kata pengantar - dkksalatiga.orgdkksalatiga.org/files/55278180profil2013.pdf · gambar 4.18 do...
TRANSCRIPT
Profil Kesehatan Kota Salatiga 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan
Buku Profil Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2013 dapat diselesaikan. Profil Kesehatan Kota
Salatiga Tahun 2013 merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian pembangunan kesehatan di Kota Salatiga.
Profil kesehatn Kota Salatiga juga merupakan penyajian yang relative komprehensif
dari data derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan data umum sert
alingkungan yang berhubungan dengan kesehatn. Profil kesehatan menggunakan data yang
bersumber dari pengelola program kesehatn di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Salatiga dan
lintas sektor yang berkaitan dengan program kesehatan.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan pembanguanan kesehatan, Dinas Kesehatan
Kota Salatiga menempatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas utama
pembangunan kesehatan, di samping pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin,
penanggulangan penyakit menular dan gizi buruk. Semua ini juga tidak terlepas dari dukungan
serta peran serta pihak masyarakat, pihak pemerintah maupun swasta, serta kerjasama dengan
pihak lain yang terkait.
Di samping memuat gambaran hasil kegiatan pembangunan kesehatan, Profil
Kesehatan juga dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan data dan informasi di bidang
kesehatan maupun bidang lain yang membutuhkan.
Selanjutnya diharapkan kritik dan saran yang membangun, serta partisipasi dari
berbagai pihak terutama dalam proses pengumpulan data yang akurat, tepat waktu dan sesuai
kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam
penyusunan Profil Kesehatan ini kami mengucapkan terima kasih.
Salatiga,
Kepala Dinas Kesehatan
Kota Salatiga
dr. SOVIE HARYANTI, M.Kes
NIP. 19610802 198902 2 001
Profil Kesehatan Kota Salatiga 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………..……………..……………………………………...... i
DAFTAR ISI………………………………………….……………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………………….. iii
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………….……………………………….. Iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Sistematika Penyajian.................................................................................
1
1
1
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH
A. Keadaan Geografi........................................................................................
B. Keadaan Penduduk ....................................................................................
C. Keadaan Ekonomi……................................................................................
D. Keadaan Pendidikan……………………………………………………………
4
4
5
7
7
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. Angka Kematian…………….........................................................................
B. Angka Kesakitan…………………………………..........................................
C. Angka Status Gizi Masyarakat………….........……………………………….
9
9
14
24
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. Pelayanan Kesehatan Dasar.......................................................................
B. Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan …………………………………….
C. Perilaku Hidup Masyarakat ……………………………………………………
D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar……………………
28
28
62
70
70
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. Sarana Kesehatan........................................................................................
B. Tenaga Kesehatan........................................................................................
C. Pembiayaan Kesehatan................................................................................
75
75
80
83
BAB VI KESIMPULAN
A. Derajat Kesehatan………………………………………………………............
B. Situasi Upaya Kesehatan……………………………………………………….
C. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan………………………………………
D. Perilaku Hidup Masyarakat………………………………………………………
E. Pembinaan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar…………………….
F. Situasi Sumber Daya Kesehatan……………………………………………….
G. Pembiayaan Kesehatan…………………………………………………………
85
85
87
91
91
92
93
94
LAMPIRAN
Profil Kesehatan Kota Salatiga 3
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1
TABEL 2.2
TABEL 2.3
Jumlah Penduduk Kota Salatiga Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex Rasio
Tahun 2013………………………………………………………………..……….
Jumlah Penduduk Kota Salatiga Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2013………………………………………………………………………..…
Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Salatiga Tahun 2013……………………….
5
6
8
Profil Kesehatan Kota Salatiga 4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi Di Kota Salatiga Tahun 2006-2013.……………………….. 11
Gambar 3.2 Angka Kematian Balita (AKABA) Kota SalatigaTahun 2009-2013………………. 12
Gambar 3.3 Angka Kematian Ibu di Kota Salatiga Tahun 2006-2013………………………….. 13
Gambar 3.4 Penemuan Kasus AFP di Kota Salatiga Tahun 2006-2013………………………... 15
Gambar 3.5 Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA (+) Kota Salatiga Tahun 2008-2013…….. 17
Gambar 3.6 Jumlah Penderita Diobati dan Angka Kesembuhan TB Paru di Kota Salatiga
Tahun 2006-2013…………………………………………………………………...
17
Gambar 3.7 Balita dengan Pneumonia Yang Ditangani Di Kota Salatiga Tahun 2006-
2013…..
18
Gambar 3.8 Jumlah Penemuan Kasus HIV/AIDS Kota Salatiga Tahun 2001-2013…………… 19
Gambar 3.9 Penyakit Infeksi Menular Seksual Diobati Di Kota Salatiga Tahun 2006-2013….. 20
Gambar 3.10 Kasus DBD Yang Ditangani Kota Salatiga Tahun 2006-2013……………………. 21
Gambar 3.11 Jumlah Kasus Diare dan Diare Pada Balita Di Kota Salatiga Tahun 2006-
2013…..
22
Gambar 3.12 Kasus PD3I Kota Salatiga Tahun 2006-2013………………………………………. 23
Gambar 3.13 Jumlah Kasus Penyakit Tidak Menular Di Kota Salatiga Tahun 2013……………. 24
Gambar 3.14 Jumlah Bayi BBLR Kota Salatiga Tahun 2006-2013………….…………………... 25
Gambar 3.15 Jumlah Balita Gizi Buruk Tahun 2006-2013……………………………………….. 26
Gambar 4.1 Cakupan kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 Di Kota Salatiga Tahun 2006-
2013…...
29
Gambar 4.2 Cakupan Persalinan Yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Kota Salatiga
Tahun 2006-2013…………………………………..……………………………………….
31
Gambar 4.3 Cakupan Pemberian Vitamin A Bagi Ibu Nifas Di Kota Salatiga Th 2006-
2013…
32
Gambar 4.4 Bumil Risti Ditangani Tahun 2006-2013…………………………………………… 33
Profil Kesehatan Kota Salatiga 5
Gambar 4.5 Prevalensi Ibu Hamil Anemia Kota Salatiga Tahun 2010-2013…………….……… 34
Gambar 4.6 Cakupan Pemberian Tablet Fe Pada Bumil Kota Salatiga Tahun 2006-2013…….. 34
Gambar 4.7
Gambar 4.8a
Cakupan Kunjungan Neonatus Kota Salatiga Tahun 2006-2013…………………..
Cakupan Kunjungan Bayi Kota Salatiga Tahun 2007-2013………………………..
35
36
Gambar 4.8b Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita Dan Prasekolah Tahun
2006-
2013………………...........................................................................................
38
Gambar 4.9 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/MI Tahun 2006-2013……………….. 39
Gambar 4.10 Persentase Balita Ditimbang di Kota Salatiga Tahun 2006-2013………………….. 40
Gambar 4.11 Persentase Balita Yang Naik Berat Badanya Di Kota Salatiga Tahun 2010-
2013.…
42
Gambar 4.12 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita (6-59 bln) Di Kota Salatiga
Tahun 2006-2013…………………………………………………………………….
44
Gambar 4.13a
Gambar 4.13b
Cakupan Ibu Nifas Yang Mendapat Kapsul Vitamin A di Kota Salatiga Th. 2008-
2013…………………………………………………………………………………..
Persentase Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil Di Kota Salatiga Th. 2006-
2013…
45
46
Gambar 4.14
Gambar 4.15
Cakupan ASI Eksklusif Kota Salatiga Tahun 2008-2013…….…………………….
Cakupan Peserta KB Aktif Kota Salatiga Tahun 2006-2013………………………..
48
54
Gambar 4.16 Jenis Kontrasepsi Peserta KB Aktif Tahun 2013…………………………………… 54
Gambar 4.17 Imunisasi Dasar Lengkap Bayi Thaun 2007-2013………………………………… 55
Gambar 4.18 DO Imunisasi DPT1 Campak Kota Salatiga Tahun 2006-2013………………........ 56
Gambar 4.19 Pelayanan Gigi Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap Kota Salatiga Tahun
2008-2013………………………………………………………………………………….
57
Gambar 4.20
Gambar 4.21
Gambar 4.22
Peresentase Cakupan Murid SD/MI yang Diperiksa Kesehatan Gigi dan Mulut
Di Kota salatiga Tahun 2008-2013……………………………………………………..
Pelayanan Kesehatan Usila Di Kota Salatiga Tahun 2006-2013…………………….
Persentase Peserta Jaminan Pelayanan Kesehatan Kota salatiga Tahun
2013………
54
58
59
63
Profil Kesehatan Kota Salatiga 6
trata Posyandu Kota Salatiga Tahun 2008-2011…………………………………..
Gambar 4.19 Cakupan ASI Eksklusif Kota salatiga Tahun 2008-2011………………………….. 56
Gambar 5.1 BOR RSU Pemerintah Di Kota Salatiga Tahun 2008-2011……………………….. 61
Gambar 5.2 Persebaran Pegawai Di Sarana Pelayanan Kesehatan Di Lingkungan Dinas
Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2011……………………………………………….
64
Gambar 5.3 Rasio Dokter Spesialis Di Kota Salatiga Tahun 2006-2011………………………... 65
Gambar 5.4 Rasio Dokter Umum Di Kota Salatiga Tahun 2006-2011………………………….. 65
Gambar 5.5 Rasio Dokter Gigi Di Kota Salatiga Tahun 2006-2011…………………………….. 66
Gambar 5.6 Rasio Bidan Di Kota Salatiga Tahun 2006-2011…………………………………… 66
Gambar 5.7 Persentase Anggaran Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2011……………………….. 67
Profil Kesehatan Kota Salatiga 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mencapai Kota Salatiga Sehat upaya pembangunan kesehatan
Kota Salatiga tidak bisa dilakukan oleh sektor kesehatan saja, tetapi harus dilakukan
secara holistik bersama stakeholder, lintas sektor dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan
program pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan maupun
non kesehatan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, merupakan data atau
fakta yang perlu dicatat dan dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi.
Peran data dan informasi program pembangunan kesehatan terasa makin diperlukan
guna pengambilan keputusan disetiap program, tahapan dan jenjang administrasi.
Prioritas pembangunan kesehatan tahun 2013 menempatkan pelayanan
kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas utama pembangunan kesehatan dilanjutkan
dengan pelayanan kesehatan masyarakat miskin, penanggulangan penyakit menular
dan gizi buruk. Program-program tersebut sangat berkaitan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat Kota Salatiga.
Buku Profil Kesehatan Salatiga disusun guna menggambarkan situasi dan
kondisi kesehatan masyarakat Kota Salatiga. Profil Kesehatan Kota Salatiga ini berisi
Profil Kesehatan Kota Salatiga 8
data dan informasi yang menunjukkan derajat kesehatan, sumber daya kesehatan,
dan upaya kesehatan serta pencapaian indikator pembangunan kesehatan di Kota
Salatiga. Oleh karena itu Profil Kesehatan Kota Salatiga dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemajuan pembangunan kesehatan di Kota Salatiga pada tahun yang
bersangkutan.
B. SISTEMATIKA PENYAJIAN
Adapun sistematika penyajian Profil Kesehatan Kota Salatiga adalah sebagai berikut
:
Bab-1 : Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan
sistematika penyajiannya.
Bab-2 : Gambaran Umum
Bab ini menyajikan data-data tentang gambaran umum Kota Salatiga. Selain uraian
tentang letak geografis, administratif, dan informasi umum lainnya, bab ini juga
mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor
lainnya misalnya kependudukan, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan.
Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan
Profil Kesehatan Kota Salatiga 9
Bab ini berisi uraian indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan
angka status gizi masyarakat.
Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan
rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan
lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian
dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan
kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK) serta upaya pelayanan kesehatan
lainnya yang diselenggarakan oleh pemerintah kota Salatiga.
Bab-5 : Situasi Sumber Daya kesehatan
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan
kesehatan, dan sumber daya kesehatan lainnya.
Bab-6 : Kesimpulan
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah
lebih lanjut dari profil kesehatan kota Salatiga pada tahun 2013. Selain
keberhasilan–keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal
yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 10
Lampiran
Pada lampiran ini berisi resume (angka pencapaian Kota Salatiga) dan 87 tabel data
indikator kesehatan termasuk indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
A. KEADAAN GEOGRAFI
Profil Kesehatan Kota Salatiga 11
Kota Salatiga di kelilingi wilayah Kabupaten Semarang. Terletak antara
007.17’ dan 007.17’.23” Lintang Selatan dan antara 110.27’.56,81” dan
110.27’.56,81” dan 110.32’.4,64” Bujur Timur. Secara morfologi Kota Salatiga
berada di daerah cekungan kaki gunung Merbabu, di antara gunung-gunung kecil
antara lain Gajah Mungkur, Telomoyo dan Payung Rong.
Seluruh wilayah Kota Salatiga dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Semarang,
yaitu:
Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan dan Desa Pejaten) dan
Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo, Desa Watu serta Desa Agung)
Sebelah Selatan: Kecamatan Getasan (Desa Sumogawe, Desa Samirono seta
Desa Jetak ) dan Kecamatan Tengaran (Desa Patemon dan Desa Karang
Duren)
Sebelah Timur : Kecamatan Pabelan (Desa Ujung-Ujung, Desa Sukoharjo
serta Desa Glawan) dan Kecamatan Tengaran (Desa Bener, Desa Tegal
Waton serta Desa Nyamat)
Sebelah Barat : Kecamatan Tuntang (Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa
Sraten serta Desa Gendongan) dan Kecamatan Getasan (Desa Polobogo).
Secara administrasi Kota Salatiga terbagi menjadi 4 kecamatan dan 22
kelurahan. Luas wilayah Kota Salatiga pada tahun 2013 tercatat sebesar 5.678,110
Profil Kesehatan Kota Salatiga 12
hektar atau 56.781 km2. Menurut pemanfaatannya (data tahun 2012), sebagian
besar lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah berpengairan teknis 274.259 ha
(44,26%), berpengairan setengah teknis 137.269 ha (22,15 %), berpengairan
sederhana 61.178 ha (9,87%), dan tadah hujan 146.933 ha (23,71%). Lahan kering
yang dipakai untuk tegal/kebon sebesar 79,26% dari total bukan lahan sawah.
Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan
topografi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Jumlah curah hujan beragam
menurut bulan letak stasiun pengamat. Curah hujan tertinggi (data tahun 2012)
sebesar 449 mm pada bulan Desember, sedangkan hari hujan terbanyak tercatat
selama 16 hari pada bulan Februari.
B. KEADAAN PENDUDUK
1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Salatiga pada tahun 2013 (sumber Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil) sebanyak 192.291 jiwa, dengan kepadatan
rata-rata 3 jiwa untuk setiap kilometer persegi. Tingkat kepadatan penduduk
tertinggi di Kecamatan Sidomukti yaitu 3,80 jiwa per kilometer persegi dan yang
terendah kepadatan penduduknya terjadi di Kecamatan Argomulyo yaitu 2,58 jiwa
perkilometer persegi.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 13
Jumlah rumah tangga yang ada sebanyak 60.362 Rumah Tangga dengan
rata-rata Anggota Rumah Tangga adalah 3,19 jiwa untuk setiap rumah tangga.
Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Sidorejo sebanyak 54.534 jiwa
dan terendah berada di Kecamatan Sidomukti yaitu 43.492 jiwa.
2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk
Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis
kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan.
Jumlah Penduduk laki-laki di Salatiga 96.922 jiwa dan jumlah penduduk
Perempuan di Salatiga 95.369 jiwa. Sehingga dapat kita dapatkan Rasio Jenis
Kelaminnya sebesar 101,63. Rincian Data mengenai Rasio Jenis Kelamin (Sex
Ratio) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel.2.1. Jumlah Penduduk Kota Salatiga Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex
Rasio tahun 2013
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Sex Rasio
1 2 3 4 5
1 Sidorejo 27.559 26.935 102,47
2 Sidomukti 22.037 21.455 102,71
3 Argomulyo 23.847 23.995 99,38
4 Tingkir 23.439 22.984 101,98
Profil Kesehatan Kota Salatiga 14
Jumlah 96.922 95.369 98,00
Sumber : Dinas Kependudukan & Catatan Sipil Kota Salatiga
3. Komposisi Penduduk Menurut Umur
Komposisi penduduk Kota Salatiga menurut golongan umur dan jenis
kelamin menunjukan bahwa penduduk laki-laki maupun perempuan proposisi
terbesar berada pada kelompok umur 30-34 tahun.
Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2013
sebagai berikut :
Tabel.2.2. Jumlah Penduduk Kota Salatiga Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2013
NO KELOMPOK UMUR
(TAHUN)
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN
1 2 3 4 5
1 0 - 4 4,968 4,730 9,698
2 5 - 9 7,846 7,274 15,120
3 10 - 14 7,443 7,092 14,535
4 15 - 19 7,081 6,786 13,867
5 15 - 19 7,081 6,786 13,867
6 20 - 24 7,354 7,044 14,398
7 25 - 29 7,541 7,896 15,437
8 30-34 9,288 9,436 18,724
9 35-39 8,572 8,363 16,935
10 40-44 7,312 7,413 14,725
11 45-49 6,752 7,225 13,977
Profil Kesehatan Kota Salatiga 15
12 50-54 5,613 6,233 11,846
13 55-59 5,146 5,366 10,512
14 60-64 3,987 3,820 7,807
15 65-69 2,105 2,428 4,533
16 70-74 1,664 2,096 3,760
17 >75 2,697 3,720 6,417
C. KEADAAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga tahun 2012 yang ditunjukan oleh laju
Pertumbuhan Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 sebesar
4,02%. Jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2011, di mana
laju pertumbuhan sebesar 5,24%, maka pada tahun 2012 mengalami penurunan.
Pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga tahun 2010 yang ditunjukan oleh laju
Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000
sebesar 5,01%. Jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2009,
dimana laju pertumbuhan sebesar 4,48%, maka pada tahun 2009 mengalami
penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh dampak dari krisis global yang terjadi
pada akhir tahun 2008 dan sektor riil mengalami dampak yang paling besar.
PDRB atas dasar harga konstan (dalam juta rupiah) tahun 2005 sebesar
722,051.44, tahun 2006 sebesar 752,149.21 , tahun 2007 sebesar 792,679.88,
tahun 2008 sebesar 832,154.88, tahun 2009 869.452,99 dan tahun 2010 sebesar
Profil Kesehatan Kota Salatiga 16
913.020,05. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga tahun 2010
yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domistik Regional Bruto atas dasar
harga konstan 2000 semakin membaik, sebesar 5,01 persen meningkat jika
dibandingkan tahun 2008 sebesar 4,20 persen.
D. KEADAAN PENDIDIKAN
Tingkat pendidikan berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima
informasi kesehatan serta kemampuan berperan aktif dalam pembangunan
kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan lebih tinggi, pada umumnya
mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga lebih mudah menyerap
dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta dalam mengatasi masalah
kesehatan dirinya dan keluarganya.
Situasi pendidikan penduduk Kota Salatiga tahun 2013 seperti pada tabel 2.3
berikut ini :
Tabel.2.3. Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Salatiga Tahun 2013.
N
o
Kecamatan Tdk/Blm
sekolah
Blm tamat
SD/MI
Tmt SD
sederajat
SMP
sederajat
SMA
Sederajat
Diploma Universitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Profil Kesehatan Kota Salatiga 17
1 Sidorejo 7.910 6.019 9.298 7.822 15501 2.468 5516
2 Sidomukti 6.510 4.646 7.886 6.726 11903 1.870 3951
3 Argomulyo 7.006 5.628 9.898 7.834 12662 1.731 3083
4 Tingkir 6.580 5.777 8.254 7.369 13160 1.919 3364
Jumlah 28.006 22.070 35.336 29.751 53.226 7.988 15.914
Sumber : Dinas Kependudukan & Catatan Sipil Kota Salatiga
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Untuk mengetahui situasi derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat melalui
beberapa indikator antara lain angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Derajat
kesehatan Kota Salatiga dapat digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu, situasi dan kondisi Angka Kesakitan
(morbiditas), dan status gizi masyarakat, sebagaimana di bawah ini.
Faktor lain yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik berasal dari sektor
kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana
kesehatan dan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, dan
faktor lain.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 18
A. ANGKA KEMATIAN
Perjalanan Angka kematian merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
perkembangan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat
permasalahan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Angka
kematian juga dapat dimanfaatkan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan.
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi (0-11 bulan)
per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan
tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor
penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil,
tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan sosial
ekonomi.
AKB di Kota Salatiga tahun 2013 sebanyak 40 kasus (15,9/1000 KH)
meningkat jika dibandingkan tahun 2012 sebesar 11,4 per 1.000 Kelahiran Hidup
atau sebanyak 31 kasus. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Salatiga
kondisinya mengalami fluktuasi. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan
Profil Kesehatan Kota Salatiga 19
dan faktor yang kurang dominan. Faktor penyebab kematian bayi tahun 2013
antara lain :
Faktor Penyebab 0-6 hari 7-28 hari 29 hari -1 bln
Asfiksia 18 3 0
BBLR 8 2 1
Kelainan kongenital 1 0 0
Bronchopneumonia 0 0 1
Diare 0 0 1
Lain-lain 2 0 3
Jumlah 29 5 6
Angka Kematian Bayi (AKB) dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu,
status social, ekonomi, usia ibu, tingkat pedndidikan, staus gizi, budaya dll.
Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan kualitas pelayanan
kesehatan, serta kesadaran masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke
norma kehidupan modern (lebih baik) dalam bidang kesehatan merupakan faktor-
faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 20
Diharapkan akan terjadi penurunan AKB, seiring dengan upaya-upaya
yang dilakukan. Berbagai upaya yang telah dilakukan antara lain penanganan
mulai dari perawatan masa kehamilan, yaitu pemberian tablet tambah darah / Fe
90 guna mencegah terjadinya pendarahan waktu melahirkan, upaya pemberian
susu ibu hamil yang kurang energi kronis untuk mencegah Berat Bayi Lahir
Rendah ( BBLR ). Disamping itu pemberian vitamin A dua kali pada ibu nifas
akan dapat meningkatkan kesehatan dan daya tahan pada ibu dan bayinya.
Upaya lain yaitu dengan meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dengan
pengembangan manajemen asfeksia, dan BBLR, kunjungan neonatal oleh
petugas kesehatan. Gambaran AKB tahun 2006-2013 dapat dillihat pada gambar
dibawah ini.
11.58
9.8
5.86.8(25 ks)
9.6(29 ks)
7,4(21 ks)
11.4(31 ks)
15.96(40 ks)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar.... Angka Kematian Bayi Kota Salatiga Tahun 2006-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 21
2. Angka Kematian Balita ( AKABA )
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian Balita 0-5 tahun per
1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan
tingkat permasalahan kesehatan pada balita, pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak,
pelayanan Posyandu, dan tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu serta
faktor kondisi sanitasi lingkungan.
AKABA tahun 2013 sebesar 17,3/1000 KH (43 kasus), tahun 2012 sebesar
12,5/1.000 KH (34 kasus), meningkat bila dibandingkan AKABA tahun 2011
sebesar 7,79/1.000 KH (22 Kasus). AKABA di Kota Salatiga tahun 2009-2012
secara umum meningkat, angka tersebut berturut-turut tahun 2009 sebesar
7,2/1000 kelahiran hidup (26 kasus), tahun 2010 sebesar 10,27/1000
kelahiran hidup (31 kasus), tahun 2011 sebesar 7,79/1000 kelahiran hidup (22
kasus) dan tahun 2012 sebesar 12,5 /1.000 KH (34 kasus), seperti dalam
gambar berikut..
Profil Kesehatan Kota Salatiga 22
3. Angka Kematian Ibu ( AKI )
Kematian ibu adalah kematian wanita pada masa kehamilan, persalinan sampai
42 hari setelah persalinan, baik sebagai akibat langsung dari kehamilan atau
persalinanya, maupun sebagai akibat tidak langsung dari penyakit lain kecuali
kecelakaan. Lebih 90% kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung yaitu
perdarahan, infeksi dan eklamsia. Ketiga penyebab langsung kematian ibu ini
disebut komplikasi kebidanan (komplikasi obstetri). Selain itu, persalinan lama
(lebih dari 12 jam) dan pengguguran kandungan (abortus terinfeksi) dapat
berakibat perdarahan dan atau infeksi. Kurang dari 10% kematian ibu disebabkan
oleh penyebab tidak langsung, misalnya penyakit yang sudah diderita ibu sejak
sebelum hamil atau penyakit lain yang diderita pada masa kehamilan. Keadaan
7.2
10.27
7.79
12.5
17.2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
2009 2010 2011 2012 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 23
gizi sejak sebelum hamil, kehamilan yang terlalu sering/dekat, terjadi pada usia
terlalu muda atau tua dapat menambah risiko timbulnya gangguan. Kematian ibu
juga diwarnai oleh penyebab mendasar, yaitu rendahnya status wanita, terutama
di pedesaan, dan redahnya tingkat pendidikan.
Di Kota Salatiga tahun 2013 terjadi 7 kasus kematian ibu. Penyebab kematian
ibu adalah 85,7% (6 kasus) disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu
thalasemia, TBC, HIV-AIDS, dicurigai keganasan usus besar, pecahnya pembuluh
darah leher dan terjatuh. Sedangkan kematian ibu yang disebabkan oleh
penyebab langsung yaitu eklampsia sebesar 14,3% ( 1 kasus). Hal ini berbeda
dengan kasus kematian pada tahun sebelumnya yang lebih banyak didominasi
oleh penyebab langsung. Pada tahun 2011 terdapat 6 kasus (212,5/100.000
KH) kematian ibu yang disebabkan karena penyebab langsung sebanyak 4 kasus
dan penyebab tidak langsung sebanyak 2 kasus. Sedangkan pada tahun 2012
terdapat 2 kasus (74,3/100.000 KH) kematian ibu yang disebabkan oleh
penyebab langsung dan tidak langsung. Kematian ibu biasanya juga terjadi
karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,
terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh
terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai
fasilitas kesehatan, terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 24
Berbagai upaya penurunan angka kematian ibu telah dilakukan antara lain
penerapan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
yang bertujuan untuk antisipasi dan deteksi dini resiko pada masa kehamilan dan
persalinan yang berbasis masyarakat, Puskesmas PONED serta RS PONEK.
Angka kematian Ibu di Kota Salatiga dapat di lihat pada gambar 3.3. dibawah
ini.
B. ANGKA KESAKITAN
1. Angka “Acute Flaccid Paralysis” (AFP)
Dalam upaya membebaskan Indonesia dari Penyakit Polio, maka pemerintah
telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari
74.73
0
64.7(2 ks)55.14(2 ks)
99.4(3 Ks)
212.5(6 ks)
74.3(2 ks)
279.2(7 ks)
0
50
100
150
200
250
300
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 25
pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita
maupun PIN (Pekan Imunisasi Nasional) dan survelans AFP.
Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan
kelumpuhan yang sifatnya flacid (layuh) terjadi dengan akut (mendadak) dan
bukan disebabkan oleh karena rudapaksa. Kasus AFP non polio adalah kasus
AFP yang pada pemeriksaan spesimennya tidak ditemukan virus polio liar atau
kasus AFP yang ditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus AFP non polio dengan
kriteria tertentu.
Definisi cakupan penemuan dan penanganan penyakit AFP adalah jumlah
kasus AFP non polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk usia < 15
tahun pertahun di satu wilayah kerja tertentu.
Jumlah kasus AFP yang ditemukan dan ditangani tahun 2013 sebanyak 5
kasus. Penemuan kasus AFP sejak tahun 2006-2013 dapat dilihat pada tabel
berikut.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 26
2. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang
yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS,
tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi
komitmen global dalam MDGs.
Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan
insiden (disefinisikan sebagai jumlah kasus baru dan kasus kambuh tuberkulosis
yang muncul dalam periode waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satu
tahun), prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu
0
2
4
2
1
2
2
5
0
1
2
3
4
5
6
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 27
titik waktu tertentu) dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah
kematian akibat tuberkulosis dalam jangka waktu tertentu).
Penemuan pasien baru TB Paru BTA (+) adalah penemuan pasien TB
melalui pemeriksaan dahak sewaktu pagi dan sewaktu (SPS) dan diobati di unit
pelayanan kesehatan dalam satu wilayah kerja pada waktu tertentu.
Angka penemuan pasien baru TB Paru BTA (+) atau Case Detection Rate
(CDR) adalah persentase jumlah penderita baru TB Paru BTA (+) yang
ditemukan dibandingkan dengan jumlah perkiraan kasus baru TB Paru BTA (+)
dalam wilayah tertentu dalam waktu satu tahun. Angka penemuan kasus TB Paru
BTA (+)sebesar tahun 2013 sebesar 142,72%, angka tersebut meningkat
dikarenakan adanya perbedaan cara perhitungan sejak tahun 2012. Perhitungan
tersebut adalah bahwa penderita TB Paru BTA (+) adalah semua penderita yang
ditemukan di sarana pelayanan kesehatan tanpa melihat status domisili/tempat
tinggal penderita. Sedangkan perhitungan pada sebelum tahu 2012, hanya
penderita yang berdomisili di wilayah Kota Salatiga, sehingga angka penemuan
penderita TB Paru BTA (+) sejak tahun 2012 meningkat. Perlu diketahui bahwa
di Kota Salatiga terdapat RS khusus Paru dr Ario Wirawan dan Balai Kesehatan
Paru Masyarakat (BKPM). Angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) dari tahun
Profil Kesehatan Kota Salatiga 28
2008-2013 dapat dlihat pada gambar berikut:
Jumlah penderita TB Paru BTA (+) yang diobati dan sembuh dari tahun
2006-2008 dapat dilihat pada angka kesesembuhan, berturut-turut yaitu 100%,
90,50%, dan 29,90%. Sedangkan tahun 2010-2013 adalah 80,85 %, 63,64%,
,69,17% dan 76,73%. Tahun 2013 target Cure Rate atau angka kesembuhan
sebesar 90%.
29.9 26.9 30.9
44.62
99.5
142.72
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 29
3. Presentase Balita Dengan Pneumonia Ditangani
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
yang ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan atau kesukaran bernapas.
Tatalaksana pneumonia adalah diberikannya pelayanan kesehatan sesuai
klasifikasinya, untuk pneumonia ringan dan sedang diberikan antibiotika dan
pneumonia berat dirujuk ke sarana kesehatan yang lebih memadai.
Penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2013
sebesar 544(44%) penderita dari perkiraan kasus sebesar 1.225 sasaran. tahun
2012 sebesar 417 (33,28%) dari jumlah perkiraan 1.253. Angka penemuan
0
50
100
150
200
250
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Diobati 53 76 47 48 48 55 240 202
CR/Sembuh 53 72 43 38 40 35 166 155
Grafik 3.6 Jumlah Penderita Diobati dan Angka Kesembuhan TB Paru di
Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 30
penderita pneumonia dari tahun 2006-2013 berturut- turut adalah 20,39%,
8,77% 41,73%, 37,21%, 52,21%, 41,81%, 33,28% dan 44%. Masih rendahnya
angka penemuan balita dengan pneumonia, dikarenakan petugas kesehatan
masih sangat hati-hati untuk mendiagnosa bahwa pasiennya adalah pneumonia.
Dari semua kasus yang ditemukan seluruhnya (100%) sudah mendapat
penanganan.
4. Persentase HIV/AIDS Ditangani
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Perkiraan Jumlah PneumoniaBalita
1182 4400 1110 1185 1218 990 1253 1225
Pneumonia BalitaDitemukan/Ditangani
241 386 463 441 636 414 417 544
Grafik 3.7 Balita dengan Pneumonia Yang Ditangani Kota Salatiga
Tahun 2006 - 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 31
Sesuai kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
HIV/AIDS, seluruh penderita HIV/AIDS harus mendapatkan pelayanan sesuai
standar. Tata laksana penderita HIV/AIDS meliputi Voluntary Counseling
Testing`(VCT) yaitu tes konseling secara sukarela, perawatan orang sakit dengan
HIV/AIDS, pengobatan Anti Retroviral (ARV), pengobatan infeksi oportunistik,
dan rujukan kasus spesifik.
Tahun 2013 ditemukan kasus baru penderita HIV/AIDS sebanyak 14 kasus
dan tahun 2012 ditemukan kasus baru penderita HIV/AIDS sebanyak 17 kasus.
Keseluruhan (100%) kasus HIV/AIDS di Kota Salatiga yang ditemukan tersebut
sudah mendapatkan penanganan sesuai standar. Jumlah kasus HIV/AIDS yang
ditemukan dari tahun 2001-2013 di Kota Salatiga dapat dilihat pada gambar 3.8
berikut ini:
Profil Kesehatan Kota Salatiga 32
5. Persentase Infeksi Menular Seksual Diobati
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin
adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Yang termasuk PMS
adalah Syphilis, Gonorhoe, Bubo, Jengger Ayam, Herpes, dan lain-lain. Infeksi
Menular Seksual (IMS) yang diobati adalah kasus infeksi menular seksual yang
ditemukan berdasarkan syndrome dan etiologi serta diobati sesuai standar.
Jumlah kasus IMS di Kota Salatiga dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Meskipun demikian kemungkinan kasus yang sebenarnya di populasi masih
banyak yang belum terdeteksi. Program Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular Seksual mempunyai target bahwa seluruh kasus IMS yang
21
0
9
76
17
27
14
23
12
6
17
14
-5
0
5
10
15
20
25
30
Jml Kasus
Profil Kesehatan Kota Salatiga 33
ditemukan harus diobati sesuai standar. Di Kota Salatiga semua kasus IMS yang
ditemukan sudah ditangani.
6. Persentase DBD Ditangani
Penderita DBD yang ditangani sesuai standar/SOP adalah penderita DBD
yang didiagnosis dan diobati/dirawat, ditindaklanjuti dengan Penanggulangan
Fokus (PF).
Definisi operasional penderita DBD yang ditangani adalah persentase
penderita DBD yang ditangani sesuai standar di satu wilayah dalam waktu satu
tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan /dilaporkan
dalam kurun waktu satu tahun yang sama.
0
14
2115 2081
1177 1175
953
1337
-500
0
500
1000
1500
2000
2500
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 34
Jumlah penderita DBD dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010
mengalami peningkatan kasus. Hal ini disebabkan oleh karena cuaca yang tidak
menentu sehingga menyebabkan perkembangan jentik nyamuk yang tidak
terkontrol. Jumlah kasus tersebut berturut-turut adalah tahun 2006 sebanyak 57
penderita IR: 38,9/100.000 penduduk, tahun 2007 sebesar 141 kasus (IR: 80,
CFR:0,71), tahun 2008 sebesar 72 kasus (IR: 40, CFR:1,39%), tahun 2009
sebanyak 109 (IR:65, CFR:0,92%), tahun 2010 sebesar 155 kasus (IR:91).
