hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang...

68
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TUBERKULOSIS DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Alvin Rifqy 109103000039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012 M

Upload: dinhdung

Post on 25-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

TUBERKULOSIS DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG

PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Alvin Rifqy

109103000039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H/2012 M

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini penyusun menyatakan bahwa :

1. Penelitian ini merupakan hasil karya asli penyusun yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang penyusun gunakan dalam penulisan ini telah

dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

penyusun atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, penyusun

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 12 September 2012

Alvin Rifqy

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

TUBERKULOSIS DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA

ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S. Ked)

Oleh:

Alvin Rifqy

NIM : 109103000039

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Yanti Susianti, Sp.A dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H/2012 M

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU

TENTANG TUBERKULOSIS DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG

PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012 yang

diajukan oleh Alvin Rifqy (NIM: 109103000039), telah diujikan dalam sidang di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 21 September 2012. Laporan

penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 21 September 2012

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

dr. Yanti Susianti, Sp.A

Pembimbing 1

dr. Yanti Susianti, Sp.A

Pembimbing 2

dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS

Penguji 1

dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, PhD

Penguji 2

dr. Risahmawati, PhD

PIMPINAN FAKULTAS

DEKAN FKIK UIN

Prof. Dr(hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And

KAPRODI PSPD FKIK UIN

Dr. dr. Syarief Hasan Luthfie, Sp.KFR

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu tentang Tuberkulosis dengan Pemberian Imunisasi BCG

pada Anak di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2012” ini dapat terselesaikan

tepat pada waktunya.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa bantuan dari berbagai pihak sangat berperan

dalam penyelesaian laporan penelitian ini. Oleh sebab itu, penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, Sp.And dan dr. Djauhari Widjajakusumah

AIF, PFK selaku Dekan dan Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Pembimbing riset penulis, dr. Yanti Susianti, Sp.A dan dr. Mukhtar

Ikhsan, Sp.P(K), MARS yang telah mengarahkan dan memberi perhatian

kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset

Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2009.

5. Orang tua penulis, Ayahanda Drs. Ahmad Riyadi, M.Si, M.Pd dan Ibunda

Dra. Noor Ainah, M.Fil.I yang selalu memberi semangat dan mendukung

penulis dalam menempuh pendidikan di kedokteran.

6. Sahabat-sahabat sekelompok riset, antara lain Ayu Indriyani Munggaran,

Ayu Wilda Ainusyifa, Nur Afida Fauzia, dan Salwa dan yang selalu

mengingatkan, mendukung, membantu memberikan ide-ide dan

memberikan semangat dalam berlangsungnya penelitian ini.

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

vi

7. Sahabat dan teman-teman seperjuangan PSPD 2009 beserta seluruh staf

pengajar dari Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ikut membantu dan

memberi dukungan dalam penelitian ini.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

penelitian ini yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan penelitian ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan dan dapat

dijadikan pelajaran bagi adik-adik penulis selanjutnya serta dapat menambah

pengetahuan kita semua.

Ciputat, 12 September 2012

Alvin Rifqy

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

vii

ABSTRAK

Alvin Rifqy. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu tentang Tuberkulosis dengan Pemberian Imunisasi BCG

Pada Anak Di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2012

Tuberkulosis (TB) hingga tahun 2011 masih menjadi masalah kesehatan

dunia disebabkan perannya sebagai penyakit infeksi dengan jumlah korban

terbesar kedua setelah AIDS. Oleh karena itu, diperlukan tindakan pencegahan,

salah satunya dengan imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG). Menurut BPS

(2010), cakupan imunisasi BCG di Indonesia sebesar 92,73%. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang

penyakit TB terhadap pemberian imunisasi BCG kepada anak di Puskesmas

Ciputat Timur tahun 2012. Metode penelitian ini adalah deskriptif-analitik

menggunakan desain cross-sectional dengan sampel 106 orang. Didapatkan

sebagian besar ibu berusia >30 tahun (53.8%), mempunyai ≤2 anak (76.4%),

berpendidikan terakhir SMA (44.3%), tidak bekerja (84%) dan berpendapatan

dibawah Upah Minimum Kota/Kabupaten (39.6%). Sebagian besar

berpengetahuan tinggi tentang penyakit TB (48.1%), berpengetahuan tinggi

tentang imunisasi BCG (79.2%) dan mengaku bahwa anaknya telah diimunisasi

BCG (98.1%). Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang

tuberkulosis dengan pemberian imunisasi BCG pada anak dengan nilai (p 1,000).

Kata Kunci : Pengetahuan TB, Imunisasi BCG

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

BAB 1 ..................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

1.3. Hipotesis ....................................................................................................... 2

1.4. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2

1.4.1. Tujuan Umum ........................................................................................ 2

1.4.2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 2

1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3

1.5.1. Bagi Responden ..................................................................................... 3

1.5.2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur.............................................................. 3

1.5.3. Bagi Peneliti ........................................................................................... 3

1.5.4. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................................................... 3

BAB 2 ..................................................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4

2.1. Landasan Teori ............................................................................................. 4

2.1.1. Definisi Tuberkulosis ............................................................................. 4

2.1.2. Epidemiologi Tuberkulosis .................................................................... 4

2.1.3. Patogenesis Tuberkulosis ....................................................................... 5

2.1.4. Klasifikasi Tuberkulosis ........................................................................ 8

2.1.5. Gejala Klinis Tuberkulosis .................................................................... 9

2.1.6. Pengobatan TB .................................................................................... 11

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

ix

2.1.7. Preventif Tuberkulosis ....................................................................... 14

2.2 Kerangka Konsep ........................................................................................ 15

BAB 3 ................................................................................................................... 16

METODE PENELITIAN ................................................................................... 16

3.1. Desain Penelitian ....................................................................................... 16

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 16

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 16

3.3.1. Populasi dan Sampel yang Diteliti ....................................................... 16

3.3.2. Jumlah Sampel ..................................................................................... 16

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel ................................................................... 17

3.3.4. Kriteria Sampel ........................................................................................ 17

3.3.4.1. Kriteria Inklusi .................................................................................. 17

3.3.4.2. Kriteria Eksklusi ............................................................................... 17

3.4. Cara Kerja Penelitian .................................................................................. 17

3.4.1. Pemilihan Subyek Penelitian ............................................................... 17

3.4.2. Teknis Pelaksanaan .............................................................................. 18

3.5. Manajemen Data ......................................................................................... 18

3.5.1. Instrumen Penelitian ............................................................................ 18

3.5.2. Pengumpulan Data ............................................................................... 18

3.5.3. Pengolahan Data .................................................................................. 19

3.5.4. Analisis dan Penyajian Data ................................................................ 20

3.6. Definisi Operasional ................................................................................... 20

BAB 4 ................................................................................................................... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 23

4.1. Analisis Univariat ....................................................................................... 23

4.1.1. Data Karakteristik Responden ............................................................. 23

4.1.2. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik tentang TB .. 26

4.1.3. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang TB ... 28

4.1.4. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik tentang

Imunisasi BCG ..................................................................................... 29

4.1.5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang

Imunisasi BCG ..................................................................................... 30

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

x

4.1.6. Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku Pemberian Imunisasi

BCG..... ................................................................................................ 31

4.2. Analisis Bivariat ......................................................................................... 32

4.2.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan TB dengan Pemberian Imunisasi

BCG ...................................................................................................... 32

4.3. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 33

BAB V ................................................................................................................... 34

SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 34

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 34

5.2 Saran ............................................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36

LAMPIRAN ......................................................................................................... 38

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Regimen Pengobatan Tuberkulosis.............................................. 13

Tabel 2.2. Dosis Obat yang Dipakai di Indonesia........................................ 13

Tabel 2.3. Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis........................................ 14

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian................................................... 20

Tabel 4.1. Data karakteristik Responden..................................................... 23

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik

Tentang TB..................................................................................

26

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tentang TB..................................................................................

28

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik

tentang Imunisasi BCG...............................................................

29

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

tentang Imunisasi BCG................................................................

30

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Pemberian

Imunisasi BCG............................................................................

31

Tabel 4.7. Hubungan Tingkat Pengetahuan TB dengan Pemberian

Imunisasi BCG menggunakan cross-tabs Chi-Square.................

32

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) hingga tahun 2011 masih menjadi perhatian masalah

kesehatan dunia. Sebagai penyakit infeksi, TB adalah pembunuh kedua terbesar di

dunia setelah HIV/AIDS. Perhitungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

menunjukkan 8,8 juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB di tahun 2010

dan sekitar 1,4 juta penduduk meninggal. Hal ini setara dengan 3.800 jiwa

meninggal dunia karena TB per hari. Insiden di Indonesia tahun 2010 sebanyak

450.000 kasus, atau sekitar 189 dari 100.000 orang telah terinfeksi

Mycobacterium tuberculosis.1,2

Salah satu tindakan untuk mencegah penularan TB adalah dengan

imunisasi. Pencegahan dengan imunisasi atau vaksinasi adalah tindakan untuk

memberikan ketahanan sistem imun yang lebih baik sehingga mampu

mempertahankan diri terhadap penyakit atau masuknya kuman dari luar.

Imunisasi terhadap penyakit tuberkulosis adalah imunisasi Bacille Calmette-

Guérin (BCG) yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1956. Sejak tahun

1977 di Indonesia diadakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1611/MENKES/SK/XI/2005

tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, pemberian imunisasi BCG

merupakan salah satu upaya pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat

Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), diantaranya adalah tuberkulosis (TB).3

Pemberian imunisasi BCG dapat dilakukan di Institusi Pelayanan Kesehatan milik

pemerintah maupun swasta. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dari

hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1995–2010

cakupan imunisasi BCG sebesar 92.73% pada tahun 2010.4

Untuk wilayah

Puskesmas Ciputat Timur, cakupan imunisasi BCG November 2011 sebesar

91,3%.5

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

2

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis berminat

untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan ibu

tentang TB dengan pemberian imunisasi BCG pada anak di Puskesmas Ciputat

Timur sebagai langkah pencegahan penyakit tuberkulosis.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu di Puskesmas

Ciputat Timur terhadap pemberian imunisasi BCG kepada anak di tahun 2012?

1.3. Hipotesis

Tingkat pengetahuan ibu mengenai tuberkulosis (TB) mempengaruhi

perilaku ibu dalam pemberian imunisasi BCG pada anak. Semakin tinggi

pengetahuan ibu, semakin tinggi angka imunisasi BCG yang diberikan kepada

anak.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu di

Puskesmas Ciputat Timur terhadap pemberian imunisasi BCG kepada anak di

tahun 2012.

1.4.2. Tujuan Khusus

Untuk mengelompokan data tingkat pengetahuan ibu di Puskesmas

Ciputat Timur terhadap penyakit tuberkulosis sesuai kategori ada atau tidaknya

pemberian imunisasi BCG pada anak mereka.

