. Pelatihan biopori hanya
sekali dilakukan dan belum ada yang dipraktekkan oleh masyarakat di RW 05.
Diharapkan kegiatan yang pernah dilakukan namun belum diterapkan dapat
dilanjutkan dengan kehadiran Posdaya Kenanga di RW 05 Situgede.
108
Rapat rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga untuk tiga tahun
kedepan di pending (tunda) karena waktu menunjukkan pukul 15.30 WIB serta
adzan ashar telah berkumandang. Rapat yang dilaksanakan di pelataran masjid,
menjadikan para kader dan pendamping melaksanakan shalat ashar berjamaah.
Seusai shalat ashar, rapat dilanjutkan dengan Foccused Group Discussion
(FGD) yang diarahkan oleh Bapak Pdj selaku Kepala P2SDM LPPM IPB. Agenda
yang dibahas dalam FGD adalah untuk mengetahui aspirasi masyarakat (kader)
mengenai kehadiran Posdaya Kenanga di lingkungan RW 05.
Permasalahan yang ada di lingkungan RW 05 dan cara mengatasi
permasalahan tersebut menjadi pertanyaan pembuka dalam FGD yang
disampaikan oleh Bapak Pdj kepada kader. Satu persatu kader menyampaikan
permasalahan yang ada di wilayah Situgede meliputi 1) pola pikir masyarakat
yang masih rendah sehingga cenderung menilai program ataupun kegiatan yang
ada merupakan pemberian bantuan dan dana, 2) kesadaran masyarakat yang
kurang dalam hal kesehatan lingkungan dibuktikan dengan banyaknya sampah
yang berserakan di halaman rumah dan jalan raya Kelurahan Situgede dan
masih membuang sampah disembarang tempat seperti di sungai atau di setu,
dikarenakan Kelurahan Situgede belum memiliki tempat pembuangan sampah
akhir dan 3) peluang usaha dan ekonomi yang kurang karena tidak adanya Balai
Latihan Kerja (BLK) dan sebagai besar mata pencaharian masyarakat Situgede
adalah petani dan buruh tani.
Lembaga yang ada di Kelurahan Situgede antara lain karang taruna,
Lembaga Keuangan Mikro (LKM), Lembaga Pemeberdayaan Mayarakat (LPM),
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Posyandu, Posbindu, dan Pengajian
mingguan. Tidak semua aktivitas kelembagaan yang ada aktif dilaksanakan,
beberapa diantara terhenti seperti karang taruna, dan LKM. Aktivitas
kelembagaan yang aktif dilaksanakan di Situgede adalah BKM, Posyandu,
Posbindu dan Pengajian mingguan. Aktifnya kelembagaan tersebut dipengaruhi
beberapa faktor yaitu: 1) Ketua BKM, Bapak Skn adalah masyarakat yang aktif
dalam kegiatan di lingkungannya dan Kelurahan Situgede disamping
pekerjaannya yang sebagai guru olahraga SMA Kornita, Ketua RW 05 dan
Koordinator Posdaya Kenanga, 2) Kader di Posyandu dan Posbindu RW 05
terlibat aktif dalam PKK Kelurahan, 3) Masyarakat RW 05 memiliki antusias yang
tinggi dalam setiap kegiatan agamaan seperti pengajian yang dilaksanakan
109
setiap hari Kamis di Masjid Nurul Yaqin dengan mendatangkan penceramah
yang berbeda-beda tiap minggunya.
Suasana FGD semakin sore terasa semakin santai antara kader dan
pendamping namun tetap fokus. Para kader dengan bebas mengutarakan
jawaban yang diajukan Bapak Pdj tanpa ada intervensi dan dominasi dalam
menyampaikan pendapat terhadap pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya Bapak
Pdj menanyakan respon masyarakat terhadap program pemberdayaan
masyarakat yang ada di wilayah Situgede. Disampaikan oleh Koordinator
Posdaya Kenanga bahwa respon masyarakat terhadap program pemberdayaan
masyarakat yaitu kebanyakan program yang telah selesai dilaksanakan
masyarakat yang terlibatpun selesai dalam melakukan kegiatan tersebut
sehingga tidak ada keberlanjutan dari masyarakat untuk meneruskan kegiatan
yang sudah dilaksakan.
Partisipasi atau keterlibatan masyarakat RW 05 dalam program
pemberdayaan masyarakat sangat baik karena sikap saling tolong menolong dan
kegotongroyongan masih dilaksanakan untuk saling membantu satu sama lain.
Berbeda di Kelurahan Situgede, seperti yang disampaikan salah satu kader
kegiatan gotong royong sulit dilakukan, misalnya saja kegiatan bersih lingkungan
disekitar Kantor Kelurahan Situgede yang dilaksanakan satu bulan sekali setiap
hari Minggu, masyarakat dari RW 05 yang paling banyak terlibat, masyarakat dari
RW lain sedikit sekali. Kebersihan lingkungan di sekitar Kantor Kelurahan
Situgede merupakan tanggung jawab semua masyarakat, semua RW dan semua
RT yang ada di Kelurahan Situgede. Kenyataan di atas juga disampaikan oleh
kader yang menyatakan bahwa:
“Pada umumnya masyarakat Situgede itu sulit sekali untuk melakukan kerjasama, sehingga RW 05 yang terdekat dengan Kantor Kelurahan Situgedelah yang aktif dan rajin mengikuti kegiatan yang ada di Kelurahan Situgede. Sebagian besar yang aktif terlibat dalam PKK kelurahan adalah ibu-ibu dari di RW 05” (Gst). Pertanyaan inti dari FGD disampaikan Bapak Pdj yaitu apa yang diketahui
oleh kader tentang Posdaya. Koordinator Posdaya Kenanga mengatakan bahwa
Posdaya adalah wadah bagi kegiatan-kegiatan yang sudah ada di RW 05,
membentuk kegiatan yang belum ada di RW 05 serta mengaktifkan kembali
kegiatan yang sempat terhenti. Kader dari bidang kesehatan juga menyampaikan
pendapatnya bahwa:
110
“Posdaya itukan bukan saingan untuk program yang sudah ada justru program yang sudah ada karena posdaya diwadahi misalnya di KWTnya jadi sudah dirangkum menjadi suatu rangkaian, ibaratnya kegiatan yang sudah ada itu mutiaranya, Posdaya itu rantainya jadi disatukan menjadi keserumahan gitu kan. Jadi program yang sudah ada karena ada posdaya kita tingkatkan, kalau emang program yang belum ada kita bentuk, yang tadinya ada vakum, diaktifkan lagi gitu” (Asn). Harapan dari kader dengan adanya Posdaya Kenanga di RW 05 yaitu
1) dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, 2) meningkatkan taraf hidup
masyarakat dan 3) masyarakat dapat mandiri dengan memiliki usaha produksi
sendiri seperti home industry. Koordinator Posdaya Kenanga juga mengatakan
bahwa dengan adanya Posdaya Kenanga kinerja program lain tetap berjalan
melakukan aktivitas masing-masing serta hambatan yang dialami dalam
pengembangan Posdaya Kenanga belum terlihat jelas dan belum konkrit,
kendala yang terjadi hanya jumlah kader yang masih sedikit dan terbatas
sehingga kader masih melaksanakan kegiatan lebih dari satu bidang, namun hal
itu bukan hambatan yang mengganggu aktivitas kegiatan Posdaya Kenanga.
Partisipasi masyarakat terhadap Posdaya Kenanga menjadi pertanyaan
FGD yang terakhir. Masyarakat di RW 05 dalam sikap kegotongroyongan dan
tolong menolong masih baik untuk saling membantu satu sama lain. Partisipasi
masyarakat RW 05 terhadap Posdaya Kenanga yaitu terlibat dalam gotong
royong secara fisik dan gotong royong dalam materi. Gotong royong secara fisik
dilakukan saat kerja bakti kebersihan lingkungan di sekitar RW 05 setiap
minggunya sedangkan gotong royong dalam materi yaitu menjadi donatur untuk
kegiatan Posdaya Kenanga seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk
balita di Posyandu.
Rapat rencana kerja dan FGD aspirasi masyarakat berjalan lancar dan
fokus serta keterlibatan kader dalam menyusun rencana kerja, menyampaikan
masukan, kritik serta pendapat sangat antusias. Setiap kader memiliki hak untuk
bersuara tanpa ada intervensi dan dominasi dari Koordinator Posdaya Kenanga,
sesama kader, maupun pendamping. Pertanyaan terakhir mengenai partisipasi
masyarakat menjadi penutup dari kegiatan rapat rencana kerja serta FGD
aspirasi masyarakat. Kegiatan FGD yang semula diarahkan oleh Bapak Pdj
selaku Kepala P2SDM LPPM IPB dan pendamping diserahkan kembali kepada
Koordinator Posdaya. Rapat ditutup pada pukul 16.30 WIB dengan
mengucapkan hamdalah (Alhamdulliah).
111
Rapat kedua yang diikuti adalah rapat evaluasi kegiatan Posdaya
Kenanga setelah satu tahun. Rapat dilaksanakan di teras rumah Koordinator
Posdaya Kenanga pada hari Sabtu tanggal 14 Mei 2011 pukul 16.00 WIB. Rapat
evaluasi hanya dihadiri oleh kader di semua bidang yang ada di Posdaya
Kenanga seperti bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Tepat
pukul 16.00 WIB rapat dibuka oleh bendahara Posdaya Kenanga dengan
mengucapkan salam dan Bismillahirrahmanirrahim.
Gambar 6 Posisi Tempat Duduk Peserta Rapat
112
Selanjutnya rapat diserahkan kepada Koordinator Posdaya Kenanga
untuk melanjutkan rapat dengan agenda evaluasi kegiatan Posdaya Kenanga di
masing-masing bidang. Sebelum evaluasi dimulai dari masing-masing bidang,
Bapak Skn selaku Koordinator Posdaya Kenanga menjelaskan kembali
mengenai Posdaya berikut ini:
“Posdaya adalah forum silaturahmi, komunikasi, advokasi dan wadah kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Ada inpresnya No 3 tahun 2010, instruksi presiden ya langsung itu mengembangkan Posdaya. Posdaya bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan dan menjadikan masyarakat itu mandiri secara terpadu. Posdaya itu tidak mengganggu kegiatan yang sudah ada tetapi mewadahi semua kegiatan yang sudah berjalan” (Skn). Setelah menjelaskan sekilas mengenai Posdaya, Koordinator Posdaya
Kenanga selanjutnya melakukan evaluasi kerja di masing-masing kegiatan
Posdaya Kenanga. Kesempatan pertama diberikan Koodinator kepada bidang
pendidikan, yaitu Ibu Ynh untuk menyampaikan evaluasi kerja kegiatan di bidang
pendidikan. Berikut petikan dialog antara Ibu Ynh sebagai kader bidang
pendidikan (KP) dengan Koordinator Posadaya Kenanga (Ko):
KP : PAUD sudah berjalan selama 6 bulan, ada dua kelompok belajar usia 2 sampai 5 tahun, waktu belajar dari hari Senin sampai Rabu dari jam 9 sampai jam 11. Jumlah murid yang ada di PAUD kurang lebih ada 50 anak dibagi dengan dua kelompok, tutornya empat orang. Trus sarana dan prasarana, untuk APE kita sudah ada sebagian, kemarin kita udah dapat semacam proposal ke pemda dapat uang sebesar 1 juta udah kita beliin “tape” sisanya untuk tahun ajaran baru pak, kita mau nambah permainan lagi. Kemarin juga kita udah SK kelurahan udah ada, untuk SK dari Diknas kita sudah coba kesana kemarin, kita diminta persyaratan-persyaratannya
Ko : Apa syaratnya katanya? KP : Syaratnya ijazah dari tutor pengelola, trus minta surat izin dari
tempat yang kita tempatinkan. Untuk tahun ajaran baru sudah mulai buka, kemarin sudah ada 2 orang yang daftar ya tetapi karena memang itu anak-anak, disuruh masuk aja dulu untuk pengenalan biar nanti waktunya nggak kaget lagi.
Ko : Ada kendalanya? KP : Kendalanya sih, selama ini ada ga bu yah, (“banyak” sambut suara
dari kader yang lain diiringi tawa, pasti ada, sarana prasarana) Ko : terutama sarana ya.
Bidang kesehatan selanjutnya menyampaikan evaluasi kerja kegiatan
yang telah dilaksanakan. Berikut kutipan penjelasan evaluasi kegiatan bidang
kesehatan yang disampaikan oleh Ibu Asn selaku ketua Posyandu:
“Bidang kesehatan dilakukan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat umum secara optimal yang terutama untuk kesehatan ibu dan anak. Perjalanan kita di kesehatan itu di Posyandu dan
113
Posbindu sudah rutin ya melaksanakannya. Dana sehat sudah 80 %, KB sudah 80% keatas. Program pengembangan sudah banyak seperti BKB, BKL, BKR kemudian ada dana sehat, catatan TOGA, pendataan Filariasis, ibu hamil juga menambah ada 6 orang. Di Lansia juga kehadiran lansia mencapai 70%-75% dibandingkan yang lainnya karena Posyandu kita udah mandiri Posbindu kita juga udah mandiri karena ditunjang dana sehat. Masalah kesehatan anak belum ada Bawah Garis Merah (BGM). Kendala di kita pasti ada ya, tetapi kesadaran masyarakat sudah baik untuk penimbangan, KB juga” (Asn). Saat evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan, kader dari bidang
lingkungan berhalangan hadir, dan bidang lingkungan belum memiliki kegiatan
yang dilaksanakan. Berhalangan hadir dalam rapat telah disampaikan oleh kader
bidang lingkungan kepada Koordinator Posdaya Kenanga dan kader bidang
lingkungan telah membuat rencana kerja untuk kegiatan di bidang lingkungan.
Rencana kerja yang disiapkan kader lingkungan disampaikan oleh Koordinator
Posdaya Kenanga (Ko) namun dalam menyampaikan rencana kerja lingkungan
ada beberapa masukan dari kader (K) berikut kutipannya:
Ko : Bidang lingkungan sudah menyiapkan rencana kerja yaitu 1) Akan dibuatnya kebun bergizi, karena wajib disetiap rumah harus ada kebun bergizi walaupun ga ada halaman minimal pake polybag. Jangan selalu manja untuk membeli sayur jadi nanti kalau mau masak tinggal ngambil. Insya Allah nanti disini dijadikan pembibitan, demplot bibit nanti masyarakat yang mau nanam tinggal ngambil disini. Lahan disini yang luas (perkarangan rumah Koordinator Posdaya Kenanga)dari pada tumbuh ilalang nanti dibikin demplot pembibitan, semua macam sayuran nanti ada, jadi nanti masyarakat silahkan ngambil kesini nanti diurus dirumahnya masing-masing karena tujuan Posdaya seperti itu untuk menjadikan masyarakat itu mandiri. Jadi lahan sedikit apapun harus dimanfaatkan, jadi untuk kita menambah gizi keluarga, 2) Akan memperbaiki saluran-saluran air, 3) membuat kompos. (ada masukan dari kader kesehatan untuk bidang lingkungan supaya dilakukannya biopori)
K : yang biopori itu pak,diprogramkan Ko : Iya, biopori memang diprogramkan, karena nanti kita dikasih alatnya
dari IPB, karena di kita di Kelurahan kalo ga salah ada yah. (kader bidang ekonomi menjelaskan) K : Dulukan waktu jaman saya (RW) tiap RT dikasih satu orang satu, itu
satu RW dapat 4, RW satu RT seorang satu, iya pak Rhd satu, tapi udah lama atuh meureun, lupa meureun. Di saya masih ada.
Ko : Nanti kedepan, hasil dari biopori itu adalah untuk pupuk tanaman.
114
Bidang ekonomi di Posdaya Kenanga belum berjalan, sehingga belum
ada evaluasi terhadap bidang ekonomi. Namun, bulan depan ibu-ibu sanggup
untuk menjalankan LKM syariah, bukan LKM riba. LKM syariah diawali oleh
masyarakat, dari masyarakat, dan untuk masyarakat. Setiap peminjam di LKM
tidak akan dikenakan bunga, misalkan meminjam uang Rp.200.000,00 maka
dikembalikan Rp. 200.000,00. Masalah LKM syariah menjadi pembicaraan
menarik sesama kader, berikut kutipan dialog antara kader bidang pendidikan
(KP), bendahara (B), dan Koordinator Posdaya Kenanga (Ko)
Ko : Misalkan melakukan peminjaman ke LKM Posdaya Kenanga, nanti tidak dikasih bunga jadi pinjam dua ratus kembali dua ratus jadi terserah yang minjemnya mau ngasih berapa tapi jangan dipaksa.
