ikhtisar eksekutif
TRANSCRIPT
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadlirat
Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya
sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) Puslitbang
Perkebunan tahun anggaran 2014 dapat
diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Laporan ini merupakan bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
dan fungsi serta pengelolaan anggaran
yang didasarkan pada perencanaan
stratejik yang telah ditetapkan oleh
Puslitbang Perkebunan. Dalam laporan ini digambarkan tingkat kinerja Puslitbang
Perkebunan selama periode Renstra 2010-2014 berdasarkan tingkat pencapaian
sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Ungkapan terima kasih disampaikan Kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini. Diharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukannya terutama dalam perbaikan maupun
peningkatan kinerja di masa yang akan datang.
Bogor, 31 Januari 2015
Kepala Pusat,
Dr. M. Syakir
NIP.19581117 198403 1001
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar ........................................................................ 1
Daftar Isi ......................................................................... 2
Daftar Tabel ......................................................................... 3
Daftar Gambar ........................................................................ 4
Ikhtisar Eksekutif ......................................................................... 6
Bab I. PENDAHULUAN ................................................................. 9
Bab II. PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA ........................ 15
2.1. Perencanaan Strategis ............................................... 15
2.2. Indikator Kinerja Utama ............................................. 17
2.3. Rencana Kinerja Tahunan TA 2014 ............................. 18
2.4. Penetapan Kinerja TA 2014 ........................................ 19
Bab III. AKUNTABILITAS KINERJA ................................................ 21
3.1. Pengukuran Capaian Kinerja ....................................... 21
3.2. Analisis Capaian Kinerja ............................................. 23
3.3. Akuntabilitas Keuangan ............................................. 63
Bab IV. PENUTUP ........................................................................ 69
Lampiran ........................................................................................ 72
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan menurut
pendidikan pada tahun 2014 ...............................................
10
Tabel 2 Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
jabatannya pada tahun 2014 ............................................
11
Tabel 3 Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu
lingkup Puslitbang Perkebunan 2014 ...................................
11
Tabel 4 Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014
(Dalam Juta Rupiah) ..........................................................
13
Tabel 5 Sub Kegiatan Utama dan Indikator Kinerja Utama Puslitbang
Perkebunan TA 2010-2014 .................................................
18
Tabel 6 RKT Puslitbang Perkebunan Tahun 2014 ............................ 19
Tabel 7 Penetapan Kinerja (PK) Puslitbang Perkebunan Tahun 2014.. 20
Tabel 8 Pengukuran Kinerja Puslitbang Perkebunan TA 2014 ............ 23
Tabel 9 Rekapitulasi Sumberdaya Genetik Tanaman Perkebunan 2014 29
Tabel 10 Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2014 ............... 50
Tabel 11 Kerjasama peneitian dengan mitra swasta ........................... 60
Tabel 12 Kerjasama penelitian dengan mitra pemda .......................... 61
Tabel 13 Kerjasama penelitian dengan mitra instansi pemerintah ...... 61
Tabel 14 Realisasi anggaran lingkup puslitbang perkebunan
berdasarkan sasaran output utama TA 2014 ........................
67
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Keragaan Agribun Orsina 1 (A), Agribun Orsina 2 (B) dan
Agribun Orsina 3 (C) .........................................................
24
Gambar 2 Keragaan lempuyang Ziarina 1 Agribun (A) dan Ziarina 2
Agribun (B) .......................................................................
25
Gambar 3 Keragaan Kapas Agri Kanesia 16 – Agri Kanesia 20 .............. 26
Gambar 4 Keragaan Aren Dalam Tomohon ........................................ 26
Gambar 5 Keragaan Sagu Baruk ....................................................... 27
Gambar 6 Capaian Varietas Unggul Baru Tanaman Perkebunan TA
2010-2014 ........................................................................
28
Gambar 7 Tanaman tebu dengan Sistem tanam juring ganda pada tebu
PKP 50/170 .......................................................................
30
Gambar 8 Teknologi bahan pembenah tanah untuk budidaya karet
pada tanah bekas tambang ................................................
36
Gambar 9 Capaian Teknologi Tanaman Perkebunan TA 2010-2014 ...... 46
Gambar 10 Pupuk K berbentuk Granul dan tablet ................................. 47
Gambar 11 a. Bahan baku dan b. Edible film bioselulosa/nata ................ 48
Gambar 12 Capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya
saing/produk olahan tanaman perkebunan TA 2010-2014 ...
50
Gambar 13 Capaian Benih Sumber Tanaman Perkebunan TA 2010-2014 51
Gambar 14 Capaian Benih Sumber Tebu TA 2010-2014 ....................... 51
Gambar 15 Capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan TA
2010-2014 ........................................................................ 57
Gambar 16 Capaian publikasi hasil litbang tanaman perkebunan TA
2010-2014 ........................................................................ 59
Gambar 17 Capaian kerjasama penelitian perkebunan TA 2010-2014.... 62
Gambar 18 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan
berdasarkan jenis Belanja TA 2014 ....................................
64
Gambar 19 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan
berdasarkanSatker TA 2014 ............................................... 64
Gambar 20 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan
berdasarkan Output TA 2014 .............................................
65
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5
Halaman
Gambar 21 Realisasi anggaran Puslibang Perkebunan TA 2010-2014
(dalam juta rupiah) ...........................................................
65
Gambar 22 Realisasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan
berdasarkan Satker TA 2014 (dalam juta rupiah) .................
66
Gambar 23 Realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja TA 2014
(dalam juta rupiah) ..........................................................
66
Gambar 24 Target dan realisasi PNBP fungsional lingkup Puslitbang
Perkebunan TA 2014 (dalam juta rupiah) ............................
68
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6
IKHTISAR EKSEKUTIF
Puslitbang Perkebunan telah menetapkan Renstra 2010 – 2014 dengan
mengemban visi dan misi yang futuristik dan partisipatif. Visi Puslitbang
Perkebunan selaras dengan visi Badan Litbang Pertanian, karena perkebunan
merupakan komponen dari pertanian. Di samping itu, beberapa komoditas
perkebunan telah menjadi anjuran bagi lembaga-lembaga internasonal.
Berdasarkan hal tersebut, maka visi Puslitbang Perkebunan 2014 adalah :
"Menjadi pusat keunggulan inovasi teknologi perkebunan berkelas
dunia". Untuk mewujudkan visi tersebut, Puslibang Perkebunan menyusun misi
sebagai berikut : (1) Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi
unggulan dan kebijakan di bidang perkebunan, (2) Meningkatkan kualitas dan
optimasi pemanfaatan sumberdaya penelitian dan pengembangan perkebunan
dan (3) Mengembangkan jaringan dan meningkatkan kerjasama iptek di tingkat
nasional dan internasional.
Dengan memperhatikan visi dan misi tersebut, tujuan dan sasaran Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan tahun 2010-2014 adalah : (1)
mendukung pemenuhan kebutuhan benih unggul, teknologi budidaya dan
peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan, yang sasarannya adalah
tersedianya a) varietas unggul, b) teknologi budidaya, c) produk olahan dan
teknologi peningkatan nilai tambah (diversifikasi), d) benih unggul; (2)
menghasilkan rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan sebagai bahan
kebijakan pertanian di bidang perkebunan, yang sasarannya adalah tersedianya
rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman perkebunan; dan (3)
meningkatkan diseminasi hasil penelitian perkebunan kepada pengguna yang
sasarannya adalah: a) meningkatnya publikasi hasil penelitian, b) meningkatnya
penyebaran hasil penelitian perkebunan kepada pengguna, c) terjalinnya
kerjasama dengan pihak lain.
Arah kebijakan dan strategi Puslitbang Perkebunan mengacu pada Renstra
Litbang Pertanian 2010-2014 dengan mempertimbangkan sasaran pembangunan
pertanian 2010 – 2014 melalui peningkatan penguasaan dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang inovatif, efisien dan efektif dengan
mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi terhadap perkembangan iptek.
Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui pemanfaatan sumberdaya
penelitian yang ada secara optimal dan meningkatkan jejaring kerjasama dengan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7
institusi lain baik nasional maupun internasional. Dalam upaya mendukung
pencapaian sasaran pembangunan pertanian, rumusan arah kebijakan Puslitbang
Perkebunan didasarkan pada isu-isu strategis terkait komoditas perkebunan.
Pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2014, secara umum dapat
dikatagorikan sangat berhasil ditinjau dari hasil pencapaian kinerja sasarannya.
Jika dibandingkan antar target dan capaian Indikator utamanya, seluruh 7 target
indikator kinerja sasarannya mencapai bahkan melampau targetnya/diatas
100% (sangat berhasil). Capaian sasaran varietas diatas 140%; sasaran
teknologi produktivitas mencapai 102%, sasaran teknologi diversifikasi dan
peningkatan nilai tambah/produk olahan mencapai 143%, sasaran benih sumber
mencapai 101 %, sasaran galur359 %; sasaran rekomendasi kebijakan
mencapai 100%.
Keberhasilan kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 tercermin dari hasil litbang
perkebunan berupa : (1)Teknologi mendukung Bioindustri; berupa teknologi
Proses Produksi Gula Cair dan Teknologi Produksi Bioavtur dari kemiri Sunan ;
(2) Varietas mendukung bioenergi, berupa varietas kemiri Sunan Kermindo 1 dan
2; (3) Teknologi mendukung bioenergi berupa teknologi kompresi biomethane
cair berbasis limbah tanaman perkebunan (Biomethane), Teknologi gasifikasi
limbah sawit TKS, Bioenergi untuk pengolahan teh putih, pupuk dari limbah
tebu; (4) Formula pestisida nabati yang ramah lingkungan; (5) Teknologi
budidaya pendukung peningkatan produktivitas komoditas perkebunan utama;
(6) Teknologi perbanyakan kuljar beberapa tanaman perkebunan; (7)
Penyediaan benih sumber (tebu kuljar dan tanaman perkebunan lainnya); dan
(8) Pengkayaan plasma nutfah pendukung kegiatan pemuliaan;
Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian kinerja
diantaranya adalah : (1) Dukungan Sumberdaya Penelitian yang memadai, baik
SDM, SD Aset dan SD Keuangan; (2) Perencanaan kegiatan yang realistis;(3)
Pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang tepat dan sesuai aturan; dan (4)
Monitoring dan evaluasi yang intensif;
Disamping keberhasilan yang telah dicapai, disadari kinerja Puslitbang
Perkebunan masih memiliki sisi kelemahan karena belum bisa berorientasi pada
hasil (outcome). Dengan kata lain, hasil-hasil litbang perkebunan yang terbaru
pada lima tahun terakhir belum teridentifikasi dimanfaatkan olleh pengguna. Hal
ini kemungkinan disebabkan karena proses adopsi litbang tanaman perkebunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8
berjalan lambat. Kegiatan diseminasi di Puslitbang Perkebunan bukan kegiatan
prioritas dan jumlahnya terbatas. Disisi lain tanaman perkebunan belum menjadi
program nasional sehingga tidak menjadi prioritas untuk dikaji di BPTP.
Langkah–langkah alternatif yang harus dilakukan dalam menanggulangi
kelemahan tersebut dimasa yang akan datang adalah:(1) Meningkatkan upaya
percepatan adopsi hasil penelitian litbang Perkebunan melalui diseminasi SDMC ;
92) Membuat kegiatan yang mengukur/memantau perkembangan penyebaran
teknologi litbang perkebunan; (3) Meningkatkan upaya pendampingan
penerapan teknologi litbangbun.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9
I. PENDAHULUAN
Tugas dan fungsi Puslitbang Perkebunan berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 adalah melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan dan program, serta pelaksanaan penelitian dan
pengembangan perkebunan, sedangkan fungsinya adalah :
a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program serta pemantauan dan
evaluasi penelitian dan pengembangan perkebunan;
b. Pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan hasil penelitian dan
pengembangan perkebunan;
c. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan perkebunan; dan
d. Pengelolaan urusan tata usaha Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan
Puslitbang Perkebunan termasuk salah satu unit kerja Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
organisasi, Puslitbang Perkebunan memiliki dua bidang dan satu bagian yaitu
Bidang Program dan Evaluasi, Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil
Penelitian, dan Bagian Tata Usaha, Kelompok Fungsional Peneliti, serta didukung
oleh empat Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang menangani komoditas yang
menjadi mandatnya, yaitu Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro),
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), Balai Penelitian Tanaman
Palma (Balit Palma), dan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
(Balittri).
Berdasarkan Peraturan Kementerian Pertanian No. 62-65/ Permentan/
OT.140/10/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian Lingkup
Puslitbangbun,tugas dari masing-masing UPT tersebut adalah melaksanakan
penelitian tanaman rempah dan obat; tanaman palma; tanaman pemanis dan
serat, serta tanaman industri dan penyegar. Masing-masing Balai
menyelenggarakan fungsi sesuai komoditas penelitiannya sebagai berikut:
a. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan, dan pemanfaatan
plasma nutfah;
b. Pelaksanaan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi, dan
fitopatologi;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10
c. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis;
d. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian;
e. Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil penelitian;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, Puslitbang Perkebunan didukung
dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan berkarakter dengan
persyaratan kompetensi tertentu. Kompetensi merupakan persyaratan mutlak
bagi SDM Balitbangtan untuk menjamin terselenggaranya kegiatan penelitian dan
pengembangan yang berkualitas. Puslitbang Perkebunan memberikan prioritas
tinggi terhadap peningkatan kualitas SDM dalam upaya menjamin tersedianya
tenaga handal dalam melaksanakan program penelitian pertanian. Keragaan
sumber daya manusia Puslitbang Perkebunan pada tahun 2014, disajikan pada
Tabel 1 dan Tabel 2.
Sampai dengan TA 2014 Puslitbang Perkebunan didukung oleh 740pegawai yang
terdiri dari 55 orang S3, 80 orang S2 dan 196 orang S1, 28 orang SM/D3, 6
orang D2, 2 orang D1 serta 373 orang SLTA ke bawah.Berdasarkan jabatannya
sumber daya manusia di lingkungan Puslitbang Perkebunan
diklasifikasikanmenjadi6(enam) yaitu: (1) Peneliti, (2) Teknisi Litkayasa, (3)
Pustakawan, (4) Pranata Komputer, (5) Arsiparis, dan (6) Pranata Humas, dan
Fungsional Umum.
Tabel 1. Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan menurut Pendidikan
pada tahun 2014
Unit Kerja S3 S2 S1 SM/D3 D2 D1 < SLTA Jumlah
Kantor Pusat
10 5 18 6 3 1 41 84
Balittro 20 19 62 12 2 0 154 269
Balittas 11 25 63 6 0 0 77 182
Balit Palma 9 16 24 1 1 0 54 105
Balittri 5 15 29 3 0 1 47 100
Jumlah 55 80 196 28 6 2 373 740
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11
Jumlah pegawai berdasarkan jabatannya adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan jabatannya
pada tahun 2014
Unit Kerja
Peneliti
Tek.
Litkayasa
Pustaka-
wan
Pranata komputer
Ar-
siparis
Pranata humas dan fungsional
umum
Jumlah
Kantor Pusat
15 0 4 1 2 62 84
Balittro 61 46 2 0 1 158 269
Balittas 50 26 0 0 1 105 182
Balit Palma 26 10 0 0 0 69 105
Balittri 39 21 1 0 1 38 100
Jumlah 191 103 7 1 5 433 740
Komposisi tenaga fungsional umum berjumlah 433 orang. Jumlah tersebut
cukup besar dibandingkan dengan jumlah tenaga fungsional tertentu lingkup
Puslitbang Perkebunan (peneliti, teknisi, litkayasadan fungsional lainnya).
Seyogyanya tenaga fungsional terutama peneliti sebagai motor penggerak
untukmencapai tujuan organisasi, lebih besar dibandingkan dengantenaga
penunjangnya sehingga perencanaan SDM kedepan akan mempertimbangkan
komposisi tersebut.
Tabel 3. Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu lingkup
Puslitbang Perkebunan 2014
No BidangKeahlian Kantor Pusat
Balittro Balittas Balit Palma
Balittri JML
1 Budidaya Tanaman 3 18 13 5 11 50
2 Ekonomi Pertanian 2 3 2 1 3 11
3 Fisiologi Tanaman 0 3 2 0 4 9
4 Hama dan Penyakit Tanaman
5 20 14 6 8 53
5 Pemuliaan dan Genetika Tanaman
3 13 14 9 9 48
6 Teknologi Pasca Panen 0 4 4 3 3 14
7 Teknologi Pertanian dan Mekanisasi
1 0 1 1 0 3
8 Ekonomi Sumberdaya 0 0 0 0 0 0
9 Kesuburan Tanah dan Biologi Tanah
0 0 0 0 0 0
10 Kimia Analitik Lainnya 1 0 0 0 0 1
11 Bioteknologi Pertanian 0 0 0 0 0 0
12 Sistem Usaha Pertanian 0 0 0 1 1 2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12
Bidang keahlian yang terbanyak di lingkup Puslitbadalah hama dan penyakit
tanaman (53), disusul oleh budidaya tanaman (50), pemuliaan dan genetika
tanaman (48) serta teknologi pasca panen (14) dan ekonomi pertanian (11).
Bidang kepakaran yang paling sedikit adalah sistem usahatani pertanian (2). Hal
ini karena sistem usahatani petanian lebih banyak dilaksanakan di BPTP karena
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kedepan dalam pengusulan sekolah (S1
dan S3) hendaknya mengikuti bidang kepakaran yang diperlukan di masing-
masing bali penelitian.
Pada tahun 2014, peneliti yang masih sekolah berjumlah 26 orang dengan
bidang ilmu: manajemen sumberdaya lahan dan lingkungan; entomologi;
microbial biotechnology; phytopathology; pemuliaan tanaman; ilmu tanah;
teknologi hasil penelitian; plant biotechnology; socio environment energy,
teknologi benih; dan agro teknologi, sehingga apabila telah selesai mengikuti
tugas belajar akan dapat memenuhi kebutuhan kepakaran.
Sumberdaya Sarana dan Prasarana. Dalam rangka mendukung pelaksanaan
tugas dan fungsinya, Puslitbang Perkebunan didukung dengan sarana dan
prasarana yang memadai. Sarana yang digunakan untuk melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai lembaga penelitian adalah Kebun Percobaan,
Laboratorium, dan Rumah Kaca.
Laboratorium. Puslitbangbun mempunyai 26 Laboratorium. Dua laboratorium
sudah terakreditasi dan dua laboratorium sedang dalam proses akreditasi
Kebun Percobaan. Kebun percobaan lingkupPuslitbang Perkebunan tersebar di
18 lokasi dengan total luasan 821,72 ha. Dari ke 18 kebun percobaan tersebut,
terdapat satu KP dengan status pinjam pakai dengan Propinsi Sulut yaitu KP
Paniki (Balit Palma) dan tiga kebun pinjam pakai dengan Perhutani, yaitu KP
Cikampek (Balittro) dan KP Kalipare dan KP. Coban Rondo (Balittas). Status
kepemilikan KP lingkup Puslitbangbun sudah sertifikat semua kecuali KP yang
pinjam pakai.
Rumah Kaca. Puslitbangbun mempunyai 23 Rumah Kaca (Masing-masing 4 RK
di Balitro, Balittas dan Balitka, dan 1 RK di Balitri).
Sumber Daya Keuangan. Anggaran pembangunan Badan Litbang Pertanian
terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan adanya dukungan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13
positif pemerintah terhadap kegiatan litbang yang dituntut untuk menghasilkan
inovasi teknologi yang lebih berorientasi pasar dan berdaya saing. Namun
demikian, masih diperlukan dukungan pendanaan yang lebih besar untuk
peningkatan hasil penelitian berupa inovasi teknologi dan varietas unggul
berdaya saing yang bersifat untuk kepentingan petani. Perkembangan
penganggaran lingkup Puslitbang Perkebunan lima tahun terakhir seperti terlihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014 (Dalam Juta
Rupiah)
Tahun Anggaran Jenis Belanja
Total pegawai Barang Modal
2010 36.908 47.271 18.635 102.814
2011 39.830 41.681 38.657 120.168
2012 43.630 48.849 5.209 98.688
2013 48.771 51.242 33.660 135.674
2014 49.891 47.034 14.311 111.236
Tata Kelola. Implementasi reformasi perencanaan dan penganggaran sebagai
manifestasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara mengisyaratkan bahwa penyusunan strategi
pembangunan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang menjamin
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan. Penyusunan
kebijakan, rencana program dan kegiatan harus mengedepankan semangat yang
berpijak pada sistem perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi
perspektif jangka menengah dan berbasis kinerja yang mencakup 3 (tiga) aspek
berupa unified budgeting, performance based budgeting, dan medium term
expenditure frame work.
Untuk menjamin tercapainya good governance di UK/UPT lingkup Puslitbang
Perkebunan, pelaksanaan program dan anggaran dikawal dengan penerapan
Sistem Pengendalian Intern (SPI) di setiap UK/UPT. Langkah-langkah
operasional penerapan SPI, yaitu: (1) Pembentukan Satuan Pelaksana (Satlak);
(2) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan SPI;(3)
Pelaksanaan Penilaian Pelaksanaan SPI; dan (4) Penyusunan Laporan
Pelaksanaan SPI.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 14
Untuk menjamin kelancaran dan tercapainya target pelaksanaan program dan
anggaran Puslitbang Perkebunan dilakukan Monitoring dan Evaluasi secara
berkala dan terus menerus. Monitoring ditujukan untuk memantau proses
pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai dari setiap program yang
dituangkan di dalam Renstra beserta turunannya (RKT, PK). Evaluasi
dilaksanakan sebagai upaya perbaikan terhadap perencanaan, penilaian dan
pengawasan terhadap pelaksanan kegiatan agar berjalan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai dan memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien.
Dokumen pelaksanaan Monev dituangkan dalam LAKIP, SIMMONEV dan Laporan
Pelaksanaan Monev. Langkah-langkah operasional program Monev 2010-2014
mencakup: (1) Menyiapkan Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), dan
Petunjuk Teknis (Juknis) Monev yang disusun secara berjenjang sampai tingkat
UPT, (2) Melaksanakan monev secara reguler dan berjenjang, dan (3)
Mengevaluasi capaian sasaran Renstra setiap tahun. Selain itu untuk mengukur
Indikator Kinerja Utama (IKU), Puslitbang Perkebunan mengharuskan setiap
UK/UPT menyusun Laporan Pencapaian IKU yang berisi uraian kegiatan utama
serta target dan realisasi pencapaian sasaran secara reguler pada setiap
triwulan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15
BAB II. PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA
2. 1. Perencanaan Strategis 2010-2014
Untuk mengantisipasi perubahan paradigma dan dinamika lingkungan strategis
yang dihadapi Puslitbang Perkebunan di masa mendatang, khususnya periode
2010 – 2014, Puslibang Perkebunan membutuhkan strategi khusus agar kiprah
dan eksistensinya sebagai lembaga penelitian di bidang perkebunan dapat
terwujud, terutama dalam mendukung pembangunan pertanian. Dengan
penetapan Rencana Strategis (Renstra) Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014
sebagai pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan program dan
kegiatannya, diharapkan kegiatan penelitian perkebunan dapat dilakukan
secara efektif dan efisien,menghasilkan produk-produk teknologi yang inovatif,
sesuai kebutuhan pengguna, dan berkelanjutan.
Selaras dengan visi Badan Litbang Pertanian pada TA 2014, maka Puslitbang
Perkebunan telah menetapkan visi pada Tahun 2014 : "Menjadi pusat
keunggulan inovasi teknologi perkebunan berkelas dunia". Untuk
mewujudkan visi tersebut, Puslitbang Perkebunan menyusun misisebagai
berikut:
1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi unggulan dan kebijakan
di bidang perkebunan
2. Meningkatkan kualitas dan optimalisasi sumberdaya penelitian dan
pengembangan perkebunan
3. Mengembangkan jaringan dan meningkatkan kerjasama iptek ditingkat
nasional dan internasional
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mendukung pemenuhan kebutuhan benih unggul, teknologi budidaya dan
peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan, yang sasarannya adalah
tersedianya: a) varietas unggul, b) teknologi budidaya, c) teknologi
peningkatan nilai tambah (diversifikasi)/bio-industri, dan d) benih ungul
tanaman perkebunan.
2. Menghasilkan rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan sebagai bahan
kebijakan pertanian di bidang perkebunan, yang sasarannya adalah
tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman perkebunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 16
3. Meningkatkan diseminasi hasil penelitian perkebunan kepada penggunayang
sasarannya adalah: a) meningkatnya hasil publikasi hasil penelitian, b)
meningkatnya penyebaran hasil penelitian perkebunan kepada pengguna,
c) terjalinnya kerjasama dengan pihak lain.
Kebijakan Litbang Perkebunan
Arah kebijakan dan strategi litbang pertanian ke depan disusun dengan
mempertimbangkan sasaran pembangunan pertanian 2010 – 2014 melalui
peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) yang inovatif, efisien dan efektif dengan mengedepankan kaidah ilmiah
dan berkontribusi terhadap perkembangan iptek. Arah kebijakan litbang
perkebunan, perkebunan harus fokus pada penciptaan teknologi benih, teknologi
budidaya, teknologi diversifikasi dan pengolahan untuk peningkatan nilai tambah
yang berdaya saing. Penelitian ditujukan untuk meningkatkan daya saing
komoditas dengan karakteristik yang sesuai keinginan konsumen, baik pasar
domestik, maupun pasar ekspor. Penelitian kebijakan tetap diperlukan baik
dalam rangka evaluasi kebijakan maupun penyusunan usulan rekomendasi
kebijakan pembangunan perkebunan yang bersifat responsif dan antisipatif.
Rekomendasi kebijakan mencakup aspek teknologi, ekonomi, sosial
(kelembagaan) dan lingkungan serta fokus pada upaya untuk mendukung
terwujudnya sistem usaha perkebunan berkelanjutan yang berbasis sumber daya
lokal.
Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui upaya: (1) meningkatkan
akuntabilitas dan kredibilitas lembaga dengan meningkatkan efektifitas dan
efisiensi program, output serta peningkatan kualitas SDM; (2) meningkatkan
penguasaan Iptek mutakhir dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan
perkebunan serta kemutakhiran teknologi yang dihasilkan, (3) memperluas
jaringan kerjasama penelitian antar lembaga penelitian nasional secara sinergis
dalam rangka pemanfaatan/diseminasi hasil penelitian.
Kegiatan Penelitian Tanaman Perkebunan
Secara umum orientasi Litbang Perkebunan adalah mendukung pencapaian
target sukses kementerian pertanian serta peningkatan produktivitas dan
produksi Perkebunan. Berdasarkan potensi dan peluang pengembangan, prioritas
penelitian komoditas lingkup Puslitbang Perkebunan adalah sebagai berikut: (1)
Tanaman rempah dan obat: lada, vanili, jambu mete, jahe, temu lawak, nilam,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 17
seraiwangi dan kina; (2) Tanaman pemanis dan serat: kapas, tembakau, jarak
pagar, kenaf dan tebu (3) Tanaman Industri dan Penyegar : kopi, karet, kakao
dan teh; (4) Tanaman Palma: kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah dan aren.
Swasembada gula tahun 2014 menjadi salah satu target sukses kementerian
pertanian. Penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas tebu
dan rendemen gula akan menjadi prioritas utama untuk mendukung pencapaian
target tersebut. Penanganan aspek perbenihan (perbanyakan massal) dan teknik
budidaya sesuai GAP dan GMP secara terintegrasi sangat diperlukan.
Dari hasil penelitian, beberapa tanaman (seperti kelapa sawit, tebu, jarak pagar,
kemiri minyak, sagu, aren dan kelapa) dan limbah perkebunan (seperti sabut
kelapa, tandan kosong sawit, ampas tebu, kulit buah, bungkil jarak pagar dan
daging buah kakao) dapat diolah menjadi sumber energi alternatif terbarukan.
Apabila energi sumber nabati dan limbah ini dapat dikembangkan masyarakat
terutama di perdesaan maka akan diciptakan masyarakat yang mandiri energi
terutama untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga sehari-hari. Oleh
karena itu, dalam kaitannya dengan pengembangan bahan bakar nabati, Litbang
Perkebunan akan berorientasi pada pengembangan dan pemanfaatan tanaman
dan limbah tersebut diatas secara efisien dengan sasaran ongkos produksinya
menjadi lebih rendah dibanding energi fosil.
2.2. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Untuk mendukung Program Penciptaan Teknologi Varietas Unggul Berdaya Saing
yang dijalankan Badan Litbang Pertanian, Puslitbang Perkebunan mempunyai
Kegiatan utama yaitu Kegiatan Penelitian dan pengembangan perkebunan.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran Puslitbang Perkebunan telah disusun
beberapa sub Kegiatan 2010 – 2014 dengan Indikator Kinerja Utama (IKU)
seperti disajikan pada Tabel 5 berikut ini:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18
Tabel 5. Sub Kegiatan Utama dan Indikator Kinerja Utama Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014
2.3. Rencana Kinerja Tahunan
Dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Puslitbang Perkebunan Tahun
Anggaran 2014, telah ditetapkan sasaran strategis, indikator kinerja dan target
yang akan dicapai pada TA 2014, sebagai berikut:
Sub Kegiatan Utama
Indikator
Kinerja Utama
Target
2010 2011 2012 2013 2014
Perakitan Varietas
Jumlah varietas unggul yang dihasilkan (varietas)
6 10 6 10 10
Perakitan Teknologi Budidaya
Jumlah teknologi budidaya yang dihasilkan (teknologi)
15 25 19 17 14
Perakitan Produk Olahan'
Jumlah produk olahan/teknologi peningkatan nilai tambah (teknologi)
12 13 11 12 12
Sintesa Kebijakan
Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan (rekomendasi)
5 6 6 6 6
Produksi Benih Sumber
Jumlah benih sumber yang dihasilkan (ton)
260 263 340 341 343
Bibit Tebu Jumlah bibit tebu yang dihasilkan (budset)
- 300 plantlet (x 1000)
2.500 budset
(x 1000)
5.000 budset
(x 1000)
2.500 budset
(x 1000)
Pelestarian Plasma Nutfah
Jumlah aksesi SDG yang terkonservasi dan terkarakterisasi (aksesi)
4.040 4.370 4.490 4.610 4730
Diseminasi
Jumlah publikasi (terbitan)
8
8
8
32
32
Kerjasama Jumlah Mou Kerjasama
20 20 20 20 20
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19
Tabel 6. RKT Puslitbang Perkebunan Tahun 2014
No.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1. Tersedianya varietas unggul
tanaman perkebunan
Jumah varietas unggul 10 varietas
2. Tersedianya inovasi teknologi
budidaya,
Jumlah teknologi
budidaya yang
dihasilkan
21 Teknologi
3. Tersedianya teknologi diversifikasi
dan peningkatan nilai tambah
Jumlah teknologi olahan
yang dihasilkan
12 Produk
4. Tersedianya rekomendasi kebijakan Jumlah kebijakan 6 kebijakan
5. Tersedianya sumberdaya genetik Jumlah plasma Nutfah 4.879 aksesi
6. Tersedianya benih sumber Jumlah benih 375 ton
7. Tersedianya bibt tebu Jumlah benih tebu 5 juta budset
8. Terselenggaranya diseminasi Jumlah jurnal/publikasi 32 Terbitan
9. Terwujudnya kerjasama penelitian Jumlah MOU kerjasama 20 MOU
RKT Puslitbang Perkebunan Tahun 2014 disusun dengan mengacu IKU yang
tercantum pada Renstra Puslitbang Perkebunan 2010-2014. Target-target IKU
teknologi dan benih sumber dalam RKT lebih tinggi dibandingkan IKU yang
sama dalam Renstra. Hal ini terkait dengan penyesuaian dengan perkiraan
alokasi dana dan kemampuan UPT dan UK Puslitbang Perkebunan.
2.4. Penetapan Kinerja TA 2014
Dalam dokumen Penetapan Kinerja Puslitbang Perkebunan Tahun Anggaran
2014, telah ditetapkan sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang akan
dicapai dan jumlah anggaran pada TA 2014, sebagai berikut (Tabel 7).
PK Puslitbang Perkebunan Tahun 2014 disusun dengan mengacu IKU yang
tercantum pada Renstra Puslitbang Perkebunan 2010-2014 dan RKT 2014. Ada
perubahan target PK dari RKT yang diacunya. Perubahan target terjadi pada
IKU teknologi budidaya, teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah, dan
Plasma Nutfah. Perubahan tersebut karena penyesuaian dengan perkiraan
alokasi dana dan kemampuan UPT dan UK Puslitbang Perkebunan. Pada PK, IKU
Plasma Nutfah diganti dengan IKU galur, karena plasma nutfah dikategorikan
dengan kegiatan rutin sehingga dianggap tidak perlu menjadi IKU walaupun
merupakan salah satu indikator kegiatan di Puslitbang Perkebunan. Sedangkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20
galur masuk dalam kategori IKU dalam PK karena merupakan output antara yang
lebih utama dalam kegiatan perakitan varietas.
Tabel 7. Penetapan Kinerja (PK) Puslitbang Perkebunan Tahun 2014
No
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1. Terciptanya varietas dan galur/klon unggul dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swa sembada berkelanjutan
a. Jumlah varietas unggul
b. Jumlah galur unggul c. Jumlah benih sumber d. Jumlah benih sumber
tebu hasil kuljar (G2)
10 varietas
22 galur 422 ton
2.500.000 budset
2. Terciptanya inovasi teknologi budidaya , pengendalian OPT dan Produk untuk peningkatan produktivitas , mutu dan produk tanaman perkebunan
a. Jumlah Teknologi budidaya
b. Jumlah teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah
45 teknologi
7 Formula
3. Terciptanya bahan rekomendasi kebijakan perkebunan di Indonesia
Jumlah rekomendasi kebijakan perkebunan
6 rekomendasi
Jumlah anggaran semula yang tercantum didalam PK Puslitbang Perkebunan
yang telah ditandatangai adalah sebesar Rp. 110.979.742.000,-. Setelah
mengalami revisi jumlahnya menjadi Rp. 111.236.000.000,-.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
Pada Bab ini diuraikan kriteria keberhasilan (realisasi terhadap target), sasaran
kegiatan yang dilaksanakan serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan.
Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori
keberhasilan, yaitu (1) sangat berhasil :>100 persen; (2) berhasil : 80 – 100
persen; (3) cukup berhasil : 60 – 79 persen; dan tidak berhasil : 0 – 59 persen.
Keberhasilan pencapaian sasaran disebabkan oleh faktor pengawalan kegiatan
melalui monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup ketat, mulai dari
tahap awal hingga tahap akhir kegiatan. Keberhasilan pencapaian sasaran
tersebut juga didorong oleh dukungan manajemen penelitian, baik aspek
pelayanan keuangan, pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana
penelitian.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk memastikan
tercapainya target setiap kegiatan. Metode yang dilakukan adalah dengan
memantau capaian kinerja setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang
dihadapi. Sehingga dengan demikian diharapkan bila tidak tercapainya target
suatu indikator dapat diantisipasi sejak awal.
3.1. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA
Pengukuran kinerja adalah bagian dari sistem AKIP yang merupakan proses
pengukuran (assessment) yaitu dengan membandingkan antara rencana/target
sasaran dengan realisasi serta menilai kinerja yang telah dihasilkan. Fokus
pengukuran pencapaian kinerja adalah pada pengukuran pencapaian target
kinerja seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan (PK).
Hasil pengukuran kinerja yang diuraikan dibawah ini merupakan hasil
pengukuran yang dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan evaluasi yang
rutin dan intensif dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Melaksanakan evaluasi terhadap proposal kegiatan sejak awal sehingga
target output kegiatan menjadi terukur dan memungkinkan untuk dicapai.
Evaluasi melibatkan tim pakar, baik dari internal Puslitbang Perkebunan
maupun dari luar Puslitbang Perkebunan, bahkan dari luar instansi lingkup
Badan Litbang Pertanian seperti Perguruan Tinggi,
2. Mewajibkan kepada seluruh penanggung jawab kegiatan untuk
menyampaikan laporan secara berkala melalui laporan bulanan, triwulan,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22
semester dan laporan akhir kegiatan sehingga dapat diketahui kemajuan
setiap kegiatan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta masalah-
masalah yang dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran. Jika
ditemukan ada permasalahan dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran,
dapat langsung dicari upaya-upaya penyelesaian agar pencapaian tujuan
dan sasaran tidak terganggu.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi langsung pelaksanaan kegiatan untuk
memastikan bahwa kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan.
4. Melakukan seminar proposal dan laporan hasil kegiatan sehingga terjadi
proses cek dan ricek terhadap dokumen perencanaan dan pelaporan.
5. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kegiatan lingkup Puslitbang
Perkebunan, disusun laporan kegiatan utama, laporan output penting,
laporan Pelaksanaan Rencana Aksi yang selanjutnya disampaikan ke Badan
Litbang Pertanian setiap triwulan.
6. Pemantauan dan evaluasi secara intensif juga dilakukan terhadap realisasi
anggaran secara mingguan melalui I-Monev dan secara bulanan melalui
PMK 259 (memfasilitasi kewajiban laporan kinerja yang diamanatkan PP 39
Tahun 2009)
7. Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) juga dilakukan sebagai suatu
sistem untuk menjamin/memberi keyakinan memadai agar
penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat mencapai
tujuannya secara efektif dan efisien, melaporkan pengelolaan keuangan
negara secara handal, mengamankan asset negara mendorong ketaatan
terhadap peraturan peraturan perundang-undangan.
Pada TA 2014, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan berdasarkan
Penetapan Kinerja yang ditandatangani tanggal 18 Juli 2014 (merupakan PK
perbaikan) mempunyai 3 sasaran strategis dengan 7 indikator kinerja utama
(IKU) yang ingin dicapai.
Secara rinci pencapaian IKU sasaran tersebut adalah sebagaimana disajikan pada
Tabel 8 dan uraian berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23
Tabel 8. Pengukuran Kinerja Puslitbang Perkebunan TA 2014
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Uraian Target Capaian %
Terciptanya varietas dan galur/klon unggul dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swa sembada berkelanjutan
e. Jumlah varietas unggul
f. Jumlah galur unggul
g. Jumlah benih sumber
h. Jumlah benih sumber tebu hasil kuljar (G2)
10 varietas
22 galur
422 ton
2.500.000 budset
14 varietas
79 galur
422 ton
3.000.000 budset
140
359
101
120
Terciptanya inovasi teknologi budidaya , pengendalian OPT dan Produk untuk peningkatan produktivitas , mutu dan produk tanaman perkebunan
c. Jumlah Teknologi budidaya
d. Jumlah teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah
45 teknologi
7 Formula
46 teknologi
7 Formula
102
100
Terciptanya bahan rekomendasi kebijakan perkebunan di Indonesia
Jumlah rekomendasi kebijakan perkebunan
6 rekomendasi 6 rekomendasi 100
Berdasarkan tabel diatas, dari 7 indikator kinerja sasaran Puslitbang
Perkebunan,semua indikator kinerja telah mencapai dan ada yang melebihi
target yang telah ditetapkan/diatas 100% (sangat berhasil).
3.1. 3.2. ANALISIS CAPAIAN KINERJA
Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2014 Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan adalah sebagai berikut :
Sasaran 1:
Tersedianya varietas unggul tanaman perkebunan yang berdaya
saing
Pada TA 2014, Puslitbang Perkebunan mentargetkan dapat melepaskan 10
varietas unggul baru tanaman perkebunan. Sampai dengan akhir TA 2014 telah
terealisasi pelepasan 14 varietas tanaman perkebunan (tingkat capaian 140%).
Varietas unggul yang telah dilepas pada TA 2014 berdasarkan jenis komoditas
beserta keunggulannya adalah sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 24
KUMIS KUCING
Varietas Agribun ORSINA-1. Produksi 39,94 ton herba segar/ha/2x panen.
Spesifik lokasi dataran rendah sampai menengah, beriklim basah.
Varietas Agribun ORSINA-2. Produksi 38,43 ton herba segar/ha/2x panen.
Spesifik lokasi dataran rendah sampai menengah beriklim basah sampai agak
kering.
Varietas Agribun ORSINA-3. Kadar sinensetin tertinggi (0,094%), dan
produksi terna 24,69 ton herba segar/ha/2x panen.
Gambar 1. Keragaan Agribun Orsina 1 (A), Agribun Orsina 2 (B) dan Agribun
Orsina 3 (C)
LEMPUYANG
Ziarina 1 Agribun. Produksi 16,74 ton/ha; diameter daging rimpang agak
besar, aroma wangi lembut manis enak; kadar linalool 7,47-10,0% kadar
zerumbone 47,51-52,69%, kadar zerumbone 42,58 – 50,28%. Sesuai dengan
agroklimat di Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
Ziarina 2 Agribun.Produksi 19,19 ton/ha; aroma rimpang wangi lembut;
linalool dalam ekstrak rimpang 7,26-10,29% dan dalam minyak atsiri rimpang
16,74 – 17,05%; kadar zerumbone 36,26 – 51,46% Kadar minyak atsiri
rimpang 1,15%: Sesuai ditanam pada kondisi agroklimat di Karanganyar, Jawa
Tengah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25
Gambar 2. Keragaan lempuyang Ziarina 1 Agribun (A) dan Ziarina 2 Agribun (B)
KAPAS
Agri Kanesia 16. Potensi Produksi : 3836.20 kg kapas berbiji/ha. Produktivitas
rata-rata : tanpa pengendalian 1309.0 – 3836.20 kg kapas berbiji/ha dan dengan
pengendalian hama : 1007.6 – 3006.8 kg kapas berbiji/ha. Agak tahan terhadap
A. biguttula.Sesuai dikembangkan diwilayah dengan jenis tanah Inceptisol,
Entisol dan, Vertisol Tipe iklim C, D, E, F
Agri Kanesia 17. Potensi Produksi : 3891.70 kg kapas berbiji/ha dengan
produktivitas rata-rata tanpa pengendalian hama 1342.0 – 3891.70 kg kapas
berbiji/ha dan dengan pengendalian hama 1060.4 – 3036.6 kg kapas berbiji/ha.
Agak tahan A. biguttula. Sesuai dikembangkan di wilayah dengan jenis tanah
Inceptisol, Entisol dan, Vertisol dan Tipe iklim C, D, E, F
Agri Kanesia 18. Potensi Produksi : 3990.80 kg kapas berbiji/ha. Produktivitas
rata-rata : tanpa pengendalian 1369.10 – 3990.5 kg kapas berbiji/ha dan dengan
pengendalian hama : 1165.80 – 3056.5kg kapas berbiji/ha. Agak tahan terhadap
A. biguttula.Sesuai dikembangkan diwilayah dengan jenis tanah Inceptisol,
Entisol dan, Vertisol Tipe iklim C, D, E, F.
Agri Kanesia 19. Potensi Produksi : 4395.70 kg kapas berbiji/ha. Produktivitas
rata-rata : tanpa pengendalian 1277.90 – 4395.70 kg kapas berbiji/ha dan
dengan pengendalian hama : 746.60 – 1614.10 kg kapas berbiji/ha. Agak tahan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26
terhadap A. biguttula. Sesuai dikembangkan diwilayah dengan jenis tanah
Inceptisol, Entisol dan, Vertisol Tipe iklim C, D, E, F
Agri Kanesia 20. Potensi Produksi : 4051.30 kg kapas berbiji/ha. Produktivitas
rata-rata : tanpa pengendalian 1300.1 – 4051.3 kg kapas berbiji/ha dan dengan
pengendalian hama 961.3 – 2872.3 kg kapas berbiji/ha. Agak tahan terhadap A.
biguttula .Sesuai dikembangkan diwilayah dengan jenis tanah Inceptisol, Entisol
dan, Vertisol Tipe iklim C, D, E, F
Gambar 3. Keragaan Kapas Agri Kanesia 16 – Agri Kanesia 20
AREN
Aren Dalam Tomohon. Produksi nira tinggi rata-rata >30 liter per mayang per
hari; Masa sadap panjang > 3 bulan;Jumlah mayang jantan yang dapat disadap
banyak;Potensi produksi benih tinggi, produksi benih per pohon dapat digunakan
untuk pengembangan aren Dalam seluas 136 hektar.
Gambar 4. Keragaan Aren Dalam Tomohon
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27
SAGU
Sagu Baruk. Persentase kandungan karbohidrat dan pati hampir sama dengan
sagu metroxylon yaitu kadar karbohidrat 86,9 % dan kadar pati 80,6 %; Memiliki
batang kecil, sehingga dapat diusahakan sebagai tanaman pekarangan/ornamen;
Pengolahan sagu baruk lebih mudah dibandingkan dengan sagu metroxylon;
Memiliki perakaran yang kuat dan menyerap air serta dapat tumbuh pada lahan-
lahan yang curam sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi serta
pemulihan lahan kritis (lahan bekas tambang batubara).
Gambar 5. Keragaan Sagu Baruk
KEMIRI SUNAN
Kermindo 1. Produksi lebih tinggi daripada Kemiri Sunan 1 (KS1) dan Kemiri
Sunan 2 (KS2); Potensi biodiesel lebih tinggi daripada KS1 dan KS2; Toleran
terhadap hama dan penyakit; Minyak lebih jernih dibandingkan KS1 dan KS2 ;
Proses pengolahan sampai biodiesel jauh lebih efisien.
Kermindo 2. Produksi dan potensi menghasilkan biodiesel lebih tinggi daripada
KS1 dan KS2; Toleran terhadap hama dan penyakit; Minyak lebih jernih
dibandingkan KS1, KS2 dan Kermindo 2; Proses pengolahan sampai biodiesel
jauh lebih efisien
Trend capaian varietas unggul baru tanaman perkebunan ber fluktuasi selama
lima tahun terakhir, yaitu mencapai 133, 130, 100, 90, dan 140% sejak tahun
2010 - 2014. Tidak tercapainya target varietas pada tahun 2013 dikarenakan
tidak lulusnya pelepasan varietas tembakau, karena terkendala kebijakan
pemerintah untuk tidak menambah varietas unggul baru tembakau (Gambar 6).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28
Gambar 6. Capaian Varietas Unggul Baru Tanaman Perkebunan TA 2010-2014
Sebelum menjadi varietas tanaman yang sudah dilepas dan dikukuhkan menjadi
varietas, dalam proses kegiatan pemulian akan menghasilkan galur. Galur
dengan potensi sifat yang diinginkan harus menjalani proses selanjutnya untuk
dikukuhkan sebagai varietas unggul baru. Proses tersebut mencakup
karakterisasi, pengujian pada beberapa lokasi, diusulkan dan disidangkan pada
Tim Pelepasan Varietas di Kementerian Pertanian.
Galur adalah calon varietas yang masih memerlukan beberapa pengujian lebih
lanjut untuk menjadi varietas. Pada tahun 2014, dalam PK Puslitbang
Perkebunan mentargetkan output galur sebanyak 22 galur. Dari target tersebut
terealisasi 79 galur (realisasi 359 %). Pada tahun sebelumnya output galur tidak
ditargetkan baik dalam IKU maupun dalam RKT dan PK. Galur yang dihasilkan
Puslitbang Perkebunan pada tahun 2015 mencakup:
• 16 galur tebu dengan rendemen dan produksi tinggi
• 6 galur tembako besuki NO (cerutu) dengan indeks mutu dan indeks tanaman
lebih baik dari populasi petani
• 6 galur tembakau Kesturi dengan indeks mutu dan indeks tanaman lebih baik
dari dua varietas pembanding
• 30 galur somaklon Tebu varietas Bululawang hasil iradiasi sinar gamma yang
mempunyai nilai brix lebih tinggi dibandingkan kontrol
• 21 galur asal PS 864 dengan produktivitas bervariasi antara 1478-3794 gram
dan produksi gula/rumpun berkisar antara 151-424 gram
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29
Untuk mendukung kegiatan pemulian tanaman, diperlukan materi genetik
tanaman perkebunan. Sampai dengan TA 2014 Puslitbang Perkebunan telah
memiliki sebanyak 10.799 aksesi yang secara rinci berdasarkan komoditas
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Rekapitulasi Sumberdaya Genetik Tanaman Perkebunan 2014
NO. KOMODITAS JUMLAH AKSESI
1 Tanaman rempah dan obat 3.062
2 Tebu 772
3 Tembakau 1.360
4 Kapas 841
5 Kapok 156
6 Kenaf (danspesieslainnya) 1.559
7 Rosella 148
8 Jute 785
9 Agave 25
10 Abaka 73
11 Rami 83
12 Linum 25
13 KemiriSunan 52
14 BungaMatahari 75
15 JarakPagar 435
16 JarakKepyar 216
17 wijen 75
18 Kopi 265
19 Kakao 235
20 Karet 50
21 Teh 45
22 Kelapa 86
23 Kelapa sawit 204
24 sagu 20
25 pinang 38
26 aren 114
Jumlah 10.799
Sasaran 2:
Tersedianya teknologi budidaya tanaman perkebunan
Pada TA 2014 Puslitbang Perkebunan mentargetkan untuk menghasilkan
teknologi budidaya tanaman perkebunan sebanyak 45 teknologi, dan telah
terealisasi sebanyak 46 teknologi (tingkat keberhasilan 102%). Rincian teknologi
yang dihasilkan Puslitbang Perkebunan berdasarkan komoditas Tahun 2014
adalah sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30
TEBU
1. Komponen teknologi rawat ratoon tebu
Ratoon dibatasi sampai 3 kali (ratoon ketiga/RC-3), dan RC-4 harus dibongkar
diganti dengan tanaman baru dalam bentuk bibit budset maupun budchip.
