kasus akeu-mobile 8
DESCRIPTION
akTRANSCRIPT
KASUS :
PENYAJIAN TRANSAKSI DERIVATIF PADA PT. MOBILE 8
Pengantar :
PT Mobile-8 Telecom (Mobile-8) didirikan pada tanggal 16 Desember 2002 yang
menggunakan nama merek Fren (Fast Reliable Menyenangkan Jaringan). Mobile-8
meluncurkan layanan prabayar pada tanggal 8 Desember 2003 dan layanan pascabayar
nya pada tanggal 8 April 2004. Mobile-8 menawarkan berbagai layanan nilai tambah
dan program dengan menggunakan teknologi CDMA 2000-1x yang menyediakan
kejernihan suara yang lebih baik, dan lebih cepat mengakses data.
Kronologi kasus :
8 Agustus
2007
FREN melakukan perjanjian swap dengan Lehman Brohthers Special
Financing (LBSF), anak usaha Lehman Brothers Holding. Perjanjian
swap itu untuk mengelola risiko pergerakan tingkat bunga dolar AS,
dengan nilai notional sebesar US$ 100 juta. Perjanjian swap yang
berlaku efektif 15 Agustus 2007 hingga 1 Maret 2013.
Berdasarkan perjanjian tersebut, FREN membayar tingkat bunga tetap
ke LSBF sebesar 10,45% per tahun. Pembayaran bunga itu berlangsung
setiap enam bulanan. Pada saat bersamaan FREN juga menerima tingkat
bunga mengambang atau floating dari LSBF maksimum 11,25%.
Adapun tagihan penyelesaian transaksi swap untuk periode 3 Maret
2008 hingga 2 September 2008 sebesar US$ 2,05 juta atau Rp 18,89
miliar.
Namun dalam perjalanan, transaksi derivatif ini malah merugikan
FREN. Dalam rincian laporan keuangan kuartal ketiga 2008 FREN,
sampai 30 September 2008 saja, posisi nilai pasar atau mark to market
(MTM) transaksi swap mereka dengan LSBF memberi potensi kerugian
sebesar US$ 10,26 juta. Angka itu setara setara dengan Rp 96,28 miliar.
15
September
Lehman Brothers Holding Inc. yang merupakan induk LBSF
mengajukan permohonan pailit, sesaat setelah Lehman Brothers
1 | P a g e
2008 Amerika bangkrut. Nasib transaksi swap FREN pun tak jelas. Lantaran
tidak ada kepastian kelanjutan perjanjian swap itu, FREN tidak
mencatatkan kerugian maupun tagihan transaksi derivatif itu dalam
laporan keuangan kuartal ketiga 2008.
7 April 2009 Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
mengungkapkan komite sanksi dan keberatan (KSK) bakal menggelar
rapat membahas kasus laporan keuangan PT Mobile-8 Telecom Tbk
(FREN)
18 Juni 2009 Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
menjatuhkan denda senilai Rp 100 juta kepada PT Mobile-8 Telecom
Tbk (FREN). Perseroan melanggar ketentuan di bidang akuntansi terkait
pencatatan transaksi derivatif.
Laporan keuangan konsolidasi Mobile-8 Quartal ketiga tidak mencatat
adanya transaksi derivatif. Adanya ketidakpastian akibat dipailitkannya
Lehman Brothers Holding Inc di Amerika Serikat yang merupakan
induk Lehman Brothers Special Financing (LBSF) membuat perseroan
tidak mencatkan transaksi tersebut.
Kabiro Perundang-Undangan Dan Bantuan Hukum Bapepam-LK
Robinson Simbolon menilai, perseroan telah melanggar Pedoman
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 55 paragraf 17 tentang Akuntansi
Transaksi Derivatif. Peraturan itu mewajibkan perseroan untuk
mengakui seluruh instrumen derivatif dalam laporan keuangan sebagai
aktiva atau kewajiban.
Perseroan telah melanggar pasal 66 Undang Undang Pasar Modal tahun
1995 Jo 1 f peraturan Bapepam-LK Nomor XK2 tentang Kewajiban
Laporan Keuangan Berkala dan jo.1.8 peraturan Bapepam-LK Nomor
VII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan.
2 | P a g e
Berikut adalah kutipan dalam laporan keuangan Mobile 8 (Quartal ke 3) terkait dengan
transaksi derivatif :
Instrumen Keuangan Derivatif
Instrumen keuangan derivatif dinilai berdasarkan nilai wajar pada saat tanggal kontrak
dibuat dan selanjutnya dinilai kembali berdasarkan nilai wajar pada tanggal laporan
keuangan.
Instrumen keuangan derivatif ini digunakan untuk mengelola resiko yang berkaitan erat
dengan mutasi tingkat bunga. Namun demikian, akuntansi lindung nilai tidak
diperlakukan karena identifikasi lindung nilai dan dokumentasi yang diperlukan sesuai
dengan standar akuntansi belum dipenuhi.
