impact of landuse changes on water yield in upper part of cisadane

104
TESIS ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP HASIL AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE HULU NILDA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

Upload: hadieu

Post on 04-Jan-2017

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

TESIS

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

DAN DAMPAKNYA TERHADAP HASIL AIR

DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE HULU

NILDA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

i

TESIS

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

DAN DAMPAKNYA TERHADAP HASIL AIR

DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE HULU

NILDA

NIM 0891261015

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

ii

TESIS

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

DAN DAMPAKNYA TERHADAP HASIL AIR

DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE HULU

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Studi Magister Ilmu Lingkungan,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NILDA

NIM 0891261015

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

iii

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL

Pembimbing I,

Prof. Dr. Ir. I Wayan Sandi Adnyana, M.S.

NIP 195910091986011001

Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Merit, M.Agr.

NIP 194704141976021001

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister

Ilmu Lingkungan

Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, M.S.

NIP. 196703031994031002

Direktur

Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Prof. Dr. Dr. A. A Raka Sudewi, Sp.S.(K)

NIP 195902151985102001

iv

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No.: .... , Tanggal .....

Ketua : Prof . Dr. Ir. I Wayan Sandi Adnyana, M.S.

Anggota :

1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Merit, M Agr.

2. Prof. Dr . I Wayan Budiarsa Suyasa, M.S

3. Prof. Ir. I Wayan Redi Aryanta, M.Sc, Ph.D

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Analisis

Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya Terhadap Hasil Air di Daerah

Aliran Sungai Cisadane Hulu.

Pada kesempatan ini ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada

Prof. Dr. Ir. I Wayan Sandi Adnyana, M.S. dan Prof. Dr. Ir. I Nyoman Merit

M.Agr. selaku Dosen Pembimbing penulis yang selalu memberikan motivasi,

arahan, nasehat, saran, kritik dan bimbingan serta semangat selama proses

penulisan tesis sehingga tesis yang ditulis menjadi sebuah tulisan yang

berkualitas. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan

kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh

Prof. Dr. dr. A. A Raka Sudewi, SP.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana

Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulisan juga menyampaikan rasa

terimakasih kepada Ketua Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas

UdayanaProf. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, M.S. dan para penguji tesis, yang

telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru dan dosen yang telah

membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga

penulis ucapkan terima kasih kepada ayah (alm) dan ibu, yang telah mengasuh

dan membesarkan penulis.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada suami Agus Nurhayat

dan ananda Nadia, yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada

penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua

pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada

penulis sekeluarga.

Penulis

vi

ANALISIS PERUBAHANPENGGUNAAN LAHAN

DAN DAMPAKNYA TERHADAP HASIL AIR

DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE HULU

ABSTRAK

Ada beberapa faktor utama penyebab perubahan sumber daya air,

diantaranya adalah perubahan penutupan dan pengelolaan lahan yang

meningkatkan kekedapan lahan. Salah satu tujuan pengelolaan Daerah Aliran

Sungai (DAS) adalah mencapai kondisi tata air optimal yang dapat dikenali dari

sifat aliran sungai. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui perubahan

penggunaan lahan yang terjadi di wilayah DAS Cisadane Hulu dari tahun 2003

sampai 2010; (2) mengetahui perubahan hasil air akibat distribusi perubahan

penggunaan lahan.

Penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu analisis perubahan

penggnaan lahan dan prediksi aliran dengan model HEC-HMS. Dalam penelitian

ini digunakan peta penggunaan lahan dari BIG (Badan Informasi Geospasial)

tahun 2003 dan peta penggunaan lahan tahun 2010 hasil interpretasi Citra ALOS.

Selanjutnya kedua peta tersebut dianalisis dengan metoda tabel silang (cross

tabel) untuk memperoleh data perubahan penggunaan lahan dari setiap kelas

penggunaannya. Kedua data penggunaan lahan ini digunakan sebagai input pada

model prediksi debit aliran HEC-HMS. Selanjutnya dibangun juga skenario-

skenario untuk melihat dampak perubahan lahan terhadap debit aliran di DAS

Cisadane Hulu. Metode bilangan kurva (SCS-CN) dipilih untuk menghitung besar

curah hujan efektif, yaitu dari pengurangan curah hujan bruto dengan berbagai

bentuk kehilangan air (loss). Perubahan dari curah hujan efektif menjadi hidrograf

aliran langsung (direct runoff) diperoleh dengan menggunakan metode hidrograf

satuan SCS Curve Number.

Selama kurun waktu 2003 – 2010 terjadi perubahan penggunaan lahan di

DAS Cisadane Hulu. Luas hutan bertambah 223,78 ha, pemukiman 214,78 ha,

rumput/tanah kosong 85, 73 ha, dan gedung 12, 64 ha. Terjadi pengurangan luas

semak belukar 225,64 ha, tegalan/ladang 145,92 ha, sawah irigasi 124, 92 ha,

sawah tadah hujan 30,67 ha, dan kebun/perkebunan 9,92 ha.

Hasil dari simulasi dengan menggunakan peta penggunaan lahan tahun

2010 didapatkan nilai debit puncak (Qp) sebesar 81,73 m3/detik. Nilai volume

puncak (Vp) sebesar 2.310,7 mm dan waktu puncak (Tp) pada hidrograf aliran

yang dihasilkan model terjadi pada tanggal 26 Maret 2010. Secara umum terjadi

peningkatan debit puncak antara penggunaan lahan tahun 2003 dengan 2010. dari

81,22 m³/detik menjadi 81,73 m³/detik. Naiknya debit puncak disebabkan

meningkatnya aliran permukaan akibat perkembangan pemukiman di DAS.Hal ini

terlihat dengan meningkatnya nilai CN rata-rata dari 38,5 menjadi 39,4.Pada simulasi dengan penggunaan lahan tahun 2010 didapatkan hasil air sebesar

2.310,7 mm/tahun. Nilai ini lebih kecil dari simulasi dengan penggunaan lahan

vii

tahun 2003 yaitu 2.320,1 mm/tahun. Salah satu penyebab berkurangnya hasil air

dikarenakan penguapan yang meningkat akibat bertambahnya luasan hutan.

Kata Kunci: daerah aliran sungai; perubahan penggunaan lahan; hasil air.

viii

IMPACT OF LANDUSE CHANGES ON WATER YIELD IN

UPPER PART OF CISADANE WATERSHED

ABSTRACT

Water is one of the the basic needs elements that are very important to

support various human purposes. There are several main factors that cause the

changes in water resources, such as land cover change and land management that

makes the land surface becomes impermeable and decreased water infiltration.

One of the goals of watershed management is to get the optimal water conditions

that can be identified from characteristic of stream water discharge. The

objectives of this research are : (1) knowing the distribution of land use change in

the upper part of Cisadane watershed in about the period of 2003 to 2010; (2)

knowing changes of water yield due to the distribution of land use change in the

upper part of Cisadane watershed with total area 22,288.01 hectare.

Research was conducted in two main stages: analysis of land use changes

with spatial analysis using GIS (Geographical Information System) and a stream

discharge prediction with HEC-HMS model. This study use land use map 2003

from Geospatial Information Agency and Land Use Map 2010 results from ALOS

satelite image interpretation. Analysis from both of these maps by the cross table

method, get the landuse change data of the every land use classes. Both data series

of land use are also used as input to the HEC-HMS prediction model to predict

water discharge, and some scenario was arranged. Curve number method (SCS-

CN) was chosen to calculate the effective rainfall, in example the reduction of the

gross precipitation with various forms of water loss. Transformation of effective

rainfall into direct flow hydrograph (direct runoff) using the SCS Curve Number

hydrograph unit method.

In about period of 2003 – 2010 land use changes in upper part of

Cisadane watershed was determined. Forest coverage increase about 223.78 ha,

residential 214.78 ha, grass / vacant land 85.73 ha, and buildings 12.64 ha.

Decreased was found in bush/under brush 225.64 ha, field 145.92, irrigated rice

field 124.92 ha, rain water rice field 30.67 ha, and 9.92 ha for plantation. Result

for simulation models with land use 2010, obtained the value of peak discharge

(Qp) is 81.73 m3/s. Value of the peak volume (Vp) is 2,310.7 mm and time to

peak (Tp) on the resulting flow hydrograph models occurred on 26 March 2013.

In general, an increase in discharge peaks between land use in 2003 by 2010, from

81.22 m³/s to 81.73 m³/s. Soaring peak discharge caused more widespread surface

flow due to the development of settlements in the watershed, it is seen with the

rise in the value of the average CN of upper part of Cisadane watershed, from

38.5 to 39.4. On the simulation of land use in 2010 brings water yield of 2,310.7

mm per year.

ix

This value is smaller than the simulation with land use in 2003 that value 2,320.1

mm per year. The reduced of water yield could be caused by the high evaporation

due to increased of forest area.

Key words : watershed; landuse changes; water yield.

x

ANALISIS PERUBAHANPENGGUNAAN LAHAN

DAN DAMPAKNYA TERHADAP HASIL AIR

DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE HULU

RINGKASAN

Konservasi sumber daya air memiliki posisi strategis untuk

mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air dalam kualitas dan jumlah

yang memadai. Secara teknis, upaya konservasi sumber daya air dilakukan dengan

mengendalikan aliran permukaan dan limpasan air hujan sebanyak mungkin untuk

meresap ke dalam tanah. Terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan

terjadinya perubahan keberadaaan sumber daya air. Salah satu diantaranya adalah

perubahan yang terjadi secara terus menerus dalam penggunaan dan pengelolaan

lahan yang membuat permukaan lahan menjadi kedap atau memadat.Kondisi

tersebut mengakibatkan menurunnya infiltrasi air ke dalam tanah, meningkatkan

aliran permukaandan lebih jauh akan menurunkan ketersediaan air tanah.

DAS Cisadane yang berhulu di kawasan Taman Nasional Gede

Pangrango dan Taman Nasional Halimun Salak, termasuk yang ditetapkan sebagai

salah satu DAS Prioritas dari 108 DAS prioritas yang ada di Indonesia. Kondisi

ini menyatakan bahwa DAS Cisadane telah mengalami kerusakan yang tinggi,

dan memerlukan penanganan cepat yang terencana.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui perubahan penggunaan

lahan yang terjadi di wilayah DAS Cisadane Hulu dari tahun 2003 sampai 2010;

(2) mengetahui perubahan hasil air dari adanya perubahan penggunaan lahan.

Daerah kajian penelitian adalah DAS Cisadane bagian hulu dengan luasan sekitar

22.288,01 ha.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui

penyebab terjadinya peningkatan atau pengurangan ketersediaan air yang

kemungkinan disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan. Dari analisis

terhadap hasil penelitian gabungan dari model prediksi perubahan tutupan lahan

dan model hidrologi, diharapkan dapat diketahui langkah yang harus dilakukan

untuk melaksanakan pengelolaan DAS di Cisadane Hulu pada masa yang akan

datang. Lebih jauh diharapkan metode ini dapat digunakan dan bermanfaat dalam

memprediksi kondisi akibat perubahan lahan pada DAS lainnya.

Penelitian dilakukan melalui dua tahapan utama yaitu analisis perubahan

tutupan lahan dengan analisis keruangan menggunakan SIG (sistem Informasi

Geografi) dan prediksi aliran dengan model HEC-HMS dengan menggunakan

peta penggunaan lahan dari BIG (Badan Informasi Geospasial) tahun 2003 dan

peta tutupan lahan tahun 2010 hasil interpretasi Citra ALOS. Kedua peta tersebut

dianalisis dengan metoda tabel silang (cross tabel) untuk memperoleh data

perubahan penggunaan lahan dari setiap kelas penggunaan lahannya. Selanjutnya

kedua data penggunaan lahan ini digunakan sebagai input pada model prediksi

debit aliran HEC-HMS, kemudian dibangun juga skenario-skenario untuk melihat

dampak perubahan lahan terhadap debit aliran di DAS Cisadane Hulu. Metode

bilangan kurva (SCS-CN) dipilih untuk menghitung besar curah hujan efektif,

xi

yaitu dari pengurangan curah hujan bruto dengan berbagai bentuk kehilangan air

(loss). Perubahan dari curah hujan efektif menjadi hidrograf aliran langsung

(direct run off) diperoleh dengan menggunakan metode hidrograf satuan SCS

Curve Number. Curve Number (CN) berasal dari analisis spasial dari peta tanah

yang dikonversi menjadi Hydrology Soil Group dan ditumpangsusunkan dengan

tutupan lahan. CN merupakan parameter empiris yang digunakan dalam hidrologi

untuk memprediksi limpasan langsung atau direct run off dari kelebihan curah

hujan.

Perubahan penggunaan lahan DAS Cisadane hulu diperoleh dengan

membandingkan dua peta dan data penggunaan lahan yaitu klasifikasi citra ALOS

tahun 2010 dengan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) tahun 2003. Hasil

perbandingan penggunaan lahan (cross tabel) memperlihatkan perubahan yang

cukup bervariasi. Perubahan terbesar terjadi pada tutupan hutan yang

penambahannya mencapai 223,78 ha atau bertambah 1,01% dalam total luas

subDAS, menjadi 22,82%. Penambahan luas hutan yang tampak dalam peta citra

Alos tahun 2010, diakibatkan oleh perubahan penutupan lahan di sebagian

tegalan, semak belukar dan kebun. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa

kemungkinan, antara lain berhasilnya upaya rehabilitasi yang meningkatkan luas

penutupan lahan pada kriteria hutan dan kemungkinan karena adanya

pengalihfungsian kawasan hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani sebagai

areal PHBM (Pemanfaatan Hutan Bersama Masyarakat) menjadi bagian dari

wilayah Taman Nasional Gede Pangrango. Lokasi penambahan terdapat di sekitar

arah barat daya Taman Nasional Gede Pangrango.

Perubahan selanjutnya terjadi pada fungsi pemukiman. Pertumbuhan

pemukiman / urban growth di subDAS ini mencapai 7,1%. Areal pemukiman

dalam peta RBI tahun 2003 seluas 3.029,87 ha, sedangkan pada peta tahun 2010

menjadi 3.244,64 ha, meningkat 214,78 ha. Perubahan fungsi terutama dari areal

yang sebelumnya berupa sawah irigasi seluas 75,31 ha, kebun/perkebunan seluas

49,52 ha, tegalan/ladang seluas 35,21 ha, rumput/tanah kosong seluas 28,28 ha

dan sawah tadah hujan 25,49 ha. Sebaran penambahan pemukiman relatif

menyebar, namun dapat terlihat di sekitar utara dan selatan subDAS. Perubahan

tambah terjadi juga pada rumput/tanah kosong seluas 85,73 ha atau setara dengan

0,39% dari luas subDAS sehingga menjadi 2,12%.

Dampak perubahan lahan di DAS Cisadane hulu ini selanjutnya akan di

simulasi dengan Model Hidrologi HEC-HMS untuk melihat pengaruhnya

terhadap kondisi hidrologi (debit, water yield). Selain bilangan kurva, parameter

yang juga berpengaruh terhadap volume limpasan suatu DAS adalah luas daerah

impervious atau kekedapan terhadap air. Impervious area dari suatu DAS adalah

luasan dari DAS dimana semua kontribusi dari presipitasi akan menjadi limpasan

langsung tanpa mengalami infiltrasi, evaporasi ataupun bentuk kehilangan air

lainnya (US ACE 2010). Penentuan impervious area berdasarkan tipe penggunaan

lahan dan faktor imperviousness (kekedapan).

Geoprocessing yang dilakukan oleh HEC-GeoHMS adalah untuk

mengubah data DEM, CN dan impervious menjadi parameter dan membangun

subDAS kedalam format yang sesuai untuk model hidrologi HEC-HMS. Aplikasi

dilakukan melalui beberapa langkah pengolahan data yang tergantung pada

xii

pengaturan model. Hasil pengolahan dengan HEc-GeoHMS dengan threshold

1000 sel atau dengan luasan 8 km2 terbentuk 19 subDAS. Setiap subDAS yang

terbentuk akan menjadi dasar dalam pemasukan parameter input seperti bilangan

kurva dan nilai persen impervious.

Aplikasi HEC-GeoHMS yang merupakan alat dalam ArcGIS berfungsi

untuk menyiapkan data karakteristik DAS sesuai dengan format yang dibutuhkan

oleh Model Hidrologi HEC-HMS. Aplikasi ini mengatur subDAS-SubDAS yang

dibentuk kemudian membangun skematik model. Hasil kalibrasi model HEC-

HMS dengan metoda manual menghasilkan nilai coefisien error (R2) sebesar

0,527. Pada simulasi model dengan peta penggunaan lahan tahun 2010,

didapatkan nilai debit puncak (Qp) sebesar 81,73 m3/menit. Nilai volume puncak

(Vp) sebesar 2.310,7 mm. Waktu puncak (Tp) pada hidrograf aliran yang

dihasilkan model terjadi pada tanggal 26 Maret 2010.

Secara umum terjadi peningkatan debit puncak antara penggunaan lahan

tahun 2003 dengan 2010 pada outlet DAS Empang dari 81,22 m3/detik menjadi

81,73 m3/detik. Naiknya debit puncak disebabkan meningkatnya aliran

permukaan akibat perkembangan pemukiman di DAS. Hal ini terlihat dengan

meningkatnya nilai CN rata-rata dari 38,5 menjadi 39,4.Pada simulasi dengan

penggunaan lahan tahun 2010 didapatkan hasil air (water yield) sebesar 2.310,7

mm per tahun.Nilai ini lebih kecil dari simulasi dengan penggunaan lahan tahun

2003 yaitu 2.320,1 mm pertahun. Salah satu penyebab berkurangnya hasil air

antara lain dapat dimungkinkan karena penguapan yang meningkat akibat

bertambahnya luasan hutan dan berkurangnya retensi karena kekedapan lahan.

