hukum - unpar institutional repository

17

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUKUM - UNPAR Institutional Repository
Page 2: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

HUKUM ACARA PIDANA

1-t. 0. .:t0\9

Oleh:

C. Djisman Samosir, S.H., M.H.

PENERBIT

.---rl"''ll~~""'"'~A AUliA No. Klo~s •..•.•.•.•• ~.P\~ ••• ~ ••••• t'-~ ~. l nrluk~~.~?.?.~ Tg!~ ~, :.~."}:?.1!t

Page 3: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

HUKUM ACARA PIDANA

Oleh:

C. Djisman Samosir, S.H., M.H.

Copyright © 2018 pada PENERBIT NUANSA AULIA

Desain Cover: Media Sembiring Lay Out: Mardiyanto

Montase: Aulia Studio

Cetakan 1: Agustus 2018

Diterbitkan oleh: Penerbit Nuansa Aulia Jl. Permai 20 No. 18

Margahayu Permai, Bandung 40218 Telp {022) 5405300/Fax {022) 5416748

e-mail: [email protected] website: http://www.nuansaaulia.com

ANGGOTA IKAPI

PERPUSTAKAAN NASIONAL

KATALOG DALAM TERBITAN Samosir Djisman, C

Hukum Acara Pidana/oleh C. Djisman Samosir- Cet. 1, Bandung: Nuansa Aulia, 2018.

x + 262 him. : 14,5 x 21 em

ISBN 978-979-071-320-8

1. Hukum acara pidana I. Judul

345.05

Dilarang mengutip, menjiplak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit . HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG

Meneliti dar

ilmu hukum ada~

pengajar di per

mencari credit ~

kajian ilmiah da l1

terakreditasi, tel

Selain itu, kebaf!

suka membaca d serta tampil set

karya ilmiah dile

kritis dan berdel

Kenyataan I menulis buku il ~

mencari dan me

dihargai. Setiap!

bergelut denga

komprehensif i waktu dan pikir,

untuk merespo

cara itu, ilmu (t

Buku ini b

asas-asas huku

prosedural - a

materiil - mes~

(prosedur bera1

pidana harus m

Page 4: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

UM ACARA PIDANA

Oleh:

nan Samosir, S.H., M.H.

L8 pada PENERBIT NUANSA AULIA

Cover: Media Sembiring 3Y Out: Mardiyanto ontase : Aulia Studio

akan 1: Agustus 2018

oleh: Penerbit Nuansa Aulia '. Permai 20 No. 18 yu Permai, Bandung 40218 5405300/Fax(022)5416748

[email protected] ttp:/ /www.nuansaaulia.com

ANGGOTA IKAPI

USTAKAAN NASIONAL

OG DALAM TERB!IAN

ana/oleh C. Djisman Samosir- Cet. 1, 12018.

em

8

3 I. Judul

345.05

enjiplak, memfotokopi sebagian atau 1i tanpa izin tertulis dari penerbit. )UNGI OLEH UNDANG-UNDANG

KATA SAMBUTAN

Meneliti dan menuangkan gagasan ke dalam buku ilmiah di bidang

ilmu hukum adalah pekerjaan yang sekarang ini kurang dihargai. Para

pengajar di perguruan tinggi, termasuk di Fakultas Hukum, lebih suka

menca ri credit points (untuk berbagai kepentingan) dengan menulis

kajian ilmiah dalam bentuk artikel pendek yang dimuat di jurnal ilmiah

terakreditasi, terutama akreditasi internasional dan terindeks scopus.

Selain itu, kebanyakan orang, termasuk para pengemban hukum, lebih

suka membaca cepat dan berkomentar sama bergegasnya lewat gawai

serta tampil sebagai pakar dadakan di media-media sosial. Menulis

karya ilmiah dilepaskan dari tujuan utamanya, yaitu berdialog secara

kritis dan berdebat dengan santun untuk mengembangkan ilmu.

