kebulatan koko.pdf
TRANSCRIPT
-
61
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jam ukur/dial indicator adalah alat ukur pembanding yang digunakan
dalam industri permesinan dibagian produksi dan kamar ukur.prinsif kerjanya
secara mekanik dimana gerak linier sensor menjadi gerak putaran jarum jam
penunjuk.
Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditunjukan untuk
memeriksa kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui apakah
suatu benda benar-benar bulat atau tidak, jika dilihat secara teliti dengan
menggunakan alat ukur. Komponen dengan kebulatan ideal amat sulit dibuat,
dengan demikian kita harus mentolerir ketidakbulatan dalam batas-batas titik
sesuai dengan tujuan dan fungsi dari komponen itu. Kebulatan mempunyai
peranan penting dalam hal: membagi beban sama rata, menentukan umur
komponen, menentukan kondisi suaian, menentukan ketelitian putaran, dan
memperlancar pelumasan.
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Praktikan dapat memahami prinsip dasar proses pengukuran kebulatan
2. Praktikan dapat menggunakan dan mengoperasikan alat ukur kebulatan
3. Praktikan mampu menganalisa hasil pengukuran kebulatan
4. Praktikan mampu mengambil kesimpulan hasil pengukuran kebulatan
1.3 Alat Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum adala
-
62
1. Satu Unit Dial Indicator
Gambar 1. 1 Dial indikator
( Sumber: Lab.Pengukuran UR )
2. Meja Rata
Digunakan sebagai tempat kedudukan dial indikator
Gambar 1. 2 Meja rata
( Sumber: Lab.Pengukuran UR )
-
63
3. Waterpass
Digunakan untuk mengukur kerataan kedudukan meja rata yang
akan digunakan pada pengukuran kebulatan
Gambar 1. 3 Waterpass
( Sumber: Lab.Pengukuran UR )
4. V-block
Gambar 1. 4 Vblok
( Sumber: Lab.Pengukuran UR )
-
64
1.4 Benda ukur
Benda ukur yang digunakan adalah:
1 Sebuah benda kerja yang berbentuk selinder
Gambar 1. 5 Benda Ukur
( Sumber: Lab.Pengukuran UR )
1.5 Sistematika Penilisan
Adapun sistematika penulisan dari laporan ini terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan, manfaat, dan
sistematika penulisan.
BAB II TEORI DASAR
Pada bab ini membahas tentang teori-teori pengelasan yang akan
dilaksanakan pada praktikum pengelasan.
BAB III ALAT DAN BAHAN
Pada bab ini membahas tentang alat dan bahan yang digunakan dalam
pelaksanaan praktikum pengelasan.
BAB IV PROSEDUR KERJA
Pada bab ini membahas tentang prosedur kerja mengenai cara cara
pengelasan serta langkahlangkah kerja dalam pengelasan.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang persoalan persoalan yang
menyangkut perhitunganperhitungan serta hasil dari pengelasan.
-
65
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan yang diperoleh dari
hasil analisa dan saran untuk memperbaiki hasil kerja dari hasil
pengelasan.
-
66
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Pengertian
Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditunjukan untuk
memeriksa kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui apakah
suatu benda benar-benar bulat atau tidak, jika dilihat secara teliti dengan
menggunakan alat ukur. Pengukuran kebulatan merupakan salah satu dari tipe
pengukuran yang tidak berfungsi menurut garis. Kebulatan dan diameter adalah
dua karakter geometris yang berbeda, meskipun demikin keduanya saling
berkaitan. Ketidakbulatan akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter,
sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan menunjukan ketidakbulatan.
Sebuah benda yang berbentuk silinder pada dasarnya dalam perbedaan
tempat punya perbedaan jari-jari. Dengan menggunaakan alat ukur dial indikator
pada benda ukur poros hasil proses bubut/plat bubut, serta alat bantu V-block dan
dial standar kita dapat melakukan pengukuran kebulatan untuk memeriksa
kebulatan benda tersebut. Dial indikator dapat digunakan untuk mengukur
perubahan ketinggian pada permukaan suatu benda. Jadi dapat diketahui benda
tersebut memiliki permukaan yang rata atau tidak. Dengan memanfaatkan prinsip
yang sama, sebuah benda yang berbentuk silinder dapat diperiksa kebulatannya.