Penggunaan paket teknologi rawat ratoon berupa kombinasi pedot oyot,
sulam, serta pupuk organik dan anorganik menghasilkan pertumbuhan dan
produksi tanaman tebu yang paling baik.
2. Sistem tanam juring ganda pada tebu PKP 50/170
Penerapan tata tanam dimaksudkan untuk memaksimalkan energi cahaya
yang diterima pertanaman untuk dikonversi ke dalam bahan kering tanaman
sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Penerapan sistem tanam juring
ganda dengan PKP 50/170 menggunakan bibit ganda dan dosis pupuk dua
kali dosis rekomendasi mampu menghasilkan produktivitas tanaman tebu 2,2
kali yang dihasilkan sistem tanam juring tunggal.
Gambar 7. Tanaman tebu dengan Sistem tanam juring ganda pada tebu PKP
50/170
3. Teknologi pemupukan tebu pada tanah Alfisol
Pemupukan berimbang ditujukan untuk penyediaan hara yang dibutuhkan
oleh tanaman agar dapat tumbuh dan berproduktivitas yang optimal.
Pemupukan tanaman tebu didasarkan pada analisis tanah. Respon
pemupukan berbeda untuk setiap jenis tanah. Pada tanah Alfisol P sangat
respon dengan dosis P optimum 36-180 kg P2O5/ha dengan produktivitas
tebu 144,3 ku/ha. Dosis pupuk N optimum berkisar antara 160-180 N kg/ha
dengan produktivitas tebu 143 ku/ha. Sedangkan pemupukan K antara 90-
120 kg K2O/ha tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap produksi
tebu, produksi tertinggi dicapai pada dosis pupuk K 120 kg K2O dengan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31
produksi tebu 129,7 ku/ha. Rata-rata rendemen yang dicapai pada penelitian
pemupukan ini adalah 7,8%.
4. Teknologi penentuan waktu tanam dan panen optimal pada tebu
Dalam penataan varietas, pemilihan varietas yang sesuai dengan tipologi
lahan pengembangan dapat memperoleh produktivitas dan rendemen yang
optimal. Waktu tanam optimal Nop III-Des III untuk Muktiharjo.Waktu panen
9-10 bulan masak awal, 10-11 bulan masak tengah, 12-13 bulan masak
lambat.
5. Teknik pendugaan produktivitas tanaman tebu varietas bululawang
berdasarkan kadar lengas tanah
Kadar lengas memberi nilai koefisien determinasi yang lebih tinggi
dibandingkan Etc/Eta. Persamaan kuadratik model antara tinggi batang
dengan kadar lengas adalah y: -14,932+0,212x – 2,668E-5 X² dengan R²:
0,997. Persamaan kurva kuadratik model antara diameter batang dengan
kadar lengas adalah Y= -0.464+ 0.003x – (1.114 x 10-6) x2 dengan R² :
0,890. Persamaan kurva –S model jumlah anakan dengan kadar lengas
adalah Ln (Y): 2.900 + (-356.118/x) dengan R² : 0,672. Model ini bersifat
spesifik lokasi dan varietas.
6. Teknologi Hot Water Treatment untuk mengurangi resiko serangan
HPT tebu
Perlakuan HWT dapat mengurang resiko tanaman tebu dari serangan Hama
dan Penyakit. Dengan perlakuan HWT, Tebu varietas PSDK 923 memiliki
persentase perubahan fisik mata tunas yang tertinggi (42%). Perubahan ini
ditandai dengan mata tunas yang berwarna kecoklatan dan mengkerut.
Varietas Kentung, PS 862 dan Kidang Kencana setelah perlakuan HWT
memiliki persentase perkecambahan paling tinggi (42%) dan berbeda nyata
dengan Bululawang, PS 851, PS 881, PSDK 923 dan VMC 76-16. Sementara
itu, perlakuan perendaman benih berpengaruh tidak nyata pada perubahan
fisik mata tunas.Varietas yang memiliki kecepatan berkecambah cepat adalah
PS 862, PS 864, dan PSJT 941. Hubungan antara perubahan fisik mata tunas
dengan persentase perkecambahan tidak ada. Perlakuan HWT dan
perendaman benih dalam larutan fungisida memberikan persentase
perkecambahan paling tinggi dan berbeda nyata dengan kontrol dan
perlakuan perendaman benih di dalam larutan urea.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32
7. Teknologi pengukuran rendemen tebu secara tepat dan cepat
dengan NIRS
Teknologi Pengukuraan Near Infra Red Spectroscopy (NIRS) dapat mengukur
rendemen tebu dalam 1 – 2 menit untuk setiap contoh NPP (nira Perahan
Pertama). Hasil pengukuran rendemen tebu dari 974 contoh NPP,
menunjukkan rendemen tebu dengan pengukuran metode NIR (17,77% dan
14,07%) tidak berbeda dengan metode konvensional (17,70 dan 14,08 %).
Apabila diaplikasikan untuk menghitung rendemen individu, nilai rerata
rendemen metode NIR (8,56 %) tidak berbeda dengan metode konvensional
(8,59%).
8. Teknologi produksi gula cair
Inovasi teknologi produksi gula cair dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu
unit ekstraksi, unit filtrasi, unit evaporasi, dan unit packing. Unit ekstraksi
atau pemerahan yang dikerjakan dengan alat roller mill. Untuk
memaksimalkan hasil ekstraksi, air imbibisi bertemperatur 35 oC ditambahkan
pada ekstraksi tahap 2 dan 3.Dari unit pemerahan, nira dibersihkan
kandungan padatan terlarutnya di unit klarifier. Di unit ini, bahan flokulan
dicampurkan untuk memperbesar padatan terlarut dan melayang sehingga
meningkatkan berat padatan hingga padatan dapat tenggelam dan
dikeluarkan sebagai sludge. Sludge ini disaring oleh filter press untuk
mendapatkan nira terikut yang dikembalikan lagi ke jalur proses. Padatan
yang menjadi cake, atau disebut dengan blotong, dibuang. Selanjutnya nira
bersih dipekatkan di unit evaporasi pada temperatur maksimum 70 oC dan
tekanan vakum. Di unit ini kandungan air dikurangi hingga brix 63 sehingga
menjadi produk gula cair. Untuk menghilangkan warna, gula cair dimasukkan
ke unit docolourization. Selanjutnya gula cair dipacking ke dalam botol.Gula
cair dapat diproses lanjut menjadi gula semut melalui crystallizer (CS)
kemudian dipacking sebagai gula semut.
KAKAO
9. Teknologi pemupukan pada kakao
Teknologi pemupukan yang berimbang dengan dosis 300 g NPK/pohon/tahun
+ 20 g Mikoriza/pohon/tahun (150 spora/100 g bahan/tahun) meningkatkan
produktivitas kakao rakyat dari produksi buah rata-rata 20 buah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33
gelondong/pohon/tahun (1.300 kg biji kering/ha/tahun) menjadi rata-rata 80
buah gelondong/pohon/tahun (2.860 kg biji kering/ha/tahun)
10. Teknologi pembuatan hidrolisat protein dari bungkil kakao dan
ampas kopi
Hidrolisis bungkil kakao dan ampas kopi optimal dilakukan dengan
menggunakan konsentrasi enzim papain sebesar 6% dengan waktu inkubasi
selama 4 jam. Dari kondisi hidrolisis tersebut didapatkan kadar protein
rendemen hidrolisat kakao adalah sebesar 10.42 mg/mL atau setara dengan
39.92% total protein bungkil kakao. Sedangkan kadar protein hidrolisat kopi
yang didapatkan adalah maksimum 13.14 mg/mL atau setara dengan 67.38%
total protein ampas kopi. Penggunaan enzim dengan konsentrasi tinggi dalam
proses hidrolisis dapat menghasilkan kadar protein terukur yang tinggi karena
tingkat hidrolisis yang intensif, namun mempunyai aktivitas antioksidan yang
lebih rendah. Sedangkan penggunaan enzim berkonsentrasi rendah
menghasilkan kadar protein hidrolisat yang lebih sedikit, namun memiliki nilai
aktivitas antioksidan yang lebih tinggi karena tingkat hidrolisis yang tidak
terlalu intensif.
11. Teknik imunodeteksi okratoksin pada kopi dan kakao
Teknik imunodeteksi yang akan dikembangkan adalah dalam bentuk kit uji
(rapid assay) yang murah dan mudah digunakan sehingga terjangkau untuk
sarana perbaikan mutu perkebunan rakyat dan sertifikasi mutu kopi ekspor
oleh prosesor dan eksportir UKM. Antibodi poliklonal anti okratoksin telah
diperoleh dari telur ayam hewan uji pada periode ke-4 (8 minggu setelah
imunisasi awal). Antibodi ini menunjukkan reaktivitas anti okratoksin dengan
metode dot blot. Terdapat antibodi anti BSA yang harus dihilangkan terlebih
dahulu untuk meningkatkan sensitivitas terhadap okratoksin. Pemisahan
antibody anti BSA dapat dilakukan dengan penyerapan antibody tersebut
dengan BSA. Kondisi pH optimum nano gold adalah 9 dan konsentrasi
antibodi maksimum adalah pengenceran 1/5. Hasil pengujian awal test trip
masih menunjukkan hasil pita dengan sinyal yang lemah. Masih diperlukan
optimasi sintesis antibodi-nanopartikel emas, diantaranya variasi konsentrasi
antibodi, variasi suhu dan waktu inkubasi, dan variasi metode sentrifugasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34
KOPI
12. Metode aklimatisasi planlet kopi arabika hasil embriogenesis
somatik
Proses optimasi aklimatisasi telah berhasil pada varietas Sigararutang
menggunakan media tanam berupa campuran tanah, pasir, pupuk kandang
yang ditambah dengan sekam, pada varietas AS2K proses aklimatisasi baru
dilakukan.
13. Teknologi pengendalian nematoda parasit P.coffeae secara terpadu
pada kopi robusta
Pengendalian nematoda dengan jamur Trichoderma dan pestisida tembakau
belum tampak nyata hasilnya. Ada kecenderungan pada dosis tinggi, yaitu
perlakuan jamur Trichoderma kepadatan spora (10.8x107)dan konsentrasi
ekstrak temabakau 1.0% terdapat penekanan populasi dibanding bibit yang
diinokulasi nematode tetapi tidak diperlakukan. Hasil uji invitro, kedua metode
pengendalian tersebut sangat efektif dalam membunuh P.coffeae.Hasil
pengamatan ketahanan kopi robusta terhadap nematoda parasit P.coffeae
yang dilakukan pada tiga kebun menunjukkan tingkat ketahanan yang kurang
konsisten. Aksesi kopi robusta C dan D memiliki tingkat populasi nematode
rata-rata paling rendah. Hasil pengamatan pola tanam kopi Robusta
menunjukkan bahwa pada pola tanam kopi robusta dengan penaung gelap
dan tanaman sela paling beragam tingkat serangan PBKo dan nematode
paling rendah. Pada pola tanam ini diversitas arthropoda juga paling beragam
dan populasinya paling tinggi.
14. Teknologi penanganan pasca panen kopi Arabika rakyat pada
berbagai ketinggian
Dilakukan panen selektif, pengupasan kulit buah basah, fermentasi,
pencucian, pengeringan, pengupasan kulit kering dan
penyimpanan/penggudangan. Pengawalan dan pendampingan pengelolaan
kebun yang baik sesuai GAP (Good Agricultural Practices), dan penanganan
pasca panen yang tepat sesuai GMP (Good Manufacturing Practices) serta
penguatan kelembagaan ditingkat kelompok tani.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35
15. Teknologi pengendaliam nematoda pada tanaman kopi dengan
bakteri endofit
Penggunaan agens hayati bakteri endofit untuk mengendalikan nematoda
potensial untuk dikembangkan sebagai agens pengendali nematode.Bakteri
endofit diformula dalam bentuk powder, cair dan kompos, dengan bahan
pembawa talk, molase dan kompos, dengan harapan dapat diaplikasikan
dengan mudah di lapangan. Formula powder dibuat dengan bahan pembawa
talk, untuk formula cair bahan pembawanya adalah molase sedangkan untuk
formula kompos bahan pembawanya adalah rumput+pupuk kandang,
masing-masing formula membawa bakteri endofit 1013 CFU/ml. Formula
bakteri endofit molase, talk dan kompos juga memberikan pengaruh positif
terhadap pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah cabang dan diameter batang)
tanaman kopi.
KARET
16. Teknologi pemupukan pada berbagai sistem peremajaan karet
Pemupukan dengan dosis 125% dari rekomendasi ditambah mikoriza 100
g/tanaman (pemupukan ekstra) pada tanaman karet umur 1 tahun dapat
menyamai pertumbuhan tanaman karet umur 2 tahun dengan dosis pupuk
100%.
17. Teknologi pemanfaatan sumberdaya lokal sebagai pembenah
tanah bekas tambang untuk budidaya tanaman karet
Pembenahan tanah bekas tambang dengan menambahkan 40% kompos atau
40% tanah liat atau kompos 20% + tanah liat 20% pada setiap lubang tanam
karet, dapat menghasilkan pertumbuhan tanaman karet yang baik.
Pembenahan tanah akan berlanjut terus dengan dihasilkan biomasa dari
tanaman sela yang ditanam di antara tanaman karet muda. Teknik
pembenahan lahan bekas tambang ini dapat juga digunakan untuk
membenah tanah pada peremajaan karet rakyat yang telah mengalami
penurunan tingkat kesuburan, fisik tanah yang padat, rendah unsur hara dan
mengandung sumber penyakit (jamur akar putih).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36
18. Teknologi penyimpanan biofungisida
Trichoderma sp. hasil perbanyakan dengan media cair, kemudian masing-
masing sebanyak 500 ml dengan kerapatan 108 spora/ml dicampurkan pada 1
kg talc steril pada loyang (1:2), selanjutnya dimasukkan pada oven suhu 40°C
selama 1 minggu dan dikemas dalam plastik. Formula dengan bahan
pembawa talc ini dapat disimpan sampai 4 bulan.
19. Teknik pengujian stabilitas genetik klon batang bawah karet yang
diperbanyak dengan cara in vitro micro cutting
Kultur in vitro microcutting merupakan satu-satunya cara untuk perbanyakan
batang bawah karet secara klonal. Penyediaan batang bawah klonal pada
tanaman karet sudah sangat diperlukan mengingat berbagai keterbatasan
batang bawah asal biji, baik dari variasi tanaman yang dihasilkan maupun
dari keterbatasan penyediaannya. Peluang perbanyakan batang bawah klonal
yang selama ini belum ada pada tanaman karet, terbuka dengan berhasilnya
penerapan teknik in vitro micro cutting. Di samping itu, kemampuan
melakukan perbanyakan dengan cara tersebut membuka peluang untuk
melakukan seleksi terhadap batang bawah dengan karakter spesifik seperti
toleran terhadap penyakit serta toleran terhadap kondisi lingkungan tanah
yang ekstrim dan kemudian diperbanyak dengan teknik in vitro microcutting.
Secara umum peningkatan kualitas batang bawah akan berdampak positif
Gambar 8. Teknologi bahan pembenah tanah untuk budidaya karet pada
tanah bekas tambang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 37
terhadap batang atas sehingga diharapkan kombinasi bahan tanam yang
dihasilkan akan memiliki kualitas yang lebih baik dibanding bahan tanam
sebelumnya. Penggunaan bahan tanam karet dengan kualitas tinggi di
berbagai perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun swasta, akan
berpengaruh positif terhadap produksi karet nasional maupun terhadap
kehidupan ekonomi maupun sosial pelaku industri tersebut. Penelitian tahap
molekuler untuk mengetahui stabilitas genetik bahan tanam yang dihasilkan
melalui kultur in vitro dapat memperkuat keyakinan penggunaannya,
mengingat perubahan genetik merupakan salah satu hal yang dikhawatirkan
terjadi pada tanaman yang diperbanyak secara kultur in vitro. Perbanyakan
eksplan pada tahap multiplikasi diatas subkultur ke-10 dapat dilakukan tanpa
terjadinya variasi genetik pada planlet yang dihasilkan. Stabilitas genetik tidak
berubah, baik pada tahap conditioning, tahap perakaran dan tahap pasca
aklimatisasi (vitroplant).
SAWIT
20. Teknologi Gasifikasi tandan kosong kelapa sawit
Gas hasil gasifikasi setelah melalui tahapan pendinginan (cooling) dan
pembersihan (filtering) dapat digunakan sebagai bahan bakar campuran
motor diesel dengan mekanisme bahan bakar ganda (dual fuel). Untuk
menghasilkan output daya yang sama pemanfaatan input gas gasifikasi yang
semakin besar menyebaban putaran motor yang lebih tinggi.Semakin banyak
gas gasifikasi dipakai sebagai substitusi solar, semakin besar prosentase solar
yang tergantikan. Penggunaan gas gasifikasi daat menggantikan maksimum
56% solar yang dicapai pada bukaan katup gas gasifikasi ¾.
21. Teknologi produksi bio-etanol tandan kosong kelapa sawit
Pengecilan ukuran bahan menjadi dapat meningkatkan kadar bioetanol
(alkohol) yang dihasilkan dari proses bionversi tandan kosong kelapa sawit
(TKKS). Penambahan NaOH 10% pada saat proses pretreatment
menghasilkan kadar selulosa, xilosa dan kadar alkohol yang tinggi
dibandingkan perlakuan penambahan NaOH dengan persentasi yang lainnya,
serta menurunkan kadar lignin yang cukup besar.Melalui teknologi biokonversi
yang dikembangkan, yaitu dengan skala pilot 50 liter, pengecilan ukuran
bahan TKKS menjadi 100 mesh, penambahan NaOH 10 % saat pretreatment
maka rendemen bioetanol yang dihasilkan selama proses produksi adalah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 38
14,85% pada kadar bioetanol sekitar 83,3 %. Dengan demikian diperlukan
sekitar 6,73 kg tandan kosong kelapa sawit untuk menghasilkan satu liter
bioetanol, atau meningkat hampir dua kali lipat dari penelitian sebelumnya
yang memerlukan sekitar 12 kg TKKS.
KEMIRI SUNAN
22. Teknologi produksi bioavtur
Produksi Avtur dilakukan dengan peraralatan yang dilengkapi dengan
distilator yang dapat memisahkan metanol untuk dapat digunakan kembali
sebagai bahan pemroses sehingga dapat menghemat pemkaian bahan
metanol. Di sisi lain, ekses metanol pada bioavtur tidak terjadi. Bioavtur
diproduksi dalam suatu rangkaian peralatan pemroses yang terdiri dari:
generator ozon, ozonizer, CSTR, dan distilator. Sistem ini dilengkapi dengan
reboiler, ejector, kondenser, dan tangki metanol. Pembangkitan panas terjadi
pada reboiler dan CSTR dengan cara mengonversi kalor pembakaran gas
menjadi panas melalui peralatan burner. Pada CSTR panas ditransferkan ke
air yang berperan sebagai jaket pemanas.
23. Teknologi pengolahan minyak kasar kemiri sunan dengan rendemen
biodiesel > 80%.
Proses pengolahan minyak kasar kemiri sunan menjadi biodiesel dilakukan
menggunakan metode transesterifikasi dua tahap dengan katalis KOH
sebanyak 0,2% dari bobot minyak yang dilarutkan dalam metanol dan diaduk
hingga terbentuk larutan, disebut dengan larutan metoksida. Biodiesel yang
dihasilkan dari proses esterifikasi dua tahap menghasilkan rendemen 87,85%
dari minyak kasar kemiri sunan dengan nilai sasam lemak bebas 5,6.
TEH
24. Teknologi bioenergi untuk pengolahan white tea
Melalui konversi biomassa limbah pada hanca petik teh menjadi energi termal
dan listrik. Kapasitas sumber listrik mampu memenuhi kebutuhan energi
untuk mengolah white tea sebesar 2.000 kg/tahun.
25. Teknologi pembuatan “wood pellets” dari biomasa pangkasan teh
Peralatan mesin crusher dan wood pellets telah dapat berfungsi normal
dengan output memenuhi syarat sebagai wood pellets. Keberhasilan dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 39
membuat wood pellets sangat ditentukan oleh ukuran serbuk kayu dan kadar
air dari serbuk kayu yang akan dijadikan wood pellets. Penggunaan wood
pellets memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi biaya pengolahan teh
31%, jika dibandingkan menggunakan kayu bakar.
26. Pengembangan teknologi irigasi „mobile fertigation system‟ di
perkebunan
Aplikasi mobile fertigation system berpengaruh terhadap hasil produksi
tanaman dan jumlah pucuk peko maupun pucuk burung. Hasil produksi
tertinggi diperoleh pada perlakuan frtigasi pembahasan 21 mm (penyiraman 3
hari sekali) dan demikian juga hasil tertinggi untuk jumlah pucuk peko adalah
pada perlakuan fertigasi 21 mm, sedang jumlah pucuk burung tertinggi
diperoleh pada perlakuan tanpa pucuk tanpa irigasi. Perlakuan fertigasi
memberikan dampak yang baik untuk memperthankan hasil produksi maupun
kesehatan tanaman dimusim kemarau.
KAPAS
27. Paket teknologi budidaya kapas dengan seed treatment
Imidakhloprit
Teknologi tumpangsari kapas dan palawija, penggunaan varietas kapas
Kanesia 10 dan 13, dengan seed treatment Imidakhloprit, pemupukan
berimbang berdasarkan analisis tanah dan pengendalian hama dengan
pemantauan mampu meningkatkan hasil kapas berbiji hingga 1.5 ton/ha dan
palawija jagung/kacang hijau 1.2 ton/ha, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan petani.
JARAK PAGAR
28. Paket teknologi budidaya jarak pagar dengan teknik grafting
Paket teknologi budidaya tanaman jarak pagar dilakukan melalui penanaman
tanaman baru dengan vrietas unggul atau melalui rehabilitasi/peremajaan
tanaman dengan teknik penyambungan (grafting) menggunakan varietas
unggul sebagai entres. Pembentukan kanopi dan arsitektur tanaman sangat
diperlukan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan cabang-cabang
produktif mendukung pembentukan bunga dan buah, selain untuk
memudahkan operasional panen. Tanaman sela (kacang tanah, kacang hijau)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 40
ditanam diantara barisan tanaman jarak pagar, dan aplikasi CrJ sebagai
mulsa setelah tanaman sela dipanen (MK I)
PALA
29. Epicotyl grafting tanaman pala jantan dan betina
Salah satu faktor pembatas dalam budidaya pala adalah ketersediaan bahan
tanaman yang telah diketahui jenis kelaminnya.Pala termasuk tanaman
berumah dua (dioecious), sehingga dikenal ada tanaman jantan, betina dan
hermaprodit. Buah hanya dihasilkan oleh tanaman betina dan hermaprodit,
sedangkan tanaman jantan hanya menghasilkan bunga yang diperlukan untuk
penyerbukan.Tanaman betina lebih banyak menghasilkan buah dibandingkan
dengan yang hemaprodit, sehingga untuk tujuan komersial yang
dikembangkan adalah tanaman betina dan jantan. Secara umum komposisi
antara jantan dan betina (sex ratio) adalah satu tanaman jantan untuk 10-30
tanaman, namun makin dekat jarak antara tanaman betina ke tanaman
jantan, buahnya akan lebih banyak. Oleh karena itu selain komposisi (sex
ratio) maka posisi yang tepat antara tanaman betina dan jantan di lapang
juga perlu diperhatikan agar tanaman betina dapat berproduksi secara
optimal. Hal tersebut sangat sulit dilakukan apabila tanaman pala
diperbanyak dengan cara generatif (biji) yang selama ini dilakukan karena
sampai saat ini belum ada metode yang dapat mengetahui jenis kelamin pala
pada saat masih dipembibitan. Oleh karena itu perlu teknik perbanyakan
vegetatif tanaman pala yang lebih tepat dan cepat. Salah satu caranya
adalah melaui epicotyl grafting, yaitu menggunakan batang bawah berumur <
1 bulan. Hasil penelitian tahun 2012-2013 menunjukkan bahwa cara epicotyl
grafting tingkat keberhasilannya mencapai 80-97 % dan dan tanaman yang
hidup 98 % serta penyediaan benih pala jantan dan betina siap tanam lebih
cepat 3-4 bulan sehingga akan menghemat biaya pemeliharaan benih
dipembibitan. Kegunaan: Komposisi dan posisi tanaman pala jantan dan
betina yang tepat dapat meningkatkan produksi pala. Target
pengguna:Penentuankomposisi (sex ratio) yakni posisi yang tepat antara
tanaman betina dan jantan di lapang dalam peremajaan tanaman pala perlu
diperhatikan agar tanaman betina dapat berproduksi secara optimal.
JAMBU METE
30. Teknologi pengendalian penyakit JAP pada jambu mente dengan
agensia hayati PGPR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 41
Kombinasi penggunaan formula agensia hayati PGPR (Bacillus, Pelarut P,
P.flourecens) dengan pestisida nabati Mitol (b.a eugenol + sitral) dapat
menekan serangan JAP pada jambu mente sampai 60 – 70 % setelah 2 tahun
perlakuaan. Kegunaan : Pengendalian JAP jambu mente ramah lingkungan
untuk menghasilkan produk ramah lingkungan.Target pengguna : Petani,
Dinas Perkebunan dan swasta
31. Teknologi pengendalian Helopeltis antonii SIGN pada jambu mete
dengan insektisida nabati dan agensia hayati
Insektisida nabati mimba kompatibel dan dapat diaplikasikan secara bersama
atau dicampur dengan agensia hayati Beauveria bassiana dan Metarrhizium
anisopliae.Kegunaan teknologi ini untuk pengendalian Helopeltis antonii SIGN
pada jambu mete yang ramah lingkungan.
32. Metode induksi kalus melalui embriogenesis somatik jambu mete
Induksi kalus telah berhasil dilakukan dengan menggunakan eksplan daun
dan nuselus dengan kecepatan perkembangan yang berbeda. Eksplan daun
baru menghasilkan kalus kompak yang pada umumnya merupakan kalus non
embriogenik, sedangkan eksplan nuselus menghasilkan kalus embriogenik.
33. Teknologi regenerasi kalus jambu mete melalui kultur jaringan
Induksi kalus pada jambu mete telah berhasil dilakukan dengan
menggunakan eksplan daun dan nuselus dengan kecepatan perkembangan
yang berbeda. Eksplan daun baru menghasilkan kalus kompak yang pada
umumnya merupakan kalus non embriogenik, sedangkan eksplan nuselus
menghasilkan kalus embriogenik yang berkembang menjadi Pre Embriogenik
Mass (PEM) dan menghasilkan embrio somatik yang mulai berkecambah.
JAHE
34. Teknologi pengendalian bercak daun dan patogen tular benih
melalui pemupukan dan perlakuan benih
Penyakit bercak daun tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc), saat ini
termasuk kendala utama dalam budidaya jahe disamping layu bakteri,
terutama yang disebabkan oleh jamur Phytllosticcta sp. Pengendalian
penyakit ini dapat dilakukan secara terpadu yaitu dengan menggunakan
pupuk K (KCl) sebanyak 10 g/tanaman diberikan saat tanam; sedang Mg
(MgSO4) 7,5 g/tanaman diberikan pada saat tanaman satu bulan, silikat dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42
mancozeb disemprotkan dengan konsentrasi masing-masing 0,5-1,0/l dan
mancozeb 2 g/l setiap 2 minggu bila telah ada gejala awal. Teknologi ini
dapat menekan serangan penyakit bercak daun jahe 44-56%. Kegunaannya
adalah menekan infeksi dan perkembangan pathogen bercak daun
Phytllosticcta ssp. pada jahe putih kecil (JPK). Target penggunanya adalah
petani dan pelaku pertanian Jahe Putih Kecil.
35. Teknologi pengendalian terpadu OPT utama jahe
Perlakuan benih dengan pestisida (streptomisin sulfat dan mancozeb) dan
biopestisida rizobakteri meningkatkan persen tumbuh benih 10-15%, dan
bobot segar rimpang dibandingkan dengan kontrol. Dan integrasi perlakuan
tanah (dengan bubur bordo 2%), dan perlakuan benih rimpang dengan
larutan pestisida (streptomisin sulfat dan mancozeb), atau tepung
carbosulfan, dan atau biopestisida rizobakteri menekan busuk rimpang
berturut-turut 95,51%; atau 100,0% dan atau 83,28%. Serta menekan
persen gejala nematoda buncak Meloidogyne spp. pada rimpang berturut-
turut 65,34%, atau 80,36%, dan atau 64,87%.
36. Teknologi pemanfaatan mikroba endofit untuk mengendalikan layu
bakteri dan atau nematoda buncak akar Meloidogyne spp.
Berdasarkan pada kemampuan bakteri endofit dalam memproduksi antibiotik
terhadap patogen bakteri layu jahe R. solanacearum ada 29 isolat
diantaranya bersifat antibiosis. Zona hambatan yang terbentuk bervariasi,
dengan diameter 3 mm sampai 24 mm. Hasil pengujian potensi 29 isolat
mikroba endofit dalam meningkatkan pertumbuhan di pesemaian bibit jahe,
diperoleh 2 isolat dapat meningkatkan pertumbuhan di atas 30 %, 9 isolat di
atas 20 %, 7 isolat di atas 10 %, dan 11 isolat di bawah 10 % dibandingkan
dengan tanaman kontrol. Isolat-isolat tersebut diuji lebih lanjut potensinya
sebagai agens hayati terhadap R. solanacearum pada tanaman jahe. Filtrat
dari 10 isolat mikroba endofit (isolat IKIAN 3.2.2R, JC 2.1.2R, IKIAN 1.3.1R,
JPR 2.102, JPRS 2A, IKIAN 1.2, JC 2.2.1R, IKIAN 1.1B , IKIN 1.4, IKIN
2.102)bersifat antagonis terhadap larva nematoda buncak akar Meloidogyne
spp. pada skala laboratorium. Isolat-isolat tersebut diuji lebih lanjut
potensinya sebagai agens hayati terhadap nematoda pada tanaman
jahe.Kegunaan teknologi ini untuk menekan infeksi dan perkembangan
penyakit bakteri layu jahe dan nematoda buncak akar Meloidogyne spp.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 43
37. Metode multifikasi tunas jahe hasilkultur jaringan
Multiplikasi tunas optimum dapat dicapai dengan dua kali subkultur ke dalam
media (padat) yang sama dan menghasilkan rata-rata 10,6 tunas dalam
waktu 4 minggu; kalus embriogenik diperoleh dari kalus yang induksi di
dalam media MS + 2% sucrosa + glutamin 100 mg/L + 2,4-D 1.0 mg/l +L
BA 3 mg/l dan 8 % bakto agar sebagai pemadat.
38. Peningkatan produktivitas, dan mutu benih rimpang Jahe Putih
Besar (JPB) melalui aplikasi paclobutrazol
Aplikakasi paclobutrazol dilakukan pada: umur 3-5 BST dan 4-6 BST, dengan
interval 2 minggu untuk setiap perlakuan yang diuji (0, 100, 200, 300, 400
dan 500 PPM). Dari hasil pertanaman di lapang dapat disimpulkan bahwa
pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 200 ppm, dengan waktu aplikasi
pada umur 4 bulan setelah tanam dapat meningkatkan produksi rimpang dua
kali lipat dibanding dengan kontrol, tanpa mengambat pertumbuhan tajuk
tanaman.
39. Produksi jahe putih besar (Zingiber officinale Rosc ) melalui
efisiensi bahan tanaman
Teknologi produksi rimpang jahe putih besar melalui efisiensi penggunaan
bahan tanaman berupa rimpang yang mempunyai propagul kecil
(unvoluminous), rimpang dengan 1-2 mata tunas. Berdasarkan parameter
pertumbuhan yang diamati yaitu : penambahan pupuk K dengan dosis 300
kg/ha memberikan hasil yang terbaik dibandingkan dosis lainnya.
LADA
40. Teknologi budidaya lada dengan beberapa jenis tanaman tiang
panjat
Teknologi budidaya lada dengan berbagai tiang panjat merupakan kegiatan
baru dalam rangka mencari alternatif teknik budidaya lada yang produktif
dan menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi dari hasil ladanya maupun dari
tanaman panjatnya serta mampu bertahan hidup lama (>10tahun). Beberapa
tanaman yang potensial sebagai tiang panjat selain gliricidia yang
memungkinkan digunakan adalah tanaman kelapa, sengon, dan kapuk randu.
Dengan tanaman tiang panjat besar ini tanaman lada yang ditanam adalah
sebanyak 1, 2 dan 4 pohon per tanaman tiang panjat. Pertumbuhan lada
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 44
terbaik diperoleh pada tiang panjat Glirisidia. Penerimaan cahaya matahari
dan curah hujan sangat menentukan pertumbuhan lada.
41. Teknologi budidaya lada pada lahan bekas tambang timah
Teknologi budidaya lada pada lahan marginal bekas tambang yang dianjurkan
adalah teknologi budidaya sistem pot dengan menggunakan lobang tanam
ukuran lebih besar (80x80x60)cm dan (60x60x60) cm, pemberian mikorisa
dan tanaman bioremedial (kenaf). Selain itu juga dengan pemberian pupuk
kandang 10 kg per lobang, menggunakan tiang panjat hidup gliricidia dan
menggunakan varietas lada unggul. Perlakuan lobang tanam yang lebih besar
dan pemberian tanaman kenaf menghasilkan pertumbuhan dan jumlah
tandan buah paling tinggi pada umur 35 bulan setelah tanam.
KELAPA DAN PALMA
42. Perbanyakan aren melalui kultur jaringan
Pembentukan plantlet aren dari kultur embrio menguunakan media WPM
dengan penambahan zat pengatur tumbuh BAP dan NAA. Keunggulan
teknologi dari yang sebelumnya adalah pemberian zat pengatur tumbuh BAP
dan NAA dapat mempercepat perkembangan plantlet aren sehingga siap
untuk aklimatisasi. Kegunaan teknologi ini untuk ketersediaan aren unggul
dalam jumlah besar dan seragam serta bebas penyakit.
43. Perbanyakan sagu melalui kultur jaringan
Media Modifikasi Murashige and Skoog (MMS) dengan penambahan zat
pengatur tumbuh BAP dan kinetin menunjukkan perkembangan embrio
somatik sagu.Keunggulan teknologi dari yang sebelumnya adalah
pemberian zat pengatur tumbuh BAP dan Kinetin dapat mempercepat
perkembangan embrio somatic sagu yang terbentuk dari kalus embrionik.
Kegunaan teknologi ini untuk perbanyakan massal tanaman sagu secara
cepat, dan seragam serta bebas penyakit.
44. Pengendalian tungau kelapa Aceria guerreronis Keifer dengan
musuh alami
Ditemukan lima jenis musuh alami tungau Aceria guerreronis. Tiga jenis
tungau predator yaitu tungau predator Neoseiulus sp., Bdella sp., dan satu
tungau belum teridentifikasi, Predator dari kelas serangga yaitu thrips dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 45
Larva Syrphidae. Tiga jenis tungau predator potensial untuk dikembangakan
sebagai pengendalian hama tungau Aceria guerreronis. Keunggulan teknologi
dari yang sebelumnya adalah teknologi ini lebih ramah lingkungan.
Kegunaannya adalah untuk mengendalikan serangan tungau Aceria
guerreronis pada tanaman kelapa.
45. Pengendalian Phytophthora palmivora penyebab penyakit Busuk
Pucuk Kelapa (BPK) dan Gugur Buah Kelapa (GBK) pada tanaman
kelapa dengan mikroorganisme antagonis
Pemanfaatan cendawan Aspergillus flavus dan Penicillium pinophillum untuk
pengendalian patogen Phytophthora palmivora merupakan salah satunya
pendekatan pengendalian hayati yang ramah lingkungan. Kedua cendawan
tersebut diisolasi dari tanah dan perakaran tanaman kelapa melalui teknik
pengenceran.Hasil uji penghambatan secara in vitro menunjukkan bahwa
kedua cendawan tersebut berpotensi sebagai agens pengendali hayati
dengan persentase penghambatan > 50% pada media V8 yang merupakan
media selektif untuk patogen P. palmivora. Sementara itu, pengujian
cendawan antagonis pada buah dapat mencegah perkembangan patogen P.
palmivora secara signifikan jika cendawan antagonis diaplikasikan sebelum
ada gejala. Kedua cendawan antagonis tersebut dapat ditumbuhkan pada
media padat dengan memanfaatkan limbah debu sabut.Komposisi media
terdiri dari debu sabut, jagung, vermikulit dan kaolin. Keunggulan teknologi
dari yang sebelumnya ramah lingkungan dan mengurangi limbah debu sabut.
Kegunaan teknologi ini adalah dapat mengendalikan patogen Phytophthora
palmivora sehingga dapat menekan kehilangan hasil karena serangan
penyakit Busuk Pucuk Kelapa (BPK) dan Gugur Buah Kelapa (GBK) pada
tanaman kelapa.Target penggunanya adalah petani dan stakeholder lainnya.
LIMBAH PERKEBUNAN
46. Teknologi kompressi biometan cair
Teknologi ini mampu memproduksi Biomethane terkrompresi Conpressed
BioMethane/CBM) yang selanjutnya menjadi biometan cair (liquefied
biomethane - LBM) dengan densitas energi sebesar 1 MJ/liter. Proses
produksi Biomethane Caiir terbagi dalam 2 tahap yaitu tahap purifikasi biogas
dan tahap pencairan biometan. Tahap I, merupakan tahapan purifikasi
biogas yang dilakukan dengan mengalirkan biogas melalui unit H2S removal,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 46
untuk mengurangi kadar H2S, kemudian menuju alat penukar kalor. Tahap II
merupakan tahapan proses untuk mendapatkan biometan cair. Pada tahap ini
CBM dikeluarkan dari flash chamber dan dilalukan ke alat penukar kalor
kriogenik, yang temperaturnya diatur hingga -85 oC. Pada temperatur dan
tekanan operasi tersebut biometan akan mencair. Kemudian biometan cair
(LBM) ditampung dalam tabung penyimpan.
Trend capaian teknologi budidaya tanaman perkebunan selama lima tahun
menunjukkan realisasi capaian teknologi berfluktuasi dari tahun ke tahun,
tetapi realisasi selalu mencapai target/100% atau bahkan melampaui
target(sangat berhasil)(Gambar 9)
Gambar 9. Capaian Teknologi Tanaman Perkebunan TA 2010-2014
Sasaran 3:
Tersedianya teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai
tambah/produk olahan
Teknologi diversifikasi dan Peningkatan Nilai Tambah /Produk Olahan tanaman
perkebunan, pada TA 2014 ditargetkan sebanyak 7 formula dan terealisasi
sebanyak 7 formula (realisasi fisikmencapai 100%). Rincian Teknologi
diversifikasi dan Peningkatan Nilai Tambah /Produk Olahan tanaman perkebunan
yaitu:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47
TEBU
1. Pupuk K slow release
Pupuk K slow release berbentuk granule dan tablet dengan potensi K tersedia
hingga 3-6 bulan setelah aplikasi dan potensial untuk meningkatkan
rendemen tebu.
Gambar 10. Pupuk K berbentuk Granul dan tablet
2. Biofertilizer dengan carrier biochar (arang) sekam dan inokulum
bakteri Penambat N dan Pelarut P
Biofertilizer berformula dengan carrier dari biochar (arang) sekam yang
dihaluskan dan diperkaya dengan asam humat, air kelapa muda, rock
phosphate sebagai sumber P, ZA sebagai sumber N, dengan inokulum bakteri
penambat N dan Pelarut P. Berpotensi meningkatkan N dan P-tersedia di
tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tebu.
3. Bioinsektisida: Isolat jamur Metarhizium anisopliae
Isolat jamur Metarhizium anisopliae
merupakan salah satu strain isolat jamur
yang secara konsisten sangat patogenik
terhadap Lepidiota spp yang berpotensi
efektif menyebabkan mortalitas uret besar
tebu (instar III) sebesar 80-90%.
KELAPA
4. Teknologi edible film dan nata de coco.
Pengolahan edible film berbahan baku bioselulosa dari air kelapa, tidak
menggunakan air kelapa segar tetapi menggunakan air kelapa yang telah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 48
mengalami pendiaman selama beberapa hari dengan waktu inkubasi yang
lebih lama, sehingga diharapkan sesuai untuk bahan baku edible film.
Penundaan air kelapa selama 4 hari, terjadi perubahan pH dari 6,0 menjadi
4,4-4,5, suatu kondisi pH yang sesuai dengan pertumbuhan bakteri A.
xylinum, sehingga untuk proses selanjutnya tidak ada penambahan asam
cuka. Setelah inkubasi 2 minggu, menghasilkan bioselulosa dengan
rendemen 64,50%, kadar air 94,54%, kadar selulosa 1,26%, kuat tarik
(tensile strenght) berkisar 1,14 Mpa dan elongation 30,73%. Keunggulan
teknologi dari yang sebelumnya yaitu: (1) Air kelapa dapat ditunda selama 4
hari, sehingga dapat menampung dalam jumlah lebih banyak, (2) Tidak ada
penambahan asam cuka, sehingga lebih menekan biaya pengolahan bahan
baku bioselulosa.
Gambar 11. a. Bahan baku dan b. Edible film bioselulosa/nata
CENGKEH
5. Formula pupuk makro dan mikro untuk meningkatkan pertumbuhan
produksi cengkeh
Formula pupuk yang terdiri dari unsur hara makro NPKMg dan mikro B dan
Zn dalam bentuk tablet yang diformulasi khusus untuk meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman cengkeh. Kegunaan: Formula pupuk
dapat digunakan untuk intensifikasi dan rehabilitasi cengkeh serta
mengurangi fluktuasi hasil cengkeh. Target pengguna: Perkebunan cengkeh
rakyat dan perkebunan besar.
6. Formula herbisida GIV berbasis glifosat dan asam asetat yang
efektif terhadap gulma dan kurang toksik terhadap ikan
Formula GIV mengandung bahan aktif isopropyl amina (IPA) glifosat dengan
bahan pembawa asam asetat dan asap cair efektif terhadap gulma daun lebar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49
dan gulma daun sempit. Keefektifan formula GIV sebanding dengan
herbisida komersial mengandung glifosat 486 SL (Roundup). Keunggulan
formula GIV dibanding dengan herbisida komersial 486 SL adalah
toksisitasnya terhadap ikan uji (mujair dan nila) lebih rendah 200-300 kali,
yaitu LC50 (24 jam) formula GIV adalah 1105,5 mg/l (ikan mas) dan 1480,7
mg/l (ikan nila), sedangkan LC50 (24 jam) herbisida komersial 486 SL adalah
5,8 mg/l (ikan mas) dan 5,3 mg/l (ikan nila).Kegunaan:Formula GIV dapat
digunakan untuk mengendalikan gulma.
7. Perbaikan formula pestisida nabati berbahan aktif eugenol untuk
mengendalikanNilaparvata lugens Stahl.
Formulasi pestisida nabati berbahan aktif eugenol yang digunakan untuk
mengendalikan Nilapartava lugens Stahl (wereng batang coklat) pada
tanaman padi, dihasilkan dari teknologi ultra partikel. Bahan baku yang
digunakan, yaitu bunga cengkeh, dimilling (digiling) sampai berukuran ultra
partikel dalam bentuk pasta. Ukuran pasta bunga cengkeh yang didapatkan
adalah rata-rata 228,1 nm dengan distribusi mayoritas 90% yang berukuran
291,0 nm dan termasuk dalam kriteria ultra partikel. Hasil uji bioassay
menunjukkan bahwa formula ultra partikel bunga cengkeh dosis 2 ml/l
memberikan mortalitas lebih dari 50%. Dengan pengecilan ukuran bunga
cengkeh sampai dengan ultra partikel, terjadi peningkatan kadar eugenol dari
67 menjadi 77%. Terdapat 16 formulasi pestisida nabati dengan 3 surfaktan
berbeda.Dari hasil uji bioassay, terdapat 8 formulasi yang dapat
menyebabkan mortalitas N. lugens di atas 50% di rumah kaca. Pada tahap
selanjutnya, yaitu pengujian lapang, diperoleh satu formulasi (Cengkeh:Det =
25:25) yang dapat mengakibatkan mortalitas N. lugens> 50%. Sementara itu,
formulasi pestisida nabati berbahan atsiri lain yang efektif terhadap N. lugens
adalah serai wangi.
Trend capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya saing/produk
olahan tanaman perkebunan selama TA 2010-2014 menunjukkan
peningkatan, dan capaian diatas 100% (sangat berhasil), sebagaimana
disajikan pada Gambar 12.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 50
Gambar 12. Capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya saing/produk
olahan tanaman perkebunan TA 2010-2014
Sasaran 4:
Tersedianya Benih Sumber
Indikator kinerja sasaran “Benih Sumber” tanaman perkebunan dicapai melalui
kegiatan Pengelolaan UPBS, capaiannya adalah 101% dengan perincian sebagai
berikut (Tabel 10):
Tabel 10. Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2014
NO KOMODITAS JUMLAH BENIH
1 Kapas 2.229 kg
2 Wijen 972 kg
3 Rosella 890 kg
4 Kenaf 157 kg
5 Tembakau 124 kg
7 Tebu 600.000 budset g3
8 Rami 8,5 ton
9 Kakao 5.000 mata entres
10 Kopi Arabika 500.000 butir
11 Kopi Robusta 19.226 mata entres
12 Karet 20.385 mata entres
18.000 batang bawah
4.000 okulasi
13 Teh 10.000 mata entres
14 Lada 25.000 setek
15 Nilam 650.000 setek
16 Jambu Mete 20.000 entres pucuk
17 Jahe 6.000 kg
18 Temulawak 6.877 kg
19 Kunyit 11.868 kg
20 Seraiwangi 450.000 anakan
21 22
Cengkeh Palma
4.500 375
Pohon ton
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 51
Untuk target bibit tebu sebanyak 2.500.000 budset, telah terealisasi sebanyak
3.000.000 budset (capaian 100%).
Trend capaian benih sumber tebu dan tanaman perkebunan lainnya selama lima
tahun terakhir disajikan pada Gambar 13 dan 14 berikut:
Gambar 13. Capaian Benih Sumber Tanaman Perkebunan TA 2010-2014
Gambar 14. Capaian Benih Sumber Tebu TA 2012-2014
Indikator benih sumber tanaman perkebunan selain tebu pada lima tahun
terakhir (2010-2014) berfluktuasi tapi selalu mencapai target yang ditetapkan.
Pengukuran capaian benih sumber ini hanya dihitung pada benih sumber dalam
satuan kg atau ton. Sedangkan benih tebu yang pada tiga tahun terakhir baru
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 52
ditargetkan dalam satuan budset juga selalu mencapai targetnya. Capaian
tertinggi diperoleh pada tahun 2013.
Benih tebu hasil kultur jaringan dalam satuan budset (G2) baru mulai ditargetkan
pada TA 2012. Oleh karena itu capaian benih tebu hanya disajikan selama tiga
tahun sejak 2012.
Sasaran 5 :
Tersedianya Rekomendasi Kebijakan
Indikator kinerja sasaran “Rekomendasi Kebijakan”, dicapai melalui kegiatan
Analisa Kebijakan. Capaian kinerja Analisis Kebijakantahun 2014, dari target 6
rekomendasi telah terealisasi sebanyak 6 rekomendasi kebijakan (100%). Judul
Rekomendasi dan sinopsisnya adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan produksi kakao nasional mewujudkan Indonesia
sebagai produsen kakao nomor 1 di dunia
Skenario pencapaian Peningkatan produksi kakao nasional mewujudkan
Indonesia sebagai produsen kakao 1 di dunia dapat diwujudkan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Intensifikasi
Peningkatan produktivitas pada sentra utama (Aceh, Sumut, Sumbar,
Lampung, Jatim, Sulbar, Sulteng, Sulsel, Sultra) menjadi 1,3 ton/ha
(produksi 677.892 ton 1.045.651 ton) .
Peningkatan produktivitas wilayah lain menjadi 1 ton/ha (produksi
107.571 ton 251.409 ton)
Intensifikasi dilakukan dengan:
Peningkatan populasi tanaman per hektar dari 800 menjadi 1000
pohon/ha untuk 40% (650.737 Ha) pada seluruh wilayah produksi
kakao.
Penerapan GAP (Pemupukan, Pengendalian OPT, Sistem Pangkas,
Panen dan Pasca Panen) di seluruh wilayah pengembangan
(1.852.943 ha).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 53
b. Ekstensifikasi untuk mencapai produktivitas 1,3 ton/ha
Ekstensifikasi 100 ribu ha di lahan baru dengan produktivitas 1,3
ton/ha atau di bawah tegakan kelapa pada daerah sentra produksi
(300 ribu ha) dengan produktivitas 0,65 ton/ha (tambahan produksi
195.000 ton).
Ekstensifikasi 77 ribu ha di lahan baru dengan produktivitas 1,3
ton/ha dan 150 ribu ha lahan di bawah tegakan kelapa dengan
produktivitas 0,65 ton/ha. (tambahan produksi 195.000 ton)
c. Rehabilitasi dan Peremajaan
Penambahan produksi dari TBM yang diintensifikasi dan TR yang telah
direhabilitasi menjadi TM sebesar 408.591 ton.
Dengan skenario tersebut, total produksi yang akan dicapai menjadi 1,8 -
1,9 juta ton (kenaikan 1,02 -1,12 juta ton).
2. Pengembangan bioenergi berbasis biomasa pertanian
a. Untuk mengembangkan energi biomassa padat dan bioenergi secara
umum, keberlanjutan pangan dan pertanian / hutan (dan lingkungan
pada umumnya) harus menjadi pertimbangan utama. Itu sebabnya
biomassa padat sebagai sumber energi harus dianggap juga sebagai
bahan organik yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman.
b. Energi biomassa harus digunakan di negara mana biomassa diambil, itu
berarti, ekspor biomassa padat harus dihentikan atau setidaknya
diminimalkan.
c. Di masa depan,biofuel generasi kedua dapat dikembangkan dari
biomassa untuk menghilangkan persaingan dengan pangan. Teknologi
ini sedang dikembangkan oleh para peneliti di Indonesia
3. Pencapaian swasembada gula dengan inisiatif baru
Untuk mencapai swasembada konsumsi langsung (3,1 juta ton GKP)
ditempuh kebijakan sebagai berikut:
a. Intensifikasi
Intensifikasi pada tebu rakyat (260 ribu ha) dilakukan melalui:
Peningkatan rendemen untuk wilayah Jatim bagian selatan, Sumut,
Sulsel, Gorontalo dan peningkatan protas dan rendemen untuk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 54
wilayah Jateng, serta peningkatan protas untuk wilayah Lampung,
Sumsel.
Penambahan bahan organik/kompos 5 ton/ha, Pemupukan spesifik
lokasi, Penambahan unsur mikro,
Bongkar ratoon 60 ribu ha, rawat ratoon 100 ribu ha.
Penyediaan bibit untuk KBD 10000 ha, KBI 400 ha dengan Single Bud
Planting (SBP),
Penyediaan Traktor untuk bongkar ratoon 60.000 ha= 500 unit
Penambahan produksi 450.365 ton diperoleh dengan:
Bongkar ratoon: 60 ribu ha, 126.458 ton GKP
Rawat ratoon: 100 ribu ha, 125.764 ton GKP
Rawat ratoon mandiri: 8.576 ton
HGU: 210 ribu ha, 189.567 ton GKP
b. Perluasan Areal
PG yang mulai beroperasi saat ini yaitu PG Gendis Multi Manis di
Kabupaten Blora, Jateng kapasitas 6000 TCD = 13.000 ha
menghasilkan GKP 86 ribu ton/th. Dan PG Kebun Tebu Mas di
Lamongan kapasitas 12.000 TCD = 22.000 ha menghasilkan GKP
144 ribu ton/th
Potensi Tambahan produksi 230 ribu ton tahun 2015: 92 ribu (40%),
tahun 2016: 194 ribu ton (80%)
Pembangunan PG baru: 1) PG Glen Moore sedang proses
pembangunan di Banyuwangi kapasitas 6.000 TCD = 15.000 ha,
34.000 ton/th (2016): 2) PG Sungai Budi di Teluk Betung, Lampung ,
6.000 TCD, HGU 18.000 ha, 34.000 ton (2016); 3) PT. SMS di Dompu
belum operasional; 4) PT. Wahana Surya Agro di Muna, Sultra
(belum operasional)
Untuk swasembada konsumsi total (5,7 juta ton):
Untuk memenuhi defisit Gula dibutuhkan pembangunan 14 unit PG
kapasitas 12.000 TCD didukung perluasan areal 600 ribu ha secara bertahap
200 ribu ha/tahun pada tahun 2015-2017
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 55
4. Sagu sebagai komoditas potensial, pilar utama kedaulatan pangan
dan energi
Kebijakan pengembangan sagu kedepan adalah:
a. Menjadikan sagu sebagai komoditas strategis dan sebagai strategi
peningkatan ekonomi.
b. Pengembangan Sumber Daya Penelitian; Penelitian tentang sagu saat ini
belum mencukupi untuk mengganti sistem budidaya sagu dari semi-
alami menjadi sistem budidaya sagu modern dengan produktivitas yang
tinggi, masa kematangan sagu untuk dipanen yang lebih pendek, dan
modifikasi mesin yang lebih ramah lingkungan dan hemat energi
sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Meningkatkan subsidi dari
pemerintah dan keterlibatan sektor swasta dalam penelitian dan
pengembangan sagu sangat dibutuhkan.
c. Status lahan; Memberikan kebijakan untuk meningkatkan wilayah/lahan
budidaya sagu, mempermudah status penggunaan lahan untuk
perkebunan sagu, mendorong sektor swasta untuk terlibat dalam
perkebunan sagu dan membantu petani kecil dalam perkebunan sagu.
Kebijakan pemerintah dalam mendorong budidaya sagu akan membantu
sektor swasta terlibat dalam budidaya sagu.
d. Infrastruktur; Hampir seluruh populasi sagu di Indonesia berada di lokasi
terpencil, baik di lahan mineral maupun lahan gambut. Oleh karena itu,
pembangunan infrastruktur sangat penting untuk keberlanjutan
perkebunan sagu dan proses pengolahannya.
e. Kelembagaan; Untuk mendukung keberhasilan perkebunan sagu, perlu
kesepakatan antar lembaga dan kementerian untuk mendukung
kesuksesan perkebunan sagu dalam upaya mencapai kedaulatan
pangan.
5. Biokonservasi lengas tanah berbasis jambu mete pada lahan kering
beriklim kering
Rekomendasi kebijakan pengembangan jambu mete:
a. Memanfaatkan kemampuan hydraulic lift; Kajian di lapangan
menunjukkan adanya potensi biokonservasi lengas tanah pada
pertanaman jambu mete. Kemampuan melakukan pengisian ulang air
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 56
pada lapisan tanah bagian atas oleh aktivitas hydraulic lift pada jambu
mete terdeteksi pada perubahan lengas tanah pada periode malam.
b. Memaksimalkan penerapan GAP oleh petani untuk mengurangi gap
antara produktivitas potensial dan produktivitas aktual; Fakta di
lapangan menunjukkan bahwa produktivitas jambu mete nasional masih
rendah yakni 250-450 kg gelondong/ha/tahun, sementara potensi hasil
9 (sembilan) varietas jambu mete yang dihasilkan Badan Litbang
Pertanian produksinya mencapai 1.500-2.000 kg gelondong/ha/tahun.
Untuk memacu penerapan GAP oleh petani diperlukan penguatan
motivasi petani melalui contoh konkrit di lapangan dan pendampingan
teknis secara berkelanjutan.
c. Meningkatkan peluang pemanfaatan nilai tambah lahan kosong; Untuk
meningkatkan produktivitas lahan perkebunan jambu mete, selain
memperbaiki produktivitas individu tanaman jambu mete, yakni dengan
meningkatkan peluang pemanfaatan nilai tambah lahan kosong yang
masih tersedia diantara tegakan jambu mete dengan budidaya cash
crop.
6. Sistem informasi dan sistem penunjang keputusan tebu terpadu
nasional
Sistem Informasi yang dikembangkan terdiri dari: Sistem Informasi Teknologi,
Sistem Informasi Kinerja Komoditas, Sistem Informasi Berbasis Geografis,
Sistem Simulasi Biaya Pokok Produksi Gula, serta Sistem Informasi berbasis
Dashboard Sistem. Sistemini memiliki fungsi: menyediakan informasi berupa
data yang tersedia dalam bentuk yang sistematis, terpadu dan mudah secara
operasional, dalam bentuk peta, tabel dan grafik, menyediakan informasi
berupa simulasi untuk memberikan gambaran kepada pengguna terkait
dengan teknologi, kinerja industri, dan dukungan dalam proses
pengembangan industri gula nasional. Sistem Penunjang Keputusan yang
dikembangkan terdiri dari: Sistem Penunjang Keputusan Kesesuaian Lahan,
Sistem Penunjang Keputusan Penataan Varietas, Sistem Penunjang
Keputusan Bongkar Ratoon, Sistem Penunjang Keputusan Pengukuran Kinerja
Kemitraan, dan Sistem Penunjang Keputusan Pengukuran Kinerja Pabrik Gula.
Sistem ini menyediakan model yang merupakan abstraksi dari kondisi riil yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 57
dapat menunjang penyusunan kebijakan pengembangan industri gula
nasional.
Capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan selama TA 2010-2014
selalu sesuai dengan target yang telah direncanakan (100%), kecuali capaian
pada tahun 2011 yang mencapai 150% (Gambar 15).
Gambar 15. Capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan TA 2010-2014
Sasaran 6 :
Meningkatnya hasil publikasi hasil penelitian
Jumlah publikasi yang telah dihasilkan selama TA 2014 dari target 25terbitan
telah dihasilkan sebanyak 33 terbitan publikasi, dengan rincian sebagai berikut:
Buletin:
1. Buletin Balittro 2 kali/tahun
2. Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar 3 kali/tahun
3. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 2 kali/tahun
4. Buletin Palma 2 kali/tahun
5. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 4 kali/tahun
6. Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri 2 kali/tahun
Buku:
1. Pertanian organik (Balittro) 1 kali/tahun
2. Bunga Rampai Inovasi Teknologi Bioindustri Kakao 1 kali/tahun
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 58
3. Prosiding Semiloka Nasional Tanaman Pemanis, Serat, Tembakau, dan Minyak
Industri1 kali/tahun
4. Prosiding KNK VIII di Jambi
5. Prosiding Pertanian Organik
Sirkuler:
1. Teknik perbanyakan lada secara cepat dan masal melalui kebun mini
2. Petunjuk teknis penanganan bahan dan penyulingan minyak atsiri
3. Penyediaan benih jambu mete unggul secara cepat melalui mikro grafting
4. Sirkuler Inovasi Tanaman Industri dan Penyegar (SIRINOV)
5. Warta Penelitian Tanaman Industri
6. Infotek Perkebunan
Booklet:
1. Pengenalan dan Pengendalian penyakit nilam
2. Profil Balittri
3. Kencur
4. Jahe
5. Nilam
Leaflet/majalah:
1. Jamu ternak
2. Pestisida nabati
3. Profil Balittri
4. Tumpang Sari Kemiri Sunan dengan Tanaman Semusim
5. Varietas wijen unggul baru Winas 1 dan Winas 2 sesuai untuk lahan sawah
sesudah padi
6. Kemiri Sunan
7. Program Penelitian Tanaman Penghasil BBN
8. Media Komunikasi Perkebunan (MEDKOM) Balittri
9. Griya Jamu
DVD :
1. Bioindustri Seraiwangi
2. Sembilan SOP Tanaman Obat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 59
Trend capaian jumlah publikasi hasil penelitian dan pengembangan tanaman
perkebunan selamalima tahun terakhir menunjukkan realisasi > 100%. Pada TA
2014 realisasi mencapai 120 % (Gambar16).
Gambar 16. Capaian publikasi hasil litbang tanaman perkebunan TA 2010-2014
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 60
Sasaran 7:
Terjalinnya kerjasama dengan pihak lain
Indikator kinerja sasaran „Kerjasama Penelitian” dilaksanakan dengan
mengadakan kerjasama penelitian dengan stakeholders terkait. Realisasi
kegiatan ini pada tahun 2014 mencapai 195% dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 11. Kerjasama peneitian dengan mitra swasta
No
Topik Kerjasama
Mitra
1 Pengembangan DEHAF produk herbal untuk DBD PT. Soho Industri Farmasi
2 Pengembangan herbal mendukung biofarma terstandar PT. HRL
3 Sukses Berbisnis Minyak Atsiri Nilam Dewan Atsiri Indonesia
4 Budidaya dan Pascapanen Cengkeh dan Pala Dewan Atsiri Indonesia
5 Penanganan Pascapanen Tanaman Cengkeh Dewan Atsiri Indonesia
6 Tenaga Ahli Pendamping Pengembangan Atsiri Dewan Atsiri Indonesia
7 Karakteristik Sifat-sifat Fenotip 200 Klon Tebu Hasil seleksi Tahun 2014
PT. Toyota Bio Indonesia
8 Pendampingan Persiapan Pelepasan Klon Xy 1168 Sebagai Varietas Unggul Sisal Di Sumbawa
PT. Pulau Sumbawa Agro
9 Pendampingan Demplot Penngujian Pupuk NPK Fertila dan KNO3 di Kabupaten Temanggung, Magelang dan Kendal
CV. Saprotan Utama
10 Research of natural fiber especially or kenaf (hibiscus Cannabinus) in Indonesia
PT. Toyota Boshoku Corporation Japan
11 Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan di Lahan Bekas Tambang
PT. Timah
12 Pengembangan BioindustriBerbasisi Tanaman Bahan Bakar Nabati Kemiri Sunan di Lahan Bekas Tambang dan Lahan Kritis
PT. Reben Mandiri Energi
13 Pengembangan Bioindustri Berbasis TanamanBahan Bakar Nabati Kemiri Sunan di Lahan Mineral dan Lahan Bekas Tambang
PT. Yuraku Sukses Abadi
14 Pengujian Mineral Fertilizer SGE Powder Terhadap Produksi dan Mutu kopi, Kakao, Kelapa,Kelapa Sawit,Karet dan Teh
PT. Wakan Medicindo
15 Pengujian Pembenah Tanah Organik Cair "Humic Plus Green Agri"
PT. Green Agri Indonesia
16 Pengembangan Teknologi Kelapa Sawit Dewan Minyak Sawit Indonesia
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 61
Tabel 12. Kerjasama penelitian dengan mitra pemda
No
Topik Kerjasama
Mitra
1 Pengembangan perbenihan tanaman rempah (lada) Kab. Purbalingga
2 Pengembangan perbenihan dan budidaya jahe Kab. Tasikmalaya
3 Observasi lada lokal Kalimantan Timur Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur
4 Bimbingan teknis Identifikasi Varietas dan Mutu Benih Pala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat
5 Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi Potensi Blok Penghasil Tinggi(BPT) Tanaman Kopi Garut
Dinas Perkebunan Garut
6 BimbinganTeknisBudidayaKakao DishutbunKab. PenajamPaser Utara
7 Pengembangan Pertanian Terpadu Kab. Aceh Selatan
8 Pengembangan Pertanian Terpadu Kab. Landak
9 Pembenihan tembakau Dishutbun Bojonegoro I
10 Pemurnian Persiapan Pendaftaran Tembakau Jawa Varietas Purwosoto
Dishutbun Bojonegoro II
11 Eksplorasi, Uji Multilikasi Varietas Tembakau Dishutbun Magetan
12 Uji kesuburan Tanah Dan Identifikasi Tembakau Paiton-VO, kegiatan penguatan kelompok tani melalui bimbingan teknologi budidaya tembakau di Kab. Probolinggo
Dishutbun Probolinggo
13 Sukses Berbisnis Minyak Atsiri Nilam Pemda Gorontalo
14 Pengembangan Pertanian Terpadu Kab. Aceh Selatan
15 Kerjasama Penelitian dan Pengembangan Pertanian Terpadu
Kab. Kapuas Hulu
Tabel 13. Kerjasama penelitian dengan mitra instansi pemerintah
No
Topik Kerjasama
Mitra
1
Pemanfaatan Ekstra Tanaman Untuk Formula Atraktan Musuh Alami Wereng Pada Padi Mendukung Swasembada Beras 2014
SINAS Kemenristek
2 Penelitian dan Pengembangan Bahan Baku Kertas Uang Bank Indonesia
3 Penyusunan Konsep Permentan turunan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/SR.120/1/2014 tentang Produksi, Sertifikasi, dan Peredaran Benih Bina
-Direktorat Jenderal Perkebunan -TP2S (Tim Pembinaan Pengawasan dan Sertifikasi Benih) Tanaman Perkebunan
4 Teknik Pengambilan Contoh Kriteria Kualitas Cengkeh dan Lada Hitam
Dirjenbun
5 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan
Ditjen Perkebunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 62
Trend capaian kerjasama penelitian tanaman perkebunan selama lima tahun
terakhir menunjukkan realisasi> 100%. Pada TA 2014 realisasi mencapai 122 %
(Gambar 17).
Gambar 17. Capaian kerjasama penelitian perkebunan TA 2010-2014
Pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2014, secara umum dapat
dikatagorikan sangat berhasil ditinjau dari hasil pencapaian kinerja sasarannya.
Jika dibandingkan antar target dan capaian Indikator utamanya, seluruh 7 target
indikator kinerja sasarannya mencapai bahkan melampau targetnya/diatas
100%(sangat berhasil). Keberhasilan kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
tercermin dari hasil litbang perkebunan berupa: (1) Teknologi mendukung
bioindustri; berupa teknologi Proses Produksi Gula Cair dan Teknologi Produksi
Bioavtur dari kemiri Sunan ; (2) Varietas mendukung Bioenergi, berupa varietas
kemiri Sunan Kermindo 1 dan 2; (3) Teknologi mendukung Bioenergi berupa
Teknologi Kompressi Biomethane Cair berbasis limbah tanaman perkebunan
(Biomethane), Teknologi Gasifikasi limbah sawit TKS, Bioenergi untuk
pengolahan teh putih, pupuk dari limbah tebu ; (4) Formula pestisida nabati
yang ramah lingkungan; (5) Teknologi Budidaya Pendukung Peningkatan
Produktivitas komoditas perkebunan utama; (6) Teknologi Perbanyakan kuljar
beberapa tanaman perkebunan; (7) Penyediaan benih sumber (tebu kuljar dan
tanaman perkebunan lainnya); dan (8) Pengkayaan Plasma nutfah pendukung
kegiatan pemuliaan;
Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian kinerja
diantaranya adalah : (1) Dukungan Sumberdaya Penelitian yang memadai, baik
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 63
SDM, SD Aset dan SD Keuangan; (2) Perencanaan kegiatan yang realistis;(3)
Pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang tepat dan sesuai aturan; dan (4)
Monitoring dan evaluasi yang intensif;
Disamping keberhasilan yang telah dicapai, disadari kinerja Puslitbang
Perkebunan masih memiliki sisi kelemahan karena belum bisa berorientasi pada
hasil (outcome). Dengan kata lain, hasil-hasil litbang perkebunan yang terbaru
pada lima tahun terakhir belum teridentifikasi dimanfaatkan olleh pengguna. Hal
ini kemungkinan disebabkan karena proses adopsi litbang tanaman perkebunan
berjalan lambat. Kegiatan diseminasi di Puslitbang Perkebunan bukan kegiatan
prioritas dan jumlahnya terbatas. Disisi lain tanaman perkebunan belum menjadi
program nasional sehingga tidak menjadi prioritas untuk dikaji di BPTP.
Langkah–langkah alternatif yang harus dilakukan dalam menanggulangi
kelemahan tersebutdimasa yang akan datang adalah:(1) Meningkatkan upaya
percepatan adopsi hasil penelitian litbang Perkebunan melalui diseminasi SDMC ;
(2) Membuat kegiatan yang mengukur/memantau perkembangan penyebaran
teknologi litbang perkebunan; (3) Meningkatkan upaya pendampingan
penerapan teknologi litbangbun
3.3. AKUNTABILITAS KEUANGAN
Pagu dana yang dikelola Puslitbang Perkebunan beserta Unit Pelaksana Teknis
(Balittro, Balittas, Balit Palma dan Balittri) pada TA 2014 semula adalah
sebesar Rp. 111.963.629.000,-. Pada bulan Agustus mengalami revisi
penghematan sehingga jumlahnya menjadi Rp. 110.979.742.000,-, selanjutnya
pada bulan Desember terjadi revisi lagi yaitu penurunan belanja modal dan
pegawai di kantor Puslitbangbun (sekitar Rp. 381.100,-) dan kenaikan belanja
pegawai di Balittro (sekitar Rp.581.065,-) dan jumlahnya menjadi Rp.
111.235.642.000,-.
Alokasi anggaran Jenis Belanja, satker dan output pada TA 2014 disajikan pada
gambar berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 64
Gambar 18. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
jenis Belanja TA 2014
Gambar 19. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkanSatker
TA 2014
Pegawai 46%
Operasional 13%
Non operasional
29%
Modal 12%
Alokasi anggaran per jenis belanja
Puslitbangbun 28%
Balittro 25%
Balittas 21%
Balit Palma 13%
Balittri 13%
Alokasi anggaran per Satker
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 65
Gambar 20. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
Output TA 2014
Realisasi Keuangan Puslitbang Perkebunan per 31 Desember 2014 mencapai
97,49 % dari pagu anggaran (atau sebesar Rp. 108.445.549.854,-). Realisasi
keuangan Puslitbang Perkebunan selama lima tahun terakhir menunjukkan
peningkatan dalam persentasi. Berturut trurut dari tahun 2010 – 2015 serapan
anggaran mencapai 89,52; 96,17; 97,13%; 97,42%, dan mencapai 97,49%
(Gambar 21). Hal ini menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik.
Gambar 21. Realisasi anggaran Puslibang Perkebunan TA 2010-2014 (dalam
juta rupiah)
Varetas Unggul Baru
4% Plasma Nutfah
6%
Galur Harapan 4%
Teknologi Budidaya
27%
Produk Olahan 3%
Benih Sumber 5%
Rumusan Kebijakan
2%
Diseminasi 16%
Bangunan 25%
Sarana dan Prasarana
8%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 66
Realisasi keuangan berdasarkan UK/UPT pada TA 2014, berturut-turut dari
satker Puslitbang Perkebunan, Balittro, Balittri, Balittas dan Balit Palma adalah:
96,62%, 99,63%, 96,35%, 96,34%dan 94,81% (Gambar 22). Realisasi
keuangan tersebut cukup bagus (diatas 95%).
Gambar 22. Realisasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
Satker TA 2014 (dalam juta rupiah)
Realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja TA 2014 disajikan pada Gambar
23 berikut:
Gambar 23. Realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja TA 2014 (dalam
juta rupiah)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 67
Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja pegawai, barang operasional, barang
non operasional dan modal per 31 Desember 2014 berturut-turut mencapai
98,17 %; 96,44%; 96,44 %; dan 98,60% (Gambar 23). Realisasi anggaran
pegawai dan barang danmodal yang diatas 95% menunjukkan bahwa
penyerapan anggaran sudah bagus, danmenunjukkan juga pelaksanaan kegiatan
sudah berjalan dengan lancar.Sedangkan realisasi belanja barang operasional
relatif lebih rendah dibandingkan jenis belanja lainnya.
Sampai dengan 31 Desember 2014, Realisasi Keuangan berdasarkan
kegiatan/output utamanya (Tabel 14) adalah sebagai berikut: varietas/klon
unggul mencapai 99,03%; teknologi budidaya 96,73%, produk olahan tanaman
perkebunan mencapai 98,70%; benih sumber mencapai 93,20%; plasma nutfah
tanaman perkebunan 97,39%; rumusan kebijakan tanaman perkebunan
95,89%; dan laporan diseminasi teknologi tanaman perkebunan 96,92%.
Rendahnya realisasi keuangan pada kegiatan dengan output benih sumber
disebabkan karena tidak terealisasinya anggaran UPBS Balittri yang didanai dari
PNBP, karena PNBP tidak mencapai target dan secara otoatis pagu PNBP tidak
dapat digunakan.
Tabel 14. Realisasi anggaran lingkup puslitbang perkebunan berdasarkan
sasaran output utama TA 2014
No Jenis Kegiatan Anggaran Realisasi
Rp. %
1 Varetas unggul baru tan.perkebunan 1.347.738.000 1.334.614.000 99,03
2 Plasma nutfah tan. perkebunan 2.171.930.000 2.115.238.182 97,39
3 Galur harapan tan. perkebunan 1.415.230.000 1.367.017.950 96,59
4 Teknologi budidaya tan. perkebunan 10.519.733.000 10.175.897.029 96,73
5 Produk olahan tan. perkebunan 942.228.000 929.945.096 98,70
6 Benih sumber tan. perkebunan 1.462.197.000 1.362.789.055 93,20
7 Rumusan kebijakan tan. perkebunan 557.750.000 534.848.740 95,89
8 Lap. diseminasi tekn.tan.perkebunan 8.822.390.000 8.550.295.464 96,92
9 Penunjang 83.996.446.000 82.074.895.993 97,71
T O T A L 111.235.642.000 108.445.541.509 97,49
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 68
Target dan realisasi PNBP Fungsional lingkup Puslitbang Perkebunan TA 2014
disajikan pada Gambar 24.
Gambar 24. Target dan realisasi PNBP fungsional lingkup Puslitbang Perkebunan
TA 2014 (dalam juta rupiah)
Realisasi PNBP di Puslitbang Perkebunan (116%), Balittro (147%), dan Balittas
(140 %) melampaui targetnya, tetapi di Balittri (58 %) dan Balit Palma (120%).
Realisasi PNBP di Balittri hanya mencapai 58 % karena adanya perubahan
mandat yang diteliti sehingga belum optimal menghasilkan PNBP.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 69
IV. PENUTUP
4.1. Keberhasilan
Peran Puslitbang Perkebunan sebagai lembaga penelitian dan pengembangan di
bidang perkebunan menjadi semakin strategis karena sampai saat ini
pengembangan usahatani berbasis perkebunan masih menjadi andalan untuk
meningkatkan daya saing produk ekspor dan meningkatkan kesejahteraan
petani. Penanganan produk perkebunan yang lebih optimal akan meningkatkan
daya saing produk perkebunan Indonesia di pasar global. Disamping sebagai
sumber devisa, beberapa komoditas perkebunan merupakan bahan baku
sejumlah industri dalam negeri yang juga berorientasi ekspor dan banyak
menyerap tenaga kerja. Dengan peran tersebut, masalah kualitas dan
kontinyuitas penyediaan bahan baku menjadi sangat penting. Untuk itu
diperlukan dukungan inovasi teknologi, mulai dari teknologi hulu (penyediaan
bahan tanaman unggul) sampai teknologi prosesing untuk menghasilkan produk
yang berdaya saing tinggi.
Tradisi sebagai penghasil devisa negara Indonesia akan terus berlanjut, karena
sektor perkebunan mempunyai peluang yang besar untuk menyerap teknologi
yang banyak dihasilkan oleh Balai-Balai Penelitian lingkup Puslitbang
Perkebunan. Tanpa teknologi tersebut (dari hulu sampai hilir), sektor
perkebunan tidak akan mampu menghadapi pengaruh globalisasi ini yang
memaksa semua negara untuk melakukan perubahan-perubahan agar dapat
bersaing dengan negara lain.
Untuk meningkatkan daya saing produk perkebunan, Puslitbang Perkebunan,
beserta ke empat UPT di bawahnya, akan terus berupaya meningkatkan kinerja
penelitian dan pengembangan perkebunan. Hal ini perlu terus dilakukan
mengingat tuntutan pasar global terhadap produksi perkebunan Indonesia akan
semakin besar.
Pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2014, secara umum dapat
dikatagorikan sangat berhasil ditinjau dari hasil pencapaian kinerja sasarannya.
Jika dibandingkan antar target dan capaian Indikator utamanya, seluruh 7 target
indikator kinerja sasarannya mencapai bahkan melampau targetnya/diatas
100%(sangat berhasil). Capaian sasaran varietas diatas 140%; sasaran
teknologi produktivitas mencapai 102%, sasaran teknologi diversifikasi dan
peningkatan nilai tambah/produk olahan mencapai 143%, sasaran benih sumber
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 70
mencapai 101 %, sasaran galur359 %; sasaran rekomendasi kebijakan
mencapai 100%.
Keberhasilan kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 tercermin dari hasil litbang
perkebunan berupa : (1)Teknologi mendukung Bioindustri; berupa teknologi
Proses Produksi Gula Cair dan Teknologi Produksi Bioavtur dari kemii Sunan ; (2)
Varietas mendukung Bioenergi, berupa varietas kemiri Sunan Kermindo 1 dan 2;
(3) Teknologi mendukung Bioenergi berupa Teknologi Kompresi Biomethane Cair
berbasis limbah tanaman perkebunan (Biomethane), Teknologi Gasifikasi limbah
sawit TKS, Bioenergi untuk pengolahan teh putih, pupuk dari limbah tebu; (4)
Formula pestisida nabati yang ramah lingkungan; (5) Teknologi Budidaya
Pendukung Peningkatan Produktivitas komoditas perkebunan utama; (6)
Teknologi Perbanyakan kuljar beberapa tanaman perkebunan; (7) Penyediaan
benih sumber (tebu kuljar dan tanaman perkebunan lainnya); dan (8)
Pengkayaan Plasma nutfah pendukung kegiatan pemuliaan;
Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian kinerja
diantaranya adalah : (1) Dukungan Sumberdaya Penelitian yang memadai, baik
SDM, SD Aset dan SD Keuangan; (2) Perencanaan kegiatan yang realistis;(3)
Pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang tepat dan sesuai aturan; dan (4)
Monitoring dan evaluasi yang intensif;
4.2. Hambatan/Masalah
Disamping keberhasilan yang telah dicapai, disadari kinerja Puslitbang
Perkebunan masih memiliki sisi kelemahan karena belum bisa berorientasi pada
hasil (outcome). Dengan kata lain, hasil-hasil litbang perkebunan yang terbaru
pada lima tahun terakhir belum teridentifikasi dimanfaatkan olleh pengguna. Hal
ini kemungkinan disebabkan karena proses adopsi litbang tanaman perkebunan
berjalan lambat. Kegiatan diseminasi di Puslitbang Perkebunan bukan kegiatan
prioritas dan jumlahnya terbatas. Disisi lain tanaman perkebunan belum menjadi
program nasional sehingga tidak menjadi prioritas untuk dikaji di BPTP.
4.3. Pemecahan Masalah
Langkah–langkah alternatif yang harus dilakukan dalam menanggulangi
kelemahan tersebutdimasa yang akan datang adalah:(1) Meningkatkan upaya
percepatan adopsi hasil penelitian litbang Perkebunan melalui diseminasi SDMC ;
92) Membuat kegiatan yang mengukur/memantau perkembangan penyebaran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 71
teknologi litbang perkebunan; (3) Meningkatkan upaya pendampingan
penerapan teknologi litbangbun.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 72
BAGIAN TATA USAHA
Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan
Sub Bagian Kepeg. dan Rumah Tangga
BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI BIDANG KERJASAMA DAN PHP
Sub Bidang Program
BALITTRO
Sub Bidang Kerjasama Penelitian
Sub Bidang Pendayagunaan Hasil Penelitian
KELOMPOK FUNGSIONAL
Sub Bidang Evaluasi
BALITTRI BALITTAS BALIT PALMA
PUSLITBANG PERKEBUNAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Puslitbang Perkebunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 73
Lampiran 2. Rencana Stratejik 2010 – 2014
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 74
Lampiran 3. Penetapan Kinerja Tahunan 2014