idntifikasi tlg

32
Biologi Tulang Manusia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Secara definisi disebutkan bahwa ilmu kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran unuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan. Untuk kepentingan visum et repertum (VER), ketika dokter memeriksa jenazah maka identifikasi pada jenazah tetap dilakukan sekalipun jenazah tersebut dikenal. Dalam bidang kedokteran forensik peranan identifikasi sangatlah penting pada korban yang telah meninggal, hal ini oleh karena setelah dilakukan identifikasi setipa jenazah untuk kepastian identitas, barulah kemudian pemeriksaan dapat dilanjutkan pada tingkat berikutnya. Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa kesejahteraan bagi umat manusia, pada kenyataannya juga menimbulkan berbagai akibat yang tidak diharapkan. Salah satu diantara akibat yang tidak diharapkan tersebut adalah meningkatnya kuantitas maupun kualitas mengenai cara atau teknik pelaksanaan tindak pidana, khusunya yang berkaitan dengan upaya pelaku tindak pidana dalam usaha meniadakan sarana bukti, sehingga tidak jarang dijumpai kesulitan bagi para petugas hukum untuk mengetahui korban

Upload: pan-jessica

Post on 29-Oct-2015

77 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

REFREAT

TRANSCRIPT

Page 1: Idntifikasi Tlg

Biologi Tulang Manusia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Secara definisi disebutkan bahwa ilmu kedokteran forensik

adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari

pemanfaatan ilmu kedokteran unuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan.

Untuk kepentingan visum et repertum (VER), ketika dokter memeriksa jenazah maka

identifikasi pada jenazah tetap dilakukan sekalipun jenazah tersebut dikenal. Dalam

bidang kedokteran forensik peranan identifikasi sangatlah penting pada korban yang

telah meninggal, hal ini oleh karena setelah dilakukan identifikasi setipa jenazah

untuk kepastian identitas, barulah kemudian pemeriksaan dapat dilanjutkan pada

tingkat berikutnya. Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dewasa ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa

kesejahteraan bagi umat manusia, pada kenyataannya juga menimbulkan berbagai

akibat yang tidak diharapkan. Salah satu diantara akibat yang tidak diharapkan

tersebut adalah meningkatnya kuantitas maupun kualitas mengenai cara atau teknik

pelaksanaan tindak pidana, khusunya yang berkaitan dengan upaya pelaku tindak

pidana dalam usaha meniadakan sarana bukti, sehingga tidak jarang dijumpai

kesulitan bagi para petugas hukum untuk mengetahui korban dan atau pelakunya.

Dalam proses penyidikan suatu tindak pidana, mengetahui identitas korban

merupakan suatu hal yang mempunyai arti sangat penting, yaitu sebagai langkah awal

penyidikan yang harus dibuat jelas lebih dahulu sebelum dapat dilakukan langkah-

langkah selanjutnya dalam proses penyidikan tersebut. Apabila identitas korban tidak

dapat diketahui, maka sebenarnya penyidikan menjadi tidak mungkin dilakukan.

Selanjutnya apabila penyidikan tidak sampai menemukan identitasnya identitas

korban, maka dapat dihindari adanya kekeliruan dalam proses peradilan yang dapat

berakibat fatal. Makalah ini bertujuan membahas berbagai hal mengenai identifikasi

forensik khususnya mengenai penentuan umur tulang meliputi: strukturtulang,

pengertian, arti penting, macammacam pemeriksaan dan cara atau metode serta sistem

identifikasi. Hal-hal demikian diperlukan untuk memperoleh pemahaman pemahaman

dalam penanganan dan pemeriksaan identifikasi yang komprehensif.

1

Page 2: Idntifikasi Tlg

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. DEFINSI1 Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan

membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal

sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan

identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya

kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Peran ilmu kedokteran

forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak,

membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang

mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau

kerangka.Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain

seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas

seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan

memberikan hasil positif (tidak meragukan). II.2 METODE IDENTIFIKASI3,5

Dalam pelayanan identifikasi forensik berbagai macam pemeriksaan dapat digunakan

sebagai sarana identifikasi. Berdasarkan penyelenggaraan penanganan

pemeriksaannya, maka saranasarana identifikasi dapat dikelompokkan: 1. Sarana

identifikasi konvensional, yaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang

biasanya sudah dapat diselenggarakan penanganannya oleh pihak polisi 2. Sarana

identifikasi medis, yaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang

diselenggarakan penanganannya oleh pihak medis, yaitu apabila pihak polisi penyidik

tidak dapat menggunakan sarana identifikasi konvensional atau kurang memperoleh

hasil identifikasi yang meyakinkan, antara lain: a. Pemeriksaan ciri-ciri tubuh yang

spesifik maupun yang non-spesifik secara medis melalui pemeriksaan luar dan dalam

pada waktu otopsi. Beberapa ciri yang spesifik, misalnya cacat bibir sumbing atau

celah palatum, bekas luka atau operasi luar (sikatrik atau keloid), hiperpigmentasi

daerah kulit tertentu (toh), tahi lalat, tato, bekas fraktur atau adanya pin pada bekas

Page 3: Idntifikasi Tlg

operasi tulang atau juga hilangnya bagian tubuh tertentu dan lain-lain. Beberapa

contoh ciri non-spesifik antaralain misalnya tinggi badan, jenis kelamin, warna kulit,

warna serta bentuk rambut dan mata, bentuk-bentuk hidung, bibir dan sebagainya.

