keragaman pemaknaan murabahah - stiesia

24
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 433 KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH Lies Ernawati [email protected] STIE Widya Dharma Malang Unti Ludigdo Ari Kamayanti Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT The aims of this study is understand the meaning of murabahah financing by the BMT practitioners and scholars through intensionalisme hermeneutics. Intensionalisme hermeneutics used by practitioners and scholars to analyse how cultural and historical aspect of practitioners and scholars will murabaha interpretation. There were two informants from BMT Managemen, three informants from BMT customers, and four informants from scholars. The result shows, that scholars perceive murabahah as sale of mutual trust. The managements BMT perceive murabahah as a fair sale credit, mutually beneficial and have social aims. The BMT customers perceive murabahah as sale with recurring payments, easy and also has social objectives. Key words: Meaning, murabahah, intentionalist hermeneutics. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memahami pemaknaan murabahah oleh praktisi pembiayaan murabahah pada BMT dan ulama melalui hermeneutika intensionalisme. Hermeneutika intensio- nalisme digunakan agar peneliti dapat memahami bagaimana aspek kultur dan historis praktisi dan ulama menginterpretasikan murabahah. Terdapat dua informan dari pihak manajemen BMT, tiga informan dari nasabah BMT dan empat informan dari ulama. Dari hasil wawancara dengan informan makna Murabahah yang diberikan ulama adalah jual beli amanah yang saling menguntungkan. Menurut manajemen BMT makna murabahah adalah jual beli kredit yang adil, saling meng- untungkan dan bertujuan sosial. Menurut nasabah BMT makna murabahah adalah jual beli kredit yang murah, mudah serta bertujuan sosial. Kata Kunci: Pemaknaan, murabahah, hermeneutika intensionalis PENDAHULUAN Murabahah sebagai salah satu produk lembaga keuangan syariah (LKS) sampai saat ini paling digemari.Tidak hanya oleh pengelola LKS, tetapi juga masyarakat se- bagai konsumen. Hal ini karenakan mura- bahah dianggap sebagai produk LKS yang paling mudah transaksinya dan jelas ke untungannya. LKS merupakan bagian dari aktivitas sistem keuangan yang memberi kontribusi bagi kepentingan masyarakat secara mediatif yang menghubungkan unit surplus dan unit defisit (Fauzi, 2011). Secara fundamental menurut Tri- yuwono (2011a) karakter lembaga keuangan konvensional dan LKS sangat berbeda. Perbedaan tersebut menjadi ciri khas ma- sing-masing lembaga keuangan. Kehadiran LKS merupakan jawaban dari kegelisahan masyarakat terhadap riba yang melekat pada perbankan konvensional. Kehalalan akan riba dari sistem bunga (interest fee) inilah yang menjadi sorotan ulama. Bagai manapun juga, bunga yang ada pada per- bankan konvensional merupakan tambahan atas hutang (uang) dan hal ini dalam Islam

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

433

KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH

Lies [email protected]

STIE Widya Dharma MalangUnti Ludigdo

Ari KamayantiPasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang

ABSTRACT

The aims of this study is understand the meaning of murabahah financing by the BMT practitioners andscholars through intensionalisme hermeneutics. Intensionalisme hermeneutics used by practitioners and scholarsto analyse how cultural and historical aspect of practitioners and scholars will murabaha interpretation. Therewere two informants from BMT Managemen, three informants from BMT customers, and four informants fromscholars. The result shows, that scholars perceive murabahah as sale of mutual trust. The managements BMTperceive murabahah as a fair sale credit, mutually beneficial and have social aims. The BMT customers perceivemurabahah as sale with recurring payments, easy and also has social objectives.

Key words: Meaning, murabahah, intentionalist hermeneutics.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memahami pemaknaan murabahah oleh praktisi pembiayaanmurabahah pada BMT dan ulama melalui hermeneutika intensionalisme. Hermeneutika intensio-nalisme digunakan agar peneliti dapat memahami bagaimana aspek kultur dan historis praktisi danulama menginterpretasikan murabahah. Terdapat dua informan dari pihak manajemen BMT, tigainforman dari nasabah BMT dan empat informan dari ulama. Dari hasil wawancara dengan informanmakna Murabahah yang diberikan ulama adalah jual beli amanah yang saling menguntungkan.Menurut manajemen BMT makna murabahah adalah jual beli kredit yang adil, saling meng-untungkan dan bertujuan sosial. Menurut nasabah BMT makna murabahah adalah jual beli kredityang murah, mudah serta bertujuan sosial.

Kata Kunci: Pemaknaan, murabahah, hermeneutika intensionalis

PENDAHULUANMurabahah sebagai salah satu produk

lembaga keuangan syariah (LKS) sampaisaat ini paling digemari.Tidak hanya olehpengelola LKS, tetapi juga masyarakat se-bagai konsumen. Hal ini karenakan mura-bahah dianggap sebagai produk LKS yangpaling mudah transaksinya dan jelas keuntungannya. LKS merupakan bagian dariaktivitas sistem keuangan yang memberikontribusi bagi kepentingan masyarakatsecara mediatif yang menghubungkan unitsurplus dan unit defisit (Fauzi, 2011).

Secara fundamental menurut Tri-yuwono (2011a) karakter lembaga keuangankonvensional dan LKS sangat berbeda.Perbedaan tersebut menjadi ciri khas ma-sing-masing lembaga keuangan. KehadiranLKS merupakan jawaban dari kegelisahanmasyarakat terhadap riba yang melekatpada perbankan konvensional. Kehalalanakan riba dari sistem bunga (interest fee)inilah yang menjadi sorotan ulama. Bagaimanapun juga, bunga yang ada pada per-bankan konvensional merupakan tambahanatas hutang (uang) dan hal ini dalam Islam

Page 2: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

434 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456

dilarang, karena dianggap riba (Yulianti,2007).

Beberapa sumber hukum yang me-larang adanya riba antara lain: Al-Qur’anSurat Al-Baqarah[2] ayat 275 sampai 281,yaitu melarang keras orang yang meng-ambil riba, dan menyatakan mereka dalamkeadaan perang dengan Allah dan Rasul-Nya. Ayat tersebut juga menetapkan per-bedaan yang jelas antara perdagangan danriba. Ayat tersebut juga memerintahkankaum muslim untuk meninggalkan semuariba yang masih ada, memerintahkan me-reka untuk hanya mengambil jumlah pokokpinjaman saja, dan membebaskan jika pe-minjam mengalami kesulitan.

Pada tahun 1990, para ulama me-ngadakan lokakarya tentang bunga bankyang dilaksanakan di Bogor. Tujuan loka-karya ini adalahuntuk memunculkan bankIslam di Indonesia sebagai jawaban ataskegelisahan masyarakat tentang bungabank. Simpulan dari lokakarya tersebutadalah bahwa sementara belum ada bankIslam, maka bunga bank masih dibolehkanatas dasar karena darurat (Luqman, 2008).Lebih lanjut Luqman (2008) yang mengutipKH. Hasan Basri menyatakan bahwa adadua pandangan dalam Islam mengenaibunga bank, pertama, bunga bank adalahharam karena mengandung unsur tamba-han pembayaran (ziyadah) dan tanpa risiko(muqobil). Tambahan pembayaran tersebutdisyaratkan dalam perjanjian dan dapat me-nimbulkan pemerasan; kedua, bunga bankdianggap halal karena adanya unsur sukarela antara dua pihak, tidak ada pemerasan,dan mempunyai fungsi untuk kepentinganumum. Namun demikian dalam lokakaryatersebut dengan keras dituntut adanya bankIslam.

Bank Islam merupakan lembaga keuangan Islam yang harus berperan aktif dalammemberi manfaat sosial-ekonomi agar da-pat meningkatkan kesejahteraan masya-rakat (Ali, 2012). Selain itu dalam pelak-sanaan operasionalnya diwajibkan menggunakan prinsip-prinsip syariah Islam.Prinsip syariah adalah aturan perjanjian

berdasarkan hukum Islam antara lembagakeuangan dengan pihak lain untuk me-nyimpan dana dan atau pembiayaan ke-giatan usaha, atau kegiatan lainnya sesuaidengan syariah (Luqman, 2008). Ketikabunga dilarang, Setiawan (2006) berpen-dapat bahwa dalam Islam mendorong parapemilik dana menjadi investor denganmenggunakan dasar pembiayaan secaraIslami. Konsep investor ini merupakanpengganti konsep kreditur dalam kerangkaperbankan konvensional.

Di Indonesia atas usul Majelis UlamaIndonesia (MUI) dan Ikatan CendekiawanMuslim Indonesia ICMI serta tokoh-tokohIslam lainnya, di bentuk bank syariah yangpertama tahun 1991 dengan nama BankMuamalat Indonesia (BMI). Bank tersebutmulai beroperasi pada tahun 1992. Padatahun 1992 setelah BMI berdiri, lahirUndang-undang No. 7 tahun 1992 tentangPerbankan. Namun BMI baru diresmikanpada tahun 1994 sebagai bank pertama yangada di Indonesia yang pengelolaannya tidakberdasarkan bunga tetapi berdasarkan bagihasil (Suparto, 2008). Berikutnya munculkebijakan dual banking system yang diper-kuat dan diperjelas dengan Undang-undangNo. 10 tahun 1998 tentang perubahan atasUU Perbankan (Luqman, 2008). KehadiranUndang-undang tersebut, menarik perhati-an pihakperbankan konvensional untukmembuka unit usaha syariah. Dengandemikian perbankan syariah berkembangpesat dengan terbentuknya Bank UmumSyariah (BUS), Kantor Cabang Syariah(KCS), Unit Usaha Syariah (UUS), BankPerkreditan Rakyat Syariah BPRS, BaitulMaal Wa Tamwil (BMT), dan LembagaKeuangan Syariah (LKS) lainnya (Rahma-wati, 2007; Luqman, 2008; Kristiyanto,2008).

Awalnya perkembangan LKS sebagaisistem alternatif di dalam perekonomianIndonesia diragukan oleh berbagai pihak(Luqman, 2008; Kholis, 2009). Kurangnyapemahaman masyarakat tentang LKS, me-munculkan anggapan bahwa LKS sama sajadengan lembaga keuangan konvensional,

Page 3: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 435

dan justru “bunganya” lebih tinggi (Kholis,2009). Meskipun demikian, masyarakatIslam yang memahami bahwa bunga bankkonvensional adalah riba, lebih merasanyaman dengan menggunakan jasa LKS,sehingga LKS dapat terus tumbuh danberkembang. Pertumbuhan LKS telahmenembus 100 trilyun (Arsyianti dan Beik,2010), akan tetapi pertumbuhan tersebuttidak diimbangi dengan sosialisasi danpengetahuan masyarakat tentang LKS(Fatahullah, 2008; Kristiyanto, 2008). Na-mun demikian kualitas yang dimiliki LKSmampu memberi dorongan kepada pelang-gan untuk menjalin ikatan yang kuat padaLKS (Astuti, 2007). Bailtul Maal Wa Tamwil(BMT) merupakan bagian dari LKS, dengandemikian selain melakukan pengumpulandan penyaluran dana-dana non profitseperti zakat, infaq, dan shodaqah (BailtulMaal), juga melakukan transaksi keuangansebagaimana LKS, yaitu pengumpulan danpenyaluran dana komersial (Baitul Tamwil).Dua kegiatan tersebut menjadi bagian yangtidak terpisahkan dari BMT sebagai lem-baga pendukung kegiatan ekonomi rakyatdengan berlandaskan syariah (Anggadini,2010).

Pada tahun 1997 LKS mampu keluardari badai likuidasi bank ketika terjadikrisis ekonomi. Kemudian pada tahun 2007terjadi krisis financial global akibat krisis subprime mortage yang berdampak hebat padalembaga keuangan konvensional yang ber-basis suku bunga, tetapi aman bagi LKSyang tidak berbasis suku bunga (Aisjah danKusumawati, 2011). Terlepas dari dampakyang muncul sebagai akibat adanya krisis,lembaga keuangan yang beroperasi denganprinsip syariah telah mambuktikan padadunia bahwa LKS mampu bertahan ditengah gejolak nilai tukar dan tingkatsuku bunga yang tinggi (Siregar, 2002).International Monetary Fund (IMF) memper-kirakan telah terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,9% pada 2008menjadi 2,2% pada tahun 2009. Eskposurpembiayaan LKS masih lebih diarahkankepada aktivitas perekonomian domestik,

sehingga belum memiliki tingkat integrasiyang tinggi dengan sistem keuangan global(Luqman, 2008).

