karya tulis ilmiah uji efek diuretik perasan …
TRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH
UJI EFEK DIURETIK PERASAN BAWANG PUTIH
(Allium sativum L.) TERHADAP MENCIT
(Mus musculus) DENGAN FUROSEMIDA
SEBAGAI PEMBANDING
FRISKA MARTHIO VANNI SIANIPAR
P07539015074
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN FARMASI
2018
KARYA TULIS ILMIAH
UJI EFEK DIURETIK PERASAN BAWANG PUTIH
(Allium sativum L.) TERHADAP MENCIT
(Mus musculus) DENGAN FUROSEMIDA
SEBAGAI PEMBANDING
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
Diploma III Farmasi
FRISKA MARTHIO VANNI SIANIPAR
P07539015074
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN FARMASI
2018
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL : UJI EFEK DIURETIK PERASAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) PADA MENCIT (Mus musculus) DENGAN FUROSEMIDA SEBAGAI PEMBANDING
NAMA : FRISKA MARTHIO VANNI SIANIPAR
NIM : P07539015074
Telah Diterima Dan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Penguji
Medan, 2018
Menyetujui
Pembimbing
Drs. Jafril Rezi, M.Si,Apt.
NIP. 195604081996031001
Ketua Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Medan
Dra.Masniah, M.Kes, Apt
NIP. 196204281995032001
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : UJI EFEK DIURETIK PERASAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) DENGAN FUROSEMIDA SEBAGAI PEMBANDING
NAMA : Friska Marthio Vanni Sianipar NIM : P07539015074
Karya Tulis Ini Telah Diuji Pada Sidang Ujian Akhir
Program Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes
Medan, Juli 2018
Penguji I Penguji II
Rosnike Merly Panjaitan, ST,M.Si Rini Andarwati, SKM, M.Kes
NIP. 196605151986032003 NIP. 197012131997032001
Ketua Penguji
Drs. Jafril Rezi, M.Si, Apt NIP. 1956040819966031001
Ketua Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
Dra.Masniah, M.kes, Apt
NIP. 196204281995032001
iv
SURAT PERNYATAAN
UJI EFEK DIURETIK PERASAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) DENGAN FUROSEMIDA
SEBAGAI PEMBANDING
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan unntuk di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2018
Friska Marthio Vanni Sianipar
P07539015074
v
MEDAN HEALTH POLYTECHNICS OF MINISTRY OF HEALTH
PHARMACY DEPARTMENT
SCIENTIFIC PAPER, August 2018
Friska Marthio Vanni Sianipar
Test of dieuretic effect of Garlic juice (Allium sativum) On Mice (Mus Musculus) Using Furosemide As Comparison.
xiv + 41 Pages + 4 Tables + 1 Graph + 12 Images + 5 Attachments
ABSTRACT
Diuretics are substances that can increase the volume of urine released through direct work on the kidneys. Garlic (Allium sativum L.) is one of the plants that is efficacious as a diuretic. This study aimed to find out the effectiveness of garlic (Allium sativum L.) juice as a diuretic.
This research was an experimental study using purposive sampling technique. About 20 mice were divided into 5 treatment groups. Each group was given 80% of garlic juice, 40% and 20%, solution of Furosemide and Aquadest orally and the urine volume was measured in an interval of 30 minutes for 4 hours.
The results showed that the administration of garlic juice with a concentration of 80%, 40% and 20% increased the volume of urine. Garlic juice concentration of 80% produced the best amount of urine compared to concentrations of 40% and 20%. Based on these results, it can be concluded that garlic juice is effectiveness as diuretic.
Keywords: Garlic (Allium sativum L.), diuretic, Garlic Juice
Reference: 10 (1979- 2016)
vi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN FARMASI KTI, Agustus 2018 Friska Marthio Vanni Sianipar
Uji Efek Dieuretik Perasan Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Mencit (Mus musculus) Dengan Furosemida Sebagai Pembanding. xiv + 41 Halaman + 4 Tabel + 1 Grafik + 12 Gambar + 5 Lampiran
ABSTRAK
Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran air seni melalui kerja langsung terhadap ginjal. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat sebagai diuretik yaitu bawang putih (Allium sativum L.). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perasan bawang putih (Allium sativum L.) berkhasiat sebagai diuretik. Penelitian ini merupakan penelitian bersifat eksperimental dengan pengambilan sampel secara purposive, sebanyak 20 ekor mencit yang terbagi dalam 5 kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok diberi perasan bawang putih 80%, 40% dan 20%, larutan Furosemida dan Aquadest secara oral dan ukur volume urin selang waktu 30 menit selama 4 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian PBP dengan konsentrasi 80%, 40% dan 20% meningkatkan volume urin. Perasan bawang putih konsentrasi 80% menghasilkan jumlah urin yang paling baik dibandingkan konsentrasi 40% dan 20%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa perasan bawang putih memiliki efektivitas sebagai diuretik. Kata kunci : Bawang putih (Allium sativum L.), diuretik, Perasan Bawang Putih Daftar bacaan : 12 ( 1979- 2016)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan baik. Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Uji Efek
Dieuretik Perasan Bawang Putih (Allium sativum L) Terhadap Mencit (Mus
musculus) Dengan Furosemida Sebagai Pembanding”.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratandalam menyelesaikan program pendidikan diploma III di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Farmasi.
Dalam menyelesaikan karyatulis ilmiah initidak lepas dari dukungan,
dorongan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Hj. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan.
2. Ibu Dra. Masniah, Apt., M.Kes selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Medan
3. Ibu Dra. D. Elysa Putri Mambang, M.Si, Apt . Selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Medan.
4. Bapak Drs. Jafril Rezi, M.Si, Apt. Selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah
yang selalu memberikan masukan serta bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dan selama melakukan penelitian
serta telah mengantarkan penulis mengikuti Ujian Akhir Program (UAP).
5. Ibu Rosnike Merly Panjaitan, ST, M.Si selaku penguji I Karya Tulis Ilmiah
dan Ujian Akhir Program (UAP) yang telah memberikan saran dan
masukan kepada penulis.
6. Ibu Rini Andarwati, SKM, M.Kes. selaku penguji II Karya Tulis Ilmiah dan
Ujian Akhir Program (UAP) yang telah memberikan saran dan masukan
kepada penulis.
7. Teristimewa kepada kedua orangtua yang penulis cintai dan sayangi
Ayahanda Martogi Sianipar, S.pd dan Ibunda Dra. Mariati Pasaribu serta
abang penulis Zulimar Eben Syahputra Sianipar yang telah banyak
viii
memberikan motivasi dan dukungan baik moral, material, maupun doa
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Sahabat – sahabat terbaik Penulis Dongan Situmorang, Melfa Pasaribu,
Tri Manalu, Husor Situmorang, Sri simarmata. Yang selalu ada bersama
penulis dalam melewati suka maupun duka dan memberikan motivasi
serta doa selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
9. Seluruh mahasiswa maupun kerabat penulis khususnya stambuk 2015
dan teman satu bimbingan penulis Cici sidauruk, Desi Siburian, Tio Dora
simatupang, Seli Simanjuntak yang telah memberikan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya dan
penulis berharap kiranya Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Agustus 2018
Penulis
Friska Marthio Vanni Sianipar
NIM P07539015074
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
BABII Tinjuan Pustaka .................................................................................... 4
2.1 Uraian Tumbuhan ......................................................................................... 4
2.1.1 Bawang Putih .......................................................................................... 4
2.1.2 Nama Lain dan Nama Daerah ................................................................ 4
2.1.3 Sistmatika Bawang Putih ........................................................................ 5
2.1.4 Morfologi Tumbuhan ............................................................................... 5
2.1.5 Manfaat-manfaat Tumbuhan .............................................................. 6
2.1.6 Kandungan Kimia Bawang Putih ............................................................... 8
2.2 Diuretik .......................................................................................................... 8
2.2.1 Pengertian Diuretik ................................................................................. 8
2.2.2 Pembentukan Kemih (urin) ..................................................................... 9
2.2.3 Mekanisme Kerja Diuretik ....................................................................... 10
2.2.4 Penggolongan Diuretik ........................................................................... 11
2.2.5 Penggunaan Diuretik .............................................................................. 11
2.2.6 Efek Samping Diuretik ............................................................................ 12
x
2.2.7 Obat-Obat Diuretik ...................................................................................... 12
2.3 Uraian Bahan Obat Yang Digunakan .................................................................. 13
2.3.1 Furosemida .................................................................................................... 13
2.4 Hewan Percobaan ............................................................................................... 14
2.4.1 Cara Perlakuan Terhadap Hewan Percobaan .............................................. 14
2.4.2 Mencit ............................................................................................................. 15
2.5 Kerangka Konsep ................................................................................................ 16
2.6 Definisi Operasional ............................................................................................. 17
2.7 Hipotesis .............................................................................................................. 17
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 18
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................................ 18
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 18
3.3 Populasi dan Pengambilan Sampel
Penelitian ................................................................................................................... 18
3.3.1 Populasi ......................................................................................................... 18
3.3.2 Pengambilan Sampel ..................................................................................... 18
3.4 Alat dan Bahan Yang Digunakan ........................................................................ 19
3.4.1 Alat ................................................................................................................. 19
3.4.2 Bahan ............................................................................................................. 19
3.4.3 Hewan Percobaan ......................................................................................... 19
3.5 Pembuatan Sediaan Perasa Bawang Putih ........................................................ 20
3.6 Pembuatan dan Perhitungan Volume Sediaan Larutan Furosemida .... 21
3.6.1 Pembuatan Larutan Furosemida ................................................................... 21
3.6.2 Perhitungan Volume Larutan Furosemida .................................................... 21
3.6.3 Pemberian Volume Pada Mencit ................................................................... 21
3.7 Prosedur Kerja .................................................................................................... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 23
4.1 Hasil ..................................................................................................................... 23
4.2 Pembahasan ........................................................................................................ 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 30
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1 Volume Pemberian Larutan Furosemida dengan PBP 80%, 40% dan
20% dan Aquadest yang di induksi dengan NaCl 0,9 % b/v. ............... 23
Tabel 4.1.2 Data Pengamatan Volume Urine Mencit Setelah Pemberian Larutan
Furosemida, PBP, dan Aquadest yang di induksi dengan NaCl 0,9
% b/v. .................................................................................................... 24
Tabel 4.1.3 Rata-rata VUT ( Volume Urine Tertampung) Tiap 30’ Menit selama
4 jam ........................................................................................................ 25
Tabel 4.1.4 Data Persentase Kriteria Khasiat Diuretik Berdasarkan Kelompok
Perlakuan Selama 4 jam ..................................................................... 26
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Rata-rata VUT (Volume Urine Tertampung) ml
Tiap 30 menit ............................................................................................. 25
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3.1 Rumus Bangun Furosemida ........................................................ 13
Gambar 1. Bawang putih (Allium sativum L.) ...................................................... 31
Gambar 2. Mencit (Mus musculus) ..................................................................... 31
Gambar 3. Penimbangan Bawang Putih ( Allium sativum L.) .............................. 32
Gambar 4. Penimbangan Berat Badan Mencit (Mus musculus) ........................ 32
Gambar 5. Larutan Furosemida ........................................................................... 33
Gambar 6. Perasan Bawang Putih 80% ............................................................... 33
Gambar 7. Perasan Bawang Putih 40% ............................................................... 34
Gambar 8. Perasan Bawang Putih 20% ............................................................... 34
Gambar 9. Pemberian Obat Secara Oral Pada Mencit........................................ 35
Gambar 10. Alat Penampung Urin ....................................................................... 35
Gambar 11. Volume Urine Tertampung (VUT) .................................................... 36
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Konversi dosis antara jenis hewan dengan manusia ………...37
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ......................................................................... 38
Lampiran 3. Herbarium Hasil Identifikasi Tumbuhan .......................................... 39
Lampiran 4. Kartu Laporan Pertemuan Bimbingan KTI ...................................... 40
Lampiran 5. Ethical Clearance ............................................................................ 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan sumber daya
alam yang melimpah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki tersebut kemudian
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan hidup sehari-hari
diantaranya sebagai tumbuhan obat. Penggunaan bahan obat yang berasal dari
tumbuhan semakin meningkat karena aman dikonsumsi dan bila digunakan secara
tepat.
Menurut Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 pasal 1 ayat 9 tentang
kesehatan, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari
alam seperti tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galerik) yang dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit. Oleh sebab itu
kecenderungan masyarakat untuk menggunakan obat tradisional yang berasal dari
alam atau herbal dalam pemeliharaan kesehatan, kebugaran dan pengobatan
semakin meningkat.
Banyak sekali tumbuhan berkhasiat yang berupa bumbu dapur, tanaman
hias, tanaman sayuran dan tanaman buah yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan
obat.Salah satu nya tumbuhan yang berupa bumbu dapur yaitu Bawang putih
(Allium sativum L.)yang berkhasiat sebagai pelancar air seni (diuretik).
Bawang putih ( Allium sativum L.) merupakan salah satu bumbu dapur yang
banyak digunakan sebagai bumbu masakan oleh masyarakat. Pemanfaatan bawang
putih tidak hanya popular pada masa kini, tetapi juga sudah berlangsung sejak
dimulainya peradaban manusia.Hipocrates mengungkapkan bahwa pada zaman
babilonia dan yunani, bawang putih biasa dipakai sebagai obat untuk
menyembuhkan sembelit dan pelancar air seni (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
Adapun bagian yang paling sering digunakan adalah umbinya.Umbi bawang
putih ini mengandung senyawa aktif yang juga berperan memberi aroma pada
bawang putih yaitu alisin. Zat tersebut yang membuat bawang putih berbau
menyengat pada saat segar dan berbau harum apabila ditumis.
Pemanfaatan serta khasiat dari bawang putih (Allium sativum L.) sudah
dikenal dalam kehidupan sehari- hari sejak dahulu.
2
Bawang putih telah banyak berperan dalam peningkatan kesejahteraan
manusia dan mempunyai khasiat sebagai obat tradisional. Adapun kegunaan serta
khasiat dari umbi bawang putih sebagai obat flu,obat batuk, tukak lambung, infeksi
saluran kencing, obat sakit gigi,sembelit, obat masuk angin, obat bisul,
memperlancar air seni, menurunkan tekanan darah tinggi, dan sebagai penyedap
makanan (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
Bawang putih merupakan jenis tanaman yang tidak memberi efek panas
pada kulit. Zat aktif yang ada pada bawang putih yang berperan memberi aroma
bawang putih yang khas adalah alisin, karena alisin mengandung sulfur, alisin yang
terkandung dalam bawang putih juga merupakan zat aktif yang dapat membunuh
mikroba secara efektif, seperti kuman penyebab infeksi (flu atau demam).
Sementara itu, kehebatan bawang putih sebagai obat diduga kerena
kombinasi dua senyawa yang ada di dalamnya, yakni alisin dan scordinin.Alisin
berfungsi sebagai antibiotik alami yang sanggup membasmi berbagai macam dan
bentuk mikroba.Scordinin memiliki kemampuan meningkatkan daya tahan tubuh dan
pertumbuhan tubuh. Selain itu kandungan kimia lain yang ada dalam bawang putih
per 100 g adalah saltivine, selenium, scordinin, minyak atsiri, dan saponin, sulfur,
vitamin dan mineral, allicin dan aliin.
Alicin dan aliin merupakan zat yang terkandung didalam umbi bawang putih
yang berkhasiat juga berkaitan dengan daya anti kolestrol untuk mencegah jantung
koroner, serta memperlancar air seni.
Diuretik adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu kondisi,
sifat atau penyebab naiknya laju urinasi dan pengeluaran air seni serta menambah
kecepatan pembentukan urine.
Diuretik digunakan pada semua keadaan peningkatan pengeluaran urin,
khusus nya pada hipertensi digunakan untuk mengurangi volume darah sehingga
tekanan darah menurun dan digunakan juga pada pederita gagal jantung. Secara
empiris 6 – 10 gr (± 5ml) bawang putih mengobati gangguan urine, bawang putih
diyakini berasal dari Asia terutama dari kawasan yang beriklim subtropics di wilayah
cina dan jepang, akan tetapi bumbu yang beraroma tajam ini sangat popular untuk
kuliner dan pengobatan tradisional di wilayah Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti “Uji Efek
Dieuretik Perasan Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Mencit (Mus
musculus) Dengan Furosemida Sebagai Pembanding”.
3
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah perasan bawang putih (Allium sativum L.) memiliki khasiat diuretik
terhadap mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan?
2. Pada konsentrasi berapa perasan bawang putih (Allium sativum L.) memiliki
khasiat sebagai diuretik terhadap mencit (Mus musculus) dibandingkan dengan
Furosemida.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk Meneliti bawang putih (Allium sativum L.) berkhasiat sebagai diuretik
terhadap mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan.
2. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa perasan bawang putih (Allium
sativum L.) memiliki khasiat sebagai diuretik dibandingkan dengan Furosemida.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai riferensi bagi peniliti selanjutnya
2. Untuk menambah bahan informasi bagi masyarakat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bawang Putih
2.1.1 Uraian Tumbuhan
Bawang putih merupakan tumbuhan yang tidak asing lagi.Hampir semua
masakan yang ada di Nusantara ini memakai umbi berwarna putih ini sebagai
penyedap rasa. Di dunia pengobatan tradisional, bawang putih juga sudah
dikenal,bahkan sering dipakai oleh masyarakat sebagai obat tradisonal yang
memiliki khasiat untuk mengobati beberapa penyakit .
Bawang putih sebenarnya bukan tanaman asli Indonesia.Tanaman ini
diperkirakan berasal dari Asia Tengah, seperti Jepang dan Cina yang beriklim
subtropis.Dari sini, bawang putih menyebar keseluruh Asia, Eropa, dan akhirnya
keseluruh dunia.
Jenis bawang putih yang banyak ditanam di Indonesia ada tiga varietas yang
telah dikenal unggul, yaitu lumbu hijau dan lumbu kuning untuk dataran tinggi, serta
lumbu putih untuk dataran rendah. Varietas lain yang ada merupakan modifikasi dari
ketiga varietas tersebut dan diberi nama sesuai daerah asal penamaanya (Syamsiah
dan Tajudin, 2003).
2.1.2 Nama Lain dan Nama Daerah
Begitu terkenalnya bawang putih, hampir seluruh masyarakat di Indonesia
mengenalnya.Bahkan, hampir setiap manusia yang hidup dipermukaan bumi ini
mengenal bawang putih.Disebabkan letaknya yang tersebar diseluruh dunia, orang
menyebut berbeda-beda, tergantung dari bahasa yang dipakai di wilayah tersebut.
Di Indonesia, karena bahasa daerah yang ada cukup banyak, sebutan untuk
bawang putih juga banyak. Berikut ini bebrapa nama bawang putih sesuai dengan
daerah tumbuhnya (Syamsiah dan Tajudin, 2003). :
Jawa (Bawang putih) ; Sunda (Bawang bodas) ; Madura (Bhabang pote) ; Karo :
(Lasuna) ; Minang (Dasun putih) ; Bali (Kasuma) ; Makasar (Lasuna kebo).
5
2.1.3 Sistematika Bawang putih
Diviso : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Liliales
Familia : Liliaceae
Genus : Allium
Species : Allium sativum L.
2.1.4 Morfologi Tumbuhan
Bawangputih merupakan nama latin Allium sativum Linn. Sativum berarti
dibudidayakan, karena alliumyang satu ini diduga merupakan keturunan dari
bawang liar Alium longicurpisRegel. Keluarga atau genus Alium sebenarnya ada
sekitar 500 jenis, lebih dari 250 jenis di antaranya termasuk bawang-
bawangan.Tanaman bawang putih bias ditemukan dalam bentuk terna
(bergerombol), tumbuh tegak, dan bias mencapai ketinggian 30-60 cm. Adapun
beberapa bagian dari tanaman bawang putih sebagai berikut:
1. Daun bawang putih berupa helai-helai (seperti pita) memanjang ke atas.
Jumlah daun setiap tanaman bisa mencapai lebih dari 10 helai. Bentuknya
pipih rata, tidak berlubang, berbentuk runcing-runcing di ujung atasnya, dan
agak melipat ke dalam (ke arah panjang atau membujur), serta membentuk
sudut di permukaan bawahnya.
2. Batang bawang putih merupakan batang semu yang panjang (bisa mencapai
30 cm) dan tersusun dari pelepah daun yang tipis tetapi kuat, batang
tanaman ini sebenarnya merupakan batang batang pokok tidak sempurna
(rundimeter) dengan pangkal atau bagian dasarnya berbentuk cakram.
3. Akar bawang putih terletak dibatang pokok, tepatnya dibagian dasar umbi
atau pangkal dasar umbi atau pangkal umbi yang berbentuk cakram. Sistem
perakarannya berupa akar serabut (monokotil) yang pendek-pendek dan
menghujam ke dalam tanah tidak terlalu dalam.
4. Siung dan Umbi berada di dekat pusat batang pokok bagian bawah, tepatnya
diantara daun muda dekat pusat batang pokok, terdapat tunas-tunas. Dari
tunas inilah akn tumbuh umbi-umbi kecil yang disebut siung. Siung ini
tumbuh secara bergerombol membentuk umbi. Umbi bawang putih berbentuk
6
mirip gasing. Umbi bawang putih terdiri dari siung yang jumlahnya banyak
dan tersusun secara tidak beraturan. Setiap umbi mempunyai 3-36 siung,
setiap umbi besar mempunyai siung sekitar 3-12 siung.
5. Bunga bawang putih berupa bunga majemuk, bertangkai, berbentuk bulat,
dan menghasilkan biji untuk keperluan generatif. Tangkai bunga bawang
putih biasanya tidak tersembul keluar, bunganya hanya kelihatan dari luar
sebagian, bahkan sering tidak kelihatan sama sekali dan sering sekali bunga
dari tanaman ini tidak berbentuk karena sudah gugur sewaktu masih dalam
tahap tunas bunga.
Dari beberapa bagian tanaman bawang putih tersebut, sampai saat ini yang
banyak dipakai adalah memanfaatkan umbinya sebagai bumbu masak maupun
sebagai obat tradisional (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
2.1.5 Manfaat-Manfaat Bawang Putih
1. Bawang sebagai obat
Berbagai jenis bawang termasuk bawang putih sudah digunakan sebagai obat
herbal sejak zaman dahulu.Zat yang terkandung dalam bawang putih dapat
membantu membunuh bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dan dapat
membunuh mikroba secara efektif, seperti kuman penyebab infeksi flu,
gastroensentis, atau demam (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
2. Menurunkan gula dalam darah
Senyawa belerang yang terdapat dala bawang putih bersifat mengencerkan
darah.Jika darah lebih encer, risiko penyumbatan pembuluh darah dapat
ditekan.Sementara itu, alisin merupakan senyawa yang dapat membuat butir darah
merah lebih licin dan tidak menggumpal, sehingga mampu mencegah penumpukan
deposit lemak di dinding pembuluh darah.Pada akhirnya, peredaran darah menjadi
lancar tanpa ada hambatan. Efeknya, gula darah dalam darah tidak berlebih,tekanan
darah normal, suplai darah ke jantung lancar.
3. Menstabilkan sistem pencernaan yang terganggu
Bawang putih mempunyai kemampuan diuretik, yaitu memperlancar
pembuangan air dan kotoran yang tersisa selama proses pecernaan terganggu.
Bahkan, bisa membuang bakteri yang tidak baik dan cacing dari pencernaan dan
usus. Di samping itu, diallyl sulphide yang terkandung dalam bawang putih
membantu hati memproses senyawa kimia beracun, yang akan memerangi
7
penyebab kanker, melunakkan jaringan hati, dan melancarkan aliran darah. Sistem
pencernaan yang sehat akan memuat tubuh menyerapbahan makanan secara
seimbang, sehingga tubuh mampu meningkatkan kekuatan untuk menangkal segala
macam penyakit (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
4. Meningkatkan Daya tahan tubuh
Bawang putih mengandung gizi yang sangat banyak.Kandungan tersebut beserta
alisin mampu meningkatkan stamina.Scordinin merupakan senyawa kompleks yang
berfungsi sebagi antioksidan, berperan dalam memberikan ketahanan tubuh dan
pertumbuhannya.
