hipertensi-has been direvisi
DESCRIPTION
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dibagi menjadi dua, yaitu sistolik dan diastolik.TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transisi diet dan kesehatan di Indonesia sudah mengikuti negara maju.
Banyak kebiasaan makan yang telah diadopsi oleh orang Indonesia yang malah
memperburuk keadaan status gizi. Penyakit buatan manusia (man-made disease)
dan penyakit degeneratif sekarang telah menjadi masalah utama kesehatan.
Perubahan pola makan sebagai gaya hidup modern dewasa ini menjurus ke sajian
siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat
pangan (dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit
degeneratif seperti jantung, diabetes mellitus, kanker, osteoporosis, dan hipertensi
(Kuswardhani, 2006).
Seseorang mengalami hipertensi bila memiliki tekanan darah di atas
139/89 mm Hg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab
kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent
Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi. Hipertensi bisa
menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan
penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke, dan ginjal (Kuswardhani, 2006).
Menurut Dr. Budhi Setianto, darah tinggi ditandai dengan sakit kepala,
jantung berdebar-debar, sakit di tengkuk, mudah lelah, penglihatan kabur dan
mimisan (perdarahan hidung). Apabila seseorang mempunyai gejala-gejala
tersebut, Dr. Budi Setianto menganjurkan kontrol ke dokter, minum obat teratur,
olah raga terukur dan teratur, timbang berat badan dan ukur lingkar perut, hati-hati
makan dan minum, berhenti merokok dan menjaga kesehatan mental (Anonim j,
2009).
Prevalensi hipertensi cukup tinggi dan cenderung meningkat di masa yang
akan datang. Tingkat keganasannya cukup yang tinggi berupa kecacatan
permanen dan kematian mendadak. Spesialis Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran (FK) Unsri dan RSMH Palembang, dr Zukhair Ali, Sp.P.D,
mengatakan penyakit hipertensi saat ini merupakan pembunuh nomor satu di
1
1
dunia. Penyakit ini banyak terdapat di negara maju, seiring perkembangan zaman
dan perubahan pola dan gaya hidup. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang
dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8 – 18,6 % penduduk yang berusia 20
tahun adalah penderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar
antara 0,65 persen. Hipertensi pada dewasa ini masih merupakan masalah yang
perlu ditangani secara sungguh-sungguh. Banyak penelitian telah dilakukan di
rumah sakit dan di masyarakat, prevalensi penyakit hipertensi menunjukkan
tendensi meningkat (Anonim i, 2009).
Banyak obat-obatan yang digunakan sebagai terapi antihipertensi. Tujuan
terapi digunakan untuk menurunkan tekanan darah pasien. Namun penggunaan
obat-obatan menimbulkan komplikasi dan efek samping yang tidak dikehendaki
dan cukup membahayakan pasien. Oleh sebab itu, digunakan obat-obatan herbal
yang memiliki khasiat serta keamanan yang baik. Salah satunya adalah
menggunakan herba sambiloto (Andrograpidhis paniculatae) sebagai terapi
antihipertensi. Herba sambiloto digunakan dalam formulasi ekstraksi cair
menggunakan metode sokletasi (Anonim d, 2009).
Sambiloto adalah tanaman liar yang diduga berasal dari India. Tanaman
yang sangat pahit ini dipatenkan sebagai obat antiHIV oleh sebuah perusahaan
Farmasi Jerman. Sementara di Indonesia, Dirjen POM, Departemen Kesehatan RI,
menetapkan Sambiloto sebagai salah satu dari sembilan tanaman obat unggulan
yang sudah diuji secara klinis. Sambiloto telah banyak digunakan di Asia untuk
menyembuhkan infeksi, demam, herpes, sakit tenggorokan,dan berbagai penyakit
infeksi lain. Anggota family Acanthaceae ini mengandung andrografolid, senyawa
penting yang banyak terkandung pada daun. Rasanya sangat pahit sehingga
dijuluki “king of bitter” biang pahit. Sambiloto merupakan stimulator kuat sistem
kekebalan yang beraksi dalam 2 cara: respon antigen spesifik dan respon
kekebalan nonspesifik. Pada cara kerja pertama, antibodi dibuat untuk menetralisir
serangan mikroba sedangakan cara kerja kedua, sel-sel makrofag mencari dan
menghancurkan makhluk asing. Saat keduanya beraksi, sambiloto efektif
melawan berbagai pembawa infeksi dan penyebab kanker (Anonim g, 2009).
2
Sambiloto mengandung senyawa flavonoid yang bersifat mencegah
sekaligus menghancurkan penggumpalan darah. Sambiloto memiliki kadar kalium
yang tinggi dan rendah kandungan natrium. Kalium diperlukan untuk
mengeluarkan air dan natrium dalam tubuh sehingga bisa menurunkan tekanan
darah. Sementara natrium harus di hindari karena bisa meningkatkan tekanan
darah. Tanaman ini juga mengandung andrografin, androgafolid (zat pahit) yang
dapat menghambat peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh hormon
noradrenalin. Sambiloto berkhasiat untuk mencegah penyakit jantung dan
penyempitan pembuluh darah. Para peneliti menemukan bahwa ekstrak sambiloto
berkhasiat antihipertensi. Noradrenalin, hormon hasil sekresi otak, menyebabkan
pengerutan pembuluh darah dan menambah detak jantung, tekanan darah, dan
kadar gula darah. Sambiloto mampu menghambat peningkatan tekanan darah
yang diakibatkan hormon tersebut. Herba itu melemaskan otot-otot dinding
pembuluh darah agar tak mengerut (Anonim d, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana tahapan ekstraksi cair herba samboloto (Andrographis
paniculatae) dengan menggunakan metode sokletasi agar dihasilkan
ekstrak yang berkhasiat sebagai antihipertensi ?
1.2.2 Bagaimana formulasi ekstrak herba sambiloto (Andrographis
paniculatae) sebagai obat antihipertensi ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk dapat mengetahui dan mengerjakan tahapan ekstraksi cair
herba samboloto (Andrographis paniculatae) dengan menggunakan
metode sokletasi agar dihasilkan ekstrak yang berkhasiat sebagai
antihipertensi.
1.3.2 Untuk dapat membuat formulasi ekstrak herba sambiloto
(Andrographis paniculatae) sebagai obat antihipertensi.
3
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
khasiat sambiloto sebagai antihipertensi.
1.4.2 Bagi mahasiswa diharapkan mampu membuat formulasi obat
tradisional sediaan cair antihipertensi dari ekstrak sambiloto.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Pengertian
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah jantung dan
resistensi perifer. Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung
dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Tekanan
darah dibagi menjadi dua, yaitu sistolik dan diastolik. Sistolik adalah tekanan
dalam arteri yang terjadi saat dipompanya darah dari jantung ke seluruh tubuh.
Adapun diastolik yaitu sisa tekanan dalam arteri saat jantung beristirahat. Tekanan
ini dinyatakan dalam bentuk angka pecahan. Tekanan sistolik ditulis di atas,
sedangkan diastolik di bawah. Jika hasil pengukuran tensi 120/80 mmHg, artinya
tekanan sistolik 120 dan diastolik 80. Satuan mmHg adalah milimeter air raksa
sebagai satuan tekanan darah. Pengukurannya didasarkan seberapa besar tekanan
dalam arteri yang menyebabkan naiknya kolom air raksa pada alat pengukur
tekanan darah (Anonim d, 2007). Darah tinggi adalah penyakit yang ditunjukkan
oleh tekanan darah seseorang yaitu sistolik di atas 140 mm Hg dan diastolik di
atas 90 mm Hg (Iskandar, 2009).
