jurnal ilmu komunikasi upn veteran jatim no 1 vol. 1
TRANSCRIPT
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
LITERASI MEDIA INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
Irwan Dwi Arianto, S.Sos., M.I.Kom, Dr. Yudiana Indriastuti, S.Sos., M.Si.
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
ABSTRAK
Internet dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin lama semakin meningkat, mendekatkan dan semakin memanjakan usernya dengan berbagai informasi. Banyak ragamnya informasi di intenet bisa menjadi manfaat juga bisa menjadi masalah. Internet bisa dikatakan susah sekali untuk dihindari, terlebih-lebih saat ini blank spot area semakin menipis. Penelitian ini menggambarkan bagaimana penggunaan internet dikalangan mahasiswa sehubungan dengan literasi media internet hingga pada pemahaman apakah mahasiswa bersikap kritis dengan konten media yang digunakan atau dikonsumsi. Kampus UPN “Veteran” Jawa Timur sebagai Kampus Bela Negara tentunya dalam implementasinya adalah dengan mengenali AGHT informasi yang tidak mungkin terhindari lagi. Mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur sebagai warga Surabaya yang baru-baru ini dicanangkan sebagai Cyber City tentu harus berbenah dalam hal ini. Cyber City membawa konsekuensi semakin lengkapnya jaringan internet di kota ini. Pengambilan data melalui observasi partisipatori, indepth interview, focus group discussion dan studi pustaka untuk menggali lebih mendalam bagaimana literasi media Internet di kalangan mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur. Mahasiswa sebagai informan memberikan informasi bahwa mereka mengakses internet untuk bersosialita. Mereka membutuhkan internet untuk belajar hanya pada moment butuh saja. Sikap kritis tidak tampak pada mahasiswa, mereka seakan menerima informasi begitu saja. Budaya acuh tak acuh pada lingkungan juga berimbas pada lingkungan cyber yang mereka geluti tiap hari. Perlu pendekatan Sociotechnical dalam menghadapi hal demikian ini. Keyword : Internet, Literasi, Literasi Media Internet, Mahasiswa
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
Pendahuluan
Informasi digenggaman, kemudahan dalam mengakses informasi melalui internet
memberikan banyak manfaat pada berbagai kalangan masyarakat. Pesatnya perkembangan
teknologi komunikasi memberikan konsekuensi kemudahan dalam mengakses informasi. Rubin
(1998) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi media adalah pemahaman sumber ,
teknologi komunikasi , kode yang digunakan , pesan yang dihasilkan , seleksi , interpretasi dan
dampak dari pesan tersebut. Hobbs (1996) menjelaskan sebagai suatu proses mengakses,
menganalisis secara kritis pesan media dan menciptakan pesan menggunakan alat media. Perubahan
pola komunikasi terjadi bahwa selain konsumen maka user juda dapat pula sebagai produsennya.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tanggal 7 November 2016 merilis
data survei pengguna internet di Indonesia. Tercatat bahwa pengguna internet di Indonesia
mencapai 132,7 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia sebanyak 256,2 juta jiwa. Porsi
pengguna internet terbesar di pegang wilayah Jawa dengan pengguna sebesar 86,3 juta jiwa dengan
pengguna dikalangan pelajar mahasiswa sebesar 18,6 juta jiwa.
(http://techno.okezone.com/read/2016/11/07/207/1535401/apjii-rilis-survei-pengguna-internet-
indonesia) Arus informasi global tentu menerpa mahasiswa dengan berbagai konsekuensinya. Tidak
dapat dipungkiri dapat mengarah ke hal positif maupun hal negatif.
Mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur adalah bagian dari masyarakat Surabaya yang belum
lama ini dicanangkan sebagai Kota Cyber. Kemampuan literasi media seperti internet menjadi wajib
untuk dimiliki para mahasiswa khususnya UPN “Veteran” Jawa Timur sebagai Perguruan Tinggi
Negeri Baru mengingat di era informasi global seperti saat ini literasi media menjadi suatu jawaban
agar mahasiswa tidak tertinggal dan asing dilingkungan digital.
Penelitian ini menggambarkan bagaimana penggunaan Internet di kalangan mahasiswa
sehubungan dengan literasi media Internet dan apakah mahasiswa bersikap kritis dengan konten
media yang digunakan atau dikonsumsi. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan para pengelola
perguruan tinggi agar dapat merancang pendidikan melek media. Selain daripada hal tersebut,
penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi panduan bagi pengelola media massa berbasis online
untuk dapat merancang dan membuat pesan yang kreatif guna menarik minat mahasiswa
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
Literasi Media
Silverblatt (2007) bahwa pemahaman literasi media secara tradisional diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan menciptakan. Ferrington (2006) menjelaskan
pemahaman literasi media pada tahun tujuh puluhan diperluas mencakup kemampuan untuk
membaca teks film, televisi, dan media visual karena studi tentang pendidikan media dimulai dengan
mengikuti pengembangan area media. Hobbs (1996) menjelaskan bahwa literasi media adalah
proses mengakses, menganalisis secara kritis pesan media dan menciptakan pesan dengan
menggunakan alat media. Brown (1998) literasi media adalah kemampuan untuk menganalisis dan
menghargai karya-karya sastra, dan untuk berkomunikasi efektif melalui tulisan yang baik. Rubin
(1998) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi media adalah pemahaman sumber,
teknologi komunikasi, kode yang digunakan, pesan yang dihasilkan, seleksi, interpretasi dan dampak
dari pesan tersebut.
Dua komponen yang paling umum dari definisi literasi media yaitu adanya kesadaran dari
banyak pesan media dan kemampuan kritis dalam menganalisis dan mempertanyakan yang dilihat,
dibaca, dan ditonton (Hobbs, 2001; Silverblatt, 1995; Singer & Singer, 1998). Lima konsep tentang
literasi media menurut Center of Media Literacy (Kellner & Sahre, 2005) sebagai berikut: semua
pesan media "dikonstruksikan"; pesan media dikonstruksikan dengan bahasa yang kreatif sesuai
dengan aturan mereka; individu memaknai pesan tergantung dari pemahamannya atas pesan yang
ditangkapnya dari media; media mempunyai sudut pandang dan mengandung nilai tersendiri;
hampir semua pesan media memiliki kepentingan keuntungan ataupun kekuasaan.
Literasi media baru (Jenkins, 2009) Teori literasi media baru oleh Jenkins et al bersifat sangat
praktis berdasarkan karakter media baru. Karena media baru sangat kompleks, Jenkins et al
membagi membagi inti keterampilan literasi media menjadi 12: play, performance, simulation,
appropriation, multitasking, distributed cognition, collective intelligence, judgment, transmedia
navigation, networking, negotiation, visualization. Berikut penjelasan masing- masing 12 inti
kemampuan ini:
a. Play
Kemampuan play disini diartikan sebagai kemampuan menggunakan. Menggunakan
dalam artian tidak hanya sekedar mengakses, tetapi juga mengeksplor media baru yang
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
digunakan. Menurut Jenkins, pengguna media baru wajib mengeksplorasi dan
mengetahui seluk-beluk aplikasi media baru yang digunakan. Hal ini akan membentuk
hubungan pengguna dengan pikiran, komunitas dan lingkungan di dalam gadget (interaksi
di dalamnya) serta menambah pengetahuan pengguna. Dengan begitu, semakin banyak
kita menggunakan media, semakin kita melek terhadapnya. Mengkonsumsi media akan
menjadi sebuah proses pembelajaran kehidupan yang membentuk struktur pengetahuan,
sebagai bentuk pemecahan masalah terhadap semua hal dalam kehidupan yang dapat
dipelajari dalam kegiatan mengkonsumsi media. Pengguna media baru akan mengetahui
fungsi, kelemahan, kelebihan, maupun cara penggunaan media baru tersebut, yang
akan menciptakan kesadaran terhadap pengguna.
b. Simulation
Kemampuan simulation diartikan sebagai kemampuan untuk menginterpretasikan dan
menyelewengkan informasi pesan media. Kemampuan ini dicanangkan Jenkins agar
manusia dapat berdamai dengan lautan informasi. Kemampuan ini didapatkan melalui
bereksperimen, berhipotesis, menguji dengan variabel update. Percobaan langsung
seperti ini membuat manusia lebih paham, memperkaya pengalaman dan kemungkinan
penemuan-penemuan baru, menguji teori melalui trial and error yang dilakukan,
sebagaimana para pakar menemukan dan menyimpulkan sifat dunia virtual. Kesadaran
akan pengalaman bersimulasi ini merupakan kelanjutan dari kesadaran aktivitas bermedia
yang sudah dilewati pada kemampuan play atau menggunakan media. Semakin manusia
melakukan simulasi internet, semakin melek manusia terhadap lautan informasi di dalam
internet. Hal ini dikarenakan melalui trial and error yang dilakukan manusia mendapatkan
pengalaman langsung, sehingga dapat mengidentifikasi mana yang benar dan mana
yang salah seiring berjalannya waktu dan dapat mengenali mana informasi yang
sebenarnya dibutuhkan.
c. Performance
Performance merupakan kemampuan untuk bermain peran atau mengadopsi alternatif
identitas dalam tujuan improvisasi dan penjelajahan mempelajari sesuatu. Sesuatu
yang dimaksudkan di sini adalah pengetahuan dan pengalaman seputar
menggunakan media baru. Menurut Jenkins, dengan menjalani peran-peran ini dapat
menumbuhkan kekayaan pemahaman akan diri manusia itu sendiri dan peran sosialnya,
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
termasuk cara mereka terkoneksi dengan orang-orang di lingkungan maya tersebut,
sehingga membantu dan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Kemampuan
mengadopsi beragam identitas membuat manusia dapat memahami perspektif orang lain,
peran lain, negara lain, saat lain (konteks), interaksi sosial, posisi sosial, baik di dunia
nyata ataupun virtual. Oleh karena itu, semakin manusia menguasai kemampuan
ini, semakin melek media manusia tersebut.
d. Appropriation
Kemampuan appropriation diartikan sebagai sebuah proses di mana manusia mengambil
sebagian budaya dan menyatukannya dengan berbagai konten media. Bentuknya
dapat berupa musik, subtitle, fashion, maupun picture. Semakin manusia menguasi
kemampuan ini akan semakin melek media karena dari proses ini manusia mempelajari
dan berpikir lebih dalam tentang budaya yang akan digunakan, etika dan implikasi legal
dari mengkreasikan konten media.
e. Multitasking
Multitasking adalah kemampuan memindai lingkungan dan mengalihkan fokus ke detail-
detail elemen pesan. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam kemampuan ini.
Pertama, atensi atau perhatian, yaitu kemampuan mengkritisi, menyaring informasi asing
dan fokus ke rincian paling detail dari lingkungan informasi itu, sehingga mencegah
keberlimpahan informasi dengan mengontrol informasi yang masuk ke dalam memori
jangka pendek manusia. Kedua, memindai dan memetakan informasi ke dalam
kategorinya masing-masing, sehingga dapat mengurangi masuknya informasi ke memori
jangka pendek. Keduanya dipekerjakan oleh otak untuk memanajemen kendala memori
jangka pendek secara cerdas dengan menyaring dan memetakan pesan/informasi yang
masuk. Kemampuan multitasking meningkatkan metode memonitor dan merespon lautan
informasi yang beredar di sekitar kita. Konteks dunia yang beralih cepat oleh hadirnya
media baru melatarbelakangi kemampuan ini. Manusia harus dapat membedakan antara
mengerjakan tugas dengan mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus (multitasking).
f. Distributed cognition
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
Distributed cognition adalah kemampuan berinteraksi dengan penuh makna dengan
peralatan (media baru) yang memperluas kapasitas mental manusia. Yang dimaksud
dengan interaksi penuh makna disini adalah menyadari peran masing-masing elemen
dalam media baru atau dalam internet misalnya. Sedangkan yang dimaksud dengan
kapasitas mental adalah kapasitas menyelesaikan masalah yang terjadi dalam interaksi
dalam media baru dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Sehingga perspektif kemampuan ini adalah membawa kecerdasan terdistribusi antara
otak, badan dan dunia nyata.
g. Collective intelligence
Distributed cognition adalah kemampuan untuk menyatukan pengetahuan dan
membandingkan pendapat dengan orang lain menuju tujuan bersama. Dalam media
baru, seringkali terbentuk komunitas yang terjadi akibat ketertarikan akan suatu hal.
Di dalam komunitas ini terjadi saling berbagi pengetahuan mengenai seputar hal yang
digemari. Pengetahuan komunitas seperti ini merubah sifat konsumsi media, beralih dari
bentuk media pribadi yang berpusat pada revolusi digital, menuju media sosial/komunal
yang berpusat pada budaya konvergensi media.
h. Judgment
Judgment adalah kemampuan mengevaluasi keandalan dan kredibilitas sumber-
sumber informasi yang berbeda. Meskipun informasi dibagi dari orang-orang yang
mempunyai ketertarikan yang sama (dalam komunitas misalnya), belum tentu informasi
yang beredar didalamnya kredibel. Jenkins membandingkan Wikipedia dan Encyclopedia
Britannica untuk menjelaskan hal ini. Hasilnya menunjukkan tingkat kredibilitas yang
sama. Artinya, sumber terpercaya pun juga memiliki kemungkinan untuk cacat. Oleh
karena itu manusia harus berpikir untuk membaca semua sumber informasi dari
perspektif kritis. Manusia harus bisa membedakan yang fakta dari yang fiksi, argumen dari
dokumentasi, kebenaran dari pemalsuan dan marketing dari pencerahan.
i. Transmedia navigation
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
Transmedia navigation adalah kemampuan untuk mengikuti aliran cerita dan informasi
antara beberapa pengandaian. Dalam era konvergensi, konsumen menjadi pemburu dan
pengumpul informasi, untuk menarik informasi dari beberapa sumber dan membuat
sintesis baru. Oleh karena itu manusia harus mahir membaca dan menulis melalui
gambar, teks, sounds dan simulasi. Cerita transmedia yang paling dasar adalah yang
diceritakan di beberapa media. Kemampuan ini meningkatkan pembelajaran untuk
memahami relasi antar sistem media yang berbeda.
j. Networking
Networking adalah kemampuan untuk mencari, menyintesis dan menyebarkan informasi.
Dalam dunia di mana pengetahuan diproduksi secara kolektif dan komunikasi terjadi antar
media, kapasitas untuk berjejaring muncul sebagai sebuah kemampuan sosial dan budaya.
Kemampuan ini meningkatkan kemampuan untuk berselancar antar komunitas sosial
yang berbeda. Partisipasi dalam komunitas sosial yang berskala besar menjadi investasi
dalam mengumpulkan dan mencatat data untuk pengguna lainnya. Keaktifan
partisipasi dibutuhkan dan bergantung pada etos sosial untuk berbagi pengetahuan. Yang
lainnya bergantung pada analisis otomatis perilaku kolektif (dari faktor sosial dan
psikologis).
k. Negotiation
Negotiation adalah kemampuan untuk melayari beragam komunitas, memahami dan
menghargai beragam perspektif serta berpegang dan mengikut berbagai norma di setiap
komunitas. Arus komunikasi dalam media baru dapat membuat budaya berjalan dengan
mudahnya. Manusia dapat membentuk komunitas bahkan tanpa saling mengenal
sebelumnya, keberagaman budaya di dalamnya dapat menjadi permasalahan. Sehingga
manusia akan membagun pemahaman tentang konteks keberagaman budaya yang
terjadi dalam komunitas. Konteks ini dibaca melalui prasangka dan asumsi yang sudah
ada pada masing-masing anggota (tidak semua orang dapat menerima keberagaman). Hal
ini juga beresiko menimbulkan konflik nilai dan norma. Belum lagi permasalahan seperti
munculnya grup games yang pemainnya merupakan gay atau lesbi. Oleh karena itu
manusia harus dapat bernegosiasi untuk memahami berbagai perspektif, menghormati
dan merangkul perbedaan pandangan, memahami perbedaan norma sosial,
meredakan konflik dengan menyatukan pendapat. Dengan menguasai kemampuan ini
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
juga manusia dapat mengenali konten media mana yang mengabadikan stereotype (ras,
kelas, etnis, agama dan sebagainya) dan berkontribusi terhadap kesalahpahaman
sehingga manusia tersebut tidak akan melakukannya (melek media). Negosiasi dalam hal
ini ada dalam dua jalan, yaitu terhadap perbedaan perspektif dan terhadap
keberagaman komunitas.
l. Visualization
Visualization adalah kemampuan untuk membuat dan memahami representasi visual
informasi dalam tujuan mengekspresikan ide, menemukan pola-pola dan
mengidentifikasikan trend.
Keduabelas kemampuan ini disaring kembali berdasarkan kebutuhan penelitian, yaitu berkaitan
dengan kemampuan literasi media yang dibutuhkan dalam berinformasi di internet. Oleh karena itu,
hanya tujuh kemampuan literasi media yang digunakan sebagai unit analisis dalam penelitian ini,
yaitu simulation, appropriation, multitasking, collective intelligence, judgment, negotiation dan
visualization
Internet sebagai Medium Media Massa
Internet sebagai media transisional merupakan jawaban dari kelemahan maupun kekurangan
media massa cetak dan elektronik. Delayed Feedback yang semula menjadi suatu kelemahan melalui
internet diubah menjadi Immediate Feedback. Berita kemarin adalah bacaaan sekarang berubah
menjadi berita sekarang bacaan sekarang, berita kemarin adalah arsip untuk bacaan kita kapanpun
kita butuhkan. Kehandalan internet dalam menyajikan informasi menjadi daya tarik bagi berbagai
media massa untuk bermigrasi untuk memanfaatkannya. Banyak media massa cetak yang membuat
alamat website di internet hingga menjadi media online, begitu pula dengan radio dan televisi yang
memanfaatkan jalur streamingnya. Tidak hanya itu, pengembangannya yang sedang trend saat ini
adalah pada online sosial media pun banyak yang dimanfaatkan sebagai media sharingnya.
Internet yang semula dikembangkan secara militer berkembang hingga dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat umum. Internet yang semula hanya sebagai alat, kini berkembang sebagai media
yang memiliki kemampuan interactivity.
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
Mahasiswa sebagai Audience Media
Mahasiswa merupakan bagian dari remaja yang seringkali digambarkan sebagai suatu tahapan
perkembangan masa anak menuju masa dewasa dengan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik
umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Diyakini bahwa perkembangan masa remaja
berbanding lurus dengan kehidupan dewasa. Melalui media, mahasiswa belajar mengenali
kehidupan luar sekaligus mendapatkan sosialisasi nilai-nilai yang berdaulat di tengah masyarakat
sesuai realitas yang dipotret oleh media.
Berhadapan dengan media, remaja menampakkan karakternya yang dinamis mengingat pada
dasarnya selalu ingin tahu, mudah terpengaruh dan cenderung menerima begitu saja isi media (The
Habibie Center, 2010:7) Disisi lain remaja akrab dengan teknologi, tidak takut dengan hal-hal baru
dan cenderung idealis (Zimic, 2009)
Perkembangan Media Baru
Everett M. Rogers dalam bukunya Communication Technology; The New Media in Society
(dalam Mulyana, 1999) mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di masyarakat, dikenal 4
(empat) era komunikasi yaitu era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi dan era media
komunikasi interaktif. Dalam era terakhir media komunikasi interaktif dikenal media komputer,
videotext dan teletext, teleconferencing, TV kabel dan sebagainya. (Mulyana, 2004) Era komunikasi
interaktif disebut juga dengan era media baru. Kata media baru muncul untuk mengungkapkan
cepatnya perkembangan media dan komunikasi media dunia pada akhir 1980. Media yang dimaksud
selalu berada dalam tataran perubahan teknologi, institusi dan budaya tidak pernah berhenti.
Berikut adalah keadaan perubahan sosial, ekonomi dan budaya dimana media baru diasosiasikan
(Lister, 2009):
a. Perubahan dari modernitas ke postmodernitas. Berusaha untuk mengkarakterisasikan
kedalaman dan perubahan sosial di masyarakat dan perekonomian ke depan, dikorelasikan
dengan perubahan budaya. Dalam term estetis dan ekonomi, media baru biasanya dilihat
sebagai sebuah penanda terhadap perubahan jenis itu.
b. Mengintensifkan proses globalisasi. Menggabungkan Negara dan batas-batasnya dalam tataran
perdagangan, organisasi, kebiasaan dan budaya, identitas dan kepercayaan dimana media baru
dilihat sebagai elemen yang berkontribusi.
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
c. Sebuah pengganti di dunia Barat, era industri dan post industri era informasi. Sebuah pergantian
pegawai, keahlian, investasi dan keuntungan dalam produksi material untuk pelayanan dan
informasi industri dimana penggunaan media baru dilihat menjanjikan
New media digunakan untuk mengarah ke hal-hal sebagai berikut :
a. Pengalaman tekstual yang baru: genre dan bentuk teks yang baru, hiburan dan pola konsumsi
media (computer games, simulasi, special effect cinema)
b. Cara baru untuk merepresentasikan dunia: media yang selalu tidak bisa di definisikan dengan
jelas, menawarkan kemungkinan representasi dan pengalaman yang baru (lingkungan virtual,
multimedia interactif)
c. Hubungan baru antara subyek (pengguna dan konsumen) dengan teknologi media: perubahan
dalam penggunaan dan penerimaan image dan media komunikasi didalam keseharian dan
dalam pemaknaan yang ditaruh dalam teknologi media.
d. Pengalaman yang baru dalam hubungannya dengan personifikasi, identitas dan komunitas:
perubahan dalam pengalaman sosial dan personal dalam waktu, ruang dan tempat (dalam skala
global dan lokal) yang memiliki implikasi terhadap cara manusia mengalami diri sendiri dan
tempat manusia di dunia.
e. Konsepsi baru terhadap hubungan tubuh biologis dengan teknologi media: tantangan untuk
menerima pembedaan antara manusia dan bukan, alami dan teknologi, tubuh (dan media)
sebagai pengganti secara teknologi, asli dan virtual.
Segala bentuk media baru sudah terbukti dapat memudahkan banyak orang, terutama dalam
bidang komunikasi dan informasi. Tetapi tidak banyak yang mengetahui ciri-ciri media baru yang saat
ini hampir semua orang menggunakannya.
Berikut adalah ciri-ciri media baru menurut Dennis McQuail (2011):
1. Saling terhubung (interkonektivitasi)
2. Individu sekaligus sebagai penerima maupun pengirim pesan
3. Bersifat interaktif
4. Kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka
5. Sifatnya yang ada dimana-mana
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
Metodologi
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
eksploratif. Metode ini digunakan untuk mendapatkan keluasan dan kedalaman data serta untuk
mendapatkan bagaimana penggunaan Internet di kalangan mahasiswa UPN “Veteran” Jawa TImur.
Eksplorasi akan dilakukan untuk menggali bagaimana mahasis bersikap kritis dengan konten media
yang digunakan atau dikonsumsi.
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah dengan menggunakan indepth
interview dan Focus Group Discussion terhadap beberapa Mahasiwa UPN “Veteran” Jawa
Timur.Teknik ini dipilih karena memungkinkan peneliti untuk mendapatkan persepsi responden
berdasarkan sudut pandang responden sendiri serta mampu untuk menangkap pengalaman
responden dengan berbagai macam latar belakang. Responden dipilih dengan menggunakan metode
nonprobability sampling/ purpossive sampling. Responden adalah mahasiswa UPN “Veteran” Jawa
Timur. Jumlah responden tidak ditentukan sebelumnya. Namun pengumpulan data akan dihentikan
apabila informasi yang didapatkan sudah dianggap cukup.
Data akan di analisis secara kualitatif, Taylor dalam Pujileksono (2014) menyatakan bahwa
teknik analisis data secara kualitatif merupakan sebuah proses dalam merinci, menemukan tema dan
merumuskan hipotesis (ide). Sementara Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2007) menyatakan
bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan cara mengorganisasikan data, memilah-
milah, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan dipelajari,
dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain. Oleh karena itu dalam penelitian ini, data
yang terkumpul kemudian akan di organisasikan dipilah, beri kode dan di kategorikan berdasarkan
jawaban yang muncul untuk kemudian di maknai dan disimpulkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Target Audiens
Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
Usia : 18 – 24 Tahun
Status : Mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur
Pendidikan : Studi S1
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
Unit Analisis Indikator Pertanyaan
Simulation Bisa mengenali kredibilitas
informasi yang ditemui di
Internet
a. Apakah mahasiswa mempertanyakan
kebenaran informasi tersebut saat
membaca pesan?
b. Apakah mahasiswa memeriksa
kelengkapan informasi tersebut?
c. Apakah mahasiswa membandingkan
informasi tersebut dengan konteks dunia
nyata?
d. Apakah mahasiswa membandingkan
informasi dengan informasi dalam
tautan situs/sumber informasi yang
tertera?
e. Apakah mahasiswa membandingkan
pengetahuan yang didapat dari informasi
di internet dengan pengetahuan yang
sama di media lain
f. Apaah mahasiswa memberikan penilaian
pada akhirnya terhadap informasi
tersebut, terkait kebenaran informasi ?
Appropriation 1. Bisa menyadur
informasi di internet
secara lebal dan etis
2. Mampu memahami
konsekuensi
penyebaran tak
terbatas informasi di
internet
a. Apakah mahasiswa meminta izin pada
pengirim informasi saat akan mengedit
dan atau menyebarkan informasi?
b. Apakah mahasiswa mencantumkan
sumber saat menyebarkan informasi?
c. Apakah mahasiswa memahami
konsekuensi penyebaran sebuah
informasi yang tidak terbatas di
internet?
Multitasking 1. Mampu memindai
pesan saat membuka
Internet
a. Apakah mahasiswa melakukan
pemindaian pesan informasi saat
membuka internet?
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
2. Mampu memetakan
manfaat informasi saat
memindai pesan
3. Mampu merespon
pesan internet dengan
tepat sambil
mengerjakan pekerjaan
lain
b. Apakah saat melakukan pemindaian
mahasiswa langsung memetakan
manfaat pesan tersebut?
c. Apakah mahasiswa dapat merespon
pesan internet dengan tepat sambil
mengobrol dengan orang lain?
Collective
intelligence
Mampu menyatukan
pengetahuan yang didapat dari
informasi di internet dan dari
informasi di sumber atau media
lain menuju tujuan bersama
dalam kelompok.
a. Apakah mahasiswa menyertakan
pengetahuan yang di dapat dari sumber
atau media lain dalam merespon
pesan/informasi di grup?
b. Apakah mahasiswa menyimpulkan
pengetahuan-pengetahuan yang
didapatkan dari interaksi dalam grup di
internet tersebut mengenai sebuah
informasi?
Judgment Mampu mengenali kredibilitas
sumber informasi
a. Apakah mahasiswa menganalisa
keterpercayaan sumber informasi?
b. Apakah mahasiswa mencari dan
membandingkan informasi yang sama
disumber-sumber informasi lainnya?
Negotiation 1. Mampu memahami
adanya perbedaan
etika, nilai dan norma
antar anggota grup
2. Mampu merespon
pesan dengan bijak
a. Apakah mahasiswa memahami adanya
perbedaan etika, nilai dan norma antar
anggota grup?
b. Bagaimana mahasiswa menyikapi
perbedaan pendapat mengenai sebuah
pesan informasi di grup ?
c. Apakah mahasiswa dapat menahan diri
dari mengeluarkan kata-kata yang dapat
menyinggung/menyulut konflik anggota
lain dalam merespon pesan ?
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
d. Apakah mahasiswa memilih calon
penerima pesan saat akan menyebarkan
informasi ?
e. Apakah mahasiswa memberitahu ketika
menemukan informasi hoax ada di
dalam grup ?
f. Apakah mahasiswa mengkonfirmasi
setelah mengetahui bahwa informasi
yang disebarkannya adalah hoax?
Visualization Mampu
mengedit/mengkreasikan
/membuat konten
media/informasi dan
memahami representasi visual
informasi dalam tujuan
mengekspresikan ide,
menemukan polapola dan
mengidentifikasikan trend
a. Apakah mahasiswa mengedit/
mengkreasikan informasi yang diterima
atau membuat sendriri informasi
sebelum disebarkan di internet?
b. Apa latar belakang atau tujuan
dikreasikannya konten media/informasi
tersebut?
Pengetahuan
tentang
informasi
hoax
Mampu menyebutkan ciri-ciri
informasi hoax
Apakah mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri
informasi hoax?
Motivasi
menyebarkan
informasi
hoax
1. Kebutuhan sosial
2. Kebutuhan
penghargaan
3. Kebutuhan aktualisasi
diri
a. Kenapa mahasiswa menyebarkan
informasi hoax?
b. Apakah mahasiswa menyebarkan
informasi hoax agar mendapat tempat
atau diterima di grup?
c. Apakah mahasiswa menyebarkan
informasi hoax agar diakui dan dihargai
kompetensinya?
d. Apakah mahasiswa menyebarkan
informasi hoax untuk memenuhi rasa
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
ingin tahu mengenai penyebaran
informasi hoax atau reaksi orang
terhadap informasi hoax?
Hasil penelitian menggambarkan bahwa mahasiswa lebih suka menggunakan smartphone
dalam mengakses internet. Mereka beranggapan bahwa smartphone memberikan banyak fasilitas
lebih berarti dalam mensupport mereka menjelajah internet. Aplikasi-aplikasi yang terdapat pada
smartphone sangat membantu aktivitas internet mereka. Sepanjang waktu mahasiswa
memanfaatkan internet untuk bersosial. Banyak teman mereka peroleh dari perkenalan di dunia
maya atau cyber.
Media sosial yang populer dan kekinian menurut mereka justru pada instagram, online sosial
media lainnya seperti facebook, twitter, path, tumbler lebih sebagai pelengkap dalam beronline
sosial media. Mahasiswa cenderung memperoleh berita atau informasi terkini justru melalui online
sosial media. Pada online sosial media dimana informasi menjadi viral baru kemudian mereka
mencari tahu pada situs-situs umumnya.
Dalam mengenali kredibilitas informasi mahasiswa banyak hal melewatkan tatanannya
seperti tautan sumber informasinya namun terkait penipuan mereka cenderung aktif dan mampu
membedakan. Mahasiswa dalam tugas khususnya kurang perhatian akan pentingnya sumber dan
pencantumannya. Kecepatan multitasking banyak dimiliki mahasiswa dan mereka terbiasa dalam
merespon pesan internet sembari berbincang dengan teman. Mahasiswa kurang dapat
menyimpulkan informasi dan cenderung tidak membandingkan. Persoalan etika menjadi hal yang
kurang mendapat perhatian dari mahasiswa sehingga seringkali terjadi persoalan dengan dosen.
Dalam banyak hal mahasiswa cenderung langsung share tanpa edit pesan. Maraknya penerapan
undang-undang ITE rupanya membawa dampak kehati-hatian mereka tentang Hoax.
Pada mahasiswa tertentu tertarik pada dunia politik namun tidak jauh dengan hobby apa
yang sedang mereka geluti. Mahasiswa merasa resah dengan informasi yang simpang siur di internet
terutama persoalan politik. Mahasiswa tidak mau secara langsung terjun pada percekcokan online
yang terjadi di online sosial media.
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur memiliki website dan kaitan-
kaitan page yang berhubungan dengan mahasiswa dan studinya. Mahasiswa lebih banyak masuk ke
siamik karena berkaitan langsung dengna kebutuhan mereka. Melalui siamik mereka dapat
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
memperoleh daftar nama dan npm teman mereka yang sewaktu-waktu dibutuhkan untuk tugas
kelompok.
UPN “veteran” Jawa Timur juga memiliki e-learning, mahasiswa hanya menggunakannya
pada saat tugas saja. Mahasiswa dalam beberapa pendapat sebenarnya ingin menggantungkan diri
pada materi yang ada di E-learning namun tidak update dan tidak berfungsi.
PENUTUP
Mahasiswa sebagai informan memberikan informasi bahwa mereka mengakses internet
untuk bersosialita. Mereka membutuhkan internet untuk belajar hanya pada moment butuh saja.
Sikap kritis tidak tampak pada mahasiswa, mereka seakan menerima informasi begitu saja. Budaya
acuh tak acuh pada lingkungan juga berimbas pada lingkungan cyber yang mereka geluti tiap hari.
Perlu pendekatan Sociotechnical dalam menghadapi hal demikian ini.
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
DAFTAR PUSTAKA
Brown, J. A. (1998). Media literacy perspectives. Journal of Communication
Fantin, M. (2010). Perspectives on Media Literacy, Digital Literacy and Information Literacy.
International Journal of Digital Literacy and Digital Competence, 1
Farrington, G. (2006). What is media literacy? http://interact.uoregon.edu/Media
Lit/mlr/readings/articles/medialit
Hobbs, R. (1996). Media Literacy, Media Activism. Telemedium, the Journal of Media Literacy,
Jenkins, Henry. (2009). Confronting The Challenges of Participatory Culture: Media Education for the
21 st Century. Illinois: MacArthur Foundation.
Kellner, D., & Share, J. (2005). Toward critical media literacy: Core concepts, debates, organizations,
and policy. Discourse: Studies in the Cultural Politics of Education, 26(3), 369–386. doi:
10.1080/01596300500200169
Rahmi, A. (2013). Pengenalan literasi media pada anak usia sekolah dasar. SAWWA
Rubin, A. (1998). Media Literacy: Editor’s note. Journal of Communication
Silverblatt, A. (2007). Media Literacy, Keys to Interpreting Media Messages. Westport: Praeger.
Singer, D. G., & Singer, J. L. (1998). Developing critical viewing skills and media literacy in children.
The Annals of the American Academy of Political and Social Science,
The Habibie Center, 2010, Cerdas Bermedia untuk Toleransi : Modul dan Laporan Kegiatan. Jakarta :
The Habibie Center.
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban
Zimic, Sheila, 2009, Not so Techno Savvy : Challenging Teh Steretypical Image of Net Generations.
Jurnal Digital dan Edukasi, Volume 1 (2), 2009.
http://techno.okezone.com/read/2016/11/07/207/1535401/apjii-rilis-survei-pengguna-internet-
indonesia