kasus-1

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan p kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara k dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin dilua uterus . Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan la kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 mingg biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum y berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak se berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selal bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta . Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa da plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum kira-kira 3 dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solus dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau sete usia kehamilan, namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolong disangka sebagai tandapermulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan . !etiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan apapun penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memil 1 |R e p r o d u k s i 1

Upload: franky

Post on 03-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

:)

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangPerdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta .Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnyaPada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan .Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan ibu. Angka kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1992 yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun 1995 yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian maternal yaitu 295 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II (Pembangunan Jangka Panjang ke II) (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40- 60%), infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan.Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum.Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas.Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum; kasus ini masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan parameter pelayanan kesehatan. Di RS Parkland didapatkan prevalensi plasenta previa 0,5%. Clark(1985) melaporkan prevalensi plasenta previa 0,3%. Nielson (1989) dengan penelitian prospektif menemukan 0,33% plasenta.

1.2Tujuan Penulisan Tujuan UmumPenulis mampu menyusun serta melakukan manajemen asuhan keperawatan secara langsung pada ibu hamil dengan plasenta previa.

Tujuan Khusus Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada ibu hamil dengan plasenta previa. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada ibu hamil dengan plasenta previa. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan plasenta previa. Mampu melakukan pelaksanaan keperawatan pada ibu hamil dengan plasenta previa. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada ibu hamil dengan plasenta previa.

1.3Manfaat Penulisan Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan KeperawatanLaporan studi asuhan keperawatanPlasenta Previa ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalampeningkatan kualitas asuhan keperawatan serta perkembangan ilmu praktek keperawatan di bidang plasenta previa. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK )Diharapkan dengan adanya laporan studi kasus Plasenta Previa ini, diharapkan dapat turut serta dalam meningkatkan perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan serta manajemen asuhan keperawatan dalam kasus ini. Bagi Institusi Layanan PendidikanSebagai tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan materi dan kasus Plasenta Previa. Penguasaan proses keperawatan, perkembangan penyakit serta manajemen dalam tatalaksana kasus ini sangat menjadi pertimbangan kemampuan pencapaian kompetensi.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 PengertianPlasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.(Cunningham,2006).Plasenta Previa adalah plasenta berimplantasi, baikparsial atau total pada sekmen bawah uteri dan terletak di bawah (previa)bagian presentasi bawah janin .(Lewellyn, 2001)Plasenta previa plasenta yang letaknya apnormal,pada sekme uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pada jalanlahir (Mansjoer, 2001).Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir(FKUI, 2000).

2.2 EtiologiMenurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup : Perdarahan (hemorrhaging). Usia lebih dari 35 tahun. Multiparitas. Pengobatan infertilitas. Multiple gestation. Erythroblastosis. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya. Keguguran berulang. Status sosial ekonomi yang rendah. Jarak antar kehamilan yang pendek. Merokok.

Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapafaktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekasoperasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksirahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim.Sedangkan menurutKloosterman(1973),Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan . bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.

2.3Faktor Predisposisi dan PresipitasiMenurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah :a.Melebarnya pertumbuhan plasenta : Kehamilan kembar (gamelli). Tumbuh kembang plasenta tipis.b.Kurang suburnya endometrium : Malnutrisi ibu hamil. Melebarnya plasenta karena gamelli. Bekas seksio sesarea. Sering dijumpai pada grandemultipara.c.Terlambat implantasi : Endometrium fundus kurang subur. Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap untuk nidasi.

2.4PatofisiologiSeluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus.Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.Plasenta previa adalah implantasi plasenta bawah rahim sehingga menutupi kanalisservikalis dan mengganggu proses persalinandengan terjadinya perdarahan. Zigotyang tertanamsangat rendah dalam kavumuteri, akan membentukplasenta yang pada awal mulanyasangat berdekatan dengan ostimintenum. Plaseta yang letak nya demikianakan diam di tempatnya sehingga terjadiplasenta previaPenurunan kepala janin yang mengakibatkan tertekan nya plaseta (apabila plaseta tumbuh di segmen bawah rahim). Pelebaran pada segmen bawah uterus dan pembukaanservikakan menyebabkan bagian plaseta yang diatas atau dekat ostiumakan terlepas dari dinding uterus.Segmenbawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pada trisemester III. Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.( Doengoes, 2000 ).2.5Tanda dan Gejala Perdarahan tanpa nyeri. Perdarahan berulang. Warna perdarahan merah segar. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah. Timbulnya perlahan-lahan. Waktu terjadinya saat hamil. His biasanya tidak ada. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi. Denyut jantung janin ada. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.Jadi Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya. Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akaibat lokasi abnormal plasenta yang sedngan tumbuh. Penyebab pendarahan perlu ditegaskan kembali. Kalau plasenta terletak pada ostium internum, pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi ostium internum tanpa bias dielakkan akan mengakibatkan robekan pada tempat pelekantan plasenta yang diikuti oleh pendarahan dari pembuluh- pembuluh darah uterus. Pendarahan tersebut diperberat lagi dengan ketidakmampuan serabut- serabut otot miometrium segmen bawah uterus untuk mengadakan kontaksi dan retraksi agar bias menekan bembuluh darah yang rupture sebagaimana terjadi secara normal ketika terjadipelepasan plasenta dari dalam uterus yang kosong pada kala tiga persalinan.Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta, atau akibat daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan plasenta kadangkala terhalang dan kemudian dapat terjadi pendarahan yang banyak setelah bayi dilahirkan. Pendarahan dari tempat implantasi plasenta dalam segmen bahwa uterus dapat berlanjut setelah plasentah dilahirkan, mengingat segmen bahwa uterus lebih cendrung memiliki kemampuan kontraksi yang jelek dibandingkan korpus uteri. Sebagai akibatnya, pembuluh darah memintas segmen bahwa kurang mendapat kompresi. Pendarahan dapat terjadi pula akibat laserasi pada bagian bahwa uterus dan serviks yang rapuh, khususnya pada usaha untuk mengeluarkan plasenta yang melekat itu secara manual.Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah : Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang. Darah biasanya berwarna merah segar. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.

2.6KlasifikasiKlasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktuatau derajat abnormalitas tertentu : Plasenta previa totalis : bilaostium internum servisis seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta. Plasenta previa lateralis : ostium internum servisis bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir.Derajat plasenta previa akan tergantung kepada luasnya ukuran dilatasi serviks saat dilakukan pemeriksaan. Perlu ditegaskan bahwa palpasi digital untuk mencoba memastikan hubungan yang selalu berubah antara tepi plasenta dan ostium internum ketika serviks berdilatasi, dapat memicu terjadinya perdarahan hebat.

2.7 Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium USG : biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan congenital, letak dan derajat maturasi plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan dengan teknik operasi yang akan dilakukan. Kardiotokografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan > 28 minggu. Laboratorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO atau operasi, perlu diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu. Sinar X:Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin. Pengkajian vaginal:Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar. Isotop Scanning:Atau lokasi penempatan placenta. Amniocentesis:Jika 35 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.

2.8KomplikasiMenurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut :a.Pada ibu dapat terjadi : Perdarahan hingga syok akibat perdarahan Anemia karena perdarahan Plasentitis Endometritis pasca persalinanb.Pada janin dapat terjadi : Persalinan premature Asfiksia berat

2.9 Penatalaksanaan MedisMenurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu : Kaji kondisi fisik klien Menganjurkan klien untuk tidak coitus Menganjurkan klien istirahat Mengobservasi perdarahan Memeriksa tanda vital Memeriksa kadar Hb Berikan cairan pengganti intravena RL Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan

Konservatif bila : Kehamilan kurang 37 minggu. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal). Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuhperjalanan selama 15 menit).

Perawatan konservatif berupa : Istirahat. Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia. Memberikan antibiotik bila ada indikasii. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.

Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.a.Penanganan aktif bila : Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih. Anak matiPenanganan aktif berupa : Persalinan per vaginam. Persalinan per abdominal.

Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan : Plasenta previa marginalis Plasenta previa letak rendah Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.b.Penanganan (pasif) Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah sakit tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belum cukup.37minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram persalinan dapat ditunda dengan istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone, observasi teliti. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya tidak prematur. Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.

Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin prematur tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan menciptakan suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu maupun janin. Perawatan di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas fisik, penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi yang tepat, merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup infus larutan elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus oleh ahlinya sejak saat dilahirkan.Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi plasenta yang cukup jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahn utama. Arias (1988) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa padacerclageserviks yang dilakukan antara usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang disebabkan oleh plasenta previa.Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk melahirkan lewat bedah sesarea ada dua : Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus untuk berkontraksi sehingga perdarahan berhenti Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada plasenta previa totalis serta parsial.

BAB IIIPEMBAHASAN KASUSKASUS 1 : Kehamilan dengan KomplikasiNy.A, berusia 36 tahun, G3P2A0, hamil trimester 3, datang ke rumah sakit dengan keluhan perdarahan terus menerus dari jalan lahir dan tidak disertai nyeri. Dari pemeriksaan didapatkan tkanan darah 130/80 mm/Hg, frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi pernapasan 22x/menit, suhu tubuh 36,7C, tinggi fundus uterus 29 cm, terdapat linea nigra dan linea alba, pemeriksaan vulva vagina tidak terdapat varises, terdapat Chadwick, darah berwarna merah segar 5-10 cc. Dari pemeriksaan USG tampak plasenta yang menutupi jalan lahir. Dari anamnesa diketahui perdarahan terjadi sejak 2 minggu lalu, pemeriksaan rutin di puskesmas, pernah mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan yang lalu, ibu pasien memiliki riwayat hipertensi. Selama pemeriksaan pasien terus menerus bertanya tentang keadaan janinnya dan takut terjadi hal buruk pada dirinya. Terapi medis sesuai order dokter: nifedipine 3x20 mg, Kalk 1x1 tab, Fe 1x1 tab, Rl 20 gtt/menitIdentifikasi Istilah Chadwick Varises Linea nigra Linea alba Hiperemesis gravidarumMenjawab Istilah Chadwick: Hipervaskularisasi yang mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiruan (lividae) . (Winkjosastro, 2007 : 94). Varises: Pembesaran pembuluh darah sampai tampak dari luar dan berkelok-kelok karena adanya hambatan pada pembuluh darah Linea nigra: garis hitam kecoklatan yang terlihat diperut ibu saat kehamilan Linea alba: garis horizontal pada mukosa setinggi bidang oklusal. Hiperemesis gravidarum: mual muntah yang berlebihan pada ibu hamil yang terjadi pada trimester awal kehamilanPertanyaan yang mungkin muncul dalam kasus1. Mengapa Ny.A mengalami perdarahan?1. Mengapa terdapat Chadwick pada ibu hamil?1. Berapa taksiran usia kehamilan ibu dan tentukan taksiran berat badan janin?1. Apa penyebab plasenta yang mengakibatkan jalan lahir tertutup?1. Apa yang dialami oleh Ny.A?1. Mengapa pada saat lahiran Ny.A merasa nyeri?1. Kemungkinan abortus pada Ny. A tinggi atau tidak?

Pembahasan1. Perdarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Oxorn, 2003).2. Karena adanya peningkatan Hormonestrogenyang mempengaruhi sistemreproduksisehingga terjadi peningkatan vaskularisasi dan hiperemia padavaginadanvulva. Peningkatan vaskularisasi menyebabkan warna kebiruan pada vaginayang disebut dengantanda Chadwick.3. Taksiran Bulan:Rumus: Tfu : 3,5= ..bulan29 : 3,5 =8 bulan Minggu: Rumus : Tfu x 8/7 = ..minggu29 x 8/7 = 33 minggu Berat badan janinRumus = Tfu-12x155 =gram29-12x155= 2.600 gram4. Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup : Perdarahan (hemorrhagi). Perdarahan secara terus menerus Usia >35 tahun Riwayat operasi sebelumnya Jarak kehamilan terlalu dekat Gaya hidup Trauma Pernah mendapat tindakan kuretase Riwayat SC.5. Karena pada pemeriksaan USG tampak plasenta menutupi jalan lahir, maka kemungkinan besar ibu mengalami plasenta previa6. Terdapatnya rasa nyeri pada proses persalinan itu disebabkan oleh adanya kontraksi ketika janin menyesuaikan diri masuk ke jalan lahir7. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal,pada sekmen uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pada jalanlahir (Mansjoer, 2001). Sehingga bisa dikatakan bahwa tingkat abortus pada kasus ini rendah, karena pada kasus ini proses kelahiran masih bisa diselamatkan.

Asuhan keperawatanIdentitasNama: Ny. AUmur: 36 tahunRiwayat KesehatanKeluhan utama: PerdarahanRiwayat Kesehatan Sekarang: Pada saat dilakukan pengkajian pada klien, klien mengeluh perdarahan terus menerus dari jalan lahir dan tidk disertai nyeri. Dari pemeriksaan didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, frekuesni nadi 80x/menit, frekuensi pernapasan 22x/menit, suhu tubuh 36,7C, tnggi fundus uterus 29 cm, terdapat linea nigra dan linea alba, pemeriksaan vulva vagina tidak terdapat varises, terdapat chadwick, darah berwarna merah segar 5-10 cc.Riwayat kesehatan dahulu :Pernah mengalami hiperemesis gravidarumRiwayat kesehatan keluarga: Ibu Ny. A memiliki riwayat penyakit hipertensi.Data penunjang: Pemeriksaan USG: Tampak plasenta yang menutupi jalan lahir.Terapi: nifedipine3x20 mg, Kalk 1x1 tab, Fe 1x1 tab, Rl 20 gtt/menitPemeriksaan fisik:Ttv: TD: 130/80mmHg, Nadi: 80x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 26,7CSistem reproduksi: - vulva vagina tidak terdapat varisesTerdapat chadwickDarah berwarna m,erah segar 5-10 ccAbdomen : - terdapat linea nigra dan linea albaAnalisa DataNoDataEtiologi Problem

1Ds:Pasien mengatakan mengalami perdarahan pervaginam berwarna merah segar, Do:Ttv: TD: 130/80mmHg, Nadi: 80x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 26,7CPemeriksaan USG: Tampak plasenta yang menutupi jalan lahir.

Segmen bawah uterus melebar dan menipisServik membukaTerlepasnya plasenta dari dinding uterus

Sinus uterus terobekPerdarahan

Ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus

Gangguan perfusi jaringanGangguan perfusi jaringan pada janin

2Ds: Pasien terus menerus bertanya tentang keadaan janinnya dan takut terjadi hal buruk pada dirinya.Do:-Perubahan status kesehatanKurangnya pengetahuanStress psikologisAnsietasAnsietas

Diagnosa Keperawatan1. Gangguan perfusi jaringan pada janin b.d perdarahan2. Ansietas b.d perubahan status kesehatanPerencanaanNoDiagnosaTujuanIntervensiRasional

1Gangguan perfusi jaringan pada janin b.d perdarahanDitandai dengan : Ds:Pasien mengatakan mengalami perdarahan pervaginam berwarna merah segar, Do:Ttv: TD: 130/80mmHg, Nadi: 80x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 26,7CPemeriksaan USG: Tampak plasenta yang menutupi jalan lahir.

Tupan:Tidak terjadfi gangguan perfusi jaringanTupen:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama2 x 24 jam, Keadaan umum pasien baik dengan kriteria hasil :1. TTV normal2. Perdarahan berkurang3. Kesadaran pasien tidak menurun0. Kaji secara akurat kemungkinan harapan hidup janin, kaji juga kapan menstruasi terakhir ibu, prioritaskan pelaporan yang didapat dari Ultrasound atau riwayat obstetrik.

0. Inspeksi keadaan perineum, hitung jumlah dan karkateristik perdarahan.0. Monitor TTV0. Lakukan persiapan prosedur emergency antepartum , partum, seperti terapi oksigen, terapi parenteral IV dan mungkin infuse parallel.0. Elevasikan ekstremitas bawah untuk meningkatkan perfusi ke organ vital dan fetus.0. Kolaborasi dengan dokter kandungan1. Menentukan kemungkinan usia janin, BB janin, dan untuk melanjutkan intervensi persalinan

2. Persiapan persalinan dan kemungkinan ibu mengalami anemia karena terjadinya perdarahan

3. Mengetahui keadaan umum pasien

4. Mempersiapkan persalinan dengan kemungkinan janin selamat dan antisipasi terjadinya kehilangan cairan yang berlebih

5. Meningkatkan perfusi ke organ vital agar janin sedikit demi sedikit mulai masuk ke jalan lahir

6. Kolaborasi kemungkinan dilakukannya SC

2Ansietas b.d perubahan status kesehatanDitaandai dengan : Pasien terus menerus bertanya tentang keadaan janinnya dan takut terjadi hal buruk pada dirinya.Tupan:Ansietas hilangTupen:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 30 Menit rasa khawatir pasien perlahan mulai berkurang1. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik2. Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi dan prognosis3. Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi4. Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami selama prosedur1. Mengetahui tingkat kecemasan pasien untuk mengetahui intervensi selanjutnya

2. Memberikan pengetahuan kepada pasien

3. Mengalihkan perhatian pasien agar ansietas berkurang

4. Pengetahuan yang lengkap kepada pasien akan membuat pasien menjadi tenang dan memahami kondisinya

Implementasi No Tanggal Dx. keperawatan JamImplementasievaluasi

108 Maret 2014Gangguan perfusi jaringan pada janin b.d perdarahan

jam 09:00

Jam 09:30

Jam 10:00

Jam 10:30

Jam 11:30

1. Mengkaji secara akurat kemungkinan harapan hidup janin, kaji juga kapan menstruasi terakhir ibu, prioritaskan pelaporan yang didapat dari Ultrasound atau riwayat obstetrik.

2. Menginspeksi keadaan perineum, hitung jumlah dan karkateristik perdarahan.

3. Memonitor TTV

4. Melakukan persiapan prosedur emergency antepartum , partum, seperti terapi oksigen, terapi parenteral IV dan mungkin infuse parallel.

5. Mengelevasikan ekstremitas bawah untuk meningkatkan perfusi ke organ vital dan fetus.

6. Berkolaborasi dengan dokter kandunganS= pasien mengatakan sudah merasa lebih nyaman dengan keadaannyaO=Ttv normal: TD: 110/80mmHg, Nadi: 80x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 37,5CA= masalah keperawatan teratasi P= intervensi dihentikan

208 Maret 2014Ansietas b.d perubahan status kesehatan

Jam 13:00a

Jam 13:00

Jam 13:30

Jam 14:001. Mengkaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik2. Menyediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi dan prognosis3. menginstruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi4. Menjelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami selama prosedurS= pasien mengatakan sudah jauh lebih tenangO=keadaan umum pasien baikA= masalah teratasiP= intervensi dihentikan

BAB IVPENUTUP

A.KesimpulanPada masa kehamilan , hampir seluruh tubuh wanita hamil mengalami perubahan. Untuk itu, perwatan prenatal yang baik sangat penting untuk mencegah timbulnya komplikasi yang menyertai kehamilan. Status kesehatan ibu hamil merupakan modal dasar kesehatan dan pertumbuhan generasi penerus, sehingga perlu perhatian serius untuk menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator pelayanan kesehatan di suatu daerah.Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum).Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapafaktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekasoperasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksirahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim. Gejala yang paling sering terjadi pada plasenta previa berupa pendarahan jadi kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya.

B.SaranDiharapkan dengan adanya makalah ini pengetahuan tentang masalah keperawatan di bidang Plasenta Previa dapat diatasi dan semakin menunjukkan peningkatan manajemen keperawatan. Selain itu Plasenta Previa merupakan sebuah keadaan abnormal dimana penyebabnya masih belum diketahui secara pasti, namun masih banyak keadaan pada Plasenta Previa yang masih belum mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal. Hal inilah yang diharapkan dapat berubah ke arah kemajuan dan dapat mengurangi terjadinya keadaan abnormal pada massa kelahiran dengan diadakannya penyuluhan kesehatan di bidang plasenta previa.

DAFTAR PUSTAKACarpeitoL.J, 2000,Diagnose Keperawatan,edisi 8, Jakarta:EGCNovita.Fithya,2008,Asuhan Keperawatan Ny.W Hamil Trimester III Dengan Plasenta Previa di Ruang C RSUD Dr.DorisSylvanus Palangka Raya.Marilynn E. DoengesandMary Frances Moorhouse, 2001, Rencana PerawatanMaternal/Bayi, edisi kedua. EGC. Jakarta.Hamilton,PersisMary,1995,Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas,Jakarta:EGCManuaba, Fajar, 2007,pengantar kuliah obsteri,Jakarta:EGC

1 | Reproduksi 1