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

3

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Responden

Memberi pendidikan tentang manfaat imunisasi BCG terhadap

pencegahan penyakit tuberkulosis. Selain itu, peneliti dapat memberi pendidikan

tentang penyakit TB secara umum kepada responden.

1.5.2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur

Memberikan gambaran pengetahuan ibu-ibu di Puskesmas Ciputat Timur

mengenai manfaat imunisasi BCG terhadap pencegahan penyakit TB.

1.5.3. Bagi Peneliti

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu di Puskesmas Ciputat

Timur mengenai tuberkulosis (TB) terhadap pemberian imunisasi BCG kepada

anak mereka sebagai tindakan pencegahan penyakit tuberkulosis (TB).

1.5.4. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai informasi dan database sehingga dapat menjadi rujukan untuk

melakukan riset selanjutnya yang berhubungan dengan riset ini.

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular pada manusia dan hewan

yang disebabkan oleh spesies Mycobacterium dan ditandai dengan pembentukan

tuberkel dan nekrosis kaseosa (perkijuan) pada jaringan-jaringan. Spesies

Mycobacterium penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis dan

Mycobacterium bovis. Manifestasi tuberkulosis bervariasi dan mempunyai

kecenderungan besar menjadi kronis. Penyakit ini menular melalui udara sehingga

bakteri ini sebagian besar menyerang paru, tetapi juga dapat juga mengenai organ

tubuh lainnya. Paru adalah pintu gerbang masuknya infeksi untuk mencapai organ

lainnya. Bakteri yang diidentifikasi tahun 1882 oleh Robert Koch ini berbentuk

batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan

sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini cepat mati jika

terkena sinar matahari langsung, tetapi mampu bertahan hidup beberapa jam di

tempat yang gelap dan lembab. Bakteri ini jika berada di dalam jaringan tubuh

manusia, maka kuman ini dapat dorman selama bertahun-tahun.6-8

2.1.2. Epidemiologi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) menjangkiti sebagian besar orang dewasa muda di

tahun-tahun mereka yang paling produktif. Sekitar 95% kematian akibat TB

berada di negara berkembang. Jumlah orang yang sakit TB turun menjadi 8,8 juta

pada tahun 2010, termasuk 1,1 juta kasus TB-HIV. Jumlah tersebut menurun sejak

tahun 2005.1,2

Tingkat kejadian secara global diperkirakan turun menjadi 128 kasus per

100.000 penduduk pada tahun 2010, setelah mencapai puncaknya pada tahun

2002 pada 141 kasus per 100.000. Jumlah orang yang meninggal akibat TB turun

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

5

menjadi 1,4 juta pada tahun 2010, termasuk 350.000 orang dengan HIV, sama

dengan sekitar 3.800 kematian per hari.1,2

TB termasuk di dalam tiga penyebab terbesar kematian pada wanita

berusia 15-44 tahun, sejumlah 320.000 perempuan meninggal karena TB pada

tahun 2010. Angka kematian akibat TB telah menurun 40% sejak tahun 1990, dan

jumlah kematian juga menurun. Secara global, persentase penderita TB yang

berhasil diobati mencapai level tertinggi pada 87% pada tahun 2009. Sejak tahun

1995, sekitar 46 juta orang telah berhasil diobati dan 6,8 juta jiwa diselamatkan

melalui DOTS dan strategi Stop TB.1,2

Di antara 22 negara dengan angka TB tertinggi, Brazil dan China

menunjukkan penurunan berkelanjutan dalam kasus TB selama 20 tahun terakhir.

China telah membuat kemajuan dramatis melalui investasi domestik dan

kerjasama internasional atas penyakit TB. Antara tahun 1990 dan 2010, angka

kematian TB turun hampir 80%, dengan kematian menurun dari 216.000 orang

menjadi 55.000 orang.1,2

2.1.3. Patogenesis Tuberkulosis

2.1.3.1. Tuberkulosis Primer

Tuberkulosis primer terjadi ketika seseorang mendapatkan infeksi atau

terpapar pertama kali dengan kuman TB. Kuman TB yang keluar saat batuk atau

bersin berupa droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam

udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet,

ventilasi yang buruk, dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman

dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap

oleh orang sehat, maka akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru.

Ukuran droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga mampu melewati

sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di

alveolus dan menetap disana. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran

partikel ≤5 mikrometer. Kuman akan dihadapi oleh neutrofil untuk pertama kali,

kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

6

dibersihkan oleh makrofag dan keluar dari percabangan trakeobronkial bersama

gerakan silia dan sekretnya.7,8

Mycobacterium tuberculosis dapat menetap di jaringan paru dan

berkembangbiak di dalam sitoplasma makrofag. Mycobacterium tuberculosis

dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan

paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang

primer atau afek primer atau (focus Ghon). Sarang primer ini dapat terjadi di

setiap bagian paru. Efusi pleura dapat terjadi jika kuman ini menjalar sampai ke

pleura. Kuman dapat juga masuk ke saluran gastrointestinal, jaringan limfe,

orofaring, dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke

dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, dan tulang.

Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru

dan menjadi TB primer.7,8

Dari focus Ghon akan timbul peradangan saluran getah bening menuju

hilus (limfangitis lokal). Selain terjadi peradangan di sana, kelenjar getah bening

hilus juga akan membesar (limfadenitis regional). Jika ada sarang primer,

limfangitis lokal, dan limfadenitis regional, maka ini disebut kompleks primer

(Ranke). Keseluruhan proses ini memerlukan waktu tiga sampai delapan minggu.

Kompleks primer (Ranke) ini selanjutnya dapat menjadi:7

1. Sembuh total tanpa meninggalkan cacat. Hal ini yang banyak terjadi.

2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,

kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5

mm dan ± 10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang

dorman.

3. Terjadi komplikasi dan menyebar secara: a) perkontinuitatum, yakni menyebar

ke sekitarnya, b) secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru

di sebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah sehingga

menyebar ke usus, c) secara limfogen, ke organ tubuh lain-lainnya, d) secara

hematogen, ke organ tubuh lainnya.

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

7

2.1.3.2. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)

Tuberkulosis (TB) pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan

atau beberapa tahun setelah infeksi primer. Kuman yang dorman pada

tuberculosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi

endogen menjadi penyakit tuberculosis yang terlihat secara klinis. Tuberculosis

post primer disebut juga TB pasca primer atau dengan nama lain TB sekunder.

Mayoritas reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas

menurun seperti malnutrisi, alkohol, keganasan, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal.

Tuberkulosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di region

atas paru (bagian apical-posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah

ke daerah parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru.7

Sarang ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-

10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari

sel-sel histiosit dan sel datia langhans (sel besar dengan banyak inti) yang

dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat. TB pasca primer juga

dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua (elderly

tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya, dan imunitas pasien,

sarang dini ini dapat menjadi:7

1. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.

2. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan sebukan

jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan

perkapuran. Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang

menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami

nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju

dibatukkan keluar, maka terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula

berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan

fibroblast dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik).

Terjadinya nekrosis perkijuan dan kavitas adalah karena hidrolisis protein

lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh makrofag, dan

proses yang berlebihan sitokin dan TNF. Bentuk perkijuan lain yang jarang

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

8

adalah cryptic disseminate TB yang terjadi pada imunodefisiensi dan usia

lanjut.

Meskipun lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas

dapat: a) meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi

kavitas ini masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB milier.

Dapat juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk ke lambung dan

selanjutnya ke usus jadi TB usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan

seperti yang disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobronkial dan TB

endotrakeal atau empiema bila ruptur ke pleura; b) memadat dan membungkus

diri sehingga menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur dan

menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi.

Komplikasi kronik kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti aspergillus dan

kemudian menjadi mycetoma; c) bersih dan menyembuh, disebut open healed

cavity. Dapat juga menyembuh dengan membungkus diri menjadi kecil. Kadang-

kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut, dan berbentuk seperti

bintang disebut stellate shaped.7

2.1.4. Klasifikasi Tuberkulosis

Klasifikasi tuberkulosis yang banyak dipakai di Indonesia adalah

berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan mikro biologis:7

1. Tuberkulosis paru.

2. Bekas tuberkulosis paru.

3. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:

a) Tuberkulosis paru tersangka yang diobati. Sputum BTA

tidak ditemukan (negatif), tetapi tanda-tanda lain positif.

b) Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. Sputum

BTA negatif dan tanda-tanda yang lain juga meragukan.

Dalam 2-3 bulan, TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah

termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru. Dalam klasifikasi ini

perlu dicantumkan:7

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

9

1) status bakteriologi,

2) mikroskopik sputum BTA (langsung),

3) biakan sputum BTA,

4) status radiologis, kelainan yang relevan untuk tuberkulosis

paru, dan

5) status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti

tuberkulosis.

WHO pada tahun 1991 mengkategorikan penyakit tuberkulosis

berdasarkan terapi ke dalam 4 kategori, yaitu:7

1. Kategori I, ditujukan terhadap:

a. Kasus baru dengan sputum positif

b. Kasus baru dengan bentuk TB berat

2. Kategori II, ditujukan terhadap:

a. Kasus kambuh

b. Kasus gagal dengan sputum BTA positif

3. Kategori I, ditujukan terhadap:

a. Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

b. Kasus TB ekstra paru selain yang disebut di dalam kategori I

4. Kategori I, ditujukan terhadap TB kronik

2.1.5. Gejala Klinis Tuberkulosis

Gejala yang dirasakan pasien oleh tuberkulosis dapat bermacam-macam.

Bahkan banyak pasien TB yang ditemukan tanpa keluhan sama sekali dalam

pemeriksaan kesehatan. Gejala yang paling sering muncul adalah:7,10

1. Demam

Demam yang muncul biasanya subfebril menyerupai demam influenza.

Namun, kadang-kadang demam dapat mencapai suhu 40-41oC. Demam untuk

pertama kali dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat muncul kembali.

Demam influenza ini hilang timbul, sehingga pasien tidak pernah merasa terbebas

dari serangan demam influenza ini. Keadaan ini dipengaruhi oleh banyak faktor,

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

10

di antaranya daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman

tuberkulosis yang menyerang pasien.7

2. Batuk/Batuk Darah

Batuk adalah gejala yang timbul paling dini dan merupakan gangguan

yang paling sering dikeluhkan oleh pasien tuberkulosis. Biasanya batuk ringan

sehingga dianggap batuk biasa atau akibat rokok. Proses yang paling ringan ini

menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan

saat penderita bangun pagi hari. Batuk ini umumnya terjadi karena iritasi pada

bronkus. Batuk ini berfungsi untuk mengeluarkan produk-produk radang. Sifat

batuk bermula dari batuk kering atau batuk non-produktif tanpa sputum,

kemudian setelah timbul peradangan berlanjut menjadi batuk produktif atau batuk

yang menghasilkan sputum. Sputum atau dahak pada awalnya bersifat mukoid

dan jumlahnya masih sedikit, kemudian akan berubah menjadi kuning/purulen

atau kuning hijau. Apabila telah terjadi perlunakan maka sputum akan berubah

menjadi kental. Jika batuk terus dibiarkan maka batuk akan berlanjut menjadi

batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Mayoritas batuk darah

pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding

bronkus.7

3. Sesak Napas

Sesak napas tidak akan dirasakan pada penyakit tuberkulosis ringan atau

yang baru tumbuh. Gejala ini akan ditemukan jika penyakit telah kronis yang

infiltrasinya telah meliputi setengah bagian paru.7

4. Nyeri dada

Nyeri dada pada pasien tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang

ringan. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada muncul jika infiltrasi radang

sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Nyeri muncul saat

terjadi gesekan antara kedua pleura saat pasien menarik dan menghembuskan

napas. Bila nyeri bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri

dikeluhkan di daerah aksila, di ujung skapula, atau di tempat-tempat lain).7

5. Malaise

Tuberkulosis memiliki sifat radang yang menahun. Gejala ini sering

ditemukan berupa kehilangan nafsu makan atau anoreksia, penurunan berat badan,

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

11

meriang, nyeri otot, sakit kepala, keringat malam hari meskipun tanpa aktivitas,

dan lain-lain. Gejala malaise ini makin berat seiring waktu dan dapat hilang

timbul secara tidak menentu.7

2.1.6. Pengobatan TB

Pengobatan tuberkulosis (TB) adalah salah satu dari empat misi untuk

mencapai visi TB partnership, yaitu dunia bebas TB. Pengobatan TB secara

umum bertujuan:9,10

1. Mengobati pasien dengan meminimalisir gangguan aktivitas hariannya.

2. Mencegah kematian atau komplikasi lanjut akibat penyakitnya.

3. Mencegah kekambuhan.

4. Mencegah munculnya resistensi obat.

5. Mencegah lingkungannya dari penularan.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dapat diklasifikasi menjadi 2 jenis

regimen, yaitu regimen obat lini pertama dan lini kedua. Kedua lini obat ini

diarahkan ke penghentian pertumbuhan basil, pengurangan basil dorman, dan

pencegahan terjadinya resistensi. Obat-obatan lini pertama terdiri dari isoniazid

(INH), rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin. Obat-obatan lini

kedua mencakup rifabutin, etionamid, sikloserin, PAS (para amino salicylic acid),

klofazimin, aminoglikosid di luar streptomisin dan quinolon.9,10

Isoniazid (INH) mempunyai kemampuan bakterisidal TB yang terkuat.

Mekanisme kerjanya adalah menghambat cell wall biosynthesis pathway. INH

dianggap sejenis obat yang aman. Efek samping utama dari isoniazid antara lain

hepatitis dan neuropati perifer karena interferensi fungsi biologi vitamin B6 atau

piridoksin. Untuk menekan efek samping tersebut, pasien TB dapat diberikan

vitamin B6.9,10

Selain isoniazid, rifampisin juga merupakan obat anti TB yang ampuh.

Rifampisin bekerja dengan cara menghambat polymerase DNA dependent

ribonucleic acid (RNA) Mycobacterium tuberculosis. Efek samping yang sering

muncul akibar rifampisin antara lain hepatitis, flu-like syndrome’s, dan

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

12

trombositopenia. Jika pasien TB sedang menggunakan kontrasepsi oral, maka

dosis kontrasepsi oral harus ditingkatkan karena rifampisin meningkatkan

metabolisme hepatik kontrasepsi oral.9,10

Pirazinamid adalah obat bakterisidal untuk organisme intraseluler dan

agen anti tuberkulos ketiga yang juga cukup ampuh. Pirazinamid hanya diberikan

untuk 2 bulan pertama pengobatan. Efek samping yang sering diakibatkan oleh

pirazinamid adalah hepatotoksisitas dan hiperurisemia.9,10

Etambutol satu-satunya obat lapis pertama yang mempunyai efek

bakteriostatik, tetapi bila dikombinasikan dengan isoniazid dan rifampisin terbukti

bisa mencegah terjadinya resistensi obat. Etambutol memiliki efek samping yang

mungkin muncul antara lain neutitis optika, nefrotoksik, dan skin rash atau

dermatitis.9,10

Streptomisin merupakan salah satu obat anti tuberkulosis pertama yang

ditemukan. Streptomisin adalah antibiotik golongan aminoglikosida yang harus

diberikan secara parenteral dan bekerja mencegah pertumbuhan organisme

ekstraseluler. Kekurangan obat ini adalah efek samping toksik pada saraf kranial

VIII yang dapat menyebabkan disfungsi vestibular dan atau hilangnya

pendengaran.9,10

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang aman diberikan pada perempuan

hamil adalah isoniazid, rifampisin, dan etambutol. Obat lapisan kedua

dicadangkan untuk pengobatan kasus-kasus resisten multi obat.9,10

Pengobatan pasien TB memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan

agar dapat mencegah perkembangan resistensi obat. Oleh karena itu, WHO telah

menerapkan strategi DOTS dimana terdapat petugas kesehatan tambahan yang

berfungsi secara ketat mengawasi pasien minum obat untuk memastikan

kepatuhan. WHO juga telah menetapkan regimen pengobatan standar yang

membagi pasien menjadi 4 kategori berbeda menurut definisi kasus tersebut.

Keempat kategori tersebut dapat dilihat pada tabel 2.19

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

13

Tabel 2. 1 Regimen Pengobatan Tuberkulosis9

Kategori Pasien TB

Regimen Pengobatan*

Fase Awal Fase

Lanjutan

1 TB paru sputum BTA positif baru,

TB paru berat, TB ekstra paru

(berat), TB paru BTA-negatif

2 SHRZ (EHRZ)

2 SHRZ (EHRZ)

2 SHRZ (EHRZ)

6 HE

4 HR

4 H3R3

2 Relaps

Kegagalan pengobatan

2 SHZE/ 1 HRZE

2 SHZE/ 1 HRZE

5 H3R3E3

5 HRE

3 TB paru sputum BTA-negatif

TB ekstra-paru (menengah-berat)

2 HRZ Atau 2 H3R3Z3

2 HRZ Atau 2 H3R3Z3

2 HRZ Atau 2 H3R3Z3

6 HE

2 HR/4H

2 H3R3/4H

4 Kasus kronis (masih BTA-positif

setelah pengobatan ulang yang

disupervisi)

Tidak dapat diaplikasikan

(mempertimbangkan menggunakan obat-

obatan lini kedua)

Singkatan: TB = TB; S = Streptomisin; H = Isoniazid; R = Rifampisin; Z = Pirazinamide; E =

Etambutol

Membaca regimen, misalnya: 2 SHRZ (EHRZ) / 4 H3R3 menunjukkan sebuah regimen untuk 2

bulan di antara obat-obatan etambutol, isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid yang diberikan setiap

hari, diikuti 4 bulan pemberian isoniazid dan rifampisin

Sumber tabel dari Amin Z, Bahar S. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. Dalam Sudoyo Aru, et al.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: InternaPublishing Pusat Penerbitan

Ilmu Penyakit Dalam; 2009. Halaman 2243

Tabel 2.2 Dosis Obat yang Dipakai di Indonesia9

Nama Obat Dosis Harian Dosis Berkala

3 x seminggu BB < 50 kg BB > 50 kg

Isoniazid 300 mg 400 mg 600 mg

Rifampisin 450 mg 600 mg 600 mg

Pirazinamid 1.000 mg 2.000 mg 2-3 g

Streptomisin 750 mg 1.000 mg 1.000 mg

Etambutol 750 mg 1.000 mg 1 – 1,5 g

Etionamid 500 mg 750 mg

PAS 99 10 g

Sumber tabel dari Amin Z, Bahar S. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. Dalam Sudoyo Aru, et al.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: InternaPublishing Pusat Penerbitan

Ilmu Penyakit Dalam; 2009. Halaman 2244

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

14

Tabel 2.3 Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis9

Nama Obat Efek Samping Obat

Isoniazid Neuropati perifer dapat dicegah dengan pemberian B6, hepatotoksik

Rifampisin Sindrom flu, hepatotoksik

Streptomisin Nefrotoksik, gangguan nervus VIII kranial

Etambutol Neuritis optika, nefrotoksik, skin rash/dermatitis

Etionamid Hepatotoksik, gangguan pencernaan

PAS Hepatotoksik, gangguan pencernaan

Cycloserin Seizure / kejang, depresi, psikosis

Sumber tabel dari Amin Z, Bahar S. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. Dalam Sudoyo Aru, et al.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: InternaPublishing Pusat Penerbitan

Ilmu Penyakit Dalam; 2009. Halaman 2245

2.1.7. Preventif Tuberkulosis

1. BCG

Untuk mencegah meluasnya TB, maka pada anak berusia 0-2

bulandiberikan imunisasi Bacille Calmette-Guérin (BCG). Dosis untuk bayi

sebesar 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml, diberikan intrakutan daerah insersi otot

deltoid kanan. Bila BCG diberikan lebih dari 3 bulan sebaiknya dilakukan uji

tuberkulin (mantoux) terlebih dahulu. Insiden TBC anak yang mendapat TB

berhubungan dengan kualitas vaksin yang digunakan, pemberian vaksin, jarak

pemberian vaksin dan intensitas pemaparan infeksi. BCG efektif terutama untuk

mencegah TBC milier, meningitis, dan spondilitis TBC pada anak sedikitnya

75%. BCG ulangan tidak dianjurkan mengingat efektifitas perlindungannya hanya

40%, sekitar 70% TBC berat mempunyai parut BCG. BCG relatif aman, jarang

ada efek samping serius, yang sering diketemukan ulserasi lokal dan limfadenitis

dengan insidensi 0,1-1%. Kontraindikasi pemberian imunisasi BCG yaitu

defisiensi imun, infeksi berat, dan luka bakar.11,12

2. Kemoprofilaksis

Kemoprofilaksis primer bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi

TBC pada anak, diberikan isoniazid (INH) dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari,

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

15

dosis tunggal, pada anak yang kontak dengan TBC menular, terutama dengan

BTA sputum positif, tetapi belum terinfeksi, serta anak yang belum pernah

diimunisasi BCG (uji tuberkulin negatif). Obat dihentikan jika sumber kontak

sudah tidak menular lagi dan anak ternyata tetap tidak terinfeksi (sesudah uji

tuberkulin ulangan).11,12

Kemoprofilaksis sekunder mencegah aktifnya infeksi sehingga anak

tidak sakit, diberikan pada anak telah terinfeksi, tetapi belum sakit, ditandai

dengan uji tuberkulin positif, klinis, dan radiologis normal. Anak yang mendapat

kemoprofilaksis sekunder adalah usia balita, menderita morbili, varisela, dan

pertusis, mendapat obat imunosupresif yang lama (sitotastik dan kortikosteroid),

usia remaja, dan infeksi TBC paru, konversi uji tuberkulin dalam jangka waktu

kurang dari 2 bulan.11,12

2.2. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Pengetahuan

TBC

Pemberian Imunisasi

BCG

Karakteristik Ibu

Umur

Jumlah Anak

Pendidikan

Pekerjaan

Pendidikan Suami

Pendapatan

Keluarga

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik dengan rancangan

cross sectional melalui kueisioner untuk menilai hubungan tingkat pengetahuan

ibu tentang TB berkaitan dengan pemberian imunisasi BCG pada anak.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur,

Tangerang Selatan. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September 2012.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi dan Sampel yang Diteliti

1. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu di wilayah kerja Puskesmas

Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

2. Populasi terjangkau adalah ibu yang mendatangi puskesmas dan posyandu.

3. Sampel adalah ibu yang mempunyai anak di wilayah kerja Puskesmas

Ciputat Timur.