Pengelolaan yang profesional berdasarkan prinsip syariah tentunya akan dapatmembuat LKS memiliki kemampuan untukterus tumbuh dan berkembang. MenurutLudigdo dan Dhanias (2011) terdapat duahal yang patut diperhatikan LKS. Pertama,LKS perlu mendorong umat agar lebih aktifberperan serta dalam pertumbuhan danperkembangan ekonomi demi kemajuanumat. Kedua, LKS juga harus perperanlebih giat dalam komitmen sosial yangmemiliki dampak kepada kehidupan yanglebih baik bagi manusia.

Murabahah dari sisi historis menurutMarwal (2010) adalah sistem jual–beli yangdijiplak dari negara Persia (salah satunegara adidaya disaat itu) oleh masyarakatArab Islam dalam aktivitas bisnis merekapada abad pertama hijriah. Sementaramenurut Abdurrahman (2012) munculnyamurabahah sebagai bagian dari produk LKSdigagas oleh Dr. Sami Hamud dalamdisertasi doktoralnya tahun 1976 denganjudul Tathwîr al-A’mâl al-Mashrifiyah bimâYattafiqu ma’a asy-Syarî’ah al-Islâmiyah, yangkemudian disebut murâbahah li al-âmir biasy-syirâ’. Namun dalam praktiknya hanyadisebut murabahah saja. Faktanya murabahahtersebut berbeda dengan murabahah yangdijelaskan para fukaha yang memaknaimurabahah dari asal kata al-Murabahahyangdiambil dari bahasa Arab ar-ribhu yangberarti kelebihan dan tambahan (keun-tungan), adalah jual beli dengan modalditambah keuntungan yang diketahui.Murabahah yang digagas Hamud tersebutselanjutnya disebut sebagai murabahahkontemporer.

Dewan Syariah Nasional (DSN) MajelisUlama Indonensia (MUI) melalui Keputu-san DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000tentang murabahah dijadikan sebagai dasardibolehkannya murabahah menjadi produkLKS. Untuk mendukung transaksi mura-bahah pada LKS, DSAS pun mengeluarkanstandar akuntansi untuk murabahah yang

Page 4: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

436 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456

diatur dalam PSAK No. 102 tentangAkuntansi Murabahah. Selanjutnya perlaku-an akuntansi untuk praktik murabahah me-ngacu pada PSAK tersebut.

Perkembangan murabahah yang pesatmenimbulkan dua pertanyaan: Apakah aplikasinya saat ini alami ataukah dipaksakan?Maksud aplikasi alami disini bahwa mura-bahah diposisikan sebagai sifat asalnya dandipraktikkan secara benar. Dan jika di-paksakan, hal tersebut menunjukkan bahwatransaksi murabahah diimplementasikan ti-dak sebagaimana mestinya. Ada beberapahal yang menjadikan praktik murabahahmenjadi kurang syariah seperti yang di-sampaikan Kusmiyati (2007), hal-hal yangdinilai belum memenuhi persyaratan akadmurabahah terdiri dari: pertama, murabahahdigunakan untuk tambahan modal; kedua,pembelian barang murabahah, dilakukandengan cara mewakilkan kepada anggota-nya.

Ammar (2012)berpendapat bahwa im-plementasi murabahah pada LKS dilakukandengan berbagai alasan: Pertama, karenakepercayaan dan kejujuran yang belum bisadilakukan. Kedua, adalah alasan menye-lamatkan dana umat agar aman. Sementaramenurut Usmani (2003) alasan LKS meng-gunakan murabahah adalah: pertama, mura-bahah adalah suatu mekanisme investasijangka pendek, dan dibandingkan denganprofit and loss sharing cukup memudahkan;kedua, mark-up dalam murabahah dapatditetapkan sedemikian rupa sehingga me-mastikan bahwa lembaga keuangan dapatmemperoleh keuntungan yang sebandingdengan keuntungan lembaga keuangan ber-basis bunga yang menjadi saingan lembagakeuangan syariah; ketiga, murabahah men-jauhkan dari ketidakpastian yang ada padapendapatan bisnis-bisnis dengan sistemprofit and loss sharing; keempat, murabahahtidak memungkinkan lembaga keuangansyariah untuk mencampuri manajemenbisnis, karena bukanlah mitra si nasabah,sebab hubungan mereka dalam murabahahadalah hubungan hutang-piutang dagang.

Al-Qur’an, bagaimanapun juga tidakpernah secara langsung membicarakantentang murabahah, meski di sana adasejumlah acuan tentang jual beli, laba, rugi,dan perdagangan. Demikian pula dalamhadist, tampaknya tidak ada hadist yangmemiliki rujukan langsung kepada mura-bahah (Rahmawaty, 2007). Marwal (2010)juga menyampaikan bahwa seiring per-kembangannya, murabahah akhirnya men-jadi sistem jual beli yang dilegitimasi olehpara ulama klasik, bahkan keabsahannyamerujuk kepada konstitusi ulama (ijma’),Imam Al-Kasani (dari ulama Hanafi) men-jelaskan bahwa sepanjang sejarah semenjakdipraktikan sistem murabahah dari generasike generasi tidak ada segelintir komunitasmuslim dan ulama yang mengingkari akankeabsaha sistem jualbeli murabahah. Hal itudapat dijadikan rujukan sebagai bentukijma’.Di samping itu ada banyak alasansistem jual beli murabahah ini diterima olehbanyak kalangan.Syarat utama yang harusdiperhatikan pihak perbankan dalam meng-gunakan produk murabahah adalah bahwaprinsip-prinsip syariah untuk murabahahharus tetap dijaga (Febrianty, 2009).

Menurut Tuasikal (2012) pada prinsip-nya, dalam proses murabahah kerelaankedua belah pihak merupakan unsur yangpenting. Prinsip dasar pembiayaan mura-bahah dijelaskan sebagai berikut: pertama,pembeli harus memiliki pengetahuan ten-tang biaya-biaya terkait dan harga pokokbarang dan batas mark-up harus ditetapkandalam bentuk persentase dari total hargaplus biaya-biayanya; kedua, apa yang dijualadalah barang atau komoditas dan dibayardengan uang; ketiga, apa yang diperjual-belikan harus ada dan dimiliki oleh penjual,dan penjual harus mampu menyerahkanbarang itu kepada pembeli; keempat, adaakad jual beli (Muhammad, 2008). Yaya,et.al (2009:180) menyatakan bahwa dalamtransaksi murabahah rukun yang harusdipenuhi meliputi transaktor, yaitu adanyapembeli (nasabah) dan penjual (bank syari-ah), objek akad murabahah yang di dalam-nya terkandung barang dan harga, serta ijab

Page 5: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 437

dan kabul berupa pernyataan kehendakmasing-masing pihak baik dalam bentukucapan maupun perbuatan.

Beberapa prinsip murabahah tersebutmengindikasikan adanya pemaknaan mura-bahah yang beragam, meskipun sebenarnyainti dari makna murabahah adalah sama.Perubahan makna terjadi ketika murabahahmasuk dalam LKS, yaitu dari jual belimenjadi pembiyaan (Ernawati dan Ludigdo,2012). Nelwan (2010) menunjukkan bahwaterdapat perbedaan pemaknaan antara pi-hak bank syariah yang menganggap mura-bahah adalah jasa pembiayaan atau finan-cing dengan Ditjen Pajak yang meng-anggap murabahah merupakan transaksijual-beli antara bank dengan nasabah, yangadalah obyek PPN, dengan hasil penelitian-nya bahwa murabahah dimaknai sebagaibentuk jual beli menurut hukum Islam.Karena itu transaksi murabahah masukmenjadi obyek yang dikenakan PPN. Na-mun dalam praktiknya terjadi perubahanoleh berbagai pihak, sehingga murabahahtampak semata-mata hanya perjanjian pem-biayaan. Pengenaan PPN adalah pada nilaitambahnya saja, dan method tax creditmembuat tidak menimbulkan pajak ber-ganda (non kumulasi).

Adanya perubahan dan keragamanpemaknaan murabahah dari makna awalkemudian masuk menjadi produk LKS,menjadi motivasi yang mendorong dilaku-kannya penelitian ini. Dengan demikianpermasalahan yang ingin dijawab dalampenelitian ini adalah bagaimanakah pe-maknaan terhadap murabahah oleh praktisipembiayaan murabahah pada BMT danulama? Berdasarkan permasalahan yangada, maka penelitian ini bertujuan untukmenemukan berbagai makna murabahah daripraktisi pembiayaan murabahah (manajemendan nasabah) pada BMT dan ulama.

Hasil penelitian ini diharapkan dapatmemberikan kontribusi baik secara teoretismaupun secara praktis. Kontribusi teoretisdalam penelitian ini adalah pemaknaanmurabahah yang terkonstruk dari praksis,yaitu pertautan antara teori dan praktik.

Kontribusi teoretis kedua bagi kalanganakademisi maupun bagi peneliti adalahpemahaman bahwa pemaknaan murabahahsangat terkait dengan latar belakang historisdan kultur informan.

Secara praktis penelitian ini diharap-kan dapat memberikan gambaran penting-nya pemahaman murabahah bagi SDM BMTdalam rangka mencapai murabahah yanglebih syariah. Tingkat pemahaman sangatdipengaruhi oleh latar belakang SDM, olehkarena itu dapat menjadi pertimbangandalam proses rekruitmen. Kontribusi prak-tis kedua diharapkan berguna bagi masyarakat pengguna jasa lembaga keuangansyariah. Penelitian ini diharapkan dapatdijadikan sebagai pembelajaran bagi masya-rakat ketika akan melakukan transaksimurabahah dengan LKS. Kontribusi praktisketiga diharapkan hasil penelitian ini ber-manfaat bagi DSN MUI dan DPS, terutamadapat dijadikan sebagai masukan dalammengevaluasi praktik murabahahLKS.

METODE PENELITIANSuyanto dan Sutinah (2005: 167) me-

nyatakan bahwa penelitian kualitatif meng-hasilkan data deskriptif mengenai kata-katalisan maupun tertulis, dan tingkah lakuyang diamati dari orang-orang yang diteliti.Ludigdo (2007:67) menyatakan bahwa para-digma interpretif yang lebih bersifat statusquo, menekankan bahwa penelitian padadasarnya dilakukan untuk memahami rea-litas dunia apa adanya. Paradigma interpetifmerupakan kontribusi penting dari tradisiidealis para pemikir Jerman, sebut sajadiantaranya Kant, Hegel, Dilthey, Weber,Husserl, Heidegger, Gadamer, Habermasdan Schutz (Djamhuri, 2011).

Penelitian ini merupakan penelitiandengan pendekatan kualitatif dengan meng-gunakan alat analisis hermeneutikaintensio-nalisme. Hermeneutika menurut Setiawan(2011) menitikberatkan pada inter pretasidan pemahaman produk pemikiran manu-sia tentang dunia sosial dan budaya.Melalui wawancara dan teks yang menjadiacuan dalam penelitian ini, peneliti ingin

Page 6: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

438 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456

berupaya menafsirkan maksud yang ter-kandung dalam setiap ucapan, ekspresiserta bahasa yang digunakan oleh pemberiinformasi. Penafsiran ini pada akhirnyaakan memberi sebuah pemahaman.

Kamayanti (2008) menyatakan bahwahermeneutik atau hermeneutics diambil darikata Hermes. Hermes adalah dewa dalammitologi Yunani yaitu anak dari Dewa Zeus,yang bertugas sebagai utusan para dewauntuk menjelaskan pesan-pesan mereka.Awalnya hermeneutik digunakan untukmenentukan makna kesusasteraan Yunani,dengan pemikiran bahwa dalam perkataanmanusia ada inspirasi Tuhan. Sehinggadapat dikatakan bahwa hermeneutik adalahrefleksi pandangan hidup. Lebih lanjutKamayanti (2008) menyatakan bahwa padatataran ini hermeneutik merupakan pemak-naan mitologi, khususnya mitologi Yunani.