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM .................................................................................................. i

PRASYARAT GELAR ........................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

PANITIA PENGUJI............................................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

RINGKASAN ......................................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 6

2.1 Daerah Aliran Sungai ............................................................................ 6

2.2 Perubahan Penggunaan Lahan .............................................................. 8

2.3 Model Hidrologi .................................................................................. 12

2.3.1 Aliran Permukaan (run-off) ..................................................... 14

2.3.2 Model untuk Prediksi Hasil Air .............................................. 16

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ................................................. 22

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 26

4.1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 26

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 26

4.2.1. Karakteristik sub DAS Cisadane Hulu .................................... 27

4.2.2. Kondisi Tanah ......................................................................... 29

4.2.3. Klimatologi ............................................................................. 30

4.3 Penentuan Sumber Data ...................................................................... 30

4.4 Instrumen Penelitian............................................................................ 31

4.5 Prosedur dan Analisis Data Penelitian ................................................ 31

4.5.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan .................................. 32

4.5.2 Model Hidrologi untuk Prediksi Hasil Air .............................. 34

xiv

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 36

5.1 Perubahan Penggunaan Lahan ............................................................ 36

5.2 Model Hidrologi HEC-HMS ............................................................... 43

5.2.1 Parameter Masukan Model HEC-HMS .................................. 43

5.2.2 Hasil Simulasi MODEL HEC-HMS ....................................... 50

5.2.3 Kalibrasi Model ....................................................................... 52

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 61

6.1 Simpulan ............................................................................................. 61

6.2 Saran .................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64

LAMPIRAN .......................................................................................................... 68

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Perhitungan dan Model yang terdapat dalam HEC-HMS .............................. 18

2.2. Pengelompokkan Hidrologi Soil Group (HSG) ............................................. 20

2.3. Bilangan Kurva aliran (CN) untuk kondisi penggunaan lahan ...................... 21

5.1. Luasan perubahan lahan di DAS Cisadane Hulu ........................................... 41

5.2. Luasan perubahan lahan di DAS Cisadane Hulu secara detil ........................ 42

5.3. Luasan Kelompok hidrologi tanah di DAS Cisadane Hulu ........................... 43

5.4. Faktor Imperviousness berdasarkan tipe penggunaan lahan .......................... 44

5.5. Nilai Beberapa Elemen pada Parameter Baseflow dan Transform ............... 53

5.6. Nilai bilangan kurva pada beberapa kondisi DAS Cisadane Hulu ................ 56

5.7. Hasil Air dari simulasi model untuk debit puncak pada beberapa kondisi di

DAS Cisadane Hulu ....................................................................................... 58

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1. Siklus Hidrologi (USGS, 2010) ..................................................................... 13

2.2. Pra proses input- HEC-HMS dengan HEC-GeoHMS HEC GeoHMS .......... 20

3.1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ................................................................ 24

4.1. Lokasi Daerah Penelitian ............................................................................... 27

4.2. Peta Jenis Tanah DAS Cisadane Hulu ........................................................... 29

4.3. Diagram Alir dari Proses Klasifikasi dan Analisis Perubahan Tutupan Lahan ..... 33

4.4. Tahap Pengembangan Model dengan HECGeoHMS dan HEC-HMS .......... 35

5.1. Peta penggunaan lahan DAS Cisadane Hulu Tahun 2010 ............................. 39

5.2.Peta Penggunaan Lahan DAS Cisadane Hulu Tahun 2003 ............................ 40

5.3. Peta Kelompok tanah DAS Cisadane Hulu .................................................... 45

5.4. Peta Nilai Kurva Aliran DAS Cisadane Hulu Tahun 2010 ............................ 46

5.5. Peta Nilai Impervious DAS Cisadane Hulu Tahun 2010 ............................... 47

5.6. Pembagian subDAS-subDAS dengan HEC-GeoHMS .................................. 49

5.7. Skematik model HEC-HMS ........................................................................... 49

5.8. Perbandingan antara debit simulasi dan hasil pengukuran DAS Cisadane Hulu Tahun 2010... 50

5.9. Perbandingan Statistik antara debit simulasi dan debit pengukuran .............. 52

5.10. Perbandingan debit simulasi hasil kalibrasi dan hasil pengukuran DAS

Cisadane Hulu Tahun 2010 ......................................................................... 54

5.11. Perbandingan Statistik Antara Debit Simulasi Hasil Kalibrasi dan Debit Pengukuran .......... 54

5.12. Debit puncak hasil simulasi model pada beberapa kondisi dan skenario .... 58

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data Curah Hujan. Simulasi dan Kalibrasi ....................................................... 68

2. Perbandingan statistik antara debit simulasi dan dan debit pengukuran 1

Januari 2010 - 31 Desesember 2010 ................................................................. 77

3. Perbandingan statistik antara debit simulasi dan dan debit pengukuran 20

Februari 2010 - 29 Agustus 2010 ..................................................................... 77

4. Perbandingan statistik antara debit pengukuran dan debit kalibrasi 1 Jan 2010 -

31 Des 2010 ...................................................................................................... 78

5. Perbandingan statistik antara debit simulasi dan dan debit pengukuran 1 Jan

2010 - 30 Apr 2010 .......................................................................................... 78

6. Perbandingan statistik antara debit pengukuran dan debit kalibrasi 1 Jan 2010 -

30 Apr 2010 ...................................................................................................... 79

7. Perbandingan statistik antara debit simulasi dan dan debit .............................. 79

8. Hasil tumpang susun peta Batas subDAS hasil pengolahan HEC-GeoHMS

dengan wilayah Administrasi pada DAS Cisadane hulu .................................. 80

9. Data sebaran subDAS hasi; pengolahan HEC-GeoHMS pada kecamatan di

wilayah DAS Cisadane Hulu ............................................................................ 80

10. Peta penggunaan lahan tahun 2010 pada subDAS hasil proses HEC-GeoHMS ................... 82

11. Luas Penggunaan Lahan Pada Setiap Subdas dalam DAS Cisadane Hulu ..... 82

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu unsur kebutuhan dasar yang sangat penting

untuk menunjang berbagai keperluan manusia, baik sektor pangan, energi,

industri, domestik dan lain sebagainya. Dengan demikian maka diperlukan

kesinambungan keberadaan air dalam kualitas dan jumlah yang memadai agar

pemanfaatannya dapat dilakukan secara optimum.

Konservasi sumber daya air memiliki posisi strategis untuk

mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air. Secara teknis, upaya

konservasi sumber daya air dilakukan dengan mengendalikan aliran permukaan,

limpasan air hujan sebanyak mungkin untuk meresap ke dalam tanah. Terdapat

beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan keberadaaan

sumber daya air. Salah satu diantaranya adalah perubahan yang terjadi secara

terus menerus dalam penggunaan dan pengelolaan lahan yang membuat

permukaan lahan menjadi kedap atau memadat. Kondisi tersebut mengakibatkan

menurunnya infiltrasi air ke dalam tanah dan lebih jauh akan menurunkan

ketersediaan air tanah.

Perubahan pola penggunaan lahan untuk kegiatan lain tentu

memberikan manfaat sosial dan ekonomi. Namun, kondisi tersebut juga seringkali

berdampak sebaliknya terhadap lingkungan. Berkurangnya luas hutan,

menurunnya keanekaragaman hayati, meningkatnya luas lahan kritis, erosi dan

2

2

longsor menjadi kondisi umum yang dapat ditemui karena adanya perubahan

penggunaan lahan. Salah satu dampak utama yang berpengaruh langsung terhadap

lingkungan adalah degradasi sumber daya air dan kualitas air (USEPA, 2001).

Konversi lahan pertanian, hutan, rumput, dan lahan basah untuk daerah perkotaan

biasanya menyebabkan peningkatan aliran air di permukaan tanah, yang dapat

mengubah kondisi hidrologi alami dalam suatu daerah aliran sungai (DAS). Hal

ini karena areal tersebut telah berubah menjadi pemukiman, perkotaan dan

penggunaan lain sesuai kebutuhan masyarakat seperti lahan pertanian, lokasi

industri, jalan, kanal, dan lain sebagainya yang mengurangi kemampuan infiltrasi

tanah dan meningkatkan aliran permukaan.

Guna mengetahui adanya perubahan tutupan lahan pada suatu wilayah,

dapat diperoleh melalui beberapa metode, antara lain dari pengamatan langsung

kondisi nyata di lapangan, dengan plot contoh, maupun melalui overlay beberapa

peta seri. Pengamatan secara manual, melalui foto udara, maupun melalui sarana

komputer dengan perangkatnya dapat memproses lebih cepat dan akurat melalui

penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil analisis SIG dapat

digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan

pengelolaan wilayah.

Saat ini SIG telah menjadi alat manajemen yang berharga, menyediakan

infrastruktur yang efektif untuk mengelola, menganalisis, dan visualisasi dataset

yang berbeda berkaitan dengan tanah, topografi, penggunaan lahan, tutupan lahan,

dan iklim. Integrasi antara SIG dengan pemodelan hidrologi juga dengan

pemodelan penggunaan lahan memudahkan aktifitas manajemen data, sehingga

3

3

memudahkan dalam mengekstraksi beberapa parameter model secara efisien

dalam skala DAS. Peningkatan model perubahan penggunaan lahan

dikombinasikan dengan perkembangan model hidrologi memungkinkan prediksi

yang lebih realistis dari sistem hidrologi di masa depan.

Banyak studi dampak penggunaan lahan telah dilakukan dengan

menggunakan skenario penggunaan lahan yang bertujuan untuk meramalkan

perubahan proses hidrologi dan mencari hasil air yang optimum dari penggunaan

lahan. Formula empiris yang berguna untuk membuat perhitungan cepat guna

mendapatkan aliran puncak (peak runoff) dengan ketersediaan data yang sedikit.

DAS Cisadane yang berhulu di kawasan Taman Nasional Gede

Pangrango dan Taman Nasional Halimun Salak, berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kehutanan nomor SK.328/Menhut-II/2009 tanggal 12 Juni 2009,

termasuk yang ditetapkan sebagai salah satu DAS Prioritas dari 108 DAS prioritas

yang ada di Indonesia. Kondisi ini menyatakan bahwa DAS Cisadane telah

mengalami kerusakan yang tinggi, dan memerlukan penanganan cepat yang

terencana.

Berbagai dampak perubahan alam yang terjadi di DAS Cisadane

merupakan salah satu indikator terjadinya degradasi sumberdaya alam. Antara lain

semakin menurunnya luas kawasan hutan pada DAS Cisadane yang saat ini hanya

18,34 %. Luasan ini jauh dari kondisi ideal yaitu sekitar 30% dari luas DAS.

Keadaan tersebut diperparah dengan adanya perambahan pada kawasan hutan

serta alih fungsi hutan di luar kawasan di daerah hulu. Menurut Prasetyo dan

Setiawan (2006) diperkirakan terjadi deforestasi kawasan Taman Nasional

4

4

Gunung Halimun-Salak yang sebagian berada dalam wilayah DAS Cisadane

seluas 21.586,1 Ha (25,68 %). Beberapa kegiatan penyebab pengurangan luas

hutan adalah pembukaan kawasan hutan karena pencurian kayu atau penebangan

liar (illegal logging); perambahan dan okupasi lahan serta kebakaran hutan.

Kegiatan-kegiatan tersebut pada umumnya terkait dengan masyarakat, baik

masyarakat sekitar kawasan, masyarakat yang berada di dalam kawasan hutan,

bahkan masyarakat perkotaan yang tinggal jauh dari hulu DAS Cisadane yang

memiliki akses untuk memanfaatkan lahan di lokasi tersebut.

Guna mengetahui dan mendiskripsikan penyebab degradasi sumberdaya

alam ini diperlukan pendekatan-pendekatan yang bersifat komprehensif, baik dari

faktor biofisik, sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Kajian tentang hubungan

perubahan lahan terhadap kondisi hidrologi menjadi salah satu cara untuk

mendapatkan arah rehabilitasi DAS yang tepat, sehingga upaya-upaya yang

dilakukan lebih terencana dan dapat diperkirakan hasilnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan yang terjadi di DAS Cisadane

Hulu sejak 2003 sampai dengan 2010?

2. Bagaimana dampak akibat adanya perubahan penggunaan tersebut

terhadap debit air?

5

5

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi di wilayah

DAS Cisadane Hulu dalam kurun waktu 2003 sampai dengan 2010,

2. Untuk mengetahui perubahan hasil air dari adanya perubahan

penggunaan lahan di DAS Cisadane Hulu.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui

penyebab terjadinya peningkatan atau pengurangan ketersediaan air yang

kemungkinan disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan. Dari analisis

terhadap hasil penelitian gabungan dari model prediksi perubahan tutupan lahan

dan model hidrologi, diharapkan dapat diketahui langkah yang harus dilakukan

untuk melaksanakan pengelolaan DAS di Cisadane Hulu pada masa yang akan

datang. Lebih jauh diharapkan metode ini dapat digunakan dan bermanfaat dalam

memprediksi kondisi akibat perubahan penggunaan lahan pada DAS lainnya.

6

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Daerah Aliran Sungai

Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem aliran-aliran sungai yang

berhubungan sedemikian rupa yang dibatasi oleh batas-batas topografi dan aliran

sungai tersebut keluar melalui satu titik (outlet). Menurut Peraturan Menteri

Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009, DAS adalah suatu wilayah daratan

yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang

berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya

dan kemudian secara alami mengalirkannya melalui sungai utama yang

selanjutnya bermuara ke danau atau ke laut, yang batas di darat berupa pemisah

topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih

terpengaruh aktivitas daratan. Manan (1979) menyatakan bahwa, DAS merupakan

suatu kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung,

menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang

akhirnya bermuara ke danau atau ke laut. Menurut Arsyad (2006), DAS adalah

sebagai satuan wilayah yang terletak diatas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

batas-batas topografi mengalirkan air yang jatuh diatasnya kedalam sungai yang

sama dan mengalir melalui suatu titik yang sama pada sungai tersebut. Harto

(1993) menyatakan bahwa, DAS merupakan daerah tangkapan yang semua airnya

mengalir kedalam suatu alur sungai, daerah ini umumnya dibatasi oleh batas

topografi yang jelas dan ditetapkan berdasar aliran permukaan.

7

7

Aliran sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik curah hujan dan

kondisi biofisik DAS. Karakteristik biofisik mencakup geometri (ukuran, bentuk,

kemiringan DAS), morfometri (ordo sungai, kerapatan jaringan sungai, rasio

percabangan, rasio panjang), geologi, serta penutupan lahan (Liamas, 1993 dalam

Kartiwa et al., 2005). Diantara keempat penciri kondisi biofisik, tipe penutupan

lahan merupakan satu-satunya parameter yang dapat mengalami perubahan secara

cepat dan memberikan pengaruhnya secara signifikan terhadap karakteristik debit

(Kartiwa et al., 2005).

Menurut Sinukaban (1997), pemanfaatan sumberdaya alam DAS yang

tidak memperhatikan kemampuan dan kelestarian lingkungan, akan

mengakibatkan terjadinya kerusakan ekosistem dan tataguna air. Oleh karena itu

dalam membuat perencanaan pengelolaan DAS, pilihan teknologi yang tepat

harus berlandaskan kaidah-kaidah konservasi.

Pengelolaan DAS merupakan suatu proses formulasi dan implementasi

kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan manusia

yang terdapat dalam ekosistem DAS untuk memperoleh manfaat produksi dan

jasa lingkungan yang optimal tanpa menyebabkan kerusakan terhadap

sumberdaya tanah dan air. Departemen Kehutanan Republik Indonesia (2009)

menyatakan bahwa Pengelolaan DAS adalah upaya dalam mengelola hubungan

timbal balik antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia di dalam DAS

dan segala aktivitasnya untuk mewujudkan kemanfaatan sumber daya alam bagi

kepentingan pembangunan dan kelestarian ekosistem DAS serta kesejahteraan

masyarakat.

8

8

Mengingat seluruh wilayah daratan habis terbagi dalam DAS, maka

untuk mewujudkan DAS yang baik perlu adanya keterpaduan pengelolaan dari

setiap pihak yang berkepentingan di dalamnya. Pengelolaan DAS terpadu adalah

rangkaian upaya perumusan tujuan, sinkronisasi program, pelaksanaan dan

pengendalian secara partisipatif berdasarkan kajian kondisi biofisik, ekonomi,

sosial, politik dan kelembagaan (Departemen Kehutanan Republik Indonesia,

2009 (a)). Bentuk pengelolaan DAS terpadu adalah pemanfaatan potensi

sumberdaya alam beserta jasa lingkungan (environment services) yang ada dalam

DAS melalui penilaian yang menyeluruh tentang DAS dan potensi jasa-jasa

lingkungan. Pengelolaan DAS secara terpadu dan berkelanjutan pada prinsipnya

merupakan upaya pemanfaatan, perlindungan dan pelestarian serta pengendalian

yang dilaksakan secara terpadu (multi sektor), menyeluruh (hulu – hilir, kuantitas

– kualitas, in stream – off stream), berkelanjutan, berwawasan lingkungan

(konservasi ekosistem) dengan DAS (satuan wilayah hidrologis) sebagai kesatuan

pengelolaan.

2.2 Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan secara langsung menyebabkan terjadinya

perubahan tutupan lahan. Pengertian tentang penggunaan lahan dan penutupan

lahan penting untuk berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolaan yang

berhubungan dengan permukaan bumi. Penutupan lahan berkaitan dengan jenis

kenampakan yang ada dipermukaan bumi, sedangkan penggunaan lahan berkaitan

dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu (Lillesand dan Kiefer, 1993).

Penggunaan lahan (land use) juga diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

9

9

(campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan

hidupnya baik materiil maupun spiritual, sedangkan perubahan tutupan lahan

lebih kepada adanya perubahan vegetasi (Arsyad, 2006).

Selanjutnya Arsyad (2006) menyatakan bahwa, perubahan penggunaan

lahan memiliki dampak potensial besar terhadap lingkungan bio-fisik dan sosial

ekonomi. Secara umum penggunaan lahan digolongkan ke dalam dua golongan,

yaitu:

1. Penggunaan lahan pedesaan, secara umum dititikberatkan pada produksi

pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dan kehutanan.

2. Penggunaan lahan perkotaan, secara umum dititikberatkan untuk tempat

tinggal, pemusatan ekonomi, layanan jasa, dan pemerintahan.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007

tentang Penataan Ruang, tertulis: pemanfaatan ruang meliputi kawasan pedesaan,

kawasan perkotaan, kawasan lindung serta kawasan budidaya. Kawasan lindung

adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian

lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.

Kawasan budidaya merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

untuk melakukan budidaya atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,

sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan.

Pemanfaatan kawasan budidaya untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia harus diusahakan tidak mengganggu dan merusak ekosistem kawasan

lindung. Perubahan penggunaan lahan yang tidak terkendali dan tanpa tindakan

konservasi tanah dan air akan menyebabkan terjadinya erosi. Erosi yang terjadi

10

10

dapat menyebabkan degradasi lahan, yang akhirnya menyebabkan menurunnya

produktivitas lahan (Adnyana, 2011).