Dengan menetapkan suatu titik pada sisi silinder sebagai acuan (titik nol)
kemudian melakukan pengukuran terhadap titik lain dapat diketahui apakah
terjadi pelekukan atau penggundukan yang mempengaruhi kebulatan kebulatan
benda tersebut dan seberapa besar nilainya.
Dalam mesin-mesin atau peralatan teknis, banyak sekali ditemukan
komponen-komponen yang mempunyai penampang bulat, baik berupa poros,
bantalan, roda gigi dengan dimensi kecil seperti pada halnya jam tangan sampai
dengan komponen yang berdimensi besar.
Komponen dengan kebulatan ideal amat sulit dibuat, dengan demikian kita
harus mentolerir ketidakbulatan dalam batas-batas titik sesuai dengan tujuan dan
fungsi dari komponen itu. Kebulatan mempunyai peranan penting dalam hal:
Membagi beban sama rata
-
67
Menentukan umur komponen
Menentukan kondisi suaian
Menentukan ketelitian putaran
Memperlancar pelumasan
Saat kebulatan dibicarakan, selain penyebab dan cara penanggulangan
ketidak bulatan, pasti akan mengait dengan cara mengukur kebulatan dan
bagaimana cara menyatakan harga ketidakbulatan, karena sampai saaat ini ada
beberapa defenisi mengenai parameter kebulatan. Ketidak bulatatan merupakan
salah satu jenis kesalahan bentuk dan umurnya amat berkaitan dengan beberapa
kesalahan bentuk lainya seperti:
Kesamaaan sumbu dan konsentrisitas (concentricity)
Kelurusan (straighness)
Ketegaklurusan (perpendicularity)
Kesejajaran (parallelism)
Kesilindrikan (clindricity)
Kebulatan dapat diukur dengan cara sederhana yang meskipun tidak
memberikan hasil yang memuaskan dapat kita terima untuk memprtimbangkan
kualitas geometrik dari komponen yang tidak menuntut persyaratan yang tinggi.
Alat ukur kebulatan dibuat dengan persyaratan pengukuran kebulatan, dan pada
beberapa jenis mampu digunakan pula untuk mengukur berbagai kesalahan
bentuk.
2.2 Persyaratan Pengukuran Kebulatan
Contoh dari ketidak bulatan yaitu penampang poros yang memiliki dua
tonjolan beraturan (elips) akan dapat diketahui ketidakbulatannya, bila diukur
dengan dua sensor dengan posisi tegak dan bertolakan (180), misalnya dengan
mikrometer. Namun mikrometer tidak akan mampu menunjukkan ketidakbulatan
bila digunakan untuk mengukur penampang diameter poros dengan tonjolan
beraturan yang ganjil (3, 5, 7 dan seterusnya). Bentuk penampang yang apabila
diukur dengan mikrometerselalu akan menghasilkan harga 25 mm.perhatikan
gambar dibawah yang menunjukkan harga pengukuran dengan menggunakan
mikrometer.
-
68
Gambar 2. 1 Persyaratan Pengukuran Kebulatan.
(Sumber: Taufic RochimSpesifikasi Metrologi & Kontrol Kualitas
Geometrik2006)
2.3 Dial Indicator
Proses pengukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses
membandingkan suatu parameter atau variabel dengan suatu parameter atau
variabel yang dianggap sebagai acuan (patokan) dan acuan inilah yang biasa
disebut orang sebagai standar.
Dial indikator adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
kebulatan suatu benda.Berdasarkan jenis alat ukur, dial Indicator termasuk jenis
alat ukur pembanding (komparator) .