Kristen memerlukan hermeneutik un-tuk mencari nilai kebenaran Bible (Groun-din, 2009: 46). Hal ini menurut Kamayanti(2008) disebabkan karenamereka memilikimasalah dengan teks-teks yang ada padakitab sucinya. Mereka mempertanyakanapakah Bible adalah kalam Tuhan atauperkataan manusia. Maka diperlukan me-tode interpretasi dan hermeneutika untukdapat memberi jawaban. Inilah perubahanfase hermeneutik dari fase mitologi ke faseteologi. Dalam hal ini Abdurrahman (2012)juga menyatakan bahwa asalnya, istilahHermeneutika digunakan dalam bidangstudi yang berkaitan dengan pengemba-ngan metode dan aturan yang dapat me-mandu penafsiran kitab Injil. Selama tahun-tahun pertama abad ke sembilan belas, Her-meneutika menjadi Hermeneutika Umumoleh filsuf dan teolog Protestan, FriedrichSchleiermacher. Schleiermacher telah ber-hasil menyulap Hermeneutika menjadi bi-dang kajian kefilsafatan, dengan meng-angkatnya dari kajian yang secara spesifikhanya membahas bidang yang berkaitandengan agama menjadi kajian yang mem-punyai perhatian lebih tinggi terhadapfilsafat umum tentang bahasa dan upayapemahamannya.

Hermeneutika intensionalisme atau di-sebut juga hermeneutika romantisis, me-nurut Maulidin (2003:10) diusung olehFriedrich Ernst Daniel Schleiermacher yanglahir 21 Nopember 1768 di Breslau Jerman.Schleiermacher hadir sebagai sosok pemikiryang memiliki suatu keyakinan kuat akankekuasaan nalar manusia dan pelacakanyang paten untuk menyingkap kebenarandalam setiap bidang. Schleiermacher meng-identifikasi interpretasi dengan kategoripemahamandan mendefinisi pemahamansebagai pemahaman maksud pembicaradari sudut pandang arah semula dari situasiasli pada wacana (Recoeur, 2012: 58).Hermeneutika sebagaimana disampaikanGroundin (2007:17) secara tradisional di-pahami sebagai teori interpretasi (hermeneuein). Hermeneutika memiliki ciri khasorientasi pada historis.

Pendapat Schleiermacher yang dikutipRicoeur (2012: 58) menyatakan bahwa untukmencapai pemaknaan digunakan empatipsikologis yaitu peneliti harus masuk kedalam isi teks sampai mengalami kembalipengalaman-pengalaman pengarangnya.

Maulidin (2003:12) menyatakan, bah-wa untuk sampai kepada kemampuanpenafsiran seperti yang diangankan Schleiermacher, seorang penafsir atau pembacaharus mampu memadukan aspek praktisdan teoretis dalam kerja-kerja hermeneu-tisnya. Metodologi gandanya ini merefleksidua lapisan hermeneutika yang berbeda.Pertama, merupakan seperangkat alat filo-sofis dan eksegetis yang disebutnya sebagairekonstruksi gramatikal, historis, dan kom-paratif, yang tidak lain adalah kerja her-meneutika pada lapisan praksis.

Sementara menurut Purnamasari danTriyuwono (2010), upaya mencari maknamemang selalu diikuti oleh upaya penaf-siran yang memiliki tujuan untuk mendapatpemahaman. Secara ringkas, model kerjahermeneutika Schleiermacher meliputi duahal. Pertama, pemahaman teks dilakukanmelalui penguasaan terhadap aturan-aturansintaksis bahasa pengarang, sehingga peng-gunaan pendekatan linguistikoleh penafsir

Page 7: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 439

menjadi suatu keharusan. Kedua, penangkapan muatan emosional dan batiniah pe-ngarang secara intuitif dengan menempatkan diri penafsir ke dalam dunia batinpengarang teks. Langkah ini diperlukanuntuk memandu langkah pertama agarpanafsiran tidak melenceng jauh dari mak-na yang dikehendaki pengarang teks (Sari,2010).

Dalam metode tafsir hermeneutika,untuk mengetahui makna sebuah ungka-pan, kita harus menempatkannya ke dalamkonteks yang lebih luas. Untuk memahamikonteks yang lebih luas itu sebaliknya harusdipahami dahulu ungkapan-ungkapan khu-sus yang menyusunnya. Artinya, secaraumum dapat dikatakan bahwa untuk me-mahami bagian-bagian kita perlu memilikipemahaman tentang totalitas, dan totalitasdipahami melalui pemahaman atas bagian-bagiannya. Struktur melingkar penafsiranini disebut Hermeneutic Circle (Kamayanti,2008).

Lingkaran hermeneutis ini adalah sua-tu problem besar. Jika interpretasi itusendiri berdasarkan suatu interpretasi juga,maka lingkaran interpretasi tidak dapatdielakkan. Akibatnya pemahaman sesorangakan teks-teks dan kasus-kasus sejarahtidak akan pernah sampai, karena apabilaseseorang dapat memahami konteksnya,maka konteks sejarah adalah interpretasijuga.

Dalam penelitian kualitatif, prosesanalisis tidak harus dilakukan menungguselesainya proses pengumpulan data(Ludigdo, 2007:108). Maka, secara siste-matis, proses analisis data ini akan di-lakukan melalui tiga langkah. Pertama,peneliti akan mereduksi data. Kedua,peneliti akan melakukan analisis herme-neutika dengan cara menafsirkan teks,bahasa, ekspresi para informan besertakonteks kultur dan historisnya, menjadisebuah kesatuan dan dapat menghasilkanmakna.

Ketiga, peneliti akan menarik simpulanpenelitian. Kesimpulan ini merupakaninterpretasi dari hasil analisis yang di-

lakukan pada langkah kedua. Untuk lebihmudahnya pemaknaan murabahah dapatdilihat pada gambar 1.

Dari gambar 1, dapat dilihat langkahhermeneutikaintensionalisme. “Teks”, yangdalam konteks penelitian ini, diproksikandengan informasi dari informan. Penafsirharus melihat dan mendalami kontekshistoris maupun kultural dalam “teks”.Kultur atau budaya disini sering kali ber-sumber dari budaya suatu bangsa danagama, namun umumnya juga budayasangat dipengaruhi oleh nilai yang dianutorganisasi serta dipengaruhi pula oleh peri-laku pemimpinnya (Sopiah, 2008). Padapenelitian ini konteks kultur dan historisinforman terdiri atas dua sudut pandang,pertama, dari sudut pandang praktisi BMTdan kedua dari sudut pandang ulama.

Situs dan InformanSitus pada penelitian ini adalah BMT di

Kab. Malang. Pemilihan pada situs iniberdasarkan hasil survey pra penelitian,bahwaterdapat praktik murabahah yang disinyalir masih kurang syariah. Dalam pene-litian kualitatif, kehadiran informan men-jadi sangat penting. Tanpa ada informanyang memiliki informasi-informasi menda-lam yang dapat digali oleh peneliti, makasebuah penelitian kualitatif juga tidak dapatterjadi. Informan dalam penelitian ini adasembilan orang, empat orang dari ula-ma,dua orang dari manajemen BMT,dantiga orang dari nasabah BMT.

Dengan pertimbangan kondisi, makadipilihnya sembilan informan tersebut dirasa mampu untuk memberi informasimendalam dan sesuai dengan konteks pene-litian. Informan yang pertama dari sudutpandang ulama adalah AZ. Selain Dosenbeliau juga aktif di beberapa lembagadakwah Islam. AZ juga banyak membuattulisan tentang muamalah syariah. Infor-man kedua dari ulama adalah MS.

Beliau pemilik Pondok Pesantren yangsering memberi tauziah tentang muamalahtidak hanya di masyarakat sekitar pondok,

Page 8: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

440 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456

Gambar 1.Proses Hermeneutika Intensionalisme Terarah

Sumber: Maulidin (2003:7) dimodifikasi

tetapi juga dibeberapa perguruan tinggibaik negeri maupun swasta. Informan ketiga adalah ZN. Putra dari MS ini selainaktif berdakwah, juga memahami bagai-mana bermualah secara syariah. Pema-haman tentang bermuamalah secarasyariah pada LKS diperoleh dari pondokpesantren tempatnya menimba penge-tahuan agama yang juga memiliki LKS.Informan keempat, adalah RZ. Beliauadalah salah seorang ustad, kepala se-kolah SMA Islam di bawah naunganpondok, ketua pengurus pondok, danbeliau juga sarjana akuntansi.

Sementara dari sudut pandang manajemen BMT, informan pada penelitian iniadalah RF, pemilik ide pendirian BMTpada Pondok. Beliau juga salah satupendiri dari organisasi Al Kamil di JawaTimur. Informan ke dua adalah WA.Beliau memiliki latar belakang pendi-

dikan pondok pesantren, dan menempuhS1 jurusan pendidikan agama Islam, yangkemudian mendapat kepercayaan untukmengembang kan BMT. Dari sudut pan-dang nasabah murabahah BMT, Informanpertama adalah ZM, beliau adalah salahsatu staf di koppontren dan juga maha-siswa semester akhir jurusan akuntansipada PTS di Malang, dengan demikiankehidupan pondok tidak asing baginya.Informan kedua adalah IA. Beliau me-rupakan pemilik bimbingan belajar untukanak SD dan juga seorang ibu dari 2orang putri. Meskipun tidak pernah me-rasakan kehidupan pondok dan tidakpernah menempuh pendidikan di madra-sah, tapi beliau lebih suka bekerja samadengan BMT. Informan ketiga adalah SP.Seorang tukang bangunan yang pernahmondok ini juga berakad dengan BMT.

HermeNeutika

In tenSio

na lis me

PagarHermeneutic cir

cle

Praksis maknamurabahah Proses refleksi

KonteksKultural

Konteks Historis

TeksMurabahah

Al Qur’anHadist

Penafsir

InformanPraktisi

Pemaknaan teks

TeksMurabahah

InformanUlama

KonteksKultural

Konteks Historis

Page 9: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 441

MENELISIK MURABAHAH MURNISYARIAH BAGI LEMBAGA KEUANGANSYARIAH

Lathif (2012) menjelaskan bahwa me-nurut istilah, para ulama fiqih mendefinisimurabahah sebagai berikut: pertama menu-rut Burhanuddin al Marghinani dari madz-hab Hanafi, murabahah adalah memin-dahkan sesuatu (harta) yang dimiliki darihasil akad (jual beli) yang pertama denganharga pembelian (al tsaman al awwal) padaakad yang pertama disertai dengan peng-ambilan tambahan keuntungan. Keduamenurut Ibnu Rusdy dari madzab Malikimendefinisi murabahah adalah jual beli yangterjadi apabila penjual menyebutkan kepadapembeli harga awal pembelian (al tsaman alawwal) barang dan mensyaratkan adanyakeuntungan baik dalam bentuk dinarataupun dirham. Ketiga menurut ImamaMawardi dari madzhab Syafii memberimakna murabahah dalam bentuk ilustrasisebagai berikut: jual beli murabahah adalahapabila seorang berkata “Aku jual baju inikepadamu secara murabahah, dari harga belisebesar seratus dirham, saya mengambilkeuntungan pada setiap sepuluh dirhamsebesar satu dirham”. Keempat menurutIbnu Qudamah al Maqdisi dari madzabHambali, memaknai murabahah dengansingkat dan padat yaitu jual beli denganharga modal ditambah keuntungan ter-tentu.

Beberapa pemaknaan terhadap mura-bahah tersebut merupakan penjelasan ten-tang murabahah dalam literatur klasik, dimana barang obyek murabahah tersedia dandimiliki penjual pada waktu negosiasi.Kemudian ia menjual barang tersebut ke-pada pembeli dengan menjelaskan hargabeli dan keuntungan yang akan diperoleh.Karena itu dapat dikatakan praktik tersebutadalah transaksi jual beli biasa. Kelebi-hannya terletak pada pengetahuan pembelitentang harga beliawal sehingga menuntutkejujuran dari penjual dalam menjelaskanharga awal yang sebenarnya.

Jika lebih dicermati lagi sebenarnyameskipun merupakan hasil ijtihad, ke-

beradaan murabahah sesuai makna aslinyamerupakan bagian dari dakwah serta ajakanuntuk semua manusia khususnya umatIslam agar lebih memperhatikan kejujuran.Akan lebih baik lagi jika murabahah di-praktikkan dalam transaksi jual beli secaraumum. Selanjutnya murabahah ini dijadikansebagai bagian dari produk lembagakeuangan syariah.

Telah ada konsensus yang kuat diantara para ulama bahwa operasi lembagakeuangan syariah harus berdasarkan sistembebas bunga. Gharar dapat didefinisikansebagai suatu situasi di mana para pihakyang berkontrak tidak menguasai informasitentang subyek kontrak mereka. Olehkarena itu tipe-tipe future contracts di manasatu pihak ternyata tidak menunjukkanpenguasaan terhadap komoditi yang di-transaksikan, apalagi dengan tanpa penye-rahan barang (non delivery trading contract),adalah tidak sah. Namun demikian, pihakyang dikenal sebagai produsen suatubarang boleh melakukan transaksi pesananmelalui bay’al salam yaitu transaksi spotdengan penyerahan barang kemudian.Dalam kerangka itulah Dewan Syariah ber-fungsi untuk memberi advis kepada lem-baga keuangan syariah guna memastikanbahwa lembaga keuangan syariah dalamoperasionalnya tidak terlibat dalam kontrakyang mengandung unsur-unsur yang tidakdisetujui oleh Islam (Yulianti, 2007).

