kebulatan koko.pdf

Upload: koko

Post on 08-Jan-2016

351 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

  • 61

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Jam ukur/dial indicator adalah alat ukur pembanding yang digunakan

    dalam industri permesinan dibagian produksi dan kamar ukur.prinsif kerjanya

    secara mekanik dimana gerak linier sensor menjadi gerak putaran jarum jam

    penunjuk.

    Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditunjukan untuk

    memeriksa kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui apakah

    suatu benda benar-benar bulat atau tidak, jika dilihat secara teliti dengan

    menggunakan alat ukur. Komponen dengan kebulatan ideal amat sulit dibuat,

    dengan demikian kita harus mentolerir ketidakbulatan dalam batas-batas titik

    sesuai dengan tujuan dan fungsi dari komponen itu. Kebulatan mempunyai

    peranan penting dalam hal: membagi beban sama rata, menentukan umur

    komponen, menentukan kondisi suaian, menentukan ketelitian putaran, dan

    memperlancar pelumasan.

    1.2 Tujuan Praktikum

    Praktikum dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

    1. Praktikan dapat memahami prinsip dasar proses pengukuran kebulatan

    2. Praktikan dapat menggunakan dan mengoperasikan alat ukur kebulatan

    3. Praktikan mampu menganalisa hasil pengukuran kebulatan

    4. Praktikan mampu mengambil kesimpulan hasil pengukuran kebulatan

    1.3 Alat Alat

    Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum adala

  • 62

    1. Satu Unit Dial Indicator

    Gambar 1. 1 Dial indikator

    ( Sumber: Lab.Pengukuran UR )

    2. Meja Rata

    Digunakan sebagai tempat kedudukan dial indikator

    Gambar 1. 2 Meja rata

    ( Sumber: Lab.Pengukuran UR )

  • 63

    3. Waterpass

    Digunakan untuk mengukur kerataan kedudukan meja rata yang

    akan digunakan pada pengukuran kebulatan

    Gambar 1. 3 Waterpass

    ( Sumber: Lab.Pengukuran UR )

    4. V-block

    Gambar 1. 4 Vblok

    ( Sumber: Lab.Pengukuran UR )

  • 64

    1.4 Benda ukur

    Benda ukur yang digunakan adalah:

    1 Sebuah benda kerja yang berbentuk selinder

    Gambar 1. 5 Benda Ukur

    ( Sumber: Lab.Pengukuran UR )

    1.5 Sistematika Penilisan

    Adapun sistematika penulisan dari laporan ini terdiri dari:

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan, manfaat, dan

    sistematika penulisan.

    BAB II TEORI DASAR

    Pada bab ini membahas tentang teori-teori pengelasan yang akan

    dilaksanakan pada praktikum pengelasan.

    BAB III ALAT DAN BAHAN

    Pada bab ini membahas tentang alat dan bahan yang digunakan dalam

    pelaksanaan praktikum pengelasan.

    BAB IV PROSEDUR KERJA

    Pada bab ini membahas tentang prosedur kerja mengenai cara cara

    pengelasan serta langkahlangkah kerja dalam pengelasan.

    BAB V PEMBAHASAN

    Pada bab ini membahas tentang persoalan persoalan yang

    menyangkut perhitunganperhitungan serta hasil dari pengelasan.

  • 65

    BAB VI PENUTUP

    Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan yang diperoleh dari

    hasil analisa dan saran untuk memperbaiki hasil kerja dari hasil

    pengelasan.

  • 66

    BAB II

    TEORI DASAR

    2.1 Pengertian

    Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditunjukan untuk

    memeriksa kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui apakah

    suatu benda benar-benar bulat atau tidak, jika dilihat secara teliti dengan

    menggunakan alat ukur. Pengukuran kebulatan merupakan salah satu dari tipe

    pengukuran yang tidak berfungsi menurut garis. Kebulatan dan diameter adalah

    dua karakter geometris yang berbeda, meskipun demikin keduanya saling

    berkaitan. Ketidakbulatan akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter,

    sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan menunjukan ketidakbulatan.

    Sebuah benda yang berbentuk silinder pada dasarnya dalam perbedaan

    tempat punya perbedaan jari-jari. Dengan menggunaakan alat ukur dial indikator

    pada benda ukur poros hasil proses bubut/plat bubut, serta alat bantu V-block dan

    dial standar kita dapat melakukan pengukuran kebulatan untuk memeriksa

    kebulatan benda tersebut. Dial indikator dapat digunakan untuk mengukur

    perubahan ketinggian pada permukaan suatu benda. Jadi dapat diketahui benda

    tersebut memiliki permukaan yang rata atau tidak. Dengan memanfaatkan prinsip

    yang sama, sebuah benda yang berbentuk silinder dapat diperiksa kebulatannya.

    Dengan menetapkan suatu titik pada sisi silinder sebagai acuan (titik nol)

    kemudian melakukan pengukuran terhadap titik lain dapat diketahui apakah

    terjadi pelekukan atau penggundukan yang mempengaruhi kebulatan kebulatan

    benda tersebut dan seberapa besar nilainya.

    Dalam mesin-mesin atau peralatan teknis, banyak sekali ditemukan

    komponen-komponen yang mempunyai penampang bulat, baik berupa poros,

    bantalan, roda gigi dengan dimensi kecil seperti pada halnya jam tangan sampai

    dengan komponen yang berdimensi besar.

    Komponen dengan kebulatan ideal amat sulit dibuat, dengan demikian kita

    harus mentolerir ketidakbulatan dalam batas-batas titik sesuai dengan tujuan dan

    fungsi dari komponen itu. Kebulatan mempunyai peranan penting dalam hal:

    Membagi beban sama rata

  • 67

    Menentukan umur komponen

    Menentukan kondisi suaian

    Menentukan ketelitian putaran

    Memperlancar pelumasan

    Saat kebulatan dibicarakan, selain penyebab dan cara penanggulangan

    ketidak bulatan, pasti akan mengait dengan cara mengukur kebulatan dan

    bagaimana cara menyatakan harga ketidakbulatan, karena sampai saaat ini ada

    beberapa defenisi mengenai parameter kebulatan. Ketidak bulatatan merupakan

    salah satu jenis kesalahan bentuk dan umurnya amat berkaitan dengan beberapa

    kesalahan bentuk lainya seperti:

    Kesamaaan sumbu dan konsentrisitas (concentricity)

    Kelurusan (straighness)

    Ketegaklurusan (perpendicularity)

    Kesejajaran (parallelism)

    Kesilindrikan (clindricity)

    Kebulatan dapat diukur dengan cara sederhana yang meskipun tidak

    memberikan hasil yang memuaskan dapat kita terima untuk memprtimbangkan

    kualitas geometrik dari komponen yang tidak menuntut persyaratan yang tinggi.

    Alat ukur kebulatan dibuat dengan persyaratan pengukuran kebulatan, dan pada

    beberapa jenis mampu digunakan pula untuk mengukur berbagai kesalahan

    bentuk.

    2.2 Persyaratan Pengukuran Kebulatan

    Contoh dari ketidak bulatan yaitu penampang poros yang memiliki dua

    tonjolan beraturan (elips) akan dapat diketahui ketidakbulatannya, bila diukur

    dengan dua sensor dengan posisi tegak dan bertolakan (180), misalnya dengan

    mikrometer. Namun mikrometer tidak akan mampu menunjukkan ketidakbulatan

    bila digunakan untuk mengukur penampang diameter poros dengan tonjolan

    beraturan yang ganjil (3, 5, 7 dan seterusnya). Bentuk penampang yang apabila

    diukur dengan mikrometerselalu akan menghasilkan harga 25 mm.perhatikan

    gambar dibawah yang menunjukkan harga pengukuran dengan menggunakan

    mikrometer.

  • 68

    Gambar 2. 1 Persyaratan Pengukuran Kebulatan.

    (Sumber: Taufic RochimSpesifikasi Metrologi & Kontrol Kualitas

    Geometrik2006)

    2.3 Dial Indicator

    Proses pengukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses

    membandingkan suatu parameter atau variabel dengan suatu parameter atau

    variabel yang dianggap sebagai acuan (patokan) dan acuan inilah yang biasa

    disebut orang sebagai standar.

    Dial indikator adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur

    kebulatan suatu benda.Berdasarkan jenis alat ukur, dial Indicator termasuk jenis

    alat ukur pembanding (komparator) .

    Karena alat ukur ini biasa digunakan untuk pembanding atau komparator,

    angka yang ditunjukan alat ukur ini merupakan selisih ukuran benda ukur dengan

    ukuran benda standar.Hasil pengukuran adalah merupakan jumlah angka yang

    ditunjukan oleh alat ukur tersebut dengan ukuran benda standar. Sedangkan

    menurut proses pengukuran geometri dial Indicator termasuk proses pengukuran

    tak langsung yaitu pengukur yang dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur

    dari jenis pembanding, standar dan alat ukur bantu. Dimensi benda ukur adalah

    jumlah harga yang ditunjukan oleh alat ukur pembanding dengan dimensi alat

    ukur standarnya

    2.4 Prinsip Kerja

    Prinsip kerja dial Indicator menggunakan pengubah mekanik (kinematika)

    yang menerusakan serta merubah isyarat sensor yang biasanya berupa gerakan

    translasi mejadi gerakan rotasi. Yaitu pasangan roda gigi dengan batang gigi dari

    sistem roda gigi yang diterapkann pada jam ukur (dial indicator).

  • 69

    2.5 Bagian-Bagian Dial Indicator

    Alat ukur ini terdiri dari sensor, pengubah batang gigi, roda gigi dan pegas

    serta bagian penunjuk berupa japrum dan skala.

    Pada bagian penunjukyang berupa jam untuk membaca skala hasil pengukuran

    dibutuhkan posisi mata yang tegak lurus jarum skala, untuk menghindari

    kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran. Kesalahan hasil pembacaan sering

    disebut dengan kesalahan paralak.

    Gambar 2. 2 Bagian bagian Dial Indicator

    ( Sumber: Dody Sofyan Arif Buku Panduan Praktikum Metrologi Industri 2014)

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rancangan kinematik ini adalah:

    1. Suatu gerakan translasi sensor sepanjang satu pits batang

    gigi(rack;misalnya 0,25 mm) akan memutar roda gigi pasangannya

    (pinion) sebesar 1/zp putaran(zp;jumlah gigi pinion, misalnya 10) putaran

    pinion diteruskan menjadi putaran jarum penunjuk melalui pasangan roda

    gigi. Bila perbandingan pasangan roda gigi sebesar z2/z1(misalnya 50/10)

    dan satu putaran penuh jarum penunjuk dinyatakan dengan n skala

    (misalnya 100) mka kecermatan jam ukur ini dapat dirancang dengan

    rumus:

    Kecermatan= 1 skala = = = 0,005 ; mm

    2. Gigi suatu roda gigi (atau batang gigi) ftak mungkin di buat dengan profil

    involute ideal. Oleh seba itu, tebal gigi umumnya dirancang dengan

  • 70

    toleransi minus yang berarti tebal gigi dibuat sedikit lebih kecil daripada

    ketebalan gigi nominal. Bila pasangan roda gigi ini dirakit dengan jarak

    senter nominal, pasangan gigi akan meneruskan dengan hanya salah satu

    giginya yang saling berhimpit (sisi gigi lainnya tak saling bersinggungan,

    jadi ada celah di antaranyauntuk menjaga jangan sampai pasangan roda

    macet gara-gara ada kesalahan profil yang berharga positif)

    Bila putaran diubah arahnya, sementara roda gigi pemutar dan yang diputar

    tetap fungsinya, roda gigi pemutar akan berbalik dahulu untuk sepanjang

    celah gigi sebelum berfungsi penuh memutar roda gigi yang diiputar.

    Kejadian ini dinamakan sebagai keterlambatan gerakan balik (back-lash)

    Back-lash yang terjadi pada pasangan roda gigi pemutar jarum penunjuk

    akan mengganggu pembacaan skala karena posisi jarum penunjuk yang

    berubah-ubah jika sensor sedikit berubah (bergetar)

    Untuk mengurangi efek back-lash digunakan back lash compensator yaitu

    roda gigi pemutar untuk arah putaran kebalikan dengan arah putaran roda

    gigi pemutar utama. Roda gigi pemutar utama berfungsi saat sensor

    bergerak naik dengan daya dorong berasal dan ensor. Roda gigi pemutar

    arah kebalikan berfungsi saat sensor bergerak turun dengan daya dorong

    pegas spiral (energi disimpan oleh pegas spiral saat sensor bergerak naik.

    3. Tekanan ringan diberikan sensor permuakaan benda ukur (tekanan

    pengukuran) berasal dari pegas penekanan batang gigi

    Gambar 2. 3 Prinsip pengubah mekanik yang diterapkan pada jam ukur.

    ( Sumber: Dody Sofyan Arif Buku Panduan Praktikum Metrologi Industri2014)

  • 71

    2.6 Cara Penggunaan Dial Indicator

    Pengukuran kebulatan dilakukan dengan memutar benda ukur sejauh 360

    dan sensor menyentuh permukaan benda ukur yang diukur

    kebulatannya.Pengukuran dilakukan untuk menemukan penyimpangan kebulatan

    benda ukur terhadap lingkaran sempurna.Hal tersebut merupakan hal yang sangat

    esensial dalam kontrol produksi mekanik.

    Gambar 2. 4 Cara penggunaan dial indicator

    ( Sumber: Lab.Pengukuran UR )

    2.7 Roudness Tester

    Gambar 2. 5 Roudness Tester

    ( Sumber: http://helmidadang.wordpress.com. Diakses: 19 Desember 2014 )

    Alat ukur ini berfungsi untuk mengukur profil kebulatan dari suatu benda

    dengan kecermatan 0.01 mikron.

    Untuk mengukur kebulatan dari suatu benda digunakan roudness tester,

    alat ini menggunakan dial indicator sebagai sensor untuk memeriksa profil dari

  • 72

    permukaan benda uji dan prinsip yang digunakan adalah meja putar, komponen

    dari alat ini adalah :

    1. Dial Indicator

    2. Meja Putar

    3. Display

    4. Kompressor

    Berdasarkan ptarannya, maka alat ukur kebulatan dapat diklasifikasikan

    mnjadi dua, yaitu jenis dengan sensor putar dan jenis dengan meja putar.

    Untuk jenis meja putar memiliki karakteristik :

    1. karena sensor tidak beputar, benbagai pengukuran dapat berkaitan

    dengan kebulatan dapat dilakukan, misalnya konsentrisitas, kesamaan

    sumbu, kesejajaran, kesilindrisan, kelurusan dan ketegaklurusan.

    Adanya kebebasan untuk menempatkan sensor benda ukur yang

    berputar.

    2. Pengukuran kebulatan dapat dilakukan dengan menambahkan

    peralatan untuk menggerakkan sensor dalamm arah tranversal.

    3. Berat benda ukur terbatas karena keterbatasan kemampuan spindel

    untuk menahan beban.

    4. Alat pengatur posisi dan kemiringan benda ukur terletak pada

    meja.Oleh sebab itu, pengaturan secara cermat supaya sumbu objek

    ukur berimpit dengan sumbu putar.

    Gambar 2. 6 Prinsip Keja Roudness Tester

    ( Sumber: http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jrs/article/view/444/124. Diakses:

    19 Desember 2014 )

  • 73

    2.8 Makna Grafik dan Parameter Kebulatan

    Untuk lebih memahami analisis kebulatan, terlebih dahulu perlu dijeskan

    mengenai grafik hasil pengukuran (profil kebulatan) sebagai berikut :

    1. Posisi kebulatan bukan merupakan pembesaran penampang.

    Supaya dapat melihat kesalahan bentukperlu adannya pembesaran. Sebagai

    contoh, sutu tonjolan pada permukaan setinggi 2 mm supaya menjadi 2mm pada

    kertas grafik diperlukan pembesaran diameter penampang juga sebesar 1000X,

    sebab untuk benda ukur dengan diameter 100 mm grafiknya akan mempunyai

    diameter 100 mm. Oleh sebab itu, pembesaran disini hanya diberikan bagi variasi

    ketinggian benda ukur.

    2. Efek pembesaran terhadap bentuk profil kebulatan.sesuai dengan

    Untuk benda ukur yang sama, profil kebulatan akan terlihat berubah

    bentuknya apabila digunakan pembesaran yang berlainan. Dalam contoh benda

    ukur mempunyai empat tonjolan beraturan yang beraturan setinggi 3m. Pada

    ketiga grafik tersebut tinggi tonjolan akan berubah sesai pembesaran yang

    dipilih.

    3. Posisi pembuatan grafik dapat ditentukan sekehendak praktikan.

    Posisi kebulatan dari suatu benda ukur dapat diatur sehingga menempati

    daerah didekat atau jauh dari titik pusat grafik. Hasil yang diperoleh tidak akan

    mempengaruhi analisis kebulatan dimana jarak radial antaru dua lingkaran

    konsentris adalah sama bagi profil kebulatan didekat pusat grafik maupun dengan

    cara ini suatu kertas grafik dapat dibuat beberapa profil kebulatan dari beberapa

    onjek ukur.

    4. Adanya hubungan sudut posisi antar benda ukur dan profil kebulatan.

    Benda ukur dan grafik polar berputar dengan kecepatan putaran yang sama.

    Dengan demikian posisi sudut relatif antara tonjolan pada benda ukur akan tetap

    sama pada benda prifil kebulatan.

  • 74

    5. Efek Kesalahan Sentering

    Jikalau sumbu objrk ukur dapat dibantu berimpit dengan sumbu putar,

    profilkebulatannya akan mempunyai titik tengah yang sama dengan titik tengah

    grafik.Benda ukur dengan kebulatan ideal akan mempunyai profil lingkaran yang

    sama.

    Gambar dibawah menunjukkan keempat lingkaran refernsi yang dimaksud,

    dari profil terluhat bahwa untuk suatu profil kebulatan yang sama dari suatu titik

    tengah dari keempat lingkaran referensi dapat belainan.

    Hal itu terjadi karena terjadinny efek kesalahan sentering pada benda ukur

    yang di amati atau diukur ketidakbulatannya.

    Gambar 2. 7 Kesalahan setting

    ( Sumber: Dody Sofyan Arif Buku Panduan Praktikum Metrologi Industri2014)

    2.9 Metode Pengukuran Kebulatan

    1. Least Squares Circle.

    Referensi Least Squares Circle (LSC) adalah metode yang paling

    umum digunakan. Luas daerah yang tertutup oleh profil sama dengarn

    luas daerah yang berada pada luar. Hal ini dapat dilihat pada gambar

  • 75

    Gambar 2. 8 Least squares circle

    ( Sumber: Dody Sofyan Arif Buku Panduan Praktikum Metrologi

    Industri.2014)

    2. Minimum Circumscribed Circle

    Metode Minimum Circumscribed Circle (MCC) menghitung lingkaran

    standar dengan jari-jari minimum yang dapat menutupi profil data.Hal ini

    dapat dilihat pada gambar.

    Gambar 2. 9 Minimum circumscribed circle

    ( Sumber: Dody Sofyan Arif Buku Panduan Praktikum Metrologi Industri.2014)

  • 76

    3. Maximum Inscried Circle

    Metode Maximum Iscribed Circle (MIC) menghitung lingkaran

    standar dengan jari-jari maksimum yang ditutupi profil data. Hal ini dapat

    dilihat pada gambar

    Gambar 2. 10 Maximum inscribed circle

    ( Sumber: Dody Sofyan Arif Buku Panduan Praktikum Metrologi Industri.2014)

    4. Minimum Zone Circle

    Metode Minimum Zone Circle (MZC) menghitung dua lingkaran

    konnsentrik yang menutupi profil data seperti memisah arah radial

    minimum. Hal ini dapat dilihat pada gambar:

    Gambar 2. 11 Minimum zone circle

    ( Sumber: Dody Sofyan Arif Buku Panduan Praktikum Metrologi Industri.2014)

  • 77

    BAB III

    DATA PENGAMATAN

    3.1 Pengamatan

    Benda ukur diukur secara bertahap pada 12 titik yang sudah

    ditentukan.pengukuran dilakukan dengan 2 arah berlawanan dari titik 1 sampai

    12,kemudian dengan arah berlawanan diukur dari titik 12 sampai kembali ke titik

    1.

    3.1.1 Pengamatan 1

    Keterangan:

    - Arah 1 adalah pengukuran dengan putaran kearah kanan (searah jarum jam)

    - Arah 2 adalah pengukuran dengan putaran kearah kiri (berlawanan arah

    jarum jam)

    Tabel 1.Data Pengamat A

    No.

    Pengamat A

    Simpangan dial indicator (m)

    1 2 Average

    1 -1 -4 -2.5

    2 -2 -4 -3

    3 -4 -5 -4.5

    4 -4 -5 -4.5

    5 -7 -10 -8.5

    6 -4 9 2.5

    7 -20 -8 -14

    8 -17 7 -12

    9 -25 -3 -14

    10 -27 -3 -15

    11 -4 -3 -3.5

    12 -3 -7 -5

  • 78

    3.1.2 Pengamatan 2

    Keterangan :

    - Arah 1 adalah pengukuran dengan putaran kearah kanan (searah jarum jam)

    - Arah 2 adalah pengukuran dengan putaran kearah kiri (berlawanan arah

    jarum jam

    Tabel 2.Data Pengamat B

    No.

    Pengamat B

    Simpangan dial indicator(m)

    1 2 Average

    1 -2 -3 -2.5

    2 -1 2 0.5

    3 -2 -1 -1.5

    4 -2 -1 -1.5

    5 -14 1 -6.5

    6 -2 -3 -2.5

    7 -8 2 -3

    8 -7 -1 -4

    9 -2 1 -0.5

    10 -2 0 -1

    11 -3 -2 -2.5

    12 -2 -2 -2

    3.2 Perhitungan

    3.2.1 perhitungan Pengamat A

    Average (Rata-rata ) dapat ditentukan dengan rumus:

    Titik 1 = ( ) ( )

    = -2.5 m

  • 79

    Titik 2 = ( ) ( )

    = -3 m

    Titik 3 = ( ) ( )

    = -1.5 m

    Titik 4 = ( ) ( )

    = -1 m

    Titik 5 = ( ) ( )

    = -8.5 m

    Titik 6 = ( )

    = -2.5 m

    Titik 7 = ( ) ( )

    = -14 m

    Titik 8 = ( ) ( )

    = -12 m

    Titik 9 = ( ) ( )

    = -14 m

    Titik 10 = ( ) ( )

    = -15 m

    Titik 11 = ( ) ( )

    = -3.5 m

    Titik 12 = ( ) ( )

    = -5 m

  • 80

    Gambar 3. 1 pola Pengamat A

    3.2.2 Perhitungan Pengamat B

    Average (Rata-rata ) dapat ditentukan dengan rumus:

    Titik 1 = ( ) ( )

    = -2.5 m

    Titik 2 = ( )

    = 0.5 m

    Titik 3 = ( ) ( )

    = -1.5 m

    Titik 4 = ( ) ( )

    = -1.5 m

  • 81

    Titik 5 = ( )

    = -6.5 m

    Titik 6= ( ) ( )

    = - 2.5 m

    Titik 7 = ( )

    = -3 m

    Titik 8 = ( ) ( )

    = -4 m

    Titik 9 = ( )

    = -0.5 m

    Titik 10 = ( )

    = -1 m

    Titik 11 = ( ) ( )

    = -2.5 m

    Titik 12 = ( ) ( )

    = -2 m

  • 82

    Gambar 3. 2 Pola pengamat B

  • 83

    BAB IV

    ANALISIS

    4.1 Grafik

    1. Pengamat A

    a. Grafik Pengukuran Rata-rata.

    Gambar 4. 1 Grafik Pengukuran Rata-rata

  • 84

    b. Lingkaran Luar Minimum

    Gambar 4. 2 Lingaran Luar Minimum

    Nilai R1 = 66 mm

    Nilai R2 = 15 mm

    Nilai X = R1 - R2 = 66 - 15 = 51 mm

    c. Lingkaran Dalam Maksimum

    Gambar 4. 3 Lingkaran Dalam Maksimum

  • 85

    Nilai R1 = 66 mm

    Nilai R2 = 15 mm

    Nilai X = Ri - R2 = 66 - 15 = 51 mm

    d. Lingkaran Kuadrat Terkecil

    Gambar 4. 4 Lingkaran Kuadrat Terkecil

    Nilai R1 = 66 mm

    Nilai R2 = 15 mm

    Nilai X = R1 - R2 =

  • 86

    2. Pengamat B

    a. Grafik Pengukuran Rata-rata

    Gambar 4. 5 Grafik Pengukuran Rata-rata

  • 87

    b. Lingkaran Luar Minimum

    Gambar 4. 6 Lingkaran Luar minimum

    Nilai R1 = 42 mm

    Nilai R2 = 18 mm

    Nilai X = R1 R2 = 42 mm 18 mm = 24 mm

    c. Lingkaran Dalam Maksimum

    Gambar 4. 7 Lingkaran Dalam Maksimum

  • 88

    Nilai R1 = 42 mm

    Nilai R2 = 18 mm

    Nilai X = R1 R2 = 42 mm 18 mm = 24 mm

    d. Lingkaran Kuadrat Maksimum

    Gambar 4. 8 Lingkaran Kuadrat Maksimum

    Nilai R1 = 42 mm

    Nilai R2 = 18 mm

    Nilai X =

    4.2 Analisis

    Dari praktikum yang telah dilakukan tentang pengukuran kebulatan maka

    di peroleh analisa sebagai berikut :

    Pada pengamat A dilakukan pengukuran yang mana pengukuran ini

    dilakukan pada 12 titik (dimulai 1-12), maka akan diperoleh harga pengukuran,

    yang berbeda-beda, kemudian pengukuran kebulatan dengan cara membalik arah

    putaran pengukuran (mulai 12-1 ) harga yang didapat juga berbeda, dari kedua

    metode pengukuran tersebut di rata-ratakan (average), kemudian hasil nilai

  • 89

    kebulatan yang didapat ada beberapa titik yang berbeda dan sama nilai

    kebulatannya dlanjutkan dengan pengamatan B seperti pen gamat A, namun

    pengukuran berada diantara titik, hasil pengukuran yang diperoleh juga berbedda-

    beda dan dihitung rata-ratanya lalu dihitung rata-rata (average).

    Hasil pengukuran yang berbeda diakibatkan oleh pengamat yang berbeda,

    karena sesuai ketentuan dimana pengukuran tidak akan pernah sama apabia

    dilakukan pengukuran yang berulang dan pengukur yang berbeda, selain itu dial

    indicator yang digunakan juga diperkirakan mengalami masalah aus pada

    komponen sehingga tingkat kegagalan pada praktikum ini juga semikin besar.

    Untuk mendapat pengukuran yang baik seharusnya pemutaran benda ukur

    harus berada di satu sumbu putar, karena berpengaruh terhadap profil yang

    dibentuknya.

  • 90

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Dalam praktikum yang dijalankan mengenai alat alat ukur kebulatan

    yaitu indicator dial pada alat ini memiliki prinsip kerja mekanik dalam

    melakukan pengukuran kebulatan alat ini memberikan hasil yang sangat

    baik.

    Kebulatan dapat diketahui dengan mengetahui diameter setiap titik dan

    lingkaran benda ukur. Semakin banyak titik yang diambil maka hasil

    akan semakin baik, dan analisis pengukuran akan semakin teliti

    sehingga akan didapat toleransi poros yang baik.

    Pada praktikum ini benda ukur dilakukan pada 12 titik melingkar dan

    ditambah 12 titik pertengahan. Jumlah 24 titik pada pengukuran ini

    memiliki beberapa perbedaan dan ini menandakan bahwa benda ukur

    terjadi penyimpangan kebulatan sehingga pemakaiannya hanya dapat

    dipakai pada alat terbatas. Semakin baik kebulatan benda, maka akan

    semakin baik jika digunakan sebagai komponen.

    Pada pelaksanaan praktikum kali ii kurang berhasil karna terjadinya

    beberapa kesalahan dalam pengukuran.

    5.2 Saran

    a. Perlunya kalibrasi ulang pada alat ukur.

    b. Peningkatan kenyamanan fasilitas ruangan yang lebih nyaman.

    c. Penggantian benda ukur karena benda ukur sudah tidak presisi saat

    diputar.

    d. Bagi para praktikan diharapkan melakukan pengukuran sesuai prosedur.

    e. Penggantian block V yang lebih baik, agar saat memutar benda kerja

    sumbunya tidak tergeser.