ii. kerangka teoretis a. tinjauan pustaka prosess- ). l ...digilib.unila.ac.id/15286/2/(sm hasil)...
TRANSCRIPT
II. KERANGKA TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Keterampilan Proses Sains (KPS)
Menurut Herlen dalam Indrawati (1999: 3) keterampilan proses (prosess-
skill) sebagai proses kognitif termasuk di dalamnya juga interaksi dengan
isinya (content). Lebih lanjut Indrawati (1999) dalam Nuh (2010: 1)
mengemukakan bahwa,
"Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiahyang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapatdigunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori ,untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupununtuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan(falsifikasi)".
Jadi Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk
menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan
menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa
sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembang-
kan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru / mengem-
bangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Dahar (1985) dalam Nuh
(2010: 1)
7
Keseluruhan keterampilan ilmiah yang dimaksud Indrawati tersebut di
atas mencakup keterampilan kognitif, manual, dan sosial. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh Rustaman (2003: 3) bahwa,
kan keterampilan-keterampilan
Keterampilan proses sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa
dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan
menghasilkan produk-produk sains. Selain itu, keterampilan proses
sains dianggap sebagai sejumlah keterampilan yang dibentuk oleh
komponen-komponen metode sains/scientific methods.
Keterampilan proses dalam pengajaran sains merupakan suatu model
atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam
tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Funk (1985) dalam
Dimyati dan Mudjiono (2002: 140) mengutarakan bahwa:
berbagai keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi duayaitu keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan ter-integrasi (integarted skill). Keterampilan proses dasar meliputikegiatan yang berhubungan dengan observasi, klasifikasi, pengu-kuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Keterampilan terintegrasiterdiri atas: mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik, diskripsihubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidik-an, hipotesis ekperimen.
Rezba dan Wetzel dalam Mahmuddin (2010: 3) menyebutkan bahwa
keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan ter-
tentu, yaitu:
(1) Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untukmencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek,sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain; (2) Klasifikasi, prosespengelompokan dan penataan objek; (3) Mengukur, membanding-
8
kan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui,seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran; (4) Komunika-si, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lainuntuk berbagi temuan; (5) Menyimpulkan, membentuk ide-ideuntuk menjelaskan pengamatan; (6) Prediksi, mengembangkansebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.
Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landas-
an berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan
bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit
dan kompleks.
Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih mem-
bentuk keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses terpadu
(terintegrasi) diuraikan oleh Weztel dalam Mahmuddin (2010: 4) sebagai
berikut:
Keterampilan proses terpadu meliputi: (1) merumuskan hipotesis,membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitiansebelumnya atau penyelidikan; (2)mengidentifikasi variabel,penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen,dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan; (3) membuatdefenisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untukmenggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkankarakteristik diamati; (4) percobaan, melakukan penyelidikan danmengumpulkan data; (5) interpretasi data, menganalisis hasilpenyelidikan.
Banyaknya keterampilan yang saling berkaitan dan berkesinambungan
dalam suatu proses pembelajaran sains hingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai, menjadi dasar mengapa melatih/mengembangkan keterampilan
proses sains dalam pembelajaran sains itu penting. Menurut Indrawati
(1999: 28), hal itu penting karena,
a) Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya,
9
b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukanpenemuan,
c) Meningkatkan daya ingat,d) Memberikan kepuasan instrinstik bila anak telah melakukan
sesuatu,e) Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.
Sedangkan menurut Semiawan (1992: 14-15) bahwa terdapat empat alas-
an mengapa pendekatan keterampilan proses sains diterapkan dalam
proses belajar mengajar sehari-hari, yaitu,
a) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsungsemakin cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkansemua konsep dan fakta pada siswa,
b) Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contohyang konkret,
c) Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologitidak bersifat mutlak 100 %, tapi bersifat relatif,
d) Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidakterlepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anakdidik.