Lathif (2012) berpendapat bahwa da-lam praktik murabahah pada lembaga keu-angan syariah tidak ada keseragaman mo-del. Terdapat banyak faktor yang melatar-belakangi hal tersebut. Beberapa tipe pene-rapan murabahah dalam praktik lembagakeuangan syariah kesemuanya dapat dibagimenjadi tiga kategori besar, yaitu: Mura-bahah tipe pertama, pada tipe ini praktikmurabahah yang dijalankan konsisten terha-dap fiqh muamalah, di mana lembagakeuangan membeli dahulu barang yangakan dibeli oleh nasabah setelah ada per-janjian sebelumnya. Setelah barang dibeliatas nama bank, barang tersebut kemudiandijual ke nasabah dengan harga perolehan

Page 10: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

442 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456

ditambah margin keuntungan sesuai kese-pakatan LKS dan nasabah. Pembelian dapatdilakukan secara tunai atau tangguh, baikberupa angsuran atau sekaligus pada waktutertentu. Pada umumnya nasabah mem-bayar secara tangguh.

Murabahah tipe kedua mirip dengantipe pertama, tetapi terdapat perpindahankepemilikan langsung dari supplier kepadanasabah, untuk pembayarannya dilakukanLKS langsung kepada penjual pertama/supplier. Nasabah selaku pembeli akhir akanmenerima barang setelah sebelumnya me-lakukan perjanjian murabahah dengan LKS.Pembelian oleh nasabah dapat dilakukansecara tunai atau tangguh baik berupa ang-suran atau sekaligus pada waktu tertentu.Pada umumnya nasabah membayar secaratangguh. Transaksi ini lebih dekat denganmurabahah yang asli, tetapi rawan denganmasalah legal. Menurut Lathif (2012) dalambeberapa kasus ditemukan adanya klaimnasabah bahwa mereka tidak berhutangkepada bank, tetapi kepada pihak ketigayang mengirimkan barang, meskipun nasa-bah sudah menandatangani perjanjian murabahah dengan lembaga keuangan syariah.Perjanjian ini kurang memiliki kekuatanhukum karena tidak ada tanda bukti bahwanasabah menerima uang dari bank sebagaibukti pinjaman atau hutang. Untuk meng-hindari kejadian seperti itu, maka ketikalembaga keuangan syariah dan nasabahtelah menyetujui untuk melakukan tran-saksi murabahah, maka bank akan men-transfer untuk membayar barang ke reke-ning nasabah (numpang lewat) kemudian didebet dengan persetujuan nasabah untukditransfer ke rekening supplier. Dengan caraseperti ini maka ada bukti bahwa danapernah di transfer ke rekening nasabah.Namun demikian, dari perspektif syariahmodel murabahah seperti ini tetap saja ber-peluang melanggar ketentuan syariah jikapihak lembaga keuangan sebagai pembelipertama tidak pernah menerima barang atasnamanya, tetapi langsung atas nama nasa-bah. Karena dalam prinsip syariah akad jual

beli murabahah harus dilakukan setelahbarang secara prinsip menjadi miliki bank.

Murabahah tipe ketiga, merupakan murabahahLKS.Lembaga keuangan syariah me-lakukan perjanjian murabahah dengan nasa-bah, pada saat yang sama LKS mewakilkan(akadwakalah) kepada nasabah untuk mem-beli sendiri barang yang dibutuhkan. Beri-kutnya dana tersebut di kredit ke rekeningnasabah dan nasabah menandatanganitanda terima uang. Tanda terima uang inimenjadi dasar bagi pihak LKS untukmenghindari klaim bahwa nasabah tidakberhutang kepada lembaga keuangan syari-ah karena tidak menerima uang sebagaisarana pinjaman. Tipe ketiga ini menyalahiketentuan syariah jika LKS mewakilkankepada nasabah untuk membeli barang daripihak ketiga, sementara akad jual belimurabahah telah dilakukan sebelum barangsecara prinsip menjadi milik LKS.

MURABAHAHMENURUT ULAMAKonteks Kultur dan Historis Informan

Murabahah yang murni syariah saat inimasih terus diupayakan. Meskipun sudahdijelaskan pada halaman sebelumnya ten-tang murabahah yang murni syariah secarateoretis adalah menurut DSN MUI. Namundemikian, pada penelitian kali ini penelitiingin menggali makna murabahah dari sudutpandang ulamadi luar koridor MUI. Adatiga ulama yang dijadikan informan. Per-tama adalah AZ. Beliau adalah seorangdosen pada salah satu perguruan tinggiIslam di Jakarta. Sarjana Jurusan PeradilanAgama Fakultas Syariah ini juga menem-puh strata dua jurusan Syariah pada tahun2000.

Tahun 2008 AZ menempuh strata dualagi untuk jurusan hukum ekonomi dan saatini beliau sedang menempuh strata tiganyadengan jurusan syariah. Selain backgroundpendidikan yang notabene adalah syariah,AZ juga merupakan sekretaris dari Him-punan Ilmuwan dan Sarjana Syariah Indo-nesia (HISSI). Beliau juga sebagai pengurusKomite Bidang Advokasi, Penelitian, danPengembangan Hukum Syariah Masyarakat

Page 11: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 443

Ekonomi Syariah (MES), Pengurus Depar-temen Hukum Muamalah Maliyah IkatanAhli Ekonomi Islam (IAEI) Pusat, Ketua 1Ikatan Ahli Ekonomi Islam, Dewan Penga-was Syariah dibeberapa lembaga keuangansyariah di Jakarta.

Selain itu AZ juga menulis buku-bukufiqh muamalat, filsafat hukum Islam, sertamenulis standarisasi kompetensi hakimpengadilan agama dalam menyelesaikandispute di lembaga bisnis syariah. Masihsegudang pengalaman, tulisan jurnal danartikel beliau tentang syariah. Berdasarkanbeberapa hal tersebut peneliti merasa AZmemenuhi persyaratan untuk dijadikaninforman dari sudut pandang ulama. Peng-galian data dari AZ dilakukan melalui e-mail.

Informan kedua adalah Putra dari Kyaipemilik Pondok Pesantren yaitu ZN. Alum-nus Pondok Pesantren ini aktif mengikutisetiap kegiatan keagamaan di pondoknyadan juga di masyarakat sekitar. Sosok yangkritis dan tegas ini juga ustad yang me-ngajar di pondoknya juga masyarakat se-kitar pondok. Selain ZN, MS ayah kandung-nya juga aktif berdakwah di beberapa kotadi Indonesia. MS sering diundang olehbeberapa perguruan tinggi untuk dimintaberbagi ilmu agama. Keramahannya men-jadikan siapa saja tidak segan untuk me-nimba ilmu dari beliau. Kyai yang humorisdan sederhana ini memiliki ribuan santriyang diasuh dalam pondok pesantrennyamelalui Madrasah Diniahnya. Berdasarkanbeberapa hal tersebut MS dan ZN layakuntuk dijadikan informan. Informan ke-empat adalah RZ.

Profesi RZ adalah Kepala SekolahSMA Islam di Malang. Beliau juga meru-pakan Ketua Pengurus Ponpes. Bapak yangpembawaannya kalem dan bersahaja inisejak kecil sudah mengenal kehidupan pon-dok. Pendidikan pondok yang diperolehdisempurnakannya dengan pemahaman tentang pengetahuan umum. Karena meskipunmondok, RZ juga menempuh pendidikansampai sarjana. Kegiatan sehari-hari RZselain aktif di sekolah dan di pondok juga

berdakwah di daerah sekitar pondok dandaerah asalnya.

Keempat informan tersebut dinilai cu-kup memberi gambaran yang berbeda an-tara latar belakang kehidupan, tempat be-kerja maupun pengalaman dalam dakwahmereka. Dengan perbedaan tempat tinggal,tuntutan kehidupan juga akan berbeda.Disadari ataupun tidak tuntutan kehidupanakan mengendalikan usaha manusia untukpemenuhannya.Keempat informan dari ula-ma tersebut dirasa mampu untuk mem-berikan perbedaan pemaknaan.

Pemaknaan Murabahah oleh UlamaBerdasarkan HermeneutikaIntensionalisme

Berdasarkan pengalaman yang dimilikidan pemahaman yang dimiliki terhadaplembaga keuangan syariah baik secarateoritis maupun praktis khususnya untukproduk murabahah, berikut pendapat AZdalam memaknai murabahah:

Murabahah adalah salah satu model jual beliamanah (transparan), di mana pihak pem-beli mengetahui secara jelas berapa keuntu-ngan (margin) yang diambil penjual, ataupenjual (wajib) transparan dengan biayamodal pembelian obyek jual beli.

Pendapat di atas memberi pemahamanbahwa jual beli murabahah adalah jual beliamanah. Pemaknaan terhadap murabahahtersebut dapat peneliti kategorikan sebagaimurabahahyang murni syariah sebagaimanapendapat DSN MUI dan para ulama klasik.Sementara praktik yang ada saat inimenurut AZ adalah sebagai berikut:

Praktik murabahah belum mencapai tingkatpaling ideal (KW1), tetapi masih KW 3karena kondisi obyektif lapangan yangbelum memungkinkan atau karena masihmempertimbangkan efisiensi untuk optimalisasi laba.

Pendapat tersebut dapat di persepsikanbahwa AZ paham sekali bagaimana harus-nya murabahah yang benar-benar syariah.Praktik murabahah pada lembaga keuangansyariah yang ada saat ini masih jauh darimurabahah yang ideal atau yang murnisyariah. Kualitas nomor tiga (KW 3) dari

Page 12: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

444 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456

praktik murabahah ini sama dengan apayang beliau tulis bahwa tipe tiga praktikmurabahah menyalahi ketentuan syariah jikabank mewakilkan kepada nasabah untukmembeli barang dari pihak ketiga, semen-tara akad jual beli murabahah telah dilakukansebelum barang secara prinsip menjadimilik bank. Hal ini disebabkan antara lainkarena kondisi laparangan yang belummemungkinkan untuk dilaksanakannyamurabahah yang murni syariah, selain itutujuan utama dari LKS yang masih padaoptimalisasi laba.

Dengan analisis hermeneutikainten-sionalisme, AZ yang berprofesi sebagai do-sen sekaligus bagian dari Badan PengawasSyariah bagi lembaga keuangan syariah dansegudang profesi lain terkait dengan bisnissyariah memaknai murabahah berdasarkanmakna asalnya yaitu sebagai jual beliamanah. Namun secara praktis masih jauhdari makna asal.

Informan kedua dari sudut pandangulama adalah MS. Pemilik dari pondokpesantren ini selain humoris juga men-junjung tinggi kesederhanaan dalam polahidupnya. Pemilik Madrasah Diniyah ber-lantai lima ini sudah lama bergelut denganhukum-hukum Islam dan mengajarkanilmunya kepada anak dan santrinya. Ber-dasarkan hasil wawancara MS ternyatatidak mau berhubungan dengan bank.menurut- nya bank yang ada di Indonesiatidak ada yang lepas dari riba. Sebagaimanapendapat yang dikemukakannya:

Beberapa bank sekarang ini di negara-negara Islam paling banyak dikerjakandengan jalan riba. Bahkan bank tidakdidirikan kecuali dengan jalan riba. Maka-nya tidak boleh bekerja sama dengan bankyang berjalan dengan riba kecuali dalamkeadaan terpaksa.

Ketika lembaga keuangan didirikan denganjalan riba tentu segala sesuatu yang di-kerjakan untuk kepentingan lembaga keua-ngan juga mengandung riba. Produk-produk yang dimiliki juga sarat riba. Olehkarena itu pendirian lembaga keuanganIslam dengan praktik yang murni syariah

perlu dilakukan. Namun setelah didirikanbank Islam, tetapi praktik yang dilakukantidak islami bagaimana, itulah yang menjadipekerjaan rumah para ulama khususnyaagar lebih aktif lagi memberikan pemaha-man kepada masyarakat tentang bermua-malah yang lebihsyariah. Termasuk padaoperasional lembaga keuangan syariah danproduk-produk yang dimiliki. Terhadapmurabahah berikut pendapat MS:

Murabahah itu ya jual beli, syarat jual beliberarti barangnya harus kelihatan. Kalautidak ada barang belum tentu orangpinjam uang untuk beli itu.

Secara praktik memang MS tidak mema-hami bagaimana murabahah pada lembagakeuangan syariah saat ini. Karena menurutbeliau, salah satu budaya orang Maduraadalah tidak suka bekerja sama denganbank. Karena menurutnya hampir semuabank dijalankan dengan riba. Namun ketikamerujuk ke hukum jual beli secara Islambeliau mensyaratkan barang yang diper-jualbelikan harus ada. Pendapat ini samadengan apa yang ditulis oleh Lathif (2012)yaitu yang disebut dengan murabahah tipesatu (KW 1) yaitu praktik murabahah yangdijalankan konsisten terhadap fiqh mua-malah, di mana lembaga keuangan membelidahulu barang yang akan dibeli oleh na-sabah setelah ada perjanjian sebelumnya.Setelah barang dibeli atas nama bank,barang tersebut kemudian dijual ke nasabahdengan harga perolehan ditambah marginkeuntungan sesuai kesepakatan LKS dannasabah.

Informan ketiga pada penelitian iniadalah ZN. Putra dari MS ini sangat pri-hatin dengan kondisi perbankan syariahyang ada saat ini. Meskipun tidak be-kerjasama dengan pihak lembaga keuangansyariah, ZN memahami bahwa praktik yangada masih kurang syariah. Berikut pendapatyang disampaikan:

Akad apa saja kalau ada jalur manfaat darisalah satu pihak hukumnya haram. Kalauada istilah narik manfaat ada perjanjian,menarik manfaat dari satu orang yangberakad dan disebutkan dalam akad, itundak boleh. Tapi ketika setelah berakad terus

Page 13: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 445

entah makan-makan dulu baru bicaratambahan ndak papa. Intinya akad tersebutharus ada jeda.

Pendapat tersebut sangat mungkin bisadilakukan oleh lembaga keuangan syariah.Bahwa pengambilan keuntungan dari salahsatu pihak dalam satu akad dan satu waktuhukumnya haram. Untuk itu perlu ada ren-tang waktu atau jeda yang pada akhirnyamembolehkan akad tersebut dilakukan. Jedayang dimaksud tidak harus makan-makan,namun bisa juga dengan aktivitas lain se-perti keluar ruangan sebentar atau mem-bicarakan yang lain dulu baru kembali keakad. Satu hal yang menarik pada diri ZNadalah beliau menganjurkan kepekaan sese-orang terhadap bahasa yang digunakan.Karena bahasa atau ucapan sangat ber-pengaruh terhadap sah tidaknya suatu akad.Ketika ditanya mengenai murabahah berikutpendapat beliau:

Murabahah itu la dlolalah wa la dhirohnggak ada yang dirugikan dan ndak adayang merugikan itu prinsip dari Rosul.Kita harus ridlo. Jadi praktik yang adasekarang bukan murabahah.

Dengan demikian menurut pendapat beliaumurabahah yang ada sekarang wajib di- rubah.Berikut pendapat ZN tentang hal tersebut:

Menawi saget dirubah niku wajib dirubah(kalau bisa dirubah itu harus dirubah).InsyaAllah nasabah berani koq masuk kebank syariah.

MS dan ZN merupakan ayah dan anakpemilik dan pengelola Ponpes ini memangenggan bekerja sama dengan bank. Namundemikian berdasarkan sudut pandangbahasa dan pemahaman yang diperolehterkait murabahah, MS dengan kontekskultur dan konteks historisnya memberimakna pada murabahah sebagai jual beli.Meskipun telah menjadi produk LKS, ketikaakad yang digunakan adalah jual beli, makapihak LKS selaku penjual juga harusmemiliki barang yang akan dijual kepadanasabah. Intinya bahwa syarat jual beli yangberlaku secara syariah berlaku juga bagiLKS. Sementara ZN dengan konteks kulturdan konteks historisnya dalam memberimakna terhadap murabahah lebih kepada

sifat yang menyer- tainya sebagai akad jualbeli yaitu tidak merugikan dan tidakdirugikan atau saling menguntungkan.

Informan keempat adalah RZ.Berikutmakna murabahah menurut beliau:

Secara bahasa murabahah berasal dari katarobahah kata dasarnya ro, ba, dan ha.Dalam bahasa Arab ribhun artinya ke-untungan. Lha kalau kita alih bahasa kansecara sharafnyayaitu murabahah berartimengikuti wazan fa ala yufa ilu mufa’alatan itu bisa mengandung arti saling.Sehingga robaha yurobihu mura bahatanartinya saling memberikan keuntungan.

Makna murabahah yang disampaikan RZmemiliki makna saling menguntungkan.Menurut RZ fiqh itu pilihan, ada takaranyang lebih ringan ada yang lebih berat.Ketika orang itu mau berhati-hati makalebih baik mengikuti fiqih klasik. Lebihlanjut RZ berpendapat:

Kalau murabahah itu hasil ijtihad. Ijtihaditukan pendapat manusia,ketika nanti adapendapat yangdianggap lebih relevan yamenggantikan pendapat sebelumnya. Kare-na pihak yang melakukan ijtihadkan bukanorang sembara ngan. Orang yang banyakpengetahu- annya.

Sementara untuk akad jual beli sendirimenurut RZ yang benar harus memenuhisyarat hukum jual beli, yaitu ada penjual,ada pembeli, ada barang, dan ada akad jualbeli. Jika salah satu syarat tidak terpenuhimaka hukum jual beli tersebut batal. Hu-kum jual beli yang disampaikan RZ, ZN,dan MS, merujuk kepada hukum jual beliyang tertulis pada Al Qur’an Surat AlBaqarah ayat 275 yang artinya:“...Dan Allahtelah menghalalkan jual beli dan mengharamkanriba....”. Dan hadits Nabi: ditanya salah seorangsahabat mengenai pekerjaan (profesi) apa yangpaling baik. Rasulullah menjawab: usaha tanganmanusia itu sendiri dan setiap jual beli yangdiberkati (HR al-Bazzar dan al-Hakim).Hadits tersebut menunjukkan bahwa jualbeli dianjurkan dalam berusaha. Karenabanyaknya ragam jual beli, maka setiapyang bertransaksi hendaknya memper-hatikan rukun dan syarat sah dari masing-masing tipe jual beli.

Page 14: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

446 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456

PEMAKNAAN MURABAHAH OLEHMANAJEMEN BMTKonteks Kultur dan Konteks historis

Secara historis, RF sejak kecil sudahtinggal di pondok.Alumni STIE Koperasi inijuga merupakan pemrakarsa berdirinyaBMT. Sebelum BMT berdiri, beliau adalahpendiri dari Alkamil yang beranggotakanorang-orang yang peduli dengan lembagakeuangan mikro syariah se Jawa Timur.Lepas dari Alkamil, RF dibantu oleh BankMuamalat Indonesia mendirikan lembagakeuangan mikro syariah di bawah naunganKoppontren. Berikut pendapat RF:

Saya sendiri ndak ngerti bagaimanamendirikan bank. hanya karena semangatingin mengetahui seperti apa sih perbankansyariah. Kalau kita tidak praktik langsungkita ndak akan paham. Kesalahan yangsebenarnya kita kan ndak tau. Kalau dulungaji fiqh tapi praktiknya ndak ngerti. Danmemang antara teori dan praktik masihjauh dari kebenaran. Makanya saya buatslogan di BMT “Usaha Menuju SyariahMurni”. Karena kita belum bisa mengata-kan syariah.

RF mempunyai seorang anak yang saat inibaru lulus sekolah dasar. Dengan bekalyang dimiliki, RF memiliki kekritisan yangcukup tinggi, apalagi terhadap hal-hal yangberhubungan dengan lembaga keuangansyariah. Karena itu RF menarik untukdijadikan sebagai salah satu informan.

Informan kedua dari pihak manajemenBMT adalah WA. WA merupakan narasumber yang penting dalam penelitian ini.Pendapat-pendapatnya menjadi informasiyang penting untuk disampaikan. Secarahistoris WAberpendidikan formal keagama-an, mulai Madrasah Ibtida’iyah (MI), Ma-drasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Ali-yah (MA), dan pendidikan Agama Islam.Setelah menempuh pendidikan MAnya,WA memperdalam diniahnya.

Pemaknaan Murabahah oleh ManajemenBMT berdasarkan HermeneutikaIntensionalisme

Berbagai pemaknaan terhadap mura-bahah telah dilakukan banyak pihak. Baik

itu yang termasuk dalam golongan ulamaklasik, golongan ulama modern, pihak-pihak yang terkait dengan praktik mura-bahah baik pihak manajemen LKS maupunmasyarakat secara umum. Banyak hal yangmenyebabkan terjadi perbedaan dalam me-maknai murabahah oleh individu. Latarbelakang si pemberi makna dan berbagaikepentingan yang diinginkan menjadikanpraktik murabahah yang terjadi pada LKSmasih jauh dari makna awal dibolehkannyamurabahah sebagai salah satu dari produkperbankan.

Di BMT sendiri pihak manajemen danstafnya sudah tidak asing lagi dengan is-tilah murabahah. Hal ini karena sampaidengan saat ini akad yang berani dilakukanpihak BMT dan nasabah hanya akadmura-bahah. Beberapa faktor selain kemudahanadministrasinya, dalam akadmurabahah keje-lasan margin juga menjadi alasan mengapaharus murabahah yang dipraktikkan. Sebagaiproduk LKS, murabahah pada BMT praktik-nya juga mengacu pada praktik murabahahpada perbankan syariah. Hal ini dikarena-kan pada awal pendirian BMT, modaldiperoleh melalui akadmudharabah denganBMI. Untuk itu, sistem pembayaran kembali(hutang) yang harus diselesaikan BMT tiapbulannya adalah pokok pinjaman ditambahbagi hasil yang sudah ditetapkan di awalakad. Jadi ketetapan pembayaran bagi hasilyang flat (tiap bulan dengan jumlah yangtetap sampai akhir akad) menjadikan pihakBMT memilih murabahah sebagai produkyang dapat memberikan kepastian hasil.

Sementara RF menyatakan bahwapraktik murabahahpada lembaga keuangansyariah saat ini telah menyimpang darimakna sebenarnya, alasan pertama penyim-pangan adalah masyarakat sendiri belumsiap dengan sistem perbankan syariah yangbenar-benar syariah; kedua karena sistemperolehan dana untuk transaksi murabahahyang masih mirip sistem konvensionalsehingga masih terdapat kandungan riba didalamnya. Karenanya perlahan tapi pastiperubahan akan dilakukan agar maknamurabahah sesuai dengan makna asalnya

Page 15: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 447

yaitu jual beli sesuai dengan misi BMTsendiri yaitu menuju syariah murni. Berikutini makna murabahah menurut Pak RF:

Murabahah itu adalah suatu sistem akadpinjaman yang aslinya adalah ada obyekyang diperjual belikan dengan sistempembayaran tangguh. Memang dalampersyaratan fiqih muamalah jual beli harusada barang yang dijual, ada serah terimabarang yang dijual baik itu serah terimatertulis formal atau penyerahan barang.

Pendapat di atas hampir sama dengan apayang disampaikan WA berikut ini:

Murabahah yang saya ketahui, kitamembelikan barang nasabah kemudian kitajual kepada nasabah. Sistem jual belinasabah dengan kita dengan cara cicilan,harusnya kontan.

Namun ketika murabahah menjadi bagiandari BMT berikut pendapat WA:

Murabahah dalam teori itu harus membeli-kan barang dulu, apa yang dibutuhkannasabah baru kita jual ke nasabah, ya. Kalaujual belikan ada untung. Margin itu yangkita anggap sebagai untung jual beli. Jadimereka istilahnya kita beri boleh membayardengan cara angsuran. Tetapi praktiknyatidak bisa sepraktis di teori.

Alasan BMT menggunakan murabahah se-bagai produknya adalah sebagaimana yangdisampaikan RF berikut ini:

Menggunakan murabahah itu untuk meng-hindari regulasi pemerintah terhadap per-bankan. Kalau koperasi kan ndak boleh kitamenggerakkan masyarakat untuk pinjamankecuali bank. untuk menyiasati itu sistemmurabahah itu ndak masalah.