Penelitian mengelompokkan penggunaan lahan menjadi tujuh kategori,

masing-masing adalah hutan, semak/belukar, kebun campuran, pemukiman,

sawah, tegalan, dan lahan terbuka. Pengertian masing-masing penggunaan lahan

mengikuti pengertian yang umum dikenal dan biasa digunakan dalam klasifikasi

penggunaan lahan. Harimurti (1999), memberikan definisi dan batasan yang jelas

mengenai tipe-tipe penggunaan lahan di atas. Definisi hutan dinyatakan sebagai

wilayah yang ditutupi oleh vegetasi pepohonan, baik alami maupun yang dikelola,

dengan tajuk yang rimbun dan besar/lebat. Semak belukar merupakan hutan yang

telah dirambah atau dibuka, merupakan area transisi dari hutan lebat menjadi

kebun atau lahan pertanian, bisa berupa hutan dengan semak atau belukar dengan

tajuk yang relatif kurang rimbun. Kebun campuran adalah daerah yang ditumbuhi

vegetasi tahunan satu jenis maupun campuran baik dengan pola acak, maupun

teratur sebagai pembatas tegalan. Pemukiman lebih identik dengan kombinasi

antara jalan, bangunan, pekarangan, dan bangunan itu sendiri. Sawah merupakan

daerah pertanian yang ditanami padi sebagai tanaman utama dengan rotasi tertentu

yang biasanya diairi sejak saat penanaman hingga beberapa hari sebelum panen.

Sedangkan tegalan merupakan daerah yang umumnya ditanami tanaman semusim,

namun pada sebagian lahan tidak ditanami, dengan vegetasi yang umum dijumpai

seperti padi gogo, singkong, jagung, kentang, kedelai, dan kacang tanah. Lahan

terbuka merupakan daerah yang tidak ditemukan vegetasi berkayu, umumnya

hanya jenis rerumputan maupun penggunaan lain akibat aktivitas manusia.

11

11

Pengelompokan vegetasi tersebut juga tidak terlepas dari kemampuan lahan yang

ditumbuhi atau dimanfaatkan tersebut dalam menyerap air hujan, disamping

faktor-faktor fisik lain yang mampengaruhi berupa kemiringan lereng, jenis tanah

menurut kepekaan erosi serta curah hujan.

Dengan demikian maka apabila terjadi perubahan pada penggunaan

lahan, maka akan mempengaruhi keseluruhan sistem ekologi termasuk hidrologi

pada wilayah DAS tersebut. Dalam skala besar dampak perubahan tersebut adalah

terjadinya gangguan perilaku air sungai, pada musim hujan debit air sungai akan

meningkat tajam sementara pada musim kemarau debit air sangat rendah (Asdak,

2007).

Perubahan penggunaan lahan umumnya dapat diamati dengan

menggunakan data-data spasial dari peta penggunaan lahan dari titik tahun yang

berbeda. Data-data penginderaan jauh (remote sensing data) seperti citra satelit,

radar, dan foto udara sangat berguna dalam pengamatan perubahan penggunaan

lahan. Perubahan penggunaan lahan (landuse change) meliputi pergeseran

penggunaan lahan menuju penggunaan lahan yang berbeda (conversion) atau

diversifikasi pada penggunaan lahan yang sudah ada. Secara umum perubahan

penggunaan lahan akan mengubah: (a) karakteristik aliran sungai, (b) jumlah

aliran permukaan, (c) sifat hidrologis daerah yang bersangkutan (Mayer dan

Turner, 1994 dalam Feri, 2007). Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan

manusia pada bidang lahan tertentu. Informasi penggunaan lahan dapat dikenali

secara langsung dengan menggunakan penginderaan jauh yang tepat. Informasi

12

12

tentang kegiatan manusia pada lahan tidak selalu dapat ditafsir secara langsung

dari penutupan lahannya (Lillesand dan Kiefer, 1993).

Penggunaan lahan pada kawasan hutan, terutama yang terkait dengan

tutupan hutan, berubah dengan cepat dan sangat dinamis. Berdasarkan hasil studi

yang dilakukan BPDAS Citarum Ciliwung (2011), DAS Cisadane memiliki

kawasan hutan kurang dari 30% yaitu seluas 28.098,79 ha (18,34%). Sebagian

besar penutupan lahan DAS Cisadane berupa lahan pertanian, baik pertanian lahan

kering maupun lahan sawah.

Lahan merupakan materi dasar dari suatu lingkungan, yang diartikan

dengan sejumlah karakteristik alami, yaitu iklim, geologi tanah, topografi,

hidrologi dan biologi (Aldrich, 1981 dalam Lo, 1995). Penutupan lahan

menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan

(Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara

langsung dari citra penginderaan jauh. Tiga kelas data secara umum yang tercakup

dalam penutupan lahan yaitu:

1. Struktur fisik yang dibangun oleh manusia

2. Fenomena biotik seperti vegetasi alami, tanaman pertanian dan kehidupan

binatang

3. Tipe pembangunan.

2.3 Model Hidrologi

Hidrologi berhubungan dengan beberapa aspek dari air sebagai sumber

daya. Secara khusus hidrologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berhubungan

dengan ruang-waktu karakteristik kuantitas dan kualitas airbumi. Studi hidrologi

13

13

meliputi proses, gerakan, distribusi, sirkulasi, eksplorasi, penyimpanan,

pengembangan dan manajemen (Singh and David, 2002). Definisi dari hidrologi

adalah ilmu yang menjelaskan distribusi air dalam bentuk gas dan cairan di

permukaan bumi. Dalam hidrologi terapan distribusi difokuskan pada kuantitas

(Sumawiganda, 1992). Siklus hidrologi memungkinkan tersedianya air di bagian

permukaan bumi yang jauh dari lautan secara terus-menerus. Skema siklus

hidrologi secara lengkap ditunjukkan dalam Gambar 2.1.

Sumber: (http://id.wikipedia.org/wiki.siklus air.html).

Gambar 2.1.

Siklus Hidrologi (USGS, 2010)

Siklus hidrologi menyerupai sebuah mesin raksasa alam yangterus

menerus berjalan dengan menggabungkan sistem destilasi dan sistem pompa.

Matahari sebagai penyedia energi panas, bersama-sama dengan gaya gravitasi

membuat air bergerak dari bumi ke atmosfer melalui evaporasi dan transpirasi,

kemudian dari atmosfer ke bumi oleh kondensasi dan presipitasi. Air juga

14

14

bergerak dipermukaan tanah sebagai limpasan dan aliran sungai, sementara ada

sebagian yang terinfiltrasi menjadi air tanah dan mengalir kelaut.

Dalam suatu sistem DAS, curah hujan berubah menjadi debit air,

dimana volume debit tergantung pada beberapa faktor, diantaranya: jenis tanah,

iklim, topografi, dan tata guna lahan. Penggunaan lahan adalah salah satu faktor-

faktor dinamis yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Hal ini terus berubah

seiring dengan kebutuhan manusia akan pemukiman, pertanian, transportasi, dan

lain-lain. Discharge dapat digunakan untuk memantau kualitas DAS, jika debit

sangat tinggi di musim hujan dan sangat rendah pada musim kemarau

menunjukkan terjadinya kerusakan pada DAS. Kondisi DAS yang baik adalah

ketika debit di distribusikan dengan baik sepanjang tahun dan musim. Menurut

Pernyataan Dewan Riset Nasional (1994), ketersediaan air disajikan dalam empat

dimensi yaitu: jumlah, kualitas, lokasi dan waktu, sedangkan manajemen

dilakukan dalam rangka membuat proses pelaksanaan yang lebih baik.

2.3.1 Aliran Permukaan (run-off)

Aliran permukaan atau run-off didefinisikan sebagai bagian dari hujan

atau presipitasi yang alirannya menuju ke saluran-saluran sungai, danau, atau laut.

Aliran tersebut dapat mengalir pada permukaan tanah (overland flow) maupun

melalui bawah permukaan tanah (sub-surface atau interflow) (Haridjaja et al.,

1990). Istilah run-off sering diartikan sebagai aliran air pada permukaan tanah

(Schwaab et al., dalam Haridjaja et al., 1990).

15

15

Menurut NCSRI (2003) debit adalah jumlah atau volume air yang

mengalir pada suatu titik atau melalui suatu saluran per satuan waktu yang

diformulasikan sebagai:

Q = A x V

dimana:

Q = debit air (m3/detik)

A = luas penampang aliran (m2)

V = kecepatan aliran (m/detik)

Selama hujan berlangsung, debit air sungai akan meningkat seiring

dengan meningkatnya volume air hujan yang masuk ke dalam sungai. Pada

penelitian ini debit maksimum dan debit minimum yang digunakan adalah data

debit terukur pada pintu SPAS Empang, yaitu titik outlet Sub DAS Cisadane

Hulu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran sungai (Viesman et al., 1972)

meliputi: (1) direct run-off, (2) interflow/delayed run-off, (3) groundwater/

baseflow, dan (4) channel presipitation. Menurut Schwaab et al., dalam Sudadi et

al. (1991), secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi aliran sungai dapat

dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik hujan dan karakteristik DAS. Karakteristik

hujan meliputi jumlah, intensitas, dan lama hujan serta distribusinya di area DAS,

sedangkan pengaruh karakteristik DAS ditentukan oleh ukuran, bentuk, orientasi,

topografi, geologi, dan penggunaan lahan.

16

16

2.3.2 Model untuk Prediksi Hasil Air

Studi ini menggunakan model hidrologi HEC-HMS, untuk menghitung

limpasan permukaan dari penggunaan lahan hasil prediksi. HEC-HMS, yang

dikembangkan oleh Corps of Engineers Angkatan Darat Amerika Serikat,

dirancang untuk mensimulasikan curah hujan-limpasan yang merupakan proses

dendritik sistem DAS. Program HEC-HMS merupakan program komputer untuk

menghitung transformasi hujan dan proses penelusuran (routing) pada suatu

sistem DAS. Model ini dapat digunakan untuk menghitung volume runoff, direct

run-off, baseflow dan channel flow (USACE-HEC, 2010).

HEC-HMS merupakan model semi distributed yang menggunakan sub-

DAS sebagai unitnya. Model semi distributed merupakan perpaduan antara model

global (blackbox) dengan model terdistribusi, atau sering disebut dengan

pendekatan pseudo distributed. Metoda ini didasarkan pada konsep similarity/

kemiripan, dengan asumsi bahwa subDAS adalah suatu luasan yang identik

dengan DAS. Pembagian subDAS dan karakteristiknya menggunakan Geospasial

Ekstensi Pemodelan Hidrologi (HEC-GeoHMS) yang merupakan tool tambahan

pada aplikasi ARC-GIS. Tool HEC-GeoHMS digunakan untuk pra-pemrosesan

dengan memanfaatkan topografi permukaan (Digital Elevation Model-DEM)

menjadi jaringan aliran, dan subDAS dari delineasi data DEM.

Untuk mengetahui faktor penutupan lahan serta tindakan

pengelolaannya, dilakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Setelah

proses awal (pra-prosesing) dengan menggunakan HEC-GeoHMS selesai, baru

17

17

dilakukan simulasi dengan Model HEC-HMS yang memiliki tiga bagian utama

yaitu;

1. Curah hujan sebagai parameter masukan

2. Karakteristik Sub-DAS

3. Penelusuran (routing) aliran

Data hujan untuk simulasi ini berasal dari stasiun curah hujan di stasiun

Empang dan stasiun lain yang terletak di wilayah DAS. Data merupakan data

hujan harian yang dirata-ratakan dari mulai tahun 2003 sampai dengan 2010.

Data curah hujan digunakan sebagai input untuk model simulasi, masukan yang

juga digunakan untuk berbagai penggunaan lahan seri data. Dalam HEC-HMS

data hujan diperhitungkan berdasarkan rata-rata pembobotan pada setiap subdas.

Untuk karakteristik Sub-DAS diawali dengan membagi DAS Cisadane

Hulu pada beberapa sub DAS yang diproses melalui HEC-GeoHMS, data RTM

dengan spatial Hydrology model. Aplikasi ini juga memproses hampir semua

input data yang dibutuhkan oleh HEC-HMS. Simulasi hidrologi DAS ini

menggunakan SCS Curve Number, SCS Curve Number Hidrograf dan metode

base flow bulanan. Didalam HEC-HMS terdapat beberapa model yang terpisah

dimana masing-masing model yang dipilih mempunyai input yang berbeda-beda.

Beberapa model yang digunakan untuk menghitung volume runoff, direct runoff,

baseflow dan channel flow ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

18

18

Tabel 2.1.

Perhitungan dan Model yang terdapat dalam HEC-HMS

Sumber :UserManual HEC-HMS, 2009

Persamaan limpasan SCS (Soil Conservation Service) adalah sebuah

model empiris yang mulai digunakan secara umum pada tahun 1950-an.

Persamaan tersebut merupakan hasil kajian selama lebih dari 20 tahun yang

melibatkan hubungan hujan dengan limpasan dari DAS kecil di Amerika Serikat.

Model tersebut dikembangkan untuk memberikan suatu dasar yang konsisten

dalam memperkirakan jumlah limpasan pada berbagai tata guna lahan dan jenis

19

19

tanah. Persamaan SCS curver number berdasarkan User’s Manual HEC-HMS

(2010) adalah :

dimana:

Qsurf = akumulasi limpasan atau kelebihan curah hujan (mm H2O)

Rday = tinggi curah hujan pada hari tersebut (mm H2O)

Ia = pengambilan awal yang meliputi tampungan permukaan,

intersepsi dan infiltrasi sebelum terjadi limpasan (mm H2O)

S = parameter retensi (mm H2O)

Parameter retensi bervariasi secara spasial akibat perubahan jenis tanah,

tata guna lahan, pengelolaan dan kemiringan serta bervariasi secara temporal

akibat perubahan kadar air dalam tanah. Parameter retensi didefinisikan sebagai:

Dimana CN adalah curve number

Pengambilan awal, Ia, umumnya didekati sebagai 0,2S sehingga

Persamaan menjadi:

Limpasan hanya akan terjadi apabila Rday>Ia.

Pra-proses karakteristik DAS sebelum disimulasi dengan HEC-HMS secara rinci

diperlihatkan dalam Gambar 2.2.

20

20

Gambar 2.2.

Pra proses input- HEC-HMS dengan HEC-GeoHMS HEC

(USACE-HEC, 2009)

Untuk mendapatkan nilai CN yang diperlukan pada SCS Curve Number

dibutuhkan Hidrologi Soil Group (HSG) yang didapat dari hasil analisis beberapa

parameter seperti: tekstur, infiltrasi dan kapasitas retensi setiap jenis tanah. Untuk

lebih jelasnya pengelompokan HSG diperlihatkan pada Tabel 2.2

Tabel 2.2

Pengelompokkan Hidrologi Soil Group (HSG)

Kelompok

tanah Keterangan Laju infiltrasi

A Potensi air larian paling kecil, termasuk tanah pasir dalam

dengan unsur debu dan liat. Laju infiltrasi tinggi 8 – 12

B Potensi air larian kecil, tanah berpasir lebih dangkal dari A.

Tekstur halus sampai sedang. Laju infiltrasi sedang. 4 – 8

C

Potensi air larian sedang, tanah dangkal dan mengandung

cukup liat. Tekstur sedang sampai halus. Laju infiltrasi

rendah.

1 – 4

D

Potensi air larian tinggi, kebanyakan tanah liat, dangkal

dengan lapisan kedap air dekat permukaan tanah. Infiltrasi

paling rendah.

0 – 1

Sumber: US SCS 1972 dalam Asdak, 2007.

21

21

Curve Number (CN) berasal dari analisis spasial di mana peta tanah

yang dikonversi menjadi Hydrology Soil Group dan ditumpangsusunkan dengan

tutupan lahan. CN merupakan parameter empiris yang digunakan dalam hidrologi

untuk memprediksi limpasan langsung atau direct runoff dari kelebihan curah

hujan. Metode curve number dikembangkan oleh USDA-Soil Conservation

Service. Jumlah kurva limpasan dikembangkan dari analisis empiris limpasan dari

DAS kecil dan plot lereng dipantau oleh USDA. Hal ini banyak digunakan dan

merupakan metode yang efisien untuk menentukan perkiraan jumlah limpasan

langsung dari curah hujan di daerah tertentu. Jumlah kurva debit didasarkan pada

HSG di daerah itu, penggunaan lahan dan kondisi hidrologi. Angka CN untuk

deskripsi tutupan lahan dan karakteristik hidrologi kelompok tanah diperlihatkan

pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3.

Bilangan Kurva aliran (CN) untuk kondisi penggunaan lahan

Penggunaan Lahan Kedap H S G

A B C D

Pemukiman/Bangunan permanen 85 89 92 94 95

Pemukiman/Bangunan semi permanen 38 61 75 83 87

Danau/Sistu/Empang/Rawa/Sungai 100 100 100 100 100

Sawah Irigasi 38 65 76 84 88

Sawah Tadah Hujan 30 59 70 78 81

Hutan 5 25 55 70 77

Rumput/Tanah Kosong 20 49 69 79 84

Jalan 90 98 98 98 98

Kebun/Perkebunan 5 45 66 77 83

Semak Belukar 20 36 60 73 79

Tegalan/Ladang 30 64 75 83 85

Sumber : US SCS 1972 dalam Asdak, 2007

22

22

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Curah hujan serta karakteristik biofisik dan geomorfologi suatu DAS,

seperti jenis tanah, kelerengan, struktur DAS (luas, keliling DAS, panjang sungai,

bentuk DAS, tipe jaringan sungai, orde sungai dan kerapatan jaringan drainase)

serta penutupan lahan, berpengaruh terhadap besarnya produksi air pada suatu

DAS. Perubahan penggunaan lahan juga menyebabkan permasalahan lain yang

terkait dengan tanah dan air.

