jurnal reading.pptx
TRANSCRIPT
1
Journal Reading
Title :
Comparative Proteomic Analysis of Human Whole Saliva of Children With Protein-Energy Undernutrition
Fonteles CSR, Santos CFD, Alves KSS, Mota ACM, damasceno JX, Fonteles MC, J.Nut.2012; 744-8
2
PENDAHULUAN
KEP merupakan salah satu kekurangan gizi yang paling umum dan penting, yang ditandai oleh rendahnya
asupan energi dan protein.
Saliva merupakan cairan yang diproduksi dan disekresikan oleh kelenjar saliva mayor (parotis,
submandibula, dan sublingual) dan kelenjar saliva minor
Saliva
99% air
Organik dan anorganik
3
PENDAHULUAN
Saliva Protein-Prolin-Amilase-Albumin-Imunoglobulin-Lisosim-Laktoferin-Laktoperoksidase-Histatins-Statherin-Mucins -Cysteines
4
PENDAHULUAN
Protein dan peptida dalam saliva merupakan produk dari serangkaian proses molekuler kompleks yang menentukan
struktur akhir dari molekul-molekul protein. Proses ini dimulai pada tingkat biosintesis, intraglandular dan berakhir
setelah sekresi intraoral
Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa profil protein saliva dikaitkan dengan berbagai gangguan
patologis, seperti gangguan pada jaringan ikat, kistik fibrosis, diabetes mellitus, sindrom Sjögren , karies gigi,
dan penyakit periodontal
5
PENDAHULUAN
Meskipun telah banyak dilakukan penelitian mengenai hubungan sinergis antara
kekurangan gizi, penyakit menular, dan sistem kekebalan, tetapi masih sedikit studi yang
meneliti mengenai protein dalam saliva pada anak kekurangan gizi
6
TUJUAN
Untuk mengetahui profil protein dari anak yang
menderita Kurang Energi Protein (KEP) ringan,
sedang dan berat serta membandingkan dengan profil protein anak sehat
melalui analisis proteomik saliva
7
METODE
• Desain Studi kasus kontrol• Waktu Jam 09.00 – 11.00 setelah pasien puasa 2 jam• Tempat Institute for Prevention and Exceptionality
(IPREDE) ,pusat rujukan pengobatan malnutrisi di negara bagian Cear-Brazil dan Klinik gigi anak di Universitas negara bagian Cear-brazil• Sampel Kasus : 91 anak laki-laki dan perempuan dengan KEP yang
berumur antara 12 – 17 bulan (GI = KEP ringan, GII = KEP sedang, GIII = KEP berat)
Kontrol : 31 anak laki-laki dan perempuan sehat yang berumur antara 12 – 17 bulan (G0 = kontrol)
8
METODE
• Pengumpulan data:
Anak –anak ditempatkan di pangkuan ibu selama 30 menit
1.5 ml volume saliva dikumpulkan selama 60 detik memakai kanula
Saliva di tempatkan dalam tabung plastik
Laboratorium
9
METODE
• Pengumpulan data:
Pengumpulan saliva selalu dilakukan pada pukul 09.00 -11.00 setelah sebelumnya pasien puasa selama 2 jam
Prosedur kebersihan mulut dilakukan 1 jam sebelum pengumpulan saliva
Saliva di sentrifugasi 10000 g selama 10 menit, dengan 200 mL supernatan,
diliofilisasi, dan disimpan pada suhu 800C untuk dianalisis
10
METODE
• Proteomik analisis saliva
Konsentrasi total protein ditentukan dengan metode Bradford
Coomassie biru G250 sebagai reagen dan serum bovine albumin sebagai protein standar
Semua sampel dianalisis rangkap dua. Sampel yang dilarutkan dilipholisasi
dengan menambahkan 50 mL Milli-Q air (Milli-Q Ditambah sistem ultra murni air, Millipore Corp, MA,
USA), dan homogen dengan pengaduk mekanik (Vortex AP-56, Phoenix, S ~ ao Paulo, Brasil)
Selanjutnya, 5 mL ditarik, dan 1 mL larutan Bradford ditambahkan,dihomogenisasi, dan dibiarkan selama 10 menit. Penyerapan
diukur pada 595 nm dengan spektrofotometer
18
DISKUSI
• Semua komponen protein yang dihasilkan dari degenerasi jaringan cenderung menumpuk di dalam rongga mulut, dalam konsentrasi yang mirip dengan dinyatakan dalam plasma penggunaan saliva sebagai alat diagnostik pada keadaan KEP
• Perbandingan dari dua dimensi gel elektroforesis yang diperoleh dari sampel anak-anak yang sehat dan pada KEP ringan, sedang, dan berat menunjukkan pola protein yang sama, namun terdapat perbedaan yang cukup besar dalam jumlah spot.
19
DISKUSI
• Anak KEP berat fragmen protein dalam jumlah besar (10-20 kDa) peningkatan aktivitas proteolitik
• Para peneliti berasumsi bahwa peningkatan konsentrasi protein merupakan akibat dari gangguan berat pada kelenjar ludah
• Para peneliti menyatakan bahwa hypoaminoacidemia didapati pada keadaan KEP berat penurunan asam amino sistemik dan akhirnya mempengaruhi sintesis protein.
20
DISKUSI
Meskipun beberapa telah sepakat protein lebih tinggi dalam saliva anak-anak penderita kekurangan gizi, namun dalam kasus lain, tidak menunjukkan hasil yang sama
Fakta bahwa anak-anak penderita kekurangan gizi berat dapat mengekspresikan respon pemecahan protein yang berbeda, tergantung pada gejala klinis
Pada kas
us ta
npa
oe
de
m ti
ngkat
pe
meca
ha
n
pr
otei
n ti
nggi
me
ng
hasilka
n
pr
otei
n le
bi
h se
dikit
dala
m
plas
ma
da
n saliva
Sedangkan pada kasus dengan oedem status gizi tidak dapat dipertahankan, sehingga menurunkan suplai asam amino bebas, plasma dan kadar protein saliva .
21
DISKUSI
• Penelitian ini memisahkan protein berdasarkan berat molekul dan Isoelektrik protein memungkinkan pendekatan yang lebih akurat terhadap komposisi protein saliva dalam populasi sampel
• Meskipun menunjukkan konsentrasi protein tinggi, profil protein dari anak-anak penderita kekurangan gizi tidak berbeda dari pola yang diamati pada anak-anak yang sehat atau dari orang-orang dengan status gizi ringan dan sedang.
22
DISKUSI
• Dalam penelitian ini, protein spot difokuskan terutama dalam gradien isoelektrik protein dengan gradient rata-rata 6,52 ± 1,63. Selain itu, kecenderungan peningkatan isoelektrik rata-rata pada anak yang sehat dan anak dengan KEP ringan dan sedang yang diamati,sedangkan pada KEP berat mengalami penurunan.
• protein saliva dari anak-anak yang sehat dan KEP berat terkonsentrasi dalam kisaran ph yang lebih asam.
23
DISKUSI
• Anak dengan KEP ringan memiliki berat molekul tertinggi 293 kDa dengan isoelektrik point=7.77 dan terendah 5 kDa dengan isoelektrik point =4.83.
• Protein protein kinase cyclin-dependent, yang bertanggung jawab untuk sinyal sel siklus sel dan regulasi transkripsi
24
KESIMPULAN
Profil protein dalam saliva bervariasi sesuai dengan ada atau tidak adanya KEP Saliva merupakan alat diagnostik yang penting pada KEP
Pemeriksaan proteomik saliva memiliki kelebihan antara lain sifatnya yang kurang invasif dan harganya yang lebih murah