hubungan indeks massa tubuh (imt) terhadap …digilib.unila.ac.id/60652/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP
KESEIMBANGAN POSTURAL PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
LAMPUNG
SKRIPSI
DINDA ANNISA FITRIA
1618011185
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP
KESEIMBANGAN POSTURAL PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
LAMPUNG
Oleh
Dinda Annisa Fitria
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN BODY MASS INDEX (BMI)
AND POSTURAL BALANCE AMONG STUDENT OF
FACULTY MEDICINE OF LAMPUNG
UNIVERSITY
By
DINDA ANNISA FITRIA
Background: Postural balance defined as the process of maintaining the center of
gravity so that it remains in the base of support. Postural balance is important for
daily activities. Disorders such as obesity that manifest with body mass index
(BMI) can affect postural balance. Body mass index is defined as body weight
divided by the square of height. The purpose of this study was to determine the
relationship between body mass index and postural balance among students of the
Faculty Medicine of Lampung University.
Method: This research was conducted in October-November 2019 at the Faculty
Medicine of Lampung University using cross sectional. There are 88 respondents
who fit the inclusion and exclusion criteria. Data collection was carried out by
examining body weight, body height, and postural balance with berg balance scale
Result: Spearman Rank analysis results show that there is no significant
relationship between BMI and postural balance (p = 0.114) with a very weak
negative correlation (r = -0.170).
Conclusion: There is no significant relationship between body mass index (BMI)
and postural balance among student of Faculty Medicine of Lampung University
Key Words: Body Massa Index, Postural Balance, Student of Faculty Medicine
ABSTRAK
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP
KESEIMBANGAN POSTURAL PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
LAMPUNG
Oleh
DINDA ANNISA FITRIA
Latar Belakang: Keseimbangan postural didefinisikan sebagai proses
mempertahankan pusat gravitasi agar tetap dalam bidang tumpu. Keseimbangan
postural sangat vital untuk aktifitas sehari-hari. Gangguan seperti obesitas yang
bermanifestasi dengan adanya indeks massa tubuh (IMT) dapat memengaruhi
keseimbangan postural. Indeks massa tubuh didefinisikan sebagai berat badan
dibagi dengan kuadrat tinggi badan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dan keseimbangan postural pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Metode: Penelitian ini dilakukan pada Oktober–November 2019 di Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung dengan menggunakan cross sectional. Terdapat
88 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data
dilakukan dengan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, dan keseimbangan
postural dengan berg balance scale.
Hasil: Hasil analisis Spearman Rank menunjukkan tidak terdapat hubungan
bermakna antara IMT dan keseimbangan postural (p=0,114) dengan korelasi
negatif sangat lemah (r=-0,170).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh
(IMT) dan keseimbangan postural pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh, Keseimbangan Postural, Mahasiswa Fakultas
Kedokteran
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Januari 2000, sebagai anak pertama
dari tiga bersaudara, dari Bapak Sutikno, S.H., M.H. dan Ibu Fitri Eka
Rosmadiana, S.H., M.H.
Pendidikan, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN Kayuringin Jaya XXII Kota
Bekasi pada tahun 2011, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di
SMPN 4 Kota Bekasi pada tahun 2014 dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
diselesaikan di SMAN 1 Bekasi pada tahun 2016. Pada tahun 2016, penulis
terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui
jalur SBMPTN.
Selama aktif menjadi mahasiswa, penulis berpartisipasi dalam berbagai organisasi
baik di kampus maupun di luar kampus. Di organisasi dalam kampus, penulis
tercatat sebagai bagian dari pengurus Badan Ekskutif Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung (BEM FK Unila) yakni sebagai Excecutive
Apprentice tahun 2017–2018, Staff bidang Pendidikan dan Profesi (Pendpro)
tahun 2018–2019, dan Bendahara Eksekutif tahun 2019 hingga saat ini. Selain itu
penulis juga pernah tercatat sebagai Anggota Muda tahun 2017 dan Bendahara
Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) tahun 2018 di Forum Studi Islam Ibnu
Sina Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (FSI Ibnu Sina FK Unila). Di
organisasi luar kampus, penulis pernah tercatat sebagai Peserta Magang Ikatan
Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) tahun 2016, Staff bidang
Fundraising and Partnership (FP) ISMKI Wilayah 1, tahun 2017 dan Staff bidang
Medical Education and Proffession (MEP) ISMKI Nasional tahun 2018. Penulis
pernah meraih beberapa prestasi yakni sebagai Best Staff bidang FP ISMKI
Wilayah 1, Best Staff III ISMKI Wilayah 1. Selain itu, penulis menjadi finalist
pada Unila Medical Olympiad bidang Tropical Infectious Disease (TID) tahun
2018 dan bidang Muskuloskeletal tahun 2019.
Dengan segala kerendahan hati Aku persembahkan karya sederhana ini kepada
Allah Subhanahu wa ta'ala Ibu dan Ayah tercinta
Adek Dheliana dan Adek Dheannisa Mbay tersayang
Sahabat-sahabatku Terima kasih untuk doa, semangat, dan cinta
Yang kalian berikan selama ini
"Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka Allah mudahkan jalannya menuju surga"
(HR. Muslim)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkat
serta karunianya, mencurahkan segala kasih sayangnya dan segala keajaibannya
yang masih bisa membawa saya sampai pada titik ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
Skripsi berjudul “HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
TERHADAP KESEIMBANGAN POSTURAL PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG” ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di
Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang selalu menuntun saya ke jalan yang mungkin terasa sulit
namun memberikan hasil yang teramat indah atas semuanya, sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini;
2. Prof. Dr. Karomani, M.Si., Selaku rektor Universitas Lampung;
3. Dr. Dyah Wulan Sumekar RW, S.K.M., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung;
4. Dr. dr. Khairun Nisa Berawi, S.Ked., M.Kes., AIFO, selaku Pembimbing
Utama di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang telah
membimbing saya dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan penulisan
skripsi ini;
5. Dr. Dyah Wulan Sumekar RW, S.K.M., M. Kes selaku Pembimbing
Kedua, terimakasih saya ucapkan atas kesediaan beliau memberikan
bimbingan dan saran serta masukan dan nasihat saat penulisan skripsi
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;
6. dr. Dewi Nur Fiana, S.Ked., Sp.KFR, selaku Pembahas dalam skripsi ini.