WA memiliki pendapat yang berbeda da-lam hal ini, yaitu:

Kalau kita memilih murabahah karena kitamerasa itu yang paling cocok dengankondisi masyarat saat ini. Sebenarnyamurabahah hanya solusi akad riba yangdipraktikkan. Sementara ini di perbankankonvensional dengan akad simpan pinjamdan itu masih terkena fluktuasi meskipunhukum yang ada makruh mubah, tapi jugaada haram. Masak dalam Islam ndak adasih. Dan ternyata di Islam produknya lebihbanyak dari pada yang konvensional kenapakita ndak pake. Makanya kita perang, ituyang disebut hijrah.

Pendapat tersebut menyiratkan bahwaperang tidak selalu menggunakan senjatatajam. Perang melawan sesuatu yang tidaktampak (merubah pola pikir) justru menjadiPR bersama yang membutuhkan banyakperhatian dan tindakan. Istilah perangmenunjukkan adanya semangat untuk terusberdakwah, menyuarakan bermuamalahdengan cara yang lebih syariah kepadamasyarakat. Sebagai contoh yang dilakukanpihak BMT setiap ada orang baru diberipenjelasan bahwa sistem syariah itu sepertiini. Sementara Kata hijrah juga menyiratkanbahwa kita hendaknya segera menujutempat yang lebih baik dan lebih di ridloiAllah.

Pada BMT, praktik murabahah yangdilakukan juga masih menggunakan akad-wakalah. Ketika akadwakalah ini digunakanbanyak orang-orang pondok khususnyaulama menyalahkan penggunaan akadwaka-lah tersebut seperti yang disampaikan WA:

Ketika terjadi transaksi murabahah adaakadwakalah yang banyak syaratnya walau-pun syaratnya tidak detail. Dan orang yangdiwakilkan syarat-syaratnya harus ada.Sementara di sini belum bisa memenuhisemua syarat. Karena tidak mudah men-jadikan nasabah menjadi pihak yang diwakalah.

Akad yang digunakan BMT, pertama akad-murabahah yang kedua akadwakalah, dandana yang akan digunakan untuk membelibarang tersebut diberikan setelah akadwaka-lah selesai dilakukan. Menurut WA lagi:

Bahwa sebenarnya BMT ingin menerap-kan praktik murabahah yang langsung. Tapibelum siap. Kita cari solusi lain jika adamasalah, misalnya dengan kerja samadengan pihak-pihak yang memiliki show-room untuk produk yang diperlukan BMT.Kalau jual beli syaratnya harus ada barang,makanya kita kerjasama dengan dealer, danlain-lain. Kalau misalnya sistemnya sudahbisa murni berarti kita terlepas daribelenggu, jadi tidak wakalah-wakalah lagi.Karena pada prinsipnya BMT mengguna-kan murabahah sebagai produknya adalahdemi mendapatkan untung di jalur yangbenar.

Page 16: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

448 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456

Secara implisit pernyataan tersebut me-nunjukkan bahwa apa yang dilakukan BMTsebetulnya merupakan salah satu bentukibadah kepada Tuhan yaitu mendapatkanuntung di jalur yang benar secara syariah.

Pada BMT juga menerapkan “mura-bahah tanggung renteng”. Menurut WAdengan cara tanggung renteng, praktikmurabahah jadi lebih enak karena tidak perlumelakukan penagihan, jika ada yang tidakbayar. Artinya itu mempermudah BMT.Berikut pendapat WA tentang murabahahtanggung renteng: “Dengan cara tanggungrenteng, kita jadi lebih enak karena tidakperlu melakukan penagihan, misalnya adayang tidak bayar. Artinya itu memper-mudah BMT karena kita ndak harus survey,nagihi, karena ada koordinatornya. Awal-nya dia sendiri (koordinator) mengajukan,koq baik lalu membawa saudara-saudaranya sampai orang-orang yang dikenal”.

Murabahah dalam pendapat di atasmenunjukkan bahwa praktiknya dapat di-lakukan sesuai kultur di masyarakat. Feno-mena tersebut merupakan hal baru padaBMT. Dengan menggunakan “murabahah”tanggung renteng, akan memengaruhi pen-dapatan BMT. Manfaat lain dari “mura-bahah” tanggung renteng adalah terjalinnyasilaturahim sesama anggota. Eratnya silaturahim yang terjalin akan mempermudahupaya BMT untuk memberikan pemahamankepada masyarakat pengguna jasanya. Da-lam pernyataan WA tersebut terlihat bahwaBMT memberikan kemudahan kepadamasyarakat sekitar untuk bekerjasamadengan BMT.

Bentuk lain dari upaya pendekatan diri(lembaga) kepada masyarakat, selain jugamenguntungkan bagi pihak BMT. Dengantanggung renteng, setidaknya akan semakinbanyak masyarakat yang mengenal dankemudian bermuamalah dengan BMT. Tanggung renteng juga menunjukkan kepanja-ngan tangan BMT bagi murabahah untukmasyarakat. Melalui koordinator yang di-tunjuk dari golongan masyarakat itu sendirimenjadikan masyarakat tidak sungkanuntuk bekerjasama dengan BMT.

Pendapat tentang murabahah tanggungrenteng juga disampaikan oleh RF bahwa“Sejak ada tanggung renteng jadi semakinbanyak masyarakat yang tahu murabahahdan paham bagaimana bermuamalah de-ngan kita dengan cara yang syariah”. Pen-dapat RF tentang bahwa murabahah tanggung renteng merupakan wadah bagi BMTuntuk berdakwah dan bersilaturahim dengan masyarakat. Mendekatkan diri kepadanasabah melalui perwakilan dari golonganmereka lebih mudah diterima dari padamungkin pihak BMT sendiri yang terjununtuk mencari nasabah. Karena sebagai-mana bunyi pepatah tak kenal maka taksayang, BMT dikenalkan dari golonganmereka sendiri agar mereka menyayangidan rindu bermuamalah dengan syariahmelalui BMT untuk kemudian benar-benarterbiasa dengan hal tersebut dan harapanselanjutnya adalah bahwa masyarakat bisameninggalkan bermuamalah dengan carakonvensional.

Pendapat WA yang menyatakan bahwa“dalam praktik murabahah harus adil dankemudian harus saling menguntungkan.Dalam murabahah itu kan utang piutangkarena jual beli denga cara dicicil kan sosialjuga”. Terdapat beberapa kata yang saratmakna dari pendapat tersebut. Di manapraktik murabahah yang dilakukan padaBMT harus adil, saling menguntungkan,utang piutang, jual beli, cicilan, dan sosial.Kata adil menunjukkan bahwa murabahahyang dipraktikkan saling menguntungkan.Bahkan utang piutang dalam jual beli berkala ini juga berkontribusi pada kepentingan sosial. Kepentingan sosial yang dimaksud bahwa pihak BMT mempermudah polapembayaran secara berkala sesuai ke-sepakatan.

Murabahah jual beli cicilan atau hutangdilakukan dengan membelikan barang ataspermintaan nasabah kemudian menjualnyakepada nasabah tersebut. Sistem jual beliantara nasabah dengan BMT dilakukandengan cara cicilan, padahal seharusnyakontan. Sesuai ketentuan DSN MUI tentangMurabahah, bahwa modal dalam murabahah

Page 17: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 449

merupakan barang. Jadi nasabah mem-butuhkan barang, BMT selaku pemilik danamembelikan untuk kemudian pembayaran-nya dilakukan secara tangguh atau cicilan.Pendapat yang sama disampaikan oleh RFbahwa “Murabahah itu adalah suatu sistemakad pinjaman yang aslinya adalah adaobyek yang diperjual belikan dengan sistempembayaran tangguh”.

Murabahah sebagai hutang juga nam-pak pada pernyataan RF di atas melaluikalimat “sistem pembayaran tangguh”.“Murabahah” ini menjadikan masyarakatpenggunanya merasa lebih mudah men-dapatkan barang yang dibutuhkan, khusus-nya bagi mereka yang kurang mampu.Karena dengan “murabahah” hutang, ke-wajiban mereka dapat diselesaikan sesuaidengan kemampuan melalui kesepakatanyang dibuat dengan BMT.

PEMAKNAAN MURABAHAH OLEHNASABAH BMTKonteks Kultur dan Konteks Historis

Kultur dan historis dari nasabah BMTdiperlukan dalam penelitian ini, yaituuntuk memahami bagaimana seseorang(nasabah) dengan budayanya memaknaimurabahah. Informan pertama dalam pene-litian ini adalah ZM. Secara kultur danhistoris, meskipun tinggal di lingkunganyang kurang agamis, namun ZM dibesarkanoleh keluarga yang agamis dan sejak SMPsudah mengenal kehidupan pondok. Pe-ngaruh kehidupan dipondok nampak dariperilaku, cara berpakaian dan cara bicara-nya. Kultur tersebut sarat dengan nilai-nilaiIslam yang tentunya selain beberapa haltersebut juga berpengaruh pada pola pikirbeliau termasuk dalam bermuamalah.Beliaubekerjasama dengan BMT guna mengem-bangkan usaha ayahnya.

Informan ke dua adalah IA. Salah satunasabah yang berasal dari masyarakatumum di luar kehidupan pondok, tapi dilingkungan yang agamis ini menjalani ke-hidupannya dengan kesederhanaan, karenasebagai pengelola dari lembaga bimbinganbelajar bagi anak SD beliau juga memiliki

sebuah toko kecil sebagai penunjang ke-butuhan keluarga. Tinggal di lingkunganyang agamis berpengaruh pada kesantunanbicaranya, berpakaian, mendidik anak, dandalam bermuamalah. Secara historis AIyang memiliki dua putri masih berstatusmahasiswa pada PTS di Malang. Pribadiyang murah senyum ini juga memahamibahwa bunga pada bank konvensional ituadalah riba. Bekerja sama dengan BMTdilakukannya guna mengembangkan usahameskipun disekitarnya juga banyak lem-baga keuangan konvensional yang memilikifasilitas lebih baik.

Informan ketiga adalah SP. Secara kul-tur dan historis, SP adalah seorang tukangbangunan yang pernah mondok. Dalam halpendidikan SP hanya lulus SMP yangkemudian melanjutkan belajarnya di salahsatu pondok di Malang namun tidak tuntaskarena sesuatu dan lain hal. Bapak dariseorang putra dan suami dari seorang istriini tinggal di lingkungan yang kurangagamis. Bapak yang ramah ini ternyata jugasuka dengan seni tradisional gamelan.

Secara umum budaya masyarakat ma-sih lekat dengan budaya yang ada padalembaga keuangan konvensional. Kebiasaanyang sudah turun-temurun bekerjasamadengan lembaga keuangan konvensional inilah yang menguatkan pemahaman merekabahwa setiap datang ke lembaga keuanganmeskipun itu LKS adalah untuk hutanguang, dan tidak ada istilah jual beli padaperbankan.

Hal ini dapat dimaklumi karena me-mang jarang ditemukan lembaga keuanganyang berperan ganda, yaitu sebagai lem-baga pemberi jasa keuangan sekaligussebagai lembaga jual beli barang. Budaya iniyang kemudian menjadi kebiasaan memak-nai produk LKS sama dengan produk LKkonvensional.

Pemaknaan Murabahah oleh NasabahBMT BerdasarkanHermeneutikaIntensionalisme

Pemahaman terhadap produk yangdigunakan sangat diperlukan oleh nasabah

Page 18: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

450 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456

LKS. Penting untuk dipahami supaya dalamberakad benar secara syariah sehingga akadnya sah. Hasil pemaknaan yang diberikannasabah dalam penelitian ini dapat diguna-kan untuk menilai seberapa paham nasabahtentang murabahah. Pendapat SP tentangmakna murabahahadalah:

“Saya ndak paham apa itu murabahah,tahunya saya hutang uang. Waktu akadjuga dibacakan tentang akad yang akan sayalakukan tapi saya ndak ngerti”.

Pendapat tersebut dapat ditafsirkan bahwaSP belum memahami akad yang dilakukandengan BMT. Padahal sebelum akad, pihakBMT sudah menjelaskan tentang apa itumurabahah. Syarat awal sebelum Akad di-tandatangani, nasabah tetap diminta mem-bacanya lebih dulu, namun karena malubertanya, SP akhirnya tidak memahami akadtersebut. Lebih lanjut SP menyampaikanbahwa:

“Saya kesini (BMT) karena dapat infor-masi dari teman bahwa di lembaga ini lebihmudah mendapat dananya dengan jaminanyang saya punya.”Penafsiran dari pendapat tersebut bah-

wa kemudahan mendapat dana menjadi halyang menarik bagi nasabah untuk melaku-kan akad dengan BMT. Meskipun SPsebenarnya belum memiliki pemahamanterkait akad tersebut. Pendapat yang samajuga disampaikan oleh informan ke dua,yaitu IA bahwa:

“Pernah sih mendengar tentang mura-bahah, tapi kok saya ndak ngerti artinya.Jadi kalau kesini ya karena butuh uanguntuk mengembangkan usaha.Waktu akadjuga dikasih tahu akad apa yang sayalakukan tapi lupa.”