Dengan demikian, adanya keterampilan proses sains akan menyebabkan
belajar siswa menjadi lebih bermakna sehingga siswa akan mudah dalam
mempelajari konsep-konsep sains serta lebih bisa memahami daripada
sekedar menghafal. Akan tetapi terdapat beberapa hal yang memengaruhi
keterampilan proses sains yang dituntut untuk dimiliki siswa, di antara-
nya yaitu perbedaan kemampuan siswa secara genetik, kualitas guru serta
perbedaan strategi guru dalam mengajar.
Longfield (2003) dalam Nurohman (2010) membagi keterampilan
proses sains menjadi tiga tingkatan, yaitu Basic, Intermediate, dan
Edvanced.
10
Tabel 2.1. Klasifikasi Keterampilan Proses Sains (diadaptasi dari
Longfield)
Klasifikasi Keterampilan Proses Sains
Basic
Mengobservasi Menggunakan indera untuk mengumpulkan
informasi.
Membandingkan Menemukan persamaan dan perbedaan antara dua
objek/kejadian.
Mengklasifikasikan Mengelompokkan objek atau ide dalam kelompok
atau ketegori berdasarkan bagian-bagiannya.
Mengukur Menentukan ukuran objek atau kejadian dengan
menggunakan alat ukur yang sesuai
Mengkomunikasikan Menggunakan lisan, tulisan, atau grafik, untuk
menggambarkan kejadian, aksi atau objek.
Membuat Model Membuat grafik, tulisan, atau untuk menjelas-
kan ide, kejadian, atau objek
Membuat Data Menulis hasil observasi dari objek atau
kejadian menggunakan gambar, kata-kata,
maupun angka.
Intermediate
Inferring/menduga Membuat pernyataan mengenai hasil observasi
yang didukung dengan penjelasan yang msuk
akal.
Memprediksi Menerka hasil yang akan terjadi dari suatu
kejadian berdasarkan observasi dan biasanya
pengetahuan dasar dari kejadian serupa
Advanced
Membuat hipotesis Membuat pernyataan mengenai suatu
permasalahan dalam bentuk pertanyaan
Merancang
Percobaan
Membuat prosedur yang dapat menguji
hipotesis
11
Klasifikasi Keterampilan Proses Sains
Menginterpretasikan
Data
Membuat dan menggunakan tabel, grafik atau
diagram untuk mengorganisasikan dan
menjelaskan informasi.
Adapun menurut Indrawati (1999) dalam Nuh (2010: 2) KPS dan
indikatornya adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2. Aspek KPS Dan Indikatornya
KPS Indikator
Melakukanpengamatan(observasi)
1. Mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda
2. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaanyang nyata pada objek atau peristiwa
3. Membaca alat ukur
4. Mencocokan gambar dengan uraian tulisn /benda
Menafsirkanpengamatan(interpretasi)
1. Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkanhasil pengamatan
2. Menafsirkan fakta atau data menjadi suatupenjelasn yang logis
Mengelompokkan(klasifikasi)
1. Mencari perbedaan atau persamaan,mengontraskan ciri-ciri, membandingkandan mencari dasar penggolongan.
Meramalkan(prediksi)
1. Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yangbelum terjadi berdasarkan suatukecendrungan/ pola yang sudah ada.
Berkomunikasi 1. Mengutarakan suatu gagasan
2. Menjelaskan penggunaan data hasilpenginderaan secara akurat suatu objek ataukejadian
3. Mengubah data dalam bentuk tabel kedalambentuk lainnya misalnya grafik, peta secara
12
KPS Indikator
akurat.
Berhipotesis 1. Hipotesis merupakan dugaan sementaratentang pengaruh variabel amnipulasiterhadap variabel respon. Hipotesismenyatakan penggambaran yang logis darisuatu hubungan yang dapat diuji melaluieksperimen.
Merencanakanpercobaan/penyelidikan
1. Menentukan alat dan bahan, menentukanvariabel atau peubah yang terlibat dalamsuatu percobaan, menentukan variabel ter-ikat dan variabel bebas, menentukan apayang diamati, di ukur/ ditulis, serta menen-tukan cara dan langkah kerja termasukketerampilan merencanakan penelitian.
Menerapkan subkonsep/prinsip
1. Menggunakan subkonsep yang telah dipela-jari dalam situasi baru, menggunakan subkonsep / prinsip pada pengalaman baruuntuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.
Keterampilan Proses Sains (KPS) dapat diukur/ dinilai. Menurut
Mahmuddin (2011: 4), Penilaiannya dapat dilakukan secara tes maupun
non tes.
Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis(paper and pencil test). Sedangkan penilaian melalui bukan tesdapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Pe-nilaian secara tertulis terhadap KPS dapat dilakukan dalam bentukessai dan pilihan ganda. Pertanyaan yang disusun dalam bentukpertanyaan konvergen dan pertanyaan divergen. Penilaian dalambentuk essai memerlukan jawaban yang berupa pembahasan atauuraian kata-kata. Jawaban yang dituliskan oleh siswa akan lebihbersifat subjektif, yang berarti menggambarkan pemahaman yanglebih indiviualistik. Sementara itu, penilaian keterampilan prosessains melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasiatau pengamatan. Pengamatan dalam penilaian ini dapat dilakukansecara langsung maupun tidak langsung. Selama proses kegiatanpembelajaran sains dilaksanakan, guru dapat melakukan penilaiandengan mengamati perilaku siswa secara langsung dalammenunjukkan kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki.
13
Selain itu, hasil-hasil pekerjaan tugas siswa atau produk hasilbelajar siswa juga dapat diamati untuk menilai keterampilan prosessiswa secara integrative.
Berkenaan dengan hal tersebut, Arikunto (2008) menjelaskan,
Penilaian keterampilan proses dengan melalui bukan tes diperlukanlembar pengamatan yang lebih rinci untuk menilai perilaku yangdiharapkan. Lembar pengamatan ini dapat berupa rubrik, daftarchek atau skala bertingkat. Menilai siswa dengan menggunakanrubrik, dapat mendeterminasikan kemampuan siswa berdasarkankriteria-kriteria yang ditetapkan. Rubrik penilaian memuat kriteriaesensial terhadap tugas atau standar keterampilan proses sainsserta level unjuk kerja yang tepat terhadap setiap kriteria
Bajah dalam Mahmuddin (2011: 5) menyatakan bahwa penilaian dalam
keterampilan proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibanding-
kan dengan teknik observasi. Namun demikian, menggunakan kombinasi
kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian
terhadap keterampilan proses sains. Widodo dalam Mahmuddin (2010)
merilis cara membuat instrumen penilaian KPS seperti berikut ini.
1) Mengidentifikasikan jenis KPS, ada 11 yakni: mengamati,mengklasifikasikan, menafsirkan, memprediksi, berkomuni-kasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, merenca-nakan persobaan/penyelidikan, menggunakan alat/bahan/sumber, menerapkan konsep, melaksanakan penyelidikan/percobaan.
2) Merumuskan indikator untuk setiap jenis KPS.3) Menentukan dengan cara bagaimana KPS tersebut diukur
(misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).4) Membuat kisi-kisi instrumen5) Mengembangkan instrumen pengukuran KPS berdasarkan kisi-
kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkankonteks dalam item tes KPS, kedalaman KPS (untuk siapa tesini?)
6) Melakukan validasi isi kepada ahli7) Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan
reliabilitas empiris.8) Perbaikan butir-butir yang belum valid.9) Terapkan sebagai asesmen KPS dalam pembelajaran sains.
14
Berdasarkan uraian cara penilaian KPS tersebut di atas, pada penelitian
ini penilaian KPS siswa cukup dilakukan hanya dengan menggunakan
teknik bukan tes, yakni dengan mengobservasi menggunakan lembar
observasi. Terlampir pada lampiran 9.
2. Hasil Belajar
Setelah melakukan perbuatan belajar, maka seseorang akan memperoleh
suatu hasil yang disebut hasil belajar, seperti pernyataan Djamarah dan
Zain (2006), Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil
Hal senada juga disampaikan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006),
belajar adalah hasil dari suatu interaksi atas tindak belajar dan tindak
Sukardi dalam Amali (2001: 34) menyatakan bahwa,
Hasil belajar merupakan pencapaian pertumbuhan siswa dalamproses belajar mengajar. Pencapaian belajar ini dapat dievaluasidengan menggunakan pengukuran. Menurut pendapat Sukardi ini,untuk mengetahui hasil belajar maka perlu dilakukan evaluasi.Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan cara memerintahkansiswa mengerjakan soal, menilai kegiatan siswa dalam kegiatanpraktikum, menilai hasil laporan yang dikerjakan siswa dan cara-cara lain untuk mengukur hasil belajar tersebut.
Lebih lanjut, Hamalik dalam Amali (2001: 34) berpendapat bahwa;
Hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar akan terjadiperubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidaktahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
15
Berdasarkan beberapa definisi di atas, hasil belajar berarti perolehan
yang telah dicapai dari apa yang dikerjakan/diusahakan selama proses
belajar berlangsung. Hasil belajar ini berupa terjadinya perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Lantas seperti apa bentuk hasil belajar tersebut, apakah hanya sebatas
berubah dari tidak tahu menjadi tahu saja. Hamalik dalam Amali (2001:
35) menyatakan bahwa Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan
tingkah laku manusia yang terdiri dari se . Aspek tersebut
selanjutnya dikelompokkan ke dalam bagian-bagian tertentu yang disebut
ranah. Selanjutnya, Winkel (1999) Ada tiga ranah hasil
belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik
Senada dengan dua pendapat tersebut di atas, lebih terperinci lagi dijelas-
kan oleh Bloom dalam Dimyati (2002: 26), ada tiga taksonomi yang
dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat
belajar, yaitu;
a. Ranah Kognitif, terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: ingatan,pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah Afektif, terdiri dari lima perilaku, yaitu penerimaan,partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, danpembentukan pola hidup.
c. Ranah Psikomotor, terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu per-sepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa,gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas.
Enam jenis perilaku yang disebutkan pada ranah kognitif di atas adalah
rincian dari taksonomi Bloom versi lama. Krathwohl dalam Wulan
(2009) menjelaskan bahwa, konsep taksonomi Bloom telah mengalami
16
revisi atau perbaikan. Perubahannya dapat dilihat pada Tabel 2.3. berikut
ini.
Tabel 2.3. Revisi Taksonomi Bloom
TaksonomiBloomlama
C1(Penge-tahuan)
C2(Pema-haman)
C3(Apli-kasi)
C4(Anali-
sis)
C5(Sinte-
sis)
C6(Evalu-
asi)
Taksonomi Revisi
C1(Mengi-
ngat)
C2(Mema-hami)
C3(Meng-
aplikasikan)
C4(Menga-nalisis)
C5(Menge-valuasi)
C6(Men-cipta)
Berdasarkan tabel revisi taksonomi Bloom tersebut, ada dua aspek yang
dihilangkan/diganti yakni aspek pengetahuan dan sintesis. Aspek penge-
tahuan diganti dengan aspek mengingat, kemudian aspek sintesis diganti
dengan aspek evaluasi (yang sebelumnya berada pada C6) untuk kemudi-
an pada C6 yang kosong akibat pindahnya aspek evaluasi ke C5, diganti
dengan aspek mencipta/berkreasi.
Namun demikian, keenam aspek/kategori tersebut tetap saja merupakan
suatu hirarkis (berurutan dari yang terendah ke yang tertinggi), dari C1
hingga C6, sesuai dengan Taksonomi Bloom versi lama yang digambar-
kan dalam bentuk Piramida. Piramida Taksonomi Bloom yang dimaksud
dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut.
Gambar 2.1. Klasifikasi Aspek Kognitif
C1
C2
C3
C4
C5
C6
17
(Dimyati, 2002: 26)
Selanjutnya, klasipikasi aspek kognitif taksonomi Bloom yang telah
direvisi tersebut di atas dijelaskan dengan detail pada Tabel 2.3.
berikut ini.
Tabel 2.4. Uraian Taksonomi Bloom Revisi
Aspek Indikator Keterangan
Mengingat Mengenali,menyebutkan,menyadari,menghafalkan,mengingat.
Dapat menyatakan kembali fakta,konsep, prinsip, prosedur atauistilah yang telah dipelajari tanpaharus memahami atau dapatmenggunakannya
Memahami Menafsirkan,meringkas, men-jelaskan, membericontoh, memper-kirakan.
Dapat memahami yang berartimengetahui tentang sesuatu haldan dapat melihatnya daribeberapa segi.
Mengaplikasikan
Menerapkan, memilih,menjalankan,mengimplementasikan
Dapat menggunakan prinsip,teori, hukum, aturan, maupunmetode yang dipelajari padasituasi baru atau pada situasikonkret.
Menganalisis Menguraikan, meng-organisir, mem-bandingkan,membedakan,menemukan maknatersirat.
Dapat memilah suatu integritasmenjadi unsur atau bagian-bagiansehingga jelas susunannya.
Evaluasi Menafsirkan,memutuskan,memeriksa,mengkritik,
Dapat melakukan penilaianterhadap situasi, nilai-nilai danide-ide.
Membuatkreasi
Merumuskan, meren-canakan, mempro-duksi.
Dapat merumuskan suatumasalah, merencanakan suatukegiatan pemecahan masalah,serta memproduksi sesuatu.
Ditilik dari uraian di atas, penulis berpendapat bahwa setelah melak-
sanakan aktivitas belajar, siswa akan memperoleh sesuatu yang baru
18
yang disebut hasil belajar. Hasil belajar tersebut diklasifikasikan ke
dalam 3 (tiga) ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ketiga ranah tersebut dapat diteliti dan diukur secara terpisah dengan
teknik dan instrumen yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, peneli-
tian ini meneliti semua ranah yang ada, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik, namun terbatas hanya pada aspek-
aspek tertentu saja yakni,
a. Ranah Kognitif terbatas hanya pada aspek pemahaman, penerap-
an dan evaluasi;
b. Ranah afektif terbatas hanya pada aspek partisipasi serta penilai-
an dan penentuan sikap saja serta
c. Ranah psikomotoriknya terbatas pada aspek gerakan terbimbing,
gerakan terbiasa, dan kreativitas.
3. Metode Eksperimen
Roestiyah (2001: 80) menganggap bahwa,
Metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswamelakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya,serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil pengamatanitu disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru.
Sementara itu, Djamarah (2002: 95) menyatakan bahwa,
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswamelakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendirisesuatu yang dipelajari.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diartikan bahwa metode ekspe-
rimen adalah cara teratur dan tersistem yang dilakukan dengan membuat/
melaksanakan percobaan secara mandiri untuk membuktikan kebenaran
19
sesuatu (teori, ilmu dsb). Pada penelitian ini, Metode Eksperimen dipilih
untuk membelajarkan materi pelajaran fisika pada pokok Besaran dan
Satuan, yang didasarkan atas beberapa aspek. Aspek yang dimaksud di
antaranya adalah tujuan yang terkandung dalam metode eksperimen, hal-
hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen, dan
dampak/implikasi yang timbul akibat diterapkannya metode eksperimen.
Menurut Sumantri dan Permana dalam Agan (2011), tujuan metode
eksperimen di antaranya.
a. Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta,informasi atau data yang diperoleh;
b. Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melak-sanakan dan melaporkan percobaan;
c. Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktifuntuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yangterkumpul melalui percobaan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperi-
men menurut Hurrahman (2011) adalah sebagai berikut.
a. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan,b. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan
eksperimen,c. Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu
diberikan pengarahan tentang petunjuk dan langkah-langkahkegiatan eksperimen yang akan dilakukan,
d. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individumelakukan percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnyabelum memuaskan dapat diulangi lagi untuk membuktikankebenarannya, dan
e. Setiap individu atau kelompok dapat melaporkan hasilpekerjaannya secara tertulis.
Sedangkan Djamarah (2002: 95-96) menyatakan bahwa,
Dengan penerapan metode eksperimen siswa terlatih berpikirilmiah, kreatif, bertanggung jawab, memperoleh pengalaman,keterampilan dan ilmu pengetahuan yang diperlukannya. Pembel-
20
ajaran dengan metode eksperimen memberikan kesempatan ke-pada siswa untuk melakukan kegiatan percobaan, baik secara per-seorangan maupun secara kelompok dalam memahami konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kegiatan eksperimenmerupakan wahana pembelajaran yang dapat digunakan untukmeningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorpeserta didik berdasarkan prinsip Learning by doing.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa metode
eksperimen sangat cocok untuk membelajarkan fisika yang tiap materi
pembelajarannya beranjak dari penomena kehidupan sehari-hari. Namun
demikian, dalam pelaksanaannya kita harus memperhatikan/membuat
berbagai tahapan-tahapan yang harus dikerjakan agar pelaksanaannya
berjalan dengan lancar dan berhasil.
4. Inkuiri dan Inkuiri Terbimbing
a. Inkuiri
Inkuiri merupakan salah satu dari sekian banyak contoh model
pembelajaran yang ada. Soleh (2011) menyatakan bahwa inkuiri
berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan.
Herdian (2010) menyatakan bahwa,
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta,atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan,mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Pembel-ajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagisiswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual(kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikirreflektif.
Pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk men-
cari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga
21
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri. Gulo dalam Trianto (2007)
Berdasarkan uraian definisi di atas dapat diartikan bahwa inkuiri
adalah salah satu model pembelajaran yang mengedepankan keikut-
sertaan dan keterlibatan siswa secara aktif pada suatu proses pembel-
ajaran, dimana di dalamnya terdapat berbagai kegiatan seperti ber-
tanya, mencari informasi, dan menyelidiki, untuk menemukan se-
suatu (jawaban atas pertanyaan, jawaban atas ketidak percayaan
yang keluar dari diri sendiri dsb).
Sebelum melaksanakan pembelajaran inkuiri, seorang guru harus
tahu terlebih dahulu langkah yang harus dilakukan. Untuk itu,
Sanjaya (2008: 202) mengungkapkan bahwa pembelajaran inkuiri
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
1) Orientasi. Pada tahap ini guru melakukan langkah untukmembina suasana atau iklim pembelajaran yangkondusif. Hal-hal yang dilakukan dalam tahap orientasiini adalah.a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa;b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Padatahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri sertatujuan setiap langkah, mulai dari langkah meru-muskan masalah sampai dengan merumuskankesimpulan, dan
c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan moti-vasi belajar siswa.
2) Merumuskan masalah, merupakan langkah membawasiswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menan-tang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-tekidalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswadidorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses men-
22
cari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembela-jaran inkuiri, karena melalui proses tersebut siswa akanmemperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagaiupaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3) Merumuskan hipotesis, hipotesis adalah jawabansementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagaijawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untukmengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis)pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagaipertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapatmerumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskanberbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatupermasalahan yang dikaji.
4) Mengumpulkan data, adalah aktifitas menjaring informa-si yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diaju-kan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan datamerupakan proses mental yang sangat penting dalampengembangan intelektual. Proses pemgumpulan databukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalambelajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dankemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5) Menguji hipotesis, adalah menentukan jawaban yangdianggap diterima sesuai dengan data atau informasiyang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Mengujihipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan ber-pikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberi-kan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapiharus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat di-pertanggung jawabkan.
6) Merumuskan kesimpulan, adalah proses mendeskripsi-kan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujianhipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akuratsebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa datamana yang relevan.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran inkuiri tersebut di atas
selanjutnya dijadikan sintaks pembelajaran inkuiri. Sintaks pembela-
jaran inkuiri terbimbing ditampilkan pada Tabel 2.4. berikut ini.
Tabel 2.5. Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Tahapan Tingkah Laku Guru
Tahap 1 : Mengobservasiuntuk menemukan
Guru menyajikan kejadian atau fenome-na yang memungkinkan siswa menemu-
23
Tahapan Tingkah Laku Guru
masalah kan masalah.
Tahap 2 : Merumuskanmasalah
Guru mengarahkan siswa merumuskanmasalah penelitian berdasarkan kejadiandan fenomena yang disajikannya.
Tahap 3 : Mengajukanhipotesis
Guru mengarahkan siswa untuk menga-jukan hipotesis terhadap masalah yangtelah dirumuskannya.
