iii. metode penciptaan -...
TRANSCRIPT
47
III. METODE PENCIPTAAN
A. Implemetasi Teoritis
1. Tematik
Ketupat adalah hal yang umum ditemui dalam keseharian. Apabila
membicarakan ketupat, sebagian besar orang akan langsung teringat dengan
panganan yang terbuat dari beras yang dimasak dengan menggunakan
selongsong dari daun kelapa atau janur. Sebagian lagi akan teringat dengan
bentuk jajaran genjang yang sering disebut juga sebagai bentuk belah ketupat.
Di Indonesia sendiri, terutama di Jawa, ketupat memiliki makna
tersendiri. Orang Jawa mengatakan bahwa nama ketupat diambil dari kata
Ngaku Lepat yang berarti mengakui kesalahan. Pemaknaan lain tentang
ketupat adalah dengan melihat bagaimana anyaman bungkus ketupat itu
dibentuk dan bagaimana isi di dalamnya. Rumitnya anyaman bungkus ketupat
adalah pencerminan berbagai macam kesalahan manusia. Sedang warna putih
beras yang diisikan di dalamnya mencerminkan kebersihan dan kesucian hati
setelah mohon ampun dari segala kesalahan. Yang ketiga, ketupat juga
dianggap merupakan pencerminan kesempurnaan. Hal ini berdasarkan bentuk
ketupat yang dianggap perwujudan dari kiblat papat lima pancer, suatu
konsep keseimbangan alam yang berkaitan dengan 4 arah mata angin utama
yakni, timur, selatan, barat dan utara yang kemudian bertumpu pada satu
pusat. Bila salah satunya hilang, keseimbangan alam akan hilang. Begitu pula
48
hendaknya manusia dalam kehidupannya, kearah manapun kita pergi,
hendaknya jangan pernah melupakan pancer : Tuhan Yang Maha Esa.
Dari gagasan tersebut penulis tertarik menjadikan bentuk dan anyaman
ketupat sebagai sumber ide dalam penciptaan karya keramik ini karena
karakter dan filosofi dari ketupat yang kuat memunculkan ide kreatif untuk
mendasari sebuah penciptaan karya keramik. Ketupat menarik perhatian
penulis dalam dua hal, yang pertama adalah bentuknya. Bentuk yang unik
hingga memunculkan istilah belah ketupat dan yang kedua filosofinya.
Filosofi serta familiarnya ketupat juga mendasari penulis untuk mengangkat
tema ketupat dalam pembuatan karya tugas akhir ini. Kehadiran ketupat
bukan hanya sekedar hidangan khas lebaran, tetapi keberadaannya telah
mendarah daging dan telah menjadi tradisi yang turun temurun seiring dengan
kebudayaan yang ada di Indonesia. Memang, sesuatu akan terlihat sederhana
saja, tidak punya keistimewaan sehingga sesuatu itu diungkap sisi
keistimewaanya. Demikianlah juga ketupat ini, supaya keistimewaan dan
nilai seninya terungkap, penulis melakukan berbagai kajian deskripsi dan
mengungkapkan keunikan serta estetika ketupat.
2. Konsepsi
Visualisasi ide gagasan penulis dalam karya keramik ini adalah
dengan melakukan distorsi dan transformasi pada setiap karakter bentuk
ketupat. Hal tersebut merupakan sebuah usaha penulis untuk mencapai bentuk
keindahan dengan menekankan pada pencapaian bentuk karakter ketupat
49
dengan cara menyangatkan wujud tertentu tanpa meninggalkan bentuk
aslinya. Tujuan dari penggayaan tersebut untuk mendapatkan bantuk baru
dengan imajinasi dan gaya penulis dalam membuat karya keramik.
Konsep bentuk yang akan divisualisasikan dalam pembuatan karya
keramik berupa bentuk ketupat seutuhnya namun bentuknya juga sudah
dideformasikan. Bentuk ketupat Tumpeng dan Dumbleng diambil karena
dianggap cukup mewakili konsep tentang filosofi yang telah menjadi budaya
di masyarakat, bentuknya juga paling banyak digunakan baik di Jawa maupun
Bali. Namun bentuk ketupat dan warna yang akan divisualisasikan tidaklah
persis sama seperti bentuk aslinya, tetapi dibuat sedikit berbeda dan
disesuaikan dengan bentuk struktur tanah liat.
B. Implementasi Visual
3. Media
Media yang akan digunakan merupakan tanah liat yang diuji sendiri
oleh penulis selama masa kuliah studio keramik II hingga studio IV. Tanah
liat atau lempung merupakan bahan baku utama dalam pembuatan keramik.
Bahan lempung untuk keramik dapat ditemukan dimana saja, tetapi dalam
survei geologi menunjukkan bahwa sifat daerah satu dengan lainnya
mempunyai sifat yang berbeda-beda. Ada suatu daerah yang tanahnya sudah
plastis dan pengolahannya tidak memerlukan bahan tambahan seperti kaolin
dan feldspar. Tapi ada pula suatu daerah yang lempunya hanya mampu
membuat bata dan genteng.
50
Tanah liat yang didapatkan pada umumya jarang yang dalam
keadaan murni. Tanah liat biasanya masih mengandung kotoran-kotoran
yang tidak diinginkan seperti adanya kerikil, batu-batu kecil atau bahakan
yang besar, sisa-sisa tanaman dan akar sebagainya. Tentunya kotoran-
kotoran tersebut harus dipisahkan terlebih dahulu. Pekerjaan harus
dilakukan bila menginginkan bahan keramik menjadi lebih baik.
Tanah liat yang telah didapatkan dari penggalian tidak bisa langsung
dipergunakan sebagai bahan baku keramik. Apalagi kalau tanah tersebut
masih dalam keadaan kering, berbongkah atau sebagainnya. Untuk bisa
dibentuk dan plastis tanah harus mengalami suatu pengolahan. Pengolahan
tanah ini dimaksudkan untuk meningkatkan sifat plastis dari tanah liat tadi
dan akan mempunyai sifat kepadatan yang baik, kekuatan, kehalusan
strukturnya dan tidak retak ketika dikeringkan atau dibakar. Maka sifat
keplastisan suatu tanah liat dituntut semaksimal mungkin.
Meningkatkan mutu tanah liat seperti yang telah disinggung diatas,
tanah liat yang belum baik untuk digunakan dalam membuat karya, maka
penulis memanfaatkannya untuk melakukan penelitian atau ekperimen
terhadap tanah liat pada mata kuliah studio keramik, sesuai dengan rumusan
yang telah ditentukan yakni rumusan segitiga triaksial blending.
Pembakaran keramik berdasar pada rumusan segitiga triaksial
blending ini dilakukan untuk mengetahui apakah tanah dari kota asal atau
daerah yang dipilih masing-masing mahawiswa layak untuk dijadikan bahan
51
pengerjaan karya selanjutnya. Pembakaran ini dilakukan dengan prosedur
yang benar dan terstruktur untuk memperoleh data yang benar dalam proses
pembakaran. Tahapan-tahapan yang dilakukan harus terstruktur dan benar
untuk mencegah adanya kerancuan yang mengakibatkan adanya data yang
salah.
Eksperimen yang dilakukan menggunakan metode segitiga triaksial
blending (percampuran tiga sudut) yang difokuskan pada pencarian
perbandingan campuran tanah terbaik dengan krteria sebagai berikut :
1. Memiliki daya susut rendah dengan persentasi penyusutan 10%
2. Tanah bersifat plastis hingga mudah dibentuk
3. Ketika dalam proses cetak, tanah mudah dikeluarkan dari cetakan dan
tidak retak
4. Saat dibakar tanah tidak retak maupun pecah
5. Tidak berwarna hitam
6. Warna hasil pembakaran merata
7. Tahan dibakar pada suhu 800-900°C, yang artinya sudah memenuhi
standart bahan pembuatan karya keramik.
8. Memiliki porositas, yaitu ketika sampel sudah dibakar dan dimasukkan ke
dalam air, sampel tersebut tidak banyak menyerap air.
Jika semua kriteria tersebut dapat terpenuhi maka perbadingan tanah
yang di susun dari perbandingan tertentu sangat baik dan layak untuk
dijadikan bahan untuk pembuatan karya selanjutnya.
52
Tanah liat yang digunakan adalah tanah dari tanah liat Bayat (a),
Kaolin (b), dan Feldspar (c), yang disusun berdasarkan rumusan dari segitiga
triaksial yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 9. Segitiga Triaksial Blending(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2014)
Setelah penakaran selesai tahapan yang selanjutnya dilakukan adalah
mencetak tile di atas cetakan gypsum dilakukan sebanyak 36 potong tile
dengan presentase perbandingan yang berbeda-beda pada setiap tile, tile yang
sudah dicetak lalu kemudian di keringkan. Setelah tile dikeringkan kemudian
ditimbang lagi setiap minggu sekali untuk mengetahui berat dan di cari
selisihnya. Data terus dicatat hingga terkumpul dengan baik hingga mampu
dirumuskan dengan benar. Dengan demikian dapat diketahui formula yang
tepat dan siap digunakan untuk pembuatan karya keramik. Sample tanah
terbaik yaitu ada pada nomer 13 dengan perbandingan A20, B15, C15=50, A
53
(tanah), B (Kaolin), C (Feldspar). Maksudnya, A = 20% tanah liat Bayat, B=
15% kaolin, C= 15% Felspard dari jumlah demikian diakumulasikan 100%.
