implementasi total quality management%28tqm%29 dalam pendidikan - stain salatiga.pdf
TRANSCRIPT
-
1
IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DALAM
PENDIDIKAN DI SMP ISLAM AL- AZHAR 18 SALATIGA DAN SMP ISLAM TERPADU NURUL ISLAM TENGARAN KABUPATEN SEMARANG
JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh : RINA PRIARNI NIM. M1.11.017
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2014
-
2
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan
hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak
mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan
sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah
diajukan untuk gelar atau ijasah pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.
Salatiga, 25 Maret 2014 Yang membuat pernyataan
RINA PRIARNI, S.Pd.I
-
3
HALAMAN PENGESAHAN
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama : Rina Priarni, S.Pd.I NIM : M1.11.017 Program Studi : Pendidikan Agama Islam Hari/Tanggal Ujian : Sabtu, 8 Maret 2014 Judul Tesis : Implementasi TQM di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Dan SMP Islam Terpadu Tengaran, Kabupaten Semarang Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014
Panitia Munaqosah Tesis
1. Ketua Penguji : Dr. H. Saadi, M.Ag ____________
2. Sekretaris : Dr. Asfa Widiyanto, M.A ____________
3. Penguji I : Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag____________
4. Penguji II : Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag ____________
5. Penguji III : Dr. Adang Kuswaya, M.Ag ____________
-
4
HALAMAN MOTTO
The aim of education should be to teach us rather how to think, than what to thinkrather to improve our minds, so as to enable us to think for ourselves, than to load the memory with thoughts of othermen. ~Bill Beattie~
Tujuan pendidikan harusnya untuk mengajarkan kita cara
bagaimana berpikir, daripada mengajarkan apa yang harus
dipikirkan mengajarkan memperbaiki otak kita sehingga
membuat kita bisa berpikir untuk diri sendiri, daripada
membebani memori otak kita dengan pemikiran orang lain.
-
5
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati tesis yang sederhana ini saya persembahkan untuk: 1. Allah S.W.T yang selalu memberikan kasih sayangNya dan
ampunanNya kepadaku. 2. Ayahanda (SupriyoUtomo) dan ibunda (Suparni) serta adikku
(Rini Priarni) tercinta yang senantiasa memotivas idan memfasilitasi segala perjuanganku dalam meraih cita-cita dan tujuan hidup.
3. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag dan Dr. Adang Kuswaya, M.Ag yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan tesis ini sehingga dapat selesai dengan baik.
4. Teman-temanku tersayang, Hanik Rofiqoh, S.Pd.I, Drs. Amin Murtadlo, Muchammad Solichun, S.Ag, Lilis Widyowati, S.Pd.I, Heru Mulyanto, S.Pd.I, Ismail Saputro, S.E, Eka Prasetya, S.E, Muhamad Taufik Dwi Arifianto, S.Hum, Olly Anang Sidharta, S.Kom, Abea Puspa Kusuma, S.H, Badrus Zaman, M.Pd.I, Monica Pertiwi G., S.Pd, Bahrianto, S.Hi, dan teman-teman Pascasarjana STAIN Salatiga angkatan 2011 yang senantiasa memberikan motivasi, inspirasi dan nasihat dalam perjalanan hidupku.
5. Serta segenap guru dan karyawan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga dan SMP IT Nurul Islam Tengaran yang telah membantu pelaksanaan penelitian tesis ini sehingga dapat selesai dengan baik.
-
6
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, penulis panjatkan atas
segala limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul: Implementasi Total Quality
Management (TQM) Dalam Pendidikan Di SMP Islam Al- Azhar 18
Salatiga Dan SMP IT Nurul Islam Tengaran Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014dengan baik tanpa banyak
menemui kendala yang berarti.
Shalawat da nsalam, semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad
saw. Beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah
membawa dan mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa terselesainya tesis ini berkat adanya usaha dan
bantuan baik berupa moral maupun spiritual dari berbagai pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, penulis tidak
akan lupa untuk menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya terutama
kepada:
1. Dr.H.Saadi, M.Ag., selaku Direktur Program PascaSarjana STAIN Salatiga
2. Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag dan Dr. Adang Kuswaya, M.Ag selaku dosen
pembimbing yang selalu membimbing penulis dalam menyelesaikan
penulisan tesis ini.
3. Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana STAIN Salatiga
-
7
4. Bapak Supriyo Utomo dan Ibu Suparni tercinta yang telah rela berjuang dan
selalu menyisihkan sebagian hasil keringatnya demi selesainya studi serta
tiada henti-hentinyadengan tulus mendoakan penulis.
5. Kepala SMP Islam Al- Azhar 18 Salatiga yaitu Bapak M. Adam W, S.si
beserta paraBapak/Ibu guru yang telah memberikan bantuan kepada penulis
selama proses penelitian berlangsung.
6. Kepala SMP IT Nurul Islam Tengaran yaitu Bapak Purwoko, S.Pd, beserta
paraBapak/Ibu guru yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama
proses penelitian berlangsung.
Akhirnya, penulis sadar bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat
banyak kekurangan.Namun, terlepas dari kekurangan yang ada kritik dan saran
yang konstruktif sangat penulis harapkan untukperbaikan di masa yang akan
datang. Besar harapan penulis tesis ini dapat memperluas pemahaman kita
bersama dalam memahami makna dan substansi pendidikan Islam yang
sebenarnya.
Hanya ucapan terimakasih yang tidak terhingga yang dapat penulis
sampaikan.Semoga amal dan jasa baik dari semua pihak di atas
diterimaolehAllah SWT. Pada akhirnya, semoga tesis ini dapat bermanfaat,
Amien.
Penulis
RinaPriarni, S.Pd.I
-
8
-
9
ABSTRAK
ImplementasiTotalQualityManagement (TQM) Dalam Pendidikan Di SMP Islam Al- Azhar 18 Salatiga Dan SMP IT Nurul Islam Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014. Tesis.Salatiga :Program Pasca Sarjana Tarbiyah PAI, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang implementasi Total Quality Management di SMP Islam Al- Azhar 18 Salatiga Dan SMP IT Nurul Islam TengaranTahun Pelajaran 2013/2014.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, yang mengambil lokasi di SMP Islam Al- Azhar 18 Salatiga Dan SMP IT Nurul Islam TengaranTahun Pelajaran 2013/2014.Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara untuk menggali data tentang penerapan Total Quality Management di SMP Islam Al- Azhar 18 Salatiga Dan SMP IT Nurul Islam Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014, metode dokumentasi untuk menggali data tentang gambaran umum SMP Islam Al- Azhar 18 Salatiga Dan SMP IT Nurul Islam Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014, dan metode observasi untuk mengetahui jenis layanan di SMP Islam Al- Azhar 18 Salatiga Dan SMP IT Nurul Islam Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014. Data yang diperoleh kemudian dianalisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Total Quality Management di SMP Islam Al- Azhar 18 Salatiga Dan SMP IT Nurul Islam TengaranTahun Pelajaran 2013/2014 masih sangat sederhana.Hal ini terbukti bahwa sekolah ini telah merespon keinginan Pelanggan pendidikan, yakni terdiri dari siswa, orangtua, pejabat pendidikan, pengusaha, duniakerja/dunia pendidikan,guru dan karyawan.selain itu sekolah ini juga memperhatikan masalah layanan.Pelayanan yang terbaik tentunya akan menciptakan kepuasan pelanggan, serta memberdayakan sumber daya insani dan personil yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang didalamnya termasuk siswa dan guru sebagai pengajar.
-
10
ABSTRACT
The Implementation of Total Quality Management (TQM) in Education at SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga and SMP IT Nurul Islam Tengaran School Year 2013/2014. Tesis.Salatiga: Tarbiyah Graduate Program (PAI, 2014)
This study aimed to determine and describe the implementation of Total Quality Management in SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga and SMP IT Nurul Islam Tengaran School Year 2013/2014. This study includes qualitative research, which took place in SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga and SMP IT Nurul Islam Tengaran School Year 2013/2014. The data collection method is the interview method to obtain data about the application of Total Quality Management in SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga and SMP IT Nurul Islam Tengaran School Year 2013/2014, documentation method to obtain data about common description SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga and SMP IT Nurul Islam Tengaran School Year 2013/2014, and observation method to determine the types of services in SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga and SMP IT Nurul Islam Tengaran School Year 2013/2014. The data obtained then analyzed.
The results showed that the application of Total Quality Management SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga and SMP IT Nurul Islam Tengaran School Year 2013/2014 is still very simple. It is evident that this school has been responding to education customer, which consists of students, parents, school officials, employers, workforce / education, teachers and employees. Other than that this school is also take notice about the services. The best service will surely create customer satisfaction, also empowering human resources and personnel who plays an important role in improving the quality of human resources that includes students and teachers as tutors.
-
11
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Terjemahan BS5750/ISO9000 untuk Pendidikan .............................32 2 Perbedaan Institusi Mutu dan Institusi Biasa ....................................57 3 Data Guru dan Karyawan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014 ...............................................................70 4 Data Siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014 ..............................................................71 5 Data Sarana dan Prasarana SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014 ..............................................................71 6 Data Guru dan Karyawan SMP IT Nurul Islam Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014 ..............................................................80 7 Data Siswa SMP IT Nurul Islam Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014 ...............................................................81 8 Data Sarana dan Prasarana SMP IT Nurul Islam Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014 ...............................................................82
-
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Struktur Organisasi Sekolah SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014 ..............................................................69
1.2 Struktur Organisasi Sekolah SMP IT Nurul Islam Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014 ..............................................................79
1.3 Komitmen Kualitas dalam TQM ......................................................169
-
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman wawancara 177 2. Angket penelitian 183
3. Surat Bukti telah Melakukan Penelitian 253
-
14
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan,
yang merupakan salah satu faktor penentu mutu sumber daya manusia.
