isi crs yg br nich
TRANSCRIPT
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 1/29
1
BAB I
PENDAHULUAN
Asfiksia merupakan penyebab kematian terbanyak yang ditemukan dalam kasus
kedokteran forensik.Asfiksia yang diakibatkan oleh karena adanya obstruksi pada saluran
pernafasan disebut asfiksia mekanik.Asfiksia jenis inilah yang paling sering dijumpai dalam
kasus tindak pidana yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Mengetahui gambaran asfiksia,
khususnya pada postmortem serta keadaan apa saja yang dapat menyebabkan asfiksia,
khususnya asfiksia mekanik mempunyai arti penting terutama dikaitkan dengan proses
penyidikan.
Dalam penyidikan untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban yang diduga
karena peristiwa tindak pidana, seorang penyidik berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Seorang dokter
sebagaimana pasal 179 KUHAP wajib memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan di bidang keahliannya demi keadilan.Untuk itu, sudah
selayaknya seorang dokter perlu mengetahui dengan seksama perihal ilmu forensik, salah
satunya asfiksia. Makalah ini secara garis besar akan membahas mengenai asfiksia, khususnya
asfiksia mekanik.
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 2/29
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kata Asphyxia berasal dari Yunani yaitu terdiri dari “a” yang berarti “tidak” dan “sphinx”
yang artinya “nadi” jadi secara harfiah, asfiksia diartikan sebagai berhentinya denyut nadi.
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernafasan, yang mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan
peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea) dengan organ tubuh mengalami kekurangan oksigen
(hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Setiap kematian sebenarnya adalah asfiksia, tetapi pada
patologi forensic, asfiksia merupakan terganggunya pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dalam tubuh. Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan terhalang
memasuki saluran pernafasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik).
2.2. Etiologi
Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut:
1. Penyebab alamiah, misalnya:
- Penyakit yang menyumbat saluran pernafasan.
- Gangguan pergerakan paru – paru.
2. Penyebab mekanik atau trauma disebut asfiksia mekanik:
- Trauma yang mengakibatkan hambatan dalam bernafas
- Sumbatan atau halangan pada saluran nafas.
3. Keracunan. Misalnya barbiturate dan narkotika
Penyebab Asfiksia Mekanik:
a. Penutupan lubang saluran nafas bagian atas:
- Pembekapan (Smothering )
- Penyumbatan (Gagging and Choking )
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 3/29
3
b. Penekanan terhadap dinding saluran pernafasan:
- Penjeratan (Strangulation)
- Pencekikan ( Manual Strangulation, throttling )
- Gantung ( Hanging )
c. Penekanan dari luar pada dinding dada (Traumatic Asphyxia)
2.3. Patofisiologi
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam dua golongan :
1. Primer (akibat langsung dari asfiksia)
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe dari asfiksia. Sel-
sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan O2. Bagian-bagian otak tertentu membutuhkan
lebih banyak O2, dengan demikian bagian tersebut lebih rentan terhadap kekurangan oksigen.
Perubahan karakteristik yang terlihat pada sel-sel serebrum, serebelum dan ganglia basalis.
Disini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sehingga pada organ tubuh
yang lain yakni jantung, paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnya perubahan akibat kekurangan
O2 langsung atau primer tidak jelas.
2. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh)
Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah dengan
mempertinggi output nya, akibatnya tekanan arteri dan vena meninggi. Karena oksigen dalam
darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja jantung maka terjadi gagal jantung dan
kematian berlangsung dengan cepat. Keadaan ini didapati pada :
a. Penutupan mulut dan hidung (pembekapan)
b. Obstruksi jalan nafas seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dan korpus
alienum dalam saluran nafas atau pada tenggelam karena cairan menghalangi udara
masuk ke paru - paru.
c. Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan (traumatic asphyxia)
d. Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat pernafasan, misalnya
pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan.
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 4/29
4
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam 4 fase,
yaitu :
1. Fase dispnoe
Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan
merangsang pusat pernafasan di medulla oblongata, sehingga amplitude dan frekuensi
pernafasan akan meningkat. Nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda -
tanda sianosis terutama pada muka dan tangan.
2. Fase konvulsi
Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat
sehingga terjadi konvulsi ( kejang ), yang mula - mula berupa kejang klonik tetap kemudian
menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul episode opistotonik. Pupil mengalami dilatasi,
denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis
pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.
3. Fase apnoe
Depresi pusat pernafasan menjadi lebih hebat, pernafasan melemah dan dapat berhenti.
Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin
dan tinja.
4. Fase akhir
Terjadi paralisis pusat pernafasan yang lengkap. Pernafasan berhenti setelah kontraksi
otomatis otot pernafasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah
pernafasan berhenti.
