isbd "iq, eq , dan sq"

26
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus. Dalam pandangan psikologi, sesungguhnya hewan pun diberikan kecerdasan namun dalam kapasitas yang sangat terbatas. Oleh karena itu untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya lebih banyak dilakukan secara instingtif (naluriah). Berdasarkan temuan dalam bidang antropologi, kita mengetahui bahwa jutaan tahun yang lalu di muka bumi ini pernah hidup makhluk yang dinamakan Dinosaurus yaitu sejenis hewan yang secara fisik jauh lebih besar dan kuat dibandingkan dengan manusia. Namun saat ini mereka telah punah dan kita hanya dapat mengenali mereka dari fosil-fosilnya yang disimpan di musium-musium tertentu. Boleh jadi, secara langsung maupun tidak langsung, kepunahan mereka salah satunya disebabkan oleh faktor keterbatasan kecerdasan 1

Upload: wrong-way

Post on 23-Jun-2015

1.040 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pengertian EQ SQ IQ dan hubungannya

TRANSCRIPT

Page 1: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada

manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan

dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus

mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks,

melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus.

Dalam pandangan psikologi, sesungguhnya hewan pun diberikan

kecerdasan namun dalam kapasitas yang sangat terbatas. Oleh karena itu untuk

mempertahankan keberlangsungan hidupnya lebih banyak dilakukan secara

instingtif (naluriah). Berdasarkan temuan dalam bidang antropologi, kita

mengetahui bahwa jutaan tahun yang lalu di muka bumi ini pernah hidup makhluk

yang dinamakan Dinosaurus yaitu sejenis hewan yang secara fisik jauh lebih besar

dan kuat dibandingkan dengan manusia. Namun saat ini mereka telah punah dan

kita hanya dapat mengenali mereka dari fosil-fosilnya yang disimpan di musium-

musium tertentu. Boleh jadi, secara langsung maupun tidak langsung, kepunahan

mereka salah satunya disebabkan oleh faktor keterbatasan kecerdasan yang

dimilikinya. Dalam hal ini, sudah sepantasnya manusia bersyukur, meski secara

fisik tidak begitu besar dan kuat, namun berkat kecerdasan yang dimilikinya

hingga saat ini manusia ternyata masih dapat mempertahankan kelangsungan dan

peradaban hidupnya.

1

Page 2: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian IQ, EQ, dan SQ?

2. Apa peran IQ, EQ, dan SQ?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

Adapun tujuan adalah sebagai berikut;

1. Untuk mengetahui pengertian IQ, EQ, dan SQ.

2. Untuk mengetahui peran IQ, EQ, dan SQ.

Tujuan adalah sebagai berikut;

1. Dapat mengetahui pengertian IQ, EQ, dan SQ.

2. Dapat mengetahui peran IQ, EQ, dan SQ.

2

Page 3: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IQ, EQ, DAN SQ

A. Kecerdasan Intelektual (IQ)

Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal

kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. 1Menurut

David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara

terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara

efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu

kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh

karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus

disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari

proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence

Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan.

Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf

kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang

secara keseluruhan.

Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan

istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali

diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal

abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas Stanford berusaha

membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan

mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut

dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual

(IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya

hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu

tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur

kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.

1 http://4gus3.blogspot.com/2009/05/pengertian-atau-definisi-dari-iq-eq-dan.html

3

Page 4: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak. Otak adalah organ

luar biasa dalam diri kita. Beratnya hanya sekitar 1,5 Kg atau kurang lebih 5

% dari total berat badan kita. Namun demikian, benda kecil ini

mengkonsumsi lebih dari 30 persen seluruh cadangan kalori yang tersimpan

di dalam tubuh. Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-

masing sel saraf mempunyai ribuan sambungan. Otak satu-satunya organ

yang terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan. Kapasitas memori

otak yang sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5 % dan untuk orang

jenius memakainya 5-6 %. Sampai sekarang para ilmuan belum memahami

penggunaan sisa memori sekitar 94 %.

Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik

oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk

suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap

seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat

dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga

ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup.

IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang

dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan

kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan

memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab

kesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti

gangguan fisik (demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional.

Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata.

Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya.

Apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan

bahasanya akan cepat dan banyak.