Melalui lembaga ini para peserta didik, baik secara mental maupun
intelektual, digembleng agar dapat mencapai mutu sesuai target yang
ditetapkan sekolah. Sementara itu, apabila kita amati kondisi sumber daya
manusia Indonesia kualitas manusia Indonesia yang belum begitu memuaskan
telah menjadi berita rutin di berbagai media. Sebenarnya salah satu penyebab
sekaligus kunci utama rendahnya kualitas manusia Indonesia adalah kualitas
pendidikan yang rendah.
Kualitas sosial-ekonomi dan gizi kesehatan yang tinggi tidak akan dapat
bertahan tanpa adanya manusia yang memiliki pendidikan berkualitas. Selain
itu, dunia pendidikan Indonesia saat ini setidaknya menghadapi empat
tantangan besar yang kompleks yaitu, pertama, tantangan untuk
meningkatkan nilai tambah (added value). Kedua, tantangan untuk
melakukan pengkajian secara komprehensif dan mendalam terhadap
terjadinya transformasi struktur masyarakat. Ketiga, tantangan dalam
persaingan global yang semakin ketat. Keempat, munculnya kolonialisme
baru di bidang IPTEK dan ekonomi menggantikan kolonialisme politik.1
1 Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah, Jogjakarta : IRCiSoD, 2010 , 7.
-
15
Kemajuan suatu bangsa diukur dari seberapa maju pendidikan yang telah
dicapai. Konteks tersebaut sama halnya dengan mesin pendidikan yang
digelar di sekolah, apakah telah melakukan pencerahan terhadap peseta didik
ataukah tidak. Sepanjang sejarah pendidikan dilakukan, belum ada kemajuan
yang luar biasa yang dapat disumbangkan di negera Indonesia. Sehingga,
sangat wajar jika pendidikan belum mampu menjadi tulang punggung bagi
perubahan peserta didik.
Fenomena lain dalam dunia pendidikan adalah ketidakseriusan dalam
proses pembelajaran. Aktifitas belajar mengajar yang mengandalkan tekstual,
kegiatan belajar mengajar yang masih kaku, proses belajar mengajar yang
bepusat pada guru dan belum mampu membangun kondisi belajar yang lebih
efektif sehingga yang terjadi hanyalah transfer ilmu " transfer of knowledge".
Akan tetapi esensi dari tujuan pendidikan yang sebenarnya yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa masih diabaikan, dan tidak adanya
internalisasi atau upaya penanaman ilmu pengetahuan yang mana jika
pengintenalisasian ini dilakukan maka siswa tamatan SMA sederajat siap
terjun dalam masyarakat.
Penyebab lain adalah pergantian kurikulum, di negara setiap pergantian
Menteri Pendidikan maka kurikulumnya pasti ikut ganti. Jika dihitung-hitung,
selama 62 tahun kemerdekaan Indonesia sebanyak enam kali terjadi
pergantian kurikulumnya. Jika kurikulum diganti setiap pergantian Menteri
Pendidikan, maka sudah bisa dipastikan mutu pendidikan nasional sangat
jauh yang diharapkan. Untuk itu perlu adanya reformasi dalam dunia
-
16
pendidikan. Reformasi yang efektif dalam bidang pendidikan membutuhkan
partisipasi dari semua stake holder. Pendidikan mesti dipandang sebagai
sebuah sistem terintegrasi di dalam masyarakat dan bukannya dipandang
sebagai organisasi terpisah, yakni pemasok pada masyarakat.
Selain pembelajaran yang searah dan pergantian kurikulum yang
berkepanjangan, masalah yang lebih urgen adalah pendidikan di negara ini
belum terarah kepada tujuan pendidikan yang jelas, padahal tujuan
pendidikan merupakan salah satu komponen utama pada sistem pendidikan.
Dengan tujuan pendidikan, diharapkan proses pendidikan dapat mencapai
hasil secara efektif dan efisien. Apabila tujuan pendidikan tidak digariskan
secara tegas maka pendidikan akan mengalami ketidakpastian dalam
prosesnya, yang akibatnya manusia sebagai out-put pendidikan tidak
memiliki patokan atau pedoman hidup luhur sesuai dengan hakekatnya
sebagai manusia.
Di era kontemporer dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya model
pengelolaan pendidikan berbasis industri.2 Di dunia pendidikan, mutu
dijalankan seperti dalam dunia bisnis, ini merupakan revolusi. Namun, mutu
butuh waktu, pemeliharaan, perubahan sikap semua pihak, dan investasi
dalam bentuk pelatihan untuk semua staf. Banyak pemimpin pendidikan
gagal dalam upaya implementasi mutu karena mereka tak memiliki komitmen
yang menjadi syarat keberhasilan.
2 Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Jogjakarta : IRCisoD, 2011, 5.
-
17
Agar suatu organisasi memiliki daya saing yang tinggi dalam skala
global, maka organisasi tersebut harus mampu melakukan pekerjaan secara
lebih baik, efektif, dan efisien dalam menghasilkan output yang berkualitas
tinggi dan dengan harga yang bersaing. Untuk menghasilkan output yang
bersaing, maka masa mendatang bukan lagi mengandalkan keunggulan
komparatif saja, melainkan juga harus meningkatkan keunggulan kompetitif.
Pengelolaan sumber daya akan memiliki keunggulan kompetitif jika sumber
daya manusia memiliki potensi yang tinggi untuk mengelolanya. Pada tataran
tersebut, tugas utama sekolah ialah membantu peserta didik untuk
menemukan, mengembangkan, dan membangun kemampuan yang akan
menjadikannya berkesanggupan secara efektif untuk menunaikan tugas-tugas
individu dan sosialnya pada saat sekarang dan mendatang.
Dalam ajaran Islam banyak memberikan landasan-landasan tentang
kualitas dan totalitas terhadap ummatnya, salah satunya firman Allah dalam
Surat al-baqoroh ayat 208, yang berbunyi:
Artinya: Masuklah kamu kedalam islam secara menyeluruh (QS. Al-
Baqoroh` : 208)3
Dalam ayat tersebut terdapat dua konsep yang berkaitan dengan TQM,
pertama lafadz dan lafadz .
Kata silm, selama ini kita artikan Islam dalam kontek agama, namun
sebenarnya dapat diartikan lebih luas lagi yang meliputi kata kesejahteraan,
3 Al-Qurannul Karim, Surat Al-Baqoroh: 208
-
18
keselamatan, kemakmuran, kualitas dan seterusnya yang mengarahkan
kepada sebuah kebaikan tingkat tinggi. Dan kata kaffah, sudah jelas
memiliki arti total dan totalitas. Terjemahan yang lebih luas dari ayat tersebut
berbuatlah dan bertin-daklah kamu untuk meraih kebaikan dan kesejahteraan
secara menyeluruh.
Berdasarkan ayat tersebut, jelas bahwa firman Allah tersebut
menganjurkan dan mengarahkan umat Islam untuk berbuat secara total dalam
rangka mencapai kebaikan dan kualitas terbaik sebagai seorang hamba Allah
dan sebagai khalifah di dunia ini. Dan ini sangat sejalan dengan konsep TQM
serta prinsif-prinsif yang ada di dalamnya, terutama masalah kualitas dan
totalitas.
Negara sedang berjuang keras untuk meningkatkan kualitas atau mutu
pendidikan, namun hasilnya belum memuaskan. Kini upaya meningkatkan
kualitas pendidikan ditempuh dengan membuka sekolah-sekolah unggulan,
atau mengimplementasikan berbagai konsep dan teori, salah satunya yaitu
mengimplementasikan Total Quality Management dipandang sebagai salah
satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus untuk
menggkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Dari sisi ukuran
muatan keberhasilan, sekolah yang mampu mengimplementasikan Total
Quality Management di Indonesia bergerak untuk memenuhi syarat sebagai
sekolah yang mampu mengukur sebagian kemampuan akademis dan non
akademis. Dalam tataran konsep sesungguhnya, Total Quality Management
bertujuan untuk melakukan perbaikan yang terus menerus guna meningkatkan
-
19
kinerjanya dan menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara optimal
untuk menumbuh kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Hal ini
berarti bukan hanya prestasi akademis raja yang ditumbuhkembangkan,
melainkan potensi psikis, fisik, etika, moral, riligi, emosi, spirit, adversity dan
inteligensi. Total Quality Management adalah suatu prosedur di mana setiap
orang berusaha keras secara terus menerus memperbaiki jalan menuju
sukses.4
Manajemen mutu terpadu sangai popular di lingkungan organisasi profit,
khususnya di lingkungan berbagai badan usaha/perusahaan dan industri yang
telah terbukti keberhasilannya dalam mempertahankan dan mengembangkan
eksistensi masing-masing dalam kondisi bisnis kompetitif. Kondisi seperti ini
telah mendorong berbagai pihak untuk mempraktekkan di lingkungan
organisasi nonprofit termasuk lingkungan lembaga pendidikan.
