kiprah dakwah dra. hj. lutfiah...
TRANSCRIPT
KIPRAH DAKWAH DRA. HJ. LUTFIAH SUNGKAR
OLEH:
ODAH JUBAEDAH
NIM: 104051001872
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KIPRAH DAKWAH DRA. HJ. LUTFIAH
SUNGKAR telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 Agustus 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S.Sos.I) pada program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 27 Agustus 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Drs. Arief Subhan, MA Umi Musyarrofah, MA
NIP: 150262442 NIP: 150282980
Penguji
Penguji I, Penguji II,
Dr. Murodi, MA Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP: 150254102 NIP: 150276299
Pembimbing
Dra. Hj. Roudhonah, MA
NIP: 150232920
ABSTRAK
Odah Jubaedah
Kiprah Dakwah Dra. Hj Lutfiah Sungkar
dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT, baik kelompok maupun individu yang sudah
mengerti dan memahami bahkan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Dakwah akan
diterima dengan baik oleh mad’unya apabila dalam kegitan dakwahnya seorang
da’i atau da’iah memberi contoh yang baik juga dalam pesan dakwah mudah
diterima dengan oleh mad’unya. salah satunya adalah Dra Hj Lutfiah Sungkar,
seorang da’iah yang mampu menyuguhkan dakwahnya dengan metode dakwah
yang baik juga mudah di kenal.
Berdasarkan pernyataan di atas akan menimbulkan beberapa pertanyaan
apa bentuk dakwah menurut Dra Hj Lutfiah Sungkar tentang dakwah dan aktivitas
dakwah menurut Dra Hj Lutfiah Sungkar.
Setelah mengamati dan mengikuti serta mendengarkan langsung dakwah
Dra Hj Lutfiah Sungkar penerapan serta aktivitas dakwah Dra Hj Lutfiah Sungkar
dalam aktivitas dakwahnya itu tepat pada sasaran dan diterima mad’unya
khususnya di kalangan perempuan, dan menggunakan metode dakwah yang
mudah diterima oleh mad’unya
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif
yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat di teliti. dengan
menggunakan metode deskriptif analisis yaitu sebuah metode yang
mendeskripsikan gagasan primer yang diper oleh dari hasil wawancara mendalam
dengan narasumber yang akan menghasilkan penafsiran penulis.
Dra Hj Lutfiah Sungkar adalah seorang da’iah yang memiliki kemampuan
dalam aktivitas dakwahnya menuju sasaran dengan baik sehingga dapat diterima
oleh semua lapisan masyarakat khususnya kalangan perempuan.
KATA PENGANTAR
������������������������ ��������
�������� ����������������������������
��������������������������������
Assalamu’alaikum
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji serta syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat, hidayah dan inayah-
Nya. kepada penulis sehingga dalam penulisan skripsi ini dapat terlaksana sampai
selesai. Untaian Shalawat beserta Salam semoga Allah limpah curahkan kepada
pimpinan kita, yang sejati, abadi dunia akhirat, baginda Nabi besar Muhammad
SAW yang telah menunjukan jalan yang terang dengan ilmu pengetahuan bagi
seluruh umat manusia di dunia.
Berkenaan dengan selesainya skripsi ini, penulis menemukan beberapa
kendala tetapi semuanya dapat penulis atasi dengan perjuangan yang ditempuh,
penulis menyadari dengan segala keterbatasan ilmu pengetahuan, waktu dan
tenaga, sehingga penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan karya ilmiah ini.
Namun atas dan bantuan, kepedulian, kecintaan juga motivasi dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, penulis menyampaikan ungkapan terima kasih serta
penghargaan yang penulis sampaikan kepada:
1. Dr.H. Murodi, M.A. Selaku dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Dr.
Arif Subhan M.A. Selaku PUDEK II dan Drs. H. Mahmud Djalal, M.A.
Selaku PUDEK II, Drs. Study Rizal L.K. M.Ag selaku PUDEK III.
2. Drs. Wahidin Saputra, M.Ag. Selaku ketua jurusan Komunikasi Dan
Penyiaran Islam dan Ummi Musyarofah, M.A. Selaku seketaris jurusan
Komunikasi Dan Penyiaran Islam.
3. Dra. Hj. Roudhonah. M.Ag. Selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
skripsi ini, yang penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk
membimbing dengan mengarahkan penulisan di sela-sela aktivitas beliau agar
penulisan mendapatkan skripsi yang baik.
4. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun
tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis atas didikanya selama
ini.
5. Kepada pimpinan dan staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyediakan pelayanan literatur sebagai referensi skripsi penulis.
6. Terima kasih yang setulus-tulusnya, rasa ta’dzim dan hormat kepada yang
memberi cahaya dalam hidup ini, kedua orang tua Ibunda Hj. Mariah
Quraisyin dan Ayahanda H. Badruzaman atas kasih sayang, kesabaran,
nasehat, yang tidak pernah terhenti dan putus sampai akhir hayat nanti. Aku
menyadari sebagai anak yang belum bisa membalas jasa-jasa serta
pengorbanan dan jerih payah dalam mendidik dan mengajariku arti hidup.
7. Dra Hj Lutfiah Sungkar selaku pimpinan pengajian dan keluarga besarnya
yang tidak bisa disebutkan satu persatu beserta mba Shelly sebagai meneger
beliau yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya untuk
memberi informasi dalam melengkapi skripsi ini.
8. Terimakasih kepada BEM-J dan BEM-F fakultas dakwah yang telah memberi
kesan selama kuliah anggkatan 2004 sampai sekarang.
9. Pada keorganisasian yang telah memberi banyak pengalaman pada penulis
yaitu: HIQMA, HMI cabang Ciputat, Khususnya KOMFAKDA beserta
keluarga besar Aula Insan Cita.
10. Kepada keluargaku yang tercinta yang memberi motivasi pada penulis ini
kakak-kakakku yunda Juju Siti Julaeha, Dadah Syamrotil Puadah Kanda Ii
Ahmad Syuja’i dan adikku Otong M. Nawawi, Enok M. Murtasimah, kakak-
kakak iparku Dadi M dan Toto W. Arif dan Ayu S. Tidak lupa pada
keponakan-keponakanku Iyud, Zulva, Syifa, Putri W.S.
11. Kepada teman-teman aku KPI khususnya KPI D dan teman-teman KKN
Cilalay Sukabumi. Yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
12. Teruntuk seseorang Hamba Allah yang telah mengisi isi hati ini. My Sweety.
13. Terima kasih untuk sahabat-sahabatku, khususnya Asry Leily. Agus Ratina,
Mila, Shella, Anne, Keyshe, Hanna, Pipit, Indri. Kau adalah teman yang tidak
bisa penulis lupakan dan memberi kenangan, semoga persahaban ini abadi.
14. Dan tidak lupa buat Zakaria Al-Anshori, sebagai teman yang baik dan
memberikan motivasi pada penulisan skripsi ini.
15. Untuk Sholah, Yayan, Delon, Ample, Apoy, Buluk. Kalian teman yang telah
memberi kecerian di masa kuliah ini.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis mengharapkan
keritikan dan saran yang dapat memotivasi untuk kelengkapan dan
kesempurnaan skripsi ini. Semoga segala kebaikan dan ketulusan pihak-pihak
yang telah membantu di dalam proses penyelesaian skripsi ini di berikan
ganjaran yang melimpah ruah dari Allah SWT. Amiiiin.`
Akhirnya , penulis sangat berharap kepada Allah SWT agar skripsi ini
dapat memberikan nilai manfaat khususnya bagi penulis sendiri maupun bagi
para pembaca sekalian sehingga apa yang penulis lakukan ini bisa menjadi
satu amal yang memberatkan timbangan kebaikan di sisi Allah Azza Wa Jalla.
Amiiin…..
Ciputat, 20 Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ............................................ 7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian...................................................... 8
D. Metodologi Penelitian.................................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG DAKWAH
A. Pengertian Kiprah........................................................................... 13
B. Pengertian Dakwah......................................................................... 14
C. Unsur-Unsur Dakwah ..................................................................... 20
D. Landasan Hukum Dakwah.............................................................. 40
BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI DRA. HJ LUTFIAH SUNGKAR
A. Riwayat Hidup Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ........................................ 44
B. Pendidikan Dan Karya-karya Dra. Hj. Lutfiah Sungkar................... 47
C. Perjalanan Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ................................. 49
BAB IV AKTIVITAS DAKWAH DRA. HJ. LUTFIAH UNGKAR
A. Bentuk-Bentuk Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ........... 55
B. Materi Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ....................................... 61
C. Tujuan Dan Sasaran Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ... 62
D. Metode Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar...................................... 63
E. Tahapan-Tahapan Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar....... 67
F. Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar................................................... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 74
B. Saran-Saran .................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 76
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Islam dakwah merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat,
akan tetapi penyampaian dakwah banyak pada kaum laki-laki atau dengan
sebutan ulama. Masyarakat Indonesia lebih mengenal dengan ulama laki-laki
yang mudah di temukan kemunculan dalam dunia dakwah, oleh karena itu
berbeda dengan ulama perempuan yang banyak masyarakat mengenal
perempuan adalah sosok feminisme yang kurang banyak kemunculanya, untuk
berkiprah dalam dunia dakwah.
Kajian tentang “ulama perempuan” masih sangat langka, bukan hanya
di Indonesia tetapi juga di wilayah-wilayah muslim lainya: Arabia, Asia Barat,
Afrika Utara, Afrika, anak benua India dan sebagainya, meskipun kajian
tentang perempuan dan gender terus menemukan momentumnya, perhatian
hampir tidak pernah diberikan kepada ulama perempuan. Asumsi awal yang
dipegang banyak peneliti dan sarjana adalah, hal itu merupakan salah satu
bukti bahwa perempuan tidak signifikan dalam keulamaan atau bahkan dunia
keilmuan umumnya.1
Sesungguhnya, wajib bagi kaum perempuan untuk menempatkan
tujuan dakwahnya ini di pelupuk mata, karena ulama perempuan atau disebut
dengan da’iyah dapat melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar pada
1 Azyumardi Azra, “Biografi Sosial Intelektual Ulama Perempuan: Pemberdayaan
Historiografi” Dalam Buku” Ulama Perempuan Indonesia”. Gramedia Bekerja sama Dengan
PPIM IAIN Jakarta, 2000. h. xxi
siapapun dan kapanpun untuk meluruskan pada jalan Allah, karena merupakan
suatu kewajiban. Semua itu dapat kita lihat dalam salah satu ajarannya yang
mewajibkan pemeluknya untuk menyampaikan risalah atau mengembangkan
dakwah kepada siapapun. Kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat
berkaitan erat dengan dakwah yang dilakukannya, karena itu Al-Qur’an dalam
menyebutkan kegiatan dakwah dengan Ahsanu Qaula, (ucapan) dan
perbuatan yang baik.2
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, Surat Fushshilat ayat 33
yaitu:
������ �������� !"�#$ �%☺�'� �$�()� *+,�- �� ./�☺�0�� ☯#�2 �3 �4#$��
5789�- :��� �;<�☺�2���☺=�
Artinya: Dan Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”.
(Fushshilat:33).
Dakwah seperti yang diungkapkan ayat di atas tidak hanya berdimensi
ucapan atau lisan tetapi juga dakwah dengan perbuatan yang baik (uswah)
seperti yang telah dicontohkan oleh Rasullah SAW.
Namun, perempuan muslimah yang memiliki kemampuan berdakwah
tidak boleh meninggalkan dakwah seraya berkata, ”saya dirumah saja bersama
suami dan anak-anak. Biar Orang yang berdakwah,” karena dakwah adalah
kewajiban seluruh umat manusia, baik laki-laki maupun perempuan, dan
dengan sikap seperti itu, berarti dia telah mengabaikan kewajiban Agama.3
2 M. Munir, dkk, Metode Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 217
3 Ali Abdul Halim Mahmud, Jalan Dakwah Muslimah, ( Solo: Era Intermedia, 2007), Cet
ke-1, h. 64.
Seperti dalam firman Allah disebutkan pada surat Al-ahzab, ayat 35
bebunyi:
>?�- @A<�☺�2���☺=�
�B )☺�2���☺=��� @A<� ���#�☺=��� �B CD���#�☺=��� �;<�E� #-=��� �B �F� #-=��� �;<�$�G HI��� �B #$�G HI��� �;J�K�� HI��� �LM�K�� HI��� �;<�N�O )P=���
�B )N�O )P=��� �;<�$�QG�I�F�☺=��� �B #$�QG�I�F�☺=���
�;<�☺R8 HI��� �B )☺R8 HI��� @A<�S�T U�=V�� "L�W)7�0�NX �B #S�T )#=��� @AJY�Z[M\$���
\� K��]⌧_ �LM��Z[M\$��� %G�0�� `� Bb�c C���T=�>� ��7����
]☺e�S�0 �Y�f
Artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki
dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan
yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut
(nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan
dan pahala yang besar. (Al-Ahzab: 35).
Ayat yang mulia di atas sama sekali tidak membedakan antara laki-laki
dan perempuan dalam iman, taat, benar, sabar, khususyuk, bersedekah, puasa,
menjaga kehormatan, dan berdakwah serta zikir kepada Allah SWT.
Pandangan seorang daiyah terhadap diri dan negrinya selaku bagian
dari dunia Islam akan memberinya pandangan yang baik terhadap wilayah
tempat dia berdakwah; terhadap aktivitas yang harus ia lakukan; dan terhadap
program berjangka yang harus dia jadikan acuan aktivitasnya. Tanpa semua
ini, dia tidak akan dapat membimbing amal islami dan tidak akan mampu ikut
andil membangun kesatuan negeri-negeri Dunia Islam. 4
4 Ibid. h. 67
Dakwah ulama perempun merupakan pengembangkan agama Islam
kepada umat manusia yang banyak perubahan. Dalam perkembangan zaman
sekarang kaum perempuan juga merasa makin memiliki kemajuan intelektual.
Mempunyai kemampuan intelegensia yang melebihi atau paling tidak
menyamai kaum laki-laki. Dengan demikian, kaum perempuan merasa
memiliki hak untuk menurut agar tidak lagi direndahkan peranannya
dihadapan kaum laki-laki. Padahal sesungguhnya pokok pangkalnya bukan
soal saling rendah-merendahkan, tetapi kesanggupan diri masing-masing
menerima kodratnya sebagai laki-laki atau perempuan. Bukan mempersoalkan
enak atau tidak enak, jadi laki-laki atau perempuan.5 Dakwah merupakan
suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang beriman kepada Allah, baik
sekelompok orang maupun individu yang mengerti, memahami bahwa
mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Dengan istilah lain mereka yang benar-
benar profesional di bidang dakwah dan mengerti tata cara penyampaian
dakwah yang baik istilah ini lebih dikenal dengan dengan sebutan da’i atau
mubaligh.6
Dalam hal ini Allah SWT. Telah menjelaskan tentang kewajiban
berdakwah bagi sekelompok orang untuk menyerukan yang ma’ruf dan
mencegah yang mungkar dalam al-Qur’an, Allah berfirman:
gh�� i*+,�- f/e�j)k )l�+m�n �U)☺p��=V�m �U#S�0"�)☺=���
�U� ��U�=V q ��W=��G )7�� 5�r\��m sn�Q �������� i >?�-
)ltm�n ��NQ u�+2�0�� �)☺�m >/�v ��0 w���e�j)k q ��NQ�� u�+2�0��
�;J�G�E�W�☺=��m �vx�f
5 Muhammad Barokah, Perempuan Islam Dalam Perkembangan Zaman: Feminisme,
Tidak Harus Ditolak (Jakarta: Golden Terayaon Press, 1994) Cet Ke-1. h. 8 6 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 27
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al-Nahl:
125).
Kewajiban seorang ulama perempuan untuk ikut serta dalam aktivitas
dakwah dengan segala kemampuan dan semangat yang dia punyainya adalah
karena dalam aktivitas itu merupakan pekerjaan yang melengkapi bagi praktik
pelaksanaan dalam lapangan dakwah. Akan tetapi, seorang ulama perempuan
dalam aktivitas dakwahnya, terikat dengan norma, akhlak, dan nilai-nilai
islami.
Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah seorang ulama perempuan atau
ulama laki-laki memegang peranan penting dan menentukan suatu
keberhasilan da’iyah. Untuk itulah seorang da’iyah tidak hanya dituntut
memiliki kemampuan dan kepandaian dalam pengetahuan, tetapi dituntut
untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam peranan dakwah untuk
menyampaikan misi dakwahnya.
Oleh karena itu ulama perempuan secara langsung merupakan da’iyah
yang menyeru kepada Allah karena keberadaannya sebagai Muslimah yang
mengikuti jejak rasulullah SAW. Inilah yang kita tekankan lebih dari sekali
dan kita jadikan dasar menurut Syara’ di banyak kesempatan.
Peranan da’iyah atau da`i yaitu untuk menyampaikan dakwahnya
dan mengajak orang lain (mad’u) kepada jalan yang diridhai Allah SWT.
Sehingga pesan dakwahnya bisa di terima dengan baik dan dapat dipahami
oleh mad’u. Oleh karena itu, peranan atau aktivitas da’i atau da`iah sangat
dibutuhkan sekali oleh semua lapisan masyarakat.
Adapun kiprah bagi seorang ulama perempuan pada saat ini sangat di
perlukan oleh masyarakat untuk mencari ridha Allah. Dalam aktivitas
dakwahnya, para ulama perempuan atau ulama laki-laki mempunyai peranan
penting dan menentukan suatu keberhasilan seorang da’i untuk menyampaikan
kebenaran dalam agama Islam, dan harus memiliki kepandaian dan
kemampuan untuk menyampaikan pada mad’u dan diterima dengan baik.
Kegagalan pelaksanaan dakwah yang sering terjadi disebabkan
ketidakpahaman dan kurang telitinya seorang da’i dalam strategi berdakwah.
Melihat ulama perempuan pada kiprah dakwah Dra. Hj. Ibu Lutfiah
Sungkar yang seringkali melalui dakwahnya lewat mimbar masih tetap
bertahan sampai sekarang. Dakwah melalui mimbar bisa bertemu langsung
dengan para mad`unya. Selain melalui Masjid dan Mushalla, Dra. Hj. Lutfiah
Sungkar juga melakukan dakwahnya melalui media cetak maupun elektronik.
Menurut Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, umat Islam harus mengambil
bagian pada sektor kehidupannya, dan untuk umat Islam dituntut untuk selalu
aktif dalam pembangunan manusia seutuhnya dan selalu menjadi insan yang
selalu berada di jalan Allah.
Hj. Lutfiah Sungkar adalah salah seorang ulama perempuan yang
cukup dikenal masyarakat dan juga terbilang sukses dalam mencapai
dakwahnya. Beliaupun mampu menyampaikan pesan dakwah pada mad’unya.
Dalam sistem penyampain dakwahnya yang baik, beliau dapat
merekrut begitu banyak mad’u dari berbagai kalangan dan status sosial
masyarakat khususnya pada kalangan perempuan. Disinilah ketertarikan
penulis pada sosok Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang memiliki cita-cita luhur
untuk memajukan Islam dan usahanya untuk menggiring mad’unya agar
kembali kejalan Allah SWT.
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis tertarik untuk membahas
lebih mendalam tentang peranan dakwah atau aktivitasnya Dra. Hj. Lutfiah
Sungkar dalam menyampaikan dakwah Islam dalam sebuah sekripsi yang
penulis beri judul “Kiprah Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dan masalah skripsi ini lebih terarah, maka penulis
membatasi pada “Kiprah Dakwah Dra.Hj. Lutfiah Sungkar” yang masih eksis
pada dunia dakwah di kalangan perempuan pada masyarakat Jakarta dan pada
media cetak dan elektronik. Tetapi penulis lebih menfokuskan pada aktivitas
Dra. Hj. Lutfiah Sungkar.
Sedangkan pengertian kiprah dalam dakwah yaitu melakukan kegiatan
dakwah atau berpartisipasi dalam kegiatan dakwah dalam semangat tinggi.
Oleh karena itu, maka penulis berusaha memberikan batasan pada penelitian
ini, yaitu bagaimana kiprah dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar.
2. Perumusan Masalah
Untuk memperjelas perumusan yang akan dibahas dalam skripsi ini,
maka penulis merumuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana kiprah dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar ?
b. Apakah bentuk dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini yang hendak dicapai dalam penelitian adalah
untuk menemukan jawaban dari pertayaan diatas, kemudian berangkat dari
dasar pemikiran serta perumusan masalah diatas, penelitian ini diharapkan
memberi kontruksi kiprah dakwah Hj. Lutfiah Sungkar.
a. Untuk mengetahui kiprah dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar.
b. Untuk mengetahui bentuk dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Peneliti diharapkan menambah wawasan yang luas mengenai
tekhnik-tekhnik dakwah juga pemikiran dakwah Hj. Lutfiah Sungkar
khususnya dalam kiprah dakwah Hj. Lutfiah Sungkar, begitu juga
menambah wacana positif dalam rangkaian menerapkan suatu bentuk
pemikiran Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang disesuaikan dengan kemajuan
tekhnologi yang guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
b. Manfaat Praktis
Peneliti menambah wawasan sebagai pengetahuan terhadap aktivitas
dakwah dalam kiprah dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar dalam membawa
umat khususnya kaum muslimin dapat mengambil hikmah menurut ajaran
Islam.
D. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dalam
penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat
deskriptif analisis, yaitu metode prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
prilaku yang dapat diamati yang memiliki beberapa langkah penerapan.
Langkah pertama adalah mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi
bahasan utama. Gagasan primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam
dengan narasumber. Langkah selanjutnya adalah membahas gagasan primer
tersebut yang pada hakikatnya adalah memberikan penafsiran penulis
terhadap gagasan yang telah dideskripsikan.7
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah
deskriptif analitik. Deskriptif adalah gambaran tentang suatu masyarakat atau
suatu kelompok tertentu, atau gambaran tentang suatu gejela, hubungan antara
dua gejala atau lebih.8 Sedangkan analitik berarti uraian.
9 Hanyalah
7 Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000). H. 156 8 Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005).
Cet ke-5, h. 35 9 Lihat Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya:
Arloka,1994), h. 29
memaparkan situasi atau peristiwa.10
Dalam penyelesaian skripsi data
diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, telaah kepustakaan :
10
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung Remaja Rosdakarya 2002),
cet. Ke-1. h 24
a. Observasi
Yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang
diperlukan.11 Penulis mengamati dan mencatat dengan sistematika fenomena-
fenomena yang diselidiki. Dengan metode ini penulis mengadakan
pengamatan langsung kegiatan-kegiatan dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar.
b. Interview / Wawancara
Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara, yaitu proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab, dengan menggunakan
alat panduan wawancara.12
wawancara adalah teknik dalam upaya
menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses
pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data.13
Data yang diperoleh
dengan teknik ini adalah dengan cara wawancara dan tanya jawab dengan
bertatap muka langsung dengan Dra. Hj. Lutfiah Sungkar.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengambil data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen. Pengumpulan data ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang
berupa catatan formal, dan dengan mengumpulkan serta menelaah beberapa
literatur baik berupa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen yang
berhubungan dengan objek yang akan diteliti.
11 Winarno Surahmad Menyusun Rencana Penelitian, (Bandung: CV. Tarsita, 1989). H.
162 12
Muhammad Nazir, Metode penelitian, (Jakarta: Gaila Indonesia, 1988). Cet. Ke-3 h.
234. 13
Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos 1997), cet, ke-1,h.
72.
d. Telaah Kepustakaan
Dalam penelitian terhadap kiprah dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar
digunakan telaah pustaka (Library Research), penulis mencari dan membaca
sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas untuk di jadikan
landasan teoritis dalam penulisan skripsi ini.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis amati dan telusuri, baik di perpustakaan utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan ternyata tidak ada satu pun
skripsi yang membahas tentang Dra. Hj. Lutfiah Sungkar dengan judul dan
pembahasan yang sama atau hampir sama dengan yang penulis angkat.
Oleh karena itu, apa yang penulis lakukan ini pada dasarnya tidak
adanya tulisan yang penulis jadikan suatu perbandingan terhadap skripsi ini,
sehingga skripsi yang saya angkat benar-benar hasil karya penulis.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan penulis pada tulisan ini terdiri
dari lima bab yang tentunya disesuaikan dengan pokok masalah yang hendak
dibahas. Adapun sistematika penulisan secara lengkap adalah, sebagai berikut:
Bab Satu : Pendahuluan yang di dalamnya meliputi latar belakang
masalah yang akan diteliti, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika
Penulisan.
Bab Dua : Landasan Teoritis Tentang Dakwah yang didalamnya
meliputi, Pengertian Kiprah, Pengertian Dakwah, Unsur-Unsur Dakwah,
Landasan Hukum Dakwah.
Bab Tiga : Sekilas Tentang Biografi Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang
mencangkup, Riwayat Hidup Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Pendidikan dan
Karya-Karya Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Perjalanan Dakwah Dra. Hj. Lutfiah
Sungkar.
Bab Empat : Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang terdiri
dari, Bentuk-Bentuk Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Materi
Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Tujuan dan Sasaran Aktivitas Dakwah Dra.
Hj. Lutfiah Sungkar, Metode Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Tahapan-
Tahapan Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, Dakwah Dra. Hj.
Lutfiah Sungkar.
Bab Lima : Penutup yang di dalamnya meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS TENTANG DAKWAH
1. Pengertian Dakwah
Dakwah secara etimologi, kata “dakwah” berasal dari bahasa arab د��ة
yang berarti seruan, panggilan, ajakan, atau jamuan. Bentuk kata tersebut dalam
bahasa Arab disebut masdar, diambil dari kata kerja د��-���� yang berarti
menyeru, memanggil, mengajak atau menjamu.14
Dalam kamus kontemporer,
dakwah diambil dari kata د��ة-����-د�� yang berarti panggilan atau seruan.15
Pegertian dakwah banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an, salah satunya adalah:
`��� qy�00�G�z i*+,�- n)� �� +2��� {�G"|�G�� ��� }g��OC~
i*+,�- VuM�KZ� �r��-�F���� �x�f Artinya: Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki
orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)
(Q.S.Yunus: 25).
Dakwah hakikatnya adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan
dan ketertarikan, menyeru seseorang pada agama Islam maknanya adalah Anda
14
Abdur Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, ( Jakarta: Bulan
Bintang,1997 ), Cet ke-3, h. 7
15 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, kamus kontemporer Arab
Indonesia, ( Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1998 ), Cet, ke-3, h. 895
berupaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada apa yang
anda serukan, yakni Islam.16
Dalam hal ini juga, Mansyur Amin memberikan makna dakwah secara
bahasa sebagai berikut:17
a. Mengharap dan Berdoa kepada Allah
Maka ini sesuai dengan Al-Qur’an yaitu:
#��-�� )l#���)k {���j�0 5�7�0 *�C���#X 2zY�#$ q �2eZ7�� +C���0)� �h�� #��- f?�0)� q q�je���E����X2#X *, q�0 ���#0e=��� *�� "L�W82)N#� @���Gg\"��z �v�f Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku,
Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.(Q.S. Al-
Baqarah: 186 )
b. Memanggil dengan Suara Lantang
Makna ini sesuai dengan Al-Qur’an yaitu:
������ Tw���E �z�g ?�� ���S-# }g�)☺��� u�"nF��� w+Y�=����m i �LN� #��- "Lg_�0)� C���0)� :��'� ��"nF� �#��- ��F9�� �?�070�=z�� �x�f
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya
langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila dia
memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga)
kamu keluar (dari kubur).” ( Q.S. Ar-Rum: 25 )
16 Ahmad Mahmud, Dakwah Islam, Kajian Kritis Terhadap
MetodeDakwah Rasullah, ( Bogor : Pustaka Thariqul Izzah, 2000 ) Cet. Ke-i. h.
13
17 Mansyur Amin. Dakwah dan Pesan Moral, ( Yogyakarta: Al-Amin
Press, 1997 ), Cet ke-1, h. 8
c. Mendorong seseorang untuk memeluk sesuatu keyakinan tertentu.
Makna ini sesuai dengan Al-Qur’an yaitu:
..!�� q��#Zp # �B ⌧_�K���☺=� i5�r)� %����#0z i U��]��� �UCD���#�� K"�): ��'� lU⌧_�K���� "�#��� "Lgp�E�j)��0�� p .!�� q��#Zp N �;<�_�K���☺=� i5�r)� q�0 ���#0z i 5G"l)N#��� h����#�� K"�): ��'� l��K���� "�#��� "Lgp�j)��0�� p )lR8 #����� �?�00�G�z *+,�- n> � q `��� qy�00�G�z *+,�- �U>D)�=� C���T=�)☺=��� w���9=����m q �;�'<�l0z�� w���E �z�g >>D2�� "L�W82)N#� �?�0�\_⌧e�E�z �xxvf
Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin
lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.
dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan
wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun
dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah
mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada
manusia supaya mereka mengambil pelajaran. ( Q.S. Al-
Baqarah: 221 ).18
Jadi yang di maksud dengan ayat di atas berdakwah adalah
merupakan salah satu aspek penyampaian yang mempunyai tujuan
dakwah, untuk disampaikan kepada khalayak luas dengan cara yang
ditentukan oleh syar’i untuk mencapai yang lebih baik benar, sesuai
dengan apa yang di inginkan oleh seorang da’i dan Agama.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata dakwah memiliki dua
arti yaitu: “(1) penyiaran, propaganda: (2) penyiaran agama dan
pengembangan dikalangan masyarakat: seruan untuk memeluk,
18
Ibid
mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.”19
Dan Ensiklopedi Islam,
dakwah yang berarti setiap kegiatan yang menyeru, mengajak, dan
memanggil untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis
aqidah, syariat, dan akhlak Islami.20
Sedangkan dakwah secara terminologi (istilah) banyak diartikan
adalah suatu proses upaya mengubah sesuatu situasi kepada situasi lain
yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam, atau proses mengajak manusia
ke jalan Allah yaitu al-Islam. Proses tersebut terdiri dari unsur-unsur atau
komponen-komponen yang terdiri dari: subjek dakwah (da’i), materi
dakwah, metode dakwah, media dakwah, dan objek dakwah.21
Arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar ilmuan adalah
sebagai berikut:
a. H. Endang S. Anshari mengatakan sebagai berikut:
1) Arti dakwah dalam arti terbatas ialah: penyampaian Islam kepada
manusia secara lisan, maupun secara tulisan, ataupun secara
lukisan ( panggilan, ajakan, seruan, kepada manusia pada Islam)
2) Arti dakwah dalam arti luas: penjabaran, penterjemahan dan
pelaksanaan Islam dalam kehidupan dan penghidupan manusia
19
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia R.I..,
h. 232
20 Kafrawi Ridwa, dkk,. Ensiklopedi Islam, (Jakarta: P.T.Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1999), Cet. Ke-6, h, 181
21 DR. wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Komunikasi Dakwah,
(Jakarta: Logos, 1997), Cet. Ke-1, h.31
(termasuk didalamnya politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu
pengetahuan, kesenian, kekeluargaan dan sebagainya ).22
b. Prof. Toha Yahya Omar MA:
1) Definisi dakwah menurut Islam adalah: mengajak manusia dengan
jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat.
2) Definisi ilmu dakwah secara umum ialah: ilmu pengetahuan yang
berisi cara-cara atau tuntunan, bagaimana seharusnya menarik
perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan,
suatu ideologi pendapat pekerjaan tertentu.23
.
Menurut Quraish Shihab memberikan definisi “ dakwah adalah
seruan atau ajakan menuju pada keinsyafan atau usaha untuk mengubah
situasi yang lebih baik dan sempura, baik terhadap pribadi maupun
terhadap masyarakat.24
Dakwah keagamaan dalam perkembangannya telah mengalami
berbagai perubahan bentuk, cara, dan penekanan. Dahulu pemaparan
ajaran agama dititik beratkan pada usaha mengaitkan ajarannya dengan
alam metafisika. Sehingga surga, neraka, nilai pahala, dan beratnya
siksaan mewarnai hamper setiap ajakan keagamaan.
22
H.M.S.Hasanudin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, ( Jakarta:
Firama)
23 Ibid . , h. 28
24 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu
Dalam Kehidupan Masyarakat. ( Bandung : Mizan 1998) Cet Ke-17. h. 194
Dari pendapat di atas dapat disimbulkan bahwa dakwah merupakan
suatu aktivitas yang menuju kebenaran dan mengubah keadaan yang lebih
baik yang sesui dengan syar’i yang ditentukan oleh Allah SWT.
Bertitik tolak dari beberapa definisi dakwah yang telah
dikemukakan diatas, terlihat bahwa dakwah telah menjadi kewajiban
setiap mukmin di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Kewajiban
tersebut sesuai dengan kesanggupan dan proposinya. Hal ini diungkapkan
dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
�gp�F=��� "LgpD�'� U>��� �?�00�G�z *+,�- �K"�#z=V �?�0�0�X��z�� Z�0��NU9X��m �?"�)W� �z�� ���0 Y�#pD�☺=� i )lR8 #������� 0LNQ @���#�2=T�☺=� �v�f
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung.( Q.S. Al-imran: 104 ).
.
Dan hadits Rasullah saw
� ��ل و��� ���� ا��� ��� ا���ري ���� ا�� : ��� : ���ل و��� ���� ا��� ��� ا��� ل ر�� �
ا1�2 وذ�/ '����� �-,+ �� '�ن ن� '��-� �-,+ �� '�ن ه ب�� '��&�%$ م#"�را م#"� راى م
( م-�� روا$) ا�3��ن
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-khudri r.a. ia berkata: saya
pernah mendengar Rasullah saw bersabda. “siapa yang melihat
sebuah perbuatan munkar, haruslah mengubahnya dengan
tangannya (tindakan). Jika tidak sanggup, maka dengan
mulutnya (kata-kata). Jika tidak sanggup pula, maka dengan
hatinya (ketidak setujuannya) namun yang terakhir ini
merupakan manifestasi yang paling lemah.” (H.R. Muslim).25
25 Abu Zakariyya Yahya ibn Syaraf an-Nawawi, Riyad as-Solihin, (Bairut:
Dar al-fikr 1992), h. 67
Dakwah adalah sebuah proses berkesinambungan harus dibangun
oleh unsur kesadaran, keteraturan, peningkatan, dan fleksibilitas. Karena
itu aplikasi dakwah harus disesuaikan oleh kondisi dan situasi yang ada.
Allah telah memberikan rambu-rambu kebijaksanaan untuk orang-orang
beriman dalam melaksanakan dakwah seperti yang terdapat dalam Q.S.
Al-Nahl: 125.
Dalam ayat tersebut terkandung tiga prinsip bagi pelaksanaan
dakwah yaitu:
1. Hikmah, yaitu yang berlandaskan informasi tentang hakikat
kehidupan psikologi manusia suatu kebijaksanaan yang diambil
berdasarkan atas pertimbangan matang sebagai objek dakwah
informasi tersebut merupakan bahan pengetahuan yang secara
objektif menggambarkan tentang kehidupan manusia dalam segala
dimensi dan aspeknya menurut situasi dan kondisi yang melengkapinya.
2. mau’izah hasanah, yaitu prilaku yang dinyatakan dalam bentuk penasihatan atau ajakan serta keterangan-keterangan yang
disampaikan dengan metode yang cukup baik dilihat dari segi kedayagunaan psikologi manusia.
3. Sistem penyampaian secara tatap muka (face to face meeting) antar pribadi dan kelompok yang dilakukan secara tertib dan
berlangsung secara konsisten atas dasar pendekatan-pendekatan
psikologi.26
Dari uraian ayat di atas bahwa dakwah adalah merupakan suatu
kewajiban bagi setiap umat bukan da’i saja untuk menyampaikan
kebenaran Allah SWT. Oleh karena itu dakwah adalah sifatnya wajib
menurut ayat yang di atas tanpa adanya pengecualian.
2. Unsur-unsur Dakwah
26
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Penghantar Studi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2000), Cet, ke-5, h. 8
Yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah adalah komponen-
komponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah, unsur-unsur tersebut
adalah subyek dakwah (da’i), obyek dakwah (mad’u), materi dakwah, metode
dakwah, media dakwah serta tujuan dakwah.27
a. Subjek Dakwah (da’i)
Subjek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang
berusaha mengubah situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah
SWT, baik secara individu maupun kelompok (organisasi) sekaligus sebagai
pemberi informasi dan pembawa misi atau lebih jelas disebut dengan da’i.28
Hendaknya seseorang subjek dakwah harus mempunyai kemampuan-
kemampuan yang dapat mendukung keberhasilan dakwah adapun
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh subjek dakwah:
a. Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar
b. Memiliki pemahaman hakekat gerakan atau tujuan dakwah
c. Memiliki akhlak karimah
d. Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas
e. Mencintai audiens atau mad’u dengan tulus
f. Mengenal kondisi dengan baik.29
27
Moh. Ali Azis. M.Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet, ke-1. h. 61
28 M. Hapi Ashari,Pemahaman Dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Al-
Ikhlas, 1993) Cet ke-, h. 179
29 Abdul Munir Mulkham, Idiologi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta :
Sipress, 1996) Cet. Ke-1. h. 237-239
Di dalam buku yang lain juga ada kemampuan-kemampuan yang harus
di miliki seorang subjek dakwah adalah:
a. Kemampuan berkomunikasi
b. Kemampuan menguasai diri
c. Kemampuan berfsikologi
d. Kemampuan pengetahuan pendidikan
e. Kemampuan di bidang umum
f. Kemampuan di bidang umum Al-Qur’an
g. Kemampuan di bidang ilmu agama secara umum.30
Dalam Al-Qur’an dan sunnah, terdapat penjelasan tentang amar ma’ruf
nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa
bendera dakwah Islam. Merekalah yang mampu mengajarkan agama, baik
melalui tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individu dan
masyarakat dapat memahaminya.31 Ini menunjukan bahwa siapa saja yang
menyatakan pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi seorang da’i,
dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyata dan kokoh.
Seorang da’i harus tahu apa yang disampaikan dakwahnya untuk
memberikan solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia. Juga metode-
metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku
manusia tidak salah dan tidak melenceng. Berkaitan dengan hal-hal ilmu, dan
30 Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metode Dakwah, (Yogyakarta:
Sipress 1996) Cet. Ke-1
31 Mustofa ar-Rafi,I, Potret Juru Dakwah, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar
2002), h. 51
keterampilan khusus, memang kewajiban berdakwah terpikul orang-orang
tertentu. Seperti dalam surat An-Nahl ayat 43 yang berbunyi:
����� � X2)k"n�� ��� )l�2"j#$ �!�- !$)�n ;5����9 "L|"K#��- i qy�N2����#X ./�Q�� Y�=_��$� ?�- ��EDg_ .! �?��#��N# �Yf
Artinya: Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
(Q.S. An-Nahl: 43).