Kenyataan bahwa saat ini masih ada penulis yang bersusah payah

menu lis buku ilmiah di bidang hukum (acara pidana), yang berarti tidak

mencari dan mengharapkan pamrih seperti para penulis jurnal, patut

dihargai. Setiap buku adalah undangan terbuka bagi pembaca untuk

bergelut dengan gagasan-gagasan penulis yang dituangkan secara

komprehensif dan mendalam. Para pembaca harus menyediakan

waktu dan pikiran untuk berdialog secara kritis. Jika pembaca tergoda

untuk merespon, dia dapat menulis buku lain yang lebih baik. Dengan

cara itu, ilmu (termasuk di bidang hukum) dapat terus berkembang.

Buku ini berisi tentang rangkaian peraturan yang memuat tujuan,

asas-asas hukum acara pidana, hak dan kewajiban penegak hukum

vis a vis tersangka, terdakwa, dan terpidana berikut analisisnya. Satu

hal yang penting dicermati di sini adalah berlakunya asas legalitas

prosedural - asas yang kurang dikenal dibandingkan asas legalitas

materiil - meskipun sama pentingnya . Pada prinsipnya semua aturan

(prosedur beracara) yang berkaitan dengan proses penegakan hukum

pidana harus memenuhi asas /exscripta, /exstricta, /excerta, lexpraevia

lluluun 1\cm-a Pidana iii

Page 5: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

(non-retroaktif). Asas tersebut serupa dengan asas legalitas materiil

berkaitan dengan ikhtiar berkelanjutan mewujudkan negara hukum

Indonesia, penghormatan dan perlindungan hak asasi warga negara,

serta terakhir tata kelola pemerintahan yang baik.

Selamat rnembaca!

Bandung, Agustus 2018

Tristam Pascal Moeliono

Dekan FH Universitas Katolik Parahyangan

iv Hukum Acara J>itlana

Buku Hukum Ac I pergantian HIR (H undang· Undang No pengertian Hukum A Hak dan l<ewajiban

penyidik, Hak dan I<E penasihat Hukum, Ac~

putusan Pengadilan,

Pemberantasan KontR

Menu rut hem at s Fakultas Hukum, pat'< dan para Hakim di bi1

yang belum disajikar

yang budiman dapat

pembaca kami terim<

Saya mengucapk

Aulia atas kesediaam

Page 6: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

ebut serupa dengan asas legalitas materiil

berkelanjutan mewujudkan negara hukum

dan perlindungan hak asasi warga negara,

~merintahan yang baik.

Bandun~Agu~us2018

Tristam Pascal Moeliono Dekan FH Universitas Katolik Parahyangan

KATA PENGANTAR

Buku Hukum Acara Pidana ini, antara lain berisi tentang Sejarah Perga ntian HIR (Het Herziene lhlandsch Reglement) menjadi Unda ng-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, pengertian Hukum Acara Pidana, Manfaat Hukum Acara Pidana, Hak dan Kewajiban Tersangka dan Terdakwa, Hak dan Kewajiban Penyidik, Hak dan Kewajiban Penuntut Umum, Hak dan Kewajiban Penasihat Hukum, Acara Pemeriksaan, Alat-alat Bukti dan Pembuktian, Putusan Pengadilan, Upaya Hukum, serta Sekilas Mengenai Komisi

Pemberantasan Korupsi.

Menu rut hem at saya, isi buku ini dapat membantu para mahasiswa Fakultas Hukum, para Penyidik, para Penuntut Umum, para Advokat dan para Hakim di bidang Hukum Acara Pidana. Masih banyak materi yang belum disajikan dalam buku ini, dan untuk itu agar pembaca yang budiman dapat memakluminya. Tentu kritik dan saran dari para

pembaca kami terima dengan lapang dada.

Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Penerbit Nuansa

Aulia atas kesediaannya menerbitkan buku ini.