Ada beberapa hal yang menarik peneliti untuk mengadakan penelitian
SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga dan SMP IT Nurul Islam Tengaran, yaitu (1)
adanya perbedaan bentuk pengembangan kurikulum, (2) perbedaan visi dan
misi. Secara sekilas yang menjadi ukuran lembaga ini bermutu, dilihat dari
prestasi-prestasi yang berhasil diperoleh oleh siswa-siswi SMP Islam Al
Azhar 18 Salatiga dan SMP IT Nurul Islam Tengaran baik tingkat lokal,
regional maupun nasional. Hal ini tidak lepas dari usaha-usaha yang
dilakukan oleh SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga dan SMP IT Nurul Islam
4 Slamet Margono, Manajemen Mutu Terpadu dan Perguruan Tinggi Bermutu,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1994, 54.
-
20
Tengaran dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga kualitas pendidikan
tidak diragukan lagi.
Selain itu, kedua sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah Islam
terpadu, yaitu yang pada hakekatnya adalah sekolah yang
mengimplementasikan konsep pendidikan islam berlandaskan Al-Quran dan
As sunnah.5 Dalam aplikasinya Sekolah Islam Terpadu diartikan sebagai
sekolah yang menerapkan pendekatan penyelenggaraannya dengan
memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi suatu jalinan
kurikulum. Sekolah Islam Terpadu juga menekankan keterpaduan dalam
metode pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik. Sekolah Islam Terpadu juga memadukan pendidikan
aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah. Dalam penyelenggaraannya memadukan
keterlibatan dan partisipasi aktif lingkungan belajar yaitu sekolah, rumah dan
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Penelitian yang diberi judul Implementasi Total Quality Management
(TQM) dalam Pendidikan Islam di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga dan SMP
IT Nurul Islam Tengaran Kabupaten Semarang, Jawa Tengah Tahun
Pelajaran 2013/2014 didasarkan pada keinginan untuk menyingkap
pengimplementasian Total Quality Management (TQM) , khususnya strategi
yang dikembangkannya dengan mengacu pada indikator-indikator Total
5 Dr. H.M Hidayat Nurwahid, M.A, Sekolah Islam Terpadu: Konsep dan Aplikasinya,
Jakarta: Syaami Cipta Media, 2010, 35.
-
21
Quality Management (TQM) dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Sehubungan dengan itu, permasalahan yang ada dalam judul tersebut dapat
diidentifikasikan sebagai berikut.
Berbagai permasalahan dapat diidentifikasikan berkaitan dengan judul di
atas, di antaranya (1) upaya yang dilakukan SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga
dan SMP IT Nurul Islam Tengaran dalam mencapai indikator-indikator
pencapaian Total Quality Management (TQM) yang mencakup 8 standar
pendidikan, (2) peningkatan mutu di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga dan
SMP IT Nurul Islam Tengaran pada tahun pelajaran 2013/2014.
Sebagaimana terlihat dalam identifikasi, ternyata banyak masalah yang
diungkap dari judul di atas. Tesis ini hanya membatasi masalah kajiannya
pada pengimplementasian Total Quality Management (TQM) yang
dikembangkan di Sekolah Islam.
Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah ditentukan, maka masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Total Quality Management dalam pendidikan di
SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga tahun pelajaran 2013/2014 ?
2. Bagaimana implementasi Total Quality Management dalam pendidikan di
SMP IT Nurul Islam Tengaran tahun pelajaran 2013/2014?
-
22
C. Signifikansi Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis implementasi Total Quality Management dalam
pendidikan di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga tahun pelajaran
2013/2014.
2. Untuk menganalisis implementasi Total Quality Management dalam
pendidikan di SMP IT Nurul Islam Tengaran tahun pelajaran
2013//2014.
Adapun manfaat yang ingin dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi dalam bidang sistem pendidikan Islam,
khususnya dalam hal manajemen mutu baik secara teoritis maupun praktis.
Pada aspek teoritis, munculnya teori atau konsep baru dalam bidang
pendidikan Islam khususnya Total Quality Management, yang dapat
dijadikan salah satu acuan dasar teoritik untuk menjelaskan, mengembangkan
dan mengevaluasi proses pendidikan Islam; untuk menambah pengetahuan
mengenai pengembangan Total Quality Management, dan hasil penelitian ini
dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang Total Quality
Management dalam pendidikan islam serta dapat dijadikan acuan bagi
peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut tentang mengimplementasikan Total
Quality Management pada kasus lainnya untuk memperkaya, memperkuat
dan membandingkan temuannya.
Manfaat praktis yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
untuk dijadikan sebagi salah satu alternatif atau solusi pelaksanaan sistem
-
23
pendidikan saat ini khususnya penerapan Total Quality Management pada
pendidikan-pendidikan islam yang akan sangat bermanfaat bagi masyarakat,
khususnya bagi penyelenggara pendidikan Islam. Hasil peneliitian ini juga
dapat dijadikan sebagai acuan bagi lembaga-lembaga pandidikan Islam dalam
meningkatkan mutu pendidikan islam khususnya tentang bagaimana
mendesain dan mengimplementasikan Total Quality Management.
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka di sini adalah penilitian terdahulu yang masih relevan.
Lidyawati (2012) meneliti Implementasi Total Quality Management di SMP
Negeri 1 Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan yang menjadi penekanan
adalah lima aspek Total Quality Management yang meliputi layanan, sumber
daya manusia, lingkungan, proses, dan produk. Penelitian tersebut merupakan
penelitian evaluasi menggunakan model CIPP dengan pendekatan kualitatif
naturalistik. 6
Selain itu, Umi Hanik (2010) meneliti Penerapan Total Quality
Management dalam Manajemen Pendidikan di SMP Negeri 2 Pekalongan.
Penelitian yang dilakukan adalah mengenai kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan perkembangan kehidupan sosial masyarakat yang semakin
global menuntut adanya pengembangan kompetensi sumber daya manusia
Indonesia yang semakin tinggi, sehingga diperlukan adanya sistem
6 Lidyawati, Implementasi Total Quality Management di SMP Negeri 1 Dusun Selatan
Kabupaten Barito Selatan , Tesis Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, 2012.
-
24
manajemen pendidikan yang mantap dengan sumber daya yang memadai
guna meningkatkan mutu pendidikan. Mengacu hal tersebut, rumusan
masalah dalam penelitian yang telah dilakukan meliputi bagaimana SMP N 2
Pekalongan menerapkan Total Quality Management, dan apa saja faktor-
faktor pendukung dan penghambat penerapan Total Quality Management di
SMP N 2 Pekalongan Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian lapangan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan Total Quality Management dalam manajemen pendidikan di SMP
N 2 Pekalongan sudah dilaksanakan dengan baik, tetapi sekolah tetap harus
mengadakan perbaikan secara terus menerus guna melaksanakan sistem
manajemen mutu secara efektif sehingga kepuasan pelanggan dapat terpenuhi
melalui peningkatan mutu sekolah. 7
Sementara, Nanang Haryanto (2011) meneliti Aplikasi Manajemen
Pendidikan Dengan Pendekatan Total Quality Management di SMP Negeri 1
Batang. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nanang, berlatar belakang
kemajuan ilmu pengetahan dan teknologi, perkembangan kehidupan sosial
masyarakat yang semakin mengglobal yang menuntut adanya pengembangan
kompetensi sumber daya manusia tinggi, tanpa terkecuali lembaga
pendidikan. Berawal dari masalah tersebut maka penelitian yang dilakukan
mengangkat lebih dalam tentang Aplikasi manajemen pendidikan dengan
pendekatan Total Quality Management yang dilakukan di SMPN 1 Batang
penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui urgensi Total Quality
7 Umi Hanik, Penerapan Total Quality Management dalam Manajemen Pendidikan di
SMP Negeri 2 Pekalongan, Tesis Pascasarjana Stain pekalongan, 2010.
-
25
Management dalam manajemen pendidikan dan mengetahui aplikasinya serta
faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam penerapannya. Penelitian
yang dilakukan merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif
kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah
bahwa Total Quality Management dapat diartikan sebagai pengelolaan
kualitas semua komponen yang berkepentingan dengan semua visi dan misi
organisasi dalam kaitannya dengan penerapan Total Quality Management di
SMPN 1 Batang bertujuan untuk mewujudkan otonomi sekolah melalui
pelaksanaan pengembangan manajemen sekolah, serta menciptakan tertib
administrasi dan meningkatkan minat dan kepercayaan masyarakat.8
Dari penelitian - penelitian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa belum
ada penelitian tentang Implementasi Total Quality Management dalam
pendidikan di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga dan SMP IT Nurul Islam
Tengaran Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian tesis ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya, karena pada penelitian ini membahas setiap indikator
yang ada pada Total Quality Management ketika diimplikasikan di SMP
Islam Al Azhar 18 Salatiga dan SMP IT Nurul Islam Tengaran Tahun
Pelajaran 2013/2014.
8 Nanang Haryanto, Aplikasi Manajmen Pendidikan dengan Pendekatan Total Quality
Management (TQM) di SMPN 1 Batang, Tesis Pascasarjana Stain Pekalongan, 2011.
-
26
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk menggambarkan pelaksanaan yang dilakukan sekolah dalam
mengimplementasikan Total Quality Management. Maka jenis penelitian
ini termasuk penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengumpulkan
data dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan
persoalan yang akan dipecahkan.9
Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode diskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian diskriptif
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang
berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang
hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, dan pandangan-
pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-
pengaruh dari suatu fenomena.10
2. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini diperlukan subjek penelitian yang dijadikan
sebagai informan. Subjek dipilih dan difokuskan pada orang-orang yang
kompeten dan paham terhadap data-data yang digali dan diperlukan dalam
penelitian ini. Informan dalam penelitian di antaranya adalah kepala
sekolah, guru dan para praktisi di lapangan masing-masing.
9 Hasan, Iqbal., Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002, 33. 10
Moh. Nazir.Ph.D, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003, 16.
-
27
Tempat penelitian ini adalah di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga dan
SMP IT Nurul Islam Tengaran. di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga dan
SMP IT Nurul Islam Tengaran memiliki berbagai prestasi akademik dan
non akademik.
3. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan penenelitian
ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode pendekatan deskriptif
kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam kehidupan
sehari-hari dalam situasi wajar, berinteraksi bersama mereka, melakukan
wawancara serta berusaha memaknai bahasa, kebiasaan dan perilaku yang
berhubungan dengan fokus penelitian.11
Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan, manusia,
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan peristilahnya. Metode kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana
peneliti adalah sebgai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitan kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi,
....because the goals of qualitative research are generally the development of theory, description, explanation and understanding, rather than precise testing of hypotheses to the fourth decimal place, social science and in particular, qualitative methods appear to the
11
Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2002, 31.
-
28
quantitative researcher as so crude that they may not even be classified as science.12
Dalam hal ini peneliti akan mengamati pengimplementasian TQM di
SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga dan SMP IT Nurul Islam Tengaran yang
disesuaikan dengan standart pencapaian TQM, faktor-faktor yang
mendukung pencapaian TQM serta kendala-kendala yang dihadapi ketika
suatu lembaga atau institusi pendidikan berupaya untuk
mengimplementasikan TQM. Untuk itu, desain penelitian ini
dikembangkan secara terbuka dari berbagai perubahan yang diperlukan
sesuai dengan kondisi lapangan.13 Hal ini penting untuk dijelaskan,
mengingat penelitian kualitatif merupakan penelitian yang didesain
dalam kondisi dan situasi alamiah (naturalistic) sehingga dapat
ditemukan kebenaran dalam bentuk yang semurni-murninya tanpa
mengalami distorsi yang disebabkan oleh instrumen dan desain
penelitian. Sasaran penelitian ini adalah perilaku atau tindakan-tindakan,
kebijakan-kebijakan yang dipergunakan dan diambil di SMP Islam Al
Azhar 18 Salatiga dan SMP IT Nurul Islam Tengaran dalam
mengimplementasikan TQM untuk mencapai standart yang sesuai.
Selain itu, penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian
lapangan (field research), karena peneliti langsung menggali data di
lapangan. Di samping itu, penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian
12
Janice M.Morse, Critical Issues in Qualitative Research Methods, New Delhi: SAGE publication, 1994, 3.
13 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan; Teori dan Aplikasi,
Jakarta: Bumi Aksara, 2006, 91.
-
29
yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
4. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang utama ialah peneliti sendiri. Pada awal penelitian
penelitilah alat satu-satunya. Ada kemungkinan hanya dialah merupakan
alat sampai akhir penelitian. Adapun instrumen lain yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain: tape recorder, kamera, alat perekam
video, catatan lapangan dan peneliti adalah instrumen itu sendiri.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini
penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki. 14Metode ini penulis gunakan untuk
mengamati, mendengarkan, dan mencatat langsung terhadap letak
geografis, penerapan Total Quality Management, faktor pendukung dan
faktor penghambat dalam implementasi Total Quality Management.
b. Interview
Interview dikenal pula dengan istilah wawancara adalah suatu proses
tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secara
fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan
14
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Gadjah mada university press, 2004, 69.
-
30
telinga sendiri dari suaranya.15 Selain itu, wawancara adalah bentuk
komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin
memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.16 Percakapan itu
dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewancara (interviuwer) yang
mengajukan pertanyaan dari yang diwawancarai (interviewee).
Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang.
Dalam wawancara tersebut biasa dilakukan secara individu ,maupun
dalam bentuk kelompok, sehingga didapat data yang informatik dan
orientik.
Metode interview yang penulis gunakan adalah jenis interview
pendekatan yang menggunakan petunjuk umum, atau disebut dengan
wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur atau terstandar menyerupai
daftar pertanyaan survei tertulis,17 yaitu mengharuskan pewawancara
membuat kerangka dan garis-garis besar atau pokok-pokok yang
ditanyakan dalam proses wawancara, penyusunan pokok-pokok ini
dilakukan sebelum wawancara. Dalam hal ini pewawancara harus dapat
menciptakan suasana yang santai tetapi serius yang artinya bahwa
15
ibid, 88. 16
Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010, 180.
17 Christine Daymon&Immy Holloway, Metode-metode Riset Kualitatif dalam
Public Relations & Marketing Communications, (penerjemah Cahya Wiratama), Yogyakarta: Bentang, 2008, 267.
-
31
interview dilakukan dengan sungguh-sungguh, tidak main-main tetapi
tidak kaku.18
Selain itu, peneliti menggunakan metode interview tak berstruktur
(Unstructured Interview) dan metode interview semi terstruktur. peneliti
menggunakan metode interview tak berstruktur dikarenakan peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis
tetapi hanya berupa garis besar atau pedoman umum saja.19 wawancara
tidak terstruktur (Unstructured Interview) yang menerapkan metode
interview secara lebih mendalam, luas, dan terbuka dibandingkan
wawancara terstruktur. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pendapat,
persepsi, dan pengalaman seseorang. Wawancara tidak tidak terstruktur
menghasilkan data paling kaya, dan sering mengejutkan, tetapi juga
mempunyai dross rate yaitu jumlah material yang tidak bermanfaat
untuk riset, terutama jika peneliti kurang berpengalaman dalam
melakukan wawancara.20Sedangkan wawancara semi terstruktur atau
wawancara terfokus adalah wawancara yang terfokus pada permasalahan
atau area topik yang akan dibahas.
Maksud penggunaan metode ini adalah untuk mencari data yang
berhubungan dengan struktur organisasi, keadaan karyawan, alasan
diterapkannya manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu
belajar, faktor pendukung dan penghambat. Interview dilakukan kepada
18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, 133.
19 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , Bandung: CV. Alfabeta, 2005, 74.
20Christine Daymon&Immy Holloway, op.cit, 265.
-
32
Kepala Sekolah, Humas, Seksi Kesiswaan, Guru dan staff sekolahan lain
yang dirasa perlu.
c. Dokumentasi
Menurut Irawan, studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan
data yang ditujukan kepada subyek penelitian.21Metode ini penulis
gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya, visi dan
misi, dan keadaan guru dan siswa.
Sedangkan menurut Yatim Riyanto, dokumentasi berasal dari kata
dokumen, yang berarti barang tertulis, metode dokumentasi, berarti cara
pengumpulan data dengan mencatat data-data yang sudah ada.22 Metode
dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan buku, surat, transkip, majalah, prasasti, notulen, rapat,
agenda dan sebagainya.
Teknik atau dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat,
teori, dalil-dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang behubungan
dengan masalah penelitian. Dalam penelitian kualitatif teknik
pengumpulan data yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang
diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori atau hukum-
hukum, baik pendukung atau penolak hipotesis tersebut.
21
Irawan S, Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT. Remaja Rosita Karya, 2000, 70.
22 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Tinjauan Dasar, Surabaya:
SIC, 1996, 83.
-
33
6. Keabsahan Data
Untuk mendapatkan keabsahan data maka peneliti menggunakan
beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data, 23 yaitu:
a. Teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (credebility). Teknik ini dapat
dilakukan dengan jalan :
1) Keikutsertaan peneliti sebagai instrumen (alat) tidak hanya
dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan
keikutsertaan peneliti, sehingga memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.
2) Ketentuan pengamatan, yaitu dimaksud untuk menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dan situasi yang sangat relevan dengan persoalan
yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Dengan demikian maka perpanjangan
keiukutsertaan menyediakan lingkup, sedangkan ketekunan
pengamatan menyediakan kedalaman.
3) Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding. Teknik yang paling banyak
digunakan ialah pemeriksaan terhadap sumber-sumber lainnya.
4) Kecukupan referensial yakni bahan-bahan yang tercatat dan terkam
dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji atau menilai
sewaktu-waktu diadakan analisis dan intrepetasi data.
23
Lexy J. Moleong, op.cit, 175.
-
34
b. Teknik pemeriksaan keteralihan (transferabilty) dengan cara uraian
rinci.
Teknik ini meneliti agar laporan hasil fokus penelitian dilakukan seteliti
dan secermat mungkin yang menggambarkan kontek tempat penelitian
diadakan. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus segala sesuatu
yang dibutuhkan pembaca agar mereka dapat memahami penemuan-
penemuan yang diperoleh.
c. Teknik pemeriksaan ketergantungan ( dependability) dengan cara
auditing ketergantungan.
Teknik ini dapat dilakukan bila tidak dilengkapi dengan catatan
pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian. Pencatatan itu
diklarifikasi dari data mentah sehingga formasi tentang pengembangan
instrumen sebelum auditing dilakukan agar dapat mendapatkan persetujuan
antara auditor dan auditi terlebih dahulu.
Selain itu agar data yang diperoleh benar-benar obyektif maka dalam
penelitian ini dilakukan pemeriksaan data dengan metode trianggulasi. Teknik
trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain diluar itu untuk keperluan pengecekan atau membandingkan data. Teknik
trianggulasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik trianggulasi
sumber. Hal ini sependapat Meloeng, yang menyatakan teknik trianggulasi
yang digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber-sumber lainnya.