Pada tahun 2011 terjadi penurunan kasus yaitu sebesar 13 kasus (IR:7,4%),
tahun 2012 sebanyak 13 kasus dan tahun 2013 sebanyak 61 kasus. Dari semua
kasus yang ditemukan sudah mendapat penanganan sesuai dengan standar
operasional. Beberapa upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Salatiga
dalam rangka penurunan kasus demam berdarah antara lain penggerakan
pemberantasan sarang nyamuk, pemeriksaan jentik berkala, sosialisasi
penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue.
Berikut gambar yang menggambarkan jumlah kasus DBD dari tahun 2006
sampai dengan tahun 2013.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 35
7. Persentase Balita Dengan Diare Ditangani
Definisi operasional penemuan penderita diare adalah jumlah penderita yang
datang dan dilayani di sarana kesehatan dan kader di suatu wilayah tertentu
dalam waktu satu tahun.
Jumlah kasus diare pada balita di tahun 2013 sebanyak 4.745 (115,3%)
dan 2012 sebanyak 5.766 (75%) dari 7.691 kasus diare (perkiraan kasus).
Semua kasus diare baik pada balita maupun non balita sudah mendpat
penanganan (100%).
38.9
80
40
65
91
7.4
12.83
31.72
0 0.71 1.39 0.92 0 0 0 1.6
20 20 20 20 20
55 55 55
-20
0
20
40
60
80
100
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Incidence Rate (IR)
CFR
target
Profil Kesehatan Kota Salatiga 36
8. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I)
Yang termasuk dalam PD3I yaitu Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus
(Non Neonatorum), Tetanus Neonatorum, dan Hepatitis. Dalam upaya untuk
membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut, diperlukan komitmen global untuk
menekan turunnya angka kesakitan dan kematian yang lebih banyak dikenal
dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi Campak (Redcam), dan Eliminasi
Tetanus Neonatorum (ETN). Dari tahun 2006 sampai dengan 2013 jumlah kasus
PD3I yang dilaporkan adalah sebagai berikut:
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah perkiraan kasusdiare
4970 4532 5924 6659 6554 7654 7691 4115
Jumlah Diare pada Balitadan ditangani
2979 4532 2003 2380 1994 4276 5766 4745
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
Grafik 3.11. Jumlah Kasus Diare dan Diare Pada Balita Di Kota Salatiga
Tahun 2006 - 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 37
9. Penyakit Tidak Menular
Data kasus penyakit tidak menular yang diperoleh antara lain kanker
servik, kanker mamae, kanker hati, kanker paru, diabetes mellitus, angina
pektoris, dekompensasio kordis, hipertensi, stroke, asma bronkhial dan
kecelakaan lalu lintas.
Faktor resiko terjadinya penyakit tidak menular, dibagi menjadi dua yaitu
faktor genetik yang merupakan faktor yang tidak dapat diubah (unchanged risk
faktor), dan faktor resiko yang dapat diubah (change risk faktor), misalnya, pola
makan yang tidak seimbang, makanan yang mengandung zat adiktif,
mengkonsumsi rokok, kurang berolah raga dan faktor kondisi lingkungan yang
berpengaruh terhadap kesehatan.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Hepatitis B 7 0 0 0 0 4 0
Polio 0 0 0 0 0 0 0
Campak 28 42 53 115 198 168 94
T. Neonatorum 0 0 0 0 0 0 0
Tetanus 2 0 0 0 0 0 0
Pertusis 0 0 0 0 0 0 0
Difteri 2 0 0 0 0 0 0
Grafik 3.12Kasus PD3I Kota Salatiga
Tahun 2006 - 2012
Profil Kesehatan Kota Salatiga 38
Penyakit tidak menular merupakan suatu penyakit yang tidak bisa
disembuhkan secara medis, tetapi hanya bisa dikendalikan. Penyakit tidak
menular juga merupakan penyebab utama kematian tertinggi bila dibandingkan
dengan penyakit menular.
Kasus penyakit tidak menular di Kota Salatiga tahun 2012 dapat dilihat
pada gambar 3.13 berikut:
C. ANGKA STATUS GIZI MASYARAKAT
1. Persentase BBLR Ditangani
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil
anemia, kurang asupan gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan.
0.35%
10.20%
59.12%
1.62%
18.35%10.33%
0%Neoplasma
DM
Jantung
Stroke
PPOK
Asma
Psikosis
Profil Kesehatan Kota Salatiga 39
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius,
karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang
biasanya akan menjadi penyebab kematian.
Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah di Kota Salatiga tahun
2012 sebesar 5,50% (150 bayi) meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar
3,04% (84 bayi). Persentase bayi berat badan lahir rendah dari tahun 2006-
2010 sebagai berikut 2,81%, 2,12%, 2,90%, 2,45 % dan 2,1 %.
Cakupan penanganan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
untuk tahun 2006 sampai dengan 2012 selalu mencapai 100%.
2. Persentase Balita Dengan Gizi Buruk
0
1000
2000
3000
4000
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
BBLR 81 62 90 89 61 84 150
Jml Lahir Hidup 2882 2923 3099 3627 3016 2823 2723
2882 2923 30993627
3016 2823 2723
81 62 9089
61 84150
Grafik 3.14Jumlah Bayi BBLR Kota Salatiga
Tahun 2006 - 2012
Jml Lahir Hidup BBLR
Profil Kesehatan Kota Salatiga 40
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi
pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan
status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus
gizi buruk harus segera ditindaklanjuti dengan tindakan yang jelas, sehingga
penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal.
Pendataan gizi buruk di Jawa Tengah didasarkan pada 2 kategori yaitu
dengan indikator membandingkan Berat Badan dengan Umur (BB/U) dan
kategori kedua adalah membandingkan Berat Badan dengan Tinggi Badan
(BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat
badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang
berada di Bawah Garis Merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka
dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan
menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka
segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan
Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat
ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke Rumah Sakit.
Jumlah kasus gizi buruk pada tahun 2012 sebesar 3 kasus meningkat dari
tahun 2011 sebesar 2 kasus. Sejak tahun 2008 jumlah gizi buruk sebanyak 17
Profil Kesehatan Kota Salatiga 41
balita atau 0,18%, tahun 2009 sebanyak 4 kasus atau 0,04 %, dan tahun 2010
sebanyak 3 kasus (0,03%).
3. Persentase Balita Gizi Kurang
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam
MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur (U),
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB ini disajikan dalam
bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U),
tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Status ini menjadi penting karena merupakan salah satu
faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi
seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Jml Balita 11758 12001 11863 12157 9289 10111 12529
Jml Balita Gizi Buruk 26 3 17 4 3 2 3
02000400060008000
100001200014000
Tabel.3.15. Jumlah Balita Gizi Buruk Tahun 2006 -2012
Profil Kesehatan Kota Salatiga 42
kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui
melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun
kualitatif.
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku. Di Indonesia
baku antropometri yang sering digunakan adalah World Health Organization-
National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO-
NCHS status gizi dibagi empat: Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk
kegemukan dan obsitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, gizi
kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein
Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk
marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwarsiorkor. Persentase balita dengan gizi
kurang (BB/U) Kota Salatiga tahun 2012 sebesar 194 balita (2,01%).
4. Kecamatan Bebas Rawan Gizi
Hasil pemantauan kerawanan pangan dan gizi di wilayah kecamatan di Kota
Salatiga sejak tahun 2006 hingga 2012 memberikan hasil bahwa Kota Salatiga
dengan empat (4) kecamatannya sudah bebas dari rawan pangan dan gizi.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 43
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
1. Pelayanan Kesehatan Ibu
a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan
antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan
distribusi waktu minimal 1 kali pada semester pertama (usia kehamilan 0-12
minggu), 1 kali pada trisemeter kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan
2 kali pada trisemester ketihga (usia kehamilan 24-36 minggu). Standar
waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap
ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini factor resiko, pencegahan dan
penanganan dini komplikasi kehamilan.
Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas 7 T,
yaitu:
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;
2. Pengukuran tekanan darah;
Profil Kesehatan Kota Salatiga 44
3. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
4. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid sesuai status imunisasi;
5. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
6. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana);
7. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah
(Hb) dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya).
Untuk menilai cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat digunakan
indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal pertama kali, dibandingkan jumlah sasaran
ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan
cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang
dianjurkan, dibandingkan sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun
waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan
kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 45
Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa cakupan ibu hamil K4 di Kota
Salatiga pada tahun 2013 sebesar 2.945 bumil (93,46%) menurun jika
dibandingkan capaian tahun 2012 dan masih di bawah target (95%).
Berbagai kegiatan telah dilakukan guna peningkatan cakupan pelayanan
kesehatan ibu hamil yaitu dengan semakin mendekatkan akses pelayanan
kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat. Selain itu untuk
meningkatkan cakupan K4 juga makin diperkuat dengan telah
dikembangkannya Kelas Ibu Hamil. Kelas ibu hamil akan meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil dan keluarganya dalam
memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna.
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
K1 92.78% 98.10% 99.10% 91.50% 96.00% 96.30% 96.70% 99.02%
K4 90.90% 96.03% 98.60% 91.20% 92.90% 96.60% 95.40% 93.46%
86.00%
88.00%
90.00%
92.00%
94.00%
96.00%
98.00%
100.00%
Gambar 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4
di Kota Salatiga 2006 - 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 46
Adanya bantuan dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) juga
berkontribusi dalam meningkatkan cakupan K4. BOK dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan luar gedung, seperti pendataan, pelayanan di posyandu,
kunjungan rumah, dan sweeping kasus drop out. Di samping itu program
Jampersal mendukung paket pelayanan antenatal termasuk yang dilakukan
pada saat kunjungan rumah atau sweeping.
b. Persalinan Yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan
Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong
agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan
di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses
pelayanan persalinan dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan.
Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase
persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih ( Cakupan Pn). Indikator ini
memperlihatkan tingkat kemampuan pemerintah dalam menyediakan
pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
Cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan sudah mencapai target
(90%) yaitu sebesar 100%. Meskipun cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan sudah mencapai target, namun angka kematian ibu masih
Profil Kesehatan Kota Salatiga 47
tinggi. Untuk itu program kesehatan ibu dan anak masih tetap menjadi
program prioritas dibidang pembangunan kesehatan. Untuk mengetahui
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dapat dilihat pada
gambar 4.2 di bawah ini.
c. Pelayanan Ibu Nifas
Masa sesudah persalinan (Masa Nifas) berpeluang untuk terjadinya
kematian ibu maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan
masa nifas yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak
persalinan. Pelayanan ibu nifas meliputi pemberian vitamin A dosis tinggi ibu
nifas yang kedua dan pemeriksaan kesehatan pasca persalinan untuk
mengetahui apakah terjadi pendarahan pasca persalinan, keluar cairan berbau
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pertolongan persalinanoleh nakes terlatih
84.05% 107% 101.80% 99.60% 95.10% 94.80% 95% 100%
Pertolongan persalianoleh dukun terlatih
3.50% 2.54% 0.66% 0.40% 4.90% 5.20% 0%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
Gambar 4.2 Cakupan Persalinan Yang Ditolong Oleh Nakes
Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 48
dari jalan lahir, demam lebih dari 2 (dua) hari, payudara bengkak kemerahan
disertai rasa sakit dan lain – lain. Kunjungan terhadap ibu nifas yang
dilakukan petugas kesehatan biasanya bersamaan dengan kunjungan
neonatus.
Masa nifas merupakan masa yang rawab, karena ada beberapa resiko
yang mungkin terjadi pada masa ini. Resiko yang mungkin terjadi antara lain
anemia, pre eklampsia, eklampsia, perdarahan, infeksi nifas bhakan depresi
post partum. Hasil pelayanan ibu nifas sbb:
d. Ibu Hamil Risti/Komplikasi Ditangani
Ibu hamil dengan resiko tinggi adalah keadaan ibu hamil yang
mengancam kehidupannya maupun janinnya, misal umur, paritas, interval, dan
tinggi badan. Sedang komplikasi pada proses persalinan adalah keadaan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
74.83%89.18%93.40%
99.60%95,00%89,66%
95.00% 96.40%
Gambar 4.3Cakupan Pemberian Vit A bagi Ibu Nifas
di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
% Cakupan Pemberian Vit A bagi Ibu Nifas
Profil Kesehatan Kota Salatiga 49
dalam proses persalinan yang mengancam kehidupan dalam proses persalinan
yang mengancam kehidupan ibu maupun janinnya, misalnya perdarahan, pre
eklamsia, infeksi jalan lahir, letak lintang, partus lama, dan lain-lain. Ibu hamil
risiko tinggi dan komplikasi ditangani adalah ibu hamil dengan risiko tinggi dan
komplikasi yang ditemukan untuk mendapat pertolongan pertama dan rujukan
oleh tenaga kesehatan.
Cakupan ibu hamil risiko tinggi dan komplikasi yang ditangani tahun 2013
sebesar 100% (638 kasus) komplikasi. Cakupan penanganan ibu hamil resiko
tinggi dan komplikasi pada tahun-tahun sebelumnya masih di bawah 100%,
dengan adanya tahun 2012 sebesar 42,5%, menurun bila dibandingkan tahun
2011 sebesar 77,28%. Hal ini disebabkan oleh karena kasus-kasus ibu hamil
dengan resiko tinggi yang dilaporkan hanya yang dirujuk ke sarana Kesehatan
lebih tinggi, untuk yang dapat ditangani di Puskesmas, datanya tidak dilaporkan.
Untuk itu pemahaman petugas tentang pencatatan dan pelaporan perlu
ditingkatkan.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 50
e. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe
Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah dengan
memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk
meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami
ibu hamil. Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar haemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal (batasan anemi pada ibu hamil < 11
gram%). Anemi pada ibu hamil menyebabkan pendarahan sebelum atau saat
persalinan, resiko melahirkan BBLR, meningkatnya resiko kematian ibu dan
bayi. Pemberian tablet Fe kepada ibu hamil minimal 90 tablet selama
periode kehamilan. Indikator cakupan pemberian Fe yaitu Fe1 dan Fe3.
Prevalensi ibu hamil anemia dan cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil
dapat dilihat pada gambar 4.5 dan Gambar 4.6 berikut ini:
69.31%
92.42%99.80%
52.20%
100%
77.30%
42.12%
100%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 4.4 Cakupan Bumil Risti Yang Ditangani Di Kota Salatiga Tahun 2006-2013
Bumil Risti yg Ditangani
Profil Kesehatan Kota Salatiga 51
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
2010 2011 2012 2013
4.06
2.53
3.53
2.11
Gambar 4.5Prevalensi Ibu Hamil Anemia
Kota Salatiga Tahun 2010-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 52
2. Pelayanan Kesehatan Anak
a. Cakupan Kunjungan Neonatus
Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberi pelayanan
kesehatan untuk ibu dan bayinya. Kunjungan Neonatus dibagi tiga yaitu KN1
adalah kunjungan pada 0-2 hari, KN2 adalah kunjungan 2-7 hari dan KN3
adalah kunjungan setelah 7-28 hari. Cakupan kunjungan neonatus 1 (KN1) di
Kota Salatiga Tahun 2013 sebesar 99,28% dan KN3 sebesar 95,53%.
Cakupan kunjungan neonatus di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebesar
2.395 (95,53%) menurun jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Jml Bumil 3234 2839 3197 3282 3254 3123 3003 3151
Fe1 221 180 2798 3004 2502 2984 2903 3009
Fe3 203 151 2747 2994 2972 3007 2870 2800
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Gambar 4.6 Cakupan Pemberian Tablet Fe pada Bumil
Kota Salatiga Tahun 2006-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 53
2.701 (99,19%). Cakupan kunjungan neonatus dari tahun 2006-2013
berturut-turut adalah 86,58%, 87,82%, 89,03%, 78,72%, 91,4% ,95,7%
,99,19% dan 95,53%. Berbagai upaya telah dilakukan guna pencapaian
kunjungan neonates tersebut antara lain adanya upaya peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui bidan. Selain itu juga upaya
peningkatan kualitas pelayanan tenaga kesehatan melalui pelatihan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), dan penyuluhan perawatan
neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA.
b. Cakupan Kunjungan Bayi
Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali, di luar
kunjungan neonatus. Setelah usia 28 hari, setiap bayi berhak
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah Bayi Lahir 3234 2923 3099 3222 3016 2823 2723 2507
KN 2800 2567 2759 2824 2756 2701 2701 2395
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Gambar 4.7 Cakupan Kunjungan Neonatus
Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 54
perkembangannya secara teratur setiap bulan di sarana pelayanan kesehatan.