Karena alat ukur ini biasa digunakan untuk pembanding atau komparator,
angka yang ditunjukan alat ukur ini merupakan selisih ukuran benda ukur dengan
ukuran benda standar.Hasil pengukuran adalah merupakan jumlah angka yang
ditunjukan oleh alat ukur tersebut dengan ukuran benda standar. Sedangkan
menurut proses pengukuran geometri dial Indicator termasuk proses pengukuran
tak langsung yaitu pengukur yang dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur
dari jenis pembanding, standar dan alat ukur bantu. Dimensi benda ukur adalah
jumlah harga yang ditunjukan oleh alat ukur pembanding dengan dimensi alat
ukur standarnya
2.4 Prinsip Kerja
Prinsip kerja dial Indicator menggunakan pengubah mekanik (kinematika)
yang menerusakan serta merubah isyarat sensor yang biasanya berupa gerakan
translasi mejadi gerakan rotasi. Yaitu pasangan roda gigi dengan batang gigi dari
sistem roda gigi yang diterapkann pada jam ukur (dial indicator).
-
69
2.5 Bagian-Bagian Dial Indicator
Alat ukur ini terdiri dari sensor, pengubah batang gigi, roda gigi dan pegas
serta bagian penunjuk berupa japrum dan skala.
Pada bagian penunjukyang berupa jam untuk membaca skala hasil pengukuran
dibutuhkan posisi mata yang tegak lurus jarum skala, untuk menghindari
kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran. Kesalahan hasil pembacaan sering
disebut dengan kesalahan paralak.
Gambar 2. 2 Bagian bagian Dial Indicator
( Sumber: Dody Sofyan Arif Buku Panduan Praktikum Metrologi Industri 2014)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rancangan kinematik ini adalah:
1. Suatu gerakan translasi sensor sepanjang satu pits batang
gigi(rack;misalnya 0,25 mm) akan memutar roda gigi pasangannya
(pinion) sebesar 1/zp putaran(zp;jumlah gigi pinion, misalnya 10) putaran
pinion diteruskan menjadi putaran jarum penunjuk melalui pasangan roda
gigi. Bila perbandingan pasangan roda gigi sebesar z2/z1(misalnya 50/10)
dan satu putaran penuh jarum penunjuk dinyatakan dengan n skala
(misalnya 100) mka kecermatan jam ukur ini dapat dirancang dengan
rumus:
Kecermatan= 1 skala = = = 0,005 ; mm
2. Gigi suatu roda gigi (atau batang gigi) ftak mungkin di buat dengan profil
involute ideal. Oleh seba itu, tebal gigi umumnya dirancang dengan
-
70
toleransi minus yang berarti tebal gigi dibuat sedikit lebih kecil daripada
ketebalan gigi nominal. Bila pasangan roda gigi ini dirakit dengan jarak
senter nominal, pasangan gigi akan meneruskan dengan hanya salah satu
giginya yang saling berhimpit (sisi gigi lainnya tak saling bersinggungan,
jadi ada celah di antaranyauntuk menjaga jangan sampai pasangan roda
macet gara-gara ada kesalahan profil yang berharga positif)
Bila putaran diubah arahnya, sementara roda gigi pemutar dan yang diputar
tetap fungsinya, roda gigi pemutar akan berbalik dahulu untuk sepanjang
celah gigi sebelum berfungsi penuh memutar roda gigi yang diiputar.
Kejadian ini dinamakan sebagai keterlambatan gerakan balik (back-lash)
Back-lash yang terjadi pada pasangan roda gigi pemutar jarum penunjuk
akan mengganggu pembacaan skala karena posisi jarum penunjuk yang
berubah-ubah jika sensor sedikit berubah (bergetar)
Untuk mengurangi efek back-lash digunakan back lash compensator yaitu
roda gigi pemutar untuk arah putaran kebalikan dengan arah putaran roda
gigi pemutar utama. Roda gigi pemutar utama berfungsi saat sensor
bergerak naik dengan daya dorong berasal dan ensor. Roda gigi pemutar
arah kebalikan berfungsi saat sensor bergerak turun dengan daya dorong
pegas spiral (energi disimpan oleh pegas spiral saat sensor bergerak naik.
3. Tekanan ringan diberikan sensor permuakaan benda ukur (tekanan
pengukuran) berasal dari pegas penekanan batang gigi
Gambar 2. 3 Prinsip pengubah mekanik yang diterapkan pada jam ukur.
( Sumber: Dody Sofyan Arif Buku Panduan Praktikum Metrologi Industri2014)
-
71
2.6 Cara Penggunaan Dial Indicator
Pengukuran kebulatan dilakukan dengan memutar benda ukur sejauh 360
dan sensor menyentuh permukaan benda ukur yang diukur
kebulatannya.Pengukuran dilakukan untuk menemukan penyimpangan kebulatan
benda ukur terhadap lingkaran sempurna.Hal tersebut merupakan hal yang sangat
esensial dalam kontrol produksi mekanik.
Gambar 2. 4 Cara penggunaan dial indicator
( Sumber: Lab.Pengukuran UR )
2.7 Roudness Tester
Gambar 2. 5 Roudness Tester
( Sumber: http://helmidadang.wordpress.com. Diakses: 19 Desember 2014 )
Alat ukur ini berfungsi untuk mengukur profil kebulatan dari suatu benda
dengan kecermatan 0.01 mikron.
Untuk mengukur kebulatan dari suatu benda digunakan roudness tester,
alat ini menggunakan dial indicator sebagai sensor untuk memeriksa profil dari
-
72
permukaan benda uji dan prinsip yang digunakan adalah meja putar, komponen
dari alat ini adalah :
1. Dial Indicator
2. Meja Putar
3. Display
4. Kompressor
Berdasarkan ptarannya, maka alat ukur kebulatan dapat diklasifikasikan
mnjadi dua, yaitu jenis dengan sensor putar dan jenis dengan meja putar.
Untuk jenis meja putar memiliki karakteristik :
1. karena sensor tidak beputar, benbagai pengukuran dapat berkaitan
dengan kebulatan dapat dilakukan, misalnya konsentrisitas, kesamaan
sumbu, kesejajaran, kesilindrisan, kelurusan dan ketegaklurusan.
Adanya kebebasan untuk menempatkan sensor benda ukur yang
berputar.
2. Pengukuran kebulatan dapat dilakukan dengan menambahkan
peralatan untuk menggerakkan sensor dalamm arah tranversal.
3. Berat benda ukur terbatas karena keterbatasan kemampuan spindel
untuk menahan beban.
4. Alat pengatur posisi dan kemiringan benda ukur terletak pada
meja.Oleh sebab itu, pengaturan secara cermat supaya sumbu objek
ukur berimpit dengan sumbu putar.
Gambar 2. 6 Prinsip Keja Roudness Tester
( Sumber: http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jrs/article/view/444/124. Diakses:
19 Desember 2014 )
-
73
2.8 Makna Grafik dan Parameter Kebulatan
Untuk lebih memahami analisis kebulatan, terlebih dahulu perlu dijeskan
mengenai grafik hasil pengukuran (profil kebulatan) sebagai berikut :
1. Posisi kebulatan bukan merupakan pembesaran penampang.
Supaya dapat melihat kesalahan bentukperlu adannya pembesaran. Sebagai
contoh, sutu tonjolan pada permukaan setinggi 2 mm supaya menjadi 2mm pada
kertas grafik diperlukan pembesaran diameter penampang juga sebesar 1000X,
sebab untuk benda ukur dengan diameter 100 mm grafiknya akan mempunyai
diameter 100 mm. Oleh sebab itu, pembesaran disini hanya diberikan bagi variasi
ketinggian benda ukur.
2. Efek pembesaran terhadap bentuk profil kebulatan.sesuai dengan
Untuk benda ukur yang sama, profil kebulatan akan terlihat berubah
bentuknya apabila digunakan pembesaran yang berlainan. Dalam contoh benda
ukur mempunyai empat tonjolan beraturan yang beraturan setinggi 3m. Pada
ketiga grafik tersebut tinggi tonjolan akan berubah sesai pembesaran yang
dipilih.
3. Posisi pembuatan grafik dapat ditentukan sekehendak praktikan.
Posisi kebulatan dari suatu benda ukur dapat diatur sehingga menempati
daerah didekat atau jauh dari titik pusat grafik. Hasil yang diperoleh tidak akan
mempengaruhi analisis kebulatan dimana jarak radial antaru dua lingkaran
konsentris adalah sama bagi profil kebulatan didekat pusat grafik maupun dengan
cara ini suatu kertas grafik dapat dibuat beberapa profil kebulatan dari beberapa
onjek ukur.
4. Adanya hubungan sudut posisi antar benda ukur dan profil kebulatan.
Benda ukur dan grafik polar berputar dengan kecepatan putaran yang sama.
Dengan demikian posisi sudut relatif antara tonjolan pada benda ukur akan tetap
sama pada benda prifil kebulatan.
-
74
5. Efek Kesalahan Sentering
Jikalau sumbu objrk ukur dapat dibantu berimpit dengan sumbu putar,
profilkebulatannya akan mempunyai titik tengah yang sama dengan titik tengah
grafik.Benda ukur dengan kebulatan ideal akan mempunyai profil lingkaran yang
sama.
Gambar dibawah menunjukkan keempat lingkaran refernsi yang dimaksud,
dari profil terluhat bahwa untuk suatu profil kebulatan yang sama dari suatu titik
tengah dari keempat lingkaran referensi dapat belainan.
Hal itu terjadi karena terjadinny efek kesalahan sentering pada benda ukur
yang di amati atau diukur ketidakbulatannya.
Gambar 2. 7 Kesalahan setting
( Sumber: Dody Sofyan Arif Buku Panduan Praktikum Metrologi Industri2014)
2.9 Metode Pengukuran Kebulatan
1. Least Squares Circle.
Referensi Least Squares Circle (LSC) adalah metode yang paling
umum digunakan. Luas daerah yang tertutup oleh profil sama dengarn
luas daerah yang berada pada luar. Hal ini dapat dilihat pada gambar
-
75
Gambar 2. 8 Least squares circle
( Sumber: Dody Sofyan Arif Buku Panduan Praktikum Metrologi
Industri.2014)
2. Minimum Circumscribed Circle
Metode Minimum Circumscribed Circle (MCC) menghitung lingkaran
standar dengan jari-jari minimum yang dapat menutupi profil data.Hal ini
dapat dilihat pada gambar.
Gambar 2. 9 Minimum circumscribed circle
( Sumber: Dody Sofyan Arif Buku Panduan Praktikum Metrologi Industri.2014)
-
76
3. Maximum Inscried Circle
Metode Maximum Iscribed Circle (MIC) menghitung lingkaran
standar dengan jari-jari maksimum yang ditutupi profil data. Hal ini dapat
dilihat pada gambar
Gambar 2. 10 Maximum inscribed circle
( Sumber: Dody Sofyan Arif Buku Panduan Praktikum Metrologi Industri.2014)
4. Minimum Zone Circle
Metode Minimum Zone Circle (MZC) menghitung dua lingkaran
konnsentrik yang menutupi profil data seperti memisah arah radial
minimum. Hal ini dapat dilihat pada gambar:
Gambar 2. 11 Minimum zone circle
( Sumber: Dody Sofyan Arif Buku Panduan Praktikum Metrologi Industri.2014)
-
77
BAB III
DATA PENGAMATAN
3.1 Pengamatan
Benda ukur diukur secara bertahap pada 12 titik yang sudah
ditentukan.pengukuran dilakukan dengan 2 arah berlawanan dari titik 1 sampai
12,kemudian dengan arah berlawanan diukur dari titik 12 sampai kembali ke titik
1.
3.1.1 Pengamatan 1
Keterangan:
- Arah 1 adalah pengukuran dengan putaran kearah kanan (searah jarum jam)
- Arah 2 adalah pengukuran dengan putaran kearah kiri (berlawanan arah
jarum jam)
Tabel 1.Data Pengamat A
No.
Pengamat A
Simpangan dial indicator (m)
1 2 Average
1 -1 -4 -2.5
2 -2 -4 -3
3 -4 -5 -4.5
4 -4 -5 -4.5
5 -7 -10 -8.5
6 -4 9 2.5
7 -20 -8 -14
8 -17 7 -12
9 -25 -3 -14
10 -27 -3 -15
11 -4 -3 -3.5
12 -3 -7 -5
-
78
3.1.2 Pengamatan 2
Keterangan :
- Arah 1 adalah pengukuran dengan putaran kearah kanan (searah jarum jam)
- Arah 2 adalah pengukuran dengan putaran kearah kiri (berlawanan arah
jarum jam
Tabel 2.Data Pengamat B
No.
Pengamat B
Simpangan dial indicator(m)
1 2 Average
1 -2 -3 -2.5
2 -1 2 0.5
3 -2 -1 -1.5
4 -2 -1 -1.5
5 -14 1 -6.5
6 -2 -3 -2.5
7 -8 2 -3
8 -7 -1 -4
9 -2 1 -0.5
10 -2 0 -1
11 -3 -2 -2.5
12 -2 -2 -2
3.2 Perhitungan
3.2.1 perhitungan Pengamat A
Average (Rata-rata ) dapat ditentukan dengan rumus:
Titik 1 = ( ) ( )
= -2.5 m
-
79
Titik 2 = ( ) ( )
= -3 m
Titik 3 = ( ) ( )
= -1.5 m
Titik 4 = ( ) ( )
= -1 m
Titik 5 = ( ) ( )
= -8.5 m
Titik 6 = ( )
= -2.5 m
Titik 7 = ( ) ( )
= -14 m
Titik 8 = ( ) ( )
= -12 m
Titik 9 = ( ) ( )
= -14 m
Titik 10 = ( ) ( )
= -15 m
Titik 11 = ( ) ( )
= -3.5 m
Titik 12 = ( ) ( )
= -5 m
-
80
Gambar 3. 1 pola Pengamat A
3.2.2 Perhitungan Pengamat B
Average (Rata-rata ) dapat ditentukan dengan rumus:
Titik 1 = ( ) ( )
= -2.5 m
Titik 2 = ( )
= 0.5 m
Titik 3 = ( ) ( )
= -1.5 m
Titik 4 = ( ) ( )
= -1.5 m
-
81
Titik 5 = ( )
= -6.5 m
Titik 6= ( ) ( )
= - 2.5 m
Titik 7 = ( )
= -3 m
Titik 8 = ( ) ( )
= -4 m
Titik 9 = ( )
= -0.5 m
Titik 10 = ( )
= -1 m
Titik 11 = ( ) ( )
= -2.5 m
Titik 12 = ( ) ( )
= -2 m
-
82
Gambar 3. 2 Pola pengamat B
-
83
BAB IV
ANALISIS
4.1 Grafik
1. Pengamat A
a. Grafik Pengukuran Rata-rata.
Gambar 4. 1 Grafik Pengukuran Rata-rata
-
84
b. Lingkaran Luar Minimum
Gambar 4. 2 Lingaran Luar Minimum
Nilai R1 = 66 mm
Nilai R2 = 15 mm
Nilai X = R1 - R2 = 66 - 15 = 51 mm
c. Lingkaran Dalam Maksimum
Gambar 4. 3 Lingkaran Dalam Maksimum
-
85
Nilai R1 = 66 mm
Nilai R2 = 15 mm
Nilai X = Ri - R2 = 66 - 15 = 51 mm
d. Lingkaran Kuadrat Terkecil
Gambar 4. 4 Lingkaran Kuadrat Terkecil
Nilai R1 = 66 mm
Nilai R2 = 15 mm
Nilai X = R1 - R2 =
-
86
2. Pengamat B
a. Grafik Pengukuran Rata-rata
Gambar 4. 5 Grafik Pengukuran Rata-rata
-
87
b. Lingkaran Luar Minimum
Gambar 4. 6 Lingkaran Luar minimum
Nilai R1 = 42 mm
Nilai R2 = 18 mm
Nilai X = R1 R2 = 42 mm 18 mm = 24 mm
c. Lingkaran Dalam Maksimum
Gambar 4. 7 Lingkaran Dalam Maksimum
-
88
Nilai R1 = 42 mm
Nilai R2 = 18 mm
Nilai X = R1 R2 = 42 mm 18 mm = 24 mm
d. Lingkaran Kuadrat Maksimum
Gambar 4. 8 Lingkaran Kuadrat Maksimum
Nilai R1 = 42 mm
Nilai R2 = 18 mm
Nilai X =
4.2 Analisis
Dari praktikum yang telah dilakukan tentang pengukuran kebulatan maka
di peroleh analisa sebagai berikut :
Pada pengamat A dilakukan pengukuran yang mana pengukuran ini
dilakukan pada 12 titik (dimulai 1-12), maka akan diperoleh harga pengukuran,
yang berbeda-beda, kemudian pengukuran kebulatan dengan cara membalik arah
putaran pengukuran (mulai 12-1 ) harga yang didapat juga berbeda, dari kedua
metode pengukuran tersebut di rata-ratakan (average), kemudian hasil nilai
-
89
kebulatan yang didapat ada beberapa titik yang berbeda dan sama nilai
kebulatannya dlanjutkan dengan pengamatan B seperti pen gamat A, namun
pengukuran berada diantara titik, hasil pengukuran yang diperoleh juga berbedda-
beda dan dihitung rata-ratanya lalu dihitung rata-rata (average).
Hasil pengukuran yang berbeda diakibatkan oleh pengamat yang berbeda,
karena sesuai ketentuan dimana pengukuran tidak akan pernah sama apabia
dilakukan pengukuran yang berulang dan pengukur yang berbeda, selain itu dial
indicator yang digunakan juga diperkirakan mengalami masalah aus pada
komponen sehingga tingkat kegagalan pada praktikum ini juga semikin besar.
Untuk mendapat pengukuran yang baik seharusnya pemutaran benda ukur
harus berada di satu sumbu putar, karena berpengaruh terhadap profil yang
dibentuknya.
-
90
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam praktikum yang dijalankan mengenai alat alat ukur kebulatan
yaitu indicator dial pada alat ini memiliki prinsip kerja mekanik dalam
melakukan pengukuran kebulatan alat ini memberikan hasil yang sangat
baik.
Kebulatan dapat diketahui dengan mengetahui diameter setiap titik dan
lingkaran benda ukur. Semakin banyak titik yang diambil maka hasil
akan semakin baik, dan analisis pengukuran akan semakin teliti
sehingga akan didapat toleransi poros yang baik.
Pada praktikum ini benda ukur dilakukan pada 12 titik melingkar dan
ditambah 12 titik pertengahan. Jumlah 24 titik pada pengukuran ini
memiliki beberapa perbedaan dan ini menandakan bahwa benda ukur
terjadi penyimpangan kebulatan sehingga pemakaiannya hanya dapat
dipakai pada alat terbatas. Semakin baik kebulatan benda, maka akan
semakin baik jika digunakan sebagai komponen.
Pada pelaksanaan praktikum kali ii kurang berhasil karna terjadinya
beberapa kesalahan dalam pengukuran.
5.2 Saran
a. Perlunya kalibrasi ulang pada alat ukur.
b. Peningkatan kenyamanan fasilitas ruangan yang lebih nyaman.
c. Penggantian benda ukur karena benda ukur sudah tidak presisi saat
diputar.
d. Bagi para praktikan diharapkan melakukan pengukuran sesuai prosedur.
e. Penggantian block V yang lebih baik, agar saat memutar benda kerja
sumbunya tidak tergeser.