hubungan antara pola asuh otoritatif orang tua...

188
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK USIA 9 SAMPAI 11 TAHUN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh: Stephina Valencia Harda Sutejo 139114022 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF ORANG

TUA DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK USIA 9

SAMPAI 11 TAHUN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Stephina Valencia Harda Sutejo

139114022

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

HALAMAN MOTTO

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai

kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.

(Matius 6 : 34)

Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putusnya dipukul ombak.

Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan

gelombang itu.

(Marcus Aurelius)

Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan

dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi

menciptakan kasih.

(Lao Tse)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai,

memberkati, dan memberikan pertolongan.

Papi, Mami, dan Fani yang selalu mendukung dan memberikan semangat.

Kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses

pengerjaan tugas skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA

DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK USIA 9 SAMPAI 11

TAHUN

Stephina Valencia Harda Sutejo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan

kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai 11 tahun. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat

hubungan yang positif antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia

9 sampai 11 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian

korelasional. Responden dalam penelitian ini adalah 133 siswa. Metode pengumpulan data

menggunakan skala pola asuh otoritatif orang tua dan skala kompetensi sosial. Koefisien reliabilitas

skala pola asuh otoritatif orang tua sebesar 0,774, sedangkan koefisien reliabilitas skala kompetensi

sosial sebesar 0,705. Teknik analisis yang digunakan adalah Spearman’s rho. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif orang tua

dengan kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai 11 tahun. Hasil uji korelasi Spearman’s rho

menunjukkan koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,368 dengan taraf signifikansi 0,000

(p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin positif pola asuh otoritatif orang tua, maka

kompetensi sosial akan meningkat.

Kata kunci : pola asuh otoritatif orang tua, kompetensi sosial, anak usia 9 sampai 11 tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

CORRELATION BETWEEN AUTHORITATIVE PARENTING AND SOCIAL

COMPETENCE AMONG 9 TO 11 YEARS OLD CHILDREN

Stephina Valencia Harda Sutejo

ABSTRACT

This study aimed to examine the correlation between authoritative parenting and social competence

among 9 to 11 years old children. The hypothesis of this study was a positive relationship between

authoritative parenting and social competence among 9 to 11 years old children. This study was a

quantitative methods using correlational study. Participants of this study were 133 students. Data

were collected using authoritative parenting scale and social competence scale. The reliability

coefficient of authoritative parenting scale is 0,774, while the reliability coefficient of social

competence scale is 0,705. The analysis technique used in this study was spearman’s rho

correlation. The result shows that there is a positive and significant correlation between

authoritative parenting and social competence among 9 to 11 years old children. The result of

Spearman’s rho correlation shows the correlation coefficient is 0,368 with a significance level of

0,000 (p<0,05). This data means the positive authoritative parenting, the better social competence.

Keywords : authoritative parenting, social competence, 9 to 11 years old children

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat dan pernyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi di

Universitas Sanata Dharma. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati dan menyertai penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma dan juga sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.

Terima kasih atas bimbingan, bantuan, dan kesabaran yang telah Ibu berikan

kepada penulis.

3. Ibu Monica E. Madyaningrum, M.Psych., PhD. selaku Ketua Program Studi

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M., M.Si. dan Bapak Minta Istono, M.Si. selaku

Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan dukungan kepada

penulis selama menjalani perkuliahan.

5. Bapak/Ibu dosen dan staf karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma yang telah banyak memberikan pengetahuan serta pengalaman

kepada penulis.

6. Kepala SDN Timbulharjo, SD Budya Wacana, SD BOPKRI Gondolayu,

SDN Serayu yang telah memberikan izin untuk penulis melakukan

penyebaran skala.

7. Seluruh responden yang telah membantu.

8. Papi, Mami, dan Fani yang selalu memberikan semangat dan dukungan

kepada penulis.

9. Teman-teman sekelompok bimbingan skripsi Putri, Sonya, Tia, Monic yang

telah membantu dan mendukung penulis.

10. Teman-teman penulis semasa kuliah Nana, Visky, Jeje, Andina, Syifa, Aji

yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING........................................ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iii

HALAMAN MOTTO.............................................................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................vi

ABSTRAK.............................................................................................................vii

ABSTRACT............................................................................................................viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH............................ix

KATA PENGANTAR..............................................................................................x

DAFTAR ISI..........................................................................................................xii

DAFTAR TABEL..................................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xvi

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................1

A. LATAR BELAKANG MASALAH.............................................................1

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................10

C. TUJUAN PENELITIAN............................................................................10

D. MANFAAT PENELITIAN........................................................................10

1. Manfaat Teoritis...................................................................................10

2. Manfaat Praktis.....................................................................................10

BAB II. LANDASAN TEORI................................................................................12

A. KOMPETENSI SOSIAL............................................................................12

1. Definisi Kompetensi Sosial..................................................................12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

2. Aspek-aspek Kompetensi Sosial...........................................................13

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kompetensi Sosial..........................18

B. POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA .............................................28

1. Definisi Pola Asuh................................................................................28

2. Definisi Pola Asuh Otoritatif Orang tua................................................29

3. Aspek-aspek Pola Asuh Otoritatif Orang tua........................................31

C. ANAK USIA 9 SAMPAI 11 TAHUN........................................................33

1. Definisi Anak Usia 9 Sampai 11 Tahun................................................33

2. Karakteristik Anak Usia 9 Sampai 11 Tahun........................................34

D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF

ORANG TUA DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK USIA

9 SAMPAI 11 TAHUN..............................................................................37

E. SKEMA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF

ORANG TUA DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK USIA

9 SAMPAI 11 TAHUN..............................................................................44

F. HIPOTESIS................................................................................................45

BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................46

A. JENIS PENELITIAN.................................................................................46

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN............................................46

1. Variabel Bebas.....................................................................................46

2. Variabel Tergantung.............................................................................46

C. DEFINISI OPERASIONAL.......................................................................46

1. Pola Asuh Otoritatif Orang tua.............................................................46

2. Kompetensi Sosial................................................................................47

D. RESPONDEN PENELITIAN....................................................................48

E. METODE PENGUMPULAN DATA........................................................48

1. Penyusunan Blue Print.........................................................................48

2. Penulisan Item......................................................................................50

3. Review dan Revisi Item........................................................................51

4. Penghitungan Validitas Isi....................................................................51

5. Uji Coba Pendahuluan..........................................................................54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

6. Uji Coba Alat Ukur...............................................................................55

F. PEMERIKSAAN RELIABILITAS ALAT UKUR PENELITIAN............61

G. METODE ANALISIS DATA....................................................................61

1. Uji Asumsi............................................................................................61

1.1. Uji Normalitas...............................................................................61

1.2. Uji Linearitas.................................................................................62

2. Uji Hipotesis.........................................................................................62

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................64

A. HASIL PENELITIAN................................................................................64

1. Pelaksanaan Penelitian.........................................................................64

2. Deskripsi Responden............................................................................65

3. Deskripsi Data Penelitian.....................................................................66

3.1. Mean Empiris dan Mean Teoritik..................................................66

3.2.Kategorisasi Skala..........................................................................67

4. Reliabilitas Data Penelitian...................................................................69

5. Hasil Uji Asumsi...................................................................................70

5.1. Uji Normalitas...............................................................................70

5.2.Uji Linearitas..................................................................................70

6. Hasil Uji Hipotesis...............................................................................71

7. Analisis Tambahan...............................................................................72

B. PEMBAHASAN........................................................................................72

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................77

A. KESIMPULAN..........................................................................................77

B. KETERBATASAN PENELITIAN............................................................77

C. SARAN......................................................................................................78

1. Bagi Peneliti Selanjutnya......................................................................78

2. Bagi Orang tua......................................................................................78

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................79

LAMPIRAN...........................................................................................................83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Pola Asuh Otoritatif Orang Tua................................... 49

Tabel 2. Blue Print Skala Kompetensi Sosial........................................................50

Tabel 3. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban.......................................................51

Tabel 4. Distribusi Item Skala Pola Asuh Otoritatif Orang Tua (sebelum uji

coba).........................................................................................................53

Tabel 5. Distribusi Item Skala Kompetensi Sosial (sebelum uji coba)....................54

Tabel 6. Distribusi Item Pola Asuh Otoritatif Orang Tua Sebelum Uji Coba..........57

Tabel 7. Distribusi Item Pola Asuh Otoritatif Orang Tua Setelah Uji Coba............58

Tabel 8. Distribusi Item Kompetensi Sosial Sebelum Uji Coba..............................59

Tabel 9. Distribusi Item Kompetensi Sosial Setelah Uji Coba................................60

Tabel 10. Data Responden Penelitian….................................................................65

Tabel 11. Deskripsi Data Penelitian........................................................................66

Tabel 12. Norma Kategorisasi Dan Tingkat Pola Asuh Otoritatif Orang Tua.........68

Tabel 13. Norma Kategorisasi Dan Tingkat Kompetensi Sosial.............................68

Tabel 14. Hasil Reliabilitas Data Penelitian............................................................69

Tabel 15. Hasil Uji Normalitas...............................................................................70

Tabel 16. Hasil Uji Linearitas.................................................................................71

Tabel 17. Hasil Uji Hipotesis..................................................................................71

Tabel 18. Koefisien Determinasi Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dengan

Kompetensi Sosial..................................................................................72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Form Penilaian dan Inform Consent Validitas Isi Pola Asuh

Otoritatif Orang Tua..........................................................................84

Lampiran 2. Form Penilaian dan Inform Consent Validitas Isi Kompetensi

Sosial.................................................................................................97

Lampiran 3. Perhitungan IVI-I dan IVI-S Variabel Pola Asuh Otoritatif Orang

Tua...................................................................................................107

Lampiran 4. Perhitungan IVI-I dan IVI-S Variabel Kompetensi Sosial................110

Lampiran 5. Skala Uji Coba Pola Asuh Otoritatif Orang Tua...............................114

Lampiran 6. Skala Uji Coba Kompetensi Sosial...................................................122

Lampiran 7. Uji Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Pola Asuh Otoritatif Orang

Tua Uji Coba....................................................................................129

Lampiran 8. Uji Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Kompetensi Sosial Uji

Coba................................................................................................135

Lampiran 9. Skala Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial

Pengambilan Data............................................................................144

Lampiran 10. Reliabilitas Data Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi

Sosial Pengambilan Data...............................................................153

Lampiran 11. Uji Normalitas Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi

Sosial.............................................................................................155

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

Lampiran 12. Uji Linearitas Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi

Sosial.............................................................................................157

Lampiran 13. Uji Hipotesis Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi

Sosial.............................................................................................159

Lampiran 14. Uji One Sample T-Test Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan

Kompetensi Sosial.........................................................................161

Lampiran 15. Skor Maksimum dan Skor Minimum Pola Asuh Otoritatif Orang

Tua dan Kompetensi Sosial...........................................................163

Lampiran 16. Surat Izin dan Keterangan Penelitian..............................................165

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kekerasan banyak terjadi di berbagai tempat. Tidak hanya di rumah, di

tempat kerja, dan di lingkungan masyarakat, tetapi juga terjadi di lingkungan

sekolah. Kekerasan dapat terjadi baik dalam bentuk verbal maupun non verbal.

Salah satu bentuk kekerasan adalah bullying. Menurut Setyawan (2014),

berdasarkan data yang diperoleh dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia

(KPAI), kasus bullying berada pada peringkat teratas dalam pengaduan

masyarakat. Menurut KPAI, bullying merupakan bentuk kekerasan di sekolah,

yang mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun juga

pungutan liar. Terdapat 369 pengaduan terkait kasus bullying yang terjadi dari

tahun 2011 sampai Agustus 2014 di Indonesia. Jumlah tersebut 25% dari total

pengaduan pada bidang pendidikan yang sebanyak 1.480 kasus.

Kasus kekerasan yang dilakukan anak sekolah dasar kepada temannya

juga terjadi di Bukittinggi. Kekerasan tersebut terlihat dari isi video yang

beredar mengenai anak yang dipukul oleh teman-temannya (Hermawan, 2014).

Selain itu, kasus kenakalan anak sekolah dasar juga terjadi di Sukabumi. Kasus

tersebut terjadi adanya perkelahian yang sampai mengakibatkan korban

meninggal dunia (Safutra, 2017). Kekerasan dan kenakalan tersebut

merupakan suatu perilaku agresi yang dilakukan anak. Agresi memiliki

hubungan pada masalah terhadap kompetensi sosial (Coie & Dodge; Coie,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

Dodge, & Kupersmidt, dalam Semrud-Clikeman, 2007). Menurut McGee dan

Williams (dalam Semrud-Clikeman, 2007) masalah yang terkait kesedihan,

kecemasan, agresi, serta perilaku pada masa kanak-kanak yang kemudian

berlanjut hingga remaja terkait dengan kesulitan pada kompetensi sosial di

masa remaja. Crick & Dodge (dalam Semrud-Clikeman, 2007) mengatakan

bahwa perilaku agresif berhubungan dengan masalah dalam fungsi sosial dan

juga pemrosesan informasi. Pada pengolahan informasi sosial, remaja yang

agresif mengalami kesulitan, hal itu disebabkan karena dirinya tidak mampu

untuk memecahkan masalah sosial dengan menggunakan strategi maupun

kemampuan bahasa. Remaja yang salah dalam memproses suatu informasi,

maka dirinya tidak mampu dalam memecahkan masalah serta tidak mampu

untuk menyesuaikan perilaku terhadap suatu situasi. Menurut Orpinas dan

Horne (2006), kemampuan untuk memecahkan masalah merupakan hal penting

dalam kognisi serta dapat memiliki pengaruh terhadap kompetensi sosial.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nation, Vieno, Perkins, dan

Santinello (2008), salah satu penyebab terjadinya bullying di sekolah adalah

kurangnya kompetensi sosial. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh

Houbre, Tarquinio, Thuillier, dan Hergott (2006) pada responden siswa

sekolah dasar, didapati hasil bahwa pengendalian diri, kompetensi sosial,

penampilan fisik, dan harga diri pada pelaku atau korban bullying memiliki

nilai terendah dibandingkan dengan kemampuan atletik. Selain itu, hasil

penelitian yang dilakukan oleh Garner dan Hinton (2010) pada siswa kelas

kelas tiga sampai kelas lima yang berusia 7 sampai 11 tahun didapati hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

bahwa bullying memiliki hubungan yang negatif terhadap regulasi emosi diri.

Hasil penelitian mengenai agresi yang dilakukakan pada siswa kelas tiga

hingga kelas enam sekolah dasar oleh Schoffstall dan Cohen (2011)

menunjukkan bahwa cyber aggression memiliki hubungan dengan kompetensi

sosial yang negatif. Selain itu, cyber aggression terkait dengan tingginya

tingkat kesepian, rendahnya harga diri global, optimisme pada teman sebaya

yang rendah, jumlah persahabatan timbal balik yang semakin sedikit,

rendahnya penerimaan sosial, serta popularitas yang rendah. Berdasarkan

fenomena dan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah satu

faktor yang dapat menimbulkan bullying dan agresi adalah kurangnya

kompetensi sosial.

Berdasarkan kasus-kasus tersebut, dapat diketahui bahwa anak yang

melakukan agresi merupakan siswa sekolah dasar, sehingga pada kasus-kasus

tersebut menunjukkan pentingnya kompetensi sosial pada siswa sekolah dasar.

Kompetensi sosial merupakan suatu hal yang penting untuk kesehatan mental,

penyesuaian pribadi, serta keberhasilan sosial ataupun akademik pada kanak-

kanak awal hingga dewasa (Boyum & Parke; Mendes, McDermott, &

Fantuzzo, dalam Chae & Lee, 2011). Anak usia dini yang tidak membentuk

keterampilan sosial secara tepat, maka dapat menunjukkan negatifnya pola

dalam kompetensi sosial yang berakibat pada risiko awal dalam masalah

penyesuaian yang kronis (von Klitzing, Stadelmann, & Perren, dalam Chae &

Lee, 2011). Selain itu, menurut Voeller (dalam Semrud-Clikeman, 2007)

mengatakan penurunan kompetensi sosial terkait dengan agresi dan tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

mampu untuk mengatur dirinya. Hal ini yang membuat peneliti ingin meneliti

mengenai kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah pengetahuan dan

kemampuan seseorang untuk membangun dan berinteraksi dengan orang lain

secara positif (Orpinas & Horne, 2006; Semrud-Clikeman, 2007; Upton, 2012).

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kompetensi sosial, yaitu

pola asuh orang tua (Akhtar, Malik, & Begeer, 2016; Chae & Lee, 2011; Garcia

& Gracia, 2009; Jabagchourian, Sorkhabi, Quach, dan Strage, 2014; Kazemi,

Ardabili, & Solokian, 2010; Ren & Edwards, 2015); kelekatan (attachment)

(Booth-Laforce, Oh, Kim, Rubin, Rose-Krasnor, & Burgess, 2006); dukungan

dari guru (Camodeca, Caravita, & Coppola, 2015; Elias, & Haynes, 2008),

dukungan orang tua (Burt, Obradović, Long, Masten, 2008), dan regulasi emosi

(Penela, 2013). Di antara beberapa faktor tersebut, pada penelitian ini peneliti

akan meneliti pola asuh orang tua. Hal ini dikarenakan pola asuh yang berbeda-

beda yang berasal dari orang tua memiliki hubungan terhadap perilaku serta

sifat kepribadian yang juga berbeda-beda pada anak (Baumrind; Maccoby &

Martin, dalam Ormrod, 2009). Orang tua merupakan faktor yang penting

karena sebagian besar waktu yang dimiliki anak dihabiskan di dalam rumah,

sehingga anak lebih sering berinteraksi dengan orang tua. Selain itu, orang tua

memiliki peran yang penting dalam kehidupan anak. Menurut Santrock (2007),

peran orang tua seperti melihat orang tua sebagai seorang manajer dalam

kehidupan anak. Peran tersebut diantaranya menentukan sekolah untuk anak,

memberitahu anak mengenai pakaian yang akan digunakan serta membuat

kegiatan untuk anak setelah pulang sekolah. Peran manajerial tersebut penting

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

untuk perkembangan sosioemosional anak, seperti orang tua dapat mengatur

anak ketika melakukan kontak sosial bersama teman sebaya, serta orang

dewasa (Parke; Parke & Buriel, dalam Santrock, 2007). Peran lainnya seperti

pemantauan yang efektif pada anak, seperti mengawasi tempat sosial yang

dipilih anak, pilihan aktivitas dari anak, dan juga teman yang anak pilih

(Santrock, 2007).

Menurut Berk (2010), pola asuh adalah perilaku pengasuhan yang

terjadi melalui suatu rentang situasi yang menimbulkan suasana pengasuhan

yang berkepanjangan. Baumrind (dalam Santrock, 2012) mengatakan bahwa

terdapat 4 pola asuh orang tua, yaitu otoritarian (authoritarian), otoritatif

(authoritative), melalaikan (neglectful), dan memanjakan (indulgent). Pola

asuh otoritarian (authoritarian) adalah pola pengasuhan yang tidak

memberikan kesempatan anak untuk berbicara dan juga memberikan batasan,

hukuman serta kendali secara tegas kepada anak. Pola asuh otoritatif

(authoritative) adalah pola asuh yang memberikan peluang kepada anak untuk

berbicara dan mendorong anak supaya mandiri, tetapi memberikan batasan dan

juga kendali kepada anak. Pola asuh melalaikan (neglectful) adalah kehidupan

anak yang berjalan tanpa ada keterlibatan sama sekali dari orang tua. Pola asuh

memanjakan (indulgent) adalah orang tua yang kurang dalam memberikan

tuntutan dan kendali, namun masih terlibat dalam memberikan pengasuhan.

Beberapa penelitian menemukan ada pengaruh pola asuh dengan

kompetensi sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Akhtar, Malik, dan Begeer

(2016) mendapatkan hasil bahwa pengasuhan ayah dan ibu berkorelasi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

dimensi kompetensi sosial anak. Penelitian yang dilakukan oleh Garcia dan

Gracia (2009) menunjukkan bahwa remaja dengan orang tua indulgent

(memanjakan) memiliki kecenderungan yang lebih positif pada kompetensi

personal daripada remaja dari keluarga dengan pola asuh authoritarian

(otoriter) dan neglectful (melalaikan). Remaja dengan orang tua authoritative

(otoritatif) mendapatkan hasil yang lebih positif daripada remaja dengan orang

tua authoritarian (otoriter) pada kompetensi sosial. Jabagchourian, Sorkhabi,

Quach, dan Strage (2014) menemukan bahwa pola asuh otoritatif ibu memiliki

korelasi positif dan signifikan dengan nilai anak, kompetensi sosial,

pengambilan perspektif, dan pengaturan diri dan berkorelasi negatif dengan

agresi anak-anak. Pola asuh otoritatif ayah berpengaruh secara signifikan dan

positif terhadap keterlibatan akademis, kompetensi sosial, dan pengambilan

perspektif anak-anak.

Penelitian lain dari Ren dan Edwards (2015) menemukan bahwa pola

asuh otoritatif berhubungan positif dengan kompetensi sosial anak-anak,

sedangkan pola asuh otoriter berhubungan negatif dengan kompetensi sosial

anak-anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kazemi, Ardabili, dan

Solokian (2010), ibu yang menggunakan teknik pengasuhan permisif dan

otoritatif cenderung menunjukkan kompetensi sosial anaknya yang lebih tinggi

daripada gaya pengasuhan ibu otoriter dan melalaikan. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Chae dan Lee (2011) menunjukkan bahwa perilaku pengasuhan

ayah yang dipengaruhi oleh kelekatan masa anak-anak para ayah memiliki

dampak langsung pada kompetensi sosial anak laki-laki. Selain itu, perilaku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

pengasuhan para ayah memiliki dampak langsung pada kompetensi sosial anak

perempuan.

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah usia responden yang akan digunakan dalam penelitian ini. Meskipun

pada penelitian serupa sebelumnya tersebut pernah meneliti responden dengan

usia 11 tahun, tetapi hanya pada responden perempuan dengan pola asuh ibu.

