karya ilmiah studi produktifitas ultisol

24
STUDI PRODUKTIVITAS ULTISOLS UNTUK TANAMAN AKASIA (Acacia mangium Willd.) Study of Ultisols Productivity under Acacia (Acacia mangium Willd.) Plantation System Muhammad Syarif, Moch. Munir, M. Luthfi Rayes & Soemarno. Abstract This study was aimed at: (1) knowing the characteristic morphology and classification of Ultisols at various Acacia growth, (2) analyzing factors which influence Ultisols productivity to Acacia growth. The study have been conducted from January 2002 to August 2003 in the HTI area owned by PT Wirakarya Sakti in unit I, III and IV, whereas seedling observation done at greenhause in unit I located in Kuala Dasal Village, Tungkal Ulu District, Tanjung Jabung West Regency, Jambi Provience. Geographically it was located at 1 0 10 south latitude and 102 0 20’ – 103 0 50’ east longitude. Two steps were taken to conduct the study analysis of: (1) Characterization morphology the Ultisols at Family level of Classification, (2) Factors of Ultisols productivity using stepwise regression and regression-correlation analysis. Acacia Seed Attempt in the green house was done as supporter research. The Ultisols morphology and classification is not influence to Acacia growth. The factors influencing Ultisols productivity are Al saturation and Bulk density. Al saturation influence Acacia growth with critical limit 65 % (Al-dd = 7.25 cmol kg -1 ). While Bulk Density have critical limit about 1,61 Mg m -3 . Glasshouse experiment show that: Ultisols Bulk Density is about 1,61 Mg m -3 caused pursuing of Acacia seed growth so that become cretin. While Al-dd 7,25 cmol kg -1 with 65 % saturation can depress seed growth. Fertilizer of N, K And dolomit at Ultisols can improve Acacia seed growth, but gift P unable to improve growth. The results of this research implied that management of acacia in Ultisols can conducted with approach: (1) harvesting and tillaging at HTI should pay attention the way that is specified in the field for avoiding soil compaction, (2) exch. Al must be analyzed before cultivation of acacia for monitoring toxicity level, and (3) for increasing soil productivity, it is suggested to apply N, K and dolomit fertilization, but the application of P nutrient must consider soil pH and P available analysis. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) bertujuan untuk mencukupi kebutuhan bahan baku industri. Potensi kayu 1

Upload: benarfirmansyah

Post on 27-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Kajian tentang produktifitas tanah ultisol pada lahan hutan

TRANSCRIPT

Page 1: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

STUDI PRODUKTIVITAS ULTISOLSUNTUK TANAMAN AKASIA

(Acacia mangium Willd.)

Study of Ultisols Productivity under Acacia (Acacia mangium Willd.) Plantation SystemMuhammad Syarif, Moch. Munir, M. Luthfi Rayes & Soemarno.

Abstract

This study was aimed at: (1) knowing the characteristic morphology and classification of Ultisols at various Acacia growth, (2) analyzing factors which influence Ultisols productivity to Acacia growth. The study have been conducted from January 2002 to August 2003 in the HTI area owned by PT Wirakarya Sakti in unit I, III and IV, whereas seedling observation done at greenhause in unit I located in Kuala Dasal Village, Tungkal Ulu District, Tanjung Jabung West Regency, Jambi Provience. Geographically it was located at 10 10’ south latitude and 1020 20’ – 1030 50’ east longitude. Two steps were taken to conduct the study analysis of: (1) Characterization morphology the Ultisols at Family level of Classification, (2) Factors of Ultisols productivity using stepwise regression and regression-correlation analysis. Acacia Seed Attempt in the green house was done as supporter research.

The Ultisols morphology and classification is not influence to Acacia growth. The factors influencing Ultisols productivity are Al saturation and Bulk density. Al saturation influence Acacia growth with critical limit 65 % (Al-dd = 7.25 cmol kg-1). While Bulk Density have critical limit about 1,61 Mg m-3. Glasshouse experiment show that: Ultisols Bulk Density is about 1,61 Mg m-3 caused pursuing of Acacia seed growth so that become cretin. While Al-dd 7,25 cmol kg-1 with 65 % saturation can depress seed growth. Fertilizer of N, K And dolomit at Ultisols can improve Acacia seed growth, but gift P unable to improve growth.

The results of this research implied that management of acacia in Ultisols can conducted with approach: (1) harvesting and tillaging at HTI should pay attention the way that is specified in the field for avoiding soil compaction, (2) exch. Al must be analyzed before cultivation of acacia for monitoring toxicity level, and (3) for increasing soil productivity, it is suggested to apply N, K and dolomit fertilization, but the application of P nutrient must consider soil pH and P available analysis.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) bertujuan untuk mencukupi kebutuhan bahan baku industri. Potensi kayu Akasia sebagai bahan baku pulp sudah diakui secara luas oleh perindustrian kayu. Produksi kayu Akasia pada Ultisols di Balikpapan daur 6 tahun dapat menghasilkan riap tanaman 36,5 m3 ha-1 tahun-1 atau produksi 219 m3 ha-1 (Adisubroto dan Priasukmana, 1985), sedangkan di Jambi riap tanaman 24,05 m3 ha-1 tahun-1 atau produksi 144,3 m3 ha-1 (Darwo dan Mas'ud, 1994). Kedua data produksi kayu menunjuk-kan ketimpangan yang cukup besar dalam meng-identifikasikan bahwa pada lahan di Jambi terjadi konstrain terhadap produksi kayu Akasia.

Tanaman Akasia (Acacia mangium Willd.) sebagai tanaman penghijauan sangat potensial, karena pertumbuhannya cepat, tajuknya rimbun dan anakannya banyak, sehingga dapat menekan per-tumbuhan alang-alang bahkan akhirnya dapat mematikannya. Dilain pihak Akasia merupakan tanaman penting bagi lahan HTI di daerah tropis dan dapat memenuhi berbagai fungsi produksi dan perlindung-an, pengembangannya direncanakan dengan baik maka tanaman akasia dapat menstrabilkan dan memperbaiki keadaan lingkungan serta memiliki toleransi edapis agak luas.

Di Jambi potensi lahan kering untuk perluasan HTI cukup luas dan sebagian besar dari lahan kering tersebut didominasi oleh Ultisols dengan luas 2,57 juta ha (Anonim, 1992 ). Walaupun potensi pengembangan HTI pada lahan tersebut

1

Page 2: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

cukup besar, namun dalam pelaksanaan-nya dihadapkan pada beberapa kendala. Kendala tersebut selain disebabkan kondisi tanah yang relatif kurang subur, juga penerapan teknologi pengelolaan lahan kering belum berwawasan lingkungan tumbuh ideal tanaman, sehingga produksi yang dicapai masih rendah (Purwoko, 1994).

Pada umumnya pembukaan tanah Ultisols, dalam pengembangan HTI untuk tanaman Akasia dilakukan secara mekanis yang mengakibatkan terben-tuknya lapisan yang kompak (memadat) dan kandungan bahan organik cepat menyusut, karena peningkatan dekomposisi dan pencucian basa-basa sangat intensif sehingga Kejenuhan Basa menjadi rendah (< 35 %). Bila bahan organik di dalam tanah hilang dapat menyebabkan keracunan Al (dengan kisaran Al-dd antara 7,29 – 9,31 cmol kg-1) dan penurunan kesuburan tanah yang berakibat kemerosotan produktivitas tanah (Soekardi, 1990).