Gambar 10. Hasil Test Fisis Tanah(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016)
4. Proses Perancangan
Visualisasi bentuk pada karya ini merupakan sebuah proses bentuk
berkarya dengan mengambil karakter bentuk dan anyaman ketupat. Dalam
mewujudkan ide gagasan tersebut, penulis berusaha memvisualisasikan
bentuk ketupat dan struktur anyaman ketupat dengan bahan, teknik,
keteramilan, kreativitas dan kemampuan dalam membentuk sebuah karya
keramik yang non fungsional.
Proses perancangan seperti yang dipaparkan pada visualisasi di atas
bahwa desain pada proses penciptaan keramik ini merupakan hasil dari sketsa
sketsa alternatif yang kemudian didesain sesuai bentuk yang akan dibuat.
54
5. Proses Pembuatan Karya
Ada beberapa tahap pembentukan karya keramik antara lain:
Gambar 11. Bagan proses pembentukan karya keramik.(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016)
a. Pengolahan bahan
Bahan utama pembuatan tanah liat ini menggunakan tanah
dari Bayat, Klaten. Jawa Tengah. Kemudian dicampur dengan
kaolin dan feldspar serta air secukupnya yang selanjutnya
digiling dengan mengunakan ballmill selama kurang lebih 2 jam.
Setelah proses penggilngan maka diperoleh campuran yang
sangat cair dan untuk mendapatkan tanh liat yang plastis perlu
dituang ke gips dan didiamkan selama kurang lebih 1 malam,
karena gips berguna untuk meyerap kelebihan air pada campuran
Bahan Baku
Pengolahan Glasir
Pengolahan TanahLiat
Pembentukan Karya
Pengeringan
Pembakaran Biskuit
Pengglasiran
Pembakaran Glasir Karya Keramik
55
tanah yang digiling tersebut sehingga yang tersisa hanya tanah
liat yang plastis.
Gambar 12. Pengentalan tanah liat dengan cara menuanglumpur tanah liat (slip) di atas meja gips
(Sumber: www.studiokeramik.org, di unduh tanggal 01/02/2016/19:22 WIB)
b. Pembentukan karya
Meningkatkan kreatifitas pembuatan karya dapat
dilakukan dalam proses pembentukan. Teknik dalam
pembentukan karya keramik ini adalah teknik pinch atau pijit dan
teknik slab. Teknik pijit umumnya digunakan untuk membentuk
bagian anyaman dan menyatukan bentuk dasar ketupat guna
menghasilkan karya yang luwes tidak kaku, teknik ini hanya
menggunakan jari-jari tangan sebagai penekan untuk
membentuknya, sedangkan teknik slab dilakukan dengan mulai
mengambil segumpal tanah dan letakkan diantara kedua papan.
Lalu tekan dan ratakan dengan pangkal tangan sampai seluruh
56
permukaan terisi dan ratakan tanah dengan rol kayu sampai
ketebalan rata dan halus. Kemudian membuat pola sebagai
bentuk dasar ketupat sesuai dengan yang dikehendaki.
Gambar 13. Proses Pembentukan Karya.(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016)
Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan karya antara
lain butsir kawat, kawat pemotong, roll kayu, spons, penggaris, selain
alat yang sudah disebutkan tadi, air sangat diperlukan untuk mencapai
batas-batas keplastisitasan tertentu.
Gambar 14. Alat-alat yang digunakan untuk pembentukankarya keramik.
(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016)
57
6. Pengeringan
Karya keramik yang sudah melalui proses pembentukan kemudian
dikeringkan sebelum dilakukan pembakaran. Pada waktu karya keramik
sedang mengalami proses pengeringan, air pembentuknya mengalami proses
penguapan sampai barangnya menjadi kering, hingga karya keramik
mengalami penyusutan menjadi lebih kecil.
Benda-benda yang akan dibakar harus dikeringkan terlebih dahulu,
karena jika masih basah sedikit pun mungkin akan terjadi ledakan uap air
waktu dibakar. Beberapa jenih tanah mempunyai angka susut yang tinggi tapi
ada juga yang angka susutnya kecil. Umpanya tanah stoneware susut
keringnya sekitar 5%, badan terracotta 3%, sedang tanah gerabah
(earthenware) susut keringnya sekitar 10%. (Astuti, 2008: 49).
Cara yang dilakukan untuk pengeringan yaitu dengan mengangin-
anginkan karya dalam ruangan selama kurang lebih 1 – 2 minggu. Simpan
keramik yang telah jadi pada tempat yang tidak terkena sinar matahari
langsung agar proses pengeringan tidak terlalu cepat dan lebih merata.
Setelah cukup kering, karya masuk pada pada proses pembakaran.
58
Gambar 15. Pengeringan Karya.(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016)
7. Pembakaran Biscuit
Pembakaran biskuit merupakan pembakaran dengan suhu kurang
lebih 800°C-900°C, proses pembakaran ini sangat penting karena pada saat
proses pembakaran sedang berlangsung badan keramiknya sedang mengalami
proses perubahan dari satu keadaan lain dengan berbagai akibatnya. dimana
karya tersebut menjadi keras, kuat, tidak hancur oleh air dan juga dapat
menghasilkan warna.
Hal yang perlu diperhatikan antara lain ialah penyusunan benda untuk
pembakaran biskuit harus dilakukan secara hati-hati karena benda yang akan
dibakar masih dalam kondisi mentah sehingga cukup rapuh untuk dipindah-
pindahkan.
59
Sebelum pembakaran biscuit dilakukan ada beberapa tahap
pembakaran yaitu yang pertama adalah tahap pemanasan atau babak
menghilangkan uap air. Pemanasan ini dilakukan guna menghilangkan sisa
air dalam karya. Pembakaran pada babak ini suhu panas api harus dinaikkan
secara perlahan-lahan, dan tidak boleh langsung besar dengan maksud agar
air dapat diuapan melalui pori-pori benda keramik, jika panas terlalu cepat
meningkat kemungkinan uap air tidak dapat keluar segera dari pori-pori
tresebut sehingga dapat menimbulkan letusan pada karya. Suhu pembakaran
untuk babak ini dari awal sampai mancapai 200°C yang di capai sekitar 2-3
jam.
Pada suhu 200°C babak pemanasan ini berakhir dan mulai langsung
pada tahap penggelasan. Suhu penggelasan dimulai dari suhu 200°C sampai
800°C. Setelah suhu pembakaran telah tercapai 800°C dan benda keramik
telah matang, maka seluruh pembakaran dipadamkann dan tungku dibiarkan
menjadi dingin. Tungku dibiarkan tertutup sampai benda-benda dapat diambil
dari dalam tugku dengan tangan.
60
Gambar 15. Thermocouple suhu bakar biscuit.(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016)
8. Pengglasiran
Glasir adalah suatu macam gelas khusus yang diformulasikan secara
kimia, agar melekat pada permukaan tanah liat dan dapat melebur kedalam
badan tanah liat waktu dibakar. Pengglasiran ialah mengaplikasikan glasir
pada permukaan karya keramik yang masih dalam keadaan mentah atau
sudah dibiskuit.
Proses pengglasiran terdiri dari tiga tahap yaitu penyiapan slip glasir,
penyiapan barang yang akan diglasir dan teknik pengglasiran. Penyiapan
yang pertama dimulai dengan membuat campuran bahan glasir. Campuran
yang digunakan pada proses pembakaran glasir ini menggunakan Plumbun
Oksida (PbO) yang bertujuan untuk menurunkan titik kematangan glasir.
61
Sedangka nuntuk menghasilkan warna, pada glasir harus dicampur kanoksida.
Bahan yang digunakan dalam proses pengglasiran adalah
Formula A B C D E F
PbO 4 5 7 8 6 9
Kaolin 2 3 2 1 3 6
Al2O3 2 2 1 1 2 3
Kuarsa 2 - - - - -
CuO2 2,5 - - - 2,5 -
TiO2 - 4 - - - -
MnO2 - - - - - -
FeO2 - - 0,6 1,4 - 0,6
Gambar 18. Tabel perbandingan bahan glasirSumber : Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016
Penulis menggunakan formula B pada tabel tersebut karena memliki
warna yang cocok untuk karya, untuk perbandingannnya sebagai berikut:
Load Manie : x 100 = 0,25
Kaolin : x 100 = 0,15
Felspard : x 100 = 0,1
Tin Oxside : x 100 = 0,2
Jumlah = 0, 7 gr+
62
Kemudian hasil yang diperoleh dari formula B diperbanyak untuk
proses pengglasiran karya
Load Manie : 0,25 x 2.500 = 625
Kaolin : 0,15 x 2.500 = 375
Felspard : 0,1 x 2.500 = 250
Tin Oxside : 0,2 x 2.500 = 325
Jumlah = 1,575 kg
Berbeda dengan glasir, pewarnaan oksidasi hanya mencampur 2
bahan yaitu Plumbun Oksida (PbO) dan salah satu bahan oksidasi.
Formula A: Plumbun Oksida 1000g x 10% Copper
Okside (CuO2)
Formula B: Plumbun Oksida 1000g x 10% Cobalt
(Co)
Formula C: Plumbun Oksida 1000g X 10%
Manganese diokside (MnO2)
1000g x x 1000g = 1.100g = 1,1 kg
Bahan-bahan glasir yang sudah ditimbang kemudian dipersiapkan
untuk dicampur dengan air sehingga menjadi adonan yang cukup kental.
Bercampurnya bermacam-macam bahan glasir dengan baik membantu
menaikkan daya lembur dan untuk ini semua bahan dalam glasir perlu
dicampur seluruhnya. Mencampur dan menggiling dapat dilakukan dengan
+
63
ballmill, yaitu tabung tertutup yang dapat diputar, 1/3 tabung diisi oleh batu-
batu kecil berbentuk bulat yang dibuat dari bahan flint (sejenis pasir kuarsa).
Gambar 16. Pencampuran bahan Glasir(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016)
Bahan gelasir dan air yang cukup dimasukkan didalamnya dan ditutup
rapat-rapat. Kemudian tabung diletakkan pada alat/mesin yang dapat
berputar/menggiling bahan glasir itu selama kurang lebih 1 – 2 jam. Dalam
ballmill batu-batu kecil tersebut bercampur dengan lainnya dan menggiling
mase glasir. Bahan-bahan yang telah selesai digiling kemudian dipersiapkan
untuk disaring pada saringan 20 mesh dan setelah itu glasir siap untuk dipakai
pada karya.
64
Gambar 17. Penggilingan Campuran Glasir dengan Ballmill(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016)
Karya yang akan diglasir harus dibersihkan dahulu sehingga tidak ada
kotoran yang mengganggu melekatnya glasir, seperti debu dan minyak.
Pembersihan kotoran dari karya yang akan diglasir ini dengan cara di
bersihkan langsung dengan menggunakan spons atau kuas sampai tidak ada
kotoran yang menempel. Penulis menggunakan teknik tuang dalam
mengaplikasikan glasir pada karya keramik.
65
Gambar 18. Proses Pemberian Warna Glasir(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016)
9. Pembakaran Glasir
Barang keramik bakar biscuit yang telah dilapisi bahan glasir lalu
dibakar pada suhu yang dibutuhkan untuk mematangkan bahan glasirnya,
sehingga barang tersebut tidak tembus air. Suhu untuk pembakaran glasir ini
mencapai 1080°C dalam waktu pembakaran 6-8 jam.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum pembakaran glasir adalah saat
menata, sebelum dimasukan kedalam tungku, karya harus diberi jarak dan
66
tidak boleh berdekatan atau saling tempel karena akan berakibat merekat kuat
dan sulit untuk dipisahkan serta dapat merusak karya.
Pengaturan luaran api tidak kalah penting dalam pembakaran ini,
setiap 10 menit luaran api harus dicek agar mengetauhi kapan waktu untuk
menaikan atau menurunkan luaran api tersebut. Pada pembakaran glasir ini
api ditahan selama 10 menit pada suhu 1080ᵒC.
Gambar 15. Thermocouple suhu bakar Glasir.(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016)
10. Penyajian
Penyajian karya merupakan salah satu hal terpenting dimana karya
tersebut dipamerkan untuk dikomunikasikan sehingga dapat diapresiasi.
Penyajian karya yang baik dapat mempengaruhi nilai estetik pada karya dan
dengan penyajian yang tepat karya dapat terlihat lebih indah.
67
Hal yang harus diperhatikan dalam penyajian karya (display) adalah
penatannya yang harus disesuaikan dengan ruang (space), tempat meletakkan
karya serta tambahan aksesoris.
Penyajian pada Tugas Akhir kali ini dibagi menjadi lima kelompok,
dimana satu kelompok merupakan satu judul karya, satu judul karya dengan
judul yang lain terdapat perbedaan jumlah. Total karya ada 16 karya. Karya
pertama berjumlah 3 buah, karya kedua berjumlah 3 buah, karya ketiga 2
buah, karya keempat ada 2 buah dan yang karya terakhir berjumlah 6 karya.