5. Mengobati nyeri sendi dan Sakit neuralgia
Vitamin B1 yang dikandung bawang putih mampu mengurangi rasa sakit
dipersendiaan.Disamping itu, bisa mengurangi rasa sakit neuralgia (sakit pada saraf
kepala) jika unsur alisinnya cukup kuat sampai ke pusat sel-sel saraf dari wilayah
yang terkena.
6. Mencegah radang selaput otak belakang dan Menghambat penuaan sel otak
Ekstrak bawang putih menekan kerusakan neuron di sel otak.Pada saat usia
pertumbuhan, kombinasi alisin dan scordinin merangsang neuron-neuron otak.
7. Mengobati batuk dan Tuberkulosis
Senyawa alisin pada bawang putih ternyata berfungsi sebagai antimikroba
spectrum luas. Alisin dalah senjata alam untuk melawan infeksi yang disebabkan
amuba,jamur, atau virus. Alisin memiliki mekanisme molekuler untuk memblokade
aktivitas enzim yang menyebabkan infeksi dan gangguan metabolisme, yakni enzim
cysteine proteinase dan enzim alkohol dehidrogenase, Enzim cysteine proteinase
merupakan penyebab utama infeksi.Dengan demikian, alisin mampu menghambat
virus yang menyebabkan batuk dan tuberkulosis.
8. Mengobati tukak lambung
Bakteri Helicobacter pylori, yakni bakteri menyebabkan tukak lambung.Dalam
mengobati tukak lambung ini, bawang putih dapat mengatasinya dengan adanya zat
alisin yang terkandung pada bawang putih.Alisin merupakan suatu antibiotika alami
yang bisa mencegah tumbuhnya dan bahakn menghancurkan bakteri helicobacter
pylori.
8
9. Mengobati sariawan
Sariawan umumnya disebabkan kekurangan vitamin C sehingga daya tahan
tubuh melemah.Akibatnya, serangan bakteri di dalam tubuh tidak bisa dilawan.Salah
satu efek yang sering timbul dari kejadian itu dalah sariawan.Di siamping itu,
bawang putih mampu membunuh bakteri penyabab sariawan tersebut, karena zat
sulfur yang dimiliki bawang putih termasuk zat antibakeri.
2.1.6 Kandungan Kimia Bawang Putih
Kandungan kimia lain yang ada didalam bawang putih per 100 g sebagai berikut:
1. Air dengan jumlah 66,2-71,0 g.
2. Kalori 95,0-122 kal.
3. Kalsium yang bersifat meenangkan sehingga cocok sebagai pencegah
hipertensi, sebesar 26-42 mg.
4. Saltivine yang bisa mempercepat pertumbuhan sel dan jaringan serta
merangsang susunan sel.
5. Sulphur 60-120 mg.
6. Protein 4,5-7 g.
7. Lemak 0,2-0,3 g.
8. Karbohidrat 23,1-24,6 g.
9. Fosfor 15-109 mg.
10. Besi 1,4-1,5 mg.
11. Vit A, B, dan C.
12. Kalium 346-377 mg
13. Selenium.
14. Scordinin.
2.2 Diuretik
2.2.1 Pengertian Diuretik
Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluran kemih
(diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal (Tjay dan Raharja, 2007). Isitilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan
volume urine yang diproduksi dan yang kemuda menunjukkan jumlah
pengeluaran(kehilangan) zat-zat terlarut air.
9
Fungsi Utama diuretik adalah untuk memobilasi cairan edema, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrak
sel kembali menjadi normal (Departemen Farmakologidan Terapeutik, 2007).
Diuretik bekerja dengan membuat ginjal mengeluarkan lebih banyak natrium
dalam urin. Tubuh kemudian mencoba mengimbangi jumlah ini dengan
meningkatkan konsentrasi natrium, dengan menambahkan lebih banyak air untuk
urin dari aliran darah selama proses pembentukan urin. Ada beberapa khasiat
kriteria diuretik yaitu diuretik kuat, diuretik sedang dan diuretik lemah.
2.2.2 Pembentukan Kemih (urin)
Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan
mengeluarkan dari dalam darah semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari tubuh
sendiri.Pengeluaran zat-zat ini sebagai larutan dalam air kemih (Tjay dan Raharja,
2007).
Fungsi penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh.
Ginjal merupakan organ tubuh yang terpenting untuk mengatur homeostatis, yaitu
suatu kesetimbangan dinamis diantara cairan di dalam dan diluar sel-sel yang
terutama tergantung dari pertukaran Na+.Ion-ion ini terutama berada di luar sel
dalam cairan antara sel dan dalam plasma darah, sedangkan ion kalium sebaliknya.
Pembentukan urine dari daerah secara sederhana terdiri dari :
1. Filtrasi glomerulus
2. Reabsorbsi
3. Ekskresi selektif dan tubulus
Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah kedalam glomeruli
(gumpalan kapiler), yang terletak di bagian kulit luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli
inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, gara
dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi ini mengandung banyak air serta
elektrolit ditampung di wadah (kapsul bowman) yang mengelilingi tiap gumpalan
seperti corong dan disalurkan melalui pipa kecil (tubuli).
Tubuli ini teridiri dari bagian proksimal dan distal, yang letaknya masing-
masing dekat dan jauh dari glomerulus dan kedua bagian ini di hubungi oleh sebuah
lengkungan yang disebut henle’s loop.Disini terjadi penarikan kembali secara aktif
dan air dan komponen yang masih penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam
kemudian dikembalikan ke darah melalui kapiler yang meliputi tubuli tersebut.Zat-zat
10
yang tidak berguna, seperti sampah perombakan dari metabolisme tidak diserap
kembali.
Dengan demikian, ultrafiltrat yang setiap harinya di hasilkan rata-rata 180 liter
oleh seorang dewasa,dipekatkan hingga lebih kurang 1 liter air kemih, sisanya lebih
dari 99% di reabsorbsi dikembalikan pada darah.
2.2.3 Mekanisme Kerja Diuretik
Kabanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium,
sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air diperbanyak.
Obat- obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga di tempat lain, yakni di:
1. Tubuli proksimal.
Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secara
aktif untuk lebih kurang 70%, antara lain ion-Na+ dan air, begitu pula glukosa
dan ureum.Karena reabsorpsi berlangsung secara propersional, maka
susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretik
osmotis (manitol,sorbitol) bekerja di sini dengan merintangi reabsorpsi air dan
juga natrium.
2. Lengkungan Henle
Dibagian menaik henle’s loopini ca 25% dari semua ion Cl-yang telah di filtrasi
direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+,
tetapi tanpa air, sehingga menjadi hipotonis. Deuretik lengkungan, seperti
furosemida, bumetanida, dan etakrinat, bekerja terutama di sini merintangi
transport Cl-dan demikian reabsorpsi Na+. Pengeluaran K+ dan air juga
diperbanyak.
3. Tubuli distal
Dibagian pertama segmen ini, Na+ di reabsorpsi secara aktif pula tanpa air
hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis.Senyawa thiazida dan
klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak ekskresi Na+ dal Cl-
sebesar 5-10%. Di bagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ino K+
atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron.
Antagonis aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida,
triamteren) bertitik kerja di sini dengan mengakibat ekskresi Na+ (kurang dari
5%) dan retensi k+ .
11
4. Saluran pengumpul
Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari hipofise bertitik kerja di sini dengan
jalan mempengaruhi permeabilitasbagi airdari sel-sel saluran ini.
2.2.4 Penggolongan Diuretik
Pada umumnya,diuretik dibagi beberapa kelompok, yakni :
1. Diuretik lingkungan: Furosemida, Bumetanida dan Etakrinat.
Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agaksingkat (4-60 jam).Banyak
digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru.Bila
dosis dinaikkan efek diuresisnya senantiasa bertambah.
2. Darivat thiazida: Hidroklorothiazida, Klorotalidon, Mefrusida, Indapamida,
Xipamida (Diurexan) dan klopamida.
Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama (6-48 jam) dan terutam
digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Obat
ini memiliki efek datar yang artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi, efek
dieresis, penurunan tekanan darah tidak bertambah.
3. Diuretika penghemat kalium : Antagonis aldosteron, Amilorida
Efek obat ini hanya lemah dan khusus dikombinasikan dengan diuretik lainnya
guna menghemat ekskresi kalium.
4. Diuretika osmotis : Manitol dan sorbitol
Obat-obat ini hanya direabsorbsi sedikit oleh tubuli, hingga reabsorbsiair juga
terbatas.Efeknya adalah dieresis osmotis dengan ekskresi air tinggi dan
ekskresi Na+ relatif sedikit.
5. Perintang Karbonanhidrase : Asetazolamida
Zat ini merintangi enzim karboanhidrase di tubuli proksimal, sehingga di
samping karobonat, juga Na dan K diekskresikan lebih banyak, bersamaan
dengan air (Tjay dan Raharja, 2007).
2.2.5 Penggunaan Diuretik
Diuretik digunakan pada semua keadaan dimana dikehendakinya
peningkatan pengeluaran air, contohnya pada Hipertensi. Digunakan untuk
mengurangi volume darah seleuruhnya sehingga tekanan darah menurun dan pada
12
gagal jantung yang bercirikan peredaran darah tidak sempurna dan terdapat cairan
berlebihan di jaringan, akibatnya tertimbun dan terjadi udema.
2.2.6 Efek Samping Diuretik
Efek- efek samping utama yang dapat diakibatkan diuretik adalah :
1. Hipokalemia, yaitu kekurangan kalium darah.
Gejala kekurangan kalium ini berupa kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi,
anoreksia, kadang-kadang juga aritmia jantung tetapi gejala ini tidak terlalu
sering terjadi.
2. Hiperurikemia akibat retensi asam urat dapat terjadi pada semua diuretika
kecuali Amilorida. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya persaingan antara
diuretikum dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli.
3. Hiperglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi
akibat dikuranginya metabolisme glukosa.
4. Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar kolesterol total
5. Hiponatriemia, akibat dieresis yang terlalu pesat dan kuat, kadar plasma dapat
menurun keras. Gejalanya dapat berupa rasagelisah, kejang otot, haus, latergi
(selalu mengantuk), dan kolaps.
6. Lain-lain: gangguan lambung usus (mual, muntah, diare), rasa letih, nyeri
kepala, pusing, dan terkadang terjadi reaksi alergi kulit.
2.2.7 Obat - Obat Diuretik
1. Furosemide : Furosemida, Lasix, Impungan
2. Asam etakrinat : Edecrin
3. Hidroklorthiazida : HCT, Esidrex
4. Klortalidon : Hygroton
5. Spironolakton : Aldactone, Letonal
6. Amilorida : Puritrid, Midamor
7. Triamteren : Dytac
8. Asetazolamida : Diamox
9. Mannitol : Manitol
10. Daun kumis kucing:Orthosiphoni folium (Tjay dan Raharja, 2007).
13
Farmakologi bersaral dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu
pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat
dan cara kerjanya pada system biologis.
2.3 Uraian Bahan Obat Yang Digunakan
2.3.1 Furosemida
Furosemida dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi ringan dan
sedang, karena dapat menurunkan tekanan darah (Siswandono, 1995).
Rumus bangun :
Gambar 2.3.1 Rumus Bangun Furosemida
Rumus molekul : C12H11CIN2O5S
Berat molekul : 330,74
Nama kimia : Asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoilantranilat
Pemerian :Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau,hampir
tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform p, larut
dalam 75 bagian etanol (95%) P, dan dalam 850 bagian eter
P, larutdalam larutan alkali hidroksida.
Mekanisme kerja : Furosemida adalah suatu devirat asam antranilat yang
efektif sebagai diuretik. Mekanisme kerja furosemida adalah
menghambat penyerapan kembali natrium oleh tubuli
ginjal.Furosemida meningkatkan pengeluaran air, natrium,
klorida, kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah yang
normal.
14
Indikasi :Digunakan untuk menurunkan volume darah dan cairan
dengan cara meningkatkan ekskresi NaCl da air. Selain itu
dapat juga diberikan untuk edema paru kuat, edema yang
disebabkan penyakit jantung kongesti, edema ginjal,
sinisishepatis, nefrotik, sindrom, hipertensi, dan
hiperkalsemia.
Kontra indikasi : Uria dan Hipersensitifitas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Diuretikum (Farmakope Indonesia Edisi III 2010).
2.4 Hewan Percobaan
Percobaan-percobaan yang dilakukan dalam penelitian tentang pengetahuan
obat-obatan secara biologis sangat membutuhkan hewan percobaan yang sehat dan
berkualitas.Hewan percobaan adalah spesies hewan yang dipelihara di laboratorium
secara intensif untuk digunakan pada penelitian baik bidang obat-obatan ataupun
zat kimia yang berbahaya bagi manusia.
Beberapa macam hewan yang dijadikan hewan percobaan, seperti mencit,
tikus, merpati, kelinci dan marmut.Selain itu juga hewan besar seperti kerbau, dan
sinpase untuk tujuan khusus pada percobaan diagnosa dan pelajaran tentang
hewan.
Cara mendapatkan hewan percobaan yang sehat dan berkualitas standart
maka dibutuhkan beberapa fasilitas dalam pemeliharaannya,antara lain:
1. Fasilitas kandang yang bersih
2. Makanan dan minuman yang bergizi cukup
3. Pengembangbiakan yang terkontrol
4. Peliharaan hewan itu sendiri
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dari hewan tersebut, misalnya faktor
penyakit, faktor lingkungan dan faktor obat yang juga disediakan.
Ada enam cara pemeliharaan dan pengembangbiakan hewan percobaan
sehingga didapat hewan yang benar-benar standart untuk digunakan di
laboratorium, antara lain :
1. Adanya pengawasan terhadap lingkungan hewan.
2. Adanya pengawasan terhadap kesehatan hewan.
3. Adanya pengawasan terhadap staf/pegawai yang memelihara.
15
4. Adanya pengawasan terhadap makanan dan minuman yang diberikan.
5. Adanya pengawasan terhadap sistem tatalaksana dan pembiakannya.
6. Adanya pengawasan terhadap kualitas hewan.
2.4.1 Cara perlakuan Terhadap Hewan Percobaan
1. Perlakukan hewan percobaan dengan lembut dan jangan disakiti. adaptasikan
mencit selama 2 minggu.
2. Jika ingin menggunakan kembali hewan percobaan yang telah dipakai, mungkin
diperbolehkan untuk menghemat biaya, tetapi dapat dipakai lagi setelah 14 hari
didalam tubuh hewan terdahulu obat sudah habis keluar.
3. Tandai bagian ekor mencit dengan spidol. Beri tanda yang berbeda pada setiap
mencit agar tidak berulang-ulang member perlakuan.
2.4.2 Mencit
Percobaan ini menggunakan mencit sebagai hewan percobaan. Mencit
dalam sistematika diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Mus
Spesies: Mus musculus
Mencit berasal dari mencit liar yang mempunyai warna bulu agouti (abu-abu),
sedangkan pada mencit laboratorium lainnya berwarna putih.Mencit hidup dalam
daerah yang penyebarannya cukup luas mulai iklim dingin, sedang, maupun panas
dan dapat hidup dalam kandang.Mencit merupakan salah satu hewan percobaan
yang sering digunakan dalam penelitian.
Mencit laboratorium mempunyai berat badan yang hampir sama dengan
mencit liar. Saat ini terdapat berbagai warna bulu, glur, dan berat badan yang
berbeda-beda setelah diternakkan secara efektif selama 80 tahun yang lalu. Mencit
sebagai hewan percobaan sangat praktis untuk penelitian kuantitatif, karena sifat
yang mudah berkembang biak. Selain itu, mencit juga dapat digunakan sebagai
hewan untuk mempelajari seleksi terhadap sifat-sifat kuantitatif.
16
Menjaga mencit tetap sehat ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam
merawat kesehatan mencit, antara lain:
1. Lingkungan hidup harus aman dan sehat,seperti kandang yang kering dan
ventilasi yang baik
2. Makanan yag diberikan harus bermutu baik takarannya cukup
3. Keadaan mencit diamati setiap hari, bila ada gejala mencit yang kurang sehat
segera diatasi.
2.5 Kerangka Konsep
VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT
Gambar 2.5 Kerangka Konsep
Larutan Furosemida
Perasan Bawang Putih 80 %
Perasan Bawang Putih 40 %
Perasan Bawang Putih 20 %
Aquadest
D
I
U
R
E
T
I
K
17
2.6 Definisi Operasional
1. Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih
(deuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal, pengeluaran kemih diukur
dengan menggunakan glass ukur.
2. Perasan Bawang putih adalah bawang putih yang sudah dikupas dan dicuci
bersih lalu diperas dengan menggunakan alat juice ekstractor, untuk
memperoleh cairan perasan bawang putih dengan pemberian larutan PBP (ml)
sesuai dengan berat badan mencit .
3. Furosemida adalah turunan sulfonamida berdaya dieresis kuat dan bertitik kerja
lingkungan henle bagian menaik, dengan pemberian larutan furosemida (ml)
sesuai dengan berat badan mencit.
4. Aquadest sebagai control negatif, dengan pemberian larutan aquadest (ml)
sesuai dengan berat badan mencit.
2.7 Hipotesis
Perasan Bawang Putih ini mempunyai efek diuretik.
18
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan
desain postest only control group desain (Notoatmojo, 2012). Dalam rancangan ini
perlakuan atau intervensi, telah dilakukan kemudian dilakukan pengukuran
(observasi) atau postest terhadap hasilnya. Perlakuan adalah sebagai variabel
bebas dan hasil sebagai variabel terikat.Dengan perlakuan menguji efek dieuretik
Perasan Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap mencit (Mus musculus) sebagai
hewan percobaan dengan furosemida sebagai pembanding.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes Medan, Jln. Airlangga No. 20 Medan.Waktu penelitian dilakukan selama
dua bulan dari bulan April sampai bulan Juni 2018.
3.3 Populasi dan pengabilan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi yang diuji dalam penelitian adalah bawang putih yang terdapat di
Pajak Kuala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Sumatera Utara.
3.3.2 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel ini dilakukan secara purposive sampling yaitu
pengambilan sampel tanpa mempertimbangkan tempat tumbuh dan letak
geografisnya. Sampel yang diambil adalah umbi bawang putih yang ukurannya
seimbang dan segar, bawang putih yang digunakan sebagai sampel adalah bawang
putih jenis lokal yang diperoleh dari Pajak Impres Kuala Bekala Kecamatan Medan
Johor Kota Medan Sumatera Utara.
Jumlah ulangan dari tiap kelompok perlakuan akan di hitung menggunakan
Rumus Federer. Kelompok perlakuan berjumlah tiga (80%, 40% dan 20%), satu
kelompok kontrol negatif (Aquadest) dan kontrol positif (Furosemida).
19
Dalam penelitian ini sampel di kelompokkan dalam 5 perlakuan, besar nya
sampel yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan Rumus Federer sebagai
berikut: (n-1) (t-1) ≥ 15 ; dengan t = jumlah perlakuan ; n = jumlah percobaan
(ulangan).
(n-1) (t-1) ≥ 15
(n-1) (5-1) ≥ 15
4n-4 ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 4
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel keseluruhan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor mencit.
3.4 Alat dan Bahan yang digunakan
3.4.1 Alat
1. Beaker glass 250 ml
2. Corong
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur 10 ml, 25 ml, 250 ml
5. Juice Extractor
6. Kandang mencit
7. Labu tentukur
8. Spuit 3 ml
9. Sonde oral mencit
10. Stopwatch
11. Timbangan hewan (mencit)
3.4.2 Bahan
1. Perasan bawang merah 80%, 40%, 20%
2. Furosemida ampul 20 mg
3. Aquadest
3.4.3 Hewan Percobaan
Mencit yang berat 20-35 g
20
3.5 Pembuatan Sediaan Perasan Bawang Putih
Cara pembuatannya sebagai berikut : Terlebih dahulu bawang putih dikupas
dari kulitnya, kemudian dibersihkan dengan air mengalir hingga bersih. Bawang
putih yang sudah dibersihkan ditimbang sebanyak 200 gr. Kemudian diperas
dengan menggunakan alat juice extractor diperoleh 100% perasan bawang putih
murni sebanyak 100 ml.
Berikut perhitungan konsentrasi bawang putih 80%,40%,20% :
1. Untuk Membuat 25 ml perasan bawang putih dengan konsentrasi 80%
dibuat dengan pengenceran dari perasan bawang putih 100%
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100% = 25 ml x 80%
V1 x 100 =
= 20 ml
Ambil 20 ml perasan bawang putih 80%, masukkan ke dalam labu tentukur
dan cukupkan dengan 25 ml Aquadest.
2. Untuk Membuat 25 ml perasan bawang putih dengan konsentrasi 40%
dibuat dengan pengenceran dari perasan bawang putih 100%
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100% = 25 ml x 40%
V1 x 100 =
= 10 ml
Ambil 10 ml perasan bawang putih 40%, masukkan ke dalam labu tentukur dan
cukupkan dengan 25 ml Aquadest.
3. Untuk Membuat 25 ml perasan bawang putih dengan konsentrasi 20%
dibuat dengan pengenceran dari perasan bawang putih 100%
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100% = 25 ml x 20%
V1 x 100 =
= 5 ml
Ambil 5 ml perasan bawang putih 20%, masukkan ke dalam labu tentukur dan
cukupkan dengan 25 ml Aquadest.
21
3.6 Pembuatan dan Perhitungan Volume Sediaan Larutan Furosemida
3.6.1 Pembuatan Larutan Furosemida
1. Furosemidayang digunakan adalah furosemida ampul 20 mg.
2. Dilarutkan dengan aquadest ad 50 ml
3.6.2 Perhitungan Volume larutan Furosemida
1. Berdasarkan Farmakope Indonesia, dosis furosemida untuk manusia adalah
40 mg.
2. Berdasarkan table konversi, dosis untuk mencit 20 g dibandingkan dengan
manusia = 0,0026
3. Dosis satu kali pakai untuk mencit 20 g, yaitu:
= 40 mg x 0,0026
= 0,104 mg
Maka, volume larutan furosemida ampul yang diberikan untuk satu ekor
mencit yaitu dengan melarutkan satu ampul furosemida dengan sediaan
volume sebanyak 2 ml (dosis 10mg/ml) dalam 50 ml aquadest, sehingga
dapat dibuat perhitungan sebagai berikut:
x ml
= 0,26 ml
3.6.3 Pemberian Volume Obat Pada Mencit
1. Perhitungan Pemberian Volume Larutan NaCl 0,9% b/v
2. Perhitungan Pemberian Volume Larutan Furosemida
3. Perhitungan Pemberian Volume Perasan Bawang Putih 80%
4. Perhitungan Pemberian Volume Perasan Bawang Putih 40%, 20% dan
Aquadest pada mencit dihitung seperti diatas.
22
3.7 Prosedur Kerja
1. Mencit dipuasakan selama 6 jam
2. Mencit yang digunakan ditimbang, dicatat beratnya masing-masing dan
diberi tanda
3. Hitung volume perasan bawang putih dan dosis larutan injeksi Furosemida
4. Semua mencit diberikan larutan NaCl 0,9 % b/v dengan volume yang
berdasarkan berat badan mencit
5. Mencit 1, 2, 3, 4 diberi larutan injeksi Furosemida
6. Mencit,5, 6,7,8 diberi Perasan Bawang Putih dengan konsentrasi 80%
7. Mencit 9,10,11,12 diberi Perasan Bawang Putih dengan konsentrasi 40%
8. Mencit13,14,15,16 diberi Perasan Bawang Putih dengan konsentrasi 20%
9. Mencit 17,18,19,20 diberi Aquadest
10. Tempatkan masing-masing mencit di dalam kandang metabolisme
11. Catat waktu awal mula obat bekerja
12. Catat VUT (Volume Urine Tertampung) tiap 30 menit selama 4 jam
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Setelah dilakukan peneltian, lalu diuji beberapa konsentrasi untuk masing-
masing perasan bawang putih. Hasil uji masing-masing konsentrasi tersebut
menunjukkan bahwa PBP (Perasan Bawang Putih) mengalami penambahan
volume urine pada mencit sebagai hewan percobaan.
Hasil Percobaan ditunjukkan pada table berikut ini.
Tabel 4.1.1 Volume Pemberian Larutan Furosemida, Pemberian PBP dan Aquadest yang di induksi dengan NaCl 0,9 % b/v.
Mencit
Berat Mencit (g)
Perlakuan
NaCl 0,9%
Volume Larutan Furosemida
Volume PBP 80%
Volume PBP 40%
Volume PBP 20%
Volume Aquadest
1 24.67 0,32 ml 0,32 ml
2 24,50 0,31 ml 0,31 ml
3 24,30 0,31 ml 0,31 ml
4 23,78 0,30 ml 0,30 ml 5 23,89 0,31 ml 0,31 ml
6 23,80 0,30 ml 0,30 ml
7 23,40 0,30 ml 0,30 ml
8 24,50 0,30 ml 0,30 ml 9 22,61 0,29 ml 0,29 ml
10 21,50 0,27 ml 0,27 ml
11 22,71 0,29 ml 0,29 ml
12 23,65 0,30 ml 0,30 ml 13 20,63 0,26 ml 0,26 ml
14 21,50 0,27 ml 0,27 ml
15 22,67 0,29 ml 0,29 ml
16 22,45 0,29 ml 0,29 ml 17 20,70 0,26 ml 0,26 ml
18 21,81 0,28 ml 0,28 ml
19 21,35 0,27 ml 0,27 ml
20 22,55 0,29 ml 0,29 ml
24
Tabel 4.1.2 Data Pengamatan Volume Urine Mencit Setelah Pemberian Larutan Furosemida, Pemberian PBP dan Aquadest yang di induksi dengan NaCl 0,9 % b/v.
Perlakuan
VUT Tiap 30’ Menit (ml)
30 60 90 120 150 180 210 240
Larutan Furosemida di induksi dengan NaCl 0,9 % (I)
Mencit 1 0 0,4 0,6 0,8 0,96 1,02 1,10 1,13
Mencit 2 0 0,4 0,65 0,85 0,97 1,03 1,08 1,11
Mencit 3 0 0,4 0,55 0,8 0,95 1,00 1,11 1,13
Mencit 4 0 0,4 0,55 0,8 0,90 1,00 1,06 1,10
Volume Urine Rata-rata 0 0,4 0,58 0,81 0,94 1,01 1,08 1,11
Larutan PBP 80% di induksi dengan NaCl 0,9 % (II)
Mencit 5 0 0,1 0,3 0,56 0,75 0,88 1,00 1,09
Mencit 6 0 0,3 0,28 0,68 0,7 0,84 1,00 1,07
Mencit 7 0 0,32 0,35 0,37 0,4 0,8 1.02 1,03
Mencit 8 0 0,3 0,3 0,5 0,74 0,87 1,02 1,04
Volume Urine Rata-rata 0 0,25 0,30 0,52 0,64 0,84 1,01 1,05
Larutan PBP 40% di induksi dengan NaCl 0,9 % (III)
Mencit 9 0 0,2 0,3 0,45 0,6 0,75 0,8 0,8
Mencit 10 0 0,2 0,25 0,3 0,5 0,61 0,7 0,78
Mencit 11 0 0,23 0,2 0,36 0,5 0,67 0,73 0,75
Mencit 12 0 0,1 0,25 0.38 0,4 0.58 0,6 0,67
Volume Urine Rata-rata 0 0,18 0,25 0,37 0,5 0,65 0,70 0,75
Larutan PBP 20% di induksi dengan NaCl 0,9 % (IV)
Mencit 13 0 0 0,1 0,25 0,3 0,4 0,43 0,5
Mencit 14 0 0 0,1 0,2 0,25 0,31 0,37 0,43
Mencit 15 0 0 0,1 0,15 0,2 0,22 0,35 0,4
Mencit 16 0 0 0,15 0,2 0,25 0,3 0,43 0,5 Volume Urine Rata-rata 0 0 0,11 0,2 0,25 0,30 0,39 0,45
Aquadest di induksi dengan NaCl 0,9 % (V)
Mencit 17 0 0 0 0 0,2 0,2 0,23 0,2
Mencit 18 0 0 0 0 0,1 0,2 0,23 0,25
Mencit 19 0 0 0 0 0,1 0,2 0,2 0,25
Mencit 20 0 0 0 0 0,1 0,1 0,1 0,23
Volume Urine Rata-rata 0 0 0 0 0,12 0,17 0,19 0,23
Keterangan :
PBP : Perasan Bawang Putih
VUT : Volume Urine Tertampung
25
Tabel 4.1.3 Rata-rata VUT (Volume Urine Tertampung) Tiap 30’ Menit selama 4 jam.
Perlakuan Rata-rata
VUT
VUT Tiap 30’ Menit (ml)
30’ 60’ 90’ 120’ 150’ 180’ 210’ 240’
Larutan Furosemida
0 0,4 0,58 0,81 0,94 1,01 1,08 1,11
PBP 80% 0 0,25 0,30 0,52 0,64 0,84 1,01 1,05
PBP 40% 0 0,18 0,25 0,37 0,5 0,65 0,70 0,75
PBP 20% 0 0 0,11 0,2 0,25 0,30 0,39 0,45
Aquadest 0 0 0 0 0.12 0,17 0,19 0,23
Grafik 1. Rata-rata VUT (Volume Urine Tertampung) ml Tiap 30 menit
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
30' 60' 90' 120' 150' 180' 210' 240'
Rat
a-r
ata
VU
T (m
l)
Waktu (menit)
Grafik Rata-rata VUT (ml)
L. Furosemida
PBP 80 %
PBP 40 %
PBP 20 %
Aquadest
26
Tabel 4.1.4 Data Persentase Kriteria Khasiat Diuretik Berdasarkan
Kelompok Perlakuan Selama 4 Jam.
Kelompok Mencit % Rata-rata % Rata-rata Kelompok
Kriteria Khasiat
Larutan Furosemida di induksi dengan
NaCl 0,9 % (I)
Mencit 1 234,3 %
239,5 % Diuretik
Kuat
Mencit 2 245,1 %
Mencit 3 238,7 %
Mencit 4 240 %
Larutan PBP 80% di induksi dengan NaCl 0,9 % (II)
Mencit 5 187 %
190 % Diuretik Kuat
Mencit 6 200 %
Mencit 7 176 %
Mencit 8 196,6 %
Larutan PBP 40% di induksi dengan NaCl 0,9 % (III)
Mencit 9 165,5 %
147,2 %
Diuretik Kuat
Mencit 10 151,8 %
Mencit 11 148,2 %
Mencit 12 123,3 %
Larutan PBP 20% di induksi dengan NaCl 0,9 % (IV)
Mencit 13 92,3 %
75,1 %
Diuretik Lemah
Mencit 14 74 %
Mencit 15 58,6 %
Mencit 16 75,8 %
Aquadest di induksi dengan NaCl 0,9 % (V)
Mencit 17 38,4 %
30,1 % Diuretik Lemah
Mencit 18 32,1 %
Mencit 19 29,6 %
Mencit 20 20,6 %
Rumus Persentase Volume Urin = VUT/VOB x 100%
Keterangan:
VUT = Volume urine tertampung
VOB = Volume obat yang di berikan
27
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan uji efek diuretik. Diuretik sendiri berfungsi
sebagai obat yang dapat menambah kecapatan pembentukan urin dengan kata
lain adalah berfungsi meningkatkan produksi urin. Berdasarkan pengamatan dari
hasil penelitian daya kerja diuretik injeksi furosemida, perasan bawang puth dan
aquadest yang di induksi dengan NaCl 0,9 % b/v sebagai berikut :
1. Mencit 1, 2, 3, 4 diberi injeksi furosemid di induksi dengan NaCl
secara oral. Mencit 1, 2, 3 mengalami diuresis pada waktu menit ke
60. Volume urin M1= 1,13 ml, M2= 1,11 ml, M3= 1,13 ml dan M4=
1,10 ml selama 4 jam pengamatan. Pemberian larutan furosemida
dapat meningkatkan volume urin selama 4 jam pengamatan.
2. Mencit 5,6,7,8 diberi perasan bawang putih dengan konsentrasi 80%
di induksi dengan NaCl secara oral mengalami diuresis pada waktu ke
60. Volume urin M5=1,09 ml, M6= 1,07 ml, M7=1,03 ml, dan M8=1,04
ml selama 4 jam pengamatan. Perasan bawang putih 80% dapat
meningkatkan volume urin.
3. Mencit 9,10,11,12 diberi perasan bawang putih dengan konsentrasi
40% secara oral mengalami diuresis pada waktu ke 60. Volume urin
M9=0,8 ml, M10= 0,78 ml, M11=0,75 ml, dan M12=0,67 ml selama 4
jam pengamatan. Perasan bawang putih 40% dapat meningkatkan
volume urin.
4. Mencit 13,14,15,16 diberi perasan bawang putih dengan konsentrasi
20% di induksi dengan NaCl secara oral mengalami diuresis pada
waktu ke 90. Volume urin M13=0,5 ml, M14= 0,43 ml, M15=0,4 ml,
dan M16=0,5 ml selama 4 jam pengamatan. Perasan bawang putih
20% dapat meningkatkan volume urin.
5. Mencit 17,18,19,20 diberi Aquadest di induksi dengan NaCl secara
oral mengalami diuresis pada waktu ke 150 . Volume urin M17=0,2 ml,
M18= 0,25 ml, M19=0,25 ml, dan M20=0,23 ml selama 4 jam
pengamatan.
28
Dari rata-rata volume urin selama 4 jam dapat dilihat pada kelompok
perlakuan Aquadest diperoleh sebanyak 0,23 ml dan mengalami diuresis pada
menit ke 150, Larutan Furosemida sebanyak 1,11 ml dan mengalami diuresis
pada menit ke 60, PBP 80% sebanyak 1,05 ml dan mengalami diuresis pada
menit ke 60, PBP 40% sebanyak 0,75 ml dan mengalami diuresis pada menit ke
60, dan PBP 20% sebanyak 0,45 ml mengalami diuresis pada menit ke 90.
Diantara kelima kelompok perlakuan, Aquadest menunjukkan rata-rata volume
urin yang paling sedikit.Hal ini dikarenakan Aquadest tidak mengandung zat yang
dapat meningkatkan eksresi urin.Sedangkan diantara kelima kelompok
perlakuan, Larutan Furosemida menunjukkan rata-rata volume urin yang paling
banyak. Ini desebabkan Karena Furosemida bersifat diuretik kuat di mana
furosemida bertitik kerja dilingkungan henle bagian menaik. (Tjay, 2002)
Dari data diatas dapat dilihat bahwa PBP mengalami kenaikan
dibandingkan Aquadest.Sedangkan untuk PBP 80% mengalami kenaikan yang
lebih baik dibandingkan PBP 40% dan PBP 20%.Dengan demikian Perasan
Bawang Putih memiliki efek diuretik.
Pada data hasil penelitian terlihat Bahwa volume urin yang dihasilkan PBP
80% hampir mendekati volume urin yang dihasilkan larutan furosemida. Hal ini
PBP 80% mempunyai efek diuretik yang tidak jauh berbeda dengan furosemida
dalam pengeluaran urin.
Kriteria khasiat diuretik dengan persentase 40%-80% berkhasiat Diuretik
Lemah, 81%-100% berkhasiat Diuretik Sedang, dan lebih dari 100% berkhasiat
Diuretik Kuat.
Dari data hasil persentase volume urin diatas dapat dikatagorikan bahwa
kelompok larutan Furosemida, Perasan bawang putih 80%,40% yang di induksi
dengan NaCl berkhasiat diuretik Kuat sedangkan perasan bawang putih 20% dan
aquadest yang di induksi dengan NaCl termasuk diuretik Lemah.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Perasan Bawang Putih memiliki efek diuretik.
2. Larutan Furosemida, PBP 80% dan 40% memiliki khasiat diuretik kuat
sedangkan PBP 20% dan Aquadest Memiliki khasiat diuretik lemah.
2. Mencit yang diberikan PBP dengan Konsentrasi 80% Mengalami Kenaikan
yang lebih baik dibandingkan PBP dengan konsentrasi 40% dan 20%.
3. Pemberian Larutan Furosemida menghasilkan efek diuretik lebih tinggi
dibandingkan PBP (Perasan Bawang Putih) dan Aquadest.
4. Aquadest Menghasilkan efek diuretik paling rendah.
5.2 Saran
1. Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti khasiat lain dari
bawang putih ( Allium sativum L.) dan dalam sediaan lain.
2. Dapat mengkonsumsi bawang putih sebagai obat tradisonal diuretik.
30
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III.Jakarta
Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007. FARMAKOLOGI DAN TERAPI.
FKUI Jakarta.
Menkes RI, 2009. Undang-Undang Kesehatan No 36 Pasal 1 ayat 9
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Pramitasari Mustika Rinjani, dkk. 2012. Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium
sativum L) Terhadap Perbaika Profil Lipid Pada Rattus norvegicus strain
wistar Hiperkolesterolemia. Fakultas Kedokteran Muhammadyah Malang.
Syamsiah, I, S, dan Tajudin, 2003.Khasiat & Manfaat Bawang Putih.Jakarta.
Agromedia Pustaka.
Siswandono dan Soekardjo, B,. 1995, Kimia Medisinal, Airlangga University
Press, Surabaya.
Tjay, T, H, dan Kirana, R, 2002.Obat-obat Penting. Edisi VI: Jakarta. PT. Alex
Media Komputindo.
Widya, N, Herlina dan Tim Solusi Alternatif,2011. Kitab Tanaman Obat
Nusantara. Yogyakarta, Medpress.
http://id.wikipedia.org/wiki/mencit (diakses 20 maret 2018)
http://resepkoki.id/2017/11/21/4-jenis-bawang-putih.com (diakses 20 maret 2018)
Azzamy, 2016.Tentang Bawang Putih dan Sejarah Penyebarannya
http://mitalom.com (diakses 26 maret 2018)
Zollavs, 2015.Konversi Dosis Antara Jenis Hewan Dan Manusia
http://zollavs.com (diakses 28 maret 2018)
31
GAMBAR
Gambar 1. Tumbuhan Bawang Putih
(Allium sativum L.)
Gambar 2. Mencit (Mus musculus )
32
Gambar 3. Penimbangan Bawang
Putih ( Allium sativum L.)
Gambar 4.Penimbangan Berat
Badan Mencit (Mus musculus).
33
Gambar 5. Larutan Furosemida.
Gambar 6. Perasan Bawang Putih 80%.
34
Gambar 7. Perasan Bawang Putih 40%.
Gambar 8. Perasan Bawang Putih 20%.
35
Gambar 9. Pemberian Obat Secara
Oral Pada Mencit.
Gambar 10. Alat Penampung Urin Mencit.
36
Gambar 11.Volume Urine Tertampung (VUT).
37
LAMPIRAN
Lampiran 1
Konversi dosis antara jenis hewan dengan manusia
Diketahui / Dicari
Mencit 20 g
Tikus 200 g
Marmut 400 g
Kelinci 1,2 kg
Kera 4 kg
Anjing 12 kg
Manusia 70 kg
Mencit 20 g
1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2 387,9
Tikus 200 g
0,14 1,0 1,74 3,9 9,2 17,8 56,0
Marmut 400 g
0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
Kelinci 1,2 kg
0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
Kera 4 kg
0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
Anjing 12 kg
0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1
Manusia 70 kg
0,0026 0,018 0,031 0,7 0,16 0,32 1,0
38
39
40
LAMPIRAN 4
41