3

b. Pemeriksaan ciri-ciri gigi melalui pemeriksaan odontologis. c. Pemeriksaan ciri-ciri

badan atau rangka melalui pemeriksaan antropologis, antroposkopi dan antropometri.

d. Pemeriksaan golongan darah berbagai sistem: ABO, Rhesus, MN, Keel, Duffy,

HLA dan sebagainya. e. Pemeriksaan ciri-ciri biologi molekuler sidik DNA dan lain-

lain. Dikenal ada dua metode melakukan identifikasi yaitu secara membandingkan

dan secara rekonstruksi. Yang dimaksud dengan identifikasi membandingkan data

adalah identifikasi yang dilakukan dengan cara membandingkan antara data ciri hasil

pemeriksaan hasil orang tak dikenal dengan data ciri orang yang hilang yang

diperkirakan yang pernah dibuat sebelumnya. Pada penerapan penanganan identifikasi

kasus korban jenasah tidak dikenal, maka kedua data ciri yang dibandingkan tersebut

adalah data post mortem dan data ante mortem. Apabila identifikasi dengan cara

membandingkan data tidak dapat diterapkan, bukan berarti kita tidak dapat

mengidentifikasi. Apabila demikian halnya, kita masih dapat mencoba

mengidentifikasi dengan cara merekonstruksi data hasil pemeriksaan post-mortem ke

dalam perkiraan-perkiraan mengenai jenis kelamin, umur, ras, tinggi dan bentuk serta

ciri-ciri spesifik badan. Sebagai contoh: a. Dengan mengamati lebar-sempitnya tulang

panggul terhadap kriteria dan ukuran laki-laki dan perempuan, dapat diperkirakan

jenis kelaminnya. b. Dengan mengamai interdigitasi dutura-sutura tengkorak dan pola

waktu erupsi gigi, dapat diperkirakan umurnya. Pada kasus infantisid dengan

mengukur tinggi badan (kepala-tumit atau kepala-tulang ekor) dapat diperkirakan

umur bayi dalam bulan. c. Dengan formula matematis, dapat diperhitungkan perkiraan

tinggi badan individu dari ukuran barang bukti tulang-tulang panjangnya. d. Dengan

perhitungan indeks-indeks dan modulus kefalometri atau kraniometri, dapat

diperhitungkan perkiraan ras dan bentuk muka individu. e. Dengan ciri-ciri yang

spesifik, dapat menuntun kepada siapa individu yang memilikinya.

4

Page 4: Idntifikasi Tlg

II.4 JENIS – JENIS PEMERIKSAAN IDENTIFIKASI FORENSIK3,5,6 Identifikasi

dapat berupa orang masing hidup atau yang sudah meninggal dunia. Identifikasi

terhadap orang tak dikenal yang masing hidup meliputi : Penampilan umumm

(general appearance), yaitu : tinggi badan, berat badan, jenis kelamin,umur, warna

kulit, rambut dan mata. 1. Pakaian 2. Sidik jari 3. Jaringan parut 4. Tatoo 5. Kondisi

mental 6. Antropometri 1. Antropologik 1. 1. Definisi Antropologi merupakan bidang

studi sains tentang asal usul, prilaku, fisik, sosial dan pengembangan lingkungan

manusia. Antropologi forensik merupakan bidang ilmu untuk physical anthropologists

yang mengaplikasikan ilmunya dalam bidang biologi, sains, dan budaya dalam proses

hukum. Antropologi Forensik adalah pemeriksaan pada sisa-sisa rangka. Pemeriksaan

ini dapat dilakukan sebagai langkah pertama untuk menentukan apakah sisa-sisa

tersebut berasal dari manusia. Menurut American Board of Forensic Anthropology,

forensik antropologi adalah aplikasi ilmu pengetahuan dari antropologi fisik untuk

proses hukum. Identifikasi dari kerangka, atau sediaan lain dari sisa – sisa jasad

(dugaan manusia) yang tidak teridentifikasi penting untuk alasan hukum maupun

alasan kemanusiaan. Forensik antropologi mengaplikasikan tehnik sains sederhana

yang berdasarkan antropologi fisik untuk mengidentifikasi sisa – sisa jasad manusia

dan mengungkap tindak kejahatan. Antropologi forensik meliputi penggalian

arkeologis; pemeriksaan rambut, serangga, plant materials dan jejak kaki; penentuan

waktu kematian; facial reproduction; photographic superimposition; detection of

anatomical variants; dan analisa mengenai cedera masa lalu dan penanganan medis.

Namun, pada pelaksanaannya forensik antropologi terutama untuk menentukan

identitas jasad berdasar bukti yang tersedia, yaitu menentukan jenis kelamin,

perkiraan usia, bentuk tubuh, dan pertalian ras.

5

Gambar : Anatomi Rangka Manusia

6

Page 5: Idntifikasi Tlg

1.0 Tulang Manusia2,4 1.1 Biologi Tulang Manusia Tulang manusia berbeda dengan

tulang hewan dalam hal struktur, ketebalan, ukuran dan umur penulangan (osifikasi).

Setiap manusia memiliki 190 tulang, dan tulang ini dibedakan menjadi tulang

panjang, pendek, pipih dan tidak teratur. Tulang panjang kita dapati pada tangan dan

kaki seperti humerus, radius, ulna, femur, tibiadan fibula. Tulang pendek meliputi

tulang belikat/klavikula, metacarpal dan metatarsal (jari tangan dan kaki). Tulang

pipih terdapat pada tulang-tulang atap tengkorak seperti frontal, parietal dan occipital.

Tulang tidak teratur adalah tulang vertebra dan basis cranii. 1.2 Anatomi Tulang

Secara umum, rangka orang dewasa memiliki dua komponen struktur yang mendasar

yaitu tulang spongiosa dan kompakta/kortikal. Struktur kompakta/kortikal terdapat

pada bagian tepi tulang panjang meliputi permukaan eksternal. Pada bagian internal

tulang, terdapat struktur spongiosa seperti jala-jala sedangkan bagian tengah tulang

panjang kosong atau disebut cavitas medullaris untuk tempat sumsum tulang. Pada

persendian, tulang kompakta ditutupi oleh kartilago/tulang rawan sepanjang hidup

yang disebut tulang subchondral. Tulang subchondral pada persendian ini lebih halus

dan mengkilap dibanding tulang kompakta yang tidak terletak pada persendian.

Contohnya adalah pada bagian distal humerus atau siku. Selain itu, tulang

subchondral pada sendi juga tidak memiliki kanal Haversi. Pada tulang vertebra,

strukturnya porus dan dinamakan tulang trabecular atau cancellous. Daerah tulang

trabecular pada rangka yang sedang tumbuh memiliki tempat-tempat sumsum merah,

jaringan pembuat darah atau hemopoieticyang memproduksi sel-sel darah merah,

putih dan platelet. Sumsum kuning berfungsi terutama sebagai penyimpan sel-sel

lemak di kavitas medullaris pada tulang panjang, dikelilingi oleh tulang kompakta.

Selama pertumbuhan, sumsum merah digantikan secara progresif oleh sumsum

kuning di sebagian besar tulang panjang. Bagian-bagian tulang panjang yang panjang

dan silindris disebut diaphysis, sedangkan ujung proksimal dan distalnya terdapat

epiphysis dan metaphysis. Jadi, diaphysis adalah batang tulang panjang, epiphysis

adalah ujung akhir tulang panjang sedangkan metaphysis adalah ujung tulang panjang

yang melebar ke samping. Semasa hidup, bagian eksternal tulang yang tidak

berkartilago dilapisi oleh periosteum. Periosteum adalah membran dengan

vaskularisasi yang memberi nutrisi pada tulang. Bagian internal tulang dilapisi oleh

endosteum/membran seluler. Baik periosteum maupun endosteum adalah jaringan

osteogenik yang berisi sel-sel pembentuk tulang. Pada periosteum yang mengalami

trauma, sel-sel pembentuk tulang jumlahnya

Page 6: Idntifikasi Tlg

7

bertambah. Pada periostitis/trauma pada periosteum ditandai dengan pembentukan

tulang baru di permukaan eksternal tulang yang tampak seperti jala/trabekular. 1.3

Struktur Molekuler Tulang Tulang manusia dan hewan sama-sama terdiri atas

kolagen, molekul protein yang besar, yang merupakan 90% elemen organik tulang.

Molekul-molekul kolagen membentuk serabutserabut elastik pada tulang tapi pada

tulang dewasa, kolagen mengeras karena terisi bahan anorganik hydroxyapatite.

Kristal-kristal mineral ini dalam bentuk calcium phosphate mengisi matriks kolagen.

Serabut-serabut protein dan mineral ini membuat tulang memiliki dua sifat, yaitu

melunak seperti karet bila mineral anorganiknya rusak atau mengeras (bila direndam

dalam larutan asam); atau retak dan hancur bila kolagen/organiknya rusak (bila

direbus/dipanasi). 1.4 Histologi dan Metabolisme Tulang Histologi adalah studi

jaringan pada tingkat mikroskopik. Tulang imatur dan matur berbeda strukturnya.

Tulang imatur lebih primitif dalam istilah evolusi phylogenetiknya, berupa jaringan

ikat yang kasar dan seperti jala kolagen, polanya random dan tidak teratur

orientasinya. Tulang imatur lebih banyak memiliki osteocyte, biasanya terdapat pada

tulang yang menderita tumor, pada penyembuhan fraktur dan pada rangka embrionik.

Tulang kompakta tidak bisa diberi nutrisi melalui difusi permukaan pembuluh-

pembuluh darah, sehingga memerlukan sistem Haversi. Tulang trabekular lebih porus

dan menerima nutrisi dari pembuluh darah di sekitar ruang sumsum. Tulang dewasa

baik yang kompakta maupun trabekular secara histologis adalah tulang lamela.

Pemeriksaan makroskopik potongan melintang tulang kompakta umumnya

menunjukkan 4 sampai dengan 8 cincin konsentris yang dinamakan lamella haversi.

Pemeriksaan setiap lamella menunjukkan tumpukan paralel serabut kolagen. Serabut

kolagen pada lamela berikutnya berorientasi ke arah yang berbeda. Perbedaan arah

serabut-serabut kolagen ini menambah kekuatan struktur tulang. Setiap batang

potongan melintang tulang kompakta lamelar disebut sistem Haversi atau osteon

berukuran 0,3 mm diameternya dan 3-5 mm panjangnya. Inti sistem Haversi adalah

kanal Haversi dimana darah, limfe dan serabut saraf lewat. Kanal-kanal kecil

tambahan disebut kanalkanal Volkmann membelah jaringan tulang secara oblique

pada sudut runcing di permukaan periosteal dan endosteal untuk menghubungkan

kanal-kanal Haversi, membentuk jaringan yang menyuplai darah dan limfe ke sel-sel

Page 7: Idntifikasi Tlg

tulang panjang. Lubang-lubang kecil di dalam setiap lamela disebut lacunae. Setiap

lacunae mempunyai sel-sel tulang disebut osteocyte. Nutrisi ditransport ke sel-sel ini

melalui kanalikuli. Osteoblast adalah sel-sel tulang yang berfungsi untuk membentuk,

sintesis dan deposit materi tulang, biasanya terkonsentrasi di bawah periosteum.

Osteoblast membuat osteoid, matriks organik tak terkalsifikasi yang kaya kolagen.

Kalsifikasi tulang terjadi sebagai kristal-kr istal hydroxyapatite,

8

komponen anorganik tulang. Ketika osteoblast dikelilingi matriks tulang, disebut

osteocyte, selsel yang terletak di dalam lacunae dan bertanggung jawab memelihara

tulang. (Indriati, 2004) Osteoklas bertugas mereabsorbsi tulang. Pembentukan

kembali atau remodeling tulang terjadi pada tingkat seluler dimana osteoklas

mereabsorbsi jaringan tulang dan osteoblast membangun jaringan tulang. 1.5

Pertumbuhan Tulang Osteogenesis atau osifikasi terjadi pada dua lokasi:

intramembraneous (contohnya pada tulang frontal dan parietal) dan endochondral

(contohnya pada tulang iga, vertebra, basis cranii, tulang tangan dan kaki)., dimana

osifikasinya melalui fase kartilago. Pertumbuhan tulang meluas dari lokasi penetrasi

awal, yang menjadi foramen nutrisi. Membrana tipis bernama perichondrium

mengelilingi kartilago pada tulang panjang. Osteoblast di bawah perichondrium pada

tulang panjang fetus mulai mendeposit tulang di sekitar bagian luar batang kartilago.

Sekali hal ini terjadi, membran ini disebut periosteum, jaringan ikat berserabut yang

mendeposit tulang selapis demi selapis. Diameter tulang panjang meningkat, dan

osteoklas pada permukaan endosteal mereabsorbsi tulang sedangkan osteoblas pada

periosteum mendeposit tulang. Proses pertumbuhan pada tulang melebar (diametrik)

tulang panjang ini disebut pertumbuhan aposisional. Pertumbuhan memanjang tulang

panjang terjadi pada bidang piphyseal oleh karenanya lokasi ini disebut bidang

pertumbuhan yang terletak di antara metaphysis (pusat osifikasi primer) dan epiphysis

(pusat osifikasi sekunder). Pertumbuhan memanjang ini menjauhi bagian tengah

tulang yakni menuju proksimal dan menuju distal. Pertumbuhan memanjang tulang

panjang berhenti ketika metaphysis menyatu dengan epiphysis. Pada sebelas minggu

sebelum lahir, biasanya terdapat kurang lebih 800 pusat osifikasi. Pada waktu lahir

terdapat 450 pusat osifikasi. Pusat osifikasi primer muncul sebelum lahir dan pusat

osifikasi sekunder muncul sesudah lahir. Setelah dewasa, semua pusat osifikasi primer

Page 8: Idntifikasi Tlg

dan sekunder menyatu dan jumlah tulang menjadi 206 elemen. 2.1 Identifikasi

Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi) Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan

apakah potongan berasal dari manusia atau binatang. Bila berasal dari manusia,

ditentukan apakah potonganpotongan tersebut berasal dari satu tubuh. Untuk

memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan beberapa

pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan

pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin). Penentuan

juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan dan keterangan lain seperti cacat

tubuh, penyakit yang pernah diderita, status sosial ekonomi, kebiasaan-kebiasaan

tertentu dan sebagainya serta cara pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi.

9

Gambar : Ruang Lingkup Pemeriksaan Antropologi Forensik

2.2 Identifikasi Kerangka Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan membuktikan

bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan

umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat

dilakukan rekonstruksi wajah. Dicari pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan saat

kematian dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang. Pemeriksaan

terhadap pusat penulangan (osifikasi) dan penyatuan epifisis tulang sering digunakan

untuk perkiraan umur pada tahun-tahun pertama kehidupan. Pemeriksaan ini dapat

dilakukan menggunakan foto radiologis atau dengan melakukan pemeriksaan

langsung terhadap pusat penulangan pada tulang.

2.3 Perkiraan Umur

Pemeriksaan terhadap penutupan sutura pada tulang-tulang atap tengkorak guna

perkiraan umur sudah lama diteliti dan telah berkembang berbagai metode, namun

pada akhirnya hampir semua ahli menyatakan bahwa cara ini tidak akurat dan hanya

dipakai dalam lingkup dekade (umur 20-30-40 tahun) atau mid-dekade (umur 25-35-

45 tahun) saja. Pemeriksaan permukaan simfisis pubis dapat memberikan skala umur

dari 18 tahun hingga 50 tahun, baik yang dikemukakan oleh Todd maupun oleh

Mokern dan Stewart. Mokern dan Stewart membagi simfisis pubis menjadi 3

komponen yang masing-masing diberi nilai. Jumlah nilai tersebut menunjukkan umur

Page 9: Idntifikasi Tlg

berdasarkan sebuah tabel. Schranz mengajukan cara pemeriksaan tulang humerus dan

femur guna penentuan umur. Demikian pula tulang klavikula, sternum, tulang iga dan

tulang belakang mempunyai ciri yang dapat digunakan untuk memperkirakan

umur.Nemeskeri, Harsanyi dan Ascadi menggabungkan pemeriksaan penutupan

sutura endokranial, relief permukan simfisis pubis dan struktur

10

spongiosa humerus proksimal/epifise femur, dan mereka dapat menentukan umur

dengan kesalahan sekitar 2,55 tahun. Perkiraan umur dari gigi dilakukan dengan

melihat pertumbuhan dan perkembangan gigi (intrauterin, gigi susu 6 bulan-3 tahun,

masa statis gigi susu 3-6 tahun, geligi campuran 6-12 tahun). Selain itu dapat juga

digunakan metode Gustafson yang memperhatikan atrisi (keausan), penurunan tepi

gusi, pembentukan dentin sekunder, semen sekunder, transparasi dentin dan

penyempitan/penutupan foramen apikalis. —-Walaupun umur sebenarnya tidak dapat

ditentukan dari tulang, namun perkiraan umur seseorang dapat ditentukan. Biasanya

pemeriksaan dari os pubis, sakroiliac joint, cranium, artritis pada spinal dan

pemeriksaan mikroskopis dari tulang dan gigi memberikan informasi yang mendekati

perkiraan umur. Untuk memperkirakan usia, bagian yang berbeda dari rangka lebih

berguna untuk menentukan perkiraan usia pada range usia yang berbeda. Range usia

meliputi usia perinatal, neonatus, bayi dan anak kecil, usia kanak-kanak lanjut, usia

remaja, dewasa muda dan dewasa tua. —-Usia perinatal, yaitu bayi yang belum lahir,

dapat ditentukan dari ukuran tulang. Ini karena faktor luar seperti malnutrisi pada ibu

tidak akan mempengaruhi pertumbuhan fetus secara berarti. Dalam periode intake

makanan yang kurang, tubuh ibu akan memberi nutrisi pada fetus, mengambil nutrien

ibu. —-Neonatus, bayi yg belum mempunyai gigi, sangat sulit untuk menentukan

usianya karena pengaruh proses pengembangan yang berbeda pada masing masing

individu. Bayi dan anak kecil biasanya telah memiliki gigi. Pembentukan gigi sering

kali digunakan untuk memperkirakan usia. Gigi permanen mulai terbentuk saat

kelahiran, dengan demikian pembentukan dari gigi permanen merupakan indikator

yang baik untuk menentukan usia. Beberapa proses penulangan mulai terbentuk pada

usia ini, ini berarti bagian-bagian yang lunak dari tulang mulai menjadi keras. Namun,

ini bukan faktor penentuan yg baik. —-Masa kanak-kanak lanjut dimulai saat gigi

permanen mulai tumbuh. Semakin banyak tulang yang mulai mengeras. Masa remaja

Page 10: Idntifikasi Tlg

menunjukkan pertumbuhan tulang panjang dan penyatuan pada ujungnya. Penyatuan

ini merupakan teknik yang berguna dalam penentuan usia. Masingmassing epifisis

akan menyatu pada diafisis pada usia-usia tertentu. Dewasa muda dan dewasa tua

mempunyai metode-metode yang berbeda dalam penentuan usia; penutupan sutura

cranium; morfologi dari ujung iga, permukaan aurikula dan simfisis pubis; struktur

mikro dari tulang dan gigi. —-Sutura kranium (persendian non-moveable pada

kepala) perlahan-perlahan menyatu. Walaupun ini sudah diketahui sejak lama, namun

hubungan penyatuan sutura dengan penentuan umur kurang valid. Morfologi pada

ujung iga berubah sesuai dengan umur. Iga berhubungan dengan sternum melalui

tulang rawan. Ujung iga saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk datar,

namun selama proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang rawan

menjadi berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai ditemukan saat usia menua.

11

Gambar. Perkembangan Tengkorak Berdasar Umur

12

Gambar : Penutupan Sutura Tengkorak Usia perinatal, yaitu bayi yang belum lahir,

dapat ditentukan dari ukuran tulang. Ini karena faktor luar seperti malnutrisi pada ibu

tidak akan mempengaruhi pertumbuhan fetus secara berarti. Dalam periode intake

makanan yang kurang, tubuh ibu akan memberi nutrisi pada fetus, mengambil nutrien

ibu. Umur dalam tiga tahapan : 1. Bayi baru dilahirkan, Neonatus, bayi yang belum

mempunyai gigi, sangat sulit untuk menentukan usianya karena pengaruh proses

pengembangan yang berbeda pada masing-masing individu. Bayi dan anak kecil

biasanya telah memiliki gigi. Pembentukan gigi sering kali digunakan untuk

memperkirakan usia. Gigi permanen mulai terbentuk saat kelahiran, dengan demikian

pembentukan dari gigi permanen merupakan indikator yang baik untuk menentukan

usia. Beberapa proses penulangan mulai terbentuk pada usia ini, ini berarti

bagianbagian yang lunak dari tulang mulai menjadi keras. Namun, ini bukan faktor

penentuan yg baik. Pengukuran tinggi badan diukur : Streeter : tinggi badan dari

Page 11: Idntifikasi Tlg

puncak kepala sampai tulang ekor Haase : tinggi badan diukur dari puncak kepala

sampai tumit

13

2. Anak dan dewasa sampai umur 30 tahun Masa kanak-kanak lanjut dimulai saat gigi

permanen mulai tumbuh. Semakin banyak tulang yang mulai mengeras. Masa remaja

menunjukkan pertumbuhan tulang panjang dan penyatuan pada ujungnya. Penyatuan

ini merupakan teknik yang berguna dalam penentuan usia. Masingmassing epifisis

akan menyatu pada diafisis pada usia-usia tertentu. Dewasa muda dan dewasa tua

mempunyai metode-metode yang berbeda dalam penentuan usia; penutupan sutura

cranium; morfologi dari ujung iga, permukaan aurikula dan simfisis pubis; struktur

mikro dari tulang dan gigi. Persambungan speno-oksipital terjadi pada umur 17 –

25 tahun. Tulang selangka merupakan tulang panjang terakhir unifikasi.

Unifikasi dimulai umur 18 – 25 tahun. Unifikasi lengkap 25 – 30 tahun, usia lebih

dari 31 tahun sudah lengkap Tulang belakang sebelum 30 tahun menunjukkan alur

yang dalam dan radier pada permukaan atas dan bawah. 3. Dewasa > 30 tahun Sutura

kranium (persendian non-moveable pada kepala) perlahan-perlahan menyatu.

Walaupun ini sudah diketahui sejak lama, namun hubungan penyatuan sutura dengan

penentuan umur kurang valid. Morfologi pada ujung iga berubah sesuai dengan umur.

Iga berhubungan dengan sternum melalui tulang rawan. Ujung iga saat mulai

terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk datar, namun selama proses penuaan ujung

iga mulai menjadi kasar dan tulang rawan menjadi berbintik-bintik. Iregularitas dari

ujung iga mulai ditemukan saat usia menua.

Gambar : Perkembangan Tengkorak Berdasar Umur

14

Pemeriksaan tengkorak : Pemeriksaan sutura, penutupan tabula interna mendahului

eksterna Sutura sagitalis, koronarius dan sutura lambdoideus mulai menutup umur

20 – 30 tahun Sutura parieto-mastoid dan squamaeus 25 – 35 tahun tetapi dapat

tetap terbuka sebagian pada umur 60 tahun. Sutura spheno-parietal umumnya tidak

akan menutup sampai umur 70 tahun.

Page 12: Idntifikasi Tlg

2.5 Penentuan Jenis Kelamin Jenis kelamin dapat ditentukan dengan beberapa cara

dari bagian – bagian yang berbeda pada rangka. Penentuan jenis kelamin hanya

mungkin pada rangka orang dewasa. Salah satu cara yang umum dilakukan yaitu

dengan mengukur ukuran tulang, dimana pada pria ukuran rangka lebih besar. Pria

juga lebih cenderung memiliki area lebih luas untuk perlekatan otot.