Bandung,Agu~us2018

Penulis

C. Djisman Samosir, S.H., M.H .

Hukum Acara Pidana V

Page 7: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

lstriku tercinta: R. Nainggolan

Anakku: Rosmaita (almarhum), Andes Samosir, Santi Samosir, Mewati Samosir, Yani Samosir

Cucuku: Genesia Gultom, Ester Gultom, Ingram Gultom, Edesius Samosir, Patricia Samosir

Vi Hukrrm Aca1·a Pidana

KATA SAMBUTAN ........ .

KATA PENGANTAR ...... . ~

:::T~R 1:~~:·~~~ .. ~~·~~ A. Sejarah Singkaj

Kitab Undang-1

(Undang-Und~ B. Asas-asas Huki

C. Fungsi Hukum

BAB II HAK DAN KE"' " MENURUT UN

TENTANG HU~ A. Penyidikan .... .

B. Penahanan .. .

c. Penggeledaha

D. Penyitaan ......

BAB Ill HAK DAN KE\A MENURUT U~ TENTANG HUI

A. Wewenang Pf

dalam Kitab U

B. Dasar-dasar V,i

dan Dasar-da5

C. Tugas dan We

D. Bentuk-bentu

BAB IV ACARA PEME

A. Pemeriksaan

B. Pemeriksaan

c. Acara Pemeri

D. Acara Pemeri

Page 8: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

1 tercinta: R. Nainggolan

1lmarhumL Andes Samosir, Santi Samosir wati Samosir, Yani Samosir '

om, Ester Gultom, Ingram Gultom, Edesius amosir, Patricia Samosir

DAFTAR lSI

KATA SAMBUTAN .... ...... ..................... ............. ....... .. ... : ........... .

KATA PENGANTAR .................................................................. .

oAFTAR lSI ............... ........... .... ............. .. ..... .... ...... .. .. .. ........... .

BAB I ARTI DAN SIFAT HUKUM ACARA PIDANA ................. ..

A. Sejarah Singkat Terbentuknya Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981) ...................... .

iii

v

vii

1

1

B. Asas-asas Hukum Acara Pidana .... ...... ..................... .. .... 7

C. Fungsi Hukum Acara Pidana ............ ... ........................... 10

BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENVIDIK MENU RUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA ............................ 41

A. Penyidikan ....................................... .. ............................ 51

B. Penahanan ...................................... ... ........................... 61

C. Penggeledahan ................ .. ............................................ 90

D. Penyitaan ..... .. ..... ..... .. ....... .............................. ...... .... ..... 93

BAB Ill HAK DAN KEWAJIBAN JAKSA PENUNTUT UMUM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA .......... .... ....... ....... 108

A. Wewenang Penuntut Umum yang Diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ... ... 109

B. Dasar-dasar yang Meniadakan Penuntutan dan Dasar-dasar yang Meniadakan Pemidanaan ........ .. 117

C. Tugas dan Wewenang Kejaksaan Republik Indonesia ... 119

D. Bentuk-bentuk Surat Dakwaan ...... ....... ............. ... ...... ... 130

BAB IV ACARA PEMERIKSAAN ........................... ................... . 141 A. Pemeriksaan di Kepolisian ............... ... ... .. ... ................... 141

B. Pemeriksaan di Persidangan .............. ..... ............ .... .. .... 147

C. Acara Pemeriksaan Biasa ............................................... 149

D. Acara Pemeriksaan Singkat ................... ........................ 153

Hukum Acara Pidana Vii

Page 9: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

E. F.

BABV

A.

B.

c. D.

E.

Acara Pemeriksaan Cepat .......... ...... ............................ ..

Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas .... .

AlAT-ALAT BUKTI DAN PEMBUKTIAN ........................ .

Keterangan Saksi ........... ........ ........ ............. ....... ........... .

Keterangan Ahli ........................................................... ..

Surat ... ...... ..... ... .... ................ .. ... .. ... ........... .... ... .... ... ..... .

Petunjuk ..... .... .... .... .. .. .... ..... ... .. ...... .... .. .. .................... .. .

Keterangan Terdakwa ................ .. ...................... .. ...... ... .

BAB VI PUTUSAN PENGADILAN ............................................ .

A. Putusan yang Mengandung Pembebasan Terdakwa

(Vrijspraak) .. ....... ..... ....... ........ .. .. ... .. ... ......................... ..

B. Putusan yang Mengandung Pelepasan Terd akwa dari Segala Tuntutan (Ontslag van Rechtsvervo/ging) ...

C. Putu sa n yang Mengandung Penghukuman Terdakwa (Veroordeling) atau Pemidanaan ........................ ... .. ... .. .

BAB VII DISPARITAS PIDANA DALAM PUTUSAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

(Thou art to be hanger., not for having stolen the horse, but in order that horses may not be stolen (Hence Burnet)) ......................................................... 197

A. Disparitas Pidana Dihubungkan dengan Pemidanaan ... 197

B. Faktor-faktor yang Mengakibatkan

Terjadinya Disparitas Pidana .................. ................... .. .. 200

C. Tujuan Pemidanaan ....................................... .. .......... .... 205

D. Masalah Disparitas Pidana Merupakan Konsekuensi

dari Pemidanaan, Meskipun Tidal< Boleh Terjadi

Disparitas yang Ekstrim atau Tidak Masuk Akal .. .. ........ 210

BAB VIII UPAYA HUKUM .......................................................... 211

A. Upaya Hukum Biasa .......................................... .... .... ..... 211

B. Upaya Hukum Luar Biasa ............................ ............... .. .. 220

C. Pembuktian ............ ... .. ...................................... .. ......... . 233

Viii Hukmu At:a..a Pillana

Page 10: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

Jan Cepat ..... .... ...................... ..... ..... ..... 155

1an Perkara Pelanggaran Lalu Lintas .. ... 158

rl DAN PEMBUKTIAN ...... ..... .............. 160

i .... .. .. ........... .......... .... .. ... ...... ... ... ....... .. 162

··· ·· ·· ···· ·························· ······ ··· ··············· ... .............. .. ....................... .. ................... ······· ···················· ····· ······ ·· ······· ·· ·· ··· ····· ··· akwa ... ..... .. ..... ... .... .......... ....... ... .. .. .. ... .

ADILAN ............................................ .

engandung Pembebasan Terdakwa

··· ····· ················ ·· ··· ·· ··· ·· ··· ······· ··· ·········· ·· 2ngandung Pelepasan Terdakwa

Jtan (Ontslag van Rechtsvervolging) ...

2ngandung Penghukuman Terdakwa

:au Pemidanaan .................................. .

\NA DALAM PUTUSAN

K PIDANA KORUPSI

anger, not for having stolen the horse, horses may not be stolen

167

175

177 178

181

182

186

191

........................................ ................. 197

1 Dihubungkan dengan Pemidanaan ... 197 1g Mengakibatkan

·itas Pidana ......................................... 200

lan ..................................................... .. 205

as Pidana Merupakan Konsekuensi

, Meskipun Tidak Boleh Terjadi

kstrim atau Tidak Masuk Aka) .. ...... .... 210

......................................................... 211

lsa ....... ..... .... .. ........ ... ... .. ... ... ............... 211

ar Biasa .. .... .... ....... ........ ... .. ... .. ...... ... ... 220

... ... ...... ..... ... ...... .... ...... .. .. .............. ...... 233

BAB IX SEKELUMIT TENTANG KPK (KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI} ........................ 241

DAFTAR PUSTAKA .......... ..................... ... ..... ..... ........ .......... ..... 249

LAMPl RAN:

1.

