isi case npb1
DESCRIPTION
Isi Case Npb1TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN1.1 LatarBelakangNyeri punggang bawah atau low back pain merupakan salah satu gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Low back pain adalah salah satu keluhan yang paling banyak dijumpai pada pasien reumatik. Low back pain adalah nyeri punggung bawah yang berasal dari tulang belakang, otot, saraf atau struktur lain pada daerah tersebut. Keluhan ini berkisar antara 65 80 % dari populasi merupakan sepertiga dari keluhan reumatik. Nyeri pinggang di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang nyata. Kira kira 80% penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan nyeri punggung bawah. Pada setiap saat lebih dari 10% penduduk menderita nyeri pinggang. Insidensi nyeri pinggang di beberapa Negara berkembang lebih kurang 15 20 % dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik, termasuk tipe benigna. 1Puncak insidensi nyeri punggung bawah adalah pada usia 45 - 60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah dapat mengganggu aktivitas sehari hari pada 40% penderita, dan gangguan tidur pada 20% penderita . Sebagian besar (75%) penderita akan mencari pertolongan medis dan 25% diantaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih lanjut ( Cohen , 2001). Usia merupakan faktor yang mendukung terjadi LBP, sehingga biasanya di derita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda . selain itu faktor risiko terhadap pekerjaan dipengaruhi aktivitas terlalu banyak duduk atau berdiri juga merupakan faktor yang mendukung LBP. Ini dinamakan posisi tubuh kerja statis , pekerjaan yang membuat tubuh terpapar dengan getaran seperti yang dilakukan para masinis , pengemudi truk, mengoperasikan alat bergetar sering mengangkat dan menarik benda berat banyak membungkuk dan berputar . 1Manusia dalam menjalankan pekerjaannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, ada yang bersifat menguntungkan maupun yang merugikan yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja seperti nyeri punggung bawah. Faktor tersebut antara lain adalah faktor fisiologis, Faktor fisiologis yang disebabkan oleh sikap badan yang kurang baik dan posisi alat kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat menimbulkan perubahan fisik dari tubuh pekerja . Dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor usia. Semakin tua usia seseorang semakin tinggi angka kejadian nyeri punggung bawah . 1Biasanya nyeri punggung bawah membutuhkan waktu 6 7 minggu untuk penyembuhan baik terhadap jaringan lunak maupun sendi, namun 10% diantaranya tidak mengalami perbaikan dalam kurun waktu tersebut . nyeri punggung bawah merupakan gejala bukan suatu diagnosis. Nyeri punggung bawah merupakan kelainan dengan berbagai etiologi dan membutuhkan penanganan simtomatis serta rehabilitasi . 31.2 Tujuan PenulisanMelengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior ( KKS ) di Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Solok.
BAB IINYERI PUNGGUNG BAWAHI. DEFINISINyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau lumbosacral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (refferd pain).2II. KLASIFIKASIPembagian Klinis NBP untuk triage :a. NBP dengan tanda bahaya (red flags) Neoplasma / karsinoma Infeksi Fraktur vertebra Sindrom kauda equina NBP dengan kelainan neurologik beratb. NBP dengan sindrom radikulerc. NBP nonspesifik. 2Kelainan pada kauda equina dan konus medularis menimbulkan gambaran klinis khusus berupa sindrome konus kauda, dimana rasa nyeri dan defisit sensori dirasakan asimetri pada kedua tungkai akibat lesi pada kauda equina, dan saddle anasthesia bila konus medularis ikut terlibat, sering juga disertai retensio urin dan kelemahan motorik seperti kesetrum dan superficial. 3Umumnya penyakit neuromuskular berupa kelemahan ataupun kesemutan atau bisa juga keduanya bersamaan. Gejala penyakit ini bersifat lower motor neuron (LMN). Oleh karena itu bila kita mencurigai pasien dengan penyakit neuromuscular langkah pertama tentunya memastikan bahwa kelainan pada pasien tersebut bukan merupakan upper motor neuron (UMN).4Tabel.1 Beda Kelainan UMN dan LMNUpper Motor Neuron (UMN)Lower Motor Neuron (LMN)
Bentuk KelumpuhanHemiparesis, kuadriparesis, paraparesisKelemahan pada otot tertentu sesuai distribusi radiks atau plexus
AtrofiDisuse Atrophy (muncul belakangan atau tidak terlalu jelas)Atrofi akibat denervasi (muncul lebih cepat dan lebih jelas)
Fasikulasi atau fibrilasi--
Refleks FisiologisMeningkat Menurun atau hilang
Klonus+-
TonusHipertonusHipotonus
Reflek Patologis+-
Gambar 1. Dermatom SensorikPada NPB harus dicari adanya Red Flags ( Bendera Merah), yaitu kondisi yang mengindikasikan adanya suatu keadaan serius. Red Flags ini bisa dideteksi melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. 2Tabel.2 RED FLAGS (BENDERA MERAH) Kemungkinan FrakturKemungkinan Tumor/infeksiKemungkinan Sindrome Kauda Equina
Dari riwayat Klinis
Trauma mayor, seperti kecelakaan lalu linntas atau jatuh dari ketinggian Trauma minor atau bahkan saat mengangkat beban pad a usia lanjut atau pasien yang potensial mengalami osteopororsis Usia >50th osteoporosis Riwayat pendidikan tamatan SD dan sudah berkeluarga dengan 2 orang anak
PEMERIKSAAN FISIKSTATUS GENERALISKeadaan Umum: sedangKesadaran: Compos Mentis Cooperative, GCS 15 (E4M6V5)Tekanan Darah: 150/90 mmHgNadi: 82x/i kuat dan teraturNafas: 20x/iSuhu: 36,5oCBerat Badan: 80 kgTinggi Badan: 160 cmGizi: Obesitas 2Turgor Kulit: BaikSTATUS LOKALISATAMata: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterikKelenjar Getah Bening:Leher: Tidak teraba pembesaran KGBAksila: Tidak teraba pembesaran KGBInguinal: Tidak teraba pembesaran KGBTorakParuInspeksi: Simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamisPalpasi: fremitus sama kiri dan kananPerkusi: Sonor dikedua lapangan paruAuskultasi: Suara nafas normal vesicular, ronki( - / - ), Wheezing ( -/- )JantungInspeksi: Ictus cordis tidak terlihatPalpasi: Ictus cordis tidak terabaPerkusi: Dalam Batas NormalAuskultasi: irama teratur, bising( - )AbdomenInspeksi: tidak ada sikatrik, venektasiPalpasi: nyeri tekan dan nyeri lepas ( - ), hepar dan lien tidak terabaPerkusi: TimpaniAuskultasi: Bising usus( + ) normalColum Vertebrae: Vertebrae lumbal bengkok ke kiric. Pemeriksaan lasseque dan patrickLasseque: -/+Patrikc : -/+Kontra petrikc: -/+d. Pemeriksaan Neurologikus1. Glassgow Coma Scale ( GCS ): E4M6V5 = 152. Tanda Ransangan Meningeala. KakuKuduk: Tidak adab. Brudzinki I : Tidak adac. Brudzinki II: Tidak adad. TandaKernig: Tidak ada3. Tanda peningkatan TIKa. Pupil: Isokor, diameter 3 mm / 3 mmb. Refleks cahaya: +/+c. Muntah proyektil: tidak ada4. Pemeriksaan Nervus Cranialisa. N I: OlfaktoriusPenciumankananKiri
SubjektifnormalNormal
Objektif dengan bahanTidak dilakukanTidak dilakukan
b. N II: OptikusPenglihatankananKiri
Tajam penglihatanNormalNormal
Lapang pandangNormalNormal
Melihat warnaTidak dilakukanTidak dilakukan
FunduskopiTidak dilakukanTidak dilakukan
c. N III: OkulomotoriuskananKiri
Bola mataNormalNormal
PtosisTidak adaTidak ada
Gerakan bulbusBebas kesegala arahBebas kesegala arah