Pembukaan lahan secara mekanis dapat menyebabkan degradasi tanah yaitu terjadi kerusakan struktur tanah, hilangnya lapisan tanah atas dan akan terjadinya kepadatan tanah sehingga menghambat perkembangan akar pohon dan akar tidak dapat berfungsi dengan sempurna dalam penyerapan air dan hara. Dijelaskan oleh Sukmana (1977) bahwa faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman adalah pori aerasi, jika pori aerasi < 10 %, yang dapat menyebabkan difusi udara menjadi terhenti sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih jelek. Hasil penelitian Centre for Soil and Agroclimate Research (CSAR) pada tahun 1993 yang menunjukkan bahwa nilai BI tanah berkisar antara 1,48–1,59 Mg m-3

dan pori-pori drainase 9,1 – 10,8 % vol. Ini merupakan penyebab utama menurunnya produktivitas Ultisols, karena kesuburan alamiah tanah ini tergantung pada lapisan atas yang tipis yang mengandungan bahan organik. Lapisan ini bersifat tidak mantap dan menurun dengan cepat setelah pem-bukaan lahan secara mekanis (Sudjadi, 1984).

Berdasarkan penelitian pengelolaan tanah mineral masam seperti Ultisols unsur hara P merupakan penghambat utama produktivitas tanah (Mutert dan Adiningsih, 1996) dan produksi tanaman (Santoso, 1996). Hasil penelitian di Kuamang Kuning Jambi oleh Wigena et al. (1994) bahwa rendahnya hara tanah ternyata perbedaan

antara kadar P potensial (HCl 25 %) dengan P tersedia (Bray I) cukup besar 21,4 - 64 mg kg-1 dan 5,1 – 7,8 mg kg-1. Ini menunjukkan bahwa Ultisols mempunyai daya erapan P yang tinggi dan dalam kon-disi seperti ini biasanya tanaman respon terhadap pemupukan P.

Menurut Awang dan Taylor (1993), tanaman Akasia tergolong rakus akan hara (nutrient demanding crop), sehingga untuk tumbuh dan menghasilkan memerlukan unsur hara relatif banyak. Pada kondisi Ultisols yang demikian, bila ditumbuhi tanaman Akasia yang rakus hara, maka membatasi pertumbuhan dan produktivitas-nya. Perbedaan dari ketidakseragaman pertumbuhan tanaman berbagai wilayah sebagian yang besar disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah. Perbedaan ini dapat diperkecil jika kesuburan tanah di wilayah yang berdaya tumbuh rendah ditingkatkan. Dijelaskan oleh Evans (1992) bahwa untuk peningkatan laju pertumbuhan yang dipacu oleh pemupukan akan menurun dalam waktu singkat panen kayu dengan volume total dari tegakan dipupuk dan tidak dipupuk akhirnya berbeda terhadap produksi kayu.

Pengelolaan tanah Ultisols di areal HTI dapat menjamin kelestarian dan produktivitas secara optimal yang harus memperhatikan kondisi tanah dan tanaman secara terpadu. Untuk pola penggunaan lahan atau tanah yang terarah memerlukan ketersediaan data tanah dan tanaman yang relevan. Hasil evaluasi dapat mengetahui sifat tanah yang berfungsi sebagai faktor penghambat utama pertumbuhan tanaman jelek dan usaha peningkatan efisiensi penggunaan pupuk, karena sebagian besar tanah ini berkendala ganda (multifactorial stress) dalam meningkatkan produksi kayu.

1.2. Permasalahan Penelitian

Masalah produktivitas Ultisols yang berkaitan dengan ketidakseragaman pertumbuhan tanaman Akasia dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengapa pertumbuhan tanaman Akasia di Ultisols pada umur yang sama tidak seragam ?

2. Sifat morfologi dan klasifikasi tanah Ultisols apa yang mempengaruhi perbedaan pertumbuhan tanaman Akasia ?

2

Page 3: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan adalah untuk memahami dan mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Ultisols untuk tanaman Akasia dan upaya perbaikannya.

Tujuan Khusus .

1. Mengetahui sifat morfologi dan klasifikasi tanah Ultisols pada berbagai pertumbuhan Akasia.

2. Mempelajari faktor-faktor yang mem-pengaruhi produktivitas Ultisols ter-hadap pertumbuhan tanaman Akasia.

1.4. Manfaat Penelitian

1.Memperoleh gambaran tertang sifat-sifat morfologi Ultisols terhadap pertumbuhan tanaman Akasia yang bersifat spesifik lokasi.

2.Memahami gambaran secara kom-prehensif tentang produktivitas Ultisols dengan lingkungan pertumbuhan tanam-an Akasia

3.Sebagai bahan masukan kepada perusahaan di daerah untuk menata kembali dan mengevaluasi tata ruang pengembangan Hutan Tanaman Industri, khusus peningkatan produktivitas Ultisols pada Akasia.

1.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dapt melandasi penelitian ini adalah:1.Diduga sifat morfologi tanah dan klasifikasi Ultisols berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman Akasia 2.Diduga faktor-faktor berat Isi (BI) dan Aluminium dapat ditukar (Al-dd) ber-pengaruh terhadap produktivitas Ultisols untuk tanaman Akasia

II. METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2002 s/d September 2003, di areal HTI milik PT. Wirakarya Sakti. Penelitian lapangan pada Unit I, III dan IV, sedangkan penelitian pendukung pembibitan Akasia di Rumah Kaca pada Unit I terletak di Desa

Kaula Dasal, Kecamatan Tungkal ULu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Propinsi Jambi. Secara goegrafi lokasi terletak antara 1o 10’ Lintang Selatan dan 102o20’-103o50’ Bujur Timur.

2.2 Penelitian I: Sifat Morfologi dan Klasifikasi Tanah

Tujuan : Mengetahui sifat morfologi dan klasifikasi tanah Ultisols pada berbagai pertumbuhan tanaman Akasia.

Bahan dan Alat

Penelitian morfologi dan klasifikasi tanah mengacu kepada Soil Survey Division Staff (1993) dan Soil Survey Staff (1999), Data sekunder meliputi data iklim, vegetasi dan produksi kayu Akasia yang dikumpulkan dari beberapa sumber. Peralatan lapangan untuk survei taanh antara lain: kartu profil, kompas, altimeter, abney level, bor tanah, pisau, cangkul, sekop, meteran, buku Munsell Soil Color Chart, botol, loupe, ring sampel dan bahan-bahan kimia yang diperlukan. Di laboratorium digunakan alat dan bahan yang disesuaikan dengan metode analisis diperlukan untuk analisis sifat fisika, kimia dan mineral tana

Metode Penelitian

Penelitian secara deskriptif menggunakan metode survei yang dibagi dalam 2 (dua) kegiatan yaitu (1) pekerjaan di lapang, (2) di laboratorium. Klasifikasi tanahnya ditetapkan menurut Keys To Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 1999) hingga kategori family. (Soil Survey Division Staff 1993). Pada tipe vegetasi tertentu ternyata mampu mempengaruhi dan menyebabkan perbedaan nyata terhadap sifat-sifat tanah di bawahnya.

Pelaksanaan penelitian

Pengamatan tanah dan pengukuran tegakan Akasia dilakukan pada: Unit I untuk profil dengan sandi P1

untuk tegakan umur 1 tahun, Unit III untuk profil dengan sandi P6 pada tegakan umur 6 tahun, Unit IV untuk profil dengan sandi P3 pada tegakan berumur 3 tahun. Pengamatan di lapang dan pengambilan contoh-contoh tanah menurut Pedoman Pengamatan Tanah di Lapang (Staf Pemetaan LPT, 1967 dan Soil Survey Staff, 1999).

3

Page 4: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

Pengamatan tanah dengan cara pemboran mendapatkan data: kedalaman solum, keadaan sifat batuan, tekstur, warna, konsistensi tanah. Untuk penetapan konsis-tensi tanah maka pemboran dilakukan dalam keadaan basah, sebab tanah yang dibor telah mengalami pemadatan, sehingga konsistensi dalam keadaan lembab tidak dapat ditetapkan.

Dari hasil pemboran diberi penamaan sementara dari jenis tanah, kemudian ditentukan letak profil pewakil. Hasil pengamatan profil diperoleh data: kedalaman solum, horison, warna (matriks dan karatan), tekstur, keadaan sifat batuan dan padas serta konkresi, struktur, konsis-tensi, kemasaman, kedalaman perakaran, dan kegiatan mikroorganisme. Kedalaman solum ditetapkan ber-dasarkan ketebalan horison A dan B. Horison A dan B masih dibedakan atas beberapa lapisan sesuai dengan sifat pencirinya antara lain: warna, perbedaan kadar liat dan atau bahan kasar. Keadaan lingkungan sekitar lokasi profil diamati adalah bentuk wilayah dan keadaan lereng, drainase, batuan dipermukaan dan di dalam tanah, bahan induk tanah dan vegetasi. untuk dianalisis sifat fisik, kimia dan mineral diambil contoh tanahnya pada setiap lapisan pewakil tanahnya.

Pembuatan profil tanah dengan ukuran: panjang 200 cm, lebar 150 cm dan dalam 200 cm. Pengambilan contoh tanah dari profil dilakukan mulai horison bawah kemudian dilanjutkan ke horison atas. Teknik pengambilan contoh tanah dibagi 2 yaitu: (1) contoh tanah terganggu diambil 2 kg untuk analisis tekstur, kimia dan mineralogi (2) contoh tanah utuh (tidak terganggu) dengan menggunakan ring tanah untuk penetapan sifat fisika tanah. Tanah dikeringkan udarakan kemudian dihaluskan dan diayak dengan saringan lolos 2 mm dan 0,5 mm.

Klasifikasi Tanah Menurut Sistem Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy)

Urutan dalam mengklasifikasi tanah yaitu: (1) tabulasi data hasil deskripsi lahan dan tanah, (2) data hasil analisis tanah, (3) penetapan rejim kelembaban dan suhu tanah, (4) horison permukaan diagnostik Epipedon, (5) horison bawah diagnostik Endopedon, (6) karakteristik tanah bersifat diagnostik lain (tanah mineral), (7) Ordo tanah, (8) Sub-ordo tanah, (9) Grup tanah, (10) Sub grup tanah, (11) Penentuan famili.

Penamaan famili tanah adalah nama sub grup ditambah ukuran besar butir tanah, kelas Aktivitas pertukaran kation, jenis mineral liat rejim suhu tanah dan kelembaban tanah (Soil Survey Staff, 1999).

Peubah yang diamati

Peubah yang diamati untuk sifat fisika tanah antara lain: tekstur tanah, BI untuk kimia tanah: pH, N-total, C-organik, P-tersedia, K-tersedia, Basa-basa ter-tukar, KTK tanah dan liat, Al-dd dan H-dd, serta sifat mineralogi tanah: mineral liat, mineral fraksi total dan fraksi berat.

Analisis Data

Untuk mengklasifikasikan profil tanah menurut Sistem Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1999) maka setiap profil ditetapkan epipedon dan sub horisonnya. Penentuan epipedon dan sub horison (endopedon) yang harus dilengkapi dengan data analisis laboratorium yaitu: kadar C-organik, tekstur, Kejenuhan Basa (KB), Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan sifat penciri tanah lainnya seperti selaput liat (clay skin) ada tidaknya karatan, glei dan lainnya.

Dalam menganalisis data yang diperoleh digunakan beberapa acuan :

1. Perubahan sifat morfologi tanah menggunakan kriteria yang dikembangkan oleh Soil Survey Staff, 1999. 2. Tingkat pelapukan dengan mengguna-kan kriteria mineral mudah lapuk, mineral tahan lapuk, fraksi liat, rasio antara fraksi liat pada horison eluviasi dan iluviasi (Lutz dan Chandler, 1961; Mohr et al, 1972, Bierkland, 1974 dan Hardjowigeno, 1993).3. Kriteria penilaian sifat kimia tanah yang mengacu Pusat Penelitian Tanah Bogor (1993).

2.3 Penelitian II: Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Ultisols untuk Tanaman Akasia.

Tujuan: Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Ultisols terhadap pertumbuhan tanaman Akasia

Bahan dan Alat

Bahan penelitian antara lain: tanaman Akasia yang berumur 1 tahun, 3 tahun dan 6 tahun. Peralatan yang

4

Page 5: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

digunakan antara lain: kompas, bor tanah, cangkul, meteran, kantong contoh tanah, pisau, lebel, altimeter, abney level, pita ukur, hagameter, sekop dan beberapa peralatan laboratorium yang disesuaikan dengan analisisnya.

Metode Penelitian

Penelitian ke II merupakan lanjutan dari penelitian I. Penentuan dan pembuatan petak pengamatan pada kegiatan ini, didasarkan pada umur tegakan Akasia yang sama secara berurutan dikelompokkan pada umur: 1 tahun, 3 tahun dan 6 tahun. Pengamatan pada setiap kelompok tegakan Akasia pada 6 petak yang terdiri dari 3 petak jelek dan 3 petak baik berukuran 50 x 50 m. Pengamatan pada setiap petak dalam satu lokasi adalah tegakan Akasia yang baik dan jelek (Tabel 1). Pengamatan profil tanah berdasarkan pada kondisi tegakan Akasia yang jelek untuk P1 (umur 1 tahun) dan P3

(umur 3 tahun) sedangkan tegakan Akasia yang baik untuk P6 (umur 6 tahun).

Pelaksanaan Penelitian

Penentuan Petak

Kegiatan ini dilakukan setelah selesai kegiatan persiapan dan survei. Pada kegiatan ini dilakukan pengamatan terhadap lokasi atau unit/ lokasi yang telah ditentukan berdasarkan RKT, semua areal yang ada untuk mengetahui tegakan Akasia yang

ditanam secara monokultur. Petak yang digunakan adalah petak yang terpilih. Jumlah pengamatan tegakan Akasia dan contoh tanah yang diam-bil pada setiap petak dari masing-masing unit/ lokasi disajikan pada Tabel 2.

Pengambilan Contoh Tanah.

Pengambilan contoh tanah meng-gunakan metode contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu. Pengambilan contoh tanah Utuh dengan ring dilakukan pada kedalaman 0 - 30 cm dan 30 - 60 cm. Pengambilan contoh tanah utuh untuk analisa sifat fisika tanah adalah Berat isi (BI), sedangkan pengambilan contoh tanah terganggu untuk analisa kimia tanah: pH, N-total, C-org, P-tersedia, P-total, K-total, basa-basa tertukar, KTK, Al-dd dan H-dd.

Cara pengambilan contoh tanah untuk sifat fisika dan kimia tanah contoh di ambil dengan jarak tanam yang lebar/antar jarak tanam di lahan pada kedalaman 0 - 30 cm dan 30 - 60 cm, pada masing-masing tegakan kondisi Akasia baik dan jelek.

Tabel 1. Pengukuran Contoh Tegakan Akasia pada Ultisols

Petak/lokasi Tegakan Akasia Umur (tahun) Diameter Batang (cm)1. (I) Baik 1 4,69 - 4,90 2.(IV) Baik 3 12,55 -14,303.(III) Baik 6 18,60 – 22,271. (I) Jelek 1 2,63 – 4,11 2.(IV) Jelek 3 8,93 -11,403.(III) Jelek 6 14,85 – 17,55

Tabel 2. Jumlah Tegakan Akasia yang diukur dan Contoh Tanah yang diambil berdasarkan Lokasi Peta Rencana Karya Tahunan (RKT)

Lokasidan RKT

Jenis Tanah JumlahTegakan pada

Jumlah Pengambilan Contoh tanah pada Kedalaman.

Baik Jelek Baik JelekUnit IRKT 2001

Paleudults 64 50 32 ( 0 - 30 cm)32 (30 - 60 cm)

25 ( 0 - 30 cm)25 ( 30 - 60 cm)

Unit IVRKT 2000

Hapludults 44 64 22 ( 0 - 30 cm)22 (30 - 60 cm)

32 ( 0 - 30 cm)32 (30 - 60 cm)

Unit IIIRKT 1997

Hapludults 42 30 21 ( 0 - 30 cm)21 (30 - 60 cm)

15 ( 0 - 30 cm)15 (30 - 60 cm)

5

Page 6: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

Tabel 3. Penetapan dan Metoda Analisa Contoh Tanah.