2.1.2 Kriteria Penyakit Hipertensi
NM Kaplan (Bapak Ilmu Penyakit Dalam), memberikan batasan dengan
membedakan usia dan jenis kelamin sebagai berikut:
Pria, usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada
waktu berbaring > 130/90 mmHg.
Pria, usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya >
145/95 mmHg.
Pada wanita tekanan darah > 160/95 mmHg, dinyatakan hipertensi.
5
5
Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Hipertensi menurut The Joint National Committee V
(JNC-V) dari USA tahun 1993.
No KriteriaTekanan Darah (mm Hg)
Sistolik Diastolik
1 Normal <130 <85
2 Perbatasan (High normal) 130-139 85-89
3 Hipertensi
Derajat 1= ringan
Derajat 2= sedang
Derajat 3= berat
Derajat 4=sangat berat
140-159
160-179
180-209
≤ 210
90-99
≥120
Pengelompokkan diatas juga berdasarkan ukuran sehingga belum
mempertimbangkan faktor-faktor spesifik dari tiap-tiap penderita (Iskandar,
2009).
Tabel 2.2 Batas-batas tekanan darah rata-rata
UsiaPria Wanita
Sistolis Diastolis Sistolis Diastolis
10-20 tahun
20-30 tahun
30-40 tahun
40-50 tahun
50-60 tahun
60-70 tahun
70-80 tahun
80-90 tahun
102-123
123-126
126-128
128-133
133-140
140-143
143
143
70-78
78-80
80-82
82-83
83-84
84-81
81-80
80-78
103-116
116-120
120-126
126-136
136-144
144-158
158-155
155-149
70-73
73-76
76-80
80-85
85-83
83-81
81-80
80
(Tjay, et all.,2002)
6
2.1.3 Penyebab Hipertensi
Sekitar 90 – 95 % kasus penyakit hipertensi belum dapat diketahui
penyebabnya. Tidak dapat diketahui mengapa seorang menderita hipertensi.
Hipertensi seperti itu disebut Hipertensi esensial. Sekitar 5 - 10% kasus penyakit
hipertensi sudah dapat diketahui penyebabnya. Hipertensi ini disebut Hipertensi
sekunder yang antara lain disebabkan penyakit ginjal, kelainan endokrin, dan
pemakaian obat. Hipertensi esensial dapat terjadi pada orang muda maupun orang
dewasa. Pada prinsipnya hipertensi ini tidak diketahui sebabnya secara pasti,
tetapi dapat dipelajari ‘kemungkinan sebabnya’. Pada orang muda dapat dipelajari
kemungkinan sebabnya seperti kelainan kelenjar endokrin, kelainan fungsi
jantung, kelainan fungsi ginjal, kelainan fungsi metabolisme yang menyebabkan
komposisi darah kurang normal dan lain-lain faktor yang umumnya bersifat
bawaan. Hipertensi esensial pada orang dewasa dan lanjut usia umumnya
memiliki kemungkinan sebab yang berkaitan dengan degenerasi organ-organ
tubuh. Organ-organ tubuh sesuai dengan usia mengalami penurunan vitalitas
sehingga tekanan darah naik untuk memperoleh keseimbangan, atau bahkan
tekanan darah naik karena keleluasaan peredaran darah terhambat karena penuaan
pembuluh darah (penurunan elastisitas pembuluh darah) atau organ yang dilalui
darah seperti jantung, ginjal, hati, paru-paru dan lain-lain. Serta kemungkinan
sebab lain yang berkaitan dengan pengaturan syaraf pusat dan gangguan kelenjar
endokrin. Hipertensi sekunder lebih mudah diatasi daripada hipertensi esensial
karena sesudah sebabnya diketahui secara pasti maka pengobatan diarahkan untuk
memperbaiki organ yang rusak. Jika pengobatan itu berhasil maka sewajarnya
hipertensi itu akan sembuh (Iskandar, 2009).
7
2.1.4 Faktor yang Dapat Meningkatkan Hipertensi
Ada beberapa faktor yang dapat menigkatkan tekanan darah secara
reversible antara lain:
1. Garam
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah
bertambah dan menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga
memperkuat efek vasokonstriksi nor-adrenalin.
2. Drop (liquorice)
Sejenis gula-gula yang terbuat dari sukus liquiritae. Mengandung asam
glizirinat dengan khasiat retensi air gula, yang dapat meningkatkan
tekanan darah bila dikonsumsi dalam jumlah besar.
3. Stres
Ketegangan emosional dapat meningkatkan tekanan darah untuk
sementara akibat pelepasan adrenalin dan nor-adrenalin yang bersifat
vasokontriktif.
4. Merokok
Nikotin dalam rokok berkhasiat vasokontriksi dan meningkatkan tekanan
darah.
5. Pil anti hamil
Mengandung hormon estrogen yang bersifat retensi garam dan air.
6. Hormon pria dan kortikosteroida
Juga berkhasiat retensi air. Setelah penggunaan hormon atau pil
dihentikan, atau pemakaian garam sangat dikurangi pada umumnya
tekanan darah menjaid turun dan normal kembali.
7. Kehamilan
Mekanisme hipertensi pada kehamilan serupa dengan proses di ginjal.
Bila uterus diregangkan terlampau banyak oleh janin dan suplai darah
yang diterima kurang maka akan dilepaskan zat-zat yang dapat
meningkatkan tekanan darah. (Tjay, et al.,2002)
8
2.1.5 Gejala Penyakit Hipertensi
Gejala-gejala yang dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi sebagai
berikut :
1. Nyeri kepala pada pagi hari sebelum bangun tidur (Tjay, et all, 2002)
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging (Iskandar, 2009)
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi penyakit hipertensi adalah penyakit yang diakibatkan oleh
tekanan darah yang tinggi pada penderita hipertensi. Akibat dari hipertensi ini
akan timbul penyakit lain sebagai komplikasinya :
1. Kerusakan pada otak: akibat pecahnya pembuluh darah otak (stroke). Tekanan
darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak.
Akibatnya terjadi pendarahan di bagian tertentu dari otak, sementara pada
bagian lain dari otak tidak teraliri darah secara mencukupi sehingga sebagian
otak rusak.
2. Kerusakan pada jantung: akibat pembesaran otot jantung kiri sehingga
mengalami gagal jantung. Pembesaran otot jantung kiri karena kerja keras
jantung untuk memompa darah.
3. Kerusakan pada ginjal: akibat rusaknya pembuluh darah ginjal sehingga
fungsi ginjal menurun sampai terjadi gagal ginjal. Rusaknya pembuluh darah
ginjal karena tekanan darah yang tinggi menekan dinding pembuluh darah.
4. Kerusakan pada mata: Kerusakan pada mata karena tekanan darah yang tinggi
menekan pembuluh darah dan syaraf sehingga penglihatan terganggu
(Iskandar, 2009).
2.1.7 Penyakit Penyerta Hipertensi
Penyakit penyerta hipertensi adalah penyakit yang biasa timbul pada
penderita hipertensi bersamaan dengan penyakit hipertensi tetapi bukan
9
diakibatkan oleh hipertensi. Berbagai penyakit dapat menyertai atau timbul
bersamaan dengan hipertensi sehingga mengakibatkan kerusakan organ dari
penderita yang lebih parah.
Penyakit penyerta hipertensi antara lain:
1. Kencing manis
2. Kencing manis akibat resistensi insulin
3. Hiperfungsi kelenjar thyroid
4. Rematik dan Gout
5. Kadar lemak darah tinggi (Iskandar, 2009).
2.1.8 Pengobatan Hipertensi secara Konvensional
Karena 90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya maka pengobatan
hipertensi diarahkan terutama untuk menurunkan tekanan darah ke tingkat yang
wajar sehingga kualitas hidup penderita tidak menurun. Dengan demikian
pengobatan darah tinggi dengan obat kimia diarahkan langsung untuk
menurunkan tekanan darahnya dan bukan mengobati penyebabnya. Disamping
tujuan diatas pengobatan hipertensi dengan obat kimia juga diarahkan mengurangi
akibat dari penyakit hipertensi seperti kesakitan, pengerasan pembuluh darah
(arteriosklerosis), penyembuhan penyakit penyerta, memulihkan kerusakan target
organ dan mencegah kerusakan akibat hipertensi. Selain itu pengobatan darah
tinggi juga diarahkan untuk menghindarkan hal- hal yang beresiko mengakibatkan
kenaikan tekanan darah antara lain: makanan berlemak tinggi, garam, daging
kambing, buah durian, minuman beralkohol, rokok dan kopi. Obat kimia untuk
darah tinggi terutama diberikan untuk menurunkan tekanan darahnya dan bukan
mengobati penyebabnya. Menurunkan tekanan darah dilakukan dengan cara:
1) Penghambat Kalsium
Memperlancar peredaran darah dan menurunkan jumlah air dalam darah
dengan cara mengeblok kalsium agar kalsium kembali ke otot dan tidak
mengikat air serta tidak mengendap di pembuluh darah.
2) Menurunkan tahanan pembuluh darah tepi.
10
3) Diuretika, mengurangi jumlah air dalam plasma darah dengan cara
dibuang sebagai urine.
4) Anti-andrenegik, menurunkan produksi, sekresi dan efektivitas
hormone adrenalin.
5) Vasodilator, melancarkan peredaran darah dengan cara
meningkatkan volume pembuluh darah dan organ-organ yang diisi darah
(Iskandar, 2009).
2.1.9 Pengobatan dengan Tanaman Obat
Tujuan pengobatan hipertensi dengan tanaman obat adalah mengobati
hipertensi dengan memperbaiki penyebabnya sesuai filosofi tanaman obat sebagai
obat konstruktif, yaitu memperbaiki/membangun organ atau sistem yang rusak
yang mengakibatkan terjadinya hipertensi. Tetapi mengingat 90%-95% penyebab
hipertensi tidak diketahui (hipertensi esensial) maka kerja dari tanaman obat
dalam memperbaiki/membangun organ/sistem yang rusak juga tidak diketahui.
Sebagai akibatnya, karena penyebab hipertensi yang tidak diketahui ini dipastikan
lebih dari satu penyebab maka terdapat banyak tanaman obat yang ternyata cocok
untuk banyak penderita yang berbeda satu sama lain, penderita satu cocok dengan
tanaman tertentu dan penderita yang lain cocok dengan tanaman lain. Namun
demikian pada beberapa tanaman obat hipertensi dapat diketahui mekanismenya
dalam menurunkan tekanan darah, seperti antara lain diuretikum (sangat banyak
jenis), anti andrenergik dan vasodilator.
Tanaman obat memiliki kelebihan dalam pengobatan hipertensi karena
umumnya tanaman obat memiliki fungsi selain mengobati hipertensi juga
mengobati penyakit penyerta atau penyakit komplikasi sebagai akibat tekanan
darah tinggi (Iskandar, 2009).
11
2.1.10 Pencegahan
Adapun beberapa tindakan-tindakan umum yang dapat dilakukan untuk
menurunkan tekanan darah antara lain :
1. Menurunkan berat badan
Berat badan berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan
perluasan sistem sirkulasi.
2. Mengurangi garam dalam diet
Bila kadar Na di filtrat glomeruli rendah, maka lebih banyak air dikeluarkan
untuk menormalkan kadar garam dalam darah. Akibat pengeluaran ekstra air
tersebut maka tekanan darah akan menurun.
3. Diet kolesterol
Konsumsi serat-serat nabati hendaknya justru diperbanyak, karena telah
terbukti bahwa serat tersebut dalam makanan dapat membantu menurunkan
tekanan darah.
4. Berhenti merokok
Tambakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan
vasokonstriksi pada arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan
tekanan darah meningkat. Lagipula CO dalam asap mengikat hemoglobin
lebih cepat dan lebih kuat daripada oksigen. Hingga penyerapan oksigen di
paru-paru sangat dikurangi. Selain itu ter dalam asap bersifat karsinogenik
dan pada jangka waktu panjang dapat merusak dinding pembuluh darah
dengan fek aterosklerosis.
5. Membatasi minum kopi
Kafein dalam kopi menyebabkab vasokonstriksi pembuluh darah yang
secara akut dapat meningkatkan tekanan darah dengan terjadinya gangguan
ritme.
6. Membatasi minum alkohol
Alkohol memiliki banyak khasiat antara lain vasodilatasi, pengingatan HDL-
kolesterol, fibrinolitis, dan mengurangi kecenderungan beku darah. Tetapi
minum lebih dari 40 g sehari untuk jangka waktu panjang dapat
meningkatkan tensi diastolik sampai 0,5 mm per 10 g alkohol.
12
7. Cukup istirahat dan tidur
Cukup istirahat dan tidur adalah penting karena selama periode ini tekanan
darah menurun (Tjay, et al.,2002)
2.2 Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)
Gambar 1. Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)
2.2.1 Nama Daerah
Sumatra: Pepaitan (Melayu), Jawa: Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda), bidar,
sadilata, sambilata, takila (Jawa), Indonesia: Sambiloto (Anonim a, 1979).
2.2.2 Pertelaan
Terna tumbuhan tegak, tinggi 40 cm sampai 90 cm, percabangan banyak
dengan letak yang berlawanan, cabang berbentuk segi empat dan tidak berambut.
Bentuk daun lanset, ujung daun dan pangkal daun tajam atau agak tajam, tepi
daun rata, panjang daun 3 cm sampai 12 cm dan lebar 1 cm sampai 3 cm, panjang
tangkai daun 5 mm sampai 25 mm; daun bagian atas bentuknya seperti daun
pelindung. Perbungaan tegak bercabang-cabang, gagang bunga 3 mm sampai 7
mm, panjang kelopak bunga 3 mm sampai 4 mm. Bunga berbibir berbentuk
tabung, panjang 6 mm, bibir bunga bagian atas berwarna putih dengan warna
13
kuning di bagian atasnya, ukuran 7 mm sampai 8mm, bibir bunga bawah lebar
berbentuk biji, berwarna ungu dan panjang 6 mm. Tangkai sari sempit dan
melebar pada bagian pangkal, panjang 6 mm. Bentuk buah jorong dengan ujung
yang tajam, panjang lebih kurang 2 cm, bila tua akan pecah terbagi menjadi 4
keping (Anonim a, 1979).
2.2.3 Ekologi dan penyebaran
Tumbuh di India, semenanjung Malaya dan hampir di seluruh Indonesia
pada tempat terbuka, di kebun, di tepi sungai, pada tanah yang gembur; seringkali
tumbuh berkelompok. Tumbuh pada ketinggian tempat 1 m sampai 700 m di atas
permukaan laut (Anonim a, 1979).
2.2.4 Herba Sambiloto/ Sambiloto
Herba sambiloto adalah bagian di atas tanah tanaman Andrographis
paniculata (Anonim a, 1979).
a. Pemerian
Tidak berbau; rasa sangat pahit.
1. Makroskopik
Batang tidak berambut, tebal 2 mm sampai 6 mm, jelas persegi empat,
batang bagian atas seringkali dengan sudut agak berusuk. Daun bersilang
berhadapan, umumnya terlepas dari batang, berbentuk lanset sampai bentuk
lidah tombak, panjang 2 cm sampai 7 cm, lebar 1 cm sampai 3 cm, rapuh,
tipis, tidak berambut, pangkal daun runcing, ujung meruncing, tepi daun
rata. Permukaan atas berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan, permukaan
bawah berwarna hijau pucat. Tangkai daun pendek. Kelopak bunga terdiri
dari 5 helai daun kelopak, panjang 3 mm sampai 4 mm, berambut. Daun
mahkota berwarna putih sampai keunguan. Buah berbentuk jorong, pangkal
dan ujung tajam, panjang lebih kurang 2 cm, lebar lebih kurang 4 mm,
kadang-kadang pecah secara membujur menjadi 4 keping. Permukaan luar
kulit buah berwarna hijau tua sampai hijau kecoklatan, permukaan dalam
berwarna putih atau putih kelabu. Biji agak keras, panjang 1,5 mm sampai 3
14
mm., lebar lebih kurang 2 mm; permukaan luar berwarna coklat muda
bertonjol-tonjol. Pada penampang melintang biji terlihat endosperm
berwarna kuning kecoklatan, lembaga berwarna putih kekuningan (Anonim
a, 1979).
2. Mikroskopik
Daun: Epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk segi empat, kutikula
tipis, pada penampang tangensial tampak berbentuk poligonal, dinding
samping lurus, tidak terdapat stomata. Pada lapisan epidermis terdapat
banyak sel litosis yang berisi sistolit; sistolit mengandung banyak kalsium
karbonat. Sel litosis umumnya lebih besar daripada sel epidermis, bentuk
jorong atau bulat telur memanjang. Sistolit berbentuk jorong atau bulat telur
dengan permukaan bertonjolan hingga mirip rangkaian buah anggur.,
panjang 60 μm sampai 150 μm, lebar 30 μm sampai 80 μm. Rambut kelenjar
banyak, terletak agak tenggelam di lapisan epidermis, sel pangkal kecil dan
sel bersatu; kepala kelenjar terdiri dari beberapa sel, garis tengah kepala
kelenjar 40 μm sampai 65 μm, tinggi 15 μm sampai 25 μm. Rambut penutup
sangat sedikit, umumnya terdapat di epidermis atas pada daun tulang, bentuk
kerucut berujung tumpul, bersel dua, dinding tipis, berukuran panjang 30 μm
sampai 125 μm. Sel epidermis bawah lebih kecil dari sel epidermis atas,
pada penampang tangensial tampak dinding samping bergelombang.
Stomata sangat banyak, tipe bidiasitik dan diasitik, umumnya bidiasitik.
Rambut kelenjar dan litosis lebih banyak terdapat di epidermis bawah
daripada di epidermis atas. Jaringan palisade umumnya terdiri dari satu lapis
sel, jarang yang dua lapis. Jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis
sel bunga karang, tersusun renggang dengan rongga udara yang besar;
diantara sel bunga karang terdapat juga sel litosis serupa dengan yang
terdapat di epidermis. Berkas pembuluh tipe bikolateral.
Batang : epidermis terdiri dari 1 lapis sel yang terentang tangensial, pada
penampang tangensial terlihat berbentuk segiempat panjang, dinding
samping lurus, kutikula agak tebal; pada epidermis terdapat rambut kelenjar
dan litosis seperti yang terdapat pada epidermis daun. Jaringan kolenkim
15
terdapat di bawah epidermis, terutama pada sudut batang. Parenkim korteks
terdiri dari beberapa lapis sel, serabut perisikel berdinding tebal, agak
berlignin, lumen sempit. Floem sekunder sedikit. Sebagian besar xilem
sekunder terdiri dari serabut kayu; pembuluh kayu bernoktah dan pembuluh
kayu berpenebalan tangga tersebar. Empulur terdiri dari sel besar berbentuk
poligonal, dinding bernoktah, sel empulur berisi hablur kalsium oksalat
berbentuk jarum, panjang hablur 15 μm sampai 50 μm (Anonim a, 1979).
Gambar 2. Penampang melintang daun sambiloto
16
Gambar 3. Serbuk herba sambiloto.
2.2.5 Morfologi Tanaman
Herba, semusim, tinggi 50-90 cm. Tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di
kebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab, atau pekarangan. Tumbuh di
dataran rendah sampai ketinggian 700m dpl. Daun tunggal, bertangkai pendek ±
30mm, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset, pangkal runcing, ujung
meruncing tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda, panjang
2-8 cm, lebar 1-3cm, pertulangan menyirip. Bunga majemuk yang bercabang
membentuk malai, keluar dari ujung batang atau ketiak daun, kelopak lanset,
berbagi lima, pangkal berlekatan, hijau, benang sari dua, bulat panjang, kepala
sari bulat, ungu, putih, pendek, kepala putik ungu coklat, mahkota lonjong,
pangkal berlekatan, ujung pecah menjadi empat, bagian dalam putih bernoda
ungu, bagian luar berambut, merah. Buah kapsul berbentuk jorong, penjang
sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, tengah beralur, bila masak
akan pecah membujur menjadi 4 keping, masih muda hijau setelah tua cokelat.
Biji bulat, kecil, masih muda putih kotor setelah tua cokelat.
17
2.2.6 Sistematika Tanaman
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata
(Anonim b, 2000)
2.2.7 Kandungan Kimia dan Manfaatnya
Tanaman ini memiliki kandungan kimia antara lain saponin, flavonoid, dan
tanin. Lakton dari daun dan cabang berupa deoxy-andrographolid, andrographolid
(zat pahit), Neoandro-grapholid, 14-deoxy-11,12 didehydroandrographolid dan
homoandrographolid. Flavonoid dari akar berupa polymethoxyflavon,
andrographin, panicolin, mono-o-methylwithin dan apigenin-7,4-dimetil eter,
alkana, keton dan aldehid, kalium, kalsium, natrium dan asam kersik, damar.
Andrografolida sekurangnya 1 %. Kalmegin (zat amorf) dan hablur kuning, pahit
sampai sangat pahit (Dalimartha, 2005).
Secara tradisional sambiloto telah dipergunakan untuk pengobatan akibat
gigitan ular atau serangga, demam, dan disentri, rematik, tuberkulosa, infeksi
pencernaan, dan lain-lain. Sambiloto juga digunakan untuk mengobati hepatitis,
infeksi saluran empedu, disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang amandel
(tonsilitis), abes paru, malaria, radang paru (pneumonia), radang saluran
pernafasan (bronkhitis), radang ginjal akut (pielonefritis), darah tinggi, kencing
manis, sakit gigi dan radang usus buntu (Anonim j, 2009).
18
Gambar 4. Struktur kimia andrografolid
Ekstrak cair Sambiloto yang diberikan melalui infusi intraperitonial pada
mencit menunjukkan efek hipotensif dengan ketergantungan dosis pada tekanan
darah sistolik pada mencit yang dikondisikan menjadi hipertensi dan kontrol
normotensif. Ekstrak air mentah Sambiloto dan 2 n-butanol semimurni dan fraksi
cair secara signifikan mengurangi tekanan darah arteri pada mencit yang
dianastesi tanpa menurunkan denyut jantungnya. Substansi hipotensif dalam
ekstrak air terkonsentrasi pada fraksi butanol. Dalam hal ini, Sambiloto
disarankan diberikan melalui injeksi.(Mills and Kerry, 2000)
2.2.8 Mekanisme Kerja Sambiloto sebagai Antihipertensi
Sambiloto mampu menghambat peningkatan tekanan darah yang
diakibatkan oleh hormon Noradrenalin, hormon hasil sekresi otak, menyebabkan
pengerutan pembuluh darah dan menambah detak jantung, tekanan darah, kadar
gula darah. Herba itu melemaskan otot-otot dinding pembuluh darah agar tak
mengerut menyebabkan peredaran darah lancar dan oksigen tetap mengalir ke
otak. (Anonim e, 2009)
2.2.9 Dosis
Dengan rasanya yang pahit, beberapa orang mungkin kesulitan dalam
mengkonsumsi Sambiloto dalam sediaan cair. Berapapun jumlah yang
dikonsumsi, dosis pencegahan harian untuk dewasa sekitar 2-3 gram atau sama
19
dengan 4-6ml per hari dari 1:2 ekstrak cair. Selama terjadinya hipertensi, dosis
efektifnya 6 gram per hari (sampai 12 ml per hari dari 1:2 ekstrak cair). Karena
sambiloto dikenal memiliki sifat yang ‘dingin’, maka lebih cenderung dikonsumsi
dengan dikombinasikan dengan tanaman ‘hangat’ saat digunakan selama musim
dingin sebagai pengobatan pencegahan, terutama bila pasien mempunyai kondisi
yang ‘dingin’. Tanaman yang bersifat hangat meliputi jahe, Astragalus dan tulsi
(Ocimum sanctum) (Mills and Kerry, 2000).
Ketika dikonsumsi Andrografolid akan terakumulasi di sepanjang organ
viscera. Dalam satu penelitian setelah 48 jam, konsentrasi Andrografolid sebesar
20,9% di otak,14,9% di limfa, 11,1% di jantung, 10,9% pada paru-paru, 8,6 %
pada rectum, 7,9% pada ginjal, 5,6% pada hati, 5,1% pada uterus, 5,1% pada
ovarium, dan 3,2% pada usus. Absorbsi dan sekresinya sangat cepat sekitar 80%
selama 8 jam melalui ginjal (urin) dan saluran pencernaan (Anonim f, 2009).
2.3 Monografi Zat Aktif dan Zat Tambahan
2.3.1 Andrografolid
Andrografolid mudah larut dalam metanol, etanol, piridin, asam asetat dan
aseton. Tetapi agak sukar larut dalam eter dan air. Titik leburnya 228o-230oC
dan spektrum ultraviolet dalam etanol dengan λmaks adalah 223nm (Anonim
h, 2009).
2.3.2 Sugar (Gula/ Sukrosa)
Sukrosa merupakan gula yang diperoleh dari Saccharum oficinarum, gula
bit, ataupun sumber yang lainnya. Memiliki rumus empiris C12H22O11, tidak
mengandung bahan tambahan.
Pemerian: hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk
kubus (serbuk hablur putih). Tidak berbau, rasa manis, stabil di udara.
Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan: sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam
eter (Rowe et all., 2004).
20
2.3.3 Sorbitol
Rumus molekul : C6H14O6
BM : 182,17.
Pemerian : serbuk, butiran atau kepingan; putih; rasa manis.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P,
dalam metanol P dan dalam asam asetat P.
Khasiat dan penggunaan : zat tambahan, yaitu sebagai pemanis, solvent,
dan anti-caplocking agent (Anonim a, 1979).
Inkompatibilitas: Sorbitol akan membentuk chelat larut air dengan banyak
ion logam valensi dua dan tiga pada asam kuat dan basa kuat. Penambahan
larutan polietilen glikol pada larutan sorbitol dengan pengocokan keras,
menghasilkan waxy, gel larut air dengan titik didih 350-400C. Larutan
sorbitol akan bereaksi dengan besi oksida akan menghasilkan perubahan
warna.
2.3.4 Glyserin
Rumus molekul : C3H8O3
BM : 92,10
Pemerian : cairan seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis
diikuti rasa hangat; higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu
rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak
melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200C.
Kelarutan : dapat dicampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P; praktis
tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak.
Khasiat dan penggunaan : zat tambahan, yaitu sebagai antimikroba,
solvent, dan anti-caplocking agent (Anonim a, 1979).
Kestabilan: Gliserin murni mudah teroksidasi oleh atmosper .gliserin akan
berbentuk kristal jika disimpan pada suhu rendah.kristal tidak akan leleh
sampai dipnaskan pada suhu 20C.gliserin harus disimpan pada keadaan
kedap udara,dan tempat yang kering.
21
2.3.5 Metil Paraben
Rumus Kimia
C8H8O3
Berat Molekul
152.15
Pemerian
Kristal; tidak berwarna; tidak berbau atau hampir tidak berbau;dan rasa
sedikit membakar
Kelarutan
Mudah larut dalam propilen glikol (1:5), dalam etanol (1:2), dalam eter
(1:10), larut dalam 60 bagian gliserin, sukar larut dalam air (1:400), dan
praktis tidak larut dalam minyak mineral.
Kegunaan
Pengawet. (Kibbe, 2000)
2.3.6 Mentha Piperita
Berat jenis :
0,904
Titik didih :
212°C
Titik lebur :
34°C
Pemerian :
Cairan tidak berwarna atau kuning pucat; bau khas kuat menusuk; rasa pedas
diikuti rasa dingin jika udara dihirup melalui mulut.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam etanol 95%, kloroform, eter, minyak lemak dan
parafin cair; larut dalam aseton dan benzen; agak larut dalam gliserin;
praktis tidak larut dalam air (Rowe et all., 2004).
22
2.3.7 Etanol 96%
Berat jenis :
0,8119
Titik didih :
78,15°C
Pemerian :
Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan
rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan
mindidih pada suhu 78ºC. Mudah terbakar.
Kelarutan :
Tercampur dengan kloroform, eter, gliserin dan air (dalam suhu dan volume
tertentu) (Rowe et all., 2004).
2.4 Budidaya Tanaman
Tumbuhan belum dibudidayakan. Tumbuhan dapat diperbanyak dengan
biji(Anonim a, 1979).
2.4.1 Penyiapan Lahan
Sambiloto dapat dibudidayakan pada lahan bekas persawahan atau tegalan.
Lahan yang digunakan sebaiknya memiliki sumber air untuk penyiraman. Bila
lahan yang digunakan bekas persawahan maka harus dibuat drainase dengan
kedalaman 30 – 50 cm dan lebar 50 cm. Pengolahan tanah dimulai dengan
pembersihan areal tanam dari gulma dan sisa-sisa tanaman. Kemudian tanah
dicangkul dan digemburkan dengan kedalaman 20 – 30 cm dengan posisi tanah
dibalik untuk menambah pori-pori tanah dan
mempermudah perakaran menyusup ke dalam tanah. Kemudian dibuat bedengan
dengan ketinggian 20 cm, lebar 100 – 150 cm, panjang bedengan disesuaikan
dengan ukuran lahan. Jarak antar bedengan 30 cm (Anonim g, 2009).
23
2.4.2 Penyiapan Bibit
Sambiloto dapat diperbanyak secara vegetatif yaitu dengan setek batang
atau pucuk dan dengan cara generatif yaitu dengan biji. Perbanyakan tanaman
dengan menggunakan biji lebih sering dilakukan karena bibit yang dihasilkan
lebih banyak, tekniknya sederhana dan mudah. Kelemahannya perbanyakan
melalui biji membutuhkan waktu lebih lama dan pertumbuhan bibit cenderung
tidak seragam. Biji dipilih dari tanaman yang sehat, petumbuhannya baik dan
bebas dari serangan hama dan penyakit. Biji dikecambahkan dalam kotak
pesemaian yang telah diisi media berupa campuran tanah, pasir dan kompos (1 :
1 : 1). Setelah berkecambah dan berdaun 3 – 4 , dapat dipindahkan ke polibeg
kecil yang sudah diisi media tanam berupa campuran topsoil dan pupuk kandang
dengan perbandingan 1 : 1. Bibit dalam polibag tersebut dapat disusun pada
bedengan pembibitan yang ditempatkan pada areal yang agak terlindung.
Penyiraman dilakukan 1 – 2 kali sehari (Anonim g, 2009).
2.4.3 Penanaman
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan agar bibit lebih
cepat tumbuh dan lebih mudah beradaptasi. Pada bedengan yang telah disiapkan
dibuat lubang tanam dengan ukuran 15 cm x 15 x cm x 15 cm. Jarak tanam yang
dianjurkan adalah 25 cm x 25 cm. Pada saat pemindahan bibit dari polibeg ke
lubang tanam, diusahakan agar tanah yang melekat pada akar tetap utuh agar
proses pertumbuhan tidak terganggu. Kemudian tanah galian dipadatkan dan bibit
disiram air secukupnya (Anonim g, 2009).
2.4.4 Pemeliharaan
Dianjurkan untuk memberi pupuk yang berasal dari bahan alami (pupuk )
yaitu pupuk kandang atau kompos. Pupuk kandang dapat diberikan pada saat
pertumbuhan vegetatif yaitu pada umur 1 – 1,5 bulan setelah penanaman ke
lapangan, dosis pupuk kandang 3 – 4 ton/ha. Agar diperoleh daun dan batang
yang pertumbuhannya baik dapat ditambahkan pupuk yang banyak mengandung
unsure nitrogen dan kalium. Penyulaman untuk mengganti tanaman yang mati
24
atau pertumbuhannya kurang baik dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3 – 5
minggu. Tanaman pengganti sebaiknya yang seumur dengan tanaman lama.
Penyiangan gulma dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan untuk
menggemburkan tanah di sekitar perakaran. Penyiangan dapat dilakukan setelah
tanaman berumur 1 – 1,5 bulan. Penyiangan dan pembumbunan dapat dilakukan
dengan menggunakan koret atau cangkul. Penyiraman sebaiknya dilakukan 1 – 2
kali sehari pagi dan sore hari, tergantung keadaan cuaca. Penyiraman dapat
menggunakan sprinkle, sprayer atau gembor. Pengendalian hama dan penyakit
dapat dilakukan secara mekanis yaitu dengan cara menangkap atau membuang
bagian tanaman yang terserang. Sebaiknya dilakukan upaya pencegahan serangan
hama dan penyakit yaitu dengan memperbaiki kultur teknis seperti penggunaan
bibit yang sehat, pengaturan waktu tanam dan jarak tanam, perbaikan drainase dan
penyiangan gulma secara intensif. Tidak disarankan menggunakan pestisida
kimia, apabila serangan hama atau penyakit sulit untuk dikendalikan maka
dianjurkan menggunakan pestisida dan fungisida nabati (Anonim g, 2009).
2.4.5 Panen dan Pascapanen
Pemanenan dapat dilakukan bila tanaman telah berumur 3 – 4 bulan atau
sudah mulai berbunga. Bagian yang dipanen adalah batang dan daun,
dikumpulkan dalam goni. Kemudian dicuci dengan air mengalir, selanjutnya
disortir dengan cara memisahkan dan membuang bagian yang rusak. Sambiloto
yang sehat dapat langsung dipotong-potong sepanjang 4 – 5 cm, kemudian
dikeringanginkan selama 2 – 3 hari untuk mengurangi kadar air sampai 22%. Bila
pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven sebaiknya suhu diatur antara
50 - 60°C hingga kadar air 10 – 15%. Selama proses pengeringan, bahan harus
dibolak-balik agar pengeringan merata. Sambiloto yang telah kering dimasukkan
dalam wadah yang bersih dan harus dihindarkan dari kontak langsung pada lantai
untuk menghindari timbulnya jamur dan proses pelapukan. Herba sambiloto ini
dapat juga dihaluskan menjadi tepung atau bubuk (Anonim g, 2009).
25
2.5 Soxhletasi
Soxhletasi adalah proses isolasi senyawa aktif yang prinsip kerjanya
dengan pemanasan cairan penyari kemudian uap cairan penyari naik melewati
pipa samping yang kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak sehingga
turun ke labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia sambil melarutkan zat
aktifnya (Anonim d, 1986). Keuntungan dari proses isolasi dengan menggunakan
metode soxhlet adalah penggunaan cairan penyari yang lebih efisien, waktu
penyarian lebih singkat, dan konsentrasi isolat yang diperoleh lebih pekat.
Kelemahan metode ini adalah tidak baik digunakan pada senyawa yang tidak
tahan panas, diperlukan peralatan khusus untuk melakukan proses isolasi.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Standarisasi Simplisia
3.1.1 Penetapan Kadar Andrografolid
Ekstrak ditimbang 5 mg, dilarutkan dalam 5 mL metanol, ditotolkan pada
lempeng KLT silika gel. Selanjutnya dikembangkan dengan kloroform-
metanol (9:1). Bercak diukur luas areanya dengan densitofotometer pada
panjang gelombang 288 nm. Pada lempeng yang sama ditotolkan juga 4
konsentrasi yang berbeda larutan andrografolid pembanding untuk
memperoleh kurva baku. Kadar andrografolid dihitung dalam % b/b
dengan membandingkan terhadap kurva baku (Anonim c, 2004).
3.1.2 Penetapan Kadar Abu
Lebih kurang 2 g sampai 3 g zat yang telah digerus dan ditimbang
seksama, masukkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah
dipijarkan dan ditara, ratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,
dinginkan, timbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapt dihilangkan,
tambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa
dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus,
uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap
bahan yang telah dikeringkan di udara (Anonim a, 1979).
a. Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 mL
asam klorida encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut
dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu,
cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar
abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di
udara (Anonim a, 1979).
27
27
b. Penetapan Kadar Abu yang Larut dalam Air
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 mL
air selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut, saring melalui krus
kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas dan
pijarkan selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 4500 hingga bobot
tetap, timbang. Perbedaan bobot sesuai dengan jumlah abu yang larut
dalam air. Hitung kadar abu yang larut dalam air terhadap bahan yang
telah dikeringkan di udara (Anonim a, 1979).
3.1.3 Penetapan Kadar Air
1. Cara Titrasi
Pereaksi dan larutan yang digunakan peka terhadap air, hingga harus
dilindungi dari pengaruh kelembaban udara. Pereaksi Karl Fischer
disimpan dalam botol yang dilengkapi dengan buret otomatik. Untuk
melindungi dari pengaruh kelembaban udara, buret dilengkapi dengan
tabung pengering. Labu titrasi kapasitas lebih kurang 60 mL,
dilengkapi dengan 2 elektrode platina, sebuah pipa pengalir nitrogen,
sebuah sumbat berlubang untuk ujung buret dan sebuah tabung
pengering. Zat yang diperiksa dimasukkan ke dalam labu melalui pipa
pengalir nitrogen atau melalui pipa samping yang dapat disumbat.
Pengadukan dilakukan dengan mengalirkan gas nitrogen yang telah
dikeringkan atau dengan pengaduk magnet. Penunjuk titik akhir terdiri
dari baterai kering 1,5 volt atau 2 volt yang dihubungkan dengan
tahanan variabel lebih kurang 2000 ohm. Tahanan diatur sedemikian
rupa sehingga arus utama yang cocok yang melalui elektroda platina
berhubungan secara seri dengan mikroammeter setelah setiap kali
penembahan peraksi Karl Fischer, penunjuk mikroammeter
menyimpang akan tetapi akan segera kembali ke posisi semula. Pada
titik akhir, penyimpangan akan tetap selama waktu yang lebih lama.
Untuk zat-zat yang melepaskan air secara perlahan-lahan maka pada
umumnya dilakukan titrasi tidak langsung. Kecuali dinyatakan lian
28
dalam monografi maka penetapan kadar air dilakukan dengan titrasi
langsung.
a. Cara Penetapan Titrasi Langsung
Kecuali dinyatakan lain, masukkan lebih kurang 20 mL metanol P ke
dalam labu titrasi. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga titik
akhir tercapai. Masukkan dengan cepat sejumlah zat yang diperkirakan
mengandung 10 mg sampai 50 mg air, ke dalam labu titrasi, aduk
selama 1 menit. Titrasi dengan eraksi Karl Fischer yang telah diketahui
kesetaraan airnya. Hitung jumlah air dalam mg dengan rumus V x F.
V adalah volume dalam mL pereaksi Karl Fischer, F adalah faktor
kesetaraan air.
2. Cara Destilasi
Alat :
Sebuah labu 500 mL (A) dihubungkan dengan pendingin air balik (C)
dengan pertolongan alat penampung (B). Tabung penerima 5 mL (E),
berskala 0,1 mL. Pemanas yang digunakan sebaiknya pemanas listrik
yang suhunya dapat diatur atau tangas minyak. Bagian atas labu
tabung penyambung (D) sebaiknya dibungkus dengan asbes.
Pereaksi :
Toluen. Sejumlah toluen P, kocok dengan sedikit air, biarkan memisah,
buang lapisan air suling.
Cara penetapan :
Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam pencuci, bilasi
dengan air, keringkan dalam lemari pengering. Ke dalam labu kering
masukkan sejumlah zat yang ditimbang seksama yang diperkirakan
mengandung 2 mL sampai 4 mL air. Jika zat berupa pasta, timbang
dalam sehelai lembaran logam dengan ukuran yang sesuai dengan
leher labu. Untuk zat yang dapat menyebabkan gejolak mendadak,
tambahkan pasir kering yang telah dicuci secukupnya hingga
mencukupi dasar labu atau sejumlah tabung kapiler, panjang lebih
kurang 100mm yang salah satu ujungnya tertutup. Masukkan lebih
29
kurang 200 mL toluen ke dalam labu, hubungkan alat. Tuang toluen ke
dalam tabung penerima (E) melalui alat pendingin. Panaskan labu hati-
hati selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih, suling dengan
kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air
tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap
detik. Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan
toluen, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan
pada sebuah kawat tembaga dan lebih dibasahi dengan toluen.
Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima
pendingin hingga suhu kamar. Jika ada tetes air yang melekat pada
pendingin pada tabung penerima, gosok dengan karet yang diikatkan
pada sebuah kawat tembaga dan basahi dengan toluen hingga tetesan
air turun. Setelah air dan toluen memisah sempurna, baca volume air.
Hitung kadar air dalam % (Anonim a, 1979).
3.1.4 Penetapan Susut Pengeringan
Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat. Kecuali
dinyatakan lain, suhu penetapan adalah 1050 dan susut pengeringan
ditetapkan sebagai berikut :
Timbang seksama 1 g sampai 2 g zat dalam bobot timbang dangkal
bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama
30 menit dan telah ditara. Jika zat berupa hablur besar, sebelum
ditimbangdegerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih kurang 2 mm.
Ratakan zat dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol, hingga
merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, masukkan
ke dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu penetapan
hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam
keadaan tertutup mendingin dalam desikator hingga suhu kamar. Jika suhu
lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada
suhu antara 50 dan 100 di bawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam,
30
kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang ditentukan atau
hiungga bobot tetap (Anonim a, 1979).
3.2 Pemilihan Pelarut Ekstraksi
Pemilihan pelarut dalam ekstraksi sambiloto didasarkan pada sifat polaritas
dari senyawa aktif sambiloto yaitu Andrografolid (golongan diterpen lakton). Jika
dibandingkan dengan pelarut non polar, penggunaan pelarut polar dapat
mengekstraksi Andrografolid lebih banyak, kecuali penggunaan air. Methanol
merupakan pelarut terbaik untuk ekstraksi Andrografolid. Pelarut non polar tidak
dapat digunakan untuk mengekstrak Andrografolid.
Tabel 3. Pengaruh kepolaran pelarut terhadap hasil ekstraksi Andrografolid.
(Anonim h, 2009)
3.3 Metode Ekstraksi Dengan Soxhlet
3.3.1 Alat dan Bahan
Alat :
o Beaker glass
o Gelas ukur
o Kertas saring
o Seperangkat alat soxhlet
31
o Cawan porselen
o Corong pisah
o Corong
o Batang pengaduk
o Heater
o Timbangan digital
Bahan :
o 8- 10 gram serbuk herba sambiloto
o 300 ml metanol
o Larutan timbal asetat 10%
3.3.2 Cara Kerja
Cairan penyari 300 ml methanol 70% dimasukkan ke dalam labu pada alat
soxhlet. Serbuk herba Andrographis paniculata dimasukkan ke dalam kertas
saring yang dibentuk seperti tabung kemudian dimasukkan ke dalam tabung pada
alat soxhlet. Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih sehingga uapnya akan
merendam simplisia setelah mengalami pengembunan oleh pendingin balik.
Setelah mencapai volume satu sirkulasi, cairan akan turun kembali ke labu. Proses
dilanjutkan hingga mencapai 5 kali sirkulasi.
Hasil soxhlet diuapkan dengan rotary evapourator dengan suhu 600C - 800C
dan penguapan dilanjutkan kembali hingga diperoleh ekstrak kental.
32
3.3.3 Skema Kerja Soxhletasi Andrographis paniculata
dimasukkan
dimasukkan dimasukkan
dirangkai
diuapkan
terembunkan oleh kondensor
mencapai satu sirkulasi
dilanjutkan hingga 5 sirkulasi
diuapkan dengan suhu 600C-800C
33
Cairan penyari
(300 ml metanol 70%)
Kertas saring
(bentuk tabung)
Tabung Soxhlet
8-10 gram serbuk herba sambiloto
Soxhlet
Labu Soxhlet Tabung Soxhlet
Cairan penyari
Mendidih
Merendam simplisia
Cairan turun kembali ke labu
Hasil soxhletasi
Hasil penguapan
3.4 Formulasi
3.4.1 Bentuk Sediaan
Ekstrak cair sambiloto dibuat dalam sediaan sirup dengan kekuatan sediaan
6 mg/45 mL.
3.4.2 Permasalahan
a. Ekstrak sambiloto memiliki rasa yang pahit.
b. Zat aktif dari sambiloto yaitu Andrografolid bersifat agak
sukar larut dalam air.
c. Sediaan mengandung air.
d. Sukrosa dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan
caplocking
3.4.3 Pengatasan
a. Pada sediaan ditambahkan sirupus simpleks sebagai
sebagai pemanis dengan kadar 67% v/v (Ansel, 1989)
b. Pada sediaan ditambahkan co-solvent yaitu alkohol 70%.
c. Pada sediaan ditambahkan pengawet metil paraben
dengan kadar 0,02-0,5% b/v.
d. Pada sediaan ditambahkan anticaplocking yaitu
kombinasi gliserin dan sorbitol dengan kadar masing-masing 2,5% dan
15% v/v.
(Rowe et all,. 2004)
3.4.4 Formula Umum Sirup
• R/ Zat berkhasiat
Co-solvent
Pengawet
Pemanis
Anti caplocking agent
34
ekstrak kental
Pemberi rasa (flavouring agent)
(Ansel, 1989)
3.4.5 Formula yang digunakan
R/ Ekstrak kental sambiloto 6 g
Gliserin 1,2 ml
Sorbitol 6,75 ml
Alkohol 70% 3 ml
Sirupus Simpleks 40 ml
Sukrosa 14,4 mg
Air 25,6 ml
Metil Paraben 0,3 mg
Oleum mentha piperita 2 tetes
Air ad 45 ml
3.4.6 Cara Kerja
1. Pembuatan sirupus simpleks :
Dibuat 40 mL sirupus simpleks dengan perbandingan air : sukrosa (64:36),
sehingga diperlukan air sebanyak 25,6 mL dan 14,4 mg sukrosa. Panaskan
air, masukkan sukrosa dan diaduk hingga larut.
2. Larutan sorbitol dibuat dengan cara sebagai berikut:
Menurut USP larutan sorbitol merupakan larutan yang mengandung 64 %
berat sorbitol alkohol polihidrat. Timbang 16 g sorbitol dan ukur air suling
sebanyak 9 mL. Larutkan sorbitol dalam air suling. Ukur larutan sorbitol
sebanyak 6,75 mL.
3. Ekstrak sambiloto dilarutkan dalam alkohol hingga larut.
4. Metil paraben dilarutkan dengan air secukupnya.
5. Campurkan semua bahan di atas hingga homogen.
6. Tambahkan gliserin dan sorbitol ke dalam campuran diatas, aduk hingga
homogen.
7. Tambahkan oleum mentha piperita ke dalam campuran di atas hingga
35
homogen
8. Masukkan ke dalam kemasan.
Daftar Pustaka
Anonim a. 1979. Materia Medika Jilid 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Anonim b. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 1. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Jakarta.
Anonim c. 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Volume 1. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Jakarta
Anonim d. 2007. Sambiloto.Available from : http://www.elexmedia.co.id/pdf/EMK170070981%20-
%20Hipertensi.pdfOpened at : 20 september 2009
Anonim e. 2009. Sambiloto Andrographidis paniculata. Available from :
http://www.trubus-online.co.id/member/ma/ebook/SambilotoVSAnekaKanker.pdf
Opened at : 20 september 2009
Anonim f. 2009. AndrographidisAvailable from : http://www.altcancer.com/andcan.htm#103Opened at : 20 september 2009
Anonim g. 2009. SambilotoAvailable from :
http://e-course.usu.ac.id/content/budidaya/agronomi/textbook.pdfOpened at : 23 september 2009
Anonim h. 2009. Experimental and Modeling Studies of Andrographolide Extraction from Andrographis paniculata in Soxhlet Extractor.Available from : http://eprints.undip.ac.id/269/1/ANDRI_UM.pdfOpened at : 25 September 2009
Anonim i. 2009. Prevalensi Hipertensi di Indonesia 17-21%. Available from : http://www.article.com.index.option=comOpened at : 25 September 2009
Anonim j. 2009. Hipertensi.
36
Available from : http://www. pernikmuslim.com/herbal-tazakka- hipertensi-p-1217.html.Opened at : 25 September 2009
Ansel, C. H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press : Jakarta.
Dalimartha, S. 2005. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Trubus Agriwidya : Jakarta.
Iskandar, Yoppi. 2009. Tanaman Obat yang Berkhasiat sebagai Antihipertensi.Available from : http://pustaka.unpad.ac.id/wp
content/uploads/2009/05/tumbuhan_obat_antihipertensi.pdf
Opened at : 20 september 2009
Katzung, B.G. 1986. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 3. Buku Kedokteran : :
Jakarta.
Kibbe, A.H, 2000, Handbook of Pharmaceuticals Excipients, Pharmaceutical
Press, London-United Kingdom
Kuswardhani, Tuty. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia. RSUP
Sanglah : Denpasar.
Mills, Simon and Kerry Bone. 2000. Principles and Practice of Phytotherapy. Churchill Livingstone : Australia.
Rowe, R. C., P. J. Sheskey and S. C. Owen. 2004. The Handbook of Pharmaceutical Excipients. Pharmaceutical Development and Technology : USA.
37
ETIKET OBAT TRADISIONAL
BROSUR OBAT TRADISIONAL
39
ANDROMORY®
Andromory mengandung 6 gram ekstrak herba sambiloto dalam 45 ml.Indikasi :
Untuk mengobati hipertensiKontra Indikasi :
Wanita HamilEfek Samping Obat :
Bersifat abortus, dosis oral besar dapat menyebabkan gangguan lambung, hilang nafsu makan dan emesis.Dosis :
3 kali sehari 1 sendok makan
HET : Rp. 15.000No. Batch : PA10009Exp. Date : 14 Februari 2012No. Reg : POM TR. 001 205 212