Dampak perubahan lahan hutan, perkebunan, pertanian menjadi lahan

pemukiman dan industri akan mengganggu keseimbangan energi (energy balance)

di permukaan tanah. Dalam kondisi ekstrem, alih fungsi lahan berdampak

terhadap pengurasan cadangan air tanah (water storage), penurunan produksi air

DAS meningkatkan konsumsi air tanaman melalui transpirasi dan banjir. Pada

musim hujan, kondisi lahan yang berpenutup permanen menyebabkan sebagian

besar volume air hujan ditransfer menjadi aliran permukaan langsung (direct

runoff), akibatnya besaran (magnitude) banjir baik berupa intensitas, frekuensi dan

durasinya terus meningkat. Pada kenyatannya saat ini kerusakan lahan yang

sangat luas tersebut hanya diantisipasi secara parsial. Hal tersebut menyebabkan

masalah banjir seolah-olah tidak bisa diselesaikan. Agar permasalahan tersebut

dapat diatasi atau paling tidak mereduksi dampaknya maka pemodelan produksi

air DAS menjadi penting dalam pengelolaan DAS.

23

23

The U.S. Army Corps of Engineers Hydrologic Modeling Sistem (HEC-

HMS) adalah model hidrologi berbasis windows yang menggantikan HEC-1 dan

berisi banyak perbaikan dari pendahulunya. HEC-HMS dirancang untuk

mensimulasi proses curah hujan-limpasan sistem DAS dendritik yang merupakan

pengembangan dari HEC-1, Model ini menyediakan beberapa pilihan metode-

metode hidrologi dan merupakan kemajuan yang signifikan dalam ilmu komputer

dan rekayasa hidrologi. Perbedaan yang paling menonjol adalah kemudahan

penggunaan karena teknologi graphical user interface (GUI) yang memungkinkan

untuk memudahkan manipulasi elemen-elemen hidrologi seperti cekungan-

cekungan dan jaringan sungai yang digunakan sangat mudah dikarakteristikan.

GUI juga memungkinkan untuk melihat hasil pada setiap titik dalam model

skematiknya.

Model yang telah divalidasi digunakan untuk menduga produksi air

DAS pada skenario rehabilitasi penutupan lahan, terutama perubahan semak

belukar dan tanah terbuka menjadi hutan. Diagram alir kerangka pemikiran

ditampilkan pada Gambar 3.1

24

24

ambar 3.1

Diagram Alir Kerangka Pemikiran

Penelitian bertujuan untuk menganalisa dampak dari perubahan

Gambar 3.1.

Diagram Alir Kerangka Pemikiran

Ground check data

Peta Penggunaan Lahan RBI

Tahun 2003

Peta Referensi

Citra ALOS-AVNIR Tahun 2010

Klasifikasi Visual

Peta Penggunaan Lahan

Tahun 2010

Sesuai

DAS Cisadane

Hulu

Citra ALOS-AVNIR Tahun2010 2010

Klasifikasi visual Peta Referensi Data Ground

Check

Accuracy Assesment

Peta Penggunaan Lahan Tahun 2010

Peta Penggunaan Lahan Tahun 2003

Tidak sesuai

Tabel Silang 2003 - 2010

Perubahan Penggunaan Lahan

2003 - 2010

Karakteristik: Iklim, Biogeofisik

INPUT MODEL (Curah Hujan, Penggunaan Lahan, Jenis Tanah)

Karakteristik Hidrologi

Produksi Air Pengukuran

Model Hidrologi : > HEC-HMS

> Integrasi GIS HEC-GeoHMS

Produksi Air Pendugaan

Produksi air DAS pada Penggunaan Lahan Setelah Rehabilitasi

Validasi

Q Pengukuran

25

25

Penelitian bertujuan untuk menganalisa dampak dari perubahan

penutupan lahan terhadap hasil air di DAS Cisadane hulu. Untuk melihat sejauh

mana perubahan lahan yang terjadi dilakukan dengan menggunakan metoda

Cross Tab (tabel silang) antara penggunaan lahan hasil klasifikasi citra ALOS

tahun 2010 dengan penggunaan lahan tahun 2003 (Bakosurtanal). Hasil analisis

perubahan lahan ini juga menunjukan proses yang terjadi pada DAS Cisadane

hulu, dan kemudian dibandingkan dengan melakukan simulasi menggunakan

model hidrologi HEC-HMS.

Untuk membandingkan dampak perubahan penggunaan lahan terhadap

hasil air digunakan model yang dibangun berdasarkan kondisi penggunaan lahan

tahun 2003. Hasil simulasi model kemudian dibandingkan dengan data monitoring

debit air di stasiun pengukuran debit stasiun Empang yang dilakukan oleh Balai

Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. Data monitoring ini juga digunakan

untuk mengkalibrasi dan validasi sehingga hasil simulasi model mendekati

kondisi sebenarnya. Setelah model tervalidasi kemudian digunakan untuk

mensimulasi dengan menggunakan penggunaan lahan tahun 2010. Simulasi

menggunakan data input hujan sebagaimana model yang dilakukan pada tahun

2003.

26

26

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian analisis perubahan penggunaan lahan dan dampaknya

terhadap hasil air di DAS Cisadane Hulu dilakukan melalui pengkajian data

sekunder dan pengumpulan data primer. Penurunan jumlah produksi air di DAS

Cisadane Hulu bukan semata-mata diakibatkan oleh perubahan fisik DAS

Cisadane Hulu, tetapi juga perubahan pola penggunaan lahan di dalam DAS itu

sendiri.

Penelitian ini dilakukan dengan mengintegrasikan antara penginderaan

jauh (remote sensing) dan SIG guna menganalisis perubahan penggunaan lahan di

DAS Cisadane Hulu. Selain itu, untuk menilai dampak perubahan penggunaan

lahan terhadap produksi air di DAS Cisadane Hulu dilakukan dengan

menggunakan model hidrologi.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada DAS Cisadane Hulu yang merupakan

salah satu dari dua hulu DAS Cisadane.yang berada di pegunungan Gede-

Pangrango, dengan daerah tangkapan mencapai luas 22.228,01 ha. Penelitian ini

dilaksanakan mulai bulan Oktober 2012 hingga Desember 2012, bertempat di

laboratorium dan di lapangan. Penelitian lapangan (pengecekan lapang) di

laksanakan di DAS Cisadane Hulu, sementara untuk pengolahan citra digital

dilakukan di Laboratorium Remote Sensing and GIS, Jurusan Master of Science in

27

27

Information Technology for Natural Resources Management, Institut Pertanian

Bogor dan melalui sarana yang tersedia di BPDAS Citarum Ciliwung.

Gambar 4.1.

Lokasi Daerah Penelitian

Secara administratif subDAS Cisadane Hulu berada dalam wilayah

Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Gambar 4.1 memperlihatkan letak DAS

Cisadane serta lokasi penelitian dengan outlet Empang. DAS ini dipilih dengan

pertimbangan kondisi lereng dan penggunaan lahan yang bervariasi sehingga

diasumsikan dapat mewakili sebagian hulu DAS Cisadane.

4.2.1.Karakteristik sub DAS Cisadane Hulu

DAS Cisadane merupakan DAS lintas provinsi, yang secara

administratif terletak di Provinsi Jawa Barat dan Banten serta sebagian kecil

DAS Cisadane Hulu

DAS Cisadane

Batas Jabodetabek

Sumber: Limnologi LIPI, 2007

28

28

bagian hilir masuk ke dalam wilayah Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan BPDAS

Citarum Ciliwung, tahun 2011, sub DAS Cisadane Hulu merupakan sub DAS

terluas di DAS Cisadane dengan luas keseluruhan mencapai 44.142,32 hektar

terletak di hulu sebelah timur DAS Cisadane. Secara administrasi terletak di

Kabupaten Bogor dan Kota Bogor.

Bentuk sub DAS Cisadane Hulu membulat dengan nilai Rc 0.54.

Bentuk suatu DAS penting untuk diketahui, karena mempunyai pengaruh

terhadap kecepatan terpusatnya aliran sungai sehingga akan mempengaruhi juga

bentuk hidrograf alirannya. Bentuk DAS yang memanjang dan sempit cenderung

menurunkan laju air larian daripada DAS yang berbentuk melebar. Dilihat dari

panjang sungai, secara keseluruhan, panjang sungai sub DAS Cisadane hulu

mencapai 1.350,93 km dengan sumber aliran sungainya berasal dari gunung Gede

Pangrango.

Berdasarkan BPDAS Citarum Ciliwung (2011), luas kemiringan lereng

sub DAS Cisadane Hulu didominasi oleh kemiringan lereng Kelas III (15-25%)

seluas 51,73%, yang kemudian diikuti oleh Kelas IV (> 40%) seluas 31,33%.

Menurut Asdak (2007), kemiringan lereng DAS berpengaruh terhadap kecepatan

aliran air permukaan serta berpengaruh terhadap besarnya erosi yang terjadi di

suatu wilayah. Semakin curam kemiringan lahannya semakin cepat aliran air

permukaan serta semakin besar potensi terjadinya erosi. DAS yang mempunyai

kemiringan lahan dominan curam ( kemiringan lahan > 15 % ), potensial terjadi

erosi yang lebih besar dibanding dengan DAS yang mempunyai kemiringan lahan

dominan relatif datar ( < 15 %).

29

29

4.2.2. Kondisi Tanah

Jenis tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besar

kecilnya erosi suatu lahan. Setiap jenis tanah mempunyai sifat yang berbeda-

beda, yang berpengaruh terhadap kepekaan erosi suatu lahan. Berdasarkan peta

tanah semidetail di wilayah DAS Cisadane, jenis tanah pada DAS Cisadane Hulu

bagian hulu adalah assosiasi andosol coklat dan regosol coklat, sedangkan pada

bagian hulu agak tengah didominasi oleh komposisi jenis tanah latosol coklat.

Pada daerah tengah berupa kompleks latosol merah kekuningan dan latosol coklat.

Pada bagian hilir agak tengah sebelah barat berupa andosol coklat kekuningan

serta komplek regosol kelabu dan litosol. Gambar 4.2 memperlihatkan sebaran

jenis tanah di DAS Cisadane Hulu.

Gambar 4.2

Peta Jenis Tanah DAS Cisadane Hulu

Legenda Tanah:

Andosol Coklat Kekuningan Assosiasi andosol coklat dan regosol coklat Kompleks latosol merah kekuningan latosol cklt p Komplek regosol kelabu & Litosol Latosol coklat

30

30

4.2.3. Klimatologi

Tipe iklim DAS Cisadane Hulu adalah Tipe A dengan curah hujan rata-

rata 3.700 mm/tahun. Penentuan tipe iklim dengan menggunakan metode Schmidt

Ferguson yang didasarkan pada curah hujan bulanan rata-rata sebagai kriteria

(BPDAS Citarum Ciliwung, 2011). Dari data curah hujan rata-rata dibedakan

rata-rata bulan basah dan bulan kering. Bulan basah apabila curah hujan bulanan

lebih dari 100 mm sedangkan bulan kering apabila curah hujan kurang dari 60

mm. Perbandingan bulan kering dan bulan basah disebut Q. Nilai Q inilah yang

digunakan untuk menentukan tipe iklim. Rata-rata bulan basah adalah 10.91

sedangkan rata-rata bulan kering sebesar 0.27 (Asdak. 2012)

4.3 Penentuan Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder. Data primer penelitian ini diperoleh dengan melakukan

observasi langsung melalui pengamatan/inspeksi lapangan untuk mengetahui

kondisi fisik di DAS Cisadane Hulu. Adapun data primer yang dibutuhkan

diantaranya adalah kondisi tutupan lahan, data debit air dan karakteristik tanah di

DAS Cisadane Hulu.

Data sekunder penelitian ini diperoleh melalui pengumpulan data

kondisi umum DAS Cisadane Hulu baik data tutupan lahan maupun data

karakteristik DAS. Data yang dibutuhkan untuk proses analisis tutupan lahan

diantaranya adalah data Citra ALOS-AVNIR dengan resolusi 10 meter, untuk

kawasan DAS Cisadane Hulu, tahun 2010; Peta Rupa Bumi Indonesia, skala

1:25.000; serta Digital Elevation Model (DEM), 90 m. Sedangkan untuk analisis

31

31

hidrologi dibutuhkan data peta tanah, debit harian, hujan harian dan karakteristik

DAS.

4.4 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan peralatan lapangan dan laboratorium,

Peralatan lapangan yang digunakan yaitu:

1. Automatic Water Level Recorder

2. Global position system (GPS) Garmin-GPSMap78CS

3. Digital camera

Peralatan dan kebutuhan untuk laboratorium diantaranya adalah:

Personal Computer (PC) dengan kelengkapan perangkat lunak

(software) berikut:

1.3 Microsoft office 2010

2.3 ArcGIS versi 9.3, dengan ekstensi:

a. ArcHydro

b. HEC-GeoHMS

c. HEC-HMS 3.5

4.5 Prosedur dan Analisis Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui duatahapan/prosedur utama yaitu

analisis perubahan tutupan lahandengan HEC-GEOHMS, serta model prediksi

aliran dengan HEC-HMS. Secara terinci diuraikan sebagai berikut :

32

32

4.5.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan

Untuk mengklasifikasikan penggunaan lahan pada wilayah sasaran

dalam penelitian ini, digunakan data citra yang ditujukan untuk mendapatkan

informasi tentang penggunaan lahan aktual dari setiap tahun penelitian, yaitu peta

penggunaan lahan tahun 2003 yang berasal dari peta RBI, sertapeta penggunaan

lahan tahun 2010 yang diklasifikasikan dari citra ALOS-AVNIR dengan resolusi

10 meter. Kedua output peta tersebut mempunyai skala 1:25.000.

Klasifikasi citra merupakan proses pengelompokan semua piksel

menjadi gambar yang terdiri dari kelas-kelas yang mempunya persamaan nilai

pixel. Jadi, setiap kelas dapat mewakili entitas dengan sifat tertentu (Chein-I et.al,

2000). Dengan demikian, klasifikasi proses dalam penelitian ini adalah untuk

menentukan jumlah kelas sebagai wakil dari entitas. Dalam skema proses ini

ditandai dengan kotak-kotak berwarna biru pada Gambar 3.1.

Analisis perubahan penggunaan lahan menggunakan perbandingan

pasca klasifikasi dan analisis deret waktu (post classification method). Analisis

menggunakan aplikasi GIS (ArcGIS9.3). Metodologi untuk analisis perubahan

penggunaan lahan adalah seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.3.

33

33

Gambar 4.3.

Diagram Alir dari Proses Klasifikasi dan Analisis Perubahan

Penggunaan Lahan

Dari skema tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Interpretasi dibuat dengan mengamati pola jaringan sungai, danau, jaringan

jalan dapat membantu dalam penafsiran benda atau vegetasi yang meliputi

gambar yang ada.

2. Kemudian deteksi dilakukan pada objek dengan membuat penggambaran dari

batas luar kelompok yang memiliki warna yang sama yang membedakannya

dari yang lain.

3. Langkah terakhir adalah melakukanidentifikasi dan analisis objek atau jenis

vegetasi dengan menggunakan informasi spasial seperti ukuran, bentuk,

tekstur, pola, asosiasi bayangan.

Selain teknik-teknik yang disebutkan di atas, klasifikasi dilakukan

dengan menggunakan peta pendukung seperti peta penggunaan lahan, topografi,

dan vegetasi sebagai peta referensi. Dalam penelitian ini digunakan peta

Peta RBI Klasifikasi terbimbing

Interpretasi Citra ALOS

Peta penggunaan Lahan

Tahun 2003

Peta Penggunaan Lahan

Tahun 2010

Cross Tabel 2003-2010

Perubahan Penggunaan Lahan 2003 - 2010

34

34

penggunaan lahan yang telah diinterpretasi dan dipublikasi oleh BIG (Badan

Informasi Geospasial) tahun 2003 dan peta penggunaan lahan tahun 2010 hasil

interpretasi Citra ALOS.

4.5.2 Model Hidrologi untuk Prediksi Hasil Air

Tahapan pengembangan model hidrologi untuk HEC-HMS

diperlihatkan pada Gambar 4.4 yang menggambarkan bahwa tahapan dimulai

dengan melakukan proses awal menggunakan Aplikasi Tool HECGeoHMS pada

ArcGis terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membangun disain model dengan menggunakan HECGeoHMS dengan

tahapan:

a. Melakukan pembentukan sub-DAS dan karakteristiknya dengan data DEM

b. Melakukan input data model, berupa data time series, data grid (data raster

penggunaan lahan, tanah, persen penutupan lahan, dan lain lain) serta data

hidrologi yang dibutuhkan oleh model yang telah didisain sebelumnya.

c. Membuat Export Format File sebagai data HEC-HMS

2. Dengan menggunakan Aplikasi model HEC-HMS dilakukan simulasi dengan

output berupa debit dan hasil air.

3. Kemudian dilakukan kalibrasi model dengan data hasil observasi atau

pengukuran.

4. Setelah model dikalibrasi dan tervalidasi, dilakukan proses analisis dengan

membandingkan hasil air untuk setiap penggunaan lahan baik tahun 2003

maupun 2010.

35

35

HEC-HMS

Debit Simulasi

P-value >0.8

R-factor < 1

Data Q

Kalibrasi selesai

Yes

No

DEM

Karakteritika DASPeta Jenis

TanahPeta LU

HE

CG

eoH

MS

Hujan

Gambar 4.4.

Tahap Pengembangan Model dengan HECGeoHMS dan HEC-HMS

Data

Hujan

36

36

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan merupakan bentuk peralihan dari

penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lain berikutnya. Pada sebagian

besar wilayah DAS perubahan penggunaan lahan cenderung mengurangi

penutupan lahan, baik untuk kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam maupun

perubahan fungsi pemanfaatan. Peningkatan pemanfaatan sumberdaya alam

sebagai akibat dari pertambahan penduduk dan perkembangan ekonomi, konflik

kepentingan dan kurang keterpaduan antar sektor, antar wilayah hulu-tengah-hilir

yang tidak memperhatikan kondisi lahan dapat menyebabkan kerusakan DAS.

Perubahan penggunaan lahan (landuse change) meliputi pergeseran

penggunaan lahan menuju penggunaan lahan yang berbeda (conversion) atau

intensifikasi pada penggunaan lahan yang sudah ada. Secara umum perubahan

lahan akan mengubah: (a) karakteristik aliran sungai, (b) jumlah aliran

permukaan, (c) sifat hidrologis daerah yang bersangkutan (Mayer dan Turner,

1994 dalam Feri, 2007).

Perubahan penggunaan lahan subDAS Cisadane hulu diperoleh dengan

membandingkan dua peta dan data penggunaan lahan yaitu klasifikasi citra ALOS

tahun 2010 yang diperlihatkan pada Gambar 5.1 dengan Peta Rupa Bumi

Indonesia (RBI) tahun 2003 yang diperlihatkan pada Gambar 5.2. Hasil perubahan

penggunaan lahan (cross tabel) diperlihatkan pada Tabel 4 dan Tabel 5. Dari data

37

37

tersebut tampak adanya perubahan yang cukup bervariasi. Perubahan terbesar

terjadi pada tutupan hutan yang penambahannya mencapai 223,78 ha atau

bertambah 1,01% dalam total luas subDAS, menjadi 22,82%. Penambahan luas

hutan yang tampak dalam peta citra Alos tahun 2010, diakibatkan oleh perubahan

penutupan lahan di sebagian tegalan, semak belukar dan kebun. Hal ini dapat

disebabkan oleh beberapa kemungkinan, antara lain berhasilnya upaya

rehabilitasi yang meningkatkan luas penutupan lahan pada kriteria hutan karena

adanya pengalihfungsian kawasan hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani

sebagai areal PHBM (Pemanfaatan Hutan Bersama Masyarakat) menjadi bagian

dari wilayah Taman Nasional Gede Pangrango. Lokasi penambahan terdapat di

sekitar arah barat daya Taman Nasional Gede Pangrango.

Perubahan selanjutnya terjadi pada fungsi pemukiman. Pertumbuhan

pemukiman / urban growth di DAS Cisadane Hulu mencapai 0,97%. Areal

pemukiman dalam peta RBI tahun 2003 seluas 3.029,87 ha, sedangkan pada peta

tahun 2011 menjadi 3.244,65 ha, meningkat seluas 214,78 ha. Penambahan

pemukiman relatif menyebar, namun dapat terlihat di sekitar utara dan selatan

DAS. Perubahan tambah terjadi juga pada rumput/tanah kosong seluas 85,63 ha

atau setara dengan 0,39% dari luas DAS Cisadane Hulu hingga menjadi 2,12%.

Disamping penambahan, terjadi juga pengurangan luas pada semak belukar seluas

225,64 ha setara dengan 1,01%, pada tegalan/ladang seluas 145,23 ha yang setara

dengan 0,66%, sawah irigasi seluas 124,92 ha, tegalan/ladang seluas 143,23 ha,

sawah tadah hujan 30,67 ha, kebun/perkebunan seluas 9,92 ha serta badan air

sebesar 0,37 ha.

38

38

Penggunaan lahan pada lokasi penelitian cenderung berubah pada kondisi

semakin terbukanya lahan atau semakin berkurangnya daerah resapan air hujan.

Sesuai pernyataan Asdak (2007) bahwa perubahan pada penutupan lahan akan

mempengaruhi keseluruhan sistem ekologi termasuk hidrologi pada wilayah

DAS.Dalam skala besar dampaknya akan terlihat pada fluktuasi air sungai yang

meningkat tajam pada musim penghujan dan debitnya akan sangat rendah di

musim kemarau.

Untuk mengetahui dampak perubahan lahan di DAS Cisadane hulu,

selanjutnya dilakukan simulasi dengan Model Hidrologi HEC-HMS untuk melihat

pengaruhnya terhadap kondisi hidrologi (debit, water yield).

39

39

Gambar 5.1.

Peta penggunaan lahan DAS Cisadane Hulu Tahun 2010

39

40

40

.

Gambar 5.2.

Peta Penggunaan Lahan DAS Cisadane Hulu Tahun 2003

40

41

41

Tabel 5.1.

Luasan Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Cisadane Hulu

No. Penggunaan Lahan

2003 2010 Perubahan

Ha % Ha % Ha

1 Air Tawar 73,51 0,33 73,14 0,33 -0,37

2 Belukar/Semak 2.085,83 9,38 1.860,19 8,37 -225,64

3 Tanah Berbatu 1,75 0,01 1,75 0,01 0,00

4 Gedung 10,08 0,05 22,54 0,10 12,46

5 Hutan 4.848,07 21,81 5.071,85 22,82 223,78

6 Kebun/Perkebunan 3.571,19 16,07 3.561,27 16,02 -9,92

7 Pemukiman 3.029,87 13,63 3.244,65 14,60 214,78

8 Rumput/Tanah Kosong 385,43 1,73 471,16 2,12 85,63

9 Sawah Irigasi 1.382,50 6,22 1.257,58 5,66 -124,92

10 Sawah Tadah Hujan 3.068,51 13,80 3.037,84 13,67 -30,67

11 Tegalan/Ladang 3.771,25 16,97 3.626,02 16,31 -145,23

TOTAL 22.228,01 100,00 22.228,01 100,00

42

42

Tabel 4.2.

Luas Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Cisadane Hulu Tahun 2003 dengan 2010

2010

Air

Tawar

Belukar/

Semak

Gedung Hutan

Kebun/

Perkebunan

Pemukiman

Rumput/

Tanah

Kosong

Sawah

Irigasi

Sawah

Tadah

Hujan

Tanah

Berbatu

Tegalan/

Ladang

Grand Total

2003

Air Tawar 73,14

0,37

73,51

Belukar/Semak

1.857,08

150,52 32,56 6,32 39,36

0,00 2.085,83

Gedung

10,08

10,08

Hutan

4.848,07

4.848,07

Kebun/Perkebunan

4,02 22,32 3.467,61 49,52 27,72

0,00

0,00 3.571,19

Pemukiman

5,35

3.024,52

0,00

0,00 3.029,87

Rumput/Tanah

Kosong

0,01

7,64 28,28 349,51

385,43

Sawah Irigasi

0,63

7,53 75,31 41,45 1.257,.58

0,00 1.382,50

Sawah Tadah Hujan

0,50

0,22 25,49 4,46

3.037,84

3.068,51

Tanah Berbatu

1.75

1,75

Tegalan/Ladang 0,00 3,11 1,96 50,93 45,34 35,21 8,67 0,00

3.626,02 3.771,25

Grand Total 73,14 1.860,19 22,54 5.071,85 3.561,27 3.244,65 471,16 1.257,58 3.037,84 1.75 3.626,02 22.228,01

42

43

43

5.2 Model Hidrologi HEC-HMS

5.2.1 Parameter Masukan Model HEC-HMS

5.2.1.1 Penentuan Nilai Bilangan Kurva (Curve Number) Dan Nilai Persen

Impervious

Nilai bilangan kurva aliran permukaan / Curve Number (CN)

menunjukkan potensi air larian atau aliran permukaan untuk curah hujan tertentu.

Nilai CN bervarisasi dari 0 (nol) sampai 100 (seratus). Nilai bilangan kurva ini

ditentukan berdasarkan sifat-sifat tanah, keadaan hidrologi, perlakuan budidaya

tanaman, penggunaan lahan dan kandungan air tanah lima hari sebelumnya.

Berdasarkan peta tanah semidetail di wilayah DAS Cisadane, maka pada DAS

Cisadane Hulu terdapat empat kelompok hidrologi tanah, yaitu kelompok A, B, C

dan D (Tabel 5.3). Sedangkan sebaran kelompok hidrologi tanah dapat dilihat

pada Gambar 5.3.

Tabel 5.3

Luasan Kelompok hidrologi tanah di DAS Cisadane Hulu

Kelompok Hidrologi

Tanah

Luas

(Ha)

Persentase

(%)

A 2,12 0,01

B 7173,83 29,38

C 15483,78 63,41

D 1697,71 6,95

Perairan 61,047 0,25

Total 24418,48 100

Jenis penggunaan tanah/perlakuan/kondisi hidrologi untuk setiap

penggunaan lahan di DAS Cisadane Hulu yang disesuaikan dengan tabel bilangan

kurva-SCS seperti yang disajikan pada Tabel 5.3. Jenis penggunaan lahan yang

dijumpai di daerah penelitian adalah :

44

44

1. Permukiman

2. Sawah yang ditanami padi-padian dengan kontur dan teras

3. Kebun campuran/tegalan tanpa menerapkan teknik konservasi tanah dan air

setara dengan leguminosa ditanam rapat menurut kontur

4. Semak belukar dengan penutupan tajuk yang sedang-rendah, vegetasi bawah

berupa alang-alang/rumput setara dengan hutan

5. Rumput/tanah kosong setara dengan tempat terbuka. padang rumput yang

dipelihara, taman, lapangan golf, kuburan, dan lain-lain kondisi hidrologi sedang

6. Hutan dengan penutupan tajuk yang cukup tinggi, vegetasi bawah dan serasah

yang cukup banyak setara dengan hutan

7. Danau / perairan

Selain bilangan kurva, parameter yang juga berpengaruh terhadap

volume limpasan suatu DAS adalah luas daerah impervious atau kekedapan

terhadap air. Impervious area dari suatu DAS adalah luasan dari DAS dimana

semua kontribusi dari presipitasi akan menjadi limpasan langsung tanpa

mengalami infiltrasi, evaporasi ataupun bentuk kehilangan air lainnya (USACE

2001). Penentuan nilai impervious area berdasarkan tipe penggunaan lahan dan

faktor imperviousness/kekedapan (Tabel 5.4).

Tabel 5.4.

Faktor Imperviousness berdasarkan tipe penggunaan lahan

Penggunaan Lahan Faktor Imperviousness (%)

Hutan 0

Tanah terbuka 5

Agrikultur 5

Pemukiman 30

Komersial 80

Sumber: USACE. (2001)

45

45

Gambar 5.3

Peta Kelompok tanah DAS Cisadane Hulu

45

Legenda Kelompok

Hidrologi Tanah

46

46

Gambar 5.4.

Peta Nilai Kurva Aliran DAS Cisadane Hulu Tahun 2010

46

Legenda Nilai Kurva

47

47

Gambar 5.5.

Peta Nilai Impervious DAS Cisadane Hulu Tahun 2010

47

47

48

48

Peta kurva aliran diperoleh dari tumpang susun peta penggunaan lahan

dengan peta kelompok hidrologi tanah. Nilai kurva aliran diperoleh dari tabel

bilangan kurva yang terdapat pada Tabel 5.1. Besarnya nilai bilangan kurva aliran

permukaan kondisi II (kondisi normal/rata-rata) di DAS Cisadane Hulu disajikan

pada Gambar 5.4. dengan peta persen impervious pada Gambar 5.5.

Menurut Arsyad (2006). volume hujan dipisahkan ke dalam abstraksi

awal, retensi dan aliran permukaan. Abstraksi awal (Ia) merupakan fungsi dari

penggunaan tanah, perlakuan dan kondisi hidrologi, dan kandungan air tanah

sebelumnya. Nilai (Ia) dapat diduga dengan mengalikan nilai retensi potensial

maksimum (S) dengan konstanta (0.2).

5.2.1.2 Setup Model dengan Hec-GeoHMS dan Pemodelan Hidrologi HEC-

HMS

Geoprocessing yang dilakukan oleh HEC-GeoHMS adalah untuk

mengubah data DEM, CN dan impervious menjadi parameter dan membangun

sub DAS kedalam format yang sesuai untuk model hidrologi HEC-HMS. Aplikasi

dilakukan melalui beberapa langkah pengolahan data yang tergantung pada

pengaturan model. Hasil pengolahan dengan HEc-GeoHMS dengan threshold

1000 sel atau dengan luasan 8 km2 terbentuk 19 subDAS seperti yang

diperlihatkan pada Gambar 5.5. Setiap subDAS yang terbentuk akan menjadi

dasar dalam pemasukan parameter input seperti bilangan kurva dan nilai persen

impervious.

Aplikasi HEC-GeoHMS yang merupakan tools dalam ArcGIS berfungsi

untuk menyiapkan data karakteristik DAS sesuai dengan format yang dibutuhkan

49

49

oleh Model Hidrologi HEC-HMS. Aplikasi ini mengatur subDAS-SubDAS yang

dibentuk kemudian membangun skematik model seperti yang diperlihatkan pada

Gambar 5.6.

Gambar 5.6.

Pembagian subDAS-subDAS dengan HEC-GeoHMS

Gambar 5.7.

Skematik model HEC-HMS

50

50

Pemodelan ini membagi subDAS dalam subDAS-subDAS kecil atau

basin. Penyusunan basin model merupakan salah satu tahap penting dalam analisa

system hidrologi menggunakan HEC-HMS. Dalam basin model. perlu disusun

konfigurasi yang menggambarkan representasi fisik dari suatu subDAS

berdasarkan elemen-elemen hidrologi. Terdapat tujuh elemen hidrologi yang

tersedia dalam HEC-HMS. yaitu Subbasin. Reach. Reservoir. Junction. Diversion.

Source. dan Sink. Pada penelitian ini elemen hidrologi yang digunakan untuk

mengkonfigurasi SubDAS Cisadane Hulu terdiri dari 19 subbasin. 9 reach. 9

junction dan 1 sink (Gambar 5.7).

5.2.2 Hasil Simulasi MODEL HEC-HMS

Simulasi dilakukan pada rentang waktu tahun 2009 sampai dengan

2010 dengan menggunakan data hujan harian dari tiga stasiun yaitu; Empang,

Pasirjaya dan Citeko. Ketiga stasiun hujan ini digunakan dengan pertimbangan

lokasinya berada atau dekat dengan DAS dan ketersedian data. Rentang waktu ini

sesuai dengan ketersediaan data debit dan penggunaan lahan di DAS Cisadane

Hulu. Hasil simulasi diperlihatkan pada Gambar 5.8. Hasil simulasi masih

memperlihatkan perbedaan dibandingkan dengan hasil pengukuran debit di

stasiun Empang. Hasil korelasi diperlihatkan pada Gambar 5.9. dimana statistic

error adalah 0,18 masih belum cukup untuk digunakan sehingga harus dilakukan

kalibrasi.

51

51

-

20

40

60

80

100

120

140

Q (

mm

)

Q Observasi Q Simulasi

51

52

52

Gambar 5.9.

Perbandingan Statistik antara debit simulasi dan debit pengukuran

5.2.3 Kalibrasi Model

Untuk memperoleh nilai debit simulasi yang mendekati nilai

pengukuran, dilakukan kalibrasi dengan menggunakan model HEC-HMS.

Kalibrasi disesuaikan pada beberapa parameter sesuai dengan metoda yang

digunakan. Parameter yang paling mempengaruhi pada pemodelan ini adalah nilai

kurva aliran (CN) dimana pada proses kalibrasi nilai ini menggunakan 50% dari

data sebelumnya. Hal ini berdasarkan hasil analisis dari perbandingan debit

simulasi dan pengukuran yang memperlihatkan debit puncak dari simulasi lebih

besar dari nilai debit pengukuran. Sedangkan nilai baseflow simulasi lebih rendah

dari baseflow pengukuran. Selanjutnya parameter lain yang dikalibrasi yaitu pada

parameter baseflow dan nilai lag time pada parameter reach.

Metoda baseflow yang digunakan pada pemodelan ini adalah recession

method yang mempunyai beberapa elemen yaitu initial discharge,recession

constant dan ratio to peak. Sedangkan parameter transform menggunakan metoda

Q simulasi (mm)

Q o

bsr

vasi

(m

m)

53

53

lagtime. Nilai-nilai parameter baseflow dan transform yang digunakan pada

proses kalibrasi diperihatkan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5.

Nilai Beberapa Elemen pada Parameter Baseflow dan Transform

Subbasin

Base flow Transform

Initial Discharge

(m3/det)

Recesion

Constant

Ratio to

Peak Lag Time (mnt)

W510 0,03 0,9 0,4 295,59

W480 0,03 0,8 0,4 184,15

W500 0,03 0,9 0,4 289,03

W470 0,03 0,8 0,5 208,26

W420 0,025 0,9 0,4 194,95

W410 0,03 0,9 0,5 261,24

W460 0,03 0,7 0,5 209,08

W430 0,025 0,8 0,5 30,36

W490 0,03 0,8 0,4 282,32

W450 0,025 0,9 0,5 8,27

W380 0,03 0,8 0,5 131,58

W390 8,5 0,9 0,4 79,07

W400 0,03 0,1 0,25 422,23

W370 0,03 0,75 0,4 291,05

W350 0,03 0,1 0,4 383,18

W340 0,03 0,8 0,4 268,01

W310 8,5 0,1 0,4 499,68

W300 0,03 0,8 0,4 159,72

W280 0,03 0,9 0,3 290,18

Simulasi hasil kalibrasi model diperlihatkan pada Gambar 5.10 yang

dibandingkan dengan hasil pengukuran debit. Hasil kalibrasi dengan

menggunakan nilai coefisien error (R2) menghasilkan nilai sebesar 0,527 (Gambar

5.11). Berdasarkan hasil kalibrasi antara prediksi model dengan hasil pengukuran

pada series hujan dan debit pengukuran yang digunakan dapat disimpulkan bahwa

model HEC-HMS cukup akurat dan dapat digunakan untuk memprediksi volume

54

54

aliran permukaan pada proses simulasi perubahan penggunaan lahan terhadap

respon hidrologi di DAS Cisadane Hulu.

Gambar 5.11.

Perbandingan Statistik Antara Debit Simulasi Hasil Kalibrasi dan Debit

Pengukuran

0

20

40

60

80

100

120

140

160-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1-Jan-10 1-Feb-10 1-Mar-10 1-Apr-10 1-May-10 1-Jun-10 1-Jul-10 1-Aug-10 1-Sep-10 1-Oct-10 1-Nov-10 1-Dec-10

P(m

m)

Q (

mm

)

Empang

Pasirjaya

Q obs

Qsimcal2

Cu

rah

Hu

jan

(m

m)

er

Gambar 5.10.

Perbandingan debit simulasi hasil kalibrasi dan hasil pengukuran DAS Cisadane

Hulu Tahun 2010

Q O

bse

rvas

i (m

m)

Simulasi (mm)

Q simulasi kalibrasi 2

55

55

5.3 Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan dan Skenario Rehabilitasi DAS

Dampak perubahan penggunaan lahan terhadap respon hidrologi dalam

hal ini volume aliran permukaan menggunakan model HEC-HMS dilakukan

dengan menggunakan nilai-nilai masukan berdasarkan penggunaan lahan tahun

2003 dan 2010. Asumsi yang digunakan adalah bahwa semua parameter masukan

model dianggap tetap kecuali parameter bilangan kurva dan persen impervious

yang diperlihatkan pada Tabel 5.6.

Simulasi dilakukan pada beberapa kondisi diantaranya pada

penggunaan lahan tahun 2010 sebagai baseline simulasi yang juga di kalibrasi dan

validasi kemudian simulasi dilakukan juga pada kondisi penggunaan lahan tahun

2003 untuk membandingkan dengan kondisi yang lebih baik. Untuk rencana

perbaikan DAS Cisadane Hulu dibangun dua skenario penggunaan lahan;

skenario pertama dilakukan dengan merehabilitasi kembali lahan-lahan terbuka

pada kawasan hutan lindung menjadi hutan kembali, sedangkan skenario dua

dilakukan dengan mengembangkan hutan rakyat pada lahan-lahan semak belukar

dan rumput/tanah kosong di DAS Cisadane Hulu. Detail lokasi skenario

rehabilitasi pada masing-masing subDAS dapat dilihat pada lembar Lampiran.

56

56

Tabel 5.6.

Nilai bilangan kurva pada beberapa kondisi DAS Cisadane Hulu

Konversi lahan di daerah hulu menyebabkan sebagian besar air hujan

yang jatuh di wilayah DAS tersebut tidak dapat diretensikan dengan baik sehingga

mengalir dengan cepat kebagian hilir DAS. Peningkatan luas permukiman pada

tahun 2010 juga mengakibatkan berkurangnya daerah resapan air, sehingga terjadi

peningkatan jumlah curah hujan yang tidak terserap yang mengalir menjadi aliran

SubDAS

Basin

Slope

Persen impervious Curve Number

LU

2003

LU

2010

Skenario

1

Skenario

2

LU

2003

LU

2010

Skenario

1

Skenario

2

W280 2,0 58,1 30,1 58,1 58,1 38,6 45,5 43,04 4043

W300 4,0 47,4 26,4 46,6 46,0 38,2 43,0 40,53 37,80

W310 5,0 12,6 9,5 15,2 14,5 36,5 38,1 35,20 31,97

W340 8,0 23,5 14,8 25,8 25,2 42,9 43,1 40,79 37,37

W350 9,0 12,4 10,2 15,1 14,3 37,9 38,8 36,27 32,67

W370 11,0 9,1 6,7 9,2 8,8 38,7 38,6 36,16 32,11

W380 12,0 18,8 11,3 18,1 17,9 40,8 40,8 38,10 34,98

W390 13,0 7,8 7,9 9,2 9,4 37,2 37,6 34,81 31,26

W400 14,0 10,4 7,4 11,0 10,9 39,5 39,7 36,80 34,05

W410 15,0 10,0 7,7 10,6 10,5 36,6 37,7 34,92 31,44

W420 16,0 20,8 12,7 21,1 21,1 38,5 39,8 37,34 34,43

W430 17,0 5,7 4,0 6,0 5,8 37,3 37,5 34,53 32,18

W450 19,0 2,3 5,0 8,4 6,2 40,0 39,7 37,54 34,74

W460 20,0 8,9 6,6 9,5 9,3 39,6 39,7 36,88 33,87

W470 21,0 9,2 7,1 9,8 9,6 37,0 37,8 35,04 31,44

W480 22,0 12,4 10,5 14,8 14,1 394 40,0 37,58 32,89

W490 23,0 4.5 2.7 4,3 4,3 36,9 36,9 34,25 31,39

W500 24,0 5.5 3.8 5,6 5,6 37,4 37,5 34,95 31,68

W510 25,0 3.8 3.1 4,0 4,2 37,6 37,6 34,51 31,60

Rata-

rata 14,7 14.9 9.9 15,9 15,6 38,5 39,4 36,8 33,6

57

57

permukaan. Berdasarkan hasil prediksi model tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah akan berpengaruh terhadap

besarnya volume aliran permukaan.

Beberapa parameter digunakan untuk membandingkan hasil simulasi

berdasarkan kondisi dan skenario yang dibentuk. yaitu : debit puncak. dan water

yield. Hasil simulasi diperlihatkan pada Gambar 5.12 dan Tabel 5.7. Secara umum

terjadi peningkatan debit puncak antara penggunaan lahan tahun 2003 dengan

2010 dimana pada outlet Empang debit puncak meningkat dari 81,22 m³/detik

menjadi 81,73 m³/detik. Secara umum hampir semua SubDAS mengalami

kenaikan debit puncak, hanya beberapa subDAS yang mempunyai nilai debit

puncak yang tetap. Naiknya debit puncak ini disebabkan lebih banyaknya aliran

permukaan akibat perkembangan pemukiman di DAS. Hal ini terlihat dengan

meningkatnya nilai CN rata-rata DAS Cisadane Hulu, dari 38,5 menjadi 39,4.

Hasil air (water yield) adalah total limpasan dari suatu daerah

pengaliran air (drainage basin) yang disalurkan melalui saluran air permukaan

dan akuifer (reservoir air tanah). Pada pemodelan dengan HEC-HMS ini hasil air

merupakan salah satu luaran model. Informasi parameter water yield pada tabel

global summary pada hasil simulasi dari model HEC-HMS. Pada simulasi dengan

penggunaan lahan tahun 2010 didapatkan hasil air sebesar 2.310,7 mm/tahun.

Nilai ini lebih kecil dari pada simulasi dengan penggunaan lahan tahun 2003 yang

menghasilkan nilai 2.320,1 mm/tahun. Salah satu penyebab berkurangnya hasil air

dapat disebabkan oleh penguapan yang makin tinggi akibat luasan hutan yang

bertambah, tetapi penurunan ini tidak terlalu berdampak selama distribusi

temporal debit aliran merata sepanjang tahun.

58

58

Gambar 5.12.

Debit puncak hasil simulasi model pada beberapa kondisi dan skenario

2003

59

59

Tabel 5.7.

Hasil Air dari simulasi model untuk debit puncak

pada beberapa kondisi di DAS Cisadane Hulu

Subdas Luas (km2) LU 2003 LU 2010 Skenario 1 Skenario 2

W510 27,97 49,13 49,29 49,13 49,13

W500 21,47 37,10 37,85 37,10 36,98

W490 11,83 13,11 13,11 13,11 13,11

W480 18,27 29,74 30,24 29,74 29,72

W470 8,22 13,88 14,16 13,88 13,85

W460 10,21 16,55 16,72 16,55 16,55

W450 0,03 0,03 0,04 0,04 0,03

W430 9,09 10,22 10,22 10,22 10,22

W420 12,71 22,34 22,40 22,34 22,34

W410 12,51 23,22 23,43 23,22 23,21

W400 28,39 29,16 29,62 29,16 29,16

W390 0,85 8,50 8,50 8,50 8,50

W380 3,01 5,16 5,18 5,16 5,16

W370 9,06 14,71 14,74 14,71 14,71

W350 23,18 35,58 35,58 35,58 35,58

W340 13,16 16,63 16,85 16,60 15,98

W310 22,46 17,55 26,78 17,55 17,22

W300 1,63 2,05 2,09 2,08 2,02

W280 3,03 3,89 4,00 3,94 3,90

Outlet1 237,09 81,22 81,73 81,23 80,67

Skenario-skenario yang dibentuk dimaksudkan untuk perbaikan dan

rehabilitasi lahan di DAS Empang (DAS Cisadane Hulu) dari dua skenario yang

dibangun diperoleh hasil simulasi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5.12

dan Tabel 5.7 yang memperlihatkan nilai debit puncak yang lebih baik. Pada

skenario 2 nilai debit puncak (Qp) mencapai 80,67 m³/detik dibandingkan pada

skenario 1 dengan nilai Qp; 81,23 m³/detik nilai Qp ini malah lebih rendah

dibandingkan dengan simulasi pada penggunaan lahan tahun 2003.

60

60

Perubahan penggunaan lahan hampir pasti mengikuti pola dari jenis

penggunaan hutan ke pertanian, perkebunan, dan berlanjut ke permukiman sejalan

dengan perkembangan wilayah perkotaan. Perubahan demikian jelas sangat

berpengaruh terhadap neraca air wilayah dan rezim hidrologi DAS bersangkutan

(Pawitan, 2004). DAS Cisadane Hulu berdasarkan penggunaan lahan tahun 2003

dengan 2010 telah mengalami perubahan yang merubah kondisi hidrologi,

walaupun tutupan hutan bertambah tetapi dampak dari perkembangan pemukiman

(urbangrowth) mengakibatkan naiknya debit puncak. Skenario yang

dikembangkan pada pemodelan ini dapat digunakan sebagai arahan dalam

perencanaan pengelolaan DAS kedepan. Dari hasil simulasi pada kedua skenario

menunjukan skenario kedua menghasilkan kondisi hidrologi lebih baik. Hal ini

karena luas penutupan lahan bertambah cukup banyak yang menghambat jatuhnya

air hujan langsung ke permukaan tanah sehingga mengurangi terjadinya aliran

permukaan

61

61

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. Selama kurun waktu 2003 – 2010 terjadi perubahan penggunaan lahan di

DAS Cisadane Hulu. Luas Hutan bertambah 223,78 ha, pemukiman 214,78

ha, rumput/tanah kosong 85,73 ha, dan gedung 12,64 ha. Terjadi pengurangan

luas semak belukar 225,64 ha, tegalan/ladang 145,92 ha, sawah irigasi 124,

92 ha, sawah tadah hujan 30,67 ha, dan kebun/perkebunan seluas 9,92 ha.

2. Perubahan luas kawasan hutan terbesar berada pada kecamatan Caringin

kemudian kecamatan Ciawi. Sedangkan perubahan penggunaan karena

penambahan pemukiman relatif menyebar namun penambahan terbesar

terjadi di kecamatan Cijeruk, Caringin dan Kota Bogor Timur.

3. Secara umum terjadi peningkatan debit puncak antara penggunaan lahan

tahun 2003 dengan tahun 2010 dari nilai 81,22 m³/detik menjadi 81,73

m³/detik. Hampir semua subDAS mengalami kenaikan debit puncak. Naiknya

debit puncak ini kemungkinan dapat disebabkan oleh meningkatnya aliran

permukaan akibat perkembangan pemukiman dan pembukaan wilayah yang

menyebabkan menurunnya infiltrasi. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai

CN rata-rata DAS Cisadane Hulu dari 38,5 menjadi 39,4.

4. Hasil simulasi dengan penggunaan lahan tahun 2010, curah hujan rata-rata

dari 3 stasiun dan data debit tahun 2010, didapatkan hasil air (water yield)

sebesar 2.310,7 mm/tahun. Hasil simulasi terhadap penggunaan lahan tahun

62

62

2003 diperoleh hasil air dengan nilai 2.320,1 mm/tahun. Terjadi pengurangan

jumlah hasil air pada tahun 2010 apabila dibandingkan dengan data tahun

2003. Pengurangan hasil air ini kemungkinan disebabkan oleh adanya

perubahan penggunaan lahan dengan kecenderungan semakin berkurangnya

penutupan lahan.

5. Hasil simulasi model memperlihatkan skenario rehabilitasi DAS dengan

pengembangan hutan rakyat pada beberapa subDAS pada semak/belukar dan

rumput/lahan kosong menghasilkan kondisi hidrologi lebih baik dari kondisi

tahun 2003 dengan debit puncak sebesar 80,67 m³/detik.

6.2 Saran

1. Hasil simulasi terhadap subDAS dengan penutupan lahan yang kurang

melalui skenario pengembangan hutan rakyat tampak dapat menurunkan

volume aliran permukaan. Kondisi tersebut dapat digunakan sebagai arahan

dalam perencanaan pengelolaan DAS khususnya di DAS Cisadane Hulu.

2. Pada perencanaan pengelolaan DAS kedepan diharapkan metoda ini dapat

digunakan sebagai salah satu alat untuk memperoleh data sebagai bahan

pertimbangan mendapatkan arahan penggunaan lahan melalui pengembangan

kegiatan vegetatif berupa hutan rakyat.

3. Perlu adanya peningkatan pengawasan dan penegakkan aturan dalam

pemanfaatan lahan untuk pemukiman terutama pada wilayah hulu yang

mempunyai fungsi lindung. Untuk wilayah yang telah terlanjur dijadikan

pemukiman, perlu diminta untuk untuk membuat bangunan konservasi seperti

sumur resapan dan sejenisnya.

63

63

4. Mengingat sebagian besar wilayah pada DAS Cisadane Hulu mempunyai

kemiringan di atas 15 %, maka pemilihan jenis tanaman yang dikembangkan

harus memperhatikan kondisi lahan yang dikaitkan juga dengan jenis

tanahnya, antara lain tanaman yang berakar dalam dan mempunyai

penguapan yang tidak terlalu tinggi. Akan lebih baik apabila kembali

dikembangkan tanaman endemik setempat seperti Puspa (Schima walicii),

Rasamala (Altangia excelsa, Pasang (Quercus sp.), Suren (Toona sureni) dan

lainnya serta pohon serbaguna yang dapat dimanfaatkan hasil ikutannya

(multi purposes trees species).

64

64

DAFTAR PUSTAKA

Adimiharja, A. 2008. Teknologi dan Strategi Konservasi Tanah dalam Kerangka

Revitalisasi Pertanian. Pengembangan Inovasi Pertanian. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. VOL.2(1): 105

– 124

Adnyana, I.W.S. 2009. Peranan Konservasi Tanah dan Air Pada Pengelolaan

Daerah aliran Sungai. Orasi Ilmiah. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap

dalam Bidang Konservasi Tanah dan Air pada Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.

Adnyana, I.W.S. 2011.Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Bedugul dalam:

Adnyana. I.W.S.. Arthana. I.W.. As-Syakur. A.R.. editor. Perubahan

Penggunaan Lahan dan Daya Dukung Lingkungan. Udayana University

Press. 1-10. Denpasar.

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Cetakan Kedua. Institut

PertanianBogor Press. Darmaga. Bogor.

Asdak, C. 2007. Hydrologi and Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan

Ketiga. Gajah Mada University Press. Jogyakarta.

Chein-I, C. and H. Ren. 2000. An Experiment-Based Quantitative and

Comparative Analysis of Target Detection and Image Classification

Algorithms for Hyperspectral Imagery. IEEE Trans. on Geoscience and

Remote Sensing.

Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum Ciliwung [BPDAS]. 2011.

Karakteristik Daerah Aliran Sungai Cisadane. Laporan. Bogor.

Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2009(a). Peraturan Menteri

Kehutanan No. P. 39/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penyusunan

Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu. Jakarta.

Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2009(b). No. SK. 328/MENHUT-

II/2009. Tentang Penetapan Daerah Aliran Sungai (DAS) Prioritas Dalam

Rangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2010-

2014. Jakarta

Dewan Riset Nasional. 1994. Kebutuhan Riset dan Koordinasi Pengelolaan

Sumberdaya Air di Indonesia. DRN. Jakarta.

65

65

Feri, T. 2007. Analisis Perubahan Lahan dan Keterkaitannya Dengan Fluktuasi

Debit Sungai di Sub-Das Antokan Propinsi Sumatera Barat. Thesis. SPS-

IPB. Bogor.

Haridjaja, O., K. Murtilaksono, Sudarno dan L.M. Rachman. 1990. Hidrologi

Pertanian Bogor: Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Bogor

Harimurti. 1999. Interpretasi Visual Foto Udara Digital pada Layar Monitor.

Skripsi. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Harto, S.1993. Analisis Hidrologi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kartiwa, B. Runtunuwu, E. Adi, S.H., Heryani. N, dan Sutrisno, N. 2005. Sistem

Informasi Hidrologi untuk Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Citarum

dalam Pasandaran, E., Pawitan, H. and Amien, I. eds.: Sistem Informasi

Sumberdaya Iklimdan Air, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi,

Bogor, 121-140.

Lillesand, TM. and Kiefer FW. 1993. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.

Alih bahasa. R. Dubahri. GadjahMada University Press. Yogyakarta

Lo, K.F.A. 1995. Erosion Assessment of Large Watersheds in Taiwan. Journal of

Soil and Water Conservation. 50 (2): 180-183.

Manan, S. 1979. Pengaruh Hutan dan Manajemen Daerah Aliran Sungai. Fakultas

Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Indonesia.

Noordewijk, M. V., Agus. F., Suprayogo. D., Hairiah. K., Pasya. G., Verbist. B.,

Farida. 2004. Peranan Agroforestry dalam Fungsi Hidrologi Derah Aliran

Sungai (DAS) dalam Fahmuddin. A.. Noordewijk. M.V.. Rahayu. S.. editor.

Dampak Hidrologis Hutan. Agroforestri. dan Lahan Kering Sebagai Dasar

Pemberian Imbalan Kepada Penghasil Jasa Lingkungan di Indonesia.

Prosiding Lokakarya di Padang/ Singkarak. Sumatera Barat. Indonesia.

2004. ICRAF-SEA. Bogor. Indonesia.. 23-38.

Pawitan, H. 1999. Land Use Changes and Their Impacts on Watershed

Hydrology. Lembaga Penelitian IPB. Bogor.

Pawitan, H. 2004. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap

Hidrologi Daerah Aliran Sungai. Prosiding. Seminar Multi Fungsi dan

Konservasi Sumberdaya Alam. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.

Prasetyo, LB.,and Y. Setiawan. 2006. Land Use dan Land Cover Change Gunung Halimun-Salak National Park 1989-2004. JICA and Ministry of Forestry

Indonesia: Management Plan Project.

66

66

Sandy, I Made. 1982. DAS. Ekosistem. Penggunaan Tanah. Proceedings

Lokakarya Pengelolaan Terpadu DAS di Indonesia. Fakultas Kehutanan

IPB. Bogor.

Singh, V.P. and A.W. David. 2002. Mathematical Modeling of Watershed

Hydrology. Journal of Hydrology Engineering. American Society Civil

Engineering. p270-292.

Sinukaban, N. 1997. Penggunaan model WEPP untuk memprediksi erosi. Dalam

Collate Information and Analyzed Assessment Effect on Land Use on Soil

Erosion. Pusat Penelitian Hutan. (Tidak dipublikasi).

Sudadi, S. D.P.T., Baskoro.K., Munibah. B., Barus dan Darmawan. 1991. Kajian

Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Aliran Sungai dan Penurunan

Kualitas Lahan di Sub-DAS Ciliwung Hulu dengan Pendekatan Model

Simulasi Hidrologi. Laporan Penelitian. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian

IPB. Bogor.

Sumawiganda, S. 1992. Analisis Hydrologi: Komtemporer dan “The State of The

Art”. Tahun Perkembangan Hidrologi di Indonesia. LIPI dan Puslit

Pengairan-PU.

U.S. Army Corps of Engineers. Hydrologic Engineering Center. 2009. HEC-

HMS. Hydrologic Modeling Sistem. User’s Manual Version 3.5. Davis.

California.

U.S. Army Corps of Engineers (US ACE). Hydrologic Engineering Center. 2010.

HEC-GeoHMS. Geo-Spatial Hydrology Model Extension. User’s Manual

Version 4.2. Davis. California.

USEPA. 2001. Our Built and Natural Environments: A Technical Review of the

Interactions between Land Use. Transportation. and Environmental Quality

2001 p. 4.

USGS (United States Geological Survey). 2010. Summary of Water Cycle.

http://ga.water.usgs.gov/edu/watercycle.html. [September 12nd

. 2011].

Viessman, W.. G.L. Lewis. and J.W. Knapp. 1989. Introduction to Hydrology.

Third Edition. Harper and Row. New York.

67

67

LAMPIRAN

68

68

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Curah Hujan. Simulasi dan Kalibrasi

Tanggal Empang Pasirjaya Citeko Q obs Qsim Qcal

1-Jan-10 0 0 7 12,14 10,20 6,70

2-Jan-10 38 0 0 19,32 19,90 16,70

3-Jan-10 5 107 0 13,59 27,20 24,80

4-Jan-10 27 0 2 10,55 23,10 19,90

5-Jan-10 0 0 12,4 10,68 12,40 8,40

6-Jan-10 75 0 2 10,30 33,80 29,70

7-Jan-10 16 0 13 24,62 20,70 16,90

8-Jan-10 0 0 20 13,14 12,50 8,20

9-Jan-10 68 0 4 20,47 31,30 27,60

10-Jan-10 0 44 56 15,46 26,40 22,40

11-Jan-10 0 90 2 25,74 29,70 26,60

12-Jan-10 0 74 19,8 16,63 30,80 28,20

13-Jan-10 58 53 5 15,79 45,20 42,40

14-Jan-10 0 8 27 14,50 23,20 19,70

15-Jan-10 10 9 18 13,74 17,10 12,90

16-Jan-10 2 10 9 12,85 12,50 7,80

17-Jan-10 3 6 24 13,44 12,30 7,70

18-Jan-10 0 0 24 12,57 11,90 7,50

19-Jan-10 11 40 0,2 21,46 18,70 14,90

20-Jan-10 7 13 48 13,59 21,20 17,20

21-Jan-10 2 15 6 12,85 15,70 11,60

22-Jan-10 0 50 0 13,59 18,20 14,70

23-Jan-10 21 16 30 13,59 24,60 20,90

24-Jan-10 18 22 2 12,85 22,00 18,40

25-Jan-10 0 8 1 12,85 13,30 8,50

26-Jan-10 5 14 1 12,00 11,90 7,10

27-Jan-10 30 6 0,1 13,14 19,70 15,00

28-Jan-10 47 35 3 14,35 32,00 27,80

29-Jan-10 0 2 26 13,29 17,60 13,30

30-Jan-10 3 0 23 12,85 15,10 10,40

31-Jan-10 1 0 28 11,60 14,60 9,90

1-Feb-10 27 14 0 11,06 21,50 17,10

2-Feb-10 11 4 4 9,33 16,80 12,30

3-Feb-10 50 10 40 9,21 32,90 28,40

4-Feb-10 71 12 5 19,89 41,80 37,70

5-Feb-10 0 17 7 11,06 19,20 15,30

69

69

6-Feb-10 0 32 14 13,59 18,50 14,30

7-Feb-10 65 14 2 17,67 36,80 32,40

8-Feb-10 10 9 10 13,29 22,70 17,90

9-Feb-10 30 66 0 16,12 32,00 28,10

10-Feb-10 129 10 54 16,63 68,90 64,60

11-Feb-10 64 85 33 21,46 66,20 62,40

12-Feb-10 42 72 14 37,60 53,10 50,10

13-Feb-10 5 20 115 8,98 44,70 38,70

14-Feb-10 15 28 2 26,65 31,20 25,60

15-Feb-10 19 134 46 21,46 48,50 44,20

16-Feb-10 37 50 5 28,07 47,80 43,30

17-Feb-10 68 25 34 25,96 52,80 47,80

18-Feb-10 31 35 45 24,62 43,20 38,10

19-Feb-10 64 42 30 56,23 50,40 45,60

20-Feb-10 16 0 30 25,06 33,50 27,90

21-Feb-10 0 52 8 18,76 34,40 28,30

22-Feb-10 0 15 0 18,94 29,70 23,80

23-Feb-10 5 22 13 15,14 29,40 23,60

24-Feb-10 0 8 20 22,27 28,10 22,10

25-Feb-10 0 0 10 19,32 25,50 19,60

26-Feb-10 0 0 0 13,59 23,00 17,40

27-Feb-10 7 55 0 21,06 32,50 27,70

28-Feb-10 25 30 0 15,95 38,70 34,20

1-Mar-10 8 20 2 16,63 32,00 26,80

2-Mar-10 55 120 11 81,93 61,90 57,80

3-Mar-10 48 8 50 26,42 58,80 53,90

4-Mar-10 29 18 23 26,42 44,40 39,30

5-Mar-10 0 0 10 25,51 30,50 24,10

6-Mar-10 2 0 0,1 18,21 26,90 20,40

7-Mar-10 90 18 0 24,84 58,00 52,00

8-Mar-10 23 32 0 19,89 46,60 41,10

9-Mar-10 12 49 10 35,04 41,30 36,30

10-Mar-10 14 41 0,2 21,46 38,70 33,90

11-Mar-10 13 70 30 33,68 44,60 40,00

12-Mar-10 0 12 60 22,90 41,40 35,70

13-Mar-10 45 0 22,69 44,90 38,80

14-Mar-10 9 12 0 22,07 33,40 27,40

15-Mar-10 30 100 3 32,08 50,60 45,80

16-Mar-10 10 0 58 23,11 42,30 36,90

17-Mar-10 7 0 0 24,62 31,40 24,90

18-Mar-10 72 21 79 22,90 61,00 54,20

19-Mar-10 32 0 19 19,32 48,10 41,50

20-Mar-10 41 27 15 24,62 46,80 40,90

70

70

21-Mar-10 19 29 4 32,61 38,70 33,10

22-Mar-10 0 12 10 20,27 31,10 24,80

23-Mar-10 31 82 1 35,88 48,00 42,60

24-Mar-10 15 12 18 21,58 39,90 34,40

25-Mar-10 0 114 5 28,07 46,90 41,80

26-Mar-10 5 145 18 30,28 59,10 55,10

27-Mar-10 0 0 0 21,86 38,00 33,10

28-Mar-10 14 0 8 22,90 35,00 28,80

29-Mar-10 21 21 3 18,57 38,40 32,20

30-Mar-10 4 32 3 32,08 35,90 29,60

31-Mar-10 0 14 30 20,66 35,70 29,30

1-Apr-10 0 14 1 17,14 31,50 24,80

2-Apr-10 0 0 0 17,14 28,80 22,40

3-Apr-10 0 0 3 14,19 26,90 20,80

4-Apr-10 0 0 1 19,50 25,00 19,20

5-Apr-10 0 0 5 13,86 23,60 18,10

6-Apr-10 2 0 0 13,00 22,60 17,30

7-Apr-10 4 23 11,87 25,50 20,80

8-Apr-10 33 0 0 11,20 32,70 28,00

9-Apr-10 0 0 0 10,05 21,70 16,90

10-Apr-10 0 0 0 9,21 16,70 12,00

11-Apr-10 7 15 8 9,80 20,20 16,00

12-Apr-10 62 0 18 34,22 39,20 35,10

13-Apr-10 13 0 6 10,17 25,60 21,60

14-Apr-10 0 0 10,42 14,30 10,10

15-Apr-10 0 0 10 10,42 12,50 8,00

16-Apr-10 0 0 17,14 10,60 6,30

17-Apr-10 0 23 0 9,80 12,60 8,70

18-Apr-10 0 44 0 9,10 16,60 13,40

19-Apr-10 0 0 0 7,99 11,10 7,40

20-Apr-10 0 12 0 9,10 8,90 5,20

21-Apr-10 0 19 3 7,99 9,40 5,90

22-Apr-10 0 0 13 11,73 7,30 4,00

23-Apr-10 0 0 0 8,98 4,80 2,10

24-Apr-10 0 0 0,7 8,42 3,60 1,90

25-Apr-10 0 0 0 7,89 2,90 1,80

26-Apr-10 7 0 0 7,27 4,80 3,20

27-Apr-10 0 0 0 7,78 2,70 1,80

28-Apr-10 0 0 0 6,78 2,00 1,60

29-Apr-10 0 0 8 7,68 1,80 1,50

30-Apr-10 8 35 2 7,57 7,10 4,80

1-May-10 20 0 0 8,20 8,80 7,40

2-May-10 0 0 0 7,07 2,70 1,80

71

71

3-May-10 0 0 0 7,27 1,70 1,40

4-May-10 0 0 6,60 1,50 1,30

5-May-10 0 0 0 6,78 1,40 1,20

6-May-10 0 0 0 6,69 1,40 1,10

7-May-10 7 50 0 6,50 5,00 3,30

8-May-10 29 11 13 15,95 11,70 9,80

9-May-10 30 88 30 8,87 27,10 26,10

10-May-10 34 22 19,4 25,96 23,80 22,80

11-May-10 15 17 56 20,47 16,80 15,10

12-May-10 2 0 3 11,73 4,70 2,30

13-May-10 22 0 2,4 10,05 7,80 5,70

14-May-10 38 12 11 11,06 16,80 14,00

15-May-10 0 0 0 9,68 4,40 2,00

16-May-10 37 45 4 21,26 19,40 17,00

17-May-10 0 0 21,4 10,55 7,80 5,10

18-May-10 0 0 0 9,33 3,50 1,50

19-May-10 20 0 0 8,98 8,50 6,30

20-May-10 31 35 7,4 9,56 19,60 17,20

21-May-10 0 0 18,4 10,17 8,60 6,10

22-May-10 0 0 7 7,99 4,20 1,60

23-May-10 24 20 3 9,33 13,10 10,20

24-May-10 7 45 16 21,86 15,70 13,40

25-May-10 18 5 3 12,71 12,90 10,30

26-May-10 0 0 1 14,98 4,00 1,60

27-May-10 33 0 21 11,60 14,30 11,90

28-May-10 4 0 0 9,68 5,60 3,70

29-May-10 0 8 0 8,98 3,20 1,60

30-May-10 8 3 11,73 4,40 2,10

31-May-10 0 0 20 9,21 4,30 1,80

1-Jun-10 0 0 8 9,21 3,20 1,50

2-Jun-10 0 0 6 8,64 2,10 1,40

3-Jun-10 68 18 0 21,46 27,30 24,60

4-Jun-10 11 5 37 14,35 17,60 14,90

5-Jun-10 0 6 8 14,82 9,60 6,30

6-Jun-10 13 0 7 10,30 9,90 7,10

7-Jun-10 0 0 0,9 9,80 6,80 4,10

8-Jun-10 55 0 1 53,63 24,10 21,50

9-Jun-10 0 85 119 15,30 37,90 34,70

10-Jun-10 0 0 0 11,20 19,40 16,10

11-Jun-10 0 0 0 11,33 11,90 7,90

12-Jun-10 0 15 0 9,80 11,20 7,40

13-Jun-10 0 0 12 10,80 10,50 6,50

14-Jun-10 27 0 0,1 11,60 18,40 14,40

72

72

15-Jun-10 0 0 0,9 9,45 10,90 7,10

16-Jun-10 0 25 19 8,64 13,50 10,00

17-Jun-10 0 6 4 15,79 10,30 6,90

18-Jun-10 26 11 0 10,93 17,70 14,40

19-Jun-10 0 0 8 9,10 10,60 7,10

20-Jun-10 0 0 0 10,55 7,00 3,40

21-Jun-10 17 0 0 8,31 11,50 8,20

22-Jun-10 0 0 27 8,10 9,40 6,00

23-Jun-10 0 0 0 8,20 5,80 2,50

24-Jun-10 89 6 0 7,89 36,20 32,80

25-Jun-10 9 0 11 8,31 18,00 15,00

26-Jun-10 7 44 16 8,64 20,80 17,00

27-Jun-10 0 0 5 10,30 15,10 11,20

28-Jun-10 0 0 0 24,18 11,10 7,70

29-Jun-10 8 12 0 8,10 13,50 9,90

30-Jun-10 0 13 10 8,20 13,90 10,00

1-Jul-10 40 100 12,57 40,60 37,80

2-Jul-10 6 0 0,7 15,95 23,40 20,30

3-Jul-10 51 40 2,4 20,66 35,20 32,20

4-Jul-10 0 0 19 13,00 20,20 16,30

5-Jul-10 0 0 0,7 11,87 15,20 10,60

6-Jul-10 48 0 1 8,87 29,50 24,90

7-Jul-10 0 0 3 11,46 16,80 12,30

8-Jul-10 0 0 0,5 8,64 13,00 8,70

9-Jul-10 0 0 12,28 11,70 7,70

10-Jul-10 0 0 1 9,10 10,40 6,80

11-Jul-10 0 0 0 10,05 9,30 6,10

12-Jul-10 38 12 0 7,89 23,30 19,50

13-Jul-10 0 28 1 9,45 16,90 13,50

14-Jul-10 0 0 0 11,73 9,80 6,20

15-Jul-10 4 0 0 9,10 8,10 5,30

16-Jul-10 0 0 0 7,89 6,00 3,40

17-Jul-10 0 0 0 7,47 4,90 2,40

18-Jul-10 25 30 3 9,80 16,50 13,70

19-Jul-10 54 25 29 10,42 33,10 30,70

20-Jul-10 0 0 33 10,17 15,70 12,90

21-Jul-10 0 0 0,1 7,68 7,80 5,00

22-Jul-10 0 0 0 7,47 5,50 3,10

23-Jul-10 0 0 0 6,98 4,30 2,40

24-Jul-10 0 12 2 6,69 4,50 2,20

25-Jul-10 0 0 0 6,60 3,40 1,90

26-Jul-10 16 0 0,2 7,37 8,50 6,90

27-Jul-10 26 0 7 7,57 13,50 11,90

73

73

28-Jul-10 18 10 4 7,07 12,20 10,30

29-Jul-10 0 0 13 7,68 5,20 3,10

30-Jul-10 9 0 6 8,20 5,20 3,70

31-Jul-10 17 0 0 5,79 8,10 6,80

1-Aug-10 0 0 0 5,96 2,90 1,90

2-Aug-10 4 0 0 5,62 2,40 1,80

3-Aug-10 49 10 0 10,80 17,80 16,60

4-Aug-10 0 0 31 8,87 7,30 5,60

5-Aug-10 0 40 4 8,20 6,60 4,30

6-Aug-10 0 0 4 8,53 3,00 1,80

7-Aug-10 14 0 19 8,87 7,70 5,70

8-Aug-10 15 0 0 6,41 8,50 7,00

9-Aug-10 70 0 4 10,30 27,70 26,30

10-Aug-10 0 20 28 8,10 11,70 9,80

11-Aug-10 0 0 0 7,47 7,00 4,80

12-Aug-10 0 20 0 7,37 6,30 4,10

13-Aug-10 5 0 0,2 6,23 7,10 5,10

14-Aug-10 40 0 0 7,99 19,40 17,50

15-Aug-10 1 0 0 8,98 9,40 7,60

16-Aug-10 16 33 1 10,55 11,00 9,10

17-Aug-10 11 19 7 11,06 10,00 7,90

18-Aug-10 34 60 19 7,89 24,40 22,70

19-Aug-10 0 0 2 15,30 8,70 6,10

20-Aug-10 33 5 3 14,35 15,40 13,20

21-Aug-10 3 18 10 9,56 8,30 5,60

22-Aug-10 0 0 6 8,98 6,70 4,40

23-Aug-10 20 13 0 11,73 12,50 10,20

24-Aug-10 0 0 0 8,31 7,30 5,10

25-Aug-10 16 0 34 13,74 13,00 10,20

26-Aug-10 0 0 69 16,46 14,50 10,80

27-Aug-10 13 13 7 11,73 13,40 10,40

28-Aug-10 10 0 59 9,56 15,40 12,00

29-Aug-10 0 0 8 9,45 9,40 6,40

30-Aug-10 0 0 0 8,10 7,60 4,60

31-Aug-10 6 11 0 8,53 9,30 6,40

1-Sep-10 37 13 0 4,09 20,40 17,60

2-Sep-10 40 0 69 4,09 31,00 27,50

3-Sep-10 50 0 20 6,05 32,40 29,50

4-Sep-10 53 25 39 4,74 38,30 35,10

5-Sep-10 7 0 0 4,74 16,20 13,70

6-Sep-10 8 7 7 4,16 9,70 7,30

7-Sep-10 16 12 9 4,23 11,40 9,00

8-Sep-10 32 10 7 4,82 17,10 14,80

74

74

9-Sep-10 34 20 18 4,74 21,40 18,80

10-Sep-10 13 0 9 4,52 12,50 10,30

11-Sep-10 15 0 12 3,89 10,20 8,10

12-Sep-10 19 0 8 3,89 10,80 8,70

13-Sep-10 0 0 0 4,30 8,10 5,00

14-Sep-10 6 65 21 4,59 18,40 15,60

15-Sep-10 10 0 3 4,52 13,10 9,80

16-Sep-10 9 31 1 6,23 13,00 9,80

17-Sep-10 6 65 2 17,14 18,50 15,80

18-Sep-10 20 0 29 7,47 18,40 15,30

19-Sep-10 12 25 0 4,74 14,00 10,80

20-Sep-10 7 35 0 4,67 13,30 10,00

21-Sep-10 5 50 2 3,83 15,80 13,00

22-Sep-10 41 0 5 4,09 22,00 18,50

23-Sep-10 0 15 23 4,59 11,80 8,40

24-Sep-10 30 17 20 3,89 18,80 15,20

25-Sep-10 63 49 30 4,09 39,20 35,80

26-Sep-10 0 78 5 4,67 26,00 23,40

27-Sep-10 19 91 2 4,97 30,20 28,10

28-Sep-10 2 0 16 4,74 16,60 12,70

29-Sep-10 15 9 0 4,74 14,60 10,10

30-Sep-10 3 0 4 4,45 11,10 6,50

1-Oct-10 18 20 0 6,14 16,80 12,50

2-Oct-10 56 17 4 7,37 31,90 27,90

3-Oct-10 10 0 5 6,69 18,40 14,10

4-Oct-10 8 19 12 19,32 15,10 11,20

5-Oct-10 0 0 0 15,95 12,00 7,40

6-Oct-10 53 0 0 14,35 28,00 23,40

7-Oct-10 61 5 18 10,80 37,90 33,70

8-Oct-10 0 95 9 8,10 32,70 29,70

9-Oct-10 74 50 18 7,37 52,60 49,90

10-Oct-10 0 0 0 17,67 21,70 18,30

11-Oct-10 0 0 0 7,17 14,00 9,00

12-Oct-10 0 0 0 7,57 12,10 7,10

13-Oct-10 17 0 2 17,85 16,60 11,80

14-Oct-10 0 5 0.4 14,82 12,80 7,80

15-Oct-10 37 0 40 9,33 27,20 22,30

16-Oct-10 4 0 7,68 15,70 11,40

17-Oct-10 0 0 0,6 7,89 11,20 7,10

18-Oct-10 0 15 0,9 9,45 12,10 7,60

19-Oct-10 0 9 30 9,56 14,60 10,20

20-Oct-10 16 12 7 11,06 18,20 14,10

21-Oct-10 0 15 78 21,46 23,00 18,10

75

75

22-Oct-10 10 0 5 13,74 16,80 12,30

23-Oct-10 9 8 16 20,27 14,30 10,40

24-Oct-10 25 42 6 30,54 23,80 20,10

25-Oct-10 42 15 12 15,79 29,60 25,90

26-Oct-10 46 43 19 9,45 36,60 33,20

27-Oct-10 13 20 27 7,37 24,80 21,40

28-Oct-10 0 60 2 7,57 21,70 18,10

29-Oct-10 25 20 19 9,68 24,80 21,00

30-Oct-10 63 0 10 6,98 34,00 30,10

31-Oct-10 5 25 47 6,78 23,50 19,10

1-Nov-10 0 26 0 7,57 15,90 11,30

2-Nov-10 20 15 0.4 7,57 18,20 13,70

3-Nov-10 0 25 0.9 11,20 13,80 9,30

4-Nov-10 7 15 1 8,53 12,50 8,10

5-Nov-10 0 20 30 13,14 14,80 10,50

6-Nov-10 0 0 0.6 10,80 10,60 7,00

7-Nov-10 0 0 0 13,74 9,10 5,60

8-Nov-10 3 0 2 8,98 9,30 6,00

9-Nov-10 2 11 3 9,45 9,50 6,10

10-Nov-10 0 10 6 7,37 9,50 5,90

11-Nov-10 0 0 0 9,93 8,00 4,90

12-Nov-10 24 11 16,12 16,20 13,00

13-Nov-10 9 42 5 15,46 18,70 15,70

14-Nov-10 13 0 57 12,00 20,80 17,20

15-Nov-10 43 25 6 15,14 28,70 25,50

16-Nov-10 32 90 2 19,50 37,20 34,80

17-Nov-10 0 0 17 18,57 18,50 14,70

18-Nov-10 0 20 0,2 7,37 13,40 9,30

19-Nov-10 0 23 6 34,22 12,70 8,70

20-Nov-10 17 0 4 13,14 16,90 12,40

21-Nov-10 18 0 7 12,00 18,20 13,90

22-Nov-10 8 40 9 44,99 20,60 16,90

23-Nov-10 13 11 1 16,46 18,90 15,10

24-Nov-10 31 80 1 9,33 34,10 31,30

25-Nov-10 7 79 28 8,64 35,60 33,10

26-Nov-10 12 10 53 9,80 29,20 25,80

27-Nov-10 11 8 1 10,42 18,10 14,20

28-Nov-10 35 30 14 14,04 26,10 22,40

29-Nov-10 0 75 30 9,45 28,80 24,70

30-Nov-10 0 0 2 8,20 17,40 12,90

1-Dec-10 0 10 5 21,86 13,20 8,30

2-Dec-10 1 0 28 18,39 14,40 9,50

3-Dec-10 0 21 14,82 14,40 10,00

76

76

4-Dec-10 32 40 8 25,51 28,90 25,00

5-Dec-10 40 19 28 17,32 35,60 31,60

6-Dec-10 30 35 9 14,19 33,00 29,40

7-Dec-10 0 35 30 19,13 23,90 20,00

8-Dec-10 0 18 5 19,32 17,80 13,60

9-Dec-10 0 37 13 23,75 18,10 14,20

10-Dec-10 0 6 3 23,75 13,50 8,90

11-Dec-10 0 15 9 18,76 12,10 7,40

12-Dec-10 32 0 5 16,46 22,00 17,40

13-Dec-10 10 7 1 15,79 17,30 12,90

14-Dec-10 5 9 0 21,46 13,40 9,10

15-Dec-10 25 18 19 14,35 22,10 18,30

16-Dec-10 43 19 0 17,32 29,60 25,90

17-Dec-10 7 14 23 18,57 20,20 16,40

18-Dec-10 3 0 13 26,19 13,30 9,30

19-Dec-10 4 21 56 13,74 19,20 14,90

20-Dec-10 0 9 2 13,00 13,40 9,30

21-Dec-10 2 0 0.6 11,87 10,00 5,70

22-Dec-10 0 40 7 12,00 14,80 11,10

23-Dec-10 3 25 9 12,42 15,90 12,50

24-Dec-10 7 5 2 11,73 12,90 9,20

25-Dec-10 10 0 0 10,93 12,00 8,00

26-Dec-10 0 0 2 13,74 9,20 4,70

27-Dec-10 12 0 6 11,87 11,80 7,50

28-Dec-10 4 29 8 11,73 14,10 10,50

29-Dec-10 0 0 10,55 10,70 6,40

30-Dec-10 0 10 8,98 9,60 5,20

31-Dec-10 0 0 15 9,33 9,80 5,70

77

77

Lampiran 2. Perbandingan statistik antara debit simulasi dan dan debit

pengukuran 1 Januari 2010 - 31 Desesember 2010

Lampiran 3. Perbandingan statistik antara debit simulasi dan dan debit

pengukuran 20 Februari 2010 - 29 Agustus 2010

y = 0,8868x + 8,0191 R² = 0,32

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

- 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

y = 1,1621x + 2,4657 R² = 0,5262

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

- 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Q o

bse

rva

si (

mm

)

Q Simulasi (mm)

Q Simulasi (mm)

Q o

bse

rva

si(m

m)

78

78

Lampiran 4. Perbandingan statistik antara debit pengukuran dan debit

kalibrasi 1 Jan 2010 - 31 Des 2010

Lampiran 5. Perbandingan statistik antara debit simulasi dan dan debit

pengukuran 1 Jan 2010 - 30 Apr 2010

y = 0,822x + 5,2991 R² = 0,3046

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

- 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

y = 1,0396x + 9,9685 R² = 0,4575

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

- 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Q Simulasi (mm)

Q Simulasi (mm)

Q o

ber

va

si (

mm

) Q

ob

serv

asi

(m

m)

79

79

Lampiran 6. Perbandingan statistik antara debit pengukuran dan debit

kalibrasi 1 Jan 2010 - 30 Apr 2010

Lampiran 7. Perbandingan statistik antara debit simulasi dan dan debit

pengukuran 20 Feb 2010 – 29 Agus 2010

y = 0,9986x + 6,1956 R² = 0,4563

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

- 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

y = 1,0706x + 0,3744 R² = 0,5267

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

- 50,00 100,00

Qob

serv

asi

(m

m)

Qsimulasi (mm)

Q Simulasi (mm)

Q o

bse

rva

si (

mm

)

80

80

Lampiran 8. Hasil tumpang susun peta Batas subDAS hasil pengolahan

HEC-GeoHMS dengan wilayah Administrasi pada DAS Cisadane hulu

Lampiran9. Data sebaran subDAS hasi; pengolahan HEC-GeoHMS pada

kecamatan di wilayah DAS Cisadane Hulu

No NAMA NAMA_KEC Ha

1 2 3 5

0 W280 Kota Bogor Selatan 302,9

0,0

1 W300 Kota Bogor Selatan 163,4

0,0

2 W310 Cijeruk 1093,5

2 W310 Ciomas 88,2

2 W310 Kota Bogor Selatan 982,4

2 W310 Taman Sari 80,6

2244,6

81

81

3 W340 Caringin 0,7

3 W340 Ciawi 549,1

3 W340 Kota Bogor Selatan 756,3

3 W340 Kota Bogor Timur 9,6

4 W350 Caringin 164,4

4 W350 Cijeruk 1222,6

4 W350 Kota Bogor Selatan 930,8

5 W370 Caringin 175,1

5 W370 Cijeruk 723,4

5 W370 Kota Bogor Selatan 7,4

6 W380 Caringin 301,1

7 W390 Caringin 80,9

7 W390 Cijeruk 3,8

8 W400 Caringin 271,5

8 W400 Ciawi 1451,6

8 W400 Cisarua 259,5

8 W400 Kota Bogor Selatan 20,5

8 W400 Megamendung 790,5

9 W410 Caringin 88,9

9 W410 Cijeruk 1161,9

10 W420 Caringin 858,1

10 W420 Cijeruk 413,2

11 W430 Caringin 175,4

11 W430 Ciawi 723,3

11 W430 Cisarua 10,8

12 W450 Caringin 2,6

13 W460 Caringin 724,0

13 W460 Ciawi 297,4

14 W470 Caringin 76,4

14 W470 Cijeruk 740,1

15 W480 Caringin 56,4

15 W480 Cijeruk 1607,2

16 W490 Caringin 299,0

16 W490 Ciawi 852,1

16 W490 Cisarua 22,6

17 W500 Caringin 882,0

17 W500 Ciawi 1223,7

18 W510 Caringin 1569,2

18 W510 Ciawi 871,3

18 W510 Cijeruk 78,0

82

82

Lampiran 10. Peta penggunaan lahan tahun 2010 pada subDAS hasil proses

HEC-GeoHMS

Lampiran 11. Luas Penggunaan Lahan Pada Setiap Subdas dalam DAS

Cisadane Hulu

No Nama / Lokasi Total Luas (Ha)

1 2 3 4

1 Air Tawar 1,4 W280

2 Belukar/Semak 1,0 W280

6 Kebun/Perkebunan 0,9 W280

7 Pemukiman 45,5 W280

8 Rumput/Tanah Kosong 0,8 W280

11 Tegalan/Ladang 2,2 W280

Jumlah 51,9

1 Air Tawar 0,0 W300

2 Belukar/Semak 0,0 W300

6 Kebun/Perkebunan 22,7 W300

7 Pemukiman 96,3 W300

8 Rumput/Tanah Kosong 9,9 W300

9 Sawah Irigasi 12,5 W300

11 Tegalan/Ladang 4,7 W300

Jumlah 146,1

1 Air Tawar 0,4 W310

83

83

2 Belukar/Semak 214,0 W310

4 Gedung 0,5 W310

5 Hutan 236,5 W310

6 Kebun/Perkebunan 306,4 W310

7 Pemukiman 450,0 W310

8 Rumput/Tanah Kosong 72,7 W310

9 Sawah Irigasi 329,5 W310

10 Sawah Tadah Hujan 114,7 W310

11 Tegalan/Ladang 341,8 W310

Jumlah 2066,5

0 Empang 3,5 W340

1 Air Tawar 0,8 W340

2 Belukar/Semak 7,0 W340

4 Gedung 11,4 W340

6 Kebun/Perkebunan 279,2 W340

7 Pemukiman 438,6 W340

8 Rumput/Tanah Kosong 83,9 W340

9 Sawah Irigasi 43,8 W340

10 Sawah Tadah Hujan 187,4 W340

11 Tegalan/Ladang 197,2 W340

Jumlah 1252,9

1 Air Tawar 19,8 W350

2 Belukar/Semak 99,4 W350

4 Gedung 0,4 W350

5 Hutan 79,0 W350

6 Kebun/Perkebunan 608,4 W350

7 Pemukiman 421,8 W350

8 Rumput/Tanah Kosong 181,2 W350

9 Sawah Irigasi 27,1 W350

10 Sawah Tadah Hujan 371,6 W350

11 Tegalan/Ladang 506,4 W350

Jumlah 2315,1

1 Air Tawar 6,3 W370

2 Belukar/Semak 161,1 W370

3 Tanah Berbatu 1,8 W370

5 Hutan 127,4 W370

6 Kebun/Perkebunan 82,7 W370

7 Pemukiman 102,3 W370

8 Rumput/Tanah Kosong 0,8 W370

9 Sawah Irigasi 2,0 W370

10 Sawah Tadah Hujan 100,7 W370

11 Tegalan/Ladang 320,0 W370

Jumlah 905,0

2 Belukar/Semak 26,5 W380

4 Gedung 0,0 W380

6 Kebun/Perkebunan 54,9 W380

7 Pemukiman 82,9 W380

9 Sawah Irigasi 1,9 W380

10 Sawah Tadah Hujan 95,5 W380

11 Tegalan/Ladang 39,5 W380

Jumlah 301,1

84

84

1 Air Tawar 2,7 W390

2 Belukar/Semak 3,3 W390

6 Kebun/Perkebunan 41,4 W390

7 Pemukiman 5,3 W390

10 Sawah Tadah Hujan 16,8 W390

11 Tegalan/Ladang 15,2 W390

Jumlah 84,7

2 Belukar/Semak 287,9 W400

4 Gedung 5,3 W400

5 Hutan 521,0 W400

6 Kebun/Perkebunan 665,5 W400

7 Pemukiman 412,7 W400

8 Rumput/Tanah Kosong 3,5 W400

9 Sawah Irigasi 1,7 W400

10 Sawah Tadah Hujan 622,4 W400

11 Tegalan/Ladang 248,5 W400

Jumlah 2768,5

1 Air Tawar 0,4 W410

2 Belukar/Semak 109,0 W410

4 Gedung 0,6 W410

5 Hutan 176,6 W410

6 Kebun/Perkebunan 180,4 W410

7 Pemukiman 185,4 W410

8 Rumput/Tanah Kosong 4,5 W410

10 Sawah Tadah Hujan 326,1 W410

11 Tegalan/Ladang 266,6 W410

Jumlah 1249,4

1 Air Tawar 7,9 W420

2 Belukar/Semak 15,2 W420

4 Gedung 0,7 W420

6 Kebun/Perkebunan 233,9 W420

7 Pemukiman 359,0 W420

8 Rumput/Tanah Kosong 0,9 W420

9 Sawah Irigasi 330,0 W420

10 Sawah Tadah Hujan 234,5 W420

11 Tegalan/Ladang 89,1 W420

Jumlah 1271,3

2 Belukar/Semak 184,8 W430

4 Gedung 3,1 W430

5 Hutan 356,3 W430

6 Kebun/Perkebunan 110,6 W430

7 Pemukiman 60,3 W430

10 Sawah Tadah Hujan 164,9 W430

11 Tegalan/Ladang 29,1 W430

Jumlah 909,2

6 Kebun/Perkebunan 0,2 W450

7 Pemukiman 0,2 W450

9 Sawah Irigasi 0,3 W450

10 Sawah Tadah Hujan 1,8 W450

Jumlah 2,6

85

85

2 Belukar/Semak 112,7 W460

5 Hutan 138,1 W460

6 Kebun/Perkebunan 202,9 W460

7 Pemukiman 112,0 W460

9 Sawah Irigasi 149,0 W460

10 Sawah Tadah Hujan 183,6 W460

11 Tegalan/Ladang 123,3 W460

Jumlah 1021,4

1 Air Tawar 1,4 W470

2 Belukar/Semak 66,5 W470

4 Gedung 0,5 W470

5 Hutan 126,1 W470

6 Kebun/Perkebunan 81,8 W470

7 Pemukiman 96,1 W470

8 Rumput/Tanah Kosong 1,0 W470

9 Sawah Irigasi 109,5 W470

10 Sawah Tadah Hujan 139,1 W470

11 Tegalan/Ladang 193,9 W470

Jumlah 815,8

1 Air Tawar 18,0 W480

2 Belukar/Semak 44,1 W480

4 Gedung 0,4 W480

5 Hutan 11,7 W480

6 Kebun/Perkebunan 294,2 W480

7 Pemukiman 311,4 W480

8 Rumput/Tanah Kosong 100,7 W480

9 Sawah Irigasi 66,8 W480

10 Sawah Tadah Hujan 228,5 W480

11 Tegalan/Ladang 586,3 W480

2 Belukar/Semak 0,0 W480

8 Rumput/Tanah Kosong 0,0 W480

6 Kebun/Perkebunan 0,0 W480

8 Rumput/Tanah Kosong 0,0 W480

6 Kebun/Perkebunan 0,0 W480

10 Sawah Tadah Hujan 0,0 W480

6 Kebun/Perkebunan 0,0 W480

11 Tegalan/Ladang 0,0 W480

7 Pemukiman 0,0 W480

10 Sawah Tadah Hujan 0,0 W480

7 Pemukiman 0,0 W480

11 Tegalan/Ladang 0,0 W480

9 Sawah Irigasi 0,0 W480

11 Tegalan/Ladang 0,0 W480

Jumlah 1662,2

2 Belukar/Semak 59,3 W490

5 Hutan 778,4 W490

6 Kebun/Perkebunan 64,1 W490

7 Pemukiman 56,3 W490

9 Sawah Irigasi 51,6 W490

10 Sawah Tadah Hujan 63,0 W490

11 Tegalan/Ladang 100,9 W490

86

86

Jumlah 1173,7

1 Air Tawar 0,5 W500

2 Belukar/Semak 58,2 W500

4 Gedung 0,1 W500

5 Hutan 1139,8 W500

6 Kebun/Perkebunan 187,4 W500

7 Pemukiman 141,4 W500

8 Rumput/Tanah Kosong 0,4 W500

9 Sawah Irigasi 73,4 W500

10 Sawah Tadah Hujan 191,7 W500

11 Tegalan/Ladang 312,1 W500

2 Belukar/Semak 0,0 W500

11 Tegalan/Ladang 0,0 W500

6 Kebun/Perkebunan 0,0 W500

11 Tegalan/Ladang 0,0 W500

Jumlah 2104,8

2 Belukar/Semak 355,6 W510

4 Gedung 0,4 W510

5 Hutan 1172,5 W510

6 Kebun/Perkebunan 275,4 W510

7 Pemukiman 109,3 W510

8 Rumput/Tanah Kosong 16,9 W510

9 Sawah Irigasi 83,5 W510

10 Sawah Tadah Hujan 129,2 W510

11 Tegalan/Ladang 375,0 W510

6 Kebun/Perkebunan 0,0 W510

11 Tegalan/Ladang 0,0 W510

Jumlah 2517,8

Jumlah 22.620,0