ute diuretik
DESCRIPTION
asdasdasdasdadsasdaTRANSCRIPT
OBAT DIURETIKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eksreksi obat dari tubuh yang paling utama melalui ginjal ke dalam
urine. Proses ekspresi melalui ginjal meliputi filtrasi plasma melalui
glomerulus, sekresi aktif dengan mekanisme transport aktif dari darah ke
dalam filtrat glomerular melalui epitel tubular, pada keadaan kerusakan ginjal
biasanya filtrasi melalui glumerulus akan berkurang.
Ginjal merupakan organ utama yang melakukan proses ekskresi dan
osmonegulasi. Secara lengkap peranan atau fungsi ginjal adalah
Mengeksresikan zat buangan seperti urea, asam urat, kreatinin, keratin dan
zat lain yang bersifat racun. Mengatur volume plasma dan jumlah air di dalam
tubuh. Menjaga tekanan osmose pada keadaan seharusnya, Mengatur pH
plasma dan cairan tubuh, Menjalankan fungsi sebagai hormon, ginjal
menghasilkan dua macam zat yang diduga mempunyai fungsi endokrin.
Kedua zat tersebut adalah rennin dan eritropoetin.
Berdasarkan Fungsi ginjal yang sangat penting bagi tubuh kita maka
dalam percobaan ini akan diketahui bagaimana ginjal bekerja dengan baik
sehingga dapat menimbulkan efek setelah pemberian obat diuretic.
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
B. Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui dan memahami efek
farmakologi, Farmakodinamik, indikasi dan mekanisme kerja dari obat
Furosemid, Spironolakton, HCT dan NaCMC sebagai kontrol setelah
pemberian oral terhadap hewan uji kelinci (Oryctolagus cuniculus).
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami
cara verja obat diuretik terhadap pengeluaran volume urine kelinci
(Oryctolagus cuniculus).
D. Prinsip Percobaan
Penentuan efek diuretik dari obat Na-CMC, Furosemid, HCT,dan
Spironolakton berdasarkan pengukuran volume urin yang dikeluarkan oleh
hewan uji kelinci (Oryctolagus cuniculus) pada menit ke 30’ dan 60’ setelah
pemberian obat secara oral pada hewan uji kelinci (Orycotalgus cuniculus).
E. Manfaat Percobaan
Untuk menambah data ilmiah mengenai pengaruh obat diuretik
seperti, Furosemide, Spironolakton, dan HCT terhadap hewan uji kelinci
(Oryctolagus cuniculus) berdasarkan volume pengeluaran urin.
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Hewan Coba
1. Klasifikasi Hewan Coba
Kelinci (Oryctolagus cuniculus).
Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub class : Theria
Ordo : Logormoipha
Family : Orytolagidae
Genus : Oryctologus
Species : Oryctolagus cuniculus
2. Karakteristoik hewan coba
Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
1. Pada umumnya kelinci tidak berbahaya bila didekati dan dipegang
dengan lembut.
2. Kelinci jarang bersuara kecuali dalam keadaan nyeri atau kesakitan.
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
3. Kelinci dewasa bila baru melahirkan dapat menggigit dengan kaki
belakangnya bila diperlakukan dengan kasar.
4. Pada umumnya cendrung untuk berontak jika merasa keamanannya
terganggu. Pada pagi hari secara alamia kelinci biasa memakan
fesenya sendiri dan kelinci dewasa sering berkelahi sehingga
dikandangkan sendiri-sendiri.
5. Secara produktif melahirkan selama 3 – 4 tahun selama hidupnya 5 –
6 tahun.
6. Makanan pokok kelinci adalah sayuran dengan 16 – 20 % serat, 14 –
18 % protein kasar dan tidak lebih dari 2500 kkal/hari.
7. Jumlah pernapasan 32 – 60 / menit
8. Jumlah volume tidal 4 – 6 ml/ kg
9. Detak jantuing 130 – 325 / menit
10. Volume darah 57 – 65 ml/kg
11. Tekanan darah 50 – 130 / 60 – 90 mmHg
12. Lama hamil 28 – 36 hari
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
B. Uraian Zat Aktif
1. Uraian Zat Aktif
1. .Na-CMC (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Natrii Carboxymethilcellulosum
Nama lain : Natrium karboksilmetilselulosa
RM / BM : Na CMC/87,02
Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning
gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau,
higroskopik.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk
suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%)
P, dalam eter P dan dalam pelarut organic yang
lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai control
2. Air suling ( Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUADESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 48,02
Pemerian : Cairan tidak berwarna, todakberbau, jernih, jernih,
tidak mempunyai rasa
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
3. Spironolakton (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Spironolactonum
Nama lain : Spironolakton
RM / BM : C24H32O4S / 416,60
Pemerian : Serbuk, kuning tua, tidak berbau atau berbau
asam tioasetat lemah, rasa agak pahit.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 80
bagian etanol 95% P, dalam 3 bagian
klroform P dan dalam 100 bagian eter P.
Penyimpanan : Terlindung dari cahaya
4. Furosemida (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Furosemidum
Nama lain : Furosemida
RM / BM : C12H11CIN2O5S / 330,74
Pemerian : Serbuk hablur, putih hampir putih, tidak berbau
dan hampir tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam
kloroform P, larut dalam 75 bagian etanol 95%
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
P, dan dalam 850 bagian eter P, larut dalam
larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai bahan obat.
5. HCT (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Hydrochlorthiazidum
Nama lain : Hidroklortiazid
RM / BM : C7H8CIN3O4S2 / 297,74
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak
berbau agak pahit.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air , dalam kloroform P,
dan dalam eter P, larut dalam 200 bagia etanol
(95%) P, dan dalam 20 bagian aseton P, larut
dalam larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai bahan obat.
2. Uraian Sediaan
1. Spironolakton® (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Spironolactonum
Nama lain : Spironolakton
RM / BM : C24H32O4S / 416,60
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
Pemerian : Serbuk, kuning tua, tidak berbau atau berbau
asam tioasetat lemah, rasa agak pahit.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 80
bagian etanol 95% P, dalam 3 bagian klroform
P dan dalam 100 bagian eter P.
Penyimpanan : Terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagai bahan obat.
Spironolakton® dalam dosis sampai dengan 100 mg sehari
mempunyai efek hipotensif yang sebanding dengan hidroklorotiazid.
Spironolakton adalah antagonis spesifik dari aldosteron, maka
merupakan obat pilihan utama untuk hiperaldosteronisum primer. Efek
sampingnya adalah ginekumastia, mastodinia, menstruasi tidak
teratur, dan berkurangnya libido pada pria. (Ganiswarna, 1995)
Farmakodinamik :
Efek farmakodinamik spironolakton yaitu Interaksi pada reseptor,
fisiologik, perubahan dalam kesetimbangan cairan dan elektrolit,
gangguan mekanisme ambilan amin diujung saraf adrenergic, dan
interaksi dengan penghambat mono amin (penghambat MAO).
(Ganiswarna, 1995)
Efek samping :
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
Efek samping dari spironolakton yaitu dapat menimbulkan berbagai
efek samping metabolik, yakni hipokalemia, hipomagnesemia,
hiponatremia, hiperurisemia, hiperglikemia, hiperkolesterolemia, dan
hipertrigliseridemia. (Ganiswarna, 1995)
2. Furosemida ® (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Furosemidum
Nama lain : Furosemida
RM / BM : C12H11CIN2O5S / 330,74
Pemerian : Serbuk hablur, putih hampir putih, tidak berbau
dan hampir tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam
kloroform P, larut dalam 75 bagian etanol 95%
P, dan dalam 850 bagian eter P, larut dalam
larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai bahan obat.
Cara Kerja :
Diuretik kuat bekerja dengan cara menghambat rearbsorbsi elektrolit
dianza henle asendens bagian epitel tebal, tempat kerjanya
dipermukaan sel epitel bagian luminal (yang menghadap kelumen
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
tubuli). Furosemid mempunyai daya hambat enzim karbonik anhidrase
karena mempunyai derivate sulfonamide. (Ganiswarna, 1995)
Farmakokinetik :
Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang
agak berbeda-beda. Biovaibilitas furosemid 65% sedangkan
bumetamid hampi 100 %. Diuretik kuat terikat pada protein plasma
secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi diglomerulus. (Ganiswarna,
1995)
Pemberian Dosis :
Dosis awal melindungi penderita dari efek samping meskipun mungkin
tidak cukup untuk menimbulkan respons penurunan. TD yang
diinginkan. Bila diperlukan peningkatan dosis, hal ini harus dilakukan
setelah minimal 2-4 minggu.
Dosis maksimal ditentukan dengan pertimbangan bahwa untuk banyak
AH, kebutuhan dosis bagiap penderita Oriental lebih rendah
dibandingkan penderita Kaukasia. (Ganiswarna, 1995)
Indikasi :
Furosemida digunakan untuk menurunkan volume darah dan cairan
interstisial dengan cara meningkatkan ekskresi natrium klorida dan air.
Bila furosemida diberikan secara akut, akan terjadi kehilangan banyak
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
natrium lebih banyak dari pada jumlah natrium yang masuk.
(Ganiswarna, 1995)
Efek samping :
Efek samping furosemida yaitu (1) reaksi toxic berupa gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang sering terjadi,dan (2) Efek
samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya.
(Ganiswarna, 1995)
3. HCT® (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Hydrochlorthiazidum
Nama lain : Hidroklortiazid
RM / BM : C7H8CIN3O4S2 / 297,74
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak
berbau agak pahit.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air , dalam kloroform P,
dan dalam eter P, larut dalam 200 bagia etanol
(95%) P, dan dalam 20 bagian aseton P, larut
dalam larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai bahan obat.
Farmakokinetik :
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
70% Hidroklortiazid oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi
enterohepatik dan metabolisme lintas utama, ikatan dengan protein
cukup tinggi. Metaboli utamanya, kanrenon, memperlihatkan aktivitas
antagonis aldosteron. (Ganiswarna, 1995)
Sediaan dan dosis :
Hidroklortiazid terdapat dalam bentuk tablet 25, 50, dan 100 mg. Dosis
dewasa berkisar antara 25-200 mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata
100 mg dalam dosis tunggal atau terbagi.(Ganiswarna,1995)
Indikasi :
Diuretik hemat kalium ternyata bermanfaat untuk pengobatan
beberapa pasien dengan udem. Tetapi obat golongan ini akan lebih
bermanfaat bila diberikan bersama dengan diuretic golongan lain,
misalnya dari golongan tiazid. (Ganiswarna, 1995)
Efek Samping :
Efek toksik yang paling berbahaya dari obat ini yaitu hiperkalimia.
Triamteren juga dapat menimbulkan efek samping yang berupa mual,
muntah, kejang kaki dan pusing. (Ganiswarna, 1995).
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
C. Teori Umum
Eksreksi obat dari tubuh yang paling utama melalui ginjal ke
dalam urine. Proses ekspresi melalui ginjal meliputi filtrasi plasma melalui
glomerulus, sekresi aktif dengan mekanisme transport aktif dari darah ke
dalam filtrat glomerular melalui epitel tubular, pada keadaan kerusakan
ginjal biasanya filtrasi melalui glumeruli akan berkurang (Anonim, 2006).
Ketika filtrat mengalir melalui tubulus tersebut, kebanyakan air
dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya diabsorbsi ke dalam kapiler
peritubulus dan sejumlah kecil solute lain disekresikan ke dalam tubulus.
Air solute tubulus yang tersisa menjadi urine (Anonim, 2006).
Ginjal merupakan organ utama yang melakukan proses ekskresi
dan osmonegulasi. Secara lengkap peranan atau fungsi ginjal adalah
sebagai berikut : (Dwiyana, 2002).
1. Mengeksresikan zat buangan seperti urea, asam urat, kreatinin, keratin
dan zat lain yang bersifat racun.
2. Mengatur volume plasma dan jumlah air di dalam tubuh. Bila banyak
air yang masuk ke dalam tubuh, ginjal membuang kelebihan air
sehingga lebih banyak lagi urin yang diekskresikan. Bila tubuh
kehilangan banyak air, ginjal akan mengeluarkan sedikit air (urin
pekat).
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
3. Menjaga tekanan osmose pada keadaan seharusnya dengan cara
mengatur ekskresi garam-garam, membuang jumlah garam yang
berlebihan dan menahan garam bila jumlahnya dalam tubuh
berkurang.
4. Mengatur pH plasma dan cairan tubuh, ginjal dapat mengekskresikan
urin yang bersifat basa tetapi dapat pula mengekspresikan urin yang
bersifat asam.
5. Menjalankan fungsi sebagai hormon, ginjal menghasilkan dua macam
zat yang diduga mempunyai fungsi endokrin. Kedua zat tersebut
adalah rennin dan eritropoetin.
Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan
yang bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman.
Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali untuk protein, difiltrasi secara
bebas sehingga konsentrasinya pada filtraf glomerulus dalam kapsula
Bowman hampir sama dengan dalam plasma. Ketika cairan yang telah
difiltrasi ini meninggalkan kapsula Bowman dan mengalir melewati
tubulus, cairan diubah oleh reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik yang
kembali ke dalam darah atau oleh sekresi zat-zat lain dari kapiler
peritubulus ke dalam tubulus (Guyton, 1997).
Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses pembentukan urine, yaitu
sebagai berikut : (Sjafaraenan, 2005).
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
1. Penyaringan atau filtrasi zat-zat sisa metabolisme. Proses ini dilakukan
oleh Kapsula Bowman.
2. Penyerapan kembali atau absorbsi zat-zat yang masih berguna bagi
tubuh. Proses ini berlangsung di sepanjang tubulus kontraktil proksimal
hingga Henle.
3. Pengeluaran zat yang tidak diperlukan dan tidak dapat disimpan dalam
tubuh yang disebut augmentasi. Proses ini berlangsung disepanjang
tubulus kontrotus distal hingga kaliktifus.
Ekskresi obat dari tubuh yang paling utama melalui ginjal kedalam
urin. Proses ekskresi melalui ginjal meliputi filtrasipalsma melalui glomerulus,
sekesi aktif dengan mkanisme transport aktif dari darah ke dalam filtrat
glomerulaer melalui epitel tubular, pada keadaan kerusakan ginjal biasanya
filtrasi melalui glomeruli akan menjadi berkurang (Haryono : 2002).
Bila obat atau senyawa yng digunakan terekskresi semua dan hanya
melalui filtat glomerul, seperti insulin, manitol, dan kreatini, maka volume
plasma yang dibersihkan dari obat tersebut setiap menit sama dengan
kecepatan filtrasinya sendiri. Dengan kata lain untuk obat-obat yang yang
diekskresi hanya melalui glomerul Renal Clearence = GFR. Penentuan renal
clearence sangat penting dalam (Harvey : 1995).
Ginjal mempunyai kaitan yang erat dengan fungsi organ – organ lain
dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, walaupun yang dihadapi
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
adalah penderita penyakit ginjal, haruslah kita mengahadapi penderita secara
keseluruhan, baik pada pengambilan amnesia maupun pada pemeriksaan
lainnya. (Soeparman, 1993).
Fungsi Ginjal :
1. Mengekresikan zat buangan seperti urea, asam urat, kreatinin,
keratin dan zat lain yang bersifat racun.
2. Mengatur volume plasma dan jumlah air didalam tubuh. Bila banyak
air yang masuk ke dalam tubuh, ginjal membuang ke;lebihan air
sehingga lebih banyak lagi urine yang diekresikan. Bila tubuh
kehilangan banyak air, ginjal akan mengeluarkan sedikit air (urine
pekat)
3. Menjaga tekanan osmose pada keadaan seharusnya dengan cara
mengatur ekskresi garam – garam, membuang jumlah garam yang
berlebihan dan menahan garam bila jumlahnya dalam tubuh
berkurang.
4. Mengatur pH plasma dan cairan tubuh, ginjal dapat mengekresikan
urin yang bersifat asam (Syarifudin, 2001).
Ada beberapa proses yang terjadi pada ginjal yaitu : (Azies ,
1990).
1. Ultrafitrasi, semua molekul berukuran kecil seperti air, glukosa dan
urea disaring darah di glomerulus. Hasil filtrasi ini adalah
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
terbentuknya filtrate di kapsula bowman yang selanjutnya dialirkan
ke tubulus renalis.
2. Reabsorbsi selektif, semua susbstansi yang berguna bagi tubuh
dan yang diperlukan untuk mempertahankan air dan komposisi
garam cairan tubuh akan diambil dari filtrate dan dikembalikan ke
dalam darah dengan suatu proses yang isebut reabsorbsi.
3. Sekresi, pada umumnya substansi yang tidak dibutuhkan oleh
dapat dipindahkan dari darah ke filtrate dan perpindahan substansi
dari darah ke filtrate yang terdapat di tubulus renalis.
Unit fungsional ginjal disebut nefron terdiri dari kelompok kapiler
yang disebut glomerulus dan suatu pipa sempit yang panjang yang disebut
tubulus renalis, yang muncul dari suatu bentuk balon lampu, yakni kapsula
Bowman. Tubulus renalis terdiri dari :(Sjafaraenan,2005).
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
BAB III
METODE KERJA
A. Tempat dan Waktu Praktikum
Waktu percobaan dan pengamatan dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Rabu , Tanggal 5 Maret 2008
Waktu : Pukul 13.30 siang sampai selesai.
Tempat : Laboratorim Biofarmasi, Fakultas Farmasi.
B. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
a. Erlenmeyer
b. Gelas kimia
c. Gelas piala
d. Kandang individu
e. Kateter
f. Labu ukur
g. Mouth block
h. Spoit 5 ml
i. Stopwatch
2. Bahan yang digunakan
a. Air suling (Aquadest)
b. Na.CMC
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
c. Furosemid®
d. HCT®
e. Spironolakton®
C. Hewan
1. Hewan uji kelinci (Oryctologus cuniculus)
D. Cara Kerja
1. Penyiapan hewan coba
1. Hewan coba dipuasakan selama 8 jam sebelum praktikum.
2. Hewan coba ditimbang 1 hari sebelum praktikum
3. Hewan coba dihitung dosis dan volume pemberian obatnya selama 1
hari sebelum praktikum
2. Penyiapan bahan
1. Pembuatan Na-CMC 1%
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Na-CMC ditimbang sebanyak 2 g
c. Na-CMC dilarutkan dengan 120 ml air hangat sambil diaduk
menggunakan mixer hingga jernih
d. Na-CMC tersebut ditanbahkan lagi dengan 80 ml air dingin lalu
diaduk lagi hingga homogen
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
e. Na-CMC tersebut disimpan pada wadah dan siap untuk digunakan
setelah didiamkan selama 1 x 24 jam dalam kulkas.
2. Pembuatan suspensi Furosemid
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
BAB IV
HASIL PENGAMATANDAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Perlakuan BB VPVolume Urine
10’ 20’ 30’ 40’ 50’ 60’
Furosemid®1,5
Kg
12 ml 12 ml - - - - -
HCT®1,5
Kg
12 ml 1,2
ml
0,1
ml
0,1
ml
0,1 ml - -
Spironolakton®1 Kg 16 ml 16 ml 1 ml 0,2
ml
- - -
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
B. PEMBAHASAN
Diuretik adalah proses terganggunya saluran kandungan kemih atau
proses miksi. Diuresis dapat terjadi karena adanya pengecilan atau
penyempitan pada kandung kemih seseorang. Terjadinya diuresis juga dapat
disebabkan karena adanya efek farmakodinamik pada saraf simpatik
seseorang.
Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal
karma meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH
rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan
encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak
sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH
menyebabkan penyakti diabetes insipidus.
Adapun system urinaria terdiri atas :
- Ginjal, yang mengeluarkan secret urine.
- Ureter, yang mengeluarkan urine dari ginjal kekandung kencing
- Kendung kencing, yang bekerja sebagai penumpang
- Uretera, yang mengeluarkan urine dari kandung kencing.
Filtrat glomerulus hanya mengandung zat gula, air, garam-garam
mineral, dan asam amino yang masih dibutuhkan oleh tubuh. Molekul-molekul
yang besar seperti protein dan sel darah tidak dapat melewati glomerulus.
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
Filtrat glomerulus kemudian dialirkan melalui tubulus. Tubulus adalah sum-
sum ginjal. Di sepanjang tubulus (saluran) terjadi penyerapan kembali atau
reabsorbsi zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh. Pembuluh-pembuluh
kapiler di dinding tubulus menyerap zat gula, asam amino, san garam-garam
mineral dalam bentuk ion-ion anorganik untuk di bawa masuk ke aliran darah
disebut filtrat tubulus atau urine sekunder.
Miksi adalah pengosongan kandung kemih. Proses ini terdiri dari dua
langkah, yaitu
a. Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat di atas nilai ambang, yaitu kemudian dicetuskan.
b. Timbul refleksi saraf (yang disebut refleksi miksi), refleks berkemah yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau juka ini gagal setidak-
tidaknya menimbulkan kesediaan akan keinginan untuk berkemah.