Menurut Siddiq Amin, da’i atau muballigh dan pengelola dakwah, seperti
ormas dakwah. Untuk melakukan aktivitas-aktivitas sebagai da’i, agar
mempunyai kredibilitas dalam berdakwah dan ilmu pengetahuan. Maka bagi
seorang da’i harus memperhatikan syarat-syarat tertentu:
a. Syarat yang bersifat akidah. Para da’i harus yakin bahwa agama Islam
dengan segenap ajaran-ajarannya itu benar. Mereka harus beriman
terlebih dahulu dengan iman yang mantap sebelum mereka mengajak
orang lain untuk ikut beriman. Dalam surat Al-Baqarah ayat 285:
:����g 04��k��� �)☺�m �4Y{9�� ��=e#��- ��� w���+m�n �?�0 ���#�☺=��� i ,/g_ :����g ���m w���F#pR8 +2���� w���lFg_�� w����k}n�� .! g�Y��⌧T9 @A�<�m lG)��� ��'� w����k�n i q�g�#$�� � �N�☺)k CD�N#���� q )l�9��=Tg� CDtm�n @¡=e#��-�� K�ZI)☺=� �x�f
Artinya: Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-
bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-
Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat."
(mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah: 285).
.
b. Syarat yang bersifat ibadah. Komunikasi terus menerus dngan Allah
SWT bagi seorang da’i merupakan suatu kewajiban yang harus
dilakukan terus menerus. Tidak hanya komunikasi yang berbentuk
ibadah-ibadah fardlu belaka, tetapi juga ibadah-ibadah sunnah
lainnya terutama shalat tahajjud.
c. Syarat yang bersifat akhlakul karimah. Para da’i dituntut untuk
membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran yang bersifat amoral,
seperti hasud, takabbur dan sebagainya. Serta harus mengisi hatinya
dengan sifat-sifat sabar, syukur dan lain-lain.
d. Sayarat yang bersifat ilmiah. Para da’i harus mempunyai kemampuan
ilmiah yang luas lagi mendalam, terutama yang menyangkut materi
dakwah yang hendak disampaikan kepada khalayak.
e. Syarat yang bersifat jasmani. Selayaknyalah para da’i itu mempunyai
kondisi fisiknya baik dan sehat.
f. Syarat yang bersifat kelancaran bicara. Sebai da’i yang layak
mempergunakan bahasa kata-kata untuk menyampaikan pesannya
tentang kebenaran Islam dan ajaran-ajarannya, selayaknyalah apabila
para da’i itu mempunyai kemampuan berbicara yang lancar lagi fasih
seirama dengan aturan-aturan logika yang cepat diterima akal dan
mampu menembus dan menyentuh perasaan para pendengarnya.
g. Syarat yang bersifat mujahadah. Artinya para da’i hendaknya
mempunyai semangat berdedikasi kepada masyarakatnya di jalan
Allah SWT dan semangat berjuang untuk menegakkan kebenaran,
yaitu, kalimatullahhi hiyul ulya. Dalam hal ini para da’i diharapkan
menjadi contoh sebagai seorang da’i diharapkan menjadi contoh
sebagai seorang mujahid yang baik, melalui perjuangan dan
pengorbanannya sebagai bakti dan ujian atas kadar keimanannya.32
Da’i adalah pembawa agama Allah untuk meluruskan kejalan yang
benar, tetapi da’i juga harus mempunyai kriteria yang bijaksana untuk
menjalankan misi dakwahnya dengan mengikuti syarat-syarat yang ada,
seperti yang diungkapkan oleh seorang da’i (Siddiq Amin).
b. Objek dakwah (mad’u)
Objek dakwah ini disebut juga mad’u atau sasaran dakwah, yaitu orang-
orang yang diseru, dipanggil, atau diundang maksudnya ialah orang yang
diajak kedalam Islam sebai penerima dakwah.33
Sudah jelas bahwa objek
dakwah adalah manusia mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan,
massa dan umat seluruhnya.
Masyarakat yang beraneka ragam latar belakangnya merupakan sasaran
(objek) dakwah. Selain itu juga sasaran dakwah harus mampu mencangkup
segala aspek kehidupan secara utuh, baik sebagai makhluk pribadi dan
makhluk sosial. Sasran dakwah dari diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa,
bahkan dunia.
Sasaran dakwah secara sistematis dibagi menjadi beberapa bagian:
32
M. Masyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-
Amin Press, 1997), cet. Ke-1, h. 70-71
33 A. H. Hasanuddin, Rhetorika Dakwah dan Publisistik dalam
Kepemimpinan (Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982) h. 34.
1. individu, sasaran dakwah terhadap diri sendiri (individu)
merupakan suatu yang esensial sekali. Sebab, jika seorang da’i
menanamkan kebaikan dalam dirinya maka akan mempengaruhi
segala tingkahlakunya. Dengan begitu, untuk dapat diterima oleh
sasaran dakwah atas apa yang disampaikan da’i dan untuk
mengharapkan respon sasaran dakwah mengikuti ajarannya, maka
da’i harus memberikan teladan yang baik.
2. Keluarga, didalam keluarga , orang tua merupakan oarang yang
pertama kali memperkenalkan ajaran agama kepada anak-anaknya
dan orang tualah yang dapat memberikan pengaruh kedalam diri
anak dalam pergaulan sehari-hari.
3. Masyarakat, masyarakat (umat) manusia sebagai sasaran dakwah
merupakan kumpulan individu yang beraneka ragam. Oleh karena
itu, hendaknya seorang da’i mengadakan penelitian untuk
memperoleh gambaran mengenai sasaran dakwah.34
M. Nasir dalam bukunya Fiqhud dakwah mengatakan bahwa
sasaran dakwah yaitu:
1. Ada golongan cendik-cendikiawan yang cinta kebenaran berfikir
kritis dan cepat tanggap. Mereka itu harus dihadapi dengan hikmah,
yakni dengan alasan-alasan, dalil dan hujjah yang dapat diterima
oleh kekuatan akal mereka.
34 M. Nasir, Fiqhud Dakwah, (Solo: Ramadhani, 1987), h. 7
2. Ada golongan awam, orang yang belum dapat berfikir kritis dan
mendalam. Belum dapat menangkap pengertian tinggi-tinggi.
Mereka ini panggil dengan sebutan mau’idzotul hasanah, dengan
ajaran dan didikan yang baik-baik. Dengan ajaran-ajaran yang
mudah dipahami.
3. Ada golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan
tersebut. Mereka ini yang dipanggil dengan mujadalah billati hiya
ahsan,yakni dengan bertukar pikiran, guna mendorong agar pikiran
secara sehat.35
Mad’u dalam Islam ma’ul dan do’a, berarti orang yang diajak, atau
di karenakan perbuatan dakwah, Mad’u adalah objek sekaligus subjek
dalam dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali, siapapun mereka,
laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi baru lahir
ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah
Islam.36
Kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh sasaran dakwah, karena
tanpa adanya sasaran dakwah maka dapat dikatakan dakwah itu pada
hakikatnya tidak ada. Dengan demikian, masyarakat sebagai sasaran
dakwah mencakup sebagai aspek kehidupan yang memiliki strata sosial
yang berbeda-beda, yang semunya harus dihadapi secara proporsional dari
para da’i.
35
Ibid
36 Cahyadi Takariawan “ Prinsip-Prinsip Dakwah, Yang Tegar di Jalan
Allah ( Yogyakarta Izzan Pustaka, 2005 ) Cet, Ke-4. h. 25
Sasaran dakwah adalah manusia, baik individu maupun kelompok
(masyarakat). Dalam hal ini Amarullah Ahmad mengkalsifikasikan
sasaran dakwah menjadi tujuh kelompok, yaitu:
a. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan tempat tinggal yaitu
penduduk desa dan kota b. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan struktur
kemasyarakatan, yaitu masyarakat agraris dan industri.
c. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan tingkat pendidikan.
d. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan peranan dan struktur
kekuasaan, yaitu pemimpin dan rakyat.
e. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan agama, yaitu Islam
dan non Islam.
f. Kelompok sasran dakwah berdasrkan siakp terhadap dakwah
yaitu orang yang cinta terhadap Isalm atau sebaliknya.
g. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan usia, misalnya anak
(6-13 th), remaja(14-16 th), dewasa(18-35 th), orang tua(35-
55 th), dan lanjut usia(55-keatas).37
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Prof.H.M. Arifin, M.Ed. dalam
bukunya psikologi dakwah. Ia mengklasifikasikan sasaran dakwah
menjadi delapan kelompok, kelompok masyarakat dilihat dari segi:
a. Sosiologis: yaitu masyrakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar.
b. Struktur kelembagaan: yaitu masyrakat, pemerintah, dan
keluarga.
c. Sosio-kultural: yaitu golongan priyayi, abangan, dan santri,
klasifikasi ini terdapat dalam masyrakat jawa.
d. Tingkat usia: yaitu golongan anak-anak, remaja, dan orang
tua.
e. Okupasional (propesi atau pekerjaan) yaitu petani, pedagang,
seniman, buruh, pegawai negri, dan sebagainya.
f. Tingkat sosio-ekonomi: yaitu orng kaya, menengah, dan
miskin.
g. Jenis kelamin: yaitu wanita, pria, dan sebagainya.
37
Amarullah Ahmad,(ed), Dakwah Islam dan Perbuatan Sosial,
(Yogyakarta: PLP2M, 1985). Cet, ke-2. h. 300
h. Masyarakat khusus: yaitu tuna susial, tuna wisma, tuna karya,
narapidana, dan sebagainya.38
Masing-masing kelompok masyarakat tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda. Hal ini menurut adanya sistem dan metode
dakwah yang berbeda pula. Dengan demikian, kegiatan dakwah akan lebih
efektif dan efesien jika penggunaan sistem dan metodenya sesuai dengan
kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.
c. Materi Dakwah
Pada dasarnaya materi dakwah, tidak lain adalah Al-Qur’an dan Al-
Hadits sebagai sumber utama yang meliputi: aqiadah, syariah, dan akhlak
dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.39
Materi dakwah tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai,
namun secara umum bahwa materi dakwah adalah mencangkup ajaran
Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran
Islam. Karena sangat luasnya ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an
dan Hadits, maka da’i harus cermat dan mamapu dalam memilih materi
yang akan disampaikan kepada mad’u dengan mempertimbangkan situasi
dan kondisi masyarakat.
Barmawi Umay lebih spesifik menjelaskan bahwa materi dakwah
yaitu:
38
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Penghantar Studi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2000), Cet, ke-5, h. 3-4
39 Ibid, h. 7
a. Akidah, menyebarkan dan menanamkan pengertian akidah
Islamiyah yang berpangkal dari rukun Iman yang prinsipil dan segala perincianya.
b. Akhlak,yaitu menerangkan akhlakul karimah (akhlak yang mulia) dan akhlak madzmumah (akhlak yang tercela) dengan segala dasar,
hasil dan akibatnya kemudian diikuti dengan contoh-contoh yang telah berlaku dalam sejarah.
c. Ukhuwah, yaitu menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki Islam antar penganutnya sendiri serta sikap pemeluk Islam terhadap
golongan lain (non Islam).
d. Ahkam, yaitu menjelaskan aneka ragam hukum yang meliputi soal-
soal ibadah, muamalah, awal al-sahsiyah yang wajib diamalkan
oleh muslim dan masalah lainnya.
e. Pendidikan, yaitu melukiskan sistem pendidikan Islam yang telah
dipraktikan oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam dimasa sekarang
dan masa yang akan datang.
f. Sosial, yaitu mengemukakan bagaimana solidaritas menurut hukum
agama, tolong menolong, kerukunan hidup sesuai dengan ajaran
Islam dan hadits-hadits Nabi.
g. Kebudayaan, yaitu memupuk bentuk-bentuk kebudayaan yang tidak
bertentangan dengan norma-norma agama, mengingat pertumbuhan
kebudayaan dengan sifat asimilasi dan aktualisasi sesuai ruang dan waktu.
h. Kemasyarakatan, yaitu mengurangi kontruksi masyarakat yang penuh berisi ajaran Islam dengan tujuan keadilan dan kemakmuran
bersama. i. Amar ma’ruf, yaitu mengajak manusia untuk berbuat baik agar
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. j. Nahi munkar, yaitu melarang manusia dari berbuat jahat agar
terhindar dari malapetaka yang akan datang.40
Da’i atau da’iah dalam menyampaikan dakwahnya baik melalui lisan
maupun tulisan harus sesuai degan materi yang akan disamapaikannya pada
mad’u, untuk menjalankan perintah Allah SWT.
d. Tujuan Dakwah
40 Amarullah Ahmad, ed, Dakwah Islam dan Perbuatan Sosial,
(Yogyakarta: PLP2M 1985), Cet, ke-1, h. 300
Tujuan dakwah adalah merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dengan tujuan itulah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dalam
pelaksanaan dakwah.41
Sedangkan tujuan dari kegiatan dakwah adalah untuk memanggil kepada
syariat dan memecahkan persoalan hidup perseorangan atau persoalan berumah
tangga, berjamaah, bermasyarakat, berbangsa, bersuku bangsa, bernegara, dan
berantara negara. Dakwah juga bertujuan memanggil, kepada fungsi hidup,
sebagai hamba Allah, diatas dunia terbentang luas ini yang berisikan manusia
sebagai jenis dan bermacam kepercayaannya, yakni fungsi sebagai syuhada
‘ala an-nas,menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia. Dakwah juga
dapat memanggil kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah.42
Syekh Ali Mmahfudz merumuskan, bahwa tujuan dakwah ada lima
perkara yaitu:
1. menyiarkan tuntunan Isalm, membetulkan aqidah dan meluruskan amal
perbuatan manusia, terutama budi pekertinya. 2. memindahkan hati dari kesadaran jelek kepada kesadaran yang naik.
3. membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan diantara kaum
muslimin.
4. menolak faham ateisme, dengan mengimbangi dengan cara-cara mereka
bekerja.
5. menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khutafat atau kepercayaan yang
tidak bersumber dari agama dengan mendalami ilmu usulluddin.43
41
H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di
Indonesia) ( Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 33
42 M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Gema Insani press, 1999), Cet.
Ke-1, h. 70
43 H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di
Indonesia) ( Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 34
Selain itu dakwah juga bertujuan untuk menumbuhkan pengertian,
kesadaran, penghayatan, dan pengamalan, ajaran agama yang dibawakan oleh
aparat dakwah atau penerangan agama.44
Menurut M. Bahri Ghazali dalam bukunya Dakwah Komunikatif, tujuan
dari kegiatan dakwah terbagi dari dua tujuan, yakni tujuan jangka pendek dan
tujuan jangka panjang.
1. Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek dari kegiatan dakwah adalah untuk memberikan
pemahaman tentang Islam kepada masyarakat sasaran dakwah itu. Dengan
adanya pemahaman masyarakat tentang Islam, maka masyarakat akan
terhindar dari sikap dan perbuatan yang munkar dan jahat.45
2. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan panjang dari kegiatan dakwah ialah: untuk mengadakan
perubahan sikap masyarakat, sikap yang dimaksud adalah prilaku-prilaku yang
tidak terpuji bagi masyarakat yang tergolong kepada kemaksiatan yang
tentunya membawa kepada kemudharatan dan mengganggu ketentraman
masyarakat lingkungannya.46
Tujuan dakwah menjadi tujuan utama (jangka panjang) dan tujuan
perantara (jangka pendek). Yang dimaksud tujuan utama (jangka panjang)
yaitu terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
Sedangkan perantara (jangka pendek) yaitu nilai-nilai yang dapat
44
Arifin,M, Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2000), Cet. Ke-5, h. 34.
45 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1997), Cet, ke-1, h. 5 46
Ibid., h.7.
mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai Allah masing-
masing sesuai dengan segi atau bidangnya
Dari uraian-uraian tujuan dakwah diatas, maka penulis menyimpulkan
bahwa tujuan yang ideal yang ingin dicapai oleh dakwah Islam adalah
menuntun manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup, kesejahteraan baik di
dunia maupun diakhirat dan terhindar dari kesulitan-kesulitan baik ketika
hidup maupun mati. Untuk memperoleh semua ini, manusia membutuhkan
pedoman yang akan menuntun kehidupan mereka.
e. Metode Dakwah
Dari segi bahasa “metode” berasal dari kata yaitu”meta” (melalui)
dan”hodos”(jalan,cara).47 Dengan demikian dapat kita artikan bahwa metode
adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman
methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa yunani, metode
berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa arab disebut
Thariq.48
Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i
untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan
47
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet.
Ke-1. h.61
48 H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di
Indonesia) ( Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35
untuk mencapai tujuan tertentu.49
Apabila kita artikan secara bebas metode
adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran yang untuk
mencapai suatu maksud.
Bentuk-bentuk metode dakwah, seperti dikutip dalam Al-Qur’an surat
An- Nahl ayat: 125:
gh�� i*+,�- f/e�j)k )l�+m�n �U)☺p��=V�m �U#S�0"�)☺=���
�U� ��U�=V q ��W=��G )7�� 5�r\��m sn�Q �������� i >?�-
)ltm�n ��NQ u�+2�0�� �)☺�m >/�v ��0 w���e�j)k q ��NQ�� u�+2�0��
�;J�G�E�W�☺=��m �vx�f Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.(Q.S. An-Nahl: 125).
Pada ayat tersebut terdapat tiga metode yang dapat digunakan dalam
berdakwah yaitu:
1. Metode Al-Hikmah “Kebijaksanaan atau Adil”Yaitu suara cara atau
pendekatan yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’unya
dengan kebijaksanaan, sikap kasih sayang dan proporsinya.
2. Metode Mau’idzhatil Hasanah “Nasihat yang Baik”
Yaitu suatu cara penyampaian pesan oleh seorang da’i kepada
mad’unya dengan memberikan nasehat-nasehat yang baik atau
memberikan peringatan, kata-kata ucapan atau teguran yang baik dan
tidak menyinggung perasaan mad’u sehingga mad’u tidak merasa
dipaksa dalam menerima pesan-pesan dakwah.
49 Wardi bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. Logos
Wacana Ilmu, 1997) h. 34
3. Metode Al-Mujadalah Billati hiya ahsan “Berdebat, berdiskusi”
Yaitu penyampaian dakwah yang dilakukan dengan cara berdebat atau
bertukar pikiran secara baik, bertukar pikiran disini dapat dilakukan
berbagai bentuk dialog, diskusi, seminar dan lain-lain. Dengan tujuan
satu sama lain mengerti serta mempelajari ajaran-ajaran yang satu
dengan yang lainnya secara luas untuk menghapus sifat sombong
kepada ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.50
Dari ketiga metode di atas dapat disesuaikan dengan kondisi dan
tingkat pemahaman masing-masing jamaahnya, dan bahkan implikasinya
yang lebih parah akan semakin menjauhkan mereka dari ajaran agama.
Metode dakwah juga bukanlah satu-satunya kunci kesuksesan akan tetapi
keberhasialn dakwah ditunjang dari seperangkat syarat baik dari pribadi da’i
subyek dakwah ataupun lainnya.