Terimakasih telah mengajarkan banyak hal yang tidak saya ketahui,
terimakasih untuk meluangkan waktunya ditengah-tengah kesibukan,
terimakasih sudah menjadi pembahas yang juga selalu memberikan
bimbingan, memberikan ilmu dan arahan pada setiap hal yang belum saya
ketahui;
7. dr. Hanna Mutiara, S.Ked., M.Kes selaku Pembimbing Akademik atas
bimbingan, nasihat, dan kesediaan waktunya selama ini;
8. Seluruh Civitas Akademika FK Unila, atas pelajaran dan pengalaman yang
diberikan selama perkuliahan, yang sangat membantu dalam
melaksanakan penelitian ini;
9. Kepada Ayah (Bapak Sutikno, S.H., M.H.), Ibu (Fitri Eka Rosmadiana,
S.H., M.H.), adek Dheliana Khairunisa, adek Dheannisa Alfinolita, dan
Nenek tercinta (Hj. Rochimin), terima kasih atas cinta, keikhlasan,
kesabaran, motivasi, bimbingan, doa, dan dukungan moril maupun materil
yang telah diberikan dan tidak akan pernah terbayarkan;
10. Para responden yang telah bersukarela menjadi responden pada penelitian
ini, yang dengan sabar mau mengikuti seluruh alur proses penelitian
dengan sabar, terimakasih, tanpa kalian skripsi ini tidak akan bisa selesai
tepat pada waktunya;
11. Kepada teman – teman Doa Ibu (Anthia Vradinatika, Nadya Marshalita,
Dea Selvia, Rima Novisca J, Ghina Risky J, Fatimah Azzahra, Sonia
Mahatva D.P, Maharani Amanulloh, Wilda Ainia S.K, Alvira Balqis S,
Desti Dwi R) terimakasih sudah selalu hadir dalam setiap langkah dan
membantu segala urusan dalam pengerjaan skripsi ini, terimakasih atas
segala bantuannya;
12. Kepada teman-teman (R.A Jihan F.I, Jyoti Krisna M, Dina Amalia K,
Anisa Ramadhanti, Fukrapti, Dwi Sarwindah, Ni'ma Nabila P, Hanifah
Choirunnisa, Firinda Soniya, Milatul Fauziah, Dian Octaviana A, Lisa
Dwi A, Neema Putri P, I Made Merta J, Gusti Putu Yogi V.A, dan lain-
lain) yang sangat baik memberikan dukungan dan bantuan selama
pendidikan di FK Unila;
13. Kepada adik-adik Plica Vocalis (Adin Byli, Naza, Syarifa, Yofira,
Dhaifany, Fawwaz, Ilham Sinum, Dinda, Reivan, Nabila) atas dukungan
dan doanya yang telah diberikan selama ini;
14. Kepada teman teman satu bimbingan (Samuel Gunawan, Dhea Oksalia E,
Kak Mira Yustika, Dian Syafitri, Khalisah Nurjihany S, Rezita Rahma R,
Ahmad Haydar R, Hadrian Akbar, Ester Krisdayanti). Terimakasih karena
sudah sering menunggu kehadiran pembimbing bersama, saling
menyemangati untuk menyelesaikan skripsi kita;
15. Kepada Mba Dewi, Ayu Satya, Kak Hendra, dan Vindi atas bantuan dan
ilmunya selama ini.
16. Kepada teman-teman satu satu pembimbing akademik (Olivia Putri C,
Ahmad Haydar R, Shinta Melia, Danang Samudro W, Asyraf Vivaldi W)
atas dukungannya selama ini;
17. Kepada teman-teman KOJEK (Mba Ayu, Mba Lika, Mba Firdha, Mba
Oky, Mba Adel) atas pengalamannya, masukan, saran, dukungan, dan
doanya kepada saya;
18. Kepada teman-teman Galaxy 4'33 (Dianti, Cindy, Hasanah, Tsabit, Dafa,
Ian, Rifqi, Andry, Dias, Hendra) atas pengalamannya dan dukungannya
selama ini;
19. Teman-teman di Bekasi (Melinia Febry, Adelia Febrianti, Dhea Ameilia,
Firdauzi Nursita, Yulia Damayanti, Rayana Olvi S, Zahra Hayuning F.N,
Farah Alya R, Ratu Adilla S.P, dan lain-lain) atas segala ilmu, dukungan,
dan pengalaman yang telah diberikan;
20. Teman-teman pengurus Badan Eksekutif (BEM) Aksata, Atyasa, dan
Sahitya FK Unila atas ilmu dan pengalamannya selama ini;
21. Teman-teman FSI Ibnu Sina FK Unila atas ukhuwah, ilmu, dan
pengalamannya selama ini;
22. Teman-teman pengurus ISMKI Nasional dan ISMKI Wilayah 1 atas ilmu
dan pengalamannya selama ini;
23. Teman-teman seperjuangan Trigeminus 2016 yang kebaikannya tidak
dapat saya ucapkan satu-persatu yang sudah banyak mendukung.
24. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam pendidikan dan penyelesaian penelitian ini
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini berguna dan bermanfaat bagi setiap
orang yang membacanya.
Bandar Lampung, Januari 2020
Penulis,
Dinda Annisa Fitria
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keseimbangan postural didefinisikan sebagai proses mempertahankan pusat
gravitasi agar tetap dalam bidang tumpu, agar semua resultan yang ada
menjadi nol dan dalam posisi seimbang (Tussakdiah, 2014). Keseimbangan
postural diklasifikasikan menjadi keseimbangan postural statis dan dinamis.
Keseimbangan postural statis adalah kemampuan untuk mempertahankan
center of gravity (COG) tidak berubah. Keseimbangan postural dinamis
adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dimana COG
berubah seperti saat berjalan (Abrahamova dan Hlavacka, 2008). Terdapat
tiga sistem (sistem sensorik, muskuloskeletal, dan saraf pusat) yang memiliki
peran utama untuk membentuk sistem kontrol postural. Integrasi sistem
sensorik yang terdiri dari fungsi vestibular, visual, dan sistem propioseptif
akan memberikan informasi ke sistem saraf pusat kemudian sistem
neuromuskuler sebagai efektor mengadaptasi secara cepat perubahan posisi
dan postur (Setiaharja, 2005). Keseimbangan postural sangat vital untuk
aktifitas sehari-hari. Terdapat tiga faktor utama yang memengaruhi
keseimbangan postural yakni ukuran bidang tumpu (base of support/BoS),
hubungan garis gravitasi (line of gravity/LoG) dengan BoS, dan tinggi pusat
gravitas (center of gravity/COG). Gangguan pada ketiga sistem di atas akan
2
menyebabkan terjadinya perubahan pada tiga faktor utama yang akan
menyebabkan gangguan keseimbangan postural. Gangguan tersebut dapat
berupa fraktur, katarak, glaukoma, neuropati diabetikum, penyakit vaskuler
perifer, cedera tulang belakang, stroke, cedera kepala, trauma, tumor, meniere
disease, dan obesitas yang bermanifestasi dengan adanya indeks massa tubuh
(IMT). Keadaan lain yang berkaitan dengan gangguan kognitif dan perilaku
juga dapat berkontribusi terhadap terjadinya gangguan keseimbangan postural
(Umpherd, Lazaro, Roller, et al., 2013). Peningkatan IMT berkorelasi positif
dengan kontrol postural (Angyan et al., 2007).
Indeks massa tubuh didefinisikan sebagai berat badan dibagi dengan kuadrat
tinggi badan. World Health Organization (WHO) mengategorikan IMT
menjadi lima klasifikasi yakni underweight (<18.5 kg/m2), berat normal
(18,5–24.9 kg/m2), overweight (25–29.9 kg/m
2), obesitas I (30–34,9 kg/m
2),
dan obesitas II (>35 kg/m2). Indeks massa tubuh merupakan cara sederhana
untuk mengukur gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Indeks massa tubuh yang berlebih
atau obesitas menandakan bahwa didalam tubuh terdapat lemak yang berlebih
(Mandasari, 2017). Obesitas memiliki efek samping yang besar pada
kesehatan. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya risiko kematian akibat
dampak negatif yang ditimbulkan. Beberapa efek yang dapat ditimbulkan
yakni penyakit kardiovaskuler, penyakit pulmoner, penyakit muskuloskeletal,
dan gangguan pada sistem reproduksi. Obesitas menjadi masalah yang sulit
diatasi. Penduduk dewasa penderita kegemukan mencapai lebih dari 1,9
miliar pada tahun 2016 dan lebih dari 650 juta diantaranya adalah obesitas.
3
Prevalensi ini mencapai hampir tiga kali lipat dibandingkan kejadian obesitas
pada tahun 1975 (WHO, 2018). Menurut Riskesdas tahun 2018, penduduk
dewasa yang mengalami obesitas di Indonesia mencapai 21,8% dengan
penyebaran kejadian paling banyak di Sulawesi Utara dan paling sedikit di
Nusa Tenggara Timur (Kemenkes, 2018). Menurut Salzman (2010) obesitas
memengaruhi gaya berjalan dan keseimbangan postural. Peningkatan lemak
pada obesitas menyebabkan terjadinya pergeseran LOG, menurunnya
sensitivitas plantar, penurunan kapasitas lingkup gerak sendi, menurunnya
resistensi terhadap kelelahan, dan menurunnya kekuatan otot. Hal ini menjadi
implikasi yang parah karena keseimbangan yang buruk merupakan salah satu
faktor risiko utama terjadinya jatuh yang dapat menyebabkan cedera parah
atau kematian (Salzman, 2010)
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu atau
pun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk
perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi,
institut, dan universitas (Hartaji, 2012). Seorang mahasiswa umumnya
termasuk dalam kategori usia produktif. Usia produktif merupakan masa yang
paling penting dalam siklus hidup manusia. Suatu negara akan mencapai
puncak bonus demografi yang merupakan keuntungan/peluang jika mencapai
kondisi rasio ketergantungan rendah karena jumlah penduduk usia produktif
lebih banyak daripada penduduk usia nonproduktif (Kemenkes, 2015). Hal
tersebut menunjukkan bahwa penduduk usia produktif memiliki peran yang
sangat besar dalam kemajuan suatu negara. Terjadinya suatu
4
penyakit/gangguan seperti obesitas dan gangguan keseimbangan postural
akan menurunkan produktifitas.
Gangguan kesehatan mental pada mahasiswa kedokteran sering dilaporkan.
Bukti menunjukkan bahwa baik mahasiswa kedokteran maupun dokter
mengalami gejala yang lebih tinggi dari segi tekanan psikologis, depresi,
anxietas, dan kelelahan daripada populasi lain. Hal ini disebabkan karena
mahasiswa memiliki stres tambahan akibat masa studi yang lebih panjang.
Berdasarkan penelitian mengenai prevalensi stres pada mahasiswa kedokteran
sebanyak 329 responden, prevalensi stress adalah 52,4%. Penelitian yang
telah dilakukan pada mahasiswa kedokteran di Universitas Sumatera Utara
dengan responden sebanyak 90 orang menunjukkan prevalensi stres adalah
72,1% sedangkan prevalensi stres pada mahasiswa kedokteran Universitas
Lampung adalah 71% (Rahmayani et al., 2017). Koeneman et al. (2011)
menyatakan bahwa stres merupakan salah satu faktor penentu dari tingkat
aktifitas fisik seseorang. Hasil penelitian di Universitas Brawijaya
menunjukkan bahwa 60% mahasiswa kedokteran memiliki aktifitas fisik yang
rendah. Sedangkan di Universitas Udayana terdapat 38,3% mahasiswa yang
memiliki aktifitas fisik yang rendah (Riskawati et al., 2018). Rendahnya
aktifitas fisik akan meningkatkan risiko peningkatan IMT sehingga
menurunkan kemampuan kontrol postural.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang hubungan IMT terhadap keseimbangan postural pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah pada penelitian
ini adalah apakah terdapat hubungan IMT terhadap keseimbangan postural
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan IMT terhadap keseimbangan postural pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui gambaran tingkat keseimbangan postural pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
1.3.2.2 Mengetahui gambaran IMT mahasiswa di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
1.3.2.3 Menganalisis hubungan IMT terhadap keseimbangan postural
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain adalah:
1.4.1 Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan penjelasan
yang lebih detil mengenai hubungan IMT terhadap keseimbangan
postural pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
6
1.4.2 Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi institusi sehingga dapat
memberikan informasi tentang dampak IMT terhadap keseimbangan
postural pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
1.4.3 Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber bahan untuk
penelitian lain tentang IMT dan keseimbangan postural.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keseimbangan Postural
2.1.1 Definisi Keseimbangan Postural
Keseimbangan postural didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk
mengontrol pusat gravitasi agar tetap berada di atas bidang tumpu
(Setiati dan Laksmi, 2009). Keseimbangan postural terdiri dari
keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis
adalah kemampuan untuk mempertahankan center of gravity (COG)
tidak berubah, sedangkan keseimbangan dinamis adalah kemampuan
untuk mempertahankan posisi tubuh dimana center of grafity (COG)
berubah seperti berjalan (Abrahamova & Hlavacka, 2008).
2.1.2 Fisiologi Keseimbangan Postural
Tubuh memerlukan integrasi sistem visual, vestibular, proprioseptif
yang memberi informasi ke sistem saraf pusat untuk mempertahankan
posisi tegak. Sistem-sistem ini berperan sebagai pemroses, kemudian
sistem neuromuskuloskeletal sebagai efektor yang mengadaptasi secara
cepat perubahan posisi dan postur (Setiahardja, 2005). Fungsi
keseimbangan atau kontrol postural yang normal bergantung pada
empat sistem. Sistem ini dibentuk oleh input vestibular, input
proprioseptif atau somatosensorik, input visual, dan yang diintegrasikan
8
oleh pusat sensorik (Guyton dan Hall 2007). Terjadinya gangguan pada
sistem tersebut dapat meningkatkan risiko gangguan keseimbangan.
Gangguan yang terjadi dapat berupa fraktur, penyakit sendi, kelemahan,
glaukoma, katarak, degenerasi macula, retinopati diabetikum, neuropati
diabetikum, penyakit vaskuler perifer, cedera tulang belakang,
amputasi, stroke, cedera kepala, trauma, tumor, aneurisma, meniere
disease, benign positional vertigo (BPV), cedera tulang temporal, dan
acoustic neuroma. Keadaan lain yang berkaitan dengan gangguan
kognitif dan perilaku juga dapat berkontribusi terhadap terjadinya
gangguan keseimbangan postural. Hubungan antarfaktor yang
mempengaruhi kontrol keseimbangan dapat dilihat pada gambar berikut
(Noohu et al., 2014).
Gambar 1. Interaksi Berbagai Komponen yang Berperan dalam Kontrol
Keseimbangan (Sumber: Noohu et al., 2014)
Mekanisme fisiologi terjadinya keseimbangan dimulai ketika reseptor
visual memberikan masukan tentang orientasi mata dan posisi kepala
dalam hubungan dengan tubuh dan lingkungan sekitar. Organ vestibuler
9
memberikan informasi ke sistem saraf pusat tentang posisi dan gerakan
dari kepala serta padangan mata melalui reseptor makula dan krista
ampularis yang ada di telinga dalam. Reseptor di sendi, otot, tendon,
ligamentum dan kulit menerima rangsang somatosensori tentang posisi
badan terhadap kondisi tubuh di sekitarnya dan posisi antara segmen-
segmen tubuh (Setiahardja, 2005).
Seluruh rangsangan atau input sensoris yang diterima disalurkan ke
nuklus vestibularis yang ada di batang otak, kemudian terjadi
pemrosesan untuk koordinasi di serebelum, dari serebelum informasi
disalurkan kembali ke nuklus vestibularis. Kemudian terjadi output ke
neuron motorik otot ekstremitas dan badan berupa pemeliharaan
keseimbangan dan postur yang diinginkan, keluaran ke neuron motorik
otot mata eksternal berupa kontrol gerakan mata, dan keluaran ke
sistem saraf pusat berupa persepsi gerakan dan orientasi. Mekanisme
tersebut jika berlangsung dengan optimal akan menghasilkan
keseimbangan statis yang normal (Guyton dan Hall, 2007).
Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan, gerakan
kepala dan gerak bola mata. Sistem ini meliputi organ-organ di dalam
telinga bagian dalam. Sistem vestibular berhubungan dengan sistem
visual untuk merasakan arah dan kecepatan gerakan kepala. Terdapat
cairan pada telinga bagian dalam yang disebut endolymph. Cairan
tersebut mengalir melalui tiga kanal telinga bagian dalam sebagai
reseptor saat kepala bergerak miring dan bergeser. Melalui refleks
10
vestibulookular akan terjadi kontrol gerak mata, terutama ketika melihat
obyek yang bergerak. kemudian pesan diteruskan melalui saraf kranialis
VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak (brain stem)
(Watson dan Black, 2008). Nukleus vestibular menerima masukan
(input) dari reseptor labyrinth, formasi (gabungan retikular), dan
serebelum. Hasil dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron
melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi
otot-otot proksimal, otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot
postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot
postural (Watson dan Black, 2008).
Sistem visual yaitu mata memiliki tugas penting yaitu memberi
informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap lingkungan
berdasarkan sudut dan jarak dengan obyek sekitarnya. Tubuh dapat
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan dengan input
visual sehingga sistem visual langsung memberikan informasi ke otak.
Kemudian otak memberikan informasi agar sistem muskuloskeletal
agar dapat bekerja secara sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh (Umpherd et al., 2013).
Reseptor somatosensori terletak di persendian, ligamen, otot, dan kulit
memberikan informasi tentang panjang, regangan, ketegangan, dan
kontraksi otot; rasa sakit, suhu, dan tekanan; dan posisi sendi. Otot kaki,
pergelangan kaki, lutut, pinggul, punggung, leher, dan mata
11
memberikan informasi yang berguna untuk pemeliharaan
keseimbangan. Somatosensasi adalah indera dominan untuk kontrol
postural tegak dan bertanggung jawab untuk memicu respons postural
otomatis (automatically postural reaction/APRs) (Umpherd et al.,
2013). Informasi somatosensori disalurkan ke otak melalui kolumna
dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) somatosensori
menuju serebelum, sebagian menuju korteks serebri melalui lemniskus
medialis dan thalamus (William dan Willis, 2007).
Otot ekstremitas berfungsi untuk mempertahankan postur saat berdiri
tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.
Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai gerakan tercapai bila respon
dari otot-otot postural bekerja secara sinergis sebagai reaksi dari
perubahan gerakan, titik tumpu, alignment tubuh dan gaya gravitasi
(Yuliana, 2014). Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon
yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang
lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu (Nugrahani, 2014).
Kekuatan otot dapat diartikan sebagai kemampuan otot menahan beban
berupa beban internal (internal force) maupun beban eksternal (external
force). Kekuatan otot juga berhubungan dengan sistem neuromuskular
yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktivasi otot untuk
melakukan kontraksi, sehingga semakin banyak serabut otot yang
teraktivasi maka semakin besar kekuatan yang dihasilkan dari otot
tersebut (Achmanagara, 2012).
12
` Gerakan yang dihasilkan saat melakukan suatu aktivitas merupakan
hasil dari adanya suatu peningkatan tegangan otot sebagai respon
motorik. Hal tersebut mempertahankan keseimbangan saat adanya gaya
dari luar maka kekuatan otot dari pinggul, kaki, serta lutut harus
adekuat. Kekuatan otot tersebut berhubungan dengan kemampuan otot
untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal lainnya yang secara
berkelanjutan mempengaruhi posisi tubuh (Achmanagara, 2012).
Range of motion (ROM) merupakan luas lingkup gerak sendi yang bisa
dilakukan oleh suatu sendi. Range of motion juga dapat diartikan
sebagai batas–batas gerakan dari suatu kontraksi otot baik otot tersebut
memendek atau memanjang secara penuh atau tidak saat melakukan
gerakan (Wulandari et al, 2011)
2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keseimbangan Postural
Otot pada leher, tulang belakang, panggul, ekstensor lutut, dan plantar
fleksor menjaga agar tubuh tetap tegak pada saat berdiri. Terjadi
gerakan postural sebagai usaha untuk menjaga agar pusat massa tubuh
berada di dalam bidang tumpu. Terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi keseimbangan pada tubuh manusia yaitu pusat gravitasi,
garis gravitasi, dan bidang tumpu (Jayanti, 2016).
Pusat gravitasi (center of gravity/COG) atau pusat massa (center of
mass/CoM) dipengaruhi oleh distribusi lemak dan otot tubuh, postur,
deformitas, usia, dan ancaman eksternal seperti saat membawa benda
berat. Pusat massa berfungsi untuk mendistribusikan massa benda
13
secara merata. Jika terjadi perubahan postur maka COG berpindah
secara otomatis sesuai dengan arah atau perubahan berat. Jika COG
terletak di dalam dan tepat di tengah maka tubuh akan seimbang.
Sebaliknya, jika COG berada diluar tubuh maka akan terjadi keadaan
unstable. Pusat gravitasi saat berdiri tegak terdapat pada satu inchi di
depan vertebra sacrum.(Masu et al., 2014).
Gambar 2. Center of Mass dan Center of Gravity (Kirby, 2002)
Garis gravitasi (line of gravity/LOG) merupakan garis aksi gravitasi
yang divisualisasikan sebagai garis sacrum yang memproyeksikan ke
bawah dari pusat gravitasi. Ketika posisi tegak lurus, garis gravitasi
biasanya melewati persimpangan dari berbagai daerah kolom vertebral
yaitu tengkorak dengan vertebra servikal, servikal dengan vertebra
toraks, toraks dengan vertebra lumbalis, vertebra lumbalis dengan
sacrum, posterior ke pinggul & anterior lutut dan pergelangan kaki
(Eisa, 2011).
14
Gambar 3. Line of Gravity (Egoyan dan Moistsrapishvili, 2013)
Bidang tumpu (base of support/BoS) merupakan area di bawah objek
yang mencakup setiap titik kontak yang dibuat terhadap permukaan
pendukung. Titik kontak dapat berupa bagian tubuh seperti kaki,
tangan, atau kruk atau kursi yang diduduki (Anonim, 2013).
Gambar 4. Base of Support (Khadir, 2014)
15
2.1.4 Metode Pengukuran
Terdapat banyak metode pemeriksaan keseimbangan. Metode tersebut
yang terbagi menjadi beberapa jenis yakni pemeriksaan keseimbangan
statis (romberg, sharpened Romberg, one leg stance test (OLST)),
pemeriksaan keseimbangan dinamis (functional reach test, multi-
directional reach test, dan limit of stability), pemeriksaan keseimbangan
dengan manipulasi sensori (sensory organization test (SOT), clinical
test of sensory interact and balance (CTSIB), pemeriksaan fungsi
vestibular (hallpike-dix maneuver, nystagmus, dan occulomotor test),
skala fungsional (berg balance scale (BBS) , time-up and go test
(TUGT), dynamic gait index, tinnetti performance-oriented assessment
of balance, dan tinnetti performance-oriented of gait), tes kombinasi
(fregly-graybiel ataxia test-battery dan fugl-meyer sensorimotor
assessment of balance performance, dan dual-task test (multiple task
test dan stop walking when talkin) (Umpherd, Lazaro, Roller, et al.,
2013). Hanya beberapa pemeriksaan yang telah terstandar dalam
praktik klinis yakni berg balance scale, one-leg stand test, time-up-and-
go test (Sibley, 2013).
Uji menggapai fungsional (functional reach test/FRT) merupakan
pemeriksaan yang menilai kontrol postural dinamis dengan mengukur
jarak terjauh seseorang yang berdiri mampu menggapai atau
mencondongkan badannya ke depan tanpa melangkah. Uji ini mudah
dilakukan, tetapi hanya mengukur satu komponen keseimbangan
dinamik (Setiati dan Laksmi, 2009). Prosedur pemeriksaan FRT yaitu
16
pasien diminta duduk dengan kaki jarak nyaman terpisah, di belakang
garis tegak lurus dan berdekatan dengan dinding. Anjurkan pasien
untuk mengangkat tangan yang paling dekat dengan dinding setinggi
bahu; kemudian mengukur posisi buku jari jari tengah itu. Berikutnya,
meminta pasien (dengan kaki rata di lantai) untuk bersandar ke depan
sejauh mungkin tanpa kehilangan keseimbangan, jatuh ke depan, atau
mengambil langkah. Merekam posisi buku jari jari tengah itu pada titik
terjauh dari jangkauan; kemudian menentukan perbedaan antara
pengukuran. Memiliki pasien melakukan tes tiga kali, dan menentukan
rata-rata (Umpherd et al., 2013).
Tes Romberg merupakan salah satu tes untuk menilai keseimbangan
statis. Prosedurnya dilakukan dengan berdiri dengan kedua kaki yang
dirapatkan sambil kedua tangan dilipat pada depan dada. Kemudian
responden diminta untuk menutup matanya. Tes Romberg yang
Dipertajam (Sharpened Romberg Test/SRT) adalah variasi dari tes
romberg. Implementasinya hampir sama yakni dilakukan dengan
responden berdiri dalam posisi tandem yaitu meletakkan tumit kaki
yang tidak dominan di depan kaki yang lain dengan posisi lengan yang
sama dengan tes Romberg. Setelah merasa nyaman, responden diminta
untuk menutup matanya. Posisi ini dipertahankan selama 30 detik,
pemeriksa berada di sisi subjek. Tes Romberg negatif bila responden
dapat mempertahakan keseimbangannya. Tes Romberg positif bila
responden tidak mampu mempertahankan posisi seimbang saat mata
tertutup yang ditandai dengan adanya peningkatan goyangan, gerakan
17
tangan atau kaki yang berpindah atau subjek membuka matanya pada
salah satu baik pada pemeriksaan dengan tes romberg atau SRT
(Johnson et al., 2005).
Uji keseimbangan berg (berg balance scale/BBS) menilai
keseimbangan dari dua dimensi, yaitu kemampuan untuk
mempertahankan postur tegak dan penyesuaian yang tepat pada gerakan
yang dikehendaki (gerakan volunter). Uji ini merupakan uji aktivitas
dan keseimbangan fungsional yang mengandung 14 instruksi.
Diberikan angka 0 (tidak mampu melakukan) sampai 4 (mampu
mengerjakan dengan normal sesuai dengan waktu dan jarak yang
ditentukan) dengan skor maksimum 56 (Setiati dan Laksmi, 2009).
Berg balance scale mengukur aspek keseimbangan statis dan dinamis.
Kemudahan yang BBS yakni melibatkan peralatan minimal (kursi,
stopwatch, penggaris) dan ruang serta tidak memerlukan pelatihan
khusus (Chou et al., 2006).
2.2 Indeks Massa Tubuh (IMT)
2.2.1 Definisi Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat atau cara untuk memantau
status gizi orang dewasa, khususnya yang terkait dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan. Rumus untuk mengetahui nilai IMT dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
IMT = Berat badan (Kg)
[Tinggi badan (m)]2
18
2.2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
Terdapat berbagai rujukan yang dapat digunakan mengklasifikasikan
IMT. Berikut berbagai rujukan klasifikasi IMT:
Tabel 1. Klasifikasi IMT menurut WHO untuk populasi Asia
Klasifikasi IMT (kg/m2) Risiko komorbid
Berat badan kurang
(underweight)
< 18,5 Rendah (meningkat jika
adalah risiko atau masalah
klinis lain)
Kisaran normal 18,5–22,9 Rata-rata
Berat badan lebih > 23,0
Beresiko (overweight) > 23,0–24,9 Meningkat
Obesitas tingkat I 25,0–29,9 Sedang
Obesitas tingkat II > 30,0 Tinggi
Sumber: WHO, 2000
Tabel 2. Klasifikasi IMT menurut Center of Disease Control (CDC)
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan kurang (underweight) < 18,5
Normal 18,5 – < 25
Berat badan lebih (overweight) > 25,0 – < 30
Obesitas tingkat I > 30,0 – < 35
Obesitas tingkat II >35 – < 40
Obesitas tingkat III >40
Sumber: CDC, 2017
Tabel 3. Klasifikasi IMT menurut Kementrian Kesehatan RI
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Kurus Kekurangan berat badan
tingkat berat
< 17,0
Kekurangan berat badan
tingkat ringan
17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan
tingkat ringan
25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan
tingkat berat
> 27,0
Sumber: Kementrian Kesehatan RI, 2010
Indeks massa tubuh lebih dari 29,9 kg/m2 diklasifikasikan menjadi
overweight dan obesitas. Klasifikasi overweight dan obesitas
mencerminkan terdapatnya lemak tubuh yang berlebih. Peningkatan
19
lemak tubuh akan mengakibatkan meningkatnya berbagai risiko
kesehatan seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit pulmoner, penyakit
muskuloskeletal, dan gangguan pada sistem reproduksi (Sugiritama et
al., 2015). Peningkatan lemak tubuh umumnya terjadi pada daerah
perut. Hal tersebut akan menyebabkan berkurangnya lingkup gerak
sendi (Gilleard dan Smith, 2007).
Jaringan adiposa yang berlebih akan menyebabkan terjadinya stress
biokimia dengan meningkatkan produksi sitokin pro-inflamasi seperti
TNF-α, IL- α, dan C-reactive protein (CRP) yang berperan dalam
proses pensinyalan inflamasi akut dan kronis sistemik sehingga terjadi
stimulasi degradasi protein otot. Adanya degradasi protein otot akan
mengakibatkan atrofi otot (Tomlinson et al., 2016). Atrofi otot adalah
keadaan dimana massa otot mengecil. Hal ini berhubungan langsung
dengan kekuatan otot. Jika massa otot besar maka kekuatan otot yang
dihasilkan akan besar (Sherwood, 2012). Obesitas memengaruhi
kualitas otot dan resistensi terhadap kelelahan dengan mengubah
komposisi tipe serat otot dan mengganggu siklus kalsium (Tallis et al.,
2018).
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh mempunyai keunggulan utama yakni
menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa
digunakan dalam penelitian populasi berskala besar. Pengukurannya
hanya membutuhkan berat badan dan tinggi badan dimana dapat
20
dilakukan secara akurat oleh seseorang dengan sedikit latihan.
Keterbatasannya adalah tidak bisa membedakan berat yang berasal dari
lemak dan berat dari otot atau tulang. Selain itu, indeks massa tubuh
tidak dapat mengidentifikasi distribusi dari lemak tubuh (Permata,
2011). Penggunaan IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, ibu
hamil, olahragawan, dan pada keadaan tertentu seperti edema,
hepatomegali dan asites (Kemenkes, 2010).
2.3 Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap Keseimbangan Postural
Indeks massa tubuh memiliki keterkaitan erat dengan keseimbangan postural
(Singh et al., 2009). Kontrol keseimbangan akan menurun berbanding lurus
dengan peningkatan IMT. Indeks massa tubuh yang tinggi (>30 kg/m2)
dikategorikan sebagai obesitas. Penumpukan lemak yang terjadi pada obesitas
berkontribusi terhadap pergeseran CoM ke anterior tubuh. Jika pergeseran ini
terjadi secara signifikan dapat mengancam stabilitas karena LoG lebih dekat
ke batas BoS tubuh (Corbeil, et al., 2001).
Penumpukan lemak menyebabkan menurunnya sensitifitas tubuh akibat
peningkatan tekanan pada mekanoreseptor daerah plantar yang mengganggu
interaksi sendi dan otot. Gangguan interaksi ini menyebabkan tubuh menjadi
kurang responsif terhadap perpindahan pusat tekanan (center of
pressure/CoP) yang terjadi (Del Porto et al., 2012). Range of motion
merupakan aspek penting dari tubuh. Kapasitas RoM di batang tubuh dan
tungkai bawah dapat memengaruhi kemampuan untuk mempertahankan dan
memulihkan keseimbangan (Winter et al., 2003). Terjadi penurunan kapasitas
untuk fleksi tulang dada torakolumbalis baik saat duduk dan berdiri pada
21
obesitas. Lingkup gerak tubuh pada penderita obesitas di daerah tersebut
terbatas karena penumpukkan lemak di daerah perut (Gilleard dan Smith,
2007).
Penderita obesitas memiliki kekuatan otot yang lebih rendah dibandingkan
dengan individu bukan penderita obesitas (Maffiuletti et al., 2007). Hal ini
mengakibatkan penderita obesitas tidak memiliki kapasitas untuk
mengkoordinasikan gerakan multi-sendi diperlukan secara cepat untuk
mengontrol postural yang terganggu (Błaszczyk et al., 2009). Terjadinya
obesitas memengaruhi kemampuan untuk menahan kelelahan otot yang
mengganggu kontrol keseimbangan (Simoneau et al., 2006). Menurut
penelitian dari Ganu et al. (2012), dijelaskan bahwa obesitas menyebabkan
arkus medial longitudinal kaki menurun/merendah. Penurunan arkus medial
longitudial kaki tersebut seperti halnya pada flat feet (pes planus). Hal
tersebut mengakibatkan penderita obesitas berjalan menggunakan kaki bagian
dalam (medial border). Keadaan tersebut menyebabkan terganggunya
keseimbangan pada obesitas (Ganu et al., 2012)
22
2.4 Kerangka Teori
Gambar 5. Kerangka teori (Sumber: Ganu et al., 2012; Maffiuletti et al., 2007;
Gilleard dan Smith, 2007; Winter, Patla, Ishac, et al., 2003; Del-Porto et al., 2012;
Błaszczyket al., 2009; Corbeilet al., 2011; Umpherd et al., 2013)
2.5 Kerangka Konsep
Peneliti akan mengkaji hubungan variabel bebas yaitu IMT dengan variabel
terikat yaitu keseimbangan postur`al. kerangka konsep penelitian dapat dilihat
pada gambar berikut.
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 6. Kerangka Konsep
Indeks Massa
Tubuh (IMT)
Keseimbangan Postural
Peningkatan Indeks
Massa Tubuh (IMT)
Penurunan
kapasitas fleksi
torakolumbal
Pergeseran
CoM ke
anterior tubuh
Menurunnya
sensitifitas
terhadap
mekanoreseptor
plantar
Kekuatan otot
yang lebih rendah
Menurunkan
arkus medial-
longitudinal
plantar
Gangguan
Keseimbangan
Postural
23
2.6 Hipotesis
Ho: Tidak terdapat hubungan indeks massa tubuh (IMT) terhadap
keseimbangan postural pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
Ha: Terdapat hubungan indeks massa tubuh (IMT) terhadap keseimbangan
postural pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross
sectional, yaitu penelitian dengan mengamati hubungan antara faktor risiko
dengan efek yang ditimbulkan dengan cara melakukan pendekatan. Observasi
atau mengumpulkan data sekaligus pada satu waktu (Notoatmodjo, 2012).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan
November 2019.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik
tertentu. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa semester I–VII
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
25
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling
tertentu untuk dapat mewakili populasi (Notoatmodjo, 2012).
Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini adalah:
88,19 dibulatkan menjadi 88
Keterangan
Zα : Deviat baku alfa dengan tingkat kemaknaan 95%, hipotesis dua
arah sehingga Zα = 1,96 (Dahlan, 2014)
Zβ : Deviat baku beta dengan kekuatan uji penelitian 95% sehingga
Zβ = 1,64 (Dahlan, 2014)
r : Korelasi minimal yang dianggap bermakna = 0,375 (Cimolin,
2019)
Berdasarkan perhitungan sampel di atas maka jumlah sampel yang
digunakan oleh peneliti adalah 88 orang. Teknik sampling dalam
penelitian ini menggunakan metode simple random sampling yakni
26
pengambilan sampling dari anggota populasi yang dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut (Dahlan,
2013). Pemilihan sampel secara acak dilakukan pada populasi yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.3.3 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo,
2012). Ada pun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah bersedia
menjadi subjek penelitian yang dibuktikan dengan menandatangani
lembar informed consent.
3.3.4 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian, seperti adanya hambatan etis, menolak menjadi responden,
atau suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan
penelitian (Notoatmodjo, 2012). Ada pun kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah
3.3.4.1 Riwayat gangguan muskuloskeletal (fraktur, penyakit sendi, dan
kelemahan)
3.3.4.2 Riwayat gangguan visual (glaukoma, katarak, degenerasi
makula, dan retinopati diabetikum)
27
3.3.4.3 Riwayat gangguan somatosensori (neuropati diabetikum,
penyakit vaskuler perifer, cedera tulang belakang, dan amputasi)
3.3.4.4 Riwayat gangguan sistem saraf pusat (stroke, cedera kepala,
trauma, tumor, aneurisma)
3.3.4.5 Riwayat gangguan sistem vestibulokoklearis (meniere disease,
benign positional vertigo (BPV), cedera tulang temporal,
acoustic neuroma)
3.3.4.6 Terdapat masalah kognitif dan perilaku
3.4 Identifikasi Variabel
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, dan
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep
pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2012).
3.4.1 Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang menjadi
sebab atau berubahnya dependent variabel (Notoatmodjo, 2012). Ada
pun variabel bebas pada penelitian ini adalah indeks massa tubuh
(IMT).
3.4.2 Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi
oleh atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas dan variabel ini
sering disebut repons output (Notoatmodjo, 2012). Ada pun variabel
terikat dalam penelitian ini adalah keseimbangan postural.
28
3.5 Definisi Operasional
Agar variabel penelitian dapat di ukur, definisi operasional dijelaskan sebagai
berikut
Tabel 4. Definisi Operasional No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
1 Indeks
Massa
Tubuh
(IMT)
IMT
merupakan
salah satu alat
ukur status
gizi orang
dewasa
Timbangan
injak dengan
ketelitian 1 kg
terkalibrasi dan
microtoise
dengan
ketelitian 0,1 cm
kg/m2 Numerik
2 Keseim-
bangan
postural
Keseimbangan
postural
tergambar
pada setiap
instruksi yang
diberikan
kepada
responden
menggunakan
berg balance
scale
Berg balance
scale yang
terdiri dari 14
instruksi kepada
responden
Skor Numerik
3.6 Cara Kerja
3.6.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar mempermudah peneliti dan
hasilnya lebih baik (Notoatmodjo, 2012). Instrumen harus memenuhi
syarat validitas dan reliabilitas. Alat ukur/instrumen yang digunakwan
dalam penelitian ini adalah
3.6.1.1 Stopwatch digital
3.6.1.2 Timbangan injak
3.6.1.3 Microtoise
29
3.6.1.4 Lembar penelitian
3.6.1.5 Dua buah kursi (1 buah dengan penyangga tangan dan 1 buah
tanpa penyangga tangan)
3.6.1.6 Penggaris
3.6.1.7 Keseimbangan postural diukur dengan menggunakan berg
balance scale.
3.6.2 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian diawali dengan penyusunan proposal. Kemudian
melaksanakan seminar proposal dan mengurus surat izin etik penelitian
dari Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Survey awal dilakukan
untuk mengetahui jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung untuk menentukan populasi.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
pengukuran variabel yang akan diteliti yaitu indeks massa tubuh (IMT)
dan keseimbangan postural. Penentuan IMT dilakukan dengan
mengukur tinggi badan menggunakan microtoise dan berat badan
menggunakan timbangan injak. Keseimbangan postural di ukur dengan
menggunakan berg balance scale.
30
3.6.3 Alur Penelitian
Gambar 7. Alur Penelitian
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan
dimasukkan ke dalam bentuk tabel-tabel. Kemudian akan diolah
menggunakan program komputer yang terdiri dari beberapa langkah:
Mahasiswa semester I–VII Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung
Laporan penelitian
Analisis data
Pengolahan data
Pemeriksaan
keseimbangan
postural
Memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi
Informed consent
Perhitungan IMT
Pengukuran berat
badan
Pengukuran tinggi
badan
31
3.7.1.1 Coding, untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama
penelitian ke dalam simbol yang tepat untuk keperluan analisis.
3.7.1.2 Data entry, memasukkan data yang dikumpulkan selama
penelitian ke dalam program komputer.
3.7.1.3 Verification, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap
data yang telah dimasukkan ke dalam komputer.
3.7.1.4 Output computer, hasil analisis yang telah dilakukan oleh
komputer kemudian di cetak.
3.7.2 Analisis Data
Hasil pemeriksaan nilai keseimbangan tubuh yang terkumpul dianalisis
menggunakan program statistik.
3.7.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis variabel-
variabel yang dikumpulkan selama proses penelitian.
3.7.2.2 Analisis Bivariat
Analsis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen melalui uji statistik (Dahlan, 2014). Uji statistik yang
akan digunakan adalah uji korelasi pearson karena kedua
variabel dalam penelitian memiliki skala numerik. Uji korelasi
32
pearson dapat digunakan apabila paling tidak salah satu variabel
berdistribusi normal
Uji normalitas yang akan dilakukan untuk mengetahui distribusi
variabel. Metode yang akan digunakan adalah metode analitik
dengan parameter kolmogorov-smirnov karena jumlah sampel
lebih dari 50 sampel. Interpretasinya adalah:
1. Bila nilai p kurang dari 0,05 maka distribusi variabel tidak
normal
2. Bila nilai p lebih dari 0,05 maka distribusi variabel normal
Bila kedua variabel tidak berdistribusi normal, akan dilakukan
transformasi. Ada pun panduan interpretasi uji hipotesis korelatif
adalah sebagai berikut (Dahlan, 2014) :
Tabel 5. Panduan Interpretasi Uji Korelatif
No Parameter Nilai Interpretasi
1. Kekuatan korelasi
statistik (r) 0,0 – < 0,2 Sangat lemah
0,2 – <0,4 Lemah
0,4 – < 0,6 Sedang
0,6 – <0,8 Kuat
0,8 – <1,00 Sangat kuat
2. Arah korelasi Positif Semakin tinggi variabel A semakin
tinggi variabel B
Negatif Semakin tinggi variabel A semakin
rendah variabel B
Nilai p Nilai p >0,05 Korelasi tidak bermakna
Nilai p <0,05 Korelasi bermakna
3.8 Ethical Clearance
Penelitian ini telah melalui persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan
No.3682/UN26.18/PP.05.02.00/2019
42
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Ada pun kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah
1. Keseimbangan postural mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung yang diukur dengan skor berg balance scale memiliki nilai
median 56, nilai minimum 54, dan nilai maksimum 56;
2. Indeks massa tubuh (IMT) mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung memiliki nilai median 22,55; nilai minimum 16,11; dan nilai
maksimum 43,03;
3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh (IMT)
dan keseimbangan postural pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
5.2 Saran
Adapun saran yang peneliti berikan berdasarkan penelitian ini adalah sebagai
berikut,
5.2.1 Bagi Subjek Penelitian
Disarankan untuk memerhatikan faktor-faktor lain (seperti gangguan
musculoskeletal) yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan postural.
5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
5.2.2.1 Disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan
43
alat ukur keseimbangan lain.
5.2.2.2 Disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan
populasi lain seperti pada lanjut usia (lansia).
44
DAFTAR PUSTAKA
Abrahamova D, Hlavacka F. 2008. Age-related changes of human balance during
quiet stance: slovakia . Physiological Research. 57:957–64
Achmanagara AI. 2012. Hubungan faktor internal dan eksternal dengan
keseimbangan lansia di Desa Pamijen Sokaraja Banyumas [tesis]. Depok:
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Akbar D. 2017. Hubungan antara indeks massa tubuh dengan pre-menstrual
syndrome (PMS) pada mahasiswi angkatan 2015 dan 2016 Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang [skripsi]. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang
Angyan L, Teczely T, Angyan Z. 2007. Factor affecting postural stability of
healthy young adult. Acta Physiologica Hungarica. 94(4): 289–99
Anonim. 2013. Romberg test. Physiopedia [online] [Di akses 4 September 2019].
Tersedia dari: https://www.physio-pedia.com
Blaszczyk JW, Cieslinska-Swider J, Plewa M, Zahorska-Markiewicz B,
Markiewicz A. 2009. Effects of excessive body weight on postural control.
Journal of Biomechanics. 42: 1295–300.
CDC. 2017. Body mass index (BMI). Center of Disease Control [online] [Diakses
25 September 2019]. Tersedia dari: https://cdc.gov
Chou CY, Chien CW, Hsueh IP, Sheu CF, Wang CH, Hsieh CL. 2006.
Developing a short form of the berg balance scale for people with stroke.
Physical Therapy. 86(2):195–204.
Corbeil P, Simoneau M, Rancourt D, Tremblay A, Teasdale N, 2001. Increased
risk of falling associatted with obesity: mathematical modeling of postural
control. IEEE Transactions on Neural Systems and Rehabilitation
Engineering. 9 (2): 126–36.
Cimolin V, Chau N, Sartorio A, Capodaglio P, Galli M, Tringali G, et al. 2019.
Symmetry of Gait in Underweight, Normal, Overweight, Children and
adolescent. Sensors 19: 1–11
Dahlan SM. 2014. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif, bivariat,
dan multivariat. Jakarta: Salemba Medika.
45
Dahlan SM. 2013. Besar sampel dan cara pengambilan sampel. Jakarta: Salemba
Medika.
Del Porto H, Pechak CM, Smith DR, Reed-Jones RJ. 2012. Biomechanical effects
of obesity on balance. Int J Exerc Sci. 5(4): 301–20
Eisa, AE. Balance, equilibrium and stability. [Online] [Di akses 4 September
2019]. Tersedia dari: http://faculty.ksu.edu.sa
Egoyan A, Moistsrapishvili K. 2013. Equilibrium and stability of the upright
human body. The General Science Journal. 1–10
Ganu SS, Panhale V. 2012. Effect of obesity on arch index in young adult. Online
Journal of Healty and Allied Science. 11(4): 1–3
Gilleard C, Higgs P. 2007. The impact of age, place, aging in place and
attachment to place on the well-being of the over 50s in England. Research
on Aging. 29(6): 590–605
Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Habut MY, Nurmawan IPS, Wiryanthini IAD. 2015. Hubungan indeks massa
tubuh dan aktifitas fisik terhadap keseimbangan dinamis pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Majalah Kesehatan Fisioterapis
Indonesia.
Hartaji DA. 2012. Motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan
jurusan pilihan orang tua [skripsi]. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma
Humaira DI. 2018. Hubungan obesitas sentral terhadap hitung jenis leukosit pada
laki-laki dewasa dengan obesitas di lingkungan Universitas Lampung
[skripsi]. Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Jayanti RR. 2016. Hubungan hipertensi dan status gizi terhadap keseimbangan
postural [skripsi]. Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung
Johnson BG, Wright AD, Beazley MF, Harvey TC, Hillenbrand T, Imray CHE.
2005. The sharpened romberg test for assessing ataxia in mild acute
mountain sickness. Wilderness & Environmental Medicine. 16(2):62–6.
Karunia NLPG, Wibawa A, Adiputra LIMSH. 2015. Hubungan indeks massa
tubuh dan aktifitas fisik dengan keseimbangan statis pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Majalah Ilmiah Fisioterapi
Indonesia. 2(1): 29–33
Kemenkes, 2010. Pedoman praktis memantau status gizi orang dewasa.
Kementrian Kesehatan RI
46
Kemenkes RI. 2015. Situasi kesehatan kerja. Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI
Kemenkes RI. 2018. Hasil utama riskesdas 2018. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Khadir SA. 2014. Base of support. Physiopedia [online] [Diakses pada 20
September 2019]. Tersedia dari: https://physio-pedia.com
Koeneman MA, Verheijden MW, Chinapaw MJM, Hopman-Rock M. 2011.
Determinant of physical activity and exercise in healthy older adult: a
systematic review. International Journal of Behavioural Nutrition and
Physical Activity. 8:1–15
Kirby KA. 2002. Foot and lower extremity biomechanics II. Precision Inticast.
133–6
Maffiuletti NA, Jubeau M, Munzinger U, Bizzini M, Agosti F, De Col A, et al.
2007. Difference in quadriceps muscle strength and fatigue between lean
and obese subject. Eur J Appl Physiol. 101: 51–9
Mandasari J. 2017. Pengaruh program pengelolaan penyakit kronis (prolanis)
terhadap indeks massa tubuh (IMT) pada pasien diabetes mellitus tipe II di
puskesmas banjardawa [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Masu Y, Muramatsu K, Hayashi N. 2014. Characteristics of sway in the center of
gravity of badminton players. Journal of Physical Therapy Science.
26(11): 1671–74
Noohu MM, Dey AB, Hussain ME. 2014. Relevance of balance measurement
tools and balance training for fall prevention in older adults. Journal of
Clinical Gerontology and Geriatrics. 5(2): 31–5.
Notoatmodjo S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan II. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Nugrahani PN. 2014. Latihan jalan tandem lebih baik daripada latihan dengan
menggunakan swissball terhadap peningkatan keseimbanghan untuk
mengurangi resiko jatuh pada lanjut usia (lansia). Jurnal Fisioterapi. 14(2):
87–96
Permata A. 2011. Perbedaan kadar glukosa darah pada anak dengan indeks massa
tubuh normal dan overweight. [skripsi]. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Rahmayani RD, Liza RG, Syah NA. 2017. Gambaran tingkat stress berdasarkan
stressor pada mahasiswa kedokteran tahun pertama Program Studi Profesi
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas angkatan 2017. Jurnal
Kesehatan Andalas. 8(1): 103–11
47
Riskawati YK, Prabowo ED, Rasyid HA. 2018. Tingkat aktivitas fisik mahasiswa
program studi pendidikan dokter tahun kedua, ketiga, dan keempat.
Majalah Kesehatan Universitas Brawijaya. 5(1): 26–32
Salzman B. 2010. Gait and balance disorder in older adult. American Family
Physician. 8(1): 61–8
Setiahardja AS. 2005. Penilaian keseimbangan dengan aktivitas kehidupan sehari-
hari pada lansia [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi ke-6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Simoneau M, Teasdale N. 2015. Balance control impairment in obese individuals
is caused by larger balance motor commands variability.Gait Posture.
41(1): 203–8.
Singh D, Park W, Levy M, & Jung E. 2009. The effects of obesity and standing
time on postural sway during prolonged quiet standing. Ergonomics.
52(8): 977–86.
Setiati S, Laksmi P. 2009. gangguan keseimbangan-jatuh dan fraktur. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing.
hlm. 1388–96.
Sibley KM, Staus SE, Inness SL, Salbach NM, Jaglal SB. 2013. Clinical balance
assessment: perception of commonly-used standardized measure practice
among physiotherapists in Ontanrio, Canada. Implement Sci. 8(33): 1–8
Sugiritama IW, Wiyawan IGNS, Arijana IGK, Ratnayani IGA. 2015. Gambaran
IMT (indeks massa tubuh) kategori berat badan lebih dan obesitas pada
masyarakat banjar demulih, kecamatan susut, kabupaten bangli. Denpasar:
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Swarnaltha S, Sivashankari A, Malarvizhi D. 2018. Correlation between body
mass index and dynamic postural control among young health adult. 3(3);
1–6
Tallis J, James RB, Seebacher F. 2018. The effect of obesity on skeletal muscle
contractile function. Journal of Experimental Biology. 221: 1–14
Teasell R, McClure A, Salter K, Krugger H. 2018. Clinical Assessment Tools:
Educational Modules. Evidence-Based Review of Stroke Rehabilition.
[online]. [Diunduh 20 September 2019]. Tersedia dari:
www.ebrsr.com/author/and-robert-teasell-md
Tomlinson DJ, Erskine RM, Morse CI, Winwood, Onambele-Pearson G. 2016.
The impact of obesity on skeletal muscle strength and structure throufh
adolescence to old age. Biogerontol. 17: 467–83
48
Tussakdiah, H. 2014. Hubungan indeks massa tubuh dengan keseimbangan anak
usia 10 sampai 12 tahun [skripsi]. Jakarta: Fakultas Fisioterapi Universitas
Esa Unggul.
Umpherd DA, Lazaro RT, Roller ML, Burton GU. 2013. Neurological
rehabilitation. USA: Elsevier.
Utari A. 2007. Hubungan indeks massa tubuh dengan tingkat kesegeran jasmani
pada anak usia 12–14 tahun [tesis]. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Watson MA, Black FO. 2008. The human balance system: a complex
coordination of central and peripheral system. Vestibular Disorder
Association. 1–5.
WHO/IASO/IOTF. 2000. The asia-pasific perspective: redefining obesity and its
treatment. Melbroune: Health Communications Australia
WHO. 2018. Obesity and overweight. Fact sheet [Online news] [Di akses 27
November 2018]. Tersedia dari: http://www.who.int.
William D, Willis J. 2007. The somatosensory system, with emphasis on
structures important for pain. Brain Research Reviews. 55: 297–313.
Winter DA, Patla AE, Ishac M, Gage WH. 2003. Motor mechanism of balance
during quiet standing. Journal of Electromyohraphy and Kinesiology. 13:
49–56
Wulandari I, Yetti K, Hayati RT. 2013. Pengaruh elevasi ekstremitas bawah
terhadap proses penyembuhan ulkus diabetik di Wilayah Banten.
Repository of Riau
Yuliana, S. 2014. Pelatihan kombinasi core stability exercise dan ankle strategi
exercise tidak lebih meningkatkan dari core stability exercise untuk
keseimbangan statis pada mahasiswa S1 fisioterapi Stikes Aisyah,
Yogyakarta[tesis]. Denpasar: Universitas Udayana.