2.4. Tanda Kardinal Asfiksia
Selama beberapa tahun dilakukan autopsy untuk mendiagnosis kematian akibat asfiksia, telah
ditetapkan beberapa tanda klasik (Knight, 1996), yaitu:
1. Tardieu’s spot (Petechial Hemorrages)
Tardieus’s spot terjadi karena peningkatan tekanan vena secara akut yang menyebabkan
overdistensi dan rupturnya dinding prefer vena terutama pada jaringan longgar seperti
kelopak mata, bawah kulit dahi, kulit bagian belakang telinga, sirkum oral skin,
konjungtiva, dan sclera mata.
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 5/29
5
Selain itu juga bisa terdapat di permukaan jantung, paru, dan otak. Bisa juga terdapat
dilapisan visceral dari pleura, pericardium, peritoneum, timus, mukosa larding dan faring,
dan jarang pada mesenterium dan intestinum.
2. Kongesti dan Oedema
Ini merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan ptechiae. Kongesti
adalah terbendungnya pembuluh darah vena sehingga terjadi akumulasi darah dalam
organ yang mengakibatkan adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh darah. Pada
kondisi vena yang terbendung, terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intravascular
(tekanan yang mendorong darah mengalir didalam vascular oleh kerja pompa jantung)
menibulkan perembesan cairan plasma kedalam ruang insterstitium. Cairan plasma ini
akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi oedema).
3. Sianosis
Merupakan warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir yang terjadi
akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yangt idak berikatan dengan O2). Ini
tidak dapat dinyatakan sebagai anemia, harus ada minimal 5 gram hemoglobin per 100 ml
darah yang berkurang sebelum sianosis menjadi bukti, terlepas dari jumlah total
hemoglobin. Pada kebanyakan kasus forensik dengan konstriksi leher, sianosis hampir
selalu diikuti dengan kongesti pada wajah, seperti darah vena yang kandungan
hemoglobinnya berkurang setelah perfusi kepala dan leher dibendung kembali dan
menjadi lebih biru karena akumulasi darah.
4. Tetap cairnya darah
Terjadi karena peningkatan fibrinolisin paska kematian. Gambaran tentang tetap cairnya
darah yang dapat terlihat pada saat autopsi pada kematian akibat asfiksia adalah bagian
dari mitologi forensik. Pembekuan yang terdapat pada jantung dan sistem vena setelah
kematian adalah sebuah proses yang tidak pasti, seperti akhirnya pencairan bekuan
tersebut diakibatkan oleh enzim fibrinolitik. Hal ini tidak relevan dalam diagnosisasfiksia.
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 6/29
6
2.5. Tanda Khusus Asfiksia
Didapati sesuai dengan jenis asfiksia (Amir, 2007), yaitu:
1. Pada pembekapan, kelainan terdapat disekitar lobang hidung dan mulut. Dapat berupa
luka memar atau lecet. Perhatikan bagian di belakang bibir luka akibat penekanan pada
gigi, begitu pula di belakang kepala atau tengkuk akibat penekanan. Biasanya korban
anak-anak atau orang yang tidak berdaya. Bila dilakukan dengan bahan halus, kadang-
kadang sulit mendapatkan tanda-tanda kekerasan.
2. Mati tergantung. Kematian terjadi akibat tekanan di leher oleh pengaruh berat badan
sendiri. Kesannya lehernya sedikit memanjang, dengan bekas jeratan di leher. Ada garis
ludah di pinggir salah satu sudut mulut. Bila korban cukup lama tergantung, maka lebam
mayat didapati di kedua kaki dan tangan. Namun bila segera diturunkan maka lebam
mayat akan didapati pada bagian terendah tubuh. Maka korban lebuh sering pucat, karena
peristiwa kematian berlangsung cepat, tidak sempat terjadi proses pembendungan. Pada
pembukaaan kulit di daerah leher, didapati resapan darah di lokasi jeratan, demikan juga
di pangkal tenggorokan dan oesofagus. Tanda tanda pembendungan seperti pada keadaan
asfiksia yang lain juga di dapati. Yang khas disisni adalah adanya resapan darah berupa
garis yang letaknya melintang pada tunika intima dari arteri karotis interna, sejajar
dengan tekanan tali pada leher.
Tanda tanda di atas tidak didapati pada korban yang digantung setelah mati, kecuali bila
dibunuh dengan cara asfiksia. Namun tanda tanda di leher tetap menjadi petunjuk yang
baik.
2.6. Pemeriksaan Jenazah
a. Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997):
1. Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku.
2. Pembendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan tanda
klasik pada kematian akibat asfiksia.
3. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam
mayat lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam
darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir.
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 7/29
7
4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas
pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas.
Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang
kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler. Kapiler yang lebih mudah
pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya pada konjungtiva bulbi,
palpebra dan subserosa lain. Kadang-kadang dijumpai pula di kulit wajah.
5. Gambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva
bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam
pembuluh darah meningkat terutama dalam vena, venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia
dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan
pecah dan timbul bintik-bintik perdarahan yang dinamakan sebagai Tardieu’s spot.
