issn 2088 - staihas · 2020. 4. 22. · artikel ini membahas korelasi antara prestasi bela- ......
TRANSCRIPT
-
ISSN 2088 - 7795
Ma’rifah JurnalPendidikandanPemikiranPeradaban Islam
Penanggungjawab Karyoto WS, M.Pd.I
(Ketua STAI Haji Agus Salim Cikarang Bekasi)
Pemimpin Redaksi Noor Azida Batubara
Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam STAI HAS CikarangBekasi
Redaktur Pelaksana Daan Dini Khairunida
Siti Ropiah
Sekretaris Ade Maulana Aji
Alamat redaksi/Penerbit Jl.Urip Sumoharjo
Musyarokah menerima kontribusi tulisan (kajian Hukum Islam) berupa artikel, laporan penelitian dan tinjauan buku.panjang tulisan 10-15 halaman. Isi tulisan adalah
tanggungjawab penulis
MA’RIFAH
Volume
7
No.1
Hlm.
1-148
Oktober 2019
ISSN
-
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal ma’rifah 2019 telah memuat beberapa tulisan dengan tema umum
berkaitan dengan pendidikan Islam. Secara ringkas tulisan-tulisan yang disajikan
selain berkaitan dengan pendidikan agama Islam dan hasil penelitian terkait tema pen-
didikan agama islam.
Sebagai artikel pembuka, Dr. Noor Azida Batubara M.Ag menuliskan hasil
penelitiannya yang berjudul Relational Capital Optimalisasi Peran perguruan Tinggi
Keagamaan Islam dalam Mendukung Sustainable Develompent Goals (SGDs). Tulisan
ini mengulas bagaimana upaya PTKI agar tetap eksis menghadapi persaingan antar
perguruan tinggi, salah satunya membahas tentang Relational capital yang merupakan
intangible assets yang dimiliki PTKI untuk menjadi instrumen sehingga
mengoptimalkan peran PTKI dalam rangka mendukung program SDGs dengan
membangun jaringan/network berkualitas.
Disusul artikel selanjutnya yang berjudul Pengaruh Metode Targhib-Tarhib
Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata pelajaran Aqidah Akhlak yang mengam-
bil setting penelitian di Madrasah Tsanawiyah Cipasung Tasikmalaya. Artikel ini di-
tulis oleh Fuad Hilmi dan Dede Suhana. Penelitian ini mengkaji analisis pengaruh
antara metode targhib - tarhib terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
akidah akhlak dengan metodologi kuantitatif berbasis model statistika inferensia dan
menggunakan persamaan regresi dan analisis korelasi product moment dari pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode targhib - tarhib memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah
akhlak.
Lalu ada juga artile penelitian dari Neng Eli yang berjudul Korelasi Prestasi
Belajar Siswa terhadap Sikap Talzim kepada Guru dengan studi kasus di SMP Al
WAFAA Cabang Bungin Bekasi. Artikel ini membahas korelasi antara prestasi bela-
jar siswa dengan sikap takdzim siswa kepada guru di SMP Islam Al WAFAA Kecama-
-
tan Cabangbungin Kabupaten Bekasi. Kajiannya dilatarbelakangi oleh pentingnya
sikap takdzim kepada guru sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kuali-
tas pelaksanaan pendidikan Islam Insan yang memiliki akhlak mulia yang akan
selalu termotivasi untuk menegakkan nilai-nilai moral yang baik sesuai dengan keya-
kinan agamanya dan akan menjauhi segala kemungkaran dan sifat yang merusak
kepada kepribadiannya sebagai manusia yang beragama.
Beranjak dari tulisan dengan studi kasus, maka Nasri Kurnialoh menyajikan
tulisan yang tak kalah menarik yaitu Penerapan Nilai Nilai Pendidikan Islam dalam
Mengatasi HOAX. Nasri menyimpulkan bahwa Hoax dapat dicounter melalui
internalisasi nilai nilai pendidikan Islam dengan 2 tahap; transformasi nilai-nilai
pendidikan Islam dan tahapan aplikatif berorientasi pada perbaikan sikap dan akhlak.
Selanjutnya ada Wildan, guru SMAN 1 Cikarang pusat yang menuliskan artikel
berjudul Upaya Guru Pembimbing Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Dalam
Meningkatkan Aktivitas Belajar Dalam Kegiatan Bk Melalui Layanan Informasi
Dengan Menggunakan Media Pembelajaran Di SMA Negeri 1 Cikarang Pusat. Lalu
edisi ini ditutup oleh tulisan dari Rudi Jaya yang menuliskan hasil penelitiannya yang
berjudul Pengaruh Kompetensi Guru PAI pada mata pelajaran Alqur’an Hadits ter-
hadap Prestasi Belajar Siswa dengan mengambil Studi Kasus di SDIT Annajma Cika-
rang.
Dewan Redaksi
.
-
DAFTAR ISI
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGA-
MAAN ISLAM DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT
GOALS (SGDs) .......................................................................................................... 1
Fuad Hilmi dan Dede Suhana
PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK (Studi Kasus di
Madrasah Tsanawiyah Cipasung Kec. Singaparna Kab. Tasikmalaya) .................... 13
Neng Eli
KORELASI PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP SIKAP TAKDZIM
KEPADA GURU (STUDI KASUS SMP AL-WAFAA
CABANGBUNGIN BEKASI) .................................................................................. 37
Nasri Kurnialoh
PENERAPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
MENGATASI HOAX................................................................................................ 65
Wildan
Upaya Guru Pembimbing Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Dalam Meningkat-
kan Aktivitas Belajar Dalam Kegiatan Bk Melalui Layanan Informasi Dengan
Menggunakan Media Pembelajaran Di SMA Negeri 1 Cikarang Pusat .................... 92
Rudi Jaya PENGARUH KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA MA-TA PELAJARAN AL QURAN HADITS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus Siswa Kelas IV Di Sdit An-Najma Cikarang) ........................ 107
-
Abstrak
Kiprah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
dalam mensukseskan Sustainable Develop-
ment Goals (SDGs) penting untuk diketahui
masyarakat diantaranya melalui diseminasi
branding. Upaya ini juga menjadi pilihan
bagi PTKI agar tetap eksis menghadapi per-
saingan antar perguruan tinggi. Relational
capital merupakan intangible assets yang
dimiliki PTKI dan menjadi instrumen untuk
mengoptimalkan peran PTKI dalam rangka
mendukung program SDGs dengan mem-
bangun jaringan/network berkualitas.
Kata kunci ; PTKI, SDGs
Abstract
The gait of the Islamic Religious College in
succeeding the sustainable Development
Goals (SDGs) is the most important program
to be known by the community, including
through dissemination of branding. This ef-
fort is also an option for PTKI to be exist for
facing competition between institutions. Re-
lational capital is an intangible asset owned
1
by PTKI and it is becomes an instrument to
optimize PTKI's role in supporting the SDGs
programme through developing quality net-
works.
Keyword : PTKI, SDGs
A. PENDAHULUAN
Eksistensi Perguruan Tinggi men-
jadi sentra pembangunan sumber daya
manusia terutama di era Revolusi Indus-
tri 4.0 saat ini. Perannya yang dibangun
diatas tiga skema pendidikan Perguruan
Tinggi yang dikenal dengan Tridharma
Perguruan Tinggi, diharapkan mampu
menghadirkan pendidikan yang dapat
mencetak lulusan sebagai sumber daya
manusia dengan kompetensi yang sesuai
dengan kebutuhan di era yang identik
dengan teknologi cerdas seperti internet
of things, cyber-fisik, dan komputasi
kognitif, dan komputasi awan.
Perguruan Tinggi dengan peran
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN
PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM
DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SGDs)
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag
-
2
pentingnya tersebut menjadi hal yang
absurd ketika tidak didukung oleh jarin-
gan atau networking. Sebagai institusi
pendidikan tertinggi, Perguruan Tinggi
Kegamaan Islam (PTKI) tidak dapat
berdiri sendiri untuk mewujudkan
misinya mendukung Tujuan Pem-
bangunan Berkelanjutan (Sustainable De-
velopment Goals/SDGs) dengan sebaik-
baiknya. Diperlukan jaringan yang
menghubungkan antara Perguruan Tinggi
dengan banyak pihak selain stakeholder.
Membangun jaringan atau net-
working menjadi salah satu faktor pen-
dukung bagi Perguruan Tinggi untuk
menguatkan eksistensinya sebagai lem-
baga pendidikan tinggi berkualitas.
Selain untuk mengembangkan khazanah
intelektual melalui perluasan wawasan
dari berbagai perspektif, juga untuk
menambah relasi dengan Perguruan
Tinggi atau organisasi profesional
lainnya yang bisa menjadi langkah awal
mengembangkan diri termasuk berko-
laborasi dengan berbagai pihak baik in-
ternal maupun eksternal. Keterhubungan
dengan berbagai pihak tersebut, akan
menjadi tolak ukur kesuksesan Perguruan
Tinggi mempropagandakan lembaganya
dengan memiliki branding yang baik
guna menambah nilai dihadapan stake-
holder dan terutama untuk menarik minat
calon mahasiswa baru.
B. PEMBAHASAN
Apakah Relational Capital?
Relational capital (RC) merupa-
kan konsep manajemen yang bertujuan
meningkatkan kemampuan organisasi/
institusi dalam membangun jaringan/
networking. Sebagai aset lembaga yang
bersifat intangible, RC adalah bagian dari
taksonomi intellectual capital. Kompo-
nen ini dikenal juga dengan istilah exter-
nal capital (modal eksternal) dan cus-
tomer capital. External/relational capital
ini didefinisikan sebagai nilai yang dicip-
takan organisasi melalui hubungan
dengan lingkungan eksternal (yaitu
penyelenggara, pelanggan, pelanggan
potensial, pengguna, penjual dan organ-
isasi lain).
Relational capital ini bisa dalam
bentuk kerjasama yang baik antara or-
ganisasi dengan penyuplai yang berkuali-
tas, pelanggan yang loyal dan merasa
puas akan pelayanan organisasi, hub-
ungan organisasi dengan pemerintah
maupun kerjasama rekan bisnis. Dengan
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)
-
3
demikian, berdasarkan teori bahwa RC
dibangun terutama dalam aspek pengem-
bangan, pemeliharaan, dan menjaga hub-
ungan baik dengan lingkungan luar or-
ganisasi/institusi, orang atau faksi yang
mempengaruhi aktivitas program kerja
institusi termasuk hubungan pihak-pihak
terkait yang berpartisipasi dalam rantai
produk, mulai dari penyuplai, pesaing,
dan stakeholder maupun shareholder.