Analisis Contoh Tanah di Laboratorium

Contoh-contoh tanah terganggu dikering udarakan, kemudian diayak dengan ukuran ayakan 2 mm dan 0,5 mm. Contoh-contoh tanah dianalisis dengan metode analisa disajikan pada Tabel 3.

Pengamatan Peubah

Peubah tegakan Akasia yang diamati/diukur adalah: peninggi (m) dan diameter (cm), sedangkan peubah tanah: untuk sifat fisika tanah adalah BI; sifat kimia tanah: pH H2O dan KCl; C-org, KTK N-total, Al-dd , H-dd, P-total, K-total, P-tersedia, Ca-dd, Mg-dd, Na-dd dan K-dd .

Analisis Data

Analisis statitistik untuk semua peubah menggunakan model persamaan: korelasi bivariate, regresi sederhana dan berganda, selanjutnya untuk mencari peubah tanah terbaik dianalisis dengan Regresi Bertatar (Stepwise Procedure). Metode dan model analisis data statistik dan matematik di bawah ini.

Korelasi:

r= ∑ (X−X−

)(Y−Y )−

√∑ (X−X−

)2∑ (Y−Y )2¿

Regresi sederhana: Y = a + bx +

Regresi berganda :

Y1 = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + ………………………….bn Xn +

Y2= b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + ………………………….bn Xn +

Keterangan

Y1

= Peninggi (peubah tidak bebas)

Y2

= diameter (peubah tidak bebas)

X1

= pH H2O

X2

= pH KCl

X3

= N-total (%)

X4

= C (%)

6

No.

Macam Penetapan Metoda

1 Penetapan berat isi (Mg m-3) Gravimetri2

.Penetapan Kadar Air Kering Mutlak (% berat) Gravimetri

3.

pH H2O dan KCl (!:2,5) Elektrode gelas

4.

Penetapan C-organik (%) Kurmis

5.

Penetapan N-total (%) Kjeldahl

6.

Penetapan Kemasaman dapat ditukar (cmol kg-1) KCl. 1M

7.

Penetapan KTK (cmol kg-1) NH4OAc 1M, pH 7

8.

Penetapan Susunan Kation (cmol kg-1) NH4OAc 1M, pH 7

9.

P-total (mg kg-1) HCl (25 %)

10.

P-tersedia (mg kg-1) Bray I

11.

K-total (mg kg-1) HCl (25 %)

Page 7: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

X5

= C/N

X6

= P-tersedia (mg kg-1)

X7

= Kalium dapat ditukarkan atau

K-dd (cmol kg-1) Amonium

AcetatX

8

= Kalsium dapat ditukarkan

atau Ca-dd (cmol kg-1) Amonium Acetat

X9

= Magnesium dapat ditukarkan

atau Mg-dd (cmol kg-1) Amonium Acetat

X10

= Kapasitas Tukar Kation atau

KTK (cmol kg-1)X

11

= Aluminium dapat ditukarkan

atau Al-dd (cmol kg-1)X

12

= Hidrogen dapat ditukarkan

atau H-dd (cmol kg-1)X

13

= P-total (mg kg-1)

X14

= K-total (mg kg-1)

X15

= Berat Isi atau BI (Mg m-3)

X16

= Kejenuhan Basa atau KB (%)

X17

= Kejenuhan Aluminium atau

Kej Al (%)X

18

= Natrium dapat ditukarkan

atau Na-dd (cmol kg-1) Amonium Acetat

X19

= Jumlah Kation (cmol kg-1)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Sifat Morfologi dan Klasifikasi Tanah

Untuk ke tiga pedon tanah yang diteliti diklasifikasikan menurut Soil Survey Staff (1999) Secara terperinci di bawah ini akan dibahas klasifikasi untuk setiap pedon tanah.

3.1.1.Pedon P1

Pada pedon P1 mempunyai epipedon Okrik, penyebaran liat total dan liat halus serta bandingan liat halus/total memperlihatkan adanya ber-kurang pada lapisan atas dan adanya akumulasi liat pada lapisan bawah yang cukup memenuhi persyaratan untuk suatu horison argilik. Tekstur tanah yaitu lempung liat berpasir pada lapisan atas dan lempung berpasir sampai liat berpasir pada lapisan bawah. Kandung-an liat tergolong sedang ( 26 - 40 %), pasir tinggi (48 - 63 %) dengan kuarsa keruh. Struktur tanah cukup gumpal bersudut, sedang. Batas horison jelas-berangsur, drainase agak buruk. Pada kondisi jelek dengan faktor penghambat nilai BI tinggi dan kekurangan hara P.

Reaksi tanah/pH sangat masam sampai masam (4,72-4,94). Kandungan C-org rendah dan menurun dengan ke-dalaman. KTK-liat (10,1-13,0 cmol kg-1). KB sangat rendah (13 - 18 %). Kejenuhan Al tinggi dan meningkat ke lapisan bawah (49 - 58 %). Mineral liat didominasi oleh kaolinit, termasuk dalam rejim kelembaban udik dan temperatur isohipertermik. Soil Survey Staff (1999), Typic Paleudults, berlempung halus, kaolinitik, subaktif dan isohipertermik .

3.1.2. Pedon P3

Untuk pedon P3 mempunyai epipedon Okrik, penyebaran liat total dan liat halus serta bandingan liat halus/total memperlihatkan adanya akumulasi liat cukup memenuhi persyaratan untuk suatu horison argilik.Tekstur liat, dengan kandungan fraksi liat tinggi ( 71 - 81 %) dan pasir rendah (7-13 %) dengan kuarsa bening. Penurunan liat dari akumulasi maksi-mum kurang dari 20 %. Selaput liat ditemukan kedalaman 30 - 70 cm. Struktur tanah cukup, gumpal ber-sudut,sedang. Batas horison baur sam-pai berombak, drainase baik. Pada kondisi jelek dengan faktor penghambat BI dan Al-dd yang tinggi serta kahat P.

Reaksi tanah/pH sangat masam sampai masam (3,91- 4,84). Kandungan C-org rendah dan menurun dengan ke-dalaman. KTK-liat (10,5-15,91 cmol kg-1) KB dari sangat rendah sampai rendah (5-23 %), sedangkan kejenuhan Al tinggi dan meningkat ke lapisan bawah dari (57– 83 %). Mineral liat didominasi oleh

7

Page 8: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

kaolinit., termasuk dalam rejim ke-lembaban udik dan rejim temperatur isohipertermik. Soil Survey Staff (1999) bahwa, Typic Hapludults, berliat halus, kaolinitik, subaktif dan isohipertermik.

3.1.3. Pedon P6

Untuk pedon P6 mempunyai epipedon Okrik, penyebaran liat total dan liat halus serta bandingan liat halus/total memperlihatkan adanya aku-mulasi liat cukup memenuhi persyaratan untuk suatu horison argilik.Tekstur liat, dengan kandungan yang fraksi liat tinggi (46 - 65 %) dan pasir rendah (9 - 29 %) dengan kuarsa bening. Penurunan liat dari akumulasi maksimum kurang dari 20 %. Selaput liat ditemukan pada kedalaman 40 - 100 cm. Struktur tanah cukup, gumpal bersudut, sedang. Batas horison baur sampai berombak dengan drainase baik.

Reaksi tanah/pH sangat masam sampai masam (4,20-4,80). Kandungan C-org rendah dan menurun dengan kedalaman tanahnnya. Pada KTK-liat (15,26-18,72 cmol kg-1) dan KB sangat rendah sampai rendah (10-25 %), sedangkan kejenuhan Al tinggi dan me-ningkat ke lapisan bawah dari (47–65 %) Mineral liat didominasi oleh kaolinit, termasuk dalam rejim kelembaban udik dan rejim temperatur isohipertermik. Soil Survey Staff (1999) bahwa Typic Hapludults, berliat halus, kaolinitik, subaktif dan isohipertermik

Hasil analisis matrik hubungan antara profil tanah hutan dengan profil tanah pada tegakan Akasia yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Matrik Hubungan Profil Tanah untuk Pertumbuhan Tanaman Akasia

Deskripsi Profil tanah sandi P1

(1 tahun jelek)Profil tanah sandi P3

( 3 tahun jelek)Profil tanah sandi P6

(6 tahun baik)Kondisi tanahTanaman Akasia

Jelektumbuh 40 %

Jelek-sedangtumbuh 50 – 70 %

sedang- baiktumbuh 75 – 85 %.

Pengolahan tanahDitanam secara

MekanisMonokultur

MekanisMonokultur

MekanisMonokultur

Bentang lahan Datar Bergelombang BerombakMorfologiSolumEpiedonEndopedon

-Dangkal (< 50 cm)OkrikArgilik

Dangkal (< 50 cm)OkrikArgilik

Sedang (> 90 cm)OkrikArgilik

Sifat Fisika TanahKepadatan (BI)Tekstur Tanah

-Kepadatan Liat berpasir

-Kepadatan Liat

-Kepadatan Liat

Sifat Kimia TanahP-tersedia Al-dd

P-tersedia Al-dd ()

P-tersedia Al-dd

P-tersedia Al-dd

Keterangan : = rendah; = sedang ; = tinggi ; = sangat tinggi.

Berdasarkan Tabel 4 di atas terlihat bahwa pada pedon P1 tegakan akasia tumbuh jelek dengan persentase tumbuh hanya 40 %, pedon P3 tegakan tumbuh jelek-sedang sekitar 50 – 70 % dan pedon P6 tegakan tumbuh sedang-baik sekitar 75 – 85 %. Pada kondisi sifat fisika dan kimia tanah secara berurutan pada P1 dengan faktor peng-hambat adalah BI tinggi dan P-tersedia rendah, P3 dengan faktor penghambat adalah kepadatan tanah dan Al yang tinggi, P-tersedia rendah, P6 dengan faktor penghambat adalah Al tinggi dan P-tersedia rendah. Hal yang menarik pedon P6, dengan semakin tua umur

tegakan Akasia menyebabkan sistem perakaran yang masuk ke dalam tanah akan terganggu/terhambat. Faktor yang menghambat distribusi perakaran adalah Al tinggi dan P-tersedia rendah. Keduanya sifat ini akan meng-akibat rambut akar menjadi berkurang dan ruang jelajah akar yang semakin sempit, sebagai akibat pertumbuhan batang atas tanaman terhambat atau peninggi menjadi rendah., sebaliknya juga pada umur tua ini, bahan organik akan lebih banyak dibawah lantai tegakan Akasia.

3.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Ultisols untuk Tanaman Akasia

8

Page 9: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

3.2.1.Produktivitas Ultisols pada Tanaman Akasia

Produktivitas Ultisols pada tanaman Akasia merupakan suatu cerminan hubung-an antara tanaman dengan kondisi lingkungan baik dan jelek yang ada di atas permukaan tanah maupun yang berada di dalam tanah. Lingkungan yang ada di dalam tanah mencakup sifat fisika dan kimia, namun

berhubungan erat dengan ketersediaan unsur hara yang sangat dibutuhkan untuk tanaman yang normal. Hasil analisis regresi bertatar pengaruh faktor sifat-sifat tanah yang nyata terhadap peninggi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Bertatar antara Sifat-sifat tanah terhadap Peninggi

PeubahTanaman Akasia Umur 1 tahun Peubah

Tanaman Akasia Umur 3 tahun Peubah

Tanaman Akasia Umur 6 tahun

Koef t Koef t Koef tkonstanta 6,085 6,7 ** konstanta 24,384 5,1** konstanta 9,167 6,6 **P-ter 0,285 6,9 ** Mg-dd 0,747 6,8 ** P-ter 4,982 9,8 **BI -2,413 -4,8 ** N-total –3,320 -7,3 ** C-org - 1,820 2,8 **Na-dd -4,269 -3,4 ** Kej-Al -0,167 -3,3 **Ca-dd 0,886 2,7 ** KB 0,880 7,8 **K-dd 2,156 2,4 **R2 0,778 R2 0,665 R2 0,607R-Adjt 0,768 R-Adjt 0,652 R-Adjt 0,595F 6,242 F 0,475 F 7,717**) sangat nyata pada = 0,01.

Pada Tabel 5. terlihat bahwa hasil analisis regresi bertatar peubah-peubah yang terpilih yaitu P-tersedia (P-ter), kepadatan tanah (BI), Natrium yang dapat ditukar (Na-dd), Kalsium yang dapat ditukar (Ca-dd) dan Kalium yang dapat ditukar (K-dd) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pening-gi umur 1 tahun dengan nilai koefisien regresi bertatar r (Multiple R) sebesar 0,882. Hal ini yang menunjukkan bahwa P-ter, BI, Na-dd, Ca-dd dan K-dd yang berhubungan erat dengan peninggi. Koefisien determinasi (R2) = 0,778 yang menyatakan peninggi sekitar 77,80 % ditentukan oleh ke semua peubah-peubah tersebut di atas. Analisis uji lanjut diperoleh bahwa peninggi sebesar 66,7 % ditentukan oleh P-ter, sedangkan peubah-peubah lainnya: BI, Na-dd, Ca-dd dan K-dd hanya sebesar 11,1 %. Kahat P menunjukkan bahwa faktor penghambat utama produktivitas Ultisols untuk peninggi, hal ini disebabkan P-tersedia yang sangat diperlukan dalam memperbaiki kualitas pertumbuhan Akasia baik terhadap perkembangan akar maupun memperkuat batang agar tidak mudah patah.

Besarnya peranan sifat-sifat tanah terhadap peninggi berumur 1 tahun secara berurutan adalah: P-ter > BI > Na-dd > Ca-dd > K-dd (Tabel 5).

Hal ini menunjukkan bahwa tanaman Akasia mempunyai respon positif ter-hadap kekurangan hara P-ter, Ca-dd, K-dd, tetapi sebaliknya respon negatif terhadap peningkatan BI dan Na-dd.

Kekurangan P-tersedia terhadap peninggi umur 1 tahun, disebabkan oleh hilangnya P yang dipupuk ke tanah Typic Paleudults dipengaruhi oleh teks-tur lempung liat berpasir dan senyawa Al dan Fe yang telah ditemukan yang dapat menfiksasi P: Ferrihidroksida, goethit, limonit, hematit dan larutan Fe. Ditambahkan oleh Wild (1950) bahwa (1) terdapat korelasi positif antara fiksasi P dan jumlah senyawa Al dan Fe (2) yang terdapat penurunan fiksasi P bila senyawa Al dan Fe dipisahkan dari tanah dan (3) pengaruh pH pada fiksasi P erat hubungannya dengan pengaruh pH pada kelarutan Fe-P, Dengan jumlah yang equivalen antara ion Fe3+

dan ion PO3- akan membentuk endapan Fe-P tertinggi pada pH 2,0 – 4,50.

Pada peubah K-dd menunjuk-kan bahwa tanaman Akasia membutuh-kan unsur K-dd, mengingat unsur K lebih banyak diikat, sehingga K-dd akan berkurang di dalam tanah dan juga kekurangan K-dd disebabkan oleh fiksasi koloid tanah sendiri. Selanjutnya tingginya K-dd pada Typic Paleudults dengan pH rendah dimungkinkan oleh

9

Page 10: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

karena adanya vermikulit membebaskan Al dari kisinya, sehingga menyebabkan ruang antar lapisan akan merekah yang memungkinkan K bebas keluar masuk.

Selain itu peubah Ca-dd juga diperlukan peninggi, karena Ca di dalam tanah mempunyai kaitan penting dengan pH tanah dan ketersediaan beberapa unsur hara lainnya. Jumlah Ca-dd di dalam tanah menurun apabila tanah menjadi lebih masam. Hal ini Ca-dd di dalam tanah sangat tergantung kepada bahan induk tanah dan tingkat pelapukan maupun pencucian yang mempengaruhi perkembangan tanah-nya, sebagai ketentuannya unit I dengan tekstur kasar, terletak pada daerah lembab yang terbentuk dari batuan yang mengandung mineral berkalsium yang sangat rendah.

Peningkatan nilai BI menunjuk-kan bahwa akibat pemakaian alat-alat berat yang terjadi pemadatan sehingga menyebabkan adanya padas dan tingkat perkembangan yang semakin ber-kembang dengan tinggi BI, perkembang-an akar terhambat dengan tanah tektur pasir (Unit I). Pada pengamatan secara visual dengan BI yang tinggi maka perkembangan akar dari tegakan Akasia tidak dapat menembus lapisan padat. Terjadi perubahan volume tanah karena yang proses pembentukan tanah, akibat penambahan bahan dan pencucian dari setiap horison-horison tertentu. Dijelas-kan oleh Taylor et al. (1972) perkem-bangan perakaran tanaman selain di-tentukan aerasi dan juga oleh kekuatan tanah.

Kelebihan dari Na-dd menunjuk-kan bahwa kualiatas kimia tanah pada lingkungan tumbuh Akasia akan menjadi lebih jelek, sebagai akibat munculnya perubahan kom-posisi relatif kation Na tanah melebihi batas toleransi tegakan Akasia maupun kemungkinan merusak struktur tanah. Dijelaskan oleh Chen dan Banin (1975) bahwa pengaruh ion Na+

merusak struktur tanah. Selain itu dampak negatif akibat pemupukan KCl di dalam tanah (peubah K-total berkorelasi negatif) juga karena itu ion Na+ di dalam larutan tanah sifat dinamis dan selalu berkesetimbangan terhadap Na teradsorpsi oleh tekstur liat pada Unit III maka Na dalam larutan tidak diukur. KB dicirikan oleh tingkat kemasaman yang kuat, level unsur-

unsur Ca, Mg, K dan Na yang rendah dan proporsi kompleks pertukaran dijenuhi oleh Al. Dengan kata lain KB yang rendah berarti kompleks jerapan lebih banyak diisi oleh kation-kation asam Al3+ dan H+.

Berdasarkan Tabel 5 menunjuk-kan bahwa hasil analisis regresi bertatar peubah-peubah yang terpilih adalah Magnesium yang dapat ditukar (Mg-dd), N-total, kejenuhan Al (Kej-Al) dan kejenuhan basa (KB) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap peninggi umur 3 tahun dengan nilai koefisien regresi bertatar r (Multiple R) sebesar 0,815. Hal ini menunjukkan bahwa Mg-dd, N-total, Kej-Al dan KB sangat berkaitan erat dengan peninggi. Koefisien determinasi (R2) = 0,665 yang menyatakan bahwa peninggi 66,5 % ditentukan oleh ke semua peubah-peubah tersebut di atas. Analisis uji lanjut diperoleh bahwa peninggi sebesar 53,5 % ditentukan oleh Mg-dd, sedangkan peubah-peubah yang lainnya seperti N-total, kej- Al dan KB hanya sebesar 13,0 %. Kekurangan Mg terhadap peninggi yaitu: kondisi tanah itu sendiri memang mempunyai kadar Mg rendah, terjadi ketidakseimbangan hara akibat kelebihan Al dan pemupukan Mg jarang dilakukan di areal HTI. Akibatnya karena sering dipupuk N, P dan K saja akhirnya terjadi ketidakseimbangan dan menekan ketersediaan hara Mg.

Peninggi yang berumur 3 tahun berpengaruh terhadap N-total > Kej Al > KB, dimana tegakan Akasia mempunyai respon positif terhadap ketersediaan KB, sedangkan respon negatif terhadap peningkatan hara N-total dan kej-Al. Pada peubah N-total menunjukkan unsur hara yang dibutuhkan oleh tegakan Akasia dalam pembentukan bintil akar untuk menambat N, akibatnya penambatan unsur N menjadi terhambat pada Ultisols. Hasil analisis regeresi bertatar dengan peninggi bahwa lapisan 0-30 cm adalah lapisan tinggi kandungan N, tetapi tidak menunjukkan perbedaan nyata dengan lapisan lainnya. Kriteria N-total rata-rata dari rendah sampai sedang. Demikian pula peubah kej-Al mempunyai ke erat kebaradaan ion Al3+ di dalam tanah, tingginya kej-Al di dalam tanah dapat

10

Page 11: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

mempengaruhi peninggi yang tidak seragam tumbuhnya di lahan.

Hasil analisis regresi bertatar peubah-peubah terpilih adalah P-ter dan Corbon organik (C-org) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pening-gi umur 6 tahun dengan nilai koefisien regresi bertatar r (Multiple R) sebesar 0,779. Hal ini menunjukkan P-ter dan C-org sangat berkaitan erat dengan peninggi. Koefisien determinasi (R2) = 0,607 yang menyatakan peninggi 60,7 % ditentukan oleh ke semua peubah-peubah tersebut di atas. Analisis uji lanjut diperoleh bahwa peninggi sebesar 56,3 % ditentukan oleh P-ter, sedangkan peubah yang lainnya C-org hanya sebesar 4,4 %. Kekurangan unsur hara P di dalam tanah terjadi melalui penyerapan hara yang diangkut secara besar-besaran melalui batang Akasia yang di panen dari HTI tidak seimbang dan juga terjadi pencucian ke lapisan tanah bawah (leaching), atau melalui aliran permukaan (run off) dan erosi. Akibatnya kesuburan tanah menurun secara drastis. Hasil penelitian Sanchez (1979) di Guatemala dan Yurimaguas dengan memberikan gambaran yang jelas betapa besar penurunan tingkat kesuburan tanah setelah hutan dibuka untuk pertanian.

Kelebihan C-org memainkan peranan yang sangat penting dalam tegakan Akasia melalui pengaruhnya

terhadap sifat fisika, kimia dan biologi. Bahan ini juga dalam proses perekatan partikel tanah yang menghasilkan struktur yang stabil. Peubah C-org menunjukkan bahwa respon negatif terhadap peninggi, hal ini disebabkan ke-tersediaan bahan organik (C-org) tanah kuirang sempurna tingkat dekomposisinya, sehingga menjadi lambat tersedia. Tambahan unsur hara diperoleh dari proses perombakan bahan organik dilakukan oleh jasad mikro maupun pelapukan mineral.. Menurut Craswell (dalam O’Connell dan Sankaran, 1997) bahwa bahan organik akan berpengaruh terhadap struktur tanah, laju infiltrasi, kapasitas menyimpan air, ketersediaan hara, dan tingkat mineralisasi. Hasil penelitian lainnya menyimpulkan bahan organik tanah dapat mempengaruhi KTK tanah, sehingga efisiensi pemupukan akan lebih baik pada akhirnya dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman (Miller dan Donahue, 1990 serta ;Sukristiyonubowo et al. 1993)Produktivitas tanah Ultisols yang ditentukan oleh beberapa faktor lingkungan dan ketersediaan unsur hara mineral. Ketersediaan unsur hara dalam tanah dapat mem-pengaruhi besar dan kecilnya diameter batang suatu ekosistem tanaman. Dari hasil analisis regresi bertatar untuk diameter yang disajikan Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Bertatar antara Sifat-sifat tanah terhadap Diameter Batang

Peubah Tanaman Akasia Umur 1 tahun

Peubah Tanaman Akasia Umur 3 tahun

Peubah Tanaman Akasia Umur 6 tahun

Koef t Koef t Koef tkonstanta 7,385 8,8 ** konstanta 31,104 1,8** konstanta -76,937 -12,8**Kej-Al - 0,037 -4,2 ** BI - 9,668 -5,6** pH H2O 14,143 5,8**Ca-dd 1,020 2,4 ** P-total 0,108 4,1** C-org -1,462 3,9**BI - 1,448 -2,1 ** pH KCl 7,398 2,1** R2 0,537 R2 0,541 R2 0,923R-Adjt 0,524 R-Adjt 0,5

32R-Adjt 0,920

F 4,689 F 16,779 F 4,504**) sangat nyata pada = 0,01.

Berdasarkan Tabel 6 di atas terlihat bahwa hasil analisis regresi bertatar peubah-peubah yang terpilih adalah kejenuhan Al (Kej Al), Ca-dd dan BI memberikan pengaruh sangat nyata terhadap diameter batang umur 1 tahun dengan nilai koefisien regresi bertatar r (Multiple R) sebesar 0,733. Hal ini

menunjukkan bahwa Kej Al, Ca-dd dan BI sangat berkaitan kuat dengan diameter batang. Koefisien determinasi (R2) = 0,537 menyatakan bahwa dia-meter 53,7 % ditentukan oleh ke semua peubah-peubah yang tersebut di atas. Analisis uji lanjut diperoleh bahwa diameter batang sebesar 48,1 % ditentukan oleh Kej Al,

11

Page 12: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

sedangkan peubah yang lainnya seperti Ca-dd dan BI hanya sebesar 5,6 %.

Besarnya peranan peubah bebas terhadap diameter berumur 1 tahun dengan urutan sebagai berikut: kej-Al > Ca-dd > BI, hal ini menunjukkan bahwa diamater batang Akasia mempunyai respon positif terhadap kekurangan kalsium dapat ditukar (Ca-dd) sedangkan respon negatif terhadap peningkatan kej-Al dan BI. Peubah Ca-dd menunjukkan bahwa hubungan dengan permeabilitas membran sel-sel akar yang berbeda-beda terhadap Ca, tegakan Akasia tidak saja mengakut unsur Ca dalam jumlah yang tinggi, tetapi juga memerlukan kandungan Ca yang lebih tinggi untuk pertumbuhan optimal, sehingga sifat-sifat tanah ini mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi diamater batang.

Dampak dari peubah BI tinggi (Unit I), terjadi pemadatan atau pengerasan bongkah tanah Ultisols dapat menjadi serius, terutama karena pemakaian alat berat dan tingginya curah hujan yang diikuti dengan menurunnya kandungan bahan organik tanah akibat pencucian (Peubah C-org menunjukkan respons yang positif), Hal ini disebabkan karena hadirnya partikel berukuran pasir yang stabil dengan adanya perekatan oleh relatif tingginya kandungan liat dan kandungan Oksida Fe dan Al. (Peubah KejAl menunjukkan respon negatif). Untuk Peubah Ca-dd menunjukkan terjadi kahat unsur hara Ca yang memberikan pengaruh menguntungkan bagi terhadap tegakan Akasia, tetapi dapat dijadi patokan dalam kaitannya dengan sifat dan ciri tanah itu sendiri. Kepadatan tanah (BI) tanah tinggi 1,62 Mg m-3 mempengaruhi tegakan Akasia yang berbeda sangat nyata dengan peubah peninggi (Halidah, 1998).

Peningkatan kejenuhan Al seiring dengan kandungan Al tetap tinggi di dalam tanah, yang menyebabkan diameter batang Akasia yang tumbuh tidak normal menjadi lebih kecil. Dampak lainnya kekurangan hara P ini tidak dapat meransang per-kembangan akar Akasia (Unit IV), sehingga kualitas produksi kayu menjadi rendah. Pengamatan secara visual di lapangan menunjukkan bahwa keberadaan Al yang tinggi dan dibarengi oleh kehilangan basa-basa adanya curah hujan tinggi di Ultisols menyebab reaksi

kimia berjalan cepat sehingga proses pertama dari reaksi tanah menjadi masam. Dijelaskan oleh Vlamis (1953) bahwa Al penyebab pertumbuhan tanaman jelek dan produksi rendah pada tanah masam. Peubah Ca-dd yang menunjukkan berkorelasi positif, dimana terdapat dalam jumlah sangat kecil ditemukan pada penelitian ini yang mudah larut dan biasanya mempunyai pH < 4,00 (unit IV).

Hasil analisis regresi bertatar peubah-peubah yang terpilih adalah BI dan P-total memberikan pengaruh sangat nyata terhadap diameter umur 3 tahun dengan nilai koefisien regresi bertatar r (Multiple R) sebesar 0,736. Hal ini menunjukkan bahwa BI dan P-total sangat berkaitan erat dengan diameter. Koefisien determinasi (r2) = 0,541 yang menyatakan bahwa diameter 54,10 % ditentukan oleh kedua peubah tersebut di atas. Analisis uji lanjut diperoleh bahwa diameter sebesar 46,70 % ditentukan oleh pb, sedangkan peubah P-total hanya 7,30%.

Peninggi yang berumur 3 tahun dipengaruhi oleh BI > P-total, dan tanaman Akasia mempunyai respon positif terhadap ketersediaan P-total, sebaliknya respon negatif terhadap peningkatan kepadatan tanah (BI). Peubah P-total menunjukkan kekurang-an unsur hara P yang diberikan ke dalam tanah sebagai pupuk (Rock Phosphat) terikat oleh Al dan Fe sehingga tidak dapat digunakan akar ke bagian atas tanaman sehingga diameter batang menjadi mengecil

Pada Tabel 6. terlihat bahwa hasil analisis regresi bertatar peubah-peubah yang terpilih adalah pH H2O, C-org dan pH KCl memberikan pengaruh sangat nyata terhadap diameter umur 6 tahun dengan nilai koefisien regresi bertatar r (Multiple R) sebesar 0,961. Hal ini menunjukkan bahwa pH H2O, C dan pH KCl sangat berkaitan erat dengan diameter. Koefisien determinasi (R2) = 0,923 yang menyatakan bahwa diameter 92,3 % ditentukan oleh ke semua peubah-peubah tersebut di atas. Analisis uji lanjut diperoleh bahwa diameter sebesar 89,3 % ditentukan oleh pH H2O, sedangkan peubah yang lainnya C-org dan pH KCl hanya sebesar 3,0 %.

Tabel 6. menunjukkan bahwa hasil analisis regresi bertatar yang respon

12

Page 13: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

positif terhadap besar dan kecil diameter umur 6 tahun terbukti di pengaruhi oleh pH H2O, C-org, pH KCl. Reaksi tanah dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tanaman, ditentukan oleh mudah tidaknya unsur hara diserap tanaman, kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan dapat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Faktor ini juga menunjukkan makin rendah pH maka menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman.

Peubah pH KCl menunjukkan karena koloid yang memiliki kompleks pertukaran didominasi oleh hidroksida Al. Berdasarkan hasil analisis regrasi bertatar peubah C-org menunjukkan berkorelasi positif, terjadi kekurangan bahan organik, dan ini petunjuk kecil akumulasi bahan organik dalam lingkungan tegakan Akasia berbeda.

Pengamatan di lapangan pada unit IV memiliki struktur tanah yang kurang baik karena tingginya kandungan liat di horison permukaan atau horison A dan tidak terdapat orientasi liat pada bongkahan kecil. Pengolahan tanah, misal menggunakan alat berat tidak dianjurkan pada musim basah, guna untuk menghindarkan pengerasan bongkah tanah dan penurunan kecepatan infiltrasi, sedangkan pada tanah ringan bertekstur pasir pengolahan intensif juga tidak dianjurkan pada musim basah untuk menghindari limpasan permukaan dan erosi tanah yang berlebihan.

Peubah BI berkorelasi negatif, menunjukkan kepadatan tanah, makin padat suatu tanah makin tinggi nilai BI, berarti makin yang sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman (Hardjowigeno, 1986).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan1.Sifat morfologi dan Ultisols tidak ber-pengaruh terhadap pertumbuhan tanam-an Akasia .2.Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Ultisols adalah kejenuhan Al dan Berat Isi (BI). Kejenuhan Al berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman Akasia dengan batas kritis 65 % (Al-dd sekitar 7,25 cmol kg-1), sedangkan BI dengan batas kritis sekitar 1,61 Mg m-3.

3.Percobaan di Rumah Kaca mem-perlihatkan: Berat Isi pada Ultisols sekitar 1,61 Mg m-3 menyebabkan ter-hambatnya pertumbuhan bibit Akasia sehingga menjadi kerdil. Sedangkan Al-dd 7,25 cmol kg-1 dengan kejenuhan Al sebesar 65 % yang dapat menekan pertumbuhan bibit. Pemberian pupuk N, K dan dolomit pada Ultisols yang dapat meningkatkan pertumbuhan bibit Akasia namun pemberian P belum mampu me-ningkatkan pertumbuhan.

4.2. Saran

1.Pengolahan tanah dan pemanenan di HTI harus memperhatikan alur-alur (jalan) yang telah ditetapkan di lapangan guna menghindari terjadinya kepadatan tanah.2.Pembuatan lubang tanam harus dalam (dibawah lapisan padat) yang diisi dengan tanah yang gembur. Sebelum memanfaatkan lahan untuk Akasia, dilakukan analisis Al-dd tanah guna mengantisipasi tingkat keracunan tanaman. 3.Produktivitas tanah dapat ditingkatkan dengan melakukan pemupukan N, K dan dolomit sesuai dengan dosis anjuran, dan pemupukan P harus dilakukan analisis P-tersedia dan pH tanah terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Anomim. 1992 . Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Dati I Jambi.

Adisubroto, S dan S. Priasukmana. 1985. Nursery Establishment Practices of Acacia mangium Willd. Agency for Forestry Research and Development Journal of Forestry Research and Development. Bogor 2 (1): 10-17.

Awang., K dan Taylor D. 1993. Growing and Utilization Acacia mangium. Winrock International and The Food and Agriculture Organization of the United Nations. Bangkok, Thailand.

Birkeland, P.W. 1974. Pedology, Weathering and Geomorphological Research. Oxford Univ. New York-London-Toronto.

13

Page 14: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

Centre for Soil and Agriclimate Research (CSAR). 1993. Management of Sloping lands for Sustainable Agriculture in Indonesia Annual Report Center for Soil and Agroclimate Research- International Board for Soil Research and Management (IBSRAM). Bogor.

Chen , Y dan A. Banin. 1975. Scanning electron microscope (SEM) Observation of Soil Structure Changes Induced by Sodium-Calcium Exchange in Relations to Hydraulic Conductivity. J Soil Sci 120: 428-436

Darmo dan H.A.F. Mas’ud. 1994. Pertumbuhan Acacia mangium. Eucalyptus deglupta, Eucalyptus uroppylla dan Eucalyptus pellita di HTI. PT. Wirakarya Sakti. Unit Tebing Tinggi Propinsi Jambi. Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar. AEK Nauli.

Evans, J. 1992. Plantation Forestry in the Tropics. Clarendoc Press. Ltd. United Kingdom, 430 pp

Halidah., M.K S. 199. Pengaruh tegakan Acacia decurrens dan tegakan Eucalyptus urophylla terhadap aliran permukaan, sifat fisik dan kimia tanah di Lannying Bantaeng Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Kehutanan Vol II No. 1.

Hardjowigeno, S. 1986. Ilmu Tanah. PT. Madyatama Jakarta

___________, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Pertama. Penerbit Akademika Pressindo Jakarta.

Lutz H. J dan R. F. Chandler. 1961. Forest Soils, New York, John Wiley and Sons. 514 p.

Miller. R.H. dan R.L. Donahue, 1990. Soils, An introduction to soil and plant . Sixth Edition. Printice Hall, Inc. Englewood Cliffs. New York.

Mohr, E.J. C., F. A. Van Baren dan J. Van Schuylenborgh. 1972. Tropical Soils. Geuze Dordreht. he Hague, The Netherlands 481 p.

Mutert, E dan Adiningsih. 1996. Tropical upland improvement; comparative performance of different phosphorus sources Preprints. IMPHOS-AAR/CSAR International Conference in Asia, Bali, Indonesia.9-1 2, 1996

O’Connell., A. M. dan Sankaran, K. V. 7. Organic metter accretion, decomposition, and mineralization p.443-480. In, E. K. Sadanan dan Nambiar and Alan G. Brown (Eds), Management of Soi, Nutrients and Water in Tropical Plantation Forest.

Purwoko. J K. 1999. Teknik peningkatan produktivitas tanah Podsolik Merah Kuning.. Prosiding Diskusi hasil-hasil penelitian Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Dalam Menunjang Pemanfaatan Hutan yang lestari. Bogor

Pusat Penelitian Tanah. 1983. Terms of Reference Type A. Pemetaan Tanah. Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 43 hal

Sanchez, P. A. 1979. Soil of the Tropics. In Blowing in the wind. Deforestation and long range implication. Study Third World Soc 14: 347-410.

Santoso, D. 1996. Development of phosphorus fertilizer use on acid soils in Indonesia. Preprints. IMPHOS-AAR/CSAR International Conference in Asia, Bali, Indonesia.9-1 2, 1996

Soekardi, M. 1990. Land Resources of Indonesia. RAFA. Bangkok.

Soil Survey Devision Staff. 1993. Soil Survey Manual Handbook, No. 18, USDA, Washington. D.C.

Soil Survey Staff, 1999. Kunci Taksonomi Tanah (Terjemahan. Key to Soil Taxonomy). Edisi kedua. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Staf Pemetaan LPT. 1967. Pedoman pengamatan tanah di lapang LPT, Bogor

Sudjadi., M. 1984. Masalah kesuburan tanah Podsolik Merah Kuning dan Kemung-kinan Pemecahannya. Prosiding Pertemuan Tekniks Penelitian Pola Usahatani Menunjang Transmigrasi, Cisarua, Bogor.

14

Page 15: Karya Ilmiah Studi Produktifitas Ultisol

Sukmana, S. 1977. Distribusi pori beberapa jenis tanah serta kemungkinan pengaruh aerasi terhadap tanaman dan erosi. Dikemukan dalam Kongres Nasional Ilmu Tanah di Yogyakarta. 11 h.

Sukristiyonubowo., I. G.P. Wigena., Mulyadi, dan A. Kasno. 1993. Pengaruh penambahan organik, kapur dan pupuk NPK tehadap sifat kimia tanah dan hasil kacang tanah. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 11: 1-7.

Taylor, S. A., M. G. Huck dan B. Klepper. 1972. Root development in relation to soil physical condition, in Optimizing The Soil Physical Environment Toward Greater Crop Yield. Edited by Hillel. Academic Press

Vlamis, J. 1953. Acid soil in Fertility as related to soil solution and solid phase effect. Soil Sci. 75:383-393

Wigena., I.G.P., W. Sugeng dan Joko. P. 1994. Kendala dan kemungkinan pemecahannya dalam mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah lahan kering marginal. Dalam Penangan Lahan kering marginal melalui Pola Usahatani terpadu. Kerjasama TIM REL. Badan Penelitian dan Pengembangan Penelitian dengan Dinas-Dinas Pertanian Propinsi Jambi dengan Balai Informasi Pertanian Jambi. Pusat Penelitian Tanah dan Agro klimat Bogor.

Wild, A. `1950. A Review the Retention of Phosphate by Soil. J. Soil Sci. 1 : 221-237

15