hubungan entrepreneurial self-efficacy dengan · 2020. 1. 23. · hubungan entrepreneurial...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ENTREPRENEURIAL SELF-EFFICACY DENGAN
OPPORTUNITY RECOGNITION PADA WIRAUSAHAWAN
GENERASI MILENIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Regina Dyah Irma Larasaty
149114102
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku” Filipi 4:13
TIDAK ADA KESUKSESAN YANG DIRAIH
TANPA PENDERITAAN
“Kami Bisa Sukses Bukan Karena Kami Bekerja Baik Hari Ini, Tapi Karena
Kami Berani Bermimpi
15 Tahun Yang Lalu” – Jack Ma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Terimakasih Tuhan atas apa yang selalu kau berikan kepadaku rahmat, anugerah,
dan rejeki yang tak terhingga setiap harinya
Terimakasih untuk orang tuaku pak War dan bu War yang selalu menanyakan
saya kapan lulusnya dan membuat semangat mengerjakan. Tidak lupa untuk adik-
adikku tersayang, yang selalu memberi dukungan dan tawa
Terimakasih sahabat-sahabatku yang selalu ada ketika saya sudah bundet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagai mana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
Penulis
Regina Dyah Irma Larasaty
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ENTREPRENEURIAL SELF-EFFICACY
DENGAN OPPORTUNITY RECOGNITION PADA
WIRAUSAHAWAN GENERASI MILENIAL
Regina Dyah Irma Larasaty
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
entrepreneurial self-efficacy dengan opportunity recognition pada wirausahawan
generasi milenial. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 86 wirausahawan yang
berada di Yogyakarta. Alat ukur pengumpulan data yang digunakan diadaptasi
dari Kuckertz, Kollmann, Krell, & Stockmann (2017) untuk opportunity
recognition dan Chen (1998) untuk entrepreneurial self-efficacy. Reliabilitas
skala dalam penelitian ini adalah opportunity recognition sebesar 0.750 dan
entrepreneurial self-efficacy sebesar 0.907. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
uji Product Moment Pearson karena data yang diperoleh berdistribusi normal.
Hasil uji korelasi Product Moment Pearson menunjukkan bahwa terdapat korelasi
yang positif dan signifikan antara entrepreneurial self-efficacy dengan
opportunity recognition (r = 0.353; p = 0.000).
Kata kunci : Opportunity Recognition, Self-Efficay, Entrepreneurial Self-Efficacy,
Generasi Milenial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
CORRELATION BETWEEN ENTREPRENEURIAL SELF-
EFFICACY WITH OPPORTUNITY RECOGNITION IN
MILLENNIAL GENERATION ENTREPRENEURS
Regina Dyah Irma Larasaty
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the relationship between
entrepreneurial self-efficacy and opportunity recognition in millennial
entrepreneurs. The subjects in this study are 86 entrepreneurs in Yogyakarta. The
tool for data collection was adapted from Kuckertz, Kollmann, Krell, &
Stockmann (2017) for opportunity recognition and Chen (1998) for
entrepreneurial self-efficacy. Reliability scale in this research was 0.750 for
opportunity recognition and 0.907 for entrepreneurial self-efficacy. Hypothesis
testing was done by Pearson Product Moment test because the data obtained were
normally distributed. The Pearson Product Moment correlation test result showed
that there was a positive and significant correlation between entrepreneurial self-
efficacy and opportunity recognition (r = 0.353; p = 0.000).
Keywords : Opportunity Recognition, Self-Efficay, Entrepreneurial Self-Efficacy,
Millennial Generation.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma :
Nama : Regina Dyah Irma Larasaty
NIM : 149114102
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:
“HUBUNGAN ENTREPRENEURIAL SELF-EFFICACY DENGAN
OPPORTUNITY RECOGNITION PADA WIRAUSAHAWAN GENERASI
MILENIAL”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, serta
mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikan pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 21 Januari 2020
Yang Menyatakan
(Regina Dyah Irma Larasaty)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus atas semua yang telah Ia
berikan untuk saya sehingga dapat melewati dan menyelesaikan tugas akhir ini
dengan lancar. Dalam menyusun skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu
saya dalam menghadapi kesulitan. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan rasa
terimakasih saya yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani M.Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Monica Eviandru Madaningrum, M. App. Psch, selaku Kepala
Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. Maria Laksmi Anantasari, selaku Dosen Akademik saya yang selalu
menanyakan, memberi masukan dan semangat untuk segera
menyelesaikan studi S1 di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
4. Dr. Minta Istono S.Psi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
selalu memberikan kesabaran dan waktunya untuk membimbing saya.
Selalu memberikan semangat dan membuat hati saya lega setelah bertemu
bapak. Terimakasih pak Minto, sudah sangat sabar dengan saya.
5. Ibu dan Bapak Wardoyo, selaku orang tua saya yang selalu memberikan
dukungan. Terimakasih atas semua doa yang tak pernah luput selalu
diberikan untuk saya setiap waktu. Mohon maaf bila masih belum
sempurna menjadi anakmu dan belum dapat membalas semua kebaikan
ibu dan bapak. Semoga Tuhan selalu memberikan rahmat dan anugrah
untuk ibu dan bapak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Ratih dan Dhita, adik-adikku yang selalu memberikan canda tawa dan
semangat setiap jenuh mengerjakan skripsi. Selalu memberikan pertanyaan
apa itu skripsi, sehingga saya harus menunjukkan dan menjadikan
semangat mengerjakan skripsi walaupun hari libur.
7. Segenap Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, atas semua
ilmu yang sudah diajarkan kepada saya selama saya menempuh
pendidikan di Fakultas Psikologi ini.
8. Seluruh Staff dan Karyawan Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang
selalu memberikan informasi dan melayani saya selama ini.
9. Pengusaha muda dan teman-teman pengusaha di Yogyakarta, yang selalu
memberikan ilmu dan semangat. Maju terus usahanya dan percaya diri lagi
untuk membangun usaha.
10. Nihek dan Kadek sahabatku yang selalu mau menemani saya mengerjakan
skripsi dan membantu saya ketika bundet. Tidak pernah luput memberikan
semangat dan motivasi. Nihek, yang super pintar dan tidak sombong dan
selalu sabar ketika saya lagi stres. Kadek yang super sabar mendengarkan
ceritaku. Umik sahabatku yang sensitif tapi selalu membantuku dalam
perkuliahan. Semoga selalu perhatian dan karma baik selalu bersama
kalian.
11. Nihek, Bugen, dan Dopa sahabat STECE yang selalu mencari waktu di
tengah kesibukannya untuk melupakan segala beban hidup, mencari canda
dan tawa. Selalu senang setiap skripsi saya di acc dosen tiap babnya.
Makasih yo cah, doane di dalam hati aja buat kalian semua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
12. Teman-teman Psikohanam kelas A 2014, yang selalu menemani
perjalanan perkuliahan dengan dinamikanya. Terimakasih sudah mau
menerima dan memberikan banyak pengalaman selama ini. Semangat
untuk menggapai cita-cita kita.
13. Kakak tingkat 2010-2013 dan AKSI 2015, yang telah memberikan ilmu
dari awal perkuliahan dan selalu memberikan relasi yang hangat sampai
detik ini. Terimakasih.
14. Teman-teman Psychofest 2017 dan Akrab Psikologi 2018 yang
memberikan saya ilmu dan pengalaman dalam melatih kemampuan kerja
saya. Selalu mau mendengar pendapat dan kritikanku. Terimakasih.
15. Segenap teman-teman psikologi lainnya, teman seangkatan 2014, kakak
tingkat dari 2010-2013, adik-adik tingkat, dan teman-teman organisasi di
Psikologi yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih sudah
menerima saya dan menjadi keluarga baru di dalam lingkaran Psikologi
ini. Semoga kita bisa selalu menjadi orang yang berguna bagi orang lain.
16. Semua pihak yang telah membantu dan berperan dalam penulisan skripsi
ini.
Yogyakarta,
Penulis
Regina Dyah Irma Larasaty
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 9
1. Manfaat Teoritis .......................................................................... 9
2. Manfaat Praktis ........................................................................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II : LANDASAN TEORI ........................................................................... 11
A. Opportunity Recognition ................................................................... 11
1. Denifisi Opportunity Recognition ................................................. 11
2. Pengukuran Opportunity Recognition ........................................... 12
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opportunity Recognition ...... 14
B. Self-Efficacy dan Entrepreneurial self-efficacy ................................. 16
1. Denifisi Self-Efficacy dan Entrepreneurial self-efficacy ............. 16
2. Dimensi dalam Entrepreneurial Self-Efficacy ............................ 18
3. Pengukuran Entrepreneurial Self-Efficacy .................................. 18
4. Dampak Entrepreneurial Self-Efficacy ....................................... 10
C. Milenial dan Entrepreneur ................................................................ 20
1. Karakteristik Milenial ................................................................. 20
2. Definisi Entrepreneur.................................................................. 21
D. Dinamika Entrepreneural Self-Efficacy dengan Opportunity
Recognition pada Generasi Milenial ................................................. 22
E. Skema Hubungan antara Self-Efficacy dengan Opportunity
Recognition ........................................................................................ 28
F. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 29
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 30
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 30
B. Variabel Penelitian ........................................................................... 30
C. Definisi Operasional ......................................................................... 31
D. Subjek Penelitian .............................................................................. 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ................................................ 33
1. Skala Opportunity Recognition ................................................... 34
2. Skala Self-Efficacy ...................................................................... 35
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ................................................. 36
1. Validitas ..................................................................................... 36
2. Seleksi Aitem Skala.................................................................... 38
3. Reliabilitas Alat Ukur ................................................................ 40
G. Teknik Analisis Data ........................................................................ 40
1. Uji Asumsi ................................................................................. 41
a. Uji Normalitas ..................................................................... 41
b. Uji Linearitas ....................................................................... 41
2. Uji Hipotesis .............................................................................. 42
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 44
A. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 44
B. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................. 44
C. Deskripsi Data Penelitian ................................................................. 45
D. Analisis Data Penelitian ................................................................... 47
1. Uji Asumsi ................................................................................. 47
a. Uji Normalitas ..................................................................... 47
b. Uji Linearitas ....................................................................... 48
2. Uji Hipotesis .............................................................................. 49
E. Pembahasan ..................................................................................... 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 57
A. Kesimpulan .............................................................................................. 57
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 57
C. Saran ........................................................................................................ 57
1. Bagi Generasi Milenial ...................................................................... 57
2. Bagi Pelaku Usaha ............................................................................. 58
3. Bagi Pemerintah ................................................................................. 58
4. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 59
LAMPIRAN ......................................................................................................... 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Entrepreneurial Self-Efficacy Sebelum Uji
Coba ...…….................................................................................. 35
Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Entrepreneurial Self-Efficacy Setelah Uji
Coba ……………………………................................................. 40
Tabel 3. Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ……............. 45
Tabel 4. Deskripsi Statistik Data Penelitian …………...…....................... 45
Tabel 5. Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empirik Entrepreneurial Self-
Efficacy ……………..................................................................... 46
Tabel 6. Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empirik Opportunity
Recognition .........................…………….……............................ 46
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian …………………......... 47
Tabel 8. Hasil Test of Linearity ……………...……................................... 49
Tabel 9. Hasil Uji Hipotesis ………………...…........................................ 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ijin Adaptasi Alat Ukur ……………………………….... 64
Lampiran 2. Back to Translate Skala Alat Ukur ….....……………..... 66
Lampiran 3. Skala Penelitian ………………….......………………..... 70
Lampiran 4. Reliabilitas Skala ……………………………………...... 76
Lampiran 5. Hasil Uji Asumsi ………………………………….…..... 82
Lampiran 6. Hasil Uji Hipotesis …………………………………....... 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian yang baik salah satunya ditandai dengan banyaknya jumlah
wirausahawan. Pemerintah juga menggalakkan pentingnya pertumbuhan
wirausahawan, terlebih pada generasi milenial (Kemenperin, 2018). Di Indonesia,
jumlah wirausahawan hanya sebesar 2% - 3% dari jumlah populasi masyarakat
dan masih dalam jumlah yang sedikit dibandingkan dengan negara tetangga
seperti Singapura yang memiliki persentase 5% dan Malaysia yang memiliki
persentase 7% (Okezone.com, 2018). Generasi milenial sendiri masih sedikit yang
memilih untuk menjadi wirausaha. Hal ini dibuktikan dengan Profil Generasi
Milenial Indonesia, yang menunjukkan bahwa sebagian generasi ini memilih
untuk menjadi buruh/karyawan/pegawai dengan persentase sebesar 52,7%, yang
memilih menjadi pekerja bebas (freelancer) sebesar 9,74%, yang memilih
menjadi bekerja bersama keluarga sebesar 13,22%, sedangkan yang memilih
untuk berwirausaha sebanyak 24,33%, (Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak & Badan Pusat Statistik, 2018).
Milenial merupakan generasi yang lahir pada tahun 1981 hingga 1999
(Lancester & Stillman, 2002). Generasi ini diprediksi akan mendominasi 34% dari
penduduk Indonesia pada tahun 2020 dan pada tahun 2045 diprediksi akan ada
sebanyak 67,6% orang yang berada pada usia produktif (IDN Research Institute,
2019). Selain itu, generasi milenial juga merupakan masa depan penerus bangsa,
terlebih dalam sektor perekonomian, sehingga merupakan hal yang penting untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
memahami individu pada generasi ini (Guha, 2010, dalam Smith & Nichols,
2015).
Pada kenyataannya, generasi milenial di Indonesia masih memiliki
kemampuan melihat peluang usaha yang rendah. Global Entrepreneur Monitor
(GEM) (Nawangpalupi, Pawitan, Widyarini, Gunawan, Putri, & Iskandarsjah,
2016) memaparkan bahwa kemampuan melihat peluang masyarakat Indonesia
yang sedang melakukan wirausaha, terkhusus generasi milenial yang lahir pada
tahun 1981-1999, masih menunjukkan angka yang rendah. Dalam survei GEM
tersebut, pada usia 18 hingga 24 tahun, kemampuan masyarakat milenial dalam
melihat peluang berkisar pada 13,8 % pada laki-laki dan 17,5% pada perempuan.
Selain itu, pada rentang usia 25 hingga 34 tahun, kemampuan melihat peluang
berkisar pada 30,1% pada laki-laki dan 28,2% pada perempuan. Hal ini
menunjukkan masih rendahnya masyarakat generasi milenial yang sedang
melakukan aktivitas wirausaha di Indonesia dalam melihat peluang usaha (49 %).