Selain metode-metode di atas ada juga metode-metode lain yang dapat
dipadukan dengan metode-metode yang telah digariskan dalam surat An-
Nahl tadi, yaitu seperti:
1. Metode Ceramah ( Retorika Dakwah )
Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak
diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu aktivitas
dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampaye, berpidato
(retorika), khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya.51
50 Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiiyah, (Malaysia:
Nur Niaga SDN BHD, 1999), Cet ke-1, h.28-30
51 Asmuni, Syukur, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-
Ikhlas, 1983), h. 104
Metode ceramah sebagai salah satu metode atau teknik berdakwah
tidak jarang digunakan da’i-da’i ataupun para utusan Allah dalam usaha
menyampaikan risalahnya dan terbilang usaha tersebut akan efektif dan tepat
bilamana:
a. Objek atau sasaran dakwah berjumlah banyak.
b. Penceramah (da’i) orang yang ahli berceramah dan
berwibawa.
c. Sebagai syarat dan rukun suatu ibadah, seperti khutbah jum’at,
hari raya.
d. tidak ada metode lain yang dianggap paling sesuai
dipergunakan.52
Metode ceramah dapat disebut sebagai metode dakwah tradisional
dimana seorang da’i mendominasi situasi, jadi semua kendali dipegang oleh
da’i dan audiens hanya menjadi pendengar saja tanpa ada kesempatan untuk
berkomentar. Jadi materi yang diberikan oleh seorang da’i tidak ada timbal
balik dari mad’unya. Metode ini sangat tepat apabila jamaah yang dihadapi
merupakan kelompok yang berjumlah besar. Kelebihan metode ini antara lain
adalah dalam waktu singkat dapat dicapai materi sebanyak-banyaknya,
sedangkan kekurangannya adalah jika penceramah tidak memperhatikan lagi
psikologis jamaahnya, maka ceramah dapat bersifat membosankan.
2 Metode Tanya-Jawab
52
Ibid. 106
Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara
mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menyatakan suatu masalah
yang dirasa belum dimengerti dan da’inya penjawabnya. 53
Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai dengan
kebutuhannya. Sebab dengan bertanya berarti orang ingin mengerti dan dapat
mengamalkannya. Oleh karena itu jawaban pertanyaan sangat diperlukan
kejelasan dan pembahasan sedalam-dalamnya metode ini sering juga
dilakukan disaat Rasullah SAW.
Berdasarkan bentuk-bentuknya penyampain metode dakwah dapat
dikelompokan dalam tiga katagori, yakni:
a. Bi al-Lisan
Dakwah bi al-lisan adalah suatu bentuk dakwah yang dilaksanakan
melalui lisannya, metode ini sangat umum digunakan oleh para da’i di
dalam ceramah, pidato, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-lain.
b. Bi al-Hal
Dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan
nyata yang meliputi keteladanan. Metode dakwah ini dapat dilakukan
oleh setiap individu tanpa harus memiliki keahlian khusus dalam
bidang dakwah. Dakwah bi al-hal dapat dilakukan misalnya dengan
tindakan nyata yang dari karya nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan
secara konkret oleh masyarakat, seperti pembangunan Rumah Sakit
atau fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk kemaslahatan umat.
c. Bi al-Qalam
53
Ibid. h. 124
Dakwah bi al-Qalam adalah dakwah yang dilakukan melalui
tulisan, dakwah ini memerlukan keahlian khusus dalam hal menulis dan
merangkai kata-kata sehingga penerimaan dakwah tersebut akan
tertarik untuk membacanya tanpa mengurangi maksud yang
terkandungnya di dalamnya, dakwah tersebut dapat dilakukan melalui
media massa seperti surat kabar, majalah, buku, buletin maupun lewat
internet.54
Menurut Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah dapat dilihat dari
segi cara, jumlah audien dan cara penyampaian.
Metode dakwah dari segi cara, ada dua macam:
a. Cara tradisional, termasuk didalamnya adalah sistem ceramah
umum. Dalam cara ini da’i aktif berbicara, sedangkan komunikan
pasif. Komunikasi hanya berlangsung satu arah (one way
communication).
b. Cara modern, termasuk di dalamnya adalah diskusi, seminar dan
sejenisnya dimana terjadi komunikasi dua arah (two way
communucation).
Metode dakwah dari segi jumlah audien, ada dua macam:
a. Dakwah perorangan, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap
orang secara langsung.
54 H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di
Indonesia) ( Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 39
b. Dakwah kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap
kelompok tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya.55
f. Media Dakwah
Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa Latin yaitu
median yang berarti alat atau perantara, sedangkan menurut istilah, media
adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. 56
Dalam kamus istilah komunikasi, “media” berarti sarana yang
digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan pesan
kepada komunikan, apabila komunikasi jauh tempatnya, banyak jumlahnya,
atau keduanya. Jadi segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu
dalam berkomunikasi disebut media komunikasi. Adapun bentuk dan
jenisnya beraneka ragam.57
Education Association mendefinisikan media sebagai benda yang
dapat dimanipulasikan, didengar, dilihat, dibaca, atau dibicarakan beserta
instrumen yang dipergunakan dengan baik.58
Antonio Gramsci melihat media sebagai ruang dimana berbagai
ideologi direpresentasikan. Ini berarti, disatu sisi media bisa menjadi sarana
55
Ibid h. 40
56
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), h. 163
57 Ghazali BC. TT., Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung: Djambatan,
1992), h. 227
58 Asmawi, M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), h. 11
penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana
publik. Namun disisi lain, media juga bisa menjadi alat resistensi terhadap
kekuasaan.59
Berdasarkan pengertian di atas, maka media dakwah segala sesuatu
yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang
telah ditentukan. Media dakwah yang dimaksud dapat berupa barang
(material), orang,tempat kondisi tertentu dan sebagainya.60
Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi-materi dakwah, pada zaman modern umpamanya:
Televisi, Radio, kaset rekaman, majalah, surat kabar, dan yang seperti disebut
di atas, termasuk melalui berbagai macam upaya mencari nafkah dalam
berbagai sektor kehidupan.
Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-dasar Strategi Dakwah
Islam, ada beberapa media yang dapat dijadikan sebagai media dakwah
diantaranya:
a. Lembaga- lembaga pendidikan formal
b. Lingkungan keluarga
c. Organisasi-organisasi Islam
d. Hari-hari besar Islam
e. Media massa (radio, televisi, film, buku, surat kabar, majalah,
internet, dan lain-lain).
59
Alex Sobur, analisis Teks Media, (Bandung: PT. Remaja Rosdakrya,
2001), h. 30.
60 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al-ikhlas,
1983), h. 176
f. Seni budaya (musik, drama sastra, wayang kulit, dan lain-lain).61
Menurut Hamzah Ya’qub media dakwah diklasifikasikan menjadi
lima jenis yaitu:
a. Lisan, merupakan media yang paling mudah mempergunakannya
lidah dan suara.
b. Tulisan, media ini berfungsi untuk menggantikan keberadaan da’i
dalam proses dakwah, tulisan dapat menjadi alat komunikasi da’i
dan mad’u.
c. Lukisan, gambar atau ilustrasi, media ini berfungsi sebagai penarik.
d. Audio Visual, media ini dapat merangsang indera penglihatan dan
pendengaran mad’u.
e. Akhlak, yaitu langsung dimanifestasikan dalam tingkah laku da’i.62
Peranaan atau kedudukan media dakwah sangat penting dalam
menunjang tercapainya tujuan dakwah. Hal ini dikarenakan media dakwah
merupakan suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam
totalitas dakwah. Artinya proses dakwah tanpa adanya media sangat sulit
mencapai hasil yang maksimal.63
Pengertian yang di atas menunjukan bahwa materi dakwah adalah
suatu yang penting dalam penyampai dakwah yang akan di sampaikan
61
Ibid, h. 179
62 Hamzah Yakub, Publisistik Islam : Teknik Dakwah dan Ledership
(Bandung: CV Diponogoro, 1982), h. 13
63 Ibid,. h. 14
oleh seorang da’i kepada sasaran dakwahnya, yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan Islam atau Agama dalam mensiarkan ajaran Allah
menuju jalan yang lurus.
3. Landasan Hukum Dakwah
1. Hukum Dakwah
Hukum yang selalu menjadi pegangan dan elaksanaan pada
masyarakat, oleh karena itu masyarakat sadar atau tidak sadar hukum
adalah suatu yang tidak bisa dihindari, hukum apapun hukum apapun
konsekuensinya apabila melaksanakan ataupun melanggarnya hukum
tersebut. begitu jugaa hukum dakwah yang berpedoman pada Al-Qur’an
dan hadits.
Pada dasarnya para ulama sepakat bahwa dakwah Islam itu wajib
hukumnya, ada yang berpendapat wajib “a’in” artinya seluruh umat Islam
dalam kedudukan apapun tanpa kecuali wajib melaksanakannya dakwah,
dan ada pula yang berpendapat wajib “kifayah” artinya dakwah itu hanya
diwajibkan atas sebagian umat Islam yang mengerti saja seluk beluk
agama Islam.64
Tentang kewajiban dakwah ini, Syekh Muhammad Abduh,
cenderung kepada pendapat dakwah itu wajib “a’in” hukumnya dengan
alasan bahwa huruf “lam” yang terdapat pada kalimat
“waltakim”mengandung makna perintah yang sifatnya mutlak tanpa
64 Syamsuri Siddik, Dakwah dan Teknik Berkhutbah , (Bandung: PT. Al-
Ma’arif ,1981) h. 12
syarat, sedangkan huruf “min” yang terletak pada kalimat “minkum”
mengandung makna “lilbayan” yang bersifat penjelas, menurut beliau
seluruh umat Islam dengan ilmu yang dimilikinya betapapun minimnya,
wajib mendakwahkan kepada orang lain, sesuai dengan ilmu dan
kemampuan yang ada padanya.65
Selanjutnya Fand Makruf Noor, menyatakan alasan lain yang
menetapkan hukunm dakwah fardu “a’in” memberikan penjelasan kata
“minkum” itu sebagai “baynah” (penjelas) dan”taukid” (menguatkan)
terdapat kata “waltakun”.66
Seperti dalam Firman Allah tentang hukum dakwah dalam surat
At-Taubah ayat 122
. Peryataan yang mengatakan dasar hukum berdakwah adalah
memang tidak diragukan lagi, yang menjadi persoalannya ketentuan wajib
itu. Ada sebagian ulama mengatakan waji “a’in” dan ada juga yang
mengatakan “fardhu kipayah”. perbedaan ini berkisar pada penafsiran
“min” pada ayat “minkum” yang terdapat pada surat Al-Imran ayat 104.
Dengan kedua pendapat tersebut . Hafi Ansori dalam risalahnya
mengemukakan bahwa kedudukan hukum berdakwah dapat digolongkan
kedalam 2 ( dua ) pandangan:
1. Fardhu kipayah, maksudnya kewajiban dakwah dapat dilakukan oleh
sebagian orang saja, atau apabila sekelompok orang telah melakukan,
maka sudah mewakili yang lainnya.
65
Ibid, h. 13
66 Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah,(Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1981) Cet. Ke-1, h. 7
2. Fardhu ‘ain, maksudnya bahwa aktivitas dakwah menjadi kewajiban
setiap individu dari umat Islam dan kewajiban tersebut disesuaikan dengan
kemampuan dan posisi masing-masing.67
Dari penjelasan di atas maka hukum dakwah ada yang mengatakan wajib
setiap muslim tanpa di batasi ilmunya ada juga kewajiban individu muslim
dengan alasan kewajiban umat Islam yang memiliki keilmuan dan ada juga
kewajiban fardu ‘ain dan kifayah dan apabila tidak melakukannya berdosa.
67 Hafi Anshori, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Al-
Ikhlas, 1993) Cet. Ke-1, h. 66-68
BAB III
SEKILAS TENTANG BIOGRAFI DRA. HJ. LUTFIAH SUNGKAR
A. Riwayat Hidup Dra. HJ. Lutfiah Sungkar
Dra. Hj. Lutfiah Sungkar adalah seorang da’iyah yang berkebangsaan
Indonesia dari keturunan bangsa Arab. Beliau adalah putri ke lima dari
delapan bersaudara yaitu Zaenab, Samahah, Mark Sungkar, Rasyid Sungkar,
Nadjib Sungkar. Sedangkan kedua orang beliau yaitu, Fatimah dan Ali
Sungkar (almarhum). Beliau dilahirkan di Solo Jawa Tengah, tanggal 12 Juni
1947. Pada saat ini beliau tinggal di Komplek Larangan Indah, Jl. Mawar
Raya, Blok III 1 A Ciledug, Tangerang.
Beliau berumah tangga dengan H. Hasan Ali, dikaruniai Lima buah
hati tercinta yaitu, Riza, Shelly, Helmi, Faizah Deana, Noufel. Dan diberkati
Lima Belas cucu diantaranya; Fania Reza, Faris Munir, Nabil Munir, Farhan
Helmy, Syukriah Helmy, Sarah Munir, Khadijah Munir (Almarhumah),
Rahilla Munir (Almarhumah), Chalid Ali, Yusuf Nofel, Kamila Munir,
Fauzan Riza, Alisha Munir, Yasmin Nofel, Nabila Riza, Hamzah Riza, Syafik
Helmy.68
Pada masa usia kecilnya, Ibu Hj. Lutfiah Sungkar tidak jauh berbeda
dengan kebanyakan anak-anak pada umumnya. Seperti, bermain tebak-
68
Hasil Wawancara Hj. Lutfiah Sungkar, pada tanggal 17 Mei 2008,
tempat komplek Larangan Indah jalan Mawar Raya , blok tiga 1 A Ciledug.
tebakan, hitung-hitungan, dan lain sebagainya. Namun Hj. Lutfiah Sungkar
mempunyai kelebihan yang sedikit dimiliki kebanyakan teman-temannya yang
lain seperti: hobbi membaca Al-Qur`an, Hadits, dan buku-buku Islami.
Kegemaran beliau dalam membaca dan menulis masih eksis sampai beliau
menjadi seorang da`iyah seperti sekarang ini.
Ibu Hj. Lutfiah Sungkar biasa dipanggil Fifi oleh teman-temannya
sewaktu masih kecil. Beliau dikenal sebagai anak yang sangat lucu dan pintar
hal ini diungkapkan beliau. Dengan memiliki sifat seperti itulah akhirnya
beliau disukai oleh kebanyakan teman-temannya.69
Sedangkan pendidikan
yang diberikan pihak keluarganya kepada beliau adalah pendidikan agama
yang sangat luar biasa yaitu, dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah.
Sifat demokratis adalah salah satu cara yang selalu ditanamkan oleh pihak
keluarganya kepada beliau. Hal ini didasarkan atas kedisiplinan ilmu yang
dimiliki keluarga beliau.
Ibu Hj. Lutfiah Sungkar mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk
menjadi seorang yang sukses dalam segala bidang ilmu pengatahuan.
Terutama ilmu tentang jalan mencapai Ridha Allah, dan melakukan hal-hal
yang tidak bertentangan dengan agama. Tanda-tanda hal seperti inilah telah
terlihat semenjak beliau masih usia anak-anak. Banyak aktifitas yang beliau
lakukan semasa masih sekolah diantaranya, membaca buku-buku agama,
umum, menulis, dan membaca Al-Qur`an.70
Hal ini di pertegaskan oleh anak
kandungnya sendiri yaitu Shelly. Yang sekarang bekerja sebagai asisten Hj.
Lutfiah Sungkar. Dalam wawancara penulis dengan Shelly mengatakan,
69
Ibid 70
Ibid.
“Semasa mudanya beliau sering sekali mengisi berbagai aktivitas
diantaranya yaitu, dengan menuntut ilmu dan mengaji. Setelah beliau pulang
dari sekolah formal, beliau langsung melanjutkan aktivitasnya yang lain yaitu
mengaji. Hal itu juga dirasakan saya sewaktu dulu masih kecil”.71
Kegiatan beliau seperti itu masih terus berlanjut sampai akhirnya
beliau berumah tangga. Hal inilah yang membuktikan konsistensi beliau
dalam menuntut ilmu patut kita semua tiru. Seperti yang telah penulis jelaskan
di atas bahwa pada masa mudanya beliau sangat rajin menuntut ilmu bahkan,
sampai sekarang. “Kita jangan berhenti dan bosan dalam menuntut ilmu”(Hj.
Lutfiah Sungkar).72
Kalau dilihat dari silsilah (keturunan) orang tua beliau adalah orang
yang berpendidikan dari keturunan Bangsa Arab. Sebagai keturunan dari
Bangsa Arab, tentunya sangat disiplin sekali dalam mempelajari ilmu-ilmu
agama. Dalam mengembangkan dan memajukan ajaran agama Islam.
Pendidikan yang diberikan orang tuanya menjadikan beliau seorang yang
selalu prihatin dan peduli kepada keadaan disekelilingnya. Oleh karena itu,
beliau sangat di kenal dengan sosok pekerja keras dan pantang menyerah
dalam mempelajari ilmu-ilmu keagaman khusunya.73
71 Hasil wawancara penulis bersama Selly ( anak Hj Lutfiah Sungkar) pada
tanggal 17 Mei 2008, tempat komplek Larangan Indah jalan Mawar Raya , blok
tiga 1 A Ciledug.
72 Analisis Penulis Berdasarkan Observasi dan Wawancara, pada tanggal
17 Mei 2008, tempat komplek Larangan Indah jalan Mawar Raya , blok tiga 1 A
Ciledug.
73 Ibid
Sosok pribadi beliau yang dikenal dengan kepribadiannya yang teguh
dan kuat, akhirnya mendapat restu dan dukungan dari pihak keluarganya. Oleh
karena itu, pernyataan yang sempat beliau di ungkapkan bahwa, “Cita-citanya
memiliki arti yang sangat mulia”. Selain itu juga, beliau termotivasi dari
mantan suaminya, H. Hasan Ali, yang juga merupakan seorang da’i yang
berlatar belakang mempunyai ilmu agama yang tidak jauh berbeda dengan
keluaga beliau sendiri. Akan tetapi cita-cita beliau dan yang diiringi dengan
semangat tinggi, terkadang merasa kelelahan sebuah perjuangan yang beliau
hadapi. Tetapi dengan sifat sabar dan pantang menyerah yang beliau miliki,
akhirnya semuanya berjalan lancar dan berserah diri kepada Allah untuk
diberikan jalan keluarnya.
