hikmah dari kisah pelarian nabi mu sa ke kota...

87
HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MUSA KE KOTA MADYAN (Studi Atas Penafsiran Q.s. Al- Qasas: 20-28) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Zahra Lutfiana NIM: 11140340000137 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Upload: vokhuong

Post on 20-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MUSA KE KOTA MADYAN

(Studi Atas Penafsiran Q.s. Al- Qasas: 20-28)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Zahra Lutfiana

NIM: 11140340000137

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 2: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang
Page 3: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang
Page 4: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang
Page 5: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

i

ABSTRAK

Zahra Lutfiana

Hikmah dari Kisah Pelarian Musa ke Kota Madyan (Studi Atas Penafsiran

Q.s. Al-Qasas: 20-28)

Allah menceritakan kisah-kisah di dalam al-Quran pasti ada maksud tertentu,

yakni agar kita berfikir dan dapat mengambil hikmah untuk dijadikan pelajaran

dari kisah-kisah tersebut. Kajian tentang kisah-kisah di dalam al-Qur’an sudah

banyak dilakukan oleh sarjanawan muslim, namun pembahasan tentang hikmah

kisah di dalam al-Qur’an sedikit sekali khususnya pada kisah Nabi Musa pada saat

ia keluar dari Negeri Mesir menuju Kota Madyan. Maka penulis merasa tertarik

menulis kisah Nabi Musa tersebut, dengan sumber primer tafsir bercorak adab al-

Ijtima’i yakni Tafsir Sya’rawi, Tafsir al-Maraghi, Tafsir Fî Ẕilâl al-Qur’an dan

Tafsir al-Azhar. Maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana

mufasir menjelaskan hikmah dari kisah pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan

dalam Q.s. al-Qasas: 20-28.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research)

yaitu mengumpulkan dan mencari data yang bersumber dari berbagai literatur

yang relevan tentang hikmah dari kisah pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan,

studi atas penafsiran Q.s. Al-Qasas: 20-28. Dalam mengolah data tersebut yang

penulis lakukan adalah, memilih Q.s. Al-Qasas: 20-28 yang berkisah tentang

pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan untuk diteliti, mengumpulkan teks-teks

tafsir, kemudian penulis membacanya setelah itu menandai atau mengkoding yang

terkait dengan hikmah, pelajaran ataupun ibarah, Selanjutnya penulis

mengklasifikasi hikmah-hikmah tersebut kepada dua bagian, yakni pertama

hikmah mengenai keseluruhan kisah dan yang kedua hikmah mengenai sebagian

kisah.

Dari hasil penelitian ini penulis membagi kepada dua hikmah yaitu, hikmah

terkait keseluruhan kisah berupa tawakal kepada Allah. Yang ke dua hikmah

terkait sebagian dari kisah berupa wanita diperbolehkan bekerja diluar rumah,

pemberian mahar diperbolehkan berupa tenaga ataupun jasa, diperbolehkan bagi

keluarga dari pihak wanita meminang laki-laki, dan anjuran untuk memuliakan

perempuan.

Kata Kunci : Hikmah, Nabi Musa, Kota Madyan, Q.s. Al-Qasas: 20-28

Page 6: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena berkat

Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi

Muhammad saw, kepada keluarganya, para sahabtnya dan juga kepada umatnya

hingga akhir zaman, amin.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas

Ushuluddin UniversitasIslam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul yang

penulis ajukan adalah “Hikmah dari Kisah Pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan

(Studi Atas Penafsiran Q.s. Al- Qasas: 20-28) ”

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, tanpanya karya ini akan

mengalami kesalahan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan

senang hati menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku rektor Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansur, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum., selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an

dan Tafsir dan ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd., selaku sekertaris

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

4. Bapak Ahmad Rifqi Muchtar, MA., selaku dosen pembimbing skripsi yang

selalu bijaksana memberikan bimbingan, nasihat, kepercayaan serta waktunya

selama penulisan skripsi ini berlangsung sehingga penulisan skripsi ini

berjalan dengan lancar.

5. Bapak Anwar Syarifuddin, MA., selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan inspirasi judul terhadap penulis dan juga begitu perhatian

Page 7: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

iii

serta sabar dalam membimbing dan memberi nasihat dalam pembuatan

proposal skripsi ini.

6. Segenap jajaran dosen dan civitas akademik Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tanpa

mengurangi rasa hormat penulis.

7. Kepada kedua orang tua ku tersayang, ayahanda Lulu Lukman Hakim dan

mamih Ernawati, yang senantiasa mendoakan di setiap sujudnya, mendukung,

menyemangati dan memberi kasih sayang yang tulus kepada penulis hingga

penulis sampai pada hari ini. Tanpa doa, semangat dan dukungan beliau-

beliau penulis tidak akan dapat menyelasaikan skripsi ini dan hasil yang

maksimal.

8. Alm. Eyang kakung walapun sudah di alam sana penulis yakin pasti Alm.

Eyang kakung melihat semua proses dan bangga dengan selesainya penulisan

skripsi ini. dan eyang putri yang selalu mendoakan disetiap sujudnya dengan

ikhlas memberikan semangat dan nasihat agar penulis segera menyelesaikan

studi di kampus UIN Syarif Hidayatullah tercinta.

9. Saudara ku satu-satunya, adikku Kemal Muara Bagja yang sedang mondok

jauh disana yang selalu menanyakan “kapan wisuda?” sehingga penulis

menyegerakan penulisan skripsi ini karena ingin mengabulkan keinginannya

izin pulang kerumah saat penulis wisuda. Dan juga karenadukungannya

penulis selalu semangat dalam menuntut ilmu.

10. Saudari-saudari ku walaupun beda bapak dan ibu tetapi kita selalu kompak,

Rizki Nur Oktaviani yang selalu cerewet agar penulis menyelesaikan skripsi

ini, Iffah Mawaddah yang selalu memberikan semangat dan menyiapkan

drama korea ketika penulis mulai jenuh, Laila Firdaus dan Fani Hayatunnisa

yang selalu memberikan dukungan terhadap penulis.

11. Segenap teman-teman Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir khususnya kepada IQTAF-

D dan juga teman teman KKN khususnya kepada Amza Maulana yang telah

banyak membantu dan memberikan semangat selama penulisan skripsi ini

berlangsung.

Page 8: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

iv

12. Dan juga semua pihak yang telah banyak membantu dan membagikan

pengalamannya dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada

semuanya. Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini banyat

terdapan kekurangan dan kekeliruan, demi perbaikan selanjutnya kritik dan saran

yang membangunakan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya

kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan skripsi dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya dan bagi kita semua.

Jakarta, 20 Agustus 2018

Page 9: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................ 7

D. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8

E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8

F. Kajian Pustaka ................................................................................ 9

G. Metodologi Penelitian................................................................... 13

H. Sistematika Penulisan ................................................................... 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KISAH DALAM AL-QUR’AN

A. Pengertian Kisah .......................................................................... 17

B. Macam-macam Kisah di dalam Al-Qur’an .................................. 20

1. Kisah Ditinjau dari Segi Waktu .............................................. 20

2. Kisah Ditinjau dari Segi Materi .............................................. 21

C. Tujuan Kisah dalam Al-Qur’an .................................................... 22

D. Pola Pemaparan al-Qur’an dalam Berkisah .................................. 25

E. Hikmah Kisah-kisah dalam Al-Qur’an ......................................... 29

BAB III PENAFSIRAN QS. AL-QASAS: 20-28

A. Tafsir dan Sistematika Penulisan .................................................. 32

1. Tafsir Sya’rawi ....................................................................... 32

2. Tafsir al-Maraghi ................................................................... 32

3. Tafsir Fî Ẕilâl al-Qur’an ........................................................ 33

4. Tafsir al-Azhar ........................................................................ 34

B. Teks dan Ayat Terjemah............................................................... 34

C. Tafsir Q.s. al-Qasas: 20-22 .......................................................... 36

D. Tafsir Q.s. al-Qasas: 23-28 .......................................................... 40

BAB IV HIKMAH DARI PELARIAN NABI MUSA KE KOTA MADYAN

DALAM Q.S. AL-QASAS: 20-28

Page 10: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

vi

A. Hikmah Terkait Keseluruhan Kisah ............................................. 51

1. Tawakal .................................................................................. 51

B. Hikmah Terkait dari Sebagian Kisah............................................ 53

1. Wanita Diperbolehkan Bekerja Diluar Rumah ....................... 54

2. Pemberian Mahar Diperbolehkan Berupa Tenaga Ataupun

Jasa.......................................................................................... 56

3. Diperbolehkan Bagi Keluarga Dari Pihak Wanita Meminang

Laki-laki.................................................................................. 58

4. Anjuran Untuk Memuliakan Perempuan ................................ 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 64

B. Saran-saran ................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 65

Page 11: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Dalam karya tulis bidang keagamaan (Islam), alih aksara atau yang lebih

dikenal dengan istilah transliterasi, tampaknya merupakan sesuatu yang tak

terhindarkan. Oleh karenanya, untuk menjaga konsistensi, aturan yang berkaitan

dengan alih aksara ini penting diberikan.

Pengetahuan tentang ketentuan alih aksara ini seyogyanya diketahui dan

dipahami, tidak saja oleh mahasiswa yang akan menulis karya tulis, melainkan

juga oleh dosen, khususnya dosen pembimbing dan dosen penguji, agar terjadi

saling kontrol dalam penerapan konsistensinya.

Dalam dunia akademis, terdapat beberapa versi pedoman alih aksara,

antara lain versi Turabian, Library of Congress, Pedoman dari Kementrian Agama

dan Diknas RI, serta versi Paramadina. umumnya, kecuali versi Paramadina,

pedoman alih aksara tersebut meniscayakan digunakannya jenis huruf (font)

tertentu, seperti font TranslitLS, Transliterasi, atau Times New Roman Special.

Untuk memudahkan penerapan alih aksara dalam penulisan tugas akhir,

penulis menggunakan Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padananya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak Dilambangkan Tidak dilambangkan ا

Page 12: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

viii

b Be ب

t Te ت

ts Te dan es ث

j Je ج

ẖ Ha dengan garis di bawah ح

kh Ka dan ha خ

d De د

dz De dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy Es dan ye ش

s Es dengan garis di bawah ص

Page 13: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

ix

ḏ De dengan garis di bawah ض

ṯ Te dengan garis di bawah ط

ẕ Zet dengan garis di bawah ظ

Koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

gh Ge dan ha غ

f Ef ؼ

q Ki ؽ

k Ka ؾ

l El ؿ

m Em ـ

n En ف

w We ك

h Ha ق

Page 14: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

x

Koma atas hadap ke kiri , ء

y Ye ي

2. Vokal

Vokal dalam Bahasa Arab, seperti vokal Bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal

tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ـــــــــــ ـــــــ a fatẖah

ـــــــــــ ـــــــ i Kasrah

ـــــــــــ ـــــــ u ḏammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

يــــــ ـــــــ ai a dan i

وــــــ ـــــــ au a dan u

3. Vokal Panjang

Page 15: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

xi

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam Bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ــا â a dengan topi di atas

î i dengan topi di atas ــي

û u dengan topi di atas ـــو

4. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu ال, dialih aksarakan menjadi huruf/l/, baik di ikuti huruf syamsiyyah maupun

huruf qomariyyah. Contoh: al- rijâl bukan ar- rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

5. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda , dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah.

6. Ta Marbûṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihkan menjadi huruf /h/ (lihat contoh

1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti kata

Page 16: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

xii

sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jikah huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata

benda (ism), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh

3).

Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

ṯarîqah طريقة 1

االءسالمية اجلامعة 2 al-jâmi’ah al-islâmiyyah

الوجود كحدة 3 Wahdat al-wujûd

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan

yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Bahasa Indonesia, antara

lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,

nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. (Contoh: al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)

atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak

miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Page 17: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

xiii

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia nusantara sendiri, tidak diarahkan dialihaksarakan meskipun akar

katanya berasal dari Bahasa Arab. Misalnya ditulis Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr

al-Dîn al-Rânîrî.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (ẖarf)

ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas

kalimat-kalimat dalam Bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-

ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

اذا ت س االا ب ه ذ Dzahaba al-ustâdzu

را ج اال ت ب ثػ Tsabata al- ajru

ةا ي ر ص ع ال ةا ك ر ل ا Al-ẖarakah al-‘asriyyah

اهلل ال ا له ا ال ف أ دا ه ش أ Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

حال ص ال كا ل م ان ال و م Maulâna Malik al- Sâliẖ

اهلل ما كا را ث ؤ يػا Yuatstsrukum Allâh

ةي ل ق ع ال را اه ظ م ل ا Al-maẕâhir al-‘Aqliyyah

Page 18: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

xiv

ةي ن و ك ال اتا ي ال ا Al-âyât al- kauniyyah

اتر و ظا ح م ال حا ي ب تا ةا ر ك را لض ا Al-ḏarûrat tubîẖu al-mahẕûrât

Page 19: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kandungan al-Qur’an sebagian besar terdiri dari kisah orang-orang terdahulu,

dari para nabi ataupun selain nabi, di antaranya mengenai kisah orang-orang

mukmin dan kisah orang-orang kafir.1 Apa yang Allah kisahkan di dalam al-

Qur’an terdapat pelajaran, dan juga sebenar-benarnya kisah tanpa dibuat-buat.

ب ما كان حديثا يفترى و ولي ٱللب كن تصديق ٱلذي لقد كان في قصصهم عبرة ل ل

.بين يديه وتفصيل كل شيء وهدى ورحمة لقوم يؤمنون

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-

orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,

akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala

sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”(Q.s. Yûsûf:

111).

Kisah al-Qur’an tentang orang-orang terdahulu adalah suatu kisah yang benar

periwayatannya dan mengenai peristiwa-peristiwa itu adalah jujur dan betul. Ini

karena Allahlah yang menceritakan kisah-kisah itu dan Allah benar-benar

menyaksikan peristiwa-peristiwa itu, dan Allah telah menakdirkannya. Peristiwa-

peristiwa itu terjadi karena kehendak dan takdir Allah. Maka dari itu kisah-kisah

yang Allah masukkan di dalam al-Qur’an tidak mungkin mengalami kebatilan

(kesalahan) dan keraguan, dan tidak ada yang lebih benar ceritanya selain Allah.

Kisah al-Qur’an telah diberi karakter sebagai kisah yang benar (Qasas al-Haq).2

لهو ٱلعزيز ٱلحكيم وإن ٱلل ه إل ٱلل وما من إل

ذا لهو ٱلقصص ٱلحق .إن ه“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak

disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa

lagi Maha Bijaksana.” (Q.s. Ali ‘Imrân: 62).

1 Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang

Dahulu, penerjemah: Setiawan Budi Utomo, jil. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h. 21.

2 Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang

Dahulu, h. 23.

Page 20: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

2

Jika manusia meyakini bahwa kisah-kisah al-Qur’an dan kisah-kisah dari

hadits Rasul yang disampaikan adalah benar dan jujur, maka al-Qur’an akan

mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan manusia. Dengan al-Qur’an

manusia dapat mengatur, mengambil nasihat dan pelajaran dari kisah tersebut,

karena kehidupan manusia di zaman sekarang memiliki kemiripan dengan apa

yang terjadi di masa lalu.3

Contoh-contoh kemanusiaan yang baik dan lurus maupun yang serong

adalah contoh-contoh yang berulang. Oleh karena itu, al-Qur’an al-Karim dan

hadis nabi memberikan kepada umat muslim berita-berita tersebut melalui orang-

orang terdahulu. Seolah-olah al-Qur’an di samping menceritakan tentang kisah si

fulan, al-Qur’an juga menyampaikan tentang ujian yang dirasakannya, atau

kemakmuran yang dianugerahkan, seperti yang disampaikan tentang pemimpin

yang adil, yang hidup di antara para pemimpin yang congkak dan juga lalim

sebagai perusak di bumi.4

Kadang yang disampaikan al-Qur’an adalah seputar kisah manusia biasa.

seperti seorang petani yang salih atau kafir5, atau menjadi seorang pedagang yang

3 Umar Sulaiman al-Asyqâr, Kisah-kisah Shahih dalam Al-Qur’an dan Sunnah,

penerjemah: Setiawan Budi Utomo (T.tp,: Ummul Qura, 2017), h.15. 4 Umar Sulaiman al-Asyqâr, Kisah-kisah Shahih dalam Al-Qur’an dan Sunnah,

penerjemah: Setiawan Budi Utomo, h. 16. 5 Kisah ini diceritakan di dalam Q.s. Al-Kahfi: 32- 44 yang mengkisahkan tentang dua

orang laki-laki, seorang kafir dan seorang mukmin. Yang kafir dianugerahkan oleh Allah dua

petak kebun anggur yang dikelilingi dengan pohon kurma sehingga menambah keindahan dan nilai

material kebun-kebunnya itu dan juga ladang yang subur. Tetapi ia tidak mengamalkan nilai-nilai

illahiah. Kekayaan yang besar dan melimpah itu membuat dirinya angkuh. Keangkuhannya itu

mengantar dia berkata temannya yang mukmin itu "hartaku lebih banyak daripada hartamu

sebagaimana engkau lihat sebagian dari kekayaanku pada kebun-kebun dan pengikut-pengikutku,

aku menduga kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya dan aku mengira bahwa kiamat tidak

akan datang". Dia menduga bahwa tanda keridhaan Allah kepada seseorang adalah kebahagiaan

duniawi yang dinikmatinya. Mendengar uraian sang kafir yang angkuh itu, teman yang mukmin

berkata "sungguh mengherankan sikap dan ucapanmu. Apakah engkau telah kafir kepada tuhan

yang menciptakan moyang-mu dari tanah, lalu Allah yang yang maha kuasa itu menjadikan

engkau seorang laki-laki yang sempurna fisikmu? Sungguh aneh jika engkau angkuh dan sombong

serta mengkufuri-Nya dan juga meragukan adanya hari kebangkitan. Tetapi aku berbeda

denganmu, aku yakin dan percaya sepenuhnya bahwa dia adalah Allah, tuhanku yang

menciptakan, memelihara dan menganugerahkan kebaikan kepadaku dan seluruh makhluknya.

Hanya Dia yang aku sembah dan aku tidak mempersekutukan Tuhanku dengan apapun". Mukmin

yang menemani si kafir itu melanjutkan percakapan dan nasihatnya sambil menunjukkan bahwa

dia sama sekali tidak iri hati atas aneka nikmat Allah yang diperolehnya. ternyata perkataan sang

mukmin terbukti kebenarannya. Setelah itu Allah membinasakan semua harta dan kekayaannya si

kafir. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mereka yang mengabaikan nilai-nilai illahi akan menyesal

dan celaka, sedangkan yang memperhatikan dan mengamalkannya walaupun hidupnya di dunia

sederhana dan miskin akan memperoleh kebahagiaan abadi. Lihat di M. Quraish Shihab, Tafsir al-

Mishbah, jil.5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 55-63.

Page 21: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

3

jujur dan amanah6, atau manusia yang penuh kasih sayang. Kisah-kisah al-Qur’an

menampilkan gambaran yang nyata, yang mengajarkan ajaran-ajaran al-Qur’an

dalam fenomena yang berdenyut seiring hidup itu sendiri. Banyak manusia yang

melihat kebenaran melalui kenyataan secara lebih gamblang dari pada melalui

pembelajaran-pembelajaran yang ala kadarnya. 7

Kajian tentang kisah-kisah di dalam al-Qur’an sudah banyak yang dilakukan

oleh sarjanawan muslim. Dari pencarian yang penulis temukan ada beberapa

penelitian yang terkait dengan kisah-kisah di dalam al-Qur’an, seperti yang

dilakukan oleh al-Khalidy dalam bukunya Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran

Orang-orang Terdahulu,8 Muhammad Ahmad Jâdul Mawlâ dalam bukunya Buku

Induk Kisah-Kisah al-Qur’an,9 Khalafullah dalam bukunya Al-Qur’an Bukan

Kitab Sejarah: Seni, Sastra, Moralitas dalam Kisah-kisah al-Qur’an,10 M.

Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan.11

Buku-buku tersebut menurut penulis hanya membahas kisah secara umum

dan menceritakan kisah tersebut hanya sebatas alur saja tanpa membahas hikmah

dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut. Oleh karena itu penulis

merasa bahwa masih ada yang kurang terkait dengan pembahasan kisah-kisah di

dalam al-Qur’an, karena adanya kisah di dalam al-Qur’an pasti memiliki tujuan

6 Kisah ini diceritakan di dalam Q.s. Al-A’râf: 85 yang mengkisahkan tentang Nabi

Syu’aib yang menasehati orang-orang yang suka berbuat curang dalam berdagang, Nabi Syu’aib

menasihati mereka berkenaan dengan transaksi yang biasa mereka lakukan bersama orang-orang,

yaitu agar mereka mmenuhi takaran dan timbangan dan tidak berbuat curang dan zhalim terhadap

harta benda orang-orang. Lihat di Ahmad Syakir, Mukhtasar Ibnu Katsir, .3 (Jakarta: Darus

Sunnah Press, 2012), h. 115. 7 Umar Sulaiman al-Asyqâr, Kisah-kisah Shahih dalam al-Qur’an dan Sunnah,h. 15. 8 Dalam buku Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran Orang-orang Terdahulu karya Salah

Abd al- Fattâh al-Khalidy menjelaskan kisah-kisah yang terdapat di dalam al-Qur’an hanya

mengikuti alur dari cerita tersebut. Tanpa memasukan kandungan apa yang terdapat di dalam

kisah-kisah tersebut. 9 Muhammad Ahmad Jâdul Mawlâ dalam bukunya Buku Induk Kisah-Kisah al-Qur’an

dalam menyampaikan kisah hampir sama dengan buku kisah-kisah al-Qur’an karya al-Khalidy

yang menceritakan kisah hanya sebatas menceritakan alur. 10 Sedangkan Khalafullah dalam bukunya Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah: Seni, Sastra,

Moralitas dalam Kisah-kisah al-Qur’an, menjelaskan tentang al- Qur’an yang dijadikan kitab

sejarah karna sebagian dari kandungan al-Qur’an adalah kisah-kisah terdahulu, tetapi menurutnya

al-Qur’an bukanlah kitab-kitab sejarah. Menurut Khalafullah kebanyakan orang dalam

menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an salah dalam menggunakan metodologi yakni melalui pendekatan

historis, menurutnya seharusnya kisah-kisah al-Qur’an dibaca sebagai teks-teks sastra yang

memiliki keistimewaan sendiri. 11 M. Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan

mejelaskan hikmah-hikmah kehidupan yang dapat dijadikan pelajaran. Hikmah dan kisah tersebut

diambil bedasarkan tema-tema tertentu.

Page 22: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

4

tertentu dan ada hikmah di balik kisah-kisah yang diceritakan di dalam al-Qur’an

untuk dijadikan pelajaran.

Allah menceritakan kisah-kisah tersebut tentu ada maksud tertentu, yakni

agar orang-orang yang membaca kisah tersebut dapat mengambil pelajaran dan

hikmah dari kisah-kisah terdahulu. Kata al-hikmah dalam al-Qur’an disebutkan 20

kali, tidak termasuk kata sintaksisnya, seperti hakim.12

Muhammad Rasyîd Riḏa, mendefinisikan bahwasannya hikmah adalah

pengetahuan mengenai akibat dan hakikat yang terdapat dalam suatu kejadian

serta pengetahuan tentang hakikat, manfaat, dan faedah dari suatu kejadian itu.

Pengetahuan tersebut mendorong atau memotivasi pemiliknya untuk melakukan

sesuatu yang baik dan terpuji secara benar dan baik. Menurut Ibnu Abbas, ia

menafsirkan kata hikmah sebagai pengetahuan tentang segala isi al-Qur’an, baik

pengetahuan yang merupakan petunjuk-petunjuk illahi maupun hukum-hukum

yang disertai dengan illat dan hikmahnya.13

Kata hikmah menurut Ibn Manzur dalam kamus standar Bahasa Arab, Lisan

al-‘Arabi, dijelasakan bahwa dalam istilah hikmah terkandung makna ketelitian

dan kecermatan dalam ilmu dan amal.14 Maksudnya orang yang memiliki hikmah

dalam arti tersebut akan terhindar dari kerusakan dan ke zaliman, karena hikmah

adalah ilmu yang sempurna dan bermanfaat.

Hikmah menurut ahli tafsir, al-Râghib al-Isfahânî menjelaskan bahwa

hikmah adalah kebenaran yang didapat dengan perantara ilmu dan akal yang

berasal dari Allah ataupun manusia. Jika berasal dari Allah, ia adalah pengetahuan

tentang segala sesuatu yang ada, dan kebenarannya itu sudah pasti benar. Jika

datangnya dari manusia, pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada, serta

berbagai pengalaman dalam berbagai kebaikan.15

Kisah al-Qur’an seharusnya dijadikan sebagai suatu pelajaran (‘Ibrah).‘Ibrah

diambil dari kata ‘ubur “menyebrang”. Ketika seseorang menjumpai kisah orang-

orang terdahulu dalam al-Qur’an, seakan-akan ia hidup pada masa orang-orang

12 Juhaya Praja, Tafsir Hikmah: Seputar Ibadah, Muamalah, Jin dan Manusia (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2000), h. 37. 13Juhaya Praja, Tafsir Hikmah: Seputar Ibadah, Muamalah, Jin dan Manusia, h. 37. 14Abû Faḏal Jamaluddin Muhammad bin Mukram bin Mandzur al-Afriqy al-Misry, Lîsân

al-‘Arab, jil. 12, cet.3 (Beirut, Dar as-Sadir, 1994), h. 140. 15 Juhaya Praja, Tafsir Hikmah: Seputar Ibadah, Muamalah, Jin dan Manusia, h. 38.

Page 23: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

5

terdahulu, dan seakan-akan dia terlepas dari ikatan masa kini kemudian

mengambil pelajaran dari mereka.16

Berapa banyak kisah al-Qur’an telah memberikan hikmah kepada para

pembacanya berupa pelajaran, petunjuk, dan pelajaran, nilai, dan sunnatullah

(hukum alam), bekal hidup, dan persiapan untuk di dalami. Sesungguhnya kisah-

kisah al-Qur’an merupakan sebuah khazanah yang tidak akan pernah habis dan

sebuah mata air yang tidak akan kering, tentang pelajaran, petunjuk dan

peringatannya, tentang keimanan dan akidah, tentang amal dan dakwah, tentang

jihad dan perlawanan tentang kesabaran dan keteguhan.17

Ada banyak kisah-kisah para nabi dan rasul yang diceritakan di dalam al-

Qur’an yang dari kisah-kisah itu dapat digali banyak hikmah dan faidah, salah

satunya adalah kisah Nabi Musa. Kisah Nabi Musa adalah kisah-kisah nabi yang

paling banyak kisahnya diceritakan di dalam al-Qur’an dibandingkan dengan

nama-nama Nabi lainnya. Nama Nabi Musa disebut sebanyak 136 kata,

sedangkan kata Nabi Adam hanya disebutkan sebanyak 25 kali, kata Nabi Nuh

disebutkan 43 kali, dan kata Nabi Yusuf disebutkan 27 kali.18, salah satunya pada

Q.s. Al-Qasas, dimana dalam surat itu terdapat banyak kisah Nabi Musa dengan

Fir’aun.

Sejarah tentang Nabi Musa banyak terdapat di dalam al-Qur’an karena

memang ada beberapa faktor di antaranya kaum Bani Israil merupakan kaum

pilihan Allah dan kaum Bani Israil punya sejarah yang panjang dan juga pernah

mencapai tahap kebudayaan yang sangat maju.19

Fokus penulis di sini adalah pada Q.s. Al-Qasas, karena penulis merasa

tertarik ketika membaca kisah di dalam surat tersebut. Ketika keadaan umat pada

saat Nabi Musa dilahirkan, Nabi Musa kecil yang harus di hanyutkan di sungai

lalu di asuh oleh keluarga Fir’aun, dimana pada saat itu Firaun membunuh setiap

bayi laki-laki tetapi dengan kuasa Allah ia dibesarkan di dalam istana Fir’aun.

16 Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an pelajaran dari orang-orang

dahulu, h. 32. 17 Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an pelajaran dari orang-orang

dahulu, h. 33. 18Syauqi Abu Khalili, Atlas Al-Qur’an: Mengungkap Misteri Kebenaran Al-Qur’an,

penerjemah: M. Abdul Ghafar (Jakarta: Almahira, 2006), h. 83. 19 Afzurrahman, Ensiklopedi Sirah, jil. 3 (Malaysia: Muslim Education School, 1998), h.

188.

Page 24: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

6

Hingga sampai pada saat itu terjadilah satu peristiwa, terdapat seorang laki-laki

yang meminta bantuan Nabi Musa untuk membelanya. Ketika itu Nabi Musa

membantu laki-laki itu dan menonjok lawannya hinggan lawannya itu mati dan

laki-laki yang ditonjok itu adalah seseorang dari kelompok Fir’aun. Ketika

Fir’aun mendengarnya ia marah dan mengejar Nabi Musa bersama bala tentaranya

untuk membunuh Nabi Musa. Hingga akhirnya Nabi Musa lari dan sampai di

Kota Madyan.20

Seperti diketahui bahwa setiap kisah yang terdapat di dalam al-Qur’an

mempunyai hikmah tersendiri, begitu juga dengan kisah pelarian Nabi Musa ke

Kota Madyan. Ketika Nabi Musa sampai di sebuah persimpangan,Nabi Musa

bingung jalan mana yang benar untuk melindunginya dari kejaran pengawal

Fir’aun. Lalu ia berdoa memohon petunjuk kepada Allah, dan akhirnya Nabi

Musa mengambil arah menuju Kota Madyan padahal pada saat itu ia tidak tahu

jalan menuju Madyan, bahkan di dalam satu riwayat dijelaskan pada saat itu Nabi

Musa bertemu dengan seseorang yang tidak dikenalnya dan dengan pasrahnya ia

mengikuti orang tersebut tanpa ada keraguan bahwa ia berasal dari kelompok

Fir’aun. Madyan adalah sebuah kota yang berada diluar batas kekuasaan Fir’aun

berada di sebelah timur Mesir dimana jalan yang ditempuh menuju Madyan

membutuhkan waktu perjalanan selama 8 malam.21

Di arahkannya Nabi Musa ke Kota Madyan tentu Allah mempunyai tujuan

atau rahasia dibalik itu semua dan terdapat hikmah yang dapat diambil dari

perjalanannya tersebut.

Bedasarkan uraian dan permasalahan di atas, penulis merasa adanya ruang

untuk membahas hikmah kisah di dalam al-Qur’an. maka penulis mengangkat

tema dengan judul “Hikmah Dari Kisah Pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan

(Studi Atas Penafsiran Q.s. Al-Qasas: 20-28)”

B. Identifikasi Masalah

1. Berkaitan tentang kisah Nabi Musa banyak diceritakan dalam tafsir al-Qur’an

dan dalam buku kisah-kisah Nabi. Bahwa di dalamnya dijelaskan,

20 Ahmad Jaâdul Mawlâ, Buku Induk Kisah al-Qur’an, penerjemah: Abdurrahman

Assegaf, cet.1 (Jakarta: Penerbit Zaman, 2009), h. 227. 21 Ahmad Jaâdul Mawlâ, Buku Induk Kisah al-Qur’an, penerjemah: Abdurrahman

Assegaf, cet.1 (Jakarta: Penerbit Zaman, 2009), h. 228.

Page 25: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

7

bahwasannya Nabi Musa dimintai pertolongan oleh orang dari golongannya

untuk mengalahkan musuhnya seseorang dari kaum Fir’aun. Maka Nabi

Musa memperkenankan permintaannya, lalu meninjunya dalam sekali

pukulan hingga matilah orang yang ditinjunya itu. Sedangkan pada

kenyataanya nabi-nabi Allah terjaga dari sifat ma’sum. Bagaimana mungkin

seorang nabi mempunyai sifat negatif dan melakukan perbuatan dosa yakni

membunuh seorang manusia sedangkan tidak ada perintah dari Allah

sebelumnya.

2. Semua kisah yang tertera di dalam al-Qur’an dikisahkan dengan

menggunakan tata bahasa yang tinggi. Maka banyak dari sebagian

masyarakat yang memahami kisah-kisah di dalam al-Qur’an hanya membaca

dan mengikuti alur tanpa mendalami isi dari kisah tersebut.

C. Pembatasan dan PerumusanMasalah

Kisah tentang Nabi Musa di dalam al-Qur’an banyak sekali disebutkan di

dalam al-Qur’an. Di antaranya pembahasan tentang pengulangan pada kisah Nabi

Musa, terjadinya pengulangan kisah tersebut untuk menunjukkan betapa

pentingnya kisah tersebut. Ada tiga aspek penting dalam pengulangan kisah Nabi

Musa yakni aspek teologis, gaya bahasa dan sosiologis. Pada aspek teologis,

pentingnya pengulangan tersebut adalah untuk penguatan penanaman akidah dan

moral umat islam, dalam aspek gaya bahasa adalah untuk menunjukkan bahwa

redaksi kisah al-Qur’an menggunakan diksi yang bervariasi tidak monoton hingga

pembaca tidak merasa jenuh ataupun bosan, dan dalam aspek sosiologi kisah

tersebut telah menjadi wacana bagi kaum Quraisy dan umat islam pada saat itu.

Yang kedua pembahasan tentang nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam

kisah Nabi Musa, banyak nilai-nilai yang didapatkan dari sebuah kisah termasuk

pada kisah Nabi Musa. Karna memang tujuan adanya kisah itu adalah sebagai

pelajaran untuk umat sesudahnya.

Selanjutnya pembahasan kisah dari aspek sejarah, yakni perbedaan kisah

Nabi Musa yang terdapat di dalam al-Qur’an dan kisah Nabi Musa yang terdapat

di dalam perjanjian lama. Di dalam perjanjian lama kisah Nabi Musa secara tehnis

lebih mudah dalam penerapannya, karena Nabi Musa diceritakan secara lengkap

terutama dalam kitab exodus. Di dalam bibel juga dalam mengkisahkan tokoh

Page 26: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

8

tidak segan-segan mengorbankan kehormatan nabi-nabi mereka dalam kisahnya

tanpa dapat di jadikan tauladan, sebaliknya di dalam al-Qur’an para nabi-nabi

diceritakan dengan terhormat karena memang para nabi adalah sosok pilihan

Allah. Kisah dalam al-Qur’an mencaritakan ketangguhan moral, mental dan

spiritual para Nabi.

Selanjutnya dalam pembahasan kisah dalam al-Qur’an tidak akan pernah

lepas dari hikmah yang terkandung di dalam al-Qur’an, pembahasan tentang

hikmah juga sudah ada yang membahas, karena banyak sekali hikmah dibalik

kisah-kisah di dalam al-Qur’an di antaranya, penjelasan tentang kebijaksanaan

dan kemahaadilan Allah, penjelasan karunia Allah terhadap orang-orang yang

beriman, hiburan bagi nabi atas penderitaan yang beliau alami karena gangguan

orang-orang yang mendustakannya, motivasi bagi kaum mukminin agar selalu

istiqomah atas keimanannya dan ancaman bagi orang-ornag kafir atas

kekafirannya.

Untuk menghindari kerancuan dalam pembahasan skripsi ini maka penulis

perlu membatasi penelitian dalam skripsi ini. Dalam membahas kisah Nabi Musa,

penulis hanya membahas dari segi hikmah saja, yakni hikmah yang terkandung

pada Q.s. Al- Qasas:20-28.

Bedasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, rumusan

masalah yang penulis angkat di dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana mufasir

menjelaskan hikmah dari kisah pelarian Musa ke Kota Madyan dalam Q.s. Al-

Qasas: 20-28?”

D. Tujuan Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana mufasir

menjelaskan hikmah dari perjalanan Nabi Musa ke Kota Madyan yang terdapat

dalam Q.s. Al-Qasas: 20-28.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian tentang hikmah kisah-

kisah dalam al-Qur’an yang sudah di dibahas sebelumnya, khususnya penulis

melanjutkan penelitian yang ditulis oleh Aidin Maghfiroh dengan judul

skripsinya, Ibrah Kisah Nabi Daud dalam Al- Qur’an.

Page 27: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

9

Semoga karya ilmiah ini berguna bagi mahasiswa yang hendak menambah

keilmuannya dan menjadi referensi pemahaman terkait hikmah kisah di dalam al-

Qur’an dan diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan di bidang

pendidikan al-Qur’an dan Tafsir Khususnya yang berkaitan dengan hikmah kisah

di dalam al-Qur’an yang dijelaskan oleh mufasir.

F. Kajian Pustaka

Dalam beberapa literatur yang penulis baca, sudah banyak pembahasan

tentang kisah di dalam al-Qur’an, tetapi dari sekian banyak itu penulis ingin

membahas dari sudut pandang yang lain, yaitu penulis ingin mengetahui hikmah

apa saja yang terdapat di dalam kisah al-Qur’an khususnya pada kisah Nabi Musa

pada saat ia melarikan diri ke Kota Madyan. Dari beberapa penelusuran, penulis

menemukan beberapa tema yang terkait dengan penelitian ini. Yaitu:

Penelitian yang ditulis oleh Muh. Luqman Arifin dalam artikelnya yang

berjudul Nilai-nilai Edukasi dalam Kisah Musa-Khidir dalam Al-Qur’an.22

Rumusan masalah dari artikel ini adalah, nilai edukasi apa yang terkandung dalam

kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir. Sebagai kesimpulan dari artikel ini, nilai yang

terkandung dalam kisah tersebut adalah nilai tawaḏḏu, sikap rendah diri, nilai

kesabaran, nilai pentingnya menyiapkan bekal materi belajar, pentingnya

memberikan penjelasan materi pelajaran bagi guru untuk sang murid.

Penelitian yang kedua yang ditulis oleh Syukron Affani dengan judul

artikelnya Rekonstruksi Kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an: Studi Perbandingan

dengan Perjanjian Lama.23 Fokus masalah pada artikel ini adalah membandingkan

kisah Nabi Musa yang berada di dalam al-Qur’an dan yang berada di luar teks al-

Qur’an. Sebagai jawaban dari masalah yang diteliti, Syukron Affani

menyimpulkan hasil perbandingan yang ia telititi menujukkan perbedaan yang

terdapat di dalam al-Qur’an dan Perjanjian lama terutama pada sisi detail cerita

dan alurnya. Dalam disiplin ilmu al-Qur’an narasi perjanjian lama tentang Nabi

Musa merupakan sumber israiliyat.

22 Muh. Luqman Arifin, “Nilai-nilai Edukasi dalam Kisah Musa-Khidir dalam Al-

Qur’an”, Jurnal Dialektika PGSD, Vol.8, no.1 (Maret 2018): h.28-38. 23 Syukron Affani, “Rekonstruksi Kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an: Studi Perbandingan

dengan Perjanjian Lama,” Jurnal al- Hikam, Vol. 12, no.1 (Juni 2017): h.171- 195.

Page 28: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

10

Penelitian yang selanjutnya yang ditulis oleh Mursalim dengan judul artikel

Gaya Bahasa Pengulangan Kisah Nabi Musa as. dalam al-Qur’an.24. Rumusan

masalah dari artikel ini adalah bagaimana gaya pengulangan kisah Nabi Musa

dalam al-Qur’an dengan menggunakan analisis stilirtika sebagai suatu ilmu yang

melihat aspek bentuk atau gaya bahasa pada kisah Nabi Musa. Mursalim

menyimpulkan bahwa terdapat beberapa gaya pengulangan kisah Nabi Musa di

dalam al-Qur’an, yakni adalah gaya pengulangan bahasa yang berbeda,

pengulangan tokoh yang berbeda, pengulangan tema dan kronologi yang berbeda.

Dari semua bentuk pengulangan itu, semuanya berorientasi pada makna- makna

yang dikandung yakni merupakan pelajaran dan nasehat- nasehat kepada Nabi

Muhammad secara khusus dan nasehat bagi manusia secara umum.

Penelitian Kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an perspektif Psiko-Sastra yang

ditulis oleh Ahmad Ashabul Kahfi.25 Rumusan masalah dari penelitian ini adalah

bagaimana membaca kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an melalui pendekatan

psikologi sastra. Dari rumusan masalah tersebut Ahmad Ashabul Kahfi

memberikan kesimpulan bahwa Nabi Musa memiliki strategi penanggulangan

agama yang baik dalam penggunaannya.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh David Fatakhullah dalam

skripsinnya yang berjudul “Analisis Struktural Semiotik Kisah Nabi Musa as. Dan

Nabi Khidir as. Dalam Q.s. Al-Kahfi” .26 Rumusan masalah dari skripsi ini

adalah, bagaimana pemaparan kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dengan

menggunakan analisis struktural, bagaimana pemaparan kisah Nabi Musa dan

Nabi Khidir dengan menggunakan analisis semiotik, dan nilai-nilai apa saja yang

terkandung dalam kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir Sebagai jawaban dari

rumusan Masalah tersebut David Fatakhullah menyimpulkan bahwa:

1. Unsur struktur pembangunan kisah ini terdiri atas tema, fakta cerita, dan

sarana cerita. Keseluruhan unsur tersebut secara runtut menceritakan

perjalanan tokoh utama dalam mencari ilmu dengan tema tekad kuat,

24 Mursalim, “Gaya Bahasa Pengulangan Kisah Nabi Musa as. dalam al-Qur’an”, Jurnal

Lentera, Vol.1, no.1 (Juni 2017): h.84-104. 25 Ahmad Ashabul Kahfi “Kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an perspektif Psiko-Sastra”,

Jurnal Keislaman dan Humaniora, Vol. 4, no.2 (Desember 2017): h.276-302. 26 David Fatakhullah, “Analisis Struktural Semiotik Kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidir

as dalam Q.s. Al-Kahfi,” (Skripsi S1 Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, 2014), h.85.

Page 29: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

11

kesabaran dan kerendahan hati merupakan pondasi utama dalam mencari dan

mengamalkan ilmu.

2. Analisis semiotika dengan menggunakan pembacaan heuristik dan

hermeneutik ditemukan bahwa ilmu yang berada disisi Allah tidak ada

batasnya, baik ilmu yang ẕahir maupun yang batin. Allah berhak memberikan

ilmunya kepada siapapun baik secara langsung ataupun dengan perantara,

karena Allah adalah zat yang maha berkehendak.

3. Nilai-nilai yang terkandung dalam dalam kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir

adalah, keimanan dan ketakwaan, kesabaran, kebijaksanaan Allah, adab

seorang murid kepada guru ketika mencari ilmu, dan tekad yang kuat untuk

mencari ilmu.

Masmukhah menulis tesis yang berjudul Pengulangan Kisah Nabi Musa

dalam al-Qur’an dan Relevansinya dengan Repitisi Pembelajaran.27 Rumusan

masalah dari tesis tersebut adalah, bagaimanakah bentuk pengulangan kisah Nabi

Musa dalam Q.s. Ṯaha, Q.s. Asy- Syu’ara, Q.s. al-Qasas dan Q.s. an- Nazi’at,

mengapa kisah Nabi Musa diulang dalam empat surah tersebut, bagaimana

korelasi pengulangan kisah Nabi Musa dalam empat surah tersebut dengan proses

repitisi pembelajaran. Sebagai jawaban dari rumusan masalah tersebut,

Masmukhah menyimpulkan bahwasannya terdapat beberapa bentuk pengulangan

yaitu pengulangan yang terjadi bukanlah pengulangan secara seratus persen,

terdapat peubaha redaksi yang berbeda namun dalam kerangka subtansi makna

yang sama. Kisah Nabi Musa diulang dalam empat surat tersebut karena, tiap-tiap

surat mempunya tujuan yang berbeda sesuai dengan konteks surat tersebut.

Relevansi antara pengulangan kisah tersebut dalam repitisi pembelajaran adalah

dapat memberikan ilustrasi kepada guru bahwa terdapat prinsip umum dalam

repitisi pembelajaran yaitu, repitisi pembelajaran dilakukan pada materi yang

penting dan sulit, agar materi tersebut dapat tertanam dalam jiwa anak dan tidak

mudah dilupakan dan repitisi pembelajaran agar anak tidak bosan dalam

menerima materi pembelajaran.

27 Masmukhah, “Pengulangan Kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an dan Relevansinya

dengan Repitisi Pembelajaran,” (Tesis S2 Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga, 2009), h. 175.

Page 30: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

12

Tulisan lainnya adalah karya Muhammad Iqbal Shidik dalam skripsinya yang

berjudul “Strategi Pembelajaran Afektif dalam Kisah Nabi Musa as dan Nabi

Khidir (Telaah Q.s. Al-Kahfi: 60-82)”.28 Apa strategi pembelajaran yang

diterapkan Nabi Khidir kepada Nabi Musa pada Q.s. Al- Kahf: 60-82. Jawaban

dari rumusan masalah tersebut Muhammad Iqbal shidik menyimpulkan

bahwasannya dalam proses pembelajaran tersebut Nabi Khidir menggunakan

strategi pembelajaran afektif yaitu jangan menanyakan sesuatu sebelum Nabi

Khidir menjelaskan dengan sendirinya.

Irham Nugroho menulis artikel yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Agama

Islam dalam Kisah-kisah yang Terkandung ayat al-Qur’an.29 Rumusan masalah

dari penelitian di atas adalah nilai-nilai pendidikan agama apa saja yang

terkandung pada kisah-kisah yang terkandung di dalam al-Qur’an. Swbagai

kesimpulan, Irham Nugroho memaparkan beberapa nilai-nilai pendidikan agama

tersebut yakni, nilai pendidikan tauhid, nilai pendidikan intelektual, nilai

pendidikan akhlak atau moral, nilai pendidika seksual, nilai pendidikan spiritual,

dan nilai pendidikan demokrasi.

Penelitian tentang kisah al-Qur’an yang berjudul Urgensi Qasas al-Qur’an

dalam Pembelajaran Yang ditulis oleh Umar Sidiq.30 Rumusan masalah dari

penelitian ini adalah apa saja tujuan kisah-kisah terdahulu dimasukan di dalam al-

Qur’an. Dalam menjawab rumusan masalah di atas Umar Sidiq menyimpulkan

bahwasannya tujuan adanya kisah di dalam al-Qur’an adalah, meneguhkan hati

Rasulullah, membenarkan para nabi terdahulu, menyibak kebohongan ahli kitab

dengan hujjah, dan kisah adalah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat

menarik perhatian para pendengar, dan menjelaskan asas-asas dakwah menuju

Allah.

28 Muhammad Iqbal Shidik, “Strategi Pembelajaran Afektif dalam Kisah Nabi Musa as

dan Nabi Khidir: Telaah Q.s. Al-Kahfi: 60-82,” (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam

Negeri Jakarta, 2015), h.6-61. 29 Irham Nugroho, “Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kisah-kisah yang

Terkandung Ayat al-Qur’an”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol.8, no.1 (Mei 2017): h. 92-102. 30 Umar Sidiq, “Urgensi Qasas al- Qur’an dalam Pembelajaran”, Jurnal Kependidikan

dan Kemasyarakatan, Vol.9, no.1 (Juni 2016): h. 92.

Page 31: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

13

Aidin Maghfiroh menulis skripsi dengan judul skripsi, “Ibrah Kisah Nabi

Daud dalam Al- Qur’an”.31 Rumusan masalah dari skripsi ini adalah bagaimana

penafsiran Syaikh Nawawi Bantani terhadap Q.s. Sad: 21-25 dalam tafsir Marâh

Labîd dan bagaimana ibrah kisah Nabi Daud menurut Syaikh Nawawi Bantani.

Sebagai jawaban dari rumusan masalah tersebut Aidin menyimpulkan dalam

skripsinya bahwa Syaikh Nawawi Bantani dalam menafsirkan Q.s. Sad: 21-25

mengutip riwayat isrâiliyyât serta memberikan komentar dan menyebutkan

pendapat ulama lain tentang kisah tersebut. Ibrah yang didapatkan dari kisah Nabi

Daud dalam Q.s. Sad: 21-25 adalah perlunya seseorang untuk berhati-hati dalam

melakukan segala sesuatu agar tidak menyakiti hati orang lain ataupun berbuat

sesuatu demi kebaikan pribadi.

Sejauh ini beberapa penelitian yang sudah dikemukakan, penulis

berkesimpulan bahwasannya masih sedikit yang membahas hikmah ataupun

pelajaran yang terdapat di dalam kisah-kisah al-Qur’an khususnya pada kisah

pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan. Maka dari itu penulis ingin membahas hal

tersebut agar dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya.

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian

kualitatif. Sedangkan jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian

pustaka (Library research),32 yakni penelitian yang menitikberatkan pembahasan

yang bersifat kepustakaan, yang kajiannya dilakukan dengan cara menelusuri

bahan-bahan pustaka untuk mengupas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan

kisah pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini, penulis membagi menjadi dua. Adapun sumber

data tersebut adalah:

31 Aidin Maghfiroh, Ibrah Kisah Nabi Daud dalam al-Qur’an: Telaah Penafsiran Syaikh

Nawawi al-Bantani atas Q.s. Sad: 21-25 Menurut Tafsir Marâh Lâbid (Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2018). 32 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.36.

Page 32: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

14

a. Sumber data primer adalah sumber data yang menjadi rujukan utama dalam

penelitian ini.33 Sumber data primer tersebut adalah Tafsir bercorak adab al-

ijtima’i seperti Tafsir al-Maraghi karya Ahmad Mustafa al-Maraghi34, Tafsir

al-Azhar karya Hamka35, Tafsir Sya’rawi karya Muhammad Mutawally

Sya’rawi36, Tafsîr fî zhilâl al-Qur’an karya Sayyid Quṯb37.

b. Sedangkan sumber data sekunder dari penelitian ini adalah kitab-kitab tafsir

lainnya seperti, Tafsîr aṯ-Ṯabarî karya Abû Ja’far Muhammad aṯ-Ṯabarî,

Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, Tafsir al-Qurṯubi karya Imam

al-Qurṯubi serta buku-buku seperti Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari

Orang-Orang Dahulu karya Shalah al-Kalidy, Indahnya al-Qur’an berkisah

karya Sayyid Quṯb, serta buku-buku, jurnal, dan sumber data lainnya yang

terkait dengan pokok-pokok pembahasan dalam penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menelaah

berbagai sumber seperti kitab tafsir, buku-buku dan artikel yang berhubungan

dengan judul penelitian, setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis

data.

4. Analisis Data

Berikut adalah langkah-langkah analisis data yang penulis lakukan:

a. Memilih Q.s. Al-Qasas: 20-28 yang berkisah tentang pelarian Nabi Musa ke

Kota Madyan untuk diteliti.

b. Mengumpulkan teks-teks tafsir. Tafsir yang penulis gunakan adalah Tafsir al-

Maraghi karya Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Azhar karya Hamka,

Tafsir Sya’rawi karya Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsîr fî zhilâl al-

Qur’an karya Sayyid Quṯb.

33 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),

h.74. 34 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah: Zainal Arifin (Medan:

Duta Azhar, 2011). 35 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas,

1982). 36 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, penerjemah: Bahrun Abu Bakar, cet.2

(Semarang: Toha Putra Semarang, 1993). 37 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an,

penerjemah:As’ad Yasin dkk, cet.1 (Jakarta: Robbani Press, 2004).

Page 33: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

15

c. Kemudian penulis membacanya setelah itu menandai atau mengkoding yang

terkait dengan hikmah, pelajaran ataupun ibarah.

d. Selanjutnya penulis mengklasifikasi hikmah-hikmah tersebut kepada dua

bagian, yakni pertama hikmah mengenai keseluruhan kisah dan yang kedua

hikmah mengenai sebagian kisah.

H. Sistematika Penulisan

Dengan melihat tujuan untuk membuat dan mempertahankan karya ilmiah

yang sistematis serta memudahkan dan enak untuk dibaca, kajian ini disusun

dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I, pendahuluan. Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah yang

merupakan argumen penulis, indentifikasi masalah, mengapa penelitian ini

penting dilakukan kemudian memaparkan batasan dan rumusan masalah, tujuan,

manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika

penulisan. Bab ini ditujukan untuk memberikan gambaran dari keseluruhan

permasalahan yang akan dibahas secara rinci dan detail pada bab-bab berikutnya.

Bab II adalah kerangka teori. Bab ini membahas tentang tinjauan kisah

secara umum di antaranya pengertian kisah dalam al-Qur’an, macam-macam

kisah dalam al-Qur’an, tujuan kisah di dalam al-Qur’an, pola pemaparan kisah di

dalam al-Qur’an dan hikmah kisah dalam al-Qur’an. Bab ini ditunjukkan untuk

menjelaskan pemaparan kisah di dalam al-Qur’an secara umum.

Bab III, membahas tentang penafsiran Q.s. Al-Qasas: 20-28 yang terdiri dari,

tafsir dan sistematika penafsiran, teks ayat dan terjemah, tafsir ayat 20-22 dan

tafsir ayat 23-28. Bab ini berfungsi untuk dijadikan sumber data.

Bab IV, membahas hikmah yang dapat dipetik dari pelarian Nabi Musa

menuju Kota Madyan dalam QS. Al-Qasas: 20-28 yakni, perjalanan Nabi Musa ke

Kota Madyan. Penulis membagi dua hikmah, yakni yang pertama hikmah terkait

keseluruhan kisah, hikmah yang penulis dapatkan adalah bertawakal kepada Allah

dan menjadikannya sebagai satu-satunya sandaran bagi manusia. Yang kedua

adalah hikmah terkait sebagian dari kisah, hikmah yang penulis dapatkan adalah

wanita diperbolehkan bekerja diluar rumah, pemberian mahar diperbolehkan

berupa tenaga ataupun jasa, diperbolehkan bagi keluarga dari pihak wanita

meminang laki-laki, dan anjuran untuk memuliakan perempuan. Kajian pada bab

Page 34: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

16

ini ditunjukkan untuk mengungkap latarbelakang yakni mengungkap hikmah yang

terdapat dalam Q.s. Al-Qasas: 20-28.

Bab V, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari jawaban atas

rumusan masalah yang terdapat pada bab I dan saran serta kritik yang dilakukan

oleh penulis bedasarkan kajian yang telah dilakukan.

Page 35: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

17

BAB II

TINJAUAN UMUM

TENTANG KISAH DALAM AL-QUR’AN

Al-Qur’an tidak hanya menyuguhkan seni sastra, menceritakan riwayat kisah-

kisah orang terdahulu dan merekam kehidupan mereka, seperti yang banyak

dilakukan oleh para sejarawan. Akan tetapi, kisah-kisah yang terdapat di dalam al-

Qur’an tersebut menjelaskan hikmah dari penyebutannnya, manfaat apa yang

dapat di ambil darinya, konsep memahaminya dan bagaimana cara berinteraksi

dengannya,1 oleh karena itu ketika ingin mempelajari suatu kisah di dalam al-

Qur’an, maka harus lebih dulu mengetahui tinjauan umum tentang kisah di dalam

al-Qur’an.

A. Pengertian Kisah

Kata kisah berasal dari Bahasa Arab yaitu qissah (قصة). Bentuk jamak qissah

-berasal dari kata kerja qassa (قصة) Kata qissah .(قصص) adalah qasas (قصة)

yaqussu ( قص – يقص).2 Al-Qur’an menggunakan kisah sebagai salah satu cara

menyampaikan pesan atau pelajaran kepada pembacanya.3 Dalam al-Qur’an kata

qasas disebut 26 kali dan yang seakar dengannya, tersebar dalam 12 surat dan 21

ayat. Lebih dari itu, dalam al-Qur’an ada surat khusus yang dinamakan surat al-

Qasas, yakni surat ke 28 yang terdiri atas 88 ayat, 1.441 kata, dan 5800 huruf.4

Kisah memiliki berbagai macam arti di antaranya adalah mencari atau

mengikuti jejak.5

ءاثارهما قصصا لك ما كنا نبغ فٱرتدا على .قال ذ

1Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang

dahulu, penerjemah: Setiawan Budi Utomo, jil.1 (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 21. 2 Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata dan Tafsirnya (Jakarta:

Lentera Hati,2007), h. 765. 3Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata dan Tafsirnya, h. 328. 4 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 107. 5Mannâ’ Khalîl al-Qaṯṯân, Mabâẖis fî ‘Ulûm Qur’ân, penerjemah: Mudzakir AS, Studi

Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera Antar Nusa, 2013), h. 435.

Page 36: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

18

“Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali,

mengikuti jejak mereka semula” (Q.s. Al-Kahfi: 64)

Ada juga makna kisah yang lain yang berarti cerita.6

ذا ٱلقرءان وإن كنت من نحن نقص عليك أحسن ٱلقصص بما أوحينا إليك ه

فلين .قبلهۦ لمن ٱلغ

“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al

Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya

adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui”(Q.s. Yûsuf: 3)

Ada juga yang mengartikannya dengan pengulangan atau menceritakan ulang

hal yang tidak mesti terjadi.7

Dalam al-Qur’an, kadang satu kisah yang diulang-ulang, tetapi pengulangan

tersebut sebenarnya mempunyai manfaaat tersendiri dalam setiap pengulangannya.

Tanpa ada perbedaan maupun pertentangan dalam keseluruhan cerita, karena

kisah diturunkan dalam al-Qur’an bertujuan untuk memberikan pelajaran, nasehat

dan mempengaruhi akal dan hati. Sayid Quṯb bekata: “sebagian orang ada yang

mengira bahwa memang terjadi pengulangan kisah dalam al-Qur’an, karena satu

cerita kadang berulang dalam dua surat. Akan tetapi jika dilihat dengan jeli, akan

jelas bahwa tidak ada satu cerita, atau satu penggal dari sebuah cerita yang

berulang dalam satu surat, dari segi kuantitas dan cara penyampaiannya. Jika ada

pengulangan suatu penggal, pasti terdapat sesuatu nilai-nilai baru yang ingin

disampaikan tanpa adanya pengulangan.8

Dalam bentuk perintah (fi’il amr), kata qasas berarti perintah untuk mengikuti

apa yang diceritakan, seperti perintah Ibu Musa agar mengikuti Musa9

يه فبصرت بهۦ عن جنب وهم ل يشعرون .وقالت لختهۦ قص

6Mustafa Muhammad Sulaiman, Al-Qissah fî al-Qur’an al-Karîm (Mesir: Maṯba’ah al-

Amaniyyah, 1993), h. 15. 7 Nazwar Syamsu, Kamus Al-Qur’an, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), h. 204. 8 Abdul Karim Zaidan, Kisah-kisah Al-Qur’an, penerjemah: Thoriq Abdul Aziz dan

Setiawan Budi Utomo (Jakarta: Robbani Press,2001), h. 3. 9 Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata dan Tafsirnya (Jakarta:

Yayasan Bimantara, 1997), h. 328.

Page 37: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

19

“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia"

Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak

mengetahuinya”(Q.s. Al-Qasas: 11)

Dalam kamus Munawwir qasas secara bahasa berarti menggunting,

memangkas, mendekati, menceritakan, mengikuti jejak, membalas, memotong.10

Menurut Imam al-Râghib al-Isfahânî11 mengatakan dalam kitab mufradat-nya al-

Mufradat fî gharîb al-Qur’an tentang kata qasas, al-Qassu berarti mengikuti jejak,

dikatakan qasastu atsarahu “saya mengikuti jejaknya”. Qasas juga dapat berarti

berita yang bersifat kronologis, yang disampaikan tahap demi tahap.12

Sedangkan al-Qur’an selalu menggunakan terminologi qasas untuk

menunjukkan bahwa kisah yang disampaikannya itu benar dan tidak mengandung

kemungkinan salah atau dusta. Dari segi istilah, kisah berarti berita-berita

mengenai suatu kejadian dalam masa yang saling berurutan.

Menurut A. Hanafi dalam buku Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah al-

Qur’an, ia mendefinisikan kisah dari segi sastra yang ia kutip dari As-Siba’i al-

Bajûmi.

As-Siba’i al-Bajumi mendefinisikan kisah sebagai berikut, “kisah adalah

tulisan yang bersifat kesusasteraan yang indah dan keluar dari seorang penulis

dengan maksud untuk menggambarkan suatu keadaan tertentu (mengenai sejarah

atau kesusasteraan atau akhlak, atau susunan masyarakat dan sebagainya), dengan

cara penulis melepaskan diri dari perasaan pribadinya.”13

Definisi lain yang diberikan oleh Muhammad Khallafullah menyatakan kisah

sebagai berikut, “kisah adalah suatu karya kesusastraan yang merupakan hasil

10Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), h. 1126. 11Ia adalah Abû al-Qasîm al-Hussain bin Mufaḏḏal bin Muhammad, lebih dikenal dengan

nama al-Râghib al-Isfahânî. Seorang pemikir abad pertengahan yang berupaya memahami al-

Qur’an lewat pendalaman terhadap bahasa Arab. Melalui karyanya Mu’jam al-Mufradat lî alfâẕ al-

Qur’an, beliau berpendapat bahwa sarana yang paling utama dalam memahami al-Qur’an adalah

lewat penguasaan terhadap bahasa. 12Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang

dahulu, penerjemah: Setiawan Budiutomo, jil.1, h. 21. 13A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an, cet.1 (Jakarta: Pustaka

al-Husna, 1984), h. 13.

Page 38: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

20

khayal pembuat kisah terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi kepada seorang

pelaku yang sebenarnya tidak ada. Atau dari seorang pelaku yang benar-benar ada,

tetapi peristiwa-peristiwa yang berada pada dirinya dalam kisah itu tidak benar-

benar terjadi. Ataupun peristiwa-peristiwa itu terjadi atas diri pelaku, tetapi dalam

kisah tersebut disusun atas dasar seni yang indah, dimana sebagian peristiwa

disebutkan di awal dan sebagian yang lain disebutkan di akhir. Sebagiannya

disebutkan dan sebagiannya lagi dibuang. Atau terhadap peristiwa yang benar-

benar terjadi itu ditambahkan peristiwa baru yang tidak terjadi atau dilebih-

lebihkan penggambarannya, sehingga pelaku-pelaku sejarah keluar dari kebenaran

yang biasa dan sudah menjadi para pelaku khayali.”14

Kisah al-Qur’an adalah berita mengenai keadaan umat terdahulu, kenabian

yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah, sedang dan akan terjadi. Al-

Qur’an menceritakan kisah-kisah mereka dengan cara yang baik dan

menarik. 15 Dari berbagai macam penjelasan di atas tentang kisah, ada yang

mengatakan bahwa kisah adalah suatu peristiwa yang benar-benar terjadi.

Adapula yang mengatakan kisah itu hanyalah hasil khayal dari si pembuat kisah

terhadap peritiwa-peristiwa yang terjadi yang sebenarnya tidak ada. Dalam hal ini,

penulis sependapat bahwasannya kisah merupakan suatu peristiwa yang benar

terjadi pada umat terdahulu dan tidak mengandung kemungkinan salah ataupun

dusta.

B. Macam-macam Kisah di dalam Al-Qur’an

Kisah-kisah di dalam al-Qur’an itu bermacam-macam, ada yang menceritakan

para nabi dan umat terdahulu, dan ada yang mengkisahkan berbagai macam

peristiwa dan keadaan dari masa lampau, masa kini, ataupun masa yang akan

datang.

1. Ditinjau dari segi waktu

14Muhammad Ahmad Khâlafullâh, Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah, penerjemah: Anis

Maftukhin dan Zuhairi Misrawi (Jakarta: Paramadina 2002), h. 99. 15Mannâ Khâlil al-Qaṯṯân, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, h. 436.

Page 39: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

21

Ditinjau dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam al-

Qur’an, maka kisahal-Qur’an ada tiga macam, sebagai berikut16:

a. Kisah hal-hal ghaib pada masa lalu

Yaitu kisah yang menceritakan kejadian ghaib yang terjadi pada masa lampau

dan tidak bisa di tangkap oleh panca indera.

b. Kisah hal-hal ghaib pada masa kini

Yaitu kisah yang menerangkan hal-hal ghaib pada masa sekarang, walaupun

kisah-kisah tersebut sudah ada sejak dulu tetapi tetap ada sampai masa yang akan

datang.

c. Kisah hal-hal ghaib pada masa yang akan datang

Yaitu kisah-kisah yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang akan datang,

yang belum terjadi pada waktu turunnya al-Qur’an, kemudian peristiwa tersebut

betul-betul terjadi. Oleh karena itu, pada masa sekarang ini, peristiwa yang

dikisahkan itu benar-benar terjadi.

2. Ditinjau dari segi materi

Jika ditinjau dari segi materi yang diceritakan, maka kisah al-Qur’an itu

terbagi menjadi 3 macam, sebagai berikut17:

a. Kisah para Nabi terdahulu

Cerita ini mencakup dakwah mereka pada kaumnya, mukjizat para nabi, sikap

penentang para Nabi, fase dakwah dan perkembangannya, balasan terhapdap

orang-orang kafir dan pendusta.

Seperti kisah Nabi Ibrahim pada saat ia menghadapi kaumnya penyembah

berhala, bahkan ayahnya sendiri adalah pembuat berhala. maka ketika ia

menerima wahyu dari Allah, maka ayahnya lah yang menjadi target pertama Nabi

Ibrahim, diharapkan agar ayahnya bisa ikut membantunya menyebarkan dakwah

kepada masyarakat. Tetapi ayahnya menolak dengan keras setiap ucapan Nabi

Ibrahim. Hingga akhirnya ia menghancurkan berhala-berhala itu sendiri. Akibat

dari perbuatannya itu ia dibakar tetapi atas karunia Allah, Allah telah

16Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), h. 296. 17Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, h. 300.

Page 40: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

22

menampakkan tanda kebesarannya, ia telah menunjukkan mukjizatnya yakni Nabi

Ibrahim tidak terbakar oleh api tersebut. Peristiwa itulah yang menyadarkan

sebagian orang mulai mendapatkan pencerahan dan mulai mengikuti ajaran Nabi

Ibrahim.18

b. Kisah al-Qur’an yang berkaitan dengan kelompok-kelompok manusia tertentu,

Contohnya dalah seperti kisah Ashabul Kahfi, Ashabul Fîl dan lain-lain.

c. Kisah peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian di zaman Rasulullah saw.,

contohnya seperti kisah Perang Badar, Perang Uhud, Perang Hunain,

Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

C. Tujuan Kisah dalam Al-Qur’an

Kisah-kisah di dalam al-Qur’an tidaklah berdiri sendiri dalam tema (atau

persoalan yang dikemukakan), cara pengungkapan dan pengaturan peristiwa-

peristiwanya. Kisah-kisah dalam al-Qur’an merupakan salah satu cara yang

dipakai al-Qur’an untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang bersifat agama. 19 Ia

mengajak para pembacanya untuk memperhatikan ketika sedang membaca kisah-

kisah itu, serta mencermati dan aktif berinteraksi dengannya.

Di antara tujuan-tujuan kisah al-Qur’an yang nampak jelas ialah:

1. Memperlihatkan Kemukjizatan al-Qur’an dan Kebenaran Rasulullah

Di antara tujuan kisah al-Qur’an adalah untuk memperlihatkan kemukjizatan

al-Qur’an, kebenaran Rasulullah di dalam dakwah, berita mengenai umat-umat

terdahulu ataupun keterangan-keterangan beliau yang lain 20 dan juga

memantapkan kerasulan Nabi Muhammad dan menegaskan bahwa ia benar

menerima wahyu, karena pada saat itu Nabi Muhammad sendiri tidak bisa

menulis dan membaca, dan diketahui tidak pernah mengambil ucapan atau kisah

dari pembesar-pembesar agama Yahudi dan Masehi. Kemudian, datanglah kisah-

kisah dalam al-Qur’an, sebagiannya panjang-panjang dan terperinci, seperti kisah

Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa.

18Muhammad Ahmad Jâdul Mawlâ, dkk., Buku Induk Kisah-kisah dalam Al-Qur’an,

penerjemah: Abdurrahman Assegaf (Jakarta: Penerbit Zaman, 2009), h. 73-92. 19 A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an, h. 68. 20 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), h. 302.

Page 41: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

23

Adanya kisah-kisah dalam al-Qur’an menjadi bukti, bahwa kisah-kisah itu

merupakan wahyu yang diturunkan Allah.21 Wahyu yang diturunkan Allah kepada

nabi-nabi-Nya adalah dari langit dan berisi berita-berita ghaib. kebanyakan dari

kisah-kisah al-Qur’an yang bertujuan seperti ini biasanya berusaha memberikan

gambaran tentang adanya persamaan antara kondisi Nabi Muhammad dengan

kondisi dan pengalaman para nabi dan rasul terdahulu. Juga kesamaan hal-hal

yang diajarkan Allah kepada Nabi Muhammad dengan apa yang diterima oleh

para nabi dan rasul lainnya, atau apa yang telah diwasiatkan Allah kepada Nabi

Muhammad adalah apa yang diwasiatkan oleh Allah kepada para nabi dan rasul

terdahulu juga. 22

2. Anjuran Untuk Berfikir

Adapun tujuan kedua adalah seperti Firman Allah Ta’ala, “Agar mereka

berfikir (La’allahum yatafakkarûn).” maksudnya adalah Mendengarkan kisah-

kisah al-Qur’an, merenungkan dan memperhatikannya, yang mana dengan

melakukan hal tersebut akan menggiring para pembacanya untuk berpikir, lalu

merenungkan episode-episode kisah yang memuat nasihat dan pelajaran. Al-

Qur’an menginginkan para pembacanya agar senantiasa berpikir dan mengambil

pelajaran. Berpikir, bernalar, dan mengambil pelajaran merupakan buah dari

membaca kisah orang-orang terdahulu yang ada dalam al-Qur’an.23

3. Sebagai Peneguh Hati

Tujuan yang ketiga adalah, sebagai peneguh hati. Yakni peneguhan hati atas

kebenaran, rangsangannya terhadap apa yang ada di sisi Allah, keyakinan akan

janji Allah, tetapnya bersama tentara Allah, perlawanannya terhadap musuh-

musuh Allah, konsistennya dengan jalan hidup ini sampai bertemu Allah. Semua

21 A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an, h. 69. 22 Muhammad A. Khalafullah, Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah: Seni, Sastra dan

Moralitas dalam Kisah-kisah Al-Qur’an, penerjemah: Anis Maftukhin dan Zuhairi Misrawi

(Jakarta: Paramadina, 2002), h. 334. 23 Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang

Dahulu, jil.1, h. 29.

Page 42: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

24

nilai ini didapatkan oleh orang-orang mukmin dari kisah-kisah orang-orang

dahulu dan kisah para nabi dan rasul.24

4. Semua Agama yang dibawa Para Rasul Datang dari Allah

Tujuan yang keempat adalah, menerangkan bahwa semua agama yang dibawa

para nabi dan rasul adalah datang dari Allah, yaitu sejak dari Nabi Nuh sampai

Nabi Muhammad dan bahwa orang-orang mukmin seluruhnya adalah umat yang

satu, sedangkan Allah menjadi Tuhan bagi semua umat muslim.25 Sering pula

kisah beberapa Nabi disebutkan sekaligus dalam satu surat yang dikemukakan

dengan cara tertentu untuk menguatkan kebenaran tersebut. Oleh karena itu, hal

ini menjadi tujuan pokok. Kisah-kisah yang terdapat di dalam al-Qur’an

semuanya untuk menguatkan kebenaran itu dan memantapkannya dalam hati.26

5. Pelajaran Bagi Umat Sesudahnya

Tujuan yang kelima adalah, pelajaran bagi orang-orang yang berakal.

Mengapa kisah al-Qur’an dijadikan sebagai suatu pelajaran atau ‘ibrah? I’brah

diambil dari kata ‘ubur (menyebrang). Ketika seseorang menjumpai kisah orang-

orang terdahulu, seolah-olah ia masuk kedalam kisah tersebut, hidup bersama

mereka, meresapi kisah tersebut dan mengambil pelajaran dari mereka.27Quraish

Shihab dalam tafsîr al-Mishbâhnya juga menjelaskan, tujuan pemaparan kisah

adalah agar kaum muslimin dapat menarik pelajaran dari apa yang mereka alami

itu.28

6. Penjelasan Tentang Akidah

Tujuan yang keenam adalah, menjelaskan akidah dasar, yaitu beriman kepada

Allah yang Maha Esa. Di antara tujuan-tujuan kisah di dalam al-Qur’an adalah

menerangkan bahwa agama seluruhnya adalah satu dasar apalagi agama itu

sendiri semuanya datang dari tuhan yang Maha Esa. Bedasarkan tujuan itu, ada

24Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang

Dahulu, jil.1, h.29. 25Sayyid Quṯb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, penerjemah: Fathurrahman Abdul Hamid

(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 219. 26 A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an, h. 70. 27 Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang

Dahulu, jil.1, h. 32. 28 M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 546.

Page 43: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

25

beberapa kisah dalam al-Qur’an juga tentang para nabi dan dalam satu surah

pula.29

7. Penanaman Akhlak Mulia

Tujuan yang ketujuh, di samping tujuan-tujuan di atas, ada pula tujuan lain

yang bersifat pendidikan atau pengajaran. Yaitu membentuk perasaan yang kuat

dan jujur dalam berakidah islamiah dan kepada prinsip-prinsip agama, dan kearah

pengorbanan jiwa untuk mewujudkan kebenaran dan kebaikan. 30 Serta

menanamkan pendidikan akhlakul karimah dan mempraktikannya. karena

keterangan kisah-kisah yang baik itu dapat meresap dalam hati nurani dengan

mudah dan baik, dan juga mendidik untuk meneladani yang baik dan menghindari

yang jelek.31

D. Pola Pemaparan al-Qur’an dalam Berkisah

Pemaparan kisah-kisah dalam al-Qur’an memiliki cara yang sangat spesifik.

Dikatakan demikian karena pendekatan yang digunakan Al-Qur’an dalam

berkisah menggunakan aspek seni dan keagamaan secara bersamaan. Beberapa

bukti bahwa teknik pemaparan al-Qur’an sangat spesifik itu adalah penjelasannya

berawal dari kesimpulan, adanya ringkasan kisah, adegan klimaks, tanpa

pendahuluan sebagaimana layaknya sebuah buku cerita, melibatkan imajinasi

manusia, dan memasukkan nasihat agama.32Pembahasan tentang hal ini mencakup

tampilan-tampilan penuh artistik, karena termasuk hal penting dalam pelajaran

seni kisah di dunia seni.33

Dalam penerapannya, kisah-kisah di dalam al-Qur’an mempunyai beberapa

cara yang berbeda dalam menyampaikan kisah dalam al-Qur’an, yaitu sebagai

berikut:

1. Menyebutkan Ringkasan Kisah

29 Sayyid Quṯb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, h. 163. 30 A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an, cet.1 (Jakarta:

Pustaka al-Husna, 1984), h. 71. 31 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, h. 303. 32 Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an

(Bandung: Tafakur, 2013), h. 214. 33 Sayyid Quṯb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, h. 203.

Page 44: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

26

Menyebutkan ringkasan atau sinopsis kisah, Dalam hal ini kisah dimulai dari

ringkasan, lalu diikuti oleh rinciannya dari awal hingga akhir. Kisah yang

menggunakan pola ini, antara lain Ashâb al-Kahf dalam Q.s. al-Kahf : 10-12 yang

dimulai oleh ringkasan kisah secara garis besar.34

“(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua,

lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari

sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami

(ini)". Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. Kemudian

Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua

golongan itu] yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal

(dalam gua itu).”(Q.s.Al-Kahfi: 10-12).

Ringkasan kisah itu dilanjutkan oleh cerita yang lebih rinci, yaitu latar

belakang mereka masuk gua (ayat 14-16), keadaan mereka di dalam gua (ayat 17-

18), Ketika mereka bangun dari tidur (ayat 19-20), sikap penduduk kota setelah

mengetahui mereka (ayat 21), dan perselisihan penduduk kota tentang jumlah

pemuda-pemuda itu (ayat 22).35

2. Menyebutkan Kesimpulan di Awal Kisah

Menyebutkan kesimpulan kisah dan maksudnya, baru kemudian dimulai

kisah itu dari awal dan terus berlanjut dengan memaparkan rincian-rincian

episodenya. Misalnya, kisah nabi Musa dan Fir’aun dalam surat al-Qasas. Kisah

itu dimulai seperti ini,36

“Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah). Kami

membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir´aun dengan benar

untuk orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Fir´aun telah berbuat

sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah,

dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka

dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir´aun

termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan Kami hendak memberi

karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak

menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang

mewarisi (bumi). Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan

34 Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an, h.

215. 35Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an, h.

215. 36 Sayyid Quṯb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, h. 203.

Page 45: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

27

akan Kami perlihatkan kepada Fir´aun dan Haman beserta tentaranya apa yang

selalu mereka khawatirkan dari mereka itu.”(Q.s. Al-Qasas: 2-6).

Itulah adegan klimaks. Kisah ini kemudian dilanjutkan dengan kisah secara

rinci tentang masa-masa Nabi Musa dilahirkan dan dibesarkan (ayat 7-13), ketika

ia dewasa (ayat 14-19), ketika ia meninggalkan Mesir ayat (ayat 20-22),

pertemuannya dengan dua anak perempuan (ayat 23-28), ketika ia mendapatkan

wahyu untuk menyeru Fir’aun ke jalan Allah (ayat 29-32), masa pengangkatan

Harun sebagai pembantunya (ayat 33-37), kesombongan dan keganasan Fir’aun

(ayat 33-37), dan Musa mendapat wahyu Taurat (ayat 43).37

3. Menyebutkan Kisah Langsung Tanpa Ada Pendahuluan

Ada juga kisah-kisah dalam al-Qur’an yang tidak didahului pendahuluan.

Yakni menyebutkan kisah langsung tanpa ada pendahuluan juga tanpa sinopsis

dan dalam ketiba-tibaan ini juga memiliki keistimewaan sendiri.38 Seperti kisah

tentang pemilik kebun yang dihancurkan oleh Allah dalam Q.s. Al-Qalam: 17-33

dan kisah Nabi Musa a.s. mencari ilmu yang diceritakan dalam surat al-Kahf (18:

60-82). Dalam kisah tersebut, pembahasan langsung diarahkan pada inti materi

kisah tanpa didahului oleh pendahuluan.39

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan

berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan

berjalan sampai bertahun-tahun". Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua

buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil

jalannya ke laut itu.”(Q.s. Al-Kahfi: 60-61).

Sekalipun pemaparan kisah-kisah ini tanpa dimulai oleh pendahuluan, namun

di dalamnya dimuat dialog atau peristiwa yang mengandung daya tarik minat bagi

pembaca atau pendengar untuk mengetahui kisah tersebut sampai tuntas. Dalam

kisah Nabi Musa ditampilkan adegan Nabi Khidir melubangi perahunya40 (ayat 71)

37 Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an, h.

216. 38 Sayyid Qutṯb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, h. 205. 39 Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an, h.

217. 40Nabi Musa dan orang alim (Nabi Khidir) berjalan berdampingan untuk mencari kapal

yang dapat ia tumpangi. Setelah mendapatkannya, mereka naik ke kapal tersebut, dan ketika

keduanya menaiki kapal, orang alim itu melubangi kapal tersebut. Nabi Musa berkata “apakah

kamu akan menenggelamkannya setelah kita berlayar dilaut?”(Q.s. Al-Kahfi: 71).

Page 46: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

28

dan Nabi Khidir membunuh seorang pemuda 41(ayat 77). Dalam hal ini, para

pembaca dan para pendengar kisah akan terus bertanya-tanya Mengapa Nabi

Khidir berbuat demikian. Pertanyaan itu terjawab pada bagian akhir kisah;

Nabi Khidir berkata: “Bahwasannya ia melakukan hal tersebut (melubangi

perahu) karena kapal tersebut milik orang miskin yang bekerja di laut, aku

bertujuan merusak bahtera itu (yakni dengan lubang yang ia buat) karena di depan

mereka ada seorang raja yang akan merampas bahtera itu. Adapun anak muda itu,

kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia

akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.” (Q.s.

Al-Kahfi: 79-80).42

Dalam kisah pemilik kebun, para pembaca atau pendengar ingin ingin

mengetahui apakah mereka dapat memetik hasil pertaniannya? Pertanyaannya itu

baru terjawab pada ayat 26 dan ayat 27,43 bahwa mereka sama sekali tidak dapat

memperoleh hasil pertaniannya karna Allah telah menghancurkannya terlebih

dahulu. Ini terjadi karena pemilik kebun itu tidak mengeluarkan zakat dari hasil

kebun yang mereka terima. 44

4. Menyebutkan Beberapa Lafal Pada Awal Pemaparan Kisah

Terkadang kisah itu berubah menjadi seperti sandiwara. Terkadang juga

hanya disebutkan beberapa lafal yang memberitahukan awal pemaparan,

kemudian membiarkan kisah itu bercerita tentang kisahnya dengan perantara para

pemainnya.45

Misalnya seperti kisah Nabi Ibrahîm dan Ismaîl tatkala membangun ka’bah

yang dituturkan dalam surat al-Baqarah (2: 127) merupakan salah satu buktinya.

“wa idz yarfa’u ibrâhîm al-qawâ’ida min al-baiti wa ismâ’ilu robbanâ taqobbal

minna innaka anta as-samî’ al-‘alîm”. Pada kalimat “wa idz yarfa’u ibrâhîm al-

41Lalu keduanya berjalan, hingga keduanya bertemu dengan seorang anak, Nabi Khidir

membunuhnya. Nabi Musa pun berkata “mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih?” (Q.s. Al-

Kahfi: 77). 42 Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an, h.

215. 43Ketika mereka telah sampai kebun mereka, dan mereka melihat kebun itu terbakar,

mereka mengingkarinya dan bertanya-tanya apakah itu kebun mereka?. Tetapi orang yang

mengetahui bahwa kebun itu adalah kebun mereka, dan mereka tidak salah jalan, berkata “wahai

saudaraku, kita telah dihalangi dari memperoleh hasil kebun kita.” (Q.s. Al-Qalam: 27) 44 Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an,

h.215. 45 Sayyid Quṯb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, h. 205.

Page 47: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

29

qawâ’ida min al-baiti wa ismâ’ilu” menggambarkan pentas yang terdiri dari dua

tokoh Ibrahim dan Ismail dengan background ka’bah. Adegan ini dimulai oleh

pemasangan batu oleh seorang tukang bernama Ibrahim. Pemasangan batu itu

menggunakan campuran yang sangat bagus. Imajinasi ini tergambar dari kalimat,

“wa idz yarfa’u ibrâhîm al-qawâ’ida min al-baiti wa ismâ’ilu”. Dalam hal ini

Isma’il tergambarkan sebagai laden yang tergambarkan sedang mencari batu,

mengaduk bahan campuran yang dapat merekatkan batu, lalu memberikan kepada

tukang (Ibrahim). Imajinasi ini tergambar dari peng’athafan lafal Isma’il ke lafal

Ibrahim yang di antarai oleh lafal al-Qawâ’ida. Lalu mereka berdoa. Di antara

susunan kalimat berita dan doa tidak digunakan kata penghubung atau lafal

yad’uwâni yang dapat menghubungkan doa dengan kalimat berita yang

sebelumnya. Ini menggambarkan adanya adegan semacam siaran langsung

sehingga penonton dapat menyaksikan adegan-adegan tersebut secara hidup.46

5. Pengulangan sebagian kisah

Di dalam kitab suci al-Qur’an banyak kisah yang disebutkan berulang-ulang,

bahkan sampai beberapa puluh kali. Ada satu kisah yang disebutkan sampai 126

kali, seperti kisah Nabi Musa,47 Pengulangan kisah-kisah tersebut dalam bentuk

kalimat yang berbeda-beda, terkadang secara singkat atau panjang lebar.

Hikmah diulangnya sebagian kisah al-Qur’an adalah untuk menjelaskan

ketinggian mutu sastra balaghah al-Qur’an, terbukti al-Qur’an bisa

mengungkapkan kisah sampai beberapa kali tetapi dalam ungkapan yang

berlainan sehingga tidak membosankan bagi para pembacanya, membuktikan

ketinggian mukjizat al-Qur’an, untuk lebih memperhatikan betapa pentingnya

kisah-kisah al-Qur’an sehingga perlu disebutkan dengan berulang-ulang sampai

beberapa kali, agar dapat lebih meresap dalam jiwa.48

E. Hikmah Kisah-kisah dalam al-Qur’an

46 Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an

(Bandung: Tafakur, 2013), h. 218. 47 Syauqi Abu Khalili, Atlas Al-Qur’an: Mengungkap Misteri Kebenaran Al-Qur’an,

penerjemah: M. Abul Ghofar (Jakarta: Al-Mahira 2006), h. 83. 48Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, h. 304.

Page 48: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

30

Allah memasukkan kisah-kisah di dalam al-Qur’an agar kita dapat belajar dan

mengambil hikmah dari kisah-kisah tersebut. Hikmah dari kisah yang Allah

sebutkan dalam al-Qur’an tampak dari beragam sisi diantaranya adalah,

1. Sebagai Tauladan

Dalam kisah al-Qur’an terdapat bagaimana cara para nabi dalam berdakwah

kepada Allah. Dari kisah itu kita mendapati keterangan dan kesabaran mereka

dalam berdakwah. Cara berdakwah dan kesabaran mereka dapat dijadikan

tauladan bagi umat sesudahnya. Dalam membaca kisah juga hendaknya kita

memahami apakah kisah itu berupa kabar, fakta, makna ataupun metode dalam

pertarungan antara hak dan yang batil agar kita dapat mengambil pelajaran.

Seperti kisah yang Allah ceritakan dalam al-Qur’an tentang para nabi dan para

pengikutnya dari kaum mukminin yang di ganggu oleh musuh-musuh Allah,

kemudian Allah menolong mereka dan menjadikan akhir yang baik bagi mereka.

Maka di sini terdapat tauladan bagi kaum mukminin. 49

2. Sebagai Ibrah

Dalam kisah al-Qur’an terdapat keterangan tentang sunnah Allah pada

makhluk-Nya, baik berkaitan dengan umat, kelompok ataupun individu dan

sunnah itu berlaku bagi kaum terdahulu dan akan terus berlaku sampai masa yang

akan datangagar kaum mukminin dapat mengambil ibrah.50

3. Sebagai Penguat Iman

Dalam kisah-kisah al-Qur’an terdapat hakikat ilmiah yang berhubungan

dengan alam semesta baik itu manusia, flora dan fauna, bumi, binatang dan langit.

Dengan mengetahui hal tersebut, bertambahlah ilmu dan memperkuat keimanan

atas kebenaran ajaran agama Islam.51

4. Saran Perbaikan Prilaku

49 Abdul Karim Zaidan, Hikmah Kisah-kisah dalam al-Qur’an, penerjemah: Thoriq

Abdul Aziz dan Slamet Wahyudi, jil.2, h.9. 50 Abdul Karim Zaidan, Hikmah Kisah-kisah dalam al-Qur’an, penerjemah: Thoriq

Abdul Aziz dan Slamet Wahyudi, jil.2, h.10. 51 Abdul Karim Zaidan, Hikmah Kisah-kisah dalam al-Qur’an, penerjemah: Thoriq

Abdul Aziz dan Slamet Wahyudi, jil.2, h.10.

Page 49: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

31

Dalam kisah al-Qur’an juga terdapat keterangan mengenai tabiat manusia dan

apa yang Allah takdirkan kepadanya berupa sifat dan beragam watak. Hal tersebut

berdampak pada sikap dan tingkah laku serta interaksinya dengan orang lain. 52

Dari penjelasan di atas diketahui bahwasanya al-Qur’an dalam menceritakan

kisahnya karna ada maksud tertentu dan juga dalam memaparkan kisahnya al-

Qur’an tidak monoton hanya dengan satu cara akan tetapi al-Qur’an memiliki cara

yang unik yakni dengan berbagai macam pola pemaparan kisah yang berbeda-

beda di antaranya, kisah yang di awali dengan ringkasan cerita baru selanjutnya

diceritakan secara rinci atau menyimpulkan dari suatu kisah itu sendiri baru

setelahnya dirincikan dari awal hingga akhir kisah dan lain-lain.

Pola pemaparan kisah, pengertian kisah, macam-macam kisah, dan tujuan

disampaikannya kisah tersebut termasuk kepada tinjauan umum kisah dalam al-

Qur’an, seperti yang disebut diawal pembahasan, ketika ingin mempelajari suatu

kisah baiknya mengetahui komponen-komponen kisah. Setelah mengetahui

komponen-komponen kisah tersebut barulah mulai masuk ke dalam kisah itu,

seperti membahas tokoh-tokoh yang ada di dalam kisah tersebut, yakni

mengetahui sejarah kelahirannya, siapa saja yang berhubungan dengan tokoh

utama dari kisah tersebut, dan juga menggambarkan karakter tokoh dari kisah

tersebut. Pembahasan tersebut terdapat pada bab selanjutnya.

52 Abdul Karim Zaidan, Hikmah Kisah-kisah dalam al-Qur’an, penerjemah: Thoriq

Abdul Aziz dan Slamet Wahyudi, jil.2, h.11.

Page 50: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

32

BAB III

PENAFSIRAN Q.S AL- QASAS: 20-28

A. Tafsir dan Sistematika Penafsiran

1. Tafsir Sya’rawi

Nama lengkap Sya’rawi adalah Muhammad bin Mutawalli al-Sya’rawi al-

Husainia. Sya’rawi lahir pada hari ahad, tanggal 17 Rabî’ al- Tsânî 1329 H di

desa Daqadus. Dari kecil ia sudah mendapatkan gelar al-Amin dai ayahnya dan

terkenal masyarakat di daerahnya. Kebanyakan dari karya tulis Sya’rawi bukan

ditulis oleh beliau sendiri melainkan ditulis oleh para muridnya, salah satunya

karya ia yang terkenal yakni Tafsir Sya’rawi.1

Sya’rawi dalam menafsirkan al-Qur’an menggunakan metode tahlili atau

analisis. Tetapi disisi lain ia juga menafsirkan ayat demi ayat dan mengkaitkannya

antara satu dengan yang lainnya. Tafsir Sya’rawi lebih condong kepada corak

penafsiran adâb al-Ijtimâ’i, itu sebabnya di dalam tafsirnya penuh dengan

pemahaman kebahasaan, fiqh lugoh dan i’jaz lughowi.2

Sistematika penulisan Tafsir Sya’rawi adalah sebagai berikut3,

a. Menyebutkan arti surah, nama dan hikmah dinamakannya surah tersebut.

b. Menyebutkan urutan ayat bedasarkan turunnya

c. Menyebutkan ruang lingkup isi surah tersebut secara global

d. Menyebutkan asbâb al-Nuzûl jika ada

e. Membahas dan menafsirkan ayat demi ayat dan mengkaitkannya dengan ayat

lain yang memiliki keterkaitan dengan tema.

2. Tafsir al- Maraghi

1 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, cet.

1 (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 143-148. 2 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h.

153-154. 3 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h.

157-158.

Page 51: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

33

Nama lengkap al-Maraghi adalah Ahmad Mustafa al-Maraghi ibn Mustafa

ibn Muhamman Ibn abd Mun’in al- Qaḏi al- Maraghi. Ahmad Mustafa al-Maraghi

berasal dari keluarga ulama yang taat dan menguasai berbagai bidang ilmu agama.

Karya-karya tulisnya banyak di antaranya karya yang paling terbesar adalah Tafsir

al-Maraghi.4

Metode penafsiran yang dipakai al-Maraghi dalam tafsirnya adalah .

sedangkan corak pada penafsirannya adalah lebih condong kepada corak

penafsiran adâb al-Ijtimâ’i.

Sistematika penulisan pada tafsir al-Maraghi5 adalah,

a. Mengemukakan ayat-ayat di awal pembahasan

b. Menjelaskan kosa kata

c. Menjelaskan pengertian secara global

d. Menjelaskan sebab-sebab turun ayat

e. Meninggalkan istilah-istilah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan

f. Menggunakan bahasa yang mudah agar dapat dipahami oleh pembaca

g. Seleksi terhadap kisah-kisah yang terdapat di dalam kitab tafsir.

3. Tafsir Fî Ẕilâl al-Qur’an

Nama Lengkap Sayyid Quṯb adalah Sayyid bin al-Hajj Quṯb bin Ibrahim

Husein Syazali. Ia dibesarkan di dalam sebuah keluarga yang harmonis, memiliki

seorang ayah yang cinta ilmu dan menitik beratkan pendidikan anaknya pada

ajaran islam dan mencintai al-Qur’an. Karya tulisnya tafsir fî ẕilâl al-Qur’an dia

selesaikan sewaktu ia berada di dalam penjara.6

Sayyid Quṯb dalam menulis tafsirnya menggunakan metode analisa atau

tahlili, tetapi ia tidak mutlak menggunakan metode tahlili ia juga menggunakan

metode tematik. Sedangkan corak penafsirannya, pada awalnya tafsirnya

cenderung kepada corak adâb al-Ijtimâ’i setelah di edit ulang dan setelah ia

4 M. Khoirul Hadi, “Karakteristik Tafsir al-Maraghi dan Penafsirannya Tentang Akal,”

Jurna Studi Islamika, Vol. 11, no. 1 (Juni 2014): h. 156. 5 M. Khoirul Hadi, “Karakteristik Tafsir al-Maraghi dan Penafsirannya Tentang Akal,”

Jurna Studi Islamika, Vol. 11, no. 1 (Juni 2014): h. 162-163. 6 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h.

131-134.

Page 52: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

34

mendekam di penjara lama corak penafsirannya berubah tidak hanya adâb al-

Ijtimâ’i tetapi bertambah menjadi corak hiraki dan corak tarbawi.7

Sistematika penulisan tafsir Sayyid Quṯb8 adalah,

a. Memberikan prolog kepada setiap surat dengan suatu pendahuluan yang

menjelaskan tema surat dan jawaban persoalannya serta tujuan penting dari

surat-surat tersebut

b. Menjabarkan kata perkata

c. Menafsirkan ayat dengan mengetengahkan hadits dan atsar atsar yang sahih

d. Mengemukakan reaksi pribadinya dan spontannya terhadap ayat-ayat al-

Qur’an

e. Selalu merujuk pada penulisan-penulisan Islam lain yang merupakan pokok

pada abad dua puluhan.

4. Tafsir al-Azhar

Hamka nama lengkapnya adalah Haji Abdul Malik bin Abd Karim Amrullah,

dilahirkan pada tanggal 13 Muharram 1362 H. Ayahnya sangat berpengaruh

dalam pendidikannya. Keinginan ayahnya menjadikan Hamka seorang ulama, bisa

dilihat dari perhatian penuh ayahnya terhadap kegiatan belajar ngajinya waktu

kecil.9

Secara umum metode yang digunakan dalam tafsir al-Azhar adalah metode

tahlili atau analisis, Hamka menafsirkan al-Qur’an mengikuti sistem al-Qur’an

sebagaimana yang ada di dalam mushaf. Pendekatan yang digunakan Hamka

dalam menafsirkan adalah pendekatan sastra budaya kemasyarakatan atau yang

dikenal dengan adâb al-Ijtimâ’i.10

B. Teks Ayat dan Terjemah

1. Ayat 20-22 (Keluarnya Nabi Musa dari Negeri Mesir)

7 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h.

138-139. 8 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern,

h.140. 9 Ratnah Umar, “Tafsir al-Azhar Karya Hamka(Metode dan Corak Penafsirannya),”

Jurnal Asas, Vol. 3, no.1 (April 2015): h.20. 10 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panji Mas,

1990) h. 9.

Page 53: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

35

رون بك ليقتلوك موسى إن ٱلمل يأتم ينة يسعى قال ي ن أقصا ٱلمد وجاء رجل م

ين ح صن ٱلن .فٱخرج إن ي لك م

“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya

berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang

kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku

termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu".” (Q.s. Al-Qasas: 20).

ين لمن ٱلقوم ٱلظ ني م نج نها خائفا يترقب قال رب .فخرج م

“Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan

khawatir, dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang

zalim itu".” (Q.s. Al-Qasas: 21).

يني سواء ٱلسبيل ه تلقاء مدين قال عسى رب ي أن يهد ا توج .ولم“Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Madyan ia berdoa (lagi): "Mudah-

mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar".”(Q.s. Al-Qasas: 22).

2. Ayat 23- 28 (Peristiwa yang Terjadi Ketika Nabi Musa sampai di Kota

Madyan)

م ٱمرأتين ن دونه ن ٱلناس يسقون ووجد م ة م ا ورد ماء مدين وجد عليه أم ولم

عاء وأبونا شيخ كبير تذود ر ٱلر .ان قال ما خطبكما قالتا ل نسقي حتى يصد“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana

sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di

belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat

(ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?"

Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami),

sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak

kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya".”(Q.s. Al-Qasas: 23).

إن ي لما أنزل ل فقال رب ن خير فقير فسقى لهما ثم تولى إلى ٱلظ .ت إلي م

“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian

dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku

sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku".”(Q.s.

Al-Qasas: 24).

ي على ٱستحياء قالت يك أجر ما سقيت فجاءته إحدىهما تمش إن أبي يدعوك ليجز

ن ٱلقوم ا جاءهۥ وقص عليه ٱلقصص قال ل تخف نجوت م ينلنا فلم لم .ٱلظ

“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan

kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia

Page 54: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

36

memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami".

Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu´aib) dan menceritakan kepadanya

cerita (mengenai dirinya), Syu´aib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah

selamat dari orang-orang yang zalim itu".”(Q.s. Al-Qasas: 25).

أبت ٱست ره إن خير من ٱست قالت إحدىهما ي ين ج ي ٱلم . جرت ٱلقو“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai

orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik

yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat

dipercaya".”(Q.s. Al-Qasas: 26).

جج فإن أتممت ني ح تين على أن تأجرني ثم حك إحدى ٱبنتي ه يد أن أنك قال إن ي أر

دني إن شاء ٱلل يد أن أشق عليك ستج ك وما أر ند ن ع ين عشرا فم لح ن ٱلص .م“Berkatalah dia (Syu´aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu

dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja

denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah

(suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu

Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik".”(Q.s. Al-Qasas:

27).

على ما ن علي وٱلل لك بيني وبينك أيما ٱلجلين قضيت فل عدو يل قال ذ .نقول وك“ Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari

kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan

tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita

ucapkan".”(Q.s. Al-Qasas: 28).

C. Tafsir Q.s. Al-Qasas: 20- 22

1. Tafsir Sya’rawi

Q.s. Al-Qasas: 20 mengkisahkan tentang seorang laki-laki yang datang dari

ujung kota kemudian menasihati Nabi Musa untuk pergi dari Negeri Mesir karena

Fir’aun dan tentaranya sedang berunding untuk membunuhnya.

Ayat ini ditafsirkan oleh Sya’rawi, laki-laki yang menasihati Nabi Musa

adalah seorang mukmin dari keluarga Fir’aun, ia datang untuk memberi tahu Nabi

Musa agar ia keluar dari Negeri Mesir sebelum ditangkap dan dibunuh oleh

Fir’aun.

Q.s. Al-Qasas: 21 mengkisahkan tentang keluarnya Nabi Musa dari Negeri

Mesir dengan perasaan takut dan khawatir. Menurut Sya’rawi di dalam tafsirnya,

Page 55: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

37

ia menjelaskan bahwasannya Nabi Musa merasa khawatir dan takut karena Nabi

Musa tahu bagaimana Fir’aun akan menyiksanya tanpa ampun walaupun ia tidak

punya salah sekalipun, apalagi jika memang Nabi Musa mempunyai kesalahan

pasti siksaan itu sangat pedih. Maka dari itu Nabi Musa berdoa kepada Allah swt

“Ya Tuhanku. Selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhali itu.”11

Q.s. Al-Qasas: 22 mengkisahkan tentang Nabi Musa yang bingung harus

pergi kemana, ketika ia menghadap Kota Madyan iya berdoa kepada Allah

“Semoga tuhanku memimpinku ke jalan yang benar”. Sya’rawi dalam

menafsirkan ayat ini mengatakan bahwasannya Nabi Musa hanya ingin lari

meninggalkan Negeri Mesir, tidak menuju dan berharap sampai kota Madyan. 12

Karena Menurut Sya’rawi Kalau targetnya kota Madyan, niscaya ia tidak

akan berkata: يني سواء ٱلسبيل mudah-mudahan Tuhanku“ عسى رب ي أن يهد

memimpinku kejalan yang benar”.13

2. Tafsir al- Maraghi

Dalam menafsirkan Q.s. Al-Qasas: 20 al-Maraghi mengatakan bahwasannya

laki-laki yang mendatangi dan menasihati Nabi Musa adalah seorang laki-laki

mu’min di antara keluarga Fir’aun yang menyembunyikan keimanannya dari

Fir’aun dan keluarganya karena beberapa sebab yang hanya diketahui oleh Allah.

Laki-laki itu khawatir terhadap Nabi Musa akan mendapat bahaya dari Fir’aun.14

Pada Q.s. Al-Qasas: 21 al-Maraghi menjelaskan bahwasannya Nabi Musa

ketika keluar dari Negeri Mesir dalam keadaan takut bertemu dengan orang-orang

yang mencarinya, sambil menoleh ke kanan dan ke kiri dan memperhatikan

apakah ada seseorang yang mengikutinya.15

Menurut al-Maraghi setelah Nabi Musa berdoa, “Ya Tuhanku selamatkanlah

aku dari mereka yang mempunyai kebiasaan berbuat zhalim, sewenang-

wenang, dan meletakkan perkara yang tidak pada tempatnya, maka mereka

membunuh seseorang yang tidak berhak untuk dibunuh dan tidak berbuat

jahat terhadap seorangpun.” Allah mengabulkan doanya dan memberinya

11 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 271. 12 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 272. 13 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 272. 14 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, penerjemah Bahrun Abu Bakar, jil. 20

(Semarang: Toha Putra Semarang, 1993), h. 89. 15 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 89.

Page 56: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

38

taufik untuk menempuh jalan besar menuju Madyan dan diriwayatkan, bahwa

ketika mengutus orang-orangnya untuk mencari Nabi Musa, Fir’aun berkata,

“Tempuhlah jalan-jalan kecil.” Maka mereka menempuh jalan-jalan kecil

disamping kanan dan kiri jalan besar, sehingga mereka tidak mendapatkan

Nabi Musa, dan selamatlah Nabi Musa dari pencarian mereka.”16

Selanjutnya dalam Q.s. Al-Qasas: 22, ketika Nabi Musa berangkat menuju

Kota Madyan Nabi Musa berdoa, “Ya Tuhan, tunjukilah aku ke jalan yang

lurusdan selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhalim itu”. Al-Maraghi

menjelaskan ketika Nabi Musa berkata demikian, terlihat bagaimana Nabi Musa

berdoa dengan penuh ketawakalan kepada Allah dan kepercayaan kepada taufik-

Nya yang baik. Dikatakan bahwasannya pada saat itu Nabi Musa benar-benar

tidak mengetahui jalan, sedangkan di hadapannya terbentang tiga jalan. Nabi

Musa melewati jalan yang tengah sedangnkan orang-orang Fir’aun menempuh

dua jalan lainnya.17

Menurut al-Maraghi karena orang-orang yang bingung tidak akan menempuh

jalan yang besar, tetapi akan menempuh jalan yang sempit yang tidak dikenal.

Selama delapan malam Nabi Musa berjalan kaki tanpa makan dan yanpa

membawa bekal apapun.18

3. Tafsir Fî Ẕilâl al-Qur’an

Dalam tafsir fî zilâl al-Qur’an Q.s. Al-Qasas: 20 Sayyid Quṯb menjelaskan

bahwasannya semua yang terjadi merupakan tangan kekuasaan Allah. Para

pembesar dari kaum Fir’aun yakni para pegawai istana dan pemerintahannya

serta orang-orang terdekatnya mengetahui bahwa itu adalah perbuatan Nabi

Musa. Tentunya mereka merasakan bahaya yang mengancam itu, karena

perbuatan itu merupakan ciri perbuatan revolusi perlawanan, serta membela

Bani Israel. Dengan demikian ini adalah fenomena yang berbahaya yang

harus ditangani oleh segenap kemampuan kerajaan.19

Itulah alasannya mengapa Fir’aun sibuk ingin mencari Nabi Musa dan

membunuhnya. Tetapi dengan kekuasaan Allah, datanglah seorang pembesar dari

16 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 89. 17 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 90. 18 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 90. 19 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, penerjemah:

As’ad Yasin dkk, Jil.17 (Jakarta: Robbani Press, 2009), h.50.

Page 57: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

39

Kerajaan Fir’aun. Ia adalah seorang laki-laki yang beriman dan menyembunyikan

keimanannya dari keluarga Fir’aun.20

Dalam Q.s. Al-Qasas: 21 Sayyid Quṯb menjelaskan bahwasannya dari ayat

tersebut didapati karakter yang jelas dalam kepribadiannya Nabi Musa. Dari ayat

tersebut didapati sifat tawakalnya Nabi Musa yang langsung meminta kepada

Allah yang meminta penjagaan dan perhatian-Nya, meminta perlindungan Allah

dan juga meminta keamanan serta keselamatan kepada Allah swt. Nabi Musa

keluar dari kota dalam keadaan takut dan khawatir, sendirian tanpa ada yang

menemani juga tanpa disertai perbekalan kecuali keyakinannya kepada Allah dan

tawakalnya kepada Allah.21

Kemudian pada Q.s. Al-Qasas: 22 dikisahkan bahwasanya ketika Nabi Musa

mendapatkan peringatan dari seorang laki-laki dari kerajaan Fir’aun, Nabi Musa

keluar dalam keadan takut dan tergesa-gesa. Tidak menunggu lama dan tanpa

menyiapkan perbekalan apapun juga tidak disertai petunjuk jalan apapun.

Menurut Sayyid Quṯb di dalam tafsirnya dari kisah ini terlihat lagi pribadi yang

mengarah kepada Tuhannya, ia bertakal kepada tuhannya dan mengharapkan

petunjuknya.22

Allah mengabulkan doanya. Allah menjaga Nabi Musa sehingga ia tidak

ditemukan oleh tentara Fir’aun dalam menempuh perjalanan yang panjang dari

Negeri Mesir sampai kota Madyan.23

4. Tafsir al-Azhar

Dalam menafsirkan Q.s. Al-Qasas: 20, Hamka mengkisahkan bahwa saat itu

datang seorang laki-laki dari ujung kota tergesa-gesa dan berkata kepada Nabi

Musa bahwasannya pegawai-pegawai Fir’aun sedang sedang berunding

membicarakan engkau karena ingin membunuh engkau. Mungkin inilah yang

disebut anak tukang tenung itu yang hendak meruntuhkan kerajaan Fir’aun.

Ini adalah makar! Ini adalah suatu sikap yang berbahaya! Karena Nabi Musa

telah menunjukkan sikap membela Bani Israel.24

20 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 50. 21 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 50. 22 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h.51. 23 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 51 24 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20 (Jakarta: PT. Pustaka

Panjimas, 1982), h. 68.

Page 58: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

40

Menurut Hamka sebab Nabi Musa ingin dibunuh adalah karena Fir’aun takut

bahayanya meluas dan sebelum kerajaan Fir’aun hancur oleh Nabi Musa, maka

Fir’aun harus segera membunuh Nabi Musa lebih dulu. Laki-laki itu mendengar

perundingan tersebut dan segera memberi tahu Nabi Musa agar Nabi Musa segera

meninggalkan Negeri Mesir sebelum Fir’aun dan pegawai-pegawainya datang dan

membunuh Nabi Musa.25

Pada Q.s. Al-Qasas: 21, ketika Nabi Musa keluar dari Negeri Mesir dengan

perasaan takut, menurut Hamka itu bukanlah berarti sikap pengecut melainkan

ketakutan di sini adalah takut tertangkap. Dalam ketakutan itu Nabi Musa berjalan

sambil mengintip apakah ada mata-mata Fir’aun yang mengikutinya.26

Pada ujung ayat 21 memberikan petunjuk kepada kita bahwa selama dalam

pelarian sambil bersembunyi itu Nabi Musa tidak lupa memohonkan perlindungan

Tuhan, agar dalam perjalanannya ia selamat dan tidak ada aral melintang.27

Pada Q.s. Al-Qasas: 22 Hamka menafsirkan bahwasannya Nabi Musa dalam

perjalanan seorang diri menuju Kota Madyan yang terletak di sebelah selatan dari

Negeri Syam dan sebelah utara dari Negeri Hijaz. Untuk menuju Kota Madyan ia

melewati luasnya tanah lapang yang tidak ada penghuninya, yang kanan kirinya

gunung-gunung berbatu granit yang menimbulkan api panas bernama sumun.

Walaupun seperti itu Nabi Musa tetap memantapkan hatinya untuk meneruskan

perjalanan, dan berdoa kepada Allah agar ia ditunjukkan jalan yang benar. Dari

doa Nabi Musa tersebut kita dapati permohonan Nabi Musa yang betul-betul

butuh pertolongan dan bertawakal kepada Allah dan ia memasrahkan semua yang

terjadi kepada Allah swt.28

D. Tafsir Q.s. Al-Qasas: 23- 28

1. Tafsir Sya’rawi

Dalam Q.s. Al-Qasas: 23 dikisahkan Nabi Musa menemukan sekumpulan

orang yang mengerumuni sumber air, mereka sedang memberikan minum

25 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.69. 26 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.70. 27 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.70. 28 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.70.

Page 59: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

41

ternaknya. Jauh dari keramaian Nabi Musa melihat dua orang wanita yang

mencegah kambing mereka untuk meminumkan kambingnya di tempat yang

ramai. Nabi Musa bertanya kepada kedua wanita itu, “Mengapa kalian berdua

mencegah kambing-kambing kalian untuk minum? Bukankah kalian datang ke

sumber air ini untuk memberikan kambing-kambing kalian minum?”.

Dalam ayat ini diterangkan bahwasannya alasan mereka tidak memberi

kambing mereka minum karena mereka tidak ingin berdesak-desakan dengan para

laki-laki, dan dijelaskan pula bahwasannya ayah mereka adalah seorang yang

sudah tua.29

Sya’rawi menjelaskan dalam tafsirnya bahwasannya kisah yang terdapat di

dalam Q.s. Al-Qasas: 23 sangat ringkas. Tetapi walaupun sangat ringkas di

dalamnya mengandung makna tugas pokok wanita di tengah masyarakat dan tugas

pria terhadap wanita.30

Pada Q.s. Al-Qasas: 24, menurut Sya’rawi terdapat beberapa hikmah yakni

khususnya pada kalimat pertama, عاء ر ٱلر kami tidak dapat ل نسقي حتى يصد

meminumkan ternak kami, sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan

ternaknya. Kedua, وأبونا شيخ كبير sedangkan bapak kami adalah orang tua

yang telah lanjut umurnya. Ketiga, فسقى لهما maka Nabi Musa memberi minum

ternak itu untuk menolong keduanya.31

Menurutnya ketiga hukum ini mengatur tentang kerja wanita di luar rumah,

dan apa yang harus dikerjakan pria saat wanita terpaksa harus bekerja di luar

rumah. Ayat ini juga mengisyaratkan bahwasannya jika seorang wanita terpaksa

harus keluar rumah, maka dia keluar hanya untuk melakukan suatu hal yang harus

dikerjakan. Bila sudah terpenuhi keinginannya itu maka diharuskan pulang dan

selama di luar diharapkan untuk tidak berdesakan dengan pria, dia harus menjauh

dari kerumunan. Menurutnya untuk bekerja, wanita tidak harus keluar rumah, dia

tidak harus sama seperti pria, dengan berbaur bersama mereka.32

29 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 273. 30 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 273. 31 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 274. 32 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 274.

Page 60: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

42

Dalam Q.s. Al-Qasas: 25, dikisahkan bahwasannya salah seorang dari wanita

itu datang kepada Nabi Musa berjalan dengan malu-malu, wanita itu mengajak

Nabi Musa ke rumahnya karena bapak dari wanita tersebut memanggilnya.

Menurut Sya’rawi dalam kisah ini tidak disebutkan bagaimana Nabi Musa

berjalan bersama wanita itu, tetapi diriwayatkan bahwasannya wanita itu berjalan

di depan Nabi Musa karena wanita itulah yang menunjukan jalan menuju

rumahnya. Saat angin berhembus terlihat bentuk tubuh wanita itu. Lalu pada saat

itu juga Nabi Musa segera berkata “Berjalanlah di belakangku dan tunjukkan aku

jalannya” dan menurut Sya’rawi sifat yang ditunjukkan oleh Nabi Musa ini adalah

merupak suatu adab kenabian.33

Ketika sampai dirumah wanita itu Nabi Musa menceritakan semua kejadian

yang terjadi pada dirinya dengan Fir’aun dan kaumnya, Nabi Syu’aib pun berkata,

“Janganlah kamu takut, kamu telah selamat dari orangorang yang zhalim itu”.

Orang tua itu menenangkan dan menentramkan rasa takut yang Nabi Musa

rasakan.34

Di dalam Q.s. Al-Qasas: 26 menurut Sya’rawi terdapat hukum keempat yang

dapat diambil dari ayat ini. Hukum tersebut terdapat pada ره أبت ٱست ي ج wahai

bapaku ambilah dia sebagai seorang yang bekerja pada kita. Menurut Sya’rawi

dari ucapan tersebut terlihat jelas bahwasannya anak gadis Syuaib tidak sukan

keluar rumah. Dia ingin ada laki-laki yang menggantikan pekerjaannnya, agar ia

dapat tinggal dirumah.35

Menurut Sya’rawi dari ayat ini juga terdapat hikmah syariat, ketika wanita itu

meminta memperkerjakan Nabi Musa maka bapak dari wanita tersebut

menangkap sinyal baik dan meminta Nabi Musa untuk menikahkan salah satu dari

kedua anaknya, hal itu juga ia lakukan agar tidak terjadi fitnah karena ada laki-

laki asing yang bekerja di rumahnya dan akan sering keluar masuk rumahnya.36

Dalam Tafsir Sya’rawi Q.s. Al-Qasas: 27 lebih jelas lagi keterangan

diperbolehkannya seorang wanita mengajukan diri untuk menikah kepada seorang

33 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 376. 34 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 376. 35 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 377. 36 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 377.

Page 61: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

43

laki-laki. Menurut Sya’rawi banyak pemuda yang baik agam dan akhlaknya tetapi

kurang populer dan tidak selevel dengan kedudukan keluarga wanita. Dalam hal

ini seorang ayah haruslah memberikan sugesti kepada pemuda untuk berani

meminang dan memberi sinyal baik kepadanya bahwa pihak keluarga wanita akan

menerimanya.37

Seperti halnya yang dilakukan ayah dari wanita tersebut yang meminta Nabi

Musa agar menikahi anak wanitanya. Ini merupakan etika yang tinggi dari

seorang ayah, karena banyakpemuda yang menunggu keberanian ayah yang

seperti ini.38

Dan dalam Q.s. Al-Qasas: 28 Sya’rawi menafsirkan bahwasannya ulama telah

menetapkan hukum baru dari ayat ini. Bahwasannya yang diminta saat akad nikah

adalah menjelakan maha dan jumlahnya tapi tidak diisyaratkan keharusan diterima

mahar itu pada saat akad. Menurutnya mahar boleh dibayar mencicil dan ditunda,

seperti halnya yang dilakukan Nabi Syu’aib ia memperkerjakan Nabi Musa

selama 8 tahun sekurang-kurangnya dan pekerjaannya itu dijadikan mahar untuk

anaknya.39

2. Tafsir al- Maraghi

Pada Q.s. Al-Qasas: 23 al-Maraghi menafsirkan ketika Nabi Musa sampai di

Kota Madyan ia melihat sekelompok penduduk yang sedang memberikan

minum ke binatang- binatang ternaknya, sementara itu dia melihat dua

wanita di tempat yang lebih rendah sedang menahan kambingnya agar tidak

ikut minum bersama kambing penduduk lain, agar mereka tidak menyakiti

kambingnya. Ketika Nabi Musa melihat kedua wanita itu tersentuhlah

hatinya, Nabi Musa bertanya kepada kedua wanita itu, “Mengapa kalian

tidak memberikan minum kambing-kambing kalian bersama dengan

penduduk itu?” mereka menjawab “kami tidak akan meminumkan kambing-

kambing kami kecuali setelah mereka semua selesai meminumkan

kambingnya, sedangkan orang tua kami sudah lanjut usia sehingga ia tidak

dapat memberi minum kambing dengan sendirinya.”40

Setelah mendengarkan alasan mengapa wanita itu tidak ikut memberi minum

kambing-kambingnya, pada Q.s. Al-Qasas: 24 dikisahkan kembali bahwasannya

37 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 278. 38 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 278. 39 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 279. 40 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, penerjemah: Bahrun Abu Bakar, jil.

20 (Semarang: Toha Putra Semarang, 1993), h. 90.

Page 62: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

44

Nabi Musa membantu kedua wanita itu memberikan minum kambing-

kambingnya. Setelah itu ia pergi ke sebuah pohon untuk tidur dan beristirahat dan

berdoa kepada Allah “sesungguhnya aku benar-benar membutuhkan sesuatu yang

engakau turunkan kepadaku dari kebikan dan kemurahan-Mu”.41

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasannya Nabi Musa mengatakan

demikian karena ia benar-benar membutuhkan sebelah biji kurma, karena

perutnya sangat lapar.42

Setelah Nabi Musa berdoa memohon kepada Allah, Allah langsung

mengabulkan permintaannya, yang mana kisah ini terdapat pada Q.s. Al-Qasas:

24. Dari ayat tersebut dikisahkan bahwasannya salah seorang dari kedua wanita

yang ia tolong mendatangi Nabi Musa, ia berjalan malu-malu dan menutupi

wajahnya dengan kain. Wanita itu mengatakan bahwasannya undangan datang

dari ayahnya dengan alasan memberi imbalan kepada Nabi Musa agar

perkataannya tidak diragukan. Menurut al-Maraghi perkataan dari wanita tersebut

menunjukkan secara jelas bahwasannya seorang gadis itu adalah seseorang yang

cerdas, menjaga rasa malu dan memelihara kesucian diri.43

Perkara siapakah sang ayah dari wanita tersebut, hal ini menjadi perselisihan.

Suatu pendapat mengatakan bahwasannya ia adalah Nabi Syu’aib tetapi al-

Maraghi membantah pendapat itu karena menurutnya Syu’aib hidup dalam

keadaan yang sangat jauh sebelum Nabi Musa.44

Pada Q.s. Al-Qasas: 25 Nabi Musa menceritakan semua yang terjadi pada

dirinya dan menceritakan tentang kekafiran Fir’aun, kesewenangan serta

penindasan mereka terhadap orang-orang. Mendengar cerita Nabi Musa, orang tua

itu mengamankan dan menenangkan hati Nabi Musa, ia berkata,” Janganlah kamu

takut dengan kekuatan mereka karena kamu telah selamat dari orang-orang zhalim

itu, karena kami tidak ada dalam daerah kerajaan mereka.

41 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, penerjemah Bahrun Abu Bakar, jil. 20

(Semarang: Toha Putra Semarang, 1993), h. 90. 42 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 91. 43 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 92. 44 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 92.

Page 63: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

45

Di dalam Q.s. Al-Qasas: 26 salah seorang putri dari orang tua itu meminta

untuk memperkerjakan Nabi Musa karena wanita itu mengetahui bahwasannya

Nabi Musa adalah orang yang kuat dan dapat dipecaya.45

Menurut al-Maraghi, ketika bapaknya mendengar permintaan anaknya, tidak

diragukan lagi bahwasannya perkataan wanita itu terkandung perkataan yang

padat dan mengandung hikmah yang sempurna. Bapak dari wanita itu menangkap

sinyal baik itu dan segera meminta Nabi Musa untuk menikahkan anaknya.46

Pada Q.s. Al-Qasas: 27 ayah dari wanita tersebut meminta Nabi Musa untuk

menikahi anaknya dengan syarat Nabi Musa menjadi pekerja selama delapan

tahun. Menurut al-Maraghi dari ayat tersebut terdapat dalil atas disyariatkannya

wali menawarkan wanita yang ada di bawah perwaliannya kepada seorang laki-

laki. Sebagaimana yang pernah sahabat Umar bin Khattab yang yang menawarkan

anak putrinya kepada Nabi saw.47

Selanjtnya pada Q.s. Al-Qasas: 28 orang tua perempuan itu menawarkan

untuk memilih bekerja kepadanya selama delapan atau sepuluh tahun dan Nabi

Musa menjawab, “Manapun di antara kedua masa itu delapan ataupun sepuluh

tahun yang aku penuhi maka aku telah mendapatinya untukmu dengan

menggembala kambingmu, dan setelah itu engkau tidak berhak menuntut yang

lebih dari itu.”48

3. Tafsir Fî Ẕilâl al-Qur’an

Di dalam tafsir fî ẕilâl al-Qur’an Q.s. Al-Qasas: 23 dikisahkan bahwasannya

Nabi Musa melihat para penggembala laki-laki menggiring ternak- ternak mereka

ke suatu sumber air untuk meminumkan ternak-ternaknya. Namun ia mendapati

dua orang wanita terhalang untuk memberikan minum ternaknya.49

Sayyid Quṯb mengatakan di dalam tafsirnya, seharusnya seorang yang

mempunyai muruah dan fitrah yang lurus seharusnya kedua wanita itu diberi

minum terlebih dahulu dan juga ternaknya diberi kesempatan terlebih dahulu,

sementara para lelaki memberi jalan bagi keduanya dan membantunya.50

45 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 93. 46 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 93. 47 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 94. 48 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 95. 49 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 52. 50 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 52.

Page 64: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

46

Karena keanehan tersebut Nabi Musa mendatangi kedua wanita itu dan

menanyakan hal tersebut, kedua wanita itu memberitahukan faktor apa yang

menyebabkan mereka tertinggal dalam menggunakan air dari sumber air tersebut.

Sebabnya adalah karena mereka lemah, mereka tidak mampu berebut dengan

kaum lelaki untuk menggunakan air itu. Menedengar alasan kedua wanita itu

fitrah Nabi Musa yang lurus sgera tergerak, ia pun segera maju untuk

menyelesaikan hal itu sebagaimana seharusnya.51

Setelah membantu kedua wanita itu, Nabi Musa berlindung ketempat yang

teduh kisah ini dijelaskan pada Q.s. Al-Qasas: 24. Setelah ia sampai di tempat

yang teduh itu ia berdoa “Ya tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu

kebaikan yang engkau turunkan kepadaku”.52

Sayyid Quṯb di dalam tafsirnya menjelaskan bahwasannya dari kisah tersebut,

kita dapat mendengar rintihan hati Nabi Musa dan pengaduannya, beserah diri

kepada Alla mengharap penjagaan yang aman, tempat belindung dan tempat

berteduh yang hakiki.53

Setelah Nabi Musa berdoa memohon kepada Allah, di ayat selanjutnya Allah

menjawab doa Nabi Musa. Dalam Q.s. Al-Qasas: 25 salah seorang dari wanita

yang ia bantu mendatanginya, berjalan dengan malu-malu. Sebagaimana layaknya

wanita yang baik akhlaknya, mulia, terjaga kehormatannya ketika bertemu laki-

laki. Dengan malu-malu, tidak genit dan menor dan menggoda. Ia datang kepada

Nabi Musa untuk menyampaikan undangan yang ia ucapkan dalam kata yang

amat singkat namun sangat mudah dipahami.54

Dalam Q.s. Al-Qasas: 26 Sayyid Quṯb dalam tafsirnya menjelaskan

bahwasannya kedua wanita itu sudah capai menggembala dombanya, berdesakan

dengan para lelaki untuk mendapatkan air dan risih karena harus sering bertemu

laki-laki asing ketika menggembala ternaknya. Sehingga dia dan saudarinya

merasa sulit karena semua itu. Ia ingin menjadi wanita yang hanya mengurusi

51 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 53. 52 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 53. 53 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 54. 54 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 54.

Page 65: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

47

rumahnya, sebagai wanita yang terjaga kehormatannya, tertutup dari pandangan

laki-laki asing.55

Wanita itu melihat sifat amanah Nabi Musa, maka dari itu Nabi Musa

menyarankan bapaknya agar menyewa tenaganya. Ketika menawarkan hal itu

wanita itu tidak malu-malu, tidak gemetar, dan tidak takut jika ia dituduh buruk

akhlaknya.56

Orang tua itu memenuhi saran anak wanitanya dan orang tua itu merasakan

adanya kecenderungan rasa saling percaya antara keduanya, sehingga orang tua

itu berfikir bahwasannya mereka cocok dalam membangun keluarga. Oleh karena

itu orang tua itu mengajukan kepada Nabi Musa agar mengawini salah seorang

anak wanitanya dengan mas kawin berupa membantu menggembalakan ternaknya

selama delapan tahun dan jika mau menambah masanya menjadi sepuluh tahun itu

terserah Nabi Musa.57

Pada Q.s. Al-Qasas: 27 lebih jelas pernyataan orang tua itu yang meminta

Nabi Musa agar menikahi anaknya, meminta dengan sederhana dan terus terang

tanpa ada rasa malu. Menurut Sayyid Quṯb memang seharusnya seperti itu bila

dari pihak wanita menawarkan untuk membangun keluarga dan mendirikan rumah

tangga lebih dulu tidak harus malu.58

Sayyid Quṯb mengatakan tradisi pada zaman ini lingkungannya sudah

terpengaruh dan menyimpang dari fitrah yang lurus. Seorang ayah

menghalangi untuk mengajukan pinangan kepada laki-laki yang baik

akhlaknya, agamanya hanya karna menurut tradisi bahwasannya lamaran itu

tidak pantas datang dari pihak wanita. Tetapi lucunya dalam tradisi dan

lingkungan yang seperti itu para pemuda dan pemudi dapat bertemu,

berbicara, bergaul dan menampakkan dirinya satu sama lain tanpa diawali

khitbah dan niat nikah. Dan ketika ditawarkan khitbah dan nikah maka

muncullah rasa malu yang dibuat-buat. Padahal pada zaman Rasulullah para

orang tua menawarkan anak wanitanya agar dinikahi oleh para lelaki yang

baik akhlaknya. Seperti yang dilakukan Umar bin Khattab yang menawarkan

anak wanitanya kepada Rasulullah.59

55 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 55. 56 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 55. 57 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 56. 58 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 57. 59 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 58.

Page 66: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

48

Dalam tafsir fî ẕilâl al-Qur’an Q.s. Al-Qasas: 28 dijelaskan bahwasannya

topik akad dan syarat-syarat akad adalah sesuatu yang tidak boleh ditutupi, atau

merasa malu. Nabi Musa itu menjalankan akad sesuai dengan syarat-syarat yang

ditentukan oleh orang tua tu yakni bekerja selama delapan tahun.

4. Tafsir al-Azhar

Pada Q.s. Al-Qasas: 23 Hamka menggambarkan di dalam tafsirnya

bahwasannya Nabi Musa merasa sepi dalam perjalanannya seorang diri dan dalam

keadaan kekurangan makanan juga kehausan karena panasnya matahari. Dan rasa

sepi itu hilang karena melihat banyak orang yang berkerumun. Yaitu orang-orang

yang sedang menggembalakan kambing mereka dan memberi minum kambing

tersebut di telaga tersebut. Di sisi lain ia melihat dua orang perempuan yang

melarang kambing-kambingnya untuk pergi ke telaga tersebut.60

Di dalam Q.s. Al-Qasas: 24 dikisahkan bahwasannya Nabi Musa menolong

kedua wanita itu dengan cara membantu membawa kambing-kambingnya ke

sumber air tersebut. Setelah membantunya Nabi Musa kembali dan mencari

tempat yang teduh kemudian berdoa “Ya tuhanku sesungguhnya aku ini sangat

memerlukan anugerah kebaikan dan bantuanmu.”61

Di dalam tafsirnya Hamka menjelaskan bahwa selama dalam perjalanan itu

Nabi Musa tidaklah membawa persediaan makanan, karena dia meninggalkan

Mesir dengan terburu-buru.62

Dilanjutkan kisah selanjutnya pada tafsir al-Azhar Q.s. Al-Qasas: 25. Lalu

datanglah seorang wanita berjalan dengan malu-malu, sebab pada saat itu Nabi

Musa masih remaja dan wanita itu adalah masih gadis. Dengan sikap yang sopan

dan santun gadis itu mengatakan kepada Nabi Musa bahwa ayahnya

memanggilnya karena ayahnya ingin membalas jasa Nabi Musa yang telah

menolong kedua putrinya.63

Menurut Hamka ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapa ayah dari kedua

gadis tersebut. Al- Imam Hasan al- Bisri termasuk yang sependapat bahwa

orang tua itu adalah Nbi Syu’aib. Ibn Abî Hâtim meriwayatkan suatu riwayat

60 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h. 70 61 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.72. 62 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.72. 63 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.73.

Page 67: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

49

dari Imam Mâlik bin Anas bahwasannya orang tua itu memanglah Nabi

Syu’aib. Tetapi Ibn Katsir dalam tafsirnya bahwa jarak antara masa antara

Nabi Musa dan Nabi Syu’aib adalah terlalu jauh. Memang ada beberapa

hadits yang menyatakan bahwa orang tua itu adalah Nabi Syu’aib, tetapi Ibn

Katsir menjelaskan pula bahwasannya isnad dari hadits-hadits tersebut tidak

ada sahih.64

Pada Q.s. Al-Qasas: 26 Hamka menjelaskan bahwa yang meminta Nabi Musa

untuk bekerja dirumahnya adalah anak gadisnya yang memanggil Nabi Musa tadi.

Ia meminta Nabi Musa untuk dijadikan pegawai di rumahnya karena gadis itu tau

bahwa Nabi Musa adalah seorang yang sedang membuang dirinya untuk

melindungi nyawanya yang terancam. Usul gadis itu diterima oleh orang tuanya,

lalu Nabi Musa diajak bicara dengan orang tua tersebut.65

“Sesungguhnya aku ingin hendak mengawinkan engkau dengan salah seorang

anak perempuan ini...” (Q.s. Al-Qasas: 27). Di dalam tafsir al-Azhar tidak

dijelaskan siapa di antara kedua gadis itu yang dinikahi Nabi Musa, seperti halnya

gadis yang menjemput Nabi Musa pada saat itu yang tidak dijelaskan karena

maksud al-Qur’an bukan menentukan yang mana orangnya karena hal itu tidak

penting.66

Karena menurut Hamka yang lebih penting adalah bahwasannya Nabi Musa

menikah dengan gadis itu atas janji bekerjanya selama 8 tahun sekurang-

kurangnya, dan jika Nabi Musa ingin menambahkan jadi sepuluh tahun ini

terserah padanya. Dengan kata lain Nabi Musa menikah dengan gadis tersebut

mahar atau mas kawinnya bukanlah berupa harta benda melainkan tenaganya

sendiri yaitu dengan menggembalakan ternak orang tua itu selama delapan

tahun.67

Hamka menyebutkan pembayaran mas kawin dengan cara bilangan tahun

sangtlah bijaksana. Sebab Nabi Musa adalah seorang yang tengah membuang diri

ke Kota Madyan. Jika ia pulang maka nyawanya akan berbahaya. Jika ia berdiam

di Kota Madyan selam bertahun-tahun semoga ada perubahan yang akan terjadi di

64 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.73. 65 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.74. 66 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.75. 67 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.75.

Page 68: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

50

Mesir. Jika keadaan sudah berubah maka diperbolehkan Nabi Musa pulang ke

Mesir. Kalau belum ia diperbolehkan menggembala dua tahun lagi.68

Pada Q.s. Al-Qasas: 28 di dalam tafsirnya Hamka membahas persetujuan

antara Nabi Musa dan orang tua itu dan kemudian terjadilah akad nikah, dan

setelah itu hidup Nabi Musa berubah, mulai membangun rumah tangga memikul

tanggung jawab suami dan sebagai penerima upah.69

68 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.75. 69 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.76.

Page 69: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

51

BAB IV

HIKMAH DARI PELARIAN NABI MUSA KE KOTA MADYAN

DALAM Q.S. AL-QASAS: 20-28

A. Hikmah Terkait Keseluruhan Kisah

Di bawah ini adalah gambaran umum hikmah dari keseluruhan kisah. Penulis

mengambilnya dari ayat-ayat yang menjelaskan tentang pelarian dari kisah Nabi

Musa ke Kota Madyan. Dari ayat-ayat tersebut ditemukan adanya satu hikmah

yakni,

1. Bertawakal kepada Allah

Tawakal adalah menyerahkan segala perkara, ikhtiar, dan usaha yang

dilakukan kepada Allah serta berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt.1

Hikmah bertawakal kepada Allah diambil dari penjelasan Tafsir al-Azhar

karya Hamka pada Q.s. al-Qasas: 22

ا ه تلقاء مدين قال عسى رب ي أن يهديني سواء ٱلسبيل ولم .توج

“Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Madyan ia berdoa (lagi): "Mudah-

mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar".”

Di dalam Tafsir al-Azhar diceritakan bahwasannya pada saat itu Nabi Musa

dalam perjalanan seorang diri keluar dari Negeri Mesir untuk menghindari Fir’aun

yang ingin membunuhya, ia berlari dari Fir’aun karena jika ia tertangkap oleh

Fir’aun maka tidak akan ada ampun bagi Nabi Musa. Dia keluar dari Negeri

Mesir, berjalan seorang diri di tanah lapang yang panas, di kanan kirinya adalah

gunung-gunung dan batu granit yang menimbulkan angin panas yang bernama

samun.2

1 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, Jil.3 (Jakarta: Lentera

Hati,2007), h. 97. 2 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20 (Jakarta: PT. Pustaka

Panjimas, 1982), h. 69.

Page 70: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

52

Nabi Musa berjalan dengan hati yang mantap dan tidak terpikir olehnya untuk

kembali lagi ke Negeri Mesir. Ia berdoa dengan penuh harapan "Mudah-mudahan

Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar". Ketika itu ia berdoa layaknya

seorang hamba yang betul-betul butuh pertolongan, dari kisah ini kita dapati

bahwasannya Nabi Musa membulatkan hati bertawakal kepada Allah. Ia

memasrahkan semua yang terjadi kepada Allah swt.3

Nabi Musa menyerahkan dirinya kepada Allah terhadap semua ketentuan

takdir yang Allah berikan kepadanya, sikap berserah dirinya terlihat ketika ia

tidak tahu harus pergi kearah mana. seperti penjelasan di atas, Nabi Musa

menjadikan Allah sebagai satu-satunya sandaran baginya ketika ia tidak tahu

harus meminta pertolongan kepada siapapun, setelah ia berdoa agar diselamatkan

dari orang-orang zhalim4, ia pun menghadap ke arah jurusan Kota Madyan, ketika

ia menghadap ke arah Kota Madyan ia melanjutkan doanya semoga Allah

memipinnya ke jalan yang benar.5 Hingga akhirnya ia sampai di sumber air

Madyan dan bertemu dengan orang tua renta yang membantunya.

Sikap tawakal Nabi Musa juga diperlihatkan pada ayat yang lainnya yakni,

pada Q.s. al-Qasas: 24.

Di dalam Tafsir Fî Ẕhîlâl al-Qur’an karya Sayyid Quṯb pada Q.s al-Qasas: 24

juga terlihat sikap berserah diri Nabi Musa terhadap Allah swt.

إن ي لما أنزلت إلي من خير فقير ل فقال رب .فسقى لهما ثم تولى إلى ٱلظ

“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian

dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku

sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku".”

Dari ayat di atas didapati bahwasannya ketika itu Nabi Musa membantu dua

orang wanita yang ingin meminumkan ternaknya namun kedua wanita itu

terhalang oleh para laki-laki yang juga sedang memberikan minum ternaknya,

3 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, jil. 20 (Jakarta: Pustaka Panji

Mas, 1982 ), h. 75. 4 Lihat Q.s. al-Qasas: 21. 5Q.s. Al-Qasas: 22.

Page 71: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

53

sedangkan mereka hanyalah dua orang wanita yang tidak mungkin berbaur

dengan para laki-laki tersebut.

Melihat itu semua hati Nabi Musa tergerak untuk menolong kedua gadis itu,

setelah membantu kedua wanita itu Nabi Musa kembali berlindng ke tempat yang

teduh lalu ia berdoa "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu

kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku"

Di dalam Tafsir Fî Ẕhîlâl al-Qur’an dijelaskan bahwasannya dari kisah

tersebut kita dapat mendengar rintihan hati Nabi Musa, bagaimana cara ia

mengadu kepada Tuhannya, meminta agar ia dijaga dan diberikan rasa aman,

meminta tempat perlindungan dan tempat berteduh yang hakiki yakni kepada

Allah swt.6

Tawakal merupakan puncak tertinggi keimanan. Sifat ini akan datang

sendirinya jika iman seseorang sudah matang.7 Seperti halnya Nabi Musa, Ia telah

menyerahkan segalanya kepada Allah agar ia mendapatkan rasa aman,

perlindungan dari Allah swt.

Tawakal adalah bagian dari hasil keimanan yang terbesar, amalan dan ibadah

paling utama yang dapat mendekati diri seorang hamba kepada Allah swt. Serta

tingkatan tertingi dalam mentauhidkan Allah. Ibn Qayyim berkata, “Tawakal,

tercakup di dalamnya pemasrahan diri, permintaan tolong, dan ridho.8

B. Hikmah Terkait Sebagian dari Kisah

Di bawah ini adalah hikmah terkait debagian dari kisah. Penulis

mengambilnya dari ayat-ayat yang menjelaskan tentang pelarian dari kisah Nabi

Musa ke Kota Madyan. Dari ayat-ayat tersebut penulis menemukan adanya

beberapa hikmah di antaranya,

6 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, penerjemah:

As’ad Yasin dkk, Jil.17 (Jakarta: Robbani Press, 2009), h. 53. 7M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata, Jil.3 (Jakarta: Lentera

Hati,2007), h. 97. 8Muhammad Shaleh al-Munajjid, Jagalah Hati Raih Ketenangan, penerjemah: Saat

Mubarak dan Nur Kosim (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2006), h. 36.

Page 72: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

54

1. Wanita diperbolehkan bekerja di luar rumah

Hikmah diperbolehkannya seorang wanita bekerja di luar rumah diambil dari

penjelasan Tafsir Sya’rawi karya Muhammad Mutawalli Sya’rawi pada Q.s. al-

Qasas: 23 dan 24

ن ٱلناس يسقون ووجد من دونهم ة م ا ورد ماء مدين وجد عليه أم ٱمرأتين ولم

عاء وأبونا شيخ كبير فسقى .تذودان قال ما خطبكما قالتا ل نسقي حتى يصدر ٱلر

إن ي لما أنزلت إلي من خير فقير ل فقال رب .لهما ثم تولى إلى ٱلظ

“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana

sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di

belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat

(ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?"

Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami),

sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak

kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya". Maka Musa memberi minum

ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang

teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu

kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku".” (Q.s. al-Qasas: 23-24).

Hikmah-hikmah tersebut didapatkan dari kata pertama, حتى يصدر ل نسقي

عاء -kamitidak dapat meminumkan ternak kami sebelum penggembala ٱلر

penggembala itu memulangkan ternaknya. Kedua, وأبونا شيخ كبير sedangkan

bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya . Ketiga, فسقى لهما maka

Nabi Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya.

Page 73: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

55

Dalam Tafsir Sya’rawi ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana islam

mengatur terntang kerja wanita di luar rumah, dan apa yang harus dikerjakan pria

saat wanita terpaksa harus bekerja di luar rumah.9

Memberi minum binatang adalah pekerjaan pria, dari kisah ini diisyaratkan

bahwa wanita jika terpaksa harus keluar rumah, maka dia keluar hanya untuk

melakukan suatu hal yang harus dikerjakan. Bila keinginan itu sudah terpenuhi

sebaiknya langsung pulang.

Kedua wanita itu memberi minum tenaknya karena bapaknya sudah lanjut

usianya, dalam hal ini wanita sebaiknya tidak bekerja di luar rumah kecuali dalam

keadaan terpaksa, seperti suami ataupun bapaknya sudah tidak mampu lagi

bekerja maka pekerjaan dapat diambil alih oleh wanita.

Nabi Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya, dari kisah

ini mengajarkan kepada masyarakat muslim bahwasanya bila melihat wanita yang

bekerja di luar rumah maka bantulah dan permudahlah urusannya.

Husein Syahatah dalam bukunya Ekonomi Rumah Tangga Muslim

meneyebutkan persyaratan yang telah ditetapkan para ulama fiqh bagi wanita

yang boleh bekerja di luar ruamh adalah10,

1. Persetujuan suami

2. Menyeimbangkan tuntunan rumah tangga dan tuntutan kerja

3. Pekerjaan itu tidak menimbulkan khalwat

4. Menghindarkan pekerjaan yang membahayakan diri wanita

5. Menjauhi segala sumber fitnah

6. Menutup aurat

Menurut Quraish Shihab di dalam tafsirnya al-Mishbah ulama menjadikan

Q.s. al-Qasas: 23-24 sebagai salah satu dalil tentang bolehnya wanita bekerja dan

9 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah: Zainal Arifin, jil. 10

(Medan: Duta Azhar, 2011), h. 274. lihat Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsîr Sya’rawi, jil.17

(Mesir: Maktabah Akhbâr al-Yaum, 1997), h. 1903. 10 Husein Syahatah, Ekonomi Rumah Tangga Muslim (Jakarta: Gema Insani Press, 1998),

h.144.

Page 74: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

56

berkumpul pada satu arena dengan pria, selama mereka berada dalam keadaan

terhormat yakni tidak menimbulkan fitnah. Terlebih jika orang tua itu adalah Nabi

Syu’aib, bahwa syariat para nabi sebelum Nabi Muhammad saw selama belum

dibatalkan merupakan syariat islam juga. Jadi di dalam hal ini tidak perlu

dikatakan bahwasannya ini adalah keadaan darurat.11

Menurutnya pada prinsipnya islam tidak melarang wanita bekerja di dalam

atau di luar rumahnya, selama pekerjannya itu dilakukan dalam suasanan

terhormat serta selama mereka dapat memelihara tuntunan agama dan dapat

menghindari dampak-dampak nrgatif dari pekerjaan yang dilakukannya itu

terhadap diri dan lingkungannya.12

Bekerja dapat menjadi wajib bagi wanita jika keadaan membutuhkannya,

pada zaman Nabi Muhammad saw. Banyak wanita-wanita yang bekerja pada saat

itu, seperti, Ummu Sâlim bin Malẖam sebagai perias pengantin, Qilat Ummi Bany

Ammâr sebagai pedagang, Zainab Ibn Jaẖsy yang dikenal terlibat dalam pekrjaan

menyamak kulit binatang dan masih banyak lagi yang lainnya.

2. Pemberian mahar diperbolehkan berupa tenaga atau jasa

Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai

wanita baik berbentuk barang, uang, maupun jasa yang tidak bertentangan dengan

hukum Islam di waktu akad nikah.13

Hikmah pemberian mahar diambil dari penjelasan Tafsir Sya’rawi karya

Sya’rawi pada Q.s. al-Qasas: 27

ني حجج فإن أتممت تين على أن تأجرني ثم قال إن ي أريد أن أنكحك إحدى ٱبنتي ه

لحين عشرا فمن من ٱلص .عندك وما أريد أن أشق عليك ستجدني إن شاء ٱلل

“Berkatalah dia (Syu´aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu

dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja

denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah

11 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, jil. 9 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 577. 12 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, jil. 9, h. 577. 13 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Akademi Presindo,

1992), h. 113.

Page 75: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

57

(suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu

Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”.(Q.s. Al-Qasas :

27).

Dari kisah di atas didapati bahwa Nabi Musa menikahi wanita itu dengan

mahar berupa ia menggembala ternak bapak dari wanita tersebut, karena Nabi

Musa pada saat pergi ke Kota Madyan tidak membawa harta sedikitpun. Maka ia

tidak dapat memberikan mahar berupa benda atau apapun yang dapat dijadikan

alat penukaran dalam jual beli.

Di dalam Tafsir Sya’rawi ayat ini dijadikan sebagai dalil bahwasannya

pemberian mahar tidak harus berupa harta benda. Menurut Sya’rawi di dalam

tafsirnya, ulama telah menetapkan hukum baru dari ayat ini yakni suatu keharusan

untuk menjelaskan bentuk mahar dan jumlahnya pada saat akad dan tidak

disyaratkan keharusan diterimanaya mahar pada saat akad.14

Seperti Nabi Syu’aib yang memperkerjakan Nabi Musa selama 10 tahun dan

perkerjaannya tersebut dijadikan mahar.

Di dalam Tafsir al-Maraghi dijelaskan bahwa Nabi Musa menikahi wanita itu

bukan dengan mahar harta benda, melainkan dengan tenaga ia sendiri, yaitu

menggembala ternak selama delapan tahun sekurang-kurangnya. Menurut Ahmad

Mustafa al-Maraghi Janji pembayaran mas kawin dengan cara bilangan tahun ini

sangatlah bijaksana, karena Nabi Musa adalah seorang yang sedang melarikan diri

ke Kota Madyan. Jika ia pulang ke Mesir maka ia dalam keadaan bahaya, tetapi

jika ia berdiam diri di Kota Madyan selama beberapa tahun semoga di Mesir ada

perubahan pada tahun-tahun yang ia lalui selama di Madyan.15

Hikmah pemberian mahar juga disebutkan di dalam Tafsir al-Azhar karya

Hamka, ia memberi penegasan bahwasannya dari kisah tersebut didapati mas

kawin yang diberikan Nabi Musa bukanlah harta benda melainkan tenaganya

sendiri, dan menurut Hamka pembayaran mas kawin dengan cara bilangan tahun

14 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah Zainal Arifin, jil. 10, h.

279. lihat Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsîr Sya’rawi, jil.17 (Mesir: Maktabah Akhbâr al-

Yaum, 1997), h. 1911. 15Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, penerjemah Bahrun Abu Bakar, jil. 20

(Semarang: Toha Putra Semarang, 1993), h. 96. Lihat Ahmad Mustafa al-Marâghî, Tafsir Al-

Marâghî, jil. 20 (Mesir: Maktabah Mustafa al-Bâb al-Jâlî, 1946), h. 52.

Page 76: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

58

sangat bijaksana yang dilakukan pada saat itu, karena pada saat itu Nabi Musa

sedang membuang diri ke Madyan dan sedang bersembunyi dari Fir’aun.16

Mahar adalah kompensasi dalam pernikahan yang wajib diberikan dengan

nominal yang ditentukan oleh hakim atau atas keridhaan kedua belah pihak

mempelai pria dan wanita. Mahar adalah syarat sah akad nikah, baik disebutkan

nominalnya ataupun tidak. Macam mahar banyak, di antaranya setiap pekerjaan

(jasa) yang mendapatkan upah boleh dijadikan sebagai mahar.17 Ayat ini adalah

salah satu dalil dari diperbolehkannya mahar dengan jasa. 18

Setelah Nabi Musa setuju dengan perjanjian yang dikemukakan oleh

mertuanya tersebut. maka dengan persetujuannya itu terjadilah akad nikah, yakni

ijab dan qobul. Sejak itu berubah pula hidupnya, ia mulai menegakkan rumah

tangga memikul tanggung jawab sebagai suami dan memikul tanggung jawab

sebagai penerima upah.

3. Diperbolehkan bagi pihak keluarga perempuan untuk meminang laki-laki

Meminang atau khitbah adalah pernyataan seorang pria yang meminta

kesediaan seorang wanita untuk menjadi istrinya melalui orang yang dipercaya.19

Hikmah meminang diambil dari penejelasan Tafsir al-Maraghi pada Q.s. Al-

Qasas: 26

أبت ٱست جرت ٱلقوي ٱلمين جره إن خير من ٱست قالت إحدىهما ي

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai

orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik

yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat

dipercaya".”

Di dalam Tafsir al-Maraghi dikatakan bahwasannya perkataan salah seorang

dari wanita itu mengandung hikmah yang sempurna. Dari perkataan wanita

16 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, jil. 20 (Jakarta: Pustaka Panji

Mas, 1982 ), h. 75. 17Ini adalah pendapat Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, sementara itu, Abu Hanifah

menolaknya sedangkan Imam Malik menganggapnya makruh. 18Abu Malik Kamal, Shahih Fikih Sunnah, jil. 3 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 250. 19 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011 ), h. 693.

Page 77: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

59

tersebut bapaknya mendapatkan sinyal baik dan dengan segera meminta Nabi

Musa untuk menikahi anak wanitanya. 20

Sedangkan di dalam Tafsir Sya’rawi dijelaskan, ketika salah seorang dari

anak wanitanya berkata demikian, datanglah peran ayah yang tidak melepas

peluang baik itu. Dia meminta Nabi Musa untuk bekerja di rumahnya, tetapi ada

hal yang lebih penting dan harus dilakukan sang ayah saat laki-laki asing ada di

rumahnya dan bebas keluar masuk rumahnya, yakni menikahkan laki-laki itu

dengan salah satu anaknya agar semua orang tenang dan terhindar dari fitnah.21

Kemudian diperjelas hikmah meminang berikutnya pada ayat selanjutnya,

Q.s. al-Qasas: 27

تين على أن تأجرني اق ني حجج فإن أتممت ل إن ي أريد أن أنكحك إحدى ٱبنتي ه ثم

لحين من ٱلص .عشرا فمن عندك وما أريد أن أشق عليك ستجدني إن شاء ٱلل

“Berkatalah dia (Syu´aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu

dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja

denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah

(suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu

Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”.(Q.s. Al-Qasas :

27).

Dalam Tafsir fî ẕilâl al-Qur’an di sebutkan, bahwasannya orang tua itu

memenuhi saran anak wanitanya karena ia merasakan pada diri anaknya dan diri

Nabi Musa adanya saling percaya, dan terdapat fitrah yang lurus antara keduanya

yang sesuai untuk membangun keluarga. Maka orang tua itu menyatukan antara

dua tujuan, dan dia pun mengajukan kepada Nabi Musa agar menikahkan salah

seorang dari anak wanitanya. “Berkata Syu’aib, sesungguhnya aku bermaksud

menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini...”22

20 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, penerjemah Bahrun Abu Bakar, jil. 20

(Semarang: Toha Putra Semarang, 1993), h. 93. Lihat Ahmad Mustafa al-Marâghî, Tafsir Al-

Marâghî, jil. 20 (Mesir: Maktabah Mustafa al-Bâb al-Jâlî, 1946), h. 51. 21 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah Zainal Arifin, jil. 10

(Medan: Duta Azhar, 2011), h. 277. lihat Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsîr Sya’rawi, jil.17

(Mesir: Maktabah Akhbâr al-Yaum, 1997), h. 1908. 22Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, Jil.9 h. 40.

Page 78: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

60

Dijelaskan di dalam Tafsir Sya’rawi bahwasannya ayat ini menjadi bukti

bahwasannya Allah membolehkan wanita untuk mengajukan diri untuk dinikahi.

Tidak usah takut bagi wanita untuk mengucapkan bahasa kiasan agar dapat

menikah, seperti yang dilakukan oleh putri Syu’aib terebut.23

Juga di dalam Tafsir al-Maraghi, menurutnya dari kisah ini terdapat dalil atas

disyari’atkannya wali menawarkan wanita yang berada di bawah perwaliannya

kepada seorang laki-laki. Umar bin Khattab pun pernah menawarkan putrinya

kepada Abu Bakar, Usman dan Hafsah sendiri pernah menawarkan dirinya kepada

Nabi saw.24

Padahal pada zaman Rasulullah para orang tua menawarkan anak-anak

wanitanya kepada para laki-laki untuk dinikahi. Bahkan ada seorang wanita yang

menawarkan dirinya kepada Rasulullah.25

“Sebagaimana diriwayatkan dari Ibn ‘Umar raḏiallahu ‘anhu ia berkata,

ketika Hafshah binti Umar menjanda dari Khunais bin Hudzafah As Sahmi ia

termasuk di antara sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang ikut

serta dalam Perang Badr dan meninggal di Madinah, Umar berkata, "Maka aku

datangi Usman bin 'Affan dan ku tawarkan Hafshah kepadanya. Aku berkata,

"Jika engkau mau, maka aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah binti Umar."

Utsman hanya memberi jawaban, "akan aku pertimbangkan yerlebih dahulu," aku

lalu menunggu beberapa malam, kemudian ia menemuiku dan berkata,

"Nampaknya aku tidak akan menikah pada saat ini." Umar melanjutkan

"Kemudian aku menemui Abu Bakar, kukatakan padanya, "Jika engkau

menghendaki, maka aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah binti Umar." Abu

Bakar hanya terdiam dan tidak memberi jawaban sedikitpun kepadaku. Akan

tetapi Abu Bakar diam dan tidak berkomentar apapun. Saat itu aku lebih kecewa

terhadap Abu Bakar daripada kepada Utsman. Lalu aku menunggu beberapa

malam, ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meminangnya. Maka

aku menikahkannya dengan beliau..."26

23 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah Zainal Arifin, jil. 10

(Medan: Duta Azhar, 2011), h. 277. lihat Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsîr Sya’rawi, jil.17

(Mesir: Maktabah Akhbâr al-Yaum, 1997), h. 1909. 24 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, penerjemah Bahrun Abu Bakar, jil. 20

(Semarang: Toha Putra Semarang, 1993), h. 94. Lihat Ahmad Mustafa al-Marâghî, Tafsir Al-

Marâghî, jil. 20 (Mesir: Maktabah Mustafa al-Bâb al-Jâlî, 1946), h. 52. 25Ibn Hajar Al-Atsqalani, Fathul Bârî, penerjemah Amiruddin, jil.25 (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2010), h. 249. 26Ibn Hajar Al-Atsqalani, Fathul Bârî, jil. 25, h. 253.

Page 79: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

61

Dari kisah di atas dapat diambil kesimpulan bahwasannya diperbolehkan bagi

wanita untuk mengajukan dirinya kepada laki-laki yang sholeh, yang baik

agamanya serta bagus akhlaknya, sebagaimana kisah Nabi Musa dengan seorang

wanita tersebut. Sementara pada tradisi zaman sekarang, seorang laki-lakilah atau

walinya yang datang untuk mengajukan lamaran dan tidak pantas jika lamaran itu

datang dari pihak wanita.

Sebagaimana halnya wanita itu, ketika melihat sosok Nabi Musa yang kuat,

baik akhlaknya dan agamanya dan dapat dipercaya, segera wanita itu meminta

bapaknya untuk memperkerjakan Nabi Musa. Karna bapak dari anak itu

menangkap sinyal baik, dan perkataan anaknya itu mengandung makna maka

bapak dari anak itu meminta Nabi Musa untuk menikahinya tidak dengan malu-

malu dan tidak ada keraguan.

4. Anjuran untuk memuliakan perempuan

Maksud dari perlakuan terhadap perempuan adalah dalam ayat ini sangat

terlihat bagaimana cara Nabi Musa menghormati wanita, memuliakannya.

Hikmah tersebut penulis dapatkan di dalam Tafsir Sya’rawi pada Q.s. al-

Qasas: 25

فجاءته إحدىهما تمشي على ٱستحياء قالت إن أبي يدعوك ليجزيك أجر ما سقيت

ا جاءهۥ وقص لمين لنا فلم .عليه ٱلقصص قال ل تخف نجوت من ٱلقوم ٱلظ

“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan

kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia

memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami".

Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu´aib) dan menceritakan kepadanya

cerita (mengenai dirinya), Syu´aib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah

selamat dari orang-orang yang zalim itu”.” (Q.s. Al-Qasas : 16-17).

Ketika Nabi Musa sampai di kota Madyan, ia melihat banyak orang yang

memberikan minum kepada ternaknya, lalu ia melihat ke arah belakang orang

yang memberikan minum ternaknya, terdapat dua orang wanita yang sedang

menghambat kedua ternaknya. Melihat kedua wanita itu Nabi Musa segera

menolong kedua wanita tersebut, karena kebaikan Nabi Musa salah satu dari

Page 80: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

62

wanita itu datang menghampiri Nabi Musa dengan malu-malu dan ia memberitahu

Nabi Musa bahwasannya bapak dari wanita itu memanggilnya.

Di dalam Tafsir Sya’rawi dikisahkan ketika ajakan dari wanita itu datang

maka Nabi Musa tidak ragu-ragu untuk menerimanya, dia menggunakan

kesempatan yang ada. Dalam kisah tersebut tidak disebutkan bagaimana Nabi

Musa berjalan bersama wanita itu, tapi diriwayatkan bahwa wanita itu berjalan di

depan Nabi Musa, karena wanita itu yang menunjuki jalan menuju rumah. Saat

angin berhembus terlihat bentuk tubuh wanita itu. Sehingga Nabi Musa berkata,

“Hai, berjalanlah di belakangku dan tunjukkan saya jalannya”. Menurut Sya’rawi

sifat Nabi Musa yang seperti ini adalah satu adab kenabian. 27

Di dalam Tafsir fî ẕilâl al-Qur’an karya Sayyid Quṯb dijelaskan ketika dalam

perjalanan menuju rumah wanita tersebut Nabi Musa berkata kepada wanita itu

agar ia berjalan di belakangnya, dan jika Nabi Musa salah jalan maka wanita itu

segera memberitahunya, maka keduanya berjalan beriring-iringan menuju rumah

wanita itu.28

Dari sini terlihat bahwasannya Nabi Musa adalah orang yang santun

pandangannya dan juga bersih hatinya. Begitu pula wanita itu, wanita tersebut

adalah seorang yang bersih hatinya, menjaga kehormatannya dan suci. Ia paham

bagaimana ia harus berprilaku ketika bertemu dengan laki-laki. Dengan malu-

malu, tidak genit dan tidak menggoda ia datang kepada Nabi Musa untuk

menyampaikan kepadanya undangan yang ia ucapkan dalam kata yang sangat

singkat dan mudah dipahami.

Dalam buku muntaqâ al-Adab asy- Syar’iyyah yang disusun oleh Majid

Sa’ud al-Ausyan, dijelaskan bahwasannya kaum laki-laki itu lebih berhak berjalan

pada bagian tengah jalan dari pada kaum perempuan dan dijelaskan pula adab

bagaimana seseorang perempuan ketika berjalan, yakni perempuan apabila

27 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah Zainal Arifin, jil. 10

(Medan: Duta Azhar, 2011), h. 276. lihat Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsîr Sya’rawi, jil.17

(Mesir: Maktabah Akhbâr al-Yaum, 1997), h. 1908. 28Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, Jil.17 (Jakarta:

Robbani Press, 2009), h. 56.

Page 81: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

63

berjalan di jalanan hendaklah mengambil jalur pinggir dan berjalan dengan sikap

malu29 sebagaimana Allah swt berfirman,

....فجاءته إحدىهما تمشي على ٱستحياء

“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan

kemalu-maluan...”(Q.s. Al-Qasas: 25)

Diriwayatkan juga dari Abu Usaid al-Anshari,

عليه وسلم يقول وهو خارج من المسجد فاختلط صلى للا أنه سمع رسول للا

صلى للا جال مع الن ساء في الطريق فقال رسول للا عليه وسلم للن ساء الر

استأخرن فإنه ليس لكن أن تحققن الطريق عليكن بحافات الطريق فكانت المرأة

.تلتصق بالجدار حتى إن ثوبها ليتعلق بالجدار من لصوقها به

“Bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

berbicara saat berada di luar masjid, sehingga banyak laki-laki dan perempuan

bercampur baur di jalan. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun

bersabda kepada kaum wanita: "Hendaklah kalian memperlambat dalam berjalan

(terakhir), sebab kalian tidak berhak untuk memenuhi jalan. Hendaklah kalian

berjalan di pinggiran jalan." Sehingga ada seorang wanita yang berjalan dengan

menempel tembok, hingga bajunya menggantung tembok karena ia mendempel

tembok.”30

Di dalam hadits tersebut Rasulullah menyuruh para wanita agar

memperlambat jalannya atau terakhir, hal ini sama seperti Nabi Musa yang

menyuruh wanita itu agar berjalan dibelakangnya.

29Majid Sa’ud al-Ausyan, Muntaqa al-Adab asy-Syar’iyyah, penerjemah Abdurrahman

Nuryaman (Jakarta: Darul Haq, 2014), h. 268. 30Muhammad Nashiruddin Al Albani, Shahih Sunan Abu Daud, penerjemah Ahmad

Taufik Abdurrahman (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), h. 333.

Page 82: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan adalah salah satu kisah yang diceritakan oleh al-

Qur’an tepatnya pada Q.s. Al-Qasas: 20-18 yang mengkisahkan pelarian Nabi Musa dari

Fir’aun, seorang raja yang zhalim pada masa itu. Di mana pada saat itu Nabi Musa dikejar-

kejar oleh Fir’aun karena ia membunuh seorang dari golongan Fir’aun.

Melalui penggambaran kisah pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan yang terdapat dalam

Q.s. Al-Qasas: 20-28, banyak hikmah yang dapat diambil dan kemudian dijadikan pelajaran,

karena nilai-nilai tersebut perlu dimiliki oleh umat muslim saat ini khususnya untuk modal

kehidupan.

Dalam hal ini penulis membagi hikmah tersebut kepada dua bagian, yang pertama

hikmah terkait keseluruhan kisah dan kedua hikmah yang terkait sebagian dari kisah. Dari

hikmah yang terkait keseluruhan kisah penulis mendapatkan hikmah bertawakal kepada Allah.

Bahwasannya jika kita bertawakal kepada Allah. Sedangkan dari hikmah yang terkait dari

sebagian kisah penulis mendapatkan beberapa hikmah di antaranya, wanita diperbolehkan

bekerja di luar rumah, diperbolehkan memberikan mahar berupa tenaga ataupun jasa,

diperbolehkan bagi pihak keluarga wanita untuk meminang seorang laki-laki, dan anjuran

untuk memuliakan perempuan.

B. Saran

Penelitian ini hanya memfokuskan pada hikmah-hikmah yang dapat diambil untuk

dijadikan pelajaran yang terkandung di dalam kisah pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan.

Penulis berasumsi bahwasannya masih banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari

kisah-kisah di dalam al-Qur’an lainnya khususnya pada kisah Nabi Musa dalam Q.s. Al-

Qasas. sehingga penelitian ini dapat dijadikan objek penelitian selanjutnya.

Penelitian terhadap kisah-kisah di dalam al-Qur’an adalah salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi umat manusia.

Page 83: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

65

DAFTAR PUSTAKA

Affani, Syukron. “Rekontruksi Kisah Nabi Musa a.s dalam Al-Qur’an: Studi

Perbandingan dan Perjanjian Lama.” Jurnal Studi Islamika, no.1 (Juni

2017).

Afzurrahman. Ensiklopedi Sirah. Malaysia: Muslim Education School, 1998.

Adawy, Musthafa. Fikih Akhlak. Jakarta: Qisthi Press, 2005.

Arifin, Muhamad Luqman. “Nilai-nilai Edukasi dalam Kisah Musa-Khidir dalam

al-Qur’an.” Jurnal Dialektika PGSD, no. 1 (Maret 2018).

Atsqolani, Ibnu Hajar. Fatẖul Bâri. Diterjemahkan oleh Amiruddin. Jakarta:

Pustaka Azzam, 2010.

Ausyan, Majid Sa’ud. Muntaqa Al- Adâb Asy- Syar’iyyah. Diterjemahkan oleh

Abdurrahman Nuryaman. Jakarta: Darul Haq, 2014.

Amin, Muhammad Suma. Ulumul Al-Qur’an. Jakarta: Rajawali Press, 2014.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Audah, Ali. Nama dan Kata dalam Al- Qur’an: Pembahasan dan Perbandingan.

Bogor: Pustaka Lintera Antar Nusa, 2011.

Bazemol, Salim dan Taufik Damas. Fiqih Akhlak. Jakarta: Qisthi Press, 2005.

Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu, 1998.

El- Fikri, Syahruddin. Situs- situs dalam Al- Qur’an: Dari Banjir Nuh Hingga

Bukit Tursina. Jakarta: Republika, 2010.

Page 84: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

66

Fatkhullah, David. “Analisis Struktural Semiotik Kisah Nabi Musa dan Nabi

Khidir dalam Q.s. al-Kahfi” Skripsi S1 Fakultas Sastra. Universitas Negri

Malang, 2011.

Halim, Amanullah. Nabi Musa a.s Versus Fir’aun. Jakarta: Lentera Hati, 2011.

Hanafi, A. Segi- segi Kesusasteraan pada Kisah- kisah Al- Qur’an. Jakarta:

Pustaka Al- Husna, 1984.

Izzan, Ahmad. Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas, dan Kontekstualitas Al-

Qur’an. Bandung: Tafakur, 2013.

Jamaluddin, Abî Faḏl Muhammad bin Mukram bin Manẕur. Lisân Al- ‘Arab.

Beirut: Dâr as- Sadr, 1994.

Jati, Ira Puspita.“Kisah- kisah Al- Qur’an dalam prespektif Pendidikan.” Jurnal

Didaktika Islamika, no.2 (Agustus 2016).

Kahfi, Ahmad Ashabul. “Kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an Perspektif Psiko

Sastra.” Jurnal Keislaman dan Humaniora, no.2 (Desember 2017).

Kamal, Abu Malik. Shahih Fikih Sunnah. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Karim, Rasul. “Kisah Perjalanan Nabi Musa dengan Abdun Saleh dalam surat Al-

Kahfi Ayat: 66-78” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

Universitas Islam Negri Jakarta, 2011.

Khalafullah, Ahmad. Muhammad. Al- Qur’an Bukan Kitab Sejarah. Jakarta:

Paramadina, 2002.

Khalidy, Salah Abdul Fattah. Kisah- kisah Al- Qur’an: Pelajaran dari Orang-

orang dahulu. Diterjemahkan oleh Setiawan Budi Utomo. Jakarta: Gema

Insani Press, 2000.

Page 85: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

67

Khalili, Abu Syauqi. Atlas Al –Qur’an: Mengungkap Misteri Kebenaran Al –

Qur’an. Jakarta: Al-Mahira, 2006.

Maghfiroh, Aidin. “Ibrah Kisah Nabi Daud dalam al-Qur’an: Telaah Penafsiran

Syaikh Nawawi al-Bantani atas Q.s. Sad: 21-25 Menurut Tafsir Mârah

Lâbid.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Negeri

Sunan Ampel, 2018.

Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir Maraghi. Diterjemahkan oleh Bahrun Abu

Bakar, Henry Noer Ali dan Anshori Umar Sitanggal. Semarang: CV.

Thoha Putra, 1974.

Masmukhah. “Pengulangan Kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an dan Relevansinya

dengan Repitisi Pembelajaran.” Tesis S2 Fakultas Tarbiyah, Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009.

Mawla, Muhammad Ahmad Jadul. Buku Induk Kisah- kisah dalam Al- Qur’an.

Jakarta: Penerbit Zaman, 2009.

Muhammad, Mustafa Sulaiman. Al- Qissah fî al- Qur’an al- Karîm. Mesir:

Matba’ah Al- Amaniyyah, 1993.

Munawwir, Ahmad Warson.Al Munawwir: Kamus Arab- Indonesia. Surabya:

Pustaka Progresif, 1997.

Munjid, Muhammad Shalih. Jagalah Hati Raih Ketenangan. Diterjemahkan oleh

Saat Mubarak dan Nur Kosim. Jakarta: Cakrawala Publishing, 2006.

Mursalim. “Gaya Bahasa Pengulangan Kisah Nabi Musa a.s dalam al-Qur’an.”

Jurnal al-Hikam, no.1 (Juni 2017) .

Nugroho, Irham. “Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kisah-kisah yang

terkandung ayat al-Qur’an.” Jurnal Pendidikan Islam, no.1 (Mei 2017)

Praja, Juhaya. Tafsir Hikmah: Seputar Ibadah, Muamalah, Jin dan Manusia.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Page 86: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

68

Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Diterjemahkan oleh As Mudzakir.

Bogor: Lintera Antar Nusa, 2013.

Qurṯubi. Al- Jami’ li Aẖkâm al-Qur’an. Diterjemahkan oleh Muhyiddin Mas

Ridha, dan Muhammad Rana Mengala. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Quṯb, Sayyid. Indahnya Al- Qur’an Berkisah. Diterjemahkan oleh Fathurraman

Abdul Hamid. Jakarta: Gema Insani Press, 2004.

-------, Tafsîr Fî ẕilâl Al- Qur’an: Dibawah Naungan Al- Qur’an. Diterjemahkan

oleh M. Mishbah dan Aunur Rafiq Saleh. Jakarta: Rabbani Press, 2009.

Sabûnî, Muhammad Ali. Shafwatu Tafsir: Tafsir- tafsir Pilihan, Jakarta: Pustaka

Al- Kautsar. 2011.

Shidik, Muhammad Iqbal. “Strategi Pembelajaran Afektif dalam Kisah Nabi

Musa dan Nabi Khidir: Telaah Q.s. al-Kahfi: 60-82.” Skripsi S1 Fakultas

Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Jakarta 2015.

Shidiq, Umar. “Urgensi Qasas al-Qur’an dalam Pembelajaran.” Jurnal

Kependidikan dan Kemasyarakatan, no.1 (Juni 2016).

Shihab, M Quraish. Ensiklopedia Al- Qur’an: Kajian Kosakata dan Tafsirnya.

Jakarta: Lentera Hati, 2007.

-------, Tafsir Al- Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al- Qur’an. Jakarta:

Lentera Hati, 2002.

Suryabrata, Sumardi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2003.

Syahatah Husein. Ekonomi Rumah Tangga Muslim. Jakarta: Gema Insani Press,

1998.

Page 87: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang

69

Syakir, Ahmad. Mukhtasar Tafsîr Ibnu Katsîr. Penerjemah Suharlan dan

Suratman. Jakarta: Darussunnah, 2014.

Syamsu, Nazwar. Kamus Al- Qur’an. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982.

Sya’rawi, Muhammad. Tafsîr Sya’rawi. Diterjemahkan oleh Zainal Arifin. Medan:

Duta Azhar, 2011.

Syaukani, Muhammad Alî bin Muhammad. Tafsir Fathul Qadîr. Diterjemahkan

oleh Amir Hamzah Fahrudin. Jakarta: Pustaka Azzam, 2011.

Ṯabari, Abû Ja’far Muhammad. Tafsir Aṯ- Ṯabari. Diterjemahkan oleh Ahmad

Affandi. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Zaidan, Abdu Karim. Kisah- kisah Al- Qur’an. Diterjemahkan oleh Thoriq Abdul

Aziz dan Slamet Wahyudi. Jakarta: Rabbani Press, 2011.