Pendapat tersebut dapat interpretasikanbahwa nasabah kurang begitu tertarikuntuk memahami tentang akad yang di-lakukan. Dapat dimungkinkan hal tersebutdiakibatkan oleh penggunaan bahasa Arabpada produk BMT tersebut.Karena bagimereka yang penting adalah mereka dapatsegera mendapat dana yang dibutuhkantanpa peduli dengan akad apa yangdilakukan. Pernyataan “kalau ke sini yakarena butuh uang” mengindikasikan

adanya hutang piutang uang, bukan hutangpiutang barang. IA lebih tertarik melakukanakadmurabahah dengan BMT sebagaimanapendapatnya berikut:

Saya tertarik ke BMT karena lebih mudahsyaratnya, lebih murah biayanya danpastinya lebih syariah, itu yang membuathati tenang.

Berdasarkan pendapat tersebut kata “mu-rah” dan “mudah” menjadi faktor pentingmengapa informan tertarik melakukan akadmurabahah dengan BMT. Meskipun minimpemahaman, namun IA lebih suka bekerjasama dengan BMT karena dirasa lebihsyariah sehingga membuat hatinya menjadilebih tenang.

Berbeda dengan SP dan IA, ZM me-miliki pemahaman yang lebih baik tentangmakna murabahah sebagaimana yang beliausampaikan berikut:

Murabahah itu pembiayaan yang se-benarnya jual beli untuk membantu sesamayang membutuhkan.Murabahah pada pendapat tersebut

sama memiliki makna yang sama dengankondisi murabahah dalam praktik di LKSsaat ini termasuk BMT. Bahwa murabahahadalah pembiayaan bagi sesama yang membutuhkan. Kutipan kata tersebut selianbermakna hutang (pembiayaan) juga ber-makna sosial (membantu sesama). ZMmemilih untuk berakad secara syariahkarena lebih aman secara syariah, meskipunjumlah akhirnya lebih besar dari padabertransaksi dengan bank konvensional.

Hasil wawancara dengan nasabah jugadiketahui bahwa nasabah BMT denganmenggunakan akadmurabahah, yang diterimabukan barang tetapi uang yang akan di-gunakan untuk membeli kebutuhan nasa-bah. Demi tetap terjaganya norma syariahuntuk murabahah, maka untuk pembelianbarangnya, BMT membuat akadwakalah ke-pada nasabah. Dana dengan akadmurabahahharusnya digunakan sesuai ketentuan DSNMUI No. 04/DSN-MUI/2000 tentang mura-bahah, bahwa dana digunakan untuk pem-belian barang yang dibutuhkan nasabahdan halal. Idealnya tetap pihak BMT yang

Page 19: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 451

menyediakan barang dan menjualnyakepada nasabah.

Kehidupan dalam lingkungan yang berbeda akan berpengaruh terhadap budayayang berbeda, selanjutnya berpengaruhterhadap perilaku yang berbeda pula.Dalam penelitian ini kehidupan denganlingkungan yang berbeda memberi maknaterhadap produk LKS yang sama yaitumurabahah. Terdapat perbedaan dan per-samaan jawaban informan terhadap per-tanyaan peneliti. Sebagaimana permasa-lahan yang disampaikan sebelumnya ten-tang bagaimana pemaknaan murabahah olehpraktisi pembiayaan murabahahBMT darinasabah, informan pertama SP yang baru 1tahun menggunakan akadmurabahah padaBMT ini masih belum memiliki pemahamantentang sesuatu yang diakadkan. SP masihmemiliki persepsi bahwa produk yangdimiliki BMT sama dengan produk-produkpada LK konvensional. Jadi SP datang keBMT bukan karena membutuhkan barangsebagaimana seharusnya akadmurabahah, te-tapi yang diinginkan adalah uang untukkebutuhan yang lain. Dapat diambil sim-pulan bahwa murabahah yang dipahami SPadalah hutang uang.

IA informan kedua juga masih belummemahami tentang makna murabahah yangsudah diakadkan dengan BMT.Sebagaimanapendapat SP, yang ada dalam pikiran IAterhadap akad yang dilakukan dengan BMTadalah akad hutang atau pinjam uang.Dengan demikian “murabahah hutang” me-rupakan pemaknaan yang diberikan infor-man selaku nasabah terhadap murabahah.Hutang yang dimaksud adalah hutangpiutang uang dan bukan hutang piutangbarang dari jual beli.

Kebanyakan pada BMT model pemba-yaran yang dilakukan oleh nasabah adalahdengan cara mengangsur sampai bataswaktu yang disepakati. Dan jika dalammasa akad terjadi wanprestasi dari nasabahmaka, pihak BMT akan menganalisis lebihdulu penyebab wanprestasi baru kemudianmembantu mencari solusi yang tepat baginasabah.

Sementara pernyataan ZM bahwa murabahah adalah pembiayaan yang sebenarnyajual beli kredit, menunjukkan adanya pe-mahaman tentang makna murabahah, mes-kipun kurang lengkap. Tetapi yang menarikdari pernyataan ZM adalah kehadiran“murabahah sebenarnya untuk membantusesama”. Pendapat tersebut juga men-dukung pendapat manajemen BMT bahwasebetulnya tujuan penggunaan murabahahsebagai produk BMT tidak semata demikeuntungan materi saja, tetapi orientasisosial juga ada. Jadi keberadaan murabahahsejatinya untuk membantu yang mem-butuhkan dengan cara yang lebih syariah.

KONSEPTUALISASI HASIL PEMAKNA-AN ULAMA DAN PRAKTISI PEMBIAYAAN MURABAHAHMakna MurabahahTemuan

Pertanyaan penelitian ini adalah bagai-mana pemaknaan murabahah oleh praktisipembiayaan dan ulama. Kata kunci padapenelitian ini adalah pemaknaan murabahah.Pemaknaan dilakukan dengan melihat kon-teks kultur dan konteks historis informan.Sebelumnya pemaknaan murabahah telahdilakukan oleh manajemen dan nasabahBMTserta ulama, sampai pada akhirnyaditemukan sebuah makna praksis.

Berdasarkan dari tiga sudut pandangtersebut, secara singkat makna murabahahdapat dilihat pada gambar 2.

Praksis Makna MurabahahBerdasarkan makna murabahah konteks-

tual dan hasil pemaknaan dari ulama danpraktisi pembiayaan murabahah yaitu mana-jemen dan nasabah, serta melalui prosesrefleksi maka makna murabahah yang di-temukan dalam penelitian adalah jual beli,amanah, adil, pembayaran berkala, murah,mudah, saling menguntungkan, silatura-him/tanggungrenteng, dan sosial. Nyatasekali bahwa makna yang ditemukan sangatberagam.

Berdasarkan hasil pemaknaan yangtelah dilakukan dapat diambil nilai-nilaiyang terkandung di dalam makna temuan

Page 20: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

452 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456

tersebut, yaitu amanah, adil, sosial, ikhlas.Beberapa nilai tersebut hendaknya menyer-tai praktik murabahah yang dilakukan, khu-susnya pada lembaga keuangan syariah.Beberapa unsur tersebut menunjukkan bah-wa murabahah secara praktis ternyata lebihhumanis. Triyuwono (2006:320) memberisuatu pengertian bahwa humanis bersifatmanusiawi, sesuai dengan fitrah manusia,dan dapat dipraktikkan sesuai dengankapasitas yang dimiliki dan sesuai denganbudaya yang berlaku dimasyarakat. Dengandemikian murabahah humanis dibangun ber-dasarkan budaya manusia itu sendiri yangmengandung nilai adil, ikhlas, sosial, danamanah (AISA).

Meskipun demikian tetap diperlukanpagar agar praktik yang ada tidak lepas darinilai-nilai syariah. Harapannya makna yangpeneliti temukan tidak menyesatkan bagipembaca.

Pagar tersebut dapat digunakan untukmenemukan makna murabahah originalyang lebih syariah. Selain mengembalikanmakna murabahah ke makna asal, praktikyang ada dapat menerapkan murabahahhumanis yang memiliki nilai amanah, adil,sosial, dan ikhlas. Berikut peneliti sampai-kan alur makna murabahah menuju maknaoriginal yang lebih syariah berdasarkanteori dan praktis pada gambar 3.

Berdasarkan tahapan makna murabahahtersebut, tahap satu adalah makna mura-bahah yang diberikan oleh nasabah BMT.Tahap dua, merupakan makna murabahahyang diberikan oleh manajemen BMT.Tahap tiga adalah makna murabahah me-nurut ulama. Tahap empat adalah maknamurabahah yang diberikan oleh DSN MUI.Dan tahap lima merupakan makna mura-bahah original hasil memadukan makna-makna yang ada pada tahap satu sampaiempat. Murabahah original merupakanpuncak dari makna murabahah berdasarkanteori dan praktik.

Makna murabahah yang peneliti padu-kan merupakan makna murabahah temuanpenelitian. Makna murabahah temuan bisajadi justru lebih syariah dan lebih original

dari pada maknamurabahah yang diakuisecara teori saat ini yaitu menurut DSNMUI. Tapi berdasarkan penelitian ini, mak-na murabahah yang original masih sebatasitu. Makna murabahah original lebih bersifathumanis. Selain itu juga lebih memper-hatikan kepedulian sosial dari pada hanyasekedar jual beli yang menguntungkan.Mungkin sepintas nampak makna temuanlebih rumit. Namun demikian, sebuah mak-na sangat dipengaruhi oleh budaya yangberlaku serta latar belakang individu danmasyarakat yang ada. Dengan demikianperbedaan informan dan latar belakangnya,lokasi penelitian, daerah, dan bangsa akanmemberikan pemaknaan terhadap teksmurabahah yang ada juga berbeda.

SimpulanSetelah melalui proses yang panjang,

penelitian yang dilakukan untuk pemakna-an murabahah oleh manajemen dan nasabahBMT serta ulama, dapat diketahui bahwamakna murabahah temuan memiliki definisiyang lebih beragam. Hermeneutikaintensio-nalisme yang digunakan dalam penelitianini untuk memahami bagaimana informanmemaknai murabahahdengan berdasarkanpada latar belakang kultur dan historisnya.

Ternyata sejarah seseorang, tingkat pendidikan, serta budaya yang ada disekitarnyaberpengaruh terhadap bagaimana sese-orang memberikan makna terhadap mura-bahah. Peneliti menemukan bahwa meskipun sudah berakad dengan LKS nasabahmasih belum memiliki pemahaman terha-dap akad yang dilakukan. Ulama pun yangbegitu memahami hukum-hukum Islamtetapi tidak berhubungan dengan LKSternyata juga kurang memahami maknamurabahah, karena memang di dalam AlQur’an dan Hadits tidak ada yang secaralangsung menyebutkan tentang murabahah.Intinya adalah bahwa terdapat ulama yangtidak paham terhadap murabahah karenamereka tidak bekerjasama dengan LKS.

Disisi lain, manajemen BMT yangmemang sejak kecil sudah menempuh

Page 21: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 453

Gambar. 2Trilogi Murabahah

lebih syariah

Teoritis KW 3 KW 2 KW 1 &DSN MUI

Empiris Manajemen &Nasabah

Ulama

PraksisHasil refleksipeneliti setelahmenautkan teoridan praktik

Gambar 3Tahapan Makna Murabahah

Sumber: Data olahan

pendidikan pondok memahami maknamurabahah ketika mereka praktik melaluiBMT. Berikut simpulan yang dapat penelitiberikan terkait bagaimana informan memaknai murabahah.

Temuan penelitian pada BMT, mura-bahah dimaknai sebagai kredit selayaknyahutang uang seperti pada bank konven-sional, tetapi masih lebih humanis karenalebih adil, dan murah biaya yang dikenakanserta bertujuan sosial. Humanis memberi

suatu pengertian bahwa murabahah bersifatmanusiawi, sesuai fitrah manusia, dandapat dipraktikkan sesuai dengan kapasitasyang dimiliki dan sesuai dengan budayayang berlaku dimasyarakat setempat. Na-mun demikian praktik yang ada pada BMTdianggap masih kurang syariah (KW 3),untuk itu diperlukan upaya yang seriusuntuk mengembalikan murabahah ke yangmurni syariah (KW 1).

