jurnal analitik
DESCRIPTION
jurnal penentuan kadar air dalam biskuit.TRANSCRIPT
-
PENENTUAN KADAR AIR DALAM BISKUIT (GOOD TIME)
Disusun oleh:
AISAH
1112016200010
Kelompok 4:
1. Dini wulandari
2. Dita khoerunnisa
3. Fitri Ramadhiani
4. Ahmad Yandi RF
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDKAN ILMU DAN PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
-
ABSTRAK
Biskuit adalah produk makanan kering yang dibuat dengan memanggang adonan yang
mengandung bahan dasar terigu, lemak, dan bahan pengembang dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan tambahan lain yang di ijinkan. Tujuan percobaan ini adalah
untuk mengetahui kadar air dan kadar abu yang terkandung dalam suatu biskuit. Terdapat
berbagai macam jenis biskuit, namun pada percobaan ini menggunakan jenis biskuit cookies.
Berdasarkan hasil percobaan, biskuit jenis cookies ini memiliki kadar air 4,67% sedangkan
kadar abunya sekitar 0,85%.
PENDAHULUAN
Dalam standar nasional (1992) biskuit adalah produk makanan kering yang dibuat
dengan memanggang adonan yang mengandung bahan dasar terigu, lemak, dan bahan
pengembang dengan atau tanpa penambahan bahan makanan tambahan lain yang di ijinkan.
Biskuit dikelompokkan menjadi:
1. Biskuit keras
Biskuit keras adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras, berbentuk pipih, bila
dipatahkan penampang potongnya bertekstur padat, dapat berkadar lemak tinggi atau
rendah.
2. Biskuit crackers
Crackers adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonankeras, melalui proses fermentasi
atau pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya mengarah ke asin dan renyah, serta
bila dipanaskan penampang potongannya berlapis-lapis.
3. Cookies
Cookies adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak,berkadar lemak tinggi dan
bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat.
4. Wafer
Wafer adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan cair, berpori-pori kasar, renyah
dan bila dipatahkan penampanh potongannya berongga-rongga.
Kadar air (moisture) adalah bagian/contoh yang hilang jika dipanaskan pada kondisi
uji tertentu. Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan
dari pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat
penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang
-
tepat. Penentuan kadar air dalam makanan dapat dilakukan dengan dengan beberapa metode,
yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, dan metode
khusus.
Meskipun sering diabaikan, air merupakan salah satu unsur penting dalam bahan
makanan. Air sendiri meskipun bukan merupakan sumber nutrient seperti bahan makanan
lain, namun sangat esensial dalam kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup. Di
samping terdapat dalam bahan makanan secara alamiah, air terdapat bebas di alam dalam
berbagai bentuk. Air bebas ini sangat penting juga dalam pertanian, pencucian dan sanitasi
umum maupun pribadi, teknologi pangan dan sebagai air minum (anonim )
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan. Kadar abu suatu bahan
erat kaitannya dengan kandungan mineral bahan tersebut. Berbagai mineral didalam bahan
ada didalam abu pada saat bahan dibakar. Prinsip penentuan kadar abu didalam bahan pangan
adalah menimbang berat hasil mineral sisa pembakaran bahan organik pada suhu sekitar
5500C. Penentuan kadar abu dapat dilakukan secara langsung dengan cara membakar bahan
pada suhu tinggi (5000C -600
0C) selama beberapa jam dan kemudian menimbang sisa
pembakaran yang tertinggal sebagai abu.
Penentuan kadar abu juga dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan cara
melarutkan sampel kedalam cairan yang ditambahkan oksidator. Setelah itu baru dilakukan
pembakaran sampel. Cara pengabuan ini disebut cara basah dan keuntungannya adalah suhu
pembakaran tidak terlalu tinggi.
( ) ( )
( ) x 100%
( Mohamad legowo, Anang dan nurwanto, 2004)
Dalam analisis kuantitatif ini digunakan analisis gravimetri, suatu metode analisis
gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti aA + rR AaRr dimana a
molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul R. Produknya, yakni AaRr, yang biasanya
merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bisa ditimbang setelah pengeringan, atau yang
bisa dibakar dengan senyawa lain yang komposisinya diketahui, untuk kemudian ditimbang
(Underwood, 1998)
-
BAHAN DAN METODE
Alat dan bahan
Alat yang digunakan yaitu Furnest, oven, desikator, neraca analitik, lumpang dan mortal,
cawan porselen, cawan krus, spatula dan penjepit tankrus. Sedangkan bahan yang digunakan
yaitu biskuit (good time).
Metode
Untuk menentukan kadar air dalam biskuit dilakukan dengan cara sampel biskuit
terlebih dahulu dihaluskan dengan menggunakan lumpang dan mortal. Panaskan cawan krus
porselen didalam oven pada temperature 1050C selama 5 menit dan dinginkan dalam
desikator selama 15 menit, kemudian timbang berat kosong cawan porselen. Setelah itu,
timbang sebanyak 2 gram sampel biskuit kedalam cawan porselen. Panaskan cawan porselen
yang berisi sampel biskuit selama 1,5 jam pada temperature 1050C. Dinginkan dalam
desikator selama 10 menit kemudian timbang. Panaskan kembali porselen selama 10 menit
pada temperature 1050C dan dinginkan selama 15 menit dalam desikator dan timbang
kembali sampai diperoleh berat konnstan. Lalu ditentukan kadar airnya.
Sedangkan untuk menentukan kadar abu yaitu dilakukan dengan cara sampel biskuit
yang telah dikeringkan sebanyak 2 gram kemudian diabukan ke dalam tanur pada suhu
6000C. Abu yang diperoleh kemudian ditimbang dan ditentukan kadar abunya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis sifat kimia yang dilakukan terhadap biskuit (good time) dengan perlakuan
meliputi kadar air dan kadar abu yang terkandung didalamnya.
Data hasil pengamatan:
Biskuit Kadar air % Kadar abu %
SNI Maximum 5 % Maximum 1,6%
Hasil percobaan 4,67 % 0.85%
-
Sifat kimia
Kadar Air
Kadar air sangat penting dalam menentukan daya awet dari bahan makanan karena
mempengaruhi sifat fisik, kimia, perubahan mikrobiologi, dan perubahan enzimatis (farid R,
dkk. 2009).
Biskuit (good time) mempunyai kadar air sebesar 4,67%. Hal ini berarti kadar air pada
biskuit (good time) telah memenuhi syarat mutu SNI biskuit, yaitu maksimal 5%. Kadar air
pada biskuit merupakan karakteristik yang akan mempengaruhi penerimaan konsumen
terutama terhadap tekstur atau tingkat kerenyahan biskuit. Biskuit (good time) memiliki kadar
air yang cukup rendah karena biskuit diproses dengan cara pemanggangan pada suhu 1050C
sehingga proses pemanggangan mampu menguapkan dan menurunkan jumlah kadar air
dalam adonan biskuit. Selain itu kadar air yang rendah diharapkan mampu meningkatkan
masa simpan suatu produk sehingga biskuit menjadi lebih tahan lama, karena menurut
Winarno (1992), sebagian air dalam bahan harus dihilangkan dengan beberapa cara seperti
pengeringan untuk memperpanjang daya tahan suatu bahan (Nurdjanah, dkk, 2011)
Kadar Abu
Kadar abu dari suatu bahan pangan menunjukkan residu bahan anorganik yang tersisa
setelah suatu bahan dibakar sampai bebas karbon. Kadar abu dapat menggambarkan secara
kasar kandungan mineral dari suatu bahan pangan (Nurdjanah, dkk, 2011)
Biskuit (good time) mempunyai kadar abu sebesar 0,85% dan berada dibawah batas
maksimal kadar abu dalam SNI biskuit, yaitu maksimal 1,6%. Hal ini disebabkan karena
biskuit good time memiliki kadar abu yang lebih rendah.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan, bahwa kadar air dalam biskuit (good time) sekitar
4,67%. Kadar air merupakan karakteristik yang akan mempengaruhi terhadap tekstur dan
tingkat kerenyahan dari suatu biskuit. Sedangkan kadar abu dalam biskuit (good time) sekitar
0,85%. Kadar abu dari suatu bahan pangan menunjukkan residu bahan anorganik yang tersisa
setelah suatu bahan dibakar sampai bebas karbon.
-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://repository.usu.ac.id. Universitas sumatera utara institutional repository
Farid R,dkk, 2009. http://jtpunmol.wordpress.com. Sifat fisiko kimia pada pengemasan dan
penyimpanan cassava flakes fortifikasi. Jurnal teknologi pertanian, Universitas
Mulawarman.
Mohamad legowo, Agung dan Nurwonto. 2004. http://eprints.undip.ac.id. Analisis pangan.
Fakultas peternakan. Universitas diponegoro, Semarang.
Nurdjanah, Siti, dkk. 2011. http://jurnal.FP.unila.ac.id. Karakteristik biskuit coklat dari
campuran tepung pisang batu (Musa balbisiana colla) dan tepung terigu pada berbagai tingkat substitusi. jurnal teknologi dan industri hasil pertanian. Universitas Lampung.
Underwood,A.L, 1998. Analisis kimia kuantitatif edisi keenam. Jakartata: Erlangga