B. Pendidikan dan Karya-Karya Dra Hj Lutfiah Sungkar
1.Pendidikan Dra. Hj Lutfiah Sungkar
Hj. Lutfiah Sungkar dibesarkan di kota Solo Jawa Tengah. Setelah
tamat sekolah dasar ( SD) di Al-Irsyad di kota Solo Jawa Tengah, beliau
melanjutkan sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas
(SMA), di Al-Irsyad Solo Jawa Tengah. Akhirnya beliau melanjutkan
keperguruan tinggi Assafi’iyah Jakarta, di Fakultas Dakwah. Semasa berada
dibangku mahasiswi beliau sangat aktif mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra
kampus seperti, Lembaga Dakwah, dan kegiatan-kegiatan lainnya.74
Setamatnya dari perguruan tinggi Assafi`iyah Jakarta, beliau
melanjutkan studinya di Al-Azhar Kairo. Disanalah beliau benar-benar belajat
74
Ibid
memahami agama guna memperluas pengetahuan dakwahnya. Setelah di Al-
Azhar Kairo, akhirnya beliau masih melanjutkan studinya ke Australia di
Brookvale College, mengambil jurusan Retorika Umum. Di sana akhirnya
beliau menemukan dan memahami ilmu pengatahuan agamanya khusunya,
dibidang dakwah dengan sebuah Gelar.75
Beliau selain aktif dipendidikan formal juga aktif dipendidikan non
formal seperti, kursus salon, kursus merangkai bunga, kursus bahasa Inggris,
kursus sekretaris, yang mana bidang ini banyak perempuan yang meminati dan
hanya kaum perempuan saja.76
2. Karya-Karya Dra. Hj Lutfiah Sungkar
Selain mempunyai kegiatan berdakwah, beliau juga aktif berkarya
seperti, membuat tulisan (dalm bentuk CD). Namun aktivitas itu tidak
bertahan lama. Sekarang beliau lebih kepada pembuatan CD yang bersifat
bergambar (gambar beliau). Akan tetapi hal itu pun juga, tidak bertahan lama,
karena dengan adanya beberapa pertimbangan yang akhirnya memutuskan
untuk tidak dilanjutkan.77
Beliau mengatakan, untuk sementra ini tidak berkenan membuat buku
terlalu banyak, karena beliau takut nantinya kurang bertanggung jawab atas
apa-apa yang beliau tuangkan dalam sebuah tulisannya. Akan tetapi menurut
beliau suatu saat nanti akan berkarya lagi setelah siap menanggung atas semua
apa yang akan dituangkan dalam tulisannnya. Beliau adalah salah seorang
75 Ibid 76
Ibid 77
Ibid
yang sangat berhati-hati dalam bertindak, karena beliau tidak mau mengambil
resiko dalam kehidupannya seperti, dengan membuat buku dan CD. 78
Bentuk tulisan (buku) yang sudah terbit:
1. Sholat Yang di Contohkan Rasullah SAW berikut doa-doanya.
2. Menggapai Rahmat Allah Melalui Sholat dan Do’a.
Dalam bentuk kepingan CD antara lain:
1. Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu
2. Seribu Satu Masalah Keluarga
3. Aku Bersyukur Jadi Wanita
Bimbingan yang beliau pimpin:
1. Umi Tour dan Travel ( Pemilik Travel Umrah Dan Haji )
2. Yayasan Alutfiah ( Pembimbing Umrah Dan Haji )
3. Majlis Ta’lim Khairunnissa ( Pemilik Majlis Ta’lim ). 79
Keberhasilan Dra. Hj Lutfiah Sungkar dalam dakwahnya tersebar luas
sampai kenegara Singapura. Hal itu tentunya tidak lepas dari bantuan mas
media cetak seperti majalah Hidayah, yang sampai sekarng masih beliau isui.
Bahkan sekarang majalah Hidayah telah membuat kompilasi khusus buku
yang isinya konsultan Hj Lutfiah Sungkar, tentu hal ini tentunya didapat atas
kerja baik beliau dengan majalah Hidayah setempat.
3. Perjalanan Dakwah Dra. Hj Lutfiah Sungkar
78 Ibid 79
Ibid
Perjalanan dakwah beliau adalah, berawal dari semangat yang sangat
kuat serta keinginan mencapai ridha Allah SWT. Dengan dukungan dan
pendidikan yang diberikan keluarga kepada beliau akhirnya sekarang menjadi
salah seorang da`iyah yang sangat dipandang oleh masyarakat luas. Pada
tahun 1982 beliau dikerunia seorang anak yang paling kecil yaitu, Noufel.
Berangkat dari sinilhah beliau menjalankan misi dakwahnya ke khalayak luas
sampai keluar negeri. Dan disamping itu beliau juga mengadakan pengajian
rutinitas dengan tetangga disekitar yang bertempat dikediman beliau. Awal
mulai menjalankan dakwah, beliau membuka Majlis Ta’lim di pertamburan
Jakarta, dari sanalah perjalan daklwah beliau hingga sampai sekarang terus
berjalan.
Selama ini kegiatan dakwah beliau masih terus berjalan. Mungkin
semua itu dakwah yang disampaikan beliau mendapat respon positif dari
kalangan masyarakat. Beliau tidak pernah datang atau menolak jika tiada
halangan seperti, urusan keluarga, sakit.
Dalam menyampaikan misi dakwahnya, beliau sering kali diundang
diberbagai kota seperti, Ciawi, Bogor, Bandung, Aceh, Mauk Tangerang,
Surabaya. Kalimantan tengah, Samarinda, Papua, Nusa Tenggara Barat, Bali,
Lombok, Samarinda, Mamuzu, dan Makasar.
Selain berdakwah di negeri sendiri, beliau juga sering mengisi atau
berdakwah di luar Negeri seperti, Malaysia, Singapura, Hongkong, Australia,
dan Saudi Arabia. Eksistensi dan kemampuan beliau dalam dunia dakwah
sudah tidak diragukan lagi. Walaupun notaben mad’u beliau ibu-ibu, tetapi
beliau mempunyai karismatik dalam berdakwah.
Sosok perjalanan dakwah Hj Lutfiah Sungkar begitu banyak hal-hal
yang tidak mudah untuk dilalui, akan tetapi karena beliau adalah seorang
da’iyah yang mempunyai semangat tinggi dalam menjalankan tugas
keagamaan, dan semua itu beliau lakukan hanya semata-mata mencari ridha
Allah SWT.
Dalam perjalanan dakwah beliau tidak terlepas dari Al-Qur’an sebagai
pedomannya. Namun demikian Hj Lutfiah Sungkar seorang da’iyah yang
berfaryatif dan mampuh menghibitualisme mad’unya. Dakwah Dra. Hj
Lutfiah Sungkar adalah dakwah yang sangat membimbing dan mendidik bagi
setiap masyarakat luas. Karena dakwahnya mengandung nilai-nilai keislaman
yang sangat tinggi sekali. Menurut Dra. Hj Lutfiah Sungkar, “Dakwah itu
kewajiban dalam Islam untuk menyampaikan. Bukan hanya seorang da’i atau
da’iah dan ulama saja melainkan setiap manusia yang sudah mampuh dan
mengetahui banyak tentang sesuatu yang harus disampaikan, pada intinya
adalah kebenaran Allah yang harus disampaikan itu wajib pada semua
orang”. kepala keluargapun wajib untuk menyampaikan pada istrinya dan
anak-anaknya, hal-hal yang mengenai kebenaran di jalan Allah dan yang
diridha’i oleh Allah SWT.
Menurut Dra. Hj Lutfiah Sungkar, “Jika itu kebenaran katakanlah
bahwa itu benar, dan jika itu salah katakanlah salah walaupun itu sulit’.
Beliau adalah seorang da’iyah yang banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia
pada umumnya yang orang banyak mengenal dimedia. Seperti apa yang
dicontohkan Rasul dan sesuai dengan Al- Qur’an dan Hdist. Jadi kebenaran itu
tidak bisa untuk dipungkiri oleh setiap orang karena itu nyata, seperti karya-
karyanya yang lebih mengajak suatu kebenaran di jalan Allah SWT.
Dalam berdakwah sesungguhnya jangan pernah untuk ragu-ragu dalam
menyampaikan sesuatu yang harus disampaikan, seperti kata Rasullah
“sampaikanlah walaupun satu ayat “ itu adalah salah satu bukti bahwa
kewajiban setiap orang Islam untuk menyampaikan .
Akan tetapi dalam menjalankan aktifitas berdakwah tidak boleh adanya
paksaan atau memaksa kepada mad’unya, ataupun kepada sasaran dakwah
yang akan kita sampaikan, karena hal itu bisa dilakukan dengan cara pelan-
pelan dan melalui proses misalnya, mengajak seseorang untuk memakai
jilbab, jika yang diajak tidak mau, maka seorang da`i atau da`iyah harus sabar
untuk mengajakanya sehingga akhirnya orang tersebut mau untuk memakai
jilbab.80
Apa yang telah penulis uaraikan di atas menurut beliau, juga
merupakan salah satu dakwah, bukan hanya dengan ucapan saja melainka
dengan sikap da’i dan ajakan secara halus dan tulus. Begitu juga dakwah yang
dilakukan oleh Hj Lutfiah Sungkar.
Kesimpulan pemikiran dakwah menurut Hj Lutfiah sungkar adalah
kewajiban pada setiap umat Islam dalam menyampaikan pada setiap orang
yang wajib untuk disampaikan dan jangan pernah ragu dalam menyampaikan
kebenaran sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist yang telah ditentukan.
Pada saat ini banyak sekali da’i atau da’iyah yang bermunculan di
media cetak maupun media elektronik. Dan di daerah-daerah setempat pun
80
Ibid
banyak da’i atau da’iyah yang popular. Mugkin karena para da`I atau da`iyah
diterima oleh masyarakat sekitar seperti, ustad Jefri Bukhari yang mendekati
anak-anak gaul atau pada anak-anak ABG remaja lainya, ustad Arifin Ilham
yang mana mad’unya adalah orang-orang tua dan bahkan semua kalangan,
karena beliau menggunakan metode dakwahnya dengan cara berdzikir, Aa
Ghyim dalam berkwah lebih banyak menyukai kalanagan ibi-ibu dengan
krismatiknya. Akan tetapi apa yang telah diuraikan menurut Hj. Lutfiah
Sungkar di atas tentang da’i atau da’iyah yang ideal adalah, bagaimana seorang
da’i atau da’iyah tersebut mampu dan bisa memahami terhadap audiensnya
yang dihadapinya. Selian itu Hj. Lutfiah Sungkar menyarankan agar da`i atau
da`iyah bisa memilih topik yang sesuai dengan pikrian jamaahnya (mad’u).
Mungkin dengan cara bisa memilih topik yang sesuai dengan mad’unya, akan
lebih besar keberhasilan bagi seorang da’i atau da’iyah dalam menyampikan
dakwahnya. Tetapi tidak semua da`i atau da`iyah yang bisa atau mampu
menjalankan aktifitas dakwahnya seperti yang diharapkannya, mungkin hanya
sebagaian da’i saja. Semua itu membutuhkan waktu dan proses yang panjang
seperti halnya Hj. Lutfiah Sungkar, proses beliau sebelumnya pernah
melakukan dakwahnya ke sekolah-sekolah, tetengga atau terdekat, dan lain
sebagainya.
Menurut pandangan menurut penulis bahwa, pribadi Hj. Lutfiah
Sungkar merupakan seorang da’iyah yang ideal, karena beliau mampu
merangkul khalayak luas seperti, ibu-ibu untuk semakin mendekatkan diri
kepada jalan yang diperintahkan Allah SWT . Seperti penulis uraikan di atas
bahwa, dakwah beliau tidak hanya di majlis-majlis saja, akan tetapi di media-
media pun sampai sekarang masih dilakukan. Sampai akhirnya beliau
mendapat penghargaan sebagai seorang da`iyah yang profesional tinggkat
nasional.81
81 Hasil wawancara dengan manager Hj Lutfiah Sungkar (Shelly), 17 Mei 2008,
tempat komplek Larangan Indah jalan Mawar Raya , blok tiga 1 A Ciledug
BAB IV
AKTIVITAS DAKWAH DRA. Hj LUTFIAH SUNGKAR
A. Bentuk-Bentuk Aktivitas Dakwah Hj. Lutfiah Sungkar
Dalam rangka melakukan suatu perubahan baik, yang baru maupun yang
lama dalam kegiatan dakwah, Hj Lutfiah Sungkar mengadakan berbagai
kegiatan yang pada umumnya mengarah kepada dakwah Islami. Pada saat
penulis melakukan penelitian, pengamatan, dan informasi tentang Hj Lutfiah
Sungkar, ada tiga kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Hj Lutfiah Sungkar
diantranya;
1. Pengajian Umum
a. Peringatan-Peringatan Hari Besar Islam
Tradisi umat Islam di Indonesia pada setiap peringatan hari besar Islam
secara seksama mengadakan upacara yang di adakan di berbagai tempat, baik
yang bersifat pengajian, tablig akbar, maupun selamatan. Hal serupa juga
dilakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar seperti, peringatan hari-hari besar Islam
Nasional yang diisi dengan pengajian keagamaan yang dihadiri oleh banyak
para jemaah pengajian dari berbagai kota, seperti Bogor, Tangerang, Jakarta,
dan berbagai kota lainnya. Hari-hari besar Islam yang pernah diperingati oleh
Hj. Lutfiah Sungkar adalah seperti, tahun baru Hijriyah yang jatuh pada
tanggal 1 Muharam, peringatan Maulid Nabi besar Muhammad SAW. Pada
tanggal 12 Rabiul awal, peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. pada
tanggal 27 Rajab, dan hari-hari besar Islam lainya.82
Peringatan hari-hari besar Islam Nasional harus dijadikan momentum
untuk mempererat ukhuwah Islamiyah yaitu, dengan melalui kegiatan yang
positif dan bermanfaat. Peringatan hari besar Islam dilaksankan di tempat
beliau, yaitu di Larangan Petukangan, Jakarta selatan, Cilandak (yayasan
Alutfiah). Kegiatan itu tidak tertutup bagi warga sekitar untuk ikut serta atau
meramaikan peringatan hari-hari besar tersebut.
b. Pengajian Mingguan Ibu-Ibu
Pengajian ibu-ibu yang dilaksanakan setiap hari Sabtu pagi mulai jam
10.00-12.00 siang oleh beliau, bertempat dikediaman sendiri, di Komplek
Larangan Indah, Jalan Mawar Raya Blok 03/1A Ciledug. Pengajian tersebut
lebih diprioritaskan hanya untuk para ibu-ibu yang sengaja diadakan pada
waktu pagi hari sampai siang hari, karena pada umumnya ibu-ibu adalah
bekerja dikantor merupakan hari libur yaitu di hari sabtu dan minggu, oleh
karena itu mereka yang tidak sempat untuk mengaji setiap harinya tetapi
mereka menyempatkan waktunya pada saat hari sabtu dan minggu merupakan
hari libur. tetapi Selain ibu-ibu pegawai ada juga ibu-ibu wiraswasta yang
menyempatkan waktunya untuk ikut mengaji, karena hari-hari libur seperti
hari sabtu inilah harus mengisi kekosongan dengan ikut mengaji.
Dalam materi yang diberikan beliau dalam pengajiannya yaitu masalah
fiqih, yang berhubungan dengan masalah sehari-hari, tentang masalah
82
Hasil wawancara dengan manager Hj Lutfiah Sungkar (Shelly), 17 Mei
2008, tempat komplek Larangan Indah jalan Mawar Raya , blok tiga 1 A Ciledug
keluarga, tentang masalah shadakoh, berbuat baik pada orang, larangan
bergunjing, dan resikonya perbuatan di dunia balasan di akhirat nanti
Rujukan dalam dakwah yang beliau pakai adalah Al-Quran dan hadits,
pedoman beliau. sebagai rujukannya. Pada saat pengajian berlangsung ada sesi
tanya jawab bagi para mad’unya, dan beliau menjawab pertanyaan itu sesuai
yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist. Tujuannya agar mad’u
mengerti dan tidak merasa bosan untuk terus mengaji. Setiap mad’u yang mau
mengaji wajib membawa Al-Qur’an beserta terjemahnya, bertujuan agar
mad`u lebih mudah untuk memahami dakwah yang dibawakan oleh beliau.
Penulis sendiri seringkali mengikuti pengajian beliau.
Saya tidak mau menyampaikan dakwah saya berdasarkan ta’liq atau
yang berdasarkan katanya dan tidak adanya bukti yang konkrit, tapi kalau
ada rujukannya, orang tidak akan berani mengelak, yang bicara Al-Qur’an
bukan saya berkata semata, karena harus ingat hidup itu tidak hanya disini.
tapi akhirat selamanya.83
Banyaknya ibu-ibu yang mengikuti pengajian beliau dalam setiap
bulannya mengalami perubahan yang signifikan, sampai sekarang jamaah
pengajian beliau diikiti kurang lebih 50 orang jamaah, bahkan sampai
sekarang jamaahnya terus bertambah. Mungkin belum ada pengajian sebelum-
sebelumnya pengajian yang beliau adakan di rumahnya, yaitu setelah
selesainya pengajian, beliau menjamu mad’unya dengan hidangan makan
siang, yang menunya setiap pertemuan berbeda-beda. Jadi setelah pengajian
selesai para ibu-ibunya di suruh untuk makan terlebih dahulu, sebelum pulang.
83
Hasil wawancara setelah mengaji di tempat kediaman beliau, Larangan-
Ciledug, Sabtu 28 April 2008
2. Pengajian Khusus
a. Pengajian Melalui Media Cetak Dan Elektronik
Pengajian yang dilakukan oleh Hj Lutfiah Sungkar tidak hanya
melalui majlis-majlis ta’lim, melainkan juga lewat media massa seperti, media
elektronik atau pun media cetak yang sampai sekarang masih eksis.
1. Media Cetak
Pengajian melalui media cetak yang dilakukan oleh beliau yaitu lewat
rubrik konsultasi di Majalah Hidayah, yang terbit setiap dua minggu sekali.
Pengajian yang melalui media cetak ini yang di isi langsung oleh Hj. Lutfiah
Sungkar, yang mana pengajian ini diisi tanya jawab dengan berbagai
permsalahan hidup, pada umumnya masalah dalam rumah tangga, atau tentang
masalah hidup yang dihadapi para konsultan, kadang tentang masalah yang
merasa putus asa menghadapi ke hidupannya.
Dalam majalah Hidayah mengeanai rubrik konsultan yang di isi Hj.
Lutfiah Sungkar banyak simpatisan yang membutuhkan pengetahuan agama
yang tidak sempat untuk mengaji karena bermacam aktivitas yang padat dalam
kehidupan sehari-harinya, dan majalah Hidayah pun mendapat sambutan yang
cukup antusias dari masyarakat Indonesia pada umumnya, bahkan kenegara
tetangga pun seperti Malaysia, Singapura berlangganan Majalah Hidayah yang
diisi Hj. Lutfiah Sungkar.
Keberadaan beliau di dalam Majalah Hidayah sudah tidak terhitung
lamanya sampai sekarang. Karena Majalah Hidayah adalah media yang
berisikan tentang pesan-pesan dakwah yang berusaha mengajak kebenaran dan
mencontohkan kronologis yang benar-benar terjadi, atau kisah-kisah nyata
bagi seseorang yang berbuat keburukan akan mendapatkan ganjaran yang
setimpal, bukan hanya didunia saja melainkan diakhirat nanti.
Penyampaian Dakwah beliau melalui Media cetak (Majalah Hidayah)
adalah seputar masalah agama yang sedang hangat terjadi pada masyarakat
sekarang ini, dan masalah yang dihadapi pada umumnya adalah masalah para
ibu, seperti permasalahan keluarga (suami istri), masalah kehidupan, semua itu
dilihat dari sudut pandang agama. Karena materi yang disampaikan beliau
menjadi daya tarik bagi para kaum wanita khususnya kaum ibu-ibu.
2. Media Elektronik
Selain mengisi pengajian-pengjian di beberapa Majlis Ta’lim, media
cetak, sekolah-sekolah, rumahan, dan kantoran. Hj Lutfiah Sungkar
melakukan dakwahnya di Radio Kayu Manis (RKM) Jakarta, sampai
sekarang. Materi yang beliau bahas adalah tentang jalan untuk mendekatkan
diri kepada Allah sesuai dengan perintah Al-Qur’an dan Hadist, semua itu
dilakukan hanya untuk mencapai ridha Allah SWT. Selain di Radio Kayu
Manis (RKM), beliau juga pernah mengisi ceramahnya di Radio Saudi Arabia
di kota Jeddah saat beliau melakukan ibadah Umrah84
.