PraksisMakna “Murabahah“

“Murabahah”Manajemen: ual beli,adil, tanggung renteng,

sosial,saling menguntungkan

“Murabahah”Nasabah: jual beli, hutang, murah, mudah,

sosial

“Murabahah”Ulama: Jual beli, amanah, saling

menguntungkan

MurabahahJual beli

transparan,menguntung

kan

MurabahahJual beli,

amanah, salingmenguntung

kan

MurabahahDakwah,jual beli,

hutang, Adil,saling

menguntungka,sosial

Murabahahhutang &sosial

MurabahahJual beli kredit,amanah, adil,

salingmenguntung

kan, sosial

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5

Page 22: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

454 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456

Menurut pendapat ulama murabahahmerupakan jual beli amanah yang salingmenguntungkan.Dari dua sudut pandangtersebut yaitu praktisi dan ulama, terdapatperbedaan dari makna yang diberikan.Namun demikian, meskipun terdapat kera-gaman pemaknaan, kehadiran murabahahsebetulnya selaras dengan tujuan kehadiranakuntansi syariah seperti yang disampaikanTriyuwono (2011b) yaitu ingin membangkit-kan kesadaran keTuhanan para pengguna-nya.

Implikasi PenelitianKesungguhan penelitian ini diharapkan

memberi dampak atau implikasi tidak sajakepada peneliti sendiri tetapi juga padapihak-pihak lain. Pertama, berkaitan de-ngan implikasi praktis bagi lembaga keu-angan syariah. Dengan adanya makna yangditemukan khususnya pemaknaan yangdilakukan oleh nasabah, menjadikan lem-baga keuangan syariah lebih memper-hatikan upaya pemahaman kepada nasabahyang lebih efektif terhadap setiap akad yangdilakukan khususnya murabahah serta mengamalkan nilai-nilai murabahah yang lebihhumanis yaitu, amanah, adil, sosial, danikhlas.

Implikasi ke dua bagi DSN MUI,setidaknya dapat memahami bagaimanapraktisi BMT memberi pemaknaan terhadapmurabahah, khususnya dari sudut pandangmanajemen dan nasabah BMT. Dengandemikian dapat dijadikan bahan evaluasibagi praktik murabahah yang ternyata masihbelum syariah.

Implikasi ke tiga bagi peneliti selanjut-nya. Berdasarkan keterbatasan yang adapada penelitian ini dapat dijadikan rujukanuntuk melakukan penelitian berikutnya.

Keterbatasan Penelitian dan SaranKesempurnaan hanya milik Allah.

Peneliti sudah berupaya maksimal untukmenyajikan pemaknaan murabahah darisudut pandang praktisi dan ulama denganmenggunakan alat analisis hermeneutika-intensionalisme. Berbagai keterbatasan beri-

kut merupakan bagian di luar kemampuanpeneliti untuk bisa memenuhinya saat ini.Keterbatasan dalam penelitian ini, pertamaadalah penggalian data yang kurang men-dalam karena keterbatasan waktu. Masihsangat mungkin jika informasi digali lebihdalam, akan ditemukan makna-makna lainyang berbeda. Kedua, tidak semua ulamamemahami tentang murabahah karena me-mang dalam Al-Quran dan Hadits tidak adayang menyebutkan secara langsung tentangmurabahah. Ketiga, lingkup penelitian inihanya sebatas pada BMT dan informanpada penelitian ini terbatas pada ulama danpraktisi murabahah yaitu manajemen dannasabah. Keempat, makna yang ditemukansaat ini juga merupakan salah satu keter-batasan dalam penelitian ini, karena darimakna yang ada akan memiliki konsekuensilogis dalam praktik.

Keterbatasan dalam penelitian ini me-rupakan suatu tantangan yang harus di-jawab dalam penelitian selanjutnya. Meng-ingat bahwa penelitian ini masih banyakkekurangan, maka saran bagi penelitianselanjutnya adalah: pertama dapat menggaliinformasi lebih dalam dengan menambahwaktu penelitian. Saran kedua, dapat me-lakukan penelitian di lembaga keuangansyariah yang berbeda dengan informanyang berbeda pula, misalnya dari pihakperpajakan dan praktisi dari perbankansyariah untuk DPS dan staff. Ketiga, pene-litian berikutnya dapat menggunakan me-tode penelitian yang berbeda untuk mencarimakna. Metode yang berbeda tentu akanmenghasillkan makna yang berbeda pula.Dengan demikian khasanah keilmuan akun-tansi syariah juga lebih beragam.

DAFTAR PUSTAKAAbdurrahman, Y. 2012. Murabahah. http://

hizbuttahrir.or.id/murabahah/didownload, April 2012.

Ali, I. M. 2012. Memaknai DisclousureLaporan Sumber dan PenggunaanDana Kebajikan (Qardhul Hasan) BankSyariah. Jamal 3(2): 187-209.

Page 23: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

Keragaman Pemaknaan Murabahah – Ernawati. Ludigdo, Kamayanti 455

Aisjah, S. dan E. Kusumawati. 2011. Per-spektif Kinerja Keuangan Bank Syariahdi Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen9(4): 1237-1246

Ammar, A. 2007. Ekonomi-Syariah: KembaliMenyoal Sistem Murabahah BankSyariah. Haramkah? http://www. mailar-chive.com/ekonomi-syariah di downloadkamis, 5 April 2012.

Anggadini. 2010. Penerapan Margin Pem-biayaan Murabahah. Majalah IlmiahUNIKOM 9(2): 187-198.

Arsyianti, D. L dan S. I. Beik. 2010. AnalisaTingkat Pengembalian Pembiayaan BankSyariah yang Lebih Tinggi Dibandingkandengan Bank Konvensional: Studi kasusMalaysia. Bogor. FAI-UIKA

Astuti, W. T. 2007. Hubungan KausalKualitas Layanan, Loyalitas dan Komit-men Nasabah Pada Bank-bank TopBrand 2007 Di Yogyakarta. Jurnal Keua-ngan dan Perbankan 12(2): 296-307.

Djamhuri, A. 2011. Ilmu Pengetahuan Sosialdan Berbagai Paradigma dalam KajianAkuntansi. Jurnal Akuntansi Multi-paradigma 2(1): 147-185.

Ernawati, L dan U. Ludigdo. 2012. Eksplo-rasi Pemaknaan Murabahah. JurnalAkuntansi Multiparadigma 3(2): Agustus2012.

Fatahullah. 2008. Implementasi Prinsip BagiHasil dan Resiko di Perbankan Syariah(Studi di Perbankan Syariah cabangMataram). UNDIP. Tesis

Fauzi, T. H. 2011. Manajerialisasi DanaPihak Ketiga terhadap PeningkatanLaba Operasional pada PT (Persero)Bank Jabar Syariah Bandung. JurnalAplikasi Manajemen 9(3): 852-860.

Febrianty, A. 2009. Murabahah sebagai BentukPembiayaan Personal pada Bank Syariah(Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri).Skripsi. Fak. Hukum Univ. Pemba-ngunan Nasional “Veteran”. Jakarta.

Grondin, J. 2012. Sejarah Hermeneutika: DariPlato sampai Gadamer. Ar-Ruzz Media.Jogjakarta.

Kamayanti, A. 2008. Sejarah dan Perkemba-ngan Hermeneutika serta Perannya dalam

Riset Akuntansi. Surabaya. STIE Mahar-dika.

Kholis, N. 2007. Kajian terhadap KepatuhanSyariah dalam Praktik Pembiayaan diBMT Sleman Yogyakarta. Fenomena:5(2): 123-140.

Kristiyanto, R. 2008. Konsep Pembiayaandengan Prinsip Syariah dan AspekHukum dalam Pemberian Pembiayaanpada PT. BRI (Persero) Tbk. KantorCab. Syariah Semarang. Tesis. MagisterIlmu Hukum UNDIP.

Kusmiyati, A. N. S. 2007. RisikoAkad dalam Pembiayaan Murabahahpada BMT di Yogyakarta (dari Teori keTerapan) Jurnal Ekonomi Islam: La_Riba1(1): 27-41.

Lathif, A. A. 2012. Modifikasi Skema akadMurabahah dalam Praktik di PerbankannSyariah

Ludigdo, U dan F. R. Dhanias. 2011.Tanggungjawab Sosial PerusahaanBank Syariah. Jurnal Aplikasi Manajemen9(4): UM Press.

Ludigdo, U. 2007. Paradoks Etika Akuntan.Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Luqman. 2008. Kritik Terhadap CommodityMurabahah Product (CMP).http://luqmannomic.wordpress.com/2008 didownload Maret 2012.

Marwal, M. I. 2010. Rekonstruksi Mura-bahah Sebuah Ijtihad Solusi Pembiaya-an. http://isa7695 .wordpress. com/2010.

Maulidin. 2003. Menafsirkan Hermeneutika.Lembaga Studi Agama dan Demokrasi(eLSAD). Gerbang. Surabaya.

Muhammad. R. 2008. Akuntansi KeuanganSyariah. Yogyakarta. P3EI Press.

Nelwan, F. S. 2010. Perbedaan PersepsiPengenaan PPN atas Transaksi Mura-bahah. Tesis. FH UI.

Purnamasari, D dan Triyuwono, I. 2010.Tafsir Hermeneutika IntensionalismeAtas “Laba” Yayasan Pendidikan.Jurnal Akuntansi Multiparadigma. 1(3):489-513.

Rahmawaty, A. 2007. Ekonomi Syari’ah:Tinjauan Kritis Produk Murabahahdalam Perbankan Syari’ah di Indo-

Page 24: KERAGAMAN PEMAKNAAN MURABAHAH - STIESIA

456 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 4, Desember 2012: 433 - 456

nesia. Jurnal Ekonomi Islam: La_Riba I(2):187-203.

Ricoeur, P. 2012. Teori Interpretasi. Jogya-karta. IRCiSod Banguntapan

Sari, D. P. 2010. Tafsir HermeneutikaIntensionalisme Atas “Laba” YayasanPendidikan. Jurnal Akuntansi Multi-paradigma 1(3): 489-513.

Setiawan, A. B. 2006. Perbankan Syariah:Challenges dan Opportunity UntukPengembangan di Indonesia. JurnalKordinat VIII(1): April.

Setiawan, A. R. 2011. Tinjauan ParadigmaPenelitian Merayakan KeragamanPengembangan Ilmu Akuntansi. JurnalAkuntansi Multiparadigma 2(3): 402-417.

Siregar, Mulya. 2002. Agenda Pengemba-ngan Perbankan Syariah Untuk Men-dukung Sistem Ekonomi Yang Sehat DiIndonesia: Evaluasi, Prospek dan ArahKebijakan. IQTISAD Journal of IslamicEconomics 3(1): 46-66.

Sopiah. 2008. Budaya Organisasi, Komitmenorganisasional Pimpinan dan Pengaruhnya terhadap Kepuasan Kerja danKinerja Karyawan Bank. Jurnal Keua-ngan dan Perbankan 12(2): 308-317.

Suparto. 2008. Perilaku dan KepuasanPelanggan Bank Muamalat Indonesia

Cab. Surabaya. Jurnal Keuangan danPerbankan 12(2): 331-341.

Suyanto dan Sutinah. 2005. Metode PenelitianSosial. ISBN. 979-3465-92-1. Surabaya.

Triyuwono, I. 2011a. ANGELS: SistemPenilaian Tingkat Kesehatan BankSyariah. Jurnal Akuntansi Multipara-digma 2(1): 1-21.

_____________. 2011b. Mengangkat “singLiyan” untuk Formulasi Nilai TambahSyariah. Jurnal Akuntansi Multipara-digma 2(1): 1-21.

_____________. 2006. Perspektif, Metodologi,dan Teori Akuntansi Syariah. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Tuasikal, M. A. 2012. Murabahah yangMengandung Riba. http: //rumaysho.com/hukumislam/muamalah/367. di download Februari 2012.

Usmani, M. T. 2003. Murabahah. An OnlinePublication by Accountancy.com. Page of30

Yaya, R, Martawireja, A. E, dan Abdurahim,A. 2009. Akuntansi Perbankan SyariahTeori dan Praktik Kontemporer. Jakarta.Salemba Empat.

Yulianti, R. T. 2007. Pola Ijtihad FatwaDewan Syari’ah Nasional MUI tentangProduk Perbankan Syariah. Jurnal Eko-nomi Islam La_Riba. 1(1): 57-75.