Cakupan kunjungan bayi Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 95,3%, menurun
bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 111,03%, Cakupan kunjungan
bayi dari tahun 2007-2013 sebagai berikut:
c. Neonatal Risti/ Komplikasi Ditangani
Yang dimaksud dengan resiko tinggi/ komplikasi pada neonatal adalah
keadaan neonatal yang mengancam kehidupannya, misalnya Asfeksia, BBLR,
Tetanus, Infeksi dan lain-lain. Cakupan neonatal risti ditangani Kota Salatiga
tahun 2013 sebesar 97,06% (365 bayi dari 376 sasaran) meningkat jika
dibandingkan tahun 2012 sebesar 42,36%. Cakupan tersebut sudah mencapai
target. Jika dibandingan dengan tahun 2011 sudah ada peningkatan, tahun
0
20
40
60
80
100
120
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Cakupan Kunjungan bayi 100.9 96.1 103 97.5 95.68 111 95.3
Target 90 90 90 90 90 90 90
Gambar 4.8Cakupan Kunjungan Bayi Kota Salatiga
Tahun 2007-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 55
2011 sebesar 28,3% (120 bayi dari 423 bayi). Cakupan tahun 2007 sebesar
100 % ( 386 bayi), tahun 2008 yaitu 100 % (361 bayi), tahun 2009 sebesar
83,5 % (446 bayi dari 534 bayi), dan tahun 2010 sebesar 68,0% (211 bayi
dari 453).
d. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Tidak hanya bayi, Balita atau anak berumur di bawah lima tahun atau 12-59
bulan juga harus mendapatkan perhatian kesehatannya baik gizi maupun
kesehatan secara umum, karena balita merupakan generasi penerus bangsa
yang harus sehat, cerdas dan kuat. Balita di Kota Salatiga tahun 2013
sebesar 12.252 dan yang mendapat pelayanan kesehatan anak balita sebesar
9.847 balita (80,37%) dan tahun 2012 sebesar 12.529, yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sebesar 10.121 (80,8%), meningkat bila dibandingkan
dengan tahun 2011 sebesar 5.395 (53%) dari 10.182 balita yang ada.
e. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita dan Prasekolah
Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah yang
dimaksudkan adalah anak usia 1 – 6 tahun yang dideteksi dini tumbuh
kembang sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali
per tahun. Upaya pembinaan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
Profil Kesehatan Kota Salatiga 56
kesehatan fisik, mental dan sosial anak dengan perhatian khusus pada
kelompok balita yang merupakan masa kritis atau periode emas tumbuh
kembang.
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah Kota
Salatiga selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yaitu 0,15 % pada
tahun 2006 menjadi 19,02 % pada tahun 2008, pada tahun 2009 meningkat
menjadi 53,02 % atau 7.617 balita dari 14.365 balita demikian juga tahun
2010 meningkat menjadi 65,2 %. Pada tahun 2011 sebesar 46,88%. Sejak
tahun 2012 DDTK antara balita dan Anak Prasekolah dipisahkan karena
sasarannya berbeda. DDTK Balita tahun 2012 sebesar 22,6% sedangkan
anak prasekolah sebesar 74,5%. Tahun 2013 DDTK Balita sebesar 86%
(9.847 balita) dan anak prasekolah sebesar 100% (4.447 anak). Secara
rinci cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita seperti gambar 4.8 berikut:
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
2012 2013
22.60%
86%74.50%
100%
Gambar 4.8Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita dan
Anak Prasekolah Kota Salatiga Th. 2012-2013
Balita
Apras
Profil Kesehatan Kota Salatiga 57
f. Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/MI
Pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya meningkatkan
kesehatan (promotif) dan upaya pencegahan penyakit (preventif). Salah satu
upaya preventif yang dilaksanakan di sekolah adalah kegiatan penjaringan
kesehatan anak sekolah (Health Screening), sebagai prosedur pemeriksaan
kesehatan yang bertujuan untuk mengelompokan anak sekolah dalam
berbagai katagori sehat dan sakit yang memerlukan tindakan lebih lanjut,
serta mendapatkan gambaran kesehatan anak sekolah dan mengikuti
perkembangan serta pertumbuhan anak sekolah sebagai pertimbangan dalam
menyusun program pembinaan kesehatan sekolah.
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI oleh tenaga
kesehatan/guru UKS/kader kesehatan sekolah pada tahun 2013 ,2012 dan
2011 dari seluruh siswa (100%) sudah mendapat pelayanan kesehatan tahun
2011 sebesar 3.169 siswa dan tahun 2012 sebesar 3.324 siswa. Dan tahun
2013 sebesar 3.554 siawa. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan
setingkat dari tahun 2007-2010 adalah sebanyak 3.088 siswa, 3.094 siswa,
3.103 siswa dari 3.259 siswa (95,2 %), dan tahun 2010 sebanyak 3.112
(93,87%) siswa dari 3.315 siswa.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 58
c. Pelayanan Kesehatan Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa dan terjadi perubahan fisik yang cepat menyamai orang
dewasa, tetapi emosinya belum dapat mengikuti perkembangan jasmaninya,
hal ini sering menimbulkan gejolak sehingga masa ini perlu mendapat
perhatian. Salah satunya adalah pendidikan dan perhatian agar anak
berperilaku sehat, baik secara fisik maupun mental.
Pemeriksaan kesehatan remaja adalah pemeriksaan kesehatan siswa
kelas 1 SLTP dan setingkat, kelas 1 SMU/SMK dan setingkat melalui
penjaringan kesehatan oleh tenaga kesehatan bersama dengan guru UKS/
kader kesehatan remaja.
Cakupan pemeriksaan kesehatan remaja Kota Salatiga pada tahun
2008 sebesar 15,80 % (5.879 siswa dari 37.210 siswa) dengan target 80 %
100100
100
95.2
93.87
100 100100
90
92
94
96
98
100
102
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Ca
ku
pa
n
Gambar.4.9. Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/MI Tahun 2006-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 59
(29.768 siswa), tahun 2009 dan 2010 sebesar 94,04% (7.729 siswa dari
8.218 siswa), tahun 2011 sebesar 98% (8.145 siswa dari 8.249 siswa),
tahun 2012 68% dan tahun 2013 sebesar 78%.
3. Pelayanan Gizi a. Pemantauan Pertumbuhan Balita
1). Partisipasi Masyarakat Dalam Penimbangan
Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama
program perbaikan gizi yang menitikberatkan pada pencegahan dan
peningkatan keadaan gizi anak. Kegiatan penimbangan terhadap bayi dan
balita yang dilakukan di Posyandu merupakan indikator yang berkaitan
dengan cakupan pelayanan gizi balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar
khususnya imunisasi serta prevalensi gizi kurang pada balita. Dengan
cakupan D/S tinggi, diharapkan semakin tinggi pula cakupan vitamin A,
cakupan imunisasi, dan semakin rendah prevalensi gizi kurang.
Kunjungan balita ke posyandu sangat berkaitan dengan indikator
D/S. Namun terdapat beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan
kunjungan balita ke Posyandu. Permasalahan tersebut diantaranya adalah
penggerakan kegiatan posyandu, tingkat pengetahuan kader dan
kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat
Profil Kesehatan Kota Salatiga 60
pemahaman keluarga dan masyarakat terhadap manfaat Posyandu, serta
pelaksanaan pembinaan kader. Cakupan penimbangan balita di Posyandu
dapat dilihat pada gambar berikut:
Dari gambar diatas dapat dilihat besar partisipasi masyarakat dalam
penimbangan di Posyandu dengan digambarkan dalam perbandingan jumlah
balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Tahun 2013
balita yang ditimbang sebanyak 9.125 balita dari seluruh balita sebanyak
12.252 balita (74.48%). Angka tersebut masih di bawah target 90%. Hal
ini menunjukan bahwa partisipasi masyarakat untuk membawa balitanya ke
Posyandu masih kurang.
2). Balita Yang Berat Badannya Naik
71
72.34
79
74.22 75.6
80.1
77
74.48
66
68
70
72
74
76
78
80
82
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 4.10 Persentase Balita Ditimbang Kota Salatiga Tahun 2006-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 61
Persentase Balita yang naik timbangannya dibandingkan dengan
jumlah Balita yang ditimbang dapat menggambarkan keberhasilan kader
Posyandu dalam memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat
diwilayahnya, sehingga orang tua dapat memberikan makanan cukup gizi
kepada anaknya. Anak sehat bertambah umur akan bertambah berat
badannya dan persentase balita yang naik timbangannya dapat
menggambarkan tingkat kesehatan balita di wilayah kerja Posyandu.
Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat pencapaian Balita yang naik
timbangannya antara lain pengetahuan keluarga tentang kebutuhan gizi
Balita, penyuluhan gizi masyarakat dan ketersediaan pangan di tingkat
keluarga.
Tahun 2013 balita yang ditimbang sebanyak 9.125 balita dan
yang naik timbangannya sebanyak 6.651 balita (72,89%). Capaian tersebut
masih di bawah target sebesar 80%. Penyebab rendahnya capaian N/D
dikarenakan masih rendahnya peran serta masyarakat dalam kegiatan
posyandu sehingga mempengaruhi keberhasilan program di posyandu.
Upaya yang telah dilakukan adalah dengan mengadakan lomba kader dan
lomba posyandu baik di tingkat Kecamatan/ Puskesmas maupun di tingkat
Kota. Diharapkan dengan kegiatan lomba tersebut diperoleh adanya
Profil Kesehatan Kota Salatiga 62
peningkatan pengetahuan kader dan kepedulian masyarakat terhadap
Posyandu, sehingga akan berdampak pada peningkatan capaian program di
Posyandu.
Gambar 4.11 Menunjukan capaian N/D Kota Salatiga tahun 2010-2013.
3). Balita Bawah Garis Merah (BGM)
BGM adalah merupakan hasil penimbangan dimana berat badan
Balita berada di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Tidak
semua BGM dapat menggambarkan gizi buruk pada Balita dilihat tinggi
badannya, jika tinggi badan sesuai umur maka keadaan ini merupakan titik
awal waspada bagi orang tua untuk tidak terlanjur menjadi lebih buruk lagi,
70.5
71
71.5
72
72.5
73
73.5
2010 2011 2012 2013
71.9571.66
73.37
72.89
Gambar 4.11 Persentase Balita Yang Naik Berat Badanya
Di Kota Salatiga Tahun 2010-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 63
namun jika Balita ternyata pendek maka belum tentu anak tersebut
berstatus gizi buruk.
Jumlah balita di bawah garis merah (BGM) tahun 2013 sebanyak
108 balita (1,2%) dari jumlah balita yang ditimbang sebanyak 9.125 balita,
tahun 2012 sebanyak 140 balita (1,5%) dari jumlah balita ditimbang
sebanyak 9.647. Tahun 2008 sebanyak 349 balita atau sebesar 3,72 %
dari jumlah balita yang ada di Kota Salatiga.
Pada tahun 2009 jumlah balita dibawah garis merah menurun jadi
233 (2,58 %) balita dari 9.023 balita yang ditimbang. Tahun 2010 jumlah
balita garis merah meningkat menjadi 235 (2,5%) balita dari 8.289 balita
yang ditimbang, dan tahun 2011 menurun menjadi 2,1% atau sebesar 213
dari 10.111 balita yang ditimbang.
b. Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A
Salah satu upaya program perbaikan gizi masyarakat adalah
melalui pemberian kapsul vitamin A. Program ini bertujuan untuk mencegah
dan menurunkan prevalensi kekurangan Vitamin A (KVA) pada balita.
Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti
efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat. Vitamin A berperan
Profil Kesehatan Kota Salatiga 64
terhadap penurunan angka kematian dan kesakitan, karena Vitamin A dapat
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak,
diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Vitamin A juga
bermanfaat untuk kesehatan mata dan membantu proses pertumbuhan. Oleh
karena itu vitamin A sangat penting untuk kesehatan dan kelangsungan
hidup.
Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan)
dengan dosis 100.000 SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis
200.000 SI dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga
bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pemberian
kapsul vitamin A diberkan secara serentak setiap bulan Februari dan
Agustus pada balita usia 6-59 bulan.
Cakupan Balita yang mendapat Vitamin dari tahun 2006 dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Profil Kesehatan Kota Salatiga 65
c. Ibu Nifas Mendapat Kapsul Vitamin A
Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayinya yang
dilaksanakan di rumah dan atau rumah bersalin dengan pertolongan dukun
bayi atau tenaga kesehatan. Suplementasi vitamin A pada ibu nifas
merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A.
Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu
nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) pada
periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan ibu nifas mendapat
kapsul vitamin A di Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 99,92% (2.526 dari
2.528 ibu nifas).
99.14
99.14
99.59
99.19
94.91
99.5499.09
99.66
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 4.12 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita (6-59 bulan) di Kota salatiga Tahun 2006-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 66
d. Ibu Hamil Mendapat Mendapat 90 Tablet Fe
Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah dengan
memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk
menurunkan angka anemia pada balita, ibu hamil dan ibu nifas, remaja putri
dan WUS (Wanita Usia Subur). Anemia gizi yaitu suatu kondisi ketika kadar
Haemoglobin (Hb) dalam darah tergolong rendah. Rendahnya kadar Hb
disebabkan karena kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan untuk
pembentukan komponen Hb terutama zat besi ( Fe). Pemberian tablet besi
ini diintegrasikan dengan pelayanan kunjungan ibu hamil (antenatal care).
Efektivitas upaya pemberian tablet besi juga sangat tergantung pada
seberapa besar kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi yang
diberikan. Cakupan pemberian tablet besi yang tinggi bisa tidak berdampak
102.3
63.1854.44
89.66 95.9899.92
0
20
40
60
80
100
120
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 4.13.Cakupan Ibu Nifas Yang Mendapat Kapsul Vitamin A di Kota Salatiga Tahun 2008-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 67
pada penurunan anemia besi jika kepatuhan ibu hamil dalam menelan tablet
besi masih rendah.
Program pemberian tablet besi sangat terkait dengan pelayanan
kesehatan pada ibu hamil (K1-K4) karena diberikan pada saat ibu hamil
melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan. Pemberian tablet besi juga
menjadi salah satu syarat terpenuhinya kunjungan ibu hamil K4. Namun
demikian cakupan kunjungan K4 ibu hamil pada tahun 2013 sebesar
93,46%, yaitu lebih besar dibandingkan dengan capaian pemberian tablet
besi pada ibu hamil sebesar 92,62%. Hasil tersebut sudah bisa dikatakan
ideal karena cakupan tersebut tidak jauh berbeda.
Pemberian tablet Fe kepada ibu hamil ada 2 indikator yaitu Fe1 dan
Fe3. Cakupan Ibu Hamil mendapat tablet Fe adalah cakupan Ibu Hamil
yang mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya.
Cakupan ibu hamil yang mendapat Fe-3 di Kota Salatiga tahun
2013 sebesar 88,86% (2.800 dari 3.151 ibu hamil) menurun bila
dibandingkan tahun 2012 sebesar 95,57% (2.870 dari 3.003 bumil).
Cakupan sejak tahun 2007 sebesar 5,32%, tahun 2008 sebesar 85,92%.
Pada tahun 2009 cakupan Fe-3 sebesar 84,49 % (2.897 dari 3.429 ibu
Profil Kesehatan Kota Salatiga 68
hamil), tahun 2010 sebesar 91,33 % (2.972 dari 3.254 ibu hamil) dan
tahun 2011 sebesar 96,29% (3.007 dari 3.123 ibu hamil).
e. Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna
dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan
oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal.
ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada
bayi, dalam keadaan miskin merupakan hadiah satu-satunya, dalam keadaan
sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh
sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Fe 1 6.34 87.52 91.5 76.89 95.55 96.67 95.49
Fe 3 72.39 5.32 85.92 84.49 91.33 96.29 95.57 88.86
Gambar.4.13 Persentase Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 69
(enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama
makanan pendamping sampai usia 2 (dua) tahun.
Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004
dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada
bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau
mengganti dengan makanan atau minuman lain. Bayi yang mendapat ASI
eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6
bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pemberian ASI eksklusif bukan hanya isu nasional namun juga
merupakan isu global. Pernyataan bahwa dengan pemberian susu formula
kepada bayi dapat menjamin bayi tumbuh sehat dan kuat, ternyata menurut
laporan UNICEF ( Feat About Breast Feeding) merupakan kekeliruan fatal,
karena meskipun insiden diare rendah pada bayi yang diberi susu formula,
namun pada masa pertumbuhan berikutnya bayi yang tidak diberi ASI ternyata
memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk menderita hipertensi, jantung,
kanker, obesitas, diabetes dll.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 70
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas capaian ASI Eksklusif
Kota Salatiga pada tahun 2013 sebesar 46,6% (418 dari 897 bayi usia 0-6
bulan), 2012 sebesar 45,12% (601 dari 1.332 bayi usia 0-6 bulan), terjadi
sedikit penurunan bila dibandingkan tahun 2011 yaitu 48,03% (550 dari 1.145
bayi usia 0-6 bln). Berbagai upaya promosi tentang ASI Ekslusif telah
dilakukan oleh Dinas Kesehatan beserta jaringannya. Hal ini dapat dilihat
dengan berdirinya ruang-ruang laktasi di tempat-tempat kerja/perusahaan.
Cakupan ASI Eksklusif Kota Salatiga dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Beberapa hal yang menghambat pemberiaan ASI eksklusif diantarannya
adalah:
1. Rendahnnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI
dan cara menyusui yang benar.
47.36
35.46 35.9
48.03 45.12 46.6
0
10
20
30
40
50
60
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar. 4.14 Cakupan ASI Eksklusif Kota Salatiga Th.2008-2013
cakupan ASI Ekslusif
Profil Kesehatan Kota Salatiga 71
2. Kurangnnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas
kesehatan.
3. Faktor sosial budaya.
4. Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja.
5. Gencarnya pemasaran susu formula.
Upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
cakupan pemberiaan ASI eksklusif tetap berpedoman pada Sepuluh Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui yaitu:
1) Sarana pelayanan Kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan
Pemberiaan Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin
dikomunikasikan kepada semua petugas.
2) Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan
ketrampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut.
3) Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksana dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai
umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
4) Membantu ibu menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan
yang dilakukan di ruang bersalin ( inisiasi dini). Apabila ibu mendapat
operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 72
5) Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi
medis.
6) Tidak memberikan makanan dan minuman apapun selain ASI kepada
bayi baru lahir.
7) Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi
24 jam sehari.
8) Membantu ibu menyusui semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama
dan frekuensi menyusui.
9) Tidak memberikan dot atau kempeng bayi yang diberi ASI
10) Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan
rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit,
rumah bersalin atau sarana pelayanan kesehatan.
Selain hal tersebut diatas, upaya yang dilakukan adalah dengan
melakukan sosialisasi agar di tempat-tempat kerja misalnya
perusahaan, untuk menyediakan pojok ASI.
f. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24
Bulan Keluarga Miskin
Profil Kesehatan Kota Salatiga 73
Keluarga Miskin adalah keluarga yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah kabupaten/kota (TKK) dengan melibatkan Tim Desa dalam
mengidentitaskan nama dan alamat gakin secara tepat sesuai dengan Gakin
yang disepakati. Anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin diberikan
makanan pendamping ASI. Data jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga
miskin yang mendapatkan makanan tambahan ASI(MP-ASI)tahun 2013 0%
dan tahun 2012 sebanyak 79,74% (968 dari 1.214 anak),menurun bila
dibandingkan tahun 2011 sebesar 100% (1.214 anak).
g. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi
pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan
penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya.
Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana
tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil
yang optimal.
Pendataan gizi buruk di Jawa Tengah didasarkan pada 2 kategori yaitu
dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) dan
kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan
Profil Kesehatan Kota Salatiga 74
(BB/TB). Skrining pertama dilakukan di Posyandu dengan membandingkan
berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan
balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik
(2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator
berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan
kasus gizi buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai
pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit
penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera
dirujuk ke rumah sakit.
Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang
ditangani di sarana pelayanan kesehatan dan atau di rumah oleh tenaga
kesehatan sesuai tata laksana gizi buruk. Perkembangan cakupan balita gizi
buruk yang mendapat perawatan tahun 2006 sampai dengan tahun 2013
adalah sebesar 100 % kasus gizi buruk mendapat pelayanan. Jumlah
kasus gizi buruk tahun 2013 sebesar 2 kasus.
h. Wanita Usia Subur yang Mendapat Kapsul Yodium
Profil Kesehatan Kota Salatiga 75
Pemberian kapsul Yodium kepada sasaran wanita usia subur di
daerah endemik berat dan sedang dimaksudkan untuk mencegah kretinisme
pada bayi. Kota Salatiga tidak termasuk dalam daerah endemik GAKY
yang memerlukan intervensi kapsul yodium.
Kota Salatiga tidak merupakan daerah endemik GAKY sehingga tidak
ada program pemberian kapsul Yodium bagi WUS.
i. Desa Dengan Garam Beryodium yang Baik
Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik,
menggambarkan identitas mutu garam beryodium yang dikonsumsi
penduduk di suatu desa/kelurahan. Sejak tahun 2010 sampai tahun 2013
sudah mencapai 100% Kelurahan di Kota Salatiga masyarakatnya telah
mengkonsumsi garam beryodium yang memenuhi syarat (mengandung
KJO3 30-80 ppm). Sesuai Kepres No.69 tahun 1994, semua garam yang
beredar di Indonesia harus mengandung yodium. Kebijakan ini berakaitan
dengan masih tingginya kejadian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY) di Indonesia. GAKY merupakan masalah gizi yang serius karena
dapat menyebabkan penyakit gondok atau kretin. Kekurangan unsur yodium
dalam makananan sehari-hari dapat menurunkan tingkat kecerdasan
Profil Kesehatan Kota Salatiga 76
seseorang. Dalam garam beryodium juga terdapat unsur natrium maka
konsumsi garam beryodium pun harus dibatasi. Kelebihan konsumsi natrium
dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Untuk menghindari
pengaruh sampingan dari onsumsi garam beryodium yang berlebihan maka
dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram per orang
per hari atau sekitar satu sendok teh setiap hari.
j. Keluarga Sadar Gizi
Keluarga sadar gizi (KADARZI) adalah keluarga yang seluruh anggota
keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah
kesehatan dan gizi bagi setiap anggota keluarganya, dan mampu mengambil
langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai oleh anggota
keluarganya. Lima indikator kadarzi, yaitu:
a. Keluarga biasa mengkonsumsi aneka ragam makanan
b. Keluarga selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota
keluarganya, khususnya balita dan ibu hamil
c. Keluarga hanya menggunakan garam beryodium untuk memasak
makanannya
Profil Kesehatan Kota Salatiga 77
d. Keluarga memberi dukungan pada ibu melahirkan untuk memberi
ASI ekslusif
e. Keluarga minum suplemen gizi sesuai anjuran
Indikator tersebut digunakan untuk menilai perubahan perilaku gizi anggota
keluarga. Keberhasilan program Kadarzi harus diikuti dengan meningkatnya
status gizi masyarakat.
Pelakasanaan pendataan Kadarzi di Kota Salatiga di laksanakan di 4
Kecamatan yang meliputi 5 indikator, dengan hasil pada tahun 2013 sebagai
berikut :
a. Menimbang berat badan secara teratur sebesar 95,42%.
b. Pemberian ASI eksklusif sebesar 66,81%.
c. Makan aneka ragam makanan sebesar 86,5%
d. Mengkonsumsi garam beryodium sebesar 98,5%.
e. Mengkonsumsi suplemen gizi sesuai anjuran sebesar 92,3%.
Dari 1.136 sampel rumah tangga di Kota Salatiga terdapat 52,82%
keluarga sudah mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi
pada setiap anggota keluarganya (Kadarzi). Dari hasil survey keluarga sadar
gizi diperoleh bahwa di wilayah kecamatan Sidomukti persentase keluarga
sadar gizi paling kecil yaitu sebesar 43,25% sedangkan di Kecamatan Sidorejo
Profil Kesehatan Kota Salatiga 78
memperoleh persentase paling besar yaitu 67,5%. Cakupan Keluarga Sadar
Gizi di Kota Salatiga belum mencapai target sebesar 80%. Untuk mencapai
target 80% diperlukan adanya gerakan secara menyeluruh dan terpadu dari
mulai keluarga, masyarakat, petugas dan Dinas Kesehatan.
Cakupan keluarga sadar gizi di Kota Salatiga pada tahun 2008 adalah
25,72 %, tahun 2009 sebesar 77,9 %, tahun 2011 sebesar 60,64% dan
tahun 2012 sebesar 63%.
4. Pelayanan Keluarga Berencana
a. Peserta KB Baru
Peserta Keluarga Berencana (KB) Baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan atau PUS
yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka
berakhir masa kehamilannya.
Jumlah peserta KB Baru Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 9,9% (2.824
akseptor). Bila dibandingkan terjadi penurunan 2012 sebesar 17,2% (5.075
akseptor). Demikian juga bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar
19,4% (5.469 akseptor). Sumber data tersebut berasal dari Puskesmas (data
pasien yang mendapatkan pelayanan di Puskesmas).
Profil Kesehatan Kota Salatiga 79
b. Peserta KB Aktif
Cakupan peserta KB aktif tahun 2013 sebesar 69,6% (19.938 dari
28.636 PUS) menurun bila dibandingkan tahun 2012 sebesar 78,3%
(23.071 dari 29.475 PUS). Cakupan peserta KB Aktif dari tahun 2007-2011
sebesar 96,02 % (26.827 PUS dari 27.938 PUS), 76,46 % (21.094 dari
27.938 PUS), 69,4 % (19.426 dari 27.981 PUS), 71,7% (20.312 dari
28.312 PUS). Dan 76,8% (21.664 dari 28.194 PUS). Cakupan peserta KB
aktif secara rinci seperti pada gambar 4.7. sebagai berikut:
Sedangkan jenis kontrasepsi peserta KB aktif pada tahun 2013 seperti pada
gambar berikut :
90 90.0276.46
69.4 71.7 76.8 78.2769.6
0
20
40
60
80
100
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Caku
pan
tahun
Gambar. 4.15. Cakupan Peserta KB Aktif Tahun 2006-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 80
5. Pelayanan Imunisasi
a. Persentase Desa yang Mencapai “Univeral Child Immunization” (UCI)
Desa atau Kelurahan UCI adalah desa/ kelurahan di mana minimal 85 %
dari jumlah bayi yang ada di desa/ kelurahan tersebut sudah memperoleh
imunisasi dasar lengkap. Imunisasi dasar lengkap pada bayi (0-11 bulan)
meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 dosis Hepatitis B dan 1
dosis campak.
Cakupan desa/ kelurahan UCI di Kota Salatiga sejak tahun 2010 sampai
2013 sudah seluruh kelurahan UCI. Cakupan kelurahan UCI sejak tahun
tahun 2006 sebesar 77,27 % (17 kelurahan), tahun 2007 sebesar 82,00 %
3227
1667
3091
9678
4331
1077
Gambar 4.16Jenis Kontrasepsi Peserta KB Aktif Tahun 2013
IUD MOP/W IMPLAN SUNTIK PIL KONDOM
Profil Kesehatan Kota Salatiga 81
(18 kelurahan), tahun 2008 sebesar 54,50 % (12 kelurahan), tahun 2009
sebesar 95,5 % atau 21 Kelurahan.
b. Cakupan Imunisasi Bayi
Tujuan program imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan, kematian
dan kecacatan bayi, anak dan balita akibat penyakit PD3I (Penyakit yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Polio Hepatitis B dan Campak.
Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Kota Salatiga tahun 2013
sebesar 115,56%. Capaian tersebut melebihi 100 % dikarenakan adanya bayi
luar wiayah kerja diimunisasi di wilayah Kota Salatiga. Cakupan imunisasi
dasar lengkap bayi dari tahun 2007-2013 dapat dilihat pada gambar 4.17
dibawah ini :
Profil Kesehatan Kota Salatiga 82
c. Drop Out Imunisasi DPT1-Campak
Dalam rangka mencapai dan mempertahankan UCI desa/ kelurahan,
analisis Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) harus diikuti tindak lanjut.
Dengan gambar PWS akan terlihat dan dapat dianalisis cakupan dan
kecenderungannya setiap bulan, maka dapat segera diketahui kekurangan
cakupan dan beban yang harus dicapai setiap bulan pada periode berikutnya.
Untuk kecenderungan cakupan dapat diketahui dengan indikator Droup Out
(DO). Sesuai dengan kesepakatan kabupaten/kota se-Jawa Tengah indikator
DO maksimal 5%.
Droup Out imunisasi campak pada tahun 2013 sebesar -4.8. Hal ini
dimungkinkan adanya bayi di luar wilayah yang melakukan imunisasi campak
di wilayah Kota Salatiga. DO imunisasi tahun 2006-2012 dapat dilihat pada
gambar berikut:
97.5680
93.7 93.1 96.71
108.06 115.56
0
20
40
60
80
100
120
140
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 4.17. Imunisasi Dasar Lengkap Bayi Tahun 2007-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 83
d. WUS Mendapat Imunisasi TT
Imunisasi Tetanus Toksoid Wanita Usia Subur adalah pemberian imunisasi
TT pada wanita usia subur (15-39 tahun) sebanyak 5 dosis dengan interval
waktu tertentu yang berguna bagi kekebalan seumur hidup.
Jumlah ibu hamil tahun 2013 sebesar 3.003 yang mendapat TT I
sebesar 1.748 (58,2%), TT2 sebesar 1.486 (49,5%),TT-2+ sebesar 1.665
(55,4%), TT5 sebesar 58 (1,9%)
6. Pelayanan Kesehatan Gigi
a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
DO imunisasi 1.09 11.19 3.91 2.5 7.81 3.4 0.4 -4.8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
Gambar 4.18. DO Imunisasi DPT1-Campak Kota Salatiga Tahun 2006-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 84
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas meliputi kegiatan
pelayanan dasar gigi dan upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan
dasar gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi
tetap. Indikasi dari perhatian masyarakat bila tumpatan gigi tetap semakin
bertambah banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi
yang merupakan tindakan preventif sebelum gigi tetap rusak dan harus
dicabut, sedang pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif
karena sudah tidak ada alternatif lainnya.
Di tahun 2013 jumlah tumpatan gigi tetap sebanyak 4.987 tindakan dan
jumlah pencabutan gigi tetap sebesar 3.356 tindakan. Dilihat dari ratio
tumpatan dan pencabutan gigi tetap (1,04) dapat disimpulkan bahwa
masyarakat Kota Salatiga masih kurang memperhatikan kesehatan gigi.
Gambar di bawah ini menyajikan jumlah dan ratio pelayanan dasar gigi
Kota Salatiga pada beberapa kurun waktu terakhir :
Profil Kesehatan Kota Salatiga 85
b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya adalah Upaya
Kesehatan Gigi Sekolah yang merupakan upaya promotif dan preventif
kesehatan gigi khususnya untuk anak sekolah. Kegiatan UKGS meliputi
pemeriksaan gigi pada seluruh murid untuk mendapatkan data murid yang
memerlukan perawatan dasar gigi dan mulut.
Presentase murid SD/MI Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 100%, tahun
2012 yang mendapatkan pemeriksaan gigi dan mulut sebesar 96,6%, dan
tahun 2011 sebesar 100%.
Tumpatan0
2000
4000
6000
8000
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Tumpatan 2660 4727 6438 4022 4345 4987
Cabut Gigi 4001 3246 3870 3910 4185 3356
2660
4727 6438 4022 4345
49874001 3246 3870 3910 41853356
Gambar 4.19. Pelayanan Gigi Tumpatan dan Pemcabutan Gigi Tetap
di Kota Salatiga Tahun 2008-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 86
c. Murid SD/ MI Mendapat Perawatan Gigi dan Mulut
Tahun 2013 jumlah murid SD/MI yang perlu mendapat perawatan
kesehatan gigi dan mulut sebesar 2.201 (70,8%) dari siswa yang mendapat
memerlukan perawatan sebesar 3.109 siswa .Tahun 2012 jumlah murid
SD/MI yang perlu mendapatkan perawatan gigi dan mulut sebesar 5.049
siswa.
7. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan usia lanjut yang dimaksudkan adalah pelayanan
kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan termasuk dalam kelompok usia
lanjut adalah kelompok umur lebih atau sama dengan 60 tahun.
2008 2009 2010 2011 2012 2013
% Murid SD/MIDiperiksa
99.29 99.31 100 100 99.6 100
98.8
99
99.2
99.4
99.6
99.8
100
100.2
Gambar 4.20. Persentase Cakupan Murid SD/MI yang Diperiksa Kesehatan Gigi dan Mulut di Kota Salatiga
Tahun 2008-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 87
Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut tahun 2013 sebesar 72,29%
(11.003 dari 15.221 orang),dan tahun 2012 sebesar 72,29% (10.788 orang dari
14.924 orang) meningkat bila dibandingkan tahun 2011 sebesar 70,92%.
Cakupan pelayanan kesehatan Usila dari tahun 2008-2010 sebesar 79,08%,
84,3 % (37.700 orang dari 44.727 orang), dan tahun 2010 sebesar 71,07 %.
8. Pelayanan Gawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa
a. Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Pelayanan
Kesehatan (RS)
Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang
dapat diakses masyarakat merupakan sarana kesehatan yang telah
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2012
Yankes Lansia 64 70 79.08 84.3 71.07 70.92 72.29 72.29
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Gambar 4.21 Pelayanan Kesehatan Usila Di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 88
standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu.
Kemampuan pelayanan gawat darurat yang dimaksud adalah upaya cepat dan
tepat untuk segera mengatasi puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan
resusitasi jantung paru otak ( Cardio Pulmonary Cebral Resucitation) agar
kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekan sampai minimal
dengan menggunakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support/BLS) dan
Bantuan Hidup Lanjut (ALS). Sarana kesehatan yang dimaksud dalam hal ini
adalah Rumah Sakit dan Puskesmas. Rumah Sakit yang mempunyai
kemampuan pelayanan gawat darurat sebanyak 7 RS.
b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa Yang Ditangani < 24 jam
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
desa/kelurahan dalam jangka waktu tertentu. Kejadian Luar Biasa (KLB)
yang sering terjadi di wilayah Kota Salatiga adalah KLB yang disebabkan oleh
penyakit menular dan keracunan makanan. Kejadian KLB seperti Demam
Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Acute Flacid Paralisys (AFP),
keracunan makanan, difteri, campak, diare, bencana serta munculnya penyakit
baru seperti Avian Influenza (Flu Burung), disamping menimbulkan korban
Profil Kesehatan Kota Salatiga 89
kesakitan dan kematian juga berdampak pada produktivitas masyarakat yang
menurun dan keresahan pada masyarakat. Kondisi tersebut menuntut upaya
secara cepat dan tepat (< 24 jam) untuk menanggulangi setiap KLB.
Data frekuensi KLB penyakit menular, keracunan makanan, dan bencana
selama tahun
Pada tahun 2013 terjadi KLB sebanyak 4 kasus yaitu chikungunya,
keracunan makanan, Diphteri, dan Dengue Shock Syndrome. Chikungunya terjadi
di 2 kelurahan dengan jumlah penderita sebanyak 128 orang dan jumlah
penduduk terancam sebesar 2.240 orang. Keracunan makanan terjadi di 3
kelurahan dengan jumlah penderita sebesar 82 orang dengan jumlah penduduk
terancam sebesar 860 orang. Diphteri terjadi di 2 kelurahan dengan jumlah
penderita 1 orang dan penduduk yang terancam sebanyak 195 orang. Dengue
Shock Syndrome terjadi di 1 kelurahan dengan jumlah kematian/penderita 1 orang
dengan jumlah penduduk terancam sebanyak 246 orang.
9. Pelayanan Kesehatan Kerja
a. Pelayanan Kesehatan Sektor Informal
Profil Kesehatan Kota Salatiga 90
Pekerja sektor informal adalah mereka yang bekerja dengan modal skala
kecil dengan ciri-ciri antara lain :
- Bekerja dalam jam kerja yang tidak tetap dan umumnya mempergunakan
tenaga kerja dari lingkungan keluarga sendiri
- Resiko bahaya pekerjaan tinggi
- Keterbatasan sumber daya dalam mengubah lingkungan kerja
- Kesadaran tentang resiko bahaya pekerjaan rendah
- Kondisi pekerjaan tidak ergonomis
- Kurangnya pemeliharaan kesehatan
Berdasarkan kesepakatan pertemuan koordinasi Upaya Kesehatan Kerja
Dinas Kesehatan Kota Salatiga Bulan April Tahun 2014 bahwa sektor informal
adalah perusahaan non direktori (PND) dan Rumah Tangga (RT) dengan
jumlah tenaga kerja kurang 20 orang. Sedangkan sasaran pelayanan
kesehatan informal adalah semua pekerja informal yang ada di wilayahnya.
Cakupan pekerja pada industri informal dan yang mendapat pelayanan
kesehatan kerja di Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 40,19% (95.502 dari
13.689).
b. Pelayanan Kesehatan Sektor Formal
Profil Kesehatan Kota Salatiga 91
Sasaran pelayanan kesehatan kerja formal adalah semua pekerja pada
perusahaan/tempat kerja formal yang ada di wilayah kerjanya. Sedangkan
cakupan pelayanan kesehatan kerja formal adalah semua pekerja
perusahaan/tempat kerja formal yang mendapat pelayanan kesehatan kerja
paripurna.
Cakupan pelayanan kesehatan pada pekerja di sektor formal di Kota
Salatiga tahun 2013 sebesar 13,70% (2.573 dari 18.783 pekerja).
10. Upaya Penyuluhan Kesehatan
Upaya penyuluhan adalah semua usaha secara sadar dan berencana
yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia sesuai prinsip-prinsip
pendidikan dalam bidang kesehatan. Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan
yang dilakukan pada kelompok sarana tertentu. Sedang penyuluhan massa
adalah penyuluhan yang dilakukan dengan sasaran massa seperti pameran,
pemutaran film, melalui media massa cetak dan elektronik. Penyuluhan yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Salatiga beserta jaringannya pada tahun
2013 sebanyak 440 kali penyuluhan kelompok dan 209 kali penyuluhan
penyuluhan massa.
B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Profil Kesehatan Kota Salatiga 92
1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah telah
berupaya mengembangakan berbagai upaya kesehatan, salah satunya melalui
program jaminan kesehatan. Tujuan pengembangan program ini adalah untuk
merubah pola pembayaran langsung (out of Pocket) yang biasanya dibayar
langsung setelah pelayanan diberikan menjadi penyelenggaraan pemeliharaan
kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan,
yang berkesinambungan dan dengan mutu terjamin serta pembiayaan yang
dilaksankan pra upaya.
Peserta jaminan pemeliharaan kesehatan terdiri dari kelompok penduduk non
miskin yang membayar sendiri premi jaminan pemeliharaan kesehatannya dan
kelompok masyarakat miskin yang ditanggung oleh pemerintah melalui Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dimana semua biaya
pemeliharaan kesehatan untuk masyarakat miskin semua ditanggung oleh
pemerintah. Selain Jamkesmas, pemerintah daerah/kota juga
menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan
tujuan agar masyarakat miskin yang belum tercakup Jamkesmas dapat tercakup
Jamkesda.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 93
Kepesertaan jaminan kesehatan Kota Salatiga Tahun 2013 terdiri dari: Askes
(14,3%), Jamsostek (5,3%), Askeskin/Jamkesmas (19,7%), Jamkesda
(12,1%), dan lain-lain (10,8 %).
2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin
Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien masyarakat miskin dan
tidak mampu adalah pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Di
Puskesmas terdiri dari pelayanan rawat jalan tingkat pertama, rawat inap tingkat
pertama, pelayanan gawat darurat, pelayanan transport untuk rujukan pasien
dan persalinan normal di Puskesmas dan jaringannya. Sedangkan di rumah
sakit terdiri pelayanan rawat jalan tingkat lanjut, rawat inap tingkat lanjut,
14.30%
5.30%19.70%
12.10%
10.80%
Gambar 4.22 Persentase Peserta Jaminan Pelayanan Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2013
ASKES
JAMSOSTEK
JAMKESMAS
JAMKESDA
LAINNYA
Profil Kesehatan Kota Salatiga 94
pelayanan obat dan bahan habis pakai, pelayanan penunjang medik, serta
pelayanan tindakan dan operasi.
Jumlah masyarakat miskin tahun 2013 berdasarkan sasaran peserta jaminan
kesehatan masyarakat (Jamkesmas) dan jaminan kesehatan masyarakat miskin
kota Salatiga sebesar 61.158 jiwa. Pada tahun 2013 cakupan pelayanan
kesehatan dasar (strata satu) rawat jalan sebesar 45,34%.
3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin
Jumlah masyarakat miskin yang mendapat pelayanan kesehatan rawat
inap di sarana pelayanan kesehatan dasar (strata satu) tahun 2013 sebesar
100 orang (0,16%).
4. Cakupan Rawat Jalan
Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana
pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat jalan di sarana kesehatan di Kota
Salatiga pada tahun 2013 sebesar 457.591 kunjungan, meningkat bila
Profil Kesehatan Kota Salatiga 95
dibandingkan tahun 2012 sebesar 451.183.dan tahun 2011 sebesar 407.936
pasien.
5. Cakupan Rawat Inap
Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana
pelayanan kesehatan swasta dan pemerintahan di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan di Kota Salatiga
tahun 2013 sebanyak 25.735 kunjungan menurun bila dibandingkan dengan
tahun 2012 sebanyak 25.986.
286.466
287.379
423.720
407.936
451.183
457.591
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
450000
500000
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 4.23 Jumlah Kunjungan Rawat Jalandi Sarana Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2008-2013
kunjungan rawat jalan
Profil Kesehatan Kota Salatiga 96
6. Pelayanan Kesehatan Jiwa
Pelayanan gangguan jiwa adalah pelayanan pada pasien yang mengalami
gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir, dan
perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosialnnya. Data yang cakupan pelayanan
kesehatan jiwa tahun 2013 sebanyak 5.523 (2,87% dari jumlah penduduk)
kunjungan, meningkat jika dibandingkan tahun 2012 sebesar 3.169 (1,69%)
dan tahun 2011 sebesar 2.896 (1,62%). Data kunjungan pelayanan kesehatan
jiwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan. Jumlah kunjungan pelayanan
kesehatan jiwa di sarana kesehatan di wilayah Kota Salatiga tahun 2008-2013
dapat dilihat pada gambar berikut :
44.962
23.142
19.789
25.023 25.986
25.735
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
50000
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah Kunjungan Rawat Inap di Sarana Kesehatan Tahun 2008-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 97
7. Angka Kematian Pasien Di Rumah Sakit
a. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS (GDR)
Gross Death Rate (GDR) yaitu angka kematian umum untuk tiap-tiap 1.000
penderita keluar. GDR tidak melihat berapa lama psien berada di Rumah
sakit dari masuk sampai meninggal. Nila GDR yang baik tidak lebih dari 45
per 1.000 penderita keluar.
Tahun 2013 Rumah Sakit di Kota Salatiga yang memiliki GDR tertinggi
adalah RSUD Kota Salatiga sebesar 39,4 sedangkan tertinggi kedua adalah
RS Sejahtera Bhakti sebesar 12,3 dan berturut turut RS Tk IV dr Asmir
sebesar 10,3 RS dr Ario Wirawan sebesar 9,7, RS Ananda sebesar 7,3
dan RS Puri Asih sebesar 3,5 per 1.000 penderita keluar.
b. Angka Kematian Penderita yang Dirawat <48 jam (NDR)
811 (0.21%)
2830 (1,03%)
3.621 (2,12%)
2.896(1,62%)
3.169(1,69%)
5.253 (2,87%)
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 4.24 Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Jiwadi Sarana Kesehatan
Di Kota Salatiga Thaun 2008-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 98
Net Death Rate (NDR) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1.000 penderita keluar. Asumsinya jika pasien meninggal
setelah mendapatkan perawtan 48 am berarti ada faktor pelayanan rumah
sakit yang terlibat dengann kondisi meninggalnya pasien. Namun jika pasien
meninggal kurang dari 48 jam masa perawatan, dianggap faktor
keterlambaan psien datang ke rumah sakit yang menjadi penyebab utama
pasien meninggal. Indikator ini dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit. Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir
adalah kurang dari 25 per 1.000 penderita keluar.
Pada tahun 2013 nilai NDR di rumah sakit di Kota saltiga masih di bawah
angka 25/1.000 penderita keluar. Nilai NDR RSUD sebesar 18,3, RS dr
Ario Wirawan sebesar 6,3, RS tk Iv dr Asmir sebesar 4,3 per 1.000
penderita keluar.
8. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit
a. Pemakaian Tempat Tidur (BOR)
Pelayanan kesehatan (rumah sakit) dapat diukur kinerjanya antara lain
dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed
Occupation Rate (BOR). Pemanfaataan tempat tidur melalui indicator BOR
Profil Kesehatan Kota Salatiga 99
dengan memperhitungkan jumlah hari perawatan di rumah sakit terhadap
jumlah tempat tidur dan jumlah hari dalam setahun. Angka BOR yang
rendah menunjukan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit
oleh masyarakat. Sedangkan BOR yang tinggi (>85%) menunjukan tingkat
pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah
sakit atau penambahan tempat tidur. BOR yang ideal untuk suatu rumah
sakit adalah antara 60% sampai dengan 80%.
Persentase rata-rata pemakaian tempat tidur RSU Pemerintah di Kota
Salatiga pada tahun 2013 adalah 53,8%, RS yang memiliki BOR lebih dari
60% yaitu RS dr Asmir dan RS dr Ario wirawan. Gambaran BOR RSU
Pemerintah tahun 2008-2013 di Kota Salatiga dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 100
b. Rata-Rata Lama Rawat Seorang Pasien (ALOS)
Average Length of Stay (ALOS) merupakan indicator yang mencerminkan
rata-rata lama hari perawatan yang diperoleh dari perbandingan jumlah hari
perawatan pasien keluar terhadap jumlah pasien keluar baik hidup maupun
mati. ALOS yang ideal adalah antara 6-9 hari. Rata-rata lama rawat
seorang pasien di RSUD Pemerintah Kota Salatiga tahun 2013 sebanyak
4,6 hari, Rumkit Tk IV dr Asmir sebrsar 5,0 hari dan RSPAW sebesar 0,9
hari. ALOS di RSU Pemerintah di Kota Salatiga masih dalam interval ideal.
2009
2010
2011
2012
2013
RSUD 60.3 60.3 60.2 67.8 57.3
RS ARIOWIRAWAN
65.1 64 69.5 75.8 68.5
RS dr.ASMIR 28.4 24.9 63.2 69 71.4
01020304050607080
Gambar 4.25. BOR RSU Pemerintah Di Kota Salatiga Tahun 2008-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 101
c. Rata-Rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati (TOI)
Rata-rata selang waktu pemakaian tempaat tidur di rumah sakit diukur
melalui indikator TOI. Angka ideal untuk TOI adalah 1-3 hari.
Tahun 2013 TOI RSUD sebesar 3,4 hari, RSPAW sebesar 0,4 hari dan
Rumkit Tk.IV dr. Asmir sebesar 2,0 hari. Seluruh rumah sakit pemerintah di
0
2
4
6
2009
2010
2011
2012
2013
RSUD 4.3 4.5 4.4 4.1 4.6
RSPAW 5.8 4.2 5.6 5.5 0.9
Rumkit Tk IV drAsmir
3.6 4.2 4.9 4.6 5
Gambar. 4.26. AVLOS RS PEMERINTAHDI KOTA SALATIGA TH 2009-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 102
kota Salatiga masih angka TOI masih dalam angka ideal.
C. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT
1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya
untuk memberdayakan anggota rumha tangga agar tahu, mau dan mampu
mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatn di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-PHBS,
terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau yaitu : (1) persainan
ditolong oleh tenaga kesehatan, (2) member ASI ekslusif, (3) menimbang
balita setiap bulan, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci tangan dengan
0
5
10
15
2009
2010
2011
2012
2013
RSUD 3 2.9 2.9 2 3.4
RSPAW 3.1 3.3 2.5 1.8 0.4
Rumkit dr.Asmir 9.1 12.7 2.9 2.1 2
Gambar 4.27. TOI RS PEMERINTAH DI KOTA SALATIGA TH 2009-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 103
air bersih dan sabun, (6) menggunakan jamban sehat, (7) memberatas jentik
di rumah sekali seminggu, (8) makan buah dan sayur setiap hari, (9)
melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan (10) tidak merokok did ala rumah.
Data hasil pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga pada tahun 2013
dari 1.938 RT yang dipantau sebanyak 1.814 (93,60%) sudah ber-PHBS
sedangkan tahun 2012 dari 2.666 rumah tangga yang dipantau sebanyak
2.342 (87,8%) sudah ber PHBS.
D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat.
Program lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan
hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk
menggerakan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan
pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi : (1) Penyediaan Sarana Air Bersih
dan Sanitasi Dasar (2) Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan (3)
Pengendalian dampak risiko lingkungan (4) Pengembangan wilayah sehat.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 104
Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai
lintas sektor, peran swasta dan masyarakat di mana pengelolaan kesehatan
lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat
berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sektor
ikut serta berperan (Perindustriaan, Lingkungan Hidup, Pertaniaan, Cipta Karya dll)
baik kebijakan dan pembangunan fisik dan Departemen/ Dinas Kesehatan sendiri
terfokus kepada hilirya yaitu pengelolaan dampak kesehatan. Sebagai gambaran
pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikan dalam per kegiatan pokok
melalui indikator yang telah disepakati serta beberapa kegiatan yang dilaksanakan
sebagai berikut :
1. Rumah Sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah
haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk
meningkatkan produktivitas. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis
penyakit khususnnya penyakit berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah
Dengue, Malaria, Flu Burung, TB Paru dan lain-lain.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 105
Tahun 2013 jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 40.335 dan yang
sehat sebanyak 30.077 rumah (74,57%), sedangkan tahun 2012 jumlah
rumah yang diperiksa 39.796 rumah dan jumlah rumah yang sehat sebesar
28.388 rumah (71,3%).
Pada tahun 2010 rumah yang diperiksa sebanyak 16.870 rumah dan yang
memenuhi kriteria rumah sehat sebanyak 13.220 rumah atau 78,36 %, kondisi
ini menurun 14,6% dibandingkan tahun 2011 yaitu dari sampel rumah diperiksa
sebesar 16.707 rumah yang memenuhi kriteria rumah sehat sebesar 10.427
rumah (62,4%).
2. Akses Terhadap Air Bersih
Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan
penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang
dibangun, melalui Kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkunganan yang
ditandatangani oleh Bappenas, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam
Negeri serta Departemen Pekerjaan Umum memberikan dampak cukup berarti
terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi
khususnnya di daerah. Strategi pelaksanaan yang diantaranya meliputi
penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia,
Profil Kesehatan Kota Salatiga 106
kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatan lingkungan,
pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi
pada semua tingkatan proses pelaksanaan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi.
Tahun 2013 jumlah keluarga yang diperiksa sbanyak 57.307 dan yang
memiliki akses tyerhadap sarana air bersih sebanyak 89,4% (51.251 keluarga).
Tahun 2012 jumlah keluarga yang diperiksa sebanyak 51.237 keluarga
(100%) dan yang memiliki akes terhadap air bersih sebesar 78,1% (40.008
keluarga). Pada tahun 2011 jumlah keluarga yang diperiksa sebanyak 16.707
(35,3%) dari total keluarga yang ada sebesar 47.371 keluarga.
3. Sarana Sanitasi Dasar
Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi
kepemilikan jamban, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah. Tahun 2013
dari keluarga yang diperiksa sebesar 57.307 keluarga, yang memiliki jamban
sebesar 50.035 keuarga. Dari yang dipriksa sebanyak 45.782 (79,9%)
keluaraga memiliki jamban memnuhi syarat kesehatan. Untuk tempat sampah,
dari keluarga yang memiliki tempat sampah sebesar 57.307 (100%) keluarga,
yang memiliki tempat sampah memenuhi syarat kesehatan sebesar 40.239
(70,2%) keluarga. Sedangkan untuk pengelolaan air limbah dari keluarga yang
Profil Kesehatan Kota Salatiga 107
memiliki sarana pengelolaan air limbah memernuhi syarat kesehatan sebesar
23.338 (75,5%).
4. Tempat-Tempat Umum
Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh
badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh
masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas.
Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi yang
memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari
kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menyebkan gangguan
terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum meliputi sarana wisata, sarana
ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi, dan sosial.
- Sarana wisata, meliputi : hotel berbintang, losmen, salon/ pangkas rambut,
usaha rekreasi, hiburan umum dan gedung pertemuan/ gedung pertunjukan.
- Sarana ibadah, meliputi : masjid/ mushola, gereja, klentheng, pura, wihara.
- Sarana transportasi, meliputi: terminal, stasiun, pelabuhan udara, pelabuhan
laut, pangkalan sado.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 108
- Sarana ekonomi dan sosial, meliputi: pasar, pusat perbelanjaan, apotik,
sarana/ panti sosial, sarana pendidikan dan sarana kesehatan.
Cakupan tempat – tempat umum yang sehat tahun 2013 sebesar 85,51%
,tahun 2012 sebesar 87,34%. dan tahun 2011 sebesar (93,06%).
5. Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya
Kondisi kesehatan lingkungan pada institusi meliputi institusi pendidikan,
kesehatan, tempat ibadah, kantor dan sarana lain dititik beratkan pada aspek
higiene sarana sanitasi yang erat kaitannya dengan kondisi fisik bangunan
institusi tersebut. Kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan kesehatan
lingkungan di institusi adalah pengendalian faktor resiko lingkungan institusi,
70.93%
84.98%
85.10%
93.06%87.34%
85.51%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 4.28. PERSENTASE TUPM SEHAT KOTA SALATIGA TAHUN 2008-2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 109
pembinaan kesehatan lingkungan di institusi sekolah dan pondok pesantren,
penilaian lomba sekolah sehat.
Cakupan pembinaan kesehatan lingkungan di Kota Salatiga pada sarana
pelayanan kesehatan sebesar 94,3% (34 sarana), di sarana pendidikan
sebesar 96,2%(201 institusi), disarana ibadah sebesar 84,6% (385 sarana), di
perkantoran sebesar 88,2% (75 sarana), di sarana lain 74,9%.
6. Rumah/ Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes
Salah satu kriteria rumah dikatakan sehat adalah bebas jentik nyamuk
aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit Demam Berdarah Dengue. Di Kota
Salatiga , kasus demam berdarah berfluktuasi jumlahnya setiap tahun yang
cenderung meningkat. Demikian juga wilayah yang terjangkit semakin bertambah
luas.
Salah satu upaya pengendalian penyakit Demam Berdarah adalah dengan
pengendalian vektor. Pengendalian vektor adalah semua kegiatan yang bertujuan
untuk menekan kepadatan jentik nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit di
rumah atau bangunan yang meliputi perumahan, perkantoran, tempat umum,
sekolah, gudang, dsb.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 110
Indikator keberhasilan program pengendalian vektor adalah rumah atau
bangunan yang bebas jentik nyamuk aedes aegypti. Cakupan bangunan/rumah
bebas jentik nyamuk aedes aegypti di Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 1.854
(84,27%) dari rumah/bangunan yang diperiksa 2.200 (5,459%).
Profil Kesehatan Kota Salatiga 111
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
1. Ketersediaan Obat Sesuai Kebutuhan
Ketersediaan obat sesuai kebutuhan adalah ketersediaan obat pelayanan
kesehatan dasar di unit pengelola obat dan perbekalan kesehatan
Kabupaten/Kota disatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Dalam hal ini
adalah ketersediaan obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Salatiga
pada tahun 2013. Angka ketersediaan obat sesuai kebutuhan sebesar 94%.
Obat pelayanan kesehatan dasar dikategorikan dalam obat esensial dan obat
generik. Obat esesnsial adalah obat yang paling banyak diperlukan oleh suatu
populasi dan ditetapkan oleh para ahli yang kemudian dibakukan dalam daftar
Obat Esensial Nasional. Obat Generik adalah obat dengan nama resmi yang
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya. Ketersediaan obat esensial di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 94%, sedangkan ketersediaan obat generik
sebesar 95%. Hal ini belum mencapai target sebesar 100%, karena terdapat
beberapa item obat yang ketersediaanya belum mencapai 100%.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 112
2. Ketersediaan Obat Narkotika dan Psikotropika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakann ke dalam golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang
yang kemudian ditetapkann dalam Keputusan Menteri Kesehatan. Psikotropika
adalah zat atau obat baik ilmiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Ketersediaan narkotika dan psikotropika sesuai kebutuhan adalah ketersediaan
narkotika dan psikotropika untuk pelayanan dasar di unit pengelola obat dan
perbekalan kesehatan kabupaten/kota di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Ketersediaan narkotika dan psikotropika sesuai kebutuhan di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Salatiga pada tahun 2013 sebesar 100%.
3. Penulisan Resep Obat Generik
Profil Kesehatan Kota Salatiga 113
Penulisan obat generik adalah penulisan resep obat generik di fasilitas
sarana kesehatan pemerintah. Data yang masuk dari Puskesmas, BKPM dan
Rumah Sakit Pemerintah di wilayah Kota Salatiga untuk penulisan resep obat
generik diperoleh sebesar 95%.
4. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan
Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan laboratorium kesehatan
yang dapat diakses masyarakat adalah cakupan sarana kesehatan yang telah
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan
sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat dalam waktu tertentu.
Kemampuan pelayanan laboratorium kesehatan yang dimaksud adalah upaya
pelayanan penunjang medik untuk mendukung dalam pelayanan medik, dimana
untuk menegakan diagnosis dokter di rumah sakit.
5. Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Kesehatan Spesialis
Dasar
Keseluruhan (100%) Rumah Sakit yang ada di Kota Salatiga sudah
menyelenggarakan empat pelayanan kesehatan spesialis dasar. Empat
pelayanan kesehatan spesialis dasar yaitu spesialis penyakit kebidanan dan
Profil Kesehatan Kota Salatiga 114
kandungan, spesialis penyakit dalam, psesialis bedah, dan spesialis anak.
Penyelenggaraan empat spesialis dasar berkaitan dengan persyaratan perizinan
pendirian Rumah Sakit.
6. Data Dasar Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah merupakan sarana
pelayanan masyarakat di tingkat dasar. Puskesmas terdiri dari Puskesmas
Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas
Keliling. Jumlah Puskesmas di Kota Salatiga pada tahun 2013 adalah 6
puskesmas ( 5 Puskesmas Non Perawatan, 1 Puskesmas Perawatan),
dibandingkan dengan konsep wilayah kerja Puskesmas, dengan sasaran
penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk per
Puskesmas, maka satu Puskesmas melayani sekitar 32.000 penduduk. Ini
berarti bahwa di Kota Salatiga dengan jumlah 6 puskesmas sudah dapat
memenuhi kebutuhan penduduk.
7. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Pemerintah
Profil Kesehatan Kota Salatiga 115
Sarana Pelayanan Kesehatan terdiri dari 3 (tiga) Rumah Sakit, 1(satu)
Puskesmas Perawatan, 5(lima) Puskesmas Non Perawatan, 1(satu) Balai
Kesehatan Paru Masyarakat, 22 Pustu, 1(satu) buah Instalasi Farmasi.
8. Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta
Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta terdiri dari Rumah Sakit Umum
sebanyak 3 buah, Rumah Sakit Bersalin 4 buah, Balai Pengobatan/klinik
sebanyak 17 buah, Apotek sebanyak 26 buah, praktek dokter perorangan
sebanyak 218 buah.
9. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat terdiri atas Kelurahan
Siaga dan Posyandu. Kelurahan Siaga sebanyak 22 buah (100%) dan
Posyandu sebanyak 287 buah.
Desa/Kelurahan siaga adalah desa/kelurahan yang penduduknya memiliki
kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 116
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar, utamanya lima program prioritas yang meliputi (KB, KIA, GIZI,
Imunisasi dan penanggulangan diare dan ISPA) degan tujuan mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
a. Persentase Posyandu Aktif
Jumlah posyandu di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebanyak 287
posyandu dengan kategori pratama sebesar 17,07% (49 posyandu), kategori
madya sebesar 28,92% (83 posyandu), kategori purnama sebesar 39,02%
(112 posyandu), kategori mandiri sebesar 14,98% (43 posyandu).
Perkembangan stata Posyandu dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Profil Kesehatan Kota Salatiga 117
a. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau cakupan kelima kegiatan utamanya dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Posyandu
yang mencapai strata purnama pada tahun 2013 sebanyak 112 posyandu
Pratama Madya Purnama Mandiri
2009 7.6 41.8 41.5 9.02
2010 8.87 43.62 36.52 10.99
2011 14.13 30.04 40.28 15.55
2012 18.73 26.5 38.87 15.9
2013 17.07 28.92 39.02 14.98
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Gambar 5.1. Strata Posyandu Kota Salatiga Th.2008-2013
2009 2010 2011 2012 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 118
(39,02%) meningkat bila dibandingkan tahun 2012 mencapai 110 posyandu
(38,87%),
b. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang
atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
lebih dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Pada tahun 2013 jumlah
Posyandu mandiri sebesar 43 buah (14,98%).
B. TENAGA KESEHATAN
15
2531
44 45 43
0
10
20
30
40
50
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar. 5.2.Jumlah Posyandu Mandiri Kota Salatiga Tahun 2008-2013
Jml PosyanduMandiri
Profil Kesehatan Kota Salatiga 119
1. Persebaran Tenaga Kesehatan
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dilakukan melalui perbaikan
fisik dan penambahan sarana prasarana, penambahan peralatan dan ketenagaan
serta pemberian biaya operasional dan pemeliharaan. Namun dengan semakin
tingginya pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tuntutan masyarakat akan
mutu pelayanan semakin meningkat. Untuk itu dibutuhkan tenaga kesehatan
yang terampil dan mempunyai kompetensi serta professional.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan pelatihan-pelatihan guna
meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan kepada masyarakat.
Jumlah tenaga kesehatan di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebanyak
382 pegawai. Secara kuantitatif jumlah tersebut sudah mencukupi kebutuhan
tenaga Kesehatan di Kota Salatiga, tetapi secara kualitatif masih dibutuhkan
tenaga dengan kualifikasi tertentu, misalnya dokter gigi, dan bidan. Demikian
juga persebaran yang tidak merata pada sarana pelayanan Kesehatan yang ada
di wilayah Kota Salatiga. Persebaran tenaga Kesehatan di Dinas Kesehatan dan
jaringannya pada tahun 2013 dapat dilihat pada gambar berikut:
Profil Kesehatan Kota Salatiga 120
Gambar. 5.3. Persebaran Pegawai Di Sarana Pelayanan Kesehatan Di
Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2013
2. Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk
a. Rasio Tenaga Dokter Spesialis
Jumlah Dokter Spesialis di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebanyak
52 orang dengan rasio per 100.000 penduduk sebesar 27,04 (jumlah
penduduk 192.291 jiwa), tahun 2012 rasio per 100.000 penduduk sebesar
24,6 ( jumlah penduduk 187.132). Rasio tersebut telah melampaui target
Indonesia Sehat 2010 dan standar dari WHO sebesar 6 Per 100.000
penduduk.
DKKPkm.Teg
alrejoPkm.mangunsari
Pkm.Kalicacin
g
Pkm.Cebongan
Pkm.Sid.Kidul
Pkm.Sid.Lor
BKPM
MEDIS 11 6 8 5 10 8 9 5
PARAMEDIS 70 19 18 19 42 29 33 17
NON MEDIS 24 5 5 6 9 4 9 11
0
10
20
30
40
50
60
70
80
MEDIS
PARAMEDIS
NON MEDIS
Profil Kesehatan Kota Salatiga 121
b. Rasio Tenaga Dokter Umum
Rasio Dokter Umum per 100.000 penduduk tahun 2013 sebesar
56,68 dan tahun 2012 sebesar 59,9. Rasio tersebut telah melampaui target
nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk.
c. Rasio Tenaga Dokter Gigi
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Rasio dr. spesialis 14.14 14.95 11.97 15.88 18.9 35.3 24.6 27.04
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Gambar 5.4 Rasio dr. Spesialis di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Rasio dr umum 53.9 53.8 50.3 52.3 56.1 60 59.9 56.7
44464850525456586062
Gambar 5.5. Rasio Dokter Umum di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 122
Rasio dokter gigi di Kota Salatiga per 100.000 penduduk tahun
2013 sebesar 13,0 sedangkan tahun 2012 sebesar 15,5. Pada tahun
2009 sebesar 15,2 (26 drg), tahun 2010 sebesar 16,1 (29 dokter gigi),
dan tahun 2011 sebesar 9,5 (20 dokter gigi). Rasio tersebut menurun
dan masih dibawah target nasional sebesar 11 per 100.000 penduduk.
d. Rasio Tenaga Bidan
Jumlah tenaga bidan di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebesar 135
orang dengan rasio terhadap 100,000 penduduk sebesar 70,21. Pada tahun
2012 sebesar 132 bidan dengan rasio terhadap 100.000 penduduk sebesar
55. Ratio tahun 2009 sebesar 59,4 (101 bidan), tahun 2010 sebesar
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Rasio Drg 15.57 15.54 13.58 15.2 16.1 9.5 15.5 13
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Gambar 5.6 Rasio Dokter Gigi di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 123
60,2 (114 bidan), dan tahun 2011 sebesar 47 (112 bidan). Rasio tersebut
masih di bawah target nasional sebesar 100 per 100.000 penduduk.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
1. Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan dan RSU
anggaran kesehatan bersumber APBD Kota Salatiga tahun 2013 sebesar
Rp.60.780.575.046,- dari total APBD Kota Salatiga sebesar
Rp.855.343.918.000,- atau sekitar 9,27 %. Tahun 2012 jumlah anggaran
belanja langsung kesehatan sebesar Rp. 72.264.494.000,- dari anggaran
belanja keseluruhan Kota Salatiga sebesar Rp. 628.860.331.000,- atau sebesar
11,49%. Apabila dihitung dengan belanja tidak langsung maka prosentase
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Rasio Bidan 26.34 26.31 24.89 59.4 60.2 47 55 70.21
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Gambar 5.7. Rasio Bidan di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
Profil Kesehatan Kota Salatiga 124
anggaran kesehatan terhadap total APBD Kota Salatiga sebesar 18,56%. Pada
tahun 2009, jumlah anggaran belanja langsung kesehatan sebesar Rp.
32.293.887.896 (6,66%) dari anggaran belanja keseluruhan Kota Salatiga
sebesar Rp.485.111.548.463. Tahun 2010 jumlah anggaran belanja langsung
Kesehatan sebesar Rp. 30.961.690.159,-( 6,79%) dari anggaran belanja
keseluruhan Kota Salatiga sebesar Rp. 405.276.646.000,-, dan tahun 2011
sebesar Rp. 30.644.409.900 (6,32%) dari anggaran belanja keseluruhan
sebesar Rp.429.996.499.000.
2. Pembiayaan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Perorangan
a. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Miskin dan
Masyarakat Rentan
Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin
dan Rentan merupakan proposisi masyarakat miskin dan masyarakat rentan
yang terlindungi oleh JPK (subsidi pemerintah dan Pemda). Diperoleh dari
jumlah masyarakat miskin dan masyarakat rentan yang memiliki kartu
Askeskin/JPK Maskin per jumlah seluruh masyarakat miskin/rentan.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 125
Jumlah masyarakat miskin Kota Salatiga tahun 2013
berdasarkan data sasaran peserta Jamkesmas dan JKMMS (Jamkesda)
Kota Salatiga sebesar 61.158 jiwa. Tahun 2013 jumlah peserta Asusarnsi
Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin) sebesar 37.813 jiwa (19,7 %) dari
jumlah penduduk 192.291 jiwa. Sedangkan peserta Jaminan Kesehatan
Daerah (Jamkesda) sebesar 23.345 jiwa ( 12,15%).
Pembiayaan peserta Jamkesmas oleh APBN dan peserta
Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Salatiga (JKMMS) atau Jamkesda
oleh APBD Kota Salatiga.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 126
BAB VI KESIMPULAN
A. DERAJAT KESEHATAN
a. Mortalitas/Angka Kematian
i. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 7,4 per
1000 kelahiran hidup (21 kasus),meningkat pada tahun 2012 meningkat
menjadi 11,4 per 1000 kelahiran hidup (31 kasus) dan tahun 2013 sebesar
16,0 per 1000 kelahiran hidup (40 kasus).
ii. Angka Kematian Balita (AKABA) di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 7,79
per 1000 Kelahiran hidup (22 kasus)meningkat pada tahun 2012 sebesar
12,5 per 1000 Kelahiran hidup (34 kasus) dan tahun 2013 sebesar 17,15
per 1000 kelahiran hidup (43 kasus).
iii. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 212,5 per
100.000 kelahiran hidup (6 kasus), tahun 2012 sebesar 73,4 per 100.000
kelahiran hidup (2 kasus) dan tahun 2013 sebesar 279,2 per 100.000
kelahiran hidup (7 kasus)
b. Angka Kesakitan
Profil Kesehatan Kota Salatiga 127
i. Pada Tahun 2013 di Kota Salatiga ditemukan penderita AFP sebanyak 5
kasus, sedangkan KLB yang terjadi adalah kasus chikungunya, keracunan
makanan, Diphteri, dan Dengue Shock Syndrome.
ii. Jumlah penderita TB Paru BTA (+) yang diobati dan sembuh tahun 2011
sebanyak 35 (63,64%) penderita dari 55 penderita dan tahun 2012
sebesar 166 (69,17%) penderita dari 240 penderita serta tahun 2013
sebesar 155 (76,73%) penderita dari 202 penderita.
iii. Penderita pnemounia yang ditemukan dan ditangani tahun 2011 sebesar
414 (41,8%) dari perkiraan penemuan penderita yang ditargetkan sebesar
990 penderita, tahun 2012 sebesar 417 (33,28%) dari jumlah diperkirakan
sebesar 1.253 dan tahun 2013 sebesar 544 (44%) dari jumlah diperkirakan
sebesar 1.225 penderita.
iv. Kasus baru HIV/AIDS tahun 2011 sebanyak 6 kasus, tahun 2012
sebanyak 17 kasus, dan tahun 2013 sebanyak 14 kasus dan
keseluruhannya sudah mendapatkan penanganan sesuai standar.
v. Pada tahun 2011 ditemukan kasus IMS sebanyak 1.175 penderita, tahun
2012 sebanyak 953 penderita, dan tahun 2013 sebanyak 1.337 penderita
dan seluruhnya mendapat pengobatan.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 128
vi. Penderita DBD yang ditangani pada tahun 2011 sebesar 13 kasus,dan tahun
2012 sebanyak 24 kasus, dan tahun 2013 sebanyak 61 kasus dan semua
kasus sudah ditangani sesuai dengan standar.
vii. Jumlah penderita diare balita yaitu tahun 2011 sebanyak 7.654 kasus,
tahun 2012 sebanyak 5.766 kasus, dan tahun 2013 sebanyak 4.745 kasus
dan keseluruhannya telah mendapatkan penanganan.
viii. Jumlah kasus PD3I yang ditemukan yaitu penderita campak pada tahun
2011 sebesar 168 kasus, tahun 2012 sebesar 64 kasus, dan tahun 2013
ditemukan 1 kasus dhipteri.
c. Angka Status Gizi Masyarakat
i. Cakupan kunjungan neonatus di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 95,7%,
tahun 2012 sebesar 99,19%, dann tahun 2013 sebesar 95,53%.
ii. Cakupan kunjungan bayi di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 95,7%, tahun
2012 sebesar 111,03%, dan tahun 2013 sebesar 95,33%.
iii. Jumlah BBLR tahun 2011 sebesar 84 kasus (3,4%), tahun 2012 meningkat
menjadi 150 bayi (5,50%) dan tahun 2013 sebesar 138 (5,5%).
iv. Kasus gizi buruk tahun 2011 sebanyak 2 kasus (0,02%) dan tahun 2012
sebanyak 3 kasus (0,03%) dan tahun 2013 sebanyak 2 kasus (0,03%).