3.3.2. Jumlah Sampel

Berdasarkan jenis penelitian, penghitungan jumlah sampel yang diambil

dalam penelitian ini diambil menggunakan rumus berikut:

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

17

Keterangan :

α = 0,05 ; jadi Zα = 1,96

p = 50%

L = 10%

q = 1- p

Estimasi jumlah sampel minimal adalah 96 orang. Dengan perkiraan

sampel drop out 10%, maka sampel yang dibutuhkan adalah 96 + 10%(96) = 106

orang.

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan menggunakan consecutive sampling. Semua ibu

yang memiliki anak di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur serta memenuhi

kriteria pemilihan dimasukkan sebagai sampel hingga jumlah sampel terpenuhi.

3.3.4. Kriteria Sampel

3.3.4.1. Kriteria Inklusi

1. Ibu di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur yang memiliki anak

kandung.

2. Ibu yang bersedia menjadi responden penelitian.

3.3.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Ibu di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur yang menderita gangguan

kejiwaan yang mengganggu fungsi nalar.

2. Ibu yang memiliki anak dengan infeksi HIV.

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.4.1. Pemilihan Subyek Penelitian

Sampel diambil dari ibu di Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang Selatan

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini.

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

18

3.4.2. Teknis Pelaksanaan

1. Pengambilan data dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang

Selatan sesuai dengan jumlah sampel.

2. Peneliti mendatangi responden, yang merupakan ibu-ibu di wilayah di

Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

3. Peneliti memberikan penjelasan tentang penelitian ini, kemudian meminta

kesediaan responden untuk ikut dalam penelitian ini.

4. Peneliti memberikan lembar persetujuan ikut dalam penelitian kepada

responden untuk diisi.

5. Setelah selesai menandatangani persetujuan penelitian, peneliti melakukan

wawancara terpimpin (guidance interview) terhadap kuesioner.

3.5. Manajemen Data

3.5.1. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang dimodifikasi dari penelitian

sebelumnya oleh Sari (2011) dan Lisana (2011) dan telah divalidasi.13,14

Data

dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan cara melakukan kunjungan ke

Puskesmas Ciputat Timur.

3.5.2. Pengumpulan Data

Penelitian dilaksanakan jika responden telah mendapatkan informed

consent dan menyetujui untuk menjadi objek penelitian. Data yang dikumpulkan

adalah data primer yang didapatkan dari pengisian kuesioner dengan cara

wawancara langsung dengan responden.

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

19

3.5.3. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a) Menyunting data (data editing)

Editing dilakukan setiap kali responden selesai mengisi kuisioner. Bila ada

kesalahan atau data tidak lengkap peneliti kembali menemui responden untuk

klarifikasi. Editing ini dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data

seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, dan konsistensi pengisian

setiap jawaban kuisioner.

b) Mengkode data (data coding)

Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan.

Pemberian kode ini ditujukan untuk memudahkan dalam memasukkan data.

c) Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data yang telah diberikan kode dalam program statistik.

Program komputer yang digunakan adalah software computer SPSS 16 for

windows.

d) Membersihkan data (data cleaning)

Setelah data dimasukkan dilakukan pengecekan kembali. Tujuan

pengecekan ulang adalah untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah,

sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

e) Memberikan nilai data (data scoring)

Penilaian data dilakukan dengan pemberian skor terhadap jawaban yang

menyangkut variabel dependen dan independen. Skor diberikan sesuai dengan

definisi operasional.

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

20

3.5.4. Analisis dan Penyajian Data

Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari tiap

variabel yang diteliti, akan digunakan analisis univariat, sedangkan untuk

mengetahui adanya hubungan antara variabel dependen dan independen

digunakan analisis bivariat. Teknik analisis yang dilakukan yaitu dengan uji Chi-

Square (X2), untuk melakukan hubungan antara variabel kategorik dengan

kategorik. Analisis ini bertujuan untuk menguji perbedaan proporsi dua atau lebih

kelompok sampel, sehingga diketahui ada atau tidaknya suatu hubungan yang

bermakna secara statistik. Jika tidak memenuhi syaratuji Chi-Square maka akan

dilakukan penggabungan sel. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%

dengan α 5%, sehingga jika nilai p (p value) < 0,05 berarti terdapat hubungan

bermakna (signifikan) antara variabel yang diteliti. Jika nilai p > 0,05 berarti tidak

ada hubungan bermakna antara variabel yang diteliti. Hasil penelitian disajikan

dalam bentuk tekstular dan tabular.

3.6. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

1. Umur

Masa hidup

responden yang

dihitung dalam

tahun sejak lahir

sampai saat

penelitian

berlangsung.

Kuesioner Wawancara

1. Muda, jika umur

ibu ≤ 30 tahun

2. Tua, jika umur

>30 tahun 14

Nominal

2. Pendidikan

Jenjang pendidikan

formal terakhir yang

ditempuh oleh ibu.

Kuesioner Wawancara

1. Tidak sekolah

2. Tidak tamat SD

3. SD

4. SMP

5. SMA

6. Akademi /

Perguruan

Tinggi14

Ordinal

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

21

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian (lanjutan)

3. Pekerjaan

Kegiatan responden

yang dilakukan

secara rutin dengan

maksud

mendapatkan

penghasilan.

Kuesioner Wawancara

1. Bekerja, jika ibu

memiliki

kegiatan rutin

untuk

menghasilkan

uang

2. Tidak bekerja,

jika ibu tidak

memiliki

kegiatan rutin

untuk

menghasilkan

uang 14

Ordinal

4. Jumlah

Anak

Banyak anak

(kandung) yang

dimiliki oleh

responden.

Kuesioner Wawancara

1. Jumlah anak ≤ 2

orang

2. Jumlah anak >2

orang14

Ordinal

5. Pendidikan

Suami

Jenjang pendidikan

formal terakhir yang

ditempuh oleh

suami responden.

Kuesioner Wawancara

1. Tidak Sekolah

2. Tidak tamat SD

3. SD

4. SMP

5. SMA

6. Akademi /

Perguruan

Tinggi14

Ordinal

6. Pekerjaan

Suami

Kegiatan suami

responden yang

dilakukan secara

rutin dengan

maksud

mendapatkan

penghasilan.

Kuesioner Wawancara

1 Pegawai Negeri

2 Pegawai Swasta

3 Buruh

4 Wiraswasta

5 Lain-lain14

Nominal

7. Pendapatan

keluarga

Penghasilan (uang)

yang diperoleh

ayah dan atau ibu

selama 1 bulan.

Kuesioner Wawancara

1. Pendapatan

keluarga < Rp

1.529.150

2. Pendapatan

keluarga

Rp 1.529.150

3. Pendapatan

keluarga > Rp

1.529.150 15

Ordinal

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

22

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian (lanjutan)

8. Pengetahuan

Segala sesuatu

yang diketahui

responden

mengenai TBC dan

imunisasi BCG

Kuesioner Wawancara

1. Rendah, jika

0-5 dari skor

maksimal 17

2. Sedang, jika 6-

11dari skor

maksimal 17

3. Tinggi, jika

12-17 dari skor

maksimal 17

Ordinal

9.

Pemberian

imunisasi

BCG

Pemberian vaksin

BCG pada anak. Kuesioner Wawancara

1. Tidak diberikan

2. Diberikan Ordinal

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian diambil dari 106 sampel yang telah didapat dengan

metode pengambilan sampel consecutive sampling. Penelitian ini dilakukan

dengan cara mengunjungi Puskesmas Ciputat Timur, posyandu-posyandu, serta

rumah ibu-ibu yang mempunyai anak yang berdomisili di wilayah kerja

Puskesmas Ciputat Timur pada bulan Agustus-September 2012.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan

ibu tentang TBC dengan pemberian imunisasi BCG pada anak di wilayah kerja

Puskesmas Ciputat Timur, melalui kuesioner yang diisi dengan wawancara

terpimpin. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sudah dilakukan uji

validitas sebelumnya, dengan wawancara terpimpin terhadap 10 responden dan

didapatkan hasil baik.

4.1. Analisis Univariat

4.1.1. Data Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Data Karakteristik Responden

Variabel Karakteristik Jumlah Persentase

(%)

Umur Responden ≤ 30 tahun

>30 tahun

49

57

46,2

53,8

Jumlah Anak ≤ 2 anak

>2 anak

81

25

76,4

23,6

Pendidikan Tidak sekolah

Tidak tamat SD

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Tamat akademi / perguruan tinggi

1

5

7

29

47

17

0,9

4,7

6,6

27,4

44,3

16,0

Pekerjaan Tidak bekerja

Bekerja

89

17

84,0

16,0

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

24

Tabel 4.1. Data Karakteristik Responden (lanjutan)

Variabel Karakteristik Jumlah Persentase

(%)

Pendidikan Suami Tidak sekolah

Tidak tamat SD

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Tamat akademi / perguruan tinggi