Hasil ini juga lebih rendah dibandingkan dengan negara Asia lain seperti Vietnam
(56,8 %) dan Filipina (53,77 %) dalam kemampuan melihat peluang usaha
(Nawangpalupi et al., 2016).
Sebenarnya generasi milenial memiliki karakteristik yang mampu
meningkatkan kemampuan mereka untuk merekognisi peluang. Terdapat tiga
karakter utama dari masyarakat millenial yaitu 3C atau creative, connected, dan
confidence (Ali, Purwandi, Nugroho, Ekoputri, & Halim, 2016). Pertama creative,
yaitu mereka yang biasa berpikir out of the box, yang mana kaya ide dan gagasan.
Kedua connected, mereka adalah pribadi yang pandai bersosialisasi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
komunitas maupun aktif menggunakan sosial media. Selain itu, yang ketiga
adalah confidence, yaitu mereka merupakan orang yang sangat percaya diri dan
berani mengemukakan pendapat serta tidak sungkan untuk berdebat di depan
publik (Ali et al., 2016). Karakteristik-karakteristik seperti kreatif, percaya diri,
dan relasi sosial yang tinggi merupakan karakteristik-karakteristik yang
berhubungan secara positif dengan opportunity recognition. Hills, Lumpkin, &
Singh (1997, dalam Ardichvilia, Cardozob, & Ray, 2003) menemukan dalam
surveinya bahwa kreatifitas memiliki peran yang penting dalam mengindentifikasi
peluang. Krunger dan Dickson (1994, dalam Ardichvilia, Cardozob, & Ray, 2003)
bahwa sikap optimis juga berhubungan secara positif dengan opportunity
recognition. Banyaknya relasi sosial juga akan mempengaruhi individu untuk
merekognisi peluang (DeKoning, 2015).
Tingkat opportunity recognition yang dimiliki oleh generasi milenial
masihlah rendah, seharusnya tingkat opportunity recognition generasi milenial
menunjukkan angka yang tinggi. Hal ini karena karakteristik generasi milenial
yaitu creative, connected, dan confidence (Ali et al., 2016) mampu meningkatkan
kemampuan mereka dalam merekognisi peluang. Selain itu, pemerintah juga telah
mengupayakan usaha agar generasi milenial dapat menemukan peluang usaha
melalui unit badan usaha koperasi disetiap Universitas dan membuat panduan
untuk menyusun peluang bisnis untuk masyarakat.
Pemerintah melalui institusi pendidikan telah melakukan penggalakan bagi
masyarakat untuk dapat lebih melihat peluang usaha. Sebagai contoh, beberapa
Universitas seperti Amikom Yogyakarta, mengajarkan mata kuliah wirausaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
yang bertujuan agar mahasiswa mampu melihat peluang (Medcom, 2007) dan
Universitas Pendidikan Indonesia yang memiliki prodi khusus kewirausahaan
yang juga mengajarkan penemuan peluang dalam kurikulumnya (UPI, 2017).
Selain itu, setiap Universitas di Indonesia memiliki unit badan usaha yang juga
dapat digunakan untuk pengembangan peluang bagi mahasiswa. Kementrian
Perindustrian (2017) juga telah menerbitkan buku panduan yang dapat digunakan
masyarakat umum untuk mempelajari peluang bisnis, seperti peluang bisnis untuk
membuat usaha kopi.
Jika membicarakan tentang wirausahawan, hal mendasar yang harus
dimiliki adalah kemampuan untuk mengidentifikasi peluang, atau disebut juga
dengan opportunity recognition. Opportunity recognition merupakan jantung dari
seorang wirausahawan. Stevenson dan Jarillo (1990) mendefinisikan
wirausahawan sebagai sebuah proses dimana individu-individu mengejar peluang
tanpa memperhatikan sumber daya saat ini yang dapat mereka kontrol. Kirzner
(1997, dalam Ucbasaran, Westhead, Wright & Binks, 2003) mendefinisikan
wirausahawan sebagai individu yang waspada untuk menemukan peluang-peluang
bisnis yang sebelumnya belum pernah dieksplorasi oleh orang lain.
Peluang didefinisikan sebagai kesempatan menemukan cara untuk
menghasilkan nilai ekonomis (yaitu keuntungan) yang sebelumnya belum
tereksplorasi dan tidak sedang dieksplorasi oleh orang lain (Baron, 2004). Ketika
individu melihat peluang tersebut, maka peluang akan direkognisi oleh sistem
kognisi yang disebut opportunity recognition. Opportunity recognition merupakan
proses kognitif mengenai bagaimana individu menyimpulkan bahwa mereka telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menemukan kesempatan tersebut (Baron, 2004). Opportunity recognition
didefinisikan juga sebagai ide yang tiba-tiba dapat mengkristal dan menemukan
kemungkinan-kemungkinan baru untuk memperoleh keuntungan melalui karya
yang baru (Dekoning, 2015). Kuckertz, Kollmann, Krell, dan Stockman (2017)
menyimpulkan definisi opportunity recognition dari beberapa definisi. Mereka
menyimpulkan bahwa opportunity recognition adalah kemampuan individu untuk
waspada terhadap peluang usaha, aktif mencari dan mengumpulkan informasi
tentang peluang usaha, berkomunikasi atau berdiskusi mengenai peluang usaha,
menangani kebutuhan konsumen, dan mengevaluasi keberlangsungan kegiatan
kewirausahawan.
Opportunity recognition dipengaruhi berbagai faktor, Baron (2004)
menjelaskan bahwa terdapat empat faktor yang secara kuat mempengaruhi
opportunity recognition yaitu active search, social networking, prior knowledge,
dan alertness. Pertama active search, adalah usaha seseorang untuk mencari
koneksi atau hubungan dari kejadian-kejadian yang didapat dari dunia luar
(seperti tren tertentu) dan menemukan potensi dari hal tersebut. Yang kedua,
social networking mengacu pada ketika individu dengan cepat menyadari
kesempatan ketika stimulus muncul. Yang ketiga adalah prior knowledge atau
pengetahuan sebelumnya yang dimiliki oleh individu. Yang terakhir, alertness
adalah ketika individu dengan cepat menyadari kesempatan ketika stimulus
muncul. Relasi sosial juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
opportunity recognition (Baron, 2004; DeKoning, 2015). Semakin banyak
seseorang berelasi dengan orang lain dan dengan siapa mereka berhubungan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
maka akan membuat semakin besar peluang yang akan mereka dapatkan. Jaringan
sosial ini merupakan sumber penting untuk mendapatkan informasi. Kreatifitas
dan sikap optimis mampu mempengaruhi opportunity recognition (Hills et al.,
1997; Krunger & Dickson, 1994, dalam Ardichvilia, Cardozob, & Ray, 2003).
Tingginya self-efficacy juga dapat mempengaruhi opportunity recognition (Ozgen
& Baron, 2007; Gibbs, 2009).
Individu memiliki kemampuan untuk mempengaruhi motivasi mereka dan
bertindak melalui interaksi dengan berbagai aspek seperti kognisi, emosi, dan
faktor personal serta lingkungan lainnya (Gibbs, 2009). Hal ini menjelaskan
bahwa individu mampu mempengaruhi motivasi dalam dirinya, sebagaimana self-
efficacy, dapat berkaitan dengan proses kognisi, seperti opportunity recognition.
Self-efficacy dapat berkaitan dengan opportunity recognition melalui informasi.
Pengetahuan dan informasi merupakan faktor yang mampu mempengaruhi
pembentukan peluang (Baron, 2004; DeKoning, 2015; Ozgen & Baron, 2007).
Orang dengan self-efficacy yang tinggi akan merasa yakin dan percaya bahwa
mereka dapat secara sukses menyelesaikan tugas-tugas yang sedang mereka jalani
sehingga mereka akan cenderung proaktif dalam mencari informasi atau
pengetahuan yang akan membantu mereka untuk merekognisi peluang (Gaglio &
Katz, 2001, dalam Ozgen & Baron, 2007). Tingginya self-efficacy mampu
membuat seseorang memiliki jaringan sosial yang besar, yang memungkinkan
mereka untuk mendapatkan informasi-informasi atau pengetahuan dan hal ini
akan membantu mereka untuk merekognisi peluang (Ozgen & Baron, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Self-efficacy diduga dapat mempengaruhi opportunity recognition (Ozgen
& Baron, 2007; Gibbs, 2009), terlebih pada generasi milenial. Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik
(2018) memaparkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan generasi milenial
sulit memilih untuk berwirausaha adalah karena takut mengambil resiko. Self-
efficacy didefinisikan sebagai keyakinan individu bahwa mereka dapat secara
sukses atau berhasil untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sedang mereka
kerjakan (Bandura, 1994).
Penelitian-penelitian terdahulu telah menemukan konstruk self-efficacy
yang secara khusus menilai self-efficacy berdasarkan pada tugas-tugas yang
dijalani oleh entrepreneurs dikenal dengan istilah Entrepreneural Self-Efficacy
(Chen, 1998). Entrepreneural Self-efficacy (ESE) mengacu pada kekuatan
keyakinan individu bahwa ia mampu menjalankan peran dan tugas seorang
wirausahawan dengan sukses (Boyd & Vozikis 1994, dalam Gibbs, 2009).
Individu dengan ESE yang tinggi dapat melihat peluang usaha sebagai tantangan
dan individu dengan ESE yang rendah, melihat peluang usaha sebagai tekanan
dan ketakutan akan kegagalan. Individu yang memiliki ESE yang tinggi akan
tidak takut dalam mengambil resiko berwirausaha. Semakin tinggi
entrepreneurial self-efficacy juga disertai dengan tingkat kreatifitas, optimisme,
dan relasi sosial yang tinggi. Ketiga hal ini merupakan karakteristik dari generasi
milenial dan karakteristik-karakteristik ini juga memiliki hubungan yang positif
dengan opportunity recognition.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Hills, Shrader, Baltrusaityte, dan Izberk-Bilgin (2002, dalam Lindsay,
2002) memaparkan bahwa penelitian mengenai opportunity recognition masih
hanya berfokus pada pentingnya opportunity recognition sebagai proses kognisi
dari entrepreneurship. Sangat sedikit penelitian yang membahas terutama tentang
atribut dalam diri wirausahawan seperti proses kognisi yang digunakan untuk
mengidentifikasi peluang dan persepsi diri para wirausahawan sendiri mengenai
fenomena ini. Padahal menurut Singh et al (1999, dalam Wasdani & Wanimal,
2015), persepsi diri mempengaruhi kemampuan seseorang melihat peluang. Hal
ini mendasari bahwa atribut dalam diri dari pelaku usaha juga berhubungan
dengan bagaimana pelaku usaha membentuk opportunity recognition, sehingga
peneliti akan meneliti hubungan antara entrepreneurial self efficacy dengan
opportunity recognition.
Peneliti menemukan dua jurnal yaitu Ozgen dan Baron (2007) dan Gibbs
(2009) yang berkaitan dengan topik tersebut namun, subjek yang digunakan
dalam kedua penelitian tidak secara khusus menggunakan responden kaum
milenial (Ozgen & Baron, 2007; Gibbs, 2009). Di Indonesia sendiri belum
terdapat jurnal yang serupa dengan melibatkan responden dari generasi milenial
terlebih dalam kaitannya dengan merekognisi peluang.
Generasi milenial masih memiliki kemampuan yang rendah dalam melihat
peluang usaha (Nawangpalupi et al., 2016), padahal di lain sisi generasi ini
memiliki karakteristik (Ali et al., 2016) yang membuat mereka mampu
meningkatkan peluang usaha serta adanya peluang usaha yang tersedia di
lapangan. Selain itu, faktor lain seperti entrepreneural self-efficacy mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mempengaruhi opportunity recognition, maka penelitian ini bertujuan untuk
melihat hubungan antara entrepreneural self-efficacy dengan opportunity
recognition pada wirausahawan milenial. Oleh karena itu, apakah entrepreneurial
self-efficacy merupakan variabel yang berhubungan dengan kemampuan individu
untuk merekognisi peluang.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah:
Apakah terdapat hubungan antara entrepreneural self-efficacy dengan
opportunity recognition pada generasi milenial ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara entrepreneural
self-efficacy pada wirausahawan generasi milenial terhadap opportunity
recognition.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
bidang keilmuan Psikologi Industri dan Organisasi terutama bidang
Psikologi Industri mengenai entrepreneur. Selain itu penelitian ini juga
diharapkan dapat memperkaya kajian ilmiah terutama penelitian yang
berkaitan dengan opportunity recognition, self-efficacy, dan generasi
milenial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
wirausahawan khususnya generasi milenial untuk lebih berani dalam
mengambil resiko dan kreatif dalam mengembangkan peluang usaha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Opportunity Recognition
1. Definisi Opportunity Recognition
Opportunity recognition memiliki berbagai definisi (Baron, 2006;
Dekoning, 1999, dalam Wasnadi & Manimala, 2015; Stevenson & Jarillo,
1990, dalam Wasdani & Manimala, 2015). Dekoning (1999, dalam
Wasnadi & Manimala, 2015) mendefinisikan opportunity recognition
sebagai ide yang tiba-tiba dapat mengkristal dan ketika individu
menemukan kemungkinan-kemungkinan baru untuk memperoleh
keuntungan melalui karya yang baru (Dekoning, 1999, dalam Wasnadi &
Manimala, 2015) dan merupakan jantung dari entrepreneur (Stevenson &
Jarillo, 1990, dalam Wasdani & Manimala, 2015). Selain itu, Baron (2004)
berpendapat bahwa opportunity recognition dipandang sebagai proses
kognitif dimana individu menyimpulkan bahwa mereka telah
mengidentifikasi peluang.
Shane dan Venkataraman (Scoot, 2000, dalam Liem & Xavier,
2015) menemukan bahwa para entrepreneur menggunakan wawasan
kognisi mereka lebih banyak dibandingkan oleh individu-individu yang
bukan merupakan wirausaha untuk mencari informasi yang akan
membawa mereka pada peluang bisnis yang baru. Hal ini menekankan
bahwa opportunity recognition merupakan proses kognisi yang terjadi
didalam wirausaha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Banyaknya definisi opportunity recognition membuat Kuckertz,
Kollmann, Krell, dan Stockmann (2017) melakukan penelitian untuk lebih
menjelaskan content domain dalam melihat aspek dari opportunity
recognition, sehingga dapat menyimpulkan definisi opportunity
recognition dengan lebih objektif. Kuckertz, Kollmann, Krell, dan
Stockmann (2017) menyimpulkan opportunity recognition adalah
kewaspadaan individu terhadap peluang usaha, dengan aktif mencari dan
mengumpulkan informasi mengenai peluang usaha, berkomunikasi atau
berdiskusi mengenai peluang-peluang usaha, menangani kebutuhan
konsumen, dan mengevaluasi keberlangsungan kegiatan kewirausahaan.
