kasus emon forensik

12
Risa Esa Nanda Putra Kesimpulan : Kita semua mengetahui bahwa pelecehan seksual terhadap anak - anak di Indonesia akhir - akhir ini semakin marak. Pelecehan seksual terhadap anak - anak ini seperti fenomena gunung es, karena banyaknya korban yang tidak mau melapor karena malu. Contoh kasus yang baru - baru ini terjadi adalah kasus Emon. Andri Sobari alias Emon adalah pelaku pelecehan seksual terhadap anak - anak yang korbanya mencapai 110 anak. Dengan klasifikasi sebagai berikut: 18 anak sudah disodomi, 33 orang dicabuli, 10 orang dirayu untuk dicabuli 1 orang dianiaya dan yang lainnya masih dalam pemeriksaan polisi. Emon adalah pemuda berusia 24 tahun dari sukabumi, bekerja sebagai buruh pabrik, waktu sekolah dulu mempunyai akademis yang baik, mempunyai kepribadian lugu dan pendiam, dari kecil menjadi tulang punggung keluarga. Hasrat Emon menjadi pelaku semenjak Ia berusia 11 tahun karena mengalami kekerasan seksual. Kasus Emon ini adalah termasuk kasus pelecehan seksual terbesar di Indonesia maka dari itu pemerintah kota Sukabumi sampai membuat Surat Keputusan Wali Kota Nomor 92 tanggal 2 Mei 2014 tentang Pencegahan dan Penanganan Dampak Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Sukabumi. Emon dijatuhi sanksi pidana yaitu pasal 82 dan pasal 292.

Upload: rrarumramadhyansuryandari

Post on 19-Jan-2016

74 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pedofilia

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Emon Forensik

Risa Esa Nanda Putra

Kesimpulan : Kita semua mengetahui bahwa pelecehan seksual terhadap anak - anak di Indonesia akhir - akhir ini semakin marak. Pelecehan seksual terhadap anak - anak ini seperti fenomena gunung es, karena banyaknya korban yang tidak mau melapor karena malu. Contoh kasus yang baru - baru ini terjadi adalah kasus Emon. Andri Sobari alias Emon adalah pelaku pelecehan seksual terhadap anak - anak yang korbanya mencapai 110 anak. Dengan klasifikasi sebagai berikut: 18 anak sudah disodomi, 33 orang dicabuli, 10 orang dirayu untuk dicabuli 1 orang dianiaya dan yang lainnya masih dalam pemeriksaan polisi. Emon adalah pemuda berusia 24 tahun dari sukabumi, bekerja sebagai buruh pabrik, waktu sekolah dulu mempunyai akademis yang baik, mempunyai kepribadian lugu dan pendiam, dari kecil menjadi tulang punggung keluarga. Hasrat Emon menjadi pelaku semenjak Ia berusia 11 tahun karena mengalami kekerasan seksual. Kasus Emon ini adalah termasuk kasus pelecehan seksual terbesar di Indonesia maka dari itu pemerintah kota Sukabumi sampai membuat Surat Keputusan Wali Kota Nomor 92 tanggal 2 Mei 2014 tentang Pencegahan dan Penanganan Dampak Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Sukabumi. Emon dijatuhi sanksi pidana yaitu pasal 82 dan pasal 292.

Page 2: Kasus Emon Forensik

TEMPO.CO, Sukabumi - Pemerintah Kota Sukabumi menetapkan kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh Andri Sobari alias Emon, 24 tahun, tersangka kasus sodomi puluhan anak, sebagai kejadian luar biasa (KLB). Pasalnya, korban dalam kasus sodomi yang terjadi di wilayah Kota Sukabumi ini banyak dan berlangsung dalam kurun waktu tidak terlalu lama.

"Karena banyaknya korban pencabulan dan sodomi ini, saya tetapkan peristiwa ini menjadi KLB," kata Wali Kota Sukabumi H. Muhammad Muraz saat ditemui di aula utama Pemerintah Kota Sukabumi, Senin, 5 Mei 2014.

Ia mengatakan, setelah Kota Sukabumi ditetapkan menjadi KLB, pihaknya langsung memberikan pelayanan satu atap terhadap semua yang menjadi korban tindak kekerasan seksual yang dilakukan oleh Emon. "Kami membuka pelayanan satu atap dalam penanganan kasus ini," katanya. (Baca:Pemuda di Sukabumi, Emon, Sodomi 47 Bocah)

Menurut dia, pemerintah Sukabumi pun telah mengeluarkan Surat Keputusan Wali Kota Nomor 92 Tanggal 2 Mei 2014 tentang Pencegahan dan Penanganan Dampak Kekerasan Seksual terhadap Anak di Kota Sukabumi. "SK Ini dibuat khusus setelah munculnya korban kekerasan seksual dan pencabulan yang terjadi di wilayah Kota Sukabumi," katanya.

"Kami pun tidak menyangka kasus yang banyak dan mencuat bagai fenomena gunung es ini terjadi di Sukabumi dengan korban anak mencapai puluhan," kata Wali Kota.

Page 3: Kasus Emon Forensik

Kasus Emon Dorong Lahirnya Raperda Pencegahan Kekerasan Seksual AnakNewswire

Share: Twitter | Facebook | Follow Us | Mail

Bisnis.com, SUKABUMI

- Pascaterungkapnya kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh AS alias Emon dengan jumlah

korban mencapai puluhan anak, DPRD Kota Sukabumi segera membuat Raperda Pencegahan dan

Penanggulangan Kekerasan Seksual terhadap anak.

"Kami cukup tercengang dengan adanya kasus seperti ini di Kota Sukabumi, bahkan tidak menyangka

daerah sekecil ini ada seorang pedofil yang telah merusak masa depan anak-anak," kata Ketua Fraksi

PDI Perjuangan DPRD Kota Sukabumi Tatan Kustandi kepada Antara, Selasa (6/5/2014).

Untuk itu, katanya, pihak legislatif akan mendorong pembuatan raperda tersebut.

Menurut Tatan, dipastikan seluruh fraksi di DPRD setuju dan pihaknya juga mendorong Pemkot

Sukabumi untuk segera merealisasikan.

Selain itu, saat ini Wali Kota Sukabumi juga sudah menerbitkan SK Wali Kota nomor 92 tahun 2014

tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan Seksual Kepada Anak pasca terungkapnya kasus

Emon ini.

Page 4: Kasus Emon Forensik

Lebih lanjut, perda tersebut tujuannya untuk menunjang dan mensinkronisasikan dengan Undang-

Undang Perlindungan Anak. Selain itu dengan adanya perda ini diharapkan bisa mempercepat dalam

melakukan pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual terhadap anak.

"Jika sudah ada perda tersebut, kami akan merealisasikannya dengan cara sosialisasi kepada sekolah

dan masyarakat agar bisa mencegah oknum yang ingin melakukan perbuatan bejat tersebut kepada

anak-anak," tambahnya.

Tatan mengatakan untuk pencegahan dini pihaknya akan melakukan berbagai metode pendekatan

seperti memberikan perhatian kepada anak-anak agar seluruh tempat bermainnya aman dari tindakan

kekerasan orang dewasa.

Selain itu, peran keluarga, masyarakat dan sekolah sampai pemerintah pun harus sangat berperan,

karena setiap anak harus dilindungi secara total baik di rumah, tempat bermain, masyarakat sampai

sekolah pun harus aman.

"Untuk para korban, kami juga mengimbau kepada pemerintah khususnya satgas terpadu yang

melakukan penanggulangan kekerasan seksual agar memberikan terapi hingga sembuh," kata Tatan

yang juga menjabat Wakil Ketua Komisi III bidang Kesra DPRD Kota Sukabumi.

Page 5: Kasus Emon Forensik

Solopos.com, SUKABUMI–Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Jawa Barat menyebutkan sebagian

korban kejahatan seksual yang dilakukan AS alias Emon di Sukabumi, mengalami sodomi, sementara

sebagian lagi mengalami pelecehan seksual.

“Kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap puluhan anak yang melapor mengalami kekerasan

seksual oleh Emon, karena ada beberapa korban mendapatkan perlakuan tidak senonoh oleh tersangka

seperti dipeluk atau pelecehan seksual lainnya tetapi tidak disodomi,” kata Kepala Dinkes Kota

Sukabumi, Rita Neni, Rabu (7/5/2014).

Ia menambahkan, dari hasil pemeriksaan sementara kepada beberapa korban ditemukan ada

mengalami kerusakan pada anusnya.

Menurut Rita, pemeriksaan terhadap korban terus dilakukan secara berkelanjutan seperti pemeriksaan

fisik maupun kejiwaannya dengan tujuan untuk mengetahui seberapa parah luka yang diderita oleh

para korban.

Namun, pihaknya sampai saat ini belum menemukan adanya korban yang tertular atau mengindap

penyakit menular seksual seperti herpes atau HIV. Kondisi kesehatan mereka sampai saat ini masih

cukup baik hanya saja kejiwaannya yang terguncang seperti trauma.

“Para korban selain mendapatkan pemeriksaan secara fisik juga kejiwaannya, karena di tempat

pemeriksaan terpadu tersebut sudah ada psikolog dan psikiater dan pemeriksaan kesehatan dan

pedampingan secara kejiwaan mereka akan terus dilakukan sampai beban traumatiknya sembuh,”

tambahnya.

Hasil pemeriksaan tersebut sudah dilaporkan kepada pihak kepolisian dari Polres Sukabumi Kota,

sementara untuk hasil pemeriksaan kesehatan dan kejiwaan tersangka AS sampai saat ini masih dalam

kondisi baik. Namun, untuk tes kesehatan lainnya masih menunggu hasil uji laboratorium.

Page 6: Kasus Emon Forensik

BOGOR, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto mengatakan, kejahatan seksual yang dilakukan Emon di Sukabumi merupakan kasus yang luar biasa, bahkan jumlah korbannya tertinggi di Indonesia.

Susanto menjelaskan, sejak KPAI berdiri tahun 2003, belum satu pun menemukan pelaku yang melakukan kekerasan seksual sampai sejumlah yang dilakukan Emon.

"Paling 2 hingga 3 orang, tapi Emon luar biasa bahkan prediksi dari Kapolres Sukabumi sendiri bisa mencapai ratusan. Ini tertinggi di antara kejahatan yang lain," ucapnya seusai meninjau pelaksanaan Ujian Nasional (UN) di Lapas Pondok Rajeg Kelas II A Cibinong, Kabupaten Bogor, Selasa (6/5/2014).

Dia menambahkan, pemerintah perlu melakukan pengembangan sistem deteksi dini terkait soal kekerasan seksual.

"Selama ini setelah ada kasus yang dilaporkan ke pihak polisi, baru itu diangkat sebagaiconcern. Padahal seharusnya tidak seperti itu," ujarnya.

Hasil temuan dan kasus yang dilakukan KPAI, lanjut Susanto, akan diberikan sebagai masukan kepada presiden agar ada upaya konkrit ke depan terhadap perbaikan sistem perlindungan anak di Indonesia.

Namun tampaknya, sistem perlindungan anak di Indonesia masih terganjal. Sebab perspektif perlindungan anak belum bisa banyak diterima kalangan masyarakat, termasuk pendidik itu sendiri.

Bahkan sebagian masyarakat dan pendidik mengatakan, kehadiran undang-undang perlindungan anak sebagai ancaman.

"Ini merupakan tantangan KPAI. Padahal dalam Pasal 54 Undang-undang Dasar Perlindungan Anak menyatakan anak harus bebas dari kekerasan di lingkungan," pungkasnya.

Page 7: Kasus Emon Forensik

JAKARTA-Tersangka pelecehan seksual Andi Sobari alias Emon (24) mencatat nama korban, tempat

serta waktu melakukan perbuatan kejinya itu di buku harian (diary)-nya. ”Dia (Emon) punya catatan

di buku hariannya. Ada nama korban, tempat, dan waktu,” kata Ketua Komisi Nasional Perlindungan

Anak Arist Merdeka Sirait ditemui wartawan di selasela sebuah acara di Jakarta Selatan, Rabu (7/5).

Karenanya, Arist mengatakan, ketika ada 35 korban yang mela por sekaligus, Emon pun masih hafal

dengan para korbannya. ”Dia (Emon) masih mengenali nya,” ungkap Arist. Ia menambahkan, Emon

mengaku per nah menjadi korban kekerasan seksual saat usia 11 tahun. Nah, setelah itu hasrat Emon

untuk menjadi pelaku pun mulai muncul.

Akibatnya, Emon pun mencari mangsa. Al hasil, sejauh ini atau hingga Selasa (6/5) malam

berdasarkan data yang dimiliki Komnas PA, sudah ada ratusan korban yang melaporkan Emon ke

Polres Sukabumi Kota. Sementara itu, korban kekerasan seksual terhadap anak yang dilakukan Emon

terus bertambah.

Menurut Kabag Penum Mabes Polri Kombes Agus Rianto hingga kemarin malam, korban yang

melapor sudah 110 orang. Kendati demikian, kata Agus, apakah semua pelapor itu memang

mengalami apa yang dilaporkan atau disodomi, masih dalam proses penyidikan.

”Sampai dengan tadi malam yang melapor kepada kita untuk Sukabumi ada 110 orang,” kata Agus di

Mabes Polri, Rabu (7/5). Agus menambahkan, dari 110 pelapor, itu sebanyak 98 sudah diperiksa atau

dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan. ”Sementara sisanya ada 12, kemungkinan hari ini bisa

dituntaskan,” ujarnya.

Mabes Polri pun mengendus modus yang dilakukan pelaku kekerasan seksual termasuk di Sukabumi,

itu berawal dari upaya bujuk rayu terhadap korban. Ketika berhasil memperdayai korban, pelaku

mengancam supaya tak melapor. ”Dan inilah yang terjadi di Sukabumi,” tegasnya.

Kasus pelecehan seksual terhadap anak yang dilakukan Emon mengundang keprihatinan sejumlah

pihak. Bahkan, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) memberikan atensi terhadap kasus

ini. LPSK mengapresiasi Pemerintah Daerah Sukabumi yang mempunyai inisiatif merespons kasus

kekerasan seksual hingga menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Bahkan, Pemda Sukabumi sudah menerbitkan Surat Keputusan Walikota No mor 92 Tahun 2014

Page 8: Kasus Emon Forensik

tentang Pencegahan dan Penanganan Dampak Kekerasan Seksual terhadap Anak. SK ini keluar

sebagai respons adanya kejadian kasus kekerasan seksual yang di lakukan Emon dengan jumlah

korban mencapai lebih dari 100 anak.

Sebelumnya Pemerintah Kota Palu juga mengeluarkan Peraturan Wilayah terkait per soalan ini. Ketua

LPSK Abdul Haris Semendawai, Rabu (7/5), mengatakan, LPSK siap membantu Pemda maupun

aparat penegak hukum menangani korban. ”LPSK siap bantu pemda dan aparat penegak hukum di

Sukabumi untuk menangani korban kekerasan seksual,” kata Semendawai.

LPSK sebagai lembaga negara dengan ben tuk pelayanan korban yakni reparasi dan kompensasi, dapat

aktif bekerjasama dengan Pemda Kota Sukabumi. LPSK dapat memberikan bantuan medis dan

psikologis jika korban memerlukan. ”Tentunya jika ada korban yang mengajukan permohonan ke

LPSK,” tegasnya.

LPSK prihatin terhadap kasus kekerasan seksual yang terjadi di Sukabumi. Kasus yang menelan

korban sebanyak lebih dari 100 orang ini, mayoritas korbannya adalah anak-anak. Kasus ini

menambah daftar panjang kekerasan seksual terhadap anak. Kasus ini juga harus menjadi perhatian

khusus dari Pemerintah Pusat. ”Agar kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak dapat berkurang

bahkan tidak terjadi lagi,” pungkas Semendawai. (boy/jpnn)

Page 9: Kasus Emon Forensik

Liputan6.com, Sukabumi - Sejumlah pengajar di SMK PGRI 1 Cipoho, Sukabumi, Jawa Barat, mengaku terkejut dengan kejadian pelecehan seksual anak yang dilakukan Andri Sobari alias Emon. Di sekolah itulah Emon pernah mengenyam pendidikan.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Kamis (8/5/2014), semasa sekolah Emon dikenal sebagai pribadi yang baik, periang, namun pendiam. Ia juga termasuk siswa yang nilai akademisnya cukup baik.

Emon juga dikenal sebagai siswa yang mandiri. Semasa sekolah ia menghidupi diri dan keluarganya dengan menjajakan cilok kepada teman-temannya.

Wakil Kepala Sekolah SMK PGRI 1 Enan Sunarya mengatakan, pihak sekolah sangat kaget dan tidak menyangka. Siswanya yang selama ini dikenal pendiam dan lugu ternyata melakukan kejahatan luar biasa.

"Pas tahu kejadian itu saya nggak menyangka. Saya kaget. Masa anak selugu itu bisa melakukan perbuatan yang bisa dibilang luar biasa" kata Enan.

Sementara di tempat lain, setelah beberapa hari menjalani pemeriksaan medis, sejumlah siswa korban pelecehan seksual Emon kembali bersekolah seperti biasa. Mereka beraktivitas seolah tidak terjadi apa-apa.

Namun pasca-kejadian tersebut pihak sekolah lebih mengintensifkan pengawasan terhadap para siswa. Mereka juga menggelar ceramah keagamaan sebelum memulai pelajaran.

Bahkan di salah satu sekolah yang letaknya berdekatan dengan pemandian Lio Santa, tempat Emon beraksi, jam pelajaran diperketat. Dan pada jam istirahat, para guru terus memantau muridnya agar tidak bermain ke lokasi pemandian.

Tak hanya pihak sekolah yang melakukan kewaspadaan ekstra. Pihak orangtua juga diharapkan bisa mengawasi anak-anaknya usai pulang sekolah. (Yus) - See more at: http://news.liputan6.com/read/2047214/guru-emon-tak-percaya-siswa-yang-dikenal-lugu-menjadi-paedofil#sthash.jFg3LJTy.dpuf