Trianggulasi dengan sumber dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut:
-
35
a. Membandingkan data pengamatan dengan hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan sewaktu diteliti dengan sepanjang
waktu.
d. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.24
7. Analisis Data
Berdasarkan pada tujuan penelitian yang akan dicapai maka dimulai
dengan menelaah seluruh data yang sudah tersedia dan berbagai sumber
yaitu pengamatan, wawancara dan dokumentasi dengan mengadakan reduksi
data, yaitu data-data yang diperoleh di lapangan dirangkum dengan hal-hal
yang pokok serta disusun lebih sistematis, sehingga mudah dikendalikan.
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif
yang terdiri dari empat kegiatan, yaitu pertama pengumpulan data. Kedua,
setelah pengumpulan data selesai kemudian melakukan reduksi data yaitu
memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Reduksi data
dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang
diperoleh bila diperlukan serta membantu dalam memberikan kode kepada
24
Ibid
-
36
aspek-aspek tertentu.25 Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data-data yang telah direduksi memberikan gambaran
yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk
mencarinya sewaktu-waktu diperlukan.
Ketiga, Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk matrik, network, cart atau
grafis sehingga data dapat dikuasai. Data yang sudah ada disusun dengan
menggunakan teks yang bersifat naratif, selain itu bisa juga berupa matriks,
grafik, networks dan chart.
Keempat, Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Untuk itu diusahakan mencari pola, model, tema, hubungan,
persamaan, hal-hal yang sering muncul dan sebagainya. Jadi dari data
tersebut berusaha diambil kesimpulan. Verifikasi dapat dilakukan dengan
keputusan, didasarkan pada reduksi data, dan penyajian data yang merupakan
jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.
Keempat komponen tersebut saling interaktif yaitu saling mempengaruhi
dan terkait. Pertama-tama dilakukan penelitian di lapangan dengan
mengadakan wawancara atau obsevasi yang disebut tahap pengumpulan data.
Karena data-data, pengumpulan penyajian data, reduksi data, keimpulan-
kesimpulan atau penafsiran data yang dikumpulkan banyak maka diadakan
25S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Bandung: TARSITO, 1988,
129.
-
37
reduksi data. Setelah direduksi, maka kemudian diadakan sajian data, selain
itu pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian data. Apabila hal
tersebut sudah dilakukan, maka diambil suatu keputusan atau verifkasi.
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode
pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis
data tersebut dengan menggunakan analisis secara diskriptif-kualitatif, tanpa
menggunakan teknik kuantitatif. Selain itu, penelitian dengan menggunakan
metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial
yang bersifat unik dan komplek. Padanya terdapat regularitas atau pola
tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman)26.
Untuk membatasi anaslisis data, maka analisis data disesuaikan dengan
unsur-unsur atau indikator manajemen mutu dalam Total Quality
Management yang dijadikan pedoman dalam penelitian, antara lain: 27
1. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan
eksternal;
2. Obsesi terhadap kualitas;
3. Penggunaan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah;
4. Komitmen jangka panjang;
5. Kerja sama tim (teamwork);
6. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan;
26 Burhan Bungi, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan
Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, 53.
27 Prof. Dr. H. Baharuddun, M.Pd.I, Manajemen Pendidikan Islam, Malang: UIN-
MALIKI PRESS, 2010, 31.
-
38
7. Perbaikan proses secara berkesinambungan;
8. Adanya pendidikan dan pelatihan yang bersifat bottom-up;
9. Kebebasan yang terkendali;
10. Adanya kesatuan tujuan.
F. Sistematika Penulisan
Penyusunan tesis ini terbagi menjadi lima bab.
Bab I pendahuluan, yang meliputi A. Latar belakang masalah, B.
Rumusan masalah, C. Signifikansi penelitian, D. Kajian pustaka, E. Metode
penelitian, dan F. Sistematika penulisan.
Bab II kajian pustaka yang berisi paparan tentang empat pokok
pembahasan, yaitu A. Total Quality Management dalam konteks pendidikan
yang berisi, pertama: pengertian Total Quality Management, kedua: sejarah
Total Quality Management, ketiga: hubungan antara BS5750/ISO9000
dengan Total Quality Management, keempat: beberapa miskonsepsi Total
Quality Management, kelima: syarat adopsi Total Quality Management,
keenam: unsut Total Quality Management dalam pendidikan, ketujuh: konsep
Total Quality Management dalam pendidikan, kedelapan: prinsip Total
Quality Management, kesembilan: metode Total Quality Management.
Bagian B. yaitu konsep mutu yang terdiri, pertama: sejarah mutu dalam
pendidikan, kedua: konsep mutu, ketiga: prinsip-prinsip mutu, keempat:
kegagalan mutu. Bagian C. Perbedaan antara institusi mutu dan institusi
biasa..
-
39
Bab III deskripsi umum objek penelitian yang meliputi A. SMP Islam Al-
Azhar 18 Salatiga, B. SMP IT Nurul Islam Tengaran,
Bab IV analisis data yang meliputi A. Paparan Data Hasil
Penelitian di SMP Islam Al-Azhar 18 Saltiga , B. Paparan Data Hasil
Penelitian di SMP IT Nurul Islam Tengaran, C. Analisis Data
Bab V penutup yang meliputi kesimpulan, saran-saran, dan kata
penutup. Bagian Akhir meliputi daftar pustaka, lampiran, dan biografi
penulis.
-
40
BAB II LANDASAN TEORI
A. Total Quality Management dalam Konteks Pendidikan
1. Pengertian Total Quality Management
Total artinya menyeluruh.28Total di dalam Total Quality Management
(selanjutnya disingkat TQM) adalah pelibatan semua komponen organisasi
yang berlangsung secara terus-menerus. Sementara manajemen berasal
dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere
yang berarti melakukan. Kata- kata itu digabung menjadi kata kerja
managere yang artinya menangani.29Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Manajemen adalah proses menggunakan sumber daya secara
efektif untuk mencapai sasaran.30 Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Manajemen dalam TQM berarti pengelolaan setiap orang yang berada di
dalam organisasi, apapun status, posisi atau perannya. Mereka
semua adalah manajer dari tanggung jawab yang dimilikinya. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi.
28
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, cetakan kedua, 1207.
29 Prof. Dr. Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta:
Bumi Aksara, 2006, 3. 30
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, 708 dalam Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah, Jogjakarta: IRCiSoD, 2011, 70.
-
41
Kualitas (quality) sering disama artikan dengan mutu. Menurut Edward
Sallis, kualitas atau mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan
dan sulit untuk diukur.31 Kualitas atau mutu adalah sesuatu yang tarik
menarik antara sebagai konsep yang absolut dan relatif. Namun, ia
menegaskan bahwa kualitas sekarang ini lebih digunakan sebagai konsep
yang absolut. Karena itu, kualitas mempunyai kesamaan arti dengan
kebaikan, keindahan, dan kebenaran; atau keserasian yang tidak ada
kompromi. Standar kualitas itu meliputi dua, yaitu; kualitas yang didasarkan
pada standar produk/jasa; dan kualitas yang didasarkan pada
pelanggan (customer).
Pengertian kulitas terpadu seperti di atas, memberikan kerangka yang
jelas bahwa hakekat TQM atau manajemen kualitas terpadu
sebenarnya adalah filosofi dan budaya (kerja) organisasi (phylosopy of
management) yang berorentasi pada kualitas. Tujuan (goal) yang akan
dicapai dalam organisasi dengan budaya TQM adalah memenuhi atau
bahkan melebihi apa yang dibutuhkan (needs) dan yang diharapkan atau
diinginkan (desire) oleh pelanggan.
Dengan demikian, TQM dapat diartikan sebagai pengelolaan kualitas
semua komponen (stakehorder) yang berkepentingan dengan visi dan misi
organisasi. Jadi, pada dasarnya TQM itu bukanlah pembebanan ataupun
pemaksaan, tetapi TQM adalah lebih dari usaha untuk melakukan
sesuatu yang benar setiap waktu, daripada melakukan pemeriksaan
31
Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Jogjakarta : IRCisoD, 2011, 29.
-
42
(cheking) pada waktu tertentu ketika terjadi kesalahan. TQM bukan bekerja
untuk agenda orang lain, walaupun agenda itu dikhususkan
untuk pelanggan (customer) dan klien. Demikian juga, TQM bukan sesuatu
yang diperuntukkan bagi menajer senior dan kemudian melewatkan tujuan
yang telah dirumuskan.
2. Sejarah TQM
Gerakan TQM dimulai dari masa studi waktu dan gerak yang
diperkenalkan oleh Frederick Taylor pada tahun 1920, dengan mengangkat
aspek yang paling fundamental dari manajemen ilmiah, yaitu adanya
pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan.32 Ide-ide tentang jaminan
mutu dan mutu terpadu mulanya dikembangkan pada tahun 1930-an dan
1940-1n oleh W. Edward Deming. Ia adalah seorang ahli statistik Amerika
yang memiliki gelar PhD dalam bidang fisika. Pada tahun 1930-an ia
bekerja di Western Electric bersama Joseph Juran. Kemudian Deming
pindah kerja di Departemen Pertanian Amerika bersama Walter A.