2. Pengukuran Opportunity Recognition
Kuckertz, Kollmann, Krell, dan Stockmann (2017) menggunakan
pengukuran dengan konstruk unidimensional untuk mengukur opportunity
recognition. Penelitian ini menggunakan satu indikator yang telah
disimpulkan oleh Kuckertz, Kollmann, Krell, dan Stockmann (2017) dari
menyimpulkan enam aktivitas penting dalam opportunity recognition yaitu
kewaspadaan (alertness), mencari informasi (searching), mengumpulkan
informasi (gathering information), komunikasi (communicating),
menangani kebutuhan konsumen (addressing custumers needs), dan
mengevaluasi (evaluating).
Kewaspadaan (alertness) mengacu pada kemampuan berpikir
kreatif dan strategis yang mampu menumbuhkan opportunity recognition
(Shane & Nicolaou, 2015, dalam Kuckertz, Kollmann, Krell, &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Stockmann, 2017). Selain itu, kewaspadaan juga mengacu pada
kemampuan individu untuk memiliki pemikiran yang luas terkait dengan
peluang-peluang bisnis (Tang et al., 2012, dalam Kuckertz, Kollmann,
Krell, & Stockmann, 2017). Mencari informasi (searching) mengacu pada
analisis lingkungan dan mencari peluang bisnis secara terus menerus, atau
mencari informasi di pasar untuk mengidentifikasi peluang-peluang usaha
(Fiet, 2002, dalam Kuckertz, Kollmann, Krell, & Stockmann, 2017).
Mengumpulkan informasi (gathering information) mengacu pada aktifitas
untuk memperoleh pengetahuan dan informasi pada peluang-peluang
usaha atau mencari ide-ide baru pada produk atau jasa (Ozgen & Baron,
2007, dalam Kuckertz, Kollmann, Krell, & Stockmann, 2017).
Komunikasi (communicating) mengacu pada berdiskusi dengan
teman, rekan, target konsumen, atau orang-orang profesional tentang
peluang-peluang usaha (Dimov, 2007, dalam Kuckertz, Kollmann, Krell,
& Stockmann, 2017). Menangani kebutuhan konsumen (addressing
custumers needs) mengacu pada peluang-peluang bisnis yang
dikembangkan berdasarkan pada permasalahan yang dirasakan oleh
konsumen (Ardichvili et al., 2003, dalam Kuckertz, Kollmann, Krell, &
Stockmann, 2017). Mengevaluasi (evaluating) mengacu pada menilai
kemungkinan-kemungkinan dari ide-ide bisnis, apakah peluang-peluang
bisnis yang dikemukakan sesuai dengan pengalaman, kemampuan, dan
pengetahuan yang dimiliki oleh individu (McMullen & Shepherd, 2006,
dalam Kuckertz, Kollmann, Krell, & Stockmann, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Opportunity Recognition
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi opportunity recognition
yaitu: prior knowledge dan jaringan sosial (Baron, 2003; DeKoning,
1999).
3.1 Pengetahuan Sebelumnya (Prior Knowledge)
Pengetahuan sebelumnya mengacu pada informasi yang
didapat melalui pasar, industri, beragam kostumer, dan lain
sebagainya. pengetahuan ini akan membantu wirausahawan untuk
mengetahui hal-hal yang dibutuhkan untuk membuat kesempatan
bisnis. Individu dengan pengalaman kerja yang luas akan memiliki
pengetahuan yang besar terhadap beberapa industri, pasar, teknologi,
regulasi pemerintahan, dan kompetisi yang sedang terjadi dari pada
individu dengan pengalaman yang sedikit (Baron, 2003).
Pengetahuan-pengetahuan ini akan mampu membuat mereka
mengembangkan sistem awal usaha (prototypes) secara lebih akurat,
lebih layak, dan akan lebih memiliki skenario kesempatan usaha yang
lebih luas. Pengetahuan ini juga dapat memfasilitasi individu untuk
dapat mengidentifikasi peluang usaha yang baru.
3.2 Jaringan Sosial (Social Network)
Jaringan sosial mengacu pada seberapa banyak orang yang
individu kenal dan dengan siapa saja individu tersebut menjalin
hubungan. Jaringan sosial merupakan sumber penting untuk
mendapatkan informasi. Informasi dapat berkontribusi pada kekayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
akan pengetahuan dan mampu mengembangkan kerangka kognitif
seseorang.
Dengan berdiskusi mengenai peluang-peluang bisnis yang
telah mereka ketahui dengan keluarga, teman, dan orang lainnya,
individu dapat mendapat informasi akurat untuk mendukung sistem
awal dari rencana usaha yang telah dirancang. Hal ini dapat menjadi
keuntungan karena dapat digunakan untuk semakin memahami pola-
pola dari kerangka peluang usaha.
Kerangka sosio-kognitif De Koning (1999, dalam Ardichvilia,
Cardozob, & Rayc, 2003) menunjukkan bahwa wirausahawan dapat
mengindentifikasi peluang-peluang melalui tiga aktifitas kognitif yaitu
menggali informasi, berfikir melalui berbicara, dan menilai sumber
daya melalui interaksi aktif dengan beberapa jaringan individu secara
luas. Jaringan sosial yang dimiliki oleh wirausahawan dapat berupa:
(1) individu yang berasal dari „lingkaran dalam‟ yang memiliki
hubungan yang sudah lama dan stabil; (2) „action set‟ (orang-orang
yang direkuit karena merupakan sumber daya yang dibutuhkan untuk
mencapai peluang); (3) partnerships (anggota tim start-up); (4) dan
jaringan sosial yang lemah (sebuah jaringan berisi individu-individu
yang digunakan oleh wirausahawan untuk menggali informasi umum
yang dapat mengindentifikasi peluang yang akan dicapai).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
B. Self-efficacy dan Entrepreneurial Self-efficacy
1. Definisi Self-efficacy dan Entrepreneurial Self-efficacy
Self-efficacy adalah asumsi kognitif seseorang tentang
kemampuannya untuk mengerahkan motivasi, sumber daya kognitif, dan
tindakan yang diperlukan untuk melakukan kontrol atas peristiwa dalam
hidup mereka. Bandura (1986, dalam Chen, 1998) membedakan teori
pembelajaran sosialnya dari banyak teori psikologi tradisional dengan
menekankan hubungan timbal balik antara kognisi, perilaku, dan
lingkungan. Sedangkan teori searah tradisional menggambarkan perilaku
manusia yang disebabkan oleh peristiwa lingkungan atau disposisi
internal, teori pembelajaran sosial menjelaskan perilaku manusia dalam
hal sebab timbal balik antara perilaku, faktor pribadi dan faktor pribadi
lainnya, dan peristiwa lingkungan. Masing-masing dari tiga faktor
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh dua lainnya. Misalnya, di satu sisi,
tindakan seseorang dapat mengubah lingkungannya serta cara dia
memandang diri dan lingkungannya; di sisi lain, lingkungan dan
persepsinya tentang diri dan lingkungan juga dapat mengubah perilakunya.
Namun, pada waktu tertentu, sumber pengaruh yang berbeda mungkin
memiliki efek yang kurang lebih berbeda, dan pengaruh tidak terjadi
secara bersamaan (Wood dan Bandura 1989, dalam Chen, 1998).
Berdasarkan literatur sebelumnya, self-efficacy banyak dikaitkan
pada bidang klinis dan kesehatan dan jarang yang mengaitkan self-efficacy
dengan organisasi, manajemen secara umum dan entrepreneurship (Chen,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
1998). Chen (1998) memaparkan tiga argumen bahwa konstruk ini
berkaitan dengan penelitian terkait dengan entrepreneurship. Pertama,
self-efficacy merupakan konstruk yang berbasis tugas (task-specific).
Karena hal tersebut, teori self-efficacy dapat membantu untuk
mengeksplorasi kepribadian entrepreneural dimana penelitian terkait
kepribadian entrepreneural masih jarang dikaji. (Brockhaus and Horwitz
l986, dalam Chen, 1998). Yang kedua, konstruk ini relatif stabil dan tidak
berubah karena konstruk ini merupakan sebuah keyakinan terkait dengan
kapasitas pekerjaan seseorang. Hal ini dapat membuat wirausaha dapat
memperoleh, memodifikasi, dan meningkatkan self-efficacy untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Yang terakhir, self-efficacy dapat
digunakan untuk memprediksi perilaku, kegigihan, dan keefektifan
wirausaha.
Penelitian istilah entrepreneurial self-efficacy di kembangkan
oleh Boyd & Vozikiz (1994, dalam Chen 1998) dan Chrerer et al. (1989,
Chen 1998) yang mendefinisikan Entrepreneurial Self-Efficacy sebagai
keyakinan individu bahwa ia mampu menjalankan peran dan tugas
seorang wirausahawan dengan sukses. Boyd dan Vozikis (1994, dalam
Chen 1998) mengatakan bahwa Entrepreneurial Self-Efficacy merupakan
“variabel penjelas yang penting dalam menentukan kekuatan niat
wirausaha dan kemungkinan bahwa niat tersebut akan menghasilkan
tindakan wirausaha”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2. Dimensi dalam Entrepreneurial Self-Efficacy
Chen (1998, dalam Gibbs, 2009) memaparkan bahwa terdapat
lima dimensi dalam Self-Efficacy yang dirangkum dari 26 tugas
entrepreneur. Kelima dimensi tersebut adalah:
2.1 Marketing
Mengacu pada keyakinan individu untuk menentukan tujuan
marketing dan perkembangan bisnis.
2.2 Inovasi
Mengacu pada keyakinan individu untuk menemukan ide baru
dan pengalaman baru.
2.3 Manajemen
Mengacu pada keyakinana individu untuk mengatur,
meminimalisir resiko dan ketidak jelasan dalam usaha.
2.4 Mengambil Resiko
Mengacu pada keyakinan individu untuk membuat keputusan
dibawah ketidak pastian dan resiko.
2.5 Mengontrol Keuangan
Mengacu pada keyakinan individu untuk mampu untuk
mengembangkan sistem keuangan dan kontrol internal.
3. Pengukuran Entrepreneurial Self-Efficacy
Entrepreneurial Self-Efficacy diukur dengan mengadaptasi skala
Chen (1998) dengan konstruk unidimensional untuk mengukur variabel
entrepreneurial self-efficacy yang terdiri dari 22 aitem berdasarkan lima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dimensi yaitu, marketing, inovasi, manajemen, mengambil resiko, dan
mengontrol keuangan. Semakin tinggi skor pada skala entrepreneurial
self-efficacy yang direspon oleh subjek pada setiap aitem, menandakan
semakin tinggi pula keyakinan generasi milenial tentang kemampuannya
menjalani peran dan tugas kewirausahawan.
4. Dampak Entrepreneurial Self-Efficacy
Self-efficacy memiliki pengaruh terhadap individu yang dipaparkan
dalam berbagai dampak, yaitu kognitif, motivasi, afeksi, dan selektif
(Bandura, 1994). Bandura (1994) mengatakan bahwa pengaruh dari efikasi
diri pada proses kognitif seseorang sangat bervariasi. Efikasi diri yang
kuat akan mempengaruhi tujuan pribadinya, di mana semakin kuat efikasi
diri maka semakin tinggi tujuan yang ditetapkan oleh individu bagi dirinya
sendiri. Individu dengan efikasi diri yang kuat akan memiliki cita-cita
yang tinggi, mengatur rencana, dan komitmen pada dirinya untuk
mencapai tujuan. Selain itu, individu yang memiliki efikasi diri yang kuat
akan lebih menyiapkan antisipasi bila usahanya yang pertama gagal
dilakukan. Hal ini juga diterapkan pada konstruk self-efficacy yang lebih
terspesifik pada tugas tertentu yaitu entrepreneurial self-efficacy.
Motivasi diri dipengaruhi oleh efikasi diri dalam menuntun
tindakan-tindakan melalui proses kognitif, sehingga individu tersebut akan
membentuk kepercayaan mengenai apa yang dapat dilakukan. Melalui
motivasi individu dapat menciptakan tujuan bagi dirinya dan
merencanakan bagian dari tindakan-tindakan untuk mewujudkan masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
depan yang berharga. Selain itu, efikasi diri mendukung motivasi dalam
seberapa besar ketahanan individu terhadap kegagalan. Kegigihan dan
ketekunan yang kuat akan mendukung pencapaian suatu performansi yang
optimal dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
Bandura (1994) menyatakan bahwa efikasi diri mengatur perilaku
seseorang untuk menghindari suatu kecemasan. Efikasi diri yang kuat
akan membantu individu untuk semakin berani menghadapi tindakan yang
menekan dan mengancam. Sedangkan individu yang memiliki efikasi
rendah, cenderung tidak dapat mengatur situasi yang mengancam ketika
mengalami kecemasan yang tinggi. Ketika individu memiliki pemikiran
akan ketidak mampuan dalam mengatasi stres, maka ia akan memandang
lingkungannya sebagai situasi yang mengancam dan penuh bahaya. Jika
situasi tersebut tidak dapat dikontrol akan menimbulkan kekhawatiran
terhadap hal-hal yang sangat jarang terjadi. Pikiran-pikiran tersebut,
membuat individu meremehkan atau merendahkan kemampuan dirinya.
Individu akan menghindari situasi yang mengancam dan memilih
situasi yang dinilai mampu ia atasi. Hal ini merupakan fungsi selektif
dalam pemilihan aktivitas atau tujuan yang akan diambil oleh individu.
C. Milenial dan Entrepreneur
1. Karakteristik Milenial
Menurut Ali et al. (2016), generasi milenial atau generasi Y
adalah generasi yang lahir antara tahun 1981-1999, di mana saat ini
berusia 20 tahun hingga 38 tahun. Generasi milenial di tahun 2020 akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
berada pada rentang usia 20 tahun hingga 40 tahun. Usia tersebut
merupakan usia produktif yang akan menjadi tulang punggung
perekenomian Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS),
jumlah penduduk Indonesia generasi milenial diduga berjumlah 83 juta
jiwa atau 34% dari total penduduk Indonesia.
Menurut Ali et al. (2016), terdapat perbedaan antara generasi
milenial dengan generasi lain. Hal ini dipengaruhi oleh munculnya
smartphone, dan jejaring sosial media yang dapat mempengaruhi pola
pikir, nilai-nilai, dan perilaku yang dianut. Terdapat tiga karakter utama
dari masyarakat millenial yaitu 3C atau creative, connected, dan
confidence. Pertama, creative adalah mereka yang biasa berpikir out of
the box, yang mana kaya ide dan gagasan. Salah satu bukti yang
menunjukkan adalah tumbuh pesatnya industri start-up dan industri
kreatif yang dimotori oleh anak muda, contohnya Go-Jek. Kedua,
connected adalah mereka pribadi yang pandai bersosialisasi dalam
komunitas maupun aktif menggunakan sosial media. Selain itu, yang
ketiga adalah confidence, di mana mereka merupakan orang yang sangat
percaya diri dan berani mengemukakan pendapat serta tidak sungkan
untuk berdebat di depan publik.
2. Definisi Entrepreneur
Frinces (2010), memaparkan bahwa entrepreneur diambil dari
bahasa Prancis, yaitu entreprendre yang berarti berusaha atau melakukan
suatu pekerjaan. Kuratko & Hodgets (1996, dalam Frinces, 2010)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
mendefinisikan wirausaha sebagai individu yang melakukan tugas untuk
mengorganisir, mengelola, dan menerima resiko-resiko bisnis. Kizner
(1979, dalam Frinces, 2010) mendefinisikan wirausaha sebagai seorang
individu yang waspada untuk menemukan peluang-peluang bisnis yang
sebelumnya belum pernah di eksplorasi oleh orang lain. Frinces (2010)
menyimpulkan bahwa wirausaha adalah orang yang kreatif, dinamis, dan
inovatif, serta berani untuk mengambil resiko dan berani menghadapi
tantangan yang di kerjakan melalui kreativitas dan kemauan untuk
mencapai sukses.
D. Dinamika Hubungan Entrepreneural Self-efficacy dengan Opportunity
Recognition pada Wirausahawan Generasi Milenial
Self-efficacy merupakan keyakinan individu bahwa mereka dapat
secara sukses atau berhasil untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sedang
mereka kerjakan (Bandura, 1994). Self-efficacy memiliki pernan penting
dalam pembentukan perilaku, termasuk dalam dunia entrepreneurship.
Bandura (1994) memaparkan self-efficacy mampu berhubungan dengan
individu melalui beberapa fungsi yaitu fungsi kognitif, motivasi, afeksi, dan
selektif. Yang pertama, melalui fungsi kognisi, individu dengan efikasi diri
kuat akan lebih berusaha untuk mewujudkan tujuan pribadinya. Yang kedua,
sebagai fungsi motivasi, individu dengan self-efficacy tinggi cenderung lebih
gigih dan tekun dan lebih memiliki ketahanan saat menghadapi kegagalan.
Yang ketiga, melalui fungsi afeksi, individu dengan self-efficacy tinggi akan
berani dalam menghadapi kecemasan. Sedangkan individu yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
efikasi rendah, cenderung tidak dapat mengatur situasi yang mengancam
ketika mengalami kecemasan yang tinggi. Ketika individu memiliki
pemikiran akan ketidak mampuan dalam mengatasi stres, maka ia akan
memandang lingkungannya sebagai situasi yang mengancam dan penuh
bahaya. Yang terakhir, sebagai fungsi selektif, individu dengan self-efficacy
tinggi akan mampu lebih menilai manakah situasi yang menyulitkan bagi
dirinya dan yang dapat diatasi.
Orang dengan self-efficacy yang tinggi cenderung akan lebih percaya
diri yang akan membuat mereka juga memiliki jaringan sosial yang besar. Hal
ini dapat membuat seseorang dapat mendapatkan informasi yang akan
membantu mereka untuk merekognisi peluang (Ozgen & Baron, 2007).
Orang dengan self-efficacy yang tinggi juga merasa yakin dan percaya bahwa
mereka dapat secara sukses mengembangkan peluang yang membuat mereka
proaktif dalam mencari informasi yang akan pula membantu mereka untuk
merekognisi peluang (Gaglio & Katz, 2001, dalam Ozgen & Baron, 2007).
Berdasarkan hal tersebut, tingginya self-efficacy akan membuat individu lebih
dapat mencari dan mendapatkan informasi terkait peluang usaha dan
informasi ini merupakan sumber pengetahuan yang merupakan salah satu
faktor yang mampu berhubungan dengan opportunity recognition.
Sedangkan terkait dengan Entrepreneural Self-efficacy (ESE), individu
dengan ESE yang tinggi cenderung mengasosiasikan situasi yang menantang
dengan imbalan seperti keuntungan, pengakuan masyarakat, dan pemenuhan
psikologis (Hisrich dan Brush 1986, dalam Chen, 1998), sedangkan individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dengan ESE yang rendah cenderung menganggap situasi dengan kegagalan,
seperti kebangkrutan, aib, dan tekanan psikologis.
Pengumpulan informasi merupakan sumber penting dalam
pembentukan opportunity recognition (Ozgen & Baron, 2007; Gibbs, 2009).
Baron (2004) mendefinisikan opportunity recognition sebagai proses kognitif
mengenai bagaimana individu menyimpulkan bahwa mereka telah
menemukan kesempatan tersebut. Individu yang mampu merekognisi
peluang, juga memiliki inovasi. Ketika individu telah menyadari peluang
bisnis, mereka akan melakukan verifikasi atas ide tersebut. Kognisi akan
membentuk sebuah sistem alarm atau disebut dengan signal detection theory.
Teori ini menjelaskan bahwa stimulus akan mendorong mereka untuk
menyeleksi informasi dan kemudian mendorong individu untuk memutuskan
bahwa mereka telah menemukan opportunity recognition. Baron (2004) juga
memaparkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi adalah
pengetahuan sebelumnya yang dimiliki oleh seseorang. Pengetahuan ini akan
memberikan informasi yang mampu membuat individu memiliki koneksi
untuk memahami peluang usaha.
Secara proses sosio-kognisi, DeKoning (2015) mendefinisikan
opportunity recognition sebagai sebagai ide yang tiba-tiba dapat mengkristal
dan menemukan kemungkinan-kemungkinan baru untuk memperoleh
keuntungan melalui karya yang baru. Untuk mengembangkan ide-ide
tersebut, wirausaha menggunakan sumber sosial untuk mendapatkan
informasi yang dapat diperoleh dari relasi sosial. Kedua pandangan ini sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
lagi menekankan pentingnya usaha untuk memperoleh informasi dalam
proses pembentukan opportunity recognition.
Bagaimana generasi milenial dapat mengidentifikasi peluang dapat
dilihat berdasarkan karakteristik generasi ini. Terdapat tiga karakter utama
dari masyarakat millenial yaitu 3C atau creative, connected, dan confidence
(Ali et al., 2016). Pertama, creative adalah mereka yang biasa berpikir out of
the box, yang mana kaya ide dan gagasan. Kedua, connected adalah mereka
pribadi yang pandai bersosialisasi dalam komunitas maupun aktif
menggunakan sosial media. Ketiga adalah confidence, di mana mereka
merupakan orang yang sangat percaya diri dan berani mengemukakan
pendapat serta tidak sungkan untuk berdebat di depan publik (Ali et al.,
2016). Karakteristik-karakteristik seperti kreatif, percaya diri, dan relasi
sosial yang tinggi merupakan karakteristik-karakteristik yang berhubungan
secara positif dengan oppotunity recognition. Hills et al. (1997, dalam
Ardichvilia, Cardozob, & Sourav, 2003) menemukan dalam surveinya bahwa
kreatifitas memiliki peran yang penting dalam mengindentifikasi peluang.
Krunger & Dickson (1994, dalam Ardichvilia, Cardozob, & Sourav, 2003)
bahwa sikap optimis juga berhubungan secara positif dengan oppotunity
recognition. Banyaknya relasi sosial juga akan mempengaruhi individu untuk
merekognisi peluang (DeKoning, 2015). Akan tetapi, seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya, generasi milenial memiliki kemampuan dalam
melihat peluang usaha yang rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Self-efficacy merupakan keyakinan individu bahwa mereka dapat
secara sukses atau berhasil untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sedang
mereka kerjakan (Bandura, 1994). Self-efficacy memiliki pernan penting
dalam pembentukan perilaku, termasuk dalam dunia entrepreneurship.
Bandura (1994) memaparkan self-efficacy mampu berhubungan dengan
individu melalui beberapa fungsi yaitu fungsi kognitif, motivasi, afeksi, dan
selektif. Yang pertama, melalui fungsi kognisi, individu dengan efikasi diri
kuat akan lebih berusaha untuk mewujudkan tujuan pribadinya. Yang kedua,
sebagai fungsi motivasi, individu dengan self-efficacy tinggi cenderung lebih
gigih dan tekun dan lebih memiliki ketahanan saat menghadapi kegagalan.
Yang ketiga, melalui fungsi afeksi, individu dengan self-efficacy tinggi akan
berani dalam menghadapi kecemasan. Sedangkan individu yang memiliki
efikasi rendah, cenderung tidak dapat mengatur situasi yang mengancam
ketika mengalami kecemasan yang tinggi. Ketika individu memiliki
pemikiran akan ketidak mampuan dalam mengatasi stres, maka ia akan
memandang lingkungannya sebagai situasi yang mengancam dan penuh
bahaya. Yang terakhir, sebagai fungsi selektif, individu dengan self-efficacy
tinggi akan mampu lebih menilai manakah situasi yang menyulitkan bagi
dirinya dan yang dapat diatasi.
Orang dengan self-efficacy yang tinggi cenderung akan lebih percaya
diri yang akan membuat mereka juga memiliki jaringan sosial yang besar. Hal
ini dapat membuat seseorang dapat mendapatkan informasi yang akan
membantu mereka untuk merekognisi peluang (Ozgen & Baron, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Orang dengan self-efficacy yang tinggi juga merasa yakin dan percaya bahwa
mereka dapat secara sukses mengembangkan peluang yang membuat mereka
proaktif dalam mencari informasi yang akan pula membantu mereka untuk
merekognisi peluang (Gaglio & Katz, 2001, dalam Ozgen & Baron, 2007).
Berdasarkan hal tersebut, tingginya self-efficacy akan membuat individu lebih
dapat mencari dan mendapatkan informasi terkait peluang usaha dan
informasi ini merupakan sumber pengetahuan yang merupakan salah satu
faktor yang mampu berhubungan dengan opportunity recognition.
Sedangkan terkait dengan Entrepreneural Self-efficacy (ESE), individu
dengan ESE yang tinggi cenderung mengasosiasikan situasi yang menantang
dengan imbalan seperti keuntungan, pengakuan masyarakat, dan pemenuhan
psikologis (Hisrich dan Brush 1986, dalam Chen, 1998), sedangkan individu
dengan ESE yang rendah cenderung menganggap situasi dengan kegagalan,
seperti kebangkrutan, aib, dan tekanan psikologis. Peneliti menduga bahwa
individu dengan ESE yang tinggi melihat peluang sebagai situasi yang penuh
tantangan sehingga individu dengan ESE yang tinggi mampu lebih tinggi
dalam merekognisi peluang dan individu dengan ESE yang rendah melihat
peluang sebagai situasi yang menekan dan membuat mereka merasa hal
tersebut mengancam sehingga akan lebih rendah dalam merekognisi peluang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
E. Skema Hubungan antara Entrepreneurial Self-efficacy dengan
Opportunity Recognition
Gambar 1.Skema hubungan antara Entrepreneurial Self-Efficacy dengan
Opportunity Recognition
ENTREPRENEURIAL
SELF-EFFICACY
TINGGI RENDAH
- Proaktif
- Percaya diri akan
kemampuan
- Mampu menganalisis
situasi yang baik
- Berani
- Gigih dan tekun
- Jaringan sosial tinggi
- Tidak takut gagal
- Kurang proaktif
- Kurang percaya diri
akan kemampuan
- Kurang mampu
menganalisis situasi
yang baik
- Kurang berani
- Kurang gigih dan
tekun
- Jaringan sosial sedikit
- Takut gagal
Memiliki jaringan sosial yang
besar sehingga mampu
mencari dan mendapatkan
informasi mengenai peluang
usaha
Opportunity recognition
tinggi
Opportunity recognition
rendah
Memiliki jaringan sosial yang
besar sehingga kurang
mampu mencari dan
mendapatkan informasi
mengenai peluang usaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis dalam penelitian ini
adalah terdapat hubungan yang positif dan signitifikan antara
entrepreneurial self-efficacy dan opportunity recognition pada
generasi milenial. Semakin tinggi skor entrepreneural self efficacy
pada generasi milenial, maka semakin tinggi skor opportunity
recognition. Sebaliknya, semakin rendah skor entrepreneural self
efficacy pada kaum milenial maka semakin rendah skor opportunity
recognition.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain
survei. Creswell (2009, dalam Supratiknya, 2015) memaparkan bahwa
penelitian dengan jenis kuantitatif secara umum menguji teori secara objektif
dengan cara mengukur atau meneliti hubungan antar variabel secara numerik
dan menganalisa secara statistik. Sedangkan desain survei memiliki tujuan
mengumpulkan informasi tentang satu atau lebih kelompok orang dengan
atribut tertentu seperti, sikap, sifat, keyakinan mereka tentang sesuatu atau
pengalaman mereka, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
menabulasikan jawaban mereka (Leedy & Ormrod, 2005, dalam Supratiknya,
2015).
Menurut Sangadji dan Sopiah (2010), studi korelasional digunakan
dengan tujuan mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel. Peneliti
akan mengukur hubungan antara variabel efikasi diri kewirausahaan
(entrepreneurial self-efficacy) dengan variabel identifikasi peluang usaha
(opportunity recognition).
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan yaitu variabel tergantung (DV) dan
variabel bebas (IV).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
1. Variabel Tergantung (DV)
Variabel tergantung adalah variabel yang diduga merupakan hasil
dari akibat pengaruh variabel independen (Supratiknya, 2015). Dalam
penelitian ini, variabel tergantung adalah identifikasi peluang usaha
(opportunity recognition).
2. Variabel Bebas (IV)
Variabel bebas adalah variabel yang memiliki kemungkinan dapat
menyebabkan, mempengaruhi atau berdampak pada hasil tertentu
(Supratiknya, 2015). Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah efikasi
diri kewirausahaan (entrepreneurial self-efficacy).
C. Definisi Operasional
1. Identifikasi Peluang Usaha (Opportunity Recognition)
Opportunity recognition didefinisikan sebagai kewaspadaan
individu terhadap peluang usaha, dengan aktif mencari dan
mengumpulkan informasi mengenai peluang usaha, berkomunikasi atau
berdiskusi mengenai peluang-peluang usaha, menangani kebutuhan
konsumen, dan mengevaluasi keberlangsungan kegiatan kewirausahaan.
Seorang wirausahawan dikatakan memiliki opportunity recognition yang
tinggi jika waspada terhadap peluang usaha dan aktif mencari serta
mengumpulkan informasi mengenai peluang usaha. Selain itu, mampu
berkomunikasi dan menangani kebutuhan konsumen serta melakukan
evaluasi terhadap keberlangsungan kegiatan berwirausaha. Opportunity
recognition diukur dengan mengadaptasi skala Kuckertz, Kollmann, Krell,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dan Stockmann (2017) yang terdiri dari 5 aitem dari enam aktivitas
kewirausahaan yang dirangkum menjadi satu indikator yaitu, kewaspadaan
individu terhadap peluang usaha dapat dicari dengan aktif mengumpulkan
informasi mengenai peluang usaha, berkomunikasi atau berdiskusi
mengenai peluang-peluang usaha, menangani kebutuhan konsumen, dan
mengevaluasi keberlangsungan kegiatan kewirausahaan. Semakin tinggi
skor pada skala opportunity recognition yang direspon oleh subjek pada
setiap aitem, menandakan semakin tinggi pula generasi milenial dalam
melihat peluang.
2. Efikasi Diri Kewirausahaan (Entrepreneurial Self-Efficacy)
Entrepreneurial Self-Efficacy adalah keyakinan individu tentang
kemampuan dirinya dalam menjalankan peran dan tugas dengan sukses
khususnya dalam bidang wirausaha. Seorang wirausahawan memiliki
entrepreneurial self-efficacy yang tinggi ketika ia merasa mampu dalam
menjalankan peran dan tugas dalam bidang wirausaha yaitu, marketing,
inovasi, manajemen, mengambil resiko, dan mengontrol keuangan.
Entrepreneurial Self-Efficacy diukur dengan mengadaptasi skala Chen
(1998) yang terdiri dari 22 aitem berdasarkan lima dimensi yaitu,
marketing, inovasi, manajemen, mengambil resiko, dan mengontrol
keuangan. Semakin tinggi skor pada skala entrepreneurial self-efficacy
yang direspon oleh subjek pada setiap aitem, menandakan semakin tinggi
pula keyakinan generasi milenial tentang kemampuannya menjalani peran
dan tugas kewirausahawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
D. Subjek Penelitian
Pemilihan subjek yang dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Menurut Siregar (2013), teknik purposive sampling adalah
teknik penentuan subjek yang dijadikan sampel penelitian berdasarkan kriteria
tertentu. Subjek penelitian termasuk wirausahawan laki-laki dan perempuan
yang termasuk dalam usia generasi milenial dengan tahun kelahiran 1981–
1999. Generasi milenial pada tahun ini termasuk dalam rentang usia 20-38
tahun. Selain itu, wirausahawan yang dimaksud adalah subjek yang telah
menjalankan dan sedang mengembangkan sebuah usaha minimal 1 tahun
lamanya. Hal ini dikarenakan skala pengukuran membutuhkan jawaban dari
pengalaman subjek dalam berwirausaha. Peneliti juga tidak memberikan
batasan kriteria jenis usaha yang sedang subjek jalankan.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Pengambilan data yang dilakukan dengan menyebarkan skala kepada
wirausahawan dengan usia yang termasuk dalam kriteria generasi milenial atau
yang berusia antara 20 – 38 tahun. Penelitian ini menggunakan skala likert
pada kedua variabel. Subjek diminta untuk memberikan respon terhadap
sebuah kontinum yang terdiri dari beberapa respon (Supratiknya, 2014).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner
atau angket tertutup. Menurut Azwar (2012), dalam kuesioner tertutup
pernyataan yang diberikan kepada responden dalam bentuk pilihan ganda
sehingga responden tidak diberikan kesempatan untuk berpendapat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Peneliti menggunakan kontimun skala likert sesuai dengan skala asli
dari kedua alat ukur. Kedua variabel ini memiliki perbedaan jumlah pilihan
dimana alat ukur opportunity recognition menggunakan 7 pilihan dan
entrepreneurial self-efficacy menggunakan 5 pilihan. Menurut Colman (1997),
ia meneliti bahwa tidak ada banyak perbedaan skor reliabilitas alat ukur baik
yang menggunakan 7 pilihan kontinum ataupun 5 pilihan kontinum. Peneliti
akan tetap menggunakan kontinum sesuai dengan alat ukur asli dari kedua
variabel.
1. Skala Opportunity Recognition
Variabel opportunity recognition diukur menggunakan skala yang
dibuat oleh Kuckertz, Kollmann, Krell, dan Stockmann (2017)
berdasarkan enam aktivitas yaitu, waspada, mencari informasi,
mengumpulkan informasi, berkomunikasi mengenai peluang usaha,
memecahkan masalah, dan mengevaluasi potensi kewirausahaan. Dari
enam aktivitas tersebut, Kuckertz, Kollmann, Krell, dan Stockmann (2017)
merangkum menjadi satu indikator yaitu, kewaspadaan individu terhadap
peluang usaha dapat dicari dengan aktif mengumpulkan informasi
mengenai peluang usaha, berkomunikasi atau berdiskusi mengenai
peluang-peluang usaha, menangani kebutuhan konsumen, dan
mengevaluasi keberlangsungan kegiatan kewirausahaan untuk mengukur
variabel opportunity recognition dengan total 5 aitem.
Pada skala opportunity recognition, setiap aitem memiliki 7
alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden yaitu, “Sangat Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Setuju”, “Tidak Setuju”, “Agak Tidak Setuju”, “Netral”, “Agak Setuju”,
“Setuju”, “Sangat Setuju”. Pada pernyataan ini,, nilai tertinggi 7 diberikan
untuk jawaban Sangat Setuju, nilai 6 diberikan untuk jawaban Setuju, nilai
5 diberikan pada jawaban Agak Setuju, nilai 4 diberikan pada jawaban
Netral, nilai 3 diberikan untuk jawaban Agak Tidak Setuju, nilai 2
diberikan untuk jawaban Tidak Setuju, dan nilai 1 diberikan untuk
jawaban Sangat Tidak Setuju.
2. Skala Entreprenurial Self-Efficacy
Variabel entreprenurial self-efficacy diukur menggunakan skala
yang dibuat oleh Chen (1998) yang terdiri dari 24 aitem berdasarkan lima
dimensi yaitu, marketing, inovasi, manajemen, mengambil resiko, dan
mengontrol keuangan. Distribusi aitem pada skala entreprenurial self-
efficacy dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1
Distribusi Aitem Skala Entreprenurial Self-Efficacy Sebelum Uji Coba
Dimensi Sebaran Aitem Jumlah Aitem
Marketing 3, 8, 13, 19, 22, 23 6
Inovasi 10, 14, 16, 17, 21, 24 6
Manajemen 1, 7, 9, 11, 20 5
Mengambil resiko 2, 5, 12, 18 4
Mengontrol Keuangan 4, 6, 15 3
Jumlah 24 Aitem
Pada skala entreprenurial self-efficacy, setiap aitem memiliki 5
alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden yaitu, “Sangat Tidak
Setuju”, “Tidak Setuju”, “Netral”, “Setuju”, “Sangat Setuju”. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
pernyataan ini,, nilai tertinggi 5 diberikan untuk jawaban Sangat Setuju,
nilai 4 diberikan untuk jawaban Setuju, nilai 3 diberikan untuk jawaban
Netral, nilai 2 diberikan untuk jawaban Tidak Setuju, dan nilai 1 diberikan
untuk jawaban Sangat Tidak Setuju.
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas
Menurut Supratiknya (2014), uji validitas bertujuan untuk
mengetahui kesesuaian alat ukur dalam mengukur atribut psikologis yang
hendak diukur. Azwar (2010) menyatakan bahwa alat ukur dapat dikatakan
memiliki validitas yang tinggi jika dapat menjalankan fungsi ukur dan
berakurat dalam melakukan pengukuran pada variabel yang ingin diukur.
Peneliti menggunakan uji validitas isi untuk menguji kesesuaian antara isi
tes dengan suatu atribut yang akan diukur oleh tes tersebut (Supratiknya,
2014). Validitas yang digunakan peneliti adalah validitas isi. Menurut
Supratiknya (2014) validitas isi adalah validitas yang melihat kesesuaian isi
dan konstruk yang diukur dalam suatu tes diuji dengan analisis logis dan
empiris. Peneliti menggunakan analisis dari expert judgment atau individu
yang berkompeten dalam bidangnya. Peneliti meminta bantuan Dosen
Pembimbing Skripsi untuk memberikan masukan terkait kesesuaian
konstruk dan meminta bantuan penerjemah untuk melakukan proses
translation.
Skala opportunity recognition dan entrepreneurial self-efficacy
merupakan skala dalam bahasa asing yang diadaptasi oleh peneliti ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dalam bahasa Indonesia. Pada tahap pertama, peneliti menerjemahkan skala
tersebut ke dalam bahasa Indonesia dengan bantuan penerjemah sarjana
lulusan Sanata Dharma dibidang Pendidikan Bahasa Inggris. Selanjutnya,
peneliti akan melaksanakan back translation (Supratiknya, 2018), di mana
terjemahan dalam bahasa Indonesia akan kembali diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan bantuan penerjemah sarjana lulusan Atmajaya
Yogyakarta dibidang Manajemen Internasional. Peneliti selanjutnya
meminta bantuan dosen pembimbing untuk memberikan masukan terkait
kesesuaian konstruk.
Proses penerjemahan skala yang telah dilakukan dilanjutkan dengan
pengujian validitas isi. Menurut Siregar (2013), validitas isi berkaitan
dengan kemampuan suatu instrumen alat ukur untuk mengukur konsep
yang harus diukur. Validitas isi dapat diperoleh melalui analisis logis atau
empiris terhadap seberapa memadai isi alat ukur mewakili ranah isi dan
kontstruk yang diukur (Supratiknya, 2014). Pada penelitian ini, peneliti
melakukan pengujian validitas isi dengan bantuan dari expert judgement, di
mana seseorang tersebut adalah yang lebih ahli dalam memberikan
penilaian atas konten dari setiap aitem agar dapat sesuai dengan tujuan
konstruk yang akan diukur. Peneliti meminta bantuan dosen pembimbing
skripsi untuk menjadi expert judgement, dimana dosen pembimbing dapat
memberikan penilaian pada seluruh aitem skala.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2. Seleksi Aitem Skala
Uji coba kesahihan aitem skala dilakukan untuk menguji kualitas
aitem dalam mengukur suatu variabel untuk memastikan setiap aitem
dengan aitem lainnya memiliki korelasi yang kuat sehingga skala yang
terbentuk bersifat homogen dengan daya diskriminasi yang baik
(Supraktiknya, 2014). Peneliti akan menguji cobakan skala pada Generasi
Milenial yang memiliki usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta. Uji coba
skala opportunity recognition dan entrepreneurial self-efficacy
dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2019. Metode penyebaran skala online
melalui Google Form (https://forms.gle/DRgLhC1XNSE4n4Pr7) dilakukan
dengan peneliti menyebarkan link tersebut di komunitas wirausahawan.
Selain itu, peneliti juga mendatangi langsung beberapa subjek untuk
mengisi kuesioner online. Subjek yang dikumpulkan berjumlah 86 orang.
Uji seleksi aitem skala dapat dilakukan dengan menghitung koefisian
korelasi aitem total dan kemudian diuji menggunakan SPSS for windows
versi 22.0 (Azwar, 2010; Supratiknya, 2014).
Daya diskriminasi yang baik dapat dilihat melalui skor koefisien
korelasi aitem-total (rix), jika nilainya tinggi maka aitem tersebut akan lolos
atau tidak digugurkan. Menurut Supratiknya (2014), aitem yang memiliki
skor koefisien korelasi aitem-total (rix) lebih besar dari 0.30 akan memiliki
daya diskriminasi yang baik. Sebaliknya, jika aitem memiliki skor di
bawah 0.30 maka aitem tersebut dapat dikatakan kurang baik dan
diperlukan perbaikan aitem. Namun, menurut Azwar (2012) aitem masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dapat dipandang ideal apabila memiliki skor korelasi aitem-total (rix) ≥
0,25 karena masih memiliki daya diskriminasi yang cukup baik. Semakin
baik daya diskriminasi aitem maka nilai koefisien korelasi aitem-total (rix)
semakin mendekati 1.00 (Azwar, 2012).
a. Skala Opportunity Recognition
Pada skala Opportunity Recognition semua aitem memiliki nilai
koefisien korelasi aitem-total (rix) ≥ 0.30.
b. Skala Entrepreneurial Self-Efficacy
Pada skala Entrepreneurial Self-Efficacy, terdapat satu aitem yang
memiliki nilai rix ≤ 0.30. Namun, peneliti tidak menggugurkan
aitem yang memiliki nilai rix = 0.265 karena terdapat toleransi jika
memiliki rentang nilai rix ≥ 0.25 – 0.30 (Azwar, 2012). Sehingga
peneliti akan melakukan perbaikan kalimat pada aitem tersebut
agar lebih mudah dipahami. Tujuannya agar dimensi yang
memiliki aitem tersebut dapat seimbang dengan dimensi lainnya.
Tabel 2
Distribusi Aitem Skala Entrepreneurial Self-Efficacy Setelah
Uji Coba
Dimensi Sebaran Aitem Jumlah
Aitem
Presentase
Marketing 3, 8, 13, 19, 22, 23 6 25 %
Inovasi 10, 14, 16, 17, 21, 24 6 25 %
Manajemen 1, 7, 9, 11, 20 5 20 %
Mengambil resiko 2, 5, 12, 18 4 16 %
Mengontrol
Keuangan
4, 6, 15 3 14 %
Jumlah 24
Aitem
100 %
Ket : Tidak ada aitem yang gugur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3. Reliabilitas Alat Ukur
Menurut Siregar (2013), reliabilitas digunakan untuk mengetahui
sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten sehingga ketika dilakukan
replikasi terhadap gejala dan alat ukur yang sama akan menghasilkan
pengukuran yang tetap konsisten. Pada penelitian ini, teknik yang
digunakan untuk mengukur estimasi reliabilitas konsistensi internal adalah
teknik Alpha Cronbach (Supratiknya, 2014). Instrumen penelitian
dikatakan reliabel jika koefisien minimum reliabilitasnya α > 0.6 (Siregar,
2013). Hal ini berarti jika instrumen penelitian memiliki koefisien
reliabilitas di bawah 0.6 maka instrumen penelitian tersebut dapat
dikatakan kurang memadai untuk digunakan.
Skala Opportunity Recognition diuji menggunakan Alpha
Cronbach dan mendapati nilai α = 0.750 yang menandakan bahwa skala
opportunity recognition memadai untuk digunakan. Sedangkan skala
entrepreneurial self-efficacy memiliki nilai reliabilitas α = 0.907. Dari
kedua skala tersebut dapat disimpulkan bahwa skala opportunity
recognition dan skala entrepreneurial self-efficacy memadai untuk
digunakan dalam penelitian.
G. Teknis Analisis Data
Penelitian ini akan diolah menggunakan IBM SPSS versi 22.0 dengan
teknik korelasi Product Moment Pearson untuk mengukur mengenai kekuatan
hubungan antara dua variabel yaitu variabel opportunity recognition dan
entrepreneurial self-efficacy.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas diperlukan karena semua perhitungan
statistik parametrik memiliki asumsi normalitas sebaran (Santoso,
2010). Sehingga dapat melihat apakah data penelitian berasal dari
populasi dengan sebaran data yang normal. Pada penelitian ini, uji
normalitas menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov pada SPSS
22.0 for Windows dengan melihat signifikansi data. Data dengan
hasil uji normalitas di bawah 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
data tersebut berbeda secara signifikan dengan data normal, dalam
hal ini berarti data yang telah dikumpulkan memiliki sebaran data
yang tidak normal. Sebaliknya, jika hasil uji normalitas di atas 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak berbeda secara
signifikan dengan data normal. Hal ini berarti data yang
dikumpulkan memiliki sebaran data yang normal.
b. Uji Linearitas
Menurut Santoso (2014), linear dapat diartikan bahwa
kedua variabel yang diukur memiliki hubungan yang bersifat
positif atau negatif. Uji linearitas menyatakan bahwa hubungan
antar variabel yang akan dianalisis mengikuti garis lurus, sehingga
penurunan atau peningkatan disatu variabel akan diikuti secara
linear oleh penurunan atau peningkatan kuantitas di variabel
lainnya. Pada penelitian ini, uji linearitas menggunakan Test of
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Linearity pada SPSS 22.0 for Windows. Jika nilai signifikansi atau
p > 0.05 maka terdapat hubungan yang tidak linear atau hubungan
antara dua variabel lemah. Sebaliknya, data dapat dikatakan linear
jika memiliki nilai p < 0.05 (Santoso, 2010).
2. Uji Hipotesis
Pada penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
self-efficacy dengan opportunity recognition pada generasi milenial
yang sedang berwirausaha. Metode analisis data penelitian
menggunakan analisis korelasi yang digunakan untuk melihat
kecenderungan pola dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan
pola dalam variabel lain. Jika kecenderungan dalam satu variabel
selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, maka dapat
diasumsikan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan.
Dalam penelitian koresional kuantitatif, data penelitian yang
terdistribusi normal akan menggunakan teknik uji korelasi Product-
Moment Pearson untuk mengukur kuat-lemahnya hubungan antara dua
variabel yang dikur (Rea & Parker, dalam Supratiknya, 2015). Data
yang tidak terdistribusi normal maka peneliti melakukan uji korelasi
dengan menggunakan teknik Spearman Rho.
Menurut Pallant (2001), jika nilai signifikansi atau p ≤ 0.05 maka
hipotesis nol ditolak atau ada hubungan yang signifikan antara dua
variabel. Akan tetapi, jika nilai signifikansi atau p ≥ 0.05 maka
hipotesis nol diterima atau tidak ada hubungan uang signifikan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dua variabel. Budi (2006), membagi kriteria koefisien korelasi sebagai
berikut:
Koefisien Korelasi Kategori
0.001 – 0.200 Sangat Lemah
0.201 – 0.400 Lemah
0.401 – 0.600 Cukup Kuat
0.601 – 0.800 Kuat
0.801 - 1 Sangat Kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 25 Juni – 5 Juli 2019 dengan cara
penyebaran skala online melalui Google Form dilakukan dengan peneliti
menyebarkan link tersebut di komunitas wirausahawan untuk menyebarkan dan
menggumpulkan data. Selain itu, peneliti juga mendatangi langsung beberapa
subjek untuk mengisi kuesioner online. Penelitian ini menggunakan subjek
generasi milenial yang memiliki usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta. Skala
online terdiri dari dua bagian yaitu, pernyataan-pernyataan yang terkait dengan
identifikasi peluang usaha (opportunity recognition) dan entrepreneurial self-
efficacy. Skala yang disebarkan berbentuk skala Likert. Peneliti meminta
bantuan kepada saudara dan teman-teman yang termasuk dalam kriteria
penelitian, kemudian meminta bantuan mereka untuk menyebarkannya. Subjek
yang telah terkumpul dari penyebaran data secara online sebanyak 86 orang.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data dari 86 orang yang
termasuk dalam golongan generasi milenial dan sedang melakukan kegiatan
berwirausaha di Yogyakarta. Golongan generasi milenial termasuk pada tahap
dewasa awal yaitu dengan rentang usia 20-38 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 3
Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 49 57 %
Perempuan 37 43 %
Jumlah 86 100 %
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa subjek dalam penelitian ini
terdiri dari 49 laki-laki dengan persentase 57 %. Sedangkan, jumlah perempuan
adalah 37 dengan presentasi 43 %.
C. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian bertujuan untuk mengetahui tinggi
entrepreneurial self-efficacy dan opportunity recognition. Deskripsi data
dilakukan dengan mencari mean empiris dan mean teoritik. Mean teoritik
dihitung dengan perhitungan manual yang bertujuan mendapatkan hasil rata-
rata skor alat ukur penelitian. Sedangkan, mean empiris dihitung dengan
bantuan program SPSS version 22.0 for Windows. Deskripsi data penelitian
menggunakan uji one sample t-test yang bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoritik.
Tabel 4
Deskripsi Statistik Data Penelitian
Variabel N Min Max Mean
Empirik
SD Min Max Mean
Teoritik
Sig.
Entreprenurial
Self-Efficacy
86 67 118 96.41 10.83 24 120 72 0.000
Opportunity
Recognition
86 21 35 30.17 3.22 5 35 20 0.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 5
Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empirik Entrepreneurial Self-Efficacy
One-Sample Test
Test Value = 72
t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Entreprenurial Self-
efficacy 21.74 85 .000 24.41 23.09 27.74
Berdasarkan tabel 4 dan 5, hasil uji data dari one sample t-test variable
entrepreneurial self-efficacy diperoleh mean teoritik sebesar 72. Sedangkan,
mean empirik dari variabel tersebut sebesar 96.41. Nilai signifikansi dari
variabel entrepreneurial self-efficacy adalah sebesar 0.000 (p < 0.05). Hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean
teoritis dan mean empirik, hasil ini menunjukkan bahwa subjek dalam
penelitian ini memiliki tingkat entrepreneurial self-efficacy yang tinggi dan
signifikan.
Tabel 6
Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empirik Opportunity Recognition
One-Sample Test
Test Value = 20
t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Opportunity
Recognition 29.25 85 .000 10.17 9.48 10.86
Berdasarkan tabel 4 dan 6, hasil uji data dari one sample t-test variabel
opportunity recognition diperoleh mean teoritik sebesar 20. Sedangkan, mean
empirik dari variabel tersebut sebesar 30.17. Nilai signifikansi dari variabel
opportunity recognition adalah sebesar 0.000 (p < 0.05). self-efficacy yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
tinggi dan signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara mean teoritis dan mean empirik, hasil ini menunjukkan
bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat opportunity recognition
yang tinggi dan signifikan.
D. Analisis Data Penelitian
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Menurut Santoso (2010), uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui apakah sampel yang diambi berasal dari populasi yang
memiliki sebaran data normal atau tidak. Pada umumnya, sebaran
data dikatakan normal apabila hasil uji normalitas memiliki nilai p
> 0.05 dan data dapat dikatakan tidak normal jika hasil uji
normalitas memiliki p < 0.05. Pada penelitian ini, uji normalitas
menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov pada program SPSS
versi 22.0.
Tabel 7
Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian
Variabel Kolmogorov-Smirnov (Sig.) Keterangan
Opportunity
Recognition
0.090 Normal
Entrepreneurial
Self-Efficacy
0.200 Normal
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pada
variabel opportunity recognition sebesar 0.090 dan variabel
entrepreneurial self-efficacy sebesar 0.200. Hasil tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut termasuk dalam
distribusi normal karena memiliki nilai signifikansi lebih besar dari
0.05. Hal ini membuat peneliti menggunakan uji statiska
parametrik.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas diperlukan untuk melihat apakah variabel
dependent dan variabel independent memiliki hubungan yang
linear atau berbeda dalam satu garis lurus (Siregar, 2013). Pada
penelitian ini, uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah
entrepreneurial self-efficacy sebagai variabel bebas memiliki
hubungan yang linear dengan identifikasi peluang usaha
(opportunity recognition) sebagai variabel tergantung. Uji
linearitas dilakukan dengan menggunakan test for linearity dengan
SPSS version 22.0 for Windows. Dari hasil uji linearitas dapat
dikatakan linear jika nilai signifikansi lebih kecil atau p < 0.05.
Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 maka
terdapat hubungan yang tidak linear atau hubungan kedua variabel
lemah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 8
Hasil Test for Linearity
Variabel F Linearity Sig
Opportunity
Recognition
Entreprenurial
Self-Efficacy
Between
groups
(combined)
Linearity
Deviation
from
Linearity
0.913
10.209
0.640
0.606
0.002
0.914
Berdasarkan tabel 8, hasil uji linearitas yang telah
dilakukan dapat diasumsikan bahwa variabel entrepreneurial self-
efficacy dengan identifikasi peluang usaha (opportunity
recognition) memiliki nilai signifikansi 0.002 (p < 0.05). Hal ini
menjelaskan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang linear.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan menggunakan analisis parametrik dengan
uji Product Moment Pearson pada SPSS version 22.0 for Windows, karena
data yang diperoleh berdistribusi normal (Santoso, 2010). Menurut Pallant
(2001), jika nilai signifikansi atau p ≤ 0.05 maka hipotesis nol ditolak atau
ada hubungan yang signifikan antara dua variabel. Akan tetapi, jika nilai
signifikansi atau p ≥ 0.05 maka hipotesis nol diterima atau tidak ada
hubungan uang signifikan antara dua variabel. Budi (2006), membagi
kriteria koefisien korelasi sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Koefisien Korelasi Kategori
0.001 – 0.200 Sangat Lemah
0.201 – 0.400 Lemah
0.401 – 0.600 Cukup Kuat
0.601 – 0.800 Kuat
0.801 - 1 Sangat Kuat
Tabel 9
Hasil Uji Hipotesis
Opportunity
Recognition
Entrepreneurial
Self-Efficacy
Opportunity
Recognition
Pearson
Correlation 1 .353
Sig. (1-tailed) .000
N 86 86
Entrepreneurial
Self-Efficacy
Pearson
Correlation .353 1
Sig. (1-tailed) .000
N 86 86
Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa variabel identifikasi
peluang (opportunity recognition) dan entreprenurial self-efficacy
menunjukkan korelasi yang positif dan signifikan (n = 86; r = 0.353; p =
0.000). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi entrepreneurial self-
efficacy pada generasi milenial maka identifikasi peluang usaha
(opportunity recognition) akan semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya,
semakin rendah entrepreneurial self-efficacy pada generasi milenial maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
identifikasi peluang usaha (opportunity recognition) akan semakin rendah.
Berdasarkan kriteria koefisien korelasi, hubungan antara kedua variabel
termasuk dalam korelasi lemah (r = 0.353).
E. Pembahasan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
entrepreneurial self-efficacy dengan opportunity recognition pada
wirausahawan milenial. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
ditemukan bahwa terdapat hubungan yang lemah, positif dan signifikan antara
entrepreneurial self-efficacy dengan opportunity recognition pada
wirausahawan milenial (r = 0. 353 dan p = 0.000). Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat entrepreneurial self-efficacy maka semakin tinggi pula
tingkat opportunity recognition pada wirausahawan generasi milenial.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat tingkat entrepreneurial self-efficacy maka
semakin rendah pula tingkat opportunity recognition pada wirausahawan
generasi milenial. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut, dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara antara entrepreneurial self-
efficacy dengan opportunity recognition pada wirausahawan milenial.
Tingginya entrepreneurial self-efficacy mampu meningkatkan generasi
milenial dalam mengidentifikasi peluang usaha atau opportunity recognition.
Seperti penelitian Ozgen dan Baron (2007), bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara self-efficacy dengan opportunity recognition. Generasi
milenial memiliki karakteristik sebagai individu yang percaya diri (Ali et al.,
2016). Individu dengan self-efficacy yang tinggi akan lebih percaya diri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
akan membentuk jaringan sosial yang besar. Hal ini dapat membuat individu
mendapatkan informasi yang akan membantu mereka untuk merekognisi
peluang usaha. Selain itu, orang dengan self-efficacy yang tinggi akan merasa
yakin dan percaya bahwa mereka dapat dengan sukses mengembangkan
peluang yang telah mereka rencanakan dan hal ini akan membuat mereka
menjadi proaktif dalam mencari informasi yang juga akan membantu mereka
untuk merekognisi peluang (Gaglio & Katz, 2001, dalam Ozgen & baron,
2007).
Tingginya tingkat entrepreneurial self-efficacy dapat membuat individu
cenderung mengasosiasikan situasi sebagai sesuatu yang menantang, yang
membuat mereka mendapatkan imbalan seperti keuntungan, pengakuan
masyarakat, dan pemenuhan psikologis (Chen, 1999). Selain itu, Chen et al.,
(1998, dalam Gibbs, 2009) juga berpendapat bahwa individu dengan self-
efficacy yang tinggi akan lebih mampu untuk menemukan peluang-peluang
karena aktivitas kewirausahaan membutuhkan kepercayaan diri dari individu
agar berhasil dalam menjalankan peluang usaha. Hal ini didukung dengan
penelitian oleh Gibbs (2009) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
entrepreneurial self-efficacy dengan opportunity recognition.
Pada penelitian ini, tingkat entrepreneurial self-efficacy pada generasi
milenial tergolong tinggi. Hal ini dilihat dari data mean empirik dan mean
teoritik. Data tersebut menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar
dibandingkan dengan mean teoritik (96,41 > 71) dengan signifikansi sebesar
0,000. Hasil ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara mean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
teoritik dan mean empirik pada variabel entrepreneurial self-efficacy. Pada
penelitian ini, generasi milenial cenderung memiliki tingkat entrepreneurial
self-efficacy yang tinggi. Hal ini terjadi karena generasi milenial cenderung
sangat percaya diri (Ali et al., 2016). Chen et al. (1999) memaparkan bahwa
individu dengan tingkat entrepreneurial self-efficacy merupakan individu yang
cenderung percaya diri sehingga merasa yakin untuk melakukan tugas-tugas
kewirausahaan.
Tingginya tingkat entrepreneurial self-efficacy dapat dilihat dalam
pernyataan berikut: “Mempertanggung jawabkan ide dan keputusan”. Dalam
pernyataan ini, kebanyakan sampel menjawab dengan jawaban yakin (66,3%)
dan diikuti dengan jawaban sangat yakin (32,6%). Selain itu, pada pernyataan:
“Mengembangkan ide baru”. Dalam pernyataan ini, kebanyakan sampel
menjawab dengan jawaban yakin (50%) diikuti dengan jawaban sangat yakin
(40,7%). Kedua, pada pernyataan: “Tetap membuat keputusan walaupun
berada di situasi yang beresiko”, kebanyakan sampel menjawab dengan
jawaban yakin (52,3%) diikuti dengan jawaban sangat yakin (24,4%). Ketiga,
pada pertanyaan: “Merencanakan strategi dan mengembangkan sistem
informasi”, kebanyakan sampel menjawab dengan jawaban yakin (45,3%)
disertai dengan jawaban sangat yakin (37,2%).
Generasi milenial merupakan generasi yang lebih percaya diri dan hal
tersebut mampu meningkatkan entrepreneurial self-efficacy (Ali et al., 2016).
Selain itu, terdapat tiga pernyataan dari hasil penelitiaan yang juga sesuai
dengan karakteristik generasi milenial yang lain. Pernyataan pertama mengacu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
pada keyakinan individu dalam menemukan ide baru, pernyataan kedua
mengacu pada keyakinan individu dalam mengambil resiko, dan pernyataan
ketiga mengacu pada keyakinan individu dalam menentukan strategi dan juga
mengembangkan sistem informasi ketika menjalankan kewirausahaan. Melalui
ketiga pernyataan ini didapatkan dominasi jawaban yakin dan sangat yakin.
Hal ini terjadi karena sampel dalam penelitian ini adalah generasi milenial,
yang memiliki karakteristik sebagai generasi yang cenderung kreatif, kaya ide
dan gagasan. Selain itu, generasi ini juga cenderung berani dalam mengambil
resiko. Generasi milenial merupakan generasi yang lahir pada dunia digital dan
sosial media, sehingga generasi ini akan lebih mengembangkan sistem
informasi, contohnya dalam media online dalam menjalankan kewirausahawan
(Ali et al., 2016).
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat opportunity recognition
yang dimiliki oleh generasi milenial tergolong tinggi. Hal ini dibuktikan
dengan perbandingan antara mean teoritik dengan mean empiris. Data dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dibandingkan
dengan mean teoritik (30,17 > 20) dengan signifikansi sebesar 0,000. Hasil ini
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritik dan
mean empirik pada variabel opportunity recognition. Kuckertz, Kollmann,
Krell, & Stockmann (2017) mendefinisikan opportunity recognition sebagai
waspada terhadap peluang usaha, dengan aktif mencari dan mengumpulkan
informasi mengenai peluang usaha, berkomunikasi atau berdiskusi mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
peluang-peluang usaha, menangani kebutuhan konsumen, dan mengevaluasi
keberlangsungan kegiatan kewirausahaan.
Dalam penelitian ini, opportunity recognition yang dimiliki oleh subjek
generasi milenial tergolong tinggi. Generasi ini memiliki karakteristik sebagai
individu yang kreatif (Ali et al., 2016). Pemikiran generasi milenial yang
kreatif dapat dikaitkan dengan tingginya opportunity recognition. Menurut
Park (2005, dalam Gibbs, 2009), dalam merekognisi peluang, wirausahawan
terlebih dulu harus melalui pemikiran kreatif agar dapat membuat sebuah
inovasi baru yang dapat mempengaruhi pasar. Generasi milenial juga memiliki
karakteristik sebagaia generasi yang pandai bersosialisasi dalam komunitas dan
aktif menggunakan sosial media (Ali et al., 2016). Hal ini membuat generasi
milenial memiliki jaringan sosial yang luas. Jaringan sosial yang luas mampu
untuk meningkatkan kemampuan individu dalam mengidentifikasi peluang
(DeKoning, 2015). Hal ini dapat dilihat dari jawaban-jawaban yang dipilih
oleh subjek. Yang pertama, “Saya mencari informasi tentang ide-ide baru suatu
produk atau layanan”. Hal ini dilihat dari jawaban subjek yang menjawab
sangat setuju (45,3%) dan setuju (44,2%). Kedua, “Saya selalu mengamati
lingkungan untuk mencari peluang usaha”. Hal ini dilihat dari jawaban subjek
yang menjawab sangat setuju (43%) dan setuju (43%). Yang ketiga, “Saya
mencari informasi yang berpotensi untuk menentukan usaha”. Hal ini dilihat
dari jawaban subjek yang menjawab setuju (54,7%) dan diikuti dengan
jawaban sangat setuju (32,6%). Pernyataan-pernyataan tersebut adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
pernyataan yang mencerminkan tingkat opportunity recognition seperti
bersikap waspada, mencari informasi dan mengumpulkan informasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa entrepreneurial
self-efficacy (r = 0. 353 dan p = 0.000) memiliki hubungan yang signifikan
dengan opportunity recognition pada wirausahawan generasi milenial. Selain
itu, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa wirausahawan generasi milenial
memiliki entrepreneurial self-efficacy yang tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh
mean empiris yang lebih besar dibandingkan mean teoritis (96,41 > 71).
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa wirausahawan generasi milenial
memiliki opportunity recognition yang tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh mean
empiris yang lebih besar dibandingkan mean teoritik (96,41 > 71).
B. Keterbatasan Penelitian
Kelemahan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak dapat mengontrol
situasi dan kondisi subjek karena data yang terkumpul menggunakan metode
survey online. Hal tersebut dapat menyebabkan bias pada subjek ketika
mengerjakan survey.
C. Saran
1. Bagi Generasi Milenial
Hasil penelitian ini menunjukkan semakin tinggi entrepreneurial
self-efficacy memiliki hubungan yang signifikan pada opportunity
recognition pada wirausahawan generasi milenial. Generasi milenial
memiliki ciri-ciri seperti, kreatif, percaya diri, dan memiliki relasi sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
baik di lingkungan maupun di media sosial. Hal tersebut mampu
meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi peluang usaha.
2. Bagi Pelaku Usaha
Bagi pelaku usaha, untuk meningkatkan atau mengembangkan
peluang usaha maka pelaku usaha perlu mempertimbangkan faktor
psikologis seperti self-efficacy. Faktor seperti self-efficacy ini, mampu
meningkatkan kemampuan para pelaku usaha untuk mengidentifikasi
peluang usaha.
3. Bagi Pemerintah
Jika pemerintah ingin meningkatkan jumlah wirausahawan muda,
maka pemerintah dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk
membuat program yang melihat faktor psikologis seperti self-efficacy.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, adanya penelitian ini diharapkan peneliti
dapat menggunakan jumlah subjek yang lebih banyak dan
mempertimbangkan pengambilan data selain survey online seperti
kuesioner terbuka dengan menggunakan paper and pencil. Sehingga hasil
penelitian dapat lebih representatif dan tidak bias serta mendapatkan hasil
yang lebih kaya seperti faktor lain yang memiliki hubungan dengan
opportunity recognition.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H., Purwandi, L., Nugroho, H., Ekoputri, A, W., & Halim, T. (2016).
Indonesia 2020: The urban middle class millenials. Alvara Research
Center, 1-32.
Ardichvili, A., Cradozo, R., & Ray, S. (2003). A theory of entrepreneurial
opportunity identification and development. Journal of Business
Venturing, 18, 105-123.
Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Belajar.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Belajar.
Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of
human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press.
(Reprinted in H. Friedman [Ed.], Encyclopedia of mental health. San
Diego: Academic Press, 1998
Baron, R. A. (2004). Opportunity recognition; A cognitive perspective. Academy
of Management Best Coference Paper.
Baron, R. A., Ensley, M. D. (2006). Opportunity recognition as the detection of
meaningful patterns: Evidence from comparisons novice and
experienced entrepreneurs. Management Science, 52(9), 1331-1344.
Bisnis Tempo. (Oktober, 2018). Sandiaga dorong milenial jadi pengusaha ini
sebabnya. Diunduh dari:
https://bisnis.tempo.co/read/1140826/sandiaga-dorong-milenial-jadi-
pengusaha-ini-sebabnya
Budi, T. P. (2006). SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta:
ANDI-CV Andi Offset.
Chen, C. C., & Greene, P, G., & Crick, A. (1998). Does entrepreneurial self-
efficacy distinguish entrepreneurs from managers? Journal of
Business Venturing, 13, 295-316.
DeKoning, A. (2015). Opportunity development: A socio-cognitive perspective,
in Jerome A. Katz, Dean A. Shepherd (ed.) Cognitive approaches to
entrepreneurship research (Advances in Entrepreneurship, Firm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Emergence and Growth, 8, Emerald Group Publishing Limited, 265-
314.
Dempsey, D., & Jennings, J. (2014). Gender and entrepreneurial self-efficacy: A
learning perspective. Journal of Gender and Entrepreneurship, 6(1),
28-49.
Economy Okezone. (Maret, 2018). Jumlah wirausahawan indonesia baru 3%,
kalah dengan malaysia hingga singapura. Diunduh dari:
https://www.google.com/amp/s/economy.okezone.com/amp/2018/03/
08/320/1869496/jumlah-wirausaha-indonesia-baru-3-kalah-dengan-
malaysia-hingga-singapura
Feist, J., & Feist, G, J. (2010). Teori Kepribadian. Jakarta: Selemba Humanika.
Frinces, Z, H. (2016). Pentingnya profesi wirausaha di indonesia. Jurnal Ekonomi
& Pendidikan, 7(1), 34-57.
Gibbs, S, R. (2009). Exploring the influence of task-specific self-efficacy on
opportunity recognition perceptions and behaviours. Frontiers of
Entrepreneurship Research, (29)6, 1-15.
IDN Research Institute. (2019). Indonesia millennial report 2019. Jakarta: IDN.
Indonesia, K. P. P. P. A.., & Badan Pusat Statistik (2018). Profil Generasi
Milenial Indonesia. Kerjasama Kementrian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak dengan Badan Pusat Statistik.
Indonesia, K. P. (2017). Peluang Usaha IKM Kopi. Kementrian Perindustrian.
https://www.kemenperin.go.id/artikel/19119/Menperin:-Ekonomi-
Kuat-Jika-Wirausaha-Banyak
Krackhardt, D. (1995). Entrepreneurial opportunities in an entrepreneurial firm: A
structural approach. Baylor University, United State of America.
Kuckertz, A., Kollmann, T., Krell, Patrick., & Stockmann, C. (2017).
Understanding, differentiating, and measuring opportunity recognition
and opportunity explorer. Journal of Entrepreneurial Behaviour &
Research, 23(1), 78-97.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lancaster, L, C., & Stillman, D. (2002). When generations collide: Traditionalist,
baby boomers, generation xers, millennials: Who they are, why thet
clash, how to solve the generational puzzle at work. New York:
Harper Business.
Lim, W. L., & Xavier, S. R. (2015). Opportunity recognition framework:
Exploring technology entrepreneurs. American Journal of Economics,
5(2), 105-111.
Lindsay, N, J., & craig, J. (2002). A framework for understanding opportunity
recognition: Entrepreneurs versus private equity financiers. The
Journal of Private Equity.
Nawangpalupi, C.B., Pawitan, G., Widyarini, M., Gunawan, A., Putri, F. E., &
Iskandarsjah, T. (2016). Entrepreneurship in Indonesia: Condition and
opportunities for growth and sustainabillity. Bandung: UNPAR Press.
Noor, J. (2011). Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Desertasi dan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Medcom. (April, 2007). Kurikulum wirausaha ajarkan mahasiswa membuka
peluang bisnis. Diunduh dari:
https://www.medcom.id/ekonomi/mikro/9K5jBqBN-kurikulum-
wirausaha-ajarkan-mahasiswa-membuka-peluang-bisnis
Ozgen, E., & Baron, R. A. (2007). Social sources of information in opportunity
recognition: Effects of mentors, industry networks and professional
forums. Journal of Business Vneturing, 22, 174-192.
Pallant, J. (2001). SPSS Survival Manual: A step by step guide to data analysis
using SPSS for Windows. Buckingham: Open University Press.
Republika. (Januari, 2015). Generasi milenial perlu terjun ke dunia
entrepreneurship. Diunduh dari:
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/19/01/15/pldspy31
3-generasi-milenial-perlu-terjun-ke-dunia-entrepreneurship
Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi dari Blog Menjadi Buku.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan
perbandingan perhitungan manual & SPSS. Jakarta: Kencana
Smith, T., J., & Nichols, T. (2015). Understanding the millennial generation.
Journal of Business Diversity, 15(1), 39-47.
Stevenson, H. H. & Jarillo, J. C. (1990). A paradigm of entrepreneurship:
Entrepreneurial Management. Strategic Management Journal, 11, 17-
27.
Supraktiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Penerbit
Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif dalam
psikologi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Ucbasaran, D., Westhead, P., Wright, M., & Binks, M. (2003). Does
entrepreneurial experience influence opportunity identification? The
Journal of Private Equity, 7(1), 7-14.
Universitas Pendidikan Indonesia. (Desember, 2017). Program studi baru S1
kewirausahaan di UPI kampus tasikmalaya. Diunduh dari: http://kd-
tasikmalaya.upi.edu/artikel_program-studi-baru-s1-kewirausahaan-di-
upi-kampus-tasikmalaya_id-103.html
Wasnadi, K, P., & Manimala, M, J. (2015). Opportunity recognition skill of
entrepreneurs and its association their path to entrepreneurship and
types of innovations: An empirical investigation of SME firms. Kindai
Management Review, 3, 25-35.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 1
Ijin Adaptasi Alat Ukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
A. Ijin Adaptasi Alat Ukur Opportunity Recognition
B. Ijin Adaptasi Alat Ukur Entrepreneurial Self-Efficacy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 2
Back to Translate Skala Alat Ukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
A. Back to Translate Skala Alat Ukur Opportunity Recogition
Skala Asli Translate ke B.
Indonesia
Translate ke B. Inggris
1. I am always alert
to business
opportunities
1. Saya selalu waspada
terhadap peluang
usaha
1. I always aware to
bussinis
opportunity
2. I research
potential markets
to identify
business
opportunities
2. Saya mencari
informasi pasar
yang berpotensi
untuk menentukan
usaha
2. I always looking for
the market
information to
determine my
business
3. I search
systematically for
business
opportunities
3. Saya mencari
peluang usaha
secara terus-
menerus
3. I always seek for
market information
4. I look for
information about
new ideas on
products or
services
4. Saya mencari
informasi tentang
ide-ide baru suatu
produk atau layanan
4. I always seek for
information about
new idea of the
product and the
service
5. I regularly scan
the environment
for business
opportunities
5. Saya selalu
mengamati
lingkungan untuk
mencari peluang
usaha
5. I always looking the
environment to
seeking bussinis
opportunity
B. Back to Translate Skala Alat Ukur Entrepreneurial Self-Efficacy
Skala Asli Translate ke B.
Indonesia
Translate ke B. Inggris
1. Setting and
meeting
market share
1. Menetapkan dan
memenuhi
tujuan pasar
1. Setting and
meeting the
objectives of
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
goals
2. Setting and
meeting sales
goals
3. Setting and
meeting profit
goals
4. Establishing
product
position in the
market
5. Conducting a
market
analysis
6. Expanding
business
7. Creating new
venture and
developing
new ideas
8. Creating new
products and
services
9. Creating new
markets and
geographic
territories
10. Creating new
methods of
production,
marketing and
management
11. Reducing risk
and
uncertainty
12. Strategic
planning and
develop
information
systems
saham
2. Menetapkan dan
memenuhi
tujuan penjualan
3. Menetapkan dan
memenuhi
tujuan
pendapatan
4. Menentukan
posisi produk di
dalam pasar
5. Melakukan
analisis
pemasaran
6. Mengembangka
n bisnis
7. Menciptakan
usaha baru dan
mengembangkan
ide baru
8. Menciptakan
produk dan
pelayanan baru
9. Menciptakan
pasar dan
wilayah
geografis baru
10. Menciptakan
metode
produksi,
pemasaran dan
pengelolaan
yang baru)
11. Menurunkan
resiko dan
ketidakpastian
12. Merencanakan
strategi dan
mengembangkan
jaringan
the stock
market
2. Setting and
meeting sales
goals
3. Setting and
meeting income
goals
4. Determine the
position of the
product in the
market
5. Do marketing
analysis
6. Developing a
business
7. Creating new
business and
developing new
ideas
8. Creating new
products and
services
9. Creating new
markets and
geographical
regions
10. Creating new
production,
marketing and
management
methods
11. Reduce risk
and uncertainty
12. Planning
strategies and
developing
information
networks
13. Managing time
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
13. Managing
time by
setting goals
14. Establishing
and achieving
goals and
objective
15. Defining
organizational
roles,
responsibilitie
s, and polices
16. Taking
calculated
risks
17. Making
decisions
under
uncertainty
18. Taking
responsibility
for ideas and
decisions
19. Working
under pressure
and conflict
20. Performing
financial
analysis
21. Developing
financial
systems and
internal
controls
22. Controlling
cost
informasi
13. Mengelola
waktu dengan
menetapkan
tujuan
14. Menentukan
tujuan
pencapaian dan
sasaran
15. Menentukan
peran organisasi,
tanggung jawab
16. Memperhitungka
n resiko
17. Membuat
keputusan
dibawah
ketidakpastian
18. Mempertanggun
g jawabkan ide
dan keputusan
19. Bekerja di
bawah tekanan
dan konflik
20. Melaksanakan
susunan
keuangan dan
control internal
21. Mengembangka
n susunan
keuangan dan
kontrol internal
22. Mengontrol
biaya
by setting goals
14. Determine the
goals of
achievement
and goals
15. Determine
organizational
roles,
responsibilities
and policies
16. Taking into
account risks
17. Make a
decision under
uncertainty
18. Taking
responsibility
for ideas and
decisions
19. Working under
pressure and
conflict
20. Implementing
financial
arrangements
and internal
control
21. Develop
financial
arrangements
and internal
controls
22. Control cost
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 3
Skala Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
SKALA PENELITIAN TUGAS AKHIR
Dengan Hormat,
Perkenalkan saya Regina Dyah Irma Larasaty merupakan mahasiswa tingkat akhir
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang sedang
melakukan penelitian guna memenuhi syarat kelulusan. Oleh sebab itu, saya
meminta kesediaannya untuk mengisi skala penelitian ini.
Skala ini terdiri dari 2 (dua) bagian, masing-masing bagian memiliki pernyataan.
Saudara/i dimohon untuk mengisi pernyataan tersebut secara jujur dan sesuai
dengan keadaan yang saudara/i alami.
1. Data Peneliti
Nama : Regina Dyah Irma Larasaty
Email : [email protected]
2. Kriteria Partisipan
a. Berusia 20-38 tahun (1981-1999)
b. Sedang melakukan kegiatan berwirausaha di Yogyakarta
c. Minimal telah berwirausaha selama 1 (satu) tahun
3. Kerahasiaan Data
Setiap data diri dan jawaban yang telah diberikan akan dijaga
kerahasiaannya dengan kode etik psikologi dan data hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian tanpa ditampilkan atau dipublikasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
*Required
Nama Inisial*
............................
Usia*
............................
Jenis Kelamin*
............................
Jenis Usaha (food, beverages, clothing, digital, pertanian, dll)
............................
Tahun Berdiri Usaha
............................
Nomor Telepon
............................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAGIAN PERTAMA
Berikut adalah 5 pernyataan-pernyataan mengenai wirausaha. Mohon
saudara/i memilih salah satu jawaban yang mewakili keadaan saudara/i
yang sesungguhnya dan menjawab secara spontan dan jujur.
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Agak
Tidak
Setuju
Netral Agak
Setuju Setuju
Sangat
Setuju
6. Saya selalu waspada
terhadap peluang
usaha
❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5 ❑6 ❑7
7. Saya mencari
informasi pasar yang
berpotensi untuk
menentukan usaha
❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5 ❑6 ❑7
8. Saya mencari
peluang usaha secara
terus-menerus
❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5 ❑6 ❑7
9. Saya mencari
informasi tentang
ide-ide baru suatu
produk atau layanan
❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5 ❑6 ❑7
10. Saya selalu
mengamati
lingkungan untuk
mencari peluang
usaha
❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5 ❑6 ❑7
BAGIAN KEDUA
Berikut ini adalah peran-peran dan tugas-tugas yang kebanyakan pemilik
usaha atau manajer sering lakukan. Akan tetapi setiap individu mungkin
merasakan perbedaan derajat kenyamanan dalam melakukan peran-peran
dan tugas-tugas dibawah ini. Mohon nilai seberapa yakin anda melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
secara baik peran-peran dan tugas-tugas yang tertera dibawah ini.
Sangat
Tidak
Yakin
Tidak
Yakin Netral Yakin
Sangat
Yakin
1. Menetapkan dan
memenuhi tujuan target
pasar ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
2. Menetapkan dan
memenuhi target
penjualan
❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
3. Menetapkan dan
memenuhi target
keuntungan
❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
4. Menentukan posisi
produk di dalam pasar ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
5. Melakukan analisis
pemasaran ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
6. Melakukan
pengembangan bisnis ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
7. Menciptakan usaha baru ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
8. Mengembangkan ide
baru ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
9. Menciptakan produk dan
pelayanan baru ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
10. Menciptakan pasar ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
11. Menciptakan wilayah
pemasaran baru ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
12. Menciptakan pengelolaan
metode produksi ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
13. Menurunkan resiko dan
ketidakpastian ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
14. Merencanakan strategi
dan mengembangkan
sistem informasi
❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
15. Mengelola waktu dengan
menetapkan target ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
16. Menentukan target
pencapaian dan sasaran ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
17. Menentukan jabatan,
tanggung jawab dan
kebijakan dalam usaha
saya
❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
18. Memperhitungkan
resiko-resiko yang
mungkin muncul
❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
19. Dalam situasi yang tidak
pasti dan beresiko, tetap
membuat keputusan
❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
20. Mempertanggung
jawabkan ide dan
keputusan
❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
21. Bekerja di bawah
tekanan dan konflik ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
22. Melakukan analisis
keuangan ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
23. Mengembangkan sistem
dan kontrol keuangan ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
24. Mengontrol biaya
pengeluaran ❑1 ❑2 ❑3 ❑4 ❑5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 4
Reliabilitas Skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
A. Tabel Uji Reliabilitas Skala Opportunity Recognition Sebelum Uji Coba
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Aitems
,750 5
Aitem-Total Statistics
Scale Mean if
Aitem Deleted
Scale
Variance if
Aitem Deleted
Corrected
Aitem-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Aitem Deleted
aitem
1 24,0952 7,475 ,552 ,695
aitem
2 23,8413 8,910 ,657 ,675
aitem
3 23,7460 9,386 ,469 ,724
aitem
4 23,7937 9,070 ,534 ,704
aitem
5 24,7778 7,369 ,484 ,735
B. Tabel Uji Reliabilitas Skala Entrepreneurial Self-Efficacy Sebelum Uji
Coba
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Aitems
,907 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Aitem-Total Statistics
Scale Mean
if Aitem
Deleted
Scale
Variance if
Aitem
Deleted
Corrected
Aitem-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Aitem
Deleted
aitem1 90,9683 117,580 ,372 ,906
aitem2 90,5873 120,698 ,326 ,906
aitem3 91,0476 115,143 ,481 ,903
aitem4 90,9365 115,189 ,420 ,905
aitem5 90,6508 117,715 ,481 ,904
aitem6 90,8889 114,713 ,526 ,903
aitem7 91,1111 117,358 ,370 ,906
aitem8 91,0000 115,774 ,473 ,904
aitem9 91,1746 111,695 ,591 ,901
aitem10 90,7619 115,378 ,467 ,904
aitem11 90,7778 114,369 ,622 ,901
aitem12 91,3016 114,859 ,321 ,909
aitem13 90,9683 113,418 ,679 ,900
aitem14 90,9683 115,031 ,501 ,903
aitem15 91,1587 116,426 ,364 ,906
aitem16 91,1746 108,695 ,684 ,899
aitem17 90,6508 113,747 ,595 ,901
aitem18 90,9365 118,706 ,265 ,908
aitem19 91,0159 113,048 ,636 ,900
aitem20 90,8254 113,824 ,584 ,901
aitem21 91,1111 111,358 ,637 ,900
aitem22 90,9365 110,222 ,796 ,897
aitem23 90,7937 113,683 ,596 ,901
aitem24 91,0635 111,867 ,637 ,900
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
C. Tabel Uji Reliabilitas Skala Opportunity Recognition Sesudah Uji Coba
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Aitems
.726 5
Aitem-Total Statistics
Scale Mean
if Aitem
Deleted
Scale
Variance if
Aitem
Deleted
Corrected
Aitem-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Aitem
Deleted
aitem
1 24.2209 6.598 .501 .675
aitem
2 23.9884 7.565 .577 .658
aitem
3 23.8488 7.871 .446 .696
aitem
4 23.9419 7.397 .522 .669
aitem
5 24.6977 6.143 .470 .702
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
D. Tabel Uji Reliabilitas Skala Entrepreneurial Self-Efficacy Sesudah Uji
Coba
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Aitems
.906 24
Aitem-Total Statistics
Scale Mean
if Aitem
Deleted
Scale
Variance if
Aitem
Deleted
Corrected
Aitem-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Aitem
Deleted
aitem1 92.4884 111.382 .373 .905
aitem2 92.1047 114.283 .289 .906
aitem3 92.5581 108.908 .487 .903
aitem4 92.3953 107.865 .480 .904
aitem5 92.2558 111.487 .421 .904
aitem6 92.3837 108.898 .490 .903
aitem7 92.5116 108.512 .487 .903
aitem8 92.4884 108.347 .518 .903
aitem9 92.5814 106.858 .515 .903
aitem10 92.2791 108.321 .522 .902
aitem11 92.3256 109.352 .536 .902
aitem12 92.6744 109.069 .313 .909
aitem13 92.5349 108.158 .585 .901
aitem14 92.4535 107.263 .568 .901
aitem15 92.5930 108.715 .441 .904
aitem16 92.6860 104.006 .645 .899
aitem17 92.1977 107.525 .600 .901
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
aitem18 92.4302 112.272 .284 .907
aitem19 92.5000 106.912 .616 .901
aitem20 92.3140 108.877 .510 .903
aitem21 92.5116 106.841 .557 .902
aitem22 92.4302 104.460 .776 .897
aitem23 92.2674 106.716 .635 .900
aitem24 92.4651 104.840 .675 .899
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 5
Hasil Uji Asumsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
0
2
4
6
8
10
12
Fre
ku
ensi
A. Uji Normalitas Entrepreneurial Self-Efficacy dengan Opportunity
Recognition
Test of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
opportunityreg .113 86 .090
eselfefficacy .074 86 .200*
20.00 22.50 25.00 27.50 30.00 32.50 35.00
Opportunity Recognition
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Fre
ku
ensi
0
B. Uji Linearitas Entrepreneurial Self-Efficacy dengan Opportunity
Recognition
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Opportunity
Recognition
Entrepreneurial
Self-Efficacy
Between
Groups
(Combine
d) 311,413 32 9,732 ,913 ,606
Linearity 76,623 1 76,623
10,2
09 ,002
Deviation
from
Linearity
234,790 31 7,574 ,640 ,914
Within Groups 458,333 30 15,278
Total 769,746 62
70.00 80.00 90.00 100.00 110.00 120.00
Entreprenurial Self-Efficacy
5
10
15
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 6
Hasil Uji Hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Uji Hipotesis Entrepreneurial Self-Efficacy dengan Opportunity Recognition
Opportunity
regconition
Entreprene
urial Self-
Efficacy
Opportunity
regconition
Pearson
Correlation 1 .353
**
Sig. (1-tailed) .000
N 86 86
Entrepreneur
ial Self-
Efficacy
Pearson
Correlation .353
** 1
Sig. (1-tailed) .000
N 86 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 7
Analisis Tambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Analisis Data Tambahan Lama Usaha Berdiri
One-Sample Statistics
N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
opr 86 30.1744 3.22560 .34783
lamausaha 86 2.3256 2.19326 .23651
One-Sample Test
Test Value = 0
t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
opr 86.752 85 .000 30.17442 29.4828 30.8660
Lama
usaha 9.833 85 .000 2.32558 1.8553 2.7958
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI