h.infulenza jurnal kelompok 6
DESCRIPTION
fluTRANSCRIPT
JURNAL READING DAN CRITICAL APPRAISAL
BLOK TROPICAL MEDICINE
INVASIVE Haemophilus influenzae TYPE b INFECTIONS IN VACCINATED
AND UNVACCINATED CHILDREN IN CANADA, 2001-2003
OlehKelompok VI:
IZZUL ISLAMI K1A005020DESI MUTIARATI K1A005021M. IHWANUDIN H K1A005022LITA HATI D P E K1A005023BARA PRADIANSYAH P. K1A005005NI MADE PRIMASARI D. K1A005006AGUNG SARI W K1A005033ABDUL KARIM N. K1A005044AJENG DESTARA W K1A005045TRI SUBIANTORO K1A005046
Pembimbing : dr. Agung SDL, MSc. PH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2008
I. Jurnal Reading
ABSTRAK
Tujuan
Walaupun vaksinasi terhadap infeksi Haemophilus influenza type b (Hib) efektif
dan secara rutin diberikan di Kanada sejak 1992, kasus penyakit infeksi ini tetap terjadi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah kasus infeksi Hib adalah akibat
daya proteksi vaksin yang menurun semenjak vaksin diberikan atau akibat efek
pengrusakan akibat penggabungan vaksin Hib dengan vaksin lain. Penelitian ini
melaporkan penyebab infeksi Hib pada anak yang diberikan vaksin dan tidak diberikan
vaksin antara tahun 2001 hingga 2003 di Kanada.
Metode
Penelitian ini meneliti 12 pusat kesehatan tersier dengan melihat daftar harian,
hasil laboratorium dan memeriksa kode diagnosis. Konfirmasi kultur yang diringkas oleh
perawat dimonitoring oleh sistem pelaporan standar.
Hasil
Selama tiga tahun penelitian ini mengidentifikasi 29 kasus: 16 kasus pada tahun
2001, 10 kasus pada tahun 2002, 3 kasus pada tahun 2003. Sebagian dari 29 pasien
menderita meningitis. Infeksi Hib lebih sering terjadi pada anak usia kurang dari 6 bulan
(11 kasus) dan pada laki-laki (20 kasus). Dua kasus merupakan kasus dengan kematian.
Sebanyak 20 anak tidak mendapatkan vaksin atau tidak melakukan vaksin secara lengkap
karena penolakan orang tua (7 kasus), anak-anak dianggap terlalu muda untuk
mendapatkan seri primer vaksinasi (11 kasus, termasuk 1 dimana penolakan orang tua
juga faktor yang mendasarinya), dan penundaan terhadap pemberian vaksinasi secara
lengkap.
Interpretasi
Infeksi invasif Hib termasuk infeksi yang jarang di Kanada, dengan kasus
didominasi oleh anak-anak yang terlalu muda untuk mendapatkan vaksinasi secara
lengkap. Perlindungan oleh vaksinasi bertahan hingga usia anak-anak dan efek ini juga
tidak berkurang jika vaksin yang diberikan adalah vaksin yang dicampur dan diberikan
bersamaan.
A. Pendahuluan
Hingga saat ini, Hib merupakan salah satu bakteri utama yang menyebabkan
meningitis, epligotitis dan infeksi invasif lainnya pada anak-anak, menyerang 250
anak usia mencapai 5 tahun. Resiko infeksi tertinggi berada pada anak dengan usia 6-
24 bulan.
Haemophilus influenza berbentuk coccobacilus negatif Gram dengan ukuran
0,2-0,3 x 0,5-0,8 um, serta bersimpai, yang dapat diketahui dengan reaksi quelling
memakai serum anti khas. Kuman-kuman tak bersimpai yang berasal dari sputum
bentuknya sering memanjang dan menunjukkan sifat-sifat bipolar pada pewarnaan
Gram. Haemophilus bersifat aerob dan anaeob fakultatif. Indol dibentuk oleh banyak
Haemophilus influenza dan larut dalam empedu. Diferensiasi dari spesies lainnya
terutama didasarkan atas keperluan pertumbuhan dan asal biak. Antigen penentu
utama H. influenza yang bersimpai adalah polisakarida simpai. Polisakarida simpai ini
menentukan khas tipe kuman dan menjadi dasar penggolongan kuman-kuman tersebut
dalam 6 serotipe. Infeksi oleh H. influenza terjadi setelah menghirup droplet berasal
dari penderita, penderita baru sembuh atau carrier. Manusia merupakan satu-satunya
reservoir bagi kuman ini.
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh haemophilus influenza tipe b
yang disebabkan oleh bakteri. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis (radang
selaput otak), pneumonia (radang paru) dan infeksi tenggorokan.
Gambar 1. Struktur Antigen Bakteri
CC
C
OMP
Antibodi terhadap kapsular polisakarida Hib atau PRP (polyribosyl ribitol
phosphate) membentuk dasar pertahanan. Vaksin konjugat protein PRP yang
merangsang respon anti-PRP telah digunakan sebagai konsep vaksin di Kanada sejak
1992. Vaksin ini diberikan 4 kali pada usia 2,4,6 dan 15-18 bulan. Sejak 1995, vaksin
Hib diberikan dikombinasikan dengan vaksin pertusis (whole-cell pertussis) atau
pertusis aseluler.
Infeksi Hib secara invasif telah dimonitor sejak 1992 oleh IMPACT
(Immunization Monitoring Program) di rumah sakit anak di Kanada. Pada tahun 1985,
sebelum vaksin Hib diperkenalkan, sebanyak 485 kasus dilaporakan dari 10 sentral
yang berpartisipasi dengan IMPACT. Kasus total menurun secara progresif setelah
vaksin diperkenalkan.
Vaksin ini tergolong baru sehingga pengawasan dan survey terus dilakukan.
Berbagai pertanyaan mengenai keefektifan vaksin muncul yaitu mengenai durasi
perlindungan dari vaksin tersebut. Adanya kasus yang meningkat baru-baru ini di
United Kingdom dan Kanada menimbulkan keingintahuan mengenai pengaruh
terjadinya kasus total dengan vaksin baru yang dikombinasikan dengan konjugat
pneumococus, meningococcus grup C serta hepatitis B. Respon dapat menurun
manakala bayi diberikan vaksin konjugat yang mengandung protein karier yang sama
dimana tidak bersamaan dengan PRP-T dan vaksin konjugat pneumococcus.
Bagaimanapun, hal ini belum dapat dijelaskan dengan pasti.
B. Metode
Secara singkat, IMPACT meneliti secara oebservasi sebanyak 12 tempat
sentral rumah sakit anak mewakili 90% sentral rumah sakit anak tingkat tersier di
Kanada. Sebanyak 45% anak-anak Kanadian tinggal dekat dengan pusat rumah sakit
anak yang terafiliasi IMPACT.
Monitoring dibantu oleh perawat dengan memperhatikan pasien yang dirawat
sehari-hari dan hasil laboratorium mikrobiologi. Isolat Hib didapat secara steril dari
cairan tubuh (darah dan cairan spinal). Kasus satu persatu dimonitor dan dirangkum
dengan formulir yang spesifik. Detail informasi mencakup alasan pemberian vaksin
dari dokter, dan departemen kesehatan. Penelitian menggunakan t distribution untuk
menghitung 95% interval kepercayaan untuk nilai tengah seluruh kasus. Proyek
penelitian telah diterima oleh lembaga etika.
C. Hasil
Tabel 1. Karakteristik Hasil Penelitian
Jumlah kasus
Karakteristik 2001 2002 2003 Total = 29
Umur
≤ 5 bulan
6-12 bulan
1-2 tahun
3-5 tahun
≥ 6 tahun
7
3
4
1
1
4
1
2
1
2
0
0
0
1
2
11
4
6
3
5
Rasio jenis kelamin 12:4 5:5 3:0 20:9
Kematian 1 1 0 2
Tempat tinggal
Kota IMPACT
Kota lain
4
12
5
5
2
1
11
18
Klinis
Meningitis
Pneumonia
Epiglotitis
Artritis septik
Selulitis
Bakteremia
9
2
2
1
1
1
5
2
2
0
0
1
1
2
0
0
0
0
15
6
4
1
1
2
Kegagalan Imunisasi
Sehat sebelumnya
Imunokompomise
Kondisi kronis, imun
normal
0
2
1
2
1
0
0
1
2
2
4
3
Total 3 3 3 9
Imunisasi tidak lengkap
Penolakan orang tua
Terlalu muda
Penundaan melengkapi
vaksin
Tidak diketahui alasan
total
4
7
2
0
13
3
4
0
1
8
0
0
0
0
0
7
11
2
1
21
Selama 3 tahun penelitian didapatkan sebanyak 29 kasus. Faktor predisposisi
yang terdapat pada 8 anak diantaranya adalah disgamaglobulinemia,
hipogamaglobulinemia, sindrom nefrotik dengan pemberian kortikosteroid, pengguna
ventrikuloperitoneal shunt, infeksi HIV dan hipofisektomi intranasal. Seluruhnya
mendapatkan 1 atau lebih dosis vaksin Hib.
Riwayat vaksinasi didapatkan dari setiap anak. Sembilan kasus merupakan
gagal vaksin yaitu adanya infeksi Hib empat hari hingga seminggu setelah vaksinasi
lengkap. Hanya dua anak yang sebelumnya sehat, selebihnya adalah anak-anak dengan
imunokompromise dan penyakit kronis. Lima anak telah mendapatkan dosis vaksin
kombinasi (difteria, tetanus toxoid, pertusis aselular, poliomielitis dan konjugat
protein Hib). Dari kelima anak tersebut, 4 diantaranya mempunyai faktor predisposisi
dan 1 anak yang sehat sebelumnya. Tiga anak telah mendapatkan 3 vaksin primer
(difteri pertusis aselular dan Hib) dan dua diantaranya mempunyai faktor predisposisi
sedangkan satunya sebelumnya sehat. Satu mengalami kegagalan vaksin setelah
sepuluh tahun sejak pemberian vaksin primer Hib dan menderita infeksi HIV.
Sebanyak dua puluh anak tidak mendapatkan vaksinasi atau tidak mendapatkan
vaksinasi secara lengkap. Penolakan orang tua terhadap vaksinasi berhubungan
dengan adanya infeksi invasif anak (7 kasus), enam diantaranya terlalu tua untuk
mendapatkan vaksinasi secara lengkap. Empat anak yang tidak mendapatkan vaksinasi
secara lengkap atau tidak mendapat vaksinasi karena penolakan orang tua, 4
diantaranya menderita meningitis dan 2 anak menderita epiglotitis. Sebelas anak
terlalu muda untuk melengkapi vaksinasi; 3 diantaranya terlalu muda untuk
mendapatkan dosis pertama, 6 anak baru mendapatkan dosis pertama, 1 anak baru
mendapatkan dosis kedua dan 1 anak belum mendapatkan vaksinasi di usianya yang 5
bulan. Dua anak yang berumur lebih dari 6 bulan belum melengkapi vaksinasi seri
primer. Satu anak berumur 11 bulan tidak diketahui alasan tidak melengkapi vaksinasi.
Sebanyaknya 7 anak teridentifikasi selama periode penelitian di daerah Yukon,
Nuvanut, Northwest. Masing-masing menderita meningitis, dimana menyebabkan satu
kematian. Sebanyak 6 anak telah mendaoatkan dosis vaksinasi minimal sekali,hanya 2
anak yang telah melengkapi vaksinasi seri primer.
D. Interpretasi dan Pembahasan
Pada bayi baru lahir dan anak kecil (usia dibawah 5 tahun), H. influenza type b
menyebabkan bakterimia dan meningitis bacterial akut. Pada kondisi tertentu, dapat
menyebabkan epiglotitis (laryngitis obstruktif), selulitis, osteomielitis, dan infeksi
persendian. H. influenza tidak bertipe menyebabkan infeksi pada telinga (otitis media),
dan sinusitis pada anak-anak, dan juga berhubungan dengan infeksi saluran napas
(pneumonia) pada bayi baru lahir, anak-anak, dan dewasa.
Tujuh serotype dari bakteri telah teridentifikasi dalam dasar dari kapsul
polisakarida. H. influenza tipe b adalah serotype yang paling berperan dalam kejadian
meningitis. Penyakit yang disebabkan oleh H. influenza biasanya muncul pada traktus
respiratorius bagian atas terlebih dahulu ebagai nasofaringitis dan selanjutnya dapat
diikuti oleh sinusitis dan otitis, dan memungkinkan untuk terkena penyakit
pneumonia. Pada kasus yang berat, dapat muncul bakterimia, yang menyebabkan
infeksi pada persendian ataupun meningitis.
Patogenesis infeksi H. influenza masih belum sepenuhnya dimengerti,
walaupun kehadiran dari kapsul polisakarida tipe b diketahui sebagai faktor utama
dalam virulensi. Organisme berkapsul dapat mempenetrasi epitel nasofaring dan
menginvasi darah kapiler secara langsung. Kapsul mereka memungkinkan untuk
bakteri selamat dari fagositosis dan mediator komplemen lisis pada host yang sistem
imunnya rendah. Strain tidak bertipe (tidak berkapsul) kurang invasive, tetapi lebih
dapat menginduksi respon inflamasi yang menyebabkan terjadinya penyakit.
Transmisi dengan kontak langsung atau dengan inhalasi droplet saluran napas.
Kolonisasi bakteri menginvasi mukosa dan memeasuki aliran darah. Kehadiran dari
antibody, komplemen, dan fagosit menentukan pembersihan dari bakterimia. Sifat
antifagositic dari kapsul Hib dan adanya antibody antikapsular memungkinkan untuk
terjadinya peningkatan proliferasi bakteri. Saat konsentrasi bakteri meningkat pada
level kritis, bakteri dapat menyebar ke berbagai macam tempat, termasuk meningen,
jaringan subkutan, sendi, pleura, pericardium, dan paru-paru.
IMPACT mengelola sekitar setengah dari anak-anak yang terkena infeksi Hib
di Kanada. Penelitian mulai dilakukan melihat angka kesakitan mencapai 16 di tahun
2001. Penurunan kemudian terjadi di tahun 2002, dimana kasus yang ada adalah 10
dan ditahun berikutnya, 2003, sebesar 3 kasus. Selama 8 tahun terakhir, kasus yang
tercatat oleh IMPACT berkisar antara 3-16, dengan rata-rata 8,4 (95% CI: 5,1-11,7).
IMPACT mengusahakan agar kasus total tahun berikutnya dapat turun berada di area
rata-rata ini.
Observasi terhadap kegagalan pemberian vaksin setelah pencanangan
pemberian vaksin PRP-T adalah bahwa kasus yang terjadi berkisar antara 1-4, per-
tahun selama periode 2001-2003. Hal ini merupakan bukti bahwa efektivitas regimen
vaksinasi, baik produk dan jadwal, adalah stabil. Sebanyak 9 kegagalan vaksin, hanya
2 anak yang sebelumnya sehat dan sisanya merupakan anak dengan
imunokompromise atau dengan faktor predisposisi. Tidak ada indikasi penurunan
proteksi dari vaksin Hib pada anak-anak yang menderita infeksi Hib.
Penolakan orang tua untuk menyertakan anaknya divaksinasi dan melengkapi
vaksinasi terhitung berkontribusi 1,25 kali pada kasus ini. Orang tua seharusnya
diberikan informasi mengenai konsekuensi yang akan dihadapi anak akibat tidak
divaksin atau tidak melengkapi vaksin.
Anak dengan umur muda berkontribusi terhadap 1,3 kasus yang terjadi.
Perlindungan terhadap anak yang diberikan vaksin mucul setelah pemberian vaksin
yang pertama atau yang kedua. Beberapa kasus pada anak dibawah 5 tahun tidak dapat
terlindungi oleh regimen vaksin. Hal ini tidak biasa dikarenakan antibodi yang didapat
dari materbal tidak cukup untuk melindungi. Saat resiko penyakit meningkat diantara
anak-anak, seperti di komunitas Alaskan, vaksin Hib yang berbeda (PRP-Outer
Membran Protein berkonjugasi dengan membran protein luar dari Neisseria
meningitidis) bermanfaat karena dapat menimbulakan perlindungan setelah pemberian
dosis yang pertama atau yang kedua. Penggunaan vaksin tersebut mungkin dapat
mencegah kasus lebih lanjut. Sensus menunjukan bahwa sebanyak 4836 anak-anak
berumur hingga 3 tahun di tahun 2001, sehingga 5 kasus yang terinfeksi Hib
merefleksikan bahwa insidensi kasus minimal 103,4 per 100.000, sedangkan laporan
di kanada tahun 2000, insidensinya adalah 1 per 100.000 pada anak umur tersebut.
Perlindungan oleh vaksinasi bertahan hingga usia anak-anak dan efek ini juga
tidak berkurang jika vaksin yang diberikan adalah vaksin yang dicampur dan diberikan
bersamaan. Telah diobservasi bahwa kombinasi vaksin Hib (Haemophilus influenzae
Tipe b) dengan vaksin pertusis aselular mengakibatkan penurunan kekuatan respon
antibodi anti-polyriboseribitolphosphate dibandingkan jika vaksin diberikan secara
terpisah atau tidak dicampur. Meskipun demikian, kualitas dan fungsi dari respon
imun tidak berkurang. Kombinasi vaksin juga tetap menimbulkan proses
opsonofagositik dan aktivitas bakterial.
Efektivitas vaksin Hib terhadap terjadinya pneumonia belum banyak
dilaporkan, namun penelitian di Brazil menyebutkan bahwa pemberian vaksin
konjugat Hib efektif dalam penurunan kejadian pneumonia pada bayi. Pneumonia
merupakan penyakit yang menempati urutan kedua yang menyebabkan kematian pada
bayi dibawah 5 tahun di negara yang rendah pendapatan penduduknya. Oleh karena itu
penggunaan vaksin Hib ini direkomendasikan untuk diberikan kepada bayi untuk
menurunkan angka kematian dan kesakitan.
Efektivitas vaksin Hib terhadap terjadinya pneumonia belum banyak
dilaporkan, namun penelitian di Brazil menyebutkan bahwa pemberian vaksin
konjugat Hib efektif dalam penurunan kejadian pneumonia pada bayi. Pneumonia
merupakan penyakit yang menempati urutan kedua yang menyebabkan kematian pada
bayi dibawah 5 tahun di negara yang rendah pendapatan penduduknya. Oleh karena itu
penggunaan vaksin Hib ini direkomendasikan untuk diberikan kepada bayi untuk
menurunkan angka kematian dan kesakitan.
Interpretasi yang dapat dari penelitian ini adalah bahwa infeksi Hib merupakan
infeksi yang berbahaya sehingga anak-anak diharuskan melengkapi seri vaksinasi.
Infeksi invasif Hib termasuk infeksi yang jarang di Kanada, dengan kasus didominasi
oleh anak-anak yang terlalu muda untuk mendapatkan vaksinasi secara lengkap.
II.Critical Appraisal
A. Judul Penelitian
Judul penelitian ini adalah Invasive Haemophilus influenzae type b infections
in vaccinated dan unvaccinated children in Canada, 2001-2003. Telaah kritis yang
dapat diamati dari judul adalah bahwa judul tergolong singkat atau tidak terlalu
panjang. Judul juga menggambarkan isi utama penelitian yaitu ingin melihat
banyaknya kasus pada tahun 2001-2003 dan melihat resiko yang menyebabkan
peningkatan kasus. Judul sudah memenuhi kaidah penulisan yaitu tidak
menggunakan singkatan, jelas serta menggambarkan isi utama penelitian
B. Peneliti dan Institusi
Nama-nama peneliti dituliskan setelah judul dan juga mencantumkan afiliasi
dari penelti, yaitu IMPACT.
C. Abstrak
Abstrak tidak terdiri dari satu paragraf namun telah memenuhi kaidah yaitu
tersusun secara terstrukur, yaitu terbagi atas bagian latar belakang, metode, hasil dan
interpretasi. Secara keseluruhan, abstrak bersifat informatif. Jumlah kata lebih dari
250 kata.
D. Pendahuluan
Pendahuluan terdiri dari dua paragraf dan dua bagian, dimana hal ini
merupakan syarat yang baik bagi pendahulan. Namun, paragraf utama tidak cukup
mengemukakan mengenai alasan dilakukannya penelitian. Paragraf pertama hanya
mengemukakan mengenai fakta bukan masalah. Penjabaran mengenai masalah,
alasan dan tujuan penelitian terletak pada paragraf kedua, dimana tidak terdapat
hipotesis, melihat bahwa penelitian ini bersifat observasional.
Paragraf didukung oleh kepustakaan yang relevan dan terdiri kurang dari satu
halaman dan tanpa penjabaran yang berlebihan sehingga dapat membuat pembaca
lebih mudah memahami latar belakang.
E. Metode
Metode penelitian menyebutkan mengenai desain, tempat penelitian dan waktu
penelitian. Populasi terjangkau yang mewakili populasi seluruhnya telah disebutkan.
Penelitian ini menggunakan total sampling kasus yang terjadi pada 12 pusat
penelitian yang terafiliasi IMPACT, dimana sejumlah tersebut mewakili 90
% kasus yang terjadi keseluruhan di pusat penelitian IMPACT. Disebutkan bahwa
sekitar 45% anak-anak Kanadian tinggal dekat dengan pusat kesehatan anak yang
terafiliasi IMPACT, namun hal ini tidak mencerminkan populasi keseluruhan karena
tidak menyebutkan jumlah keseluruhan populasi yang ada di Kanada.
Pada bagian metode, peneliti kurang menjabarkan mengenai kriteria inklusi
dan eksklusi. Dari hasil yang didapatkan dijabarkan mengenai seluruh kasus yang
meliputi gejala klinis infeksi Hib, alasan melakukan vaksinasi, umur anak, jumlah
kasus gagal vaksin dan tempat tinggal penderita. Namun hal-hal ini tidak dijabarkan
pada bagian metode, sehingga pembaca yang membaca bagian metode kurang paham
mengenai kriteria eksklusi dan inklusi.
Cara pemilihan subyek telah dijabarkan. Penderita infeksi Hib dipilih
berdasarkan jumlah kasus total tanpa pengacakan. Perkiraan jumlah sampel tidak
dijabarkan karena perkiraan seluruh populasi terinfeksi tidak disebutkan.
Observasi, pengukuran dan intervensi tidak dirinci dengan jelas, sehingga
penelitian ini tidak dapat diulangi atau dicoba oleh peneliti lain. Pada metode,
peneliti menjelaskan mengenai obeservasi, pengukuran dan intervensi secara tidak
lengkap. Secara umum, metode hanya menjabarkan mengenai cara monitoring
penderita dan sampel yang diambil relevan dengan apa yang akan dicari. Informasi
yang didapat dari masing-masing penderita dikontrol dengan ketat. Pengambilan
informasi menggunakan formulir spesifik. Monitoring dilakukan oleh petugas
kesehatan dan pengecekan terhadap hasil lab mikrobiologi juga dilakukan untuk
memastikan diagnosis adanya infeksi Hib.
Definisi istilah dan varibel penting tidak dikemukakan dengan jelas. Ethical
clearance diperoleh dari research ethic board, namun tidak dijabarkan mengenai
adanya persetujuan dari subyek mengenai penelitian yang akan dilakukan
terhadapnya. Hal ini kemungkinan karena penelitian dilakukan dengan mengambil
data pasien yang telah ada di rekam medis.
Penelitian juga menyebutkan bahwa hasil penelitia, jumlah kasus, dikalkulasi
dengan statistika distribusi t dengan interval kepercayaan 95%. Karena penelitian ini
bersiat observasional, tujuan penelitian mengenai adanya keterkaitan atau hubungan
adanya penolakan orang tua terhadap vaksin dan efektivitas pemberian regimen
vaksin bersama dengan vaksin lain terhadap kasus yang terjadi tidak disimpulkan
dengan uji statistika. Sehingga hasil yang didapat tidak dapat disimpulkan mengenai
seberapa kuat dan bagaimana hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan adanya
kasus yang terjadi. Hal ini tidak mencerminkan tujuan penelitian dengan baik.
Alangkah baiknya jika penelitian ini disertai dengan kesimpulan mengenai seberapa
besar dan kuat hubungan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kasus yang
terjadi.
F. Hasil
Hasil disertakan dengan tabel karakteristik subyek penelitian yang merupakan
alat bantu yang mempermudah pembaca untuk memahami. Subyek hasil penelitian
disebutkan dengan karakteristik yang jelas. Analisis dilakukan dengan uji yang
sesuai. Uji statistik untuk menyimpulkan nilai rerata pada populasi terinfeksi adalah
dengan t distrubusi dengan interval kepercayaan yang sesuai yaitu 95%.
G. Interpretasi
Pada interpretasi, peneliti menjabarkan mengenai hasil dan interpretasi dari
hasil. Diskusi dihubungkan dengan pertanyaan penelitian. Pada penelitian
observasional ini, peneliti menjabarkan bahwa rata-rata kasus infeksi Hib di Kanada
adalah 8,4 kasus (95% CI: 5,1—11,7). Hal ini menjadi acuan agar tahun berikutnya
kasus dapat turun. Penjabaran mengenai hubungan antara faktor-faktor resiko dan
predisposisi terhadap kasus yang terjadi dijelaskan dengan besarnya persentase.
Faktor yang berperan terhadap terjadinya kasus adalah penolakan orang tua terhadap
pemberian vaksinasi, berperan dalam 1, 25 kasus. Umur muda juga merupakan faktro
resiko terjadinya infeksi Hib, berkontribusi sebanyak 1,3 kasus baru.
H. Ucapan Terima Kasih dan Daftar Pustaka
Peneliti mencantumkan ucapan terima kasih kepada orang yang tepat dan wajar
serta tidak berlebihan. Daftar pustaka ditulis dengan metode Vancouver dan disusun
sesuai kaidah penulisan yang benar.
I. Lain-lain
Jurnal ditulis dengan bahasa yang baik dan benar, informatif hemat kata dan
efektif serta ditulis dengan ejaan yang taat asas.
Daftar Pustaka
1. Scheifele, D., S. Halperin., B. Law., A.King. Invasive Haemophilus influenzae type b infections in vaccinated and unvaccinated children in Canada. CMAJ. 2005; 172: 53-6.
2. Andrade, A.L., J.G. Andrade., Martelli, C.M., S.A. Silva., R.M. Oliveira., M.S. Costa. Effectiveness of Haemophilus influenzae b Conjugate Vaccine on Childhood Pneumonia: a Case Control Study in Brazil. Int J Epidemiol. 2004; 33: 173-81.
3. Denoel, P.A., D. Goldblatt., I. Vleeschauwer., J-M. Jacquet., M.E. Pichichero., J.T. Poolman. Quality of the Haemophilus influenzae Type b (Hib) Antibody Response Induced by Diphtheria-Tetanus-Acellular Pertussis/Hib Combination Vaccines. Clin and Vaccine Immunol. 2007;14: 1362-69.
4. Sastroasmoro dan Ismael. Dasar-dasar metodologi penelitian. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto. 2002.
5. Olowokure, B., J. Hawker., I. Blair., N. Spencer. Decrease in effectiveness of routine surveillance of Haemophilus influenza disease after introduction of conjugate vaccine: comparison of routine reporting with active surveillance system. BMJ. 2000; 321: 731-2.
6. McVernon, J., C.L Trotter., M.P.E. Slack., M.E. Ramsay. Trends in Haemophilus influenza tybe b infections in adults in England and Wales : Surveillance study. BMJ. 2004; 329: 655-8.
7. _____. Haemophilus influenza. Available at www.cdc.gov/vaccines/pubs/vis/downloads/vis-hib.pdf.
8. Todar. Haemophilus influenza. Available at www.tectbookofbacteriology.net/haemophilus.html.