hormon tumbuhan atau zpt
TRANSCRIPT
HORMON TUMBUHAN atau ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)
Disadur Oleh Arnelis – PP Penyelia
UPT BP4K2P Kec.Canduang – Kab.Agam
Hormon tumbuhan atau sering disebut fitohormon merupakan sekumpulan
senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami
maupun buatan, yang dalam kadar sangat kecil mampu menimbulkan
tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis untuk mendorong,
menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan
pergerakan (taksis) tumbuhan. "Kadar kecil" yang dimaksud berada pada
kisaran satu milimol per liter sampai satu mikromol per liter.
Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon
pada hewan. Namun demikian, hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari
suatu jaringan khusus berupa kelenjar buntu (endokrin) sebagaimana
hewan, tetapi dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya meristematik)
yang menghasilkan zat ini apabila mendapat rangsang. Penyebaran
hormon tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena hormon
tumbuhan dapat ditranslokasi melalui sitoplasma atau ruang antarsel.
Hormon tumbuhan dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan
("endogen"). Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon
tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu,
sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut
pandang evolusi hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi
dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup jenisnya.
Pemberian hormon dari luar sistem individu ("eksogen") dapat dilakukan
dengan menggunakan bahan kimia non-alami (sintetik, tidak dibuat dari
ekstraksi tumbuhan) yang menimbulkan rangsang yang serupa dengan
fitohormon alami.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses pengaturan genetik dan
berfungsi sebagai prekursor. Oleh karena itu, untuk mengakomodasi
perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh
tumbuhan (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances) bagi hormon
tumbuhan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
ZPT banyak digunakan dalam pertanian modern untuk meningktkan kualitas
serta kuantitas produk. Beberapa fungsi ZPT diantaranya ialah :
AUKSIN
Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang,
akar, dan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel
dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin
berperan penting dalam pertumbuhan. Peran auksin pertama kali
ditemukan oleh ilmuwan Belanda bernama Fritz Went (1903-1990).
Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu proses pertumbuhan, baik itu
pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat
perkecambahan, membantu proses pembelahan sel, mempercepat
pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Kerja hormon auksin
ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin. Tumbuhan yang
pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan
lambat karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan
yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat
karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan
ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang
disebut dengan fototropisme.
Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon dalam jumlah banyak
atau sedikit kita harus mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi tanaman.
Untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhannya
sangat cepat tetapi tekstur dari batangnya sangat lemah dengan warna
cenderung pucat kekuningan. Hal ini disebabkan karena kerja hormon
auksin tidak dihambat oleh sinar matahari. Sedangkan untuk tanaman yang
diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih
lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap,
tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan,
hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari.
Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga
memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk
memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu
sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen dengan rantai
molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang
akibat air yg masuk secara osmosis.
Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang banyak mempengaruhi
proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta
sintesa protein (Darnell, dkk., 1986).
Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas , daun
muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas
dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas
ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom)
atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988). Auksin atau dikenal juga
dengan IAA (Asam Indolasetat) yaitu sebagai auxin utama pada tanaman,
dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara
sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai
aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN (Indolaseto nitril), TpyA (Asam
Indolpiruvat) dan IAAld (Indolasetatdehid). Proses biosintesis auxin dibantu
oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991).
Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari
bunga yang tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA =
Asam Indolasetat) atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin,
maka terbuka jalan untuk menciptakan jenis auksin sintetis seperti Hidrazil
atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 - Diklorofenolsiasetat),
NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau
Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 – diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon
(asam 4 – amino – 3, 5, 6 – trikloro – pikonat).
Fungsi Auksin dalam pertumbuhan tanaman
Perkecambahan biji. Auksin akan mematahkan dormansi biji dan akan
merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman biji/benih
dengan Auksin juga akan membantu menaikkan kuantitas hasil panen.
Pembentukkan akar. Auksin akan memacu proses terbentuknya akar
serta pertumbuhan akar dengan lebih baik.
Pembungaan dan pembuahan. Auksin akan merangsang dan
mempertinggi prosentase timbulnya bunga dan buah.
Mendorong Partenokarpi. Partenokarpi adalah suatu kondisi dimana
tanaman berbuah tanpa fertilisasi atau penyerbukan sehingga dapat
menghasilkan buah tanpa biji.
Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
Memecah dormansi pucuk / apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk
tanaman atau akar tidak mau berkembang.
Auksin dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke arah
cahaya (fotonasti) pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena sativa)
pada suatu kisaran konsentrasi. Kebanyakan auksin alami memiliki gugus
indol. Auksin sintetik memiliki struktur yang berbeda-beda. Beberapa auksin
alami adalah asam indolasetat (IAA) dan asam indolbutirat (IBA). Auksin
sintetik (dibuat oleh manusia) banyak macamnya, yang umum dikenal
adalah asam naftalenasetat (NAA), asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam
2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan asam 4-klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D
juga dikenal sebagai herbisida pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi.
SITOKININ
Golongan sitokinin, sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam
pembelahan sel (cytokinin berarti "terkait dengan pembelahan sel").
Senyawa dari golongan ini yang pertama ditemukan adalah kinetin. Kinetin
diekstrak pertama kali dari cairan sperma burung bangkai, namun kemudian
diketahui ditemukan pada tumbuhan dan manusia. Selanjutnya, orang
menemukan pula zeatin, yang diekstrak dari bulir jagung yang belum masak.
Zeatin juga diketahui merupakan komponen aktif utama pada air kelapa,
yang dikenal memiliki kemampuan mendorong pembelahan sel. Sitokinin
alami lain misalnya adalah 2iP. Sitokinin alami merupakan turunan dari purin.
Sitokinin sintetik kebanyakan dibuat dari turunan purin pula, seperti N6-
benziladenin (N6-BA) dan 6-benzilamino-9-(2-tetrahidropiranil-9H-purin) (PBA).
Fungsi Sitokinin dalam pertumbuhan tanaman
Pembelahan sel dan pembesaran sel. Sitokinin memegang peranan
penting dalam proses pembelahan dan pembesaran sel, sehingga
akan memacu kecepatan pertumbuhan tanaman.
Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk memecah dormansi
pada biji-bijian tanaman.
Pembentukkan tunas-tunas baru, turut dipacu dengan penggunaan
Sitokinin.
Penundaan penuaan atau kerusakan pada hasil panenan sehingga
lebih awet.
Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman.
Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian
Sitokinin.
GIBERELIN
Golongan ini merupakan golongan yang secara struktur paling bermiripan,
dan diberi nama dengan nomor urut penemuan atau pembuatannya.
Senyawa pertama yang ditemukan memiliki efek fisiologi adalah GA3 (asam
giberelat 3).
Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir
semua siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan
biji, perpanjangan batang, induksi bunga, pengembangan anter,
perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga
berperan dalam respon menanggapi rangsangan berkaitan dengan
mekanisme biosntesis GA.
Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu
giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara
biologis (GA bioaktif) mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji, perpanjangan
batang, pembesaran daun dan bunga serta pengembangan benih. Hingga
tahun 2008 terdapat lebih lebih dari seratus GA telah diidentifikasi dari
tanaman dan hanya sejumlah kecil dari mereka, seperti GA1 dan GA4,
diperkirakan berfungsi sebagai bioaktif hormon.
Giberelin pertama kali dikenal pada tahun 1926 oleh seorang ilmuwan
Jepang, Eiichi Kurosawa, yang meneliti tentang penyakit padi "bakanae" .
Hormon ini pertama kali diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari
strain jamur (Gibberella fujikuroi). oleh Kurosawa Yabuta disebut isolat
giberelin.
Giberelin merupakan hormon yang mempercepat perkecambahan biji,
pertumbuhan tunas, pemanjangan batang, pertumbuhan daun,
merangsang pembungaan, perkembangan buah, mempengaruhi
pertumbuhan dan deferensiasi akar (Campbell, 2005). Giberelin bukan
hanya memacu pemanjangan batang saja, tapi juga pertumbuhan seluruh
tumbuhan, termasuk daun dan akar.
Bila giberelin diberikan di bawah tajuk, peningkatan pembelahan sel dan
pertumbuhan sel tampak mengarah kepada pemanjangan batang dan,
pada beberapa spesies, perkembangan daunnya berlangsung lebih cepat,
sehingga meningkatkan proses fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1995).
Fungsi Fisiologis Giberelin
Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis
giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi
yang dirangsang oleh giberelin antara lain adalah seperti di bawah
ini(Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury dan Ross, 1992).
Memecah dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga
tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara
mempercepat proses pembelahan sel.
Meningkatkan pembungaan.
Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah
mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase,
protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding
sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan
memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah
radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah
yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji
berkecambah.
Berperan pada pemanjangan sel.
Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus
pembentukan buah dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi atau
pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.
Dapat menghambat penundaan penuaan daun dan buah.
Menyembuhkan Genetik Dwarsfism
Penjelasan singkat dari masing-masing fungsi fisiologis tersebut.
Pembungaan
Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak
penelitian. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian
GA3 pada tanaman Spathiphyllum mauna. Ternyata pemberian GA3
meningkatkan pembungaan setelah beberapa minggu perlakuan.
Genetik Dwarsfism
Genetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya
mutasi genetik. Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa
mengubah tanaman kerdil menjadi tinggi. Sel-sel pada tanaman kerdil
mengalami perpanjangan (elongation) karena pengaruh giberelin. Giberelin
mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang. Penelitian lain
juga menemukan bahwa pemberian giberelin merangsang pembentukan
enzim proteolitik yang akan membebaskan tryptophan (senyawa asal
auksin). Hal ini menjelaskan fonomena peningkatan kandungan auksin
karena pemberian giberelin.
Pematangan Buah
Proses pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan
aroma. Pemberian giberelin dapat memperlambat pematangan buah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aplikasi giberelin pada buah
tomat dapat memperlambat pematangan buah. Pengaruh ini juga terlihat
pada buah pisang matang yang diberi aplikasi giberelin.
Perkecambahan
Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm
terdapat pati yang dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan ‘aleuron’.
Pertumbuhan embrio tergantung pada ketersediaan nutrisi untuk tumbuh.
Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim amilase yang akan
merubah pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio.
Stimulasi aktivitas kambium dan xylem
Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin mempengaruhi
aktivitas kambium dan xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya
differensiasi xylem pada pucuk tanaman. Kombinasi pemberian giberelin +
auksin menunjukkan pengaruh sinergistik pada xylem. sedangkan pemberian
auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem.
Dormansi
Dormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses
dormansi merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor.
Penelitian yang dilakukan oleh Warner menunjukkan bahwa aplikasi giberelin
menstimulasi sintesis ribonuklease, amulase, dan proteasi pada endosperm
biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan, giberelin perperan
dalam fase perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas.
Gas ETILEN/ETILENA/ETENA
Zat pengatur tumbuh ini adalah satu-satunya yang hanya terdiri dari satu
substansi saja, yaitu etena, dan berwujud gas pada suhu dan tekanan
ruangan (ambien). Etena atau etilena adalah senyawa alkena paling
sederhana yang terdiri dari empat atom hidrogen dan dua atom karbon
yang terhubungkan oleh suatu ikatan rangkap. Karena ikatan rangkap ini,
etena disebut pula hidrokarbon tak jenuh atau olefin. Pada suhu kamar,
molekul etena tidak dapat berputar pada ikatan rangkapnya sehingga
semua atom pembentuknya berada pada bidang yang sama. Sudut yang
dibentuk oleh dua ikatan karbon-hidrogen pada molekul adalah 117°,
sangat dekat dengan sudut 120° yang diperkirakan berdasarkan hibridisasi
ideal sp2.
Etena digunakan terutama sebagai senyawa antara pada produksi senyawa
kimia lain seperti plastik. Etena juga dibentuk secara alami oleh tumbuhan
dan berperan sebagai hormon. Ia diketahui terutama merangsang
pematangan buah dan pembukaan kuncup bunga.
Peran senyawa ini sebagai perangsang pemasakan buah telah diketahui
sejak lama meskipun orang hanya tahu dari praktek tanpa mengetahui
penyebabnya. Pemeraman merupakan tindakan menaikkan konsentrasi
etilena di sekitar jaringan buah untuk mempercepat pemasakan buah.
Pengarbitan adalah tindakan pembentukan asetilena (etuna atau gas
karbid); yang di udara sebagian akan tereduksi oleh gas hidrogen menjadi
etilena.
Berbagai substansi dibuat sebagai senyawa pembentuk etilena, seperti
ethephon (asam 2-kloroetil-fosfonat, diperdagangkan dengan nama Ethrel)
dan beta-hidroksil-etilhidrazina (BOH). Senyawa BOH bahkan juga dapat
memicu pembentukan bunga pada nanas. Kalium nitrat diketahui juga
merangsang pemasakan buah, barangkali dengan merangsang
pembentukan etilena secara endogen.
TRIAKONTANOL
Triakontanol (TRIA) adalah alkohol primer jenuh yang terdiri dari 30 karbon
dan pertama kali diisolasi dari tajuk (bagian pohon di batang) alfalfa.
Senyawa tersebut sangat tak larut dalam air (kurang dari 2x10-16M atau 9x10-
14 g/l) dan dalam bentuk suspensi koloid meningkatkan secara nyata
pertumbuhan tanaman jagung, tomat dan padi, bila disemprotkan pada
daun kecambah pada konsentrasi rendah. Mekanisme kerja triakontanol
belum sepenuhnya diketahui, tetapi zat tersebut potensial untuk
meningkatkan hasil tanaman. Triakontanol telah terdaftar pada tahun 1991
di badan perlindungan lingkungan Amerika atau Environmental Protection
Agency (EPA) dengan fungsi meningkatkan rasio “gula:asam” pada
tanaman jeruk.
Triakontanol telah digunakan secara komersial pada jutaan hektar tanah
untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya di Cina, India, Ceylon,
dan Indonesia. Triakontanol juga dapat meningkatkan produksi teh
(Camellia sinensi L.).
INHIBITOR
Inhibitor adalah zat yang menghambat atau menurunkan laju reaksi kimia.
Sifat inhibitor berlawanan dengan katalis, yang mempercepat laju reaksi.
Inhibitor alami adalah asam absisat atau ABA. Asam absisat adalah molekul
seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah satu
hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, hormon ini
juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini ditemukan pada
tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa
abscisin I dan II dari tumbuhan kapas. Senyawa abscisin II kelak disebut
dengan asam absisat, disingkat ABA. Pada saat yang bersamaan, dua
kelompok peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan
Van Steveninck juga melakukan penelitian terhadap hormon tersebut.
ABA selanjutnya dapat diproses menjadi bentuk tidak aktif yang disebut
sebagai metabolit ABA. Berbagai senyawa sintetik dibuat dan
diperdagangkan untuk menghambat atau menunda proses metabolisme,
seperti MH, (2-kloroetil) amonium klorida (CCC, merek dagang Cycocel dan
Chlormequat), SADH, ancymidol, asam triiodobenzoat (TIBA), dan
morphactin.
PACLOBUTRAZOL
Paclobutrazol adalah salah satu penghambat biosistesis giberelin, yang
digunakan pada pengurangan ukuran pohon, peningkatan produksi kuncup
bunga, dan peningkatan panenan buah (Edgerton, 1985; Steffens dan
Wang, 1985; Tukey, 1985; Bargioni dkk, 1986; Webster dkk, 1986; Embree dkk,
1987).