Profil Kesehatan Kota Salatiga 129
v. Kota Salatiga dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 dengan empat (
4 ) kecamatannya sudah bebas dari rawan pangan dan gizi.
D. SITUASI UPAYA KESEHATAN
11) Pelayanan Kesehatan
a. Pelayanan Kesehatan Ibu
i. Cakupan K4 di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 96,6%, tahun 2012
sebesar 95,44%, dan tahun 2013 sebesar 93,46%.
ii. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kota
Salatiga tahun 2011 sebesar 94,8%, tahun 2012 sebesar 95%, dan
tahun 2013 sebesar 99,96%.
iii. Cakupan pemberian Vitamin A bagi ibu nifas di Kota Salatiga tahun
2011 sebesar 89,66%, tahun 2012 sebesar 95%, dan tahun 2013
sebesar 99,92%.
iv. Cakupan ibu hamil resti dan komplikasi yang ditangani tahun 2011
sebesar 77,3%, tahun 2012 sebesar 42,5%, dan tahun 2013 sebesar
100%.
v. Capaian Fe 1 dan Fe 3 di Kota Salatiga tahun 2011 untuk Fe-1
sebesar 95,55% dan Fe-3 sebesar 96,29%, tahun 2012 Fe-1 sebesar
Profil Kesehatan Kota Salatiga 130
96,66% dan Fe-3 sebesar 95,57%., dan tahun 2013 Fe-1 sebesar
95,49% dan Fe-3 sebesar 88,86%.
b. Pelayanan Kesehatan Anak
i. Cakupan kunjungan neonatus di Kota Salatiga pada tahun 2011
sebesar 2.701 (95,7%), tahun 2012 sebesar 99,19% , dan tahun
2013 sebesar 95,53%.
ii. Cakupan kunjungan bayi Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 95,68% ,
tahun 2012 sebesar 111,03%, dan tahun 2013 sebesar 93,66%.
iii. Cakupan neonatal resti yang tertangani pada tahun 2011 sebesar
28,3%, tahun 2012 sebesar 42,36%, dan tahun 2013 sebesar
97,06%..
iv. Balita di Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 12.252 dan yang
mendapat pelayananan kesehatan sebesar 9.847 (80,37%), tahun
2012 sebesar 12.529 dan yang mendapatkan pelayanan kesehatn
sebesar 10.121 (80,8%), dan tahun 2011 sebesar 5.395 (53%) dari
10.182 balita yang ada.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 131
v. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan anak pra
sekolah di Kota Salatiga pada tahun 2012 sebesar 22,6% dan tahun
2011 sebesar 46,88%,
vi. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI oleh tenaga
kesehatan/ guru UKS / kader kesehatan sekolah pada tahun 2011
sebesar 3,169 siswa (100%), tahun 2012 sebesar 3.324 siswa
(100%), tahun 2013 sebesar 3.554 siswa (100%)
vii. Cakupan pemeriksaan kesehatan remaja Kota Salatiga pada tahun
2011 sebesar 98% (8.145 siswa dari 8.249 siswa), tahun 2012
sebesar 94,25% ( 8.117 siswa dari 8.612 siswa) dan tahun 2013
sebesar 78%.
3) Pelayanan Gizi
i. Capaian D/S di Kota Salatiga pada tahun 2011 sebesar 80,1%, tahun
2012 sebesar 77%, dan tahun 2013 sebesar 74,5%
ii. Tahun 2013 balita yang ditimbang sebanyak 9.125 balita dan yang
naik timbangannya sebanyak 6.65 balita (72,9%), tahun 2012 balita
yang ditimbang sebanyak 9.647 balita dan yang naik timbangannya
sebanyak 7.160 balita (74,2%).
Profil Kesehatan Kota Salatiga 132
iii. Jumlah balita di bawah garis merah di Kota Salatiga tahun 2011
sebesar 2,1% (213 balita), tahun 2012 sebesar 1,5% (140 balita), dan
tahun 2013 sebesar 1,2 % (102 balita).
iv. Capaian balita mendapat kapsul vitamin A pada tahun 2011 balita
dapat Vitamin A sebesar 99,48% (10.129 balita) dan ibu nifas
89,66% (2.671 bufas), dan tahun 2012 balita dapat Vitamin A
sebesar 99,09% (10.416 balita) dan ibu nifas 95,98% (2.752 bufas),
tahun 2013 balita dapat Vitamin A sebesar 99,8% (10.353 balita) dan
ibu nifas 99,92% (2.526 bufas).
v. Cakupan ibu hamil mendapat Fe3 di Kota Salatiga tahun 2011
manjadi 96,29%, tahun 2012 sebesar 95,57%, dan tahun 2013
sebesar 88,86%.
vi. Capaian ASI Eksklusif di Kota Salatiga pada tahun 2011 sebesar
48,03%, tahun 2012 sebesar 45,12%, dan tahun 2013 sebesar
46,60%.
vii. Cakupan bayi BGM Gakin mendapatkan MP-ASI di Kota Salatiga pada
tahun 2011 sebesar 100%, dan tahun 2012 sebesar 79,74%, dan
tahun 2013 tidak ada kegiatan tersebut dikarenakan terdapat
kesalahan petunjuk teknis pengadaan MP-ASI.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 133
viii. Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan tahun 2006
sampai dengan 2013 sebesar 100 %.
ix. Berdasarkan jumlah sampel rumah tangga yang dipantau, persentase
rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di Kota Salatiga
pada tahun 2011 sebesar 100%, tahun 2012 sebesar 87,8%, dan
tahun 2013 sebesar 93,60%.
x. Dari 1.136 sampel rumah tangga di Kota Salatiga terdapat 52,82%
keluarga sudah mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah
gizi pada setiap anggota keluarganya (Kadarzi).
4) Pelayanan Keluarga Berencana
i. Jumlah peserta KB Baru Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 9,86%
(2.824 akseptor), tahun 2012 sebesar 17,2% yaitu sebesar 5.075
akseptor dan tahun 2011 sebesar 19,4% (5.469 akseptor).
ii. Pada tahun 2011 cakupan peserta KB aktif sebesar 76,84%, tahun
2012 sebesar 90,63%, dan tahun 2013 sebesar 69,63%.
5) Pelayanan Imunisasi
Profil Kesehatan Kota Salatiga 134
i. Cakupan desa/kelurahan UCI di Kota Salatiga sejak tahun 2010,
samapi dengan tahun 2013 sebesar 100% (22 Kelurahan) artinya
semua kelurahan yang ada di wilayah Kota Salatiga sudah UCI.
ii. Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi telah mencapai standar 80 %
yaitu tahun 2011 sebesar 96,7%, tahun 2012 sebesar 108,6%, dan
tahun 2013 sebesar 115,56%.
iii. DO Imunisasi pada tahun tahun 2011 sebesar 3,4 %. tahun 2012
sebesar 0,4%, dan tahun 2013 sebesar -4,85%.
iv. Jumlah ibu hamil tahun 2013 3.151 yang mendapat TT I sebesar 850
(27%), TT2 sebesar 803 (25,5%),TT-2+ sebesar 949 (30,1%).
6) Pelayanana Kesehatan Gigi
i. Pada tahun 2011 di Kota Salatiga rasio tumpatan dan pencabutan gigi
sebesar 1,03 % , tahun 2012 sebesar 1,04%. Dan tahun 2013 sebesar
1,49%.
ii. Persentase murid SD/MI di Kota Salatiga pada tahun 2011 yang
mendapatkan pemeriksaan gigi dan mulut sebesar 100 %, ,tahun 2012
sebesar 96,6%, dan tahun 2013 sebesar 100%
7) Pelayanan Kesehatan Usia Lajut
Profil Kesehatan Kota Salatiga 135
i. Cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut di Kota
Salatiga pada tahun 2011 sebesar 70,92%, tahun 2012 sebesar 72,29%
dan tahun 2013 sebesar 72,19%.
8) Pelayanan Gawat Darurat Dan KLB
i. Data frekuensi KLB penyakit menular, keracunan makanan dan bencana
alam di Kota Salatiga terjadi tahun 2011 terjadi 2 KLB keracunan susu
yaitu di kelurahan Blotongan dan Kelurahan Kalicacing. Pada tahun 2012
terjadi KLB chikungunya di 2 kelurahan dan KLB keracunan susu di 1
kelurahan. Tahun 2013 terjadi 4 KLB yaitu chikungunya, keracunan
makanan, Diphteri, dan Dengue Shock Syndrome.
9) Pelayanan Kesehatn Kerja
i. Cakupan pekerja pada industri informal dan yang mendapat pelayanan
kesehatan kerja di Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 40,19%
(95.502 dari 13.689).
Profil Kesehatan Kota Salatiga 136
ii. Cakupan pelayanan kesehatan pada pekerja di sektor formal di Kota
Salatiga tahun 2013 sebesar 13,70% (2.573 dari 18.783 pekerja).
E. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
a. Pada Tahun 2011 di Kota Salatiga cakupan kunjungan rawat jalan di sarana
kesehatan sebesar 407.936 kunjungan, tahun 2012 sebesar 451.183
kunjungan, dan tahun 2013 sebanyak 457.591 kunjungan.
b. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan tahun 2011 sebesar 25.023
kunjungan, tahun 2012 sebanyak 25.986 kunjungan dan tahun 2013
sebanyak 25.735 kunjungan.
c. Cakupan pelayanan kesehatan jiwa di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 2.896
pasien, tahun 2012 sebesar 3.621 pasien, dan tahun 2013 sebesar 5.523
kunjungan.
d. Persentase rata-rata pemakaian tempat tidur RSU Pemerintah di Kota Salatiga
pada tahun 2013 sebesar 53,76%.
e. Rata-rata lama rawat seorang pasien di RSU Pemerintah Kota Salatiga tahun
2013 sebanyak 2,27 hari.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 137
f. Capaian Turn Of Internal (TOI) rumah sakit umum pemerintah Kota Salatiga
pada tahun 2013 sebesar 1,95 hari
F. PERILAKU MASYARAKAT
a. Data hasil pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga pada tahun 2013 yang
dilakukan terhadap 1.938 rumah tangga sebanyak 1.814 (93,6%) sudah ber
PHBS.
G. PEMBINAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR
a. Pada tahun 2011 cakupan rumah sehat sebesar 62,4% dengan memiliki akses
terhadap air bersih sebesar 82,1%, tahun 2012 cakupan rumah sehat sebesar
71,3% dengan akses terhadap air bersih sebesar 78,1%, dan tahun 2013
cakupan rumah sehat sebesar 74,57% dengan akses terhadap air bersih
sebesar 89,4%.
b. Sarana sanitasi dasar di Kota Salatiga tahun 2011 jamban sehat sebesar
76,6%, tempat sampah sebesar 60,31 % dan pengelolaan air limbah yang
Profil Kesehatan Kota Salatiga 138
memenuhi syarat sebesar 56,5%, tahun 2012 jamban sehat sebesar 92%,
tempat sampah sebesar 96,3% dan pengelolaan air limbah yang memenuhi
syarat sebesar 67,1%, dan tahun 2013 jamban sehat sebesar 79,89%, tempat
sampah sebesar 70,22% dan pengelolaan air limbah yang memenuhi syarat
sebesar 75,48%.
c. Cakupan tempat-tempat umum yang diperiksa dan yang memenuhi syarat
kesehatan pada tahun 2011 sebesar 93,06% (416 TUPM), tahun 2012
sebesar 87,34%, dan tahun 2013 sebesar 85,51%.
d. Pada tahun 2011 cakupan pembinaan kesehatan lingkungan di institusi di Kota
Salatiga sarana kesehatan 83,0 %, sarana pendidikan 95,6 %, sarana ibadah
53,4 % dan perkantoran 55,9 %, tahun 2012 cakupan pembinaan kesehatan
lingkungan di institusi di Kota Salatiga sarana kesehatan 86,1 %, sarana
pendidikan 95,7 %, sarana ibadah 86,6 % dan perkantoran 92 %, dan tahun
2013 cakupan pembinaan kesehatan lingkungan di institusi di Kota Salatiga
sarana kesehatan 94,3%, sarana pendidikan 96,2%, sarana ibadah 84,6%
dan perkantoran 88,2 %.
e. Cakupan rumah bebas jentik nyamuk aedes aegypti di Kota Salatiga tahun
2011 sebesar 79,42% , tahun 2012 sebesar 93,35%, dan tahun 2013
sebesar 84,27%.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 139
H. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
1. SARANA KESEHATAN
a. Ketersediaan obat tahun 2013 sebesar 94%, obat esessial sebesar 94%,
obat geberik sebesar 95% obat narkotika dan psikotropika sebesar 100%.
b. Tahun 2013 penulisan resep obat generik di Kota Salatiga mencapai
sebesar 95 %.
c. Keseluruhan RS yang ada di Kota Salatiga pada tahun 2013 sudah
menyelenggarakan 4 pelayanan kesehatan spesialis dasar.
d. Jumlah puskesmas di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebanyak 6
puskesmas dan sudah dapat memenuhi kebutuhan penduduk Kota
Salatiga.
e. Sarana pelayanan kesehatan pemerintah di Kota Salatiga tahun 2013 terdiri
2 RSU pemerintah, 1 RS Khusus pemerintah, 1 Puskesmas Perawatan, 5
Puskesmas Non Perawatan, 22 Pustu, dan sarana pelayanan kesehatan
Profil Kesehatan Kota Salatiga 140
swasta yang terdiri RSU sebanyak 3 buah, RSB 1 buah, RB, BP/ Klinik,
Apotek, Toko obat dan Praktek dokter perorangan.
f. UKBM di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebanyak 309 buah yang terdiri
dari posyandu sebesar 287 posyandu dan kelurahan siaga sebanyak 22
kelurahan.
2. Tenaga Kesehatan
a. Jumlah tenaga kesehatan di Kota Salatiga pada tahun 2011 sebanyak 967
pegawai yang tersebar di DKK, Puskesmas, Rumah Sakit dan Institusi
kesehatan lainnya, tahun 2012 sebanyak 1.210 pegawai, dan tahun 2013
sebanyak 1.544 tenaga di fasilitas kesehatan dengan tenaga kesehatan
sebesar 1.374 dan non kesehatan 170 tenaga .
b. Rasio tenaga dokter spesialis tahun 2013 ratio dokter spesialis sebesar
27,04, dokter umum 56,68 dan dokter gigi sebesar 13 per 100.000
penduduk.
c. Rasio tenaga bidan tahun 2013 sebesar 70,21 % dan tahun 2012
sebesar 55 per 100.000 penduduk.
I. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Profil Kesehatan Kota Salatiga 141
a. Pada tahun 2010 di Kota Salatiga besarnya pembiayaan kesehatan di Dinas
Kesehatan Kota Salatiga sebesar 6,6 % pada tahun 2010, tahun 2011
menjadi 6,32%, tahun 2012 sebesar 18,56% , dan tahun 2013 sebesar
9,27 % dari total APBD Kota Salatiga.
b. Jumlah masyarakat miskin Kota Salatiga Tahun 2012 yang menjadi peserta
Jamkesmas sebanyak 37.813 jiwa, masyarakat miskin yang menjadi peserta
Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) sebanyak 23.345 jiwa.
Demikian gambaran hasil pembangunan kesehatan di Kota Salatiga tahun
2013 sebagai wujud nyata kinerja seluruh jajaran sektor kesehatan dan non kesehatan
di Kota Salatiga dalam upaya mewujudkan kesehatan masyarakat Kota Salatiga.
Profil Kesehatan Kota Salatiga 142