itp bersifat idiopathic

5
1. Jenis – jenis bintik merah Berdasarkan morfologi, bintik merah dibagi menjadi 3, yaitu purpura dengan ukuran garis tengah antara 2mm sampai 5mm, petekiae dengan ukuran garis tengah kurang dari 2mm, dan ekimosis dengan ukuran garis tengahnya lebih dari 5mm. 2. Etiologi ITP ITP bersifat idiopathic (tidak diketahui penyebabnya). Namun ITP terjadi dikarenakan gangguan autoimun yang menyebabkan destruksi prematur trombosit dalam sistem retikuloendotel terutama di limpa. Pada kasus ITP terdapat autoantibodi IgG pada permukaan trombosit.

Upload: u-rizky-daizent

Post on 24-Nov-2015

131 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

1. Jenis jenis bintik merahBerdasarkan morfologi, bintik merah dibagi menjadi 3, yaitu purpura dengan ukuran garis tengah antara 2mm sampai 5mm, petekiae dengan ukuran garis tengah kurang dari 2mm, dan ekimosis dengan ukuran garis tengahnya lebih dari 5mm.

2. Etiologi ITP

ITP bersifat idiopathic (tidak diketahui penyebabnya). Namun ITP terjadi dikarenakan gangguan autoimun yang menyebabkan destruksi prematurtrombosit dalam sistem retikuloendotel terutamadi limpa. Pada kasus ITP terdapatautoantibodi IgG pada permukaan trombosit. Antibodi-antibodi ini menyelimuti trombosit sehingga menyebabkan masa hidup trombosit lebih singkat di dalam sirkulasi darah. Dalam hal ini, limpa memiliki peran besar, sebab limpa sendirilah yang menghasilkan autoantibodi yang dimaksudkan di atas (di pulpa putih limpa). Dan di limpa juga tempat fagositosis trombosit yang telah terselimuti-autoantibodi (di pulpa merah limpa). Ini sebabnya mengapa terjadi trombositopenia pada ITP padahal keadaan sumsum tulang normal. Trombositopenia pada ITP terjadi diakibatkan proses imun bukan karena adanya gangguan pada sumsum tulang (seperti anemia aplastik).Pada penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel darah merah tubuhnya sendiri. Penyebab pasti belum diketahui. Kemungkinan akibat hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID), autoimun.

3. Gejala Klinis HSP

Pada 1/2 - 2/3 kasus pada anak ditandai dengan infeksi saluran napas atas yang muncul 1-3 minggu sebelumnya berupa demam ringan dan nyeri kepala.HSP biasanya muncul dengan trias berupa ruam purpura pada ekstremitas bawah, nyeri abdomen atau kelainan ginjal dan artritis. Namun trias tidak selalu ada, sehingga seringkali mengarahkan kepada diagnosis yang tidak tepat.Artralgia dan artritis ditemukan pada 68-75% kasus dan 25% nya merupakan keluhan penderita saat datang berobat. Timbul mendahului kelainan kulit (1-2 hari); terutama mengenai lutut dan pergelangan kaki, dapat pula mengenai pergelangan tangan, siku, dan persendian jari tangan. Sendi-sendi bengkak dan nyeri, bersifat sementara dan tidak menimbulkan deformitas yang menetap.Kelainan kulit ditemukan pada 95-100% kasus, 50%nya merupakan keluhan penderita saat datang berobat; berupa macular rash simetris terutama di kulit yang sering terkena tekanan yaitu bagian belakang kaki, bokong, dan lengan sisi ulna. Dalam 24 jam makula berubah menjadi lesi purpura, mula-mula berwarna merah, lambat laun berubah menjadi ungu, kemudian coklat kekuning-kuningan lalu menghilang; dapat timbul kembali kelainan kulit baru.Kelainan kulit dapat pula ditemukan pada wajah dan tubuh dapat berupa lesi petekie dan ekimotik, dapat disertai rasa gatal (pruritic rash). Pada bentuk yang tidak klasik, kelainan kulit yang ada dapat berupa vesikel hingga menyerupai eritema multiform. Kelainan akut pada kulit ini dapat berlangsung beberapa minggu dan menghilang, tetapi dapat pula rekuren. Edema skrotum juga dapat terjadi dan gejalanya mirip dengan torsio testis. Gejala prodromal dapat terdiri dari demam dengan suhu tidak lebih dari 38C, nyeri kepala dan anoreksia.

Sumber:1. Yuli. Purpura Henoch-Schonelein. Cermin Dunia Kedokteran-194 vol. 39 no. 6, th. 2012, h.413-4152. Setyoboedi, Bagus. 2004. Purpura Trombositopenik Idiopatika pada Anak (patofisiologi, tata laksana serta kontroversinya). Jurnal dari Sari Pediatri, Vol.6, No.1, pp.16-22.