0

1

11

18

61

15

0,0

0,9

10,4

17,0

57,5

14,0

Pekerjaan Suami Pegawai Negeri

Pegawai Swasta

Buruh

Wiraswasta

Lain-lain

2

42

10

41

11

1,9

39,6

9,4

38,7

10,4

Pendapatan

keluarga per bulan

< Rp 1.529.150

Rp 1.529.150

> Rp 1.529.150

42

26

38

39,6

24,5

35,8

Tabel 4.1. memperlihatkan sebaran berbagai karakteristik dari 106

responden. Pada penelitian ini responden dibagi menjadi dua kelompok umur,

yaitu responden yang berumur ≤ 30 tahun dan > 30 tahun dengan rentang usia 19-

55 tahun. Proporsi umur responden terbesar pada umur ≤ 30 tahun sebanyak 49

responden (46,2%). Sedangkan 57 responden sisanya berumur > 30 tahun dengan

proporsi 53,8%. Hal ini berlawanan dengan penelitian Lisana (2011) mengenai

hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi

dan balita di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur tahun 2011

bahwa proporsi ibu dengan usia ≤ 30 tahun lebih tinggi yaitu 69,4%.14

Berdasarkan jumlah anak dapat dilihat sebarannya dibagi menjadi dua

kelompok, responden dengan jumlah anak ≤ 2 dan jumlah anak > 2. Proporsi

terbesar sebanyak 81 responden (76,4%) mempunyai anak berjumlah ≤ 2,

sedangkan 25 responden lainnya (23,6%) mempunyai anak berjumlah > 2. Hal ini

sesuai dengan penelitian Lisana (2011) bahwa ibu dengan jumlah anak ≤ 2 lebih

tinggi dengan proporsi 77,8%.14

Pendidikan responden dengan proporsi terbesar adalah tamat SMA

sebanyak 47 orang (44,3%), kemudian secara berturut-turut jumlah responden

yang tamat SMP sebanyak 29 orang (27,4%), lulus akademi atau perguruan tinggi

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

25

sebanyak 17 orang (16,0%), tamat SD sebanyak 7 orang (6,6%), tidak tamat SD

sebanyak 5 orang (4,7%), dan responden yang tidak bersekolah hanya 1 orang

(0,9%). Sebaran pendidikan responden juga dikelompokkan menjadi dua kategori,

responden dengan pendidikan rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD,

tamat SMP) dan responden dengan pendidikan tinggi (tamat SMA, tamat

perguruan tinggi). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar

responden sebanyak 64 (60,4%) berpendidikan tinggi, 42 responden lainnya

(39,6%) berpendidikan rendah. Hal ini sesuai dengan Lisana (2011) bahwa ibu

dengan kategori pendidikan tinggi lebih banyak dengan proporsi 62,5%.14

Berdasarkan pekerjaan responden didapatkan bahwa sebesar 89

responden (84%) tidak bekerja, umumnya mereka sehari-hari berada di rumah

sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan 17 responden lainnya (16%) bekerja. Hal

ini sesuai dengan Lisana (2011), bahwa ibu yang tidak bekerja persentasinya lebih

tinggi, yaitu 77,8%.14

Pendidikan suami responden dengan proporsi terbesar adalah tamat SMA

sebanyak 61 orang (57,5%), kemudian secara berturut-turut jumlah responden

yang tamat SMP sebanyak 18 orang (17,0%), lulus akademi atau perguruan tinggi

sebanyak 15 orang (14,2%), tamat SD sebanyak 11 orang (10,4%), tidak tamat SD

sebanyak 1 orang (1,9%), dan tidak ada suami responden yang tidak pernah

bersekolah. Sebaran pendidikan suami responden juga dikelompokkan menjadi

dua, pendidikan suami rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat

SMP) dan pendidikan suami tinggi (tamat SMA, tamat perguruan tinggi). Dari

hasil penelitian didapat bahwa sebesar 76 orang suami responden berpendidikan

tinggi (71,7%). Sedangkan 30 orang suami responden (28,3%) berpendidikan

rendah. Hal ini juga sesuai dengan Lisana (2011) bahwa suami dengan pendidikan

tinggi memiliki persentase lebih banyak, yaitu 80,6%.14

Dilihat dari sebaran pekerjaan suami responden, sebagian besar sebanyak

42 orang (39,6%) bekerja sebagai pegawai swasta. 41 orang bekerja sebagai

wiraswasta (38,7%), 10 orang bekerja sebagai buruh (9,4%), hanya 2 orang yang

bekerja sebagai pegawai negeri (1,9%) dan jenis pekerjaan lainnya sebanyak 11

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

26

orang (10,4%). Hal ini pun sesuai dengan Lisana (2011) bahwa suami dengan

pekerjaan sebagai pegawai swasta meiliki persentasi lebih banyak, yaitu 55,6%.14

Dengan berbagai jenis pekerjaan yang sudah dipaparkan sebelumnya,

dapat dilihat sebaran penghasilan keluarga responden per bulan. Sebaran

penghasilan keluarga responden dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan

ketentuan Upah Minimum Kota (UMK) Tangerang Selatan yang berlaku hingga

saat penelitian ini berlangsung, bulan Agustus 2012, yaitu keluarga responden

dengan penghasilan ≤ Rp 1.529.150, berpenghasilan Rp 1.529.150 dan > Rp

1.245.000. Sebanyak 42 keluarga (39,6%) berpenghasilan sebesar < Rp 1.529.150,

keluarga yang berpenghasilan sesuai UMK yaitu Rp 1.529.150 sebanyak 26

keluarga (24,5%). Sedangkan 38 keluarga responden lainnya (35,8%)

berpenghasilan > Rp 1.529.150. Hal ini berbeda dengan penelitian Lisana (2011),

bahwa penghasilan keluarga di atas upah minimum kota (UMK) sebanyak 54%.14

4.1.2. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik tentang TB

Pengukuran pengetahuan responden pada penelitian ini diukur

menggunakan kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan spesifik tentang penyakit

tuberkulosis. Pada tabel 4.2 dapat dilihat sebaran responden berdasarkan jawaban

pertanyaan mengenai pengetahuan penyakit tuberkulosis.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik tentang TB

No Item Pertanyaan Benar Salah

n % N %

1. Mengetahui definisi penyakit tuberkulosis 91 85,8 15 14,2

2. Mengetahui penyebab penyakit tuberkulosis 47 44,3 59 55,7

3. Mengetahui tanda dan gejala penyakit tuberkulosis 88 83,0 18 17,0

4. Mengetahui cara penularan penyakit tuberkulosis 86 81,1 20 18,9

5. Mengetahui kebiasaan yang memperburuk penyakit

tuberkulosis 83 78,3 23 21,7

6. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk

menegakkan diagnosis tuberkulosis 55 51,9 51 48,1

7. Mengetahui penyebab kegagalan terapi penyakit

tuberkulosis 62 58,5 44 41,5

8. Mengetahui lama masa terapi pasien tuberkulosis 71 67,0 35 33,0

9. Mengetahui efek samping obat anti tuberkulosis 36 34,0 70 66,0

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

27

Pada tabel 4.2 terlihat bahwa 91 responden (85,8%) mengetahui definisi

penyakit tuberkulosis. Untuk bakteri penyebab penyakit tuberkulosis hanya

diketahui oleh 47 responden (44,3%) sedangkan yang tidak mengetahui

penyebabnya berjumlah 59 responden (55,7%). Mayoritas responden sebanyak 88

orang (83,0%) mengetahui tanda dan gejala penyakit tuberkulosis. Cara penularan

penyakit tuberkulosis dapat dijawab oleh 86 responden dengan benar (81,1%).

Sebanyak 83 responden (78,8%) mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang dapat

memperburuk kondisi pasien tuberkulosis. Untuk penegakkan diagnosis, sebanyak

55 responden (51,9%) mengetahui beberapa pemeriksaan penunjang. Sebanyak 62

responden (58,5) mengetahui sebab kegagalan terapi pada pasien TB. Jumlah

responden yang mengetahui lama masa terapi pada pasien TB sebanyak 71 orang

(67,0%). Sebanyak 70 responden (66,0%) tidak mengetahui efek samping obat

anti tuberkulosis.

Masih banyaknya responden yang tidak mengetahui penyebab penyakit

tuberkulosis (55,7%) serta minimnya pengetahuan responden terhadap

pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis tuberkulosis (48,1%) seharusnya

mendapatkan perhatian dari pihak penyedia layanan kesehatan. Dalam hal ini

puskesmas dan tenaga-tenaga kesehatan harus lebih giat dalam mengadakan

penyuluhan dan edukasi penyakit tuberkulosis dan bahaya yang dapat

ditimbulkannya.

Berdasarkan data pada tabel 4.2 maka sebaiknya tenaga kesehatan

terutama di puskesmas lebih aktif untuk melakukan edukasi dan penyuluhan.

Berdasarkan penelitian Niko (2011) tentang hubungan perilaku dan kondisi

Sanitasi rumah dengan kejadian TB paru di Kota Solok tahun 2011 di Kota Solok,

terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan TB dan angka kejadian TB.

Responden dengan pengetahuan TB rendah berisiko 4,667 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan TB tinggi.16

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

28

4.1.3. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang TB

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang TB

Pengetahuan TB Jumlah Persentase (%)

Rendah 24 22,6

Sedang 31 29,2

Tinggi 51 48,1

Total 106 100,0

Dari tabel 4.3 terlihat distribusi responden berdasarkan tingkat

pengetahuan mereka tentang penyakit tuberkulosis. Sebanyak 51 responden

(48,1%) memiliki pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis yang tinggi.

Responden yang memiliki pengetahuan tuberkulosis sedang sebanyak 31

responden (29,2%). Terakhir, sebanyak 24 responden (22,6%) memiliki

pengetahuan tuberkulosis yang rendah. Hal ini berlawanan dengan penelitian Niko

(2011) di Solok dengan distribusi frekuensi responden dengan tingkat

pengetahuan rendah lebih banyak, yaitu 63,6%.16

Diharapkan dengan tingginya persentase responden yang berpengetahuan

tinggi tentang penyakit tuberkulosis yaitu sebanyak 48,1% atau sejumlah 51 orang

itu berdampak dengan makin tinggi pula kesadaran para responden untuk

memberikan imunisasi BCG kepada anak mereka sebagai langkah preventif dan

mencegah bertambahnya penderita TB. Berdasarkan penelitian Niko (2011) di

Kota Solok, bahwa responden dengan tingkat pengetahuan TB rendah 4,667 kali

lebih berisiko menderita TB paru dibandingkan dengan responden dengan tingkat

pengetahuan tinggi.16

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

29

4.1.4. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik tentang

Imunisasi BCG

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik tentang

Imunisasi BCG

No Item Pertanyaan Benar Salah

n % n %

1. Mengetahui tentang adanya program imunisasi 105 99,1 1 0,9

2. Mengetahui tujuan imunisasi secara umum 102 96,2 4 3,8

3. Mengetahui adanya imunisasi dasar 100 94,3 6 5,7

4. Mengetahui tujuan pemberian imunisasi BCG 51 48,1 55 51,9

5. Mengetahui jumlah pemberian imunisasi BCG 81 76,4 25 23,6

6. Mengetahui waktu pemberian imunisasi BCG 77 72,6 29 27,4

7. Mengetahui bahwa imunisasi BCG tidak perlu diulang 68 64,2 38 35,8

8. Mengetahui cara pemberian imunisasi BCG 89 84,0 17 16,0

Pada tabel 4.3 bahwa secara umum, responden memiliki pengetahuan

tentang imunisasi yang cukup baik. Sebanyak 7 dari 8 pertanyaan memiliki

frekuensi di atas 50%. Sebanyak 105 responden (99,1%) mengetahui tentang

adanya program imunisasi. Jumlah responden yang mengetahui tujuan imunisasi

secara umum berjumlah 102 orang (96,2%). Sebanyak 100 responden (94,3%)

mengetahui adanya imunisasi dasar. Responden yang mengetahui jumlah

pemberian imunisasi BCG sebanyak 81 orang (76,4%). Sebanyak 77 ibu (72,6%)

mengetahui waktu pemberian imunisasi BCG. Responden yang menjawab benar

bahwa imunisasi BCG tidak perlu diulang sebanyak 68 responden (64,2%).