Meskipun refleks miksi adalah refleks ini dapat juga ditimbulkan oleh
pusat korteks serebsi atau batang otak.
Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta
sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat
buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan
tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul
Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel
pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal
yang bergulung dekat kapsul Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak
sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus distal.
Dalam percobaan ini hewan yang digunakan adalah kelinci
(Oryctologus cuniculus) dengan prinsip kerja yaitu dengan menghitung
volume pemberian obat diuretic secara oral pada kelinci, kemudian
dimasukkan mouth block dalam mulut kelinci, masukkan kateter dalam mouth
block dan diusahakan masuk kedalam lambung, kemudian ujung kateter
dicelupkan ke gelas erlenmeyer yang berisi air sehingga dapat diketahui jika
kateter tersebut masuk kedalam paru-paru akan terbentuk gelembung.
Dimasukkan obat yaitu sesuai volume pemberian masing-masing kelinci.
Diamati banyaknya volume urine pada kelinci setelah diberikan HCT® ,
Furosemid® dan spironolakton® serta Na CMC sebagai kontrol dengan
frekuensi 10’, 20’, 30’, 40’, 50’,60’. Lalu dicatat hasil pengamatan.
Berdasarkan percobaan, pemberian obat diuretik yaitu HCT® dapat
diamati bahwa pada menit 10’ diketahui volume urine 1,2 ml, menit 20’
volume urinenya 0,1 ml sampai pada menit 40’ dan pada menit selanjutnya
tidak terjadi diuretic pada kelinci tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
HCT® merupakan obat diuretic osmotic atau tiazid.
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
Pada percobaan, pemberian obat Spironolakton® yaitu dapat diamati
bahwa pada menit 10’ diketahui volume urine 1ml, menit 20’ volume urinenya
0,2 ml dan pada menit selanjutnya tidak terjadi diuretic pada kelinci tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Spironolakton® merupakan obat diuretic
hemat kalium.
Berdasarkan percobaan, pemberian obat Furosemid® yaitu dapat
diamati bahwa pada menit 10’ diketahui volume urine 12 ml, dan pada menit
selanjutnya tidak terjadi diuretic pada kelinci tersebut. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Furosemid® merupakan obat diuretic hemat kalium.
Furosemid adalah diuretik yang efeknya sangat kuat bila dibandingkan
dengan diuretik lainnya. Tempat kerja utamanya di bagian epitel tebal ansa
Henle di bagian asenden. Furosemid dapat menyebabkan meningkatnya
ekskresi K+ dan kadar asam urat plasma.
Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal
dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika
urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urin
sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urin melewati
saluran yang disebut uretra.
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
Di dalam ginjal terjadi rangkaian prows filtrasi, reabsorbsi, dan
augmentasi.
1. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada
glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit)
sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang
mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan
permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di
glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah,
dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam
plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat,
garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin
primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung
protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino,
glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.
2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena
itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada
tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino
dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain
pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi
lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar
dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin
sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada
urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi.
Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun
bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai
2% dalam urin sekunder.
Dalam percobaan ini hewan yang digunakan adalah kelinci
(Oryctologus cuniculus) dengan prinsip kerja yaitu dengan menghitung
volume pemberian obat diuretic secara oral pada kelinci, kemudian
dimasukkan mouth block dalam mulut kelinci, masukkan kateter dalam
mouth block dan diusahakan masuk kedalam lambung, kemudian ujung
kateter dicelupkan ke gelas erlenmeyer yang berisi air sehingga dapat
diketahui jika kateter tersebut masuk kedalam paru-paru akan terbentuk
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
gelembung. Dimasukkan obat yaitu sesuai volume pemberian masing-
masing kelinci. Diamati banyaknya volume urine pada kelinci setelah
diberikan HCT® , Furosemid® dan spironolakton® serta Na CMC sebagai
kontrol dengan frekuensi 10’, 20’, 30’, 40’, 50’,60’. Lalu dicatat hasil
pengamatan.
Berdasarkan percobaan, pemberian obat diuretik yaitu HCT® dapat
diamati bahwa pada menit 10’ diketahui volume urine 1,2 ml, menit 20’
volume urinenya 0,1 ml sampai pada menit 40’ dan pada menit selanjutnya
tidak terjadi diuretic pada kelinci tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
HCT® merupakan obat diuretic osmotic atau tiazid.
Pada percobaan, pemberian obat Spironolakton® yaitu dapat diamati
bahwa pada menit 10’ diketahui volume urine 1ml, menit 20’ volume urinenya
0,2 ml dan pada menit selanjutnya tidak terjadi diuretic pada kelinci tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Spironolakton® merupakan obat diuretic
hemat kalium.
Berdasarkan percobaan, pemberian obat Furosemid® yaitu dapat
diamati bahwa pada menit 10’ diketahui volume urine 12 ml, dan pada menit
selanjutnya tidak terjadi diuretic pada kelinci tersebut. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Furosemid® merupakan obat diuretic hemat kalium.
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
Diuretik adalah suatu zat yang meningkatkan laju pengeluaran volume
urine. Sebagain besar diuretic juga meningkatkan ekskresi bahan terlarut
dalam urine khususnya natrium dan klorida. Kenyataannya sebagian besar
diuretic yang dipakai secara klinis bekerja dengan menurunkan laju
reabsorbsi natrium dari tubulus,m yang kemudian menyebabkan natriuresis
(peningkatan keluaran air). Artinya,peningkatan keluaran air, disebagian
besar kasusu, timbul secara sekunder akibat penghambatan terhadap
reabsorbsi natrium tubulus karena natrium yang tersisa di tubulus bekerja
secara osmotic menurunkan reabsorbsi air.
Cara kerja obat diuretic adalah :
1. Golongan diuretic osmotic yaitu menurunkan reabsorbsi air dengan
meningkatkan tekanan osmotic cairan tbulus
2. lengkung diuretic yaitu menurunkan reabsorbsi aktif natrium-klorida kalium
pada cabang tebal ansa henle asenden
3. Diretik tiazid yaitu menghambat reabsorbsi natrium-klorida pada
permulaan tublus distal
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
4. penghambatan kabonil anhidrase yaitu menghambat reabsorbsi natrium
bikarbonat pada tubulus proksimal
5. Penghambatan kompetetif aldosteron yaitu menurunkan reabsorbsi
natrium dari dan sekresi kalium ke dalam tublus koligentes kortikalis
6. Diretik yang menghambat saluran natrium dalam tubulus koligentes
menurunkan reabsorbsi natrium.
Aplikasi dalam dunia farmasi yaitu sebagai obat dalam menurunkan
volume cairan ekstra seluler, khususnya penyakit yang berhubungan dengan
edema dan hipertensi.
Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa pada mencit yang diberi obat
HCT selalu terjadi pngeluaran urine walaupun dalam volume yang kecil.
Diakibatkan karena obat HCTR merupakan golongan obat diretik kuat. Dan
hewan yang cepat berhenti dalam pengeluaran urine adalah obat
furosemideR.
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa
Pemberian obat pada kelinci (Oryctalgus cuniculus) dapat diamati efek
obat berdasarkan jumlah volume urinenya :
Pemberian obat diuretik yaitu HCT® dapat disimpulkan merupakan
obat diuretic osmotic atau tiazid.
Pemberian obat Spironolakton® yaitu dapat diketahui merupakan
obat diuretic hemat kalium.
Pemberian obat Furosemid® yaitu dapat disimpulkan merupakan
obat diuretic hemat kalium.
VI.2. Saran
Sebaiknya pembuatan bahan dilakukan sehari sebelum
praktikum agar tidak ada kendala ketika praktikum akan dimulai
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022
OBAT DIURETIKA
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia . Penerbit UMI. Makassar.
Anonimi, 2007. “ Penuntun Praktikum Farmakologi & Toksikologi 1 “. UMI. Makassar
Guyton,H., 1997. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta
Ganiswana, S.G,dkk. 1995. “ Farmaklogi dan Terapi “. Edisi IV. FK UI. Jakarta
Harvey A. Richard,dkk. 1995. “ Farmakologi Ulasan Bergambar “. Widya Medika. Jakarta
Sjafaraenan., 2005. anatomi Fisiologi Manusia. Fakultas MIPA. Makassar. (hal 199).
Soeparman, 1993. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Penerbit FK UI. Jakarta.
Syarifudin, 2001. Fungsi System Tubuh Manusia. Widya Medika. Jakarta.
Dirjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia”. Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
MUJAHIDAH SAFRIANI RAHMAN, S.Farm150 260 022