Shewhart dari Bell Laboratories memperkenalkan metode statistik yang
dikenal dengan Statistical Process Control. 33Akan tetapi, tokoh yang
dikenal luas dalam TQM adalah Edward Deming. Beliau mengajarkan
teknik-teknik pengendalian mutu di U.S.A War Department (Departemen
Pertahanan), serta mengajarkan mata kuliah mengenai mutu kepada ihnuan,
insinyur, dan eksekutif lembaga Jepang. Berawal dari sinilah TQM
32
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management, Yogyakarta: Andi Ofset, Cetakan ke. 10, 2003, 5
33 Edward Sallis, op. cit, 37-38
-
43
berkembang pesat di Negara Sakura. Sekarang telah menjadi kenyataan,
bahwa produk dari Jepang yang dulunya dikenal sebagai produk rongsokkan
dan imitasi murahan, kini justru sebaliknya menjadi produk-produk yang
bermutu tinggi dan berkembang pesat di dunia. Perusahaan/lembaga di
Jepang menyadari bahwa pada zaman mendatang adalah mutu.
Hal itu bisa dilakukan antara lain dengan menciptakan infra-mutu, yaitu
aspek manusia, proses, dan Upaya perbaikan dilakukan dengan
mengirimkan tim ke luar untuk mempelajari pendekatan-pendekatan
dilakukan lembaga asing dan mengundang dosen-dosen datang ke Jepang
untuk memberikan kursus pelatihan kepada para manajer. Hasil dari semua
upaya tadi adalah banyak ditemukannya strategi-strategi baru untuk
menciptakan revolusi.
Sejak pertengahan tahun 70-an, barang-barang manufaktur Jepang,
seperti mobil dan produk-produk elektronika mulai mendominasi
perdagangan dunia karena mutu yang dihasilkan sudah melampaui mutu
yang dihasilkan pesaingnya dari Amerika dan Eropa. Begitu pula dalam
beberapa industri lain, misalnya mesin industri, baja, otomotif, hingga
akhirnya industri Barat mulai tergeser. Aspek perhatian atau penekanan
Amerika sejak perang dunia II, yakni pada aspek kuantitas dan kurang
memperhatikan mutu menjadi .penyebab kegagalan bersaing dengan
lembaga Jepang.
Di Indonesia, TQM pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980-an dan
sekarang cukup populer di sektor Swasta khususnya dengan adanya program
-
44
ISO9000. ISO9000 adalah alat pemasaran yang sangat jitu bagi organisasi
dengan menunjukkan logo registrasinya yang diakui sebagai standar mutu
internasional. BS5750 identik dengan standar eropa EN29000. dan standar
mutu Amerika serikat Q90.34BS5750 diplubikasikan pertama kali pada
tahun 1979 dengan nama Quality System. Pada mulanya ia adalah sistem
yang diterapkan Menteri Pertahanan dan NATO (North Atlantic Treaty
Organization), yang dikenal dengan Allied Quality Assurance Procedures
(Prosedur Jaminan Mutu Sekutu), yang menjadi kebutuhan organisasi lain
dalam posisi mereka sebagai agen-agen belanja mereka.
BS5750/ISO900 adalah hal baru dalam pendidikan. BSI mengeluarkan
panduan aplikasi Standar dalam pendidikan dan pelatihan pada tahun 1992.
Sementara ISO belum memiliki pedoman untuk pendidikan dan pelatihan,
namun sedang dalam proses pengembangan ke arah itu. Karena berasal dari
dunia industri produk, istilah standar menjadi tidak akrab bagi kebanyakan
masyarakat dalam pendidikan. Oleh karena itu diperlukan penerjemahan
istilah Standar tersebut ke dalam konteks pendidikan.
Salah satu konsep yang ada dalam Standar adalah bahwa sistem mutu
harus dapat menghasilkan produk dan mutu yang konsisten dan
meyakinkan. Produk dalam konteks pendidikan dapat diartikan sebagai
peserta didik, program sekolah dan proses pembelajaran. Berikut ini
terjemahan BS5750/ISO9000 dalam konteks pendidikan :35
34
Ibid. 35Ibid.
-
45
Tabel 1 Terjemahan BS5750/ISO9000 untuk Pendidikan
Beberapa syarat utama BS5750/ISO9000 Terjemahan Untuk Pendidikan
1. Tanggungjawab Manajemen Komitmen Manajemen terhadap mutu 2. Sistem Mutu Sistem Mutu 3. Kontrak Kontrak dengan pelanggan Internal &
Eksternal (Hak Pelajar dan Hak Pelanggan Eksternal, seperti orangtua)
4. Kontrol Dokumen Kontrol Dokumen 5. Pengadaan Bahan Kebijakan Seleksi & Ujian Masuk 6. Persediaan Produk Layanan Pendukung Pelajar, yang
mencakup Kesejahteraan, Konseling dan Pengaruh Tutorial
7. Identifikasi Produk Catatan Kemajuan Pelajar 8. Kontrol Proses Pengembangan, Desain dan
Penyampaian Kurikulum (Strategi-strategi pembelajaran)
9. Inspeksi Tes Penilaian dan Tes 10. Pperlengkapan Ispeksi, Pengukuran
dan Tes Konsistensi Metode Penilaian
11. Status Inspeksi dan Tes Prosedur dan Catatan Penilaian yang mencakup Catatan Prestasi
12. Kontrol Terhadap Produk yang tidak Sesuai
Metode dan Prosedur Diagnostik untuk mengindentifikasi Kegagalan dan Kesalahan
13. Tindakan Perbaikan Tindakan Perbaikan terhadap Kegagalan Pelajar. Sistem untuk Menghadapi Komplain dan Tuntutan
14. Penanganan, Pengamanan, Pengepakan dan Penyampaian.
Fasilitas dan Lingkungan Fisik, Bentuk Tawaran Lain, Seperti Fasilitas Olahraga, Kelompok-kelompok dan Perkumpulan Ekstra Kurikuler, Persatuan Pelajar, Fasilitas Pembelajaran dan Lin-lain.
15. Catatan Mutu Catatan Mutu 16. Audit Mutu Internal Prosedur-prosedur Pengesahan dan
Audit Mutu Internal 17. Pelatihan Pelatihan dan Pengembangan Staf,
-
46
mencakup Prosedur-prosedur untuk Menilai Kebutuhan-kebutuhan Pelatihan dan Evaluasi Efektifitas Pelatihan
18. Teknik-teknik Statistik Metode-motode Review, Monitoring dan Evaluasi
Banyak lembaga terkemuka dan lembaga milik Negara telah
mengadopsi TQM sebagai bagian dari strategi mereka untuk kompetitif baik
di tingkat nasional maupun internasional. Dan saat ini keadaan sudah
berubah, faktor-faktor yang mendorong sektor Swasta untuk beradaptasi
dengan konsep ini, juga memiliki dampak terhadap cara pemerintah
menyediakan pelayanan.
3. Hubungan Antara TQM dan BS5750/ISO9000
Hubungan antara TQM dan BS5750/ISO9000 adalah sebuah topik yang
selalu diperdebatkan. Hubungan aktual antara TQM dan BS5750/ISO9000
akan menjadi hal yang khas bagi setiap institusi. TQM tidak memaksakan
suatu solusi tertentu. setiap lembaga memiliki kultur unik, kebutuhan dan
memiliki cara tersendiri untuk mewujudkannya dalam lingkungan eksternal
tertentu. Bagaimanapun juga, perlu ditekankan bahwa TQM dan
BS5750/ISO9000 dapat hadir secara mudah dan bersamaan serta perlu
ditekankan bahwa institusi tidak memerlukan hal lain. Ada empat model
hubungan antara TQM dan BS5750/ISO9000 yaitu :36
a. BS5750/ISO9000 sebagai langkah awal dari TQM
36 Ibid.
-
47
b. BS5750/ISO9000 menyelenggarakan TQM dan memberinya pondasi
yang solid untuk kemajuan selanjutnya.
c. BS5750/ISO9000 memiliki peran yang minor dalam perusahaan TQM
yang lebih besar.
Lembaga-lembaga tertentu akan merasa perlu untuk mengklarifikasi
hubungan antara TQM dan BS5750/ISO9000 bagi mereka sendiri. Tes yang
tajam adalah salah satu contoh sistem yang diinginkan dan dibutuhkan
pelanggan. Apabila sebuah institusi sudah memiliki alasan yang jelas
kenapa ia mengejar mutu, maka ia harus memiliki pertimbangan apakah
sistem mutu formal mampu membantunya dalam meraih tujuan tersebut.
4. Beberapa Miskonsepsi TQM
Program-program TQM tidak harus menggunakan nama TQM. Beberapa
organisasi memasukkan filosofi TQM dengan menggunakan nama yang
mereka pilih. Boots the Chemist menyebut program mutu ekstensifnya
dengan Assured Shopping. American Express menggunakan AEQL,
American Express Quality Leadership. Organisasi ini lebih menekankan
kepemimpinan (Leadership) dan bukan manajemen. Total Quality Control,
Total Quality Service, Continuous Improvement, Strategic Quality
Management, Systematic Improvement, Quality First, Quality Initiatives,
Service Quality adalah sebagian dari beberapa nama yang digunakan
beberapa institusi dalam menerapkan TQM.37
TQM digunakan untuk mendeskripsikan dua gagasan yang sedikit
37
Ibid.
-
48
berbeda namun saling berkaitan. Yang pertama adalah filosofi perbaikan
secara terus-menerus. Kedua, untuk mendeskripsikan alat-alat dan teknik-
teknik, seperti brainstorming dan analisa lapangan yang digunakan untuk
membawa peningkatan mutu.
5. Syarat Adopsi TQM dalam Pendidikan
Untuk melakukan perubahan diperlukan komitmen yang kuat. Dalam
suatu perubahan pasti ada penolakan terhadap perubahan tersebut. Namun
demikian, perubahan harus tetap dilakukan demi kemajuan yang ingin
dicapai. Ada bebarapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
perubahan:
a. Perubahan akan sulit dilakukan jika menejemen puncak (pimpinan)
tidak menginformasikan proses perubahan secara terus menerus kepada
karyawan atau bawahannya.
b. Persepsi atau interprestasi karyawan sangat mempengaruhi penolakan
terhadap perubahan. Karyawan akan mendukung perubahan jika
manfaat perubahan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Oleh karena
itu seorang menejer diharapkan sering menginformasikan mengenai
setiap perubahan pada karyawan serta menyampaikan alasan dan dasar
pemikiran.
Menurut Tjiptono & Anastasia Diana38 Ada beberapa syarat yang
harus dilakukan untuk mengimplementasikan TQM, diantaranya:
38
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, op. cit,, 332.
-
49
a. Komitmen dari manajemen puncak. Hal utama yang harus ada agar
TQM dapat dilaksanakan dan mencapai tujuan adalah perlunnya
komitmen puncak dari sekolah dalam hal ini kepala sekolah.
Komitmen yang diperlukan bukan hanya sumber daya yang diperlukan
tetapi juga waktu yang dicurahkan. Kepala sekolah harus mencurahkan
tenaga, pikiran, dan waktu untuk implementasi TQM. Dengan
keterlibatan manajeman puncak (kepala sekolah) pelaksanaan TQM
akan dapat digerakan, diawasi, dan dievaluasi oleh kepala sekolah
secara langsung.
b. Komitmen sumber daya yang dibutuhkan, Bahwa segala sesuatu
memang memerlukan biaya. Namun kita harus harus dapat
menggunakan biaya yang ada seefesien mungkin. Biaya digunakan
untuk melakukan pelatihan bagi elemen sekolah dan konsultan. Kedua
hal tersebut biayanya harus selalu ada.
c. Adannya stering committe dari seluruh bagian organisasi, Stering
committe ini di ketuai oleh kepala sekolah dan anggotanya dari warga
sekolah misalnya wakil kurikulum, kesiswaan, humas, sarana
pprasarana, kepala adminstrasi sekolah. Strering komite ini berfungsi
menentukan cara implentasi TQM dan kemudian memantau
pelaksanaanya. Dalam menjalankan tugasnya Stering committe harus
membuat perencanaan, menentukan sasaran, menentukan tujuan,
melaksanakan dan memantau hasil yang dicapai. Stering commite ini
juga harus membentuk tim-tim lagi untuk mencapai tujuan yang
-
50
diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen adalah
adannya keasatuan arah, komando dan tujuan sehingga kerja tim dapat
mencapai sasaran dan tujuan dengan tepat.
d. Perencanaan dan publikasi. Perencanaan merupakan faktor utama yang
harus dilakukan sebelum melaksanakan suatu kegiatan. Dalam
implementasikan TQM perlu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut:
1) Membuat visi sekolah yang melibatkan warga sekolah
Visi adalah pandangan jangka panjang yang merupakan perpaduan
langkah strategis dan sesuatu yang dicita citakan oleh lembaga
(sekolah). Visi sebaiknya disusun secara bersama oleh warga
sekolah sehingga mereka akan mengetahui ke arah mana sekolah
akan dibawa. Visi hendaknya dinyatakan dengan kalimat yang
padat dan bermakna yang nantinya dapat dijabarkan ke dalam
tujuan dan indikator. Sebagai contoh Visi sekolah UNGGUL
DALAM PRESTASI DAN PELAYANAN BERDASARKAN
IMAN DAN TAQWA dengan indikator unggul dalam
pencapaian nilai Ujian Nasional, unggul dalam bidang kesenian,
unggul dalam bidang olahraga, unggul dalam penulisan karya
ilmiah remaja (KIR), unggul dalam ketrampilan tata boga dan
Busana, unggul dalam kegiatan keagamaan, memiliki lingkungan
sekolah yang nyaman dan kondusif untuk belajar, unggul dalam
kebersihan dan kesehatan sekolah, menguasai pengetahuan dan
teknologi Komputer, unggul dalam memberikan pelayanan.
-
51
2) Membuat Sasaran dan Tujuan Umum. Sasaran maupun tujuan
harus sesuai dengan visi yang telah di buat secara bersama.
Sasaran dan tujuannya hendaknya mencerminkan kegiatan
akdemik dan non akademik yang akan dicapai oleh sekolah.
Contoh tujuan sekolah dalam jangka waktu 4 tahun adalah siswa
lulus 100 % ujian nasional UN dan ujian sekolah US dengan rata
rata nilai 6,00, 70 % siswa yang lulus diterima di SMU/SMK
Negeri yang berkualitas, Juara II lomba kesenian Tingkat Provinsi,
juara dalam bidang olah raga tingkat kota maupun provinsi, tim
KIR aktif mengikuti lomba lomba tingkat kota maupun provinsi,
90 % siswa terampil dalam ketrerampilan kerumahtanggaan ( tata
boga dan Busana), 80 % siswa mampu membaca Al Quraan
dengan tartil, juara lomba wiyata mandala tingkat kota Samarinda,
90 % Siswa dapat mengoperasikan komputer dan internet, sekolah
memberikan pelayanan kepada siswa, orang tua, dan masyarakat
dengan baik.
3) Rencana Implementasi TQM. Rencana yang dibuat diarahkan
untuk visi, misi dan tujuan sekolah.
4) Program penghargaan dan pengakuan prestasi.
5) Pendekatan publisitas. Seluruh elemen sekolah harus mengetahui
apa yang sedang terjadi dalam lingkungan sekolah. Oleh karena
jika terdapat informasi maka elemen sekolah harus diberi tahu
-
52
sehingga mereka dapat memahami dan mendukung keputusan
manajemen.
e. Pembentukan infrastruktur pendukung penyebarluasan dan perbaikan
berkesinambungan.
Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam implementasi TQM adalah
infrastruktur yang mendukung penyebar luaskan TQM di seluruh
bagian organisasi (sekolah) dan perbaikan berkesinambungan, visi,
tujuan, program pengakuan, penghargaan atas prestasi dan komunikasi.
6. Unsur TQM dalam pendidikan
Fungsi, misi, dan kebijakan pendidikan nasional memerlukan sistem
pengelola pendidikan secara keseluruhan dan berorientasi pada mutu agar
menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang bermutu. Istilah ini lebih
populer dalam dunia bisnis dan industri dengan istilah TQM. Kata total
(terpadu) dalam TQM menegaskan bahwa setiap orang yang berada di
dalam suatu organisasi harus terlibat dalam upaya melakukan peningkatan
terus-menerus. Kata management berlaku bagi setiap orang, sebab setiap
orang dalam sebuah institusi, apa pun status, posisi atau peranannya, adalah
manajer bagi tanggung jawabnya masing-masing.39
TQM merupakan sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus-menerus
yang dapat memberikan seperangkat alat praktis pada setiap institusi
pendidikan dalam memenuhi kebutuhan dan harapan para pelanggannya,
saat ini dan untuk saat yang akan datang. Adapun unsur-unsur manajemen
39Ibid.
-
53
mutu (TQM), antara lain: 1) fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal
maupun pelanggan eksternal; 2) obsesi terhadap kualitas; 3) penggunaan
pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah;
4) komitmen jangka panjang; 5) kerja sama tim (teamwork); 6) adanya
keterlibatan dan pemberdayaan karyawan; 7) perbaikan proses secara
berkesinambungan; 8) adanya pendidikan dan pelatihan yang bersifat
bottom-up; 9) kebebasan yang terkendali; 10) adanya kesatuan tujuan.40
Selain itu, salah satu konsep dasar TQM dalam pendidikan adalah
konsep tim, artinya para anggota organisasi pendidikan dan satuan
pendidikan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk satu tujuan
yang ditetapkan dengan fokus kualitas pelanggan belajar, yang berimplikasi
pada kualitas lulusan sebagai produk dan pendidikan. Kualitas manajemen
bagi suatu institusi pendidikan, tampak pada produktifitas manajemen
kelembagaan. Produktifitas adalah ukuran, seberapa baik kita mengubah
input/sumber daya menjadi output, produk atau hasil yang berguna sebagai
hasil sumber daya.41
Menurut Santoso, dalam buku Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, TQM
merupakan suatu sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai
strategi usaha berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan
seluruh anggota organisasi.42 Dalam TQM pengejaran terhadap mutu mutlak
melibatkan seluruh guru dan staf yang ada di lembaga pendidikan tersebut
40
Ibid. 41
Prof. Dr. H. Baharuddin dan Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam, Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010, 31.
42 Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, op. cit, 4.
-
54
dengan memprioritaskan kepuasan pelanggan, baik pelanggan internal, dan
terutama pelanggan eksternal.
Tentang kepuasan pelanggan sendiri bila didefinisikan maka bermacam
pengertian yang disampaikan oleh para pakar. Namun, Kotler suatu ketika
mengatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan
dibandingkan dengan harapannya.43 Ada lima layanan yang harus
diwujudkan agar pelanggan puas. Pertama, keterpercayaan (reliability),
artinya layanan sesuai dengan yang dijanjikan, misalnya dalam rapat,
brosur, dan sebagainya. Kedua, keterjaminan (assurance), artinya lembaga
pendidikan dapat menjamin kualitas layanan yang diberikan, dan beberapa
aspek dalam keterjaminan, misalnya kompetensi guru/staf dan keobjektifan.
Ketiga, penampilan (tangible), artinya bagaimana situasi suatu lembaga
pendidikan tampak baik, dan beberapa aspek dalam penampilan, misalnya
kerapian, kebersihan, keteraturan, serta keindahan. Keempat, perhatian
(empathy), artinya lembaga pendidikan memberikan perhatian penuh kepada
pelanggan, dan beberapa aspek dalam keperhatian, misalnya melayani
pelanggan dengan ramah, memahami aspirasi mereka, dan berkomunikasi
dengan baik. Kelima, ketanggapan (responsiveness), artinya lembaga
pendidikan harus cepat tanggap terhadap kebutuhan pelanggan, dan
beberapa aspek dari ketanggapan, misalnya tanggap terhadap kebutuhan
43Ibid.
-
55
pelanggan dan cepat memperhatikan dan mengatasi keluhan-keluhan yang
muncul.44
Jika kepuasan pelanggan terpenuhi, selanjutnya akan mendatangkan
beberapa manfaat, antara lain: hubungan antara organisasi dengan para
pelanggan menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian
ulang, dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan, membentuk suatu
rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan
bagi perusahaan, reputasi perusahaan menjadi baik di mata pelanggan, dan
laba yang diperoleh dapat meningkat, 45 begitu pula dalam dunia
pendidikan. Peningkatan mutu dapat menjadi semakin penting dan semakin
baik bagi institusi jika memperoleh kontrol yang lebih baik melalui usaha
yang maksimal. Untuk lebih jelasnya, indikator dari TQM dirinci sebagai
berikut :
a. Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal
merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau
jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal
berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan
yang berhubungan dengan produk atau jasa.46 Setiap orang yang bekerja
dalam sekolah, perguruan tinggi atau universitas adalah penyedia jasa
44
Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta: Depdiknas, 2000, 193
45 Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, op. cit, 102.
46 Drs. M.N. Nasution, M.Sc., A.P.U, Manajemen Mutu Terpadu, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005, 22
-
56
sekaligus pelanggan.47 Metode terbaik untuk mengembangkan fokus
pelanggan internal adalah membantu individu anggota staf agar mampu
mengindentifikasi para penerima jasa.
b. Obsesi Terhadap Kualitas.
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas
pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut,
organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang
ditentukan tersebut.48Hal ini berarti setiap penyedia jasa pada setiap level
berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif.
c. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama
untuk mendesain pekerjaan, dalam proses pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain
tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam
menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan
perbaikan. 49
d. Komitmen jangka Panjang
TQM merupakan paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu
dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen
jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar
penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.50
47
Edward Sallis, op. cit, hlm. 83 48
Drs. M.N. Nasution, M.Sc., A.P.U ,loc.cit 49
Ibid 50
Ibid
-
57
e. Kerja sama Team (Teamwork)
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan
dan hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun
dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
Dalam beberapa sektor pendidikan, tim telah dikembangkan sebagai unit
dasar dari penyampaian kurikulum dan dengan demikian pendidikan
memiliki sebuah awal yang baik mengingat kerja tim adalah sebuah fakta
yang sudah terbukti berhasil.51 Namun, aplikasi dari kerja tim seringkali
dibatasi hanya sebatas fungsi kurikulum dan manajemen. Untuk
membangun kultur TQM yang efektif, kerja tim harus difungsikan dalam
institusi dan harus mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya dalam
situasi-situasi menentukan, seperti ketika harus membuat keputusan dan
memecahkan masalah. Kerja tim juga harus ada di semua tingkatan dan
harus melibatkan semua staf, akademik maupun pendukung.
f. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Setiap poduk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses
tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang
sudah ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang
dihasilkannya dapat meningkat.52Sebagai sebuah pendekatan, TQM mencari
sebuah perubahan permanen dalam tujuan sebuah organisasi, dari tujuan
kelayakan jangka pendek menuju tujuan perbaikan mutu jangka panjang.53
Institusi atau lembaga pendidikan yang melakukan perbaikan dan perubahan
51 Edward Sallis, op. cit, hlm. 180
52 Drs. M.N. Nasution, M.Sc., A.P.U, loc. cit
53 Edward Sallis, op. cit, hlm. 76
-
58
secara terarah, dan mempraktekkan TQM, akan mengalami siklus perbaikan
secara berkesinambungan atau terus menerus.
g. Pendidikan dan Pelatihan
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan
merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong
untuk terus belajar, yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia.
Dengan belajar, setiap orang dalam sebuah lembaga atau institusi dapat
meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya. 54
h. Kebebasan Yang Terkendali
Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan "rasa
memiliki" dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang dibuat.
Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam
suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak.
Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan tersebut
merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan
baik.55Pengendalian itu sendiri dilakukan terhadap metode-metode
pelaksanaan setiap proses tertentu. Dalam hal ini penyedia jasa yang
melakukan standarisasi proses dan mereka pula yang berusaha mencari cara
untuk menyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti prosedur standar
tersebut.
54
Drs. M.N. Nasution, M.Sc., A.P.U, loc. cit 55
Ibid.
-
59
i. Kesatuan Tujuan
Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka sebuah lembaga atau
institusi harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha
dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Namun hal ini tidak berarti bahwa
harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan
karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.56 Dalam dunia pendidikan hal
ini berarti memiliki pemahaman yang sama terhadap visi dan misi sekolah.
j. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting
dalam penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan
tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh
berarti.57 Manfaat keterlibatan dan pemberdayaan karyawan adalah akan
meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana
yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif, karena juga mencakup
pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan
dengan situasi kerja. Selain itu, keterlibatan karyawan akan meningkatkan
rasa memiliki dan tanggungjawab atas keputusan dengan melibatkan orang-
orang yang harus melaksanakannya.
7. Konsep TQM
TQM merupakan sistem manajemen yang berfokus pada semua
orang/tenaga kerja, bertujuan untuk terus-menerus meningkatkan nilai yang
56
Ibid 57
Ibid
-
60
diberikan bagi pelanggan dengan biaya penciptaan nilai yang lebih rendah
daripada nilai suatu produk. Konsep TQM memerlukan komitmen semua
anggota oraganisasi atau lembaga terhadap perbaikan seluruh aspek
manajemen organisasi atau lembaga. Pada dasarnya konsep TQM
mengandung tiga unsur yaitu :
a. Strategi nilai pelanggan
Nilai pelanggan adalah manfaat yang dapat diperoleh pelanggan atas
penggunaan barangjasa yang dihasilkan perusahaan dan pengorbanan
pelanggan untuk memperolehnya. Strategi ini merupakan perencanaan untuk
memberikan nilai bagi pelanggan termasuk karakteristik produk, cara
penyampaian, pelayanan, dan sebagainya.58
b. Sistem organisasional
Sistem organisasional berfokus pada penyediaan nilai bagi pelanggan.
Sistem ini mencakup tenaga kerja, material, proses, metode operasi dan
pelaksanaan kerja, aliran proses kerja, arus informasi dan pembuatan
keputusan.59
c. Perbaikan kualitas berkelanjutan
Perbaikan kualitas diperlukan untuk menghadapi lingkungan eksternal
yang selalu berubah, terutama selera pelanggan. Konsep ini menuntut adanya
komitmen untuk melakukan pengujian kualitas produk secara kontinu.
Dengan perbaikan kualitas produk kontinu, akan dapat memuaskan
pelanggan.
58 Nogi S. Tangkilisan Hessel, Manajemen Modern untuk Sektor Publik, Yogyakarta:
Penerbit Balairung Co, 2003, 77. 59
Ibid
-
61
8. Prinsip TQM
TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem
manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu, diperlukan perubahan besar dalam
budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Prinsip utama TQM adalah sebagai
berikut :
a. Kepuasan Pelanggan
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan di perluas.
Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi
tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu
sendiri meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal.
b. Respek terhadap Setiap Orang
Dalam hal ini setiap anggota atau pun warga dalam sebuah lembaga atau
institusi dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas
yang khas, sehingga harus diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan
untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
c. Manajemen Berdasarkan Fakta
Setiap keputusan yang akan diambil harus didasarkan pada data, bukan
sekedar pada perasaan. Akan tetapi harus didasarkan pada proritas dan
variabilitas kinerja manusia.
d. Perbaikan Berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap lembaga atau institusi perlu melakukan proses
sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan.
-
62
9. Metode TQM
Pembahasan mengenai metode TQM difokuskan pada tiga pakar utama
yang merupakan pionir dalam pengembangan TQM , yaitu :
a. Metode W. Edward Deming
Banyak yang menganggap bahwa Deming adalah bapak dari gerakan
TQM. 60Konstribusi utama yang membuatnya terkenal yaitu :
1) Siklus Deming ( Deming Cycle)
Siklus Deming adalah model perbaikan berkesinambungan yang
dikembangkan terdiri atas empat komponen yaitu :
a) Mengembangkan rencana perbaikan
b) Melaksanakan rencana
c) Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai
d) Melakukan tindakan penyesesuian bila diperlukan
2) Empat Belas Poin Deming (Demings Fourteen Points)
Empat belas poin Deming ini merupakan ringkasan dari keseluruhan
pandangan W.Edward Deming terhadap apa yang harus dilakukan
oleh suatu lembaga atau institusi. Berikut ini adalah ringkasan dari
keempat belas poin Deming :
a) Ciptakan keajekan tujuan
b) Adopsilah falsafah baru
c) Hentikan ketergantungan pada inspeksi dalam membentuk mutu
produk