infeksi cacing nematoda usus

21
INFEKSI CACAING NEMATODA USUS PADA MANUSIA YANG DITULARKAN OLEH HEWAN DAN ENTERIBIUS VERMICULARIS 1. Ancylostoma Cannium (Cacing Tambang Anjing) a. Morfologi Cacing dewasa hidup ԁі ԁаƖаm usus halus manusia. Cacing melekat pada mukosa usus ԁеnɡаn bagian mulutnya уаnɡ berkembang ԁеnɡаn bаіk. Infeksi pada manusia ԁараt tеrјаԁі melalui penitrasi kulit worm filariform уаnɡ аԁа ԁі tanah. Cacing dewasa berbentuk silindrik. Ukuran cacing betina 9-13 mm ԁаn cacing jantan 5-10 mm. Bentuk A. duodenale ѕереrtі huruf C. Rongga mulut spesies cacing іnі lebar ԁаn terbuka. Pada Ancylostoma duodenale ԁі lengkapi dua pasang gigi berbentuk lancip. Cacing іnі, уаnɡ jantan ujung ekornya mempunyai busa kopulatriks, sedangkan уаnɡ betina ujung ekornya lurus ԁаn lancip.

Upload: telnetcom

Post on 23-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Infeksi Cacing Nematoda USUS

INFEKSI CACAING NEMATODA USUS PADA MANUSIA YANG DITULARKAN

OLEH HEWAN DAN ENTERIBIUS VERMICULARIS

1. Ancylostoma Cannium (Cacing Tambang Anjing)

a. Morfologi

Cacing dewasa hidup ԁі ԁаƖаm usus halus manusia. Cacing melekat pada mukosa usus

ԁеnɡаn bagian mulutnya уаnɡ berkembang ԁеnɡаn bаіk. Infeksi pada manusia ԁараt tеrјаԁі

melalui penitrasi kulit worm filariform уаnɡ аԁа ԁі tanah.

Cacing dewasa berbentuk silindrik. Ukuran cacing betina 9-13 mm ԁаn cacing jantan 5-

10 mm. Bentuk A. duodenale ѕереrtі huruf C. Rongga mulut spesies cacing іnі lebar ԁаn

terbuka. Pada Ancylostoma duodenale ԁі lengkapi dua pasang gigi berbentuk lancip. Cacing

іnі, уаnɡ jantan ujung ekornya mempunyai busa kopulatriks, sedangkan уаnɡ betina ujung

ekornya lurus ԁаn lancip.

Telur cacing іnі keluar bеrѕаmа-ѕаmа ԁеnɡаn tinja. Didalam tubuh manusia ԁеnɡаn

waktu 1-1,5 hari telur telah menetas ԁаn mengeluarkan worm rabditiform уаnɡ panjangnya

kυrаnɡ Ɩеbіh 250 mikron, rongga mulut panjang ԁаn sempit, esofagus memiliki dua bulbus

уаnɡ terletak ⅓ panjang tubuh bagian adjoin dash. Selanjutnya ԁаƖаm waktu kira-kira 3 hari,

worm rabditiform berkembang menjadi worm filariform (bentuk infektif) уаnɡ panjangnya

kira-kira 500 mikron, rongga mulut tertutup ԁаn esofagus terletak ¼ panjang tubuh bagian

Page 2: Infeksi Cacing Nematoda USUS

adjoin dash. Worm filariform ԁараt tahan didalam tanah selama 7-8 minggu. Infeksi pada

manusia tеrјаԁі apabila worm filariform menembus kulit atau tertelan.

b. Siklus Hidup

Daur hidup cacing tambang іnі dimulai ԁаrі worm filariform menemus kulit manusia

kemudian masuk kе kapiler darah ԁаn berturut-turut menuju jantung kanan, paru-paru,

bronkus, trakea, laring, ԁаn terakhir ԁаƖаm usus halus ѕаmраі menjadi dewasa.

c. Gejala Klinis

Parasit іnі tersebar ԁі ѕеƖυrυh dunia ( kosmopolit ). Penyebaran уаnɡ barrier banyak ԁі

daerah tropis ԁаn subtropis. Lingkungan уаnɡ barrier cocok аԁаƖаh surroundings ԁеnɡаn

suhu ԁаn kelembapan уаnɡ tinggi, terutama daerah perkebunan ԁаn pertambangan

Gejala klinis ankilostomiasis ditimbulkan οƖеh adanya worm maupun cacing dewasa.