Penulis lain mengatakan bahwa Tardieu’s spot ini timbul karena permeabilitas kapiler
yang meningkat akibat hipoksia.
b. Pada pemeriksaan dalam jenazah dapat ditemukan (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997):
1. Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat
paska kematian.
2. Busa halus di dalam saluran pernapasan.
3. Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat,
berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.
4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang
jantung belakang daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di lobus
bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama
daerah otot temporal, mukosa epiglotis dan daerah sub-glotis.
5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.
6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring langsung
atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus
vena submukosa dengan dinding tipis).
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 8/29
8
2.7. Penyebab Asfiksia Mekanik
2.7.1. Pembekapan
Pembekapan adalah penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan
udara ke paru – paru. Pembekapan menimbulkan kematian akibat asfiksia.
Cara kematian yang berkaitan dengan pembekapan dapat berupa:
1. Bunuh diri (Suicide). Bunuh diri dengan cara pemebekapan masih mungkin terjadi
misalnya pada penderita penyakit jiwa, orang tahanan dengan menggunakan gulungan
kasur, bantal, pakaian, yang diikatkan menutupi hidung dan mulut.
2. Kecelakaan ( Accidental Smothering ). Kecelakaan dapat terjadi, misalnya pada bayi
dalam bulan - bulan pertama kehidupannya, terutama bila hidung dan mulut tertutup oleh
bantal atau selimut. Anak – anak atau dewasa muda yang terkurung dalam suatu tempat
yang sempit dengan sedikit udara, misalnya terbekap atau dalam kantung plastic. Orang
dewasa yang terjatuh waktu bekerja atau pada penderita epilepsi yang mendapat serangan
dan terjatuh sehingga mulut dan hidung tertutup dengan pasir dan sebagainya.
3. Pembunuhan ( Homicidal Smothering ). Biasanya terjadi pada kasus pembunuhan anak
sendiri. Pada orang dewasa hanya terjadi pada orang yang tidak berdaya seperti orang
tua, orang sakit berat, orang dalam pengaruh obat atau minuman keras.
Pemeriksaan Jenazah
Bila pembekapan terjadi oleh benda benda lunak, maka pada pemeriksaan luar dari jenazah
tidak ditemukan tanda- tanda kekerasan. Tanda - tanda kekerasan tergantung dari jenis benda
yang di gunakan dan kekuatan menekan. Kekerasan yang mungkin terdapat adalah:
a. Luka lecet, luka lecet bekas kuku, luka memar pada ujung hidung, bibir, pipi, dan dagu
yaitu berupa luka lecet tekan atau geser akibat korban melawan.
b. Pada bagian dalam bibir ( akibat gigi ) gusi dan lidah dapat terjadi luka memar atau lecet
c. Pada bagain belakang korban mungkin juga didapatkan tanda tanda kekerasan berupa
luka memar atau lecet akibat gesekan.
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 11/29
11
2.7.4 Penjeratan (strangulation)
Terjadi akibat penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, kawat, kabel dan lain
lain. Berikut ini sebab kematian pada kasus penjeratan:
a. Asfiksia
b. Iskemia
c. Vaso vagal reflex, perangsangan reseptor pada carotid body.
Jerat
Jerat masih dapat ditemukan melingkari leher saat korban ditemukan dan jerat harus
disimpan untuk bahan bukti. Simpul jerat ada dua macam: simpul hidup dan simpul mati.
Jejas jerat
Jejas jerat ditemukan mendatar dan melingkari leher dan letaknya lebih rendah
dibandingkan jejas jerat pada kasus bunuh diri. Keadaan jejas jerat pada leher sangat bervariasi
bila jerat yang dipakai lunak dan lebar seperti handuk, kain dan lain lain, jejas akibat jerat ini
dapat tidak ditemukan dan pada otot – otot leher sebelah dalam sedikit ditemukan memar
jaringan. Bila jerat kasar seperti tali, dan tali bergesek – gesek pada waktu korban melawan,
maka jejas jerat tampak jelas di kulit berupa kulit yang mencekung berwarna cokelat, perabaan
seperti kertas perkamen, tali yang kasar menyebabkan luka – luka lecet yang hebat dengan
disertai perdarahan. Pada otot – otot sebelah dalam terdapat banyak resapan darah.
Cara kematian:
1. Bunuh diri
- Jarang dan menyulitkan diagnosis
- Pengikatan dilakukan sendiri oleh korban
- Simpul hidup
2. Pembunuhan
- Ikatan biasanya dengan simpul mati
- Sering terlihat bekas luka pada leher
3. Kecelakaan
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 12/29
12
- Orang bekerja dengan menggunakan selendang yang dililitkan pada leher, salah satu
ujungnya masuk mesin.
2.7.5 Gantung (Hanging)
Mati gantung (hanging ) merupakan suatu bentuk kematian akibat pencekikan dengan alat jerat,
di mana gaya yang bekerja pada leher berasal dari hambatan gravitasi dari berat tubuh atau
bagian tubuh (Knight, 1996).
Ada 6 penyebab kematian pada penggantungan (Modi,1988), yaitu:
a. Asfiksia
Merupakan penyebab kematian yang tersering. Alat penjerat biasanya berada di atas tulang
rawan tiroid yang menyebabkan penekanan pada leher, sehingga saluran pernafasan menjadi
tersumbat.
b. Kongesti Vena
Disebabkan oleh lilitan tali pengikat pada leher sehingga terjadi penekanan pada vena
jugularis oleh alat penjerat sehingga sirkulasi serebral menjadi terhambat.
c. Kombinasi Asfiksia dan Kongesti Vena
Merupakan penyebab kematian yang paling umum, seperi pada kebanyakan kasus dimana
saluran napas tidak seluruhnya dihalangi oleh penjerat yang berada di sekitar leher.
d. Iskemik Otak (anoxia)
Disebabkan oleh penekanan pada arteri besar di leher yang berperan dalam menyuplai darah
ke otak, umunya pada arteri karotis dan arteri vertebralis.
e. Syok Vagal
Menyebabkan serangan jantung mendadak karena terjadinya hambatan pada refleks vaso-
vagal secara tiba-tiba, hal ini terjadi karena adanya tekanan pada saraf vagus atau sinus
karotid.
f. Fraktur atau Dislokasi dari Verterbra Servikal 2 dan 3
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 13/29
13
Biasanya terjadi pada kasus judicial hanging , hentakan yang tiba-tiba pada ketinggian 1-2 m
oleh berat badan korban dapat menyebabkan fraktur dan dislokasi dari vertebra servikalis
yang selanjutnya dapat menekan atau merobek spinal cord sehingga terjadi kematian yang
tiba-tiba.
Jenis Penggantungan
a. Dari letak tubuh ke lantai dapat dibedakan menjadi 2 tipe (Amir, 2008), yaitu:
1. Tergantung Total (complete), dimana tubuh seluruhnya tergantung di atas lantai.
2. Setengah Tergantung ( partial ), dimana tidak seluruh bagian tubuh tergantung,
misalnya pada posisi duduk, bertumpu pada kedua lutut, dalam posisi telungkup dan
posisi lain.
b. Dari letak jeratan dibedakan menjadi 2 tipe (Amir, 2008), yaitu:
1. Tipikal, dimana letak simpul di belakang leher, jeratan berjalan simetris di samping
leher dan di bagian depan leher di atas jakun. Tekanan pada saluran nafas dan arteri
karotis paling besar pada tipe ini.
2. Atipikal, bila letak simpul di samping, sehingga leher dalam posisi sangat miring
(fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan arteri
vetebralis. Saat arteri terhambat, korban segera tidak sadar.
Pemeriksaan Jenazah
a. Pemeriksaan Luar
Pada pemeriksaan luar penting diperiksa bekas jeratan di leher (Amir,2008), yaitu:
1. Bekas jeratan (ligature mark ) berparit, bentuk oblik seperti V terbalik, tidak
bersambung, terletak di bagian atas leher, berwarna kecoklatan, kering seperti kertas
perkamen, kadang-kadang disertai luka lecet dan vesikel kecil di pinggir jeratan. Bila
lama tergantung, di bagian atas jeratan warna kulit akan terlihat lebih gelap karena
adanya lebam mayat.
2. Kita dapat memastikan letak simpul dengan menelusuri jejas jeratan. Simpul terletak
di bagian yang tidak ada jejas jeratan, kadang di dapati juga jejas tekanan simpul di kulit.
Bila bahan penggantung kecil dan keras (seperti kawat), maka jejas jeratan tampak
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 14/29
14
dalam, sebaliknya bila bahan lembut dan lebar (seperti selendang), maka jejas jeratan
tidak begitu jelas.
3. Leher bisa didapati sedikit memanjang karena lama tergantung, bila segera diturunkan
tanda memanjang ini tidak ada. Muka pucat atau bisa sembab, bintik perdarahan
Tardieu’s spot tidak begitu jelas, lidah terjulur dan kadang tergigit, tetesan saliva
dipinggir salah satu sudut mulut, sianose, kadang-kadang ada tetesan urin, feses dan
sperma.
4. Bila korban lama diturunkan dari gantungan, lebam mayat didapati di kaki dan tangan
bagian bawah. Bila segera diturunkan, lebam mayat bisa di dapati di bagian depan atau
belakng tubuh sesuai dengan letak tubuh sesudah diturunkan. Kadang penis tampak
ereksi akibat terkumpulnya darah.
b. Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam perlu diperhatikan (Amir, 2008):
1. Jaringan otot setentang jeratan didapati hematom, saluran pernafasan congested ,
demikian juga paru- paru dan organ dalam lainnya. Terdapat Tardieu’s spot di permukaan
paru-paru, jantung dan otak. Darah berwarna gelap dan encer
2. Patah tulang lidah (os hyoid ) sering didapati, sedangkan tulang rawan yang lain jarang
3. Didapati adanya robekan melintang berupa garis berwarna merah (red line) pada
tunika intima dari arteri karotis interna.
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 15/29
15
Alat Penjerat; Pemeriksaan Korban
Pembunuhan Bunuh Diri
Alat Penjerat:
3 Simpul
4 Lilitan
5 Arah
6 Jarak titik tumpu dan
simpul
7 Mati
8 Hanya sekali
9 Mendatar
10 Pendek
11 Hidup
12 Berulang Kali
13 Serong ke atas
14 Jauh
Korban:
15 Jejas Jerat
16 Luka perlawanan
17 Luka – luka lain
18 Jarak dengan lantai
19 Berjalan mendatar
20 Ada
21 Ada (sering pada
leher)
22 Jauh
23 Meninggi di bagian
simpul
24 Tidak ada
25 Biasanya tidak ada
26 Dekat
Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Pembunuhan Bunuh Diri
Lokasi Variabel Tersembunyi
Kondisi Tak teratur Teratur
Pakaian Tak teratur (robek) 15apid an baik
Alat Berasal dari
pembunuh
Alat yang ada di
TKP
Surat Peninggalan Tidak Ada Ada
Ruangan Tak teratur; terkuncidi luar
Terkunci dari dalam
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 16/29
16
BAB II
LAPORAN KASUS
Padang, 25 Agustus 2012
PROJUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Yang bertanda tangan di bawah ini, dr. Rika Susanti, dokter
spesialis forensik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M.Djamil
Padang, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari KepalaKepolisian Sektor Koto Baru , tertanggal Agustus tahun dua ribu
dua belas dengan nomor R/ 02/ VIII/ 2012 /Polsek, maka pada
tanggal dua puluh lima Agustus dua ribu dua belas pukul tujuh
lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia Bagian Barat bertempat di
Bagian Forensik Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang,
telah dilakukan pemeriksaaan luar dan dalam atas jenazah dengan
keterangan sebagai berikut :-----------------------------------
Nama : Suwarni.----------------------------------
Jenis kelamin : Perempuan.--------------------------------
Umur : + 45 tahun. ------------------------------
Agama : Islam.------------------------------------
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga. ------------------------
Alamat : Jorong Banjar Makmur Nagari Sungai Langkok
Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya.-----
HASIL PEMERIKSAAN:----------------------------------------------
1. Label : tidak ada.-----------------------------------------
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 17/29
17
2. Tutup / bungkus mayat :------------------------------------
a. Mayat berada didalam sebuah kantong jenazah berwarna
kuning dengan tulisan Departemen Kesehatan RI, ukuran dua
ratus lima belas sentimeter kali sembilan puluh tujuh
sentimeter.---------------------------------------------
b. Penutup pertama sehelai kain panjang berwarna cokelat
berbahan katun dengan motif batik cokelat dengan bunga
merah hijau, ukuran dua ratus dua puluh delapan sentimeter
kali seratus sentimeter dan terdapat noda darah.----------
3. Perhiasan mayat :tidak ada.---------------------------------4. Pakaiaan mayat :--------------------------------------------
a. Satu buah baju lengan panjang berbahan katun, berwarna
abu-abu bermotif bunga – bunga bordir berwarna abu-abu ,
terdapat saku pada bagian samping bawah kiri dan kanan
yang kosong, ukuran baju L, merk baju tidak ada, pada
punggung baju terdapat tanah yang menempel.---------------
b. Pakaian dalam (bra) berwarna merah salam , bahan kaos,
ukuran nomor tiga puluh delapan dan merek sport lutty.----
5. Benda di samping mayat: ------------------------------------a. Satu buah jilbab sorong, bahan kaos, warna coklat, motif
bunga pada bagian depan, ukuran dan merk tidak ada.------
b. Satu buah anak jilbab, bahan kaos, warna hitam, merek danukuran tidak ada.----------------------------------------
6. Kaku mayat: kaku mayat terdapat pada kedua siku dan kedua
lutut ,mudah dilawan. Pada jari dan pergelangan kaki serta
jari tangan kaku mayat sulit dilawan--------------------------
Lebam mayat: terdapat pada daerah punggung, berwarna merah
keunguan, tidak hilang pada penekanan.----------------------
7. Mayat adalah seorang perempuan, berumur antara empat puluh
tahun sampai empat puluh lima tahun, ras mongoloid, kulit
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 20/29
20
- dua sentimeter dari GPD, sepuluh sentimeter di bawah
liang telinga kiri, berukuran dua belas sentimeter kali
satu sentimeter.----------------------------------------
- lima sentimeter dari GPD, satu koma lima sentimeter daripuncak bahu kiri, berukuran lima sentimeter kali dua
sentimeter.---------------------------------------------
- tujuh sentimeter dari GPD, hingga puncak bahu kiri,
berukuran Sembilan sentimeter kali satu sentimeter.------
- sebelas sentimeter dari GPD, hingga puncak bahu kiri,
berukuran enam sentimeter nol koma lima sentimeter.-------
d. Pada lengan kiri bagian bawah sisi luar, tujuh
sentimeter dari lipat siku, terdapat beberapa luka lecet
dengan tepi tidak rata. Ukuran terbesar tiga sentimeter
kali tiga sentimeter dan ukuran terkecil satu millimeter
kali satu milimeter. Meliputi area seluas dua puluh
sentimeter kali enam sentimeter. -------------------------
e. Pada punggung bawah, tepat pada garis pertengahanbelakang, dua puluh sentimeter di atas lipat bokong,
terdapat beberapa luka lecet dengan tepi tidak rata dengan
ukuran terbesar satu koma lima sentimeter kali satu koma
lima sentimeter dan ukuran terkecil nol koma lima
sentimeter kali nol koma dua sentimeter. Meliputi area
seluas tiga belas sentimeter kali lima sentimeter.--------
f. Pada pinggang belakang sebelah kanan, tiga sentimeterdari garis pertengahan belakang, tiga belas koma lima
sentimeter dari lipat bokong, terdapat beberapa luka lecet
dengan tepi tidak rata, dengan ukuran terbesar empat
sentimeter kali satu sentimeter dan ukuran terkecil nol
koma satu sentimeter kali nol koma satu sentimeter.
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 21/29
21
Meliputi area seluas enam belas sentimeter kali empat
sentimeter.----------------------------------------------
g. Tepat pada lipat lutut kiri, terdapat beberapa luka
lecet dengan tepi tidak rata. Ukuran terbesar enamsentimeter kali dua sentimeter dan ukuran terkecil nol
koma satu sentimeter nol koma satu sentimeter. Meliputi
area seluas sembilan sentimeter kali tujuh sentimeter.----
h. Tepat pada lipat lutut kanan sampai tungkai bawah dua
puluh satu sentimeter dari pergelangan kaki, terdapat
beberapa luka lecet dengan dengan tepi tidak rata. Ukuran
terbesar tujuh sentimeter kali dua koma lima sentimeterdan ukuran terkecil satu sentimeter kali satu sentimeter.
Meliputi area seluas dua belas sentimeter kali enam
sentimeter.---------------------------------------------
i. Pada tungkai bawah kanan sisi luar, dua puluh sentimeter
dari pergelangan kaki, terdapat beberapa luka lecet dengan
tepi tidak rata. Ukuran terbesar tujuh sentimeter kali
empat sentimeter dan ukuran terkecil nol koma limasentimeter kali nol koma tiga sentimeter. Meliputi area
seluas sembilan belas sentimeter kali empat sentimeter.---
j. Pada tungkai kiri bawah sisi luar, dua sentimeter dari
pergelangan kaki, terdapat beberapa luka lecet dengan tepi
tidak rata. Ukuran terbesar satu koma lima sentimeter kali
nol koma delapan sentimeter dan ukuran terkecil nol koma
tiga sentimeter kali nol koma tiga sentimeter. Meliputiarea seluas delapan sentimeter kali enam sentimeter.-----
k. Pada tungkai kanan bawah sisi luar, empat sentimeter
dari pergelangan kaki, terdapat dua luka lecet dengan tepi
tidak rata. Dengan ukuran masing - masing satu koma lima
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 22/29
22
sentimeter kali satu sentimeter dan satu koma lima
sentimeter kali satu sentimeter. Meliputi area seluas tiga
sentimeter kali dua sentimeter.-------------------------
l. Tepat pada pergelangan kaki kanan sisi luar terdapatluka lecet dengan tepi tidak rata. Ukuran satu koma lima
sentimeter kali satu koma lima sentimeter.----------------
15. Patah tulang : Tidak ada.---------------------------------
16. Lain-lain :-----------------------------------------------
a. Kain kasa berwarna putih, ukuran lima puluh kali delapansentimeter sebagai pengikat ibu kaki.--------------------
b. Kain kasa berwarna putih, ukuran enam puluh tujuhsentimeter kali enam sentimeter sebagai pengikat
pergelangan tangan.---------------------------------------
c. Kain kasa berwarna putih, ukuran lima puluh enam
sentimeter kali enam sentimeter sebagai pengikat
pergelangan kaki.-----------------------------------------
II. Pemeriksaan dalam (bedah jenazah)---------------------------
15. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna
kuning kecoklatan, tebal daerah dada dua puluh millimeter,
dan daerah perut lima puluh millimeter. Otot - otot
berwarna merah tua dan cukup tebal. ----------------------
16. Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi sela iga ke lima
dan yang kiri setinggi sela iga ke enam.-------------------
17. Tulang dada utuh dan iga– iga utuh.-----------------------
18. Dalam rongga dada kanan dan kiri tidak terdapat apa – apa.
Kandung jantung tampak empat jari diantara kedua paru
berisi cairan berwarna kekuningan sebanyak dua ratus
sentimeter kubik.-----------------------------------------
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 23/29
23
19. Jaringan ikat bawah kulit daerah leher dan otot leher tidak
ada kelainan.----------------------------------------------
20. Selaput dinding perut tampak licin warna kelabu. Otot
dinding perut berwarna merah tua. Dalam rongga perut tidak
terdapat darah maupun cairan.------------------------------
21. Lidah berwarna kelabu, perabaan kenyal, tidak terdapat
bekas tergigit maupun resapan darah. Kelenjar gondok
berwarna coklat merah, tidak membesar dan penampangnya
tidak menunjukkan kelainan, berat dua puluh gram.---------
22. Batang tenggorok dan cabangnya kosong. Selaput lendirnya
berwarna kemerahan dan terdapat bintik – bintik perdarahan
di bagian depan.-------------------------------------------
23. Kerongkongan kosong, selaput lendirnya berwarna kemerahan
dan tidak ada bintik perdarahan.---------------------------
24. Jantung tampak sebesar satu kali tinju kanan mayat,
berwarna merah keunguan, perabaan kenyal, terdapat bintik
perdarahan. Ukuran lingkaran katub serambi kanan sepuluh
sentimeter, kiri sembilan sentimeter, pembuluh nadi paru
enam sentimeter dan batang nadi enam koma dua sentimeter.
Tebal otot bilik kanan empat millimeter dab kiri dua belas
millimeter. Pembuluh nadi jantung tidak tersumbat. Sekat
jantung tidak ada kelainan, berat dua ratus lima puluh
gram.------------------------------------------------------
25. Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna merah
kehitaman, perabaan seperti spons, penampang berwarna merah
kehitaman, pada irisan keluar sedikit darah dan busa, berat
empat ratus dua puluh gram.-------------------------------
Paru kiri terdiri atas dua baga, berwarna merah kehitaman,
perabaan seperti spons, penampang berwarna merah kehitaman,
pada irisan keluar sedikit darah dan busa, berat tiga ratus
sembilan puluh gram.--------------------------------------
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 24/29
24
26. Limpa berwarna merah tua, permukaan licin, perabaan kenyal
padat, penampang berwarna merah tua, gambaran limpa pada
penekanan keluar cairan merah kehitaman, berat seratus
gram.-----------------------------------------------------
27. Hati berwarna merah tua, permukaan rata, tepi tajam,
perabaan kenyal padat, penampang berwarna merah kehitaman,
gambaran hati tampak jelas, berat seribu tiga ratus gram. —
28. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat. Selaput
lendirnya berwarna hijau seperti beludru. Saluran empedu
menunjukkan penyumbatan oleh batu sebesar kelereng berwarna
hijau kehitaman.-------------------------------------------
29. Kelenjar liur perut berwarna putih kekuningan, permukaan
berbaga-baga dan penampangnya berwarna kekuningan, gambaran
kelenjar tidak menunjukkan kelainan, berat delapan puluh
lima gram.------------------------------------------------
30. Lambung berisi cairan berwarna merah kehitaman. Selaput
lendirnya berwarna coklat dan menunjukkan lipatan yang
biasa, tidak terdapat kelainan.----------------------------
Usus dua belas jari, usus halus, dan usus besar tidak
menunjukkan kelainan.--------------------------------------
31. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapesium, berwarna
kekuningan, penampang berwarna kekuningan, berat tidak
ditimabang.------------------------------------------------
Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk bulan sabit, berwarna
kekuningan, penampang berwarna kekuningan, berat tidak
ditimbang.-------------------------------------------------
32. Ginjal kanan simpai lemak tipis, simpai ginjal tampak rata
dan licin, permukaan ginjal licin tidak terdapat
perdarahan, berwarna merah kehitaman, penampang berwarna
merah kehitaman, gambaran ginjal jelas, piala ginjal
terdapat perdarahan, berat seratus sepuluh gram.-----------
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 25/29
25
Ginjal kiri simpai lemak tipis, simpai ginjal tampak rata
dan licin, permukaan ginjal licin tidak terdapat
perdarahan, berwarna merah kehitaman, penampang berwarna
merah kehitaman, gambaran ginjal jelas, piala ginjal
terdapat perdarahan, berat seratus sepuluh gram.-----------
33. Kandung kemih berisi cairan berwarna kekuningan dan selaput
lendirnya seperti beludru , tidak menunjukkan kelainan.---
34. Indung telur kanan berukuran lima sentimeter kali tigs
sentimeter dan indung telur kiri berukuran lima sentimeter
kali tiga sentimeter, tidak terdapat kelainan.------------
Rahim berukuran tujuh sentimeter kali enam sentimeter kali
satu koma lima sentimeter, tidak ada selaput dara dan isi
tidak ada. Berat rahim dan indung telur Sembilan pulh lima
gram.------------------------------------------------------
35. Kulit kepala bagian dalam tidak terdapat tanda – tanda
kekerasan. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak utuh.
Selaput lunak otak utuh. Permukaan otak besar menunjukkan
gambaran lekuk otak yang biasa, tidak terdapat perdarahan.
Penampang otak besar tidak menunjukkan kelainan. Otak
kecil, batang otak, dan bilik otak tidak menunjukkan
perdarahan baik pada permukaan maupun penampangnya, berat
seribu seratus gram.--------------------------------------
36. Pemeriksaan Laboratorium :
- Histologi Forensik.-------------------------------------
Pada pemeriksaan swab vagina tidak ditemukan cairan mani
dan sel – sel sperma.---------------------------------
Kesimpulan:-----------------------------------------------------
Pada pemeriksaan mayat perempuan berusia kurang lebih empat
puluh sampai empat puluh lima tahun, ras mongoloid. Pada
pemeriksaan luar ditemukan luka lecet di leher, puncak hidung
kanan, lengan bawah kiri, punggung bawah, pinggang belakang
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 26/29
26
sebelah kanan, lipat lutut kiri dan kanan, tungkai bawah kanan,
dan pergelangan kaki kanan akibat kekerasan tumpul.-------------
Pada pemeriksaan dalam organ ditemukan tanda – tanda mati
lemas.----------------------------------------------------------
Penyebab kematian pada korban adalah kekerasan tumpul pada leher
yang menybabkab mati lemas.------------------------------------
Perkiraan saat kematian dua belas jam sampai dua puluh empat jam
sebelum pemeriksaan.-------------------------------------------
Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan sebenarnya
dengan menggunakan keilmuan yang sebaik– baiknya, mengingat
sumpah sesuai dengan Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana.--
Padang, 25 Agustus 2012
a.n. Dirut RSUP DR. M. Djamil Padang
Dokter yang memeriksa,
Dr.Rika Susanti, Sp.F
NIP.19760731200212200
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 27/29
27
BAB IV
DISKUSI
Tanda – tanda kematian yang ditemukan pada korban ini adalah :
1. Lebam mayat (livor mortis)
Pada korban ini ditemukan lebam mayat pada bagian punggung yang tidak hilang dengan
penekanan, menandakan bahwa perkiraan waktu kematian korban lebih dari 12 jam pada
saat pemeriksaan. Lebam ini berwarna merah keunguan gelap yang sesuai dengan kasus
asfiksia.
2. Kaku mayat (rigor mortis)
Kaku mayat terdapat pada kedua siku dan kedua lutut ,mudah dilawan, sedangkan pada
jari dan pergelangan kaki serta jari tangan, kaku mayat sulit dilawan. Hal ini
menunjukkan perkiraan saat kematian lebih dari 24 jam pada saat pemeriksaan.
3. Kekeruhan pada kornea
Kornea mata korban terlihat keruh yang terjadi 10 – 12 jam pasca kematian.
Pada pemeriksaan luar jenazah, didapati tanda – tanda yang berkaitan dengan kasus asfiksia,
yaitu :
1. Ditemukan sianosis pada kuku korban. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar oksigen
dan peningkatan karbondioksida pada fase dispnea.
2. Tampak tanda – tanda pembendungan di wajah dan leher korban yang diakibatkan oleh
terhambatnya aliran darah pad pembuluh - pembuluh darah leher.
3. Tanda pembendungan pada mata terlihat dengan merahnya selaput bola mata korban
yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah konjungtiva.
Dari pemeriksaan luar ditemukan jejas (luka lecet) yang mengarah pada kasus penjeratan,yaitu luka lecet pada leher yang mengarah dari leher depan ke samping kanan dan kiri sebatas
telinga. Pada bagian depan letak luka lecet tepat pada rawan jakun, hal ini membedakan dengan
kasus gantung dimana letak jejas biasanya berada di atas rawan jakun. Jejas ini menghilang di
kedua sisi leher sejajar telinga yang menandakan bahwa pada kasus ini tidak terdapat simpul
pada jerat.
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 28/29
28
Pada pemeriksaan dalam, ditemukan tanda asfiksia yaitu adanyan bercak perdarahan pada
trakea, jantung, ginjal yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah kapiler.
Dari semua temuan pada korban, baik pada pemerikasaan luar maunpun dalam, sebab
kematian korban sesuai dengan kasus asfiksia mekanik yang disebabkan oleh penjeratan.
8/13/2019 ISI CRS yg br nich
http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 29/29
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, Arif Dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 1997
Shkrum, Michael J et all. Forensic Pathology of Trauma: Common Problems for the Pathologist .
New Jersey: Humana Press. 2007
Gani, Husni M. Catatan Materi Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik Bagian Kedua. Padang: Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 1996
Shepherd, Richard. Simpsons’s Forensic Medicine; 12th
Edition. London: Arnold, a member of
the Hodder Headline Group. 2003