KP : Tetap ngasih tapi jangan dipaksa maksudnya B : Seikhlasnya. Ko : Karena maksudnya nanti riba. KP : Nggak soalnya jangan sampe seperti gini gitu ya, jangan ada buntut
bunganya atau yang lainnya, sekedar ngasihlah gitu, mending kalo orangnya ngerti gitu kan.
B : Nggak Insya Allah kita kasih tau aja. KP : Iya ngasih, ngasih berapa saja. B : Ga ada persen-persenan berapa peminjaman. Ko : Kemaren ibu-ibu sudah sepakat, kemaren ibu-ibu karena pas arisan
nanti yang bapak-bapak akan diundang, ibu-ibu arisan sepakat perbulan simpanan wajib Rp. 3000,00 dan simpanan pokok Rp.10.000,00. Karena kata ibu-ibu lebih baik gitu daripada nanti banyak bank-bank keliling.
Setelah dilakukan evaluasi di seluruh bidang kegiatan Posdaya Kenanga,
Koordinator menyampaikan informasi mengenai rencana pengembangan dan
peningkatan ekonomi keluarga khususnya kerajinan dan produk yang dapat
dinikmati masyarakat RW 05. Peningkatan ekonomi keluarga dilakukan untuk
pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan usaha produksi yang dapat
dijangkau masyarakat dan berkelanjutan. Masyarakat diarahkan untuk mampu
melakukan usaha sendiri guna memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga
masing-masing, misalkan dengan memproduksi sate jamur yang dijual dengan
harga Rp. 1000,00 dapat dijangkau oleh masyarakat dan produksi berjalan terus
menerus. Setelah penjelasan Koordinator Posdaya Kenanga mengenai rencana
peningkatan ekonomi keluarga, kader bidang ekonomi (KE) dan kader (K) lainnya
memberikan masukan dan pendapat dan berikut kutipannya:
KE : Sebetulnya kalau kita mau mencari uang atau yang semacam kerajinan-kerajinan, gini ya yang pernah saya alami itu yang sampai sekarang udah gampang pemasarannya ya, kalau kerajinan-kerajinan yang lainnya itukan pasar yang sulit ya kan, kita bisa produksi tapi pasarnya susah. Contohnya mungkin semacam
115
misalkan kayak dodol, kita bisa produksi tiap hari bu ya, tapi gak bisa masarin tiap hari ya.
K : ya, iya makanya kita pesanan aja. KE : Sekarang kalo jamur nih produksi tiap hari saya sanggup tiap hari K : Tapi pelakunya gitu kan KE : Iya jadi kalo dijamur ini bukan saya omong kosong gitu, asal ada
dananya pasarnya udah terbuka lebar, ga usah kita bikin yang macam-macam misalkan kayak kripik, kayak krispi itu pasarnya susah. Yang paling gampang jamur segar aja udah dibawa kepasar udah, kayak saya yang sekarang setiap hari. Cuma mungkin nanti secara terpisah ini punya Posdaya nanti saya yang ngebinanya, bisa begitu. Kalau mau mengajukan proposal tapi jangan tanggung-tanggung, sekalian misalkan disini bikin kumbungnya sama isinya berapa ribu nah nanti dikelola bareng-bareng. Itumah setiap hari hasilin uang, itumah ga usah kita bikin apa nih kita susah-susah misalkan “euweuh numelina” (ga ada yang belinya) capek-capek.
(disambut tawa para kader)
KE : Saya sekarang bu ya punya pasar jamur 1 kuintal, saya cuma sanggup paling 30 kg- 20 kg itupun dua tiga orang, coba. Ini udah pasarnya udah terbuka lebar. Cuman kendala ya itu emang kalo di jamur modalnya besar terus terang aja. Karena saya sendiri juga pengorbanan saya selama 2 tahun 50 juta habis saya terus terang saja, baru ketemu. Jadi baru ketemu dijamur itu gampang diproduksi tapi jadinya yang susah. Jamur itu peluangnya besar, sebenarnya saat ini orang-orang kaya yang berusaha jamur itu, terus terang aja jadi karena emang modalnya besar ya, jadi karena yang mampu ya tingkat-tingkat atas aja.
K : Kita ga usah takut dengan modal sebesar itu, kalau kita misalkan mulai dengan kecil-kecilan juga bisa artinya mau setiap rumah juga bisa. Bisa secara pribadi masing-masing bisa atau kita mau berkelompok bisa cara kerjanya gimana, itumah banyak peluang. Jadi kalo masalah pasarnya jangan khawatir gitu saya udah punya.
Ko : Itu tiap hari “baraha” (berapa) pak ngirim? KE : Punya saya sekarang paling 12 kg, punya Hn 10 kg, dari Cangkrang
juga ada tuh pak ngirim ke saya, paling sehari 30 kg-40 kg. Kalau jamur mah ga ada istilah hari libur ya, jadi dia mau hari Minggu kek tanggal merah dia mah waktunya panen kita harus panen tetap, diterima atau nggak, kecuali hari raya idul fitri dua minggu sebelum dan dua minggu sesudah ga ada pedagangnya jadi pada libur.
Diakhir obrolan mengenai peluang usaha jamur, Bapak Rhd selaku kader
bidang pendidikan (KP) memberikan masukan, dan ditanggapi oleh Koordinator
Posdaya Kenanga (Ko) dan kader (K) berikut kutipannya:
KP : Assalamulaikum wr wb. Jadi dari apa yang tadi diungkapkan para kader, maksud kita disinikan mengevaluasi. Jadi kita sejauh ini karena awalnya program kita belum tau belum tertulis gitukan, kalau mengevaluasi itukan berarti program-program apa yang telah tercapai dan apa yang belum tercapai. Ini berarti kan kita hanya pengalaman yang terjadi karena program itu belum dituangkan dalam
116
sebuah tulisan gitu ya. Nah ini saran saya kedepan gitu ya, jadi nanti perbidang nanti membuat program setahun kedepan, jadi apa-apa pencapaian selama setahun kedepan, itukan namanya program.
Ko : Ya, betul-betul. KP : Nanti mungkin tahun berikutnya kita dievaluasi, dalam bidang itukan
ada misalkan poin ini-poin ini pencapaian, nanti rencana kerja nya bulan ini gitukan trus sampe setahun itu. Nah disitu kan kita ketahuan bidang apa yang belum tercapai, poin apa yang belum tercapai, itu apa kendalanya gitukan, nah nanti kita nanti kesananya akan berhasil. Karena selama ini kita berjalan begitu saja, karena program kita tidak ada walaupun intinya program yang sudah tinggal mengkolaborasikan dengan program yang ada itu kan tetap harus tercantum. Atau mungkin ada bidang lain yang misalnya termasuk ke bidang itu tetapi orang lain kita bisa ambil sebagai fasilitator dengan memberikan bimbingan. Jadi usulan saya kedepan seperti itu, jadi nanti kita setiap bidang itu memegang program setahun Posdaya Situgede RW 05 itu oh ini nih gitu kan, nanti kita mengevaluasi oh ini kiranya belum tercapai nih, bagaimana cara untuk mencapai ini, apakah misalkan dana kurang ya nanti kita cari bagaimana gitukan. Jadi mungkin itu ya saran saya.
K : Kalau di Posyandu kita sudah punya program pak. KP : Bagus gitu, kan selama ini yang tau hanya Posyandu saja, kami
tidak tau gitu ya nanti kita saling tuker informasi mengenai program masing-masing gitu ya. Nanti ada evaluasi keseluruhan untuk mengetahui persentase Posdaya Situgede tahun ini adalah sekian persen, sekian persen yang belum tercapai gitu ya. Ya mungkin itu saja masukan dari saya kurang lebihnya mohon maaf. Assalamualikum wr wb.
Koordinator memberikan tanggapan terhadap masukan dari Bapak Rhd
kader bidang pendidikan. Kedepannya Posdaya Kenanga Situgede dipilih oleh
Pemerintah Kota Bogor dan IPB untuk melaksanakan P4 (Pusat Pelatihan
Posdaya Pedesaan). Dari 68 Kelurahan yang ada di Kota Bogor, Posdaya Bina
Sejahtera Pasir Mulya dan Posdaya Kenanga Situgede yang terpilih untuk
melaksanakan kegiatan P4. Kedepannya saran yang disampaikan oleh Bapak
Rhd sebagai kader pendidikan memang dilakukan untuk pengembangan P4, di
Posdaya Kenanga. setiap bidang mempunyai rencana kerja yang ditempel di
Sekretariat Posdaya Kenanga. Setiap rencana kerja kegiatan bidang Posdaya
Kenanga langsung tersambung dengan internet, sehingga masyarakat yang
berada jauh diluar Kota Bogor dapat melihat profil, rencana kerja, program
bidang Posdaya Kenanga melalui internet. Koordinator Posdaya Kenanga juga
menjelaskan ada “Kombudaya” yaitu komputer Posdaya untuk masyarakat.
Masyarakat RW 05 dapat berlatih komputer dan dapat melihat perkembangan
Posdaya yang ada di Indonesia. Posdaya Kenanga hendaknya memperbaiki
kinerja di bidang masing-masing, bidang yang belum memiliki program harus
117
membuat rencana kerja. Posdaya Kenanga Situgede dijadikan sebagai
percontohan Posdaya di Kota Bogor harus siap untuk menerima kunjungan baik
dari pemerintah kota, pemerintah daerah, Posdaya yang lainnya baik tingkat lokal
maupun tingkat Nasional.
Informasi yang ada mengenai Posdaya disampaikan di rapat evaluasi
tersebut, seperti rencana Pemerintah Kota dan Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) untuk melakukan lomba Posdaya
tingkat Kota Bogor yang dilaksanakan bulan Agustus. Salah satu syarat untuk
mengikuti lomba Posdaya tingkat Kota Bogor adalah 50% dari jumlah KK harus
mempunyai kebun bergizi di masing-masing rumah. Setiap rumah diharapkan
memiliki kebun bergizi meskipun tidak memiliki halaman yang luas tetapi bisa di
minimalisir dengan menggunakan polybag, seperti menanam tomat, dan cabai.
Setiap tiga bulan sekali Posdaya Kenanga melaporkan hasil evaluasi kegiatan
bidang masing-masing ke Kantor Kelurahan Situgede, BPMKB, IPB dan Dinas
yang terkait. Posdaya Kenanga diharuskan untuk membuat profil mengenai
Posdaya, untuk lebih diketahui dan dikenal oleh masyarakat Jawa Barat pada
umumnya dan Kota Bogor khususnya.
Rapat evaluasi dilanjutkan dengan penyampaian informasi kepada
seluruh kader mengenai dijadikannya Posdaya Kenanga sebagai learning center
(pusat pendidikan) untuk sekolah-sekolah yang magang mengenai Posdaya.
Posdaya Kenanga Situgede juga digabungkan dengan Posdaya Agrowisata
karena mempunyai Setu yang menjadi pusat wisata dan rekreasi bagi
masyarakat Kota Bogor. Selain sebagai agrowisata Posdaya Kenanga juga
memperkenalkan makanan ringan dari talas seperti dodol talas, kerupuk talas
khas Bogor. Menyambut Posdaya Agrowisata, Ibu Asn menyampaikan
pendapatnya untuk kesiapan dari Posdaya Kenanga sebagai Posdaya Agowisata
berikut kutipannya”
“Kita jangan hanya menampilkan misalkan olahan seperti dodol, jamur, dan sebagainya, seharusnya dari ciri khas dari kita itu ada keterampilan oleh-oleh Situgede. Sebenernya di Situgede itu kan kita banyak kijing nyak, kijing di setu, itu kijing itu kan bisa dibikin bunga dibikin apa. Bisa dikembangkan sebagai oleh-oleh khas dari Situgede. Jadi kalo datang ke Situgede tidak hanya beli jamur dan dodol bisa membeli oleh-oleh buah tangan keterampilan itu, bisa dari kerang juga” (Asn). Pendapat lain juga disampaikan oleh kader untuk Posdaya Kenanga ke
depannya yaitu:
118
“Untuk kedepannya nih, karena tujuan Posdaya kan mensejahterakan warga gitu, jadi jangan sampai kalo ada sesuatu itu malah dibuat-buat gitu, kita berjalan dengan apa adanya, emang itu hasilnya manfaat gitu ya, toh buat apa sih isinya bagus-bagus gitu ya tapi ya kenyataanya ga ad, ya percuma gitu” (Rhd). “Tapi juga mungkin kayak rencana kita mau bikin simpan pinjam udah dibayangkan amat sangat ricuh. Karena apa, terus terang dikita itu dari dulu-dulu seperti itu, jadi kalo bisa mah harus ada kriterianya, seperti apa-seperti apa gitu” (Ysf). “Tapi kayaknya gini juga sih pak, Posdaya yang tau baru kita-kita aja, karena sosialisasinya belum ada, minimal kita (kader) harus sosialisasi ke warga jangan cuma kita aja yang tau” (Ynh). “Nantikan ada safari Posdaya tiap RT pak. Setiap RT harus menjelaskan kepada warganya apa itu Posdaya, kegiatannya apa saja gitu” (Skn). Rapat evaluasi dilakukan dengan santai, tidak formal namun tetap fokus.
Suasana rapat berlangsung dengan keakraban dan diselingi gelak tawa oleh
sesama kader. Menjelang akhir rapat masukan, pendapat, kritikan satu persatu
disampaikan para kader untuk Posdaya Kenanga agar lebih baik kedepannya.
Hari semakin sore serta waktu semakin mendekati waktu ibadah shalat magrib
dan dari masjid telah terdengar suara mengaji maka rapat evaluasi diakhiri pada
pukul 17.30 WIB serta ditutup dengan mengucapkan Alhamdulliah oleh peserta
rapat.
Memiliki Akses yang Sama
Kader di Posdaya Kenanga memiliki akses yang sama untuk
berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta pengambilan
keputusan. Akses yang terlihat di Posdaya Kenanga adalah semua kader
diundang untuk menghadiri rapat rencana kerja Posdaya Kenanga dan rapat
evaluasi. Kehadiran kader dalam rapat tidak hanya mendengarkan informasi
yang disampaikan melainkan terlibat aktif dalam penyampaian pendapat,
masukan, serta kritikan. Dari dua rapat yang diikuti, keterlibatan kader dalam
rapat sangat aktif dalam menyampaikan pendapat, serta di dalam rapat tidak ada
intervensi untuk bersuara dan dominasi dalam berbicara.
Penyampaian pendapat, masukan dan kritik dilakukan oleh kader untuk
kemajuan Posdaya Kenanga, sedangkan permasalahan, hambatan diselesaikan
secara bersama dan setiap pengambilan keputusan selalu dimusyawarahkan
bersama kader. Dalam musyawarah, kader yang hadir bukan hanya sebagai
peserta rapat melainkan terlibat dalam berpendapat. Kader diberikan ruang
119
dalam pengambilan keputusan, karena Posdaya Kenanga tidak dilaksanakan
oleh satu orang kader melainkan banyak kader yang mempunyai hak dalam
keterlibatan disetiap bidang kegiatan Posdaya Kenanga. Berjalannya kegiatan
dalam Posdaya Kenanga ditentukan oleh peran serta dari kader di bidang
masing-masing. Kader yang aktif dalam kegiatan Posdaya Kenanga serta terlibat
dalam rapat dan memberikan kontribusi pemikiran dan ide menjadikan nilai
tambah bagi kader tersebut.
Habermas dengan konsep ruang publik memandang penting aspek akses
bagi semua warga negara dalam pembangunan. Ruang publik menurut
Habermas adalah wahana di mana setiap kepentingan terungkap secara
gamblang, setiap warga masyarakat sejatinya memiliki akses yang sama untuk
berpartisipasi, kemudian mereka terdorong untuk mendahulukan kepentingan
bersama dan mencapai konsensus mengenai arah masyarakat tersebut ke
depan dan menemukan solusi bersama dalam memecahkan masalah-masalah
yang mereka hadapi. Fungsi ruang publik hanya dapat dicapai ketika telah
terciptanya “Situasi Berbicara yang Ideal”. Situasi yang ideal adalah keadaan di
mana klaim-klaim yang diperdebatkan dapat dibicarakan dan diargumentasikan
secara rasional.
Ruang publik merupakan jembatan interaksi antara penguasa dan
masyarakat. Kekuasaan mencapai legitimasi dan pengakuan masyarakat serta
memahami arah yang diinginkan masyarakat melalui dialog dalam ruang publik.
Sementara masyarakat dapat menyuarakan kepentingannya agar dapat
diakomodir oleh penguasa. Melalui ruang publik individu-individu serta berbagai
kelompok masyarakat berusaha memperjuangkan hak-hak yang menyangkut
eksistensi dan aspirasi hidupnya melalui tawar menawar, kompromi, dan
konsensus. Tindakan komunikatif terjadi apabila masyarakat terbebas dari segala
bentuk dominasi yang dilakukan antara pihak-pihak yang setara.