2.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1970 tentang Tata Cara Tindakan Kepolisian

Terhadap Anggota-anggota/Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong ........... .

lnstruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1974 tentang Tata Cara Tindakan Kepolisian Terhadap Pimpinan/Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I dan Tingkat II ..................................... .

251

256

Hukmn 1\cara Pidana ix

Page 11: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

X Huknm 1\cara l'idana

ARTI DAN~

A. Sejarah Singkat11 Acara Pidana (Ul Sebagaimana ki

Pidana yang berlaku ~ Undang Nomor 8 T 31 Desember 1981 · Reglement (Staatsb/~ dengan budaya ban~ bangsa Indonesia m suatu ekspresi dari tingkat perkembang tingkat peradaban pengambil keputusa1

Perkembangan surut, seiring deng< pandangan dan penG dan fungsi hukum tE dengan bidang-bidc: budaya seperti pada menimbulkan perso tersebut. Mengede~ berakibat banyakny< bahkan terkesan hul

Oleh karena itL hukum, diperlukan k' para penegak huk1 Terwujudnya suatu p terlepas dari berbag peraturan perundan1

Page 12: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

BABI

ARTI DAN SIFAT HUKUM ACARA PIDANA

A. Sejarah SingkatTerbentuknya Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981) Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa Hukum Acara

pidana yang berlaku saat ini adalah yang diatur di dalam Undang­Undang Nomor 8 Tahun 1981 yang ditetapkan pada tanggal 31 Desember 1981 sebagai pengganti Het Herziene lnlandsch Reglement (Staatsblaad 1941 Nomor 44), yang telah disesuaikan dengan budaya bangsa Indonesia. Penyesuaian dengan budaya bangsa Indonesia merupakan nilai-nilai yang berkembang atau suatu ekspresi dari jiwa bangsa Indonesia. Dengan demikian, tingkat perkembangan hukum di Indonesia sangat diwarnai tingkat peradaban atau kultural masyarakat dan kebijakan pengambil keputusan yang ada di Indonesia.

Perkembangan hukum di negara kita mengalami pasang surut, seiring dengan pergantian penguasa yang mempunyai pandangan dan pendekatan yang berbeda mengenai keberadaan dan fungsi hukum tersebut. Menempatkan hukum tidak sejajar dengan bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosial, politik, budaya seperti pada masa Orde Baru, sudah barang tentu akan menimbulkan persoalan tersendiri pada saat penegakan hukum tersebut. Mengedepankan masalah politik atau kekuasaan akan berakibat banyaknya pelanggaran di bidang hak asasi manusia, bahkan terkesan hukum dipermainkan atau diperjualbelikan.

Oleh karena itu, jelas terlihat bahwa untuk menegakkan hukum, diperlukan kerja sama dan kesungguhan dari pemerintah, para penegak hukum, dan masyarakat secara keseluruhan. Terwujudnya suatu penegakan hukum yang baik dan adil,juga tidak terlepas dari berbagai sarana yang diperlukan seperti perangkat peraturan perundang-undangan yaitu hukum pidana, hukum acara

Hukum 1\cara Pidana 1

Page 13: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

pidana dan peraturan pelaksananya, sumber daya manusia yang jujur dan berkualitas, serta kesejahteraan dari penegak hukum tersebut. Selain itu, yang tidal< kalah pentingnya adalah integritas atau kemauan untuk memegang teguh prinsip bahwa penegakan hukum itu untuk kepentingan bangsa dan negara.

Hukum Acara Pidana (Strafprocesrecht), sebagaimana kita ketahui bersama di dalam pembagian hukum pidana digolongkan sebagai hukum pidana formal yang berfungsi antara lain sebagai sarana untuk terwujudnya hukum pidana material. Walaupun tidal< ada kesamaan pendapat di kalangan pakar hukum pidana mengenai pengertian, fungsi, dan tujuan dari Hukum Acara Pidana tersebut, namun yang pasti adalah bahwa keberadaan hukum acara pidana itu menjadi dasar dalam proses peradilan pidana, yang mengatur mengenai hak dan kewajiban tersangka atau terdakwa, hak dan kewajiban dari penyidik, hak dan kewajiban dari jaksa penuntut umum, hak dan kewajiban dari hakim, serta hak dan kewajiban advokat.