Gambar : Perbedaan Pelvis Pria dan Wanita Pelvis adalah tulang yang paling umum

digunakan untuk menentukan jenis kelamin. Sudut subpubis pada wanita lebih besar,

biasanya lebih dari 900. Acetabulum, yang merupakan tempat perlekatan kepala

femur dengan os pubis, khasnya lebih besar dan dalam pada pria dibandingkan

wanita. Sakrum lebih lurus pada wanita dan lebih lengkung pada pria. Pintu atas

panggul pada wanita lebih luas daripada pria.

15

Gambar : Perbedaan Tengkorak Pria dan Wanita Kranium atau tengkorak merupakan

tulang yang juga berguna untuk menentukan jenis kelamin. Dagu pada pria cendrung

lebih petak dan lebih lancip pada wanita. Dahi pada pria cendrung lebih landai

sedangkan pada wanita dahinya lebih lurus. Pria memiliki lengkungan alis yang lebih

tinggi daripada wanita. 2.6 Perkiraan Tinggi Badan Tinggi merupakan persamaan

linear dari berbagai panjang tulang, yaitu humerus (lengan atas), femur (paha), radius

(pengumpil) dan tibia (kering) dengan rumusan Trotter dan Gleser, Stevenson, Karl

pearson, Dupertus dan Hadden Kepentingan pengukurang tinggi badan dari tulang

panjang adalah penting pada keadaan tubuh sudah terpotong atau yang didapatkan

rangka atau sebagai tulang. Perkiraan tinggi badan dengan pengukuran tulang panjang

: Tulang lengan atas…………….35%TB Tulang paha……………………

27%TB Tulang kering………………….22%TB Tulang

belakang……………….35%YB Perhatikan dengan pengukuran osteometrik board :

tulang harus dalam keadaan kering. Rumus TB (tinggi badan) 1. Stevenson TB =

61,7207 + 2,4378 X F + 2,1756 (F = Femur)

16

Page 13: Idntifikasi Tlg

TB = 81,5115 + 2,8131X H + 2,8903 (H = Humerus) TB = 59,2256 + 3,0263 X

T + 1,8916 (T = Tibia) TB =80,0276 + 3,7384 X R + 2,6791 (R = Radius) 2.

Trotter dan Gleser (untuk ras mongoloid) TB =1, 22 (Femur + Fibula) + 70,24

(3,18 cm) TB =1, 22 (Femur + Tibia) + 70,37 (3,24 cm) TB =2,40 (Fibula) +

80,56 (3,24 cm) TB =2,39 (Tibia) + 81,45 (3,27 cm) TB =2,15(Femur) + 72,57

(3,80cm) TB =1, 68 (Humerus+ Ulna 71,18) + (4,14 cm) TB =1, 67(Humerus+

Radius ) + 74,83 (4,16 cm) TB =2,68 (Humerus) + 83,19 (4,25 cm) TB =3,54

(Radius) + 82,00 (4,60 cm) TB =3,48(Ulna) + 77,45(4,66 cm) Pengukuran

sebaiknya dengan kedua formula tersebut diatas agar mendekati tinggi badan

sebenarnya. Rumus antropoloogi Ragawi UGM pria dan dewasa (Jawa) TB = 897

+ 1,74 y (femur kanan) TB = 822 + 1,90 y (femur kiri) TB = 879 + 2,12 y (Tibia

kanan) TB = 847 + 2,22 y (Tibia kiri) TB = 867+ 2,19 y (fibula kanan) TB =

883 + 2,14 y (fibula kiri) TB = 847 + 2,60 y (humerus kanan) TB = 805 + 2,74 y

(humerus kiri) TB = 842 + 3,45 y (radius kanan) TB = 862 + 3,15 y (radius kiri)

TB = 819 + 3,15 y (ulna kanan) TB = 847+ 3,06 y (radius kiri) Melalui suatu

penelitian, Djaja Surya Atmadja menemukan rumus untuk populasi dewasa muda di

Indeonesia : a) Pria : TB = 72,9912 + 1,7227 (Tibia) + 0,7545 (Fibula) ( } 4,2961 cm)

TB = 75,9800 + 2,3922 (Tibia) (チ} 4,3572 cm) TB = 80,8078 + 2,2788 (Fibula) (チ}

4,6186 cm) b) Wanita : TB = 71,2817 + 1,3346 (Tibia) + 1,0459 (Fibula) ( チ }

4,8684cm) TB = 77,4717 + 2,1889 (Tibia) (チ} 4,9526 cm) TB = 76,2772 + 2,2522

(Fibula) (チ} 5,0226 cm)

17

Penentuan tinggi badan menjadi penting pada keadaan dimana yang harus diperiksa

adalah tubuh yang sudah terpotong-potong atau yang didapatkan rangka, atau

sebagian dari tulang saja. Penentuan taksiran tinggi badan dapat ditentukan dengan

menggunakan kalkulator TI-82, dengan menggunakan persamaan y=m*x + b. Tinggi

merupakan persamaan linear dari berbagai panjang tulang, yaitu humerus, radius,

femur dan tibia. 3.0 Pemeriksaan Penentuan Umur Tulang2,6 3.1. Tes Fisika Seperti

pemeriksaan gambaran fisik dari tulang, fluoresensi cahaya ultra violet dapat menjadi

Page 14: Idntifikasi Tlg

suatu metode pemeriksaan yang berguna. Jika batang tulang dipotong melintang,

kemudian diamati ditempat gelap, dibawah cahaya ultra violet, tulang-tulang yang

masih baru akan memancarkan warna perak kebiruan pada tempat pemotongan.

Sementara yang sudah tua, lingkaran bagian luar tidak berfluorosensi sampai ke

bagian tengah. Dengan pengamatan yang baik akan terlihat bahwa daerah tersebut

akan membentuk jalan keluar dari rongga sumsum tulang. Jalan ini kemudian pecah

dan bahkan lenyap, maka semua permukaan pemotongan menjadi tidak

berfluoresensi. Waktu untuk terjadinya proses ini berubah-ubah, tetapi diperkirakan

efek fluoresensi ultra violet akan hilang dengan sempurna kira-kira 100 -150 tahun.

Tes Fisika yang lain adalah pengukuran kepadatan dan berat tulang, pemanasan secara

ultra sonik dan pengamatan terhadap sifat-sifat yang timbul akibat pemanasan pada

kondisi tertentu. Semua kriteria ini bergantung pada berkurangnya stroma organik dan

pembentukan dari kalsifikasi tulang seperti pengoroposannya.

Garnbar : a. Tulang berumur 3 -80 tahun. Kelihatan permukaan pemotongan tulang

meman carkan warna perak kebiruan pada seluruh pemotongan. b. Setelah satu abad

atau lebih sisa fluoresensi mengerut ke pusat sumsum tulang. c. Sebelum fluoresensi

menghilang dengan sempurna pada abad berikutnya.

18

3. 2. Tes Serologi Tes yang positif pada pemeriksaan hemoglobin yang dijumpai pada

pemeriksaan permukaan tulang ataupun pada serbuk tulang, mungkin akan

memberikan pernyataan yang berbeda tentang lamanya kematian tergantung pada

kepekaan dari tehnik yang dilakukan. penggunaan metode cairan peroksida yang

hasilnya positif, diperkirakan lamanya kematian sekitar 100 tahun. Aktifitas serologi

pada tulang akan berakhir dengan cepat pada tulang yang terdapat di daerah berhawa

panas. Pemeriksaan dengan memakai reaksi Benzidin dimana dipakai campuran

Benzidin peroksida. Jika reaksi negatif penilaian akan lebih berarti. Jika reaksi positif

menyingkirkan bahwa tulang masih baru. Reaksi positif, diperkirakan umur tulang

saat kematian sampai 150 tahun. Reaksi ini dapat dipakai pada tulang yang masih

utuh ataupun pada tulang yang telah menjadi serbuk. Aktifitas Immunologik

ditentukan dengan metode gel difusion technique dengan anti human serum. Serbuk

tulang yang diolesi dengan amoniak yang konsentrasinnya rendah, mungkin akan

Page 15: Idntifikasi Tlg

memberi reaksi yang positif dengan serum anti human seperti reagen coombs, lama

kematian kira-kira 5–10 tahun, dan ini dipengaruhi kondisi lingkungan.

3. 3. Tes Kimia Tes Kimia dilakukan dengan metode mikro-Kjeld-hal dengan cara

mengukur pengurangan jumlah protein dan Nitrogen tulang. Tulang-tulang yang baru

mengandung kirakira 4,5 % Nitrogen, yang akan berkurang dengan cepat. Jika pada

pemeriksaan tulang mengandung lebih dari 4 % Nitrogen, diperkirakan bahwa lama

kematian tidak lebih dari 100 tahun, tetapi jika tulang mengandung kurang dari 2,4 %,

diperkirakan tidak lebih dari 350 tahun. Penulis lain menyatakan jika nitrogen lebih

besar dari 3,5 gram percentimeter berarti umur tulang saat kematian kurang dari 50

tahun, jika Nitrogen lebih besar dari 2,5 per centimeter berarti umur tulang atau saat

kematian kurang dari 350 tahun. ` Inti protein dapat dianalisa, dengan metode

Autoanalisa ataupun dengan Cromatografi dua dimensi. Tulang segar mengandung

kira-kira 15 asam amino, terutama jika yang diperiksa dari bagian kolagen tulang.

Glisin dan Alanin adalah yang terutama. Tetapi Fralin dan Hidroksiprolin merupakan

tanda yang spesifik jika yang diperiksa kolagen tulang. Jika pada pemeriksaan Fralin

dan Hidroksiprolin tidak dijumpai, diperkirakan lamanya kematian sekitar 50 tahun.

Bila hanya didapatkan Fralin dan Hidroksiprolin maka perkiraan umur saat kematian

kurang dari 500 tahun. Asam amino yang lain akan lenyap setelah beratus tahun,

sehingga jika

19

diamati tulang-tulang dari jaman purbakala akan hanya mengandung 4 atau 5 asam

amino saja. Sementara itu ditemukan bahwa Glisin akan tetap bertahan sampai masa

1000 tahun. Bila umur saat kematian kurang dari 70 -100 tahun, akan didapatkan 7

jenis asam amino atau lebih.

3.2. Gambaran Fisik Tulang-tulang yang baru mempunyai sisa jaringan lunak yang

melekat pada tendon dan ligamen, khususnya di sekitar ujung sendi.Periosteum

kelihatan berserat, melekat erat pada permukaan batang tulang. Tulang rawan

mungkin masih ada dijumpai pada permukaan sendi. Melekatnya sisa jaringan lunak

pada tulang adalah berbeda-beda tergantung kondisi lingkungan, dimana tulang

terletak. Mikroba mungkin dengan cepat merubah seluruh jaringan lunak dan tulang

Page 16: Idntifikasi Tlg

rawan, kadang dalam beberapa hari atau pun beberapa minggu. Jika mayat dikubur

pada tempat atau bangunan yang tertutup, jaringan yang kering dapat bertahan sampai

beberapa tahun. Pada iklim panas mayat yang terletak pada tempat yang terbuka

biasanya menjadi tinggal rangka pada tahun-tahun pertama, walaupun tendon dan

periosteumnya mungkin masih bertahan sampai lima tahun atau lebih. Secara kasar

perkiraan lamanya kematian dapat dilihat dari keadaan tulang seperti : 1. Dari Bau

Tulang Bila masih dijumpai bau busuk diperkirakan lamanya kematian kurang dari 5

bulan. Bila tidak berbau busuk lagi kematian diperkirkan lebih dari 5 bulan.

20

2. Warna Tulang Bila warna tulang masih kekuning-kuningan dapat diperkirakan

kematian kurang dari 7 bulan. Bila warna tulang telah berwarna agak keputihan

diperkirakan kematian lebih dari 7 bulan. 3. Kekompakan Kepadatan Tulang Setelah

semua jaringan lunak lenyap, tulang-tulang yang baru mungkin masih dapat

dibedakan dari tulang yang lama dengan menentukan kepadatan dan keadaan

permukaan tulang. Bila tulang telah tampak mulai berpori-pori, diperkirakan kematian

kurang dari 1 tahun. Bila tulang telah mempunyai pori-pori yang merata dan rapuh

diperkirakan kematian lebih dari 3 tahun. Keadaan diatas berlaku bagi tulang yang

tertanam di dalam tanah. Kondisi penyimpanan akan mempengaruhi keadaan tulang

dalam jangka waktu tertentu misalnya tulang pada jari-jari akan menipis dalam

beberapa tahun bahkan sampai puluhan tahun jika disimpan dalam ruangan. Tulang

baru akan terasa lebih berat dibanding dengan tulang yang lebih tua. Tulangtulang

yang baru akan lebih tebal dan keras, khususnya tulang- tulang panjang seperti femur.

Pada tulang yang tua, bintik kolagen yang hilang akan memudahkan tulang tersebut

untuk dipotong. Korteks sebelah luar seperti pada daerah sekitar rongga sumsum

tulang, pertama sekali akan kehilangan stroma, maka gambaran efek sandwich akan

kelihatan pada sentral lapisan kolagen pada daerah yang lebih rapuh. Hal ini tidak

akan terjadi dalam waktu lebih dari sepuluh tahun, bahkan dalam abad, kecuali jika

tulang terpapar cahaya matahari dan elemen lain. Merapuhnya tulang-tulang yang tua,

biasanya kelihatan pertama sekali pada ujung tulang-tulang panjang, tulang yang

berdekatan dengan sendi, seperti tibia atau trochanter mayor dari tulang paha. Hal ini

sering karena lapisan luar dari tulang pipih lebih tipis pada bagian ujung tulang

dibandingkan dengan di bagian batang, sehingga lebih mudah mendapat paparan dari

Page 17: Idntifikasi Tlg

luar. Kejadian ini terjadi dalam beberapa puluh tahun jika tulang tidak terlindung,

tetapi jika tulang tersebut terlindungi, kerapuhan tulang akan terjadi setelah satu abad.

Korteks tulang yang sudah berumur, akan terasa kasar dan keropos, yang benar-benar

sudah tua mudah diremukkan ataupun dapat dilobangi dengan kuku jari. Jadi banyak

faktor yang mempengaruhi kecepatan membusuknya tulang, disamping jenis tulang

itu sendiri mempengaruhi. Tulang-tulang yang tebal dan padat seperti tulang paha dan

lengan dapat bertahan sampai berabad-abad, sementara itu tulang-tulang yang kecil

dan tipis akan hancur lebih cepat. Lempengan tulang tengkorak, tulang-tulang kaki

dan tulang-tulang tangan, jari-jari dan tulang tipis dari wajah akan membusuk lebih

cepat, seperti juga yang dialami tulang-tulang kecil dari janin dan bayi.

21

BAB IV KESIMPULAN

a) Bidang antropologi forensik adalah salah satu cabang dari identifikasi forensic dan

membantu dalam mengidentifikasi korban mutilasi yang sering terjadi di Indonesia.

Antara metode yang sering digunakan adalah perkiraan umur tulang dari korban.

b)

Faktor lingkungan jauh lebih berperan daripada waktu dalam mempengaruhi keadaan

tulang.

c) Dalam menentukan umur tulang dapat berdasarkan: Tes Fisika (fluoresensi

dengan sinar ultraviolet) Tes Serologi

Tes Kimia (Penentuan kandungan Nitrogen dan Asam amino) 22

d) Untuk penentuan lama kematian individu adalah dengan menghitung selisih umur

tulang

Page 18: Idntifikasi Tlg

dengan umur individu. Dan juga dari gambaran fisik tulang seperti bau, warna, dan

kepadatan tulang. e) . Perkiraan umur tulang dapat menetukan jenis kelamin dan umur

korban.

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Glinka Josef.SVD : Antropometri & Antroposkopi; Edisi Ketiga, Universitas

Airlangga, Surabaya, 1990.

2. Budiyanto A, Widiatmaka., Atmaja D.S, dkk. Identifikasi Forensik Dalam : Ilmu

Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FK-UI. Jakarta. 1999 : 197-202.

3. Amir A. Identifikasi. Dalam : Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua.

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-USU. Medan. 2005:178-203.

4. Snell R.S. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokeran. Bagian 1. Edisi 3. Alih

Bahasa Adji Dharma. EGC. Jakarata. 1997 : 1-55.

5. Glinka J., Artaria , Koesbardianti T. Metode Pengukuran Manusia. Airlangga

University Press. Surabaya. 2008 :1-66

6. Ritonga M. Penentuan Lama Kematian Dilihat Dari Keadaan Tulang . Bagian Ilmu

Kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran . Universitas Sumatera Utara

24

Leave a Comment

You must be logged in to leave a comment.

Submit

Characters: 400

Download or Print

621 Reads

Info and Rating

Uploaded by

Page 19: Idntifikasi Tlg

Shida Jer

Follow

Search

TIP Press Ctrl-F to quickly search anywhere in the document.

More from This User

Related Documents

126 p.

Who Ilo Guidelines Indonesian

59 p.

42020849-Gizi-Buruk[1]

13 p.

infark miokad

Next

About

What is Scribd?

Blog

Join our team!

Advertise with us

Get started

AdChoices

Support

Help

FAQ

Press

Partners

Publishers

Developers / API

Legal

Terms

Privacy

Copyright

© Copyright 2012 Scribd Inc.Language:English