4

Page 5: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan

adalah :

Usia Mental Anakx 100 = IQ

Usia Sesungguhnya

Contoh : Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-

anak yang rata-rata baru bisa berbicara seperti itu pada usia 4

tahun. Inilah yang disebut dengan Usia Mental. Berarti IQ si

anak adalah 4/3 x 100 = 133.

Interpretasi atau penafsiran dari IQ adalah sebagai berikut :

TINGKAT KECERDASAN IQGenius Di atas 140

Sangat Super 120 - 140Super 110 - 120

Normal 90 -110Bodoh 80 - 90

Perbatasan 70 - 80Moron / Dungu 50 - 70

Imbecile 25-50Idiot 2.1 - 25

B. Kecerdasan Emosional (EQ)

EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman.

Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995)

berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu

pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh

kemampuan intelektual atau “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran

emosional digerakkan oleh emosi.

Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994)

menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya

sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor

yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang

5

Page 6: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat

fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan

keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam

dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang

positif dan bermanfaat.

Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk

“menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih

positif. Seorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi

emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari

berbagai segi.

Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat

secara fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Otak

berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil

penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional hanya bisa aktif di

dalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual.

Beberapa pengertian EQ yang lain, yaitu :

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk

mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan

mengelola dengan baik emosi pada diri sendiri dalam berhubungan dengan

orang lain (Golleman, 1999). Emosi adalah perasaan yang dialami individu

sebagai reaksi terhadap rangsang yang berasal dari dirinya sendiri maupun

dari orang lain. Emosi tersebut beragam, namun dapat dikelompokkan

kedalam kategori emosi seperti; marah, takut, sedih, gembira, kasih sayang

dan takjub (Santrock, 1994).

Kemampuan mengenal emosi diri adalah kemampuan menyadari

perasaan sendiri pada saat perasaan itu muncul dari saat-kesaat sehingga

mampu memahami dirinya, dan mengendalikan dirinya, dan mampu

membuat keputusan yang bijaksana sehingga tidak ‘diperbudak’ oleh

emosinya.

6

Page 7: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan menyelaraskan

perasaan (emosi) dengan lingkungannnya sehingga dapat memelihara

harmoni kehidupan individunya dengan lingkungannya/orang lain.

Kemampuan mengenal emosi orang lain yaitu kemampuan

memahami emosi orang lain (empaty) serta mampu mengkomunikasikan

pemahaman tersebut kepada orang lain yang dimaksud.

Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan mendorong

dan mengarahkan segala daya upaya dirinya bagi pencapaian tujuan,

keinginan dan cita-citanya. Peran memotivasi diri yang terdiri atas

antusiasme dan keyakinan pada diri seseorang akan sangat produktif dan

efektif dalam segala aktifitasnya

Kemampuan mengembangkan hubungan adalah kemampuan

mengelola emosi orang lain atau emosi diri yang timbul akibat rangsang dari

luar dirinya. Kemampuan ini akan membantu individu dalam menjalin

hubungan dengan orang lain secara memuaskan dan mampu berfikir secara

rasional (IQ) serta mampu keluar dari tekanan (stress).

Manusia dengan EQ yang baik, mampu menyelesaikan dan

bertanggung jawab penuh pada pekerjaan, mudah bersosialisasi, mampu

membuat keputusan yang manusiawi, dan berpegang pada komitmen.

Makanya, orang yang EQ-nya bagus mampu mengerjakan segala sesuatunya

dengan lebih baik.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami

dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber

energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Dapat dikatakan

bahwa EQ adalah kemampuan mendengar suara hati sebagai sumber

informasi. Untuk pemilik EQ yang baik, baginya infomasi tidak hanya

didapat lewat panca indra semata, tetapi ada sumber yang lain, dari dalam

dirinya sendiri yakni suara hati. Malahan sumber infomasi yang disebut

7

Page 8: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

terakhir akan menyaring dan memilah informasi yang didapat dari panca

indra.

Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan

dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang

EQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang

tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal.

Semua pemahaman tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengan

kebutuhan dan tuntutan lingkungannya Dapat dimengerti kenapa orang yang

EQ-nya baik, sekaligus kehidupan sosialnya juga baik. Tidak lain karena

orang tersebut dapat merespon tuntutan lingkungannya dengan tepat .

Di samping itu, kecerdasan emosional mengajarkan tentang

integritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental

kebijaksanaan dan penguasaan diri. Oleh karena itu EQ mengajarkan

bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya (intra personal) seperti self

awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi diri), self regulation

(mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal) seperti empathy,

kemampuan memahami orang lain dan social skill yang memungkinkan

setiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik .

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengendalikan

emosinya saat menghadapi situasi yang menyenangkan maupun

menyakitkan. Mantan Presiden Soeharto dan Akbar Tandjung adalah contoh

orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, mampu mengendalikan

emosinya dalam berkomunikasi.

Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min

al-naas". Pusat dari EQ adalah "qalbu" . Hati mengaktifkan nilai-nilai yang

paling dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang

dijalani. Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak.

Hati adalah sumber keberanian dan semangat , integritas dan komitmen.

Hati merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi

dorongan untuk belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani.

8

Page 9: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

C. Kecerdasan Spiritual (SQ)

Selain IQ, dan EQ, di beberapa tahun terakhir juga berkembang

kecerdasan spiritual (SQ = Spritual Quotiens). Tepatnya di tahun 2000,

dalam bukunya berjudul ”Spiritual Intelligence : the Ultimate Intellegence,

Danah Zohar dan Ian Marshall mengklaim bahwa SQ adalah inti dari

segala intelejensia. Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah

kaidah dan nilai-nilai spiritual. Dengan adanya kecerdasan ini, akan

membawa seseorang untuk mencapai kebahagiaan hakikinya. Karena

adanya kepercayaan di dalam dirinya, dan juga bisa melihat apa potensi

dalam dirinya. Karena setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan juga

ada kekurangannya. Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal itu. Intelejensia

spiritual membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan dan

keluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha Pencipta.

Denah Zohar dan Ian Marshall juga mendefinisikan kecerdasan

spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value,

yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks

makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan

atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagai

landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.

Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari pernyataan

tersebut, jelas SQ saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan, karena

diperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan emosi dan intelektualnya.

Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap orang mampu secara

proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-raga yang penuh

keseimbangan. Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ

yang merupakan sebuah keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis) and

Soul (Spiritual).

Selain itu menurut Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate

intelligence: 2001, IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ

9

Page 10: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual

quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’

Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi

jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan

kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini.

Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh

kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi terkapling-kapling

sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan

jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup

dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan

penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia

mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan

yang positif.

Mengenalkan SQ Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah SQ

tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah

kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara

utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-

nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai

itu sendiri.

2.2 PERAN IQ, EQ, DAN SQ

PERAN IQKecerdasan intelektual memiliki peranan penting dalam kehidupan

setiap individu, karena IQ merupakan kecerdasan yang dimiliki oleh otak

manusia yang dapat melakukan beberpa kemampuan, seperti kemampuan

menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami

gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar serta mengambil keputusan dan

menjalankan keputusan tersebut. Orang yang memiliki tingkat kecerdasan

10

Page 11: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

intelektual yang baik, baginya tidak ada informasi yang sulit, semuanya

dapat disimpan dan diolah, untuk pada waktu yang dan pada saat

dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali.

PERAN EQ

Sama seperti halnya IQ, EQ juga memiliki peranan penting dalam

kehidupan setiap individu. Menurut Goleman bahwa EQ memiliki

kontribusi penting dalam kesuksesan seseorang, bahkan melebihi dari IQ.

IQ mengangkat fungsi pikiran, sedangkan EQ mengangkat fungsi perasaan.

Orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi akan berupaya menciptakan

keseimbangan dalam dirinya, dapat mengusahakan kebahagiaan dari dalam

dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang

positif dan bermanfaat.

Dengan memiliki kecerdasan emosional yang bagus, setiap individu

memiliki kemampuan untuk mengenal diri sendiri, kemampuan mengelola

emosi, kemampuan memotivasi diri, berhubungan dengan orang lain,

kesadaran akan emosi orang lain (kemampuan mendengarkan, merasakan

atau mengintuisikan perasaan orang lain dari kata, bahasa tubuh maupun

petunjuk lain, serta kemampuan untuk menggunakan perasaan yang muncul

dari dalam.