Tahap 4 : Merencanakanpemecahanmasalah
Guru mengarahkan siswa untuk merenca-nakan pemecahan masalah, membantumenyiapkan alat dan bahan yang diperlu-kan dan menyusun prosedur kerja yangtepat.
Tahap 5 : Melaksanakanpemecahan masalah
Selama siswa bekerja, guru mengarah-kan dan memfasilitasi
Tahap 6 : MelakukanPengamatan danpengumpulandata
Guru membantu siswa melakukanpengamatan tentang hal-hal yangpenting dan membantu mengumpulkandan mengorganisasi data.
Tahap 7 : Menganalisis data Guru membantu siswa menganalisis datasupaya menemukan suatu konsep.
Tahap 8 : Menarikkesimpulan danPenemuan
Guru mengarahkan siswa mengambilkesimpulan berdasarkan data danmenemukan sendiri konsep yang inginditanamkan.
(Fatoni, 2011)
Selain memiliki langkah-langkah kegiatan, pembelajaran inkuiri juga
mememiliki beberapa ciri utama. Sanjaya dalam Amali (2001: 23)
menyatakan bahwa,
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembela-jaran inkuiri, di antaranya; (1) Menekankan kepada aktivitassiswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, arti-nya pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjekbelajar; (2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkanuntuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yangdipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkansikap percaya diri (self belief). Artinya, pembelajaran inkuiribukan menempatkan guru sebagai sumber belajar, akan tetapisebagai fasilitator dan motivator siswa dan (3) Tujuan dari
24
penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkankemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.Akibatnya, dalam pembelajaran inkuiri, siswa tidak hanyadituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimanamereka dapat menggunakan kompetensinya.
b. Inkuiri Terbimbing
Sanjaya dalam Herdian (2011) membagi pendekatan inkuiri menjadi
tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau
besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Dari
ketiga jenis inkuiri yang dimaksud, salah satunya adalah inkuiri
terbimbing. Inkuiri terbimbing merupakan pendekatan inkuiri
dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan
memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi.
Masih menurut Sanjaya dalam Herdian (2011), hal-hal yang harus
difahami berkenaan dengan inkuiri terbimbing adalah,
1) Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan per-masalahan dan tahap-tahap pemecahannya.
2) Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswayang kurang berpengalaman belajar dengan pendekataninkuiri.
3) Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih berorientasipada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapatmemahami konsep-konsep pelajaran.
4) Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusikelompok maupun secara individual agar mampumenyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulansecara mandiri.
Berdasarkan uraian di atas, inkuiri terbimbing merupakan salah satu
dari tiga jenis pembelajaran inkuiri, yakni inkuiri terbimbing; inkuiri
25
bebas dan inkuiri bebas yang dimodifikasi. Ketiga jenis inkuiri
tersebut dibedakan berdasarkan besarnya intervensi yang diberikan
oleh guru terhadap muridnya pada pelaksanaan pembelajarannya.
Inkuiri terbimbing adalah jenis inkuiri yang tingkat intervensi yang
diberikan oleh guru lebih besar dibandingkan dengan jenis inkuiri
yang lainnya. Namun demikian, langkah-langkah pembelajarannya
sama saja, yang berbeda hanya pada instrumen pembelajarannya saja
yang memungkinkan guru bisa mengatur seberapa besar intervensi
yang harus diberikan.
5. Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbingsebagai salah satu bentuk Model Pembelajaran tersendiri
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI) secara terpisah dijelaskan bahwa
model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan
dibuat atau dihasilkan. Sedangkan pembelajaran berarti proses, cara,
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. (Depdiknas,
2008: 23 & 1034)
Sementara itu, Akhmad Sudrajad (2008) menyatakan bahwa,
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang ter-gambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas olehguru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkusatau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, teknik,dan taktik pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, model pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu contoh, pola atau acuan tentang bagaimana menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar. Dengan kata lain, model pembelajaran
adalah suatu acuan pembelajaran yang digagas dan dikonsep oleh guru
26
untuk mengemas sajian pembelajaran agar materi pembelajaran yang
akan disampaikan benar-benar tersaji dengan baik dan benar. Jika demi-
kian, dengan menyatukan metode eksperimen dan model pembelajaran
inkuiri terbimbing menjadi satu kesatuan dengan menempatkan inkuiri
terbimbing sebagai bentuk pendekatan guna melaksanakan metode
eksperimen, ini berarti akan terbentuk suatu model pembelajaran
tersendiri.
B. Kerangka Pikir
Ketidak selarasan antara teori yang menyatakan penting bagi guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran dengan mengedepankan terlatihnya KPS
siswa karena KPS dianggap sebagai modal bagi siswa untuk dapat mengguna-
kan metode ilmiah dalam mempelajari atau bahkan mengembangkan sains
guna memperoleh pengetahuan baru, dengan praktik yang ada di lapangan,
membuat kita patut bertanya ada apa sebenarnya yang terjadi. Untuk itu perlu
adanya suatu tindakan nyata guna mengetahui bagaimana peranan KPS ter-
hadap hasil belajar fisika siswa. Masalahnya, model pembelajaran seperti apa
yang harus diterapkan?
KPS pada pembelajaran fisika diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan
siswa untuk melakukan berbagai kegiatan yang mesti dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung, misalnya melakukan pengamatan, meng-
interpretasi data, mengelompokkan, memprediksi, berkomunikasi, berhipote-
sis, merencanakan percobaan, dan menerapkan prinsip.
27
Metode eksperimen adalah cara mengajar yang di dalamnya terdapat
kegiatan-kegiatan eksperimen/percobaan. Sedangkan inkuiri terbimbing
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengedepankan keikutsertaan
dan keterlibatan siswa secara aktif, dimana di dalamnya terdapat berbagai
kegiatan seperti bertanya, mencari informasi, dan menyelidiki untuk mene-
mukan sesuatu (jawaban atas masalah yang sedang dieksperimenkan).
Penerapan metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing pada
suatu pembelajaran diharapkan dapat dengan maksimal melatih/mengem-
bangkan KPS siswa hingga pada akhirnya selaras dengan pandangan
pandangan konstruktivistik yang mengganggap bahwa belajar tidak hanya
sekedar mengingat.
Atas dasar itulah peneliti mengadakan penelitian untuk meneliti pengaruh
KPS terhadap hasil belajar fisika siswa pada siswa kelas X1 SMA Negeri 1
Punduh Pedada melalui Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri
Terbimbing. Bertindak sebagai variabel bebas adalah KPS (selanjutnya
disebut X), dan sebagai variabel terikatnya adalah Hasil Belajar (selanjutnya
disebut Y). Sedangkan variabel kontrolnya adalah model pembelajaran, yakni
Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing.
Hubungan antar variabel tersebut dituangkan dalam bentuk kerangka pemi-
kiran, dan dapat dilihat pada Gambar 2.2. berikut ini.
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Keterampilan ProsesSains (KPS)
(X)
Hasil Belajar Fisika
(Y)
Metode EksperimenDengan PendekatanInkuiri Terbimbing
28
C. Anggapan Dasar
1. Semua siswa kelas X semeseter ganjil SMAN 1 Punduh Pedada
Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012-2013 memperoleh materi
yang sama dan sesuai dengan tingkat satuan pendidikan,
2. Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada pelajaran fisika secara
keseluruhan adalah berbeda, dan
3. Faktor-faktor lain diluar penelitian diabaikan.
D. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara atas suatu soal yang
masih ragu-ragu dan perlu diuji kebenarannya melalui penelitian. Sehubungan
dengan hal tersebut maka hipotesis yang kami ajukan dalam penelitian ini
adalah;
H1 : Ada pengaruh Keterampilan Proses Sains (KPS) terhadap hasil
belajar fisika siswa melalui Metode Eksperimen Dengan Pendekatan
Inkuiri Terbimbing, untuk materi pembelajaran Besaran Dan Satuan.
H2 : Penerapan metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing
pada pembelajaran yang bertujuan untuk melatih/mengembangkan
KPS siswa sekaligus meningkatkan hasil belajar fisika siswa sangat
efektif.