Akses yang sama pada setiap kader dikarenakan masing-masing kader
memiliki tujuan untuk membantu masyarakat dengan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta
untuk kemajuan di wilayahnya. Kader mempunyai semangat dan motivasi dalam
kegotongroyongan sesama masyarakat untuk saling tolong menolong.
Keterlibatan kader dalam setiap rapat tidak hanya duduk, diam dan mendengar
melainkan memperjuangkan kepentingan masyarakat bersama bukan
kepentingan perorangan ataupun pribadi.
120
Tabel 7 Akses secara teoritis dan hasil temuan lapang
Teoritis Hasil Temuan Lapang
Masyarakat memiliki akses yang sama untuk berpartisipasi, kemudian terdorong untuk mendahulukan kepentingan bersama dan mencapai konsesus mengenai arah masyarakat tersebut ke depan dan menemukan solusi bersama dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.
Kader memiliki akses untuk terlibat dalam setiap forum rapat dan diskusi melalui undangan. Dalam rapat dan diskusi kader dapat menyelesaikan permasalahan, hambatan yang sedang dihadapi untuk keberlangsungan Posdaya Kenanga ke depannya.
Munculnya Heteroglasia
Mengikuti rapat dan terlibat dalam pengamatan berperan serta terhadap
pelaksanaan kegiatan di masing-masing bidang Posdaya Kenanga menunjukkan
keberagaman dari kader, baik keberagaman usia, gender, pendidikan dan
pekerjaan. Berikut kutipan penuturan Bapak Skn selaku Koordinator Posdaya
Kenanga melihat keberagaman kader baik dari sisi pendidikan, pekerjaan, usia
dan jenis kelamin:
“Kita tidak pilih-pilih orang untuk jadi kader. Mau dia orang kaya, miskin, punya pekerjaan, tidak punya pekerjaan, jadi kader tujuannya membantu sesama masyarakat dengan ikhlas dan sukarela. Kita ga pilih-pilih untuk jadi kader, siapa yang mau dan mampu hayo” (Skn).
6% 6%12%
53%
17%6%
Pendidikan
SR
SD
SMP
SMA
S1
S2
Gambar 7 Keberagaman kader di Posdaya Kenanga
53%23%
6%12%
6%
Pekerjaan
Ibu Rumah TanggaGuru
Konsultan
Wiraswasta
Petani Jamur
35%
35%
24%
6%
Usia (Tahun)
31-40
41-50
51-60
>61
121
Kader yang ada di Posdaya Kenanga memiliki latar belakang pendidikan,
pekerjaan, usia yang berbeda serta kesetaraan gender. Perbedaan usia dapat
dijembatani dengan saling mengisi kelemahan atau kekurangan kader satu sama
lain, kader yang berusia diatas 40 tahun serta telah memiliki banyak pengalaman
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dapat memberikan pengetahuan kepada
kader yang masih muda, sedangkan kader yang lebih muda masih memiliki
motivasi dan semangat untuk mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan.
Perbedaan usia yang dimiliki masing-masing kader tidak menghalangi dalam
melakukan aktivitas pada kegiatan Posdaya Kenanga. Sebesar 35% usia kader
di Posdaya Kenanga berkisar antara usia 31-40 tahun dan 41-50 , 24% kader
berusia antara 51-60 tahun dan kader yang berusia > 60 tahun sebesar 6%.
Banyaknya kader yang berusia produktif yaitu antara 31-50 dan 41-50 tahun
menunjukkan bahwa kader telah memiliki pengalaman, baik pengalaman
menjalani hidup maupun pengalaman mengikuti aktivitas kemasyarakatan.
Kegiatan Posdaya Kenanga dilaksanakan oleh perempuan dan laki-laki,
ini menunjukkan bahwa kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan sudah
diterapkan. Selama ini diketahui yang mendominasi menjadi kader dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan adalah perempuan, namun sekarang laki-laki
terlibat menjadi kader dalam kegiatan sosial kemasyarakatan terutama dalam
kegiatan Posdaya Kenanga. Kader di Posdaya Kenanga didominasi oleh
perempuan sebesar 61% dan laki-laki sebesar 39%. Kesetaraan dan keadilan
gender dilakukan dengan tidak memihak antara laki-laki dan perempuan. Antara
laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosial,
kebutuhan dasar, dan kebutuhan ekonomi. Dalam kegiatan Posdaya Kenanga
keterlibatan kader laki-laki dan perempuan adalah sama, baik perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pengambilan keputusan. Kaum laki-laki ataupun
perempuan dalam Posdaya Kenanga bukan hanya sebagai pelengkap melainkan
pelaku dalam setiap kegiatan. Kesetaraan gender menciptakan keadilan struktur
dalam masyarakat. Kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dilakukan
untuk peningkatan kesejateraan yang bersifat pemberdayaan guna terjadinya
keseimbangan fungsi dan peranan antara laki-laki dan perempuan yang lebih
kondusif.
Pekerjaan yang dimiliki kader Posdaya Kenanga sangat beragam, mulai
dari ibu rumah tangga, guru, wiraswasta, petani jamur sampai konsultan
kehutanan. Bebagai macam pekerjaan yang dimiliki kader Posdaya Kenanga
122
mempunyai tujuan dan motivasi yang bermacam-macam dan berbeda untuk
terlibat dalam Posdaya Kenanga. Memiliki pekerjaan tetap tidak menghalangi
kader untuk aktif dalam kegiatan Posdaya Kenanga pada pelaksanaan kegiatan
maupun rapat rutin. Keterlibatan kader dalam Posdaya Kenanga meskipun telah
memiliki pekerjaan tetap diyakini untuk dapat mengenal lingkungan disekitar
tempat tinggal, dapat bersosialisasi sesama masyarakat dan memiliki jiwa sosial
untuk saling membantu sesama masyarakat di lingkungan tempat tinggal.
Pekerjaan kader sebanyak 53% adalah sebagai ibu rumah tangga ini
dikarenakan sebagian besar kader yang ada di Posdaya Kenanga adalah ibu-
ibu, 23 % memiliki pekerjaan sebagai guru yang mayoritas laki-laki, sedangkan
wiraswasta sebesar 12 % serta petani jamur dan konsultan masing-masing
sebanyak 6%. Beragam perkerjaan yang dimiliki dapat saling mengisi antara
sesama kader. Pekerjaan sebagai guru dan konsultan serta memiliki pendidikan
perguruan tinggi dapat memberikan pandangan, pengetahuan, ide, saran, serta
kritikan yang membangun untuk kegiatan Posdaya Kenanga. Akan tetapi
pendidikan SMA serta bekerja sebagai ibu rumah tanggapun mampu
memberikan informasi dan pengetahuan mengenai keadaan di lingkungan
tempat tinggal ini dikarenakan ibu-ibu lebih banyak menghabiskan waktu dirumah
sehingga mengetahui kondisi serta situasi yang terjadi di wilayah tempat
tinggalnya. Pendidikan yang dimiliki oleh kader menentukan pekerjaan yang
dimiliki. Sebagian besar kader memiliki pendidikan setara SMA sebesar 59%,
SMP sebesar 17%, serta pendidikan perguruan tinggi S1 sebesar 18% dan S2
sebesar 6%. Pendidikan menentukan pola pikir dari kader dalam menyampaikan
pendapat serta melakukan sosialisasi di lingkungannya.
Sistem pembangunan diharapkan untuk selalu dilandasi dengan konsep
heteroglasia dan menghargai keberagaman dari individu, kelompok ataupun
komunitas yang berbeda dari variasi usia, gender, pendidikan, pekerjaan,
ekonomi, agama dan faktor budaya yang dapat saling mengisi satu sama lain.
Pada Posdaya Kenanga konsep heteroglasia terlihat pada kader di masing-
masing bidang baik bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan.
Berbagai macam latar belakang yang dimiliki kader tidak menghambat aktivitas
dalam kegiatan Posdaya Kenanga. Semakin memiliki keberagaman kader satu
sama lain meningkatkan saling menghargai sesama kader dan aktivitas kegiatan
Posdaya Kenanga berjalan hamonis, selaras dan seimbang.
123
Tabel 8 Heteroglasia secara teoritis dan hasil temuan lapang
Teoritis Hasil Temuan Lapang
Pembangunan selalu dilandasi oleh berbagai kelompok dan komunitas yang berbeda-beda dengan berbagai variasi ekonomi, sosial, dan faktor budaya yang saling mengisi satu sama lain.
Keberagaman kader dalam Posdaya Kenanga terlihat dari usia, gender, pendidikan dan pekerjaan. Keberagaman dimanfaatkan oleh kader untuk saling berbagi informasi, pengetahuan dan pengalaman dengan kader lainnya.
Terjadinya Poliponi
Poliponi merupakan bentuk tertinggi dari dialog, dimana masyarakat atau
partisipan memberikan pendapat, masukan tanpa ada intervensi, tanpa ada
penekanan suatu pandangan atas pandangan lain dan tidak dominasi dalam
menyampaikan ide, saran dan kritik. Poliponi merupakan bentuk ideal dari
komunikasi partisipatif dimana perbedaan suara atau pendapat terjadi dengan
menghubungkan berbagai perlakuan komunitas. Kesatuan poliponi terbangun
dari suatu proses dialog.
Mengikuti rapat serta FGD di Posdaya Kenanga, dapat terlihat bahwa
tidak ada dominasi kader dalam kegiatan rapat. Rapat merupakan forum dalam
penyampaian informasi, penyampaian ide, pendapat, saran dan kritik,
penyelesaian permasalahan yang terjadi dan pengambilan keputusan secara
musyawarah. Dalam penyampaian suara, tidak ada intervensi terhadap kader
baik intervensi dari sesama kader maupun dari pendamping. Keterbukaan dalam
penyampaian suara memberikan hak yang sama kepada kader tanpa ada
penekanan atas pandangan kader yang satu dengan pandangan yang lain.
Penyampaian suara dalam rapat merupakan bentuk kontribusi kader terhadap
perkembangan dan kemajuan dari kegiatan yang dilaksanakan di Posdaya
Kenanga.
Rapat rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga serta FGD mengenai
aspirasi masyarakat konsep poliponi terlihat dalam forum. Banyak pendapat,
masukan, ide yang disampaikan kader dalam rapat rencana kerja dan FGD.
Dalam menyusun rencana kerja tiga tahunan, kader banyak memberikan
kontribusi untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tiga tahun kedepan. Kader
dibantu pendamping dari pihak P2SDM LPPM IPB dalam menyusun rencana
kerja, sehingga rencana kegiatan yang dilaksanakan diarahkan oleh
pendamping. Semua kader terlibat dalam menyusun rencana kerja, tidak ada
pemaksaan pendapat dalam rapat rencana kerja sehingga antara kader saling
124
mengisi pendapat satu sama lain. Banyak keinginan yang disampaikan kader
dalam rapat rencana kerja untuk kegiatan Posdaya Kenanga yang dilaksanakan.
Terlihat dalam forum bahwa kader menginginkan kegiatan yang dilaksanakan
memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar seperti dengan dibentuknya
PAUD, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita dan lansia yang
berkesinambungan dan LKM yang berbasis syariah (bagi hasil) bukan dengan
riba (bunga).
Kegiatan FGD mengenai aspirasi masyarakat dilakukan bersamaan
setelah penyusunan rencana kerja Posdaya Kenanga tiga tahun kedepan. FGD
mengenai aspirasi masyarakat memfokuskan mengenai permasalahan yang
terjadi di wilayah Situgede, kelembagaan yang ada, mengetahui Posdaya dari
sisi kader serta manfaat dan harapan Posdaya bagi kader Situgede. FGD
dipandu oleh pendamping yaitu pihak P2SDM LPPM IPB, namun dalam
mengutarakan jawaban, pendapat, masukan, kritik serta ide antara kader dan
pendamping tidak ada pembatas, antara kader dan pendamping sejajar sehingga
tidak ada yang merasa “digurui” ataupun “menggurui”. Dalam FGD satu persatu
kader antusias menyampaikan pendapat, pandangan mengenai permasalahan
yang terjadi, kelembagaan yang ada, respon terhadap program pemberdayaan
masyarakat, partisipasi masyarakat, apa itu Posdaya, manfaat Posdaya dan
harapan terhadap Posdaya di lingkungan RW 05 Situgede. Dalam memberikan
masukan, pendapat serta kritik kader tidak dipaksa untuk menyampaikan suara.
Konsep poliponi lebih terlihat jelas saat rapat evaluasi Posdaya Kenanga
dilaksanakan. Dalam rapat evaluasi kegiatan Posdaya Kenanga yang telah
berjalan 1 tahun, kader memberikan pendapat serta saran di bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Saat forum penyampaian kinerja masing-
masing bidang di Posdaya Kenanga, kader yang tanpa ditanya terlebih dahulu
atau dipancing oleh Koordinator Posdaya Kenanga selaku moderator dalam
rapat langsung memberikan pandangan serta saran dalam pelaksanaan kegiatan
Posdaya Kenanga setahun yang lalu. Bahkan terjadi pula “interupsi” atau
sanggahan dari kader di rapat evaluasi kegiatan di masing-masing bidang
Posdaya Kenanga. Interupsi yang terjadi merupakan bentuk tidak adanya
intervensi atau penekanan dan pemaksaan dalam menyampaikan pendapat
maupun saran. Penyampaian pandangan, saran, kritik serta interupsi merupakan
proses belajar bagi kader untuk saling menghargai pendapat sesama kader,
saling belajar dalam menyampaikan suara, saling mengetahui kegiatan yang
125
dijalankan di masing-masing bidang dan saling memberikan dukungan terhadap
kegiatan yang dilaksanakan di Posdaya Kenanga.
Tabel 9 Poliponi secara teoritis dan hasil temuan lapang
Teoritis Hasil Temuan Lapang
Bentuk tertinggi dari dialog dimana suara-suara yang tidak menyatu meningkat menjadi terbuka, memperjelas satu sama lain dan tidak menutup satu sama lain.
Kader memiliki hak yang sama untuk bersuara serta tidak ada intervensi dalam menyampaikan pendapat, saran dan kritik. Interupsi merupakan salah satu bentuk poliponi dalam Posdaya Kenanga.
Komunikasi melalui Dialog
Dialog adalah interaksi yang terjadi antara pendengar dengan pembicara
atau antara pemimpin rapat dengan peserta rapat secara keseluruhan. Makna
dari dialog adalah mengenal dan menghormati pembicara lain atau suara lain.
Dalam dialog setiap orang memiliki hak yang sama untuk bicara atau untuk
didengar, dan mengharap bahwa suaranya tidak ditekan oleh orang lain atau
disatukan dengan suara orang lain.
Posisi tempat duduk kader dan pendamping dari pihak P2SDM LPPM IPB
pada rapat rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga, FGD dan rapat evaluasi
kegiatan Posdaya Kenanga memberikan kontribusi dan partisipasi dalam
menyampaikan suara, karena tidak ada penghalang atau hijab antara kader
dengan pendamping sehingga secara fisik atau tatap muka saling berhadapan.
Peserta rapat atau kader tidak hanya hadir, mengisi daftar hadir dan menjadi
pendengar saat rapat berlangsung. Tidak adanya penghalang atau hijab antara
kader laki-laki dan perempuan mempunyai peluang dan hak yang sama untuk
berbicara atau menyampaikan pendapat. Secara fisik saling bertatap muka
antara kader laki-laki dan perempuan serta pendamping, memberikan
kesempatan untuk menyampaikan pandangan, saran, kritik serta ide untuk
kemajuan Posdaya Kenanga dan memperkecil terjadinya perselisihan pendapat.
Aktivitas komunikasi dalam rapat yang diikuti baik rapat rencana kegiatan
kerja Posdaya Kenanga, FGD dan rapat evaluasi kegiatan di Posdaya Kenanga
menginginkan penyampaian masukan, pandangan, dan kritik dari kader. Dalam
rapat rencana kerja proses dialog terjadi antara kader dan pendamping dari pihak
P2SDM LPPM IPB saat penyusunan rencana kerja Posdaya Kenanga tiga tahun
kedepan. Pihak P2SDM LPPM IPB sebagai pendamping selalu memberikan
kesempatan kepada kader untuk menyampaikan keinginan mengenai yang
dilaksanakan Posdaya Kenanga. Kesempatan yang diberikan oleh pendamping
126
dilakukan untuk melihat partisipasi, kemandirian kader dan pengambilan
keputusan yang dilakukan. Komunikasi berupa dialog antara kader dan
pendamping terlihat ketika pendamping memberikan saran dan pandangan
mengenai kegiatan yang dilakukan.
Focused Group Discussion untuk mengetahui aspirasi masyarakat
dilaksanakan dengan proses dialog antara kader dan pendamping. Pertanyaan
yang diajukan oleh pendamping dijawab oleh kader dengan rinci kemudian terjadi
komunikasi timbal balik untuk mendapatkan jawaban yang lebih tepat dan fokus.
Dalam FGD pendamping menggali informasi dari kader mengenai situasi dan
kondisi sosial kemasyarakatan di Situgede melalui dialog. Melalui dialog, rasa
saling menghargai serta berbagi informasi terjadi dengan santai tetapi tetap
fokus. Suasana dalam FGD berjalan santai dan penuh keakraban, pendamping
dan kader sangat aktif memberikan jawaban dari pertanyaan pendamping
mengenai aktivitas sosial di Situgede tepatnya di RW 05. Keakraban antara
kader dan pendamping dalam dialog menciptakan kepercayaan satu sama lain
karena telah saling mengenal dan merupakan bagian dari rekan kerja.
Rapat evaluasi yang diikuti menghasilkan proses dialog yang lebih aktif.
Dalam mengevaluasi kegiatan, kader aktif dalam memberikan pandangan, saran
dan kritik terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Koordinator Posdaya
Kenanga selaku pemimpin rapat memberikan kesempatan kepada kader untuk
menyampaikan kegiatan yang telah dilaksanakan serta yang belum
dilaksanakan. Proses dialog dalam rapat evaluasi terlihat dalam menanggapi
kegiatan yang belum dilaksanakan. Kegiatan yang belum dilaksanakan memiliki
hambatan atau kendala sehingga diperlukan untuk saling memberikan masukan
dan saran agar kegiatan dapat dilaksanakan. Dialog dalam menyelesaikan atau
mengatasi hambatan atau kendala dilakukan untuk mencari kesepakatan antara
sesama kader. Melalui dialog terjadi saling menghargai sesama kader dan saling
memiliki kegiatan dalam Posdaya Kenanga sehingga menimbulkan rasa
tanggung jawab sesama kader untuk menyelesaikan permasalahan. Dialog
merupakan proses yang tepat dalam penyelesaian masalah, mengatasi kendala
atau hambatan serta pengambilan keputusan. Dialog membentuk rasa
keterdekatan, kepercayaan serta emosi antara kader. Dialog menciptakan
peluang rasa saling mengenal, saling menghargai, dan saling membatu sesama
kader. Keterlibatan hubungan interpersonal antara kader dan pendamping terjadi
melalui dialog. Di dalam dialog setiap kader memiliki hak yang sama untuk
127
berbicara atau untuk di dengar dan berharap bahwa suara kader tidak ditekan
atau disatukan dengan suara kader yang lain.
Sejalan dengan pendapat Freire bahwa dialog merupakan keharusan
bagi kemajuan antara “guru-murid”. Melalui dialog dan komunikasi, murid
dianggap bertanggung jawab dalam proses pembelajaran dan menjadi critical co
investigators dalam dialog dengan guru. Konteks rapat dalam forum
pemberdayaan, pemimpin rapat membuka ruang dialog sehingga komunikasi
antara pemimpin rapat dan partisipan tidak terkesan menggurui dan berlangsung
setara. Freire juga menegaskan bahwa dialog merupakan hal yang esensial pada
proses penyadaran. Fraire menggarisbawahi potensi yang luas dari dialog adalah
semangat mempertahankan kekuatan bahasa sebagai alat yang mampu
menanamkan dominasi maupun kebebasan. Melalui dialog dapat membawa
seseorang untuk memaknai dunia dan mendorong transformasi sosial dan
pembebasan.
Tabel 10 Komunikasi dialog secara teoritis dan hasil temuan lapang
Teoritis Hasil Temuan Lapang
Dialog adalah komunikasi transaksional dengan pengirim (sender) dan penerima (receiver) pesan saling berinteraksi hingga sampai pada makna-makna yang saling berbagi. Esensi dari dialog adalah saling mengenal dan menghormati pembicara lain atau suara lain, sebagai subyek yang otonom, tidak lagi hanya sebagai obyek komunikasi.
Kader melakukan dialog dalam setiap mengatasi permasalahan hingga pada pengambilan keputusan. Forum rapat dan diskusi yang secara fisik (bertatap muka) menimbulkan komunikasi timbal balik (dialog).
Adanya Karnaval
Konsep karnaval pada komunikasi pembangunan membawa ritual seperti
permainan, parodi, dan hiburan. Karnaval pada komunikasi partisipatif adalah
melakukan kegiatan dengan tidak formal dan diselingi humor. Anggota komunitas
di dorong berpartisipasi dalam karnaval secara bebas. Karnaval tidak memiliki
sanksi resmi. Ini merupakan lawan dari sesuatu yang serius dan otoratif dari
Negara, agama, politik, dan doktrin-doktrin ekonomi. Karnaval dan pembangunan
bermain secara berdampingan, masing-masing saling mengartikulasikan dan
mengisi. Bahasa dan gaya dari komunikasi karnaval selalu berdasarkan
pengalaman khalayak yang tidak dimediasi, menggunakan kosakata yang umum,
fantastik, dan berbau pengalaman dari mereka. Karnaval menciptakan hubungan
128
interpersonal dan mempererat rasa kekeluargaan dan persaudaraan satu sama
lain.
Konsep karnaval pada Posdaya Kenanga dilakukan oleh bidang
kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Karnaval yang digunakan merupakan
bentuk untuk saling mengisi satu sama lain sehingga menimbulkan keakraban. Di
bidang kesehatan karnaval terlihat setiap H-1 sebelum pelaksanaan kegiatan
Posyandu dan Posbindu setiap bulannya. Pada hari sebelum penimbangan
balita, periksa kondisi kehamilan serta periksa kondisi lansia, para kader
melakukan kerja bakti kebersihan di Posyandu dan Posbindu. Kerja bakti
dilakukan oleh semua kader, seperti menyapu, mengepel, mengelap kaca,
membersihkan rumput serta menyapu halaman Posyandu dan Posbindu. Selain
kerja bakti kebersihan para kader juga mempersiapkan peralatan yang akan
digunakan seperti timbangan tripod, menyiapkan daftar balita dan ibu hamil, dan
menyiapkan materi penyuluhan yang disampaikan. Kegiatan kerja bakti
kebersihan dan persiapan peralatan dilakukan secara gotong royong dengan
santai dan penuh canda tawa, ini dilakukan agar pekerjaan selesai dengan cepat
dan tidak merasa capek.
Bidang ekonomi memiliki konsep karnaval dalam melakukan kegiatannya
seperti pembuatan dodol talas dan pengemasan dodol talas. Pembuatan dodol
talas biasanya dilakukan sebanyak 3 hingga 5 orang. Proses pembuatan dodol
memakan waktu yang lama yaitu sekitar 3 hingga 4 jam dan harus diaduk terus
menerus. Pembuatan dodol talas harus dilakukan dengan santai, ada hiburan
dan canda tawa, agar tidak jenuh, capek dan bosan. Berikut penuturan Ibu Jwh
mengenai hiburan dalam pembuatan dodol talas:
“Kalo ga diimbangi dengan ngobrol, ngelucu, denger lagu udah mah ngantuk, pegel ngaduk terus dan capeknya berasa. Kalo rame kayak gini kan (sambil ketawa) capeknya ga kerasa, tau-tau udah mateng aja dodolnya” (Jwh). Penuturan Ibu Asn mengungkapkan bahwa dalam pengemasan dodol jika
tidak diselingi hiburan merasa bosen, berikut kutipannya:
“Kalo bungkusin dodol dengan serius, ga ada ngobrol, ga ada yang usil, ga ada yang ngelucu, pegelnya berasa. Lah yang dibungkus kecil-kecil pastikan lama bungkusnya dan cepet capek. Tapi kan kalo ada yang ngobrol, ngelucu rame lah gitu jadi ga berasa gitu, satu-satu lama-lama beres bungkusinnya” (Asn). Bidang lingkungan memiliki kegiatan kerja bakti kebersihan lingkungan
satu minggu sekali dan satu bulan sekali. Satu minggu sekali dilaksanakan setiap
129
hari Jumat yang dinamakan “jumsih” (Jumat Bersih), sedangkan yang satu bulan
sekali dilaksanakan setiap hari Minggu. Kegiatan jumsih dilaksanakan oleh ibu-
ibu sedangkan yang hari Minggu dilaksanakan oleh seluruh warga baik laki-laki
maupun perempuan. Dalam kegiatan jumsih dan kerja bakti hari Minggu selain
untuk menjaga kebersihan lingkungan juga untuk mempererat tali kekeluargaan
sesama warga RW 05. Kegiatan jumsih dan kerja bakti lingkungan dilakukan
sengan santai, tidak formal dan diselingi obrolan. Melalui kegiatan kebersihan
lingkungan juga dapat mengetahui kondisi keadaan lingkungan dan masyarakat
sekitar tempat tinggalnya. Kegiatan kebersihan lingkungan meliputi
membersihkan saluran air, menyapu jalan dan halaman, membakar sampah, dan
membabat rumput.
Tabel 11 Karnaval secara teoritis dan hasil temuan lapang
Teoritis Hasil Temuan Lapang
Karnaval bersifat permainan, parodi dan hiburan bersama-sama. Proses ini dilakukan dengan tidak formal dan biasanya juga diselingi humor dan canda tawa. Karnaval tidak memiliki sanksi resmi.
Berlaku pada kegiatan bidang ekonomi, lingkungan dan kesehatan. Dilakukan dengan santai, tidak formal dan ada hiburan, diselingi obrolan dan canda tawa agar tidak capek dan bosan.
Ikhtisar
Komunikasi partisipatif yang meliputi akses, heteroglasia, poliponi, dialog
dan karnaval terjadi dalam kegiatan Posdaya Kenanga. Kader di Posdaya
Kenanga memiliki akses yang sama untuk berpartisipasi dalam perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi serta pengambilan keputusan. Akses yang terlihat di
Posdaya Kenanga adalah semua kader diundang untuk menghadiri rapat
rencana kerja Posdaya Kenanga dan rapat evaluasi. Kehadiran kader dalam
rapat tidak hanya mendengarkan informasi yang disampaikan melainkan terlibat
aktif dalam penyampaian pendapat, masukan, serta kritikan.
Kegiatan Posdaya Kenanga menunjukkan keberagaman dari kader, baik
keberagaman pendidikan, pekerjaan, usia dan gender. Pada Posdaya Kenanga
konsep hereoglasia terlihat pada kader di masing-masing bidang baik bidang
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Berbagai macam latar belakang
yang dimiliki kader tidak menghambat aktivitas dalam kegiatan Posdaya
Kenanga. Memiliki keberagaman kader, meningkatkan saling menghargai
sesama kader dan aktivitas kegiatan Posdaya Kenanga berjalan hamonis,
selaras dan seimbang.
130
Keterbukaan dalam penyampaian suara memberikan hak yang sama
kepada kader tanpa ada penekanan atas pandangan kader yang satu dengan
pandangan yang lain. Penyampaian suara dalam rapat merupakan bentuk
kontribusi kader terhadap perkembangan dan kemajuan dari kegiatan yang
dilaksanakan di Posdaya Kenanga. Interupsi dalam rapat merupakan bentuk
tidak adanya intervensi atau penekanan dan pemaksaan dalam menyampaikan
pendapat maupun saran. Mengutarakan jawaban, pendapat, masukan, kritik
serta ide antara kader dan pendamping tidak ada pembatas, antara kader dan
pendamping sejajar sehingga tidak ada yang merasa “digurui” ataupun
“menggurui”.
Dalam rapat rencana kerja proses dialog terjadi antara kader dan
pendamping dari pihak P2SDM LPPM IPB saat penyusunan rencana kerja
Posdaya Kenanga tiga tahun kedepan. Komunikasi berupa dialog antara kader
dan pendamping terlihat ketika pendamping memberikan saran dan pandangan
mengenai kegiatan yang dilakukan. Dialog dalam menyelesaikan atau mengatasi
hambatan atau kendala dilakukan untuk mencari kesepakatan antara sesama
kader. Melalui dialog terjadi saling menghargai dan saling memiliki kegiatan
dalam Posdaya Kenanga sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab sesama
kader untuk menyelesaikan permasalahan.
Konsep karnaval pada Posdaya Kenanga dilakukan oleh bidang
kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Karnaval bidang kesehatan dilakukan pada
H-1 pelaksanaan Posyandu dan Posbindu dengan membersihkan lingkungan
sekitar Posyandu dan Posbindu sebelum dilakukan penimbangan balita, periksa
kondisi kehamilan dan periksa kondisi kesehatan lansia setiap bulannya. Di
bidang ekonomi konsep karnaval telihat pada saat proses pembuatan dodol talas
dan pengemasan dodol talas. Serta di bidang lingkungan konsep karnaval terlihat
pada saat kebersihan lingkungan mingguan “jumsih” (Jumat Bersih) dan kerja
bakti kebersihan lingkungan sebulan sekali setiap hari Minggu.
Tabel 12 Matriks komunikasi partisipatif pada Posdaya Kenanga
Akses Heteroglasia Poliponi Dialog Karnaval
Partisipasi - Perencanaan - Pelaksanaan - Evaluasi - Pengambilan
Keputusan Diundang Rapat
Keberagaman: - Usia
31-41 : 35%
41-50 : 35%
51-60 : 24%
>61 : 6% - Gender
Laki-laki : 39%
Perempuan: 61% - Pendidikan
SR : 6%
SD : 6%
SMP : 12%
SMA : 53%
S1 : 17%
S2 : 6% - Pekerjaan
IRT : 53%
Guru : 23%
Konsultan : 6%
Wiraswasta: 12%
Petani : 6%
Tidak ada Intervensi dan dominasi dalam:
- memberikan pendapat
- memberikan saran - memberikan kritik Kader memiliki hak
yang sama dalam bersuara
Tidak ada penghalang antara kader perempuan dan laki-laki memberikan peluang dan hak yang sama utuk berbicara dan didengar.
Saling bertatap muka secara fisik menimbulkan komunikasi timbal balik (dialog).
Sesama kader menciptakan kepercayaan dan saling menghargai satu sama lain.
Menciptakan kesepakatan dalam mengatasi hambatan, penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan.
Membentuk rasa kedekatan dan emosi antara kader.
Menciptakan keakraban masing-masing kader.
Dilakukan dengan santai, tidak formal, ada hiburan, diselingi obrolan dan canda tawa agar tidak capek dan bosan.
Karnaval dilaksanakan bidang kesehatan, ekonomi dan lingkungan.
Bidang kesehatan kerja bakti bersih-bersih lingkungan sekitar Posyandu.
Bidang ekonomi saat proses pembuatan dan pengemasan dodol talas.
Bidang lingkungan dengan kerja bakti kebersihan mingguan dan bulanan.
131
Dampak Komunikasi Partisipatif pada Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya)
Posdaya Kenanga 05 Situgede berdiri pada tanggal 21 Mei 2010
berdasarkan SK Kelurahan Situgede No.147/96/V/2010. Setelah setahun
dibentuk telah banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh Posdaya Kenanga, salah
satunya yaitu didirikannya PAUD Kenanga di RW 05. Posdaya merupakan
wadah pelayanan keluarga secara terpadu yang mengusung kemandirian dan
pemanfaatan sumber daya serta potensi lokal yang ada, utamanya pelayanan
kesehatan, pendidikan, wirausaha, dan pengembangan lingkungan yang
memudahkan keluarga berkembang secara mandiri dan menuju masyarakat
sejahtera. Prioritas program yang dikembangkan dalam wadah Posdaya adalah
bidang yang berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Kegiatan Posdaya Kenanga yang telah dilakukan satu tahun
menunjukkan hasil yang baik yaitu didirikannya PAUD Kenanga RW 05,
Posyandu dan Posbindu berjalan aktif satu bulan sekali serta pelaksanaan LKM
yang dirasa sangat membantu masyarakat untuk meningkatkan usaha produksi.
Adanya Posdaya di RW 05 Situgede dirasakan masyarakat banyak memiliki
manfaat, seperti adanya PAUD Kenanga memberikan kesempatan kepada anak-
anak dari masyarakat menengah kebawah untuk memperoleh pendidikan seperti
anak-anak lainnya. Kehadiran PAUD Kenanga dirasakan masyarakat dapat
menfasilitasi balita atau anak-anak untuk dapat bermain sambil belajar dan
bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Posyandu dan Posbindu Lansia Kenanga memperoleh bantuan dari
P2SDM LPPM IPB berupa uang sebesar Rp. 600.000,00 yang kemudian
dibelikan alat pengukur tekanan darah dan timbangan lansia. Sebelumnya
Posyandu dan Posbindu Lansia Kenanga belum memiliki perlengkapan tersebut.
Sebelum memiliki timbangan lansia para lansia menggunakan timbangan biasa
yang ada di Posyandu. Saat ini jumlah balita dan ibu yang ditangani Posyandu
sebanyak 37 balita dan 4 ibu hamil, sedangkan di Posbindu Lansia menangani
75 lansia. Untuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM) telah memiliki modal Rp.
1.200.000,00 merupakan uang dari P2SDM LPPM IPB sebagai penanam saham.
LKM yang dijalankan oleh Posdaya Kenanga berbasis syariah dimana tidak ada
riba atau bunga dalam pengembalian pinjaman. Sistem bagi hasil ditetapkan
P2SDM LPPM IPB kepada Posdaya Kenanga dalam bermitra di LKM.
134
Berikut kutipan penjelasan kader mengenai manfaat Posdaya Kenanga di
RW 05 Situgede:
“Mungkin kalau manfaatnya belum kelihatan karena kita masih baru ya masih bayi ya belum setahun, bulan Mei setahunnya tapi kita sudah merasakan emang udah berjalan lebih meningkat segala kegiatan. Seperti produksi aja dulu kan kita paling-paling hanya di Ketahanan Pangan, Pertanian sekarang tambah Posdaya kalau Posdaya ada pameran kita ikut juga. Jadi sudah ada peningkatan” (Asn). Pendamping dari pihak P2SDM LPPM IPB memberikan penilaian
terhadap Posdaya Kenanga seperti berikut:
“Aktivitas kegiatan di Posdaya Kenanga sudah bagus, ekonomi jalan, PAUD jalan karena dalam waktu tiga bulan sudah mengumpulkan swadaya masyarakat dari “uang kropak”, adanya yang menyumbang PMT, ada dodol, semua bagus. Cuma memang dari setiap kegiatan unit itu saya merasa yakin bahwa mereka belum merasa ini untuk Posdaya, jadi masih terpisah-pisah tetapi mereka memang merasa dalam satu rumah Posdaya itu merasa tetapi belum ada kontribusi ini lho sebagian pendapatan saya untuk Posdaya itu belum. Tetapi tidak apa-apa, emang pelan-pelan karena Posdaya itukan perubahannya pelan-pelan, tapi minimal mereka merasa terikat dalam satu rumah Posdaya, jadi kalau ada pertemuan-pertemuan mereka selalu hadir” (Mnt). Dampak komunikasi partisipatif dalam setiap kegiatan dan rapat di
Posdaya Kenanga dirasakan kader sangat banyak memberikan manfaat.
Manfaat yang di dapat meliputi :
Berbagi Informasi dan Pengetahuan
Keberadaan Posdaya Kenanga di RW 05 menjadikan kader semakin
mengetahui kegiatan yang ada di masing-masing bidang baik bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Selama ini kader melaksanakan kegiatan
hanya dibagian masing-masing tanpa mengetahui kegiatan yang ada di bidang
masing-masing. Misalkan kader di bidang kesehatan hanya mengetahui kegiatan
yang ada di bidang kesehatan, seperti Posyandu (penimbangan balita,
pemeriksaan ibu hamil, pemberian PMT pada balita) dan Posbindu (pemeriksaan
kondisi kesehatan lansia, olahraga lansia). Berikut kutipan penuturan kader
bidang kesehatan semenjak adanya Posdaya Kenanga di RW 05:
“Kalo dulu kan kita kerja di masing-masing bidang, bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang ekonomi dan bidang lingkungan. Jadi kita kerjain kegitan di “rumah” (bidang) masing-masing. Dulu kita sama-sama ga tau, kegiatan lingkungan apa aja yang dikerjakan, bidang pendidikan apa saja, tapi semenjak ada Posdaya kita jadi tau gitu kegiatan masing-masing, karena apa kita kan sering kumpul bareng
135
semua bidang untuk diskusi kegiatan kerja. Dari situ kita saling tau kegiatan bidang lain dan banyak informasi-informasi yang disampaikan jadikan itu menambah pengetahuan kita lah, yang tadinya hanya di satu bidang sekarang Alhamdulliah sudah tau kegiatan bidang-bidang yang lain meskipun baru sedikit karena kita kan masih baru Posdayanya jadi belum tau terlalu banyaklah” (Asn). Mengetahui kegiatan di masing-masing bidang membuat kader saling
berbagi informasi serta pengetahuan yang dimiliki kepada kader bidang yang
lainnya. Informasi dan pengetahuan tidak hanya disampaikan oleh Koordinator
Posdaya Kenanga melainkan sesama kader berhak menyampaikan informasi
dan pengetahuan guna perkembangan dan keberlanjutan Posdaya Kenanga.
Posdaya Kenanga yang dibentuk dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk
masyarakat menjadikan kader semakin kompak serta semangat untuk
memajukan kegiatan di masing-masing bidang yang telah ada. Salah satu
informasi dan pengetahuan yang disampaikan kader bidang kesehatan kepada
kader bidang lain yaitu mengenai pemeriksaan Filariasis (kaki gajah). Berikut
kutipan dari penyampaian informasi dan pengetahuan yang disampaikan kader
bidang kesehatan kepada sesama kader di Posdaya Kenanga pada saat rapat
FGD di rumah Koordinator Posdaya Kenanga:
“Tanggal 3 juni kita ada pengobatan masal terakhir untuk filariasis, nanti kalau misalnya ada pemeriksaan dari 500 orang itu ada 1,2% ada yang postif mengandung cacing ternyata kita diulang lagi 5 tahun lagi. Mudah-mudahan sih yang kebetulan diperiksa itu yang orangnya minum obatnya rutin. Nanti tanggal 3 jam 3 sampai jam 10” (Asn). Informasi yang disampaikan sesama kader menjadikan kader mengetahui
kondisi dan situasi kegiatan yang ada di masing-masing bidang Posdaya
Kenanga yang selanjutnya informasi yang diterima dari sesama kader
disampaikan kepada masyarakat lingkungan sekitar. Tugas dari kader
merupakan perpanjangan tangan atau penyampaian informasi dari instansi yang
terkait, dari koordinator dan dari kader kepada masyarakat. Kegiatan yang
dilaksanakan kader, baik adanya informasi, pengumuman, pengetahuan harus
diketahui oleh masyarakat.
Pertemuan dalam rapat atau forum diskusi Posdaya Kenanga dirasakan
kader merupakan tempat yang terbaik untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan secara langsung. Penyampaian atau bertukar informasi serta
pengetahuan secara fisik bertatap muka diyakini para kader dapat meminimalisir
kekeliruan informasi dan pengetahuan serta semua kader mengetahui informasi
dan pengetahuan yang disampaikan. Selain melalui rapat, informasi dan
136
pengetahuan juga disampaikan secara personal ke sesama kader ketika bertemu
dalam rutinitas kegiatan sehari-hari di Posdaya Kenanga.
Permasalahan Diselesaikan Secara Bersama
Setiap kegiatan tidak ada yang berjalan tanpa ada permasalahan dan
hambatan, begitupun dengan kegiatan yang ada di bidang Posdaya Kenanga.
Permasalahan dan hambatan yang muncul memiliki solusi dan penyelesaian
yang dapat diatasi oleh kader. Penyelesaian dan hambatan dapat dilakukan
dengan musyawarah sesama kader di bidang bersangkutan serta kader di
bidang lain di Posdaya Kenanga. Musyawarah yang dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan diyakini kader sangat efektif, dikarenakan banyak
dari kader yang memberikan pendapat dan masukan berdasarkan pengetahuan,
pengalaman serta latar belakang pendidikan yang beragam.
Permasalahan yang dihadapi secara bersama dengan kader lain
mempercepat penyelesaian masalah yang terjadi. Permasalahan serta hambatan
yang terjadi merupakan permasalahan atau hambatan teknis misalkan seperti
mencari masyarakat yang mau menjadi donatur untuk PMT (Pemberian Makanan
Tambahan) setiap bulannya di Posyandu dan Posbindu, mencari halaman dari
masyarakat untuk dijadikan taman warga, dan mencari masyarakat yang
melakukan usaha produksi untuk diberikan pinjaman bergulir berupa LKM
(Lembaga Keuangan Mikro). Sesama kader mempunyai pandangan, masukan,
serta solusi untuk penyelesaian permasalahan dan hambatan yang terjadi,
namum beragamnya pendapat yang disampaikan tidak menimbulkan
perselisihan melainkan menyempurnakan dari pendapat yang ada sehingga
menjadi solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. Berikut
kutipan kader mengenai musyawarah dalam mengatasi permasalahan dan
hambatan yang terjadi di kegiatan Posdaya Kenanga:
“Misalkan nih ya untuk LKM aja itu kenapa kita belum berjalan karena kita nggak mau kayak yang sudah-sudah yang macet pada saat pengembaliannya. Untuk masalah LKM ini kan menyangkut uang, lagian dari pihak P2SDM nanem sahamlah ya namanya ke Posdaya kita 1,2 juta. Kader yang lain kan juga harus dilibatkan dalam memilih siapa yang nanti dikasih pinjaman modal, bukan hanya kader bidang ekonomi saja yang menentukan siapa yang dikasih pinjaman. Karena LKM ini terbentuk karena Posdaya jadi kader semuanya harus tau. Dan kader dari bidang yang lainpun banyak kasih masukan, saran-saran contohnya si A yang jualan sayur gerobak itu jangan dikasih pinjaman karena pinjaman yang lain-lain susah ngembaliinya dan hutangnya juga banyak, ga kita kasih tuh kalau yang kayak begitu. Jadi kalau ada kader yang tau pasti ngasih tau mana orang yang susah ngembaliin pinjaman gitu”(Jwr).
137
Musyawarah dalam menyelesaikan permasalahan dan hambatan
dirasakan kader sangat membantu, disamping mengetahui permasalahan yang
terjadi serta tidak ada yang ditutup-tutupi kendala atau hambatan yang dihadapi
oleh masing-masing bidang sehingga permasalahan tampak jelas. Permasalahan
dan hambatan yang dihadapi tidak mengganggu aktivitas kegiatan di Posdaya
Kenanga. Menunggu solusi dan penyelesaian masalah, kegiatan yang ada tetap
berjalan seperti biasa tanpa terhambat dengan adanya masalah yang terjadi.
Permasalahan yang terjadi di Posdaya Kenanga bukan permasalahan besar
sehingga masih bisa di cari solusi serta penyelesainnya. Dengan sesama kader
dan musyawarah permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan dengan baik
tanpa waktu yang lama serta tanpa merugikan pihak lain.
Terjalin Keakraban Sesama Kader
Semenjak kehadiran Posdaya Kenanga kader merasakan terjadinya
keterdekatan sesama kader di masing-masing bidang. Sebelum ada Posdaya
Kenanga keterdekatan kader satu sama lain tidak begitu intensive, hanya saling
mengetahui dan saling mengenal. Melalui Posdaya Kenanga kader yang
melaksanakan kegiatan di bidang masing-masing bersosialisasi lebih akrab dan
silaturahmi sesama kader terjalin dengan baik. Sosialisasi dan silaturahmi terjalin
dikarenakan setiap tiga bulan satu kali Posdaya Kenanga mengadakan rapat
rutin untuk mengetahui perkembangan serta kendala dan hambatan dari masing-
masing bidang, baik bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan.
Posdaya Kenanga merupakan wadah bagi kegiatan yang ada di RW 05
Kelurahan Situgede. Sebelum adanya Posdaya Kenanga kegiatan di masing-
masing bidang dilaksanakan oleh kader-kader yang menjalankan bidang
tersebut, serta rapat koordinasi hanya dilakukan per bidang masing-masing.
Kegiatan yang telah ada di RW 05 melakukan kegiatannya sendiri-sendiri
sebelum ada Posdaya Kenanga. Kader yang ada di RW 05 tidak banyak yang
mengetahui mengenai kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekitar, kader
hanya mengetahui kegiatan di bidang yang dijalankan.
Kehadiran Posdaya Kenanga memperkuat pondasi kegiatan yang sudah
ada serta mengaktifkan kegiatan yang terhenti. Mewadahi kegiatan-kegiatan
yang ada serta mengaktifkan kegiatan yang terhenti menjadikan Posdaya
Kenanga bersinergi dengan kader-kader melaksanakan kegiatan di bidang
masing-masing. Posdaya Kenanga membentuk kader untuk merasa saling
138
memiliki dan saling menjaga kegiatan di masing-masing bidang karena Posdaya
Kenanga dibentuk oleh masyarakat, untuk masyarakat dan dari masyarakat.
Rapat yang dilaksanakan tiga bulanan memberikan ruang kepada
sesama kader untuk saling bersilaturahmi, mempererat keakraban dan
mengetahui kemajuan dari kegiatan di masing-masing bidang seperti bidang
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Rapat tiga bulanan
memberikan kesempatan kepada kader untuk memberikan motivasi, semangat
dan pandangan kepada kader lain dalam menjalankan kegiatannya. Peran saling
memotivasi sesama kader di masing-masing bidang memberikan kekuatan pada
kader dalam melaksanakan kegiatan.
Keberhasilan tugas kader dipengaruhi juga oleh kerjasama serta motivasi
dari sesama kader. Melalui rapat masing-masing kader dapat melepaskan penat
sejenak pada aktivitas kegiatan di masing-masing bidang dengan saling
bercerita, bertukar pikiran dan memberikan masukan mengenai kegiatan yang
dilaksanakan. Pertemuan sesama kader dalam rapat mempunyai satu tujuan
yaitu untuk memaksimalkan kegiatan yang telah dilaksanakan di Posdaya
Kenanga serta mempererat kinerja sesama kader.
Keberadaan Posdaya Kenanga menjadikan kader saling berbagi
informasi dan pengetahuan serta menjadi tempat bertukar pikiran atau pendapat,
pandangan untuk mencari solusi dalam menyelesaikan permasalahan. Dalam
kegiatan sesama kader saling bertemu dan saling memberikan informasi dan
menyampaikan kemajuan serta kendala yang dihadapi. Beragam latar belakang
yang dimiliki antara kader dimanfaatkan untuk saling mengisi dan menerima satu
sama lain. Permasalahan, kendala serta hambatan yang terjadi di dalam
kegiatan lebih mudah dihadapi dan diselesaikan secara bersama dan masing-
masing kader dapat saling belajar untuk mengatasi permasalahan satu sama
lain.
Kegiatan yang dilakukan di Posdaya Kenanga baik bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi dan lingkungan tidak dilaksanakan oleh satu kader
melainkan melibatkan kader yang lain. Keberhasilan dari suatu kegiatan
dipengaruhi oleh cara kerja kader yang penuh kebersamaan serta mempunyai
kepentingan untuk keberhasilan bersama bukan kepentingan kader sendiri.
Keterlibatan kader di kegiatan Posdaya Kenanga tidak hanya pada saat
pelaksanaan kegiatan melainkan pada perencanaan serta evaluasi diikuti oleh
kader. Kegiatan berawal dari perencanaan agar kegiatan yang dilaksanakan
139
berjalan fokus dan terarah. Selama dalam perencanaan kegiatan banyak yang
harus disampaikan kepada sesama kader agar program yang dijalankan tidak
hanya sebatas program tetapi memberikan manfaat bagi masyarakat banyak.
Banyaknya sumbangan pikiran, pendapat, ide, saran dan kritik dapat
meminimalisir permasalahan dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan. Tidak
dipungkiri bahwa dalam setiap pelaksaanaan kegiatan terjadi permasalahan dan
kendala yang menguji kesiapan dan kesanggupan dari kader untuk
menyelesaikannya.
Pelaksanaan kegiatan Posdaya Kenanga pasti menemui permasalahan,
hambatan dan kendala baik secara teknis dari kegiatan maupun dari kader.
Permasalahan dalam kegiatan Posdaya Kenanga tidak selalu berasal dari
kegiatan melainkan kader kegiatan Posdaya Kenanga berpeluang memiliki
permasalahan dalam menjalankan kegiatan. Beragam latar belakang kader yang
ada di Posdaya Kenanga, memiliki permasalahan serta kendala yang berbeda
pula antara kader.
Koordinasi antara sesama kader dalam melaksanakan kegiatan
membentuk kekompakkan dan memunculkan sikap saling percaya sesama
kader. Pelaksanaan kegiatan, peran kader sangat besar dikarenakan integritas
diri kader diperlihatkan untuk melaksanakan kegiatan sebaik-baiknya tanpa
adanya kekurangan serta kendala dalam pelaksanaan kegiatan. Di masyarakat,
kurang maksimalnya kegiatan yang dilakukan serta adanya kesalahan dalam
kegiatan langsung tertuju kepada pelaksana kegiatan yaitu kader, sehingga
kader bekerja sangat maksimal untuk menghindari terjadinya kekurangan dan
kesalahan.
Evaluasi mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan serta yang belum
terlaksana membutuhkan peran dari kader untuk saling menyampaikan kemajuan
terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan serta kendala yang terjadi sehingga
ada kegiatan yang belum terlaksana. Rangkaian evaluasi kegiatan dilakukan
sesama kader di bidang masing-masing tiap bulannya, sedangkan evaluasi besar
yaitu tiga bulanan dilakukan seluruh bidang, mulai dari bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi dan lingkungan bersama Koordinator Posdaya Kenanga.
Evaluasi bidang kegiatan dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan yang
dilaksanakan serta kinerja kader dalam melaksanakan kegiatan. Permasalahan
teknis perbidang kegiatan hendaknya dapat diselesaikan sesama kader, ini
dilakukan karena kegiatan dijalankan secara bersama dan untuk kepentingan
140
masyarakat banyak sehingga kader lebih mengetahui permasalahan yang
dihadapi serta solusi dari penyelesaian masalah yang terjadi.
Evaluasi tiga bulan seluruh bidang di Posdaya Kenanga dilakukan untuk
mengetahui kemajuan dari kegiatan yang dilaksanakan, mengetahui
permasalahan yang terjadi di bidang kegiatan serta sesama kader dapat saling
mengetahui kemajuan, permasalahan yang terjadi di semua bidang dan dapat
memberikan pendapat serta solusi untuk kegiatan kedepannya dan penyelesaian
dari suatu masalah yang terjadi. Posdaya Kenanga menjadikan kegiatan yang
selama ini berdiri sendiri serta hanya kader masing-masing bidang yang
mengetahui kegiatan, kemajuan dan permasalahan yang terjadi maka sekarang
Posdaya Kenanga mewadahi seluruh kegiatan yang ada serta sesama kader
dapat saling mengetahui kegiatan yang dijalankan masing-masing bidang.
Berikut penuturan kader mengenai adanya Posdaya Kenanga:
“Kalau dulu kan kita ngerjaian kegiatan masing-masing, yang bikin dodol, yang Posyandu, Posbindu dan sebagainya. Kita ga begitu tau apa yang dikerjakan di Posyandu, di Posbindu, di dodol talas gitu kan, sekarang dengan ada Posdaya kita jadi saling tahu, oh di Posbindu teh periksa kesehatan lansia, di Posyandu untuk penimbangan balita dan sebagainya’ (Rhd). Rapat yang dilaksanakan oleh Posdaya Kenanga saat membentuk
rencana kerja Posdaya Kenanga serta rapat evaluasi kegiatan dirasakan para
kader sangat memberikan kesempatan untuk berpartisipasi mulai dari membuat
rencana kerja sendiri, memunculkan ide-ide, dan pendapat-pendapat untuk
kegiatan yang dilaksanakan. Kader merasa memiliki tanggung jawab dan
kepedulian untuk melakukan kegiatan yang direncanakan. Berikut kutipan
penuturan kader mengenai partisipasi kader dalam rapat Posdaya Kenanga:
“Sejak mulai menyusun rencana kerja untuk tiga tahun kedepan saja itu kader disuruh rancang sendiri, Bu Mnt hanya ngedampingin saja sambil ngasih masukan-masukan, selebihnya dilakukan oleh kader. Kita rembukan apa saja yang mau dikerjakan, siapa yang mampu ngerjaiinya semuanya dibahas biar ga terjadi salah paham ya. Karena posdaya ini benar-benar dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, jadi kita yang ngerjain rencana kegiatannya otomatis kita harus siap kan ngejalaninnya, jadi kita itu apa ya merasa diberi tanggung jawab gitulah” (Asn). Kader lain juga menyatakan bahwa:
“Posdaya ini kan beda ya sama program-program yang lain kayak PNPM, Raskin, BLT yang dapat bantuan gitu ya. Kalau kayak program yang lain itu kan sudah dikasih uang sudah aja. Nah Posdaya ini kan justru kita disuruh cari sendiri atau kreatiflah
141
namanya biar dapat uang gimana, dengan ikut rapat dan diskusi dengan kader, minta saran baiknya gimana, jadikan itu kita saling menolonglah (Rhd)”. Posdaya Kenanga baru berjalan satu tahun namun sudah mendapatkan
kunjungan dari Pemerintah Daerah Palu Sulawesi Tengah Kunjungan yang
dilakukan di Posdaya Kenanga memberikan kebanggaan serta tanggung jawab
untuk meningkatkan kinerja kegiatan dan kinerja para kader. Mendapatkan
kunjungan menjadikan Posdaya Kenanga memiliki keunggulan dibandingkan
dengan Posdaya yang sudah lama terbentuk. Keunggulan yang dimiliki Posdaya
Kenanga di samping kegiatan yang berjalan dengan baik serta memberikan
manfaat bagi masyarakat banyak juga loyalitas dan kerja keras kader dalam
melaksanakan setiap kegiatan. Kunjungan yang dilakukan oleh Pemda Palu
menjadikan kinerja kader semakin solid dan kekeluargaan. Koordinasi yang
dilakukan sesama kader ketika kunjungan sangat intensive untuk menciptakan
kekompakan dan keakraban sesama kader. Berikut kutipan Koordinator Posdaya
Kenanga saat dikunjungi oleh Pemda Palu:
“Kita koordinasi sesama kader untuk saling kerjasama memberikan sambutan yang sebaiknya. Kita rapat untuk mempersiapkan semuanya. Semua bidang membenahi kegiatan masing-masing. Alhamdulliah semua kader ikut berpartisipasi saling bantu di bidang yang lain juga. Bahkan untuk konsumsi (makan siang) kader ikut membantu dan ngasih pendapat apa yang harus disajikan dan sebagainya. Alhamdulliah sambutan dari Pemda Palu melihat Posdaya Kenanga sangat bagus dan positif” (Skn). Kader lain menjelaskan bahwa:
“Sudah ada peningkatan karena adanya Posdaya, lebih-lebih ditingkatkan lagilah kegiatannya karena kita Posdayanya udah dikunjungi, sudah masuk enam terbaik gitu ya se Kota Bogor Alhamdulliah kita harus meningkatkan, otomatis dong takutnya nanti sewaktu-waktu ada yang studi banding kita kan sudah di buat contoh kita harus memberikan contoh yang baik gitu, karena jadi contoh kita harus rapih baik administrasi maupun kinerja kader” (Asn). Kunjungan dari Pemda Palu menjadikan Posdaya Kenanga untuk
menjalankan kegiatan dengan baik, membuat struktur administrasi serta
meningkatkan kinerja kader. Hasil dari kunjungan menjadikan Posdaya Kenanga
untuk selalu memberikan contoh bagi Posdaya yang lain. Contoh yang diberikan
dari Posdaya Kenanga adalah konsistensi dan ketekunan dalam melaksanakan
kegiatan, kinerja kader yang saling membantu dan memberikan kontribusi
pemikiran untuk kegiatan di masing-masing bidang Posdaya Kenanga dan rasa
142
kekeluargaan dan saling memiliki serta saling menjaga kegiatan di Posdaya
Kenanga.
Posdaya Kenanga juga mendapatkan tugas serta tanggung jawab yang
harus dilakukan yaitu sebagai Pusat Pengembangan Posdaya Pedesaan (P4)
atau learning center. Posdaya Kenanga dipilih karena dianggap mampu untuk
menjadi P4 karena pernah dikunjungi oleh Pemda Palu dan diharapkan telah
siap untuk dikunjungi oleh Posdaya lain dan telah melaksanakan banyak
kegiatan yang bermanfaat untuk masyarakat. Dipilihnya Posdaya Kenanga
sebagai P4 memiliki berbagai macam tanggapan dari kader antara lain:
“Semakin banyak pekerjaan yang harus dilakukan Posdaya Kenanga, tapi sepanjang untuk kebaikan, ya bisa mengarahkan tadinya belum ikut Posdaya jadi ikut dan semakin giat lagi kerjanya. Tapi yang ditakutkan itu kalau terlalu formal jadi banyak rekayasa, apa adanya ajalah, yang jelek ya jelek gitu. Dengan harapan ya berubah menjadi yang lebih bagus. Cuman kalau kita jadi learning center kan harus yang bagus-bagus kan, itu jadi beban” (Gst). “Bangga pastinya ya dan semakin memotivasi karena belum setahun sudah dapat kepercayaan seperti itu. Namun untuk kedepannya kita (kader) harus berbenah lagi lah. Karena dipilihnya itu berarti kita harus memberikan contoh kepada yang lain, tentunya dengan contoh yang baik bukan contoh yang jeleknya” (Ade).
Ikhtisar
Dampak komunikasi partisipatif dalam setiap kegiatan dan rapat di
Posdaya Kenanga dirasakan kader banyak memberikan manfaat. Manfaat yang
di dapat yaitu saling berbagi informasi dan pengetahuan, penyelesaian masalah
diselesaikan secara bersama serta terjalinnya keakraban sesama kader.
Keberadaan Posdaya Kenanga menjadikan kader saling berbagi informasi dan
pengetahuan serta menjadi tempat bertukar pikiran atau pendapat, pandangan
untuk mencari solusi dalam menyelesaikan permasalahan. Koordinasi antara
sesama kader dalam melaksanakan kegiatan membentuk kekompakkan dan
memunculkan sikap saling percaya sesama kader. Posdaya Kenanga sudah
mendapatkan kunjungan dari Pemerintah Daerah Palu Sulawesi Tengah dan
dijadikan sebagai Pusat Pengembangan Posdaya Pedesaan (P4) atau learning
center.
143
Respons Masyarakat terhadap Kehadiran Posdaya di RW 05 Kelurahan Situgede
Respons sebagai sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang sebagai hasil
atau akibat menerima stimulus. Stimulus tersebut merupakan sesuatu yang
dapat diterima oleh seseorang melalui salah satu penginderanya. Respons
digolongkan menjadi dua jenis yaitu respons yang tidak nampak (covert
response) dan respon yang nampak (covert response). Respons yang tidak
nampak diwujudkan oleh seseorang kedalam aspek kognisi (pengetahuan) dan
afeksi (sikap). Respons yang nampak diwujudkan ke dalam aspek psikomotorik
(tingkah laku)6.
Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) bertujuan untuk 1) menyegarkan
modal sosial seperti hidup gotong-royong dalam masyarakat untuk membantu
pemberdayaan keluarga secara terpadu dan membangun keluarga bahagia dan
sejahtera, 2) ikut memelihara lembaga sosial kemasyarakatan yang terkecil yaitu
keluarga, yang dapat menjadi perekat masyarakat sehingga tercipta kehidupan
yang rukun, damai dan memiliki dinamika yang tinggi, 3) memberi kesempatan
kepada setiap keluarga untuk memberi atau menerima pembaharuan yang dapat
dipergunakan dalam proses pembangunan keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Kenyataannya, masyarakat di RW 05 Kelurahan Situgede belum
mengenal dengan jelas Posdaya Kenanga yang ada di wilayah mereka.
Masyarakat belum mengetahui tujuan Posdaya Kenanga dan kegiatan yang
dilakukan Posdaya Kenanga tetapi masyarakat mengetahui kehadiran Posdaya
Kenanga di wilayah mereka. Akan tetapi, tidak semua dari masyarakat RW 05
tidak mengetahui Posdaya Kenanga, ada beberapa masyarakat yang
mengetahui tujuan Posdaya dan kegiatan yang dilakukan Posdaya Kenanga.
Masyarakat yang mengetahui sedikit mengenai Posdaya Kenanga merupakan
masyarakat yang ikut terlibat dalam kegiatan yang telah ada di RW 05 sebelum
hadirnya Posdaya Kenanga. Masyarakat yang mengetahui kegiatan, tujuan dan
manfaat didapat baik dari obrolan dengan kader maupun ketika kegiatan yang
dilakukan diikutkan dalam kegiatan Posdaya Kenanga seperti pameran dan
kunjungan ke Posdaya lainnya untuk saling bertukar pengalaman, berbagi
informasi dan pengetahuan guna kemajuan kegiatan di Posdaya Kenanga.
6 Sutisna. 2010. Respons. http://sutisna.com/artikel/artikel-ilmu-sosial/pengertian-respon/
[diakses 2 Juli 2011].
144
Kehadiran Posdaya Kenanga di wilayah RW 05 diketahui masyarakat
melalui beberapa cara antara lain:
Papan Nama Posdaya Kenanga
Mayarakat sebagian besar di RW 05 mengetahui kehadiran Posdaya
Kenanga di wilayah mereka karena terdapat papan nama Posdaya Kenanga
yang diletakkan di lingkungan Posyandu Kenanga RW 05. Posyandu Kenanga
terletak di pertigaan Jalan Raya Cifor yang merupakan jalan umum dan
dipastikan masyarakat melihat papan nama tersebut. Masyarakat yang
mengetahui hadirnya Posdaya Kenanga dengan melihat papan nama Posdaya
Kenanga bukan dari sosialisasi dari kader. Karena kehadiran Posdaya Kenanga
yang diketahui oleh masyarakat RW 05 hanya sebatas mengetahui dari papan
nama, maka masyarakat belum mengetahui lebih jelas mengenai kegiatan,
tujuan dan manfaat dari adanya Posdaya Kenanga di wilayah mereka tersebut.
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai filosofi atau tujuan dan
manfaat dari Posdaya Kenanga dikarenakan kurangnya sosialisasi kepada
masyarakat mengenai Posdaya Kenanga serta belum dilibatkannya masyarakat
dalam kegiatan Posdaya Kenanga secara keseluruhan baik dalam kegiatan di
masing-masing bidang kegiatan Posdaya Kenanga maupun saat rapat dan forum
diskusi mengenai Posdaya Kenanga. Pada saat lokakarya mini dan sosialisasi di
kantor Kelurahan Situgede, masyarakat diwakili oleh tokoh formal yaitu pihak
Kelurahan Situgede dan tokoh informal yaitu tokoh masyarakat serta Ketua RT
dan RW.
Sosialisasi mengenai Posdaya di Kelurahan Situgede hanya
mengundang perangkat kelurahan, Ketua RT dan Ketua RW Kelurahan
Situgede, tokoh informal dalam hal ini tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
pemuda, tokoh dan wanita serta para kader di masing-masing kegiatan yang ada
di Kelurahan Situgede. Perwakilan yang mengikuti sosialisasi diharapkan
merupakan perpanjangan tangan untuk disampaikan kemasyarakat wilayah
masing-masing, namun hal ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. Meskipun
RW 05 Kelurahan Situgede yang terpilih untuk melaksanakan kegiatan Posdaya
di wilayah Kelurahan Situgede, bukan berarti yang hadir dalam sosialisasi tidak
memperkenalkan dan menjelaskan kepada masyarakat wilayah masing-masing
mengenai Posdaya baik tujuan, kegiatan serta manfaatnya. Terpilihnya RW 05
diharapkan dapat memberikan contoh sehingga RW lain yang ada di Kelurahan
Situgede juga dapat membentuk Posdaya di wilayah masing-masing.
145
Dibukanya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di wilayah RW 05 sebelumnya telah
ada, namun karena berbagai hal PAUD kemudian terhenti. Mengingat terdapat
empat jenis peran yang dilakukan oleh Posdaya yaitu 1) jika suatu wilayah
tertentu belum terdapat suatu program pemberdayaan apapun atau suatu bentuk
kerjasama masyarakat untuk pemberdayaan masyarakat, maka ditempat itu
Posdaya dapat berperan membangun kegiatan-kegiatan baru yang bermanfaat
bagi masyarakat, 2) jika pada wilayah tersebut pernah ada suatu kegiatan
pemberdayaan tetapi sudah ditinggalkan oleh masyarakat, maka Posdaya dapat
menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan tersebut, 3) jika pada suatu wilayah
sudah terdapat kegiatan-kegiatan pemberdayaan maka kehadiran Posdaya
dapat berperan untuk meningkatkan kualitas program yang sudah ada, baik
kuantitas maupun kualitasnya, dan 4) Posdaya juga berperan “menjahit” semua
kegiatan/kelembagaan masyarakat yang ada di wilayah tersebut sehingga dapat
berpayung bersama secara keseluruhan dalam gerakan Posdaya. Berdasarkan
keempat peran yang dilakukan Posdaya maka PAUD Kenanga berada pada
peran kedua yaitu diaktifkannya kembali kegiatan PAUD yang pernah dilakukan.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dibentuk kembali setelah Posdaya
Kenanga hadir di wilayah RW 05. Kehadiran Posdaya Kenanga tercerminkan
oleh adanya PAUD di wilayah tersebut. Masyarakat dan orang tua murid PAUD
Kenanga mengetahui bahwa PAUD Kenanga terbentuk karena adanya Posdaya
Kenanga. Sambutan dari masyarakat mengenai diaktifkannya kembali kegiatan
PAUD Kenanga di RW 05 sangat baik dikarenakan tempat pendidikan untuk
anak usia dibawah 5 tahun belum ada di sekitar RW 05 serta tidak dipungut
biaya apapun (gratis) sedangkan PAUD yang ada di RW lain di Kelurahan
Situgede bersifat komersil dan lokasinya yang lumayan jauh.
Sebagian masyarakat di RW 05 mengetahui bahwa PAUD Kenanga
dibentuk oleh Posdaya, berikut penuturan salah satu masyarakat RW 05:
“Yang saya tau yah, PAUD sekarang itu kan dibentuk oleh Posdaya, dulunya sempet ada PAUD cuma berenti. Semenjak ada Posdaya jadi dibangun lagi PAUD” (Wat). Orang tua murid dari PAUD Kenanga juga mengatakan bahwa kehadiran
PAUD Kenanga dikarenakan peran dari Posdaya berikut penuturannya:
“PAUD itukan ada karena Posdaya, jadi gatau deh kalo ga ada Posdaya mungkin PAUD yang sekarang ini ga bakalan ada. Kalo disinikan PAUDnya ga ada biaya bulanan atau apa gitu ya, gratislah
146
istilahnya. Kalo ditempat lain PAUDnya harus bayar, jadi ya senanglah ada PAUD karena Posdaya” (Ran). Salah satu kegiatan Posdaya Kenanga yang meliputi bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi dan lingkungan, PAUD Kenanga merupakan kegiatan yang
sangat mencerminkan dengan kehadiran Posdaya Kenanga di RW 05 Kelurahan
Situgede. Masyarakat dan orang tua murid PAUD mengetahui dibentuknya
PAUD karena merupakan salah satu peran dari Posdaya Kenanga untuk
membentuk kegiatan pendidikan untuk anak-anak berusia dibawah 5 tahun untuk
mampu bersosialisasi dengan lingkungan, mengetahui huruf, angka dan warna
serta mengetahui pendidikan agama Islam sejak usia dini. PAUD Kenanga
berbeda dengan PAUD lain yang ada di Kelurahan Situgede karena kegiatan
belajar mengajar tidak dipungut biaya (gratis), bahkan setiap satu minggu satu
kali yakni setiap hari Rabu anak-anak mendapatkan pemberian makanan gratis
(PMT) dari donatur yaitu masyarakat RW 05.
Mengetahui adanya PAUD Kenanga di wilayah RW 05 yang dibentuk oleh
Posdaya Kenanga serta tidak dipungut biaya membuat masyarakat
mendaftarkan anak mereka ke PAUD Kenanga. Masyarakat yang memiliki anak
berusia di bawah 5 tahun antusias memasukkan anak mereka ke PAUD
Kenanga. PAUD Kenanga tidak hanya untuk masyarakat wilayah RW 05 saja
melainkan terbuka untuk masyarakat Kelurahan Situgede lainnya bahkan dari
Kelurahan Bubulak dan Semplak ikut mendaftarkan anak mereka ke PAUD
Kenanga.
Kunjungan Pemda Palu Sulawesi Tengah
Bentuk lain diketahuinya kehadiran Posdaya Kenanga oleh masyarakat
adalah pada bulan Januari 2011 Posdaya Kenanga pernah dikunjungi oleh
Pemda Palu Sulawesi Tengah. Kunjungan Pemda Palu melihat kegiatan yang
ada di Posdaya Kenanga, seperti PAUD Kenanga dan Pemda Palu berinteraksi
langsung dengan kader, dan orang tua murid PAUD. Menyambut kedatangan
Pemda Palu dalam melakukan kunjungan membuat kader berkoordinasi untuk
mempersiapkan segala sesuatu untuk kehadiran Pemda Palu.
Kunjungan yang dilakukan Pemda Palu membuat kader tampak sibuk
untuk melakukan persiapan baik dari persiapan administrasi Posdaya Kenanga
mulai dari struktur organisasi Posdaya Kenanga, kegiatan atau bidang yang
dilakukan Posdaya Kenanga, pembersihan sekretariat Posdaya Kenanga,
membuat kegiatan yang dilakukan oleh Posdaya Kenanga seperti dodol talas
147
dan tas dari bahan ramah lingkungan yang ditampilkan saat kunjungan. Setiap
dilakukannya kegiatan atau acara maka kesibukkan serta keramaian tampak
dengan sendirinya, begitupun dengan persiapan yang dilakukan kader-kader
Posdaya Kenanga ketika kunjungan Pemda Palu ke Posdaya Kenanga. Melihat
keramaian dan kesibukkan menimbulkan keingintahuan masyarakat mengenai
situasi dan kondisi yang dilakukan. Bermula dari keingintahuan timbul pertanyaan
dari masyarakat mengenai yang dilakukan oleh kader Posdaya Kenanga.
Koordinasi yang dilakukan masing-masing kader secara bersama dengan
berkumpul di rumah Koordinator Posdaya Kenanga membuat masyarakat
bertanya kegiatan apa yang sedang dilakukan sehingga kesibukan dan
keramaian terlihat. Pertanyaan dari masyarakat dijelaskan kader karena Posdaya
Kenanga dikunjungi Pemda Palu. Masyarakat yang mengetahui persiapan yang
dilakukan menyampaikan informasi kehadiran dan kunjungan Pemda Palu ke
masyarakat lainnya dari mulut ke mulut. Dengan informasi mengenai kehadiran
Pemda Palu membuat masyarakat menyadari kehadiran Posdaya Kenanga yang
ada di RW 05 dan mendapatkan kunjungan dari Pemda Palu.
Kunjungan dari Pemda Palu membuat masyarakat penasaran untuk
melihat serta menanyakan perihal kedatangan Pemda Palu. Penasaran
masyarakat terlihat karena ada masyarakat yang menanyakan maksud dan
tujuan dari kunjungan Pemda Palu tersebut ke daerah mereka. Kunjungan dari
Pemda Palu dijelaskan oleh salah satu kader sebagai bentuk kunjungan dan
melihat kegiatan yang ada di Posdaya Kenanga. Mengetahui wilayah RW 05
dikunjungi Pemda Palu memberikan kebahagian sendiri bagi masyarakat.
Masyarakat menilai kunjungan Pemda Palu ke Posdaya Kenanga menunjukkan
bahwa Posdaya Kenanga dinilai baik dalam melaksanakan administrasi maupun
kegiatan di masing-masing bidangnya. Berikut penuturannya:
“Sebagai warga RW 05 Situgede senang yah pastinya dikunjungi oleh Pemda Palu, jauh-jauh dari Sulawesi ya ke Situgede. Selain melihat Posdaya pastikan otomatis mereka juga melihat lingkungan di sekitar RW 05, jadi kita juga ikut senang gitu” (Riy). Kunjungan dari Pemda Palu membuat masyarakat semakin mengetahui
kehadiran dari Posdaya Kenanga di RW 05 Kelurahan Situgede. Selama ini
masyarakat yang hanya mengetahui kehadiran Posdaya Kenanga dapat
membuktikan bahwa Posdaya Kenanga memiliki penilaian yang baik sehingga
mendapat kunjungan dari Pemda Palu. Berikut penuturan masyarakat mengenai
Posdaya:
148
“Saya tahu ada Posdaya di sini ya itu ada papan namanya di Posyandu. Jadi setiap nganter anak nimbang sebulan sekali pasti kebaca, setiap mau ke luar (jalan) pasti ke baca. Sama pas waktu ada kunjungan dari mana itu yah, ya itu cuma tau itu aja kalo Posdaya lagi didatengin sama orang dari Sulawesi. Cuma ya itu tau aja yang lain-lainnya ga tau” (Wat).
Mayarakat RW 05 sebagian besar mengetahui kehadiran Posdaya
Kenanga di wilayah mereka, namun yang mengetahui secara jelas tujuan,
kegiatan dan manfaat Posdaya Kenanga hanya sedikit masyarakat yang berhasil
ditemui mengetahuinya. Masyarakat yang mengetahui kehadiran, tujuan dan
kegiatan yang dilaksanakan Posdaya Kenanga di RW 05 merupakan masyarakat
yang ikut terlibat dalam kegiatan Posdaya Kenanga seperti pembuatan dodol
talas dan orang tua murid PAUD. Masyarakat yang mengetahui tujuan dan
manfaat Posdaya Kenanga mengartikan bahwa Posdaya Kenanga merupakan
wadah atau tempat untuk silaturahmi, informasi dan komunikasi masing-masing
kegiatan.
Masyarakat yang mengetahui Posdaya menilai bahwa Posdaya Kenanga
berbeda dengan program PNPM yang telah ada di wilayah mereka. Posdaya
Kenanga merupakan kegiatan yang bersifat keswadayaan, gotong royong dan
kemandirian dari masyarakat, yang berbeda dengan program PNPM yang
memberikan bantuan khususnya bantuan dana. Posdaya Kenanga melatih
masyarakat untuk merubah cara pandang dalam melihat program yang ada di
wilayah mereka baik program dari pemerintah, swasta maupun LSM dengan
tidak mempersepsikan bahwa setiap program yang diberikan kepada masyarakat
tidak selalu bermakna dengan pemberian bantuan, khususnya bantuan dana
atau materi. Karena Posdaya Kenanga memiliki filosofi dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat maka masyarakat RW 05 diharapkan dapat
ikut berpartisipasi dalam kegiatan Posdaya Kenanga.
Berdasarkan penuturan salah satu warga menjelaskan bahwa;
“Posdaya itu wadah bagi kegiatan yang sudah ada sebelumnya, jadi kegiatan-kegiatan yang sudah ada berkumpul di Posdaya” (Sri).
Posdaya Kenanga di RW 05 Kelurahan Situgede pada tanggal 20 Mei
2011 tepat satu tahun melaksanakan kegiatan Posdaya di wilayah mereka.
Kehadiran Posdaya Kenanga di wilayah RW 05 Kelurahan Situgede diketahui
oleh masyarakat setempat baik melalui papan nama Posdaya Kenanga, adanya
PAUD Kenanga, dan kunjungan dari Pemda Palu. Namun satu tahun hadir di
149
wilayah RW 05 dilema yang dirasakan yaitu masyarakat belum mengetahui
sebenarnya dari Posdaya Kenanga, baik dari tujuan, manfaat serta kegiatan atau
bidang yang ada di Posdaya Kenanga. Posdaya Kenanga hanya diketahui oleh
kader masing-masing kegiatan dan masyarakat yang ikut dalam kegiatan di RW
05 sebelum ada Posdaya Kenanga. Masyarakat yang mengetahui Posdaya
Kenanga baik kehadiran serta tujuannya adalah masyarakat yang ada di masing-
masing bidang Posdaya Kenanga, seperti masyarakat yang ikut dalam
pembuatan dan pengemasan dodol talas serta yang ikut membuat kerajinan
tangan dari bahan ramah lingkungan.
Masyarakat di wilayah RW 05 selain mengetahui kehadiran Posdaya
Kenanga, bentuk kegiatan yang diketahui masyarakat ada di Posdaya Kenanga
adalah dibentuknya PAUD. Hal ini dikarenakan PAUD Kenanga dibentuk karena
kehadiran Posdaya Kenanga ada di RW 05 sehingga sangat erat jika masyarakat
menghubungkan Posdaya Kenanga dengan PAUD Kenanga. Posdaya Kenanga
di RW 05 menyatukan kegiatan yang telah ada untuk mempererat kegiatan satu
sama lain yang ada di RW 05. Namun, karena PAUD sempat terhenti maka
Posdaya Kenanga berinisiatif untuk dibentuknya PAUD Kenanga dengan
pengurus yang baru. Karena kegiatan yang dibentuk Posdaya Kenanga adalah
PAUD Kenanga maka masyarakat menilai bahwa PAUD Kenanga adalah
kegiatan dari Posdaya Kenanga, padahal kegiatan atau bidang yang ada di
Posdaya Kenanga ada 4 yaitu bidang pendidikan yang terdiri dari PAUD
Kenanga dan TPA Nurul Yaqin, bidang kesehatan yang terdiri dari Posyandu
dan Posbindu Kenanga, bidang ekonomi yaitu pembuatan dodol talas dan
budidaya jamur tiram, dan bidang lingkungan yaitu pembuatan pupuk kompos,
biopori dan pemanfaatan bahan ramah lingkungan untuk dijadikan bahan
kerajinan seperti tas dan dompet.
Masyarakat yang berada di wilayah RW 05 menanggapi kehadiran
Posdaya Kenanga dengan sangat baik, ini terlihat dengan semakin banyaknya
anak yang ikut dalam kegiatan belajar mengajar di PAUD Kenanga yang
merupakan salah satu kegiatan Posdaya Kenanga. Masyarakat senang dengan
hadirnya pendidikan anak dibawah 5 tahun yang tidak dipungut biaya, sehingga
masyarakat yang tergolong miskin dapat memberikan pendidikan dini bagi anak-
anak mereka. Kegiatan Posdaya Kenanga juga di dukung oleh masyarakat yang
menjadi donatur untuk pemberian makanan tambahan (PMT) di PAUD Kenanga.
150
Kader Posdaya Kenanga juga mengatakan bahwa masyarakat belum
mengetahui sebenarnya mengenai Posdaya. Selama ini yang mengetahui
Posdaya Kenanga hanyalah kader yang terlibat dalam setiap kegiatan-kegiatan
di bidang-bidang Posdaya Kenanga. Karena belum dikenalnya Posdaya
Kenanga oleh masyarakat RW 05 dan masyarakat RW lainnya di Kelurahan
Situgede, maka para kader dan Koordinator Posdaya Kenanga berinisiatif
membuat safari Posdaya Kenanga untuk memperkenalkan Posdaya Kenanga
yang ada di wilayah RW 05 kepada masyarakat sekitar. Safari Posdaya Kenanga
direncanakan dilakukan setiap hari Jumat. Dengan adanya safari Posdaya
Kenanga diharapkan masyarakat di RW 05 khususnya dan masyarakat di RW
lain Kelurahan Situgede umumnya mengetahui tujuan, manfaat dan kegiatan
serta bidang-bidang yang ada di Posdaya Kenanga dan ikut berpartisipasi dalam
Posdaya Kenanga.
Ikhtisar
Masyarakat mengetahui kehadiran Posdaya Kenanga melalui 3 bentuk
yaitu 1) papan nama yang berdiri di halaman Posyandu Kenanga, 2) dibentuknya
PAUD Kenanga oleh Posdaya Kenanga dan 3) Posdaya Kenanga mendapat
kunjungan dari Pemda Palu Sulawesi Tengah. Masyarakat merespon kehadiran
Posdaya Kenanga sangat baik terbukti dengan semakin banyaknya jumlah anak-
anak yang tergabung dalam PAUD Kenanga yang dalam proses belajar
mengajarnya tidak dipungut biaya apapun (gratis). Dari keempat bidang yang
ada di Posdaya Kenanga, PAUD Kenanga merupakan kegiatan yang banyak
diketahui masyarakat berkaitan erat dengan Posdaya Kenanga dibandingkan
dengan bidang lainnya seperti bidang kesehatan, ekonomi dan lingkungan.
Tanggapan yang diberikan masyarakat terhadap Posdaya Kenanga adalah
mereka mengetahui kehadiran Posdaya Kenanga di wilayah RW 05 karena
mereka melihat (menggunakan indera penglihatan) papan nama Posdaya
Kenanga. Dibentuknya PAUD Kenanga di wilayah RW 05 membuat masyarakat
yang memiliki anak dibawah 5 tahun merencanakan untuk memasukkan anak
mereka ke PAUD Kenanga (sikap). Selama 6 bulan PAUD Kenanga melakukan
aktivitas belajar dan mengajar, jumlah masyarakat yang mendaftarkan anak
mereka semakin bertambah yakni hampir 50 anak yang terdaftar di PAUD
Kenanga (tindakan).
151
Tabel 13 Matriks kader dan non kader dalam kegiatan Posdaya Kenanga
Aspek Kader Non Kader
Bidang
Pendidikan
Menjadi Tutor dalam PAUD Kenanga.
Ikut pelatihan menjadi tutor PAUD Kenanga.
Menjadi donatur untuk PMT pada PAUD Kenanga.
Mendaftarkan anak mereka ke PAUD Kenanga yang tidak dipungut biaya (gratis).
Bidang
Kesehatan
Ikut pelatihan Filariasis (kaki gajah).
Pelatihan Bina Keluarga Remaja (BKR).
-
Bidang
Ekonomi
Ikut dalam pameran produk yang diadakan oleh Posdaya.
-
Bidang
Lingkungan
Pembuatan pupuk kompos dan biopori.
Pemanfaatan bahan ramah lingkungan untuk dijadikan bahan kerajinan tangan seperti tas dan dompet.
