isi - copy.doc

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang pendidikan di Indonesia tentu tidak lepas dengan adanya kurikulum, dari kurikulum 1968 sampai yang paling baru yakni kurikulum 2013 yang mengalami perubahan-perubahan. Berkaitan degan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter(competency and character based curriculum), yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Hal tersebut penting, guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur, serta adaptif terhadap berbagai perubahan. Kurikulum berbasis karakter dan kompetensi diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan, dengan mempersiapkan peserta didik, melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien, dan berhasil guna. Oleh karena itu, merupakan langkah yang positif ketika pemerintah (Mendikbud) 17

Upload: arief-fizz

Post on 26-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: isi - Copy.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang pendidikan di Indonesia tentu tidak lepas dengan

adanya kurikulum, dari kurikulum 1968 sampai yang paling baru yakni

kurikulum 2013 yang mengalami perubahan-perubahan. Berkaitan degan

perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya

diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis

karakter(competency and character based curriculum), yang dapat membekali

peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan

tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Hal tersebut penting,

guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan

masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur, serta adaptif terhadap berbagai

perubahan. Kurikulum berbasis karakter dan kompetensi diharapkan mampu

memecahkan berbagai persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan,

dengan mempersiapkan peserta didik, melalui perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien, dan berhasil guna.

Oleh karena itu, merupakan langkah yang positif ketika pemerintah

(Mendikbud) merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan

jenjang pendidikan, termasuk dalam pengembangan Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada

tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya.1

Untuk mencapai tujuan mulia dari pembelajaran tersebut, maka para

pengembang kurikulum terus berbenah dan melakukan evaluasi terhadap

kurikulum yang diberlakukan. Sebagaimana yang akan dibahas di mkalah ini,

kurikulum 2013 merupakan hasil pengembangan dari Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan. Kurikulum ini bertujuan tidak lain untuk lebih

1 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: Rosda Karya, 2014), Hlm. 6-7

17

Page 2: isi - Copy.doc

2

memperbaiki lagi kualitas pendidikan yang ada saat ini. Akan tetapi seiring

berjalannya waktu, ditemukan beberapa problematika tentang implementasi

kurikulum 2013 yang akan kami bahas pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat di tarik pertanyaan.

1. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum 2013?

2. Bagaimana implementasi Kurikulum 2013?

3. Mengapa terjadi beberapa problematika pada implementasi Kurikulum

2013?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui serta memahami maksud dari Kurikulum 2013.

2. Untuk mengetahui implementasi Kurikulum 2013.

3. Untuk mengetahui problematika pada implementasi Kurikulum 2013.

Page 3: isi - Copy.doc

17

Page 4: isi - Copy.doc

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Kurikulum 2013

Dalam kamus besar bahasa indonesia kurikulum berarti perangkat

mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan atau perangkat mata

kuliah mengenai bidang keahlian khusus.2 Dalam Undang-Undang

SISDIKNAS tahun 2003 kurikulum berarti seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai pendidikan tertentu.3

Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna

mencapai tujuan pendidikan. Apa yang direncanakan biasanya bersifat idea,

suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk.4

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah

digagas dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi

belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Rumusannya

berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda dengan kurikulum berbasis

materi, sehingga sangat dimungkinkan terjadi perbedaan persepsi tentang

bagaimana kurikulum seharusnya dirancang.5

2 Sutan Rajasa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Mitra Cendikia, 2003), Hlm. 2703 UU R.I. nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas (bandung: Citraumbara, 2012), cet ke IV Hlm. 44 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Hlm. 8 5 M. Nuh, Kurikulum 2013, diakses dari http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-kurikulum2013 pada tanggal 26 september 2014 pukul 08:17 WIB

17

Page 5: isi - Copy.doc

4

B. Implementasi Kurikulum 2013

Pendidikan karaketer kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan

mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi

pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang,

sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.

Melalui implementasi kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan

sekaligus berbasis karakter, dengan secara mandiri meningkatkan dan

menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta

mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud

dalam prilaku sehari-hari.6

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep,

kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga

membentuk dampak, baik berupa perbuahan pengetahuan,

keterampilan, maupun nilai sikap.7

Dengan demikian, implementasi kurikulum adalah penerapan

atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam

tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pealaksanaan

dengan pengelolaan, sambil sementara dilaksanakan penyesuaian

terhadap ortuasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik

perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.8

Dalam implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter

dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang

studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang

6 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: Rosda Karya, 2014), Hlm. 77 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), Hlm 2378 Ibid., Hlm. 238

Page 6: isi - Copy.doc

5

berkaitan degan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi yang

perlu dikembangkan, dieksplisit, dihubungkan dengan konteks

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai, dan

pembentukan karaktertidak hanya dilakukan pada tataran kognitif,

tetapi menyentuh internalisasi, dan pengalaman nyata dalam

kehidupan sehari-hari.9

C. Problematika Kurikulum 2013

Di satu sisi, perubahan kurikulum merupakan tuntutan, namun di sisi

lain, perubahan kurikulum juga membutuhkan kesiapan dalam banyak aspek,

seperti masalah kemampuan guru, buku pelajaran baru, mekanisme

pembelajaran, dan lain sebagainya.10 

Menurut Mendikbud, perubahan buku pelajaran merupakan

konsekuensi perubahan kurikulum. Namun yang penting adalah: 1) Buku

tidak dibebankan kepada siswa/orang tua; 2) Pengadaan buku harus

transparan. Buku master disiapkan oleh Pemerintah, lalu ditenderkan secara

terbuka. Siapapun bisa mengawasi, dan dana bisa dari alokasi khusus (DAK)

atau anggaran Kemendikbud sendiri.11 

Kurikulum 2013 mengutamakan kepentingan agar siswa menguasai 

teknologi. Hal ini didasari perkembangan dunia, kemajuan teknologi

informasi, masalah lingkungan hidup, serta kebangkitan industri kreatif dan

budaya. Kurikulum 2013 diharapkan mampu menghasilkan generasi emas

yang mempunyai sifat produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Target

kurikulum ini agar siswa mampu mengamati, menyimak, melihat, membaca,

mendengar, bertanya, bernalar, mencoba, dan mengkomunikasikannya.

9 E. Mulayasa, Op. Cit., Hlm. 710 Harti Retnaningsih, “Masalah Kurikulum Baru 2013”, Info Singkat Kesejahteraan Sosial, Vol. IV, No. 24/II/P3DI/Desember/2012. Hlm. 1011 Ibid., Hlm. 10-11.

Page 7: isi - Copy.doc

6

Kurikulum 2013 berisi basis kompetensi dengan pemikiran kompetensi

berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam hal ini guru dituntut

banyak mencari tahu agar siswa bisa dengan mudah mencari informasi dengan

bebas melalui perkembangan teknologi. Selain itu, siswa juga didorong

memiliki tanggung jawab lingkungan, kemampuan berkomunikasi, serta

kemampuan berfikir kritis agar terbentuk generasi yang  produktif, kreatif,

inovatif, dan afektif. Kurikulum baru akan berdampak pada tuntutan

kompetensi guru, di mana guru dituntut memiliki kemampuan yang relevan

dengan karakteristik kurikulum. Karenanya, diharapkan Uji Kompetensi Guru

(UKG) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pekerjaanya.

Meningkatnya kemampuan guru, diharapkan dapat mendukung pelaksanaan

Kurikulum 2013.12 

Menurut Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Musliar Kasim, 

perubahan kurikulum tidak akan berjalan baik tanpa didukung guru yang

mumpuni. Untuk itu, UKG dilakukan sebelum kurikulum baru selesai dibahas.

Selain untuk memetakan kemampuan dan kualitas guru, UKG juga

bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi guru mata pelajaran sekaligus

pengajarannya. Dengan begitu, guru dapat mengukur kemampuannya dalam

mengajar dan penguasaan materi.Rencana implementasi Teknologi Informasi

dan Komputer (TIK) pada semua mata pelajaran di SMP pada kurikulum

2013, dinilai akan terkendala pada masalah fasilitas. Pasalnya sampai saat ini

masih banyak sekolah yang belum memiliki perangkat TIK secara lengkap.13

Ada beberapa faktor yang mengakibatkan lemahnya kurikulum 2013,14

yakni:

1. Rendahnya Kesadaran Guru sebagai Pendidik

12 Ibid., Hlm. 11.13 Ibid., Hlm. 11.14 Dicko Zenid, Kelemahan Kurikulum 2013, diakses pada http://dickozenid.blogspot.com/2013/05/ kelamahan-kurikulum-2013.html pada tanggal 23 september 2014 pukul 11:50 WIB

Page 8: isi - Copy.doc

7

Rendahnya kesadaran guru meliputi rendahnya kualitas guru,

kurangnya kesiapan guru mengajar, kepekaan guru dalam menanggapi

hal-hal baru termasuk implementasi proses pembelajaran yang sering

terabaikan oleh guru, karena pada realitanya banyak guru yang mengajar

hanya sekedar mengajar tidak ada timbale balik apa-apa antara

pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku serta kreativitas peserta didik

terkait pelajaran yang sedang dipelajari. Pada dasarnya guru belum siap

melaksanakan kurikulum 2013.

Seorang guru seharusnya menjadi promotor untuk mengembangkan

pemikiran, kreativitas, keterampilan dan yang paling penting adalah

potensi dari peserta didik.

2. Banyaknya Pro Dan Kontra Di Masyarakat

Sampai saat ini masih sangat banyak pendapat pro dan kontra terkait

penerapan kurikulum 2013. Hal ini harus mampu dimanfaatkan dengan

baik untuk terus mengevaluasi kurkulum 2013, mana yang perlu direvisi

dan mana yang sudah padu, sehingga pelaksnaannya tidak terkesan

dadakan dan dipaksakan.

Pro dan kontra adalah salah satu hambatan yang perlu menjadi

perhatian, karena dari sinilah tergerak pemikiran solusi untuk

memecahkan permasalahan terkait penerapan kurikulum 2013.

3. Penambahan Jam Pembelajaran

Penambahan jam pelajaran ini dikhawatirkan akan mengesampingkan

kebutuhan siswa untuk mendapatkan pendidikan di lingkungan keluarga

dan sosial sekitarnya. Pertimbangan ini mengingat siswa harus didorong

mengembangkan banyak ragam kecerdasan, mulai dari kecerdasan

kognitif, emosional, sosial, hingga spiritual.

4. Belum Adanya Evaluasi dari Kurikulum Sebelumnya

Page 9: isi - Copy.doc

8

Perubahan Kurikulum 2013 juga tidak didasarkan pada evaluasi dari

pelaksanaan kurikulum sebelumnya (KTSP) 2006 sehingga dapat

membingungkan guru dan pemangku pendidikan dalam pelaksanaannya.

5. Guru Dipandang Memiliki Kemampuan Sama

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak

pernah secara langsung melibatkan guru dalam merumuskan kurikulum

2013. Kemendikbud seolah melihat semua guru dan peserta didik

memiliki kemampuan yang sama.

Page 10: isi - Copy.doc

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

A. Problematika Kurikulum 2013

Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan

keseimbangan antara kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Hal

itu sejalan dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 sebagai mana tersurat dalam

penjelasan pasal 35: “kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan

lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan

standar yang telah disepakati”.15 Hal ini sejalan pula dengan pengembangan

kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan

mencangkup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara

terpadu.

Akan tetapi proses implementasi memiliki beberapa kendala yang banyak

disesalkan guru-guru SMP Muhammadiyah 4 Gempol yakni kendala

ketersediaan buku. “implementasi kurikulum 2013 masih terkenda dengan

buku guru dan silabus yang tidak sesuai dengan buku guru dan siswa,” tutur

Rina Rimawati selaku guru mata pelajaran Matematika.16

Selain karena buku pelajaran yang terbatas, kendala lainnya adalah belum

siapnya seluruh guru dalam menerapkan kurikulum baru. Kepala SMA Negeri

2 Palu, Syarifudin mengatakan sebagian guru masih kesulitan mencari buku

untuk digunakan pada kurikulum 2013. Itu karena mereka hanya

mengandalkan silabus yang diberikan pemerintah. Sedangkan belum semua

buku pelajaran mereka terima.

“Secara jujur kami mengatakan penerapan kurikulum ini masih banyak

mengalami kendala. Terutama pemahaman guru tentang konten kurikulum ini.

15 UU R.I. nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas (bandung: Citraumbara, 2012), cet ke IV Hlm. 4916Rini Rahmawati, SMP Muhammadiyah 4 Gempol, Wawancara dan kueisoner, Pada 22 September 2014

17

Page 11: isi - Copy.doc

10

Hal itu karena pada kurikulum ini metode pembelajarannya agak berbeda

dengan kurikulum sebelumnya, yang mengharuskan siswa untuk berfikir kritis

dalam menanggapi pelajaran. Fugsi guru di kurikulum ini hanya sebagai

fasilitator,” ujar Syarifudin, Senin (23/9).

Sekolah yang dipimpin Syarifudin menjadi koordinator bagi tujuh sekolah

tingkat SMA/sederajat di Sulteng yang menjadi percontohan penerapan

kurikulum 2013. 

Diakui, selama penerapan kurikulum 2013, pelatihan yang dilaksanakan

pemerintah baru meliputi tiga mata pelajaran yakni, matematika, Bahasa

Indonesia dan sejarah. 

Sedangkan pelatihan untuk mata pelajaran lainnya belum dilaksanakan.

“Pelatihan itu memang sangat besar manfaatnya bagi guru untuk penyamaan

persepsi dalam penerapan kurikulum 2013,” jelasnya.17

Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang

produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Dengan kreatifitas, anak-anak

bangsa mampu berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa

depan yang semakin rumit dan kompleks. Meskipun demikian, keberhasilan

Kurikulum 2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif dan

inovatif, serta dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk

membentuk watak dan peradapan bangsa yang bermatabat sangat ditentukan

oleh berbagai faktor ( Kunci sukses ). Kunci sukses tersebut antara lain

berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kreatifitas guru, aktivitas

peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang

kondusif akademik dan partisipasi warga sekolah.18

17 Penerapan Kurikulum 2013Masih Mengalami Kendala, diakses pada http://www.suarapembaruan.com/home/penerapan-kurikulum-2013-masih-alami-kendala/42349 pada tanggal 23 september 2014 pukul 11:50 WIB18 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: Rosda Karya, 2014), Hlm. 39

Page 12: isi - Copy.doc

11

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kunci sukses pertama yang menentukan keberhasilan implementasi

Kurikulum 2013 adalah kepemimpinan kepala sekolah, terutama dalam

mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber

daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan

salah satu faktor penentu yang dapat menggerakkan semua sumber daya

sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah

melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan

bertahap. Oleh karena itu, dalam menyukseskan implementasi Kurikulum

2013 diperlukan kepala sekolah yang mandiri dan professional dengan

kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu

mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah diperlukan, terutama untuk memobilisasi

sumber daya sekolah dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi

program sekolah, pembelajran pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber

belajar, keuangan, pelayanan siswa, serta hubungan sekolah dengan

masyarakat.19

2. Kreativitas guru

Kunci sukses kedua yang menentukan kebehasilan implementasi

Kurikulum 2013 adalah kreatifitas guru, karena guru merupakan faktor

penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil

tidaknya peserta didik dalam belajar. Kurikulum 2013 akan sulit

dilaksanakan di berbagai daerah karena sebagian besar guru belum siap.

Ketidaksiapan guru itu tidak hanya terkait dengan urusan kompetensinya,

tetapi berkaitan dengan masalah kreativitasnya, yang juga disebabkan oleh

rumusan kurikulum yang lambat disosialisasikan oleh Pemerintah. Dalam

hal ini, guru-guru yang bertugas di daerah dan di pedalaman akan sulit

19 Ibid., Hlm. 39-40.

Page 13: isi - Copy.doc

12

mengikuti hal-hal baru dalam waktu singkat, apalagi dengan pendekatan

tematik integrative yang memerlukan waktu untuk memahaminya.20

Dalam rangka menyukseskan implementasi Kurikulum 2013 dan

menyiapkan guru yang siap menjadi fasilitator pembelajaran sebagaimana

diuraikan di atas, hendaknya diadakan musyawarah antara kepala sekolah,

guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah dan komite sekolah.

Musyawarah tersebut diperlukan, terutama untuk menganalisis,

mendiskusikan dan memahami buku pedoman dan berbagai hal yang

terkait dengan implementasi Kurikulum 2013.21

3. Aktifitas Peserta Didik

Kunci sukses ketiga yang menetukan keberhasilan implementasi

Kurikulum 2013 adalah aktifitas peserta didik. Dalam rangka mendorong

dan mengembangkan aktifitas peserta didik, guru harus mendisiplinkan

peserta didik, terutama disiplin diri ( self-disciplin ). Guru harus mampu

membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan

standar perilakunya dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk

menegakkan disiplin dalam setiap aktifitasnya. Untuk mendisiplinkan

peserta didik perlu dimulai dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional, yakni sikap demokratis, sehingga peraturan disiplin

perlu berpedoman pada hal tersebut yakni dari, oleh dan untuk peserta

didik sedangkan guru tut wuri handayani. Dalam hal ini, guru harus

mampu memerankan diri sebagai pengemban ketertiban, yang patut

digugu, ditiru dan diteladani, tetapi tidak bersikap otoriter.22

4. Sosialisasi Kurikulum 2013

Kunci sukses yang yang keempat ialah Sosialisasi. Sosialisasi dalam

implementasi kurikulum sangat penting dilakukan, agar semua pihak yang

terlibat dalam implementasi di lapangan paham dengan perubahan yang

20 Ibid., Hlm. 41.21 Ibid., Hlm. 44.22 Ibid., Hlm. 45-46.

Page 14: isi - Copy.doc

13

harus dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing,

sehingga mereka memberikan dukungan terhadap perubahan kurikulum

yang dilakukan.23

Sosialisasi kurikulum perlu dilakukan terhadap berbagi pihak yang

terkait dalam implementasinya, serta terhadap seluruh warga sekolah,

bahkan terhadap masyarakat dan orang tua peserta didik. Sosialisasi ini

penting, terutama agar seluruh warga sekolah mengenal dan memahami

visi dan misi sekolah, serta kurikulum yang akan diimplementasikan.

Sosialisasi bias dilakukan oleh jajaran pendidikan di pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah yang bergerak dalam bidang pendidikan

( Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ) secara proposional dan professional.

Sosialisasi perlu dilakukan secara matang kepada berbagai pihak agar

kurikulum baru yang ditawarkan dapat dipahami dan diterapkan secara

optimal, karena sosialisasi merupakan langkah penting akan menunjang

dan menentukan keberhasilan perubahan kurikulum. Setelah sosialisasi,

kemudian mengadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga

kependidikan dan komite sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan

pengesahan dari berbagai pihak dalam rangka menyuseskan implementasi

Kurikulum 2013.24

5. Fasilitas dan Sumber Belajar

Kunci sukses kelima adalah fasilitas dan sumber belajar yang

memadai, agar kurikulum yang sudah dirancang dapat dilaksanakan secara

optimal. Fasilitas dan sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam

mendukung suksesnya implementasi kurikulum antara lain : laboratorium,

pusat sumber belajar dan perpustakaan serta tenaga pengelola dan

peningkatan kemampuan pengelolaannya yang dilakukan secara optimal

dan maksimal serta dipelihara dan disimpan sebaik-baiknya. Dalam hal ini

23 Ibid., Hlm. 48.24 Ibid., Hlm. 48-49

Page 15: isi - Copy.doc

14

guru juga dituntut agar memiliki kreatifitas, improvisasi, inisiatif, dan

inovatif yang dimilikinya.

Dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar, guru disamping

harus mampu membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga

harus berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai

sumber belajar, misalnya memanfaatkan batu-batuan, tanah, tumbuh-

tumbuhan, keadaan alam, pasar, kondisi social, ekonomi dan budaya

kehidupan yang berkembang dimasyarakat.25

6. Lingkungan yang Kondusif Akademik

Kunci sukses keenam yang menentukan keberhasilan implementasi

Kurikulum 2013 adalah lingkungan yang kundusif-akademik, baik secara

fisik maupun non fisik. Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan

tertib, optimism dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah,

kesehatan sekolah serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik

( student-centered activities ) merupakan iklim yang dapat

membangkitkan nafsuh, gairah dan semangat belajar. Iklim belajar yang

kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat

memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar, sebaliknya iklim

belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan

rasa bosan.

Iklim belajar yang kondusif-akademik harus ditunjang oleh berbagai

fasilitas belajar yang menyenangkan : seperti sarana, laboratorium,

pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang

harmonis antara peserta didik itu sendiri, serta penantaan organisasi dan

bahan pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuandan

perkembangan peserta didik. Iklim belajar yang menyenangkan akan

membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktifitas serta kreatifitas

peserta didik. Hal ini diakui oleh Soedomo ( dalam mulyasa 2004 ).26

25 Ibid., Hlm. 49-50.26 Ibid., Hlm. 53-54.

Page 16: isi - Copy.doc

15

Semakin menyenangkan tatanan lingkungan fisik, akan memberikan

dampak positif bagi proses belajar. Para pakar psikologis aliran

ekologik telah mendapatkan temuan-temuan penelitian bahwa tata

warna secara langsung mempengaruhi suasana jiwa, warna-warna

cerah scenderung menyiratkan kecerian dan suasana jiwa yang

optimistic, sedangkan penggunaan warna-warna suram akan

menberikan pengaruh yang sebaliknya.

7. Partisipasi Warga Sekolah

Kunci sukses ketujuh yang turut menentukan keberhasilan Kurikulum

2013 adalah partisipasi warga sekolah, khususnya tenaga kependidikan.

Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan

kepala sekolah dalam memperdayakan seluruh warga sekolah, khususnya

tenaga kependidikan yang tersedia. Dalam hal ini, peningkatan

produktifitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan

perilaku tenaga kependidikan di sekolah melalui aplikasi berbagai konsep

dan teknik mananjemen personalia modern.27

Manajemen tenaga kependidikan di sekolah harus ditunjukkan untuk

memperdayakan tenaga-tenaga kependidikan secara efektif dan efisien

untuk mencapai hasil optimal, namun tetap dalam kondisi yang

menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi manajemen tenaga

kependidikan di sekolah yang harus dilaksanakan kepala sekolah adalah

menarik, mengembangkan, menggaji dan memotivasi tenaga kependidikan

guna mencapai tujuan pendidikan secara optimal, membantu tenaga

kependidkan mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan

perkembangan karier serta menyelaraskan tujuan individu, kelompok dan

lembaga. Pelaksanaan manajemen tenaga kependidikan di Indonesia

sedikitnya mencakup tujuh kegiatan utama yaitu perencanaan tenaga

kependidikan, pengadaan tenaga kependidikan, pembinaan dan

27 Ibid., Hlm. 55.

Page 17: isi - Copy.doc

16

pengembangan tenaga kependidikan, promosi dan mutasi, pemberhentian

tenaga kependidikan, kompensasi dan penilaian tenaga kependidikan.

Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar yang apa

diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga-tenaga kependidikan yang

diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai, serta dapat

melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkuailitas.28

Dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum 2013 secara

utuh dan menyeluruh, hendaknya setiap sekolah mampu mengembangkan

berbagai potensi peserta didik secara optimal, terutama dalam kaitannya

dengan pengembangan karakter, akhlak dan moral peserta didik. Dalam

hal ini, Mendikbud mengungkapkan tiga hal yang tidak boleh lepas dari

Kurikulum 2013, yakni pengembangan skill, attitude dan knowledge.

Lebih lanjut dikatakan bahwa desain Kurikulum 2013 tidak hanya

menekankan pada aspek ilmiah saja. Justru kurikulum baru ini akan lebih

kaya dengan nilai-nilai seni budaya dan moral. Hal ini penting karena …

There is no excellent performance without high morale. No Morale, no

excellence. Excellence can be experienced at every level and in every

serios kind of education ( Gardener ).29

28 Ibid., Hlm. 56.29 Ibid., Hlm. 56.

Page 18: isi - Copy.doc

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan:

1. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas

dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum

terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.

2. Implementasi kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi harus

melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk komponen-komponen

yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri. Komponen-komponen tersebut

antara lain kurikulum, rencana pembelajaran, proses pembelajaran,

mekanisme penilaian, kualitas hubungan, pengelolaan pembelajaran,

pengelolaan sekolah atau madrasah, pelaksanaan pengembangan diri peserta

didik, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, serta etos kerja seluruh

warga dan lingkungan seklolah atau madrasah.

3. Minimnya pedoman yang disiapkan, menjadi pekerjaan rumah tersendiri

bagi pemerintah. Pemerintah harus segera menyiapkan kekurangan

tersebut. Masalah ketidaksesuaian buku juga harus segera ditindak lanjuti,

guru harus ikut aktif dalam menyaring substansi yang ada dalam buku

terutama yang diberikan kepada siswa sehingga tidak ada kesalahan

pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Bagi pemerintah, perlu

dilakukan pengkajian lebih dalam mengenai pengembangan kurikulum

yang lebih luas, dengan mempertimbangkan pada kondisi geografis

Indonesia. Jangan sampai kurikulum baru hanya dapat diterapkan di kota-

kota besar saja tetapi harus dapat merangkul seluruh wilayah Indonesia,

mengingat sekarang uji coba hanya dilakukan di kota-kota besar.

17