kode etik guru

16
MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN KODE ETIK GURU Disusun oleh: Desi Permata Sari (06081181320012) Maria Mareta Simalango (06081181320018) Meisindi Galuh Kurnia (06081181320024) Palantini (06081281320009) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA 1

Upload: iskawia

Post on 30-Jul-2015

283 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kode Etik Guru

MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN

KODE ETIK GURU

Disusun oleh:

Desi Permata Sari (06081181320012)

Maria Mareta Simalango (06081181320018)

Meisindi Galuh Kurnia (06081181320024)

Palantini (06081281320009)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

1

Page 2: Kode Etik Guru

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................2

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................3

1.3 Tujuan............................................................................................................................4

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kode Etik Guru............................................................................................5

2.2 Tujuan Kode Etik Guru..................................................................................................6

2.3 Fungsi Kode Etik Guru..................................................................................................7

2.4 Sanksi Pelanggaran Kode Etik.......................................................................................7

2.5 Kode Etik Guru Indonesia.............................................................................................8

PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................10

3.2 Saran............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

2

Page 3: Kode Etik Guru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhir-akhir ini pendidikan menjadi masalah yang ramai dibicarakan. Berbicara

mengenai pendidikan berarti berbicara tentang profesi guru. Pada saat ini profesi guru

merupakan salah satu profesi yang banyak diminati oleh kebanyakan siswa dan siswi, hal

tersebut karena guru merupakan profesi yang dapat menentukan masa depan bangsa ini,

guru yang baik dan berkualitas dapat menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang

berkualitas juga, begitu pun sebaliknya, seorang guru yang tidak berkualitas akan

menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang tertinggal dan bahkan bisa menjadi bangsa

yang terjajah lagi, selain itu  saat ini profesi guru dijamin kesejahteraan hidupnya. Oleh

karena itu, orang-orang berlomba-lomba untuk menjadi seorang guru. Namun, menjadi

seorang guru bukanlah hal yang mudah ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara

lain adalah syarat admistrasi, teknis, psikis, dan fisik, selain itu seorang guru juga harus

memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.

Namun,kebanyakan orang-orang yang telah menjadi seorang guru dalam menjalankan

profesinya tersebut tidak jarang melakukan penyimpangan atau pun pelanggaran terhadap

norma-norma menjadi seorang guru, sehingga pemerintah menetapkan suatu aturan atau

norma-norma yang harus dipatuhi oleh para guru di Indonesia yang dikenal dengan

“Kode Etik Guru”. Dengan adanya Kode Etik Guru ini, diharapkan para guru dapat

menjalankan tugasnya dengan baik sebagaimana telah ditetapkan dalam Kode Etik Guru

tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk memudahkan penulis dalam menyusun makalah ini, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apakah pengertian kode etik guru?

2. Apakah tujuan kode etik guru?

3. Apakah fungsi kode etik terhadap guru?

4. Apakah sanksi pelanggaran terhadap kode etik?

5. Bagaimana Kode Etik Guru Indonesia?

3

Page 4: Kode Etik Guru

1.3 Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan pengertian kode etik guru

2. Untuk menjelaskan tujuan kode etik guru

3. Untuk menjelaskan fungsi kode etik terhadap guru

4. Untuk menjelaskan sanksi pelanggaran terhadap kode etik

5. Untuk menjelaskan Kode Etik Guru Indonesia

4

Page 5: Kode Etik Guru

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian  Kode Etik Guru

Interpretasi tentang kode etik belum memiliki pengertian yang sama. Berikut ini ada

beberapa pengertian mengenai kode etik:

Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Pasal 28

menyatakan bahwa "Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman

sikap, tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar kedinasan". Dalam Penjelasan

Undang-undang tersebut dinyatakan dengan adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri

Sipil sebagai aparatur negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat mempunyai

pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam

pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu

digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

pegawai negeri. Dari uraian ini dapat di simpulkan, bahwa kode etik merupakan

pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam

hidup sehari- hari.

Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan bahwa Kode

Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru

warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiaan bekerja sebagai guru

(PGRI, 1973). Dari pendapat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik

Guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni: (1) sebagai landasan moral, dan (2)

sebagai pedoman tingkah laku.

Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD), Pasal 43, dikemukakan sebagai

berikut: (1) Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan, dan martabat guru dalam

pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru membentuk kode etik; (2)

Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi norma dan etika yang mengikat

perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.

Sedangkan Secara harfiah, “kode etik” berarti sumber etik. Etik berasal dari

perkataan ethos, yang berarti watak. Istilah etik (ethica) mengandung makna nilai-nilai

yang mendasari perilaku manusia. Etik di sini berarti tata susila (etika) atau hal-hal yang

berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Sehingga kode etik

adalah pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau

5

Page 6: Kode Etik Guru

pekerjaan. Dalam kaitannya dengan istilah profesi, kode etik merupakan tata cara atau

aturan yang menjadi standar kegiatan anggota suatu profesi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “kode etik guru” diartikan sebagai aturan

tata-susila keguruan. Aturan-aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-

pekerjaan guru) melibatkan dari segi usaha. Maksud dari kode etik guru di sini adalah

norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan antar guru dengan lembaga

pendidikan (sekolah); guru dengan sesama guru; guru dengan peserta didik; dan guru

dengan lingkungannya. Sebagai sebuah jabatan pekerjaan, profesi guru memerlukan kode

etik khusus untuk mengatur hubungan-hubungan tersebut.

2.2 Tujuan Kode Etik Guru

Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk

kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan

mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S, 1979);

a. Menjunjung tinggi martabat profesi.

Kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan pihak luar atau masyarakat, agar

mereka tidak memandang rendah terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karena

itu, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atau

kelakuan anggotanya yang dapat mencemarkan nama baik profesi.

b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.

Kesejahteraan mencakup lahir (atau material) maupun batin (spiritual, emosional, dan

mental).Kode etik umumnya memuat larangan-larangan untuk melakukan perbuatan-

perbuatan yang merugikan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan

menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorarium anggota profesi dalam

melaksanakan tugasnya, sehingga siapa saja yang mengadakan tarif di bawah

minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan seprofesi. Dalam hal

kesejahteraan batin, kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk kepada

anggotanya untuk melaksanakan profesinya.

c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

Kode etik berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi, sehingga bagi

para anggota profesidapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggungjawab

pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik

merumuskan ketentuan-ketentuanyang perlu dilakukan para anggota profesi

dalammenjalankan tugasnya.

6

Page 7: Kode Etik Guru

d. Untuk meningkatkan mutu profesi

Kode etik memuat norma norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu

berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.

e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Kode etik mewajibkan setiap anggotanya untuk aktif berpartisipasi dalam membina

organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi

menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan

memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi,

meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.

2.3 Fungsi Kode Etik Guru

Pada dasarnya kode etik berfungsi sebagai perlindungan dan pengembangan bagi

profesi itu, dan sebagai pelindung bagi masyarakat pengguna jasa pelayanan suatu

profesi. Gibson and Mitchel (1995;449), sebagai pedoman pelaksanaan tugas profesional

anggota suatu profesi dan pedoman bagi masyarakat pengguna suatu profesi dalam

meminta pertanggungjawaban jika anggota profesi yang bertindak di luar kewajaran.

Secara umum fungsi kode etik guru adalah sebagai berikut:

a. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya,

sehingga terhindar dari penyimpangan profesi.

b. Agar guru bertanggungjawab atas profesinya.

c. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.

d. Agar guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan.

e. Agar profesi ini membantu memecahkan masalah dan mengembangkan diri.

f. Agar profesi ini terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah.

2.4 Sanksi Pelanggaran Kode Etik

Pada umumnya, kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman sikap,

tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi

moral. Barangsiapa melanggar kode etik maka akan mendapat celaan dari rekan-

rekannya, sedangkan sanksi yang dianggap terberat adalah si pelanggar dikeluarkan dari

organisasi profesi.

7

Page 8: Kode Etik Guru

2.5 Kode Etik Guru Indonesia

Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam kongres yang dihadiri oleh seluruh

utusan Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam

Kongres XIII di Jakarta tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI

XVI tahun 1989 juga di Jakarta. Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan

kerangka pedoman guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terdiri dari

sembilan item berikut:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia

seutuhnya yang berjiwa Pancasila. (Guru harus mengabdikan dirinya secara ikhlas

untuk menuntun dan mengantarkan anak didik seutuhnya, baik jasmani maupun

rohani agar menjadi insan pembangunan yang menghayati dan mengamalkan serta

melaksanakan berbagai aktivitasnya dengan mendasarkan pada sila-sila Pancasila.

Guru harus membimbing anak didiknya kearah hidup yang selaras, serasi dan

seimbang)

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional. (Guru harus mendesain

program pengajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setiap anak didik)

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan

bimbingan dan pembinaan. (Guru perlu mendapatkan informasi secara lengkap

mengenai diri anak didik. Dengan mengetahui keadaan dan karakteristik anak didik

ini, maka akan sangat membantu bagi guru dan siswa dalam upaya menciptakan

proses belajar-mengajar yang optimal)

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya

proses belajar-mengajar. (Bagaimana guru itu dapat menciptakan kondisi-kondisi

optimal, sehingga anak itu bisa belajar, harus belajar, perlu dididik dan perlu

bimbingan)

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya

untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

(Sesuai dengan tri pusat pendidikan, masyarakat ikut bertanggung jawab atas

pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, guru juga harus membina hubungan baik

dengan masyarakat agar dapat menjalankan tugasnya sebagai pelaksana proses belajar

mengajar)

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan

martabat profesinya. (Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,

guru harus selalu meningkatkan mutu profesinya, baik dilaksanakan secara

8

Page 9: Kode Etik Guru

perseorangan ataupun secara bersama-sama. Hal ini sangat penting, karena baik

buruknya layanan mempengaruhi citra guru ditengah-tengah masyarakat)

7. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan

sosial. (Guru perlu membina hubungan dengan sesama guru secara keseluruhan agar

meningkatkan kelancaran mekanisme kerja, bahkan juga sebagai langkah-langkah

peningkatan mutu profesi guru secara kelompok)

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI

sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. (Untuk meningkatkan pelayanan dan

sarana pengabdiannya, organisasi PGRI harus tetap dipelihara, dibina bahkan

ditingkatkan mutu dan kekompakkannya. Sebab dengan peningkatan mutu organisasi

berarti akan mampu merencanakan dan melaksanakan program yang bermutu dan

yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat)

9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. (Guru

adalah bagian warga negara yang merupakan aparat pemerintah di bidang pendidikan.

Sehingga guru haruslah memahami dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah

digariskan oleh pemerintah mengenai bagaimana menangani persoalan-persoalan

pendidikan. Dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan itu,

diharapkan proses pendidikan berjalan lancar sehingga bisa menopang pelaksanaan

pembangunan bangsa secara integral)

Dengan memahami sembilan butir kode etik guru seperti diuraikan di atas,

diharapkan dapat menjadi landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru

dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar

sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian, maka

Kode Etik Guru Indonesia dapat menjadi alat yang amat penting untuk pembentukan

sikap professional pada anggota profesi kependidikan dalam hal ini adalah guru.

9

Page 10: Kode Etik Guru

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah tersebut adalah :

1. Bahwa kode etik guru merupakan aturan tata-susila keguruan. Aturan-aturan

tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) melibatkan dari

segi usaha.

2. Tujuan kode etik guru antara lain adalah menjunjung tinggi martabat profesi,

menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya, meningkatkan

pengabdian para anggota profesi, meningkatkan mutu profesi, dan meningkatkan

mutu organisasi profesi.

3. Fungsi kode etik guru antara lain adalah agar guru memiliki pedoman dan arah

yang jelas dalam melaksanakan tugasnya, bertanggungjawab atas profesinya,

terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal,  meningkatkan kualitas dan

kuantitas pelayanan, membantu memecahkan masalah dan mengembangkan diri

dan terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah.

4. Sanksi terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi moral. Barangsiapa

melanggar kode etik maka akan mendapat celaan dari rekan-rekannya, sedangkan

sanksi yang dianggap terberat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi

profesi.

5. Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan

sikap professional pada anggota profesi kependidikan dalam hal ini adalah guru.

3.2 Saran

Dengan adanya kode etik guru, sebaiknya sebagai seorang guru yang professional

harus mematuhi kode etik guru tersebut, tidak melakukan tindakan-tindakan yang

menyimpang dari kode etik guru, dan dalam melaksanakan profesi keguruan haruslah

sesuai dengan kode etik guru yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.

10

Page 11: Kode Etik Guru

DAFTAR PUSTAKA

Soetjipto, dkk. 1994. Profesi Keguruan. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.

Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada:

Jakarta

Purwanto Ngalim. 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya

Offset: Bandung

http://syadiashare.com/kode-etik-guru-di-indonesia.html (di posting tanggal 11 Maret 2011,

pada hari minggu pukul 10:30)

wrks.itb.ac.id/app/images/files_produk_hukum/uu_14_2005.pdf (di posting tanggal 11 Maret 2011,

pada hari minggu pukul 10:30)

www.4shared.com/office/Bod3Ajru/ kode - etik - guru - indonesia .html ( di posting tanggal 12 Maret

2011, pada hari Senin pukul 13:30)

file.upi.edu/.../ETIKA.../pert_4_dan_5_kode_etik_guru.pdf (di posting tanggal 12 Maret 2011,

pada hari Senin pukul 13:30)

www.uin-malang.ac.id/index.php?... kode - etik - guru . (di posting tanggal 12 Maret 2011, pada hari

Senin pukul 13:30)

11