hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan pada anak …repository.utu.ac.id/252/1/bab...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KECERDASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI
STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DI SD NEGERI 1
SIMPANG PEUT KECAMATAN KUALA KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
SAMSUAR NIM : 07C10104161
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT 2013
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KECERDASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI
STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DI SD NEGERI 1
SIMPANG PEUT KECAMATAN KUALA KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
SAMSUAR
NIM : 07C10104161
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah gizi
kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan
oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas
lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu
seimbang dan kesehatan dan adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya
masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat
tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan
kesehatan (Almatsier, S. 2001).
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi
baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat
setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan
satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Baik pada status gizi kurang, maupun status
gizi lebih terjadi gangguan gizi (Almatsier, S. 2001).
Menurut Hardywinoto & Setiabudi (2002) menyatakan bahwa pentingnya
zat gizi untuk mengatur berbagai fungsi tubuh kita, seperti fungsi kekebalan,
reproduksi dan pengetahuan. Apabila tubuh kita kekurangan zat gizi, dapat terjadi
gangguan belajar (learning disabilities), kemampuan bekerja kurang, kesakitan
2
sampai kematian. Kecukupan zat gizi merupakan prasyarat yang sangat penting
dalam perkembangan anak, termasuk didalamnya perkembangan otak.
Kesehatan dan pertumbuhan anak merupakan masalah yang perlu
mendapat perhatian terus-menerus oleh berbagai pihak, seperti pemerintah
maupun keluarga. Anak-anak merupakan penerus bangsa, ditangan merekalah
kelak nasib bangsa ini akan ditentukan. Jika suatu bangsa memiliki anak-anak
yang sehat jasmani dan rohani, akan tercipta sumber daya manusia yang
berkualitas, cerdas dan produktif. Turunnya kualitas suatu generasi dapat dicegah
dengan cara menyelamatkan mereka dari gangguan kesehatan fisik, mental
maupun kecerdasan. Memang harus diakui bahwa kekhawatiran pada orang tua
terhadap kecerdasan putra-putrinya mereka sangat besar. Banyak faktor yang
berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan seseorang, antara lain faktor gizi
(Hardywinoto & Setiabudhi, T . 2000).
Stimulasi pendidikan untuk merangsang pertumbuhan anak tidak akan
memberikan arti masa depan anak, apabila kesehatan dan gizi anak tidak
menunjang. Derajat kondisi psikologi, kesehatan dan gizi anak sejak dalam
kandungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Perkembangan anak yang berhubungan dengan aspek psikologi anak, baik
kecerdasan dalam segala bentuknya maupun dalam menyelesaikan masalah diri
dengan lingkungannya, serta pertumbuhan yang menyangkut fisik anak., misalnya
bertambahnya berat badan dan tinggi badan anak sesuai dengan usianya, serta
perkembangan motorik anak merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Konsep ini menuntut adanya aspek psikososial, misalnya pendidikan
3
gizi dan kesehatan sebagai faktor- faktor yang Berkaitan satu sama yang lain serta
sinergik dalam proses tumbuh kembang anak (Budiman, A 2005).
Perkembangan anak yang berhubungan dengan aspek psikososial yaitu
kecerdasan. Kecerdasan yaitu kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan
penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan yang bersifat
umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan psikis, seperti abstrak,
berpikir mekanis, maternatis, memahami dan mengingat berbahasa dan
sebagainya (Ahmadi, A 2005).
Menurut Gupta (2005), dari hasil penelitian terhadap kecerdasan anak-
anak umur 6-12 tahun yang pernah mengalami gizi kurang dini, menemukan
bahwa perkembangan intelektual serta perkembangan fisiknya banyak
dipengaruhi oleh status gizi selama masa prasekolah. Melaporkan bahwa
kemampuan berpikir anak dipengaruhi oleh keadaan gizi kurang yang kronis serta
latar belakang ekonomi keluarga.
Bila keadaan gizi kurang berada pada taraf sedang (70-90 persen berat
badan standar) maka rata-rata kecerdasan anak cenderung menurun, dengan
menurunnya tingkat sosial ekonomi keluarga (atas dasar pendapatan, pendidikan
dan pekerjaan). Untuk golongan status sosial I, 105,3. Untuk golongan II, 95,3.
Dan untuk golongan III, 85,1. Sementara itu pada golongan keluarga status sosial
IV kecerdasannya menurun dengan bertambah beratnya tingkat gizi kurang yang
dinyatakan dengan persentase ukuran berat badan menurut umur terhadap
standar.(Suhardjo, 2004).
4
Berdasarkan hasil penelitian Taufiq pada SD 1 Jeuram, di temukan bahwa tingkat
prestasi siswa sekitar 60 % dengan nilai baik, dengan keadaan gizi yang
heterogen.
SD Negeri 1 Simpang Peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya
merupakan salah satu Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya dengan jumlah siswa sebanyak 276 siswa. Hasil survey awal
diketahui bahwa anak sekolah di SD ini mempunyai latar belakang status gizi
yang heterogen, ada yang berstatus gizi baik, status gizi kurang dan status gizi
buruk yang dapat menimbulkan masalah terhadap hasil prestasi para siswa. Pada
data awal menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan para siswa kurang, hal ini
terlihat dari nilai siswa yang hanya sekitar 20 % mendapat nilai baik yaitu 7,0 –
8,0, 30 % mendapat nilai cukup yaitu 6,0 – 6,9 dan 50 % mendapatkan nilai
kurang yaitu 4,0 – 5,9.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan pada anak usia sekolah
dasar di tinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan tingkat pendidikan ibu di
SD Negeri 1 Simpang Peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun
2013.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalahnya yaitu
apakah ada hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan pada anak usia
sekolah dasar di tinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan tingkat pendidikan
ibu di SD Negeri 1 Simpang Peut.
5
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan pada
anak usia sekolah dasar 6-12 tahun di SD Negeri 1 Simpang Peut Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui status gizi pada anak usia sekolah dasar 6-12 tahun di
SD Negeri 1 Simpang Peut.
2. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan pada anak usia sekolah dasar 6-12
Tahun di SD Negeri 1 Simpang Peut.
3. Untuk mengetahui status sosial ekonomi orang tua dan tingkat
pendidikan ibu.
4. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan.
5. Untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan
tingkat kecerdasan.
6. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan tingkat
kecerdasan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi Sekolah Dasar
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan pada anak usia sekolah dasar serta
memberikan gambaran tentang faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat
kecerdasan anak tersebut.
6
2. Bagi Siswa
Memberikan informasi kepada siswa tentang hubungan status gizi dengan
tingkat kecerdasan pada anak usia sekolah dasar.
3. Bidang Ilmu
Meningkatkan Pengetahuan bagi siswa yang membacanya.
1.4.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para orang tua
akan pentingnya memenuhi kebutuhan gizi dan pemantauan status gizi pada anak
sehingga meningkatkan kecerdasan pada anak tersebut.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Status Gizi
2.1.1. Pengertian Gizi
Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus
dipahami.Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Konsep tersebut menurut suhardjo tahun 2004 yaitu proses dari organisme dalam
menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan,
transportasi, penyimpangan metabolisme dan pembuangan untuk pemeliharaan
hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh dan produksi energi. Proses ini disebut
gizi (Nutrition). Keadaan yang dilakukan oleh keseimbangan antara pemasukan
zat gizi disatu pihak dan pengeluaran oleh organisme dipihak lain. Keadaan ini
disebut nutriture. Dan tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh
“nutriture” dapat terlihat melalui variabel tertentu. Hal ini isebut sebagai status
gizi (nutritional status).
2.1.2. Pengertian Status Gizi
Menurut Suhardjo (2004), Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi
gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi memuaskan. Sebaiknya jika
kekurangan atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk jangka waktu
yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan
gizi lebih (Supariasa, 2004).
8
Zat gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam makanan yang
diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.Sampai saat
ini dikenal kurang lebih 45 jenis zat gizi dan sejak akhir tahun 1980an
dikelompokan keadaan zat gizi makro yaitu zat gizi sumber energy berupa
karbohidrat, lemak, dan protein dan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral
(Supariasa, 2004). Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika
jaringan tubuh jenuh oleh semua zatgizi, maka disebut status gizi optimal, Kondisi
ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang
tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan
kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan
kekurangan zat gizi (Supariasa, 2004).
2.1.3. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Menurut Suhardjo (2003) faktor- faktor yang mempengaruhi status gizi
terdiri dari faktor langsung dan faktor tidak langsung.
a. Faktor Langsung
1. Konsumsi Makanan
Konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga bergantung pada
jumlah dan jenis pangan yang dibeli, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan
makan secara perorangan. Hal ini tergantung pula pada pendapatan, agama, adat
kebiasaan dan pendidikan masyarakat bersangkutan.
2. Infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak-balik. Infeksi
dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai mekanismenya. Yang penting
9
adalah efek langsung dari infeksi sisitemik pada katabolisme jaringan.Walaupun
hanya terhadap infeksi ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen.
b. Faktor Tidak Langsung
1. Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Hal ini terkait dengan produksi dan distribusi bahan makanan dalam
jumlah yang cukup mulai dari produsen sampai ke tingkat rumah tangga. Daya
beli keluarga yang kurang untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan bagi
seluruh anggota keluarga. Hal ini terkait dengan masalah pekerjaan atau mata
pencaharian atau penghasilan suatu keluarga. Apabila pengasilan keluarga tidak
cukup untuk membeli bahan makanan yang cukup dalam jumlah dan kualitas,
maka konsumsi atau asupan gizi tiap anggota keluarga akan berkurang yang pada
gilirannya akan mempengaruhi kesehatan dan perkembangan otak mereka.
2. Tingkat Pendidikan Ibu
Walaupun bahan makanan dapat disediakan oleh keluarga dan daya beli
memadai, tetapi karena kekurangan pengetahuan ini bisa menyebabkan keluarga
tidak menyediakan makanan beraneka ragam setiap hari bagi keluarganya. Pada
gilirannya asupan gizi tidak sesuai kebutuhan.
2.2. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi menurut Supariasa (2004) dibagi atas :
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu :
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Masing-masing penilaian akan dibahas
sacara umum sebagai berikut :
10
1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antrometri berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidak
seimbangan asupan protein dan energy, ketidakseimbangan ini terlihat pada
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan
jumlah air dalam tubuh.
Beberapa indeks antropometri yang digunakan yaitu :
a. Umur (U)
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan
yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka
yang mudah seperti 1 tahun, 1,5 tahun, 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan
umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun
adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari, Jadi perhitungan umur adalah
dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan.
(Depkes, 2004).
b. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan
gambaran massa tubuh, Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-
perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,
11
Menurunnya nafsu makan. Berat badan adalah parameter antropometri yang
sangat labil, sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi
seseorang saat ini (currentnutrition status) (Supariasa, 2002).
c. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan Skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat
badan, relative kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam
waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan
nampak dalam waktu yang relatif lama. Sehingga indeks ini
menggambarkan status gizi masa lampau. (Supariasa, 2002).
Tabel 2.1 Penelitian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB
Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi
1 BB/U < -3 SD - 3 s/d <-2 SD
- 2 s/d +2 SD > +2 SD
Gizi buruk Gizi kurang
Gizi baik Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD - 3 s/d <-2 SD
- 2 s/d +2 SD > +2 SD
Sangat Pendek Pendek
Normal Tinggi
3 BB/TB < -3 SD - 3 s/d <-2 SD - 2 s/d +2 SD
> +2 SD
Sangat Kurus Kurus Normal
Gemuk
Sumber : Depkes RI 2004
12
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat
pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat. Survey ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda klinis-klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik
yaitu tanda (signi) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk
suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang
lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan
kimia dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang
spesifik.
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan ) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi
13
tertentu seperti kejadian buta senja epidemic cara yang digunakan adalah tes
adaptasi gelap.
b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survey
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan
metode ini akan diuraikan sebagi berikut :
1. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini
dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis
data beberapa penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan
gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
lengsung pengukuran status gizi masyarakat.
3. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti
iklim, tanah, irigasi, dan lain- lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang
sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat
sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
14
2.3. Indikator Status Gizi Anak
Menurut Johari (2008) indikator status gizi berdasarkan indeks berat badan
menurut umur ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan tersebut diantaranya
dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, dapat
mendeteksi kelebihan maupun kekurangan gizi, sensitivitas untuk melihat
perubahan status gizi, sedangkan kekurangannya adalah dapat mengakibatkan
interprestasi status gizi, sedangkan kekurangannya adalah dapat mengakibatkan
interprestasi status gizi yang keliru bala terdapat oedem, memerlukan data umur
yang akurat, sering terjadi dikesalahan dalam pengukuran, missal karena pengaruh
pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan (Sukari, 2004).
Dalam ilmu gizi status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB/TB
sesuai dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi dalam bentuk indikator yang
dapat merupakan kombinasi diantara ketiganya. Masing-masing indikator
mempunyai makna sendiri, misalnya kombinasi antara U (Umur) BB (Berat
Badan) dan TB (Tinggi Badan) Membentuk indicator BB/U, TB/U dan BB/TB.
Indikator BB/U dapat normal lebih rendah atau lebih tinggi setelah dibandingkan
dengan standar WHO. Apabila BB/U normal maka digolongkan pada status gizi
baik, dan BB/U rendah dapat berarti berstatus gizi kurang ataupun status gizi lebih
(Sukirman, 2007).
15
2.4. Kecerdasan
2.4.1. Pengertian Kecerdasan (Intelegensi)
Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fisik
ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan
kemampuan kecerdasan. Dalam mengartikan intelegensi (kecerdasan ini), para
ahli mempunyai pengertian yang beragam. (Yusuf, S. 2004).
Diantara pengertian Kecerdasan itu adalah sebagai berikut :
Menurut Binet yang telah dikutip oleh Sumadi tahun 2005 menyatakan bahwa
sifat hakikat Kecerdasan itu ada 3 macam, yaitu :
1. Kecerdasan untuk menetapkan dan mempertahankan (memperjuangkan)
tujuan tertentu, semakin cerdas seseorang akan semakin baik dia membuat
tujuan sendiri, mempunyai inisiatif sendiri tidak menunggu perintah saja.
2. Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai
tujuan tersebut.
3. Kemampuan untuk melakukan otokritik kemampuan untuk belajar dari
kesalahan yang telah dibuatnya.
Sedangkan menurut Raymon cattel (Di kutip oleh Sumadi, 2005)
mengklasifikasikan kecerdasan ke dalam 2 kategori, yaitu :
a. “Fluid Intelegence“, yaitu tipe kemampuan analisis kognitif tidak
dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya.
b. “Crystallized Intelegance“ , yaitu kemamapuan-kamampuan atau
kemampuan nalar (Berfikir) yang dipengaruhi oleh pengalaman belajar
sebelumnya.
16
2.4.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan
Seperti semua test intelegensi, hasil optimal dari test itu dapat dicapai bila
faktor- faktor yang mepengaruhinya diperhatikan, yaitu antara lain :
1. Faktor Keturunan
Penelitian terkenal dalam hal pembentukan anak jenius yang
dilakukan oleh Nichola (2005), menyimpulkan penyelidikan terhadap
1507 anak kembar bahwa anak kembar dari satu sel indung telur,
hubungan kesamaan hasil test kecerdasannya jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan anak kembar yang dari sel indung telur yang
berbeda, bahwa meskipun dipisahkan di lingkungan yang berbeda, mereka
tetap memiliki kecenderungan demikian. Hal ini menyimpulkan unsur
pembawaan atau keturunan sangat menentukan indeks seseorang atau
kejeniusan seseorang.
2. Faktor Lingkungan
Sejak diadakan penelitian terhadap anak jenius, kelihatannya
sangat diyakini bahwa kebanyakan anak jenius lahir dari keluarga yang
berpenghasilan dan bertaraf hidup tinggi dan jarang dari keluarga ekonomi
rendah (Fisch, 2006).
3. Pencemaran Lingkungan
Masalah pencemaran yang besar justru berada sangat dekat dengan
kita. Dari lingkungan keluarga, kita menghadapi masalah pencemaran dan
potensi pencemaran yang bukan kecil. Penyakit-penyakit yang disebabkan
oleh pencemaran dapat menyerang otak atau sistem saraf yang dapat
mengakibatkan gangguan Kecerdasan (Bachagie, I. 2003 ).
17
2.5. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Menurut Suhardjo, 2004
Faktor yang mempengaruhi status gizi secara langsung:
a. Konsumsi Makanan
b. Infeksi
Faktor yang mempengaruhi
status gizi secara tidak langsung:
a. Status Sosial Ekonomi Orang Tua
b. Tingkat Pendidikan Ibu
Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Kecerdasan
a. Keturunan b. Lingkungan
c. Pencemaran Lingkungan
Tingkat Kecerdasan
Status Gizi
18
2.6. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.7. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara Status Gizi dengan Tingkat Kecerdasan di SD
Negeri 1 Simpang Peut.
2. Ada hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Tingkat
Kecerdasan di SD Negeri 1 Simpang Peut.
3. Ada hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Tingkat Kecerdasan
di SD Negeri 1 Simpang Peut.
Tingkat Pendidikan
Ibu
Status Gizi
Status Sosial
Ekonomi Orang Tua
Variabel Independen Variabel Dependen
Tingkat Kecerdasan
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat Analitik, yaitu untuk
melihat hubungan status gizi, status sosial ekonomi orang tua serta tingkat
pendidikan ibu terhadap tingkat kecerdasan pada anak usia Sekolah Dasar dengan
pendekatan Cross Sectional.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 1 Simpang Peut
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 s/d 17 Mei 2013.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Dasar Negeri 1
Simpang Peut yang berjumlah 276 siswa.
3.3.2. Sampel
Besar sampel diperoleh dengan menggunakan Rumus Slovin :
n =
20
= 73 Siswa
Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Besarnya penyimpangan yang masih dapat ditolerir (0,1).
Pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik stratified random sampling.
JumlahSiswa JumlahSampel
Kelas I : 46 12
Kelas II : 37 10
Kelas III : 52 14
Kelas IV : 44 11
Kelas V : 45 12
Kelas VI : 52 14
Jadi, Jumlah sampel seluruhnya adalah 73 Siswa.
3.4. MetodePengumpulan Data
3.4.2. Data Primer
Data primer adalah data yang di peroleh dengan wawancara langsung
dengan responden, menggunakan kuesioner yang telah di persiapkan.
3.4.3. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sekolah, serta literature
literature lainnya yang berhungan dengan penelitian.
21
3.5. Definisi Operasional.
Tabel 3.1. Varibel Penelitian
No Variabel Independen
1 Variabel : Status gizi
Definisi : Keadaan kesehatan anak ditinjau dari pemenuhan
kebutuhan gizi yang disuaikan dengan umur, berat badan dan tinggi badan.
Cara ukur : Menimbang dan mengukur tinggi badan.
Alat ukur : Timbangan/Microtoa Hasil ukur : a. Baik
b. Kurang Skala ukur : Ordinal
2. Variabel : Status sosial ekonomi orang tua
Definisi : Tingkat pendapatan orang tua yang di dapat dari kegiatan/pekerjaan sehari-hari
Cara ukur : Wawancara.
Alat ukur : Kuesioner Hasil ukur : a. Tinggi
b. Rendah Skala ukur : Ordinal
3. Variabel : Tingkat pendidikan ibu
Definisi : Jenjang pendidikan terakhir yang di tempuh ibu
Cara ukur : Wawancara Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : a. Tinggi b. Rendah
Skala ukur : Ordinal Variabel Dependen
4. Variabel : Tingkat kecerdasan
Definisi : Prestasi anak selama dalam pendidikan
Cara ukur : Melihat hasil rapor Alat ukur : Nilai rapor
Hasil ukur : a. Baik b. Kurang Skala ukur : Ordinal
22
3.6. Aspek Pengukuran
1. Status gizi
1. Baik : Apabila hasil penimbangan dan pengukuran tinggi badan
menunjukkan berat badan anak memiliki ukuran ideal.
2. Kurang : Apabila hasil penimbangan dan pengukuran tinggi badan
menunjukkan berat badan anak kurang dari ukuran ideal.
2. Status sosial ekonomi orang tua
1. Tinggi : Jika melebihi upah minimum provinsi
( ≥ Rp, 1.500.000)
2. Rendah : Jika di bawah upah minimum provinsi
(≤ Rp, 1.500.000)
(Upah minimum regional Provinsi NAD Tahun 2013)
3. Tingkat pendidikan ibu
1. Tinggi : Jika ibu selesai pendidikan (SMP, SMA dan
Diploma/Sarjana)
2. Rendah : Jika ibu lulus (SD/Sederajat dan tidak tamat SD)
4. Tingkat kecerdasan
1. Baik : Apabila nilai rata-rata 71-85
2. Kurang : Apabila nilai rata-rata 41-55
(Sumber : Buku laporan pendidikan, 2008).
23
3.7. Analisa Data
Data yang diperoleh diolah dengan secara manual dan menggunakan
computer dengan tahapan editing, coding, entry data dan cleaning, dan dianalisis
melalui prosedur bertahap secara :
1. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara
variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji
statistik chi square pada taraf kepercayaan 95%
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
SD Negeri 1 Simpang Peut terletak di Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan
Raya. Dimana merupakan wilayah pusat pendidikan anak Sekolah Dasar yang
terletak dipinggir jalan raya Meulaboh – Jeuram dengan jumlah siswa 276, Laki-
Laki 133,Perempuan 143, dan jumlah Guru 12 orang. Adapun batasan SD Negeri
1 Simpang Peut adalah :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Suka Makmue
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Kuala Pesisir
3. Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Barat
4. Sebelah Timur : Kecamatan Tadu Raya
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 13 s/d 17Mei
2013 di SD Negeri 1 Simpang Peut pada 73 siswa/i responden dengan
judul,Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Pada Anak Usia
Sekolah Dasar Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Tingkat
Pendidikan Ibu Di SD Negeri 1 Simpang Peut Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2013. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut:
4.1.1 Analisis Univariat
1. Status Gizi
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Di SD
Negeri 1 Simpang Peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan
Raya Tahun 2013.
No Status Gizi Frekuensi %
1 Baik 41 56,2
2 Kurang 32 43,8
Total 73 100
25
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa dari 73 responden, paling
dominan 56,2% siswa/i yang memperoleh status gizi yang baik,sedangkan yang
kurang hanya 43,8% siswa/i yang memperoleh status gizi.
2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Sosial
Ekonomi Orang Tua Di SD Negeri 1 Simpang Peut Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Status Sosial Ekonomi
Orang Tua
Frekuensi %
1 Tinggi 40 54,8
2 Rendah 33 45,2
Total 73 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa dari 73 responden, paling
dominan 54,8% orang tua yang memperoleh status sosial ekonomi yang tinggi,
sedangkan yang rendah hanya 45,2%orang tua yang memperoleh status sosial
ekonomi.
3. Tingkat Pendidikan Ibu
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Ibu Di SD Negeri 1 Simpang peut Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Tingkat Pendidikan Ibu Frekuensi %
1 Tinggi 45 61,6
2 Rendah 28 38,4
Total 73 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 73 responden, paling
dominan 61,6% ibu yang memperoleh tingkat pendidikan yang tinggi, sedangkan
yang rendah hanya 38,4% ibu yang memperoleh tingkat pendidikan.
26
4. Tingkat Kecerdasan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Kecerdasan Di SD Negeri 1 Simpang peut Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
No Tingkat Kecerdasan Frekuensi %
1 Baik 48 65,8
2 Kurang 25 34,2
Total 73 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa dari 73 responden, paling
dominan 65,8% siswa/i yang memperoleh Tingkat Kecerdasan yang baik,
sedangkan yang kurang hanya 34,2% siswa/i yang memperoleh tingkat
kecerdasan.
4.1.2 Analisis Bivariat
1. Hubungan Antara Status Gizi Terhadap Tingkat Kecerdasan
Tabel 4.5 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Di SD
Negeri 1 Simpang peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2013.
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square pada derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05) antara tingkat status gizi dengan tingkat kecerdasan
menujukkan nilai p value = 0,000 atau p = < 0,05, maka artinya bahwa ada
hubungan antara statusgizi dengan tingkat kecardasan Di SD Negeri 1 Simpang
peut.
Status Gizi
Tingkat Kecerdasan
Total
p
OR Kurang Baik
n % n % N %
Kurang 20 80.0 12 25,0 32 43,8 0,000 12,000
Baik 5 20,0 36 75,0 41 56,2
Jumlah 25 34,2 48 65,8 73 100
27
Namun jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 12,000.Maka artinya
status gizi yang kurang memiliki peluang 12 kali dibandingkan dengan status gizi
yang baik.
2. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Tingkat
Kecerdasan
Tabel 4.6 Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan
Tingkat Kecerdasan Di SD Negeri 1 Simpang Peut Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square pada derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05) antara status sosial ekonomi orang tua dengan tingkat
kecerdasan menujukkan nilai p value = 0,000 atau p = < 0,05, maka artinya bahwa
ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan tingkat kecerdasan di
SD Negeri 1 Simpang Peut.
Namun jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 10,769.Maka artinya
status sosial ekonomi orang tua yang rendah memiliki peluang 10 kali
dibandingkan dengan status sosial ekonomi orang tua yang tinggi.
Status Sosial
Ekonomi
Orang Tua
Tingkat Kecerdasan
Total
p
OR Kurang Baik
N % n % N %
Rendah 20 80,0 13 27,1 33 45,2 0,000 10,769
Tinggi 5 20,0 35 72,9 40 54,8
Jumlah 25 34,2 48 65,8 73 100
28
3. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Tingkat Kecerdasan
Tabel 4.7 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Tingkat
Kecerdasan Di SD Negeri 1 Simpang Peut Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square pada derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05) antara tingkat pendidikan ibu dengan tingkat
kecerdasan menujukkan nilai p value = 0,013 atau p = < 0,05, maka artinya bahwa
ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan tingkat kecerdasan di SD
Negeri 1 Simpang Peut.
Namun jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 4,308.Maka artinya
tingkat pendidikan ibu yang rendah memiliki peluang 4 kali dibandingkan dengan
tingkat pendidikan ibu yang tinggi.
4.2.Pembahasan
1.Hubungan Antara Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan
Dari hasil analisa tabel silang diketahui status gizi dengan tingkat kecerdasan
menunjukkan bahwa nilai p value = 0,000 atau p = < 0,05, maka artinya bahwa
ada hubungan antara status gizi dengan tingkat kecerdasan di SD Negeri 1
Simpang peut.
Namun jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 12,000.Maka artinya
status gizi kurang memiliki peluang 12 kali dibandingkan dengan status gizi baik.
Tingkat
Pendidikan Ibu
Tingkat Kecerdasan
Total
p
OR Kurang Baik
n % n % N %
Rendah 15 60,0 13 27,1 28 38,4 0,013 4,308
Tinggi 10 40,0 35 72,9 45 61,6
Jumlah 25 34,2 48 65,8 73 100
29
Hubungan tersebut didukung oleh pendapat Pamularsih, A, (2009). Bahwa
makanan sangat berkaitan terhadap bagi tubuh terutama untuk anak sekolah yang
merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kecerdasan. Apabila
makanan tidak cukup zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung
lama akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi
ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis,
kekurangan gizi dapat menyebabkan pertumbuhan badan terngganggu, badan
lebih kecildiikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak
berkurang dan terjadi ketidak matangan dan ketidak sempurnaan organisasi
biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan
kecerdasan anak.
2. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Tingkat
Kecerdasan
Dari hasil analisa tabel silang diketahui status sosial ekonomi orang tua
dengan tingkat kecerdasan menunjukkan bahwa nilai p value = 0,000 atau p = <
0,05, maka artinya bahwa ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua
dengan tingkat kecerdasan di SD Negeri 1 Simpang peut.
Namun jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 10,769.Maka artinya
status sosial ekonomi orang tua yang rendah memiliki peluang 10 kali
dibandingkan dengan status sosial ekonomi orang tua yang tinggi.
Menurut Santrock, J.W, (2007). Telah membuktikan korelasi yang
signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan tingkat kecerdasan.
Banyak orang tua dengan pendapatan yang r
endah memiliki kesulitan dalam menyediakan makanan yang secara
intelektual dapat menstimulasi anak-anak mereka. Hal ini dapat menjadi penyebab
30
rendahnya tingkat kecerdasan anak.Mereka menemukan bahwa orang tua
berpendapatan menengah lebih banyak berkomunikasi dengan anak-anak mereka
dibandingkan dengan orang tua dari kalangan ekonomi yang tinggi.
3. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Tingkat
Kecerdasan
Dari hasil analisa tabel silang diketahui tingkat pendidikan ibu dengan
tingkat kecerdasan menunjukkan bahwa nilai p value = 0,013 atau p = < 0,05,
maka artinya bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan tingkat
kecerdasan di SD Negeri 1 Simpang peut.
Namun jika dilihat dari odds ratio (OR) yaitu sebesar 4,308.Maka artinya
tingkat pendidikan ibu yang rendah memiliki peluang 4 kali dibandingkan dengan
tingkat pendidikan ibu yang tinggi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Indriyanto (2001) yang
menyatakan bahwa hasil belajar siswa berkaitan erat dengan tingkat pendidikan
formal orang tua.Orang tua dengan tingkat pendidikan yang menengah
mempunyai kemampuan lebih untuk membentuk anak dalam belajar
dibandingkan dengan orang tua dengan tingkat pendidikan yang tinggi.
Menurut Suhardjo cit Permatasari, (2008).Seseorang ibu dengan pendidikan
yang rendahakan lebih mempertahankan tradisi- tradisi yang berhubungan dengan
makanan sehingga lebih sulit menerima informasi baru tentang gizi, dan begitu
pula sebaliknya.Tingkat pendidikan ibu sangat mempengaruhi kemampuan
penerimaan informasi tentang gizi.Dengan pendidikan gizi diharapkan tercipta
pola kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat mengetahuikandungan
gizi, sanitasi dan pengetahuan yang terkait dengan pola makan lainnya.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan analitik seperti yang diuraikan
pada bab sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan sebagai berikut :
1. Persentase tingkat kecerdasan yang mempunyai status gizi yang baik adalah
sebesar 56,2%, dan status gizi yang kurang adalah sebesar 43,8%.
2. Persentase tingkat kecerdasan yang mempunyai status sosial ekonomi orang
tua yang tinggi adalah sebesar 54,8%, dan status sosial ekonomi orang tua
yang rendah adalah sebesar 45,2%.
3. Persentase tingkat kecerdasan yang mempunyai tingkat pendidikan ibu yang
tinggi adalah sebesar 61,6%, dan tingkat pendidikan ibu yang rendah adalah
sebesar 38,4%.
4. Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan
tingkat kecerdasan di SD Negeri 1 Simpang Peut. Jika dilihat dari Odds Ratio
(OR) yaitu sebesar 12,000, maka artinya status gizi yang kurang memiliki 12
kali peluang dibandingkan dengan status gizi yang baik.
5. Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara status sosial
ekonomi orang tua dengan tingkat kecerdasan di SD Negeri 1 Simpang Peut.
Jika dilihat dari Odds Ratio (OR) yaitu sebesar 10,769, maka artinya status
sosial ekonomi orang tua yang rendah memiliki 10 kali di bandingkan dengan
status sosial ekonomi orang tua yang tinggi.
31
32
6. Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan
ibu dengan tingkat kecerdasan di SD Negeri 1 Simpang Peut. Jika dilihat dari
Odds Ratio (OR) yaitu sebesar 4,038, maka artinya tingkat pendidikan ibu
yang rendah memiliki peluang 4 kali dibandingkan dengan tingkat pendidikan
ibu yang tinggi.
5.2. SARAN
1. Bagi Orang tua
Diharapkan kepada orang tua perlu membiasakan anak untuk
mengkonsumsi makanan bergizi yang sebanding dengan kebutuhan energi
yang digunakan untuk aktifitas anak setiap harinya, serta mendampingi dan
berkomunikasi secara aktif kepada anak demi mendukung perkembangan
kecerdasan anak.
2. Bagi Sekolah
Diharapkan kepada pihak sekolah dapat meningkatkan pemantauan dan
perbaikan pelayanan gizi siswa, dengan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT), sehingga dapat membantu peningkatan kecerdasan siswa/i serta
menunjang hasil belajarnya.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Usaha perbaikan pelayanan gizi anak sebaiknya dapat lebih dioptimalkan
sehingga dapat memaksimalkan perkembangan kecerdasannya.
4. Bagi Peneliti
Diharapkan bagi peneliti lain mengadakan penelitian lebih lanjut
mengenai hubungan Status Gizi Dengan Tingkat kecerdasan Pada Anak Usia
Sekolah Dasar Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Tingkat
Pendidikan Ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, A, 2005. Hubungan Antara Konsumsi makanan, Prestasi Belajar, Dengan
Status Gizi Dan Kadar Hb Anak Jalanan Di BAwah Asuhan Beberapa
Rumah Singgah Yang Ada Di Yokyakarta. Universitas Gadjah Mada.
Hardywinoto & Setiabudi, 2002. Hubungan Frekuensi dan Asupan Gizi Makan Pagi
Dengan Kadar Hemoglobin (HB) Darah Dan Konsentrasi Di Sekolah Pada
Murid Kelas I dan Kelas VI SDN. Jetishardjo 1 Yokyakarta. Universitas
Gadjah Mada.
Gupta, 2005. Aspek Kesehatan Dan Gizi Anak Balita, Yayasan Obor Indonesia.
Almatsier, S, 2001. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sukari, 2004. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan
Perkembangan Kesehatan Nasional. Jakarta.
Nichola, 2005. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta.
Bachagie, I, 2003. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Buku Kesling. Bogor.
Johari, 2008. Indikator Status Gizi Anak. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Suhardjo, 2004. Perencanaan Pangan Dan Gizi, Bumi Aksara, Jakarta.
Supariasa, 2004. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Sukirman, 2007. Tumbuh Kembang Anak Anak Di Lingkungan Keluarga, Jakarta.
Sumadi, 2005. Ilmu Gizi, Penerbit Papas Sinar Sunati, Jakarta.
Setiawan, M, 2000. Dasar-Dasar Ilmu Gizi, Malang.
Yusuf, S, 2004. Pengertian Kecerdasan ( Intelegensi). Laporan Penelitian (05 Maret
2010). Jakarta.
Soemanto, W, 2008. Penelitian Bidang Pangan Dan Gizi Masyarakat, Depdiknas,
Jakarta.
Abunaian, D, 2004. Aplikasi Antropometri Sebagai Alat Ukur Status Gizi. Puslitbang
Gizi Bogor.
Depdiknas, 2008. Tingkat Kecerdasan Anak Sekolah Dasar, Penerbit Buku Laporan
Pendidikan, Jakarta.
Depkes, RI, 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Direktorat Jendral
Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Achadi, E, 2007. Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Ahmadi, A, 2005. Perkembangan Kecerdasan anak Sekolah Dasar. Jakarta.
Pamularsih, A, 2009. Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa di
Sekolah Dasar Negeri 2 Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
Laporan Penelitian (05 Maret 2010).
Santrock, J.W, 2007. Perkembangan Anak. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Suhardjo cit Permatasari, 2008. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan
Pengetahuan Ibu dari Anak Taman Kanak-kanak terhadap pemilihan
Multivitamin di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Laporan Penelitian
(30 Juni 2010).