Kegiatan dakwah Hj. Lutfiah Sungkar juga banyak dilakukan di
berbagai stasiun TV swasta di Indonesia dari dahulu sampai sekarang seperti,
TPI, INDOSIAR, SCTV. Yang masih ada rekamannya sampai saat ini adalah
INDOSIAR, pertama kali munculnya Hj Lutfiah Sungkar dalam ceramahnya
di TV swasta yaitu TPI. Dari sinilah mulai terangkat nama beliau di berbagai
84
Ibid
media. Samapai saat ini beliau masih ceramah di SCTV, yang ditanyangkan
pada hari kamis jam 5.00 pagi dalam acara “ Pagi”. Materi yang disampaikan
seperti, masalah agama Islam yang benar dan di ridhai oleh Allah SWT.
b. Melalui Celluler Hand Phone ( HP )
Melihat perkembangan jaman yang semakin modern, membuat alat
elektronik semakin canggih dan mudah untuk dipergunakan. Hal itu terbukti di
jaman sekarang ini, di mana orang-orang sudah mengenal hand phone (HP)
atau telepon genggam sebagai salah satu alat kelancaran berkomunikasi.
Alat elektronik (telephon) seperti inilah salah satu alat yang dilakukan
oleh Hj. Lutfiah Sungkar dalam menyampaikan caramah atau dakwahnya.
Akan tetapi beliau juga sebagai narasumber dalam salah satu hand phone, dan
disanah beliau membuka layanan mengisi materi buat layanan bagi konsumen
yang membutuhkan siraman rohani, bagi seseorang yang mempunyai berbagai
kesibukan dapat menerima pesan-pesan keislaman dari beliau hanya melalui
telepon genggam saja. Dan pengajian melelui hand phone yang dilakukan oleh
Hj. Lutfiah Sungkar masih terus berjalan sampai sekarang, karena mengingat
peminatnya semakin bertambah banyak.
Adapun materi dakwah yang dibahas melalui telepon sesuai dengan
keinginan mad`u, karena dakwah ini sifatnya bukan berbentuk pengajian atau
bertatap muka langsung.
B. Materi Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar
Materi dakwah yang digunakan oleh Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang paling
utama bersumber dari Al-qur’an dan Hadits. Menurut beliau, Al-Qur`an dan
Hadits adalah sumber kebenaran yang paling hakiki dalam menata kehidupan.
Beliau juga berpendapat bahwa kedua sumber materi dakwah tersebut
merupakan hukum yang tidak dapat diganggu gugat.
Dari Al-Qur’an dan Hadits beliau mengembangkan banyak materi dakwah
seperti ajaran tentang beragam perintah dan larangan agama, kisah-kisah
teladan para nabi, serta hikmah-hikmah penting yang bisa dipetik dari
peristiwa-peristiwa masa lalu yang banyak diceritakan dalam Al-Qur’an dan
Hadits.
Disamping itu untuk menambah khasanah pengetahuan agama yang
menunjang dalam menjelaskan materi dakwah yang akan disampaikan, beliau
juga banyak membaca dari buku-buku pengetahuan agama seperti, karangan
Ibnu Katsir dan Imam Ghazali, serta beragam tafsir dari pengarang yang
berbeda-beda.
Dalam menyampaikan misi dakwahnya ke masyarakat luas beliau enggan
menyampaikan materi dakwah yang hanya berdasarkan wacana tanpa dalil yang
tidak atau bahkan kurang jelas. Sehingga dalam kaca mata seorang Hj. Lutfiah
Sungkar, Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber materi dakwah yang paling
pokok, karena apa yang diajarkan dalam kedua kitab yang masing-masing
memuat firman Allah SWT dan sabda nabi adalah sebuah kebenaran yang
diyakini secara universal dalam masyarakat muslim.
C. Tujuan dan Sasaran Aktivitas Dakwah Dra. Hj Lutfiah Sungkar
Tujuan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu organisasi,
adalah suatu kegagalan apabila suatu kegiatan dilakukan tanpa tujuan yang
hendak dicapai. Tujuan adalah landasan utama dan menjadi dasar bagi
penentuan sasaran dan strategi atau kebijaksanaan serta langkah-langkah
operasional suatu organisasi.85
Seperti yang sudah dijelaskan pada bentuk-bentuk aktivitas di atas,
bahwa Hj. Lutfiah Sungkar mempunyai tujuan yaitu, menyampaikan
kebenaran Allah dan Rasulnya86
Kegiatan tablig umum adalah bertujuan untuk syi’ar Islam (menyebar
luaskan agama Islam), dan untuk membentuk kesatuan umat Islam. sama
halnya dengan tujuan dakwah yang ingin dicapai oleh Hj. Lutfiah Sungkar.
Dengan berdakwah kepada beragam kalangan masyarakat, mulai dari
masyarakat kelas atas sampai menengah ke bawah dengan tingkat usia yang
berbeda-beda, Hj. Lutfiah Sungkar mengharapkan tersampaikannya pesan
dakwah dengan lebih merata dan efektif. Sehingga semakin banyak umat
Islam yang mampu memahami ajaran-ajaran agama dengan lebih mendalam.
Melalui dakwah yang banyak memaparkan kandungan isi Al-Qur’an
dan Hadits, Hj. Lutfiah Sungkar bermaksud mengakrabkan kedua kitab
tersebut kepada masyarakat muslim agar Al-Qur’an dan Hadits senantiasa
menjadi pedoman hidup bagi mereka.
85
Abd Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, ( Jakarta: Bulan
Bintang, 1993 ), cet. Ke-3. h. 19
86 Analisis penulis berdasarkan observasi dan wawancara, pada tanggal 15
Maret, tempat Larangan Ciledug, 2008
D. Metode Dakwah Dra. Hj Lutfiah Sungkar
Dalam kegiatan dakwah, metode merupakan suatu bagian yang
menentukan berhasil atau tidaknya suatu aktivitas dakwah. Selain dapat
menentukan materi apa yang akan disampaikan, metode juga dapat
menentukan tahapan-tahapan apa yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan
dari aktivitas dakwah yang dilakukan.
Penggunaan metode-metode tersebut tergantung kepada bentuk-bentuk
kegiatan dakwah yang dilaksanakan Begitupun dengan metode dakwah yang
digunakan oleh Dra. Hj. Lutfiah Sungkar juga merujuk pada aktivitas dakwah
yang dilakukan. Selain itu beliau juga menggunakan metode dakwah yang
orientasinya bersumber pada sisi pendekatan terhadap mad’u. Dengan
demikian metode dakwah Hj. Lutfiah Sungkar dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu metode dakwah berdasarkan aktivitas dan metode dakwah berdasarkan
pendekatan.
1. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah Berdasarkan Aktivitas.
a. Metode Dakwah Bil Lisan
Metode yang digunakan dalam aktivitas dakwah melalui perkataan atau
berkomunikasi langsung dengan mad’unya. Namun dari sekian banyak metode
dakwah Hj. Lutfiah Sungkar, lebih banyak menggunakan metode bil lisan
(ceramah), karena dengan menggunakan metode bil lisan atau ceramah bisa
menyampaian informasi atau pesan dakwahnya melalui perkataan “tabligh”
atau berkomunikasi langsung dengan mad`unya.
b. Metode Persuasif Atau “Bil Hal”
Merupakan suatu metode yang digunakan oleh Hj. Lutfiah Sungkar,
karena dakwah “bil hal” adalah kegiatan dakwah yang dilakukan dalam bentuk
perbuatan nyata. Seperti halnya yang dilakukan Hj. Lutfiah Sungkar yang
selalu memberi contoh dengan berpakaian rapih dan tertutup, begitu juga anak
beliau yang kesehariannya menggunakan pakaian yang tertutup dan bercadar.
c. Metode Bil Qalam.
Dalam metode ini Hj. Lutfiah Sungkar berdakwah dalam suatu kegiatan
yang bentuk penyampainya, melalui tulisan seperti yang terkumpul dalam buku
beliau, “ Shalat Yang Dicontohkan Rasul SAW berikut Do’a-Do’anya, dan
Menggapai Rahmat Allah Melalui Shalat dan Do’a, juga mengisi rubrik
konsultasi di majalah hidayah”.
d. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab digunakan oleh Hj. Lutfiah Sungkar dalam dua
aktivitas dakwahnya. pertama, metode tanya jawab digunakan dalam dakwah
bil lisan, kedua, metode ini juga digunakan dalam aktivitas dakwah melalui
media cetak dan elektronik
2. Metode Dakwah Berdasarkan Pendekatan Pada Mad’u
a. Metode Al Hikmah ( kebijaksanaan)
Dalam dakwah beliau tidak hanya menyampaikan suatu materi pada
sasaran dakwah tapi melainkan beliau juga mempunyai jati diri yang begitu
rendah hati untuk menyampaikan suatu materi, sifat beliau bukan saja rendah
hati melainkan sosok pribadi yang begitu sahaja dan bijaksana terhadap
lingkungan yang ada disekitarnya, yaitu keluarga beliau bukan hanya keluarga
melainkan juga terhadap mad’unya dan masyarakat sekitar, beliau selalu
memberikan patwanya dengan secara berhati-hati dan tidak pernah
memaksakan kehendak beliau tetapi beliau selalu mengajak dengan secara
perlahan dan lembut tidak langsung memaksa.87 Dan memberikan contoh yang
baik pada mad’unya memberi pilihan baik ataupun buruk, dengan pilihan itu di
harapkan mad’u untuk mengerti, semuanya di kembalikan pada mad’u dengan
pilihan tersebut.
b. Metode Mau’idzhatil Hasanah (nasihat yang baik)
Pada penyampain dakwah Hj. Lutfiah Sungkar banyak di sukai oleh
mad’unya karena beliau selalu memberikan contoh yang baik yang sesuai
dengan materi yang di sampaikan yaitu Al-Qur’an dan Hadist. beliau juga
selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik bukan nasihat yang sebaliknya,
tetapi beliau suka memberikan pengertian yang mudah dan masuk akal, dan
secara perlahan, dengan kata-kata yang lembut dan baik juga mudah di terima
dengan nasihat yang baik, sasaran dakwahpun mersa tersirami hatinya,
sehingga ada yang mengeluh mengakui kesalahannya semasa hidup sampai
jamaah menangis di hadapan beliau, “ustadzah saya seorang sutradara disalah
satu stasiun televisi saya banyak bergaul dengan laki-laki dan disana
kebanyakan laki-laki, selama ini saya merasa berdosa besar karena setiap hari
saya melakukan masia,t saya merasa takut pada Allah”. Dan beliau
memberikan nasihat pada jamaah ini yaitu: “Ibu….kalau bisa jangan
melakukan lagi seperti itu karena hal itu sangat dilarang tapi kalau itu
87
Hasilwawancara, pada tanggal 15 Maret, tempat Larangan Ciledug,
2008
mendesak dan tidak ada lagi pekerjaan sementara ini usahan ibu banyak
istigfar ingat pada Allah dan izin pada suami yang terpenting tapi lebih baik
pekerjaan itu di tinggalkan saja, kalau ibu bertaubat Allah maha pemaaf ”.88
Ucapan itu di sampaikan dengan begitu lembut dan tidak menyinggung
perasaan mad’unya.
c. Metode Al-Mujadalah Billati hiya ahsan (berdiskusi)
Dakwah yang di lakukan oleh Hj. Lutfiah Sungkar tiadak hanya
berbicara di podium saja tanpa adanya suatu keterlibatan mad’u untuk
menyampaikan aspirasinya. Namun, lain halnya Hj. Lutfiah Sungkar ketika
berdakwah selalu memberikan kesempatan pada mad’unya di sela-sela pada
saat berdakwah dengan pembahasan materi yang sedang dibahas. misalnya:
beliau sedang berdakwah membahas tentang larangan seorang perempuan
bersama laki-laki lain bukan muhrim. Ada seorang ibu bertanya? “ ustadzah
bagaimana? saya sering pulang bareng di mobil bersama teman kantor saya
seorang laki-laki, tapi saya di mobil tidak melakukan hal yang negatif hanya
ikut pulang saja, kebetulan rumah saya searah.”.Dan beliau juga menjawab “
Ibu…sebenarnya itu tidak boleh, karena pada saat di dalam mobil pasti ibu
berbicara dengan teman ibu dan bercanda-canda dan itu menimbulkan fitnah
karena sering terjadi seperti itu dan khawatir terjadi yang tidak di inginkan,
sebaiknya jangan lagi di lakukan ya bu… dan Agama jelas –jelas melarang
88
Hasil dari observasi penulis saat mengikuti pengajian pada tanggal 26
Juli 2008 tempat Larangan Ciledug.
seperti itu.”.89
Setiap dakwah beliau pasti adanya tanya jawab atau diskusi
sebelum dakwahnya di tutup atau berakhir.
Jadi metode dakwah Hj. Lutfiah Sungkar disamping melakukan upaya-
upaya melakukan ceramah. Beliau juga melakukan tindakan ceramah pada
media cetak yang secara tidak langsung pada mad’u. Dan bahkan beliau terjun
langsung kelapangan dan berkumpul dengan masyarakat dalam menyampaikan
misi dakwahnya.
Namun dalam penerapan pada metode dakwah Hj. Lutfiah Sungkar
mempunyai kemampuan dalam penyampain dakwah kepada mad’u lain halnya
Hj. Lutfiah Sungkar menerapkan dakwah yang sesuai dengan metode dakwah
beliau menggunakan metode dakwahnya seperti : Al Hikmah, Al-Mujadalah
Billati hiya ahsan, Al-Mujadalah Billati hiya ahsan.
E. Tahapan-Tahapan Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar
Dalam rangka melaksanakan tugas dakwah untuk menjadikan
kepribadian manusia (individu) yang kokoh, tangguh, serta utuh, sehingga
pada akhirnya dapat diterima oleh masyarakat luas demi untuk selamatan
dunia dan akhirat. Hal ini tidak terlepas dari sebuah tahapan yang harus
dilakukan oleh Hj Lutfiah Sungkar secara terus-menerus, terprogram dan
berjalan secara alamiah sampai saat sekarang ini masih terus berjalan.
89 Hasil dari observasi penulis saat mengikuti pengajian pada tanggal 26
Juli 2008 tempat Larangan Ciledug.
Adapun tahapan-tahapan yang ditempuh Hj. Lutfiah Sungkar sebagai
berikut:
1. Pendekatan atau Pembinaan
Pembekalan dai’ah Hj. Lutfiah Sungkar adalah tahapan sebelum
terjun langsung ke majlis-majlis dengan cara:
a. Menjadi figur Teladan
Bahasa perbuatan jauh lebih efektif dari pada kata-kata. Usahakanlah
yang kita ucapkan sesuai dengan perbuatan kita (as-Shaf: 2-3), “Hai orang-
orang yang beriman, mengapa kamu katakana apa yang tidak kamu perbuat,
amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu kerjakan”. Seperti apa yang telah di lakukan oleh Hj. Lutfiah Sungkar
sebelum melakukan dakwah selalu mengeluarkan kata-kata yang baik
terhadap siapapun baik dilingkungan keluarga maupun di masyarakat, dan
jika beliau mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas beliau selalu
mengucapkan Istigfar dan meminta maaf kepada Allah SWT. Beliau juga
selalu mengajurkan pada ma’u ketika ceramah agar berbicara yang baik-baik
saja dan yang penting saja. Apa lagi bergunjing itu sangt di larang oleh Allah
SWT.
b. Berdakwah Dengan Ilmu Pengetahuan
Berdakwah dengan ilmu pengetahuan dan penuh persahabatan,
seperti dalam surat an-Nahl 125, “Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih siapa
yang tersesat dari jalannya. Dan Dialah yang lebih baik mengetahui orang-
orang yang mendapatkan petunjuk”. Dalam dakwah Hj.Lutfiah Sungkar
tidak hanya dakwah, tapi beliau dengan persiapan ilmu yang di pelajari,
semasa sekolahnya dan didikan pada masa kecil dari orang tua beliau, beliau
berdakwah berdasarkan ilmu yang di pelajari seperti Al-Qur’an dan Hadits,
buku-buku Ibnu Kasir dan Imam Ghajali, khususnya buku-buku bidang
agama.
c. Berbicara dengan Baik
Islam memerintahkan umatnya untuk beradab dan beretika dalam
berbicara.90
Bahasa yang terbungkus dan penuh kesopan santun, lemah
lembut dalam bertutur sapa, halus dalam tutur kata serta menyejukan hati
adalah kunci keberhasilan seorang da’i dalam merebut simpati. Hj. Lutfiah
Sungkar selalu berbicara baik pada siapa pun yang beliau ajak bicara pada
anak kecil sekali pun, karena kata beliau berbicara baik merupakan suatu
ibadah, tapi beliau menerapkan seperti ini sebelum beliau menjadi seorang
da’iah dan menerapkan pada keluarga beliau. 91
Dalam berdakwah harus
memberikan contoh yang baik, seperti halnya perkataan dalam penyampain
dakwah dan dikehidupan sehari-hari, begitu juga halnya yang dilakukan
oleh Hj. Lutfiah Sungkar dan keluarganya.
2. Mengatur Jadwal Dakwah
90
Suparta Munzier, Hefni Harjani, Metode Dakwah ( Jakarta: Prenada
Media 2003) cet. Ke-1. h. 112
91 Hasil wawancara, 17 Mei 2008, Tempat Larangan Ciledug
Jadwal dakwah Hj. Lutfiah Sungkar tentunya disesuaikan dengan
kegiatan yang lain,kalau bisa cukup dengan menyatat dan datang ketempat.
Walaupun tidak bisa, disesuaikan kembali. 92
3. Pendekatan Kepada Masyarakat
Langkah awal ketika ceramah Hj. Lutfiah Sungkar adalah dengan
menguasai suasana podium (tempat penyampain ceramah) yaitu beliau harus
mampu mengambil simpati mustami (pendengar atau jamaah). Hal ini dapat
dilakukan dengan cara:
a. Menggunakan bahasa ungkapan lain logika-logika yang mudah dicerna
oleh jamaah. Usahakan jelaskan serinci mungkin materi yang
disampaikan.
b. Menggunakan teknik retorika tangan yang sesuai dengan kadar bahasa
yang diungkapkan.
c. Mengatur intonasi nada (tinggi atau rendah) sesuai semaksimal mungkin
agar dapat dibedakan antara nada keras atau tinggi, dan lembut atau
pelan.
d. Menggunakan unsur gurauan atau
e. Canda yang sehat dan bersahabat.93
Hj. Lutfiah Sungkar dalam kehidupan sehari-harinya selalu
memberikan contoh yang baik pada masyarakat dengan mendirikan majlis
ta’lim di dekat rumah beliau, sebagai tempat pengajian dan terbuka untuk
siapa saja dan pengajarnya pun siapa saja.
92 Hasil wawancara dengan Shelly Menejer Hj.Lutfiah Sungkar 17 Mei
2008 93
Ibid
4. Evaluasi Dalam Aktivitas Dakwah
Evaluasi dilakukan Hj. Lutfiah Sungkar, Setelah usaha yang sangat
intensif dalam berdakwah beliau laksanakan, maka beliau tidak lupa untuk
memohon bantuan (dalam do’a) pada Allah agar ceramah beliau benar-
benar diterima dengan baik dan dilaksanakan oleh masyarakat. Kemudian
beliau meminta maaf setelah ceramah kepada mad’u, dan meminta maaf
kepada Allah SWT.94
Dengan adanya evaluasi para da’i dapat
memeprbaiki diri dengan lebih baik.
F. Dakwah Dra. Hj Lutfiah Sungkar
Dengan melakukan analisis diskriptif maka diketahui kekuatan atau
pendukung dakwah yang dimiliki Hj. Lutfiah Sungkar yaitu dari segi
internal, latar belakang pendidikan beliau adalah Sarjana Islam, sehingga
ilmu pengetahuan yang beliau miliki tentu cukup memadai untuk melakukan
dakwah. Sedangkan dari segi konsentrasi beliau berdakwah, sudah semenjak
masih mahasiswa, Sehingga beliau bisa melakukan metode dakwahnya
berkembang sampai sekarang.
Latar belakang pendidikan adalah ilmu dakwah dan retorika. Jadi
materi dakwahnya bukan hanya tentang akhlak tetapi juga kajian-kajian Al-
Qur’an terutama hukum dalam Islam, yang berlaku bagi semua manusia.
Sehingga masyarakat di beri pencerahan dari segi materi yaitu materi dari
Al-Qur’an dan Hadits.
94 Hj. Lutfiah Sungkar Wawancara Pribadi,tanggal 17 Mei 2008
Kemudian dari segi eksternal (segi masyarakat), tentunya ada
kegairahan untuk memperdalam dan membutuhkan sentuhan-sentuhan
keagamaan khususnya, dikalangan para ibu-ibu rumah tangga yang sibuk
dalam berbagai aktivitasnya di kantor dan pegawai negeri.
Dalam setiap melaksanakan kegiatan dakwah, maka tidak heran dan
tidak mustahil akan ditemukan masalah-masalah yang dapat menghambat
kelancaran dalam menyampaikan meteri dakwahnya baik, itu faktor dari
internal maupun dari eksternal.
Adapun hambatan-hambatan dari dalam (internal) yang dialami Hj.
Lutfiah Sungkar adalah masalah yang sudah beranjak usia lanjut. Adapun
profesi kesibukan keseharian beliau disamping sebagai juru dakwah, beliau
juga pembimbing Haji dan Umrah di Ummi tour Travel, sehingga terkadang
aktivitas dakwah yang dilaksanakan tidak mencapai sasaran dan tujuan
dakwah yang diharapkan secara maksimal.
Hambatan dari faktor eksternal adalah respon dari kebanyakan
masyarakat yang bersikap tidak peduli terhadap berbagai aktivitas dakwah
yang dilaksanakan oleh Hj. Lutfiah Sungkar. Di tambah lagi dengan
tayangan media massa yang mengekspos beliau mengenai perceraian dengan
mantan suaminya, sehingga masyarakat menjadi berubah tidak seperti yang
diharapkan beliau. Jadi disinilah tantangan bagi seorang juru dakwah
khususnya, Dra. Hj lutfiah Sungkar sebagai manusia biasa. Untuk
menanggulangi hambatan-hambatan internal Hj. Lutfiah Sungkar (dalam hal
kesehatan), beliau telah melakukan berbagai upaya mencoba merintis
kegiatan dakwahnya dari kalangan orang terdekat dari pihak keluarga
sendiri.
Sedangkan untuk menanggulangi hambatan-hambatan yang bersifat
eksternal seperti yang telah disebutkan di atas, Hj. Lutfiah Sungkar berusaha
memberikan pengertian kepada warga masyarakat bahwa, kiprahnya atau
aktivitas dakwah yang dilakukannya adalah semata-mata untuk
melaksanakan perintah Allah SWT yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an,
yaitu untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.
Dra. Hj Lutfiah Sungkar juga menyadari bahwa aktivitas-aktivitas
dakwah yang dilakukannya tidak langsung dapat diterima oleh masyarakat
luas. Namun beliau terus menerus berusaha setahap demi setahap untuk
menyakinkan masyarakat tentang kebenaran yang disyi’arkan dalam
dakwahnya.95 Karena ketika permulaan bahkan hingga akhir hayat Rasullah
SAW, selalu mendapatkan berbagai macam tantangan dan hambatan dalam
usaha beliau untuk menyi’arkan agama Allah SWT, kepada segenap manusia
yang ada di muka bumi. Hal yang memberi motivasi beliau untuk tetap
melakukan perjuangannya.
Perjuangan Hj. Lutfiah Sungkar bukan suatu hal yang mudah, karena
umat Islam seperti di kota metropolitan seperti sekarang ini yang sangat
rentan dengan pengaruh-pengaruh negatif yang timbul, hal ini dipengaruhi
budaya asing yang lebih condong bersifat negatif akan membawa perubahan
terhadap tingkah laku umat Islam itu sendiri.
95
Shelly, Menejer Hj. Lutfiah Sungkar, Wawancara Pribadi,Jakarta, 17
Mei 2008.
Dengan demikian keberadaan Hj. Lutfiah Sungkar, diperlukan sekali
di tengah-tengah kehidupan masyarakat sekarang ini dalam upaya
memberikan pencerahan demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat
dalam melaksanakan dakwahnya kepada jalan yang dirhidai Allah dan
Rasul-Nya.
BAB V
PENUTUP
Dari uraian atau analis diskkriftif penulis tentang kiprah Hj. Lutfiah
Sungkar dalam pelaksanaan tugas dakwahnya dapat penulis simpulkan adalah
sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Dra Hj Lutfiah Sungkar memberikan pandangan dalam kegiatan dakwahnya
yaitu bahwa, dakwah yang selama ini beliau lakukan adalah merupakan
suatu pengabdian terhadap Allah SWT dengan penuh keikhlasan semata
untuk menyampaikan misi dakwah beliau, dan bentuk dakwah yang beliau
gunakan adalah bil lisan, bil qalam, bil hal. Oleh karena itu, kewajiban
berdakwah bukan hanya seorang da’i atau da’iyah saja melainkan juga
setiap orang muslim mempunyai kewajiban yang sama dalam hal mengajak
orang lain kepada jalan kebaikan dan melarang kejalan yang bertentangan
dengan ajaran agama.
2. Kiprah atau kegiatan dakwah Dra Hj Lutfiah Sungkar yang selama ini masih
berjalan tidak hanya melalui media massa saja, melainkan juga di majlis-
majlis ta’klim khususnya, di kediaman beliau sendiri dan di Petukanga,
Jakarta Selatan, yang notabenenya adalah ibu-ibu rumah tangga.
3. Eksistensi Dra Hj Lutfiah Sungkar pada saat ini dalam kiprah dakwahnya
masih bisa bersinar di masyarakat Jakarta selatan, setelah sekian lamanya
tiadak lagi eksis di media. Yang mengangkat nama beliau banayak di kenal
dan bersinar sehingga beliau menjadi da’iyah yang populer.
B. Saran
Selanjutnya dari proses penulisan skripsi ini untuk yang terakhir,
ada beberapa saran atau masukan dari penulis untuk siapa pun yang dapat
menjadikan pengajian Dra. Hj Lutfiah Sungkar sebagai sarana menambah
ilmu, amal, dan takwa kita pada Allah SWT. Saran-saran diantara lain:
1. Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang sekarang pengajiannya tetap eksis dalam
dunia dakwahnya agar tetap di pertahankan tidak berhenti samapai
kapan pun, harapan pada Hj. Lutfiah Sungkar untuk eksis lagi di
berbagai media seperti dahulu. Agar semua lapisan masyrakat mudah
untuk mengikutinya.
2. Bagi semua para da’iah yang ada di seluruh Negri ini, Mudah-mudahan
bisa mengikuti seperti Hj.Lutfiah Sungkar di dalam dunia dakwah, yang
pada saat ini krisis akan penanaman moral pada masyarakat.dalam
menyamaikan kebenaran Allah SWT,
3. Selanjutnya saya sarankan kepada seluruh umat Islam bahwasanya
dakwah bukan saja dari da’i ataupun da’iyah. Melainkan dari diri
sendiri sangat penting untuk menata hidup yang di ridhai Allah SWT.
4. Untuk selanjutnya di majlis tak’lim, media cetak, atau elektronik
dalam menyampaikan dakwah untuk materi yang akan di sampaikan
lebih banyak referensi yang secara eksplisit dari Al-Qur’an dan Hadits.
`
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Amin, M. Masyur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogyakarta: Al-Amin Press,
1997.
.........., Dakwah dan Pesan Moral, Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997.
Amarullah Ahmad,(ed), Dakwah Islam dan Perbuatan Sosial, Yogyakarta:
PLP2M, 1985.
Anshori, Hafi, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas,
1993.
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Arifin,M, Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara,
2000.
Ashari, Hapi, Pemahaman Dan Pengalaman Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993.
Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, kamus kontemporer Arab Indonesia,
Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1998.
Aziz, Moh. Ali. M.Ag, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2004.
Azra, Azyumardi, “Biografi Sosial Intelektual Ulama Perempuan: Pemberdayaan
Historiografi” Dalam Buku” Ulama Perempuan Indonesia” . Gramedia
Bekerja sama Dengan PPIM IAIN Jakarta, 2000.
Bachtiar, wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Komunikasi Dakwah, Jakarta: Logos,
1997.
Barokah,, Muhammad Perempuan Islam Dalam Perkembangan Zaman:
Feminisme, Tidak Harus Ditolak Jakarta: Golden Terayaon Press, 1994.
Darussalam, Ghazali, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiiyah, Malaysia: Nur Niaga
SDN BHD, 1999.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka,1990.
Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta,
P.T. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999.
Firdaus, Panji-Panji Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Mulia, 1994.
Ghazali, M Bahri, Dakwah Komunikatif, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997.
Ghazali BC. TT., Kamus Istilah Komunikasi, Bandung: Djambatan, 1992.
Hafidudin,Didin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Islami Press, 1998.
Halim Mahmud, Ali Abdul, Jalan Dakwah Muslimah, Solo: Era Intermedia, 2007.
Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam: Teknik Dakwah dan Lledership, Bandung:
Diponogoro,1998.
Hasanuddin, Hukum Dakwah : Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia,
Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
................., Rhetorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan Surabaya:
PT. Usaha Nasional,1982.
Ma’ruf Noor, Farid, Dinamika dan Akhlak Dakwah, Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1981.
Mahmud, Ahmad, Dakwah Islam Kajian Kritis Terhadap Metode Dakwah
Rasullah.Bogor: Pustaka Thariqun Izzan, 2000.
Moleong, Lexy, J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: P.T. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Muhaimin, Abda Slamet, Prinsip-Prinsip Metode Dakwah, Yogyakarta: Sipress,
1996.
Mulkham, Abdul Munir, Idiologi Gerakan Dakwah, Yogyakarta: Sipress, 1996.
Munzier, Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah Jakarta: Prenada Media
2003.
Munir, dkk, Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani press, 1999.
Nasir, Fiqhud Dakwah, Solo: Ramadhani, 1987.
Nazir, Muhammad, Metode penelitian, Jakarta: Gaila Indonesia, 1988.
Partanto Lihat Pius dan Al-Barry Dahlan, Kamus Ilmiah Populer,Surabaya:
Arloka,1994.
Rafi ar- Mustofa,I, Potret Juru Dakwah, Jakarta: Pustaka Al-Kausar 2002.
Ridwa,Kafrawi, dkk,. Ensiklopedi Islam, Jakarta: P.T.Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999
Rahmat, Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya
2002.
Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizzan, 1998.
Shaleh, Abd Rosyad, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Siddik, Syamsuri, Dakwah dan Teknik Berkhutbah , Bandung: PT. Al-Ma’arif
1981.
Suhartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005.
Surahmad, Winarno Menyusun Rencana Penelitian, Bandung: CV. Tarsita, 1989.
Sobur, Alex, analisis Teks Media, Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 2001.
Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.
Takariawan, Cahyadi, Prinsip-Prinsip Dakwah: Yang tegar di Jalan Allah,
Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005.
Usman, Basyiruddin, M. Asmawi, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers,
2002.
Yahya Zakariya Abu ibn Syaraf an-Nawawi, Riyad as-Solihin, Bairut: Dar al-fikr
1992.
Yakub, Hamzah, Publisistik Islam : Teknik Dakwah dan Ledership Bandung: CV
Diponogoro, 1982.
Yunus, Mahmud, Abdur Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta:
Bulan Bintang,1997.
B. wawancara
Wawancara Dengan Hj. Lutfiah Sungkar, Wawancara pribadi, tanggal, Jakarta:
17 Mei 2008.
Wawancara Dengan Shelly, Menejer Hj. Lutfiah Sungkar, Wawancara Pribadi, Jakarta:17 Mei 2008.
.
WAWANCARA
LAMPIRAN WAWANCARA
Interviewee : Dra Hj Lutfiah Sungkar
Interviewer : Odah Jubaedah
Tempat : Komplek Larangan Indah
Jalan Mawar Raya Blok 03 No 01 Ciledug
Hari / Tanggal: Sabtu 5 April 2008
T : mohon jelaskan sekilas tentang riwayat hidup ustadzah?
J : Riwayat dari mulai ngajar maksudnya …em…waktu itu ibu mulai ceramah
mulai dari anak yang paling kecil mulai buka majlis ta’lim itu dari rumah dari
orang-orang sekitar tetangga-tetangga orang terdekat dulu pertama awalnya
kayak gitu, terus sampai pertama punya majlis ta’lim di pertamburan, waktu itu
buka tetep berjalan, ibu kesanah ngajar itu yang pertama kali, terus em,,,ibu
pergi haji pertama habis punya anak yang paling kecil dari habis itu pertama,
tapi masih…masihsekupnya masih kecil terus ibu kuliah besiknya besiknya
fakultas dakwah setelah S1 ibu teruskan di Al-Azhar juga, terus melanjutkan di
Australia mengambil retorikanya, em…jadikan lebih mateng, retorikanya kan
secara umum, Cuma ibukan punya apa namanya?....lebih spesipiknya ke
bidang Agama, jadi tinggal tahu apa yang disampaikan. Kalau retorikanya kan
secara umum cumin teknis bagaimana menghadapi audiens istilahnya kan
begitu. Em…yaitu dari sempet ibu ke Australia sempet mondar – mandir dan
tapi tiap pulang ngajar-ngajar dan sempet ke TV juga ke TPI pertama kali terus
ke INDOSIAR. SCTV, terus sekarang masih ada SCTV, INDOSIAR masih
keluar rekamannya, terus pertama kali di TV di TPI teru RKM ( Radio Kayu
Manis ) lama tuh, berapa tahun uadah lama mulai dari tahun kapan saya lupa
terus mulai ceramah-ceramahnya mulai banyaklah sampai sekarang lah……
T : Bisakah ustadzah ceritakan mulai pendidikan dimana ?
J : em…di Solo ibukan Aslinya dari Solo dari SD sampai SMA nya di Solo pada
tahun berapa saya ga hapal habisnya dah lama banget yah…jadi ga terlalu
hapal.
T : Dimanakah ustadzah mulai pendidikan Agama ?
J : kan… kalau dikeluarga Arab mereka memang dari kecil, belajar sekolah dua
kali, sampai ke anak saya mengalami sama dari kecil emang ditanam agama,
terus ibuka kuliahnya bagian dakwah jadi nyambung istilahnyakan jadi kayak
gitu, besik dari sekolah kan udah ada jadi gitu.
T : Karya-karya apa saja yang pernah ustadzah buat ?
J : Ya,,,buku yang baru ada, terus yang tidak produksi lagi juga ada namanya apa?
CD juga pernah ada tiga tentang, aku bersyukur jadi wanita, surga dibawah
telapak kaki ibu, ada lagi apa y…ada tiga. Sempet beberapa tahun produksi
terus karena orang banyak yang nanya kan terakhir tidak peroduksi lagi ganti
sama buku, orang minta lagi CD memang ibu keberatan, kalau CD bisa
keliatan wajahnya, ya udah ga usah keluar lagi begitu.
T : Kalau boleh tahu buku apa saja yang pernah terbit ?
J : bukunya yaitu, shalat yang di contohkan Rasul, terus satu lagi kalau ga salah,
em…entar dulu saya lupa, saya cari dulu di lemari.
T : Bagaiamana menurut ustadzah da’i atau da’iah yang ideal ?
J : Ya….semuanay kan bagus-bagus, istilahnya semua orang wajib menyampaikan
baligu………wajib menyampaikan ustadzah, ulama, bukan da’i-da’i saja , tapi
semua orang wajib istilahnya kepala keluarga aj wajib untuk menyampaikan
kepada anak-anaknya dan istri begitu…tapi tetep kebenaran ibu kebenaran,
yang di perhalus maksunya pelan-pelan dulu misalnya ibu ga mau kalau
memang wajib , ya wajib ga bisa jangan dulu, ibu ga bisa ya…pelan-pelan
dulu.
T : Dimana saja kegiatan dakwah ustadzah pada saat ini ?
J : di majlis-majlis ta’lim terus keluar kota, Kalimantan tengah, Samarinda,
keliling Aceh sudah sampai Aceh, ke Papua udah, NTB uadah, Surabaya, Bali,
Lombok, udah deh, keliling-keliling daerah terus udah ke Hongkong uadah,
Singapura , Australia udah, terus ibu juga ngisi radio di Saudi di minta waktu
ibu Umrah di Jiddah udah, pokoknya dah keliling semua….
T : Jelaskan perjalanan dakwah ustadzah pada saat ini ?
J : Maksudnya….kemana-kemana tadi saya bilang udah pernah, tadi saya bilang
…kaya kemari bulan April sudah kedua tempat ke Samarinda dan Mamuzu,
Makasar terus baru kemaren pulang dari Bandung, dari telkom ngundang jadi
kemana saja aja sih…Insya Allah ibu datang, kan kalau orang berpikir kalau
misalnya digantikan orang akan berpikir ibu gak mau, padahal enggak….
mungkin pada kecapean dimana aja she. walaupun dipelosok sekalipun pernaha
datang, ke Ciawi datang sendiri kepelosok-pelosok nyampe. terus ke Mauk ke
Tangerang yang orangnya masih pake baju seperti itu nyampe kok, enggak
pilih-pilih kasih kok! pokoknya kalau sehat kendaraan juga kalau ada dijemput
ada kok gak mempersulit, kalau ngundang ibu gak harus ada surat ataupun
proposal. kalau waktunya sudah cocok dan bisa ibu catat kalau bisa datang.
udah gitu aja!.... InsyaAllah..
T : Aktivitas apa saja yang dilakukan oleh Ustadzah dalam upaya
berdakwah?
J : Ibu sih…ceramah-ceramah itu, bimbingan umroh, bimbingan haji, selama ini
kan tahun-tahun kemaren gitu… ya… kalau ada kesempatan bimbingan umrah,
haji juga. Soalnya tidak di travel ibu saja, kaya di Al-Amien juga pernah di
berbagai travel-travel yang diminta. Ada lagi pernah ibu punya travel juga
namanya Umi Tour Travel.
T : Metode apa saja yang selama ini digunaka oleh Ustadzah dalam aktivitas
dakwah?
J : Pokoknya itu… dari Al-qur’an dan Hadits tak lepas dari itu, jadi yang
disampaikan udah ada rujukannya, jadi orang juga gak bisa protes. Yak an tadi
adik udah ngikutin tadi ibu ceramah. Misalnya ini ada disurat ini jadi orang gak
bisa mungkir dan gak bisa ngelak.
T : Apa faktor pendukung dan penghambat aktivitas dakwah ustadzah pada
saat ini?