-
Gambar 8 Proses dan Hasil Temuan Penelitian
Kantor Kelurahan Situgede
POSDAYA
KENANGA
Izin Penelitian
Izin Penelitian
Peran Pendamping Wawancara Mendalam
Kader Posdaya
Kenanga
Bertemu Koordinator Posdaya Kenanga
Wawancara Lurah Situgede
Wawancara Kasie Sosial dan
Kemasyarakatan
Peran Perangkat Kelurahan Situgede
Proses Belajar dan Mengajar di PAUD
Kenanga
Peran Tokoh Masyarakat
Proses Pembuatan dan
Pengemasan Dodol Talas
Aktivitas Posyandu dan Posbindu
Pengamatan
Berperan Serta
Foccused Group Discussion (FGD)
Komunikasi Partisipatif: 1. Akses 2. Heteroglasia 3. Poliponi 4. Dialog 5. Karnaval
P2SDM LPPM IPB
Wawancara dengan pendamping pihak P2SDM LPPM IPB
Dampak Komunikasi Partisipatif
Komunikasi Partisipatif: 1. Akses yang Sama 2. Munculnya Heteroglasia 3. Terjadinya Poliponi 4. Komunikasi melalui
Dialog 5. Adanya Karnaval
- Berbagi Informasi dan
Pengetahuan
- Permasalahan Diselesaikan
Secara Bersama
- Terjalin Keakraban Sesama
Kader
Fasilitasi dan Konsultan
- Pembinaan Para Kader - Pelatihan Para Kader - Memotivasi Para Kader
- Panutan Masyarakat - Penasehat dalam
Masyarakat
Keterangan:
: Terdiri dari : Alur Kegiatan : Fokus Penelitian
: Pengumpulan Data : Variabel yang diteliti : Hasil Temuan di Lapangan
153
Respon Masyarakat terhadap Kehadiran
Posdaya 1. Papan Nama
Posdaya Kenanga 2. Dibentuknya
PAUD 3. Kunjungan Pemda
Palu Sulteng.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Uraian hasil kajian mengenai komunikasi partisipatif pada program pos
pemberdayaan keluarga (Posdaya) di lokasi penelitian dapat dijelaskan bahwa
kegiata Posdaya dikembangkan untuk membangun sumberdaya manusia melalui
partisipasi secara aktif. Proses pemberdayaan diprioritaskan pada peningkatan
kemampuan keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan
dan kemiskinan. Menjawab tujuan penelitian di awal pembahasan, simpulan
penelitian dapat dirinci sebagai berikut :
1. Perangkat Kelurahan Situgede, pihak P2SDM LPPM IPB serta tokoh
masyarakat memiliki peran masing-masing di kegiatan Posdaya Kenanga.
Perangkat Kelurahan sebagai institusi pemerintahan, memiliki peran dalam
kegiatan Posdaya Kenanga RW 05 antara lain pembinaan kader, pelatihan
para kader serta memotivasi kader. Peran dari pihak P2SDM LPPM IPB
adalah sebagai pendamping dan konsultan. Peran keterlibatan tokoh
masyarakat dalam Posdaya Kenanga adalah sebagai penasehat seperti
memberikan pandangan-pandangan, saran, kritikan, dan ide-ide yang
membangun untuk keberlangsungan kegiatan Posdaya Kenanga.
2. Kader Posdaya Kenanga memiliki akses yang sama, adanya heteroglasia,
terjadinya poliponi, komunikasi dilakukan dengan dialog dan adanya karnaval.
Kader di Posdaya Kenanga memiliki akses yang sama untuk berpartisipasi
dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta pengambilan keputusan.
3. Dampak komunikasi partisipatif dalam Posdaya Kenanga meliputi saling
berbagai informasi dan pengetahuan, menyelesaikan permasalahan secara
bersama dan terjalinnya keakraban sesama kader. Dampak komunikasi
partisipatif dalam setiap kegiatan dan rapat di Posdaya Kenanga dirasakan
kader sangat banyak memberikan manfaat.
4. Masyarakat mengetahui kehadiran Posdaya Kenanga melalui 3 bentuk yaitu
1) papan nama yang berdiri di halaman Posyandu Kenanga, 2) dibentuknya
PAUD Kenanga oleh Posdaya Kenanga dan 3) Posdaya Kenanga mendapat
kunjungan dari Pemda Palu Sulawesi Tengah.
156
Saran
Bertolak dari kesimpulan di atas, saran yang diajukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Perlunya pelaksanaan sosialisasi yang dilakukan kader kepada masyarakat,
dimana sosialisasi bukan hanya penyebaran informasi, melainkan keterlibatan
masyarakat dalam kegiatan Posdaya menuju penyadaran tentang
permasalahan yang dihadapi dan tumbuhnya semangat untuk
menyelesaikannya secara mandiri.
2. Perlunya monitoring dan evaluasi secara rutin kepada kader serta kegiatan
Posdaya untuk memastikan bahwa proses pemberdayaan (empowerment)
betul-betul dijalankan.
3. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan yang menganalisis mengenai
partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posdaya
DAFTAR PUSTAKA
Adi I.R. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta : Fakultas Ekonomi UI.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Angka Kemiskinan Kota Bogor. http://www.kotabogor.go.id/download/ILPPD-2010.pdf.[diakses 18 Januari 2011].
Berlo D.K. 1960. The Process of Communication. USA. Hall Rinehart and Winston,Inc.
Bungin B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Bungin B. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana. Cahyanto PG. 2007. Efektivitas Komunikasi Partisipatif Dalam Pelaksanaan
Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak. [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Denzin N.K., Lincoln Y.S. 2000. Handbook Qualitative Research. Second Edition.
Sage Publication, Inc. DeVito. J.A. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Edisi Kelima. Tangerang Selatan:
Karisma Publishing Group. Dilla S. 2007. Komunikasi Pembangunan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Effendy O.U. 1993. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya
Bakti. . 2000. Dinamika Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.
. 2001. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Ed.Ke-14. Bandung: Rosdakarya.
Freire P. 1983, Pedagogy of the oppressed. New York: Seaburg Press.
Hamijoyo S.S. 2005. Komunikasi Partisipatoris. Pemikiran dan Implementasi Komunikasi dalam Pengembangan Masyarakat. Bandung: Humaniora.
Hardiman F.B. 2009. Menuju Masyarakat Komunikatif, Ilmu, Masyarakat Politik &
Post Modernisme Menurut Jurgen Habermas. Yogyakarta: Kanisius. Ife J. 1995. Community Development : Creating community alternatives-vision,
analysis and practice. Melbourne: Longman.
Ihsaniyati H. 2010. Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Petani Gurem. [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
158
Kelurahan Situgede. 2010. Monografi Kelurahan Situgede. Bogor: Kelurahan Situgede.
Leeuwis C. 2009. Komunikasi Untuk Inovasi Pedesaan. Berpikir Kembali tentang
Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius. Levis L.R. 1996. Komunikasi Penyuluhan. Bandung: Citra Aditya Bakti. Lubis D.P. 2009. Dasar-Dasar Komunikasi. Bogor: Sains KPM IPB Press. Mardikanto T. 1987. Komunikasi Pembangunan. Surakarta: Sebelas Maret
University Press. McQuail D. 1994. Teori Komunikasi Massa.Jakarta : Erlangga. Mefalopulos, P. 2003. Theory and Practice of Participatory Communication: The
case of the FAO Project “Communication for Development in Southern Africa” [disertation]. Texas at Austin: Presented to the Faculty of the
Graduate School, The University of Texas at Austin. Melkote R.S. 1991. Communication for Development in the Third World: Theory
and Practice. New Delhi, India: Sage Publications. Miles M.B. Huberman A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press. Moekijat. 1993. Teori Komunikasi. Bandung: Mandar Maju.
Muchlis F. 2009. Analisis Komunikasi Partisipatif dalam Program Pemberdayaan
Masyarakat. [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Muljono P., Burhanuddin, Bachtiar Y. 2010a. Upaya Pemberdayaan Masyarakat
dan Pengentasan Kemiskinan Melalui Model Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga). Di dalam Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB 2009; Bogor, 22-23 Des 2009. Bogor. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor; 2010. hlm 405-414.
., Dewi P., Bachtiar Y., Mintarti, Asikin S., Warcito, Haryanto S., Syafi’i.
2010b. Profil 50 Posdaya Binaan IPB. Bogor: Kerjasama P2SDM LPPM IPB, Yayasan Damandiri dan Pemerintah Kota Bogor.
Mulyasari G. 2009. Komunikasi Partisipatif Warga Pada Bengkulu Regional
Development Project. [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Nasdian F.T. 2003. Pengembangan Masyarakat (Community Development).
Diktat Kuliah. Bagian Ilmu Sosial, dan Ekologi Manusia, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, IPB.
159
Nasution Z. 2002. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Oepen, M. 1988. Development Support Communication in Indonesia. Jakarta:
Guna Aksara.
Prijono Ony S. dan Pranaka, A.M.W. (penyunting). 1996. Pemberdayaan,
Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta : Centre For Strategic and
International Studies.
Rahim SA. 2004. Participatory Development Communication as a Dialogical Process dalam White, SA. 2004. Participatory Communication Working for Change and Development. New Delhi: Sage Publication India Pvt Ltd.
Rianse U., Abdi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Teori dan
Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Rogers EM. 1989. Komunikasi dan Pembangunan Perspektif Kritis. Jakarta:
LP3ES. Salim A. 2001. Teori dan Pardigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: PT Tiara
Wacana. Servaes J. 1991. Toward a New Perspective for Communication and
Development. In F. L. Casmir (Ed.), Communication in Development (pp. 51-86). Norwood, NJ: Ablex Publishing.
, Jacobson L.T., White S. 1996. Participatory Communication for
Social Change. New Delhi, India: Sage Publications. . 2007. Communication for development making a difference. The
World Congress on Communication for Development Rome, Italy, 25 – 27 October 2006.
Sevilla C.G., Ochave J.A., Punsalan T.G., Regala B.P., Uriarte G.G. 2006.
Pengantar Metode Penelitian (Penerjemah Alimuddin Tuwu dan Alam Syah). Jakarta: UI Press.
Singarimbun M., Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Soetomo. 2011. Pemberdayaan Masyarakat. Mungkinkan Muncul Antitesisnya? Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistyowati F., Setyowati Y., Wuryantoro. T. 2005. Komunikasi Pemberdayaan.
Yogyakarta: APMD Press.
160
Sumardjo. 1999. “Transformasi Model Penyuluhan Pembangunan Menuju Pengembangan Kemandirian Petani.” [disertasi]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Suyono H. Haryanto R. 2009. Buku Pedoman Pembentukan dan Pengembangan
Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Jakarta: Balai Pustaka.
Tufte T., Mefalopulos P. 2009. Participatory Communication. Washington D.C, USA: The World Bank.
Wahyuni S. 2006. “Proses Komunikasi dan Partisipasi Dalam Pembangunan
Masyarakat Desa, Kasus Program Reksa Dana di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.” [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
West R. Turner L.H. 2009. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Humanika. Yin R.K., Mudzakir M.D. 2002. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
LAMPIRAN
163
Lampiran 1 Peta Administrasi Kota Bogor dan Situgede
164
Lampiran 2 Peta Administrasi Kelurahan Situgede
Lokasi Penelitian
167
Lampiran 4 Jadwal Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 11 (sebelas) bulan, mulai bulan
Oktober 2010 sampai dengan akhir Agustus 2011. Adapun rincian jadwal penelitian
ini adalah sebagai berikut :
No Kegiatan
Bulan/Tahun
2010 2011
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt
1. Survey
Pendahuluan
2. Penyusunan
Proposal
3. Pengumpulan
Data dan
Analisa Data
4. Penulisan
Laporan
6. Seminar Hasil
7. Ujian Akhir
Tesis
8. Penggandaan
Tesis
168
Lampiran 5 Metoda Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
Sumber Data Jenis Data/Informasi Metode Waktu
Kantor Kelurahan Situgede
1. Monografi Kelurahan 2. Indikator
keberhasilan kegiatan Posdaya Kenanga
3. Persepsi tentang kegiatan Posdaya Kenanga
Studi Dokumentasi dan Wawancara mendalam
1 Minggu
Pendamping P2SDM LPPM IPB, Perangkat Kelurahan dan Tokoh Mayarakat
1. Informasi Kegiatan Posdaya Kenanga
2. Indikator keberhasilan kegiatan Posdaya Kenanga
3. Persepsi tentang kegiatan Posdaya Kenanga
4. Proses pelaksanaan kegiatan Posdaya Kenanga
Wawancara mendalam dan studi dokumentasi
2 Minggu
Kader atau Pengurus Posdaya Kenanga Situgede
1. Pelaksanaan kegiatan Posdaya Kenanga dan peran pendamping, perangkat Kelurahan Situgede dan tokoh masyarakat di setiap kegiatan
2. Peta sosial wilayah dan aktivitas kader atau pengurus Posdaya Kenanga
3. Harapan dan capaiannya dalam kegiatan Posdaya Kenanga perspektif kader, pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat
4. Aktivitas komunikasi di lokasi kegiatan Posdaya Kenanga
Pengamatan berperan serta dan wawancara mendalam
2 Bulan
179
Lampiran 7 Daftar Informan
No Inisial
1 Skn
2 Jwh
3 Gst
4 Asn
5 Ynh
6 Rin
7 Nan
8 Sth
9 Sit
10 Ryt
11 Oth
12 Ysf
13 Dad
14 Stn
15 Ida
16 Ahm
17 Rhd
18 Ade
19 Mnt
20 Wrt
21 Rsm
22 Sus
23 Tjp
24 Wat
25 Ran
26 Riy
27 Sri
180
Lampiran 8 Aktivitas PAUD Kenanga
Lokasi belajar dan mengajar PAUD Kenanga dilakukan di pelataran Masjid Nurul Yaqin.
Sebelum belajar dan bermain anak-anak membaca doa terlebih dahulu.
Anak-anak membuat bola-bola dari kertas bekas.
Kegiatan senam dilakukan anak-anak setiap hari Senin.
181
Lampiran 9 Aktivitas Posyandu Kenanga
Bangunan Posyandu Kenanga RW 05 Kelurahan Situgede saat aktivitas rutin dilakukan setiap bulannya.
Pendaftaran serta pemberian makanan tambahan (PMT) merupakan kegiatan rutin yang selalu dilakukan pada saat aktivitas Posyandu.
Aktivitas para kader yang dilakukan saat penimbangan balita.
Kegiatan penimbangan pada bayi dilakukan setiap mendatangi Posyandu Kenanga untuk melihat perkembangan berat badan bayi setiap bulannya
182
Timbangan tripod digunakan untuk penimbangan balita.
Kegiatan pengukuran tinggi badan balita dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan tinggi balita setiap bulannya.
Pencatatan mengenai berat badan balita, tinggi badan balita dilakukan para kader.
Salah satu bentuk pelayanan yang dilakukan di Posyandu Kenanga RW 05 Situgede yaitu pemberian imunisasi pada bayi oleh bidan.
183
Fasilitas yang ada di Posyandu Kenanga RW 05 Situgede antara lain sudah memiliki tempat tidur untuk pemeriksaan ibu hamil serta balita dan ada timbangan serta alat pengukur tekanan darah.
Salah satu ruangan pengembangan yang ada di Posyandu Kenanga RW 05 Situgede.
184
Lampiran 10 Aktivitas Posbindu Lansia
Pemeriksaan tensi darah lansia oleh mantra.
Pemeriksaan darah pada lansia
Pemeriksaan tinggi badan para lansia oleh kader kesehatan.
185
Senam lansia dilakukan satu minggu satu kali di lapangan RW 05.
Timbangan lansia dan alat pengukur tekanan darah yang digunakan setiap Posbindu yang merupakan bantuan dari Pihak P2SDM LPPM IPB.
186
Lampiran 11 Proses Pembuatan Dodol Talas
Rumah produksi dodol talas KWT Sawargi.
Talas yang sudah dikupas dan dicuci bersih kemudian di parut dengan alat pemarut.
Dodol harus diaduk terus menerus hingga matang.
187
Pengemasan dodol untuk siap diikutsertakan dalam kegiatan pameran.
Menggunting plastik untuk bungkusan dodol talas serta pengemasan dodol talas.
Alat pengaduk dodol yang diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Oven yang diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
188
Beberapa Penghargaan yang telah didapatkan oleh KWT Sawargi dalam
kegiatan home industry dodol talas.
Selain dodol talas, makanan ringan seperti kerupuk talas dan kerupuk wortel juga diproduksi KWT Sawargi.
189
Lampiran 12 Usaha Budidaya Jamur Tiram
Kumbung Budidaya Jamur Tiram.
Baglog dalam kumbung yang siap
dipanen.
Ruang inokulasi dan baglog yang telah di inokulasi.
190
Jamur tiram yang telah dipanen dan siap dipasarkan.
191
Lampiran 13 Hasil Kerajinan Anyaman
Salah satu warga RT 01 RW 05 beserta hasil kerajinan anyaman dari barang-barang ramah lingkungan yang telah di buat dan telah diikutsertakan dalam setiap pameran.
Hasil kerajian anyaman dari barang ramah lingkungan yang dijadikan tas dan dompet.
Kerajinan anyaman dari barang ramah lingkungan serta kerajinan tangan dari bahan benang wol yang dijadikan tas, dompet serta syal.