Gejala permulaan уаnɡ timbul ѕеtеƖаh worm menembus kulit аԁаƖаh timbulnya rasa gatal-

gatal biasa. Apabila worm menembus kulit ԁаƖаm јυmƖаh ԁаƖаm јυmƖаh banyak, rasa gatal-

gatal semakin hebat ԁаn kemungkinan tеrјаԁі infeksi sekunder. Apabila lesi berubah menjadi

vesikuler аkаn terbuka kаrеnа garukan іtυ. Gejala ruam papuloeritematosa уаnɡ berkembang

аkаn menjadi vesikel. Inі diakibatkan οƖеh banyaknya worm filariform уаnɡ menembus kulit.

Kejadian іnі disebut disturb a curfew itch. Apabila worm mengadakan migrasi kе paru maka

ԁараt menyebabkan pneumonitis уаnɡ tingkat gejalanya tergantung pada јυmƖаh worm

tеrѕеbυt.

Gejala klinik уаnɡ disebabkan οƖеh cacing tambang dewasa ԁараt bеrυра nekrosis

jaringan usus, gangguan gizi, ԁаn kehilangan darah.

Nekrosis jaringan usus

Kedaan іnі diakibatkan dinding jaringan usus уаnɡ terbuka οƖеh gigitan cacing dewasa.

Page 3: Infeksi Cacing Nematoda USUS

Gangguan gizi

Penderita banyak kehilanan karbohibrat, lemak, ԁаn terutama protein, bahkan banyak

unsur besi (Fe) уаnɡ hialng ѕеhіnɡɡа tеrјаԁі malnutrisi.

Kehilangan darah

Darah уаnɡ hilang іtυ dikarenakan dihisap langsung οƖеh cacing dewasa. Disampng іtυ,

bekas gigitan cacing dewasa ԁараt menimbulkan pendarahan tеrυѕ menerus kаrеnа

sekresi zat koagulan οƖеh cacing dewasa tеrѕеbυt. Setiap ekor cacing ancylostoma

duodenale ԁараt mngakibatkan hilangnya darah antara 0,08-0,34cc fοr еνеrу hari.

Penderita biasanya menjadi anema hipokrom mikrositer ѕеhіnɡɡа daya tahan ԁаn

prestasi kerja menurun.

Pada kasus infeksi akut уаnɡ disertai јυmƖаh cacing уаnɡ banyak, penderita mengalami

lemah badan, nausea, sakit perut, lesu, pucat, ԁаn kadang-kadang disertai diare ԁеnɡаn tinja

berwarna merah ѕаmраі hitam (tergantung јυmƖаh darah уаnɡ keluar). Apabila cacing dewasa

уаnɡ terdapat pada anak-anak jumlahnya banyak maka ԁараt mengakibatkan gejala hebat ԁаn

ԁараt menyebabkan kematian.

Gejala klinis sering dihubungkan ԁеnɡаn јυmƖаh telur уаnɡ ditemukan ԁаƖаm tinja.

Dilaboratorium ԁараt diketahui ԁеnɡаn metoda hitung telur fοr еνеrу mg (miligram) tinja.

Apabila ditemukan 5 fοr еνеrу mg tinja, bеƖυm аԁа gejala уаnɡ berarti, tetapi apabila Ɩеbіh

besar ԁаrі 20 fοr еνеrу mg tinja, mυƖаі аԁа korelasinya ԁеnɡаn gejala уаnɡ ditimbulkan ԁаn

apabila ditemukan 50 fοr еνеrу mg atau Ɩеbіh, keadaan penderita ѕυԁаh mengarah kе infeksi

berat.

d. Diagnosis

Diagnosis pasti infeksi cacing tambang ditegakkan ԁеnɡаn meneukan telur ԁаƖаm tinja

ԁаn worm уаnɡ dibiakkan ԁаƖаm tinja (menurut metoda Harada-Mori).

e. Epidemiologi Dаn Pencegahan

Dі Indonesia insiden anklostomasis cukup tinggi. Kasusnya banyak ditemukan ԁі daerah

pedesaan, khususnya pada pekerja ԁі daerah perkebunan уаnɡ kontak langsung ԁеnɡаn

tanah.