J : Selama ini gak ada apa-apa sih… kecuali kecapean, sakit itupun kalau sudah
benar-benar sakit, kadang-kadang juga mereka meminta ibu waktu ngudang
ceramah ibu digantiin, itu misalnya, tapi itu kondisinya lagi sakit. kalau gak
sakit gak mungkin digantiin begitu.
T : Apa faktor pendukung ustadzah bisa menjadi Da’iah yang banyak
dikenal di Media?
J : Ya… mungkin karena ibu dari media-media sudah banyak yang kenal, yah
kebanyakan biasanya orang-orang mengenal ibu dari televisi, jadi mereka
akhirnya mengundang ibu, dan kadang-kadang menanyakan ke media televisi,
atau pun minta nomor telepon dan alamat rumah saya, dan dari luar kota
mencari informasi tentang saya seperti itu. kan ibu juga mengisi di majalah
hidayah juga. iya kan…
T : Apa faktor pendukung ustadzah bisa di Ekspose di media?
J : Enggak… tapi kan kalau udah waktunya Allah juga ngasih kesitu, ya kan…tapi
kalu belum waktunya ya gak begitu, kalau Allah udah berkehendak begitu ya
begitu. terkenal... saya rasa semuanya di atas yang mengatur gak ada dari
siapapun.
T : Apa tujuan dan sasaran aktivitas dakwah Ustadzah?
J : Tujuannya pokoknya masuk ke golongan masyarakat atas dan golongan bawah,
masuk gak milih-milih kasih kok!... Menyampaikan ke orang-orang bawah
juga yang orang-orang atas juga kan seperti itu menyampaikan pesan dakwah.
T : Apa sasaran dakwah Ustadzah?
J : Ibu tidak milih-milih siapapun baik mahasiswa, ataupun anak-anak SMA ibu
siap kok Ok aja gak milih-milih kasih. Itu kan untuk kebenaran makanya ibu
tidak boleh milih-milih. dalam artian kesini gak mau atau males, ibu tidak
begitu.
T : Tahapan-tahapan apa saja yang Ustadzah lakukan dalam aktivitas
dakwah?
J : Biasanya kalau guru itu dengan mempersiapkan dulu, yaitu dengan banyak
baca seperti ibu yang hoby nya membaca apalagi buku-buku agama jadi ibu
seperti itu juga.
T : Apa reaksi masyarakat terhadap aktivitas dakwah ustadzah?
J : ya…selama ini masyarakat banyak respon. mereka seneng apa yang
disampaikan ibu, karena ibu orangnya tegas, ya,..istilahnya mudah dimengerti,
gampang dan bahasanya siapa saja mudah untuk masuk. penyampaianya juga
mudah dimengerti karena kalimat-kalimatnya mudah untuk dimengerti.
T : Buku apa saja yang ustdzah pelajari selama ini ?
J : Banyak sih….seperti Al-Qur’an, Hadits, bukunya Ibnu Ka’sir, pokoknya
banyak deh….buku-buku yang saya pelajari, seperti bukunya Imam Ghazali,
dan buku-buku lainya khususnya buku bidang agama.
T : Pada tahun berapa ustadzah memulai berdakwah ?
J : Sejak umur anak saya yang paling kecil, anak saya yang paling terakhir.
ya….sejak tahun 82 kalau ga salah mulai aktif berdakwah.
T : Siapa yang banyak mendukung dalam pembentukan karakter ustadzah
sebagai da’iah pada saat ini?
J : Kan,..selama ini yang banyak mendukung dari keluarga semua dari anak saya,
dia yang menemani ibu kemana-mana, bapak dulu pernah berjalan. bapak kan,
dulu penceramah juga , jadi istilahnya ga ada apa-pa sih!...kompak-kompak
aja, sama keluarga oke-oke aja!..kan untuk ibadah istilahnya orang ga ada
yang protes. tujuannya untuk ibadah begitu…semuanya sepaham dalam
keluarga.
T : Apakah ada pelatihan khusus ustadzah selama jadi da’iah pada saat ini ?
J : Saya rasa, sebelumnya, itu ya…pada masa-masa kuliah terus ibu ngambil
retorika , jadi persiapan-persiapan teknik penyampaiannya ke audiens kan
sifatnya secara umum ngambil retorika waktu di Australia. jadi ibu punya besik
Agama dan ibu juga belajar besik Agama ,bentuknya Agama jadi cara
penyampainya juga Agama. tapi bukan pesantren ibu dari kecil pendidikannya
Agama terus dalam pendidikan keras.
T : Saat di Australia berapa lama ustadzah belajar ?
J : Jadi begini, di Australia sempet mondar-mandir pada saat sekolah di sanah,
kalau disanah kan sekolahnya hanya secara umum retorikanya saja, soalnya
campur sama bule-bule. istilahnya tidak spesipik dalam bidang Agama, tapi
disana mereka alurnya ke mana-mana kalau ibu memang bidangnya Agama
jadi mudah untuk teknuk penyampainya ke audiens, begitu. ibu di Australia
engga sampe tujuh tahun ko!
T : Apa saja yang ustadzah dapatkan dalam prestasi dakwah ?
J : Ya….waktu itu di musli Award pas lagi bulan mauled di Jakarta di sinih terus
di majalah Hidayah ibu pernah ke Singapura keliling-keliling yang ibu ngisi
sampai sekarang. dari situ banyak tanggapan dan respon dari masyarakat bagus
banget, jadi ibu dapat Award dari situ.
T : Materi apa saja yang ustadzah gunakan selama dalam berdakwah ?
J : Materi yang ibu gunakan ya, secara umum yang mereka butuhkan yang kayak
masalah keluarga. Apa yang jadi pertanyaan jamaah ibu selalu berusaha untuk
menjawab ibu bisa menjawab yang sesuai ibu jawab dari Al-Qur’an yang
selalu ada rujukannya, jadi mereka juga mengerti benar enggga ragu-ragu.
T : Pada waktu kapan ustadzah mengadakan kegiatan dakwah di sinih?
J : Sebetunya waktu itu udah lama sampai waktu itu sampai pernah waktu itu,
yang banyak pengajian Dhuafa sampai tiga tahun empat tahun sebulan sekali
tapi akhirnuya berhenti karena sering keluar kota, untuk undangan keluar kota,
terus kalau saya perhatiin mereka dating hanya untuk ngaji-ngaji kuping
menurut say kurang karena pengajian begini pernah sebelumnya juga. waktu
itu sudah pernah bahkan jamaahnya suami istri, suaminya di depan istrinya di
dalam. begitu, pikirnya kan kesanah tapi sekarang lebih dibuat khusus untuk
perempuan-perempuan saja. begitu aja sih!.
T : Apa alasan ustadzah melakukan dakwah di sinih?
J : Alasannya…kan banyak orang-orang kantor yang ga bisa dateng ga bisa ikut
pengajian, mereka yang ga bisa ikut dan ga bisa dateng pengajian orang-orang
yang sibuk di kantor jadi kalau hari sabtu libur, banyak yang datang “ tolong
dong! ustadzah bikin pengajian” orang-orang sinihkan pada di kantor mereka
yang minta, melakukan pengajian ini, ya, udah saya bikin.
T : Selain berdakwah apakah ada kegiatan yang lainnya ?
J : Engga, ada selain berdakwah, mungkin Cuma bimbingan Haji dan Umrah itu
saja, itu juga udah habis waktunya, istilahnya setiap hari sudah sering keluar
paling hari minggu aja, orang-orang yang minta, kayak minggu kemaren waktu
kemakasar hari minggu dan senin, selasa itu orang yang minta, jadi ga tentu,
kadang hari minggu ngisi kadang hari minggu di buat istirahat, ya!.. tergantung
ga tentu juga, kadang kalau ada undangan datang, kalau ga ada waktu di
pergunakan untuk istirahat., berkumpul bersama cucu-cucu dan anak-anak,
begitu.
T : Adakah lembaga dakwah yang ustadzah telah dirikan selama ini?
J : Ya,…kalau lembaga sendiri sih, paling cuma yayasan Alutfiah aja di sinih, itu
aja yang kayak pengajian-pengajian yang ibu bikin Khairunnisssa. Itu ada
beberapa yang ibu rintis dari awal pengajian, tapi semuanya yang ibu nasehatin
apa ya, namanya yang sampai sekarang…..ada yang sampai 17 tahun yang
kemaren kalau ga salah 10 tahun di jalan Cilandak. yang kemaren juga di
lakukan bimbingan ibu terus yang di Petukangan yang memulai awalnya ibu
juga. yang ngajar ibu juga, jadi di beberapa majlis ta’lim itu rata-rata
Khairunnissa yang di bimbing ibu, Khairunnissa jadi cumin nama ibu
istilahnya engga di monopoli ya, yang saya ngajar bebas aja!.. ngajar-ngajar
bebas aja, jadi banyak yang dirintis oleh ibu. Begitu.
T : Apa visi dan misi tujuan ustadzah berdakwah selama ini?
J : Ya,…visi dan misi ingin mencapai kebenaran menuju Ridha Allah. Begitu
aja!...kan semuanya istilahnya ini dilakukan berdasarkan ibadah, jadi menurut
ibu begitu.
Narasumber Peneliti
Dra. Hj Lutfiah Sungkar Odah Jubaedah
ABSTRAK
Odah Jubaedah
Kiprah Dakwah Dra. Hj Lutfiah Sungkar
Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, baik kelompok maupun
individu yang sudah mengerti dan memahami dalam mengamalkan ajaran-
ajaran Islam. Dakwah dapat diterima dengan baik oleh mad’unya apabila
dalam kegitan dakwahnya seorang da’i atau da’iah memberi contoh yang
baik, juga dalam pesan dakwah mudah diterima dengan oleh mad’unya.
Salah satunya adalah kiprah dakwah yang dilakukan oleh Dra Hj Lutfiah
Sungkar.
Setelah mengamati dan mengikuti serta mendengarkan langsung
dakwah Dra Hj Lutfiah Sungkar baik, penerapan atau aktivitas dakwahnya
sangat tepat pada sasarannaya, dan dapat diterima mad’unya khususnya,
para ibu-ibu rumah tangga.
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode pendekatan
kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif baik, berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang
dan prilaku yang dapat di teliti. Metode deskriptif analisis yang penulis
lakukan ini yaitu, sebuah metode yang mendeskripsikan gagasan primer
yang diper oleh dari hasil wawancara mendalam dengan narasumber yang
akan menghasilkan penafsiran penulis.
Dra Hj Lutfiah Sungkar adalah seorang da’iah yang memiliki
kemampuan dalam aktivitas dakwahnya menuju sasaran dengan baik
sehingga dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat khususnya
kalangan perempuan.
WAWANCARA
Dengan Jama’ah Dra. Hj Lutfiah Sungkar
Interviewee : Fifin
Interviewer : Odah Jubaedah
Tempat : Komplek Larangan Indah, Jalan Mawar Raya Blok 03 No 01
Ciledug
Hari / Tanggal : Sabtu 14 juni 2008
T : Apa alasan jama’ah mengikuti pengajian Dra Hj Lutfiah Sungkar?
J : Saya, alasannya ada enam hal mengaji kesinih; yang pertama menghilangkan
kebodohan, yang kedua mencari ridha Allah, yang ke tiga mengharap surga
Allah, yang ke empat menghidupkan Islam, yang ke lima mensyukuri nikmat
Allah, apa yang telah Allah berikan atas kenikmatan sehatNya, ya, kalau saya
ga sehat saya ga biasa ngaji kesinih dan yang ke enam memang saya harus
bergaul sama orang alim, kitakan perempuan ustadzah perempuan karena di
tempat saya kebanyakan da’inya laki-laki. Begitu.
T : Apakah jama’ah menyukai cara penyampaian dakwah yang dilakukan
Dra. Hj Lutfiah Sungkar?
J : Kalau yang namanya dakwah saya harus sukai meskipun orang itu saya benci,
jadi saya the, ngarah elmuna cek Sunda mah, bilang begitu. ibarat kita punya
ayam , jadi apa-apa ibarat ayam kalau yang kita ambil telornya bukan ta’inya.
T : Bagaimana pendapat jama’ah tentang figur Dra. Hj Lutfiah Sungkar?
j : Y, cukup penting kita kan yang namanya perempuan, bisa nanya apa saja,
bebas walaupun masalahnya yang sangat pribadi, terutama kalau kita lagi
masalah mens (haid) kalau sama ustad da’i laki-laki kita ga berani jadi kalau
sama beliau saya berani, jadi saya sama beliau seperti itu.
T : Bagaimana pandangan jama’ah tentang penyampaian isi ceramah yang
di lakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar?
J : Menurut saya cukup konkrit, saya senag tapi kan kalau masalah ilmu itu saya
tidak sempurna dari satu orang tidak bisa . Mungkin kalau ustadzah pinter
berdakwah mungkin yang lain pinter sesempurna dimana gitu, jadi tidak
mungkin ada kesamaan antara ustad ini sama ustad ini, disinih kita hormati
kekurangan orang.
T : Apa yang jama’ah sukai dari sosok Dra. Hj Lutfiah Sungkar?
J : Banyak ilmunya, jadiakan Allah memang mencintai orang-orang yang alim.
T : Tanggapan jama’ah tentang peranan dakwah yang dilakukan Dra. Hj
Lutfiah Sungkar?
J : Ya, kan kita dalam kehidupan sehari-hari banyak kekurangan kalau di TV-TV
lain atau masalah-masalah yang lain butuh penerangan dan banyak kejadian
macem-macem, jadi disinih saya mendapatkan keterangan dari ilmu ustadzah
yang di sampaikannya. Begitu.
WAWANCARA
Dengan Jama’ah Dra. Hj Lutfiah Sungkar
Interviewee : Rital
Interviewer : Odah Jubaedah
Tempat : Komplek Larangan Indah, Jalan Mawar Raya Blok 03 No 01
Ciledug
Hari / Tanggal : Sabtu 14 juni 2008
T : Apa alasan jama’ah mengikuti pengajian Dra Hj Lutfiah Sungkar?
J : Ya, untuk memperbaiki diri, mencri tau apa yang tidak menjadi tau, kan,
tujuan kita untuk mencari ilmu dan beribadah kepada Allah beriman apa yang
telah Allah katakana, jadi pada hakikatnya kita di ciptakan untuk beribadah
karena banyak kekurangan-kekurangan jadi kita ikut pengajian-pengaajian ini
hanya untuk memperbaiki diri dari yang tidak tahu memjadi tahu.
T : Apakah jama’ah menyukai cara penyampaian dakwah yang dilakukan
Dra. Hj Lutfiah Sungkar?
J : Ya, ..sangat menyukai karena begitu eksplisit, jelas, gamblang, saya menyukai
karena mudah sekali untuk diresapi oleh otak kita,
T : Bagaimana pendapat jama’ah tentang figur Dra. Hj Lutfiah Sungkar?
J : Waah, cukup baik dan bagus juga positif, beliau adalah serang ustadzah yang
banyak berperan dalam bidang dakwah, mungkin suatu saat ada Lutfiah
Sungkar-Lutfiah Sungkar yang akan datang. Seperti itu.
T : Bagaimana pandangan jama’ah tentang penyampaian isi ceramah yang
di lakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar?
J : Ya, masuk diakal, jelas, tadi gamblang, jelas selalu berdalil dari Al-Qur’an jadi
ga ada keraguan sama sekali, tiadak ada keraguan karena, pokoknya seneng
deh! ikut pengajian ini.
T : Apa yang jama’ah sukai dari sosok Dra. Hj Lutfiah Sungkar?
J : Cukup, gamblang, kalau nerangin, enak everything befress tidak pernah
menyimpang dari Al-Qur’an dan Hadits, jadi kita srek dan mantep untuk
mengikutin ini, kenapa mantep dan srek karena berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits bukan berdasarkan apa-apa atau yang lainnya. Gitu Loh….
T : Tanggapan jama’ah tentang peranan dakwah yang dilakukan Dra. Hj
Lutfiah Sungkar?
J : Peranannya, ya, bagus. Cukup aktif bagus euh….karena sekarang kurang
karena udah ga ada di TV ga ada di Radio jadi harus banget ngikutin atau
dengerin, kalau dulu ka nada di TV ada di Radio jadi mudah sekali di dapat
dan terjadi waktu tinggal ctrek ada, sekarang tidak terjadwal untungnya ada di
rumah beliau, kalau tidak ikut kita rugi-rugi banget.
WAWANCARA
Dengan Jama’ah Dra. Hj Lutfiah Sungkar
Interviewee : Sofiah
Interviewer : Odah Jubaedah
Tempat : Komplek Larangan Indah, Jalan Mawar Raya Blok 03 No 01
Ciledug
Hari / Tanggal : Sabtu 14 juni 2008
T : Apa alasan jama’ah mengikuti pengajian Dra Hj Lutfiah Sungkar?
J : Euh….satu untuk menambah wawasan dan ilmu, karena dengan ilmu kan “nur”
cahaya di hati kita menambah wawasan dan ilmu mudah-mudahan berharap
dari ilmu ini bermanfaat tanpa ada yang tidak di inginkan.
T : Apakah jama’ah menyukai cara penyampaian dakwah yang dilakukan
Dra. Hj Lutfiah Sungkar?
J : Saya, suka sekali, karena mengambilnya cuma dari Al-Qur’an karena itu
pedoman hidup adalah Al-Qur’an,
T : Bagaimana pendapat jama’ah tentang figur Dra. Hj Lutfiah Sungkar?
J : Tentang figure ustadzah , menurut saya nie…pribadi saya, dia memang
orangnya , apa istilahnya? bertanggung jawab untuk agamanya dia
memberikan apa yang diberikan Allah , diberikan untuk manusia lain, manusia
biasa seperti saya mungkin, lebih bermanfaat untuk ilmunya supaya
bermanfaat begitu.
T : Bagaimana pandangan jama’ah tentang penyampaian isi ceramah yang
di lakukan Dra. Hj Lutfiah Sungkar?
J : Pandangan menurut saya, yaitu: memang bagus ya…waktu isi penyampainya
berkesan menurut saya karena semuanya yaitu kembali dari Al-Qur’an dan
Hadits tidak menyeleweng dari itu jadi itu yang saya sangat sukai, karena kita
semua ditinggalkan oleh Rasullah ada dua pesan yaitu Al-Qur’an dan Hadits
Rasullah, nah….jadi yang disampaikan ustadzah memang betul, itu yang di
amanatkan oleh Rasullah.
T : Apa yang jama’ah sukai dari sosok Dra. Hj Lutfiah Sungkar?
J : Sosok ustadzah memang patut untuk kita tiru dan banggakan karena beliau
orangnya, bagus dan pintar juga banyak ilmunya yang di dapat, lagi-lagi beliau
ceramah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Begitu.
T : Tanggapan jama’ah tentang peranan dakwah yang dilakukan Dra. Hj
Lutfiah Sungkar?
J : Dakwahnya, ya….sebetulnya bukan apa-apa ya…itu satu, memang
berkewajiban menyampaikan dakwah, ini wajib bagi manusia siapa saja,
terutama bagi diri saya juga, bu Lutfiah juga, itu wajib menyampaikan apa
yang di punya wajib menyampaikan apa yang diberikan oleh Allah, itu
istilahnya bukan mencari seperti, apa namanya ? itu, mencari pujian orang,
manusia, pujian siapa pun pujian hamba-hamba Allah yang apa beliau tidak di
inginkan dan dipuji, tapi menyampaikan karena Allah semata-mata untuk ilmu
bermanfaat dan menyampaikan kebenaran dan yang datang dari Allah SWT.