Adalah mutlak perlu bagi Negara Republik Indonesia sebagai negara yang merdeka memiliki hukum acara pidana baru yang bersifat nasional dan merupakan hasil karya pembentuk undang­undang kita. Usaha ke arah pembentukan hukum acara pidana nasional akhirnya terwujud, setelah tanggal 31 Desember 1981 ditetapkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 LN 1981-76 yang kita kenai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang selanjutnya kita singkat menjadi KUHAP.

Adanya usaha dari pembentuk undang-undang kita untuk membentuk hukum acara pidana baru didasarkan pada penghayatan dan penerapan hukum acara pidana yang diatur di dalam Het Herziene /nlandsch Reqlement(Staatsblad 1941 Nomor 44) dan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 1 Drt. Tahun 1951 (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 9, tambahan Lembaran Negara Nomor 81) sudah tidak sesuai dengan cita­cita hukum nasional. Oleh karena itu, pembentukan undang-

2 Hukum Acara Pitlaua

undang tentafi peradilan bagi dan Mahkama bagi mereka YC1J senantiasa har~ 1945 adalah demikian itu (h terdakwa dapa meningkatkan i sesuai dengan · melaksanakan 1

Pembuata ll unifikatif dilak( tersangka/terd penasihat hukl!! berkembang k pembangunan untuk menyus Pidana yang c

sebuah Panitia

Pada tahu, Semarang ten Manusia, yang Nasional (LPHI Kehakiman de' nasional ters& Undang HukUI Kejaksaan Agt Departemen ~

Pada tahu Acara Pidana t Menteri Keha~ kabinet merr

Page 14: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

pelaksananya, sumber daya manusia yang serta kesejahteraan dari penegak hukum 1g tidak kalah pentingnya adalah integritas 1emegang teguh prinsip bahwa penegakan tingan bangsa dan negara.

ma (Strafprocesrecht), sebagaimana kita 3m pembagian hukum pidana digolongkan formal yang berfungsi antara lain sebagai

:lnya hukum pidana material. Walaupun ~ndapat di kalangan pakar hukum pidana

fungsi, dan tujuan dari Hukum Acara Jn yang pasti adalah bahwa keberadaan :u menjadi dasar dalam proses peradilan r mengenai hak dan kewajiban tersangka dan kewajiban dari penyidik, hak dan •enuntut umum, hak dan kewajiban dari ~wajiban advokat.

u bagi Negara Republik Indonesia sebagai memiliki hukum acara pidana baru yang erupakan hasil karya pembentuk undang­arah pembentukan hukum acara pidana ujud, setelah tanggal 31 Desember 1981 dang Nomor 8 Tahun 1981 LN 1981-76 m Kitab Undang-Undang Hukum Acara a kita singkat menjadi KUHAP.

i pembentuk undang-undang kita untuk acara pidana baru didasa rkan pada rapan hukum acara pidana yang diatur di ndsch Reglement (Staatsblad 1941 Nomor li dalam Undang-Undang Nomor 1 Drt. Negara Tahun 1951 Nomor 9, tambahan

1or 81) sudah tidak sesuai dengan cita­Jieh karena itu, pembentukan undang-

undang tenta ng hukum aca ra pidana untuk melaksanakah pera di lan bagi pengadilan da la m lingkunga n peradilan umum dan Mahka mah Agung dengan mengatur hak serta kewajiban bagi mereka yang terkait dengan proses peradilan pidana yang senantiasa harus dilandasi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mutlak perlu. Pembuatan undang-undang yang demikian itu (hukum acara pidana) bertujuan agartersangka atau terdakwa dapat memahami hak dan kewajibannya serta dapat meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-masing pada saat melaksanakan tugasnya.