Sebanyak 89 responden (84,0%) mengetahui cara pemberian imunisasi BCG yaitu

disuntikkan di lengan bayi. Namun terlihat pada tabel 4.3 bahwa hanya 51

responden (48,1%) yang mengetahui tujuan pemberian imunisasi BCG.

Dari tabel 4.3 terlihat bahwa masih banyak ada ibu yang tidak

mengetahui tujuan pemberian imunisasi BCG sebesar 51,9% atau sebanyak 55

responden. Beberapa pertanyaan lain seperti pengetahuan mengenai jumlah,

waktu pemberian, serta tidak perlunya pengulangan imunisasi BCG juga masih

banyak ibu yang menjawab salah. Oleh karena itu, dibutuhkan penyuluhan lebih

lanjut untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai imunisasi BCG sehingga

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

30

ibu akan lebih sadar untuk memberikan anaknya imunisasi BCG. Hal ini senada

sesuai dengan penelitian Selvia (2011) yang menghubungkan tingkat pendidikan

dan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi BCG di Kelurahan Batang Arau

wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Padang Tahun 2011 dengan nilai p 0,010

sehingga terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian

imunisasi BCG.17

4.1.5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang

Imunisasi BCG

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang

Imunisasi BCG

Pengetahuan Imunisasi

BCG Jumlah Persentase (%)

Rendah 1 0,9

Sedang 21 19,8

Tinggi 84 79,2

Total 106 100,0

Dari tabel 4.5 terlihat distribusi responden berdasarkan tingkat

pengetahuan mereka tentang imunisasi BCG. Sebanyak 84 responden (79,2%)

memiliki pengetahuan tentang imunisasi BCG yang tinggi. Responden yang

memiliki pengetahuan imunisasi BCG sedang sebanyak 21 responden (19,8%).

Terakhir, hanya 1 responden (0,9%) memiliki pengetahuan imunisasi BCG yang

rendah. Dalam penelitian Irwansyah (2011) kategori terbanyak pada pengetahuan

sedang, yaitu sebesar 61,6%.18

Tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil

sikap dan perilaku. Dengan proporsi 79,2% pada 84 responden yang mempunyai

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

31

pengetahuan imunisasi tinggi diharapkan berbanding lurus dengan pemberian

imunisasi BCG pada anaknya.

4.1.6. Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku Pemberian Imunisasi BCG

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Pemberian Imunisasi BCG

Pemberian Imunisasi

BCG Jumlah Persentase (%)

Tidak Diberikan 2 1,9

Diberikan 104 98,1

Total 106 100,0

Tabel 4.6 menggambarkan angka pemberian imunisasi BCG yang baik.

Dari total 106 responden, sebanyak 104 responden (98,1%) telah memberikan

anaknya imunisasi BCG. Hanya 2 responden (1,9%) yang tidak memberikan

anaknya imunisasi BCG. Hal ini lebih besar dari data di Puskesmas Ciputat Timur

pada November 2011 sebesar 91,3% dan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Balitbangkes Depkes (2010) yang menyatakan bahwa cakupan imunisasi tertinggi

adalah imunisasi BCG dengan proporsi sebesar 94,1% pada tahun 2007, turun

menjadi 93,3% pada tahun 2008, lalu meningkat menjadi 93,8% pada tahun

2009.19

Menurut Erni dan Livana (2007) yang melakukan penelitian tentang

hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB paru pada anak balita di

Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Ambarawa tahun 2007 menemukan bahwa

terdapat hubungan antara pemberian BCG dengan TB paru.20

Responden yang tidak memberikan anaknya imunisasi BCG memiliki

alasan yang berbeda. Salah seorang responden yang tidak memberikan anaknya

imunisasi BCG sebenarnya berpendidikan tinggi serta memiliki pengetahuan

tentang penyakit tuberkulosis dan pengetahuan imunisasi yang cukup baik, tetapi

responden beralasan kalau saat itu 2 anak terakhirnya tidak diimunisasi BCG

karena waktu pemberiannya telah lewat waktu yang dianjurkan sehingga ini

berakibat si responden malas mengantarkan anaknya ke posyandu atau puskesmas

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

32

terdekat untuk diimunisasi BCG. Sedangkan 1 orang responden sisanya memang

berpendidikan rendah serta memiliki pengetahuan tentang tuberkulosis dan

pengetahuan imunisasi BCG yang rendah sehingga berakibat kedua anak

responden tidak diberikan imunisasi BCG.

4.2. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel dependen dan

independen dalam penelitian ini, dilakukan analisis bivariat. Analisis bivariat

yang dilakukan yaitu dengan uji statistik Chi-Square, untuk menentukan

hubungan antara variabel kategorik dengan kategorik. Melalui uji statistik ini akan

diperoleh nilai p, dimana nilai p dalam penelitian ini digunakan tingkat

kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna jika

mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan

tidak bermakna jika mempunyai nilai p >0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha

ditolak.

4.2.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan TB dengan Pemberian Imunisasi

BCG

Tabel 4.7. Hubungan Tingkat Pengetahuan TB dengan Pemberian Imunisasi BCG

menggunakan cross-tabs Chi-Square

Pengetahuan TB

Imunisasi BCG Total p-value

Tidak Diberikan Diberikan

N N N % uji Chi-

Square

0,957

uji Fisher

1,000

Rendah-Sedang

(expected count)

1

(1,0)

42

(50,0)

55

(55,0) 40,6

Tinggi

(expected count)

1

(1,0)

50

(50,0)

51

(51,0)

59,4

Total

(expected count)

2

(2,0)

104

(104,0)

106

(106,0)

100

Dari tabel 4.7 terdapat penggabungan sel antara kategori pengetahuan TB

rendah dan pengetahuan TB sedang, dengan alasan jumlah responden dengan

pengetahuan TB rendah paling sedikit. Setelah dilakukan penggabungan sel maka

dilakukan uji Chi-Square. Namun karena ada 4 sel yang memiliki expected count

kurang dari 5 maka hal ini tidak memenuhi syarat uji Chi-Square. Oleh karena itu,

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

33

digunakan alternatif uji statistik Fisher untuk mencari p-value hubungan antara

variabel kategorik dengan kategorik. Kemudian diperoleh p-value = 1,000 (p >

0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat

pengetahuan ibu tentang tuberkulosis dengan pemberian imunisasi BCG pada

anak.

Hasil penelitian ini tidak bermakna secara uji statistik mungkin karena

disebabkan oleh variabel perilaku pemberian imunisasi BCG yang terlalu

homogen serta persebarannya yang merata pada kategori pengetahuan TB rendah-

sedang dan tinggi. Pada penelitian selanjutnya mungkin diperlukan populasi yang

lebih besar untuk menghindari variabel yang terlalu homogen.

4.3. Keterbatasan Penelitian

1. Jumlah responden yang terbatas sehingga kurang mewakili populasi yang

lebih luas di masyarakat.

2. Data yang terlalu homogen diakibatkan karena pemilihan populasi

terjangkau di puskesmas dan posyandu.

3. Sampel tidak menyentuh populasi ibu sebagai berpendidikan tinggi,

wanita karir, dan sosial ekonomi tinggi.

4. Rancangan penelitian cross-sectional mempunyai kelemahan. Hubungan

sebab akibat tidak bisa dijelaskan secara tepat karena didapat pada saat

yang bersamaan dan tidak ada waktu pengamatan.

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 106 orang, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan karakteristik responden, 57 orang (53.8%) berusia di atas 30

tahun, 81 orang (76.4%) mempunyai anak kurang atau sama dengan 2

anak, 47 orang (44.3%) berpendidikan terakhir pada jenjang SMA, 89

orang (84%) tidak bekerja, 42 orang (39.6%) berpendapatan di bawah

UMK Tangerang Selatan.

2. Sebanyak 51 orang (48,1%) memiliki pengetahuan tentang penyakit

tuberkulosis yang tinggi. Sebanyak 84 orang (79,2%) berpengetahuan

tinggi tentang imunisasi BCG.

3. Berdasarkan perilaku pemberian imunisasi BCG, sebanyak 104 orang

(98,1%) telah memberikan anaknya imunisasi BCG dan ada 2 orang

(1,9%) yang tidak memberikan anaknya imunisasi BCG.

4. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat

pengetahuan ibu tentang tuberkulosis dengan pemberian imunisasi BCG

pada anak dengan nilai p = 1,000 (p > 0,05).

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

35

5.2. Saran

1. Masyarakat

Masyarakat diharapkan untuk memahami bahaya penyakit tuberkulosis

sehingga diharapkan angka kejadian TB dapat berkurang dengan pemberian

imunisasi BCG pada anak. Jangan malu untuk bertanya jika ada informasi

yang kurang jelas mengenai tuberkulosis ataupun pemberian imunisasi BCG.

2. Puskesmas

Puskesmas dan tenaga kesehatan melakukan penyuluhan mengenai

penyakit tuberkulosis dan imunisasi BCG. Puskesmas memberikan pelayanan

yang terbaik, memberikan edukasi yang komunikatif serta meningkatkan

pengetahuan para kader di kelurahan sehingga masyarakat mengerti tentang

tuberkulosis dan menyadari pentingnya memberikan imunisasi BCG kepada

anaknya.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini bisa menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya. Bagi

penelitian selanjutnya diharapkan dapat menghubungkan variabel lain

berdasarkan data dan sumber yang terpercaya serta pada populasi yang lebih

luas.

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

36

DAFTAR PUSTAKA

1. Global Tuberculosis Control 2011. WHO report 2011. Geneva: World Health

Organization; 2011. Chapter 2, The burden of disease caused by TB; p.9-10.

2. Tuberculosis Global Facts 2011/2012. Geneva: World Health Organization;

2012. p.1.

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1611/MENKES/SK/XI/2005 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.

4. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Indikator Kesehatan

tahun 1995–2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS); 2011.

5. Laporan Tahunan 2011. Tangerang Selatan: Puskesmas Ciputat Timur; 2011.

6. Kamus Kedokteran Dorland. Ed 29. Jakarta: EGC; 2002. p.2306

7. Amin Z., Bahar S., Tuberkulosis Paru. Dalam Sudoyo Aru, et al. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing Pusat

Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009. p.2230-7.

8. Kathryn L.McCance, et al. Pathophysilogy: The Biologic Basis for Disease in

Adults and Children. 6th ed. Canada: Elsevier; 2010. p.1293-4.

9. Amin Z., Bahar S., Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. Dalam Sudoyo Aru,

et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna

Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009. p.2243-5.

10. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Ed 8. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia; 2002. p.11-3.

11. Rahajoe, N.N, Basir, D., Makmuri, M.S., Kartasasmita C.B,. Pedoman

Nasional Tuberkulosis Anak. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi PP

Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2007.

12. Carlos M. Perez-Velez, Ben J. Marais. Tuberculosis in Children. New

England Journal of Medicine. 2012 ;367:348-61.

13. Sari. Pengaruh Pengetahuan Penderita TB Paru, Faktor Pelayanan Kesehatan

dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat di

Puskesmas Amplas Kota Medan Tahun 2011. [Skripsi Strata 1]. Medan:

Universitas Sumatera Utara; 2011.

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

37

14. Aliya Lisana S. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian

Imunisasi Dasar pada Bayi dan Balita di RW 09 Kelurahan Cirendeu

Kecamatan Ciputat Timur tahun 2011. [Skripsi Strata 1]. Jakarta: Program

Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah; 2011.

15. Keputusan Gubernur Banten Nomor 561/Kep.1-Huk/2012 tahun 2012.

16. Putra Niko R. Hubungan Perilaku dan Kondisi Sanitasi Rumah dengan

Kejadian TB Paru di Kota Solok Tahun 2011. [Skripsi Strata 1]. Padang:

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas; 2011.

17. Selvia B. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu dengan

Pemberian Imunisasi BCG Di Kelurahan Batang Arau Wilayah Kerja

Puskesmas Pemancungan Padang Tahun 2011. [Karya Tulis Ilmiah]. Padang:

Politeknik Kesehatan Padang; 2011.

18. Irwansyah Miswan S. Gambaran Perilaku Ibu terhadap Pemberian Imunisasi

BCG di wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota

Tebing Tinggi. [skripsi strata 1]. Tebing Tinggi: Akademi Keperawatan Bina

Husada; 2011.

19. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2010.

20. Livana, Erni M., Hubungan Pemberian Imunisasi BCG dengan Kejadian

Tuberkulosis Paru pada Anak Balita di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru

Ambarawa Tahun 2007. [Karya Tulis Ilmiah]. Yogyakarta: Jurnal Kesehatan

Surya Medika Yogyakarta; 2007.

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

38

LAMPIRAN

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : …………………………

Umur : ………………………… tahun

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari

penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TB DENGAN

PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT

TIMUR TAHUN 2012

dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan

bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan

persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.

Tangerang Selatan, 2012

Mengetahui Yang menyetujui

Peneliti Responden

( ) ( )

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

39

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TB

DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA ANAK

DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR

TAHUN 2012

No. Kuesioner :

IDENTITAS RESPONDEN

Nama

Umur

Alamat

Jumlah anak

Pendidikan

Terakhir

1. Tidak sekolah

2. Tidak tamat SD

3. SD

4. SMP

5. SMA

6. Akademi / Perguruan Tinggi

Pekerjaan 1. Ibu rumah tangga

2. Pegawai Negeri

3. Pegawai Swasta

4. Buruh

5. Wiraswasta

6. ................................

Pendidikan

Terakhir Suami

1. Tidak sekolah

2. Tidak tamat SD

3. SD

4. SMP

5. SMA

6. Akademi / Perguruan Tinggi

Pekerjaan

Suami

1. Pegawai Negeri

2. Pegawai Swasta

3. Buruh

4. Wiraswasta

5. ................................

Penghasilan

keluarga/bulan

1) < Rp 1.529.150

2) Rp 1.529.150

3) > Rp 1.529.150

4) ...............................

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

40

Isilah kolom di bawah ini dengan check list (v) atau silang (x) !

PENGETAHUAN TENTANG TB

No Pertanyaan Jawaban

Tahu Tidak Tahu

1. Menurut Anda apa itu penyakit TB Paru?

- Penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman/bakteri

2. Anda tahu penyebab penyakit TB Paru?

- Kuman Mycobacterium tuberculosis

3. Anda tahu apa tanda seseorang terkena penyakit TB

Paru?

- Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih,

batuk bercampur darah, berkeringat pada malam

hari tanpa kegiatan fisik.

4. Anda tahu bagaimana cara penularan penyakit TB

Paru?

- Penularan penyakit TB Paru dapat terjadi melalui

batuk, bersin yang mengandung kuman TB yang

terhirup orang lain.

5. Anda tahu kebiasaan yang memperburuk

kesehatan penderita TB Paru?

- Merokok, lingkungan dan kurang gizi.

6. Anda tahu bila tidak menelan obat sekali saja

pengobatan bisa gagal?

7. Anda tahu pemeriksaan apa yang dilakukan untuk

dapat menegakkan seseorang menderita TB Paru?

- Pemeriksaan dahak, rontgen dan laboratorium.

8. Anda tahu berapa lama seorang penderita TB Paru

harus minum obat?

- Minum obat selama 6 bulan dengan tahap awal (2

bulan) obat diminum setiap hari dan dilanjutkan

dengan minum obat 3x seminggu selama 4 bulan.

9. Anda tahu kemungkinan efek samping yang

dapat ditimbulkan Obat Anti Tuberkulosis?

- Warrna kemerahan pada air seni (urine), tidak ada

nafsu makan, mual, sakit perut, nyeri sendi dan

kesemutan sampai dengan rasa terbakar.

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

41

Lingkari (o) atau silang (x) jawaban yang menurut Anda benar, serta isilah

jika terdapat pertanyaan isian!

PENGETAHUAN TENTANG IMUNISASI BCG

No Pertanyaan Jawaban

1. Apakah ibu pernah mendengar

tentang imunisasi?

A. Pernah

B. Tidak pernah

2 Menurut ibu, apa yang dimaksud

imunisasi?

A. Usaha menyembuhkan anak dari

suatu penyakit

B. Usaha untuk meningkatkan kekebalan

tubuh anak agar tidak mudah terkena

suatu penyakit

C. Kegiatan menyuntik anak yang

diadakan setiap bulan

D. Tidak tahu

3. Menurut ibu, apa saja jenis

imunisasi dasar yang wajib

diberikan pada anak?

(Jawaban boleh lebih dari satu)

A. BCG

B. Hepatitis B

C. Polio

D. DPT

E. Campak

F. Tidak tahu

4 Apakah ibu tahu tujuan pemberian

imunisasi BCG?

A. Agar bayi sembuh dari penyakit

tuberkulosis (TB)

B. Mengurangi resiko terkena penyakit

tuberkulosis (TB) yang berat

C. Agar bayi tidak terkena penyakit

tuberkulosis (TB)

D. Tidak tahu

5 Berapa kali pemberian imunisasi

BCG?

A. Satu kali

B. Dua kali

C. Tiga kali

D. Tidak tahu

6. Pada usia berapa seorang bayi

diberikan imunisasi BCG?

A. 1 minggu

B. 2-3 bulan

C. 9 bulan

D. Tidak tahu

7. Apakah pemberian imunisasi BCG

perlu diulang?

A. Ya

B. Tidak

C. Tidak tahu

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

42

No Pertanyaan Jawaban

8. Bagaimana cara pemberian

imunisasi BCG?

A. Diteteskan di mulut

B. Disuntikkan di lengan bayi

C. Disuntikkan di pantat bayi

D. Tidak tahu

9. Apakah anak ibu diberikan

imunisasi BCG?

A. Sudah diberikan

B. Belum diberikan

C. Tidak diberikan

D. Ragu-ragu

Jika tidak diberikan imunisasi BCG, mengapa?

Alasan :

TERIMA KASIH

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

LAMPIRAN

Identitas Responden dan Pengetahuan Tentang TB

No Nama Umur Jumlah

Anak Pendidikan Pekerjaan

Pendidikan

Suami

Pekerjaan

Suami Penghasilan

Soal

1

Soal

2

Soal

3

Soal

4

Soal

5

Soal

6

Soal

7

Soal

8

Soal

9

1 Na 43 3 4 1 5 1 3 1 0 1 1 1 1 1 1 1

2 Ha 38 3 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 vi 23 1 6 3 5 2 3 1 0 1 1 1 1 0 1 0

4 In 34 2 6 1 6 4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

5 Am 40 3 5 1 5 2 3 1 0 1 1 1 1 1 1 1

6 Na 38 2 5 1 5 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0

7 He 30 2 5 1 5 2 3 1 0 1 1 1 1 1 1 0

8 An 34 2 6 2 6 4 3 1 1 1 1 1 0 0 1 1

9 El 38 1 3 1 3 4 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0

10 Tr 33 2 6 1 5 3 2 1 0 1 1 1 0 0 0 0

11 Ra 21 1 4 1 5 5 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0

12 Ni 38 3 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1

13 Ru 29 2 5 1 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1

14 Na 42 3 5 1 5 5 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0

15 He 34 2 5 1 5 4 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0

16 Id 33 2 4 1 4 4 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0

17 La 29 2 4 1 4 4 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0

18 Ma 21 1 5 1 5 4 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0

19 Wa 23 1 4 1 5 2 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0

20 Tr 20 1 4 1 4 4 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0

21 Ka 42 4 3 1 3 5 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0

22 An 20 1 4 1 4 3 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1

23 Ro 29 1 5 3 5 2 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0

24 Li 42 2 4 1 5 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

25 Li 24 2 2 1 5 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0

26 La 47 5 2 1 3 5 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

35

27 Ti 24 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0

28 Tu 47 3 5 1 5 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1

29 Ro 55 2 5 1 6 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

30 Sr 32 2 6 1 6 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0

31 Mu 33 3 5 1 5 4 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0

32 Nu 32 2 5 1 5 3 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1

33 Sy 29 1 3 1 3 5 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0

34 Ri 32 2 6 3 6 2 3 1 1 1 1 1 1 1 0 0

35 Sa 35 2 5 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

36 Su 37 1 4 1 3 5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

37 El 24 1 5 1 4 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0

38 Id 25 1 4 1 4 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1

39 Fe 28 1 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1

40 Su 29 2 5 1 5 2 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0

41 Nu 38 4 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0

42 Sa 25 1 6 6 5 4 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0

43 Ma 55 2 6 6 6 5 3 1 1 0 0 1 1 1 1 0

44 Ap 38 1 5 1 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

45 El 46 2 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1

46 Ma 37 2 4 1 5 4 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0

47 Si 24 1 6 6 6 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0

48 Ma 43 4 4 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1

49 De 24 2 4 1 5 4 3 1 1 1 1 1 0 1 1 0

50 Et 27 1 4 5 5 4 2 1 0 1 0 1 0 0 1 0

51 Ek 32 2 5 3 6 2 3 1 0 1 0 0 0 0 0 0

52 Nu 40 2 6 1 6 2 3 1 0 1 1 1 0 0 0 0

53 Su 32 4 3 1 3 5 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0

54 Ja 28 2 5 1 4 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

55 Sr 43 5 4 1 5 4 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1

56 Im 27 2 5 1 5 4 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0

57 Wi 40 3 4 1 5 4 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0

58 Ko 49 3 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 0 0 1 1

59 Am 26 1 5 1 5 4 2 1 0 1 1 0 0 0 1 0

60 Tr 28 1 5 1 5 2 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

36

61 As 31 2 4 1 5 2 2 1 1 1 0 1 0 0 0 0

62 An 36 2 4 1 4 2 3 1 1 1 1 1 1 0 1 0

63 Lu 22 2 4 1 4 5 3 1 0 1 1 1 0 0 1 0

64 Ra 31 3 5 1 4 2 3 0 0 1 1 1 0 1 0 0

65 Ek 29 2 4 1 4 4 2 1 0 1 1 0 0 0 1 0

66 Ri 19 1 5 1 5 2 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0

67 Da 46 2 5 1 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0

68 In 32 3 5 3 5 4 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0

69 Sa 47 2 5 1 5 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

70 Qo 26 1 6 3 6 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1

71 Nu 23 1 6 6 6 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

72 Wa 55 4 3 1 5 5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

73 Ev 35 2 5 1 5 4 3 1 0 1 1 1 1 0 1 0

74 Mu 38 2 4 1 5 4 3 1 0 1 1 1 1 0 1 0

75 In 27 1 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 0 0 0 0

76 Fi 27 1 5 1 5 2 2 1 0 1 1 1 0 0 0 0

77 Ar 24 1 6 6 5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

78 Tr 28 2 4 1 5 4 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0

79 Ka 41 2 5 1 6 4 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1

80 Jo 42 3 5 1 5 3 3 1 1 1 1 1 0 1 1 0

81 Fa 31 2 4 1 5 4 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0

82 Ev 33 4 6 6 6 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0

83 Di 26 2 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 0 0 1

84 Nu 28 2 5 1 5 4 2 1 0 1 1 1 0 0 1 0

85 En 34 1 5 5 5 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

86 Li 26 1 5 1 5 4 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1

87 Ri 24 2 4 1 4 4 3 0 1 0 0 0 0 1 0 0

88 Ne 32 3 6 1 5 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

89 Eg 24 1 5 5 5 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

90 Ir 28 2 5 5 6 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0

91 Ul 28 1 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 0 1 1 0

92 Li 25 2 5 1 5 4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

93 Ca 30 2 6 1 6 1 3 0 0 0 1 1 0 1 0 0

94 Mi 27 1 4 1 5 2 2 1 1 0 1 0 1 0 0 0

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

37

95 Ya 32 1 4 1 5 2 2 1 0 0 1 1 0 1 1 0

96 Ii 25 2 4 1 4 4 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0

97 Wa 37 3 3 1 3 4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

98 Sa 34 3 5 1 5 2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

99 Su 35 1 4 1 4 4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

100 Wi 32 2 5 1 5 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

101 Yu 30 2 2 1 3 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0

102 Ii 35 2 2 1 3 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

103 An 30 2 4 1 3 3 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0

104 Uc 23 1 3 1 4 4 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0

105 Ma 50 7 6 1 5 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0

106 Ro 29 3 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Pengetahuan Tentang Imunisasi BCG

No Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6 Soal 7 Soal 8 Soal 9

1 Na 1 1 1 1 1 1 1 1 2

2 Ha 1 1 1 1 1 1 1 1 2

3 vi 1 1 1 0 1 1 1 1 2

4 In 1 1 0 0 0 1 1 1 2

5 Am 1 1 1 0 0 1 1 1 2

6 Na 1 1 1 1 1 1 1 1 2

7 He 1 1 1 0 1 1 1 1 2

8 An 1 1 1 0 1 1 1 1 2

9 El 1 1 0 0 0 1 1 1 2

10 Tr 1 1 1 1 1 1 1 1 2

11 Ra 1 0 1 0 0 0 0 1 2

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

38

12 Ni 1 1 1 1 1 1 0 1 2

13 Ru 1 1 1 0 1 1 1 1 2

14 Na 1 1 1 1 1 1 1 1 2

15 He 1 1 1 1 1 1 1 1 2

16 Id 1 1 0 0 1 1 1 1 2

17 La 1 1 1 1 1 1 1 1 2

18 Ma 1 1 1 1 1 0 1 1 2

19 Wa 1 1 1 0 0 1 1 1 2

20 Tr 1 1 1 0 0 1 1 1 2

21 Ka 1 0 1 1 0 1 0 1 2

22 An 1 1 1 0 0 1 1 1 2

23 Ro 1 1 1 0 0 0 0 1 2

24 Li 1 1 1 1 1 1 0 1 2

25 Li 1 1 1 0 1 1 1 1 2

26 La 1 1 1 1 1 1 0 0 2

27 Ti 1 1 1 1 1 1 0 0 2

28 Tu 1 1 1 0 1 1 1 1 2

29 Ro 1 1 1 0 1 0 0 1 2

30 Sr 1 1 1 0 1 1 0 0 2

31 Mu 1 1 1 0 1 0 0 1 2

32 Nu 1 1 1 0 1 1 1 1 2

33 Sy 1 1 1 0 1 0 1 1 2

34 Ri 1 1 1 1 0 0 0 0 2

35 Sa 1 1 1 1 1 1 0 0 2

36 Su 1 1 1 0 1 0 0 0 2

37 El 1 1 1 0 1 1 1 1 2

38 Id 1 1 1 1 1 1 1 1 2

39 Fe 1 1 1 1 1 1 1 1 2

40 Su 1 1 1 1 1 1 0 1 2

41 Nu 1 1 1 0 1 0 1 1 2

42 Sa 1 1 1 0 1 1 0 1 2

43 Ma 1 1 1 0 1 1 0 1 2

44 Ap 1 1 1 1 1 1 1 1 2

45 El 1 1 1 1 1 1 1 1 2

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

39

46 Ma 1 1 1 1 1 1 0 0 2

47 Si 1 1 1 1 1 1 1 1 2

48 Ma 1 1 1 1 1 1 1 1 2

49 De 1 1 1 1 1 1 0 0 2

50 Et 1 1 1 1 1 1 0 0 2

51 Ek 1 1 1 0 1 1 1 1 2

52 Nu 1 1 1 0 1 1 1 1 2

53 Su 1 1 1 0 1 0 1 1 2

54 Ja 1 1 1 0 1 1 1 1 2

55 Sr 1 1 1 1 1 1 1 1 2

56 Im 1 1 1 0 0 1 0 1 2

57 Wi 1 1 1 1 1 1 1 1 2

58 Ko 1 1 1 1 1 1 1 1 2

59 Am 1 1 1 0 0 1 0 1 2

60 Tr 1 1 0 0 0 1 1 1 2

61 As 1 1 1 0 1 1 1 1 2

62 An 1 1 1 1 1 1 1 1 2

63 Lu 1 1 1 0 1 1 1 1 2

64 Ra 1 1 1 1 1 1 1 1 2

65 Ek 1 1 1 1 1 1 0 0 2

66 Ri 1 1 1 1 1 1 0 0 2

67 Da 1 1 1 1 1 1 1 1 2

68 In 1 1 1 1 1 1 0 1 2

69 Sa 1 1 1 1 1 0 1 1 2

70 Qo 1 1 1 1 1 1 0 0 2

71 Nu 1 1 1 1 1 1 1 1 2

72 Wa 1 1 1 1 1 1 1 1 2

73 Ev 1 1 1 1 1 1 1 1 2

74 Mu 1 1 1 0 0 1 1 1 2

75 In 1 1 1 1 1 1 0 0 2

76 Fi 1 1 1 0 1 0 0 1 2

77 Ar 1 1 1 1 1 0 1 1 2

78 Tr 1 1 0 0 1 0 1 1 2

79 Ka 1 1 1 0 1 1 1 1 2

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

40

80 Jo 1 1 1 1 1 0 0 1 2

81 Fa 1 1 1 0 1 1 1 1 2

82 Ev 1 1 1 0 0 0 0 1 2

83 Di 1 1 1 0 1 0 1 1 2

84 Nu 1 1 1 0 1 0 1 1 2

85 En 1 1 1 1 0 0 1 1 2

86 Li 1 1 1 1 0 1 0 1 2

87 Ri 1 1 1 0 1 1 0 1 2

88 Ne 1 1 1 1 1 0 1 1 2

89 Eg 1 1 1 0 1 1 1 1 2

90 Ir 1 1 1 0 1 1 1 1 2

91 Ul 1 1 1 0 0 0 0 1 2

92 Li 1 1 1 1 0 1 1 1 2

93 Ca 1 1 1 0 1 0 0 0 2

94 Mi 1 1 1 1 1 1 0 0 2

95 Ya 1 1 1 1 1 1 0 0 2

96 Ii 1 1 1 0 0 0 1 1 2

97 Wa 1 1 1 1 1 1 1 1 2

98 Sa 1 0 1 1 0 0 0 1 2

99 Su 1 1 1 0 1 0 1 1 2

100 Wi 1 1 1 1 0 0 1 1 2

101 Yu 1 1 1 0 1 0 1 1 2

102 Ii 0 0 0 0 0 0 0 0 1

103 An 1 1 1 0 1 0 1 1 2

104 Uc 1 1 1 0 0 1 1 1 2

105 Ma 1 1 1 0 1 1 1 1 1

106 Ro 1 1 1 0 0 1 0 1 2

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

34

LAMPIRAN

Pola Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

35

Pola Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia

Pola Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anak

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

36

Pola Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan

Pola Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

37

Pola Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Suami

Pola Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Suami

Pola Distribusi Responden berdasarkan Penghasilan Keluarga

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

38

Pola Distribusi Responden berdasarkan Perilaku Pemberian Imunisasi BCG

Pola Distribusi Responden berdasarkan Status Pengetahuan TB

Pola Distribusi Responden berdasarkan Status Pengetahuan Imunisasi BCG

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

39

Pola Distribusi Responden berdasarkan Perilaku Pemberian Imunisasi BCG

BIVARIAT

Hubungan Tingkat Pengetahuan TB * Pemberian BCG

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

40

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Alvin Rifqy

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Banjarmasin, 20 Maret 1990

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Bawang Putih No.41 Rt.42,

Komplek Gatot Subroto, Banjarmasin, Kalimantan

Selatan

Nomor Telepon/HP : +6285651014388

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1993-1995 : TK Syafa’ah Banjarmasin

1995-1996 : TK Pembina Banjarmasin

1996-2002 : SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin

2002-2005 : SMP Islam Sabilal Muhtadin

2005-2009 : Pondok Pesantren Daar El-Qolam Tangerang

2009-Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2007-2008 : Sekretaris Ikatan Santri Madrasatul Mu’alimin

Al-Islamiyah (ISMI) Pondok Pesantren

Daar El-Qolam Tangerang

Page 68: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28924/1/Alvin... · 2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan

41

2010-2011 : Pengurus Departemen Kajian Strategi,

BEM Jurusan Pendidikan Dokter UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2011-2012 : Ketua Departemen Kajian Strategi

BEM Jurusan Pendidikan Dokter UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2012-sekarang : Ketua Departemen Kajian Strategi

BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta