journal reading saraf tommmy
DESCRIPTION
gcctyTRANSCRIPT
Journal Reading
The safety and efficacy of clopidogrel versus ticlopidine in Japanese
stroke patients: combined results of two Phase III, multicenter,
randomized clinical trials
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepanitraan Klinik
Departemen Ilmu Penyakit Saraf RSUD Dr. Soedono Madiun
Disusun oleh:
Tommy Hardianto / 09711251
Dosen Pembimbing:
dr. Pitoyo Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD Dr. SOEDONO
MADIUN
2013
JOURNAL READING
The safety and efficacy of clopidogrel versus ticlopidine in Japanese stroke
patients: combined results of two Phase III, multicenter, randomized clinical
trials
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan
Stase Ilmu Penyakit Saraf RSUD Dr. Soedono Madiun
Oleh :
Tommy Hardianto (09711251)
Telah dipresentasikan :
November 2013
Dokter Pembimbing DM RS. Soedono Madiun
Dr. Pitoyo, Sp.S Tommy Hardianto
Judul : The safety and efficacy of clopidogrel versus ticlopidine in Japanese stroke
patients: combined results of two Phase III, multicenter, randomized clinical
trials
Pengarang : Shinichiro Uchiyama, Yasuo Fukuuchi, Takenori Yamaguchi
Penerbit : J Neurol (2009) 256:888–897.
Latar Belakang
Jurnal ini membandingkan keamanan dan kemanjuran clopidogrel dengan Ticlopidine
sebagai agen antiplatelet untuk pencegahan sekunder kejadian vaskular pada pasien dengan
stroke di Jepang. Kedua studi dilakukan secara acak, double-blind, uji perbandingan dengan
tujuan utama membandingkan keamanan klinis pengobatan clopidogrel atau Ticlopidine
hingga 12 bulan. Tujuan kedua adalah untuk menilai kejadian khasiat endpoint gabungan
infark serebral, infark miokard, dan kematian vaskular. Pasien dengan stroke sebelum direkrut
selama Juli 1996-Februari 1998 dan September 2001 - November 2003 di pusat-pusat di
seluruh Jepang. Hasil dari dua studi yang dikombinasikan dalam analisis ini. Ada 1.869
pasien dalam populasi keselamatan (clopidogrel, 941, Ticlopidine, 928). Secara signifikan,
lebih sedikit pasien mengalami peristiwa keamanan pada kelompok clopidogrel dibandingkan
kelompok Ticlopidine.
Hampir dua kali lebih banyak pasien pada kelompok Ticlopidine (25,6%) yang
mengalami disfungsi hati dari pada kelompok clopidogrel (13,4%). Ada 1.862 pasien
dievaluasi yang mengalami keberhasilan (clopidogrel, 939, Ticlopidine, 923). Tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam kejadian kemanjuran endpoint gabungan antara clopidogrel
(2,6% dari pasien) dan Ticlopidine (2,5%). Clopidogrel lebih dapat ditolerir dibandingkan
Ticlopidine.
Tidak ada perbedaan pada kemanjuran dua agen berkaitan dengan pencegahan sekunder
kejadian vaskular pada pasien dengan stroke sebelumnya.
Introduksi
Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Di jepang
234.000 pasien didiagnosis stroke tiap tahunnya, dan 1.370.000 orang memiliki riwayat stroke
sebelumnya. Tingginya prevalensi stroke di jepang membutuhkan strategi pencegahan yang
efektif. Pasien yang memiliki riwayat stroke memiliki resiko untuk terjadi serangan rekuren.
Saat ini penggunaan antiplatelet direkomdasikan untuk pencegahan noncardioembolik stroke.
Sebelum 2006 antiplatelet yang diterima di jepang aspirin, ticlopidin (ADP antagonis-grade A
recommendation) dan cilostazol (phosphodiesterase inhibitor – grade B recommendation).
Ticlopidine telah terbukti lebih efektif daripada aspirin untuk pencegahan sekunder stroke
dengan risk reduction relative 21% dibanding aspirin. Clopidogrel merupakan antiplatelet lain
yang terbukti lebih efektif dibanding aspirin untuk pencegahan sekunder atherothrombotik.
Keamanan clopidogrel hapir sama dengan aspirin. Maka dari itu penggunaan clopidogrel
menggantikan ticlopidine untuk pencegahan sekunder nocardioembolik stroke mungkin akan
mempunai manfaat jika diberikan pada pasien yang memiliki resiko kerusakan hepar.
Metode
Studi Populasi
Dua penelitian acak, double - blind , double - dummy Tahap III komparatif dilakukan di
Jepang dari Juli 1996 sampai Februari 1998 ( Tahap IIIa , 177 pusat di seluruh Jepang ) dan
dari September 2001 sampai November 2003 ( Tahap IIIb , pusat 129 di Jepang ). Kriteria
inklusinya yaitu yang mempunyai serangan stroke sebelumnya, mau dimasukkan ke dalam
penelitian, dan hasil CT-scan yang menggambarkan infark cerebral. Pencitraan juga
digunakan untuk mengecualikan pasien dengan perdarahan intracranial.
Study Design
Pasien secara random diberikan clopidogrel 75 mg atau ticlopidine 200 mg sekali sehari
setelah makan (setelah sarapan) selama 26 minggu (phase IIIa) dan 52 minggu (phase IIIb).
Pada penelitian phase IIIb tes hematologi dan biokimia dijadwalkan setiap 2 minggu pada 8
minggu pertama pengobatan, dan diikuti setiap 12 minggu mulai dari minggu 12.
Pemeriksaan follow-up dilakukan setelah minggu ke 2, 4, 6 dan 8. dan diikuti setiap 4
minggu. Pasien yang tidak datang difollow-up melalui telepon. Pada phase IIIa, tes fungsi
hepar dan tes biokimia dilakukan pada screening pada minggu 12 dan 26 . CT scan cerebral
dilakukan untuk mengeksklusi perdarahan, dilakukan kembali pada minggu ke 52. Pada phase
IIIa semua adverse event yang berhubungan dengan obat dicatat oleh investigator. Pada phase
IIIb adverse event yang mucul dari adverse event yang telah ditentukan, dicatat tanpa
memperhatikan hubungan dengan penelitian. Adverse event yang telah ditentukan antara lain
adalah perubahan hematologi, hepatic dysfunction, dan atraumatic serious hemorrhage.
Primary objective Phase IIIa = membandingkan keamanan secara klinis kedua obat terhadap
pasien infark cerebral. Primary objective phase IIIb = untuk mendemonstrasikan kesuperioran
clopidogrel terhadap ticlopidine dalam hal keamanan. Primary endpoint = mengkombinasikan
kedua analisis kedua phase III dalam menbandingkan keamanan tiap obat pada minggu ke 52.
Secondary endpoint kedua study untuk membandingkan clinical effcacy dalam hal
pencegahan vascular event
Hasil dan Kesimpulan
Pasien
Dalam studi Tahap IIIa , 749 pasien yang terdaftar dan secara acak ditugaskan untuk
menerima pengobatan. Sembilan pasien tidak menerima pengobatan studi dan 26 lagi
ditemukan tidak memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam populasi keselamatan, sehingga
tersisa 714 pasien (clopidogrel 366, Ticlopidine 348). Sebanyak tiga pasien gagal memenuhi
kriteria inklusi, sehingga tersisa 711 pasien dalam populasi kemanjuran dievaluasi
(clopidogrel 366, Ticlopidine 345). Dalam studi Tahap IIIb , 1.172 pasien yang terdaftar .
Secara keseluruhan, 17 pasien menarik diri sebelum perawatan awal, meninggalkan 1.155
pasien dalam populasi keselamatan (clopidogrel 575, Ticlopidine 580). Tiga pasien tidak
memenuhi kriteria inklusi , dan satu pasien secara acak salah, sehingga tersisa 1.151 pasien
dalam populasi dievaluasi efikasi (clopidogrel 573, Ticlopidine 578) .
Dalam analisis gabungan , populasi keselamatan terdiri 941 pasien dalam kelompok
clopidogrel dan 928 pasien dalam kelompok Ticlopidine . Secara total, pasien 939 yang
termasuk dalam populasi kemanjuran dievaluasi untuk clopidogrel dan 923 pasien dilibatkan
dalam populasi efficacyevaluable untuk Ticlopidine (Gambar 1 ) .
Dalam kedua studi, lebih banyak laki-laki daripada pasien perempuan dan usia rata-rata
adalah antara 64 dan 65 tahun . Secara total, 240 pasien dalam kelompok clopidogrel dan 322
pada kelompok perlakuan dihentikan Ticlopidine prematur selama 52 - minggu masa tindak
lanjut . Alasan utama penghentian adalah efek samping yang dialami oleh 185 pasien dalam
kelompok Ticlopidine dibandingkan dengan 134 pada kelompok clopidogrel . Alasan lain
untuk penghentian termasuk penolakan obat atau kepatuhan miskin (clopidogrel 29 ;
Ticlopidine 54), kejadian vaskular (clopidogrel 28 ; Ticlopidine 28), mangkir (clopidogrel 13
; Ticlopidine 14), memburuknya kondisi komorbiditas (clopidogrel 5 ; Ticlopidine 5), dan
perubahan dalam pengobatan (clopidogrel 2 ; Ticlopidine 2).
Keselamatan dan tolerabilitas
53% (329/941) orang pada group clopidogrel mengalami symptom, dan perubahan lab
abnormal, dan 48.7% (452/928) orang pada group ticlopidine..
Ada dua kematian di setiap kelompok perlakuan yang dianggap berkaitan dengan obat
studi . Pada kelompok Ticlopidine , seorang wanita 63 tahun mengalami pendarahan otak dan
laki-laki 61 tahun mengalami perdarahan intraserebral . Pada kelompok clopidogrel ,
perdarahan intraserebral berpengalaman wanita 73 tahun dan 75 tahun, yang laki-laki
meninggal karena perdarahan berkepanjangan menyusul pecahnya aneurisma aorta .
Kemanjuran klinis
Tidak ada perbedaan terjadinya efficacy end point infark cerebral, MI, atau vascular
death pada clopidogrel (2.6%) dan ticlopidine (2.5%)
Insiden TIA , angina pektoris , penyakit arteri perifer , atau peristiwa lain adalah
sebanding antara kedua kelompok perlakuan . Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
kejadian kemanjuran endpoint gabungan antara pasien dengan lacunar stroke terdahulu pada
kelompok clopidogrel ( 2,8% [ 19/677 ] ) dan pada kelompok Ticlopidine ( 3,3% [ 22/664 ] ) .
Kesimpulan
Dari analisis dua phase III studies didapatkan bahwa clopidogrel tidak ada perbedaan
yang signifikan terhadap ticlopidine dalam hal efficacy. Kejadian adverse event ( hepatic
toxicity – salah satu variabel yang diukur ) lebih rendah pada clopidogrel dibanding
ticlopidine. Penelitian ini dikuatkan oleh temuan dari studi internasional yang menyatakan
bahwa baik clopidogrel dan Ticlopidine lebih unggul dalam keberhasilan terhadap aspirin.
Namun , sementara clopidogrel memiliki profil keamanan yang serupa dengan aspirin,
ticlopidine dikaitkan dengan kejadian signifikan lebih buruk. Disfungsi hati ( semua langkah
laboratorium ) diamati secara signifikan lebih sering pada kelompok Ticlopidine
dibandingkan kelompok clopidogrel. Dalam penelitian ini , perbedaan dalam ukuran disfungsi
hati yang lebih tinggi pada kelompok Ticlopidine pada 2 bulan, menunjukkan bahwa
clopidogrel memiliki profil keamanan hati yang lebih menguntungkan daripada Ticlopidine
pada saat dimulainya pengobatan.