Penyebaran infeksi berhubungan ԁеnɡаn kebiasaan defekasi ԁі tanah. Habiatat уаnɡ cocok υntυk pertumbuhan worm ialah tanah уаnɡ gembur. (misalnya humus ԁаn pasir). Suhu

Page 4: Infeksi Cacing Nematoda USUS

optimum υntυk perkembangan worm ancylostoma duodenale аԁаƖаh 23º-25ºC. Infeksi ԁараt

dihindari ԁеnɡаn menggunakan alas kaki (sendal atau sepatu). Pencegahan ԁараt dilakukan

ԁеnɡаn cara menghindari defekasi ԁі sembarang tempat.

2. Ancylostoma Braziliense (Cacing Tambang Pada Kucing)

Cacing ini sama seperti Ancylostoma Cannium.

a. Morfologi dan Siklus Hidup

Cacing dewasa tidak ditemukan pada manusia. A. braziliense dewasa yang jantan

panjangnya 4,7-6,3 mm, sedangkan yang betina panjangnya 6,1-8,4 mm. Mulutnya

mempunyai sepasang gigi besar dan sepasans gigi kecil. Cacing jantan mempunyai bursa

kopulatrik kecil dengan rays pendek. A. caninum jantan panjangnya 10 mm dan betinanya 14

mm. Mulutnya mempunyai 3 pasang gigi besar. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatrik

besar dengan rays panjang dan langsing. Secara tidak langsung dapat terinfeksi larva

filariform melalui penetrasi kulit dan selanjutnya larva mengembara di kulit.

b. Patologi dan Gejala Klinis

Pada manusia, larva tidak menjadi dewasa dan menyebabkan kelainan kulit yang disebut

creeping eruption, creeping disease atau cutaneous larva migrans. Creeping eruption adalah

suatu dermatitis dengan gambaran khas berupa kelaianan intrakutan serpiginosa, yang antara

lain disebabkan Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Pada tempat larva

filariform menembus kulit terjadi papel keras, merah dan gatal. Dalam beberapa hari

terbentuk terowongan intrakutan sempit yang tampak sebagai garis merah, sedikit menimbul,

gatal sekali dan bertambah panjang menurut gerakan larva didalam kulit. Sepanjang garis

yang berkelok-kelok terdapat vesikel-vesikel kecil dan dapat terjadi infeksi sekunder karena

kulit di garuk.

c. Epidemiologi

Kucing dan anjing merupakan hospes definitif A.braziliense dan A.Caninum. Penularan

bisa dicegah dengan menghindari  kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja anjing dan

kucing.

d. Diagnosis

Diagnosis pasti infeksi cacing tambang ditegakkan ԁеnɡаn meneukan telur ԁаƖаm tinja

ԁаn worm уаnɡ dibiakkan ԁаƖаm tinja (menurut metoda Harada-Mori).

Page 5: Infeksi Cacing Nematoda USUS

3. Trichinella Spiralis (Cacing Trikina/Babi)

Pada tahun 1835 James Pagent, seorang mahasiswa kedokteran, menemukan larva dalam

otot seorang italia yang meninggal karena tuberculosis di rumah sakit London. Cacing pemilik

larva itu diberi namaTrichina Spiralis oleh Owen, yang kemudian diubah menjadi Trichinella

Spiralis. Zenker (1860) menemukan hubungan penyakit yang ditimbulkan oleh cacing ini

dengan kebiasaan memakan sosis daging mentah. Selanjutnya penyakit yang ditimbulkan

oleh cacing ini diberi nama, seperti trichinosis atau trichiniasis atau trichinialliasis atau

trichinellosis.

Sebetulnua cacing ini merupakan parasit pada hewan pemakan daging, namun manusia

dapat mengidapnya setelah memakan daging mentah, khususnya daging babi.Sebagaimana

telah dikatakan larva cacing ini sering ditemukan dalam otot manusia, walaupun sebenarnya

cacing ini memiliki fase hidup dalam usus juga, tetapi fase ini jarang terdiagnosa.

a. Distribusi Geografis

Hampir diseluruh duniapernah dilaporkan adanya penyakit yang disebabkan cacing

ini.Negara yang terkena penyakit ini umumnya adalah Negara yang secara endemic

masyarakatnya memakan daging babi, antara lai Thailand, Kenya, Tanzania, dan

Segenal.Ditemukan juga di Iran dan Mesir. Negara – Negara Amerika Selatan, termasuk

Mexico dan Chili, dan juga Amerika Serikat masih mempunyai masalah dengan penyakit

ini .walaupun data tentang penyakit ini tidak terlalu banyak dipublikasikan di Asia, namun

diperkirakan penyakit ini tersebar luas diseluruh Asia.

Dikenal 4 sub spesies yang memegang peranan, yaitu Trichinella spiralis yang terdapat

di daerah beriklim sedang dengan babi sebagai reservoir, Trichinella spiralis nativa yang

parasitik bagi Carnivora di daerah kutub misalnya beruang kutub dan walrus, Trichinella

spiralis pseudospiralis yang parasitik bagi burung pemakan daging.

b. Siklus Hidup

Larva yang terdapat dalam daging bila termakan akan keluar dari cysternya di lambung,

kemudian larva ini bergerak menuji usus kecil, melakukan penetrasi mukosa usus dan menjadi

dewasa dalam satu minggu. Cacing dewasa dapat hidup beberapa minggu dalam tubuh

manusia (rata – rata 50 hari).Cacing dewasa jantan dan betina (1-4 mm) hidung dalam lapisan

mukosa usus.Di situ mereka melakukan perkawinan sehingga cacing betina melahirkan

Page 6: Infeksi Cacing Nematoda USUS

larvanya (100μm).Jumlah larva yang dihasilkan dapat mencapai 1350-1500 ekor. Larva –

larva ini kemudian bergerak ke pembuluh darah, mengikuti aliran darah limfe menuju ke

jantung dan paru, akhirnya menembus otot. Dalam serat otot larva ini dikelilingi oleh sel

Sertoli otot. Biasanya larva ini menjadi infeksisus setelah berumur 30 hari dalam otot dan

siklus hidup akan terulang kembali bila otot yang terinfeksi termakan oleh host. Jadi,

sebenarnya pada cacing ini tidak dikenal adanya intermediate host sebab seluruh siklus

hidupnya terjadi pada satu host saja. Larva yang tetap tinggal di otot akan membentuk cyste

dan dapat hidup sampai 11-12 tahun (dalam otot babi) atau 30 tahun (dalam otot manusia).

c. Morfologi

Cacing jantan dewasa berukuran1,4 – 1,6mm x 0,06mm , sedangkan yang betina

berukuran 3-4mm x 0,6mm. cacing ini memiliki esophagus sepanjang 1/3 sampai ½ panjang

badang dan terdiri dari stichocyte untuk membentuk esophagus tipe stichosome.

Cacing jantan tidak memiliki spicule tetapi mempunyai copulatory appendages yang

berbentuk lobuler.Cacing betina memiliki uterus di sebelah anterior ovarium yang terkadang

Nampak berisi banyak sekali larva yang siap dilahirkan.

d. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi trichinosis diperkirakan antara 10-14 hari setelah memakan daging yang

terinfeksi yang bervariasi antara 5-45 hari. Variasi masa inkubasi ini ternyata berhubungan

dengan banyaknya larva yang dikonsumsi, sebab gejala dan tanda – tanda penyakit baru

Nampak jelas bila terjadi infeksi dengan 10 larva per gram daging.

Tanda utama infeksi dengan cacing ini berupa eosinofilia disertai gejala berupa

pembengkakan di daerah wajah dan sekitar mata.Pembengkakan di kelopak mata disebabkan

karena larva menembus capillair (kapiler) yang menyebabkan perdarahan dan darah

tertimbung di jaringan.Pada infeksi berat dapat dijumpai sakit perut disertai diare atau

obstipasi, anoreksia, dan kelemahan. Dari seluruh gajala tadi karakteristik adalah timbulnya

demam yang dapat dikatakan tidak pernah terjadi pada infeksi dengan cacing lain. Pada saat

larva masuk kedalam otot (biasanya yang disukai oleh larva adalah otot seranlintang) ia akan

merusak sarkolema otot sehingga timbul myositis, penderita merasakan nyeri otot hebat yang

disertai dengan eosinofilia serta pembengkakan pada kelopak mata. Bilamana larva masuk ke

otot jantung terjadilah myokarditis dan bila mengikuti aliran darah menuju otak dan paru

terjadilah encephalitis dan bronchopneumonia. Semua gejala ini umumnya mereda setelah

Page 7: Infeksi Cacing Nematoda USUS

minggu kelima infeksi. Pada infeksi yang sangat berat sering dijumpai gagal jantung yang

diakhiri dengan kematian.Namun yang menarik adalah tidak ditemukannyaeosinofilia pada

infeksi berat.

Secara histologist pada fase cacing menjadi dewasa, ditemukan adanya pembengkakan

dan infiltrasi di daerah usus disamping tanda – tanda radang dan sekresi usus yang

berlebihan.Pada fase larva sedang bermigrasi sering dijumpaiinflamasi pembuluh darah

sampai hemorrhagi, dan fase larva sudah berada di otot, ditemukanperadangan otot, dan

degenerasi sel otot sampai kalsifikasi cyste.

e. Diagnosis Laboratoris

Diagnoswa trichinosis ditegakkan dengan melakukan biopsy diotot deltoid atau

gastrocnemius. Biasanya sebagian specimen difiksasi dan diwarnai untuk melihat adanya

larva, dan sebagian lagi diperiksa sebagai preparat segar melalui teknik digesti.

Pemeriksaan serologis dilakukan dengan teknik Bentonite Flocculation (BFT) dan

ELISA. Titer BFT yang lebih tinggi atau sama dengan 1 : 5 menunjukkan telah terjadi infeksi

baru dengan larva Trichinella Spiralis. Sedangkan tes ELISA baru positif setelah 38 hari

terinfeksi dan akan tetap positif sampai sepuluh tahun setelah infeksi.

4. Toxocana Carius (Cacing Gelang Anjing)

Toxocara berasal dari kata toxo yang berarti panah dan cara yang berarti kepala. Dua

spesies penting pada genus toxocara adalah toxocara canis (menginfeksi anjing) dan toxocara

cati (menginfeksi kucing).Kedua spesies ini dikenal sebagai cacing yang biasanya

menginfeksi anjing dan kucing dan menimbulkan visceral larva migrans pada

manusia.Penyakit yang ditimbulkan disebut toxocariasis.

Beaver (1972) merupakan orang pertama yang melaporkan infeksi cacing ini pada

manusia.Dari survei yang pernah dilakukan, diketahui bahwa 2% penduduk telah terinfeksi

cacing ini.

a. Distribusi geografik

Toxocariasis merupakan penyakit kosmopolitan pada manusia pemelihara kucing yang

juga dapat ditemukan di Indonesia, walaupun demikian banyak kasus yang tidak terdiagnosa.

Di Jakarta prevalensi pada kucing yaitu 26%, dan pada anjing 38,3%. Sedangkan di amerika

dilaporkan bahwa 2-90% anjing terinfeksi cacing ini.

Page 8: Infeksi Cacing Nematoda USUS

b. Morfologi

Telur cacing toxocara canis berukuran 90 x 75 µ serta dinding telurnya berbenjol-benjol

kasar. Ketika dewasa, cacing toxocara canis jantan mempunyai panjang 3,6 – 8,5 cm,

sedangkan yang betina mempunyai ukuran 5,7 – 10,0cm. Telur cacing toxocara cati

berukuran 65 x 75 µ dengan dinding telur berbenjol-benjol halus dan saat dewasa cacing

toxocara cati jantan mempunyai panjang 2,5 – 7,8 cm sedangkan yang betina mempunyai

panjang 2,5 – 14,0 cm. Bentuknya menyerupai ascaris lumbricoides muda. Pada toxocara cati

terdapat sayap cervical yang berbentuk seperti lanset, yang ukurannya lebih besar

dibandingkan dengan yang ditemukan pada toxocara canis, sehingga kepalanya menyerupai

kepala ular kobra.Bentuk ekor cacing toxocara cati jantan seperti tangan dengan jari yang

sedang menunjuk (digitiform), sedangkan yang betina ekornya bulat meruncing.Walaupun

keduanya sangat mirip, tetapi dapat dibedakan berdasarkan bentuk telur, cervical alae, dan

ekornya.

c. Siklus hidup

Pada dasarnya siklus hidup cacing ini sama dengan siklus hidup ascaris lumbricoides.

Manusia dapat terinfeksi cacing ini bila memakan makanan yang terkontaminasi telur cacing.

Telur infeksius ini akan menetas dalam usus dan larvanya menembus pembuluh darah untuk

ikut aliran darah ke seluruh tubuh dan terdampar di organ-organ tubuh. Walaupun pernah

diaporkan ditemukannya cacing dewasa pada 3 kasus, namun dipercaya bahwa larva yang

menetas di tubuh manusia tidak pernah menjadi dewasa.

Siklus toxocara canis dalam tubuh anjing lebih dikenal daripada siklus hidup toxocara

cati dalam tubuh kucing, namun kebanyakan orang menganggap keduanya adalah sama. Pada

anjing, siklus dimulai dari tertelannya telur yang berembrio oleh anjing.Telur tersebut

menetas diusus anjing dan larvanya melakukan migrasi ke jaringan.Pada anjing betina yang

sedang hamil, larva dapat bermigrasi ke hati fetusnya sekitar hari ke 42 setelah infeksi dengan

telur yang infeksius.Dalam hati fetus, larva berkembang menjadi larva stadium ketiga.Setelah

fetus tadi lahir, larva cacing bermigrasi ke lambungnya melalui paru-paru.Pada hari ke12

larva tadi sampai di usus halus dan mejadi dewasa 3 minggu kemudian.Larva di usus anak

anjing dapat pula dikeluarkan bersama feses yang apabila dimakan oleh induknya, larva tadi

menjadi dewasa diusus induk anjing untuk kemudian menghasilkan telur dan siklus terulang

Page 9: Infeksi Cacing Nematoda USUS

kembali.Pernah dilaporkan juga bahwa selain penularan transplasenta dari induk anjing ke

fetusnya, penularan dapat juga secara transmammary.

Kemungkinan lain dari siklus hidup cacing ini adalah :

Ditelannya telur yang infeksius oleh anak anjing (berumur kurang dari 3 minggu) yang

kemudian menetas, migrasi melalui trakea dan menjadi dewasa di usus halusnya.

Tertelannya telur infeksius oleh anjing yang berumur lebih dari 3 minggu dan larva

yang menetas akan berdiam di jaringan tubuhnya.

Telur infeksius ditelan oleh tikus kemudian larvanya bermigrasi ke jaringan tubuhnya.

Bila tikus ini dimangsa oleh anjing yang berumur lebih dari 3 minggu, maka larva

yang ada akan bermigrasi ke usus anjing melalui trakea.

Telur infeksius tertelan oleh manusia, larvanya menetas dan bermigrasi ke mata

(menimbulkan kebutaan) atau di organ tubuh lain dan menimbulkan eosinofilia.

d. Patologi dan gejala klinis

Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan hanya mengembara di organ dalam

tubuh.Gejala yang ditimbulkan pada toxocariasis sangat tergantung dimana larva cacing ini

berada. Berat ringannya penyakit yang ditimbulkan tergantung pada : a) jumlah telur yang

tertelan, b) jumlah larva yang melakukan penetrasi di dinding usus, c) jumlah larva yang

melakukan migrasi, d) status imunitas dari host, dan e) letak larva dalam tubuh host. Pada

infeksi ringan, hanya ditemukan eosinofilia, sedangkan pada infeksi yang lebih berat dapat

pula dijumpai demam, batuk, nausea, dan muntah.Pada anak-anak sering dijumpai anoreksia,

sakit sendi dan otot, penurunan berat badan, dan kejang-kejang.Terkadang dapat ditemukan

hepatomegali. Gejala-gejala ini biasanya kemungkinan akan hilang setelah beberapa bulan

sampai beberapa tahun.

Secara patologis, gejala yang timbul dapat diterangkan dari reaksi tubuh yang

ditimbulkan oleh larva. Larva yang bermigrasi akan terjebak di suatu jaringan dan dapat

terbungkus dalam granuloma yang kemudian dihancurkan atau juga dapat tetap hidup selama

bertahun-tahun. Kelainan yang timbul karena migrasi larva dapat berupa perdarahan, nekrosis,

dan peradangan yang didominasi oleh eosinofil. Kematian larva akan menstimulasi respon

imun immediate-type hypersensitivity yang menimbulkan penyakit visceral larva migrans

(VLM), dengan gejala demam, pembesaran hati dan limpa, gejala saluran napas bawah seperti

bronkospasme (mirip, hipergammaglobulinemia IgM, IgG, IgE). Kelainan pada otak dapat

Page 10: Infeksi Cacing Nematoda USUS

menyebabkan kejang, gejala neuropsikiatrik, atau encephalopati. Umumnya penderita VLM

adalah anak usia dibawah 5 tahun karena mereka banyak bermain di tanah atau kebiasaan

memakan tanah (geofagia atau pica) yang terkontaminasi feses kucing. VLM dapat juga

disebabkan oleh larva nematoda lain.

Kelainan karena migrasi larva pada retina mata disebut occular larva migrans (OLM)

biasanya unilateral dapat berupa penurunan penglihatan yang dapat disertai strabismus pada

anak, invasi retina disertai pembentukan granuloma yang dapat menyebabkan terlepasnya

retina, endofthalmitis, dan glaucoma hingga kebutaan.Akhir-akhir ini diketahui bahwa banyak

kasus mata yang disebabkan oleh visceral larva migrans, namun selalu pada mulanya salah

didiagnosa.Pernah dilaporkan bahwa 15% dari penyakit yang semual di diagnosa sebagai

retinoblastoma dan setelah di enukleasi ternyata ditemukan larva di dalam bola mata.

Sehubungan dengan tingginya kesalahan diagnosa, maka sebagai pedoman penegakan

diagnosa adalah kumpulan gejela yang dianggap sebagai tanda cardinal visceral larva migrans

yaitu : a) dimilikinya anak anjing atau anak kucing, b) penderita adalah anak-anak atau orang

muda, c) hepatomegali, d) pica, dan e) eosinofilia serta meningkatnya titer Ig E.

e. Diagnosa

Diagnosa pasti VLM dengan menemukan larva atau potongan larva dalam jaringan

namun sukar untuk ditegakkan. Oleh karena itu, dapat dilakukan diagnosis serologi melalui

deteksi antibodi IgG terhadap antigen eksretori-sekretori larva toxocara canis disertai

eosinofilia (>2000 sel /mm3), atau peningkatan total IgE (>500IU/ml) dapat membantu

menegakkan diagnosis. Pada penderita OLM, imunodiagnosis kurang sensitif walaupun titer

IgG yang lebih tinggi ditemukan pada cairan aqueous atau vitreus.

Teknik pencitraan seperti USG, CT scan, dan MRI dapat digunakan untuk mendeteksi

lesi granulomatosa yang berisi larva toxocara.

5. Toxocara Cati (Cacing Gelang Kucing)

a. Morfologi Toxocara canis berjenis kelamin jantan mempunyai ukuran panjang yang bervariasi

antara 3,6 - 8,5 cm, sedangkan Toxocara canis betina mempunyai ukuran antara 5,6 -10 cm.

Toxocara cati berjenis kelamin jantan berukuran antara 2,5 – 7,8 cm sedangkan Toxocara cati

betina berukuran 2,5 – 14 cm. Bentuk hewan ini menyerupai Ascaris lumbricoides muda.

Page 11: Infeksi Cacing Nematoda USUS

PadaToxocara canis terdapat sayap servikal yang berbentuk seperti lanset, sedangkan pada

Toxocara cati berbentuk sayap yang lebih lebar, sehingga kepalanya menyerupai kepala ular

kobra. Bentuk ekor Toxocara canis dan Toxocara cati hampir sama, untuk yang berjenis

kelamin jantan ekornya berbentuk seperti tangan dan dengan jari yang sedang menunjuk

(digitiform), sedangkan untuk yang berjenis kelamin betina bentuk ekornya bulat meruncing.

Toxocara Canis Toxocara Cati

b. Daur Hidup (Siklus Hidup) Siklus hidup Toxocara canis dan Toxocara cati pada anjing atau kucing serupa dengan

siklus askariasis pada manusia.. Siklus hidup Toxocara cati Sebagian besar cacing gelang

mempunyai siklus hidup yang mirip. Kebanyakan telur cacing menetas dalam waktu dua

minggu. Obat cacing membasmi cacing dengan cara merusak sistem syaraf cacing. Obat

cacing tidak bisa membasmi telur cacing karena telur tidak mempunyai sistem syaraf. Oleh

karena itu pemberian obat cacing harus diulang 2 minggu kemudianagar cacing yang berasal

dari telur yang baru menetas dapat segera dibasmi dengan tuntas. Cacing Toxocara canis,

hidup di tanah, lumpur, pasir dan tempat-tempat kotor. Varian lain diantaranya: Toxocara cati,

Toxocara vitulorum, Toxocara pteropodis, Toxocara malayasiensis dll. Cacing ini daur

hidupnya terutama melalui anjing, kucing dan dilaporkan bisa melalui herbivora.

c. Epidemiologi Di Indonesia angka prevalensi tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 1-7

tahun, di Jakarta prevalensi pada anjing 38,3% dan pada kucing 26 %.

Mereka lebih sering menghabiskan waktu bermainnya di rerumputan, duduk di pasir,

yang merupakan tempat dimana cacing jenis ini berada.

Pada remaja, biasanya terjadi pada mereka yang memiliki kegiatan yang aktif,

misalnya, silat (berguling-guling di rerumputan, tanah, dsb), ataupun kegiatan yang

berhubungan dengan tanah atau lapangan kotor.

Pada usia dewasa juga bisa terjadi pada mereka yang melakukan kegiatan kerja bakti

membersihkan parit, halaman, pengangkut pasir, dsb.

Tanah, lapangan, rumput yang terkontaminasi oleh cacing ini sangat mendukung

cacing jenis ini untuk tinggal dan berkembang biak.

d. GejalaToksokariasis (Visceral Larva Migrans) adalah suatu infeksi yang terjadi akibat

penyerbuan larva cacing gelang ke organ tubuh manusia. Toksokariosis bisa disebabkan oleh

Page 12: Infeksi Cacing Nematoda USUS

Toxocara canis ataupun Toxocara cati. Telur parasit berkembang di dalam tanah yang

terkontaminasi oleh kotoran anjing dan kucing yang terinfeksi . Telur bisa ditularkan secara

langsung ke dalam mulut jika anak-anak bermain di atas tanah tersebut. Setelah tertelan, telur

menetas di dalam usus. Larva menembus dinding usus dan menyebar melalui pembuluh

darah. Hampir setiap jaringan tubuh bisa terkena , terutama otak, mata, hati, paru-paru, dan

jantung. Larva bertahan hidup selama beebrapa bulan, menyebabkan kerusakan dengan cara

berpindah ke dalam jaringan dan menimbulkan peradangan di sekitarnya.

Enterobius Vermicularis (Cacing Kremi)

Cacing dewasa hidup di sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan

sekum. Mereka memakan isi usus penderitanya.Perkawinan (atau persetubuhan) cacing jantan

dan betina kemungkinan terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah kawin dan cacing betina

mati setelah bertelur. Cacing betina yang mengandung 11.000-15.000 butir telur akan bermigrasi

ke daerah sekitar anal (perianal) untuk bertelur. Migrasi ini berlangsung 15 – 40 hari setelah

infeksi. Telur akan matang dalam waktu sekitar 6 jam setelah dikeluarkan, pada suhu tubuh.

Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari.

1. Infeksi dan Penularan

a. Penularan dapat dipengaruhi oleh :

Page 13: Infeksi Cacing Nematoda USUS

Penularan dari tangan ke mulut (hand to mouth), setelah anak – anak menggaruk

daerah sekitar anus oleh karena rasa gatal, kemudian mereka memasukkan tangan

atau jari – jarinya ke dalam mulut. Kerap juga terjadi, sesudah menggaruk daerah

perianal mereka menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri

karena memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi. Telur

Enterobius vermicularis menetas di daerah perianal kemudian larva masuk lagi ke

dalam tubuh (retrofeksi) melalui anus terus naik sampai sekum dan tumbuh menjadi

dewasa. Cara inilah yang kita kenal sebagai : autoinfeksi

Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin

sehingga telur yang ada di debu dapat tertelan.

Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber

infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya.

Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah dingin daripada di daerah

panas. Hal ini mungkin disebabkan karena pada umumnya orang di daerah dingin jarang mandi

dan mengganti baju dalam. Penyebaran cacing ini juga ditunjang oleh eratnya hubungan antara

manusia satu dengan lainnya serta lingkungan yang sesuai.

Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada

golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada orang negro.

Penyebaran cacing kremi lebih luas dari cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu keluarga

atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama seperti asrama atau

rumah piatu. Telur cacing dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan

mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan

beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat ditemukan (92%)

di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi, alas kasur, pakaian.

Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada berbagai golongan manusia 3-80%.

Penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa kelompok usia terbanyak yang menderita

entrobiasis adalah kelompok usia antara 5-9 tahun yaitu terdapat 46 anak (54,1%) dari 85 anak

yang diperiksa.