StrabismusTidak adaTidak ada
NistagmusTidak adaTidak ada
Ekso-endotalmusTidak adaTidak ada
Pupil
BentukIsokorIsokor
Reflek cahaya++
Reflex akomodasiTidak dilakukanTidak dilakukan
Reflex KonvergenTidak dilakukanTidak dilakukan
d. N IV: troklearisKananKiri
GerakanmatakebawahNormalNormal
SikapbulbusDalambatas normalDalambatas normal
DiplopiaTidakadaTidakada
e. N V: TrigeminusKananKiri
Motoric
MembukamulutNormalNormal
MenggerakanrahangNormalNormal
MenggigitNormalNormal
MengunyahNormalNormal
Sensorik
Divisioptalmika
Reflekkornea++
SensibilitasBaikBaik
Divisimaksila
Reflek masseterBaikBaik
SensibilitasBaikBaik
Divisi mandibular
SensibilitasBaikBaik
f. N. VI : AbdusenkananKiri
Gerakanmata lateralNormalNormal
SikapbulbusDalambatas normalDalambatas normal
DiplopiaTidakadaTidakada
g. N.VII: FasialiskananKiri
RautwajahSimetrisSimetris
Sekresi air mataNormalNormal
Fissura palpebralSimetrissimetris
Menggerakkan dahiSimetrisSimetris
Menutup mataNormalNormal
Mencibir/bersiulNormalNormal
Memperlihatkan gigiNormalNormal
Sensasi 2/3 depanTidak dilakukanTidak dilakukan
HiperakustikTidak dilakukanTidak dilakukan
h. N.VIII:VestibularisKananKiri
Suara berbisikTidak dilakukanTidak dilakukan
Detik arlojiTidak dilakukanTidak dilakukan
Rinne testTidak dilakukanTidak dilakukan
Weber testTidak dilakukanTidak dilakukan
Swabach test
MemanjangTidak dilakukanTidak dilakukan
MemendekTidak dilakukanTidak dilakukan
Nistagmus
PendularTidak dilakukanTidak dilakukan
VerticalTidak dilakukanTidak dilakukan
SiklikalTidak dilakukanTidak dilakukan
Pengaruh posisi kepalaTidak dilakukanTidak dilakukan
i. N.IX: GlossopharingeusKananKiri
Sensasi lidah 1/3 belakangTidak dilakukanTidak dilakukan
Reflek muntah/ Gag reflekTidak dilakukanTidak dilakukan
j. N.X: VaguskananKiri
Arkus faringSimetrisSimetris
UvulaDitengahDitengah
MenelanNormalNormal
ArtikulasiNormalNormal
SuaraNormalNormal
NadiTeraturTeratur
k. N. XI:AsssesoriuskananKiri
Menoleh ke kananNormalNormal
Menoleh ke kiriNormalNormal
Mengangkat bahu ke kananNormalNormal
Mengangkat bahu ke kiriNormalNormal
l. N. XII: HipoglosuskananKiri
Kedudukan lidah dalamSimetrisSimetris
Kedudukan lidah dijulurkanSimetrisSimetris
Tremor--
Fasikulasi--
AtrofiSimetrisSimetris
5. Pemeriksaan koordinasiCara berjalanTidak lakukanDisatriaTidak lakukan
Romberg testTidak lakukanDisfagiaTidak lakukan
AtaksiaTidak lakukanSupinasi-pronasiTidak lakukan
Rebound phenomenTidak lakukanTes jari hidungTidak lakukan
Tes tumit lututTidak lakukanTes hidung jariTidak lakukan
6. Pemeriksaan fungsi Motorika. BadanRespirasiTidak lakukanTidak lakukan
DudukTidak lakukanTidak lakukan
b. Berdiri & berjalanGerakan spontanTidak lakukanTidak lakukan
TremorTidak lakukanTidak lakukan
AtetosisTidak lakukanTidak lakukan
MioklonikTidak lakukanTidak lakukan
KhoreaTidak lakukanTidak lakukan
c. EkstremitasSuperiorInferior
KananKiriKananKiri
GerakanNormalNormalNormalLemah
Kekuatan555555555444
TrofiEutrofiEutrofiEutrofiEutrofi
TonusEutonusEutonusEutonusEutonus
7. Pemeriksaan SensibilitasSensibilitas taktilTidak dilakukan
Sensibilitas nyeriNormal
Sensibilitas termisTidak dilakukan
SensibilitasTidak dilakukan
Sensibilitas kortikalTidak dilakukan
StreognosisTidak dilakukan
Pengenalan 2 titikNormal
Pengenalan rabaanNormal
8. System reflex1.FisiologiKananKiriKananKiri
Kornea++Biseps++++
BerbamgkisTidak dilakukanTidak dilakukanTriceps++++
LaringTidak dilakukanTidak dilakukanAPR+++
MaseterTidak dilakukanTidak dilakukanKPR+++
DindingperutTidak dilakukanTidak dilakukanBulboca vernosusTidak dilakukanTidak dilakukan
AtasTidak dilakukanTidak dilakukanCremater Tidak dilakukanTidak dilakukan
TengahTidak dilakukanTidak dilakukanSfingter Tidak dilakukanTidak dilakukan
BawahTidak dilakukanTidak dilakukan
2. Patologis
LenganTungkai
Hoffman-TromnerTidak dilakukanBabinski
--
Chaddoks--
Oppenheim--
Gordon--
Schaeffer--
Klonus pahaTidak dilakukanTidak dilakukan
Klonus kakiTidak dilakukanTidak dilakukan
ROM Fleksi: Terbatas Ekstensi: Terbatas Rotasi: Terbatas3. Fungsi Otonom Miksi : Normal Defekasi : Normal Sekresi keringat : NormalFungsi luhurKesadaran Tanda dementia
Reaksi bicaraNormal Refleks GlabelaTidak dilakukan
Fungsi IntelektualNormal Refleks Snout Tidak dilakukan
Reaksi EmosiNormal Refleks memegang Tidak dilakukan
Refleks PalmomentalTidak dilakukan
III. DiagnosisDiagnosis klinik : Iscialgia SinistraDiagnosis Topik: Radix Dorsalis setinggi dermatom vertebrae L4-L5Diagnosis Etiologi: Trauma mekanikDiagnosis Sekunder: Hernia Nukleus Pulposus , hipertensi stage 1IV. Terapi dan AnjuranTerapi Umum: Tirah baring 2-4 hari Tidur dengan alas keras Mengurangi berat badan (BB ideal) Olahraga : berenang Fisioterapi diatermiTerapi Khusus NSAID: meloxicam tablet 2x7,5 mg Muscle Relaxan: diazepam (@Valium) tablet 3x2 mg Neutropik : Mecobalamin (@megabal) kapsul 3x500 mg Calcium Chanel Blocker (CCB): Amlodipin (@Actapin) tablet 1x5 mgAnjuran a. Pemeriksaan Darah rutinb. Pemeriksaan Kimia Klinikc. Foto rontgen lumbosakral AP dan Laterald. Emg ( Electromyoraphy)e. CT- Scan vertebrae Lumbalf. MRI vertebrae LumbalPrognosisa. Quo at vitam: Bonamb. Quo at fungtionam: Bonamc. Quo at sanationam: Bonam
BAB IVDISKUSI
Telah dilaporkan kasus seorang pasien laki laki berumur 45 tahun yang datang ke poli neurologi rsud solok dengan diagnosis klinis ischialgia sinistra ec. Trauma mekanik. Dari anamnesis didapatkan bahwa nyeri pinggang kiri sejak 2,5 bulan yang lalu. Nyeri menjalar dari pinggang ke kaki kiri terasa panas dan kesemutan. Nyeri bertambah berat jika batuk, mengangkat berat dan membungkuk. Nyeri berkurang bila tidur dan istirahat. Nyeri ini menyebabkan pasien kesulitan dalam beraktivitas. Keluhan disertai adanya baal mulai dari pinggang bawah, menjalar sampai paha samping dan punggung kaki kanan.Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien merasakan nyeri dipinggang kiri. Hasil positif ditemukan pada tes lasseque, tes patrick dan kontra patrick. KPR dan APR mengalami penurunan. ROM fleksi, ekstensi, rotasi, terbatas. Berdasarkan gejala dan tanda klinis tersebut pasien ini cenderung didiagnosa sebagai Ischialgia Sinistra yang terjadi pada nervus Ischiadicus. Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah rutin dan foto polos lumbosacral serta MRI sebagai standar pasti untuk penegakkan diagnosis.Nyeri pinggang dapat diatasi dengan istirahat dan pemberian obat-obatan. Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan manfaat. Tirah baring pada alas keras dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang punggung. Pada terapi medikamentosa : NSAID ( meloxicam tablet 2x7,5 mg ). Muscle Relaxan ( diazepam (@Valium) tablet 3x2 mg ), Neurotropik ( Mecobalamin @megabal kapsul 3x500 mg ), Calcium Chanel Blocker (CCB) Amlodipin @Actapin tablet 1x5 mg
DAFTAR PUSTAKA
1. http:/kniperdossi.org/index.php/2013-10-21-11-57-48/download2. Meliala, KRT Lucas. 2007. Penuntun Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Yogyakarta : Medikagama Press.3. Hamid, Abdulbar. 2007. ANLS Anvanced Neurology Life Support. Jakarta : Pokdi Neuro Intensif PERDOSSI.4. Pramudianto, Arlina. 2012. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta : PT. Medidata Indonesia.
2