Definisi Relational Capital
menurut Roos et al. (2005) adalah these
include all relationships that the organi-
zation has, such as customers, consum-
ers, intermediaries, representatives, sup-
pliers, partners, owners, lenders, and the
like. Bahwa RC merupakan hubungan
antara organisasi dengan pelanggan, kon-
sumen, perantara, perwakilan, pemasok,
mitra, pemilik, kreditur, dan sejenisnya.
Relational capital disebut juga
dengan customer capital, artinya bahwa
inovasi dan nilai dari organisasi dirasa-
kan oleh customer. RC merupakan bagi-
an yang penting dalam proses evaluasi
nilai/produk organisasi sebagai tolak
ukur keberhasilan apakah produk/nilai
yang dihasilkan perusahaan sesuai
dengan pasar/konsumen atau sebaliknya.
Inti dari RC ini adalah pengetahuan yang
tertanam dalam hubungan kolaboratif di
luar organisasi. Adapun RC dalam
konteks intellectual capital management,
merupakan aktivitas organisasi yang
berkaitan dengan mengembangkan dan
mempertahankan pelanggan dalam upaya
untuk mengembangkan hubungan jangka
panjang yang saling menguntungkan
dengan customer. Ini adalah kombinasi
dari proses bisnis internal seperti
penjualan, pemasaran, dan dukungan
pelanggan dengan teknologi dan teknik
menangkap data (Van Zyl, 2005).
Dengan demikian Relational Cap-
ital dalam proses intellectual capital
management tidak hanya sebagai pihak
konsumtif, namun RC memiliki sifat
korektif dan evaluatif terhadap perus-
ahaan/organisasi yang mengeluarkan
produk/jasa/nilai, sehingga secara tidak
langsung RC bukan bagian yang terpisah
dari perusahaan/organisasi meskipun
secara struktural tidak termasuk menjadi
bagian internal capital formal perus-
ahaan/organisasi. Sifat evaluatif dan
kontribusi yang diberikan RC dalam
proses menciptakan nilai yaitu melalui
proses hiring public yang diadakan oleh
perusahan/organisasai dengan konsumen/
masyarakat.
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag
-
4
Oleh sebab itu, organisasi/
perusahaan harus mempunyai jaringan
(networking) yang baik sebagai sarana
pemasaran dan publikasi nilai produk/
jasa kepada publik dan proses itu juga
dapat menjadi bagaian eksistensi perus-
ahaan/organisasi dan keberlanjutannya.
Pembangunan hubungan tersebut mem-
butuhkan kerjasama, kepercayaan, komit-
men dan berbagi informasi, serta inte-
grasi setiap bidang bisnis yang menyen-
tuh pelanggan.
Edvinsson (Brinker; 2000)
menyarankan pengukuran terhadap be-
berapa hal berikut ini yang terdapat da-
lam Relational Capital, yaitu:
a. Customer Profile. Siapa pelanggan-
pelanggan kita, dan bagaimana mere-
ka berbeda dari pelanggan yang di-
miliki oleh pesaing. Hal potensial apa
yang kita miliki untuk meningkatkan
loyalitas, mendapatkan pelanggan
baru, dan mengambil pelanggan dari
pesaing.
b. Customer Duration. Seberapa sering
pelanggan kita berbalik pada kita?
Apa yang kita ketahui tentang
bagaimana dan kapan pelanggan akan
menjadi pelanggan yang loyal? Serta
seberapa sering frekuensi komunikasi
kita dengan pelanggan.
c. Customer Role. Bagaimana kita
mengikutsertakan pelanggan ke da-
lam disain produk, produksi dan pela-
yanan.
d. Customer Support. Program apa yang
digunakan untuk mengetahui kepua-
san pelanggan.
e. Customer Success. Berapa besar rata-
rata setahun pembelian yang dil-
akukan oleh pelanggan.
Marr dan Gray (2006)
mengemukakan bahwa dimensi Relation-
al Capital terdiri dari: hubungan pelang-
gan (customer relationships), hubungan
pemasok (supplier relationships), reputa-
si (reputation), citra (image), ke-
percayaan (trust), hubungan kontrak
(contractual relationships), aliansi/
perserikatan (alliances), hubungan
dengan regulator (relationships with reg-
ulators), mitra (partners), dan lain-lain
(Bernard Marr, Dina Gray. 2006).
Dimensi tersebut menunjukkan
bahwa yang menjadi sumber penting dari
relational capital adalah pelanggan,
pemasok, mitra bisnis, pemegang saham
dan pemangku kepentingan lainnya sep-
erti masyarakat lokal. Hubungan ini bisa
dalam bentuk perjanjian lisensi,
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)
-
5
pengaturan kemitraan, hubungan keu-
angan, kontrak dan kesepakatan tentang
saluran distribusi.
Berdasarkan uraian di atas, rela-
tional capital terbagi dalam dua bagian:
1. Sebagai penerima dan pengguna ino-
vasi pendidikan dari perguruan tinggi
yaitu stakeholder utama; dan 2. Relasi
yang merupakan pengguna dan sekaligus
sebagai aktor yang membantu menyebar-
luaskan inovasi perguruan tinggi seperti
relasi dengan sesama lembaga pendidi-
kan, masyarakat, dan media massa.
Melalui transfer knowledge mampu men-
ciptakan inovasi dan menghasilkan nilai
kuantitas dan kualitas organisasi.
Peran Perguruan Tinggi Islam dan
Sustainable Development Goals (SDGs)
Sustainable Development Goals
(SDGs) merupakan program PBB yang
dicetuskan dalam pertemuan yang mem-
bahas isu pembangunan berkelanjutan di
Rio Jainero pada tahun 2012. Tujuan
yang ingin dihasilkan dalam pertemuan
tersebut adalah memelihara secara bersa-
ma-sama keseimbangan tiga dimensi
pembangunan berkelanjutan: lingkungan,
sosial dan ekonomi. Dalam upaya menja-
ga keseimbangan tiga dimensi pem-
bangunan tersebut, 5 pondasi utama
SDGs yang dikedepankan yaitu manusia,
planet, kesejahteraan, perdamaian, dan
kemitraan yang ingin mencapai tiga
tujuan mulia di tahun 2030 berupa
mengakhiri kemiskinan (isu penting dan
utama), mencapai kesetaraan dan menga-
tasi perubahan iklim. Untuk mencapai
tiga tujuan mulia tersebut, 17 Tujuan
Global ditetapkan sebagai berikut:
Penjelasan gambar:
1) Tanpa Kemiskinan. Tidak ada kem-
iskinan dalam bentuk apapun di seluruh
penjuru dunia. 2) Tanpa Kelaparan. Tid-
ak ada lagi kelaparan, mencapai ketahan-
an pangan, perbaikan nutrisi, serta men-
dorong budidaya pertanian yang berke-
lanjutan. 3) Kesehatan yang baik dan
kesejahteraan. Menjamin kehidupan yang
sehat serta mendorong kesejahteraan
hidup untuk seluruh masyarakat di segala
umur. 4) Pendidikan Berkualitas. Menja-
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag
-
6
min pemerataan pendidikan yang
berkualitas dan meningkatkan kesem-
patan belajar untuk semua orang, menja-
min pendidikan yang inklusif dan
berkeadilan serta mendorong kesempatan
belajar seumur hidup bagi semua orang.
5) Kesetaraan Gender. Mencapai
kesetaraan gender dan memberdayakan
kaum ibu dan perempuan. 6) Air Bersih
dan Sanitasi. Menjamin ketersediaan air
bersih dan sanitasi yang berkelanjutan
untuk semua orang. 7) Energi Bersih dan
Terjangkau. Menjamin akses terhadap
sumber energi yang terjangkau, ter-
percaya, berkelanjutan dan modern untuk
semua orang. 8) Pertumbuhan Ekonomi
dan Pekerjaan yang Layak. Mendukung
perkembangan ekonomi yang berkelanju-
tan dan inklusif, lapangan kerja yang
penuh dan produktif, serta pekerjaan
yang layak untuk semua orang. 9) Indus-
tri, Inovasi dan Infrastruktur. Mem-
bangun infrastruktur yang berkualitas,
mendorong peningkatan industri yang
inklusif dan berkelanjutan serta men-
dorong inovasi. 10) Mengurangi Kesen-
jangan. Mengurangi ketidaksetaraan baik
di dalam sebuah negara maupun di antara
negara-negara di dunia. 11) Keberlanju-
tan Kota dan Komunitas. Membangun
kota-kota serta pemukiman yang inklusif,
berkualitas, aman, berketahanan dan
bekelanjutan. 12) Konsumsi dan
Produksi Bertanggung Jawab. Menjamin
keberlangsungan konsumsi dan pola
produksi. 13) Aksi Terhadap Iklim. Ber-
tindak cepat untuk memerangi perubahan
iklim dan dampaknya. 14) Kehidupan
Bawah Laut. Melestarikan dan menjaga
keberlangsungan laut dan kehidupan
sumber daya laut untuk perkembangan
pembangunan yang berkelanjutan. 15)
Kehidupan di Darat. Melindungi,
mengembalikan, dan meningkatkan
keberlangsungan pemakaian ekosistem
darat, mengelola hutan secara berkelanju-
tan, mengurangi tanah tandus serta tukar
guling tanah, memerangi penggurunan,
menghentikan dan memulihkan degradasi
tanah, serta menghentikan kerugian
keanekaragaman hayati. 16) Institusi
Peradilan yang Kuat dan Kedamaian.
Meningkatkan perdamaian termasuk
masyarakat untuk pembangunan berke-
lanjutan, menyediakan akses untuk kead-
ilan bagi semua orang termasuk lembaga
dan bertanggung jawab untuk seluruh
kalangan, serta membangun institusi
yang efektif, akuntabel, dan inklusif di
seluruh tingkatan. 17) Kemitraan untuk
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)
-
7
Mencapai Tujuan. Memperkuat imple-
mentasi dan menghidupkan kembali
kemitraan global untuk pembangunan
yang berkelanjutan.
Program-program SDGs tersebut
hanya dapat direalisasikan jika ditunjang
oleh sumber daya manusia yang kompe-
ten yaitu tenaga kerja terampil dan tena-
ga ahli yang berkarakter serta mampu
berinovasi dengan daya saing global.
Menyikapi perolehan sumber daya manu-
sia dengan skill abad 21 tersebut,
menuntut upaya berbagai lembaga pen-
didikan atau organisasi untuk berperan
aktif mewujudkannya tidak terkecuali
dengan Perguruan Tinggi Keagamaan
Islam (PTKI) baik negeri maupun
swasta.PTKI memiliki andil melahirkan
sumber daya manusia dengan kompetensi
yang sesuai dengan kebutuhan masyara-
kat yang dinamis.
Sebagai bagian dari subsistem
pendidikan nasional, PTKI sendiri meru-
pakan lembaga pendidikan tinggi keaga-
maan yang sejajar dengan pendidikan
tinggi umum lainnya dengan kewajiban
yang sama. Ditegaskan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 20
ayat 2 bahwa perguruan tinggi
berkewajiban menyelenggarakan pen-
didikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat (Tri Dharma Perguru-
an Tinggi).
Adapun yang dimaksud dengan
pendidikan dalam undang-undang di atas
adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keaga-
maan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ket-
erampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Penelitian adalah kegiatan yang dil-
akukan untuk memperoleh informasi,
data, dan keterangan yang berkaitan
dengan pemahaman dan/atau pengujian
suatu cabang ilmu pengetahuan dan
teknologi berdasarkan kaidah dan metode
ilmiah secara sistematis. Pengabdian
kepada Masyarakat adalah kegiatan sivi-
tas akademika yang memanfaatkan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi untuk
memajukan kesejahteraan masyarakat
dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal ini menguatkan peran perguruan
tinggi Islam sebagai lembaga pendidikan
yang memproduksi pengetahuan.
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag
-
8
Dikeluarkannya regulasi tentang
Pendidikan Tinggi tersebut memperkuat
eksistensi PTK dan peran didalamnya.
Keberadaan dan posisi PTKI telah men-
jadi salah satu wujud entitas budaya In-
donesia sebagai lembaga pendidikan
tinggi dengan identitas Islam. Regulasi
tersebut juga memposisikan PTKI se-
bagai investasi sosial, budaya dan alam,
yang dapat memetik kebermaknaan nilai
dengan maksimal ketika berada pada
titik kemampuan melayani kebutuhan
pelanggan pendidikan, yakni pelayanan
yang sesuai dengan kebutuhan masyara-
kat dan dinamisasi pasar yang mengikuti
perkembangan zaman berbasis nlai-nilai
Islam. Hal ini menunjukkan bahwa peran
strategis PTKI akan termanifestasikan
maksimal manakala mampu menyeleng-
garakan pendidikan yang mensinergikan
antara kurikulum institusi dengan kebu-
tuhan masyarakat. Prospek kedepan,
layanan yang tepat tersebut akan menem-
patkan PTKI sebagai lembaga penye-
lenggara pendidikan tinggi yang profe-
sional dan relevan dalam membangun
Pendidikan Nasional.
Optimalisasi peran Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam dalam mem-
bangun kampusnya menjadi perguruan
tinggi yang berkualitas, berkelindan
dengan kebutuhan pasar dan kebutuhan
masyarakat. Kerjasama/sinergi yang baik
dengan pihak internal maupun eksternal
PTKI seperti pelaku industri, pemerintah,
asosisasi profesi, lembaga pendidikan
dan pengujian di dalam dan luar negeri.
Sinergitas dengan berbagai pihak men-
jadi hal penting bagi PTKI guna
merekayasa program pendidikannya un-
tuk selalu update beradaptasi dengan
perkembangan dunia pendidikan,
ekonomi, dan budaya.
Output Perguruan Tinggi Keaga-
maan Islam yang selalu update dengan
perubahan dan memantau perkembangan
kebutuhan masyarakat, menjadi sumber
daya manusia potensial dengan kompe-
tensi dan skill yang dimilikinya, baik
pengetahuan umum maupun pengetahuan
keagamaan. Melihat fenomena pent-
ingnya program-program SDGs yang
dikedepankan oleh PBB, dan peran
perguruan tinggi saat ini sebagaimana
diatur dalam undang-undang, PTKI
memiliki andil besar untuk mewujudkan
program-program SDGs tersebut.
Bagaimana Optimalisasi Relational Capital
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)
-
9
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dalam
mendukung Program Sustainable Develop-
ment Goals (SDGs)?
Sebagai aset yang bersifat intangible,
relational capital menjadi bagian dari aset PTKI
yang memberikan dampak signifikan untuk me-
maksimalkan upaya PTKI menjadi lembaga pen-
didikan tinggi yang profesional dan berkualitas.
Format PTKI beserta program pendidikan yang
dimilikinya, harus bersifat transparan dan
diketahui oleh masyarakat luas sebagai pengguna
pendidikan. Kerjasama dan kolaborasi dengan
berbagai pihak yang berkepentingan menjadi se-
buah pilihan sebagai kepanjangan tangan PTKI
dalam mempublikasikan eksistensinya.
Relational capital di Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam terbagi dalam 2 (dua) bagian:
1. Sebagai penerima dan pengguna inovasi pen-
didikan dari perguruan tinggi yaitu stakeholder
utama; dan 2. Relasi yang merupakan pengguna
dan sekaligus sebagai aktor yang membantu me-
nyebarluaskan inovasi perguruan tinggi seperti
relasi dengan sesama lembaga pendidikan,
masyarakat, dan media massa. Melalui transfer
knowledge mampu menciptakan inovasi dan
menghasilkan nilai kuantitas dan kualitas organ-
isasi.
Optimalisasi peran Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam dilandasi dengan pengoptimal-
isasian konsumen sebagai stakeholder utama
yang menjadi penerima dan pengguna jasa pen-
didikan PTKI. Merujuk standar pengukuran yang
dikemukakan Edvinsson, konsumen se-
bagai mitra kerjasama yang menjadi ba-
gian dari relational capital di PTKI harus
memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu:
1. Customer Profile. PTKI harus menge-
tahui dengan pasti yang menjadi kon-
sumennya. Hal penting yang harus diper-
hatikan adalah kriteria konsumen yang
sesuai dengan visi dan misi PTKI yang
membedakan dengan pelanggan kompeti-
tor. Perubahan minat dan kebutuhan para
konsumen, tentunya menjadi sarana bela-
jar dan referensi dalam meningkatkan
loyalitas profesionalisme PTKI. Keadaan
ini menjadi sebuah potensi dalam
menembak pasar konsumen; 2. Customer
Duration. Kemampuan PTKI dalam
mempertahankan konsumen yang ada
dan loyal terhadap institusi. Tahap akui-
sisi dan pemeliharaan konsumen menjadi
strategi penting untuk menjaga komitmen
konsumen diantaranya dengan mem-
bangun intensitas frekuensi komunikasi
dengan konsumen. 3 Customer Role.
PTKI mengikutsertakan konsumen dalam
disain produk, produksi dan pelayanan.
Diantaranya, beasiswa (schoolarsip), per-
tukaran mahasiswa baik domestik mau-
pun mancanegara. Hal lain yang harus
diperhatikan dalam aspek ini adalah
keterlibatan konsumen dengan kriteria
talenta, knowledge, atau sumber daya
dari luar yang dianggap kompeten dan
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag
-
10
memiliki kemampuan yang diperlukan;
4. Customer Support. PTKI harus mem-
iliki program yang bertujuan mengeval-
uasi kepuasan konsumen dengan tidak
mengabaikan kemashlahatan dan
keberkahan dari program yang dijalankan
tersebut. Dalam hal ini, penilaian yang
diberikan oleh konsumen menjadi tolak
ukur kesuksesan program-program yang
dikedepankan oleh PTKI; 5. Customer
Success. Setiap proses yang dilakukan dalam institusi, PTKI harus mempertimbangkan dan
mengidentifikasi kebutuhan konsumen di masa
depan serta bagaimana membantu merealisasi-
kannya dalam bentuk program dan usaha maksi-
mal. Kemampuan PTKI dalam membaca kebu-
tuhan pasar dan kebutuhan masyarakat menjadi
hal penting untuk menumbuhkan kepercayaan
dari konsumen.
Aspek kedua dari relational capital
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam adalah mem-
bangun kerjasama dengan relasi yang merupakan
pengguna dan sekaligus sebagai aktor yang mem-
bantu menyebarluaskan inovasi PTKI seperti
relasi dengan sesama lembaga pendidikan,
masyarakat, dan media massa. Relasi dengan
sesama lembaga pendidikan dimanifestasikan
dalam bentuk jejaring kerjasama antar PTKI, an-
tara PTKI dengan Perguruan Tinggi lainnya baik
domestik maupun mancanegara. Tujuan mem-
bangun kerjasama ini adalah untuk penjaminan
mutu pendidikan PTKI yang sesuai dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat sebagai
refleksi dari internalisasi nilai-nilai Tridharma
Perguruan Tinggi.
Relasi Perguruan Tinggi Keagamaan
Islam dengan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia tersebut telah diatur da-
lam UU No 20 tahun 2003 pasal 8 dan 9. Peran
tersebut dimanifestasikan dalam bentuk hak ber-
peran serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.
adapun dalam aspek kewajiban, masyarakat
berkewajiban memberikan dukungan sumber
daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sinergi
antara PTKI sebagai institusi dan masyarakat
baik perseorangan, kelompok, organisasi profesi,
industri, dan organisasi kemasyarakatan lainnya
untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan
dan pengendalian pelayanan pendidikan.
Media massa merupakan media sosial-
isasi yang memberi pengaruh kuat bagi eksistensi
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Sebagai
instrumen untuk mengkomunikasikan program
kerja dan inovasi-inovasi PTKI kepada masyara-
kat luas, membangun relasi dengan media massa
menjadi pilihan bagi PTKI yang efektif untuk
mengenalkan eksistensinya kepada dunia luar.
Optimalisasi peran Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam selanjutnya dapat dimanifes-
tasikan dengan kecerdasan dalam membangun
hubungan dengan pihak internal dan eksternal
PTKI, yakni kolaboratif dengan stakeholder dan
mitra kerja. Nilai-nilai kolaboratif yang dibangun
dalam menciptakan RC berkualitas merujuk pada
dimensi RC (Marr dan Gray (2006: 52), Sohrabi
et.al (2010:16)) yaitu: 1. Reputasi (reputation).
Pengelolaan reputasi merupakan upaya prospek
jangka panjang yang dibangun sesuai dengan
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)
-
11
prestasi PTKI yang membedakannya dengan pe-
saingnya. Mempertahankan reputasi menjadi
pekerjaan yang paling berat dibanding mem-
bangun reputasi itu sendiri, karena selain bersifat
dinamis juga persepsi publik menjadi evaluator
utamanya. 2. Citra (image). Bagi konsumen, citra
PTKI merupakan informasi yang bersifat
ekstrinsik mencakup dimensi karakteristik, repu-
tasi, nilai, dan identitas PTKI. Hal ini berdampak
pada persentase kekuatan loyalitas konsumen
terhadap PTKI. Untuk membangun citra positif
menjadi program yang harus dikedepankan oleh
PTKI; 3. Kepercayaan (trust); 4. Aliansi/
perserikatan (alliances). Relasi yang dibangun
antar organisasi dengan tujuan yang sama ini,
menjadi salah satu dimensi RC yang bertujuan
untuk memperluas akses market PTKI, dan mem-
peroleh kecukupan sumber daya dan kompetensi
yang sesuai agar koalisi dapat berjalan lancar.; 5.
Hubungan dengan regulator (relationships with
regulators). Regulator yang dimaksud dalam
ranah PTKI adalah pemerintah, sebagai
penyokong PTKI yang berkualitas, penyedia sa-
rana peningkatan pengetahuan, beasiswa pendidi-
kan, fasilitas studi banding politik, pelindung dan
payung kebijakan dalam upaya meningkatkan dan
mengembangkan kualitas PTKI dan mendukung
secara luas nilai yang dihasilkan PTKI; 6. Kuali-
tas tanggapan terhadap tuntutan dan keluhan
pelanggan (quality of responses to customer de-
mands and complaints). PTKI harus membuka
peluang bagi masuknya kritikan maupun saran
yang dikemukakan oleh konsumen. Menyediakan
kotak suara konsumen merupakan potensi bagi
diperolehnya loyalitas pelanggan yang mem-
berikan keuntungan bagi PTKI; 7. Brand and
Trademarks. Merupakan identitas PTKI yang
menjadi powerfull ketika dipublikasikan kepada
konsumen. Sebagai lembaga pendidikan, faktor
yang berpengaruh terhadap pembentukan brand
dan trademark PTKI diantaranya, kualitas output,
prestasi, akreditasi institusi, program unggulan,
ISO, outcome alumni. Faktor-faktor tersebut
menjadi identitas PTKI yang membedakannya
dari para pesaing.
Pola pengelolaan relational capital
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dalam
mensukseskan program SDGs melalui bangunan
jaringan/network, tidak terlepas dari keterbukaan
PTKI terhadap perkembangan ekonomi global
abad 21 atau yang dikenal dengan era Revolusi
Industri 4.0. Beradaptasi dengan masa yang ber-
basis pengetahuan saat ini, mengelola PTKI ber-
basis pengetahuan sangat dipentingkan karena
mengingat PTKI sebagai institusi pendidikan
tinggi berperan aktif menjadi tonggak pem-
bangunan bangsa dan negara. Identitas Islam
yang melekat, menjadi value bagi PTKI yang
menjadikannya berbeda dengan institusi pendidi-
kan tiggi sejenis.
Pada dasarnya, membangun relasi
dengan masyarakat, pemerintah, mitra kerja,
memberikan banyak informasi yang penuh bagi
penyelenggaraan sebuah institusi pendidikan
tinggi. Mereka bukan sekedar pengguna jasa pen-
didikan PTKI yang kosong informasi (zero infor-
mation) melainkan memiliki banyak sekali infor-
masi (full information) untuk pengembangan
PTKI yang profesional dan berkualitas global.
Keadaan ini membentuk sudut pandang yang
berbeda dalam mengevaluasi program-program
PTKI dan menentukan pilihan saat menjadi kon-
Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag
-
12
sumen sebuah perguruan tinggi. Sehingga ketika
berhadapan dengan program-program wajib yang
digulirkan oleh pemerintah, PTKI mampu
mengaktualisasikan diri sebagai institusi pendidi-
kan tinggi yang friendly dengan berbagai kebu-
tuhan masyarakat dan pasar dan mudah beradap-
tasi dengan berbagai perubahan yang terjadi.
C. KESIMPULAN
Program Sustainable Development
Goals sebagai rencana aksi global menjadi bagi-
an dari program pembangunan di Indonesia
dengan 17 tujuan yang hendak dicapai dian-
taranya mengentaskan kemiskinan, mengurangi
kesenjangan, memajukan pendidikan, dan pro-
gram lainnya yang dicanangkan oleh para pem-
impin dunia. Mengaktualisasikan pencapaian
akan tujuan program ini, harus diimbangi dengan
penguatan PTKI sebagai institusi pendidikan
tinggi yang menjadi bagian dari sistem pendidi-
kan di Indonesia. Penguatan eksistensi Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam melalui pengelolaan
relational capital sebagai intangible assets,
merupakan pilihan untuk memperkaya khazanah
intelektual dunia pendidikan di Indonesia.
Mengelola RC PTKI dengan efektif dan profe-
sional menunjang terhadap terwujudnya program
Sustainable Development Goals dengan
mengedepankan aspek pengetahuan sebagai basis
dari pembangunan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Babak Sohrabi et al. 2010. Intellectual capital and
Technological Innovation: Knowledge-Based
Theory and Practice. edited by Pedro Lopez Saez
et.al. Hershey: New York.
Bernard Marr, Dina Gray. 2006. Strategic Per-
formance Management: Leveraging and Measur-
ing your Intangible Value Drivers. USA: Elsevier
Ltd.
CR Van Zyl. 2005. Customer Relationship Man-
agement Captures Intellectual capital for In-
creased Competitiveness. Acta Commercii: Intel-
lectual capital Management Series, article 2 of 3.
Göran Roos. et.al. 2005. Managing Intellectual
capital in Practice. Oxford: Elsevier Inc.
Ishartono, et. al. Sustainable Development Goals
(SDGs) dan Pengentasan Kemiskinan. Share:
Social Work Journal. Vol. 6 No. 2. Hlm. 163-
164.
James Guthrie, Richard Petty. 2000. Intellectual
capital: Australian Annual Reporting Practices.
Journal of Intellectual capital. Vol. 1 No. 3. 2000.
pp. 241-251. MCB University Press.
Ken Kay, Valerie Greenhill. 2011. Bringing
Schools into the 21st Century editors by Guofang
Wan, Dianne M. Gut. New York: Springer Sci-
ence.
T M Welbourne, M Pardo-del-Val. 2008. Rela-
tional Capital: Strategic Advantage for Small and
Medium-size Enterprise (smes) Through Negotia-
tion and Collaboration. Group Decision and Ne-
gotiation. Vol. 18. No. 5. pp. 483-497.
RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)
-
13
Fuad Hilmi dan Dede Suhana
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji
analisis pengaruh antara metode targhib -
tarhib terhadap motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran akidah akhlak. metodologi
yang digunakan merupakan analisis kuanti-
tatif berbasis model statistika inferensia
dengan menggunakan dengan menggunakan
persamaan regresi dan analisis korelasi prod-
uct moment dari pearson. hasil penelitian
menunjukkan bahwa metode targhib - tarhib
memiliki pengaruh yang positif dan signif-
ikan terhadap motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran akidah akhlak.
Keywords: Metode Targhib - Tarhib Motiva-
si, Akidah Akhlak
Abstract
The purpose of this study is to examine the
influence analysis between targhib - tarhib
method of student learning motivation on the
subject of moral aqid. the methodology used
is a quantitative analysis based on inferenc-
ing statistical model using using regression
equation and product moment correlation
analysis from pearson. the results showed
that targhib - tarhib method has a positive
and significant influence on students' learn-
ing motivation on the subject of moral aqid.
Keywords: Targhib - Tarhib Method, Moti-
vation, Akidah Akhlak
A. PENDAHULUAN Proses pendidikan merupakan
proses yang berkesinambungan dan
berkelanjutan. Berkesinambungan dapat
diartikan bahwa proses pendidikan
berlangsung tanpa batas waktu. Al-
Qur'an surat al-Kahfi (18): 60 dan 66
mengisyaratkan:
َوإِْذ قَاَل ُموَسٰى لِفَتَاهُ ََل أَْبَرُح َحتَّٰى أَْبلَُغ َمْجَمَع اْلبَْحَرْيِن
أَْو أَْمِضَي ُحقُبًا
ا ُعلِّْمَت قَاَل لَهُ ُموَسٰى هَْل أَتَّبُِعَك َعلَٰى أَْن تَُعلَِّمِن ِممَّ
ُرْشًدا
PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
(Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Cipasung Kec. Singaparna Kab. Tasikmalaya)
Fuad Hilmi dan Dede Suhana Sekolah Tinggi Agama Islam Haji Agus Salim Cikarang
mailto:[email protected]
-
14
Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata
kepada muridnya: "Aku tidak akan ber-
henti (berjalan) sebelum sampai ke per-
temuan dua buah lautan atau aku akan
berjalan sampai bertahun-tahun". Musa
Berkata kepada Khidhr: "Bolehkah Aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan
kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu
-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?
Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa
kedudukan ilmu yang pertama dan
utama. Musa as. beserta seorang
muridnya melakukan perjalanan yang
jauh dan waktu yang lama untuk mencari
seorang guru yang berilmu dan ilmunya
tersebut belum Musa as. memilikinya. Ia
seorang nabi, tetapi ia tetap merasa haus
dengan ilmu, sehingga Allah
memerintahkan kepadanya untuk belajar
kepada Khidhr.
Selain itu, ayat tersebut
mengisyaratkan bahwa menuntut ilmu itu
selama hayat dikandung badan, sejak
dalam buaian sampai akhir hayat. Shahib
kitab Ta‘lîm al muta‘alim
mengisyaratkan:
اُْطلُـبُوا اْلِعْلـَم ِمَن اْلَمْهـِد اِلَى اللَّْحـدِ
Maksudnya adalah bahwa belajar itu
sejak kecil sampai mati. Senada dengan
hadits tersebut, Ali bin Abu Thalib
mengatakan bahwa keberhasilan dalam
menuntut ilmu itu dengan enam hal,
salah satunya adalah thûl al-zamân,
artinya belajar sepanjang hayat.
Sedangkan berkelanjutan dapat diartikan bahwa proses pendidikan itu
berjenjang dan bertahap. Maksudnya bahwa
proses pendidikan ketika bayi itu merupakan
kelanjutan dari pendidikan ketika dalam
kandungan bahkan sejak konsepsi dimulai.
Pendidikan pra-sekolah di lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
Raudlatul Athfal (RA) atau Taman Kanak-
kanak (TK) melanjutkan pendidikan dari
lingkungan keluarga. Juga lembaga
pendidikan dasar, sekolah dasar (SD) atau
Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebagai kelanjutan
dari pendidikan pra-sekolah dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) ataupun
Madrasah Tsanawiyah (MTs) merupakan
lembaga pendidikan lanjutan dari SD atau
MI. Demikianlah selanjutnya, jenjang
pendidikan yang lebih atas sebagai penerima
produk atau sebagai penerima estapeta out
put lembaga pendidikan yang ada di
bawahnya.
Kualitas out put atau peserta didik
yang dihasilkan dari masing-masing lembaga
pendidikan beragam. Kualitas asfek konatif
(kemauan untuk bertindak), afektif (perasaan
dan sikap), kognitif ( kemapuan berfikir)
maupun psikomotor (ketrampilan berbuat)
PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
-
15
sangat tergantung kepada potensi peserta
didik (input) yang dikembangkan dan dibina,
tranformasi (proses) yang dilaksanakan, dan
komponen pendidik dan tenaga kependidikan
sebagai pelaksana pendidikan. Kualitas dari
satu lembaga pendidikan yang ada di tingkat
bawah akan sangat berpengaruh terhadap
proses dan hasil pada jenjang pendidikan
berikutnya dan lembaga pendidikan di
atasnya.
Dalam konsep yang lebih luas,
kualitas pendidikan mempunyai makna
sebagai suatu kadar proses dan hasil
pendidikan secara keseluruhan. Kualitas
pendidikan yang menyangkut proses dan
atau hasil ditetapkan sesuai dengan
pendekatan dan kriteria tertentu. Proses
pendidikan merupakan suatu keseluruhan
aktivitas pelaksanaan pendidikan dalam
berbagai dimensi baik internal maupun
eksternal, baik kebijakan maupun
operasional, baik edukatif maupun
manajerial, baik pada tingkatan makro
(nasional), regional, institusional,
maupun instruksional dan individual,
baik pendidikan dalam jalur sekolah
maupun luar sekolah. Dalam bahasan ini
proses pendidikan yang dimaksud adalah
proses pendidikan yang berkualitas
ditentukan oleh berbagai faktor yang
saling terkait.
Faktor-faktor yang menentukan
kualitas proses pendidikan suatu sekolah
adalah terletak pada unsur-unsur dinamis
yang ada di dalam sekolah itu dan
lingkungannya sebagai suatu kesatuan
sistem. Selain faktor peserta didik, yang
sangat berpengaruh terhadap kualitas
pendidikan adalah faktor metode yang
digunakan dan unsur lainnya ialah guru
sebagai pelaku terdepan dalam
pelaksanaan pendidikan di tingkat
institusional dan instruksional.
Dalam konteks yang lebih luas,
hasil pendidikan mencakup tiga jenjang
yaitu: produk, efek, dan dampak
(Mohamad Surya , 2009). Hasil pendidi-
kan yang berupa produk, adalah wujud
hasil yang dicapai pada akhir satu proses
pendidikan, misalnya akhir satu proses
instruksional, akhir semester, akhir tahun
ajaran, dan akhir jenjang pendidikan
(Edward Sallis, 2008). Wujudnya
dinyatakan dalam satu satuan ukuran
tertentu seperti angka, peringkat, indeks
prestasi, Ujian Nasional (UN), dan
sebagainya. Sebagai gambaran kualitas
hasil pendidikan dalam periode tertentu.
Hasil pendidikan berupa efek adalah
perubahan lebih lanjut terhadap
keseluruhan kepribadian peserta didik
Fuad Hilmi dan Dede Suhana
-
16
sebagai akibat perolehan produk dari
proses pendidikan (pembelajaran) dari
satu periode tertentu. Perolehan produk
pendidikan yang dinyatakan dalam
bentuk hasil belajar seperti angka dalam
buku laporan pendidikan, dan sebaginya,
seyogianya memberikan pengaruh (efek)
terhadap perubahan keseluruhan perilaku
atau kepribadian peserta didik seperti
dalam pemahaman diri, cara berfikir,
sikap, nilai, dan kualitas kepribadian
lainnya. Selanjutnya hasil pendidikan
yang berupa dampak adalah berupa
pengaruh lebih lanjut hasil pendidikan
berupa produk dan efek yang diperoleh
peserta didik terhadap kondisi dan
lingkungannya baik di dalam keluarga
ataupun masyarakat secara keseluruhan.
Harapan atau tujuan dari pendidi-
kan nasional Indonesia adalah mencer-
daskan kehidupan bangsa dan mengem-
bangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan ber-
taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan tersebut merupakan tujuan yang
ideal yang menjadi target sasaran seluruh
institusi pendidikan. Salah satu institusi
yang mencoba berusaha mewujudkan
tujuan tersebut adalah Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Cipasung, yang
berlokasi di Jalan KH. Ruhiat Desa
Cipakat Kecamatan Singaparna
Kabupaten Tasikmalaya.
Madrasah Tsanawiyah Cipasung
adalah salah satu institusi penerima
estapeta produk dan efek pendidikan,
baik dari sekolah dasar dan madrasah
ibtidaiyah yang ada di sekitarnya maupun
dari luar daerah Kabupaten Tasikmalaya.
Idealnya, input peserta didik yang ada di
MTs Cipasung harus menunjukkan
kondisi efek dan produk yang baik dan
bahkan harus semakin baik. Karena
lembaga ini mempunyai peran untuk
melanjutkan dan meningkatkan hasil
yang diperoleh siswa pada jenjang
sebelumnya. Sehingga, akan semakin
mudah dalam melaksanakan pendidikan,
karena inputnya telah membawa bekal
pendidikan sebelumnya.
Fenomena di lapangan, tujuan yang
begitu ideal belum dapat sepenuhnya
tercapai bahkan kebalikannya.
Diharapkan produk dan efek dari
lembaga pendidikan sebelumnya dapat
PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
-
17
membawa dampak yang positif terhadap
lembaga atau jenjang berikutnya,
malahan menjadi beban berat yang harus
dipikul. Seperti melemahnya motivasi
belajar peserta didik, prilaku kasar
terhadap teman, dan sebagainya. Hal ini
teridentifikasi ada beberapa peserta didik,
baik kelas 7, 8, atau 9 yang sering bolos
sekolah atau tidak masuk sekolah karena
bermain bersama teman, baik teman
sesekolah maupun teman luar sekolah.
Atau ketika waktu masuk kelas pada
awal masuk atau setelah istirahat masih
banyak peserta didik yang terlambat
masuk. Demikian halnya ketika dalam
pelaksanaan tadarus al-Qur'ân dan shalat
dluha, masih banyak peserta didik yang
belum mengikuti program tersebut. Juga
ketika diberi tugas oleh guru masih ada
siswa yang tidak mengindahkan, ia tidak
menyelesaikan tugas tersebut. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap proses
pendidikan dan pelaksanaan program
pendidikan di MTs Cipasung. Efeknya
prestasi peserta didik tersebut tidak
sesuai dengan harapan yang telah
ditetapkan dalam Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).
Dalam rangka mewujudkan
manusia seutuhnya sebagaimana yang
diamanatkan oleh Undang-undang Dasar
1945 dan Undang-undang Pendidikan
Nasional, Institusi Madrasah Tsanawiyah
Cipasung mencoba untuk
membangkitkan minat dan memotivasi
siswa agar giat lagi belajar sehingga
dapat mencapai hasil yang telah
ditargetkan. MTs Cipasung sebagai
lembaga pendidikan yang berciri khas
Islam mencoba mengarahkan dan
membina para peserta didik dengan
menerapkan konsep pendidikan menurut
Al-Qur'ân. Institusi Madrasah
Tsanawiyah Cipasung dalam rangka
mengantisifasi permasalahan di atas
menerapkan metode targhib
(penghargaan atau imbalan) dan tarhib
(ancaman hukuman). Metode ini
dilandasi dengan Al-Qur'ân surat al-
‘Ashr (103):1-3:
١َواْلَعْصِر ﴿العصر:
نٰسَن لَفِى ُخْسٍر ﴿العصر: ٢إِنَّ اْْلِ
لِٰحِت َوتََواَصْو۟ا إَِلَّ الَِّذْيَن َءاَمنُو۟ا َوَعِملُو۟ا الص ٰ
ْبِر ﴿العصر: ٣بِاْلَحقِّ َوتََواَصْو۟ا بِالصَّ
Fuad Hilmi dan Dede Suhana
-
18
“Demi masa. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam
kerugian. Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran”.
Dalam surat al-‘Ashr ini dijelas-
kan bahwa manusia yang tidak memper-
hatikan waktunya, dalam arti yang lebih
luas bahwa ia tidak berdisiplin akan men-
galami hidup yang penuh dengan keru-
gian. Hal ini mengandung unsur tarhib
(ancaman hukuman). Selanjutnya dalam
ayat ketiga dijelaskan bahwa manusia
yang beriman, beramal shaleh, dan yang
saling menasehati dalam hak dan kesaba-
ran ia akan beruntung. Artinya
mengerahkan seluruh aktivitasnya dan
umurnya untuk mengabdikan diri kepada
Allah swt sebagai tujuan terakhir maka ia
tidak akan mengalami kerugian dalam
hidup dan kehidupannya. Hal ini
mengandung unsur targhib (penghargaan
atau imbalan) .
Tinjauan Pustaka
1. Metode Targhib dan Tarhib
a. Pengertian
Kata metode secara etimologi, berasal
dari bahasa Greek, yang terdiri dari dua
kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti
melalui dan hodos berarti jalan atau
cara.
Secara terminologi, Erwati Aziz
mengutip pengertian metode dari kamus
Webster, ‘metode mengandung arti cara
yang teratur dan terpikir baik-baik untuk
mencapai maksud (dalam ilmu
pengetahuan dan sebagainya); cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan’.
Dalam Kamus Lengkap Psikologi yang
merupakan terjemahan dari Dictionary of
psychology karya James P. Chaplin,
‘metode adalah prosedur sistematis yang
tercakup dalam upaya menyelidiki fakta
dan konsep’. Zuhaerini mengungkapkan,
metode adalah seni mendidik atau
mengajar atau keahlian di dalam
menyampaikan pendidikan atau
pengajaran. Selain itu, Muhibbin Syah
mengatakan, metode adalah cara
melakukan suatu kegiatan dengan
menggunakan fakta dan konsep secara
sistematis. Sedangkan Ki Hadjar
Dewantara menyebut metode dalam
PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
-
19
mendidik dengan istilah “peralatan
pendidikan”. Di antara alat itu adalah
memberi contoh, pembiasaan, perintah,
paksaan, dan hukuman. Dengan
demikian metode merupakan komponen
dalam proses, alat mencapai tujuan, dan
kebulatan dalam suatu sistem pendidikan.
Ketika dikaitkan dengan pendidi-
kan dan pengajaran, Ahmad Husain al-
Liqaniy mengatakan, ‘metode adalah
langkah-langkah yang diambil oleh guru
guna membantu para murid merealisasi-
kan tujuan tertentu’. Senada dengan Ah-
mad Husain, Herman H. Horne membat-
asi pengertian metode pendidikan se-
bagai suatu prosedur dalam mengajar
(Muzayyin Arifin, 2005: 91). Beranjak
dari pengertian tersebut dapat dipahami
bahwa metode itu merupakan jalan atau
cara yang mesti ditempuh oleh guru
untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu
terbentuknya manusia ideal.
Secara bahasa, targhib berarti
menginginkan sesuatu dan sangat
mengharapkannya dan tarhib berarti
menakutkan sesuatu (lid bin Abdurrah-
man al-'Akk, 2006: 217). Menurut An-
Nahlawi, targhib adalah janji yang
disertai bujukan dan rayuan untuk
menunda kemaslahatan, kelezatan dan
kenikmatan. Sedangkan tarhib adalah
ancaman atau intimidasi melalui
hukuman yang disebabkan oleh
terlaksananya sebuah dosa, kesalahan
atau perbuatan yang telah dilarang Allah.
Selain itu juga karena menyepelekan
pelaksanaan kewajiban yang telah
diperintahkan Allah. Tarhib pun dapat
diartikan sebagai ancaman dari Allah
untuk menakut-nakuti hamba-hamba-
Nya melalui penonjolan salah satu sifat
keagungan dan kekuatan ilahiah agar
mereka teringatkan untuk tidak
melakukan kesalahan dan kemaksiatan.
Dari pengertian tersebut di atas
dapat dipahami bahwa targhib adalah
janji baik yang dapat membahagiakan
dan mendorong manusia untuk
melakukan aktifitas yang positif dan
targhib adalah ancaman dan hukuman
yang dapat menyengsarakan manusia
sehingga terdorong untuk meninggalkan
aktifitas yang negatif. Jadi metode
targhib dan tarhib itu adalah cara atau
jalan yang strategis untuk menstimulasi
peserta didik melalui janji baik
(ganjaran) dan ancaman dan hukuman
agar mau belajar dalam rangka
membentuk kepribadiannya yang ideal.
Fuad Hilmi dan Dede Suhana
-
20
Dalam pendidikan Barat pun dikenal
metode semisal targhib dan tarhib yaitu
metode reward (ganjaran/ imbalan) dan
punishment (hukuman). Terlepas dari
fungsinya, apakah sebagai penguat atau
umpan balik (feed back), yang jelas dapat
berpengaruh terhadap prilaku seseorang
atau peserta didik. Rachlin mengatakan
bahwa reward dan punishment akan me-
nandai perilaku, membuat orang lebih
penuh perhatian, meningkatkan
pengawasan diri, dan pemantauan diri
(David L. Witson dan Roland G. Tharp,
1985: 190).
Namun demikian, metode targhib-
tarhib dalam pendidikan Islam lebih
memiliki makna dari apa yang
diistilahkan dalam pendidikan Barat
dengan imbalan (reward) dan hukuman
(punishment). Kelebihan itu bersumber
dari karakteristik ketuhanan yang tidak
membunuh fitrah manusia dan yang
menjadi identitas pendidikan Islam.
Kelebihan yang paling penting adalah
targhib-tarhib qurani dan nabawi
bertumpu pada pemberian kepuasan dan
argumentasi. Targhib-tarhib harus
menghasilkan buah amaliah dan perilaku.
b. Bentuk-bentuk targhib dan tarhib
Dalam Peraturan Pemerintah no-
mor 74 tahun 2008 pada bagian
kedelapan pasal 37 sampai 39 memuat
tentang kewenangan guru untuk mem-
berikan penilaian, penghargaan, dan
sanksi kepada peserta didik. Gambaran
ringkasnya sebagai berikut:
1) Penilaian yang dimaksud adalah
hasil belajar peserta didik.
2) Penghargaan diberikan kepada pe-
serta didik yang berprestasi, baik
prestasi akademik maupun non-
akademik.
3) Sanksi diberikan kepada peserta
didiknya yang melanggar norma
agama, norma kesusilaan, dan
norma kesopanan, baik peraturan
tertulis maupun tidak tertulis yang
ditetapkan guru, peraturan lainnya
dalam proses pembelajaran yang
berada di bawah kewenangannya.
Sanksi tersebut dapat berupa te-
guran dan atau peringatan, baik
lisan maupun tulisan, serta huku-
man yang bersifat mendidik sesuai
dengan kaedah pendidikan, kode
etik guru, dan peraturan perun-
dang-undangan.
1) Bentuk-bentuk targhib (reward)
Targhib atau reward merupakan
reinforcement (penguatan) positif, yaitu
PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
-
21
sesuatu yang memperkuat hubungan
stimulus dan respon atau untuk mem-
perbesar timbulnya suatu respon (Allyn
dan Bacon, 1987: 343). Adapun bentuk
reward bisa berupa materi, seperti
mainan, uang, dan sebagainya. Bisa pula
berbentuk abstrak seperti pujian, senyu-
man, pendekatan, dan sebagainya.
2) Bentuk-bentuk tarhib (punishment)
Tarhib atau punishment merupa-
kan reinforcement (penguatan) negatif,
yaitu sesuatu yang dapat memperlemah
timbulnya respon. Bentuk punishment
dapat berupa fisik, seperti pukulan tetapi
tidak sampai melukai dan tidak pada ba-
gian wajah. Bisa pula yang berbentuk
non-fisik, seperti perkataan yang menjel-
ekkan, suara keras, menampilkan mimik
marah, mengambil haknya, dan se-
bagainya.
Adapun tujuan dari reward dan
punishment adalah untuk memotivasi ter-
jadinya pengulangan dan memperbaiki
perilaku yang salah. Dengan demikian
reward dan punishment selalu dilandasi
dengan kasih sayang, penjagaan diri
anak, dan jauh dari tindakan kekerasan.
Menurut Abdurahman Saleh Ab-
dullah bahwa konsep targhib dan tarhib
sebagai suatu stimulasi terhadap sesuatu
yang menyenangkan dan menyakitkan
yang akan mendorong peserta didik un-
tuk melakukan perbuatan yang baik
(Ramayulis, 2004: 168). Ketika anak
menunjukkan suatu perilaku yang baik
menurut moral harus diberikan pujian,
rasa hormat, hadiah (materi), bahkan
dorongan agar anak mau mengulanginya
kembali. Sebaliknya, ketika anak
menunjukkan perilaku yang menyimpang
dari moral, perlu adanya perbaikan dari
orang tua atau guru berupa celaan atau
bahkan pukulan. Akan tetapi, dalam
mencela anak, harus dengan cara tidak
langsung.
2. Motivasi Belajar Siswa
Keberhasilan dalam pendidikan
selain faktor metode dan guru, juga
faktor siswa sebagai peserta didik. Salah
satu faktor keberhasilan belajar siswa
adalah motivasi belajar.
a. Pengertian motivasi belajar siswa
Motivasi adalah proses yang men-
jelaskan intensitas, arah, dan ketekunan
seorang individu untuk mencapai
tujuannya (Robbins, 2008: 222-232).
Motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului
Fuad Hilmi dan Dede Suhana
http://id.wikipedia.org/wiki/Intensitas
-
22
dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan (Sardiman AM, 1992: 73). Moti-
vasi berkaitan dengan upaya manajer
strategis untuk merangsang dan meng-
gerakkan seseorang atau kelompok orang
yang dipimpinnya dengan cara menum-
buhkan dorongan atau motif untuk terus
bekerja dengan baik.
Dari pengertian di atas, dapat
digambarkan bahwa motivasi merupakan
usaha untuk melakukan sesuatu sehingga
dapat membawa beberapa perubahan
yang dapat menentukan langkah
seseorang dengan mengarah kepada
tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan
pengertian motivasi yang telah
dikemukakan di atas, secara sederhana
dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi
merupakan kekuatan yang mendorong
manusia untuk melakukan sesuatu dalam
mencapai tujuan. Hal tersebut, terlaksa-
na karena dirangsang dari berbagai
macam kebutuhan atau keinginan yang
hendak dipenuhi.
Satu dari empat model mengajar
yang dikembangkan oleh Bruce Joyce
dan Marsha Weil adalah Behavioral
Model (model perilaku), yaitu mengu-
sahakan adanya perubahan pada perilaku
siswa dan perubahan itu harus bisa dia-
mati. Perubahan perilaku siswa tersebut
merupakan hasil belajar (Afifudin, 2008:
152). Belajar adalah aspek dalam proses
yang biasa disebut dengan pendidikan.
Dikatakan demikan karena belajar meru-
pakan rangkaian interaksi proses belajar
mengajar.
Abdurrahman mengemukakan bah-
wa belajar adalah semua upaya individu
memobilisasikan semua sumber daya
yang dimilikinya untuk memberikan ja-
waban (respons) yang tepat terhadap
problema yang dihadapinya
(Abdurrahman, 1996: 97). Belajar bisa
juga diartikan suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk mem-
peroleh perubahan tingkah laku yang ba-
ru secara keseluruhan sebagai hasil pen-
galamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Sobry Sutikno,
2008: 51). Menurut Nashar, belajar ada-
lah perubahan tingkah laku dan peru-
bahan itu mengarah kepada tingkah laku
yang baik yang terjadi melalui latihan
atau pengalaman (Nashar, 2004: 49).
Dari pengertian di atas, dapat di-
tarik kesimpulan bahwa belajar adalah
suatu proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, ketrampilan, kebia-
saan dan tingkah lakunya dapat mengaki-
PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
-
23
batkan perubahan dalam dirinya berupa
penampilan, ilmu pengetahuan atau ke-
mahiran yang dapat memenuhi kebu-
tuhan hidupnya. Dengan kata lain, belajar
adalah proses orang memperoleh
berbagai kecakapan, keterampilan, dan
sikap.
Menurut Keller , 4 kondisi yang
harus diperhatikan oleh guru dalam
memotivasi siswa agar muncul perilaku
belajar, yaitu: minat, relevansi, harapan,
dan kepuasan. Adapun prinsip-prinsip
belajar di antaranya:
1) Belajar adalah suatu proses aktif
dimana terjadi hubungan saling
mempengaruhi secara dinamis
antara siswa dengan lingkungan.
2) Belajar senantiasa harus bertujuan,
terarah dan jelas bagi siswa.
Tujuan akan menuntunnya dalam
belajar untuk mencapai harapan-
harapannya.
3) Belajar paling efektif apabila
didasari oleh dorongan motivasi
yang murni dan bersumber dari
dalam diri sendiri.
4) Senantiasa ada rintangan dan ham-
batan dalam belajar, karena itu
siswa harus mengatasinya secara
tepat.
Pandangan di atas memberikan
gambaran bahwa prinsip-prinsip belajar
dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa. Oleh karena itu, dalam belajar per-
lu adanya motivasi sebagai daya peng-
gerak yang telah menjadi aktif dalam
belajar dan dapat menggerakkan segala
daya yang ada agar siswa dapat memu-
satkan perhatian.
Sardiman AM, mengemukakan bahwa
motivasi belajar adalah merupakan
faktor psikis non intelektual. Peranannya
yang khas adalah dalam hal penumbuhan
gairah, merasa senang dan semangat un-
tuk belajar. Menurut Frederick J. Mc.
Donald, motivasi belajar adalah suatu
perubahan tenaga di dalam diri seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Hakikat subyek didik, yaitu: 1)
subyek didik bertanggung jawab atas
pendidikannya sendiri sesuai dengan wa-
wasan pendidikan seumur hidup, 2)
subyek didik mempunyai potensi, baik
fisik maupun psikis yang berbeda-beda,
sehingga merupakan insane yang unik, 3)
subyek didik memerlukan pembinaan
individual dan perlakuan yang manusi-
awi, dan 4) subyek didik merupakan in-
san yang aktif dalam menghadapi ling-
Fuad Hilmi dan Dede Suhana
-
24
kungannya.
Salah satu ciri yang penting dari
motivasi adalah adanya semangat ter-
hadap peserta didik dalam kegiatan-
kegiatan belajarnya, seseorang berkeingi-
nan untuk melakukan suatu perbuatan
dan memberi petunjuk pada tingkah laku.
Sardiman AM mengemukakan bahwa
dalam kegiatan belajar maka motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan yang dapat memberikan arah
pada kegiatan belajar sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subyek balajar itu
dapat tercapai.
Dari definisi secara terpisah antara
motivasi dan belajar serta secara prase
yakni motivasi belajar yang telah
dikemukakan di atas, penulis
menganalisis bahwa dalam pengertian
tersebut mengandung aspek:
1) Daya penggerak, baik dari dalam
diri maupun dari luar diri, yang
menggerakkan seseorang untuk
melakukan sesuatu.
2) Adanya aktivitas, baik psikis
maupun fisik
3) Adanya tujuan
Dengan demikian, motivasi belajar
dapat didefinisikan sebagai daya
pengggerak atau pendorong seseorang
baik secara intern ataupun ekstern dan
memberikan arah agar orang tersebut
melakukan aktivitas psikis dan fisik un-
tuk mencapai tujuannya.
Klasifikasi dan fungsi motivasi
Motivasi adalah sebuah alasan atau
dorongan seseorang untuk bertindak.
Orang yang tidak mau bertindak sering
kali disebut tidak memiliki motivasi.
Alasan atau dorongan itu bisa datang dari
luar maupun dari dalam diri.
Dorongan itu ada yang datang dari dalam
diri (motivasi internal) dan ada yang da-
tang dari luar diri (motivasi eksternal).
Motivasi intrinsik adalah dorongan dari
dalam diri untuk melakukan beberapa
kegiatan yang muncul karena kepent-
ingan sendiri, meskipun ada dorongan
eksternal. Sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah dorongan yang melahirkan tinda-
kan untuk memperoleh beberapa
penghargaan eksternal, baik itu status,
pujian, uang, atau insentif lain yang be-
rasal dari luar diri kita. Tiga elemen uta-
ma dalam definisi ini adalah intensitas,
arah, dan ketekunan. Dalam hubungan
antara motivasi dan intensitas, intensitas
PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
http://www.motivasi-islami.com/
-
25
terkait dengan seberapa giat seseorang
berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak
menghasilkan prestasi kerja yang
memuaskan kecuali upaya tersebut
dikaitkan dengan arah yang
menguntungkan organisasi. Sebaliknya
elemen yang terakhir, ketekunan merupa-
kan ukuran mengenai berapa lama
seseorang dapat mempertahankan usa-
hanya. Motivasi yang baik dalam belajar
akan menentukan hasil yang baik. Jadi
intensitas motivasi seseorang akan sangat
menentukan pencapaian prestasi bela-
jarnya. Menurut Hersey dan Blancard,
bahwa motivasi yang ada pada diri
seseorang itu terjadi karena adanya kebu-
tuhan (needs), keinginan (willingness),
rangsangan (drive) dan kata hati, baik
disadari maupun tidak (S. Koswara,
2007: 76-77).
Sebenarnya, pada dasarnya semua
motivasi itu datang dari dalam diri, faktor
luar hanyalah pemicu munculnya motiva-
si tersebut. Motivasi dari luar adalah mo-
tivasi yang pemicunya datang dari luar
diri individu. Sementara memotivasi dari
dalam ialah motivasinya muncul dari ini-
siatif diri individu. Dari asumsi-asumsi
tersebut di atas, motivasi dilihat dari
tujuannya dapat dikategorikan menjadi
dua, yaitu motivasi untuk meraih kenik-
matan dan menghindari dari rasa sakit
atau kesulitan. Namun ketika ditinjau
dari arah munculnya, motivasi itu ada
yang timbul karena kesadaran dan ada
pula karena pengaruh lingkungan.
Metode Penelitian
Menurut Sugiyono, metode penelitian
pendidikan dapat diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang
valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan, dan dibuktikan, suatu
pengetahuan tertentu sehingga pada
gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam bidang
pendidikan. Penentuan jenis metode
penelitian sangat berpengaruh terhadap
penentuan keseluruhan instrumen
penelitian, baik jenis data, sumber data
atau pun alat analisisnya (Sugiyono,
2010: 2).
Secara umum, penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan prinsip-
prinsip metode penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian
yang diupayakan untuk mengamati per-
masalahan secara sistematis dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek
Fuad Hilmi dan Dede Suhana
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasihttp://www.motivasi-islami.com/
-
26
tertentu. Penelitian ini mengkaji bentuk,
aktivitas, karakteristik, perubahan, hub-
ungan, kesamaan dan perbedaannya
dengan fenomena lain. Penelitian ini me-
menuhi syarat untuk menggunakan
metode deskriptif karena sesuai untuk
menggali, mengungkapkan dan
menganalisis fenomena empirik yang
terjadi pada masa sekarang (Yaya Surya-
na, 2009: 105).
1. Teknik pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang
diperlukan, penulis menggunakan teknik
sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara adalah dialog yang
dilakukan pewawancara untuk
mengambil informasi dari terwawancara
(Suharsimi Arikunto, 2006: 155). Wa-
wancara dilaksanakan secara lisan dalam
pertemuan tatap muka secara individual.
Wawancara dilaksanakan dengan maksud
untuk mendapatkan informasi atau data
yang berhubungan dengan kondisi objek-
tif lokasi penelitian.
b. Angket
Angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat per-
tanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono:
142).
Teknik angket ini digunakan
dengan tujuan untuk menggali data ten-
tang persepsi siswa terhadap Metode Tar-
ghib - Tarhib dan data tentang motivasi
belajar pada mata pelajaran Akidah
Akhlak di MTs Cipasung. Angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
angket yang dibuat dalam bentuk pilihan
ganda. Adapun cara mengidentifikasinya
adalah berdasarkan hasil jawaban masing
-masing berupa alternatif jawaban a, b, c,
d dan e. Pengajuan item angket bersifat
positif dan negatif. Nilai angket tersebut
akan ditransformasikan ke dalam bentuk
simbol angka kuantitatif. Untuk angket
yang berorientasi positif, maka sistem
penskorannya adalah a=5, b=4, c=3, d=2,
e=1, sebaliknya item angket yang berori-
entasi negatif sistem penskorannya ada-
lah a=1, b=2, c=3, d=4, e=5.
c. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan atau studi
dokumenter merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen,
baik dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik. Dokumen-dokumen yang
dihimpun, dipilih yang sesuai dengan
PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
-
27
tujuan dan fokus masalah. Studi
kepustakaan dilakukan bertujuan untuk
menunjang dan memperkuat hasil
penelitian, penulis menggunakan teori-
teori dalam buku-buku, diktat dan lain-
lain yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini baik Variabel X
maupun Variabel Y menggunakan
analisis kuantitatif dengan perhitungan
vaiabel yang target akhirnya untuk
menguji hipotesis dan menentukan
sejauh mana hubungan kedua variabel
terebut. Secara sistematis analisis data
kuantiatif, penulis uraikan sebagai
berikut:
a. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas
instrumen penelitian dilakukan untuk
menguji kelayakan instrumen penelitian
sebagai alat pengumpul data. Uji
validitas dan reliabilitas dilakukan
terhadap objek yang berbeda dengan
objek penelitian.
1) Uji Validitas Instrumen
Menurut Sugiyono valid adalah
dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) tersebut dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Untuk menghitung
validitas instrumen penelitian, digunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat tabel skor item instrumen
penelitian
b. Menghitung nilai SX, SY, SXY,
SX2, SY2 untuk tiap item, dengan X
adalah skor item yang akan diuji
validitasnya dan Y adalah skor
total.
c. Menghitung koefisien korelasi
dengan menggunakan rumus ko-
relasi product moment :
b. Menginterpretasikan koefisien ko-
relasi hitung dengan koefisien ko-
relasi tabel pada taraf signifikansi
tertentu. Dengan ketentuan :
- Jika rhitung > rtabel maka item
instrumen penelitian dinyatakan
valid
- Jika rhitung < rtabel maka item
instrumen penelitian dinyatakan
Invalid
2) Uji Reliabilitas Instrumen
Menurut Sugiyono instrumen yang
Fuad Hilmi dan Dede Suhana
-
28
reliabel berarti instrumen yang
apabila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama,
akan menghasilkan data yang sa-
ma. Uji reliabilitas instrumen
penelitian ini menggunakan
metode belah dua (split-half meth-
od) yaitu pembelahan ganjil-genap
dengan menggunakan rumus
Spearman Brown, dengan terlebih
dahulu menentukan angka
koefisien korelasi ganjil genap
dengan rumus sebagai
berikut:
Setelah dihitung koefisien
korelasi ganjil genap ( ), maka
langkah selanjutnya menentukan
koefisien korelasi reliabilitas dengan
rumus sebagai berikut:
Jika nilai reliabilitas lebih besar
atau sama dengan 0,7 maka instrumen
penelitian dinyatakan reliabel. Se-
baliknya jika nilai reliabilitas kurang dari
0,7, maka instrumen penelitian dinya-
takan tidak reliabel.
b. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis
yang berfungsi untuk mendeskripsikan
atau memberi gambaran terhadap objek
yang diteliti melalui data sampel atau
populasi sebagaimana adanya, tanpa
membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum. Analisis deskriptif dilakukan
dengan langkah-langkah:
1) Analisis tiap indikator, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung jumlah skor yang
diperoleh dari tiap-tiap jawaban
item dan mengelompokannya
sesuai dengan yang diperoleh
dari responden
b. Menjumlahkan seluruh jawaban
item dalam tiap-tiap indikator
kemudian membaginya dengan
banyak responden
c. Menghitung jumlah skor
indikator dan membaginya
dengan jumlah seluruh item
serta banyaknya responden
secara sistematis dapat
dirumuskan:
PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
-
29
Setelah diketahui nilai rata-rata dari setiap variabel kemudian proses penafsiran dan interpretasinya sebagai berikut: - 1,00 - 1,79 = Sangat rendah
- 1,80 - 2,59 = Rendah
- 2,60 – 3,39 = Cukup atau se-
dang
- 3,40 – 4,19 = Tinggi
- 4,20 – 5,00 = Sangat tinggi
2) Penyajian Data
Penulis melakukan penyajian data
berupa tabel distribusi frekuensi
yang diperoleh melalui kuesioner
(angket). Langkah-langkahnya se-
bagai berikut:
a) Menghitung jumlah Kelas Inter-
val (K), dengan rumus:
b) Menghitung Rentang Data (R)
dengan rumus
c) Menetukan Panjang Kelas (P),
dengan rumus :
Dimana :
R = Rentang Data
K = Kelas Interval
d) Menyusun Interval Kelas
Secara teoritis penyusunan ke-
las interval dimulai dari data
yang terkecil.
3) Pengukuran gejala pusat dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menghitung mean (Me),
dengan rumus:
Dimana:
Me = Mean untuk data ber-
golong
= Jumlah data/sampel
= Produk perkalian an-
tara fi pada tiap inter-
val data dengan
tanda Kelas (xi).
tanda kelas (xi) ada-
lah rata-rata dari nilai
terendah dan tertinggi
setiap interval kelas.
b) Menghitung median (Md),
dengan rumus:
Keterangan:
Md = Median
b = Batas bawah, dimana
Fuad Hilmi dan Dede Suhana
-
30
median akan terletak
n = Banyak data/jumlah
sampel
p = Panjang kelas inter-
val
F = Jumlah semua frek-
uensi sebelum kelas median
f = Frekuensi kelas me-
dian
c) Menghitung modus, dengan
rumus :
Dimana:
Mo = Modus
b = Batas kelas interval
dengan frekuensi terban-
yak
p = Panjang kelas inter-
val
b_1 = Frekuensi pada kelas
modus (frekuensi
pada kelas interval
terbanyak) diku-
rangi frekuensi ke-
las interval terdekat
sebelumnya.
B2 = Frekuensi kelas mo-
dus dikurangi frek-
uensi kelas interval
berikutnya.
d) Menentukan kurva
e) Pengukuran variasi kelompok
Untuk mengetahui tingkat
variasi kelompok data dapat
dilakukan dengan melihat
rentang data dan standar
deviasi (SD) dengan rumus:
SD =
C. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dil-
akukan dengan menggunakan
Chi Kuadrat (χ2). Langkah-
langkah yang diperlukan adalah:
1) Menentukan rata-rata (mean)
2) Menentukan Standar Deviasi
3) Membuat Daftar Frekuensi
Observasi dan Frekuensi
Ekspektasi untuk menghitung
nilai Chi Kuadrat (χ2)
4) Menghitung z score untuk
tiap nilai nyata dari Daftar
Frekuensi Observasi dan
Frekuensi Ekspektasi
5) Menentukan luas kurva
normal dari tabel kurva
normal
6) Menentukan frekuensi ideal
PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
-
31
7) Menghitung Chi Kuadrat
dengan rumus:
χ2
8) Menghitung derajat
kebebasan (db), dengan
rumus:
db =
9) Menentukan nilai Chi
Kuadrat tabel pada taraf
signifikansi 5%
10) Interpretasi normalitas data
dengan membandingkan har-
ga Chi Kuadrat Hitung
dengan Chi Kuadrat Tabel.
Dengan ketentuan:
- Jika c2 hitung < c2 tabel
Distribusi dinyatakan
normal
- Jika c2 hitung > c2 tabel
Distribusi dinyatakan
tidak normal
d. Analisis Regresi dan Korelasi
Analisis parametis digunakan
untuk menganalisis data interval atau ra-
sio, yang diambil dari populasi yang ber-
distribusi normal.
Adapun langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
(a) Analisis Regresi, langkah-
langkahnya sebagai berikut:
(1) Menentukan persamaan re-
gresi, dengan rumus :
Dimana :
= Subjek dalam varia-
bel dependen yang dipred-
iksikan.
= Harga Y ketika harga
X = 0 (harga konstan)
= Angka Arah atau
koefisisen regresi,
yang menunjukan
angka peningkatan
ataupun penurunan
variabel dependen
yang didasarkan pada
perubahan variabel
independen. Bila (+)
arah garis naik, dan
bila (-) maka arah gar-
is turun.
= Subjek pada variabel
independen yang
mempunyai nilai ter-
tentu.
Harga a dan b dapat dicari
dengan rumus berikut:
Fuad Hilmi dan Dede Suhana
-
32
(2) Menguji Linearitas Regresi
Uji linearitas regresi mak-
sudnya adalah apakah garis
regresi antara X dan Y
membentuk garis linear atau
tidak. Langkah-langkah se-
bagai berikut:
a. Menghitung Jumlah
Kuadrat Total JK(T),
dengan rumus:
b. Menghitung Jumlah
Kuadrat koefisien a JK
(A), dengan rumus:
c. Menghitung Jumlah
Kuadrat Regresi JK(b|a),
dengan rumus:
d. Menghitung Jumlah
Kuadrat Sisa JK(S),
dengan rumus:
e. Menghitung Jumlah
Kuadrat Tuna Cocok JK
(TC), dengan rumus:
f. Menghitung Jumlah
Kuadrat Galat JK(G),
dengan rumus:
g. Menentukan nilai F tuna
cocok, dengan rumus:
F =
h. Uji Linearitas :
Ho : Regresi Linear dan
Ha : Regresi non-Linear
Statistik (F hi-
tung)
dibandingkan dengan dk
pembilang dan dk
penyebut (n – k). Untuk
menguji hipotesis nol,
tolak hipotesis regresi
linear, jika statistik F hi-
tung untuk tuna cocok
yang diperoleh lebih be-
sar dari harga F dari tabel
menggunakan taraf
kesalahan yang dipilih
dan dk yang bersesuaian.
(b) Analisis Korelasi
PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
-
33
Teknik korelasi yang digunakan
adalah Teknik Korelasi Product
Moment, langkah-langkahnya se-
bagai berikut:
(1) Menentukan Hipotesis :
Ho : Tidak ada hubungan an-
tara variabel X dan variabel Y
Ha : Terdapat hubungan anta-
ra variabel X dan variabel Y
(2) Menghitung harga Korelasi
Product Moment, dengan ru-
mus:
(3) Menetukan hargat hitung,
dengan rumus:
(4) Menghitung derajat kebebasan
(dk), dengan rumus:
dk = n – 2
(5) Pedoman untuk memberikan
interpretasi terhadap koefisien
korelasi:
})(.}{)(.{
))((.
2222
yyNxxN
yxxyNrxy
(6) Menentukan koefisien
determinasi yang besarnya
adalah kuadrat dari koefisien
korelasi
(7) Namun untuk menganalisis
data nominal dan ordinal dari
data yang berdistribusi tidak
normal, maka digunakan
rumus Spearman rank, dengan
langkah sebagai berikut:
1. Menentukan persamaan
koefisien korelasi
= 1 –
Dimana:
= Koefisien korelasi
spearman rank
2. Uji signifikan Spearman
rank, dengan rumus:
Zh =
3. Membandingkan harga t
hitung dengan harga t tabel
Kemudian harga t hitung
tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan
harga t tabel dengan
ketentuan:
a) Jika t hitung > t tabel
maka Hipotesis nol
ditolak dan Hipotesis
Interval Kelas Tingkat Hub-ungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Fuad Hilmi dan Dede Suhana
-
34
alternatif diterima
b) Jika t hitung < t tabel
maka Hipotesis nol
diterima dan
Hipotesis alternatif
ditolak
B. PEMBAHASAN
Mengetahui pengaruh metode tar-
ghib - tarhib terhadap motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran akidah akhlak
Kab Taskimalaya maka analisis yang
digunakan adalah analisis korelasi
dengan menempuh prosedur perhitungan
persamaan regresi, linieritas regresi,
koefisien korelasi, uji signifikansi ko-
relansi, serta menghitung derajat
pengaruh variabel X (metode targhib -
tarhib) terhadap variabel Y (motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran akidah
akhlak).
Perhitungan persamaan regresi
dilakukan untuk menentukan perkiraan