Oleh karena itu, keuntungan atau kerugian dari instrument derivatif tersebut diakui pada
laporan laba rugi. Perusahaan dan anak perusahaan tidak menggunakan instrumen
keuangan derivatif ini untuk tujuan spekulasi.
Derivatif yang melekat pada instrumen keuangan lainnya atau kontrak lainnya atau
kontrak utama non-finansial lainnya diperlakukan sebagai derivatif terpisah bila
resiko dan karakteristiknya tidak secara jelas dan erat berhubungan dengan resiko dan
karakteristik kontrak utama dan kontrak utama tersebut tidak dinyatakan dengan nilai
wajar, dengan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui pada laporan
laba rugi konsolidasi.
Pada tanggal 8 Agustus 2007, Perusahaan mengadakan perjanjian swap dengan Lehman
Brothers Special Financing (LBSF) yang berlaku efektif tanggal 15 Agustus 2007
sampai dengan 1 Maret 2013 untuk mengelola risiko pergerakan tingkat bunga dengan
nilai notional sebesar USD100 juta
Berdasarkan perjanjian tersebut Perusahaan membayar tingkat bunga tetap sebesar
10,45% per tahun secara enam bulanan dan menerima tingkat bunga floating maksimum
11,25% dikalikan dengan Range Accrual per tahun sebagaimana didefinisikan dalam
perjanjian swap.
Berdasarkan kutipan dari penilaian dengan menggunakan data pasar Bloomberg yang
3 | P a g e
digunakan sebagai acuan oleh Perusahaan, pada tanggal 30 September 2008, posisi
mark to market (”MTM”) menunjukkan kerugian bagi Perusahaan sebesar
USD10.267.202 atau setara dengan Rp96.285.820.356 . Pada tanggal 26 Agustus 2008,
Perusahaan menerima tagihan penyelesaian transaksi swap dari LBSF untuk periode
perhitungan sejak tanggal 3 Maret 2008 sampai dengan 2 September 2008 sebesar
USD2.047.576,03. Pada tanggal 15 September 2008, Lehman Brothers Holding Inc,
yang
merupakan holding dari LBSF mengajukan pemohonan kepailitan di Amerika Serikat
Sehubungan dengan kondisi tersebut, Manajemen Perusahaan beranggapan
bahwa terdapat ketidakpastian akan kelanjutan perjanjian swap ini dan jumlah
yang harus diselesaikan akibat transaksi tersebut.
Analisis kasus :
Pengakuan Berdasarkan PSAK 55 disebutkan bahwa : “Suatu entitas harus
mengakui seluruh instrumen derivatifnya di dalam laporan posisi
keuangan sebagai aktiva atau kewajiban berdasarkan hak atau
kewajiban menurut perjanjian. Seluruh instrumen derivatif harus
disajikan dengan nilai wajar.”
Jadi walaupun dalam kasus pada quartal ketiga terjadi kepailitan
dari Lehman Brother, namun hal tersebut seharusnya bukan
menjadi pengecualian untuk mencatatkan dalam posisi keuangan.
Dalam hal pengakuan, Mobile 8 telah lalai dalam mencatat
transaksi ini.
Pengungkapan Menurut PSAK 55, disebutkan pengungkapan untuk derivatif
SWAP adalah :
Untuk instrumen derivatif yang ditujukan untuk dan memenuhi
persyaratan sebagai instrumen lindung nilai arus kas dan untuk
masing-masing transaksi yang dilindungi nilainya:
1. Laba/rugi bersih yang diakui pada periode pelaporan yang
mencerminkan (a) ketidakefektifan suatu lindung nilai dan
4 | P a g e
(b) komponen laba atau rugi instrumen derivatif, jika ada,
yang dikecualikan dari penilaian efektivitas suatu lindung
nilai dan penjelasan mengenai dimana laba atau rugi bersih
dilaporkan, dalam laporan laba/rugi atau dalam laporan
kinerja keuangan yang lain.
2. Penjelasan mengenai transaksi atau kejadian lain yang
mengakibatkan reklasifikasi laba atau rugi yang dilaporkan
dalam akumulasi pendapatan komprehensif lain yang semula
dilaporkan terpisah dalam bagian ekuitas menjadi laba/rugi,
dan perkiraan jumlah bersih atas laba atau rugi yang tersisa
pada tanggal pelaporan yang diperkirakan akan
direklasifikasi menjadi laba/rugi dalam periode 12 bulan
mendatang.
3. Jangka waktu maksimum lindung nilai atas risiko fluktuasi
arus kas pada masa yang akan datang untuk transaksi yang
diperkirakan akan terjadi kecuali perkiraan transaksi yang
berhubungan dengan pembayaran beban bunga mengambang
atas instrumen keuangan yang ada.
Jumlah laba atau rugi yang direklasifikasi sebagai laba/ rugi akibat
dari dihentikannya lindung nilai arus kas, karena terdapat
kemungkinan bahwa transaksi yang diperkirakan, tidak akan
terjadi.
Dalam laporan keuangan Mobile 8, hanya diungkapkan poin
1 yang terkait dengan Laba/rugi bersih yang diakui pada
periode pelaporan.
5 | P a g e