Pembuatan hukum acara pidana yang berciri kodifikatif dan unifikatif dilakukan dengan memperhatikan hak dan kewajiban tersangka/terdakwa, penyidik, penuntut umum, hakim dan penasihat hukum dan kesadaran hukum dalam masyarakat yang berkembang ke arah modernisasi menurut tingkat kemajuan pembangunan di segala bidang. Kemudian diadakan suatu usaha untuk menyusun Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang dimulai pada tahun 1967 dengan dibentuknya sebuah Panitia Intern Departemen Kehakiman.

Pada tahun 1968 diadakan Seminar Hukum Nasional II di Semarang tentang Hukum Acara Pidana dan Hak-hak Asasi Man usia, yang diselenggarakan oleh Lembaga Pembinaan Hukum Nasional (LPHN). Pada tahun 1973 Panitia Intern Departemen Kehakiman dengan memperhatikan kesimpulan seminar hukum nasional tersebut menghasilkan naskah Rancangan Undang­Undang Hukum Acara Pidana, yang kemudian dibahas dengan Kejaksaan Agung, Departemen Hankam termasuk Polri, dan Departemen Kehakiman .

Pada tahun 1974 naskah Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana tersebut setelah disempurnakan, disampaikan oleh Menteri Kehakiman kepada Sekretaris Kabinet. Setelah sekretaris kabinet meminta pendapat Mahkamah Agung, Kejaksaan

Hukum Acara Pidana 3

Page 15: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

Agung, Departemen Hankam termasuk Polri, dan Departemen Kehakiman, maka naskah Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana tersebut dibahas lagi dalam rapat koordinasi antara wakil-wakil dari instansi tersebut.

Pada tahun 1979 diadakan pertemuan antara Menteri Kehakiman, Jaksa Agung, dan Kapolri dengan wakil dari Mahkamah Agung untuk membahas beberapa hal yang perlu untuk penyempurnaan Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana, panitia di samping memperhatikan hasil­hasil seminar hukum nasionalll di Semarangjuga memperhatikan pendapat ahli hukum lain yang tergabung dalam organisasi profesi seperti Persatuan Advokat Indonesia (Peradin), lkatan Hakim Indonesia (lkahi), Persatuan Jaksa Indonesia (Persaja), Persatuan Sarjana Hukum Indonesia (Persahi) baik yang diajukan melalui seminar maupun kegiatan lain seperti kongres, rapat kerja, dan lain-lain.

Berdasarkan amanat Presiden tanggal 12 September 1979 Nomor R. 06/PU/IX/1979, disampaikan Rancangan Undang­Undang Hukum Acara Pidana pada DPR Rl untuk dibicarakan dalam sidang Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia guna mendapat persetujuannya. Pada tanggal9 Oktober 1979 dalam pembicaraan tingkat I, Menteri Kehakiman menyampaikan keterangan pemerintah tentang Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana dalam suatu sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Pada pembicaraan tingkat II yang dilakukan dalam sidang paripurna, fraksi-fraksi dalam Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia memberikan Pemandangan Umum terhadap Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang dilanjutkan dengan jawaban dari Pemerintah.

Pembicaraan tingkat selanjutnya, yaitu pembicaraan tingkat Ill, dilakukan dalam sidang komisi. Diputuskan oleh Badan Musyawarah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

4 Hokum Acara Pidana

bahwa pembicaraan Hukum Acara Pidana komisi I DPR Republi bersama komisi I De dan pemerintah mu undang Hukum Aca r9 sampai dengan tangg · Rakyat Republik lndon waktu itu dibatasi paG menghasilkan putusaj Kesepakatan Pendapo akan dituangkan dala Hukum Acara Pidana. ·

Untuk membic< Undang-Undang Huk ~

sinkronisasi yang di~ komisi Ill bersama k~

I

Indonesia . Tim sinkro: melakukan rapat pad; dan merumuskan R. Pidana . Rapat-rapat hanya dilakukan di g Indonesia, Senayan, Cipayung Bogar. Sete tahun, tim sinkronis! tanggal 9 Septembe fl Acara Pidana tersebu bersama komisi I De~

Dalam membat Acara Pidana terset mengalami hamba Ketentuan Peralihan hukum pada saat pel hambatan tersebut

Page 16: HUKUM - UNPAR Institutional Repository

ankam termasuk Polri, dan Departemen kah Rancangan Undang-Undang Hukum jibahas lagi dalam rapat koordinasi antara .i tersebut.

diadakan pertemuan antara Menteri :ung, dan Kapolri dengan wakil dari uk membahas beberapa hal yang perlu n Rancangan Undang-Undang Hukum Jenyusunan Rancangan Undang-Undang Janitia di samping memperhatikan hasil­sionalll di Semarangjuga memperhatikan lain yang tergabung dalam organisasi

1an Advokat Indonesia (Peradin), lkatan i), Persatuan Jaksa Indonesia (Persaja), Jm Indonesia (Persahi) baik yang diajukan ·un kegiatan lain seperti kongres, rapat

at Presiden tanggal 12 September 1979 979, disampaikan Rancangan Undang­Pidana pada DPR Rl untuk dibicarakan

·wakilan Rakyat Indonesia guna mendapat mggal9 Oktober 1979 dalam pembicaraan :ehakiman menyampaikan keterangan mcangan Undang-Undang Hukum Acara ang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat :la pembicaraan tingkat II yang dilakukan a, fraksi-fraksi dalam Dewan Perwakilan esia memberikan Pemandangan Umum 1dang-Undang Hukum Acara Pidana yang aban dari Pemerintah.

1t selanjutnya, yaitu pembicaraan tingkat idang komisi. Diputuskan oleh Badan Jerwakilan Rakyat Republik Indonesia

bahwa pembicaraan tingkat Ill Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana dilakukan oleh gabungan komisi Ill bersama komisi I DPR Republik Indonesia. Sidang gabungan komisi Ill bersama komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan pemerintah mulai membicarakan Rancangan Undang­Undang Hukum Acara Pidana pada tanggal 24 November 1979 sampai dengan tanggal20 Mei 1980 di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Senayan, Jakarta. Pembicaraan pada waktu itu dibatasi pada pembahasan materi secara umum yang menghasilkan putusan penting yang terkenal dengan nama "13 Kesepakatan Pendapat" yang mengandung materi pokok yang akan dituangkan dalam pasal-pasal Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Untuk membicarakan dan merumuskan Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana lebih lanjut, dibentuk tim sinkronisasi yang diberi mandat penuh oleh sidang gabungan komisi Ill bersama komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Tim sinkronisasi bersama wakil dari pemerintah mulai melakukan rapat pada tanggal 25 Mei 1980 untuk membicarakan dan merumuskan Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Rapat-rapat dilakukan secara maraton dan tidak hanya dilakukan di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Senayan, Jakarta, tetapi juga di Megamendung Cipayung Bogar. Setelah melakukan tugasnya kurang lebih dua tahun, tim sinkronisasi berhasil menyelesaikan tugasnya pada tanggal 9 September 1981, Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana tersebut disetujui oleh sidang gabungan komisi Ill bersama komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Dalam membahas Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana tersebut, tim sinkronisasi bersama pemerintah mengalami hambatan-hambatan dalam membahas Bab Ketentuan Peralihan dan Pasal 115 tentang hadirnya penasihat hukum pada saat pemeriksaan pendahuluan. Namun hambatan­hambatan tersebut dapat diatasi dengan melakukan lobbying

Hukum Acara Pidana 5

Page 17: HUKUM - UNPAR Institutional Repository