Substansi dari kecerdasan emosionoal adalah kemampuan merasakan

dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang

EQ-nya baik dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang

tersurat dan tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua

pemahaman tersebut akan menuntun agar bersikap sesuai dengan kebutuhan

dan tuntunan lingkungannya. Kecerdasan emosional mengajarkan tentang

integritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental

kebijaksanaan dan penguasaan. Oleh karena itu, EQ mengajarkan

bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya dan terhadap orang lain, dan

kemampuan memahami orang lain yang memungkinkan setiap orang dapat

mengelola konflik dengan orang lain secara baik.

PERAN SQ

11

Page 12: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

Sehebat apapun manusia dengan kecerdasan intelektual maupun

kecerdasan emosional, pada saat-saat tertentu melalui pertimbangan afektif,

kognitif, dan konatifnya, manusia akan meyakini dan menerima tanpa

keraguan bahwa di luar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha Agung

yang melebihi apapun, termasuk dirinya. Menurut Danah Zohar, bahwa IQ

bekerja untuk melihat keluar (mata pikiran)dan EQ bekerja mengolah yang

di dalam (telinga perasaan), maka SQ menunjuk pada kondisi pusat diri.

Orang yang ber-SQ tinggi memaknai penderitaan hidup dengan memberi

makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang

dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, seseorang mampu

membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang

positif.

Kecerdasan spiritual (SQ) menyadarkan seseorang akan tujuan hidup

dan pemaknaan kehidupan yang dijalaninya. Bahwa hidup memiliki arah

dan tujuan hidup, bahwa setiap kehidupan memiliki pemaknaan yang tidak

sekedar makna-makna yang bersifat duniawi. Kecerdasan ini menjadi

pedoman, arah dan tujuan hidup untuk menjalani kehidupan.

HUBUNGAN ANTARA IQ, EQ, DAN SQ

Pendidikan selama ini, terlalu menekankan arti penting nilai

akademik, kecerdasan otak atau IQ saja. Mulai dari tingkat sekolah dasar

sampai ke perguruan tinggi, jarang sekali ditemukan pendidikan tentang

kecerdasan emosi yang mengajarkan tentang integritas, kejujuran,

komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan,

prinsip kepercayaan, penguasaan diri atau sinergi, padahal justru inilah hal

yang terpenting. Berkat kecerdasan intelektualnya, memang manusia telah

mampu menjelajah ke bulan dan luar angkasa, menciptakan alat-alat

teknologi informasi dan transportasi yang menjadikan dunia terasa lebih

dekat dan semakin transparan, menciptakan bom nuklir serta sesuatu-

sesuatu yang canggih lainnya. Namun bersama itu pula kerusakan yang

menuja kehancuran total sudah mulai nampak. Lingkungan alam merasa

terusik dan tidak bersahabat lagi. Lapisan ozon yang semakin menipis telah

12

Page 13: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

menyebabkan terjadinya pemanasan global, banyaknya bencana alam,

penyakit-penyakit yang mematikan mulai bermunculan, bahkan tatanan

sosial ekonomi menjadi kacau balau karena sikap dan perilaku manusia itu

sendiri. Manusia telah berhasil menciptakan “raksasa-raksasa teknologi”

yang dapat memberikan manfaat bagi kepentingan hidup manusia itu

sendiri. Namun dibalik itu, ciptaan-ciptaan tersebut telah bersiap-siap untuk

menerkam dan menghabisi manusia itu sendiri. Kecerdasan intelektual yang

tidak diiringi dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya,

tampak hanya akan menghasilkan kerusakan dan kehancuran bagi

kehidupan dirinya maupun umat manusia.

Kesuksesan manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu IQ (aspek

kecerdasan), EQ (aspek emosi), dan SQ (aspek relegius). Jika salah satu

tidak terpenuhi, maka keberhasilan itu diragukan. Apabila tidak terjadi

integrasi antara otak dan hati, kondisi ini pada suatu saat akan menimbulkan

krisis multi dimensi yang sangat memprihatinkan. Hal ini telah

menyadarkan para pakar bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya

ditentukan oleh kemampuan otak dan daya pikir semata, malah lebih banyak

ditentukan oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

STIMULASI IQ-EQ-SQ SEJAK PRASEKOLAH

Konsep tradisional tentang inteligensi seseorang mengemukakan

bahwa tingkat kecerdasan merupakan faktor bawaan yang sudah ditentukan

sejak lahir. Karena itu, siapa pun tidak dapat mengubah, apalagi

meningkatkan, kadar inteligensi seseorang.

Namun, seiring perkembangan pendidikan, konsep tersebut mulai

tergeser oleh hasil penelitian yang secara intens mempelajari cara

meningkatkan kecerdasan seseorang. Hasilnya, tingkat kecerdasan

seseorang dapat ditingkatkan. Caranya, antara lain, menyekolahkan dan

meningkatkan asupan gizi untuk perkembangan saraf otak.

Upaya meningkatkan intelektual peserta didik di sekolah tidak

mungkin dilakukan secara instan. Hal itu harus dilakukan secara stimultan

sejak dini, sejak usia prasekolah, dengan menyediakan atau menciptakan

13

Page 14: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

lingkungan yang memberi stimulasi intelektual. Sebab, inteligensia anak

tidak akan berkembang hanya dengan memperhatikan sudut gizi tanpa

memperhatikan sudut lingkungan.

Dari sudut pendidikan, inteligensi didefinisikan sebagai kemampuan

mengunakan potensi intelek untuk belajar. Sedangkan hasil belajar

merupakan pengetahuan yang dimulai dari pengalaman indra, persepsi,

imajinasi, konsentrasi, abstraksi, penilaian, dan penalaran. Proses tersebut

menyangkut daya ingat atas bahan yang diperoleh sebelumnya, kemudian

dikeluarkan untuk proses lebih lanjut (M.S. Hadisubrata, 1988)

Secara kongkret dapat dikatakan, anak dengan kadar intelek dan

inteligensi tinggi (cerdas) adalah anak yang pengamatannya tajam, daya

persepsi dan imajinasinya kuat, daya abstraksi dan apresiasinya tinggi, daya

penalarannya lurus, serta daya konsentarsi dan daya ingatnya kuat.

Pertanyaannya, seberapa jauh urgensi stimulasi untuk merangsang

perkembangan IQ (intelegence quotient), EQ (emotional quotient), dan SQ

(spiritual quotient)? Hasil penelitian psikolog Skeels dan Dye (1938), White

(1971), dan psikolog lain menyimpulkan hal-hal berikut.

Pertama, tanpa stimulasi dari lingkungan, anak tidak akan dapat

mengaktualisasikan potensi inteleknya secara maksimal. Di sini, anak belum

mencapai titik IQ, EQ, dan SQ optimal yang seharusnya bisa dicapai.

Kedua, ada kecenderungan para ahli untuk merangsang perkembangan

inteligensi secara maksimal dalam dua kategori, nonverbal dan verbal. Yang

termasuk nonverbal adalah aktivitas untuk merangsang pengakraban indera

seperti mainan dan aktivitas fisik lain sejenis.

Sedangkan yang dimaksud verbal adalah berbicara, menghafal,

mengajar bahasa, dan sejenisnya. Bagi peserta didik di kelas rendah (SD,

TK, playgroup), dua jenis rangsangan itu merupakan learn climate (iklim

belajar) seperti halnya yang terjadi pada peserta didik di kelas menengah

(SMP, SMA).

Yang paling perlu diingat dalam rangka stimulasi kecerdasan, emosi,

dan spiritual adalah peran orang tua dan guru sama-sama penting. Fungsi

14

Page 15: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

sekolah dan lingkungan keluarga, dan tempat bermain sama vitalnya. Semua

harus saling mendukung, tidak boleh ada satu aspek pun yang lemah.

Untuk mendapatkan tingkat intelektual yang optimal di semua jenjang

pendidikan, stimulasi harus dilakukan sejak dini, bahkan sejak prasekolah.

Pada masa bayi, orang tua bertanggung jawab merangsang indera, aktivitas

motorik, dan bahasa. Idealnya, anak usia 12 bulan harus bisa menjawab

pertanyaan kita. Meski, saat ditanya "mana mobilnya", anak hanya

menunjuk ke lantai seraya merangkak mengambil mobil-mobilannya.

Karena itu, perlu sekali merangsang inteligensi peserta didik sedini

mungkin, sejak usia pembentukan, saat masih mudah merangsang

perkembangan kecerdasan, emosi, dan fisik. Grade perkembangan yang

diperoleh pada masa balita itulah yang nanti menjadi dasar pola

perkembangan inteligensi selanjutnya. Sehingga, tidak aneh bila tingkat

kecerdasan, stabilitas emosi, dan kepekaan sosial peserta didik di tingkat

SMP/SMA sangat variatif meski mereka belajar di satuan pendidikan

dengan fasilitas sama.

Sikap Pendidik dalam Menumbuhkan IQ, EQ dan SQ yang Baik

kepada Peserta Didik

Perlu disadari oleh pendidik bahwa tingkat kecerdasan seseorang

dapat ditingkatkan. Caranya, antara lain, menyekolahkan dan meningkatkan

asupan gizi untuk perkembangan saraf otak.

Upaya meningkatkan intelektual peserta didik di sekolah tidak

mungkin dilakukan secara instan. Hal itu harus dilakukan secara stimultan

sejak dini, sejak usia prasekolah, dengan menyediakan atau menciptakan

lingkungan yang memberi stimulasi intelektual. Sebab, inteligensia anak

tidak akan berkembang hanya dengan memperhatikan sudut gizi tanpa

memperhatikan sudut lingkungan.

Dari sudut pendidikan, inteligensi didefinisikan sebagai kemampuan

mengunakan potensi intelek untuk belajar. Sedangkan hasil belajar

merupakan pengetahuan yang dimulai dari pengalaman indra, persepsi,

imajinasi, konsentrasi, abstraksi, penilaian, dan penalaran. Proses tersebut

15

Page 16: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

menyangkut daya ingat atas bahan yang diperoleh sebelumnya, kemudian

dikeluarkan untuk proses lebih lanjut (M.S. Hadisubrata, 1988)

Secara kongkret dapat dikatakan, anak dengan kadar intelek dan

inteligensi tinggi (cerdas) adalah anak yang pengamatannya tajam, daya

persepsi dan imajinasinya kuat, daya abstraksi dan apresiasinya tinggi, daya

penalarannya lurus, serta daya konsentarsi dan daya ingatnya kuat.

Pertanyaannya, seberapa jauh urgensi stimulasi untuk merangsang

perkembangan IQ (intelegence quotient), EQ (emotional quotient), dan SQ

(spiritual quotient)? Hasil penelitian psikolog Skeels dan Dye (1938), White

(1971), dan psikolog lain menyimpulkan hal-hal berikut.

Pertama, tanpa stimulasi dari lingkungan, peserta didik tidak akan

dapat mengaktualisasikan potensi inteleknya secara maksimal. Di sini,

peserta didik belum mencapai titik IQ, EQ, dan SQ optimal yang seharusnya

bisa dicapai.

Kedua, ada kecenderungan para ahli untuk merangsang perkembangan

inteligensi secara maksimal dalam dua kategori, nonverbal dan verbal. Yang

termasuk nonverbal adalah aktivitas untuk merangsang pengakraban indera

seperti mainan dan aktivitas fisik lain sejenis.

Sedangkan yang dimaksud verbal adalah berbicara, menghafal,

mengajar bahasa, dan sejenisnya. Bagi peserta didik di kelas rendah (SD,

TK, playgroup), dua jenis rangsangan itu merupakan learn climate (iklim

belajar) seperti halnya yang terjadi pada peserta didik di kelas menengah

(SMP, SMA).

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

16

Page 17: ISBD "IQ, EQ , dan SQ"

Setiap manusia memiliki kecerdasan otak (Intelligence Quotient),

kecerdasan emosional (Emotional Quotient) dan Spiritual Quotient. IQ

berupa keahlian (skill) dan pengetahuan yang memiliki aspek-aspek

diantaranya kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, dan

lain sebagainya. EQ merupakan kemampuan untuk merasa, yang berpusat

pada kejujuran suara hati sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal diri

sendiri dan orang lain, mengendalikan emosi serta kemampuan berhubungan

dengan orang lain. SQ merupakan kecerdasan untuk menghadapi persoalan

makna, kecerdasan untuk menilai tindakan atau jalan hidup seseorang lebih

bermakna. Tiga kecerdasan ini tidak dapat dipisah kan, ketika seseorang

berhasil meraih kesuksesan dengan memksimalkan IQ dan EQ, sering kali

ada perasaan hampa dalam kehidupan batinnya., kerana mereka tidak memuat

SQ. Untuk menjadi seorang pribadi yang sukses, maka pribadi tersebut harus

mampu menggabungkan dan mensinergakan IQ, EQ, dan SQ. Ilmu tanpa hati

adalah buta, sedangkan ilmu tanpa hati dan jiwa adalah hampa.

17