tugas akeu
DESCRIPTION
akeuTRANSCRIPT
SAP:2
1. Pengertian Penyusutan, Penurunan dan Deplesi Aktiva Tetap
Pengertian Penyusutan
Penyusutan dapat didefinisikan sebagai proses akuntansi dalam mengalokasikan biaya aktiva
berwujud ke beban dengan cara yang sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan
mendapat manfaat dari penggunaan aktiva tersebut. Apabila aktiva jangka panjang dihapus,
maka istilah penyusutan paling sering digunakan untuk menunjukkan bahwa aktiva tetap
berwujud telah menurun nilainya. Apabila sumber daya alam yang terlibat (seperti kayu,
batu, minyak dan batu bara) maka istilah yang digunakan adalah deplesi. Ketika aktiva tidak
berwujud seperti paten atau goodwill telah habis masa berlakunya, hal tersebut disebut
amortisasi.
Faktor-Faktor yang terlibat dalam proses penyusutan
Dasar Penyusutan Aktiva
Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan merupakan fungsi dari dua faktor : biaya awal dan
nilai sisa atau pelepasan. Nilai sisa merupakan jumlah dimana aktiva harus diturunkan
nilainya atau disusutkan selama masa manfaatnya.
Estimasi Umur Pelayanan atau Jasa
Umutr pelayanan suatu aktiva dan umur fisiknya sering kali tidak sama. Aktiva ditarik dari
penggunaan karena dua alasan : faktor-faktor fisik (seperti kerusakan atau habisnya umur
fisik) dan faktor-faktor ekonomi. Faktor-faktor fisik adalah keausan, dekomposisi, dan
kerusakan yang membuat aktiva tersebut sulit untuk bekerja tanpa batas. Faktor-faktor fisik
ini menetapkan batas luar untuk umur pelayanan aktiva.
Faktor-faktor ekonomi atau fungsional dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori :
1. Ketidaklayakan terjadi apabikla suatu aktiva tidak berguna lagi bagi perusahaan
tertentu karena permintaan akan produk perusahaan itu telah meningkat. Contoh :
kebutuhan akan bangunan yang lebih besar untuk mengatasi kenaikan produksi.
Walaupun bangunan yang lama mungkin masih baik, namun bangunan tersebut sudah
tidak layak lagi untuk tujuan perusahaan.
2. Penggantian adalah penggantian satu aktiva dengan aktiva lainnya yang lebih efisien
dan ekonomis. Contoh : penggantian mainframe komputer dengan jaringan PC.
3. Keusangan adalah tempat pembuangan untuk situasi yang tidak melibatkan
ketidaklayakan dan penggantian.
Pengertian Amortisasi
Amortisasi adalah pengurangan nilai aktiva tidak berwujud, seperti merek dagang, hak cipta,
dan lain-lain, secara bertahap dalam jangka waktu tertentu pada setiap periode akuntansi.
Penghitungan maupun pencatatan atas amortisasi sama saja dengan cara penghitungan
maupun pencatatan atas penyusutan aktiva tetap berwujud.
Hal penting yang perlu diketahui :
(-). Amortisasi kebanyakan merupakan biaya usaha dan jarang digolongkan ke dalam harga
pokok produksi, kecuali merk dagang yang memang digolongkan ke dalam kelompok harga
pokok penjualan.
(-). Amortisasi lebih baik jika dihitung menggunakan metode garis lurus saja, karena pada
dasarnya intangible asset tidak dipengaruhi, bahkan tidak ada hubungannya dengan output
produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Pengertian Deplesi
Deplesi adalah berkurangnya harga perolehan (cost) atau nilai sumber-sumber alam seperti
tambang dan hutan kayu yang disebabkan oleh perubahan (pengolahan) sumber-sumber alam
tersebut sehingga menjadi persediaan.
Metode Perhitungan Deplesi
Untuk menghitung deplesi ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu :
a. Harga perolehan Aktiva
Dalam hal sumber-sumber alam, harga perolehannya adalah pengeluaran sejak memperoleh
izin sampai sumber alam itu terlalu kecil maka dilakukan penilaian terhadap sumber alam
tersebut.
b. Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi.
c. Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi.
Deplesi dihitung untuk tiap unit hasil sumber alam (ton, barrel, dan lain-lain). Contoh
ilustrasi:
Tanah yang mengandung hasil tambang dibeli dengan harga Rp 20.000.000 taksiran isinya
sebesar 150.000 ton. Tanah tersebut sesudah dieksploitasi ditaksir bernilai Rp 2.000.000.
deplesi per ton dihitung sebagai berikut :
Deplesi = Rp 20.000.000 – Rp 2.000.000 = Rp 120,00 per ton
150.000
Jurnal yang dibuat untuk mencatat deplesi sebagai berikut :
Deplesi Rp 4.800.000,00
Akumulasi Deplesi Rp 4.800.000,00
2. Metoda-metoda penyusutan
Perusahaan umumnya menggunakan sejumlah metode dalam alokasi biaya penyusutan,
yaitu:
a. Metode aktivitas
b. Metode garis lurus
c. Metode beban menurun (jumlah-angka-tahun, metode saldo menurun)
a. Metode Aktivitas
Metode aktivitas juga dikenal senagai pendekatan beban variabel atau unit produksi.
Metode ini mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau
produktivitas dan bukan dari berlalunya waktu. Rumus yang digunakan dalam perhitungan
metode ini adalah :
Beban Penyusutan=(Biaya−Nilai Sisa ) xTotal Jam
Total Estimasi Jam
Kelebihan dari metode ini adalah apabila hilangnya pelayanan merupakan hasil dari
aktivitas atau produktivitas, maka metode ini tepat dipilih untuk menandingkan biaya dengan
pendapatan. Perusahaan yang menginginkan penyusutan yang rendah selama periode
produktivitasnya rendah dan sebaliknya dapat menggunakan metode aktivitas ini.
Namun, keterbatasan dari metode ini adalah penggunaan metode ini tidak tepat apabila
digunakan pada situasi penyusutan merupakan fungsi dari waktu dan bukan aktivitas.
Masalah lain dalam menggunakan metode ini adalah estimasi unit output atau unit yang
diproduksi, dan jam penggunaan yang diterima seringkali sulit ditentukan.
b. Metode Garis Lurus
Metode ini mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan fungsi dari
penggunaan. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :
Beban Penyusutan=(Biaya−Nilai Sisa)
EstimasiUmur Manfaat
Keterbatasan dari metode garis lurus ini adalah metode ini didasarkan atas dua asumsi
yang tidak realistis, yaitu kegunaan ekonomi aktiva tersebut sama setiap tahun, dan beban
reparasi dan pemeliharaan pada dasarnya sama setiap periode. Dan masalah tambahan yang
terjadi pada
penggunaan metode ini adalah berkembangnya distorsi dalam analisis tingkat pengembalian
laba maupun aktiva.
c. Metode Beban Menurun
Metode ini menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan
beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Karena metode ini memperbolehkan
pembebanan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dibandingkan dengan metode-metode
lainnya. Metode ini dibagi menjadi dua, yaitu :
- Metode jumlah-angka-tahun
Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang
menurun dari biaya yang dapat disusutkan, yaitu biaya awal dikurangi nilai sisa. Pada
akhir masa manfaat aktiva, saldo yang tersisa harus sama dengan nilai sisa.
- Metode saldo menurun
Tidak seperti metode lainnya, nilai sisa pada metode saldo menurun tidak
dikurangkan dalam menghitung dasar penyusutan. Tarif saldo menurun dikalikan
dengan nilai buku aktiva pada awal setiap periode. Karena nilai buku aktiva dikurangi
seiap periode dengan beban penyusutan, maka tarif saldo menurun yang konstan
diaplikasikan pada nilai buku yang terus menurun yang menghasilkan beban
penyusutan yang semakin rendah setiap tahunnya proses ini terus berlangsung hingga
nilai buku aktiva berkurang mencapai estimasi nilai sisanya, dimana pada saat
tersebut penyusutan dihentikan.
d. Masalah Penyusutan Khusus
Beberapa masalah khusus yang berkaitan dengan penyusutan tetap adalah :
- Penyusutan dan Periode Parsial atau Sebaian
Dalam menghitung beban penyusutan periode parsial, perusahaan harus menentukan
beban penyusutan untuk setahun penuh dan kemudian merata-ratakan beban
penyusutan ini pada dua periode yang terlibat. proses ini harus berlangsung selama
manfaat aktiva.
- Penyusutan dan Penggantian Aktiva Tetap
Penyusutan sama dengan beban lain yang mengurangi laba bersih. Perbedaannya
dalah penyusutan tidak melibatkan arus kas keluar periode berjalan. Penyusutan tidak
menyediaakn dana bagi penggantian aktiva. Dana untuk penggantian aktiva berasal
dari pendapatan yang dihasilkan melalui penggunaan aktiva. Tanpa adanya
pendapatan, tidak akan ada laba yang diwujudkan dan tidak akan ada arus kas masuk
yang dihasilkan selama periode berjalan.
- Revisi Tarif Penyusutan
Ketika aktiva tetap diakuisisi, tarif penyusutan ditentukan dengan hati-hati
berdasarkan pengalaman masa lalu dengan aktiva sejenis dan informasin lainnya yang
berkaitan. Akan tetapi, provisi untuk penyusutan hanya merupakan estimasi dan
mungkin perlu untuk merevisinya selama umur aktiva kemunduran fisik yang tidak
diharapkan atau keusangan yang tidak terduga dapat membuat masa manfaat aktiva
lebih pendek daripada yang diestimasikan semula. Tidak ada perubahan yang harus
dibuat atas hasil-hasil yang dilaporkan sebelumnya. Saldo awal tidak disesuaikan.
Sehingga tidak ada ayat jurnal yang dibuat pada saat perubahan estimasi terjadi.
Beban penyusutan periode selanjutnya didasarkan pada pembagian nilai buku yang
tersisa, dikurangi setiap nilai sisa dengan estimasi umur yang tersisa.
3. Penurunan nilai aktiva tetap
Pada umumnya standar-standar akuntansi terkait dengan nilai LCM (lower cost of
market) untuk persediaan tidak dapat diaplikasikan pada property, pabrik, dan peralatan.
Bahkan ketika property, pabrik, dan peralatan telah mengalami keusangan. Sehingga
pencatatannya sering luput dari perhatian, karena tidak seperti persediaan, sulit untuk
mendapatkan nilai wajar property, pabrik, dan peralatan yang tidak subjektif.
Penurunan nilai atau impairment terjadi apabila jumlah tercatat aktiva tidak dapat
dipulihkan dan, oleh karena itu, perlu dihapuskan. Berbagai kejadian dan perubahan situasi
mungkin akan mengarah pada suatu penurunan nilai, contohnya:
a. Suatu penurunan nilai yang signifikan dalam nilai pasar suatu aktiva
b. Suatu perubahan yang signifikan terjadi dalam jangka waktu aktiva tersebut
dimanfaatkan
c. Suatu perubahan terbalik yang signifikan dalam faktor-faktor hokum atau iklim usaha
yang mempengaruhi nilai aktiva
d. Suatu akumulasi biaya yang secara signifikan melebihi jumlah biaya awal yang
diperkirakan untuk mengakuisisi atau membuat aktiva
e. Suatu proyeksi atau peramalan yang menunjukkan kerugian terus-menerus yang
berhubungan dengan aktiva
Jika peristiwa atau perubahan situasi ini menunjukkan bahwa jumlah aktiva yang tercatat
tidak dapat dipulihkan, maka pengujian atas kemampuan pemilihan akan digunakan untuk
menentukan penurunan nilai. Jika jumlah arus kas bersih masa depan yang diharapkan lebih
kecil dari jumlah aktiva yang tercatat, maka nilai aktiva dianggap telah menurun. Sebaliknya
jika jumlah arus kas bersih masa depan yang diharapkan sama dengan atau lebih besar dari
jumlah aktiva yang tercatat, maka tidak ada penurunan nilai yang terjadi. Dasar pemikiran
dari pengujian ini adalah asumsi dasar bahwa neraca harus melaporkan aktiva jangka panjang
pada jumlah yang tidak melebihi jumlah tercatat yang dpat dipulihkan.
Jika pengujian mengenai kemampuan pemulihan menunjukkan bahwa peurunan nilai
telah terjadi, maka perusahaan telah mengalami kerugian. Kerugian penurunan nilai adalah
jumlah dimana jumlah aktiva yang tercatat melebihi nilai wajarnya. Nilai wajar diukur atas
dasar nilai pasar yang berlaku jika ada pasar aktif untuk aktiva terkait. jika tidak ada pasar
aktif, maka nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan yang diharapkan harus digunakan.
Proses penentuan kerugian penurunan nilai adalah sebagai berikut :
a. Menelaah kejadian atau perubahan situasi atas kemungkinan terjadinya penurunan
nilai.
b. Jika hasil penelaahan menunjukkan penurunan nilai, maka pengujian tentang
kemampuan pemulihan akan diterapkan. Jika jumlah arus kas bersih masa depan yang
diharapkan dari aktiva jangka panjang lebih kecil dari jumlah tercatat aktiva jangka
panjang lebih kecil dari jumlah aktiva yang tercatat, maka suatu penurunan nilai telah
terjadi.
c. Dengan mengasumsikan terjadinya penurunan nilai suatu aktiva, kerugian penurunan
nilai adalah jumlah dimana jumlah aktiva yang tercatat lebih besar dari nilai wajar
aktiva terkait.
Setelah kerugian penurunan nilai dicatat, maka penurunan nilai aktiva tercatat yang
ditahan untuk digunakan akan menjadi dasar biaya yang baru. Akibatnya, dasar biaya baru ini
tidak berubah kecuali untuk penyusutan atau amortisasi di periode masa depan atau
penurunan nilai tambahan. Kerugian penurunan nilai tidak dapat direstorasi atas aktiva yang
ditahan untuk digunakan. Dasar pemikiran untuk tidak mencatat nilai aktiva adalah bahwa
dasar biaya baru menyebabkan aktiva yang diturunkan atas dasar yang sama dengan aktiva
lainnya yang tidak menurun.
Untuk kasus altiva yang ditahan untuk dilepaskan tidak akan disusutkan atau diamortisasi
selama periode aktiva itu dimiliki. Dasar pemikirannya adalah bahwa penyusutan tidak
konsisten dengan pendapat mengenai aktiva yang akan dilepaskan dan penggunaan mana
yang terendah antara biaya atau nilai realisasi bersih. Dengan kata lain, aktiva yang ditahan
untuk dilepaskan seperti persediaan harus dilaporkan pada mana yang terendah antara biaya
atau nilai realisasi bersih. Suatu aktiva yang ditahan untuk dilepaskan dapat dicatat pada
periode mendatang, selama pencatatan itu tidak pernah lebih besar dari nilai tercatat aktiva
sebelum penurunan nilai. Kerugian atau keuntungan yang berhubungan dengan aktiva yang
diturunkan ini harus dilaporkan sebagai bagian dari laba operasi berlanjut.
4. Deplesi sumber daya alam
Sumber daya alam dikarakteristikkan dengan dua fitur utama, yaitu penggunaan
sepenuhnya aktiva tersebut, dan penggantian aktiva ini hanya dapat dilakukan oleh alam.
Sumber daya alam di konsumsi secara fisik selama periode penggunaan dan tidak
mempertahankan karakteristik fisiknya. Perhitungan dasar deplesi melibatkan empat faktor,
yaitu biaya akuisisi deposit, biaya eksplorasi, biaya pengembangan, dan biaya restorasi.
Biaya akuisisi adalah harga yang dibayarkan perusahaan untuk memperoleh hak property
untuk mencari dan menemukan sumber daya alam yang belum pernah ditemukan sebelumnya
atau harga yang harus dibayar untuk sumber daya yang telah ditemukan. Biaya akuisisi
sumber daya alam dicatat pada akun property yang belum dikembangkan, dan dibebankan ke
sumber daya alam jika usaha eksplorasi berhasil. Apabila tidak berhasil maka biaya tersebut
harus dihapus sebagai suatu kerugian. Sementara biaya eksplorasi adalah biaya seluruh yang
diperlukan untuk menemukan suatu sumber daya alam. Biaya ini dibebankan ketika
eksplorasi tersebut terjadi. Apabila biaya ini bersifat substansial dan risiko menemukan
sumber daya idak pasti, maka kapitalisasi dapat dilakukan.
Biaya pengembangan dapat berupa biaya peralatan berwujud dan tidak berwujud. Biaya
peralatan berwujud termasuk semua transportasi dan alat berat lainnya yang diperlukan untuk
mengembangkan sumber daya serta menyiapkannya.biaya ini tidak diperhitungkan dalam
dasar deplesi, karena aktiva tersebut dapat berpindah lokasi ke lokasi lain. Sementara biaya
peralatan tidak berwujud meliputi biaya pengeboran dan lain-lain. Biaya ini tidak memiliki
karakteristik berwujud, tetapi dianggap sebagai bagian dari dasar deplesi. Sedangkan biaya
restorasi adalah biaya yang terkadang keluar untuk merestorasi kembali property seperti pada
kondisi semula setalah dilakukan pengembangan. Biaya ini adalah dasar dari deplesi. Jumlah
yang dimasukkan dalam dasar deplesi ini adalah nilai wajar kewajiban untuk merestorasi
property setelah dilakukannya pengembangan.
Deplesi dihitung berdasarkan metode unit produksi yang berarti bahwa deplesi
merupakan fungsi dari jumlah unit yang ditambang selama periode berjalan. Dalam
pendekatan ini, total biaya sumber daya alam dikurangi nilai sisa dibagi dengan estimasi
jumlah unit yang berada dalam deposit sumber daya alam untuk memperoleh biaya per unit
produk. Biaya per unit ini kemudian dikalikan dengan jumlah unit yang ditambang untuk
menghitung deplesi. Akun persediaan didebit sebesar total deplesi tahun berjalan dan di sisi
kredit akun akumulasi deplesi untuk mengurangi nilai tercatat sumber daya alam. Jumlah
yang tidak dijual tetap berada pada persediaan dan dilaporkan pada kelompok aktiva lancar
pada neraca.
Perlakuan mengenai akuntansi deplesi mengalami hambatan ketika masalah-masalah
dibawah ini timbul :
a. Mengestimasi cadangan yang dpaat dipulihkan
Masalah ini sama dengan akuntansi untuk perubahan estimasi umur manfaat pabrik
dan peralatan. Prosedurnya adalah merevisi tingkat deplesi atas dasar prospektif
dengan membagi biaya yang tersisa dengan estimasi baru cadangan yang dapat
dipulihkan.
b. Nilai penemuan
Nilai penemuan adalah istilah yang lebih luas yang berkaitan dengan keseluruhan
daerah sumber daya alam. Apabila standar akuntansi yang berlaku diubah agar nilai
penemuan dapat dicatat, maka suatu akun aktiva akan didebit dan akun apresiasi yang
belum direalisasi akan dikredit. Apresiasi yang belum direalisasi merupakan bagian
dari ekuitas pemegang saham. Perusahaan akan mentransfer ke pendapatan sebagai
sumber daya alam yang dijual.
c. Aspek pajak dari sumber daya alam
Peraturan pajak menetapkan pengurangan dari biaya atau persentase deplesi terhadap
pendapatan minyak, gas, dan bahan mineral lainnya. Pajak yang dikenakan berkisar
antara 5-22% dari pendapatan yang diterima. Akibatnya, jumlah deplesi akan
melebihi biaya yang ditetapkan untuk sumber daya alam tertentu. Nilai tercatat akan
menjadi nol, tetapi pengurangan deplesi akan tetap dilakukan jika perusahaan
memiliki pendapatan kotor.
d. Dividen likuidasi
Dividen likuidasi dibayarkan kepada pemegang saham apabila perusahaan tidak
membeli property tambahan sehingga perusahaan harus mendistribusikan investasi
modalnya secara bertahap kepada para shareholder yang lebih besar dari jumlah
akumulasi laba bersih. Masalahnya adalah membedakan antara dividen yang
merupakan pengembalian modal atau bukan. Perusahaan yang menerbitkan dividen
likuidasi harus mendebit agio saham untuk bagian yang berhubungan dengan investasi
awal dan bukan ke laba ditahan, karena dividen tersebut adalah pengembalian
sebagian dari kontribusi awal investor.
5. Penyajian dan anlisis aktiva tetap
Karena dampak yang signifikan dari metode penyusutan yang digunakan terhadap laporan
keuangan, maka pengungkapan berikut harus dibuat:
a. Beban penyusutan untuk periode berjalan
b. Saldo kelas utama dari aktiva yang dapat disusutkan, menurut sifat dan fungsi
c. Akumulasi penyusutan, baik menurut kelas utama aktiva yang dapat disusutkan
maupun dalam jumlah total
d. Suatu uraian umum tentang metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan
berkaitan dengan kelas utama aktiva yang dapat disusutkan
1. Rasio perputaran aktiva
Rasio perputaran aktiva mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan aktivanya
untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini ditentukan dengan membagi penjualan bersih
dengan rata-rata total aktiva selama periode berjalan. Jumlah yang dihasilkan adalah jumlah
dolar penjualan yang diproduksi oleh setiap dolar yang diinvestasikan dalam aktiva.
Perputaran Aktiva= Penjualan Bersi hRata−rataTotal Aktiva
2. Rasio marjin laba terhadap penjualan
Rasio marjin laba tehadap penjualan digunakan untuk menganalisisn penggunaan
property, pabrik, dan peralatan. Rasio ini dihitung dengan cara laba bersih dibagi dengan
penjualan bersih. Dengan menghubungkan marjin laba terhadap penjualan dengan perputaran
aktiva selama satu periode, kita dapat memastikan seberapa menguntungkan aktiva
digunakan selama periode tertentu.
Marjin Laba ter h adap Penjualan= Laba Bersi hPenjualan Bersi h
Tingkat Pengembalian atasTotal Aktiva=Marjin Labater hadap penjualan x Perputaran Aktiva
3. Tingkat pengembalian atas Aktiva
Tingkat pengembalian atas aktiva dapat secara langsung dihitung dengan membagi laba
bersih dengan rata-rata total aktiva. Tingkat pengembalian identik dengan tingkat
pengembalian yang dihitung dengan mengalikan marjin laba terhadap penjualan dengan
perputaran aktiva. Tingkat pengembalian atas aktiva merupakan pengukuran yang baik bagi
profitabilitas karena mengkombinasikan pengaruh marjin laba dan perputaran aktiva.
Tingkat Pengembalian atas Aktiva= Laba Bersi hRata−rataTotal Aktiva
SAP:3
1. Pengertian aktiva tak berwujud
Aktiva Tak Berwujud merupakan aktiva non moneter yang bisa diidentifikasi, tidak memiliki
wujud fisik secara yata serta dimiliki guna menghasilkan maupun menyerahkan barang dan
jasa, disewakan ataupun hanya bertujuan administrasi.
Didalam akuntansi, diakuinya sebuah aktiva tak berwujud apabila:
a. Perusahaan berpotensi akan mendapatkan manfaat ekonomi dimasa yang akan
datang dari aset tersebut
b. Biaya biaya dalam perolehannya bisa diukur dengan handal
Aktiva tak berwujud diakui sebesar harga perolehan. kemudian pada periode selanjutnya
dilaporkan sebesar nilai tercatatnya. dalam menentukan besaran harga perolehan tergantung
oleh bagaimana cara perolehan aktiva tak berwujudnya. apabila diperoleh dengan membeli
atau transaksi yang menggunakan kas atau setara kas lainnya maka harga perolehan aktiva
tak berwujudnya sebesar uang yang dikeluarkan/akan dibayarkan. jika diperoleh dengan
pertukaran dengan aktiva yang lain, maka harga perolehan aktiva tak berwujudnya sebesar
harga kekinian dari aktiva yang ditukar.
2. Masalah aktiva tak berwujud
Aktiva yang paling penting bagi banyak perusahaan besar di dunia bukanlah persediaan,
peralatan, gedung kantor ataupun kendaraan operasional dengan harga milyaran, melainkan
citra merek. Kita menghadapi ekonomi yang didominasi oleh penyedia informasi atau jasa,
dan aktia utamanya bersifat tidak berwujud. Aktiva-aktiva yang bersifat tidak berwujud
memiliki karakteristik, kurang memiliki eksistensi fisik, yang berarti aktiva ini memperoleh
nilai dari hak dan keistimewaan yang diberikan kepada perusahaan yang menggunakannya,
dan bukan merupakan instrument keuangan, yang berarti aktiva ini tidak memiliki
substansi fisik dan merupakan instrument keuangan dan menghasilkan nilainya dari klaim
untuk menerima kasa atau ekuivalen kas di masa mendatang. Pada umumnya, perusahaan
mengklasifikasikan aktiva tak berwujud sebagai aktiva jangka panjang. Jenis aktiva tak
berwujud yang paling umum dilaporkan adalah paten, hak cipta, waralaba atau lisensi, merek
dagang, dan goodwill.
Akuisisi aktiva tak berwujud dicatat pada biaya pembelian, dan seluruh pengeluaran yang
diperlukan untuk membuat aktiva tersebut siap digunakan. Apabila aktiva tersebut diperoleh
dengan menggunakan saham atau ditukarkan dengan aktiva lain, biaya aktiva tak berwujud
tersebut adalah sebesar nilai pasar wajar aktiva tak berwujud yang diterima. Apabila beberapa
aktiva tak berwujud, atau gabungan dari aktiva tak berwujud dan aktiva berwujud, dibeli
berdasarkan pembelian keranjang, maka biayanya dicatat sebesar nilai pasar wajar atau nilai
jual relative.
Sama seperti aktiva lainnya, aktiva tak berwujud juga memiliki umur manfaat yang
terbatas dan tidak terbatas. Untuk aktiva tak berwujud yang meiliki batas umur manfaat,
perusahaan umumnya mengamortisasi aktiva tersebut dengan pembebanan sistematis selama
umur manfaatnya. Umur manfaat ini harus mencerminkan periode-periode di mana aktiva-
aktiva tersebut memberikan kontribusi terhadap arus kas. Faktor –faktor untuk menentukan
umur manfaat diantaranya adalah :
1. Perkiraan penggunaan aktiva tersebut oleh perusahaan
2. Perkiraan umur manfaat aktiva lainnya yang terkait dengan umur manfaat aktiva tak
berwujud tersebut
3. Persyaratan hukum, undang-undang, dan kontrak yang akan membatasi umur manfaat
suatu aktiva tak berwujud
4. Persyaratan hukum, undang-undang, dan kontrak yang akan memperpanjang umur
kontrak aktiva tersebut tanpa biaya besar
5. Dampak dari keusangan, permintaan, persaingan, dan faktor-faktor ekonomi yang
lain, seperti stabilitas industry, kemajuan teknologi, kebijakan legislatif, yang
berakibat pada ketidakpastian atau perubahan lingkungan peraturan, dan perubahan
pada jalur distribusi
6. Tingkat beban pemeliharaan yang diperlukan untuk mendapatkan arus kas yang
diharapkan dari aktivitas tersebut
Jumlah beban amortisasi untuk aktiva tak berwujud dengan umur manfaat yang terbatas
harus mencerminkan pola konsumsi atau pola pemakaian aktiva tersebut oleh perusahaan,
jika perusahaan itu dapat dengan pasti menentukan polanya. Ketika perusahaan
mengamortisasi lisensi-lisensi produknya, perusahaan harus menunjukkan biaya itu sebagai
beban. Kredit harus dilakukan ke akun aktiva yang sesuai maupun kea kun akumulasi
amortisasi yang terpisah. Jumlah aktiva tak berwujud yang akan diamortisasi adalah biaya
dikurangi nilai sisa. Nilai sisa yang dimaksud diasumsikan nol, kecuali pada akhir umur
manfaatnya.
Sebuah aktiva tak berwujud dikatakan memiliki umur yang tidak terbatas apabila tidak
ada faktor hukum, perundangan, kontrak, persaingan atau faktor-faktor lainnya yang
membatasi umur manfaat dari sebuah aktiva tersebut. Maksudnya, tidak ada batas yang dapat
diperkirakan dalam periode waktu dimana aktiva tersebut dapat memberikan arus kas. Untuk
aktiva yang tidak memiliki batas umur manfaat tidak diamortisasi. Perusahaan harus menguji
apakah aktiva tak berwujud dengan umur tak tervatas tersebut mengalami penurunan.
Pengujian penurunan untuk penurunan untuk aktiva tak berwujud dengan umur tak terbatas
ini berbeda dengan yang dipakai untuk aktiva tak berwujud dengan umur terbatas, dalam hal
bahwa hanya pengujian nilai wajar saja yang dilakukan. Aktiva tak berwujud dengan umur
tak terbatas tidak akan pernah gagal dalam pengujian pemulihan arus kas tak berdiskonto
karena arus kas dapat diperpanjang ke masa depan secara tidak terbatas.
3. Goodwill
Goodwill merupakan aktiva yang paling tidak berwujud dari aktiva tak berwujud lainnya
karena goodwill hanya dapat diidentifikasi pada bisnis secara keseluruhan. Satu-satunya agar
goodwill itu dapat dijual adalah dengan menjual bisnis secara keseluruhan.
Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak boleh dikapitalisasi. Pengukuran
komponen goodwill sangat kompleks dan menghubungkan setiap biaya dengan manfaat masa
depan yang tidak dapat diestimasi secara rasional. Manfaat masa depan dari goodwill tidak
memiliki hubungan dengan biaya yang dikeluarkan dalam pengembangan goodwill tersebut.
Goodwill dapat muncul tanpa biaya khusus dalam pengembangannya. Sehingga karena tidak
adanya transaksi objektif dengan pihak luar yang telah dilakukan, maka subjektivitas bahkan
misrepresentasi dapat terjadi.
Goodwill hanya dicatat jika keseluruhan perusahaan dibeli. Karena goodwill merupakan
suatu penilaian yang bersifat going concern dan tidak dapat dipisahkan dari perusahaan
secara keseluruhan. Untuk mencatat goodwill, nilai pasar wajar dari aktiva berwujud bersih
dan aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi, dibandingkan dengan nilai harga beli
perusahaan yang diperoleh. Perbedaannya dianggap sebagai Goodwill. Jadi, goodwill adalah
nilai sisa kelebihan biaya atas nialai wajar aktiva bersih yang dapat diidentifikasi yang
diakuisisi.
Perusahaan yang mengakui goodwill dalam sebuah penggabungan usaha,
menganggapnya mempunyai umur yang tidak terbatas. Oleh karena itu, perusahaan tidak
boleh mengamortisasinya. Goodwill adalah aktiva tak berwujud yang paling besar dari neraca
suatu perusahaan dan komunitas investasi ingin mengetahui jumlah yang diinvestasikan pada
goodwill tersebut. Sehingga perusahaan harus menyesuaikan nilai tercatatnya ketika goodwill
mengalami penurunan nilai. Nilai goodwill pada akhirnya akan habis, sehingga perusahaan
harus mencatat goodwill ke dalam biaya selama periode yang terpengaruh. Amortisasi
goodwill akan membandingkan beban dengan pendapatan dengan lebih baik.
Goodwill Negatif atau dikenal dengan istilah Badwill, muncul ketika nilai pasar wajar
aktiva yang diperoleh lebih tinggi daripada harga beli aktiva yang terkait. Situasi ini timbul
sebagai hasil dari ketidaksempurnaan sebuah pasar. Dalam hal ini, penjual lebih baik menjual
aktiva tersebut secara individu daripada secara keseluruhan. Akan tetapi, situasi ini dapat
terjadi jika harga beli lebih rendah daripada nilai aktiva bersih yang dapat diidentifikasi,
sehingga timbul istilah kredit. Kredit ini dikenal sebagai goodwill negative atau kelebihan
nilai wajar atas biaya aktiva yang diperoleh, badwill, atau pembelian tersaing.
4. Biaya penelitian dan pengembangan
Biaya penelitian dan pengembangan bukan merupakan aktiva tak berwujud. Melainkan
aktivitas penelitian dan pengembangan sering kali menghasilkan pengembangan sesuatu yang
dipatenkan atau diberi hak cipta. Dua kesulitan yang timbul dalam akuntansi untuk
pengeluaran penelitian dan pengembangan ini adalah :
1. Mengidentifikasi biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas, proyek, atau
pencapaian tertentu, dan
2. Menentukan besarnya manfaat di masa depan serta lamanya waktu manfaat tersebut
dapat direalisasi.
Aktivitas Penelitian adalah pencarian yang direncanakan atau investigasi kritis yang
ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru. Contohnya adalah pencarian aplikasi dari
penemuan baru. Sementara itu, yang dimaksud dengan Aktivitas Pengembangan adalah
penjabaran penemuan penelitian atau pengetahuan lain ke dalam suatu rencana atau
rancangan untuk produk atau proses baru, atau perbaikan yang signifikan terhadap produk
atau proses yang ada, baik yang dimaksudkan untuk dijual atau digunakan.
Biaya yang berkaitan dengan aktivitas Penelitian dan Pengembangan dan perlakuan
akuntansi terhadap biaya tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bahan, Peralatan, dan Fasilitas. Catat keseluruhan biaya sebagai beban,
kecuali jika pos-pos itu memiliki kegunaan alternative di masa depan, kemudian
catatlah sebagai persediaan dan alokasikan ketika dikonsumsi, atau kapitalisasi dan
susutkan ketika digunakan.
2. Personil. Gaji, upah, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan personil
yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan harus dibebankan ketika terjadi.
3. Aktiva Tak Berwujud yang Dibeli. Catat keseluruhan biaya sebagai beban,
kecuali jika pos-pos itu memiliki kegunaan alternative di masa depan, kemudian
kapitalisasi dan amortisasikan.
4. Jasa Kontrak. Biaya jasa yang dilakukan oleh pihak lain sehubungan dengan
pelaporan penelitian dan pengembangan perusahaan harus dibebankan ketika terjadi.
5. Biaya Tak Langsung. Alokasi yang tepat atas biaya tak langsung harus
termasuk dalam biaya penelitian dan pengembangan, kecuali untuk biaya administrasi
dan umum, yang secara jelas harus berhubungan agar dapat dimasukan dan dicatat
sebagai beban.
Terdapat biaya-biaya yang memiliki karakteristik serupa dengan biaya penelitian dan
pengembangan. Biaya-biaya tersebut meliputi:
a. Biaya Start-Up
Biaya start-up dikeluarkan dalam satu kali aktivitas untuk memulai operasi baru. Biaya
start-up mencakup biaya organisasional, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
mengorganisasikan entitas baru, seperti berbagai jenis biaya hukum dan biaya pemerintah
daerah. Akuntansi untuk biaya start-up bersifat langsung, maksudnya adalah biaya start-up
dibebankan ketika dikeluarkan. Beberapa biaya yang terkait dengan aktivitas start-up adalah:
a. Biaya yang berhubungan dengan perjalanan; biaya yang berhubungan dengan gaji
karyawan, dan biaya yang berhubungan dengan studi kelayakan, akuntansi, pajak,
serta urusan pemerintah.
b. Pelatihan karyawan lokal yang berhubungan dengan produk, pemeliharaan,
sistem computer, keuangan, dan operasi.
c. Perekrutasn, pengorganisasian, dan pelatihan yang berhubungan dengan
penetapan jaringan kerja distribusi.
b. Kerugian Operasi Awal
Kerugian operasi yang terjadi dalam memulai suatu bisnis harus dikapitalisasi. Oleh
karena itu, hal tersebut tidak dapat dihindari dan merupakan biaya untuk memulai suatu
entitas baru. Standar Akuntansi Internasional menyatakan bahwa kerugian operasi tidak boleh
dikapitaliasasi selama tahun-tahun pertama. Singkatnya, akuntansi dan standar pelaporan
tidak boleh berbeda antara perusahaan yang mencoba untuk membangun sebuah bisnis baru
dengan perusahaan lainnya.
c. Biaya Iklan
Perusahaan membebankan sebagian besar biaya iklan ketika iklan dikeluarkan atau
pertama kali iklan dimuat di media. Aktiva berwujud yang digunakan dalam iklan, seperti
banner perusahaan, dicatat sebagai aktiva karena hal itu memiliki kegunaan alternative di
masa depan.
d. Biaya Perangkat Lunak Komputer
Akusisi, pengembangan, atau peningkatan nilai produk atau proses oleh sebuah
perusahaan untuk digunakan dalam aktivitas penjualan dan administrative dikeluarkan dari
difinisi aktivitas penelitian dan pengembangan.
Semua biaya penelitian dan pengembangan yang terjadi secara internal harus dibebankan
dengan segera karena merupakan suatu pemecahan konservatif dan praktis, yang mamastikan
konsistensi dalam praktek dan keseragaman di antara perusahaan. Akan tetapi, praktek
penghapusan pengeluaran secara langsung yang dilakukan dengan harapan bermanfaat di
periode masa depan tidak dapat dibenarkan.
Pendukung pembebanan dengan segera berpendapat bahwa dari sudut pandang laporan
laba-rugi, aplikasi jangka panjang dari standar ini sering kali hanya membuat perbedaan yang
kecil. Mereka menyatakan bahwa jumlah biaya penelitian dan pengembangan yang
dibebankan ke beban setiap periode akuntansi kurang lebih akan sama, baik dicatat sebagai
beban atau dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi karena sifat berkelanjutan dari
kebanyakan aktivitas penelitian dan pengembangan perusahaan. Kritik terhadap praktek ini
menyatakan bahwa neraca harus melaporkan aktiva tak berwujud yang berhubungan dengan
pengeluaran yang memiliki manfaat masa depan. Menghindarkan semua kapitaliasai
pengeluaran penelitian dan pengembangan akan menghapus dari neraca sesuatu yang
mungkin merupakan aktiva perusahaan yang paling berharga.
5.Penyajian aktiva tetap tak berwujud
Perusahaan harus melaporkan semua aktiva tak berwujudnya selain goodwill sebagai pos
terpisah di dalam neraca. Goodwill harus dilaporkan terpisah, jika ada, karena goodwill dan
aktiva tak berwujud lainnya sangat berbeda dengan jenis aktiva yang lain, pengungkapan ini
akan bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan perusahaan, khususnya neraca.
Pada laporan laba-rugi, perusahaan harus menampilkan beban amortisasi dan kerugian
penurunan nilai untuk aktiva tak berwujud selain goodwill sebagai bagian dari operasi
berjalan. Kerugian penurunan nilai goodwill harus disajikan dalam pos terpisah pada bagian
operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Donald E.kieso PH.D.,C.P.A,jerry J.weygandt, terry D.warfield PH.D, akuntansi
intermediate jilid 2, edisi 12.,