Selain itu, pada penelitian sebelumnya meneliti menggunakan responden

remaja, orang tua, dan siswa kelas V sekolah dasar. Siswa kelas V sekolah

dasar yang digunakan pada penelitian sebelumnya berada di California,

sehingga peneliti ingin meneliti pada responden usia anak pertengahan yang

berusia 9 sampai 11 tahun serta menggunakan responden siswa laki-laki dan

perempuan dengan pola asuh orang tua (ayah dan ibu) di Indonesia, khususnya

di Yogyakarta. Adanya perbedaan budaya yang digunakan pada penelitian

sebelumnya dengan budaya di Indonesia inilah yang membuat peneliti tertarik

melakukan penelitian ini. Menurut Morris (dalam Brooks, 2011) budaya

merupakan nilai, adanya keyakinan, cara pandang seseorang, ritual, serta

institusi yang berasal dari suatu kelompok atau populasi. Budaya memberikan

tempat dalam perkembangan seperti latar belakang dalam hal fisik dan juga

sosial untuk orang tua serta anak, karakter psikologis yang digunakan orang

tua serta anak, dan perilaku yang ditetapkan untuk anggota keluarga (Harkness

& Super, dalam Brooks, 2011). Menurut Brooks (2011) budaya memengaruhi

aktivitas dalam pengasuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti mengenai hubungan

antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia

9 sampai 11 tahun. Pola asuh otoritatif orang tua dipilih dikarenakan pola asuh

tersebut dianggap lebih baik dibandingkan dengan pola asuh yang lainnya

dalam hal mengasuh anak. Menurut J. M. T. Walker dan Hoover-Dempsey

(dalam Ormrod, 2009) mengatakan bahwa anak yang mendapatkan

pengasuhan otoritatif akan terlihat gembira, memiliki semangat, percaya diri,

serta mandiri. Anak dapat lebih mudah dalam menjalin hubungan pertemanan,

mempunyai keterampilan sosial, memiliki kepedulian dengan hak dan juga

kebutuhan orang lain, serta memiliki motivasi untuk berprestasi. Selain itu,

pada hasil penelitian sebelumnya, pola asuh otoritatif orang tua memiliki

pengaruh dengan kompetensi sosial. Akan tetapi, responden yang digunakan

pada penelitian sebelumnya adalah orang tua, remaja, anak perempuan berusia

11 tahun dengan pola asuh ibu, dan siswa sekolah dasar kelas V di California,

sehingga peneliti ingin meneliti pada responden lain yaitu, anak yang berusia

9 sampai 11 tahun pada laki-laki dan perempuan yang tergolong pada tahap

perkembangan usia pertengahan yang dilakukan di Indonesia, secara khusus di

Yogyakarta serta pola asuh yang digunakan pada penelitian ini adalah pola

asuh orang tua (ayah dan ibu). Pola asuh otoritatif orang tua yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah pola asuh otoritatif orang tua yang

dipersepsi anak. Persepsi adalah proses mengatur, memberikan makna serta

menginterpretasi informasi sensorik melalui stimulus yang bersumber dari cara

pandang seseorang memandang orang lain serta lingkungan di sekitarnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

menggunakan indra yang dimilikinya (Beebe, Beebe, & Redmond, 2011;

DeVito, 2011; Halonen & Santrock, 1999; Hybels & Weaver, 2004; King,

2010; Santrock, 2012).

Responden yang ingin peneliti teliti adalah anak usia 9 sampai 11 tahun.

Peneliti ingin meneliti anak pada usia tersebut dikarenakan pada rentang usia

ini, anak berada pada kategori industri versus rasa rendah diri di periode

psikososial Erikson (dalam Feist & Feist, 2010). Menurut Erikson (dalam Feist

& Feist, 2010) pada periode perkembangan tersebut, anak belajar untuk dapat

bekerja serta bermain pada suatu aktivitas yang nantinya anak dapat memiliki

kemampuan untuk bekerja dan dapat belajar mengenai suatu aturan sehingga

dirinya dapat bekerja sama dengan orang lain. Hal tersebut dapat

mengembangkan rasa industri seperti kesungguhan, keinginan untuk

melakukan sesuatu, dan menyelesaikan suatu pekerjaan dalam dirinya. Akan

tetapi, saat anak tidak dapat melakukan suatu pekerjaan dengan baik dalam

mencapai tujuan, maka anak akan merasa rendah diri. Berdasarkan hal tersebut,

pada tahap ini, anak belajar untuk dapat mengembangkan kompetensi seperti

rasa percaya diri dalam menggunakan kemampuan secara fisik dan kognitif

ketika menyelesaikan masalah yang ada pada usia sekolah. Selain itu, tahap

perkembangan kognitif menurut Piaget pada anak usia 9 sampai 11 tahun

termasuk dalam tahap operasional konkret. Anak dapat berpikir secara logis

serta dapat memecahkan masalah yang konkret (Papalia, Olds, dan Feldman,

2008). Hal tersebut yang membuat kompetensi sosial dapat dikembangkan

pada usia ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan

antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia

9 sampai 11 tahun?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah menguji adanya hubungan antara pola asuh

otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai 11 tahun.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini ada dua, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat untuk melengkapi mengenai

penelitian sebelumnya dalam bidang psikologi perkembangan dan

psikologi pendidikan, secara khusus mengenai hubungan antara pola asuh

otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai 11

tahun. Selain itu, dapat menambah pengetahuan mengenai faktor yang

memengaruhi kompetensi sosial.

2. Manfaat Praktis

2.1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai

hubungan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi

sosial pada anak usia 9 sampai 11 tahun. Selain itu, hasil penelitian ini

dapat memberi wawasan mengenai hubungan antara pola asuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai

11 tahun.

2.2. Bagi Orang tua

Penelitian ini diharapkan supaya orang tua dapat menerapkan

pola asuh otoritatif yang baik dan juga dapat meningkatkan

kompetensi sosial anak yang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KOMPETENSI SOSIAL

1. Definisi Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial menurut Orpinas dan Horne (2006) adalah

pengetahuan dan keterampilan seseorang yang sesuai dengan usianya serta di

dalam komunitas atau lingkungan sosialnya, hal tersebut dapat berfungsi

secara baik. Kompetensi sosial yang dimiliki anak berasal dari keterampilan

yang dimilikinya dan juga adanya karakteristik lingkungan anak. Artinya anak

secara sosial dapat kompeten dalam suatu lingkungan, tetapi tidak kompeten

di lingkungan yang lain.

Menurut Semrud-Clikeman (2007) kompetensi sosial adalah

kemampuan seseorang untuk mengambil pandangan lain tentang suatu situasi

dan juga belajar dari pengalaman masa lalu serta dapat menerapkan hal

tersebut sebagai pembelajaran mengenai pandangan sosial yang dapat selalu

berubah. Kemampuan seseorang untuk dapat merespon dengan fleksibel dan

tepat dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengatasi

tantangan sosial yang dipertunjukkan kepada kita semua. Harapan untuk

membangun interaksi dengan orang lain di masa depan serta anak-anak dapat

mengembangkan persepsi mereka mengenai perilakunya sendiri merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

dasar dari kompetensi sosial. Upton (2012) mengemukakan bahwa kompetensi

sosial adalah kemampuan seseorang untuk dapat menjalin relasi dengan orang

lain, mengetahui situasi sosial, menjalin interaksi sosial yang positif dengan

teman sebaya.

Berdasarkan definisi dari beberapa tokoh tersebut, dapat disimpulkan

bahwa kompetensi sosial adalah pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

oleh seseorang untuk membangun dan melakukan interaksi secara positif

dengan orang lain.

2. Aspek-aspek Kompetensi Sosial

Terdapat 4 aspek kompetensi sosial menurut Orpinas dan Horne (2006);

Schneider, Attili, Nadel, dan Weissberg (1989); Semrud-Clikeman (2007),

yaitu:

2.1. Kemampuan mengelola emosi

Saarni, Mumme, dan Campos (dalam Papalia, Olds, & Feldman,

2008) mengatakan bahwa saat usia pada anak semakin bertambah, maka

anak dapat memiliki kepekaan yang lebih pada perasaan diri anak sendiri

serta perasaan orang lain. Selain itu, anak dapat mengelola ekspresi

emosional dengan lebih baik pada situasi sosial dan anak memiliki

kemampuan untuk merespon tekanan emosional dari orang lain.

Halberstadt, Denham, Dunsmore (dalam Semrud-Clikeman, 2007)

mengatakan bahwa bagian penting yang lainnya mengenai adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

kompetensi sosial adalah kemampuan yang secara akurat dalam

mengirim serta menerima suatu pesan emosional. Menurut Semrud-

Clikeman (2007) mengatakan memahami keadaan emosi yang dimiliki

orang lain melalui adanya perilaku/isyarat non-verbal, seperti ekspresi

wajah, dan gerak tubuh. Orpinas dan Horne (2006) mengemukakan

bahwa kemampuan untuk dapat mengelola emosi merupakan bagian

dalam kecerdasan sosial, seperti kemampuan untuk dapat mengatur emosi

dan menjalin relasi dengan orang lain. Contohnya adalah dapat mengenali

serta memahami perasaan diri sendiri dan dapat mengidentifikasi emosi

serta kebutuhan yang dialami orang lain. Indikator kemampuan

mengelola emosi adalah merespon secara fleksibel, dan memahami

perasaan orang lain.

2.2. Kemampuan untuk berkomunikasi

Shannon dan Weaver (dalam Wiryanto, 2004) mengatakan bahwa

komunikasi merupakan interaksi yang dilakukan oleh manusia untuk

saling memengaruhi, baik disengaja maupun tidak disengaja. Komunikasi

tidak terbatas hanya pada komunikasi verbal saja, tetapi juga pada

komunikasi nonverbal seperti ekspresi wajah, lukisan, seni, dan

teknologi. Semrud-Clikeman (2007) mengatakan bahwa kompetensi

sosial termasuk adanya keterampilan sosial, komunikasi sosial, serta

komunikasi secara interpersonal. Burleson, Applegate, Burke, Clark,

Delia, dan Kline (dalam Semrud-Clikeman, 2007) menyatakan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

kemampuan untuk dapat berkomunikasi ini dapat dilihat melalui

komunikasi yang jelas dan memiliki sikap yang responsif. Selain itu,

menurut Putallaz dan Wasserman (dalam Semrud-Clikeman, 2007)

mengatakan bahwa anak-anak yang dapat masuk di dalam suatu

pembicaraan serta menyesuaikan perilaku dengan percakapan yang

sedang terjadi dapat lebih berhasil dalam melakukan interaksi. Menurut

Spitzberg (dalam Semrud-Clikeman, 2007) saat memulai interaksi, perlu

memiliki pemahaman mengenai konteks budaya, waktu, hubungan,

situasi, dan fungsi yang ada didalamnya. Contohnya adalah kedekatan

pada saat berinteraksi dengan orang lain, volume suara, dan memahami

mengenai konteks budaya terkait pada saat berkomunikasi. Indikator

kemampuan untuk berkomunikasi adalah mampu memulai interaksi

dengan orang lain secara verbal dan non-verbal, dan mampu merespon

lawan bicara saat berkomunikasi.

2.3. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah

Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2008), perkembangan

kognitif menurut kategori Piaget pada anak usia 7 sampai 11 tahun adalah

tahap operasi konkret, yaitu kemampuan anak untuk dapat berpikir

rasional dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan

baik. Perkembangan ketika anak berinteraksi dengan orang lain ditahap

ini serta melihat berbagai sudut pandang yang berbeda, maka anak

memiliki kemampuan untuk mengetahui konsep mengenai kebenaran dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

keadilan, serta dapat mempertimbangkan suatu hal berdasarkan situasi

yang sedang berlangsung.

Semrud-Clikeman (2007) mengatakan bahwa kemampuan

menyelesaikan masalah seperti kemampuan untuk menggunakan

pengalaman sebelumnya secara fleksibel sebagai cara dalam mencari

jalan keluar. Selanjutnya, anak dapat berpikir mengenai pola pikir orang

lain yang berbeda dengan dirinya, sehingga anak perlu untuk memiliki

kemampuan dalam mengambil sudut pandang yang berbeda. Menurut

Ciarrochi, Scott, Deane, dan Heaven (dalam Semrud-Clikeman, 2007)

kemampuan dalam memecahkan masalah merupakan cara yang

digunakan untuk dapat memecahkan masalah dan untuk dapat memahami

situasi serta dapat menemukan solusi yang adaptif.

Orpinas dan Horne (2006) mengatakan bahwa kemampuan

memecahkan masalah adalah suatu hal yang penting di dalam kognisi dan

kemampuan yang relevan dalam mengembangkan kompetensi sosial.

Menurut Spivack, Platt dan Shure (dalam Schneider, Attili, Nadel, &

Weissberg, 1989) kemampuan untuk menyelesaikan masalah termasuk

kepekaan terhadap adanya permasalahan sosial, mempertimbangkan cara

yang lain dalam menyelesaikan masalah, dan mempertimbangkan setiap

konsekuensi. Indikator kemampuan untuk menyelesaikan masalah adalah

membuat suatu keputusan yang tepat, dan memahami bahwa orang lain

memiliki sudut pandang yang berbeda dengan dirinya mengenai sesuatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

2.4. Kesadaran sosial

Orpinas dan Horne (2006) mengatakan bahwa kesadaran sosial

adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengetahui perilaku yang

tidak dapat diterima secara sosial. Menurut Chandler; Flavell; Selman;

dan Shantz (dalam Schneider, Attili, Nadel, & Weissberg, 1989)

kesadaran sosial dipengaruhi oleh adanya keterampilan, kemampuan,

serta proses yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai tujuan

sosialnya dan untuk dapat menguasai lingkungan sosial. Hal ini

merupakan suatu kemampuan untuk dapat terlibat di dalam interaksi

interpersonal yang efektif, serta dapat memahami orang lain yang

disebut kognisi sosial.

Menurut Greenspan (dalam Schneider, Attili, Nadel, &

Weissberg, 1989) terdapat beberapa hal yang berbeda dalam kesadaran

sosial yaitu, pertama, kepekaan sosial seperti adanya pengambilan peran

dan juga inferensi sosial. Kedua, wawasan sosial yang meliputi adanya

pemahaman sosial, wawasan psikologis, serta penilaian moral. Ketiga,

komunikasi sosial yang meliputi komunikasi referensial dan

penyelesaian suatu masalah sosial. Indikator kesadaran sosial adalah

memahami bahwa perilaku yang dilakukan dapat diterima orang lain,

dan memahami tanda-tanda bahwa suatu perilaku tidak dapat diterima

orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kompetensi Sosial

Faktor-faktor yang memengaruhi kompetensi sosial dibedakan menjadi

2, yaitu faktor eksternal dan faktor internal menurut Orpinas dan Horne (2006);

Semrud-Clikeman (2007), yaitu:

3.1. Faktor Eksternal

3.1.1. Relasi dengan Guru

Guru adalah seseorang yang memiliki tugas utama untuk

mendidik dan juga seseorang yang memiliki kesempatan dalam

adanya perkembangan pribadi dan juga sosial yang dimiliki siswa

(Woolfolk, 2009). Menurut Pianta (dalam Semrud-Clikeman,

2007) anak yang memiliki kelekatan aman dengan guru ketika

prasekolah, akan siap untuk menghadapi lingkungan fisik dan

sosial mereka dengan tepat. Selain itu, menurut Pianta, Steinberg,

dan Rollins (dalam Semrud-Clikeman, 2007) anak yang memiliki

konflik terhadap gurunya, tampak memiliki kesulitan untuk dapat

membentuk hubungan sosial dan juga mengalami kesulitan dalam

belajar. Sementara itu, anak yang dependen memiliki masalah

terkait dalam membentuk hubungan dengan teman sebaya. Hamre

dan Pianta (dalam Semrud-Clikeman, 2007) mengatakan bahwa

hubungan tersebut terlihat stabil dan akan berlanjut di masa

sekolah dasar. Coplan dan Rubin (dalam Semrud-Clikeman,

2007) mengemukakan bahwa anak yang berpartisipasi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

tepat ketika adanya permainan sosial bersama dengan guru dapat

mengembangkan kemampuan anak dalam berkomunikasi dan

berbagi. Selain itu, dapat sebagai prediktor dalam penerimaan

dengan teman sebayanya pada masa anak usia dini.

3.1.2. Teman Sebaya (Peer)

Santrock (2007) mengatakan bahwa sebaya adalah orang

yang memiliki kesamaan dalam usia dan kedewasaan. Menurut

McHale, Dariotis, dan Kauh (dalam Semrud-Clikeman, 2007)

mengemukakan bahwa sosialisasi pada anak usia sekolah dasar

dan menengah adalah teman sebaya. Tugas perkembangan pada

anak diusia ini adalah dapat memahami hubungan sosial. Selain

itu, perkembangan yang lain adalah dapat untuk mengembangkan

kompetensi sosial. Pada masa ini, anak lebih banyak untuk berada

di luar rumah. Hart, Newell, dan Olsen (dalam Semrud-Clikeman,

2007) mengatakan bahwa pengakuan dari kelompok teman sebaya

memiliki hubungan terhadap sehatnya konsep diri anak dan juga

kesuksesan akademis yang dimilikinya. Pada saat adanya

penerimaan dari teman sebaya merupakan bentuk adanya

kompetensi sosial. Penting adanya hubungan dengan teman

sebaya untuk pertumbuhan kognitif serta sosial (Hartup; Sullivan,

dalam Rubin, Bukowski, & Laursen, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

3.1.3. Pengasuhan Orang tua

Menurut McDowell, Parke, dan Wang (dalam Semrud-

Clikeman, 2007) mengatakan bahwa jenis kelamin orang tua

memiliki pengaruh terhadap kompetensi sosial. Ayah yang

direktif cenderung membuat anak memiliki kompetensi sosial

yang rendah dari pada ibu dengan pedoman yang direktif.

Menurut McDowell dan Parke; Olsen, Yang, Hart, Robinson, Wu,

Nelson, Nelson, Jin, dan Wo (dalam Semrud-Clikeman, 2007)

gaya interaksi maternal yang positif dan memiliki kepekaan

terhadap anak memiliki hubungan dengan kompetensi sosial.

Akan tetapi, ibu yang sering mengendalikan anak, dapat membuat

anak memiliki penerimaan teman sebaya yang buruk serta

memiliki keterampilan sosial yang lebih rendah. Menurut Wilson

(dalam Semrud-Clikeman, 2007) kemampuan untuk dapat

memperhatikan self-regulate seorang anak dapat menjadi dasar

untuk respons emosional dan kognitif yang secara tidak langsung

dapat memengaruhi kompetensi sosial.

Parke, Simpkins, McDowell, Kim, Killian, Dennis, Flyr,

Wild, dan Rah (dalam Semrud-Clikeman, 2007) mengatakan

bahwa orang tua memiliki pengaruh secara langsung dalam

hubungan teman sebaya anak. Banyaknya interaksi yang

dilakukan orang tua dengan temannya, dapat memengaruhi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

kompetensi sosial pada anak, seperti anak yang memiliki

kesempatan untuk bermain bersama anak-anak dari teman orang

tua mereka. Semrud-Clikeman (2007) mengatakan orang tua yang

semakin bahagia dengan hubungan pertemanan yang dimilikinya,

maka persepsi yang dimiliki anak terhadap teman sebayanya dapat

semakin positif. Hubungan sosial yang dimiliki oleh orang tua,

memiliki kaitan terhadap kompetensi sosial anak. Ayah yang tidak

merasakan kesenangan ketika melakukan interaksi sosial bersama

teman-temannya, akan cenderung berpengaruh kepada anak,

sehingga anak tidak disukai oleh teman-temanya serta memiliki

kecenderungan untuk berperilaku agresif. Selain itu, ibu yang

secara sosial terisolasi, maka akan memiliki anak-anak yang

menghindari dalam hubungan persahabatan dengan temannya.

Tidak hanya dari perkataan yang dikatakan oleh orang tua kepada

anaknya, tetapi juga dari hal yang diamati oleh anak. Contohnya

seperti hubungan sosial dan kenyamanan yang dimiliki oleh orang

tua dalam suatu interaksi.

3.1.4. Status Sosial Ekonomi

Santrock (2012) mengatakan bahwa status sosial ekonomi

lebih menunjukkan kearah pada kedudukan yang dimiliki oleh

seseorang berdasarkan kepada pekerjaan, pendidikan, dan

ekonominya. Menurut Patterson, Vaden, Griesler, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Kupersmidt (dalam Semrud-Clikeman, 2007) keluarga yang

memiliki penghasilan yang sangat terbatas, akan membuat anak

memiliki persahabatan yang kurang, lebih terisolasi sosial, serta

memiliki sedikit kesempatan dalam menjalin persahabatan dengan

teman sebaya. Bates, Luster, dan Vandenbelt (dalam Semrud-

Clikeman, 2007) menemukan bahwa adanya kemiskinan dan juga

adanya orang tua tunggal dalam mengasuh anak dapat

memengaruhi keterampilan sosial anak.

Semrud-Clikeman (2007) mengatakan anak-anak yang

memiliki keterampilan sosial yang lebih tinggi serta memiliki

masalah dalam perilaku yang lebih sedikit, dipengaruhi oleh

baiknya dalam hal pengasuhan, lebih tinggi dalam keterampilan

akademik serta lebih rendah dalam tingkat kemiskinan daripada

anak-anak dengan keterampilan sosial yang buruk. Keterampilan

akademik memiliki hubungan dengan kompetensi sosial, seperti

adanya stabilitas sekolah. Anak-anak yang berasal dari status

sosial ekonomi yang rendah yang mempunyai rumah serta sekolah

yang stabil, akan sangat mungkin diberikan waktu serta memiliki

keterampilan untuk dapat mengembangkan hubungan

persahabatan dan juga pengetahuan, dibandingkan dengan anak-

anak yang sering berpindah serta mempunyai tekanan di rumah.

Menurutt Ormrod (2009) lingkungan yang dimiliki seseorang dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

status sosial ekonomi yang rendah seperti adanya kejahatan,

kekerasan, perilaku vandalisme, penggunaan alkohol serta obat

terlarang, dan teman sebaya yang antisosial.

3.2.Faktor Internal

3.2.1. Gender

Santrock (2004) mengatakan bahwa gender adalah

dimensi mengenai sosiokultural dan psikologis yang berasal dari

seseorang laki-laki dan perempuan. Peran gender merujuk kepada

cara perempuan dan laki-laki dalam berpikir, berperasaan, dan

bertingkah laku. Menurut Pellegrini, Kato, Blatchfor, dan Baines

(dalam Semrud-Clikeman, 2007) anak laki-laki memiliki

kecenderungan dalam permainan fisik, sedangkan anak

perempuan memiliki kecenderungan dalam permainan verbal.

Menurut Benson (2014) pada saat anak-anak memiliki suatu

kenyamanan serta pengalaman yang lebih baik ketika bersama

teman-teman yang mempunyai gender yang sama dengan dirinya,

maka akan meningkatkan keterampilan dan kompetensi sosial

anak untuk dapat bermain dan juga bekerja bersama dengan

berbagai rekan kerja, sehingga dapat melakukan interaksi dengan

laki-laki maupun perempuan.

Gender menentukan dalam persahabatan, seperti dalam

menjalin persahabatan, anak perempuan lebih eksklusif dan anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

laki-laki lebih inklusif dan lebih kepada kelompok (Samter;

Thorne, dalam Semrud-Clikeman, 2007). Anak perempuan lebih

banyak untuk berbicara dengan yang lainnya apabila

dibandingkan dengan anak laki-laki (Leaper; Raffaelli & Duckett,

dalam Semrud-Clikeman, 2007). Maccoby dan Jacklin (dalam

Semrud-Clikeman, 2007) mengatakan bahwa anak laki-laki dan

perempuan memiliki minat dalam menjalin pertemanan dan juga

kebutuhan di dalam lingkungan sosial. Mayeux dan Cillessen

(dalam Semrud-Clikeman, 2007) mengatakan bahwa antar jenis

kelamin, memiliki rasa responsivitas terhadap orang lain, dapat

mengetahui mengenai adanya perspektif yang lain serta pada

adanya minat terhadap aktivitas di dalam kelompok dan juga

individu.

3.2.2. Inteligensi

Menurut Santrock (2004), inteligensi adalah kemampuan

seseorang untuk dapat memecahkan masalah dan juga dapat

menyesuaikan diri serta dapat belajar dari pengalamannya.

Pellegrini (dalam Semrud-Clikeman, 2007) meninjau ulang

mengenai hubungan antara kompetensi sosial dan kecerdasan

akademis yang kemudian menemukan anak-anak yang memiliki

keterampilan dalam penalaran yang baik, terlihat lebih baik dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

hal perilaku sosial dan juga dalam hal memanfaatkan konteks

sosial bagi keuntungan diri mereka.

3.2.3. Karakter (character)

Samuel Johnson pada abad ke 18 (dalam Orpinas & Horne,

2006) mengatakan bahwa menyatukan karakter dan keterampilan

merupakan suatu hal yang penting. Hal tersebut seperti integritas

tanpa disertai oleh adanya pengetahuan merupakan suatu hal yang

lemah serta tidak memiliki arti. Begitu juga sebaliknya,

pengetahuan tanpa disertai oleh adanya integritas merupakan

suatu hal yang membahayakan dan mengerikan. Pendidikan

karakter merupakan suatu cara untuk dapat memberitahukan

mengenai kebaikan, sedangkan cara untuk mencegah kekerasan

berguna dalam mengurangi hal yang buruk (Orpinas & Horne,

2006). Heraclitus yang merupakan seorang filsuf Yunani (dalam

Orpinas & Horne, 2006) lebih fokus kepada pentingnya karakter

yang menyatakan bahwa karakter adalah sebuah takdir.

Pendidikan karakter merupakan suatu usaha dalam membantu

siswa untuk berperilaku yang sesuai dengan etika atau kebajikan

secara keseluruhan.

Menurut Samani dan Hariyanto (2014) mengatakan bahwa

karakter adalah cara berpikir seseorang dan juga berperilaku yang

merupakan ciri dalam dirinya untuk dapat hidup dan bekerjasama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

di dalam lingkungannya serta dapat diwujudkan dalam kehidupan

keseharian. Lingkungan tersebut termasuk keluarga, masyarakat,

bangsa, dan negara. Seorang yang memiliki karakter yang baik,

akan bertanggungjawab terhadap setiap akibat dari keputusan

yang sudah dibuatnya. Karakter dipengaruhi oleh adanya faktor

hereditas dan faktor lingkungan.

3.2.4. Temperamen (temperament)

Santrock (2004) mengatakan bahwa temperamen memiliki

hubungan dengan kepribadian seseorang, gaya belajar seseorang,

dan juga cara seseorang untuk berpikir. Temperamen merupakan

suatu perilaku dan merupakan suatu ciri yang dimiliki seseorang

dalam memberikan suatu respon. Menurut Semrud-Clikeman

(2007) temperamen adalah respons biologis yang dimiliki

seseorang dalam merespon lingkungannya. Kemauan untuk

berteman yang dimiliki oleh seseorang memberikan sumbangan

atau berpengaruh terhadap kompetensi sosial. Anak-anak akan

lebih senang untuk memilih adanya kehadiran orang lain dan juga

menghargai interaksi bersama orang lain daripada saat dirinya

sendirian. Menurut Diener dan Kim (dalam Semrud-Clikeman,

2007) mengatakan bahwa ketidakmampuan anak untuk mengatur

emosinya, akan mengalami hambatan dalam perilaku dan

kompetensi sosialnya. Eisenberg dan Fabes (dalam Semrud-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Clikeman, 2007) mengatakan bahwa anak yang mempunyai emosi

negatif yang tinggi namun dapat mengembangkan pengaturan diri

yang baik, maka dapat mempunyai perilaku prososial yang baik.

Akan tetapi, anak yang mempunyai emosi negatif yang tinggi

tetapi memiliki pengaturan diri yang rendah, maka akan

mengalami kesulitan dalam perkembangan sosial dan emosional.

Chess dan Thomas (dalam Santrock, 2004)

menggolongkan temperamen menjadi tiga, yaitu anak mudah

(easy child), anak sulit (difficult child), dan anak lambat bersikap

hangat (slow-to-warm-up child). Pertama, anak mudah adalah

anak yang memiliki suasana hati yang positif, dapat menciptakan

suatu rutinitas, serta dapat menyesuaikan diri terhadap suatu

pengalaman yang baru. Kedua, anak sulit adalah anak yang

memiliki kecenderungan untuk bersikap negatif, seperti bersikap

agresif, kurang mampu untuk mengontrol dirinya, serta lambat

terhadap pengalaman baru. Ketiga, anak lambat bersikap hangat

adalah anak yang memiliki sikap yang lamban dalam melakukan

kegiatannya, seperti dalam menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya, memiliki suasana hati yang buruk. Rothbard dan

Bates (dalam Santrock, 2004) mengolongkan temperamen

menjadi tiga, yaitu memiliki sikap dan pendekatan yang positif,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

memiliki sikap yang negatif, dan adanya usaha untuk mengontrol

diri.

B. POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA

1. Definisi Pola Asuh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), pola asuh berasal dari

kata pola dan asuh. Pola yang berarti sistem, cara kerja, sedangkan asuh yang

berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil. Menurut Berk (2010),

gaya pengasuhan adalah suatu perilaku pengasuhan yang terjadi pada situasi

yang membuat adanya pengasuhan yang berkepanjangan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola

asuh adalah perilaku atau cara kerja yang merawat dan mendidik anak kecil

yang terjadi pada suatu situasi sehingga adanya pengasuhan yang

berkepanjangan.

Olds dan Feldman (dalam Helmawati, 2016) mengatakan bahwa pola

asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya dapat menentukan dan

memengaruhi kepribadian dan perilaku anak. Menurut Berk (2010) terdapat 4

pola asuh orang tua, yaitu otoritatif, otoritarian, permisif, dan tak acuh.

1.1. Pola asuh otoritatif (authoritative child-rearing style) adalah menerapkan

tingginya penerimaan dan keterlibatan pada anak. Selain itu, menggunakan

teknik pengendalian yang adaptif, dan juga memberikan kepada anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

otonomi yang wajar (Gray & Steinberg; Hart, Newell, & Olsen, dalam

Berk, 2010).

1.2. Pola asuh otoritarian (authoritarian child-rearing style) adalah

menerapkan rendahnya dalam penerimaan dan keterlibatan dengan anak.

Selain itu, melakukan pengendalian kepada anak dengan paksa, serta

sedikitnya otonomi yang diberikan kepada anak (Gray & Steinberg; Hart,

Newell, & Olsen, dalam Berk, 2010).

1.3. Pola asuh permisif (permissive child-rearing style) adalah menerapkan

sifat yang hangat dan menerima anak, namun tidak terlibat (uninvolved).

Hal tersebut seperti orang tua yang kurang dalam memberikan perhatian

kepada anak, sehingga orang tua tidak memberikan pengawasan kepada

anak (Gray & Steinberg; Hart, Newell, & Olsen, dalam Berk, 2010).

1.4. Pengasuhan tidak acuh (uninvolved child-rearing style) adalah

menerapkan rendahnya dalam hal penerimaan dan keterlibatan kepada

anak dengan adanya sedikit pengendalian serta pengabaian dalam otonomi

(Gray & Steinberg; Hart, Newell, & Olsen, dalam Berk, 2010).

2. Definisi Pola Asuh Otoritatif Orang tua

Menurut Baumrind (dalam Santrock, 2012) pola asuh otoritatif adalah

pola asuh yang bersifat hangat dan juga mengasuh serta mendorong anak untuk

dapat mandiri, tetapi masih menerapkan batas dan kendali serta adanya

komunikasi antara orang tua dengan anak. Selain itu, Ormrod (2009)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif akan

memberikan lingkungan rumah penuh kasih dan memberikan dukungan

kepada anak. Orang tua juga memberikan harapan dan menerapkan standar

yang tinggi terhadap performa serta memberikan pengertian kepada anak

mengenai perilaku yang baik dan perilaku yang buruk. Selain itu, orang tua

menerapkan aturan di dalam keluarga secara konsisten, mengajak anak untuk

pengambilan keputusan serta memberikan kesempatan kepada anak untuk

dapat merasakan kebebasan dalam berperilaku yang sesuai dengan usianya.

Menurut Gray dan Steinberg; Hart, Newell, dan Olsen (dalam Berk, 2010) pola

asuh otoritatif adalah memberikan tingginya dalam hal penerimaan dan

keterlibatan kepada anak, serta menerapkan teknik pengendalian yang adaptif,

dan juga memberikan otonomi kepada anak yang wajar.

Menurut Papalia dan Feldman (2014) pola asuh otoritatif adalah pola

asuh yang lebih kepada individualitas anak yang berdasarkan pada adanya

aturan sosial. Orang tua percaya kepada dirinya mengenai kemampuan yang

dimilikinya untuk dapat membimbing anaknya, namun orang tua menghargai

setiap keputusan, keinginan, pendapat serta pribadi yang dimiliki anaknya.

Selain itu, orang tua juga mencintai dan menerima anaknya. Orang tua

meminta anak untuk dapat bersikap yang baik serta tegas dalam mengelola

aturan yang dibuat. Orang tua memberikan batasan, hukuman yang bijaksana

dengan cara yang hangat serta melalui hubungan yang mendukung. Selain itu,

orang tua senang terhadap disiplin yang induktif, memberikan alasan mengenai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

keputusan yang orang tua berikan, serta mendorong anak secara verbal dalam

hal memberi dan menerima.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola asuh

otoritatif adalah pola asuh yang lebih fokus mengarah kepada individualitas

anak, namun tetap menggunakan aturan sosial serta memberikan penerimaan

dan keterlibatan yang tinggi, adaptif dalam pengendalian, dan memberikan

otonomi yang wajar pada anak.

3. Aspek-aspek Pola Asuh Otoritatif Orang tua

Aspek-aspek gaya pengasuhan otoritatif menurut Gray dan Steinberg;

Hart, Newell, dan Olsen (dalam Berk, 2010), yaitu:

3.1. Penerimaan dan Keterlibatan

Orang tua dengan gaya pengasuhan otoritatif adalah orang tua yang

hangat, penuh perhatian, dan peka pada kebutuhan anak. Selain itu, orang

tua membangun hubungan yang menyenangkan dan memuaskan dengan

anak, sehingga anak merasa terikat dengan orang tuanya. Orang tua

memiliki sikap yang hangat, tanggap, penuh perhatian, sabar, peka

terhadap kebutuhan anak (Kuczynski & Lollis; Russel, Mize, & Bissaker,

dalam Berk, 2010). Menurut Hart, Newell, Olsen (dalam Greene &

Burleson, 2003) tingkat dukungan yang berasal dari orang tua kepada

anak seperti adanya penerimaan, kasih sayang, keterlibatan dari orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

tua, dan pengasuhan. Indikator penerimaan dan keterlibatan adalah

hangat, penuh perhatian, dan peka terhadap kebutuhan anak.

3.2. Kendali

Orang tua dengan gaya pengasuhan otoritatif melakukan kendali

dengan tegas dan wajar. Selain itu, orang tua juga memerintahkan

perilaku yang dewasa, memberikan penjelasan kepada anak mengenai

larangan yang diberikan, menggunakan disiplin untuk pembelajaran

supaya anak dapat mengatur dirinya. Orang tua memberikan tuntutan

yang wajar mengenai kedewasaan serta mendorong dan menjelaskan

tuntutan tersebut kepada anak secara konsisten (Kuczynski & Lollis;

Russel, Mize, & Bissaker, dalam Berk, 2010). Menurut Hart, Newell,

Olsen (dalam Greene & Burleson, 2003) tingkat kendali perilaku dari

orang tua yang diberikan kepada anak seperti adanya pengaturan batas,

adanya pengawasan, adanya penalaran dan mengikuti suatu konsekuensi.

Indikator kendali adalah memberikan tuntutan yang wajar mengenai

kedewasaan, mendorong tuntutan mengenai kedewasaan secara

konsisten, dan menjelaskan tuntutan mengenai kedewasaan secara

konsisten.

3.3. Pemberian otonomi

Orang tua otoritatif akan bertahap dalam memberikan otonomi yang

sesuai kepada anak. Selain itu, membebaskan anak untuk membuat

keputusannya sendiri pada bidang yang dikuasainya. Orang tua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

membebaskan anak untuk membuat keputusan sesuai kesiapannya,

mendorong anak untuk dapat mengatakan pikiran, perasaan, dan

keinginan yang ada di dalam dirinya, melibatkan anak dalam mengambil

keputusan ketika ada perbedaan pendapat antara orang tua dan anak

(Kuczynski & Lollis; Russel, Mize, & Bissaker, dalam Berk, 2010).

Menurut Hart, Newell, Olsen (dalam Greene & Burleson, 2003) orang tua

memberikan suatu fasilitas untuk perkembangan otonomi psikologis serta

emosional kepada anak seperti adanya pemberian pilihan kepada anak,

melibatkan pendapat anak ketika membuat aturan, memungkinkan

adanya ekspresi ide dari anak, serta menghindari suatu perilaku yang

intrusif. Indikator pemberian otonomi adalah membebaskan anak untuk

membuat keputusan sesuai kesiapannya, mendorong anak untuk dapat

mengatakan perasaan yang ada di dalam dirinya, dan melibatkan anak

dalam mengambil keputusan ketika adanya perbedaan pendapat antara

orang tua dan anak.

C. ANAK USIA 9 SAMPAI 11 TAHUN

1. Definisi Anak Usia 9 Sampai 11 Tahun

Santrock (2004) mengatakan bahwa periode perkembangan anak usia

tengah dan akhir yang dimulai pada usia 6 sampai dengan 11 tahun, sehingga

anak yang berusia 9 sampai 11 tahun termasuk dalam periode perkembangan

anak usia tengah dan akhir. Pada usia ini, anak-anak menguasai dalam hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

membaca, menulis, dan menghitung. Prestasi menjadi hal yang utama dan

meningkatnya kemampuan dalam pengendalian diri. Pada periode ini, anak

melakukan interaksi dengan dunia luar yang lebih luas.

2. Karakteristik Anak Usia 9 Sampai 11 Tahun

Santrock (2012) membagi perkembangan masa anak-anak pertengahan

dan akhir menjadi 3 kategori, yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan

sosioemosi.

2.1. Perkembangan fisik

Menurut Santrock (2012), pada masa ini, proses pertumbuhan

berlangsung lambat dan konsisten. Selain itu, adanya peningkatan pada

fungsi di korteks prefrontal. Hal tersebut dapat meningkatkan perhatian,

penalaran serta kendali kognitif. Pada masa ini anak-anak sudah dapat

memiliki keterampilan fisik. Keterampilan fisik yang dimaksudkan

seperti berlari, memanjat, bermain lompat tali, olah raga berenang,

bermain sepeda, dan bermain sepatu es. Hal itu dikarenakan pada masa

ini, anak-anak sudah memiliki keterampilan motorik yang lebih halus dan

lebih terkoordinasi. Selain itu, anak-anak pada masa ini lebih baik dalam

menggunakan tangannya seperti untuk menulis pada anak usia 8 sampai

10 tahun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

2.2. Perkembangan kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2012) mengatakan pada masa

anak-anak pertengahan dan akhir merupakan masa perkembangan

kognitif pada tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret ini

terjadi pada anak sekitar usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap ini, apabila

dapat diterapkan pada hal-hal yang spesifik atau konkret, maka anak

dapat bernalar secara logis. Selain itu, terjadinya peningkatan pada

memori jangka panjang. Pengetahuan dan keahlian yang dimiliki anak

memengaruhi memori. Pada inteligensi, anak dapat memecahkan

masalah, dapat beradaptasi serta belajar dari pengalaman. Selain itu,

adanya perkembangan membaca, menulis, dan mempelajari bahasa

kedua. Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2008), pemikiran anak

masih terbatas pada situasi yang terjadi pada saat itu.

2.3. Perkembangan sosioemosi

Menurut Erikson (dalam Santrock, 2012) mengatakan bahwa pada

masa ini anak tergolong tahap industri versus inferioritas (rasa rendah

diri). Pada masa ini, anak tertarik pada suatu hal. Hal tersebut seperti anak

berusaha untuk membuat, membangun, dan menjadikan suatu benda

dapat berkerja, sehingga perasaan industri meningkat. Akan tetapi,

pandangan negatif dari orang lain dapat menimbulkan rasa inferioritas

(rasa rendah diri) pada anak. Menurut Hurlock (1980) mengatakan bahwa

pada masa anak-anak akhir, anak memiliki minat untuk melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

aktivitas bersama teman-temannya dan adanya keinginan untuk diterima

oleh teman-temannya dalam suatu kelompok.

Santrock (2012) pada masa perkembangan ini, penting untuk

memiliki relasi yang positif dengan teman sebaya. Menurut Huston dan

Ripke (dalam Santrock, 2012) mengatakan bahwa anak yang memiliki

interaksi dengan teman sebaya yang positif, dapat menyelesaikan konflik

secara baik dengan teman sebaya, serta adanya persahabatan yang baik

pada masa perkembangan ini, akan memiliki keterkaitan dengan relasi

yang positif pada masa remaja dan masa dewasa.

Collins, Madsen, dan Susman-Stillman (dalam Berk, 2010)

mengatakan bahwa orang tua pada tahun awal sudah membentuk gaya

pengasuhan otoritatif, maka pengasuhan terhadap anak dapat menjadi

lebih mudah. Penalaran anak menjadi lebih efektif dikarenakan anak yang

memiliki kemampuan yang lebih baik saat berpikir secara logis serta rasa

hormat yang tinggi terhadap pengetahuan luas yang dimiliki oleh orang

tua. Berk (2010) mengatakan saat anak-anak dapat menunjukkan bahwa

dirinya dapat mengatur aktivitas serta tanggung jawab setiap hari, maka

secara bertahap orang tua akan memindahkan kendali dari dirinya sendiri

kepada anak. Kendali tersebut tidak orang tua lepaskan secara

keseluruhan, namun terlibat dalam koregulasi. Koregulasi merupakan

suatu bentuk pengawasan sacara umum yang dilakukan orang tua dan

membebaskan anaknya untuk mengambil keputusan seiring berjalannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

waktu. Koregulasi berasal dari hubungan yang hangat dan juga kooperatif

antara orang tua dan juga anak yang berdasarkan sikap saling

menghormati serta saling memberi. Orang tua tetap membimbing dan

mengawasi serta dapat mengomunikasikan secara efektif pengharapan

saat dirinya berada dengan anak-anaknya. Anak tetap harus memberitahu

mengenai keberadaan, kegiatan, serta masalah yang mereka hadapi

kepada orang tua, sehingga memungkinkan orang tua untuk dapat

membantu jika diperlukan (Maccoby, dalam Berk, 2010). Koregulasi

dapat mendukung serta melindungi anak dan juga dapat untuk

mempersiapkan dirinya memasuki masa remaja, masa dimana dirinya

akan mengambil keputusan yang penting.

D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF ORANG

TUA DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK USIA 9 SAMPAI 11

TAHUN

Olds dan Feldman (dalam Helmawati, 2016) mengemukakan bahwa pola

asuh yang diberikan orang tua terhadap anak membentuk kepribadian dan perilaku

anak. Salah satu jenis pola asuh orang tua adalah pola asuh otoritatif. Gray dan

Steinberg; Hart, Newell, dan Olsen (dalam Berk, 2010) mengatakan bahwa

terdapat tiga aspek pola asuh otoritatif, yaitu penerimaan dan keterlibatan, kendali,

dan pemberian otonomi. Penerimaan dan keterlibatan dalam pola asuh otoritatif

meliputi kehangatan, perhatian, dan kepekaan terhadap kebutuhan anak yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

diberikan oleh orang tua. Selain itu, adanya hubungan yang menyenangkan serta

memuaskan dari orang tua, membuat anak merasa memiliki keterikatan

(Kuczynski & Lollis; Russel, Mize, & Bissaker, dalam Berk, 2010). Kendali dalam

pola asuh otoritatif adalah orang tua menggunakan kendali yang tegas serta wajar.

Orang tua meminta perilaku dewasa, menjelaskan pada anak tentang larangan yang

diberikannya, serta membuat anak untuk dapat mengatur dirinya dengan cara

menggunakan disiplin (Kuczynski & Lollis; Russel, Mize, & Bissaker, dalam

Berk, 2010). Pemberian otonomi dalam pola asuh otoritatif adalah otonomi yang

diberikan orang tua secara bertahap. Orang tua memberikan kebebasan kepada

anak dalam membuat keputusan sesuai hal yang dikuasainya (Kuczynski & Lollis;

Russel, Mize, & Bissaker, dalam Berk, 2010).

Aspek pertama dari pola asuh otoritatif adalah penerimaan dan keterlibatan

(Gray & Steinberg; Hart, Newell, & Olsen, dalam Berk, 2010). Orang tua dengan

pola asuh otoritatif memiliki sifat yang hangat, perhatian, dan peka kepada

kebutuhan anaknya. Adanya hubungan yang menyenangkan dan juga memuaskan,

membuat anak memiliki keterikatan terhadap orang tuanya. Pengasuhan tersebut

dapat membuat anak merasa diterima oleh orang tuanya (Berk, 2010). Perlakuan

orang tua tersebut dapat berpengaruh pada saat anak menjalin relasi dengan orang

lain. Hal ini membuat anak dapat memahami emosi dan kebutuhan orang lain.

Selain itu, anak juga dapat memiliki hubungan yang hangat dengan orang lain.

Menurut Berk (2010), saat anak ikut terlibat di dalam suatu pembandingan sosial

serta semakin memiliki kepedulian kepada persetujuan dengan teman sebayanya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

maka anak akan semakin belajar untuk dapat mengelola emosi yang negatif di

dalam diri mereka yang dapat mengancam pada penghargaan dirinya. Melalui

interaksi yang dilakukan anak dengan orang tua, guru, serta teman sebayanya,

dapat membuat anak lebih mengerti tentang cara yang secara sosial dapat diterima

ketika mengekspresikan emosi negatif (Shipman, Zeman, Nesin, & Fitzgerald,

dalam Berk, 2010). Selain itu, anak usia sekolah yang memiliki orang tua dengan

kepekaan dalam merespon dan membantu anak ketika mengalami kesulitan, maka

anak dapat mengatur emosi dengan baik (Davidov & Grusec; Zeman, Shipman, &

Suveg, dalam Berk, 2010).

Saarni (dalam Berk, 2010) mengatakan bahwa saat pengaturan emosi anak

dapat berkembangan dengan baik, maka anak dapat mempunyai perasaan cakap

diri secara emosional, seperti anak akan merasa memiliki kemampuan untuk dapat

mengendalikan pengalaman emosionalnya. Hal ini sesuai dengan aspek

kemampuan untuk mengelola emosi menurut pernyataan Orpinas dan Horne

(2006) bahwa kemampuan mengelola emosi termasuk bagian dalam kecerdasan

sosial, seperti kemampuan untuk mengatur emosi serta dapat menjalin relasi

bersama orang lain. Contohnya seperti kemampuan mengelola emosi diri sendiri

dan dapat mengenali emosi yang dirasakan oleh orang lain Selain itu, Saarni,

Mumme, dan Campos (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2008) mengatakan bahwa

bertambahnya usia anak, maka anak memiliki kemampuan untuk dapat mengelola

emosi seperti memiliki kepekaan pada perasaan dirinya sendiri dan juga perasaan

yang dirasakan oleh orang lain. Selain itu, anak juga mampu mengelola ekspresi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

emosional di situasi sosial serta mampu untuk merespon tekanan emosional yang

dimiliki oleh orang lain. Halberstadt, Denham, Dunsmore (dalam Semrud-

Clikeman, 2007) juga mengatakan mengenai hal penting yang lainnya terkait

kompetensi sosial yaitu kemampuan untuk dapat mengirim serta menerima secara

akurat suatu pesan emosional.

Aspek kedua dari pola asuh otoritatif adalah kendali (Gray & Steinberg;

Hart, Newell, & Olsen, dalam Berk, 2010). Orang tua otoritatif akan memberikan

kendali kepada anak secara tegas dan wajar, membuat anak berperilaku dewasa

serta juga memberikan penjelasan kepada anak mengenai suatu hal yang orang tua

larang. Selain itu, menggunakan disiplin supaya anak mampu mengatur dirinya.

Melalui cara ini, anak dapat belajar, mengerti, dan juga menyadari hal yang tidak

baik serta tidak dapat diterima di lingkungan sosial. Menurut Shipman, Zeman,

Nesin, dan Fitzgerald (dalam Berk, 2010) dengan adanya interaksi bersama orang

tua, guru, dan juga teman sebayanya, anak menjadi lebih mengerti mengenai cara

mengungkapkan emosi negatif yang adaptif. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Orpinas dan Horne (2006) yang mengungkapkan bahwa kesadaran sosial yaitu

kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui suatu perilaku yang secara

sosial tidak dapat diterima.

Aspek ketiga dari pola asuh otoritatif adalah pemberian otonomi (Gray &

Steinberg; Hart, Newell, & Olsen, dalam Berk, 2010). Orang tua otoritatif

memberikan otonomi kepada anak secara bertahap dan akan membebaskan anak

dalam menentukan keputusan berdasarkan bidang yang dirinya kuasai. Pemberian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

otonomi misalnya anak didorong untuk mengatakan pikiran, perasaan, dan

keinginannya. Selain itu, orang tua juga akan melibatkan anaknya ketika adanya

perbedaan pendapat antara dirinya dengan anaknya. Orang tua yang menerapkan

hal tersebut, dapat membuat anak belajar dalam menemukan solusi, anak dapat

belajar menyelesaikan masalah yang terjadi, dan melatih anak untuk dapat

mengetahui bahwa orang lain memiliki sudut pandang yang berbeda. Selain itu,

dapat membuat anak berlatih untuk dapat melakukan komunikasi dengan baik

bersama dengan orang lain. Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2008) tahap

perkembangan kognitif anak menurut Piaget, mengatakan bahwa pada tahap

perkembangan anak-anak tengah, masuk ke dalam tahap operasional konkret. Pada

perkembangan kognitif ini, anak sudah dapat memecahkan masalah. Menurut Berk

(2010), pada masa anak-anak pertengahan, anak mengalami perkembangan dalam

hal pengambilan perspektif, seperti kemampuan untuk melihat mengenai

kemungkinan hal yang sedang orang lain pikirkan dan rasakan. Robert Selman

(dalam Berk, 2010) mengatakan bahwa anak akan dapat semakin sadar mengenai

orang lain yang memiliki pandangan yang berbeda pada suatu kejadian yang sama.

Selain itu, anak dapat melihat pikiran, perasaan, dan perilaku diri sendiri

berdasarkan dari cara pandang orang lain.

Menurut Santrock (2012) pada masa sekolah dasar, anak belajar untuk

menggunakan bahasa yang lebih memiliki kaitan satu sama lainnya. Anak dapat

menggabungkan satu kalimat dengan kalimat yang lainnya, sehingga dapat

menghasilkan deskripsi, definisi, serta narasi. Menurut Everett M. Rogers dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

Lawrence Kincaid (dalam Wiryanto, 2004) komunikasi merupakan proses

pertukaran informasi antara dua orang atau pun lebih yang pada saatnya terjadi

adanya saling pengertian satu sama lain yang mendalam. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Orpinas dan Horne (2006) dimana kemampuan memecahkan masalah

merupakan hal penting pada kognisi serta kemampuan yang relevan untuk dapat

mengembangkan kompetensi sosial. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan pendapat

Ciarrochi, Scott, Deane, dan Heaven (dalam Semrud-Clikeman, 2007) yang

mengatakan bahwa kemampuan untuk memecahkan masalah dapat menjadi cara

yang bisa diterapkan untuk memecahkan masalah dan juga memahami situasi serta

menemukan solusi. Selanjutnya, Semrud-Clikeman (2007) mengatakan bahwa

anak dapat mengerti mengenai orang lain yang memiliki sudut pandang berbeda

dengan dirinya. Hal tersebut membuat anak perlu memiliki kemampuan untuk

melihat dari perspektif yang berbeda. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan

pernyataan pada aspek kemampuan berkomunikasi menurut Semrud-Clikeman

(2007) yang mengungkapkan kompetensi sosial seperti adanya keterampilan

sosial, adanya komunikasi sosial, serta adanya komunikasi interpersonal.

Papalia dan Feldman (2014) mengatakan bahwa orang tua yang otoritatif

membuat suatu harapan dan juga standar secara realistis kepada anak serta

memberikan penjelasan, memberikan aturan secara konsisten, dan membiarkan

anak-anak mengerti mengenai hal yang diharapkan oleh orang tuanya dapat

memungkinkan untuk meningkatkan kompetensi sosial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

pola asuh otoritatif orang tua, maka anak akan memiliki kompetensi sosial yang

tinggi. Akan tetapi, jika semakin rendah pola asuh otoritatif orang tua, maka anak

akan memiliki kompetensi sosial yang rendah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

E. SKEMA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF ORANG

TUA DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK USIA 9 SAMPAI 11

TAHUN

Pola Asuh Otoritatif Orang tua

Tercapainya aspek-aspek dalam kompetensi sosial,

yaitu:

- Kemampuan mengelola emosi

- Kemampuan untuk berkomunikasi

- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah

- Kesadaran sosial

Penerimaan dan keterlibatan

Kendali

Pemberian otonomi

- Kehangatan

- Penuh perhatian

- Peka terhadap

kebutuhan anak

- Memberikan tuntutan

yang wajar mengenai

kedewasaan

- Mendorong tuntutan

mengenai kedewasaan

secara konsisten

- Menjelaskan tuntutan

mengenai kedewasaan

secara konsisten

- Membebaskan anak

untuk membuat

keputusan sesuai

kesiapannya

- Mendorong anak

untuk dapat

mengatakan perasaan

yang ada di dalam

dirinya

- Melibatkan anak

dalam mengambil

keputusan ketika ada

perbedaan pendapat

antara orang tua dan

anak

Kompetensi Sosial Tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

F. HIPOTESIS

Berdasarkan teori diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada

hubungan yang positif antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi

sosial pada anak usia 9 sampai 11 tahun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah

penelitian korelasional. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat hubungan

antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia 9

sampai 11 tahun.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel bebas : Pola asuh otoritatif orang tua

2. Variabel tergantung : Kompetensi sosial

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pola asuh otoritatif orang tua

Pola asuh otoritatif orang tua adalah pola asuh yang lebih fokus

mengarah kepada individualitas anak, namun juga menggunakan aturan sosial

serta orang tua menunjukkan adanya penerimaan dan keterlibatan yang tinggi,

adanya pengendalian, serta memberikan otonomi kepada anak. Pola asuh

otoritatif orang tua dalam penelitian ini menggunakan pola asuh otoritatif

orang tua yang dipersepsi oleh anak. Pada penelitian ini, pola asuh otoritatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

orang tua diukur menggunakan skala pola asuh otoritatif orang tua yang dibuat

oleh peneliti berdasarkan tiga aspek menurut Gray dan Steinberg; Hart,

Newell, dan Olsen (dalam Berk, 2010), yaitu penerimaan dan keterlibatan,

kendali, dan pemberian otonomi. Skor skala pola asuh otoritatif orang tua dapat

diketahui dari menjumlahkan skor total dari masing-masing aspek pola asuh

otoritatif orang tua. Semakin tinggi skor total yang didapatkan, maka semakin

positif pola asuh otoritatif orang tua, begitu juga sebaliknya.

2. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial adalah pengetahuan dan juga kemampuan yang

seseorang miliki untuk membangun dan dapat berinteraksi dengan orang lain

secara positif. Pada penelitian ini, kompetensi sosial diukur dengan skala

kompetensi sosial yang dibuat oleh peneliti bersama dengan Ismadiyani,

Napitupulu, Padang, dan Wisung yang berkontribusi bersama dalam

pembuatan alat ukur berdasarkan empat aspek menurut Orpinas dan Horne

(2006); Schneider, Attili, Nadel, dan Weissberg (1989); Semrud-Clikeman

(2007), yaitu kemampuan mengelola emosi, kemampuan untuk

berkomunikasi, kemampuan untuk menyelesaikan masalah, dan kesadaran

sosial. Skor skala kompetensi sosial dapat diketahui dari menjumlahkan skor

total dari masing-masing aspek kompetensi sosial. Semakin tinggi skor total

yang didapatkan, maka semakin tinggi kompetensi sosial, begitu juga

sebaliknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

D. RESPONDEN PENELITIAN

Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling.

Purposive sampling adalah suatu metode dalam memilih responden yang akan

digunakan sebagai sampel dalam penelitian yang didasarkan kepada kriteria

tertentu (Siregar, 2013). Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah

anak laki-laki maupun anak perempuan yang berusia 9 sampai 11 tahun.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan

skala kepada responden untuk diisi. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data terdiri dari dua skala, yaitu skala pola asuh otoritatif orang tua dan skala

kompetensi sosial. Tahap-tahap penyusunan alat pengumpul data terdiri dari:

1. Penyusunan blue print

1.1. Pola asuh otoritatif orang tua

Blue print pada penelitian ini disusun berdasarkan aspek pola asuh

otoritatif orang tua menurut Gray dan Steinberg; Hart, Newell, dan Olsen

(dalam Berk, 2010), yaitu penerimaan dan keterlibatan, kendali, dan

pemberian otonomi. Item yang disusun peneliti pada variabel ini memiliki

item dengan total keseluruhan sebanyak 36 item yang terdiri dari 18 item

favorable dan 18 item unfavorable.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Tabel 1. Blue Print Skala Pola Asuh Otoritatif Orang Tua

Aspek Indikator Bobot Total

Penerimaan

dan

keterlibatan

Hangat 11,11%

33,33% Penuh perhatian 11,11%

Peka terhadap kebutuhan anak 11,11%

Kendali

Memberikan tuntutan yang wajar

mengenai kedewasaan

11,11%

33,33% Mendorong tuntutan mengenai

kedewasaan secara konsisten

11,11%

Menjelaskan tuntutan mengenai

kedewasaan secara konsisten

11,11%

Pemberian

otonomi

Membebaskan anak untuk membuat

keputusan sesuai kesiapannya

11,11%

33,33%

Mendorong anak untuk dapat

mengatakan perasaan yang ada di

dalam dirinya

11,11%

Melibatkan anak dalam mengambil

keputusan ketika adanya perbedaan

pendapat antara orang tua dan anak

11,11%

Total 100%

1.2. Kompetensi sosial

Penyusunan blue print dalam penelitian ini didasarkan pada aspek

kompetensi sosial menurut Orpinas dan Horne (2006); Schneider, Attili,

Nadel, dan Weissberg (1989); Semrud-Clikeman (2007), yaitu kemampuan

mengelola emosi, kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan untuk

menyelesaikan masalah, dan kesadaran sosial. Peneliti menyusun item

pada variabel kompetensi sosial dengan total keseluruhan item adalah 32

item yang terdiri dari 16 item favorable dan 16 item unfavorable.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Tabel 2. Blue Print Skala Kompetensi Sosial

Aspek Indikator Bobot Total

Kemampuan

mengelola emosi

Merespon secara fleksibel 12,5% 25%

Memahami perasaan orang lain 12,5%

Kemampuan untuk

berkomunikasi

Mampu memulai interaksi dengan

orang lain secara verbal dan non-

verbal

12,5%

25%

Mampu merespon lawan bicara saat

berkomunikasi

12,5%

Kemampuan untuk

menyelesaikan

masalah

Membuat suatu keputusan yang tepat 12,5%

25% Memahami bahwa orang lain memiliki

sudut pandang yang berbeda dengan

dirinya mengenai sesuatu

12,5%

Kesadaran sosial

Memahami bahwa perilaku yang

dilakukan dapat diterima orang lain

12,5%

25% Memahami tanda-tanda bahwa suatu

perilaku tidak dapat diterima orang

lain

12,5%

Total 100%

2. Penulisan item

Penulisan item pada skala penelitian ini berdasarkan blue print yang

telah disusun. Jumlah item yang direncanakan dalam pengambilan data pada

skala pola asuh otoritatif orang tua adalah 18 item, sedangkan untuk jumlah

item yang direncanakan pada skala kompetensi sosial adalah 16 item. Pada

penyusunan item, jumlah item yang direncanakan dikalikan dua untuk

mengantisipasi terjadinya item mortality, sehingga terdapat 36 item untuk

skala pola asuh otoritatif orang tua dan 32 item untuk skala kompetensi sosial.

Pada setiap skala, peneliti membuat dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan

favorable dan unfavorable. Penelitian ini menggunakan skala likert. Masing-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

masing skala memiliki empat pilihan jawaban yaitu, sangat sesuai (SS), sesuai

(S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS).

Tabel 3. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban

Jawaban Pernyataan

Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai 4 1

Sesuai 3 2

Tidak Sesuai 2 3

Sangat Tidak Sesuai 1 4

3. Review dan revisi item

Setelah membuat item, peneliti meminta masukan kepada dosen

pembimbing skripsi mengenai aspek, konteks, indikator, dan item. Peneliti

akan melakukan revisi item-item yang kurang sesuai berdasarkan masukan dari

dosen pembimbing.

4. Penghitungan validitas isi

Validitas adalah suatu kualitas esensial untuk menunjukkan sejauh

mana alat tes dapat benar-benar mengukur atribut psikologis yang akan diukur

(Supratiknya, 2014). Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi.

Validitas isi memiliki kaitan terhadap kemampuan alat ukur untuk mengukur

suatu konsep yang harus diukur (Siregar, 2013). Validitas isi dalam penelitian

ini dilakukan oleh professional judgement dan peer review. Peneliti meminta

bantuan kepada dosen pembimbing skripsi sebagai professional judgement dan

kepada 5 orang mahasiswa yang juga sedang mengerjakan skripsi sebagai peer

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

review. Professional judgement dan peer review memberikan penilaian

mengenai kesesuaian antara aspek, indikator, dan item yang kemudian indeks

validitas isinya dihitung oleh peneliti. Cara menghitung validitas isi adalah

dengan memberi nilai relevansi pada setiap item berdasarkan penilaian sebagai

berikut: 1 = tidak relevan, 2 = kurang relevan (diberi saran), 3 = relevan, 4 =

sangat relevan. Taraf relevansi merupakan sejauh mana suatu item dapat

mencerminkan komponen atribut psikologis yang akan diukur (Supratiknya,

2016).

Setelah memberikan nilai, kemudian menghitung indeks validitas isi

pada tiap item IVI-I. Kategori penilaian disederhanakan menjadi dua, yaitu

nilai 1 dan 2 tidak relevan dan diberikan skor 0, sedangkan nilai 3 dan 4 relevan

dan diberikan skor 1. Cara menghitung IVI-I adalah jumlah penilai yang

memberikan skor 3 dan 4 dibagi jumlah total penilai. Item dapat dikatakan

relevan jika mencapai skor ≥ 0,78. Jika item mendapatkan nilai kurang dari

0,78, maka item tersebut akan direvisi atau digugurkan (Supratiknya, 2016).

Setelah mendapatkan hasil IVI-I, kemudian menghitung Indeks

Validitas Isi Skala (IVI-S). IVI-S yaitu proporsi dari item-item yang

memperoleh nilai 3 dan 4 oleh penilai. Cara menghitung IVI-S adalah jumlah

IVI-I dibagi jumlah item. Skala dapat dikatakan memiliki validitas yang baik

jika IVI-S ≥ 0,90 (Supratiknya, 2016).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

4.1. Skala pola asuh otoritatif orang tua

Skala pola asuh otoritatif orang tua terdapat 36 item yang terdiri

dari 18 item favorable dan 18 item unfavorable. Pada penelitian ini,

terdapat 33 item yang relevan dan 3 item tidak relevan, sehingga peneliti

melakukan revisi agar item tersebut dapat dikatakan relevan. Uji validitas

menunjukkan hasil indeks validitas isi skala (IVI-S) sebesar 0,939.

Menurut Supratiknya (2016), skala dapat dikatakan baik jika memiliki

validitas isi skala (IVI-S) ≥ 0,90. Hal ini dapat dikatakan bahwa skala pola

asuh otoritatif orang tua memiliki validitas isi yang baik. Orang tua yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ayah dan ibu, yang diukur pada

anak usia 9 sampai 11 tahun. Distribusi item pada skala pola asuh otoritatif

orang tua dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Item Skala Pola Asuh Otoritatif Orang Tua

(sebelum uji coba)

Aspek Favorable Unfavorable Total

Penerimaan dan keterlibatan 6 16,66% 6 16,66% 12 33,33%

Kendali 6 16,66% 6 16,66% 12 33,33%

Pemberian otonomi 6 16,66% 6 16,66% 12 33,33%

TOTAL ITEM 36 100%

4.2. Skala kompetensi sosial

Skala kompetensi sosial terdapat 32 item yang terdiri dari 16 item

favorable dan 16 item unfavorable. Pada penelitian ini, terdapat 29 item

yang relevan dan 3 item tidak relevan, sehingga peneliti melakukan revisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

agar item tersebut dapat dikatakan relevan. Uji validitas menunjukkan hasil

indeks validitas isi skala (IVI-S) sebesar 0,927. Menurut Supratiknya

(2016), skala dapat dikatakan baik jika memiliki validitas isi skala (IVI-S)

≥ 0,90. Hal ini dapat dikatakan bahwa skala kompetensi sosial memiliki

validitas isi yang baik. Distribusi item pada skala kompetensi sosial dapat

dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Item Skala Kompetensi Sosial (sebelum uji coba)

Aspek Favorable Unfavorable Total

Kemampuan mengelola

emosi 4 12,5% 4 12,5% 8 25%

Kemampuan untuk

berkomunikasi 4 12,5% 4 12,5% 8 25%

Kemampuan untuk

menyelesaikan masalah 4 12,5% 4 12,5% 8 25%

Kesadaran sosial 4 12,5% 4 12,5% 8 25%

TOTAL ITEM 32 100%

5. Uji coba pendahuluan

Peneliti selanjutnya melakukan uji coba pendahuluan kepada 8 orang

sampel responden yang memiliki karakteristik sama dengan responden

penelitian secara informal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah

petunjuk pengerjaan dapat dipahami oleh responden, sehingga dapat

mencegah terjadinya kesalahan mengerjakan. Selain itu, uji coba pendahuluan

dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang telah dibuat dapat

dipahami dan dikerjakan oleh responden, serta dapat mengetahui rata-rata

waktu yang dibutuhkan responden dalam menyelesaikan pengisian skala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

(Supratiknya, 2014). Pertanyaan dan masukan dari responden dalam uji coba

pendahuluan ini, digunakan oleh peneliti untuk dapat menyempurnakan skala

penelitian.

6. Uji coba alat ukur

Setelah melakukan uji coba pendahuluan, peneliti melakukan uji coba

alat ukur yang bertujuan untuk menguji kelayakan skala sebelum dilakukan

pengambilan data yang sesungguhnya, seperti untuk menguji reliabilitas dan

melakukan seleksi item. Tujuan dilakukan seleksi item untuk memilih item-

item dengan daya diskriminasi item yang tinggi, supaya skala tersebut dapat

membedakan responden yang berdasarkan tinggi rendahnya atribut yang

diukur (Supratiknya, 2014). Uji coba alat ukur dilakukan pada 13 Desember

2017 untuk skala kompetensi sosial dan 15 Januari 2018 untuk skala pola asuh

otoritatif orang tua dan kompetensi sosial dengan membagikan skala penelitian

yang telah disusun dan juga telah divalidasi. Alat ukur diujicobakan kepada

kelompok responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok

responden penelitian yang sesungguhnya, yaitu 60 siswa dan siswi kelas IV 2,

V 1, V 2, V 3 SD Budya Wacana untuk skala pola asuh otoritatif orang tua

yang dilakukan di dalam kelas. Skala kompetensi sosial dibagikan kepada 45

siswa dan siswi kelas IV dan V SDN Timbulharjo dan 15 siswa dan siswi kelas

IV 1 SD Budya Wacana yang dilakukan di dalam kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Peneliti membagikan skala kepada responden, selanjutnya peneliti

meminta responden untuk membaca petunjuk mengenai cara pengisian skala

dan menulis identitas mereka. Responden diminta untuk mengisi skala tersebut

sesuai dengan keadaan responden.

Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan seleksi item dengan

bantuan SPSS 24 for windows. Suatu item memiliki daya diskriminasi yang

baik apabila memiliki nilai koefisien ≥ 0,30 (Azwar, 2012). Jika jumlah item

yang lolos masih tidak mencukupi dengan jumlah yang diinginkan, dapat

mempertimbangkan untuk menurunkan batas kriteria hingga 0,20 (Azwar,

2012). Seleksi item pada penelitian ini berdasarkan dari korelasi item total

yang memiliki batasan rix ≥ 0,20. Berdasarkan perhitungan skala pola asuh

otoritatif orang tua, diperoleh jumlah item yang gugur sebanyak 9 item,

sehingga tersisa 27 item yang baik. Setelah itu, peneliti menggugurkan 9 item

lagi dengan alasan untuk menyamakan jumlah item pada setiap indikator.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Tabel 6. Distribusi Item Pola Asuh Otoritatif Orang Tua Sebelum Uji

Coba

Aspek Indikator Sebaran Item

Total Favorable Unfavorable

Penerimaan

dan

keterlibatan

Hangat 1,7 4,10 4

Penuh perhatian 13, 19 16, 22 4

Peka terhadap kebutuhan anak 25, 31 28, 34 4

Kendali Memberikan tuntutan yang

wajar mengenai kedewasaan

5, 11 2, 8 4

Mendorong tuntutan

mengenai kedewasaan secara

konsisten

17, 23 14, 20 4

Menjelaskan tuntutan

mengenai kedewasaan secara

konsisten

29, 35 26, 32 4

Pemberian

otonomi

Membebaskan anak untuk

membuat keputusan sesuai

kesiapannya

3, 9 6, 12 4

Mendorong anak untuk dapat

mengatakan perasaan yang

ada di dalam dirinya

15, 21 18, 24 4

Melibatkan anak dalam

mengambil keputusan ketika

adanya perbedaan pendapat

antara orang tua dan anak

27, 33 30, 36 4

Total 18 18 36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Tabel 7. Distribusi Item Pola Asuh Otoritatif Orang Tua Setelah Uji Coba

Aspek Indikator Sebaran Item

Total Favorable Unfavorable

Penerimaan

dan

keterlibatan

Hangat 1(1), 7(10) 4,10 2

Penuh perhatian 13, 19 (4) 16, 22(13) 2

Peka terhadap kebutuhan

anak

25(7), 31 28(16), 34 2

Kendali Memberikan tuntutan

yang wajar mengenai

kedewasaan

5, 11(2) 2(11), 8 2

Mendorong tuntutan

mengenai kedewasaan

secara konsisten

17(5), 23(14) 14, 20 2

Menjelaskan tuntutan

mengenai kedewasaan

secara konsisten

29(8), 35(17) 26, 32 2

Pemberian

otonomi

Membebaskan anak untuk

membuat keputusan sesuai

kesiapannya

3(3), 9(12) 6, 12 2

Mendorong anak untuk

dapat mengatakan

perasaan yang ada di

dalam dirinya

15(6), 21(15) 18, 24 2

Melibatkan anak dalam

mengambil keputusan

ketika adanya perbedaan

pendapat antara orang tua

dan anak

27(9), 33(18) 30, 36 2

Total 15 3 18

Keterangan :

1. Item yang dicetak tebal adalah item yang gugur

2. Item yang dicetak miring adalah item yang digugurkan untuk

menyeimbangkan jumlah item antar aspek

3. Item di dalam tanda kurung (()) adalah nomer item yang digunakan dalam

pengambilan data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Pada skala kompetensi sosial diseleksi menggunakan rix 0,2. Terdapat

9 item yang gugur, sehingga tersisa 23 item yang lolos. Kemudian peneliti

memutuskan untuk menggugurkan 7 item lagi dengan alasan untuk

menyamakan jumlah item pada setiap indikator. Setelah disetarakan jumlah

item pada setiap indikator, ada 1 item yang memiliki nilai kurang dari 0,2,

sehingga peneliti menggugurkan 1 item tersebut.

Tabel 8. Distribusi Item Kompetensi Sosial Sebelum Uji Coba

Aspek Indikator Sebaran Item

Total Favorable Unfavorable

Kemampuan

mengelola

emosi

Merespon secara fleksibel

1, 5 17, 21 4

Memahami perasaan

orang lain

9, 13 25, 29 4

Kemampuan

untuk

berkomunikasi

Mampu memulai interaksi

dengan orang lain secara

verbal dan non-verbal

18, 22 2,6 4

Mampu merespon lawan

bicara saat berkomunikasi

26, 30 10, 14 4

Kemampuan

untuk

menyelesaikan

masalah

Membuat suatu keputusan

yang tepat

3, 7 19, 23 4

Memahami bahwa orang

lain memiliki sudut

pandang yang berbeda

dengan dirinya mengenai

sesuatu

11, 15 27, 31 4

Kesadaran

sosial

Memahami bahwa

perilaku yang dilakukan

dapat diterima orang lain

20, 24 4, 8 4

Memahami tanda-tanda

bahwa suatu perilaku

tidak dapat diterima orang

lain

28, 32 12, 16 4

Total 16 16 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Tabel 9. Distribusi Item Kompetensi Sosial Setelah Uji Coba

Aspek Indikator Sebaran Item

Total Favorable Unfavorable

Kemampuan

mengelola

emosi

Merespon secara

fleksibel

1, 5(1) 17, 21(9) 2

Memahami perasaan

orang lain

9, 13(5) 25, 29(13) 2

Kemampuan

untuk

berkomunikasi

Mampu memulai

interaksi dengan orang

lain secara verbal dan

non-verbal

18, 22(10) 2(2),6 2

Mampu merespon lawan

bicara saat

berkomunikasi

26(6), 30 10, 14(14) 2

Kemampuan

untuk

menyelesaikan

masalah

Membuat suatu

keputusan yang tepat

3, 7 19(3), 23(11) 2

Memahami bahwa orang

lain memiliki sudut

pandang yang berbeda

dengan dirinya

mengenai sesuatu

11, 15(15) 27(7), 31 2

Kesadaran

sosial

Memahami bahwa

perilaku yang dilakukan

dapat diterima orang lain

20, 24 4(4), 8(12) 2

Memahami tanda-tanda

bahwa suatu perilaku

tidak dapat diterima

orang lain

28, 32 12, 16(8) 1

Total 5 10 15

Keterangan :

1. Item yang dicetak tebal adalah item yang gugur

2. Item yang dicetak miring adalah item yang digugurkan untuk

menyeimbangkan jumlah item antar aspek

3. Item di dalam tanda kurung (()) adalah nomer item yang digunakan dalam

pengambilan data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

F. PEMERIKSAAN RELIABILITAS ALAT UKUR PENELITIAN

Reliabilitas yang digunakan menggunakan Alpha Cronbach. Alpha

cronbach digunakan untuk dapat menghitung reliabilitas dari suatu alat ukur yang

tidak memiliki pilihan jawaban ‘benar’ atau ‘salah’ ataupun ‘ya’ atau ‘tidak’, tetapi

digunakan untuk dapat menghitung reabilitas dari suatu alat ukur yang mengukur

mengenai sikap atau perilaku (Siregar, 2013). Penghitungan reliabilitas ini

menggunakan alat bantu SPSS 24 for Windows. Koefisien reliabilitas berada pada

rentang angka 0 sampai dengan 1,00. Jika koefisien reliabilitas semakin mendekati

angka 1, maka dapat dikatakan bahwa semakin reliabel pengukuran tersebut

(Azwar, 2012). Koefisien reliabilitas pada skala pola asuh otoritatif orang tua

adalah sebesar 0,822 dari 18 item dan pada skala kompetensi sosial sebesar 0,767

dari 15 item. Hal tersebut menunjukkan bahwa skala pola asuh otoritatif orang tua

dan kompetensi sosial memiliki reliabilitas yang baik.

G. METODE ANALISIS DATA

Uji hipotesis dilakukan setelah melakukan uji asumsi terlebih dahulu.

1. Uji Asumsi

1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidak nilai

distribusi atau sebaran data pada variabel pola asuh otoritatif orang tua

dan kompetensi sosial. Uji normalitas merupakan uji yang digunakan

untuk melihat apakah data penelitian bersumber dari suatu populasi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010). Pada penelitian ini, uji

normalitas menggunakan Kolmogorof Smirnov dengan alat bantu SPSS

24 for Windows. Data dapat dikatakan memiliki sebaran yang normal jika

memiliki taraf signifikansi > 0,05 (Santoso, 2010).

1.2. Uji Linearitas

Uji linearitas menyatakan mengenai hubungan antar variabel yang

akan dianalisis mengikuti garis lurus (Santoso, 2010). Penelitian ini

menggunakan alat bantu SPSS 24 for Windows untuk melakukan uji

linearitas. Suatu data dapat dikatakan linear jika memiliki taraf

signifikansi < 0,05 (Santoso, 2010).

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan korelasi Product

Moment Pearson. Korelasi Product Moment Pearson yaitu mencari arah serta

kekuatan pada hubungan antara variabel independen (bebas) dengan variabel

dependen (terikat) serta data yang berbentuk interval dan juga rasio (Siregar,

2013). Teknik ini digunakan untuk menguji hubungan antara pola asuh

otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai 11

tahun. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu SPSS 24 for

Windows. Hipotesis penelitian diterima jika memiliki nilai signifikasi < 0,05

(Santoso, 2010). Uji korelasi Product Moment Pearson dapat digunakan

apabila data berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal, maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

uji hipotesis dilakukan menggunakan statistik non parametrik Spearman’s rho

(Siregar, 2013). Pada uji korelasi, nilai koefisien korelasi berada pada rentang

-1 sampai 1 yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif atau

negatif pada kedua variabel penelitian (Santoso, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua sekolah yang berbeda. Pada tanggal

30 Januari 2018 dan 2 Februari 2018 di SD BOPKRI Gondolayu yang

terdiri dari 4 kelas. Jumlah siswa kelas IV dan V di SD BOPKRI Gondolayu

yang mengisi skala adalah 128 siswa. Akan tetapi, hanya 121 siswa yang

datanya sesuai kriteria dan dapat digunakan. Siswa di SD BOPKRI

Gondolayu yang datanya dapat digunakan terdiri dari kelas IV 1 sejumlah

34 siswa, kelas IV 2 sejumlah 36 siswa, kelas V 1 sejumlah 27 siswa, kelas

V 2 sejumlah 24 siswa. Peneliti juga melakukan pengambilan data di SD

Negeri Serayu pada tanggal 13 Februari 2018 di kelas V C kepada 12 siswa.

Cara pengambilan data dengan membagikan kuesioner kepada para siswa

di dalam kelas. Pertama-tama, peneliti menjelaskan mengenai cara

pengisian identitas dan petunjuk pengisian kuesioner, selanjutnya peneliti

meminta para siswa untuk mengerjakan kuesioner tersebut. Setelah selesai

dikerjakan, langsung diminta untuk mengumpulkan kembali kepada

peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

2. Deskripsi Responden

Responden penelitian berjumlah 133 siswa dengan data demografi

seperti terlihat pada tabel 10.

Tabel 10. Data Responden Penelitian

Keterangan Jumlah Total

Jenis Kelamin Laki-laki 73 133

Perempuan 60

Kelas IV 70 133

V 63

Urutan Kelahiran Anak Tunggal 20

133

Anak Pertama 47

Anak Kedua 49

Anak Ketiga 10

Anak Keempat 5

Anak Kelima 1

Anak Ketujuh 1

Pekerjaan Ayah PNS 4

133

Pegawai Swasta 70

Wiraswasta 39

Pendeta 7

Atlet 1

Arsitek 1

Polisi 3

Dosen 2

Guru 4

Pensiun 1

Dokter 1

Pekerjaan Ibu PNS 6

133

Ibu Rumah Tangga 50

Pegawai Swasta 40

Wiraswasta 21

Guru 6

Dokter 4

Arsitek 1

Polisi 2

Dosen 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

3. Deskripsi Data Penelitian

3.1. Mean Empiris dan Mean Teoritik

Deskripsi data dari variabel pola asuh otoritatif orang tua dan

kompetensi sosial dihitung menggunakan SPSS 24 for windows yang

dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Deskripsi Data Penelitian

Statistik

Pola Asuh Otoritatif

Orang Tua Kompetensi Sosial

Teoritik Empirik Teoritik Empirik

Skor

Minimum

18 41 15 34

Skor

Maksimum

72 72 60 60

Mean 45 60,99 37,5 50,66

Standar

Deviasi

9 5,737 7,5 4,852

Koefisien

One

Sampel

Test

122,601 120,411

Signifikansi

One

Sampel

Test

0,000 0,000

Berdasarkan hasil uji beda one sample t-test, dapat dilihat

bahwa variabel pola asuh otoritatif orang tua memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,000, yang menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan antara mean empirik dan mean teoritik. Pada variabel pola

asuh otoritatif orang tua memiliki mean empirik lebih besar daripada

mean teoritik (60,99>45). Hal tersebut menunjukkan bahwa pola asuh

otoritatif orang tua pada penelitian ini adalah tinggi. Selain itu,

berdasarkan hasil uji beda one sample t-test pada variabel kompetensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

sosial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000, yang menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan antara mean empirik dan mean

teoritik. Pada variabel kompetensi sosial memiliki mean empirik lebih

besar daripada mean teoritik (50,66>37,5). Hal tersebut menunjukkan

bahwa kompetensi sosial pada penelitian ini adalah tinggi.

3.2. Kategorisasi Skala

Kategorisasi skala bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi

dan seberapa rendah skor pola asuh otoritatif orang tua dan

kompetensi sosial yang diperoleh responden dalam penelitian ini.

Kategorisasi skala yang digunakan mengacu pada ketegori skala oleh

Azwar (2012). Rumusan interval yang digunakan sebagai berikut:

µ - t(α/2,n-1)(s/√n) ≤ X ≤ µ + t(α/2,n-1)(s/√n)

Keterangan:

µ : Mean teoritis pada skala

t(α/2,n-1) : Harga t pada α/2 dan derajat kebebasan n-1

s : Deviasi standar skor

n : Banyaknya responden

Norma kategorisasi dan pengelompokkan responden

berdasarkan skor pola asuh otoritatif orang tua dapat dilihat pada tabel

12.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Tabel 12. Norma Kategorisasi Dan Tingkat Pola Asuh Otoritatif

Orang Tua

Kategorisasi Skor

Pola Asuh Otoritatif

Orang Tua Kategori

Jumlah Presentase

X < µ - t(α/2,n-

1)(s/√n)

X < 44,016 2 1,5% Rendah

µ - t(α/2,n-1)(s/√n) ≤

X ≤ µ + t(α/2,n-

1)(s/√n)

44,016 ≤ X ≤

45,984 1 0,75% Sedang

µ + t(α/2,n-1)(s/√n) <

X

45,984 < X 130 97,74% Tinggi

Berdasarkan tabel 12, sebanyak 130 responden dengan

persentase 97,74% memiliki skor pola asuh otoritatif orang tua yang

masuk dalam kategori tinggi. Responden dengan persentase 1,5%

memiliki skor pola asuh otoritatif orang tua yang masuk dalam

kategori rendah. Terdapat responden dengan persentase 0,75% pada

skor pola asuh otoritatif orang tua yang termasuk dalam ketegori

sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki skor pola asuh otoritatif orang tua yang tinggi.

Tabel 13. Norma Kategorisasi Dan Tingkat Kompetensi Sosial

Kategorisasi Skor Kompetensi Sosial

Kategori Jumlah Presentase

X < µ - t(α/2,n-

1)(s/√n)

X < 36,668 2 1,5% Rendah

µ - t(α/2,n-1)(s/√n) ≤

X ≤ µ + t(α/2,n-

1)(s/√n)

36,668 ≤ X ≤

38,332 1 0,75% Sedang

µ + t(α/2,n-1)(s/√n)

< X

38,332 < X 130 97,74% Tinggi

Skala kompetensi sosial menunjukkan bahwa terdapat 130

responden dengan persentase sebesar 97,74% memiliki skor

kompetensi sosial dalam kategori tinggi. Terdapat responden dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

persentase 1,5% pada skor kompetensi sosial yang termasuk dalam

kategori rendah. Responden dengan persentase 0,75% memiliki skor

kompetensi sosial yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki skor

kompetensi sosial yang tinggi.

4. Reliabilitas Data Penelitian

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, didapatkan nilai

reliabilitas dari masing-masing skala seperti dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Hasil Reliabilitas Data Penelitian

Skala Cronbach’s Alpha Interpretasi

Pola asuh otoritatif

orang tua 0,774 Reliabel

Kompetensi sosial 0,705 Reliabel

Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa reliabilitas data

penelitian lebih rendah daripada data uji coba. Menurut Azwar (2012)

mengatakan penurunan nilai reliabilitas terjadi karena responden yang

tidak sungguh-sungguh ketika mengisi skala, responden dalam kondisi

lelah, ataupun responden tidak siap dalam mengisi skala. Selain itu,

responden yang memiliki rasa penolakkan terhadap isi skala yang membuat

responden menjawab tidak dengan sungguh-sungguh (Azwar, 2012).

Sikap, persepsi, dan motivasi dalam diri responden ketika memberikan

jawaban juga dapat memengaruhi reliabilitas. (Azwar, 1998).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

5. Hasil Uji Asumsi

5.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat sebaran data yang

diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Data dapat dikatakan

berdistribusi normal jika memiliki taraf signifikansi (p) lebih besar

dari 0,05 (p>0,05) (Santoso, 2010). Hasil uji normalitas menggunakan

Kolmogorof Smirnov dengan alat bantu SPSS 24 for Windows yang

dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Hasil Uji Normalitas

Variabel Signifikansi Keterangan

Pola asuh otoritatif

orang tua 0,000 Tidak normal

Kompetensi sosial 0,001 Tidak normal

Berdasarkan hasil uji normalitas tersebut, dapat dilihat bahwa

pola asuh otoritatif orang tua dan kompetensi sosial tidak terdistribusi

secara normal.

5.2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat kedua variabel yang

akan diuji hubungannya memiliki hubungan yang linear atau tidak.

Kedua variabel dapat dikatakan linear jika taraf signifikansi (p) lebih

kecil dari 0,05 (p<0,05) (Santoso, 2010). Hasil uji linearitas

menggunakan test for linearity pada alat bantu SPSS 24 for Windows

yang dapat dilihat pada tabel 16.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Tabel 16. Hasil Uji Linearitas

Uji Linearitas Sig Keterangan

Pola Asuh

Otoritatif

Orang Tua

dengan

Kompetensi

Sosial

0,000 Linear

Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa linearity memiliki

nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

hubungan antara pola asuh otoritatif orang tua dan kompetensi sosial

mengikuti fungsi linear.

6. Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik non

parametrik Spearman’s rho dengan bantuan SPSS 24 for Windows, karena

data pola asuh otoritatif orang tua dan kompetensi sosial bersifat tidak

normal. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Hasil Uji Hipotesis

Spearman’s rho Sig

Hubungan antara pola asuh otoritatif

orang tua dengan kompetensi sosial pada

anak

0,368 0,000

Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa nilai korelasi

Spearman’s rho sebesar 0,368 dan nilai signifikansi sebesar 0,000

(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial

pada anak, sehingga semakin tinggi pola asuh otoritatif orang tua, maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

semakin tinggi pula kompetensi sosialnya. Dengan demikian, hipotesis

pada penelitian ini diterima.

7. Analisis Tambahan

Peneliti melakukan analisis tambahan dengan menguji besarnya

kontribusi atau sumbangan yang diberikan. Pengujian kontribusi atau

sumbangan dengan cara menghitung koefisien determinasinya. Koefisien

determinasi merupakan angka yang dapat menyatakan besarnya suatu

kontribusi yang diberikan (Siregar, 2013).

Tabel 18. Koefisien Determinasi Pola Asuh Otoritatif Orang tua

dengan Kompetensi Sosial

Variabel Independen Variabel Dependen Koefisien Determinasi

Pola asuh otoritatif

orang tua Kompetensi sosial 13,54%

Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pola asuh otoritatif orang tua

memberikan kontribusi sebesar 13,54% pada kompetensi sosial.

B. PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti menunjukkan ada

hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif orang tua

dengan kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai 11 tahun (r = 0,368; p =

0,000). Semakin tinggi pola asuh otoritatif orang tua, maka semakin tinggi pula

kompetensi sosialnya. Dengan demikian, hipotesis pada penelitian ini diterima.

Pada hasil hipotesis dalam penelitian ini sesuai dengan hasil pada

penelitian sebelumnya yang mengatakan adanya hubungan yang positif antara

pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak (Akhtar,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Malik, & Begeer, 2016; Chae & Lee, 2011; Garcia & Gracia, 2009;

Jabagchourian, Sorkhabi, Quach, & Strage, 2014; Kazemi, Ardabili, &

Solokian, 2010; Ren & Edwards, 2015). Hubungan tersebut dapat terjadi

karena anak merasa bahwa orang tua akan selalu ada untuk dirinya. Selain itu,

anak juga dapat merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh orang tua. Hal tersebut

cenderung membuat anak dapat melakukan interaksi sosial dengan orang lain.

Pola asuh otoritatif orang tua seperti adanya penerimaan dan

keterlibatan dari orang tua terhadap anak dapat meningkatkan rasa kepercayaan

diri pada anak. Menurut Pomerantz, Grolnick, dan Price (dalam Brooks, 2011)

adanya keterlibatan dari orang tua dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam

diri anak terhadap kemampuan yang dimilikinya, sehingga dapat mengarah

kepada prestasi. Selain itu, menurut Fredricks dan Eccles (dalam Brooks, 2011)

orang tua yang memiliki keyakinan kepada kemampuan yang dimiliki anak

dapat mendorong perasaan kompetensi dalam diri anak. Brooks (2011)

mengatakan penampilan fisik serta penerimaan sosial seperti dari orang tua dan

teman merupakan area kompetensi yang memiliki peran pada nilai diri. Bentuk

penerimaan dan keterlibatan orang tua dalam penelitian ini seperti adanya

kehangatan dan juga kepekaan. Menurut McDowell dan Parke; Olsen, Yang,

Hart, Robinson, Wu, Nelson, Nelson, Jin, dan Wo (dalam Semrud-Clikeman,

2007) mengatakan bahwa positifnya gaya interaksi maternal dan adanya

kepekaan terhadap anak memiliki hubungan terhadap kompetensi sosial,

sedangkan adanya perilaku ibu yang terlalu banyak dalam hal mengendalikan

atau adanya perasaan negatif dari ibu memiliki pengaruh terhadap buruknya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

penerimaan dari teman sebaya dan juga memiliki rendahnya dalam

keterampilan sosial.

Menurut Eisenberg, Zhou, Spinrad, Valiente, Fabes, dan Liew (dalam

Brooks, 2011) sikap yang hangat dan adanya ekspresi yang positif dari orang

tua dapat membantu anak untuk mengembangkan kontrol seperti kemampuan

untuk dapat mengamati serta merencanakan suatu perilaku. Berk (2010)

mengatakan adanya pengasuhan yang hangat serta positif dari orang tua dapat

membuat anak-anak mengerti bahwa dirinya diterima sebagai seorang yang

memiliki kompeten dan juga seorang yang berguna. Adanya penerimaan dan

keterlibatan dari orang tua, dapat berpengaruh pada kompetensi sosial yang

dimiliki anak. Anak dapat melakukan interaksi sosial dengan orang lain.

Salah satu bentuk kendali dari orang tua kepada anak dalam penelitian

ini adalah adanya pemberian tuntutan. Menurut Maccoby (dalam Brooks,

2011) saat orang tua memberikan suatu tuntutan kepada anak, pada anak laki-

laki akan meningkatkan tanggung jawab sosial di dalam dirinya, sedangkan

pada anak perempuan akan meningkatkan ketegasan di dalam dirinya.

Mattanah (dalam Brooks, 2011) mengatakan orang tua memiliki wewenang

untuk menggabungkan antara kehangatan dan kontrol yang tegas mengenai

perilaku anak dengan cara menghargai individualitas dan juga kemandirian

anak, sehingga akan membantu anak untuk dapat menghadapi perubahan dari

rumah ke sekolah. Brooks (2011) mengatakan ibu yang secara konsisten

mendorong kemandirian anak mulai dari prasekolah sampai awal tahun sekolah

dasar, maka anak akan mempunyai tingginya nilai akademik serta mempunyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

tingginya kompetensi sosial, dan juga memiliki rendahnya tingkat dalam

penimbulan masalah. Melalui adanya kendali dari orang tua kepada anak, dapat

membuat anak memiliki interaksi sosial dengan orang lain yang dapat memiliki

pengaruh pada kompetensi sosial yang dimiliki anak.

Pemberian otonomi yang berasal dari orang tua pada penelitian ini salah

satu bentuknya adalah melibatkan anak dalam pengambilan keputusan. Orang

tua yang melibatkan anak dalam pengambilan keputusan dapat melatih anak

dalam memecahkan masalah. Denham (dalam Semrud-Clikeman, 2007)

mengatakan bahwa adanya ikatan antara orang tua dengan anak juga

mempelajari keterampilan dasar dalam suatu hubungan. Kemampuan untuk

dapat mengendalikan perasaan dan juga memecahkan masalah diperoleh

melalui hubungan awal ini dan kemudian digunakan dalam hubungan dengan

teman sebaya selanjutnya. Keterampilan yang dimiliki seseorang seperti

pemahaman emosional yang terkait kompetensi dengan teman sebaya dan juga

keterampilan ini dikembangkan melalui keluarga dan kemudian

menerapkannya kedalam interaksi dengan teman sebaya. Jika adanya

pemberian otonomi tersebut, maka dapat memengaruhi kompetensi sosial

anak.

Hasil analisis pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa pola asuh

otoritatif orang tua memiliki sumbangan sebesar 13,54% terhadap kompetensi

sosial. Hal tersebut berarti terdapat 86,46% faktor lain yang memengaruhi

kompetensi sosial yang tidak diteliti pada penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Pada hasil kategorisasi skala, pola asuh otoritatif orang tua yang

dimiliki oleh responden cenderung tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh

budaya. Budaya mencakup adanya latar belakang yang meliputi fisik serta

sosial untuk orang tua dan juga anak, adanya karakter psikologis dimana

karakter tersebut dihargai orang tua dan juga anak, dan adanya perilaku yang

disarankan untuk anggota keluarga. Oleh karena itu, budaya tersebut dapat

berpengaruh pada perilaku pengasuhan, seperti nilai-nilai yang diajarkan oleh

orang tua hingga pada hal yang nyata pada keseharian seperti tempat untuk

anak makan dan juga tidur (Harkness & Super, dalam Brooks, 2011).

Kategorisasi skala menunjukkan hasil bahwa responden yang

digunakan dalam penelitian ini memiliki kompetensi sosial yang cenderung

tinggi. Kompetensi sosial yang tinggi dapat disebabkan oleh adanya cara anak

melihat otoritas orang tua. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Jabagchourian, Sorkhabi, Quach, dan Strage (2014) mengatakan bahwa anak

yang melihat sedikitnya otoritas yang dimiliki oleh ibunya, maka memiliki

pengaturan diri yang tinggi serta memiliki agresi yang rendah. Selain itu, anak

yang melihat sedikitnya otoritas yang dimiliki oleh ayahnya, maka anak akan

lebih terlibat dalam akademis, dapat memiliki kompeten secara sosial, serta

memiliki tingginya kemampuan dalam pengambilan perspektif. Orang tua

memiliki peran yang penting bagi kompetensi dalam perkembangan anaknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pola asuh

otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai 11 tahun.

Berdasarkan hasil uji hipotesis, ditemukan adanya hubungan yang positif dan

signifikan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada

anak usia 9 sampai 11 tahun. Hubungan yang positif dan signifikan tersebut

menunjukkan bahwa semakin tinggi pola asuh otoritatif orang tua yang dimiliki

oleh anak usia 9 sampai 11 tahun, maka semakin tinggi tingkat kompetensi

sosial yang dimiliki. Sebaliknya, semakin rendah pola asuh otoritatif orang tua

yang dimiliki oleh anak usia 9 sampai 11 tahun, maka semakin rendah tingkat

kompetensi sosial yang dimiliki. Pola asuh otoritatif orang tua memiliki

sumbangan sebesar 13,54% terhadap kompetensi sosial, sehingga 86,46%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah orang tua yang dipersepsi

tidak seragam. Ayah dan ibu bisa jadi beda pola asuhnya. Selain itu, pada skala

tidak dituliskan pertanyaan mengenai orang tua (ayah atau ibu) yang paling

signifikan atau yang dipersepsi oleh anak. Selanjutnya, responden belum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

mampu untuk membedakan pilihan respon antara sangat tidak sesuai (STS)

dengan tidak sesuai (TS) dan sangat sesuai (SS) dengan sesuai (S).

C. SARAN

1. Bagi peneliti selanjutnya

Data dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal. Peneliti

selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah responden dalam

pengambilan data, supaya sebaran data dapat semakin merata dan

memperoleh data yang dapat mewakili populasi normal.

2. Bagi orang tua

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial.

Responden juga memiliki mean empirik lebih besar daripada mean teoritik

dalam kompetensi sosial yang menunjukkan bahwa responden memiliki

tingkat kompetensi sosial tinggi. Oleh karena itu, orang tua diharapkan

untuk lebih dapat membuat adanya penerimaan dan keterlibatan kepada

anak, memberikan kontrol yang wajar, dan memberikan otonomi kepada

anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

DAFTAR PUSTAKA

Akhtar, P., Malik, J. A., & Begeer, S. (2016). The grandparents’ influence:

parenting styles and social competence among children of joint families.

Journal of Child and Family Studies, 1–9.

Azwar, S. (1998). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi (edisi 2). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Beebe, S. A., Beebe, S. J., & Redmond, M. V. (2011). Interpersonal

communication: Relating to others (6th edition). Boston: Allyn & Bacon,

Inc.

Benson, J. B. (2014). Advances in child development and behavior. USA: Elsevier.

Berk, L. E. (2010). Development through the lifespan: Dari prenatal sampai remaja

(Transisi menjelang dewasa) (edisi 5 jilid 1). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Booth-Laforce, C., Oh, W., Kim, A. H., Rubin, K. H., Rose-Krasnor, L., & Burgess,

K. (2006). Attachment, self-worth, and peer-group functioning in middle

childhood. Attachment & Human Development, 8(4), 309–325.

Brooks, J. (2011). The process of parenting (edisi 8). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burt, K. B., Obradović, J., Long, J. D., & Masten, A. S. (2008). The interplay of

social competence and psychopathology over 20 years: Testing

transactional and cascade models. Child development, 79(2), 359–374.

Camodeca, M., Caravita, S. C. S., & Coppola, G. (2015). Bullying in preschool:

The associations between participant roles, social competence, and social

preference. Aggressive behavior, 41(4), 310–321.

Chae, J.-Y., & Lee, K. Y. (2011). Impacts of Korean fathers’ attachment and

parenting behavior on their children’s social competence. Social Behavior

and Personality: an international journal, 39(5), 627–643.

DeVito, J. A. (2011). Komunikasi antarmanusia (edisi 5). Tangerang Selatan:

Karisma.

Elias, M. J., & Haynes, N. M. (2008). Social competence, social support, and

academic achievement in minority, low-income, urban elementary school

children. School Psychology Quarterly, 23(4), 474-495.

Feist, J. & Feist, G.J. (2010). Teori kepribadian (edisi 1 buku 1). Jakarta: Salemba

Humanika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Garcia, F., & Gracia, E. (2009). Is always authoritative the optimum parenting

style? Evidence from Spanish families. Adolescence, 44(173), 101–131.

Garner, P. W., & Hinton, T. S. (2010). Emotional display rules and emotion self-

regulation: Associations with bullying and victimization in community-

based after school programs. Journal of Community & Applied Social

Psychology, 20(6), 480–496.

Greene, J. O., & Burleson, B. R. (2003). Handbook of communication and social

interaction skills. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Halonen, J. S., & Santrock, J. W. (1999). Psychology: Contexts & applications (3th

edition). Boston: McGraw-Hill.

Helmawati. (2016). Pendidikan keluarga teoretis dan praktis. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Hermawan, B. (2014). Ini video murid SD dihajar temannya di Bukittinggi. Diakses

dari

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/10/12/ndbuwg-ini

video-murid-sd-dihajar-temannya-di-bukittinggi pada 7 April 2018 pukul

09:47

Houbre, B., Tarquinio, C., Thuillier, I., & Hergott, E. (2006). Bullying among

students and its consequences on health. European Journal of Psychology

of Education, 21(2), 183–208.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hybels, S., & Weaver, R. L. (2004). Communicating effectively (7th Edition).

Boston: McGraw-Hill.

Jabagchourian, J. J., Sorkhabi, N., Quach, W., & Strage, A. (2014). Parenting styles

and practices of Latino parents and Latino fifth graders’ academic,

cognitive, social, and behavioral outcomes. Hispanic Journal of Behavioral

Sciences, 36(2), 175–194.

Kazemi, A., Ardabili, H. E., & Solokian, S. (2010). The association between social

competence in adolescents and mothers’ parenting style: A cross sectional

study on Iranian girls. Child and Adolescent Social Work Journal, 27(6),

395–403.

King, L. A. (2010). Psikologi umum: Sebuah pandangan apresiatif (buku 1).

Jakarta: Salemba Humanika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Nation, M., Vieno, A., Perkins, D. D., & Santinello, M. (2008). Bullying in school

and adolescent sense of empowerment: An analysis of relationships with

parents, friends, and teachers. Journal of community & applied social

psychology, 18(3), 211–232.

Ormrod, J. E. (2009). Psikologi pendidikan: Membantu siswa tumbuh dan

berkembang (edisi 6 jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Orpinas, P., & Horne, A. M. (2006). Bullying prevention: Creating a positive school

climate and developing social competence. Washington, DC: APA.

Papalia, D. E., & Feldman, R. D. (2014). Menyelami perkembangan manusia (Edisi

12 Buku 1). Jakarta: Salemba Humanika.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human development:

Psikologi perkembangan bagian I sampai dengan bagian IV (edisi 9).

Jakarta: Kencana.

Penela, E. C. (2013). The influences of early temperament and emotion regulation

on social competence in middle childhood (PhD Thesis). University of

Miami.

Ren, L., & Edwards, C. P. (2015). Pathways of influence: Chinese parents’

expectations, parenting styles, and child social competence. Early Child

Development and Care, 185(4), 614–630.

Rubin, K. H., Bukowski, W. M., & Laursen, B. (2009). Handbook of peer

interactions, relationships, and groups. New York: The Guilford Press.

Safutra, I. (2017). Fakta-fakta miris dari kasus tewasnya siswa SD di

Sukabumi. Diakses dari https://www.jawapos.com/read/2017/08/10/149936/fakta-fakta-miris-dari-

kasus-tewasnya-siswa-sd-di-sukabumi pada 7 April 2018 pukul 14:36

Samani, M., & Hariyanto. (2014). Konsep dan model pendidikan karakter.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi dari blog menjadi buku.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Santrock, J. W. (2004). Psikologi pendidikan (edisi 2). Jakarta: Kencana.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak (edisi 11 jilid 2). Jakarta:

Erlangga.

Santrock, J. W. (2012). Life span development (13th edition). Jakarta: Erlangga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Schneider, B. H., Attili, G., Nadel, J., & Weissberg, R. P. (1989). Social competence

in developmental perspective. Netherlands: Kluwer Academic Publishers.

Schoffstall, C. L., & Cohen, R. (2011). Cyber aggression: The relation between

online offenders and offline social competence. Social Development, 20(3),

587–604.

Semrud-Clikeman, M. (2007). Social competence in children. USA: Springer.

Setyawan, D. (2014). KPAI : Kasus bullying dan pendidikan karakter. Diakses dari

http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/

pada 20 Maret 2017 pukul 11:28 WIB.

Siregar, S. (2013). Metode penelitian kuantitatif dilengkapi dengan perbandingan

perhitungan manual & SPSS. Jakarta: Kencana.

Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Penerbit Universitas

Sanata Dharma.

Supratiknya, A. (2016). Kuantifikasi validitas isi dalam asesmen psikologis.

Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1995). Kamus

besar bahasa indonesia (edisi 2 cetakan 4). Jakarta: Balai Pustaka.

Upton, P. (2012). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga

Wiryanto. (2004). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Grasindo.

Woolfolk, A. (2009). Educational psychology active learning edition (Edisi

10 Bagian 1). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Lampiran 1.

Form Penilaian dan Inform Consent Validitas Isi Pola Asuh Otoritatif Orang Tua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

PENILAIAN VALIDITAS ISI

POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Yogyakarta, …………………………….

Yang terhormat

Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i

Yang berpartisipasi dalam penelitian ini

Dengan hormat,

Saya mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang beridentitas di bawah ini:

Nama : Stephina Valencia Harda Sutejo

NIM : 139114022

Memohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi penilaian validitas isi item “pola asuh otoritatif

orang tua” dalam rangka tugas akhir saya. Validitas isi item yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah taraf sejauh mana isi

item relevan dengan atribut psikologis yang diukur (pola asuh otoritatif orang tua). Saya mengucapkan terima kasih atas

bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi penilaian validitas isi item ini.

Hormat Saya,

Stephina Valencia Harda Sutejo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

PERNYATAAN KESEDIAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

NIM/NIP :

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia mengisi penilaian validitas isi item dengan sukarela tanpa paksaan

dari pihak tertentu demi membantu terlaksananya penelitian.

Yogyakarta, …………………………….

(…………………………….)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Penilaian Validitas Isi Item

Alat ukur atau skala ini bertujuan mengukur pola asuh otoritatif orang tua yang dibagi kedalam 3 aspek. Definisi

konseptual atribut psikologis beserta aspek dan indikatornya adalah sebagai berikut:

Atribut Psikologis Komponen

Pola asuh otoritatif orang tua

Pola asuh otoritatif orang tua adalah pola asuh orang tua

yang lebih fokus mengarah kepada individualitas anak,

namun tetap menggunakan aturan sosial serta memberikan

penerimaan dan keterlibatan yang tinggi, menggunakan

pengendalian yang adaptif, dan memberikan otonomi yang

wajar pada anak.

Aspek penerimaan dan keterlibatan

Orang tua yang hangat, penuh perhatian, dan juga peka

terhadap kebutuhan anak. Adanya hubungan yang

menyenangkan dan memuaskan yang dibuat oleh orang tua

dengan anak, yang dapat membuat anak merasa memiliki

keterikatan dengan orang tuanya.

Indikator:

a. Hangat

b. Penuh perhatian

c. Peka terhadap kebutuhan anak

Aspek kendali

Orang tua memberikan kendali secara tegas dan wajar.

Orang tua juga memerintahkan perilaku yang dewasa,

memberikan penjelasan kepada anak mengenai larangan

yang diberikan, menggunakan disiplin untuk pembelajaran

supaya anak dapat mengatur dirinya.

Indikator:

a. Memberikan tuntutan yang wajar mengenai

kedewasaan

b. Mendorong tuntutan mengenai kedewasaan secara

konsisten

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

c. Menjelaskan tuntutan mengenai kedewasaan secara

konsisten

Aspek pemberian otonomi

Orang tua akan secara bertahap untuk memberikan otonomi

yang sesuai terhadap anak, membebaskan anak dalam

membuat keputusannya pada bidang yang dikuasainya dan

sesuai kesiapannya.

Indikator:

a. Membebaskan anak untuk membuat keputusan sesuai

kesiapannya

b. Mendorong anak untuk dapat mengatakan perasaan

yang ada di dalam dirinya

c. Melibatkan anak dalam mengambil keputusan ketika

adanya perbedaan pendapat antara orang tua dan anak

Tugas Anda adalah sebagai berikut:

a. Terhadap setiap item berikut ini, berikanlah penilaian anda terkait taraf relevansinya.

b. Taraf relevansi yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah taraf sejauh mana item yang bersangkutan mencerminkan

atribut psikologis atau komponen atribut psikologis yang hendak diukur. Relevansi ini tercemin dari kesesuaian isi

item dengan definisi konseptual tentang atribut psikologis atau komponen atribut psikologis yang diukur.

c. Untuk memberikan penilaian terhadap taraf relevansi item, gunakanlah skala penilaian berikut:

1 = Tidak relevan

2 = Kurang relevan

3 = Relevan

4 = Sangat relevan

d. Nyatakanlah penilaian anda dengan cara memberikan tanda centang (√)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

e. Berikanlah saran perbaikan pada kolom yang telah disediakan apabila menurut Anda item-item yang tersedia

tidak/kurang relevan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Penilaian Item

Pola asuh otoritatif orang tua

Pola asuh otoritatif orang tua adalah pola asuh orang tua yang lebih fokus mengarah kepada individualitas anak, namun tetap

menggunakan aturan sosial serta memberikan penerimaan dan keterlibatan yang tinggi, menggunakan pengendalian adaptif,

dan memberikan otonomi yang wajar pada anak.

Komponen Indikator No Item

Taraf

Relevansi Saran Perbaikan Item

1 2 3 4

Aspek penerimaan

dan keterlibatan

Orang tua yang

hangat, penuh

perhatian, dan juga

peka terhadap

kebutuhan anak.

Adanya hubungan

yang menyenangkan

dan memuaskan

yang dibuat oleh

orang tua dengan

anak, yang dapat

membuat anak

merasa memiliki

Hangat 1. Orang tuaku memberikan

aku semangat ketika aku

kalah dalam perlombaan.

(F)

2. Orang tuaku memberikan

aku nasihat saat nilaiku

jelek. (F)

3. Orang tuaku marah saat

aku bertengkar dengan

teman. (UF)

4. Orang tuaku memarahi

aku saat aku lupa

mengerjakan PR. (UF)

Penuh

perhatian

5. Orang tuaku perhatian

pada kegiatanku. (F)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

keterikatan dengan

orang tuanya.

6. Orang tuaku membantu

aku saat aku kesulitan

mengerjakan PR. (F)

7. Orang tuaku menyuruh

aku untuk menyapu saat

aku sedang belajar. (UF)

8. Orang tuaku menyalakan

televisi dengan suara

yang keras saat aku

sedang belajar. (UF)

Peka terhadap

kebutuhan

anak

9. Orang tuaku mengetahui

kebutuhan aku. (F)

10. Orang tuaku memberikan

barang kebutuhan sekolah

kepadaku sebelum aku

memintanya. (F)

11. Orang tuaku menyuruh

aku untuk mengatur

sendiri mengenai

kebutuhan aku. (UF)

12. Orang tuaku memberikan

hal yang aku butuhkan

saat aku memintanya.

(UF)

Aspek kendali

Orang tua

memberikan kendali

secara tegas dan

wajar. Orang tua

Memberikan

tuntutan yang

wajar

mengenai

kedewasaan

13. Orang tuaku memintaku

untuk datang sekolah

tepat waktu. (F)

14. Orang tuaku menyuruh

aku untuk belajar. (F)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

juga memerintahkan

perilaku yang

dewasa, memberikan

penjelasan kepada

anak mengenai

larangan yang

diberikan,

menggunakan

disiplin untuk

pembelajaran supaya

anak dapat mengatur

dirinya.

15. Orang tuaku

membebaskan aku untuk

bermain bersama teman

terlebih dahulu setelah

selesai sekolah. (UF)

16. Orang tuaku

membebaskan aku untuk

bermain sampai larut

malam. (UF)

Mendorong

tuntutan

mengenai

kedewasaan

secara

konsisten

17. Orang tuaku

mengingatkanku untuk

bersikap sopan terhadap

orang lain. (F)

18. Orang tuaku

mengingatkanku untuk

mengakui kesalahan yang

aku buat. (F)

19. Orang tuaku

membebaskan aku untuk

tidur larut malam. (UF)

20. Orang tuaku

membebaskan aku untuk

membuang sampah

sembarangan. (UF)

Menjelaskan

tuntutan

mengenai

kedewasaan

21. Orang tuaku menjelaskan

bahwa mendengarkan

orang lain yang sedang

berbicara adalah

perbuatan yang baik. (F)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

secara

konsisten

22. Orang tuaku menjelaskan

bahwa meminta maaf

kepada teman adalah

perbuatan yang baik. (F)

23. Orang tuaku diam setelah

mengatakan kepada aku

untuk meminjamkan alat

tulis kepada teman. (UF)

24. Orang tuaku memintaku

untuk menghibur teman

yang sedih tanpa

menjelaskan alasannya.

(UF)

Aspek pemberian

otonomi

Orang tua akan

secara bertahap

untuk memberikan

otonomi yang sesuai

terhadap anak,

membebaskan anak

dalam membuat

keputusannya pada

bidang yang

dikuasainya dan

sesuai kesiapannya.

Membebaskan

anak untuk

membuat

keputusan

sesuai

kesiapannya

25. Orang tuaku memberikan

kebebasan kepada aku

untuk menentukan pilihan

saat aku merasa siap. (F)

26. Orang tuaku

membebaskan aku untuk

memilih kegiatan yang

akan aku ikuti. (F)

27. Orang tuaku mengatur

aku dalam menentukan

jadwal kegiatanku. (UF)

28. Orang tuaku memilihkan

ekstrakulikuler yang akan

aku ikuti. (UF)

Mendorong

anak untuk

29. Orang tuaku memberikan

aku kesempatan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

dapat

mengatakan

perasaan yang

ada di dalam

dirinya

mengungkapkan

perasaanku. (F)

30. Orang tuaku meminta aku

untuk menceritakan

perasaan yang aku

rasakan. (F)

31. Orang tuaku meminta aku

diam saat aku ingin

mengatakan perasaanku.

(UF)

32. Orang tuaku menolak

untuk mendengarkan

cerita tentang perasaanku.

(UF)

Melibatkan

anak dalam

mengambil

keputusan

ketika adanya

perbedaan

pendapat

antara orang

tua dan anak

33. Orang tuaku menanyakan

pendapatku saat akan

mengambil keputusan.

(F)

34. Orang tuaku memberikan

aku kesempatan untuk

menyampaikan

pendapatku. (F)

35. Orang tuaku memutuskan

segala sesuatu sendiri.

(UF)

36. Orang tuaku akan

mencari penyelesaiannya

sendiri saat adanya

perbedaan pendapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

antara orang tuaku

dengan aku. (UF)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Lampiran 2.

Form Penilaian dan Inform Consent Validitas Isi Kompetensi Sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

PENILAIAN VALIDITAS ISI

KOMPETENSI SOSIAL

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i

Yang berpartisipasi dalam penelitian ini

Dengan hormat,

Kami mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang beridentitas di bawah ini:

1. Stephina Valencia H. S (139114022)

2. Ignatia R. S. R. N (139114085)

3. Putri Ismadiyani (139114117)

4. Philosophia N. A. Wisung (139114157)

5. Monica Angelina I. A. P (139114172)

Memohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi penilaian validitas isi item “Kompetensi Sosial Siswa di

Sekolah” dalam rangka tugas akhir kami. Validitas isi aitem yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah taraf sejauh mana isi aitem

relevan dengan atribut psikologis yang diukur (kompetensi sosial siswa di sekolah). Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan

kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisi penialaian validitas isi aitem isi.

Hormat kami,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

PERNYATAAN KESEDIAAN

Aku yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

NIM/NIP :

Dengan ini menyatakan bahwa aku bersedia mengisi penilaian validitas isi aitem dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak

tertentu demi membantu terlaksananya penelitian.

Yogyakarta, ………………………………

(……………………………………..)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Penilaian Validitas Isi Aitem

Alat ukur atau skala ini bertujuan mengukur kompetensi sosial yang dibagi kedalam 4 aspek. Definisi konseptual atribut psikologis

beserta aspek dan indikatornya adalah sebagai berikut:

Atribut Psikologis Komponen

Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial adalah

pengetahuan dan kemampuan untuk

membangun dan melakukan

interaksi secara positif dengan orang

lain.

Aspek kemampuan mengelola emosi

Kemampuan mengelola emosi adalah kepekaan terhadap perasaan orang lain.

Indikator :

a. Memahami perasaan orang lain

b. Merespon secara fleksibel

Aspek kemampuan untuk berkomunikasi

Kemampuan berkomunikasi adalag kemampaun utuk memulai interaksi dan merespon

secara verbal dan non-verbal.

Indikator :

a. Mampu memulai interaksi dengan orang lain secara verbal dan non-verbal

b. Mampu berkomunikasi secara responsive pada lawan bicara

Aspek kemampuan menyelesaikan masalah

Kemampuan menyelesaikan masalah adalah kemampuan untuk menemukan cara agar dapat

menyelesaikan masalah.

Indikator :

a. Memahami bahwa orang lain memiliki sudut pandang yang berbeda dengan dirinya

mengenai sesuatu

b. Membuat suatu keputusan secara tepat

Aspek kesadaran sosial

Kesadaran sosial dalah kemampuan seseorang untuk dapat mengetahui perilaku yang dapat

dan tidak dapat diterima secara sosial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Indikator :

a. Memahami tanda-tanda bahwa suatu perilaku dapat diterima orang lain

b. Memahami tanda-tanda bahwa suatu perilaku tidak dapat diterima orang lain.

Tugas Anda adalah sebagai berikut:

1. Terhadap setiap item berikut ini, berikanlah penilaian anda terkait taraf relevansinya.

2. Taraf relevansi yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah taraf sejauh mana item yang bersangkutan mencerminkan atribut

psikologis atau komponen atribut psikologis yang hendak diukur. Relevansi ini tercemin dari kesesuaian isi item dengan

definisi konseptual tentang atribut psikologis atau komponen atribut psikologis yang diukur.

3. Untuk memberikan penilaian terhadap taraf relevansi item, gunakanlah skala penilaian berikut:

1 = Tidak relevan

2 = Kurang relevan

3 = Relevan

4 = Sangat relevan

4. Nyatakanlah penilaian anda dengan cara memberikan tanda centang (√)

5. Berikanlah saran perbaikan pada kolom yang telah disediakan apabila menurut Anda item-item yang tersedia tidak/kurang

relevan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Penilaian Item

Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial adalah pengetahuan dan kemampuan untuk membangun dan melakukan interaksi secara positif dengan orang lain.

Komponen Indikator No Item Taraf Relevansi

Saran Perbaikan Item 1 2 3 4

Aspek

kemampuan

mengelola

emosi

Merespon

secara fleksibel

1. Aku tidak mengejek teman

yang telah mengejekku. (F)

2. Walaupun kalah, aku

memberikan selamat pada

temanku yang menang

dalam lomba cerdas cermat

(F)

3. Aku mengejek teman yang

telah mengejekku. (UF)

4. Ketika kalah, aku

menghindari teman yang

menang dalam lomba cerdas

cermat. (UF)

Memahami

perasaan orang

lain

5. Aku tahu temanku merasa

sedih ketika dimarahi guru

(F)

6. Aku tahu temanku merasa

gembira saat mendapat nilai

yang bagus (F)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

7. Aku tahu temanku merasa

senang saat dimarahi guru

(UF)

8. Aku tahu temanku merasa

sedih saat mendapat nilai

yang bagus (UF)

Aspek

kemampuan

untuk

berkomunikasi

Mampu

memulai

interaksi

dengan orang

lain secara

verbal dan non-

verbal

9. Aku mengajak temanku ke

kantin saat istirahat. (F)

10. Aku mengajak temanku

untuk bermain bersama. (F)

11. Aku diajak temanku untuk

ke kantin saat istirahat. (UF)

12. Aku bermain sendiri di

dalam kelas saat istirahat.

(UF)

Mampu

merespon

lawan bicara

saat

berkomunikasi

13. Aku akan menjawab

pertanyaan dari temanku. (F)

14. Aku memberikan pendapat

ketika mengerjakan tugas

kelompok. (F)

15. Aku mengabaikan

pertanyaan temanku. (UF)

16. Aku diam ketika

mengerjakan tugas

kelompok. (UF)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Kemampuan

menyelesaikan

masalah

Membuat suatu

keputusan yang

tepat

17. Aku mengerjakan tugas

kelompok sebelum bermain

(F)

18. Aku melerai temanku yang

berkelahi. (F)

19. Aku lebih memilih untuk

bermain sebelum

mengerjakan tugas

kelompok. (UF)

20. Aku menyemangati temanku

ketika berkelahi.. (UF)

Memahami

bahwa orang

lain memiliki

sudut pandang

yang berbeda

dengan dirinya

mengenai

sesuatu

21. Aku mendengarkan ide

temanku saat kerja

kelompok. (F)

22. Aku mendengarkan usulan

permainan dari teman. (F)

23. Aku merasa ideku yang

paling benar saat kerja

kelompok. (UF)

24. Aku ingin usulan

permainanku yang dipakai

untuk bermain. (UF)

Kesadaran

Sosial

Memahami

bahwa perilaku

yang dilakukan

25. Temanku akan

mengucapkan terima kasih

saat aku membantunya piket

kelas. (F)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

dapat diterima

orang lain

26. Temanku akan tersenyum

saat aku membagikan

makanan. (F)

27. Aku tidak mengerti alasan

temanku tidak mengucapkan

terima kasih saat aku

membantunya piket kelas

(UF)

28. Aku tidak mengerti alasan

temanku menolak saat aku

membagikan makanan. (UF)

Memahami

tanda-tanda

bahwa suatu

perilaku tidak

dapat diterima

orang lain.

29. Aku mengerti alasan

temanku pergi saat aku

menggejeknya (F)

30. Aku tahu temanku cemberut

saat aku memamerkan

barang baru milik aku. (F)

31. Aku tidak mengerti alasan

teman aku pergi saat aku

mengejeknya. (UF)

32. Aku tidak mengerti bahwa

memamerkan barang baru

adalah hal yang salah. (UF)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Lampiran 3.

Perhitungan IVI-I dan IVI-S Variabel Pola Asuh Otoritatif Orang Tua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Aspek Indikator Item

No.

Taraf Relevansi Tindakan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 IVI-I

Penerimaan

dan

Keterlibatan

Hangat 1 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

2 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

3 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

4 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

Penuh Perhatian 5 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

6 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

7 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

8 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

Peka terhadap

kebutuhan anak

9 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

10 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

11 1 0 0 1 1 1 0,67

Diganti dengan item baru:

Orang tuaku sibuk dengan

pekerjaanya

12 1 1 0 1 1 1 0,83 Dipakai

Kendali Memberikan

tuntutan yang

wajar mengenai

kedewasaan

13 1 0 1 1 1 1 0,83 Dipakai

14 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

15 0 0 1 1 1 1 0,67

Diganti dengan item baru:

Orang tuaku diam saja saat aku

mengejek temanku

16 0 1 1 1 1 1 0,83 Dipakai

Mendorong

tuntutan

mengenai

kedewasaan

secara konsisten

17 1 0 1 1 1 1 0,83 Dipakai

18 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

19 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

20 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

21 1 1 0 1 1 1 0,83 Dipakai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

Menjelaskan

tuntutan

mengenai

kedewasaan

secara konsisten

22 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

23 0 1 0 1 1 1 0,67

Diganti dengan item baru:

Orang tuaku memintaku untuk

berbagi makanan kepada teman

tanpa menjelaskan alasannya

24 0 1 1 1 1 1 0,83 Dipakai

Pemberian

Otonomi

Membebaskan

anak untuk

membuat

keputusan sesuai

kesiapannya

25 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

26 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

27 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

28 1 0 1 1 1 1 0,83 Dipakai

Mendorong

anak untuk

dapat

mengatakan

perasaan yang

ada di dalam

dirinya

29 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

30 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

31 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

32 1 1 1 1 1 1 1

Dipakai

Melibatkan anak

dalam

mengambil

keputusan ketika

adanya

perbedaan

pendapat antara

orang tua dan

anak

33 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

34 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

35 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

36 1 1 1 1 1 1 1

Dipakai

IVI-S 0,939

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

Lampiran 4.

Perhitungan IVI-I dan IVI-S Variabel Kompetensi Sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Aspek Indikator Item

No.

Taraf relevansi Tindakan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 IVI-I

Kemampuan

Mengelola

Emosi

Merespon secara

fleksibel

1 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

2 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

3 1 1 1 1 1 1 1

Diganti dengan item baru:

Aku marah pada temanku

karena ia menginjak kakiku

dengan tidak sengaja

4 1 1 1 1 1 1 1

Diganti dengan item baru:

Aku menjauh dari teman-teman

yang mendapatkan nilai tinggi

di kelas

Memahami perasaan

oranglain

5 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

6 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

7 1 1 0 1 0 1 0,67

Diganti dengan item baru:

Aku tidak tahu apa yang

temanku rasakan saat ia

menangis

8 1 1 0 1 0 1 0,67

Diganti dengan item baru:

Aku mengabaikan temanku

yang menangis

Kemampuan

untuk

berkomunikasi

Mampu memulaiinteraksi

dengan orang lain secara

verbal dan non-verbal

9 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

10 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

11 1 0 0 1 1 1 0,67

Diganti dengan item baru:

Aku menunggu untuk diajak

temanku ke kantin saat istirahat

12 1 1 1 1 1 1 1 Diganti dengan item baru:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

Aku lebih suka bermain sendiri

di dalam kelas saat istirahat

Mampu merespon lawan

bicara saat

berkomunikasi

13 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

14 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

15 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

16 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

Kemampuan

Menyelesaikan

Masalah

Membuat suatu

keputusan yang tepat

17 1 1 0 1 1 1 0,83 Dipakai

18 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

19 1 0 1 1 1 1 0,83

Diganti dengan item baru:

Aku lebih suka bermain

daripada membantu temanku

yang kesulitan mengerjakan

tugas

20 1 1 0 1 1 1 0,83 Dipakai

Memahami bahwa orang

lain memiliki sudut

pandang yang berbeda

sengan dirinya mengenai

sesuatu

21 1 0 1 1 1 1 0,83 Dipakai

22 1 0 1 1 1 1 0,83 Dipakai

23 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

24 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

Kesadaran

Sosial

Memahami bahwa

perilaku yang dilakukan

dapat diterima orang lain

Memahami tanda-tanda

bahwa suatu perilaku

tidak dapat diterima

orang lain

25 1 1 1 1 1 1 1

Diganti dengan item baru:

Aku mengerjakan ujian tanpa

mencontek

26 1 1 1 1 1 1 1

Diganti dengan item baru:

Aku membantu temanku saat

sedang piket kelas

27 1 1 0 1 1 1 0,83

Diganti dengan item baru:

Aku suka menyalin tugas dari

temanku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

28 1 1 0 1 1 1 0,83

Diganti dengan item baru:

Aku menggangu temanku yang

sedang mengerjakan tugas

29 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

30 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

31 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai

32 1 1 0 1 1 1 0,83

Diganti dengan item baru:

Aku merasa guru tidak akan

marah ketika aku mencontek

saat ujian

IVI-S 0,927

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

Lampiran 5.

Skala Uji Coba Pola Asuh Otoritatif Orang Tua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

SKALA POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA

Disusun Oleh:

Nama : Stephina Valencia Harda Sutejo

NIM : 139114022

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

Yth. Adik-adik

Yang berpartisipasi dalam penelitian ini

Dengan hormat,

Saya mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang beridentitas di

bawah ini:

Nama : Stephina Valencia Harda Sutejo

NIM : 139114022

Memohon bantuan dan kesediaan Adik-adik untuk mengisi kuesioner dalam

rangka tugas akhir saya. Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kesediaan

Adik-adik untuk mengisi kuesioner ini.

Hormat Saya,

Stephina Valencia Harda Sutejo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

PERNYATAAN KESEDIAAN

Aku yang bertandatangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Urutan Kelahiran : anak ke…… dari…… bersaudara

Pekerjaan Ayah :

Pekerjaan Ibu :

Dengan ini menyatakan bahwa aku bersedia mengisi kuesioner ini dengan

sukarela tanpa paksaan dari pihak tertentu demi membantu terlaksananya penelitian.

Yogyakarta, ………………………….

(……………………………..)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

PETUNJUK CARA MENJAWAB

Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan, baca dan pahami pernyataan tersebut

dengan baik-baik dan berikan tanda silang (x) pada kolom pilihan jawaban yang

tersedia. Pilihan jawaban tersebut, yaitu :

STS : Sangat Tidak Sesuai

TS : Tidak Sesuai

S : Sesuai

SS : Sangat Sesuai

Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang kamu pilih:

Contoh :

Pertanyaan STS TS S SS

Saya menyukai bunga X

Jika ingin memperbaiki jawaban, berikan garis pada jawaban pertama, lalu

memberikan jawaban kedua di kolom pilihan.

Contoh :

Pertanyaan STS TS S SS

Saya menyukai bunga X X

Tidak ada jawaban yang salah dan benar. Semua pernyataan harus diisi. Setiap orang

mempunyai jawaban yang pasti berbeda-beda, maka pilihlah jawaban yang paling

sesuai dengan dirimu.

-Selamat mengerjakan, jangan sampai ada yang terlewatkan-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Orang tuaku memberikan aku semangat ketika aku

kalah dalam perlombaan.

2. Orang tuaku diam saja saat aku mengejek temanku.

3. Orang tuaku memberikan kebebasan kepada aku

untuk menentukan pilihan saat aku merasa siap.

4. Orang tuaku marah saat aku bertengkar dengan

teman.

5. Orang tuaku memintaku untuk datang sekolah tepat

waktu.

6. Orang tuaku mengatur aku dalam menentukan

jadwal kegiatanku.

7. Orang tuaku memberikan aku nasihat saat nilaiku

jelek.

8. Orang tuaku membebaskan aku untuk bermain

sampai larut malam.

9. Orang tuaku membebaskan aku untuk memilih

kegiatan yang akan aku ikuti.

10. Orang tuaku memarahi aku saat aku lupa

mengerjakan PR.

11. Orang tuaku menyuruh aku untuk belajar.

12. Orang tuaku memilihkan ekstrakulikuler yang akan

aku ikuti.

13. Orang tuaku perhatian pada kegiatanku.

14. Orang tuaku membebaskan aku untuk tidur larut

malam.

15. Orang tuaku memberikan aku kesempatan untuk

mengungkapkan perasaanku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

No. Pernyataan STS TS S SS

16. Orang tuaku menyuruh aku untuk menyapu saat aku

sedang belajar.

17. Orang tuaku mengingatkanku untuk bersikap sopan

terhadap orang lain.

18. Orang tuaku meminta aku diam saat aku ingin

mengatakan perasaanku.

19. Orang tuaku membantu saat aku kesulitan

mengerjakan PR.

20. Orang tuaku membebaskan aku untuk membuang

sampah sembarangan.

21. Orang tuaku meminta aku untuk menceritakan

perasaan yang aku rasakan.

22. Orang tuaku menyalakan televisi dengan suara yang

keras saat aku sedang belajar.

23. Orang tuaku mengingatkanku untuk mengakui

kesalahan yang aku buat.

24. Orang tuaku menolak untuk mendengarkan cerita

tentang perasaanku.

25. Orang tuaku mengetahui kebutuhanku.

26. Orang tuaku memintaku untuk berbagi makanan

kepada teman tanpa menjelaskan alasannya.

27. Orang tuaku menanyakan pendapatku saat akan

mengambil keputusan.

28. Orang tuaku sibuk dengan pekerjaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

No. Pernyataan STS TS S SS

29. Orang tuaku menjelaskan bahwa mendengarkan

orang lain yang sedang berbicara adalah perbuatan

yang baik.

30. Orang tuaku memutuskan segala sesuatu sendiri.

31. Orang tuaku memberikan barang kebutuhan sekolah

kepadaku sebelum aku memintanya.

32. Orang tuaku memintaku untuk menghibur teman

yang sedih tanpa menjelaskan alasannya.

33. Orang tuaku memberikan aku kesempatan untuk

menyampaikan pendapatku.

34. Orang tuaku memberikan hal yang aku butuhkan

saat aku memintanya.

35. Orang tuaku menjelaskan bahwa meminta maaf

kepada teman adalah perbuatan yang baik.

36. Orang tuaku akan mencari penyelesaiannya sendiri

saat adanya perbedaan pendapat antara orang tuaku

dengan aku.

-Periksa kembali jawaban Adik-adik, jangan sampai ada yang terlewati-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

Lampiran 6.

Skala Uji Coba Kompetensi Sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

UJI COBA PENDAHULUAN

SKALA KOMPETENSI SOSIAL

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

Yth. Adik-adik

Yang berpartisipasi dalam penelitian ini

Dengan hormat,

Kami mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang beridentitas di

bawah ini:

1. Stephina Valencia H. S (139114022)

2. Ignatia R. S. R. N (139114085)

3. Putri Ismadiyani (139114117)

4. Philosophia N. A. Wisung (139114157)

5. Monica Angelina I. A. P (139114172)

Memohon bantuan dan kesediaan Adik-adik untuk mengisi kuesioner dalam

rangka tugas akhir kami. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kesediaan

Adik-adik untuk mengisi kuesioner ini.

Hormat kami,

Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

PERNYATAAN KESEDIAAN

Aku yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Urutan Kelahiran : anak ke …… dari …… bersaudara

Pekerjaan Orang tua :

Dengan ini menyatakan bahwa aku bersedia mengisi kuesioner ini dengan

sukarela tanpa paksaan dari pihak tertentu demi membantu terlaksananya penelitian.

Yogyakarta, …. Desember 2017

(……………………………..)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

PETUNJUK CARA MENJAWAB

Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan, baca dan pahami pernyataan tersebut

dengan baik dan berikan tanda silang (x) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia.

Pilihan jawaban tersebut, yaitu :

STS : Sangat Tidak Sesuai

TS : Tidak Sesuai

S : Sesuai

SS : Sangat Sesuai

Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang kamu pilih:

Contoh :

Pertanyaan STS TS S SS

Saya menyukai bunga X

Jika ingin memperbaiki jawaban, berikan garis pada jawaban pertama, lalu

memberikan jawaban kedua di kolom pilihan.

Contoh :

Pertanyaan STS TS S SS

Saya menyukai bunga X X

Beberapa pernyataan ini tentang hubunganmu teman-temanmu di sekolah. Tidak ada

jawaban yang salah dan benar. Semua pernyataan harus diisi. Setiap orang mempunyai

jawaban yang pasti berbeda-beda, maka pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan

dirimu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Aku tidak mengejek teman yang telah mengejekku.

2. Aku menunggu untuk diajak temanku ke kantin

saat istirahat.

3. Aku mengerjakan tugas kelompok sebelum

bermain.

4. Aku suka menyalin tugas dari temanku.

5. Walaupun kalah, aku memberikan selamat pada

temanku yang menang dalam lomba cerdas cermat.

6. Aku lebih suka bermain sendiri di dalam kelas saat

istirahat.

7. Aku memisahkan temanku yang berkelahi.

8. Aku menggangu temanku yang sedang

mengerjakan tugas.

9. Temanku merasa sedih ketika dimarahi guru.

10. Aku mengabaikan pertanyaan temanku.

11. Aku mendengarkan ide temanku saat kerja

kelompok.

12. Aku tidak mengerti alasan temanku pergi saat aku

mengejeknya.

13. Temanku merasa gembira saat mendapat nilai yang

bagus.

14. Aku hanya diam ketika mengerjakan tugas

kelompok.

15. Aku mendengarkan ide permainan dari temanku.

16. Aku merasa guru tidak akan marah ketika aku

mencontek saat ujian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

No. Pernyataan STS TS S SS

17. Aku marah pada temanku karena ia menginjak

kakiku dengan tidak sengaja.

18. Aku mengajak temanku ke kantin saat istirahat.

19. Aku lebih suka bermain daripada membantu

temanku yang kesulitan mengerjakan tugas.

20. Aku mengerjakan ujian tanpa mencontek.

21. Aku menjauh dari teman-teman yang mendapatkan

nilai tinggi di kelas.

22. Aku mengajak temanku untuk bermain bersama.

23. Aku ikut menyemangati temanku ketika berkelahi.

24. Aku membantu temanku saat sedang piket kelas.

25. Aku tidak tahu apa yang temanku rasakan saat ia

menangis.

26. Aku akan menjawab pertanyaan dari temanku.

27. Aku merasa ideku yang paling benar saat kerja

kelompok.

28. Aku mengerti alasan temanku pergi, saat aku

menggejeknya.

29. Aku mengabaikan temanku yang menangis.

30. Aku memberikan pendapat ketika mengerjakan

tugas kelompok.

31. Aku ingin usulan permainanku yang dipakai untuk

bermain.

32. Aku tahu temanku cemberut saat aku memamerkan

barang baru milikku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

Lampiran 7.

Uji Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Pola Asuh Otoritatif Orang Tua Uji Coba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 60 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 60 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,740 36

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

item1 112,60 58,854 ,398 ,728

item2 112,52 58,491 ,431 ,726

item3 112,88 60,308 ,211 ,735

item4 114,00 65,492 -,256 ,766

item5 112,37 60,406 ,298 ,733

item6 114,23 64,351 -,176 ,762

item7 112,52 58,627 ,514 ,725

item8 112,53 58,999 ,312 ,730

item9 112,88 59,800 ,238 ,734

item10 113,97 62,880 -,075 ,753

item11 112,48 60,322 ,262 ,734

item12 113,33 62,701 -,060 ,752

item13 112,73 59,012 ,334 ,730

item14 112,80 58,603 ,253 ,733

item15 112,85 55,214 ,553 ,714

item16 112,47 60,321 ,293 ,733

item17 112,33 60,090 ,305 ,732

item18 112,78 58,647 ,341 ,729

item19 112,65 58,943 ,383 ,728

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

item20 112,40 59,431 ,279 ,732

item21 112,90 56,973 ,473 ,721

item22 112,42 58,790 ,464 ,726

item23 112,70 58,383 ,423 ,726

item24 112,60 57,498 ,478 ,722

item25 112,55 58,760 ,417 ,727

item26 113,57 60,894 ,049 ,748

item27 112,93 57,216 ,395 ,725

item28 113,63 57,151 ,355 ,727

item29 112,62 57,868 ,399 ,725

item30 112,95 57,642 ,421 ,724

item31 113,20 61,959 -,002 ,748

item32 114,03 61,287 ,027 ,750

item33 112,73 58,131 ,453 ,724

item34 114,65 63,316 -,109 ,752

item35 112,40 59,329 ,400 ,729

item36 113,20 59,044 ,194 ,738

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

Setelah item yang dibawah 0,2 digugurkan

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 60 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 60 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,852 27

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

item1 91,13 55,779 ,414 ,847

item2 91,05 55,845 ,396 ,847

item3 91,42 56,993 ,249 ,851

item5 90,90 57,414 ,300 ,850

item7 91,05 55,506 ,541 ,844

item8 91,07 56,165 ,300 ,850

item9 91,42 56,484 ,274 ,851

item11 91,02 57,034 ,304 ,850

item13 91,27 55,419 ,405 ,847

item14 91,33 55,785 ,242 ,854

item15 91,38 52,613 ,530 ,842

item16 91,00 57,356 ,291 ,850

item17 90,87 57,202 ,293 ,850

item18 91,32 55,542 ,358 ,848

item19 91,18 55,678 ,422 ,846

item20 90,93 56,979 ,225 ,852

item21 91,43 53,673 ,513 ,843

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

item22 90,95 55,506 ,511 ,844

item23 91,23 55,029 ,472 ,845

item24 91,13 54,321 ,507 ,843

item25 91,08 55,400 ,470 ,845

item27 91,47 53,473 ,470 ,844

item28 92,17 54,006 ,374 ,849

item29 91,15 54,842 ,410 ,847

item30 91,48 55,034 ,390 ,847

item33 91,27 54,707 ,512 ,844

item35 90,93 55,962 ,458 ,846

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

Setelah jumlah item disetarakan pada setiap indikator

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 60 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 60 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,822 18

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

item1 59,12 28,681 ,372 ,815

item2 59,03 28,812 ,340 ,817

item3 59,40 29,024 ,292 ,819

item7 59,03 28,304 ,534 ,808

item9 59,40 28,990 ,262 ,821

item11 59,00 29,559 ,263 ,820

item15 59,37 26,168 ,526 ,806

item17 58,85 29,655 ,257 ,820

item19 59,17 28,243 ,443 ,811

item21 59,42 27,027 ,496 ,808

item22 58,93 28,640 ,438 ,812

item23 59,22 28,105 ,438 ,812

item25 59,07 27,928 ,515 ,808

item27 59,45 26,252 ,534 ,805

item28 60,15 27,757 ,295 ,824

item29 59,13 27,643 ,423 ,812

item33 59,25 27,343 ,568 ,804

item35 58,92 28,552 ,465 ,811

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

Lampiran 8.

Uji Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Kompetensi Sosial Uji Coba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 60 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 60 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,772 32

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

item1 99,13 76,897 ,354 ,762

item2 99,42 78,315 ,260 ,768

item3 98,57 78,046 ,327 ,764

item4 98,58 77,298 ,372 ,762

item5 98,15 80,570 ,274 ,767

item6 98,10 81,515 ,199 ,770

item7 98,52 80,051 ,223 ,769

item8 98,32 79,847 ,231 ,768

item9 99,20 80,264 ,123 ,776

item10 98,53 78,490 ,311 ,765

item11 98,58 78,756 ,249 ,768

item12 98,72 81,630 ,073 ,777

item13 98,15 79,960 ,316 ,766

item14 98,32 77,779 ,400 ,761

item15 98,63 78,914 ,338 ,764

item16 97,97 79,694 ,521 ,762

item17 98,60 80,346 ,188 ,770

item18 98,55 79,845 ,195 ,771

item19 98,38 77,630 ,333 ,763

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

item20 98,18 81,576 ,070 ,777

item21 98,28 76,410 ,508 ,756

item22 98,28 80,105 ,278 ,767

item23 98,10 77,142 ,482 ,758

item24 98,38 80,851 ,204 ,769

item25 98,98 79,000 ,236 ,769

item26 98,72 77,156 ,406 ,760

item27 98,70 78,485 ,316 ,765

item28 99,10 78,634 ,202 ,772

item29 98,33 75,718 ,547 ,754

item30 98,72 78,817 ,277 ,766

item31 98,98 82,051 ,058 ,777

item32 99,58 77,434 ,269 ,768

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

Setelah item yang dibawah 0,2 digugurkan

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 60 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 60 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,785 25

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

item1 77,10 59,481 ,326 ,778

item2 77,38 60,715 ,233 ,784

item3 76,53 60,016 ,335 ,777

item4 76,55 59,438 ,373 ,775

item5 76,12 61,935 ,325 ,779

item7 76,48 61,813 ,229 ,782

item8 76,28 61,732 ,228 ,782

item10 76,50 59,712 ,376 ,775

item11 76,55 60,625 ,256 ,782

item13 76,12 62,071 ,289 ,780

item14 76,28 59,901 ,400 ,774

item15 76,60 61,193 ,310 ,778

item16 75,93 61,826 ,487 ,776

item19 76,35 59,316 ,366 ,775

item21 76,25 58,699 ,508 ,768

item22 76,25 61,784 ,296 ,779

item23 76,07 59,724 ,446 ,772

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

item24 76,35 62,672 ,197 ,783

item25 76,95 61,167 ,219 ,784

item26 76,68 59,406 ,401 ,773

item27 76,67 60,158 ,345 ,776

item28 77,07 60,979 ,177 ,789

item29 76,30 58,146 ,542 ,766

item30 76,68 60,661 ,288 ,780

item32 77,55 59,709 ,257 ,783

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

Digugurkan lagi item nomer 24 dan 28 karena dibawah 0,2

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 60 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 60 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,785 23

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

item1 71,05 53,167 ,300 ,780

item2 71,33 54,362 ,205 ,786

item3 70,48 53,305 ,338 ,777

item4 70,50 52,593 ,390 ,774

item5 70,07 55,080 ,335 ,778

item7 70,43 54,894 ,242 ,782

item8 70,23 55,029 ,222 ,783

item10 70,45 53,099 ,372 ,775

item11 70,50 54,424 ,216 ,785

item13 70,07 55,351 ,283 ,780

item14 70,23 53,233 ,401 ,774

item15 70,55 54,692 ,287 ,780

item16 69,88 55,054 ,490 ,775

item19 70,30 52,010 ,420 ,772

item21 70,20 51,790 ,539 ,766

item22 70,20 54,875 ,312 ,779

item23 70,02 53,068 ,447 ,772

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

item25 70,90 54,532 ,210 ,785

item26 70,63 52,779 ,400 ,773

item27 70,62 53,630 ,331 ,777

item29 70,25 51,377 ,562 ,764

item30 70,63 53,728 ,306 ,779

item32 71,50 53,610 ,218 ,787

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

Setelah jumlah item disetarakan pada setiap indikator

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 60 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 60 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,749 16

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

item2 50,00 27,932 ,246 ,748

item4 49,17 27,294 ,369 ,733

item5 48,73 29,385 ,270 ,742

item8 48,90 28,803 ,233 ,746

item13 48,73 29,385 ,251 ,743

item14 48,90 27,685 ,392 ,732

item15 49,22 28,884 ,258 ,743

item16 48,55 28,828 ,537 ,730

item19 48,97 26,677 ,422 ,728

item21 48,87 26,660 ,531 ,719

item22 48,87 28,965 ,292 ,740

item23 48,68 27,000 ,521 ,721

item26 49,30 27,332 ,392 ,731

item27 49,28 27,935 ,324 ,738

item29 48,92 26,078 ,593 ,712

item32 50,17 28,921 ,110 ,767

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

Digugurkan item nomer 32 karena dibawah 0,2

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 60 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 60 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,767 15

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

item2 47,82 25,983 ,209 ,775

item4 46,98 24,864 ,391 ,753

item5 46,55 27,133 ,256 ,764

item8 46,72 26,884 ,181 ,772

item13 46,55 27,133 ,237 ,765

item14 46,72 25,630 ,362 ,756

item15 47,03 27,050 ,190 ,770

item16 46,37 26,338 ,585 ,748

item19 46,78 23,766 ,507 ,741

item21 46,68 24,017 ,593 ,734

item22 46,68 26,491 ,318 ,759

item23 46,50 24,356 ,584 ,736

item26 47,12 25,190 ,377 ,754

item27 47,10 25,549 ,338 ,758

item29 46,73 23,792 ,607 ,732

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

Lampiran 9.

Skala Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial Pengambilan Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

SKALA PENELITIAN

Disusun Oleh:

Nama : Stephina Valencia Harda Sutejo

NIM : 139114022

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

Yth. Adik-adik

Yang berpartisipasi dalam penelitian ini

Dengan hormat,

Saya mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang beridentitas

di bawah ini:

Nama : Stephina Valencia Harda Sutejo

NIM : 139114022

Memohon bantuan dan kesediaan Adik-adik untuk mengisi kuesioner dalam

rangka tugas akhir saya. Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan

kesediaan Adik-adik untuk mengisi kuesioner ini.

Hormat Saya,

Stephina Valencia Harda Sutejo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

PERNYATAAN KESEDIAAN

Aku yang bertandatangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Urutan Kelahiran : anak ke…… dari…… bersaudara

Pekerjaan Ayah :

Pekerjaan Ibu :

Dengan ini menyatakan bahwa aku bersedia mengisi kuesioner ini dengan

sukarela tanpa paksaan dari pihak tertentu demi membantu terlaksananya

penelitian.

Yogyakarta, ………………………….

(……………………………..)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

PETUNJUK CARA MENJAWAB

Skala ini terdiri dari 2 bagian, pada masing-masing bagian terdapat beberapa

pernyataan. Baca dan pahami pernyataan tersebut dengan baik-baik dan berikan

tanda silang (x) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia. Pilihan jawaban

tersebut, yaitu :

STS : Sangat Tidak Sesuai

TS : Tidak Sesuai

S : Sesuai

SS : Sangat Sesuai

Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang kamu pilih:

Contoh :

Pertanyaan STS TS S SS

Saya menyukai bunga X

Jika ingin memperbaiki jawaban, berikan garis pada jawaban pertama, lalu

memberikan jawaban kedua di kolom pilihan.

Contoh :

Pertanyaan STS TS S SS

Saya menyukai bunga X X

Tidak ada jawaban yang salah dan benar. Semua pernyataan harus diisi. Setiap

orang mempunyai jawaban yang pasti berbeda-beda, maka pilihlah jawaban yang

paling sesuai dengan dirimu.

-Selamat mengerjakan, jangan sampai ada yang terlewatkan-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

Bagian Pertama

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Orang tuaku memberikan aku semangat ketika

aku kalah dalam perlombaan.

2. Orang tuaku menyuruh aku untuk belajar.

3. Orang tuaku memberikan kebebasan kepada aku

untuk menentukan pilihan saat aku merasa siap.

4. Orang tuaku membantu saat aku kesulitan

mengerjakan PR.

5. Orang tuaku mengingatkanku untuk bersikap

sopan terhadap orang lain.

6. Orang tuaku memberikan aku kesempatan untuk

mengungkapkan perasaanku.

7. Orang tuaku mengetahui kebutuhanku.

8. Orang tuaku menjelaskan bahwa mendengarkan

orang lain yang sedang berbicara adalah

perbuatan yang baik.

9. Orang tuaku menanyakan pendapatku saat akan

mengambil keputusan.

10. Orang tuaku memberikan aku nasihat saat

nilaiku jelek.

11. Orang tuaku diam saja saat aku mengejek

temanku.

12. Orang tuaku membebaskan aku untuk memilih

kegiatan yang akan aku ikuti.

13. Orang tuaku menyalakan televisi dengan suara

yang keras saat aku sedang belajar.

14. Orang tuaku mengingatkanku untuk mengakui

kesalahan yang aku buat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

No. Pernyataan STS TS S SS

15. Orang tuaku meminta aku untuk menceritakan

perasaan yang aku rasakan.

16. Orang tuaku sibuk dengan pekerjaannya.

17. Orang tuaku menjelaskan bahwa meminta maaf

kepada teman adalah perbuatan yang baik.

18. Orang tuaku memberikan aku kesempatan untuk

menyampaikan pendapatku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

Bagian Kedua

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Walaupun kalah, aku memberikan selamat

pada temanku yang menang dalam lomba

cerdas cermat.

2. Aku menunggu untuk diajak temanku ke

kantin saat istirahat.

3. Aku lebih suka bermain daripada membantu

temanku yang kesulitan mengerjakan tugas.

4. Aku suka menyalin tugas dari temanku.

5. Temanku merasa gembira saat mendapat nilai

yang bagus.

6. Aku akan menjawab pertanyaan dari

temanku.

7. Aku merasa ideku yang paling benar saat

kerja kelompok.

8. Aku merasa guru tidak akan marah ketika aku

mencontek saat ujian.

9. Aku menjauh dari teman-teman yang

mendapatkan nilai tinggi di kelas.

10. Aku mengajak temanku untuk bermain

bersama.

11. Aku ikut menyemangati temanku ketika

berkelahi.

12. Aku menggangu temanku yang sedang

mengerjakan tugas.

13. Aku mengabaikan temanku yang menangis.

14. Aku hanya diam ketika mengerjakan tugas

kelompok.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

15. Aku mendengarkan ide permainan dari

temanku.

-Periksa kembali jawaban Adik-adik, jangan sampai ada yang terlewati-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

Lampiran 10.

Reliabilitas Data Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial

Pengambilan Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

Reliabilitas Data Pola Asuh Otoritatif Orang Tua

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,774 18

Reliabilitas Data Kompetensi Sosial

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,705 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

Lampiran 11.

Uji Normalitas Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

Uji Normalitas Pola Asuh Otoritatif Orang Tua

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pola Asuh ,140 133 ,000 ,946 133 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Normalitas Kompetensi Sosial

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kompetensi Sosial ,106 133 ,001 ,957 133 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

Lampiran 12.

Uji Linearitas Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

Uji Linearitas Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Kompetensi

Sosial * Pola

Asuh

Between

Groups

(Combined) 1246,588 27 46,170 2,605 ,000

Linearity 375,701 1 375,701 21,195 ,000

Deviation from

Linearity

870,887 26 33,496 1,890 ,013

Within Groups 1861,186 105 17,726

Total 3107,774 132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

Lampiran 13.

Uji Hipotesis Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

Uji Hipotesis Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial

Correlations

Kompetensi

Sosial Pola Asuh

Spearman's rho Kompetensi Sosial Correlation Coefficient 1,000 ,368**

Sig. (1-tailed) . ,000

N 133 133

Pola Asuh Correlation Coefficient ,368** 1,000

Sig. (1-tailed) ,000 .

N 133 133

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

Lampiran 14.

Uji One Sample T-Test Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

Uji One Sample T-Test

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pola Asuh 133 60,99 5,737 ,497

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pola Asuh 122,601 132 ,000 60,992 60,01 61,98

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kompetensi Sosial 133 50,66 4,852 ,421

One-Sample Test

Test Value = 0

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Kompetensi

Sosial

120,411 132 ,000 50,662 49,83 51,49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

Lampiran 15.

Skor Maksimum dan Skor Minimum Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan

Kompetensi Sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

Skor Maksimum dan Skor Minimum Pola Asuh Otoritatif Orang Tua

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pola Asuh 133 41 72 60,99 5,737

Valid N (listwise) 133

Skor Maksimum dan Skor Minimum Kompetensi Sosial

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kompetensi Sosial 133 34 60 50,66 4,852

Valid N (listwise) 133

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

Lampiran 16.

Surat Izin dan Keterangan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI