hikmah dari kisah pelarian nabi mu sa ke kota...
TRANSCRIPT
![Page 1: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/1.jpg)
HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MUSA KE KOTA MADYAN
(Studi Atas Penafsiran Q.s. Al- Qasas: 20-28)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Zahra Lutfiana
NIM: 11140340000137
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
![Page 2: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/2.jpg)
![Page 3: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/3.jpg)
![Page 4: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/4.jpg)
![Page 5: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/5.jpg)
i
ABSTRAK
Zahra Lutfiana
Hikmah dari Kisah Pelarian Musa ke Kota Madyan (Studi Atas Penafsiran
Q.s. Al-Qasas: 20-28)
Allah menceritakan kisah-kisah di dalam al-Quran pasti ada maksud tertentu,
yakni agar kita berfikir dan dapat mengambil hikmah untuk dijadikan pelajaran
dari kisah-kisah tersebut. Kajian tentang kisah-kisah di dalam al-Qur’an sudah
banyak dilakukan oleh sarjanawan muslim, namun pembahasan tentang hikmah
kisah di dalam al-Qur’an sedikit sekali khususnya pada kisah Nabi Musa pada saat
ia keluar dari Negeri Mesir menuju Kota Madyan. Maka penulis merasa tertarik
menulis kisah Nabi Musa tersebut, dengan sumber primer tafsir bercorak adab al-
Ijtima’i yakni Tafsir Sya’rawi, Tafsir al-Maraghi, Tafsir Fî Ẕilâl al-Qur’an dan
Tafsir al-Azhar. Maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana
mufasir menjelaskan hikmah dari kisah pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan
dalam Q.s. al-Qasas: 20-28.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research)
yaitu mengumpulkan dan mencari data yang bersumber dari berbagai literatur
yang relevan tentang hikmah dari kisah pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan,
studi atas penafsiran Q.s. Al-Qasas: 20-28. Dalam mengolah data tersebut yang
penulis lakukan adalah, memilih Q.s. Al-Qasas: 20-28 yang berkisah tentang
pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan untuk diteliti, mengumpulkan teks-teks
tafsir, kemudian penulis membacanya setelah itu menandai atau mengkoding yang
terkait dengan hikmah, pelajaran ataupun ibarah, Selanjutnya penulis
mengklasifikasi hikmah-hikmah tersebut kepada dua bagian, yakni pertama
hikmah mengenai keseluruhan kisah dan yang kedua hikmah mengenai sebagian
kisah.
Dari hasil penelitian ini penulis membagi kepada dua hikmah yaitu, hikmah
terkait keseluruhan kisah berupa tawakal kepada Allah. Yang ke dua hikmah
terkait sebagian dari kisah berupa wanita diperbolehkan bekerja diluar rumah,
pemberian mahar diperbolehkan berupa tenaga ataupun jasa, diperbolehkan bagi
keluarga dari pihak wanita meminang laki-laki, dan anjuran untuk memuliakan
perempuan.
Kata Kunci : Hikmah, Nabi Musa, Kota Madyan, Q.s. Al-Qasas: 20-28
![Page 6: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/6.jpg)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi
Muhammad saw, kepada keluarganya, para sahabtnya dan juga kepada umatnya
hingga akhir zaman, amin.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin UniversitasIslam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul yang
penulis ajukan adalah “Hikmah dari Kisah Pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan
(Studi Atas Penafsiran Q.s. Al- Qasas: 20-28) ”
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, tanpanya karya ini akan
mengalami kesalahan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan
senang hati menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku rektor Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansur, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum., selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir dan ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd., selaku sekertaris
Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
4. Bapak Ahmad Rifqi Muchtar, MA., selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu bijaksana memberikan bimbingan, nasihat, kepercayaan serta waktunya
selama penulisan skripsi ini berlangsung sehingga penulisan skripsi ini
berjalan dengan lancar.
5. Bapak Anwar Syarifuddin, MA., selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan inspirasi judul terhadap penulis dan juga begitu perhatian
![Page 7: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/7.jpg)
iii
serta sabar dalam membimbing dan memberi nasihat dalam pembuatan
proposal skripsi ini.
6. Segenap jajaran dosen dan civitas akademik Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tanpa
mengurangi rasa hormat penulis.
7. Kepada kedua orang tua ku tersayang, ayahanda Lulu Lukman Hakim dan
mamih Ernawati, yang senantiasa mendoakan di setiap sujudnya, mendukung,
menyemangati dan memberi kasih sayang yang tulus kepada penulis hingga
penulis sampai pada hari ini. Tanpa doa, semangat dan dukungan beliau-
beliau penulis tidak akan dapat menyelasaikan skripsi ini dan hasil yang
maksimal.
8. Alm. Eyang kakung walapun sudah di alam sana penulis yakin pasti Alm.
Eyang kakung melihat semua proses dan bangga dengan selesainya penulisan
skripsi ini. dan eyang putri yang selalu mendoakan disetiap sujudnya dengan
ikhlas memberikan semangat dan nasihat agar penulis segera menyelesaikan
studi di kampus UIN Syarif Hidayatullah tercinta.
9. Saudara ku satu-satunya, adikku Kemal Muara Bagja yang sedang mondok
jauh disana yang selalu menanyakan “kapan wisuda?” sehingga penulis
menyegerakan penulisan skripsi ini karena ingin mengabulkan keinginannya
izin pulang kerumah saat penulis wisuda. Dan juga karenadukungannya
penulis selalu semangat dalam menuntut ilmu.
10. Saudari-saudari ku walaupun beda bapak dan ibu tetapi kita selalu kompak,
Rizki Nur Oktaviani yang selalu cerewet agar penulis menyelesaikan skripsi
ini, Iffah Mawaddah yang selalu memberikan semangat dan menyiapkan
drama korea ketika penulis mulai jenuh, Laila Firdaus dan Fani Hayatunnisa
yang selalu memberikan dukungan terhadap penulis.
11. Segenap teman-teman Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir khususnya kepada IQTAF-
D dan juga teman teman KKN khususnya kepada Amza Maulana yang telah
banyak membantu dan memberikan semangat selama penulisan skripsi ini
berlangsung.
![Page 8: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/8.jpg)
iv
12. Dan juga semua pihak yang telah banyak membantu dan membagikan
pengalamannya dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semuanya. Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini banyat
terdapan kekurangan dan kekeliruan, demi perbaikan selanjutnya kritik dan saran
yang membangunakan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya
kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan skripsi dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya dan bagi kita semua.
Jakarta, 20 Agustus 2018
![Page 9: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/9.jpg)
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................ 7
D. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
F. Kajian Pustaka ................................................................................ 9
G. Metodologi Penelitian................................................................... 13
H. Sistematika Penulisan ................................................................... 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KISAH DALAM AL-QUR’AN
A. Pengertian Kisah .......................................................................... 17
B. Macam-macam Kisah di dalam Al-Qur’an .................................. 20
1. Kisah Ditinjau dari Segi Waktu .............................................. 20
2. Kisah Ditinjau dari Segi Materi .............................................. 21
C. Tujuan Kisah dalam Al-Qur’an .................................................... 22
D. Pola Pemaparan al-Qur’an dalam Berkisah .................................. 25
E. Hikmah Kisah-kisah dalam Al-Qur’an ......................................... 29
BAB III PENAFSIRAN QS. AL-QASAS: 20-28
A. Tafsir dan Sistematika Penulisan .................................................. 32
1. Tafsir Sya’rawi ....................................................................... 32
2. Tafsir al-Maraghi ................................................................... 32
3. Tafsir Fî Ẕilâl al-Qur’an ........................................................ 33
4. Tafsir al-Azhar ........................................................................ 34
B. Teks dan Ayat Terjemah............................................................... 34
C. Tafsir Q.s. al-Qasas: 20-22 .......................................................... 36
D. Tafsir Q.s. al-Qasas: 23-28 .......................................................... 40
BAB IV HIKMAH DARI PELARIAN NABI MUSA KE KOTA MADYAN
DALAM Q.S. AL-QASAS: 20-28
![Page 10: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/10.jpg)
vi
A. Hikmah Terkait Keseluruhan Kisah ............................................. 51
1. Tawakal .................................................................................. 51
B. Hikmah Terkait dari Sebagian Kisah............................................ 53
1. Wanita Diperbolehkan Bekerja Diluar Rumah ....................... 54
2. Pemberian Mahar Diperbolehkan Berupa Tenaga Ataupun
Jasa.......................................................................................... 56
3. Diperbolehkan Bagi Keluarga Dari Pihak Wanita Meminang
Laki-laki.................................................................................. 58
4. Anjuran Untuk Memuliakan Perempuan ................................ 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 64
B. Saran-saran ................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 65
![Page 11: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/11.jpg)
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Dalam karya tulis bidang keagamaan (Islam), alih aksara atau yang lebih
dikenal dengan istilah transliterasi, tampaknya merupakan sesuatu yang tak
terhindarkan. Oleh karenanya, untuk menjaga konsistensi, aturan yang berkaitan
dengan alih aksara ini penting diberikan.
Pengetahuan tentang ketentuan alih aksara ini seyogyanya diketahui dan
dipahami, tidak saja oleh mahasiswa yang akan menulis karya tulis, melainkan
juga oleh dosen, khususnya dosen pembimbing dan dosen penguji, agar terjadi
saling kontrol dalam penerapan konsistensinya.
Dalam dunia akademis, terdapat beberapa versi pedoman alih aksara,
antara lain versi Turabian, Library of Congress, Pedoman dari Kementrian Agama
dan Diknas RI, serta versi Paramadina. umumnya, kecuali versi Paramadina,
pedoman alih aksara tersebut meniscayakan digunakannya jenis huruf (font)
tertentu, seperti font TranslitLS, Transliterasi, atau Times New Roman Special.
Untuk memudahkan penerapan alih aksara dalam penulisan tugas akhir,
penulis menggunakan Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padananya dalam aksara latin:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak Dilambangkan Tidak dilambangkan ا
![Page 12: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/12.jpg)
viii
b Be ب
t Te ت
ts Te dan es ث
j Je ج
ẖ Ha dengan garis di bawah ح
kh Ka dan ha خ
d De د
dz De dan zet ذ
r Er ر
z Zet ز
s Es س
sy Es dan ye ش
s Es dengan garis di bawah ص
![Page 13: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/13.jpg)
ix
ḏ De dengan garis di bawah ض
ṯ Te dengan garis di bawah ط
ẕ Zet dengan garis di bawah ظ
Koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع
gh Ge dan ha غ
f Ef ؼ
q Ki ؽ
k Ka ؾ
l El ؿ
m Em ـ
n En ف
w We ك
h Ha ق
![Page 14: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/14.jpg)
x
Koma atas hadap ke kiri , ء
y Ye ي
2. Vokal
Vokal dalam Bahasa Arab, seperti vokal Bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ـــــــــــ ـــــــ a fatẖah
ـــــــــــ ـــــــ i Kasrah
ـــــــــــ ـــــــ u ḏammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
يــــــ ـــــــ ai a dan i
وــــــ ـــــــ au a dan u
3. Vokal Panjang
![Page 15: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/15.jpg)
xi
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam Bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ــا â a dengan topi di atas
î i dengan topi di atas ــي
û u dengan topi di atas ـــو
4. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu ال, dialih aksarakan menjadi huruf/l/, baik di ikuti huruf syamsiyyah maupun
huruf qomariyyah. Contoh: al- rijâl bukan ar- rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda , dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah.
6. Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihkan menjadi huruf /h/ (lihat contoh
1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti kata
![Page 16: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/16.jpg)
xii
sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jikah huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata
benda (ism), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh
3).
Contoh:
No Kata Arab Alih Aksara
ṯarîqah طريقة 1
االءسالمية اجلامعة 2 al-jâmi’ah al-islâmiyyah
الوجود كحدة 3 Wahdat al-wujûd
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Bahasa Indonesia, antara
lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. (Contoh: al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)
atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.
![Page 17: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/17.jpg)
xiii
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia nusantara sendiri, tidak diarahkan dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari Bahasa Arab. Misalnya ditulis Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr
al-Dîn al-Rânîrî.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (ẖarf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas
kalimat-kalimat dalam Bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-
ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
اذا ت س االا ب ه ذ Dzahaba al-ustâdzu
را ج اال ت ب ثػ Tsabata al- ajru
ةا ي ر ص ع ال ةا ك ر ل ا Al-ẖarakah al-‘asriyyah
اهلل ال ا له ا ال ف أ دا ه ش أ Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
حال ص ال كا ل م ان ال و م Maulâna Malik al- Sâliẖ
اهلل ما كا را ث ؤ يػا Yuatstsrukum Allâh
ةي ل ق ع ال را اه ظ م ل ا Al-maẕâhir al-‘Aqliyyah
![Page 18: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/18.jpg)
xiv
ةي ن و ك ال اتا ي ال ا Al-âyât al- kauniyyah
اتر و ظا ح م ال حا ي ب تا ةا ر ك را لض ا Al-ḏarûrat tubîẖu al-mahẕûrât
![Page 19: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/19.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kandungan al-Qur’an sebagian besar terdiri dari kisah orang-orang terdahulu,
dari para nabi ataupun selain nabi, di antaranya mengenai kisah orang-orang
mukmin dan kisah orang-orang kafir.1 Apa yang Allah kisahkan di dalam al-
Qur’an terdapat pelajaran, dan juga sebenar-benarnya kisah tanpa dibuat-buat.
ب ما كان حديثا يفترى و ولي ٱللب كن تصديق ٱلذي لقد كان في قصصهم عبرة ل ل
.بين يديه وتفصيل كل شيء وهدى ورحمة لقوم يؤمنون
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”(Q.s. Yûsûf:
111).
Kisah al-Qur’an tentang orang-orang terdahulu adalah suatu kisah yang benar
periwayatannya dan mengenai peristiwa-peristiwa itu adalah jujur dan betul. Ini
karena Allahlah yang menceritakan kisah-kisah itu dan Allah benar-benar
menyaksikan peristiwa-peristiwa itu, dan Allah telah menakdirkannya. Peristiwa-
peristiwa itu terjadi karena kehendak dan takdir Allah. Maka dari itu kisah-kisah
yang Allah masukkan di dalam al-Qur’an tidak mungkin mengalami kebatilan
(kesalahan) dan keraguan, dan tidak ada yang lebih benar ceritanya selain Allah.
Kisah al-Qur’an telah diberi karakter sebagai kisah yang benar (Qasas al-Haq).2
لهو ٱلعزيز ٱلحكيم وإن ٱلل ه إل ٱلل وما من إل
ذا لهو ٱلقصص ٱلحق .إن ه“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (Q.s. Ali ‘Imrân: 62).
1 Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang
Dahulu, penerjemah: Setiawan Budi Utomo, jil. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h. 21.
2 Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang
Dahulu, h. 23.
![Page 20: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/20.jpg)
2
Jika manusia meyakini bahwa kisah-kisah al-Qur’an dan kisah-kisah dari
hadits Rasul yang disampaikan adalah benar dan jujur, maka al-Qur’an akan
mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan manusia. Dengan al-Qur’an
manusia dapat mengatur, mengambil nasihat dan pelajaran dari kisah tersebut,
karena kehidupan manusia di zaman sekarang memiliki kemiripan dengan apa
yang terjadi di masa lalu.3
Contoh-contoh kemanusiaan yang baik dan lurus maupun yang serong
adalah contoh-contoh yang berulang. Oleh karena itu, al-Qur’an al-Karim dan
hadis nabi memberikan kepada umat muslim berita-berita tersebut melalui orang-
orang terdahulu. Seolah-olah al-Qur’an di samping menceritakan tentang kisah si
fulan, al-Qur’an juga menyampaikan tentang ujian yang dirasakannya, atau
kemakmuran yang dianugerahkan, seperti yang disampaikan tentang pemimpin
yang adil, yang hidup di antara para pemimpin yang congkak dan juga lalim
sebagai perusak di bumi.4
Kadang yang disampaikan al-Qur’an adalah seputar kisah manusia biasa.
seperti seorang petani yang salih atau kafir5, atau menjadi seorang pedagang yang
3 Umar Sulaiman al-Asyqâr, Kisah-kisah Shahih dalam Al-Qur’an dan Sunnah,
penerjemah: Setiawan Budi Utomo (T.tp,: Ummul Qura, 2017), h.15. 4 Umar Sulaiman al-Asyqâr, Kisah-kisah Shahih dalam Al-Qur’an dan Sunnah,
penerjemah: Setiawan Budi Utomo, h. 16. 5 Kisah ini diceritakan di dalam Q.s. Al-Kahfi: 32- 44 yang mengkisahkan tentang dua
orang laki-laki, seorang kafir dan seorang mukmin. Yang kafir dianugerahkan oleh Allah dua
petak kebun anggur yang dikelilingi dengan pohon kurma sehingga menambah keindahan dan nilai
material kebun-kebunnya itu dan juga ladang yang subur. Tetapi ia tidak mengamalkan nilai-nilai
illahiah. Kekayaan yang besar dan melimpah itu membuat dirinya angkuh. Keangkuhannya itu
mengantar dia berkata temannya yang mukmin itu "hartaku lebih banyak daripada hartamu
sebagaimana engkau lihat sebagian dari kekayaanku pada kebun-kebun dan pengikut-pengikutku,
aku menduga kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya dan aku mengira bahwa kiamat tidak
akan datang". Dia menduga bahwa tanda keridhaan Allah kepada seseorang adalah kebahagiaan
duniawi yang dinikmatinya. Mendengar uraian sang kafir yang angkuh itu, teman yang mukmin
berkata "sungguh mengherankan sikap dan ucapanmu. Apakah engkau telah kafir kepada tuhan
yang menciptakan moyang-mu dari tanah, lalu Allah yang yang maha kuasa itu menjadikan
engkau seorang laki-laki yang sempurna fisikmu? Sungguh aneh jika engkau angkuh dan sombong
serta mengkufuri-Nya dan juga meragukan adanya hari kebangkitan. Tetapi aku berbeda
denganmu, aku yakin dan percaya sepenuhnya bahwa dia adalah Allah, tuhanku yang
menciptakan, memelihara dan menganugerahkan kebaikan kepadaku dan seluruh makhluknya.
Hanya Dia yang aku sembah dan aku tidak mempersekutukan Tuhanku dengan apapun". Mukmin
yang menemani si kafir itu melanjutkan percakapan dan nasihatnya sambil menunjukkan bahwa
dia sama sekali tidak iri hati atas aneka nikmat Allah yang diperolehnya. ternyata perkataan sang
mukmin terbukti kebenarannya. Setelah itu Allah membinasakan semua harta dan kekayaannya si
kafir. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mereka yang mengabaikan nilai-nilai illahi akan menyesal
dan celaka, sedangkan yang memperhatikan dan mengamalkannya walaupun hidupnya di dunia
sederhana dan miskin akan memperoleh kebahagiaan abadi. Lihat di M. Quraish Shihab, Tafsir al-
Mishbah, jil.5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 55-63.
![Page 21: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/21.jpg)
3
jujur dan amanah6, atau manusia yang penuh kasih sayang. Kisah-kisah al-Qur’an
menampilkan gambaran yang nyata, yang mengajarkan ajaran-ajaran al-Qur’an
dalam fenomena yang berdenyut seiring hidup itu sendiri. Banyak manusia yang
melihat kebenaran melalui kenyataan secara lebih gamblang dari pada melalui
pembelajaran-pembelajaran yang ala kadarnya. 7
Kajian tentang kisah-kisah di dalam al-Qur’an sudah banyak yang dilakukan
oleh sarjanawan muslim. Dari pencarian yang penulis temukan ada beberapa
penelitian yang terkait dengan kisah-kisah di dalam al-Qur’an, seperti yang
dilakukan oleh al-Khalidy dalam bukunya Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran
Orang-orang Terdahulu,8 Muhammad Ahmad Jâdul Mawlâ dalam bukunya Buku
Induk Kisah-Kisah al-Qur’an,9 Khalafullah dalam bukunya Al-Qur’an Bukan
Kitab Sejarah: Seni, Sastra, Moralitas dalam Kisah-kisah al-Qur’an,10 M.
Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan.11
Buku-buku tersebut menurut penulis hanya membahas kisah secara umum
dan menceritakan kisah tersebut hanya sebatas alur saja tanpa membahas hikmah
dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut. Oleh karena itu penulis
merasa bahwa masih ada yang kurang terkait dengan pembahasan kisah-kisah di
dalam al-Qur’an, karena adanya kisah di dalam al-Qur’an pasti memiliki tujuan
6 Kisah ini diceritakan di dalam Q.s. Al-A’râf: 85 yang mengkisahkan tentang Nabi
Syu’aib yang menasehati orang-orang yang suka berbuat curang dalam berdagang, Nabi Syu’aib
menasihati mereka berkenaan dengan transaksi yang biasa mereka lakukan bersama orang-orang,
yaitu agar mereka mmenuhi takaran dan timbangan dan tidak berbuat curang dan zhalim terhadap
harta benda orang-orang. Lihat di Ahmad Syakir, Mukhtasar Ibnu Katsir, .3 (Jakarta: Darus
Sunnah Press, 2012), h. 115. 7 Umar Sulaiman al-Asyqâr, Kisah-kisah Shahih dalam al-Qur’an dan Sunnah,h. 15. 8 Dalam buku Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran Orang-orang Terdahulu karya Salah
Abd al- Fattâh al-Khalidy menjelaskan kisah-kisah yang terdapat di dalam al-Qur’an hanya
mengikuti alur dari cerita tersebut. Tanpa memasukan kandungan apa yang terdapat di dalam
kisah-kisah tersebut. 9 Muhammad Ahmad Jâdul Mawlâ dalam bukunya Buku Induk Kisah-Kisah al-Qur’an
dalam menyampaikan kisah hampir sama dengan buku kisah-kisah al-Qur’an karya al-Khalidy
yang menceritakan kisah hanya sebatas menceritakan alur. 10 Sedangkan Khalafullah dalam bukunya Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah: Seni, Sastra,
Moralitas dalam Kisah-kisah al-Qur’an, menjelaskan tentang al- Qur’an yang dijadikan kitab
sejarah karna sebagian dari kandungan al-Qur’an adalah kisah-kisah terdahulu, tetapi menurutnya
al-Qur’an bukanlah kitab-kitab sejarah. Menurut Khalafullah kebanyakan orang dalam
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an salah dalam menggunakan metodologi yakni melalui pendekatan
historis, menurutnya seharusnya kisah-kisah al-Qur’an dibaca sebagai teks-teks sastra yang
memiliki keistimewaan sendiri. 11 M. Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan
mejelaskan hikmah-hikmah kehidupan yang dapat dijadikan pelajaran. Hikmah dan kisah tersebut
diambil bedasarkan tema-tema tertentu.
![Page 22: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/22.jpg)
4
tertentu dan ada hikmah di balik kisah-kisah yang diceritakan di dalam al-Qur’an
untuk dijadikan pelajaran.
Allah menceritakan kisah-kisah tersebut tentu ada maksud tertentu, yakni
agar orang-orang yang membaca kisah tersebut dapat mengambil pelajaran dan
hikmah dari kisah-kisah terdahulu. Kata al-hikmah dalam al-Qur’an disebutkan 20
kali, tidak termasuk kata sintaksisnya, seperti hakim.12
Muhammad Rasyîd Riḏa, mendefinisikan bahwasannya hikmah adalah
pengetahuan mengenai akibat dan hakikat yang terdapat dalam suatu kejadian
serta pengetahuan tentang hakikat, manfaat, dan faedah dari suatu kejadian itu.
Pengetahuan tersebut mendorong atau memotivasi pemiliknya untuk melakukan
sesuatu yang baik dan terpuji secara benar dan baik. Menurut Ibnu Abbas, ia
menafsirkan kata hikmah sebagai pengetahuan tentang segala isi al-Qur’an, baik
pengetahuan yang merupakan petunjuk-petunjuk illahi maupun hukum-hukum
yang disertai dengan illat dan hikmahnya.13
Kata hikmah menurut Ibn Manzur dalam kamus standar Bahasa Arab, Lisan
al-‘Arabi, dijelasakan bahwa dalam istilah hikmah terkandung makna ketelitian
dan kecermatan dalam ilmu dan amal.14 Maksudnya orang yang memiliki hikmah
dalam arti tersebut akan terhindar dari kerusakan dan ke zaliman, karena hikmah
adalah ilmu yang sempurna dan bermanfaat.
Hikmah menurut ahli tafsir, al-Râghib al-Isfahânî menjelaskan bahwa
hikmah adalah kebenaran yang didapat dengan perantara ilmu dan akal yang
berasal dari Allah ataupun manusia. Jika berasal dari Allah, ia adalah pengetahuan
tentang segala sesuatu yang ada, dan kebenarannya itu sudah pasti benar. Jika
datangnya dari manusia, pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada, serta
berbagai pengalaman dalam berbagai kebaikan.15
Kisah al-Qur’an seharusnya dijadikan sebagai suatu pelajaran (‘Ibrah).‘Ibrah
diambil dari kata ‘ubur “menyebrang”. Ketika seseorang menjumpai kisah orang-
orang terdahulu dalam al-Qur’an, seakan-akan ia hidup pada masa orang-orang
12 Juhaya Praja, Tafsir Hikmah: Seputar Ibadah, Muamalah, Jin dan Manusia (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000), h. 37. 13Juhaya Praja, Tafsir Hikmah: Seputar Ibadah, Muamalah, Jin dan Manusia, h. 37. 14Abû Faḏal Jamaluddin Muhammad bin Mukram bin Mandzur al-Afriqy al-Misry, Lîsân
al-‘Arab, jil. 12, cet.3 (Beirut, Dar as-Sadir, 1994), h. 140. 15 Juhaya Praja, Tafsir Hikmah: Seputar Ibadah, Muamalah, Jin dan Manusia, h. 38.
![Page 23: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/23.jpg)
5
terdahulu, dan seakan-akan dia terlepas dari ikatan masa kini kemudian
mengambil pelajaran dari mereka.16
Berapa banyak kisah al-Qur’an telah memberikan hikmah kepada para
pembacanya berupa pelajaran, petunjuk, dan pelajaran, nilai, dan sunnatullah
(hukum alam), bekal hidup, dan persiapan untuk di dalami. Sesungguhnya kisah-
kisah al-Qur’an merupakan sebuah khazanah yang tidak akan pernah habis dan
sebuah mata air yang tidak akan kering, tentang pelajaran, petunjuk dan
peringatannya, tentang keimanan dan akidah, tentang amal dan dakwah, tentang
jihad dan perlawanan tentang kesabaran dan keteguhan.17
Ada banyak kisah-kisah para nabi dan rasul yang diceritakan di dalam al-
Qur’an yang dari kisah-kisah itu dapat digali banyak hikmah dan faidah, salah
satunya adalah kisah Nabi Musa. Kisah Nabi Musa adalah kisah-kisah nabi yang
paling banyak kisahnya diceritakan di dalam al-Qur’an dibandingkan dengan
nama-nama Nabi lainnya. Nama Nabi Musa disebut sebanyak 136 kata,
sedangkan kata Nabi Adam hanya disebutkan sebanyak 25 kali, kata Nabi Nuh
disebutkan 43 kali, dan kata Nabi Yusuf disebutkan 27 kali.18, salah satunya pada
Q.s. Al-Qasas, dimana dalam surat itu terdapat banyak kisah Nabi Musa dengan
Fir’aun.
Sejarah tentang Nabi Musa banyak terdapat di dalam al-Qur’an karena
memang ada beberapa faktor di antaranya kaum Bani Israil merupakan kaum
pilihan Allah dan kaum Bani Israil punya sejarah yang panjang dan juga pernah
mencapai tahap kebudayaan yang sangat maju.19
Fokus penulis di sini adalah pada Q.s. Al-Qasas, karena penulis merasa
tertarik ketika membaca kisah di dalam surat tersebut. Ketika keadaan umat pada
saat Nabi Musa dilahirkan, Nabi Musa kecil yang harus di hanyutkan di sungai
lalu di asuh oleh keluarga Fir’aun, dimana pada saat itu Firaun membunuh setiap
bayi laki-laki tetapi dengan kuasa Allah ia dibesarkan di dalam istana Fir’aun.
16 Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an pelajaran dari orang-orang
dahulu, h. 32. 17 Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an pelajaran dari orang-orang
dahulu, h. 33. 18Syauqi Abu Khalili, Atlas Al-Qur’an: Mengungkap Misteri Kebenaran Al-Qur’an,
penerjemah: M. Abdul Ghafar (Jakarta: Almahira, 2006), h. 83. 19 Afzurrahman, Ensiklopedi Sirah, jil. 3 (Malaysia: Muslim Education School, 1998), h.
188.
![Page 24: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/24.jpg)
6
Hingga sampai pada saat itu terjadilah satu peristiwa, terdapat seorang laki-laki
yang meminta bantuan Nabi Musa untuk membelanya. Ketika itu Nabi Musa
membantu laki-laki itu dan menonjok lawannya hinggan lawannya itu mati dan
laki-laki yang ditonjok itu adalah seseorang dari kelompok Fir’aun. Ketika
Fir’aun mendengarnya ia marah dan mengejar Nabi Musa bersama bala tentaranya
untuk membunuh Nabi Musa. Hingga akhirnya Nabi Musa lari dan sampai di
Kota Madyan.20
Seperti diketahui bahwa setiap kisah yang terdapat di dalam al-Qur’an
mempunyai hikmah tersendiri, begitu juga dengan kisah pelarian Nabi Musa ke
Kota Madyan. Ketika Nabi Musa sampai di sebuah persimpangan,Nabi Musa
bingung jalan mana yang benar untuk melindunginya dari kejaran pengawal
Fir’aun. Lalu ia berdoa memohon petunjuk kepada Allah, dan akhirnya Nabi
Musa mengambil arah menuju Kota Madyan padahal pada saat itu ia tidak tahu
jalan menuju Madyan, bahkan di dalam satu riwayat dijelaskan pada saat itu Nabi
Musa bertemu dengan seseorang yang tidak dikenalnya dan dengan pasrahnya ia
mengikuti orang tersebut tanpa ada keraguan bahwa ia berasal dari kelompok
Fir’aun. Madyan adalah sebuah kota yang berada diluar batas kekuasaan Fir’aun
berada di sebelah timur Mesir dimana jalan yang ditempuh menuju Madyan
membutuhkan waktu perjalanan selama 8 malam.21
Di arahkannya Nabi Musa ke Kota Madyan tentu Allah mempunyai tujuan
atau rahasia dibalik itu semua dan terdapat hikmah yang dapat diambil dari
perjalanannya tersebut.
Bedasarkan uraian dan permasalahan di atas, penulis merasa adanya ruang
untuk membahas hikmah kisah di dalam al-Qur’an. maka penulis mengangkat
tema dengan judul “Hikmah Dari Kisah Pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan
(Studi Atas Penafsiran Q.s. Al-Qasas: 20-28)”
B. Identifikasi Masalah
1. Berkaitan tentang kisah Nabi Musa banyak diceritakan dalam tafsir al-Qur’an
dan dalam buku kisah-kisah Nabi. Bahwa di dalamnya dijelaskan,
20 Ahmad Jaâdul Mawlâ, Buku Induk Kisah al-Qur’an, penerjemah: Abdurrahman
Assegaf, cet.1 (Jakarta: Penerbit Zaman, 2009), h. 227. 21 Ahmad Jaâdul Mawlâ, Buku Induk Kisah al-Qur’an, penerjemah: Abdurrahman
Assegaf, cet.1 (Jakarta: Penerbit Zaman, 2009), h. 228.
![Page 25: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/25.jpg)
7
bahwasannya Nabi Musa dimintai pertolongan oleh orang dari golongannya
untuk mengalahkan musuhnya seseorang dari kaum Fir’aun. Maka Nabi
Musa memperkenankan permintaannya, lalu meninjunya dalam sekali
pukulan hingga matilah orang yang ditinjunya itu. Sedangkan pada
kenyataanya nabi-nabi Allah terjaga dari sifat ma’sum. Bagaimana mungkin
seorang nabi mempunyai sifat negatif dan melakukan perbuatan dosa yakni
membunuh seorang manusia sedangkan tidak ada perintah dari Allah
sebelumnya.
2. Semua kisah yang tertera di dalam al-Qur’an dikisahkan dengan
menggunakan tata bahasa yang tinggi. Maka banyak dari sebagian
masyarakat yang memahami kisah-kisah di dalam al-Qur’an hanya membaca
dan mengikuti alur tanpa mendalami isi dari kisah tersebut.
C. Pembatasan dan PerumusanMasalah
Kisah tentang Nabi Musa di dalam al-Qur’an banyak sekali disebutkan di
dalam al-Qur’an. Di antaranya pembahasan tentang pengulangan pada kisah Nabi
Musa, terjadinya pengulangan kisah tersebut untuk menunjukkan betapa
pentingnya kisah tersebut. Ada tiga aspek penting dalam pengulangan kisah Nabi
Musa yakni aspek teologis, gaya bahasa dan sosiologis. Pada aspek teologis,
pentingnya pengulangan tersebut adalah untuk penguatan penanaman akidah dan
moral umat islam, dalam aspek gaya bahasa adalah untuk menunjukkan bahwa
redaksi kisah al-Qur’an menggunakan diksi yang bervariasi tidak monoton hingga
pembaca tidak merasa jenuh ataupun bosan, dan dalam aspek sosiologi kisah
tersebut telah menjadi wacana bagi kaum Quraisy dan umat islam pada saat itu.
Yang kedua pembahasan tentang nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam
kisah Nabi Musa, banyak nilai-nilai yang didapatkan dari sebuah kisah termasuk
pada kisah Nabi Musa. Karna memang tujuan adanya kisah itu adalah sebagai
pelajaran untuk umat sesudahnya.
Selanjutnya pembahasan kisah dari aspek sejarah, yakni perbedaan kisah
Nabi Musa yang terdapat di dalam al-Qur’an dan kisah Nabi Musa yang terdapat
di dalam perjanjian lama. Di dalam perjanjian lama kisah Nabi Musa secara tehnis
lebih mudah dalam penerapannya, karena Nabi Musa diceritakan secara lengkap
terutama dalam kitab exodus. Di dalam bibel juga dalam mengkisahkan tokoh
![Page 26: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/26.jpg)
8
tidak segan-segan mengorbankan kehormatan nabi-nabi mereka dalam kisahnya
tanpa dapat di jadikan tauladan, sebaliknya di dalam al-Qur’an para nabi-nabi
diceritakan dengan terhormat karena memang para nabi adalah sosok pilihan
Allah. Kisah dalam al-Qur’an mencaritakan ketangguhan moral, mental dan
spiritual para Nabi.
Selanjutnya dalam pembahasan kisah dalam al-Qur’an tidak akan pernah
lepas dari hikmah yang terkandung di dalam al-Qur’an, pembahasan tentang
hikmah juga sudah ada yang membahas, karena banyak sekali hikmah dibalik
kisah-kisah di dalam al-Qur’an di antaranya, penjelasan tentang kebijaksanaan
dan kemahaadilan Allah, penjelasan karunia Allah terhadap orang-orang yang
beriman, hiburan bagi nabi atas penderitaan yang beliau alami karena gangguan
orang-orang yang mendustakannya, motivasi bagi kaum mukminin agar selalu
istiqomah atas keimanannya dan ancaman bagi orang-ornag kafir atas
kekafirannya.
Untuk menghindari kerancuan dalam pembahasan skripsi ini maka penulis
perlu membatasi penelitian dalam skripsi ini. Dalam membahas kisah Nabi Musa,
penulis hanya membahas dari segi hikmah saja, yakni hikmah yang terkandung
pada Q.s. Al- Qasas:20-28.
Bedasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, rumusan
masalah yang penulis angkat di dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana mufasir
menjelaskan hikmah dari kisah pelarian Musa ke Kota Madyan dalam Q.s. Al-
Qasas: 20-28?”
D. Tujuan Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana mufasir
menjelaskan hikmah dari perjalanan Nabi Musa ke Kota Madyan yang terdapat
dalam Q.s. Al-Qasas: 20-28.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian tentang hikmah kisah-
kisah dalam al-Qur’an yang sudah di dibahas sebelumnya, khususnya penulis
melanjutkan penelitian yang ditulis oleh Aidin Maghfiroh dengan judul
skripsinya, Ibrah Kisah Nabi Daud dalam Al- Qur’an.
![Page 27: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/27.jpg)
9
Semoga karya ilmiah ini berguna bagi mahasiswa yang hendak menambah
keilmuannya dan menjadi referensi pemahaman terkait hikmah kisah di dalam al-
Qur’an dan diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan di bidang
pendidikan al-Qur’an dan Tafsir Khususnya yang berkaitan dengan hikmah kisah
di dalam al-Qur’an yang dijelaskan oleh mufasir.
F. Kajian Pustaka
Dalam beberapa literatur yang penulis baca, sudah banyak pembahasan
tentang kisah di dalam al-Qur’an, tetapi dari sekian banyak itu penulis ingin
membahas dari sudut pandang yang lain, yaitu penulis ingin mengetahui hikmah
apa saja yang terdapat di dalam kisah al-Qur’an khususnya pada kisah Nabi Musa
pada saat ia melarikan diri ke Kota Madyan. Dari beberapa penelusuran, penulis
menemukan beberapa tema yang terkait dengan penelitian ini. Yaitu:
Penelitian yang ditulis oleh Muh. Luqman Arifin dalam artikelnya yang
berjudul Nilai-nilai Edukasi dalam Kisah Musa-Khidir dalam Al-Qur’an.22
Rumusan masalah dari artikel ini adalah, nilai edukasi apa yang terkandung dalam
kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir. Sebagai kesimpulan dari artikel ini, nilai yang
terkandung dalam kisah tersebut adalah nilai tawaḏḏu, sikap rendah diri, nilai
kesabaran, nilai pentingnya menyiapkan bekal materi belajar, pentingnya
memberikan penjelasan materi pelajaran bagi guru untuk sang murid.
Penelitian yang kedua yang ditulis oleh Syukron Affani dengan judul
artikelnya Rekonstruksi Kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an: Studi Perbandingan
dengan Perjanjian Lama.23 Fokus masalah pada artikel ini adalah membandingkan
kisah Nabi Musa yang berada di dalam al-Qur’an dan yang berada di luar teks al-
Qur’an. Sebagai jawaban dari masalah yang diteliti, Syukron Affani
menyimpulkan hasil perbandingan yang ia telititi menujukkan perbedaan yang
terdapat di dalam al-Qur’an dan Perjanjian lama terutama pada sisi detail cerita
dan alurnya. Dalam disiplin ilmu al-Qur’an narasi perjanjian lama tentang Nabi
Musa merupakan sumber israiliyat.
22 Muh. Luqman Arifin, “Nilai-nilai Edukasi dalam Kisah Musa-Khidir dalam Al-
Qur’an”, Jurnal Dialektika PGSD, Vol.8, no.1 (Maret 2018): h.28-38. 23 Syukron Affani, “Rekonstruksi Kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an: Studi Perbandingan
dengan Perjanjian Lama,” Jurnal al- Hikam, Vol. 12, no.1 (Juni 2017): h.171- 195.
![Page 28: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/28.jpg)
10
Penelitian yang selanjutnya yang ditulis oleh Mursalim dengan judul artikel
Gaya Bahasa Pengulangan Kisah Nabi Musa as. dalam al-Qur’an.24. Rumusan
masalah dari artikel ini adalah bagaimana gaya pengulangan kisah Nabi Musa
dalam al-Qur’an dengan menggunakan analisis stilirtika sebagai suatu ilmu yang
melihat aspek bentuk atau gaya bahasa pada kisah Nabi Musa. Mursalim
menyimpulkan bahwa terdapat beberapa gaya pengulangan kisah Nabi Musa di
dalam al-Qur’an, yakni adalah gaya pengulangan bahasa yang berbeda,
pengulangan tokoh yang berbeda, pengulangan tema dan kronologi yang berbeda.
Dari semua bentuk pengulangan itu, semuanya berorientasi pada makna- makna
yang dikandung yakni merupakan pelajaran dan nasehat- nasehat kepada Nabi
Muhammad secara khusus dan nasehat bagi manusia secara umum.
Penelitian Kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an perspektif Psiko-Sastra yang
ditulis oleh Ahmad Ashabul Kahfi.25 Rumusan masalah dari penelitian ini adalah
bagaimana membaca kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an melalui pendekatan
psikologi sastra. Dari rumusan masalah tersebut Ahmad Ashabul Kahfi
memberikan kesimpulan bahwa Nabi Musa memiliki strategi penanggulangan
agama yang baik dalam penggunaannya.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh David Fatakhullah dalam
skripsinnya yang berjudul “Analisis Struktural Semiotik Kisah Nabi Musa as. Dan
Nabi Khidir as. Dalam Q.s. Al-Kahfi” .26 Rumusan masalah dari skripsi ini
adalah, bagaimana pemaparan kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dengan
menggunakan analisis struktural, bagaimana pemaparan kisah Nabi Musa dan
Nabi Khidir dengan menggunakan analisis semiotik, dan nilai-nilai apa saja yang
terkandung dalam kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir Sebagai jawaban dari
rumusan Masalah tersebut David Fatakhullah menyimpulkan bahwa:
1. Unsur struktur pembangunan kisah ini terdiri atas tema, fakta cerita, dan
sarana cerita. Keseluruhan unsur tersebut secara runtut menceritakan
perjalanan tokoh utama dalam mencari ilmu dengan tema tekad kuat,
24 Mursalim, “Gaya Bahasa Pengulangan Kisah Nabi Musa as. dalam al-Qur’an”, Jurnal
Lentera, Vol.1, no.1 (Juni 2017): h.84-104. 25 Ahmad Ashabul Kahfi “Kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an perspektif Psiko-Sastra”,
Jurnal Keislaman dan Humaniora, Vol. 4, no.2 (Desember 2017): h.276-302. 26 David Fatakhullah, “Analisis Struktural Semiotik Kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidir
as dalam Q.s. Al-Kahfi,” (Skripsi S1 Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, 2014), h.85.
![Page 29: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/29.jpg)
11
kesabaran dan kerendahan hati merupakan pondasi utama dalam mencari dan
mengamalkan ilmu.
2. Analisis semiotika dengan menggunakan pembacaan heuristik dan
hermeneutik ditemukan bahwa ilmu yang berada disisi Allah tidak ada
batasnya, baik ilmu yang ẕahir maupun yang batin. Allah berhak memberikan
ilmunya kepada siapapun baik secara langsung ataupun dengan perantara,
karena Allah adalah zat yang maha berkehendak.
3. Nilai-nilai yang terkandung dalam dalam kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir
adalah, keimanan dan ketakwaan, kesabaran, kebijaksanaan Allah, adab
seorang murid kepada guru ketika mencari ilmu, dan tekad yang kuat untuk
mencari ilmu.
Masmukhah menulis tesis yang berjudul Pengulangan Kisah Nabi Musa
dalam al-Qur’an dan Relevansinya dengan Repitisi Pembelajaran.27 Rumusan
masalah dari tesis tersebut adalah, bagaimanakah bentuk pengulangan kisah Nabi
Musa dalam Q.s. Ṯaha, Q.s. Asy- Syu’ara, Q.s. al-Qasas dan Q.s. an- Nazi’at,
mengapa kisah Nabi Musa diulang dalam empat surah tersebut, bagaimana
korelasi pengulangan kisah Nabi Musa dalam empat surah tersebut dengan proses
repitisi pembelajaran. Sebagai jawaban dari rumusan masalah tersebut,
Masmukhah menyimpulkan bahwasannya terdapat beberapa bentuk pengulangan
yaitu pengulangan yang terjadi bukanlah pengulangan secara seratus persen,
terdapat peubaha redaksi yang berbeda namun dalam kerangka subtansi makna
yang sama. Kisah Nabi Musa diulang dalam empat surat tersebut karena, tiap-tiap
surat mempunya tujuan yang berbeda sesuai dengan konteks surat tersebut.
Relevansi antara pengulangan kisah tersebut dalam repitisi pembelajaran adalah
dapat memberikan ilustrasi kepada guru bahwa terdapat prinsip umum dalam
repitisi pembelajaran yaitu, repitisi pembelajaran dilakukan pada materi yang
penting dan sulit, agar materi tersebut dapat tertanam dalam jiwa anak dan tidak
mudah dilupakan dan repitisi pembelajaran agar anak tidak bosan dalam
menerima materi pembelajaran.
27 Masmukhah, “Pengulangan Kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an dan Relevansinya
dengan Repitisi Pembelajaran,” (Tesis S2 Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, 2009), h. 175.
![Page 30: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/30.jpg)
12
Tulisan lainnya adalah karya Muhammad Iqbal Shidik dalam skripsinya yang
berjudul “Strategi Pembelajaran Afektif dalam Kisah Nabi Musa as dan Nabi
Khidir (Telaah Q.s. Al-Kahfi: 60-82)”.28 Apa strategi pembelajaran yang
diterapkan Nabi Khidir kepada Nabi Musa pada Q.s. Al- Kahf: 60-82. Jawaban
dari rumusan masalah tersebut Muhammad Iqbal shidik menyimpulkan
bahwasannya dalam proses pembelajaran tersebut Nabi Khidir menggunakan
strategi pembelajaran afektif yaitu jangan menanyakan sesuatu sebelum Nabi
Khidir menjelaskan dengan sendirinya.
Irham Nugroho menulis artikel yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Agama
Islam dalam Kisah-kisah yang Terkandung ayat al-Qur’an.29 Rumusan masalah
dari penelitian di atas adalah nilai-nilai pendidikan agama apa saja yang
terkandung pada kisah-kisah yang terkandung di dalam al-Qur’an. Swbagai
kesimpulan, Irham Nugroho memaparkan beberapa nilai-nilai pendidikan agama
tersebut yakni, nilai pendidikan tauhid, nilai pendidikan intelektual, nilai
pendidikan akhlak atau moral, nilai pendidika seksual, nilai pendidikan spiritual,
dan nilai pendidikan demokrasi.
Penelitian tentang kisah al-Qur’an yang berjudul Urgensi Qasas al-Qur’an
dalam Pembelajaran Yang ditulis oleh Umar Sidiq.30 Rumusan masalah dari
penelitian ini adalah apa saja tujuan kisah-kisah terdahulu dimasukan di dalam al-
Qur’an. Dalam menjawab rumusan masalah di atas Umar Sidiq menyimpulkan
bahwasannya tujuan adanya kisah di dalam al-Qur’an adalah, meneguhkan hati
Rasulullah, membenarkan para nabi terdahulu, menyibak kebohongan ahli kitab
dengan hujjah, dan kisah adalah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat
menarik perhatian para pendengar, dan menjelaskan asas-asas dakwah menuju
Allah.
28 Muhammad Iqbal Shidik, “Strategi Pembelajaran Afektif dalam Kisah Nabi Musa as
dan Nabi Khidir: Telaah Q.s. Al-Kahfi: 60-82,” (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2015), h.6-61. 29 Irham Nugroho, “Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kisah-kisah yang
Terkandung Ayat al-Qur’an”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol.8, no.1 (Mei 2017): h. 92-102. 30 Umar Sidiq, “Urgensi Qasas al- Qur’an dalam Pembelajaran”, Jurnal Kependidikan
dan Kemasyarakatan, Vol.9, no.1 (Juni 2016): h. 92.
![Page 31: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/31.jpg)
13
Aidin Maghfiroh menulis skripsi dengan judul skripsi, “Ibrah Kisah Nabi
Daud dalam Al- Qur’an”.31 Rumusan masalah dari skripsi ini adalah bagaimana
penafsiran Syaikh Nawawi Bantani terhadap Q.s. Sad: 21-25 dalam tafsir Marâh
Labîd dan bagaimana ibrah kisah Nabi Daud menurut Syaikh Nawawi Bantani.
Sebagai jawaban dari rumusan masalah tersebut Aidin menyimpulkan dalam
skripsinya bahwa Syaikh Nawawi Bantani dalam menafsirkan Q.s. Sad: 21-25
mengutip riwayat isrâiliyyât serta memberikan komentar dan menyebutkan
pendapat ulama lain tentang kisah tersebut. Ibrah yang didapatkan dari kisah Nabi
Daud dalam Q.s. Sad: 21-25 adalah perlunya seseorang untuk berhati-hati dalam
melakukan segala sesuatu agar tidak menyakiti hati orang lain ataupun berbuat
sesuatu demi kebaikan pribadi.
Sejauh ini beberapa penelitian yang sudah dikemukakan, penulis
berkesimpulan bahwasannya masih sedikit yang membahas hikmah ataupun
pelajaran yang terdapat di dalam kisah-kisah al-Qur’an khususnya pada kisah
pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan. Maka dari itu penulis ingin membahas hal
tersebut agar dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif. Sedangkan jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian
pustaka (Library research),32 yakni penelitian yang menitikberatkan pembahasan
yang bersifat kepustakaan, yang kajiannya dilakukan dengan cara menelusuri
bahan-bahan pustaka untuk mengupas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
kisah pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini, penulis membagi menjadi dua. Adapun sumber
data tersebut adalah:
31 Aidin Maghfiroh, Ibrah Kisah Nabi Daud dalam al-Qur’an: Telaah Penafsiran Syaikh
Nawawi al-Bantani atas Q.s. Sad: 21-25 Menurut Tafsir Marâh Lâbid (Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2018). 32 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.36.
![Page 32: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/32.jpg)
14
a. Sumber data primer adalah sumber data yang menjadi rujukan utama dalam
penelitian ini.33 Sumber data primer tersebut adalah Tafsir bercorak adab al-
ijtima’i seperti Tafsir al-Maraghi karya Ahmad Mustafa al-Maraghi34, Tafsir
al-Azhar karya Hamka35, Tafsir Sya’rawi karya Muhammad Mutawally
Sya’rawi36, Tafsîr fî zhilâl al-Qur’an karya Sayyid Quṯb37.
b. Sedangkan sumber data sekunder dari penelitian ini adalah kitab-kitab tafsir
lainnya seperti, Tafsîr aṯ-Ṯabarî karya Abû Ja’far Muhammad aṯ-Ṯabarî,
Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, Tafsir al-Qurṯubi karya Imam
al-Qurṯubi serta buku-buku seperti Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari
Orang-Orang Dahulu karya Shalah al-Kalidy, Indahnya al-Qur’an berkisah
karya Sayyid Quṯb, serta buku-buku, jurnal, dan sumber data lainnya yang
terkait dengan pokok-pokok pembahasan dalam penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menelaah
berbagai sumber seperti kitab tafsir, buku-buku dan artikel yang berhubungan
dengan judul penelitian, setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis
data.
4. Analisis Data
Berikut adalah langkah-langkah analisis data yang penulis lakukan:
a. Memilih Q.s. Al-Qasas: 20-28 yang berkisah tentang pelarian Nabi Musa ke
Kota Madyan untuk diteliti.
b. Mengumpulkan teks-teks tafsir. Tafsir yang penulis gunakan adalah Tafsir al-
Maraghi karya Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Azhar karya Hamka,
Tafsir Sya’rawi karya Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsîr fî zhilâl al-
Qur’an karya Sayyid Quṯb.
33 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
h.74. 34 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah: Zainal Arifin (Medan:
Duta Azhar, 2011). 35 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas,
1982). 36 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, penerjemah: Bahrun Abu Bakar, cet.2
(Semarang: Toha Putra Semarang, 1993). 37 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an,
penerjemah:As’ad Yasin dkk, cet.1 (Jakarta: Robbani Press, 2004).
![Page 33: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/33.jpg)
15
c. Kemudian penulis membacanya setelah itu menandai atau mengkoding yang
terkait dengan hikmah, pelajaran ataupun ibarah.
d. Selanjutnya penulis mengklasifikasi hikmah-hikmah tersebut kepada dua
bagian, yakni pertama hikmah mengenai keseluruhan kisah dan yang kedua
hikmah mengenai sebagian kisah.
H. Sistematika Penulisan
Dengan melihat tujuan untuk membuat dan mempertahankan karya ilmiah
yang sistematis serta memudahkan dan enak untuk dibaca, kajian ini disusun
dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I, pendahuluan. Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah yang
merupakan argumen penulis, indentifikasi masalah, mengapa penelitian ini
penting dilakukan kemudian memaparkan batasan dan rumusan masalah, tujuan,
manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan. Bab ini ditujukan untuk memberikan gambaran dari keseluruhan
permasalahan yang akan dibahas secara rinci dan detail pada bab-bab berikutnya.
Bab II adalah kerangka teori. Bab ini membahas tentang tinjauan kisah
secara umum di antaranya pengertian kisah dalam al-Qur’an, macam-macam
kisah dalam al-Qur’an, tujuan kisah di dalam al-Qur’an, pola pemaparan kisah di
dalam al-Qur’an dan hikmah kisah dalam al-Qur’an. Bab ini ditunjukkan untuk
menjelaskan pemaparan kisah di dalam al-Qur’an secara umum.
Bab III, membahas tentang penafsiran Q.s. Al-Qasas: 20-28 yang terdiri dari,
tafsir dan sistematika penafsiran, teks ayat dan terjemah, tafsir ayat 20-22 dan
tafsir ayat 23-28. Bab ini berfungsi untuk dijadikan sumber data.
Bab IV, membahas hikmah yang dapat dipetik dari pelarian Nabi Musa
menuju Kota Madyan dalam QS. Al-Qasas: 20-28 yakni, perjalanan Nabi Musa ke
Kota Madyan. Penulis membagi dua hikmah, yakni yang pertama hikmah terkait
keseluruhan kisah, hikmah yang penulis dapatkan adalah bertawakal kepada Allah
dan menjadikannya sebagai satu-satunya sandaran bagi manusia. Yang kedua
adalah hikmah terkait sebagian dari kisah, hikmah yang penulis dapatkan adalah
wanita diperbolehkan bekerja diluar rumah, pemberian mahar diperbolehkan
berupa tenaga ataupun jasa, diperbolehkan bagi keluarga dari pihak wanita
meminang laki-laki, dan anjuran untuk memuliakan perempuan. Kajian pada bab
![Page 34: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/34.jpg)
16
ini ditunjukkan untuk mengungkap latarbelakang yakni mengungkap hikmah yang
terdapat dalam Q.s. Al-Qasas: 20-28.
Bab V, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari jawaban atas
rumusan masalah yang terdapat pada bab I dan saran serta kritik yang dilakukan
oleh penulis bedasarkan kajian yang telah dilakukan.
![Page 35: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/35.jpg)
17
BAB II
TINJAUAN UMUM
TENTANG KISAH DALAM AL-QUR’AN
Al-Qur’an tidak hanya menyuguhkan seni sastra, menceritakan riwayat kisah-
kisah orang terdahulu dan merekam kehidupan mereka, seperti yang banyak
dilakukan oleh para sejarawan. Akan tetapi, kisah-kisah yang terdapat di dalam al-
Qur’an tersebut menjelaskan hikmah dari penyebutannnya, manfaat apa yang
dapat di ambil darinya, konsep memahaminya dan bagaimana cara berinteraksi
dengannya,1 oleh karena itu ketika ingin mempelajari suatu kisah di dalam al-
Qur’an, maka harus lebih dulu mengetahui tinjauan umum tentang kisah di dalam
al-Qur’an.
A. Pengertian Kisah
Kata kisah berasal dari Bahasa Arab yaitu qissah (قصة). Bentuk jamak qissah
-berasal dari kata kerja qassa (قصة) Kata qissah .(قصص) adalah qasas (قصة)
yaqussu ( قص – يقص).2 Al-Qur’an menggunakan kisah sebagai salah satu cara
menyampaikan pesan atau pelajaran kepada pembacanya.3 Dalam al-Qur’an kata
qasas disebut 26 kali dan yang seakar dengannya, tersebar dalam 12 surat dan 21
ayat. Lebih dari itu, dalam al-Qur’an ada surat khusus yang dinamakan surat al-
Qasas, yakni surat ke 28 yang terdiri atas 88 ayat, 1.441 kata, dan 5800 huruf.4
Kisah memiliki berbagai macam arti di antaranya adalah mencari atau
mengikuti jejak.5
ءاثارهما قصصا لك ما كنا نبغ فٱرتدا على .قال ذ
1Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang
dahulu, penerjemah: Setiawan Budi Utomo, jil.1 (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 21. 2 Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata dan Tafsirnya (Jakarta:
Lentera Hati,2007), h. 765. 3Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata dan Tafsirnya, h. 328. 4 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 107. 5Mannâ’ Khalîl al-Qaṯṯân, Mabâẖis fî ‘Ulûm Qur’ân, penerjemah: Mudzakir AS, Studi
Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera Antar Nusa, 2013), h. 435.
![Page 36: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/36.jpg)
18
“Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula” (Q.s. Al-Kahfi: 64)
Ada juga makna kisah yang lain yang berarti cerita.6
ذا ٱلقرءان وإن كنت من نحن نقص عليك أحسن ٱلقصص بما أوحينا إليك ه
فلين .قبلهۦ لمن ٱلغ
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al
Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya
adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui”(Q.s. Yûsuf: 3)
Ada juga yang mengartikannya dengan pengulangan atau menceritakan ulang
hal yang tidak mesti terjadi.7
Dalam al-Qur’an, kadang satu kisah yang diulang-ulang, tetapi pengulangan
tersebut sebenarnya mempunyai manfaaat tersendiri dalam setiap pengulangannya.
Tanpa ada perbedaan maupun pertentangan dalam keseluruhan cerita, karena
kisah diturunkan dalam al-Qur’an bertujuan untuk memberikan pelajaran, nasehat
dan mempengaruhi akal dan hati. Sayid Quṯb bekata: “sebagian orang ada yang
mengira bahwa memang terjadi pengulangan kisah dalam al-Qur’an, karena satu
cerita kadang berulang dalam dua surat. Akan tetapi jika dilihat dengan jeli, akan
jelas bahwa tidak ada satu cerita, atau satu penggal dari sebuah cerita yang
berulang dalam satu surat, dari segi kuantitas dan cara penyampaiannya. Jika ada
pengulangan suatu penggal, pasti terdapat sesuatu nilai-nilai baru yang ingin
disampaikan tanpa adanya pengulangan.8
Dalam bentuk perintah (fi’il amr), kata qasas berarti perintah untuk mengikuti
apa yang diceritakan, seperti perintah Ibu Musa agar mengikuti Musa9
يه فبصرت بهۦ عن جنب وهم ل يشعرون .وقالت لختهۦ قص
6Mustafa Muhammad Sulaiman, Al-Qissah fî al-Qur’an al-Karîm (Mesir: Maṯba’ah al-
Amaniyyah, 1993), h. 15. 7 Nazwar Syamsu, Kamus Al-Qur’an, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), h. 204. 8 Abdul Karim Zaidan, Kisah-kisah Al-Qur’an, penerjemah: Thoriq Abdul Aziz dan
Setiawan Budi Utomo (Jakarta: Robbani Press,2001), h. 3. 9 Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata dan Tafsirnya (Jakarta:
Yayasan Bimantara, 1997), h. 328.
![Page 37: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/37.jpg)
19
“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia"
Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak
mengetahuinya”(Q.s. Al-Qasas: 11)
Dalam kamus Munawwir qasas secara bahasa berarti menggunting,
memangkas, mendekati, menceritakan, mengikuti jejak, membalas, memotong.10
Menurut Imam al-Râghib al-Isfahânî11 mengatakan dalam kitab mufradat-nya al-
Mufradat fî gharîb al-Qur’an tentang kata qasas, al-Qassu berarti mengikuti jejak,
dikatakan qasastu atsarahu “saya mengikuti jejaknya”. Qasas juga dapat berarti
berita yang bersifat kronologis, yang disampaikan tahap demi tahap.12
Sedangkan al-Qur’an selalu menggunakan terminologi qasas untuk
menunjukkan bahwa kisah yang disampaikannya itu benar dan tidak mengandung
kemungkinan salah atau dusta. Dari segi istilah, kisah berarti berita-berita
mengenai suatu kejadian dalam masa yang saling berurutan.
Menurut A. Hanafi dalam buku Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah al-
Qur’an, ia mendefinisikan kisah dari segi sastra yang ia kutip dari As-Siba’i al-
Bajûmi.
As-Siba’i al-Bajumi mendefinisikan kisah sebagai berikut, “kisah adalah
tulisan yang bersifat kesusasteraan yang indah dan keluar dari seorang penulis
dengan maksud untuk menggambarkan suatu keadaan tertentu (mengenai sejarah
atau kesusasteraan atau akhlak, atau susunan masyarakat dan sebagainya), dengan
cara penulis melepaskan diri dari perasaan pribadinya.”13
Definisi lain yang diberikan oleh Muhammad Khallafullah menyatakan kisah
sebagai berikut, “kisah adalah suatu karya kesusastraan yang merupakan hasil
10Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), h. 1126. 11Ia adalah Abû al-Qasîm al-Hussain bin Mufaḏḏal bin Muhammad, lebih dikenal dengan
nama al-Râghib al-Isfahânî. Seorang pemikir abad pertengahan yang berupaya memahami al-
Qur’an lewat pendalaman terhadap bahasa Arab. Melalui karyanya Mu’jam al-Mufradat lî alfâẕ al-
Qur’an, beliau berpendapat bahwa sarana yang paling utama dalam memahami al-Qur’an adalah
lewat penguasaan terhadap bahasa. 12Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang
dahulu, penerjemah: Setiawan Budiutomo, jil.1, h. 21. 13A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an, cet.1 (Jakarta: Pustaka
al-Husna, 1984), h. 13.
![Page 38: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/38.jpg)
20
khayal pembuat kisah terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi kepada seorang
pelaku yang sebenarnya tidak ada. Atau dari seorang pelaku yang benar-benar ada,
tetapi peristiwa-peristiwa yang berada pada dirinya dalam kisah itu tidak benar-
benar terjadi. Ataupun peristiwa-peristiwa itu terjadi atas diri pelaku, tetapi dalam
kisah tersebut disusun atas dasar seni yang indah, dimana sebagian peristiwa
disebutkan di awal dan sebagian yang lain disebutkan di akhir. Sebagiannya
disebutkan dan sebagiannya lagi dibuang. Atau terhadap peristiwa yang benar-
benar terjadi itu ditambahkan peristiwa baru yang tidak terjadi atau dilebih-
lebihkan penggambarannya, sehingga pelaku-pelaku sejarah keluar dari kebenaran
yang biasa dan sudah menjadi para pelaku khayali.”14
Kisah al-Qur’an adalah berita mengenai keadaan umat terdahulu, kenabian
yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah, sedang dan akan terjadi. Al-
Qur’an menceritakan kisah-kisah mereka dengan cara yang baik dan
menarik. 15 Dari berbagai macam penjelasan di atas tentang kisah, ada yang
mengatakan bahwa kisah adalah suatu peristiwa yang benar-benar terjadi.
Adapula yang mengatakan kisah itu hanyalah hasil khayal dari si pembuat kisah
terhadap peritiwa-peristiwa yang terjadi yang sebenarnya tidak ada. Dalam hal ini,
penulis sependapat bahwasannya kisah merupakan suatu peristiwa yang benar
terjadi pada umat terdahulu dan tidak mengandung kemungkinan salah ataupun
dusta.
B. Macam-macam Kisah di dalam Al-Qur’an
Kisah-kisah di dalam al-Qur’an itu bermacam-macam, ada yang menceritakan
para nabi dan umat terdahulu, dan ada yang mengkisahkan berbagai macam
peristiwa dan keadaan dari masa lampau, masa kini, ataupun masa yang akan
datang.
1. Ditinjau dari segi waktu
14Muhammad Ahmad Khâlafullâh, Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah, penerjemah: Anis
Maftukhin dan Zuhairi Misrawi (Jakarta: Paramadina 2002), h. 99. 15Mannâ Khâlil al-Qaṯṯân, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, h. 436.
![Page 39: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/39.jpg)
21
Ditinjau dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam al-
Qur’an, maka kisahal-Qur’an ada tiga macam, sebagai berikut16:
a. Kisah hal-hal ghaib pada masa lalu
Yaitu kisah yang menceritakan kejadian ghaib yang terjadi pada masa lampau
dan tidak bisa di tangkap oleh panca indera.
b. Kisah hal-hal ghaib pada masa kini
Yaitu kisah yang menerangkan hal-hal ghaib pada masa sekarang, walaupun
kisah-kisah tersebut sudah ada sejak dulu tetapi tetap ada sampai masa yang akan
datang.
c. Kisah hal-hal ghaib pada masa yang akan datang
Yaitu kisah-kisah yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang akan datang,
yang belum terjadi pada waktu turunnya al-Qur’an, kemudian peristiwa tersebut
betul-betul terjadi. Oleh karena itu, pada masa sekarang ini, peristiwa yang
dikisahkan itu benar-benar terjadi.
2. Ditinjau dari segi materi
Jika ditinjau dari segi materi yang diceritakan, maka kisah al-Qur’an itu
terbagi menjadi 3 macam, sebagai berikut17:
a. Kisah para Nabi terdahulu
Cerita ini mencakup dakwah mereka pada kaumnya, mukjizat para nabi, sikap
penentang para Nabi, fase dakwah dan perkembangannya, balasan terhapdap
orang-orang kafir dan pendusta.
Seperti kisah Nabi Ibrahim pada saat ia menghadapi kaumnya penyembah
berhala, bahkan ayahnya sendiri adalah pembuat berhala. maka ketika ia
menerima wahyu dari Allah, maka ayahnya lah yang menjadi target pertama Nabi
Ibrahim, diharapkan agar ayahnya bisa ikut membantunya menyebarkan dakwah
kepada masyarakat. Tetapi ayahnya menolak dengan keras setiap ucapan Nabi
Ibrahim. Hingga akhirnya ia menghancurkan berhala-berhala itu sendiri. Akibat
dari perbuatannya itu ia dibakar tetapi atas karunia Allah, Allah telah
16Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), h. 296. 17Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, h. 300.
![Page 40: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/40.jpg)
22
menampakkan tanda kebesarannya, ia telah menunjukkan mukjizatnya yakni Nabi
Ibrahim tidak terbakar oleh api tersebut. Peristiwa itulah yang menyadarkan
sebagian orang mulai mendapatkan pencerahan dan mulai mengikuti ajaran Nabi
Ibrahim.18
b. Kisah al-Qur’an yang berkaitan dengan kelompok-kelompok manusia tertentu,
Contohnya dalah seperti kisah Ashabul Kahfi, Ashabul Fîl dan lain-lain.
c. Kisah peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian di zaman Rasulullah saw.,
contohnya seperti kisah Perang Badar, Perang Uhud, Perang Hunain,
Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
C. Tujuan Kisah dalam Al-Qur’an
Kisah-kisah di dalam al-Qur’an tidaklah berdiri sendiri dalam tema (atau
persoalan yang dikemukakan), cara pengungkapan dan pengaturan peristiwa-
peristiwanya. Kisah-kisah dalam al-Qur’an merupakan salah satu cara yang
dipakai al-Qur’an untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang bersifat agama. 19 Ia
mengajak para pembacanya untuk memperhatikan ketika sedang membaca kisah-
kisah itu, serta mencermati dan aktif berinteraksi dengannya.
Di antara tujuan-tujuan kisah al-Qur’an yang nampak jelas ialah:
1. Memperlihatkan Kemukjizatan al-Qur’an dan Kebenaran Rasulullah
Di antara tujuan kisah al-Qur’an adalah untuk memperlihatkan kemukjizatan
al-Qur’an, kebenaran Rasulullah di dalam dakwah, berita mengenai umat-umat
terdahulu ataupun keterangan-keterangan beliau yang lain 20 dan juga
memantapkan kerasulan Nabi Muhammad dan menegaskan bahwa ia benar
menerima wahyu, karena pada saat itu Nabi Muhammad sendiri tidak bisa
menulis dan membaca, dan diketahui tidak pernah mengambil ucapan atau kisah
dari pembesar-pembesar agama Yahudi dan Masehi. Kemudian, datanglah kisah-
kisah dalam al-Qur’an, sebagiannya panjang-panjang dan terperinci, seperti kisah
Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa.
18Muhammad Ahmad Jâdul Mawlâ, dkk., Buku Induk Kisah-kisah dalam Al-Qur’an,
penerjemah: Abdurrahman Assegaf (Jakarta: Penerbit Zaman, 2009), h. 73-92. 19 A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an, h. 68. 20 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), h. 302.
![Page 41: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/41.jpg)
23
Adanya kisah-kisah dalam al-Qur’an menjadi bukti, bahwa kisah-kisah itu
merupakan wahyu yang diturunkan Allah.21 Wahyu yang diturunkan Allah kepada
nabi-nabi-Nya adalah dari langit dan berisi berita-berita ghaib. kebanyakan dari
kisah-kisah al-Qur’an yang bertujuan seperti ini biasanya berusaha memberikan
gambaran tentang adanya persamaan antara kondisi Nabi Muhammad dengan
kondisi dan pengalaman para nabi dan rasul terdahulu. Juga kesamaan hal-hal
yang diajarkan Allah kepada Nabi Muhammad dengan apa yang diterima oleh
para nabi dan rasul lainnya, atau apa yang telah diwasiatkan Allah kepada Nabi
Muhammad adalah apa yang diwasiatkan oleh Allah kepada para nabi dan rasul
terdahulu juga. 22
2. Anjuran Untuk Berfikir
Adapun tujuan kedua adalah seperti Firman Allah Ta’ala, “Agar mereka
berfikir (La’allahum yatafakkarûn).” maksudnya adalah Mendengarkan kisah-
kisah al-Qur’an, merenungkan dan memperhatikannya, yang mana dengan
melakukan hal tersebut akan menggiring para pembacanya untuk berpikir, lalu
merenungkan episode-episode kisah yang memuat nasihat dan pelajaran. Al-
Qur’an menginginkan para pembacanya agar senantiasa berpikir dan mengambil
pelajaran. Berpikir, bernalar, dan mengambil pelajaran merupakan buah dari
membaca kisah orang-orang terdahulu yang ada dalam al-Qur’an.23
3. Sebagai Peneguh Hati
Tujuan yang ketiga adalah, sebagai peneguh hati. Yakni peneguhan hati atas
kebenaran, rangsangannya terhadap apa yang ada di sisi Allah, keyakinan akan
janji Allah, tetapnya bersama tentara Allah, perlawanannya terhadap musuh-
musuh Allah, konsistennya dengan jalan hidup ini sampai bertemu Allah. Semua
21 A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an, h. 69. 22 Muhammad A. Khalafullah, Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah: Seni, Sastra dan
Moralitas dalam Kisah-kisah Al-Qur’an, penerjemah: Anis Maftukhin dan Zuhairi Misrawi
(Jakarta: Paramadina, 2002), h. 334. 23 Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang
Dahulu, jil.1, h. 29.
![Page 42: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/42.jpg)
24
nilai ini didapatkan oleh orang-orang mukmin dari kisah-kisah orang-orang
dahulu dan kisah para nabi dan rasul.24
4. Semua Agama yang dibawa Para Rasul Datang dari Allah
Tujuan yang keempat adalah, menerangkan bahwa semua agama yang dibawa
para nabi dan rasul adalah datang dari Allah, yaitu sejak dari Nabi Nuh sampai
Nabi Muhammad dan bahwa orang-orang mukmin seluruhnya adalah umat yang
satu, sedangkan Allah menjadi Tuhan bagi semua umat muslim.25 Sering pula
kisah beberapa Nabi disebutkan sekaligus dalam satu surat yang dikemukakan
dengan cara tertentu untuk menguatkan kebenaran tersebut. Oleh karena itu, hal
ini menjadi tujuan pokok. Kisah-kisah yang terdapat di dalam al-Qur’an
semuanya untuk menguatkan kebenaran itu dan memantapkannya dalam hati.26
5. Pelajaran Bagi Umat Sesudahnya
Tujuan yang kelima adalah, pelajaran bagi orang-orang yang berakal.
Mengapa kisah al-Qur’an dijadikan sebagai suatu pelajaran atau ‘ibrah? I’brah
diambil dari kata ‘ubur (menyebrang). Ketika seseorang menjumpai kisah orang-
orang terdahulu, seolah-olah ia masuk kedalam kisah tersebut, hidup bersama
mereka, meresapi kisah tersebut dan mengambil pelajaran dari mereka.27Quraish
Shihab dalam tafsîr al-Mishbâhnya juga menjelaskan, tujuan pemaparan kisah
adalah agar kaum muslimin dapat menarik pelajaran dari apa yang mereka alami
itu.28
6. Penjelasan Tentang Akidah
Tujuan yang keenam adalah, menjelaskan akidah dasar, yaitu beriman kepada
Allah yang Maha Esa. Di antara tujuan-tujuan kisah di dalam al-Qur’an adalah
menerangkan bahwa agama seluruhnya adalah satu dasar apalagi agama itu
sendiri semuanya datang dari tuhan yang Maha Esa. Bedasarkan tujuan itu, ada
24Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang
Dahulu, jil.1, h.29. 25Sayyid Quṯb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, penerjemah: Fathurrahman Abdul Hamid
(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 219. 26 A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an, h. 70. 27 Salah Abd al- Fattâh al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang
Dahulu, jil.1, h. 32. 28 M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 546.
![Page 43: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/43.jpg)
25
beberapa kisah dalam al-Qur’an juga tentang para nabi dan dalam satu surah
pula.29
7. Penanaman Akhlak Mulia
Tujuan yang ketujuh, di samping tujuan-tujuan di atas, ada pula tujuan lain
yang bersifat pendidikan atau pengajaran. Yaitu membentuk perasaan yang kuat
dan jujur dalam berakidah islamiah dan kepada prinsip-prinsip agama, dan kearah
pengorbanan jiwa untuk mewujudkan kebenaran dan kebaikan. 30 Serta
menanamkan pendidikan akhlakul karimah dan mempraktikannya. karena
keterangan kisah-kisah yang baik itu dapat meresap dalam hati nurani dengan
mudah dan baik, dan juga mendidik untuk meneladani yang baik dan menghindari
yang jelek.31
D. Pola Pemaparan al-Qur’an dalam Berkisah
Pemaparan kisah-kisah dalam al-Qur’an memiliki cara yang sangat spesifik.
Dikatakan demikian karena pendekatan yang digunakan Al-Qur’an dalam
berkisah menggunakan aspek seni dan keagamaan secara bersamaan. Beberapa
bukti bahwa teknik pemaparan al-Qur’an sangat spesifik itu adalah penjelasannya
berawal dari kesimpulan, adanya ringkasan kisah, adegan klimaks, tanpa
pendahuluan sebagaimana layaknya sebuah buku cerita, melibatkan imajinasi
manusia, dan memasukkan nasihat agama.32Pembahasan tentang hal ini mencakup
tampilan-tampilan penuh artistik, karena termasuk hal penting dalam pelajaran
seni kisah di dunia seni.33
Dalam penerapannya, kisah-kisah di dalam al-Qur’an mempunyai beberapa
cara yang berbeda dalam menyampaikan kisah dalam al-Qur’an, yaitu sebagai
berikut:
1. Menyebutkan Ringkasan Kisah
29 Sayyid Quṯb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, h. 163. 30 A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an, cet.1 (Jakarta:
Pustaka al-Husna, 1984), h. 71. 31 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, h. 303. 32 Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an
(Bandung: Tafakur, 2013), h. 214. 33 Sayyid Quṯb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, h. 203.
![Page 44: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/44.jpg)
26
Menyebutkan ringkasan atau sinopsis kisah, Dalam hal ini kisah dimulai dari
ringkasan, lalu diikuti oleh rinciannya dari awal hingga akhir. Kisah yang
menggunakan pola ini, antara lain Ashâb al-Kahf dalam Q.s. al-Kahf : 10-12 yang
dimulai oleh ringkasan kisah secara garis besar.34
“(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua,
lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari
sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami
(ini)". Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. Kemudian
Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua
golongan itu] yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal
(dalam gua itu).”(Q.s.Al-Kahfi: 10-12).
Ringkasan kisah itu dilanjutkan oleh cerita yang lebih rinci, yaitu latar
belakang mereka masuk gua (ayat 14-16), keadaan mereka di dalam gua (ayat 17-
18), Ketika mereka bangun dari tidur (ayat 19-20), sikap penduduk kota setelah
mengetahui mereka (ayat 21), dan perselisihan penduduk kota tentang jumlah
pemuda-pemuda itu (ayat 22).35
2. Menyebutkan Kesimpulan di Awal Kisah
Menyebutkan kesimpulan kisah dan maksudnya, baru kemudian dimulai
kisah itu dari awal dan terus berlanjut dengan memaparkan rincian-rincian
episodenya. Misalnya, kisah nabi Musa dan Fir’aun dalam surat al-Qasas. Kisah
itu dimulai seperti ini,36
“Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah). Kami
membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir´aun dengan benar
untuk orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Fir´aun telah berbuat
sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah,
dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka
dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir´aun
termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan Kami hendak memberi
karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak
menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang
mewarisi (bumi). Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan
34 Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an, h.
215. 35Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an, h.
215. 36 Sayyid Quṯb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, h. 203.
![Page 45: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/45.jpg)
27
akan Kami perlihatkan kepada Fir´aun dan Haman beserta tentaranya apa yang
selalu mereka khawatirkan dari mereka itu.”(Q.s. Al-Qasas: 2-6).
Itulah adegan klimaks. Kisah ini kemudian dilanjutkan dengan kisah secara
rinci tentang masa-masa Nabi Musa dilahirkan dan dibesarkan (ayat 7-13), ketika
ia dewasa (ayat 14-19), ketika ia meninggalkan Mesir ayat (ayat 20-22),
pertemuannya dengan dua anak perempuan (ayat 23-28), ketika ia mendapatkan
wahyu untuk menyeru Fir’aun ke jalan Allah (ayat 29-32), masa pengangkatan
Harun sebagai pembantunya (ayat 33-37), kesombongan dan keganasan Fir’aun
(ayat 33-37), dan Musa mendapat wahyu Taurat (ayat 43).37
3. Menyebutkan Kisah Langsung Tanpa Ada Pendahuluan
Ada juga kisah-kisah dalam al-Qur’an yang tidak didahului pendahuluan.
Yakni menyebutkan kisah langsung tanpa ada pendahuluan juga tanpa sinopsis
dan dalam ketiba-tibaan ini juga memiliki keistimewaan sendiri.38 Seperti kisah
tentang pemilik kebun yang dihancurkan oleh Allah dalam Q.s. Al-Qalam: 17-33
dan kisah Nabi Musa a.s. mencari ilmu yang diceritakan dalam surat al-Kahf (18:
60-82). Dalam kisah tersebut, pembahasan langsung diarahkan pada inti materi
kisah tanpa didahului oleh pendahuluan.39
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan
berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan
berjalan sampai bertahun-tahun". Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua
buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil
jalannya ke laut itu.”(Q.s. Al-Kahfi: 60-61).
Sekalipun pemaparan kisah-kisah ini tanpa dimulai oleh pendahuluan, namun
di dalamnya dimuat dialog atau peristiwa yang mengandung daya tarik minat bagi
pembaca atau pendengar untuk mengetahui kisah tersebut sampai tuntas. Dalam
kisah Nabi Musa ditampilkan adegan Nabi Khidir melubangi perahunya40 (ayat 71)
37 Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an, h.
216. 38 Sayyid Qutṯb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, h. 205. 39 Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an, h.
217. 40Nabi Musa dan orang alim (Nabi Khidir) berjalan berdampingan untuk mencari kapal
yang dapat ia tumpangi. Setelah mendapatkannya, mereka naik ke kapal tersebut, dan ketika
keduanya menaiki kapal, orang alim itu melubangi kapal tersebut. Nabi Musa berkata “apakah
kamu akan menenggelamkannya setelah kita berlayar dilaut?”(Q.s. Al-Kahfi: 71).
![Page 46: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/46.jpg)
28
dan Nabi Khidir membunuh seorang pemuda 41(ayat 77). Dalam hal ini, para
pembaca dan para pendengar kisah akan terus bertanya-tanya Mengapa Nabi
Khidir berbuat demikian. Pertanyaan itu terjawab pada bagian akhir kisah;
Nabi Khidir berkata: “Bahwasannya ia melakukan hal tersebut (melubangi
perahu) karena kapal tersebut milik orang miskin yang bekerja di laut, aku
bertujuan merusak bahtera itu (yakni dengan lubang yang ia buat) karena di depan
mereka ada seorang raja yang akan merampas bahtera itu. Adapun anak muda itu,
kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia
akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.” (Q.s.
Al-Kahfi: 79-80).42
Dalam kisah pemilik kebun, para pembaca atau pendengar ingin ingin
mengetahui apakah mereka dapat memetik hasil pertaniannya? Pertanyaannya itu
baru terjawab pada ayat 26 dan ayat 27,43 bahwa mereka sama sekali tidak dapat
memperoleh hasil pertaniannya karna Allah telah menghancurkannya terlebih
dahulu. Ini terjadi karena pemilik kebun itu tidak mengeluarkan zakat dari hasil
kebun yang mereka terima. 44
4. Menyebutkan Beberapa Lafal Pada Awal Pemaparan Kisah
Terkadang kisah itu berubah menjadi seperti sandiwara. Terkadang juga
hanya disebutkan beberapa lafal yang memberitahukan awal pemaparan,
kemudian membiarkan kisah itu bercerita tentang kisahnya dengan perantara para
pemainnya.45
Misalnya seperti kisah Nabi Ibrahîm dan Ismaîl tatkala membangun ka’bah
yang dituturkan dalam surat al-Baqarah (2: 127) merupakan salah satu buktinya.
“wa idz yarfa’u ibrâhîm al-qawâ’ida min al-baiti wa ismâ’ilu robbanâ taqobbal
minna innaka anta as-samî’ al-‘alîm”. Pada kalimat “wa idz yarfa’u ibrâhîm al-
41Lalu keduanya berjalan, hingga keduanya bertemu dengan seorang anak, Nabi Khidir
membunuhnya. Nabi Musa pun berkata “mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih?” (Q.s. Al-
Kahfi: 77). 42 Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an, h.
215. 43Ketika mereka telah sampai kebun mereka, dan mereka melihat kebun itu terbakar,
mereka mengingkarinya dan bertanya-tanya apakah itu kebun mereka?. Tetapi orang yang
mengetahui bahwa kebun itu adalah kebun mereka, dan mereka tidak salah jalan, berkata “wahai
saudaraku, kita telah dihalangi dari memperoleh hasil kebun kita.” (Q.s. Al-Qalam: 27) 44 Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an,
h.215. 45 Sayyid Quṯb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, h. 205.
![Page 47: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/47.jpg)
29
qawâ’ida min al-baiti wa ismâ’ilu” menggambarkan pentas yang terdiri dari dua
tokoh Ibrahim dan Ismail dengan background ka’bah. Adegan ini dimulai oleh
pemasangan batu oleh seorang tukang bernama Ibrahim. Pemasangan batu itu
menggunakan campuran yang sangat bagus. Imajinasi ini tergambar dari kalimat,
“wa idz yarfa’u ibrâhîm al-qawâ’ida min al-baiti wa ismâ’ilu”. Dalam hal ini
Isma’il tergambarkan sebagai laden yang tergambarkan sedang mencari batu,
mengaduk bahan campuran yang dapat merekatkan batu, lalu memberikan kepada
tukang (Ibrahim). Imajinasi ini tergambar dari peng’athafan lafal Isma’il ke lafal
Ibrahim yang di antarai oleh lafal al-Qawâ’ida. Lalu mereka berdoa. Di antara
susunan kalimat berita dan doa tidak digunakan kata penghubung atau lafal
yad’uwâni yang dapat menghubungkan doa dengan kalimat berita yang
sebelumnya. Ini menggambarkan adanya adegan semacam siaran langsung
sehingga penonton dapat menyaksikan adegan-adegan tersebut secara hidup.46
5. Pengulangan sebagian kisah
Di dalam kitab suci al-Qur’an banyak kisah yang disebutkan berulang-ulang,
bahkan sampai beberapa puluh kali. Ada satu kisah yang disebutkan sampai 126
kali, seperti kisah Nabi Musa,47 Pengulangan kisah-kisah tersebut dalam bentuk
kalimat yang berbeda-beda, terkadang secara singkat atau panjang lebar.
Hikmah diulangnya sebagian kisah al-Qur’an adalah untuk menjelaskan
ketinggian mutu sastra balaghah al-Qur’an, terbukti al-Qur’an bisa
mengungkapkan kisah sampai beberapa kali tetapi dalam ungkapan yang
berlainan sehingga tidak membosankan bagi para pembacanya, membuktikan
ketinggian mukjizat al-Qur’an, untuk lebih memperhatikan betapa pentingnya
kisah-kisah al-Qur’an sehingga perlu disebutkan dengan berulang-ulang sampai
beberapa kali, agar dapat lebih meresap dalam jiwa.48
E. Hikmah Kisah-kisah dalam al-Qur’an
46 Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualits Al-Qur’an
(Bandung: Tafakur, 2013), h. 218. 47 Syauqi Abu Khalili, Atlas Al-Qur’an: Mengungkap Misteri Kebenaran Al-Qur’an,
penerjemah: M. Abul Ghofar (Jakarta: Al-Mahira 2006), h. 83. 48Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, h. 304.
![Page 48: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/48.jpg)
30
Allah memasukkan kisah-kisah di dalam al-Qur’an agar kita dapat belajar dan
mengambil hikmah dari kisah-kisah tersebut. Hikmah dari kisah yang Allah
sebutkan dalam al-Qur’an tampak dari beragam sisi diantaranya adalah,
1. Sebagai Tauladan
Dalam kisah al-Qur’an terdapat bagaimana cara para nabi dalam berdakwah
kepada Allah. Dari kisah itu kita mendapati keterangan dan kesabaran mereka
dalam berdakwah. Cara berdakwah dan kesabaran mereka dapat dijadikan
tauladan bagi umat sesudahnya. Dalam membaca kisah juga hendaknya kita
memahami apakah kisah itu berupa kabar, fakta, makna ataupun metode dalam
pertarungan antara hak dan yang batil agar kita dapat mengambil pelajaran.
Seperti kisah yang Allah ceritakan dalam al-Qur’an tentang para nabi dan para
pengikutnya dari kaum mukminin yang di ganggu oleh musuh-musuh Allah,
kemudian Allah menolong mereka dan menjadikan akhir yang baik bagi mereka.
Maka di sini terdapat tauladan bagi kaum mukminin. 49
2. Sebagai Ibrah
Dalam kisah al-Qur’an terdapat keterangan tentang sunnah Allah pada
makhluk-Nya, baik berkaitan dengan umat, kelompok ataupun individu dan
sunnah itu berlaku bagi kaum terdahulu dan akan terus berlaku sampai masa yang
akan datangagar kaum mukminin dapat mengambil ibrah.50
3. Sebagai Penguat Iman
Dalam kisah-kisah al-Qur’an terdapat hakikat ilmiah yang berhubungan
dengan alam semesta baik itu manusia, flora dan fauna, bumi, binatang dan langit.
Dengan mengetahui hal tersebut, bertambahlah ilmu dan memperkuat keimanan
atas kebenaran ajaran agama Islam.51
4. Saran Perbaikan Prilaku
49 Abdul Karim Zaidan, Hikmah Kisah-kisah dalam al-Qur’an, penerjemah: Thoriq
Abdul Aziz dan Slamet Wahyudi, jil.2, h.9. 50 Abdul Karim Zaidan, Hikmah Kisah-kisah dalam al-Qur’an, penerjemah: Thoriq
Abdul Aziz dan Slamet Wahyudi, jil.2, h.10. 51 Abdul Karim Zaidan, Hikmah Kisah-kisah dalam al-Qur’an, penerjemah: Thoriq
Abdul Aziz dan Slamet Wahyudi, jil.2, h.10.
![Page 49: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/49.jpg)
31
Dalam kisah al-Qur’an juga terdapat keterangan mengenai tabiat manusia dan
apa yang Allah takdirkan kepadanya berupa sifat dan beragam watak. Hal tersebut
berdampak pada sikap dan tingkah laku serta interaksinya dengan orang lain. 52
Dari penjelasan di atas diketahui bahwasanya al-Qur’an dalam menceritakan
kisahnya karna ada maksud tertentu dan juga dalam memaparkan kisahnya al-
Qur’an tidak monoton hanya dengan satu cara akan tetapi al-Qur’an memiliki cara
yang unik yakni dengan berbagai macam pola pemaparan kisah yang berbeda-
beda di antaranya, kisah yang di awali dengan ringkasan cerita baru selanjutnya
diceritakan secara rinci atau menyimpulkan dari suatu kisah itu sendiri baru
setelahnya dirincikan dari awal hingga akhir kisah dan lain-lain.
Pola pemaparan kisah, pengertian kisah, macam-macam kisah, dan tujuan
disampaikannya kisah tersebut termasuk kepada tinjauan umum kisah dalam al-
Qur’an, seperti yang disebut diawal pembahasan, ketika ingin mempelajari suatu
kisah baiknya mengetahui komponen-komponen kisah. Setelah mengetahui
komponen-komponen kisah tersebut barulah mulai masuk ke dalam kisah itu,
seperti membahas tokoh-tokoh yang ada di dalam kisah tersebut, yakni
mengetahui sejarah kelahirannya, siapa saja yang berhubungan dengan tokoh
utama dari kisah tersebut, dan juga menggambarkan karakter tokoh dari kisah
tersebut. Pembahasan tersebut terdapat pada bab selanjutnya.
52 Abdul Karim Zaidan, Hikmah Kisah-kisah dalam al-Qur’an, penerjemah: Thoriq
Abdul Aziz dan Slamet Wahyudi, jil.2, h.11.
![Page 50: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/50.jpg)
32
BAB III
PENAFSIRAN Q.S AL- QASAS: 20-28
A. Tafsir dan Sistematika Penafsiran
1. Tafsir Sya’rawi
Nama lengkap Sya’rawi adalah Muhammad bin Mutawalli al-Sya’rawi al-
Husainia. Sya’rawi lahir pada hari ahad, tanggal 17 Rabî’ al- Tsânî 1329 H di
desa Daqadus. Dari kecil ia sudah mendapatkan gelar al-Amin dai ayahnya dan
terkenal masyarakat di daerahnya. Kebanyakan dari karya tulis Sya’rawi bukan
ditulis oleh beliau sendiri melainkan ditulis oleh para muridnya, salah satunya
karya ia yang terkenal yakni Tafsir Sya’rawi.1
Sya’rawi dalam menafsirkan al-Qur’an menggunakan metode tahlili atau
analisis. Tetapi disisi lain ia juga menafsirkan ayat demi ayat dan mengkaitkannya
antara satu dengan yang lainnya. Tafsir Sya’rawi lebih condong kepada corak
penafsiran adâb al-Ijtimâ’i, itu sebabnya di dalam tafsirnya penuh dengan
pemahaman kebahasaan, fiqh lugoh dan i’jaz lughowi.2
Sistematika penulisan Tafsir Sya’rawi adalah sebagai berikut3,
a. Menyebutkan arti surah, nama dan hikmah dinamakannya surah tersebut.
b. Menyebutkan urutan ayat bedasarkan turunnya
c. Menyebutkan ruang lingkup isi surah tersebut secara global
d. Menyebutkan asbâb al-Nuzûl jika ada
e. Membahas dan menafsirkan ayat demi ayat dan mengkaitkannya dengan ayat
lain yang memiliki keterkaitan dengan tema.
2. Tafsir al- Maraghi
1 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, cet.
1 (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 143-148. 2 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h.
153-154. 3 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h.
157-158.
![Page 51: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/51.jpg)
33
Nama lengkap al-Maraghi adalah Ahmad Mustafa al-Maraghi ibn Mustafa
ibn Muhamman Ibn abd Mun’in al- Qaḏi al- Maraghi. Ahmad Mustafa al-Maraghi
berasal dari keluarga ulama yang taat dan menguasai berbagai bidang ilmu agama.
Karya-karya tulisnya banyak di antaranya karya yang paling terbesar adalah Tafsir
al-Maraghi.4
Metode penafsiran yang dipakai al-Maraghi dalam tafsirnya adalah .
sedangkan corak pada penafsirannya adalah lebih condong kepada corak
penafsiran adâb al-Ijtimâ’i.
Sistematika penulisan pada tafsir al-Maraghi5 adalah,
a. Mengemukakan ayat-ayat di awal pembahasan
b. Menjelaskan kosa kata
c. Menjelaskan pengertian secara global
d. Menjelaskan sebab-sebab turun ayat
e. Meninggalkan istilah-istilah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
f. Menggunakan bahasa yang mudah agar dapat dipahami oleh pembaca
g. Seleksi terhadap kisah-kisah yang terdapat di dalam kitab tafsir.
3. Tafsir Fî Ẕilâl al-Qur’an
Nama Lengkap Sayyid Quṯb adalah Sayyid bin al-Hajj Quṯb bin Ibrahim
Husein Syazali. Ia dibesarkan di dalam sebuah keluarga yang harmonis, memiliki
seorang ayah yang cinta ilmu dan menitik beratkan pendidikan anaknya pada
ajaran islam dan mencintai al-Qur’an. Karya tulisnya tafsir fî ẕilâl al-Qur’an dia
selesaikan sewaktu ia berada di dalam penjara.6
Sayyid Quṯb dalam menulis tafsirnya menggunakan metode analisa atau
tahlili, tetapi ia tidak mutlak menggunakan metode tahlili ia juga menggunakan
metode tematik. Sedangkan corak penafsirannya, pada awalnya tafsirnya
cenderung kepada corak adâb al-Ijtimâ’i setelah di edit ulang dan setelah ia
4 M. Khoirul Hadi, “Karakteristik Tafsir al-Maraghi dan Penafsirannya Tentang Akal,”
Jurna Studi Islamika, Vol. 11, no. 1 (Juni 2014): h. 156. 5 M. Khoirul Hadi, “Karakteristik Tafsir al-Maraghi dan Penafsirannya Tentang Akal,”
Jurna Studi Islamika, Vol. 11, no. 1 (Juni 2014): h. 162-163. 6 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h.
131-134.
![Page 52: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/52.jpg)
34
mendekam di penjara lama corak penafsirannya berubah tidak hanya adâb al-
Ijtimâ’i tetapi bertambah menjadi corak hiraki dan corak tarbawi.7
Sistematika penulisan tafsir Sayyid Quṯb8 adalah,
a. Memberikan prolog kepada setiap surat dengan suatu pendahuluan yang
menjelaskan tema surat dan jawaban persoalannya serta tujuan penting dari
surat-surat tersebut
b. Menjabarkan kata perkata
c. Menafsirkan ayat dengan mengetengahkan hadits dan atsar atsar yang sahih
d. Mengemukakan reaksi pribadinya dan spontannya terhadap ayat-ayat al-
Qur’an
e. Selalu merujuk pada penulisan-penulisan Islam lain yang merupakan pokok
pada abad dua puluhan.
4. Tafsir al-Azhar
Hamka nama lengkapnya adalah Haji Abdul Malik bin Abd Karim Amrullah,
dilahirkan pada tanggal 13 Muharram 1362 H. Ayahnya sangat berpengaruh
dalam pendidikannya. Keinginan ayahnya menjadikan Hamka seorang ulama, bisa
dilihat dari perhatian penuh ayahnya terhadap kegiatan belajar ngajinya waktu
kecil.9
Secara umum metode yang digunakan dalam tafsir al-Azhar adalah metode
tahlili atau analisis, Hamka menafsirkan al-Qur’an mengikuti sistem al-Qur’an
sebagaimana yang ada di dalam mushaf. Pendekatan yang digunakan Hamka
dalam menafsirkan adalah pendekatan sastra budaya kemasyarakatan atau yang
dikenal dengan adâb al-Ijtimâ’i.10
B. Teks Ayat dan Terjemah
1. Ayat 20-22 (Keluarnya Nabi Musa dari Negeri Mesir)
7 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h.
138-139. 8 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern,
h.140. 9 Ratnah Umar, “Tafsir al-Azhar Karya Hamka(Metode dan Corak Penafsirannya),”
Jurnal Asas, Vol. 3, no.1 (April 2015): h.20. 10 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panji Mas,
1990) h. 9.
![Page 53: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/53.jpg)
35
رون بك ليقتلوك موسى إن ٱلمل يأتم ينة يسعى قال ي ن أقصا ٱلمد وجاء رجل م
ين ح صن ٱلن .فٱخرج إن ي لك م
“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya
berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang
kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu".” (Q.s. Al-Qasas: 20).
ين لمن ٱلقوم ٱلظ ني م نج نها خائفا يترقب قال رب .فخرج م
“Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan
khawatir, dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang
zalim itu".” (Q.s. Al-Qasas: 21).
يني سواء ٱلسبيل ه تلقاء مدين قال عسى رب ي أن يهد ا توج .ولم“Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Madyan ia berdoa (lagi): "Mudah-
mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar".”(Q.s. Al-Qasas: 22).
2. Ayat 23- 28 (Peristiwa yang Terjadi Ketika Nabi Musa sampai di Kota
Madyan)
م ٱمرأتين ن دونه ن ٱلناس يسقون ووجد م ة م ا ورد ماء مدين وجد عليه أم ولم
عاء وأبونا شيخ كبير تذود ر ٱلر .ان قال ما خطبكما قالتا ل نسقي حتى يصد“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana
sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di
belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat
(ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?"
Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami),
sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak
kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya".”(Q.s. Al-Qasas: 23).
إن ي لما أنزل ل فقال رب ن خير فقير فسقى لهما ثم تولى إلى ٱلظ .ت إلي م
“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian
dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku
sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku".”(Q.s.
Al-Qasas: 24).
ي على ٱستحياء قالت يك أجر ما سقيت فجاءته إحدىهما تمش إن أبي يدعوك ليجز
ن ٱلقوم ا جاءهۥ وقص عليه ٱلقصص قال ل تخف نجوت م ينلنا فلم لم .ٱلظ
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan
kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia
![Page 54: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/54.jpg)
36
memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami".
Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu´aib) dan menceritakan kepadanya
cerita (mengenai dirinya), Syu´aib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah
selamat dari orang-orang yang zalim itu".”(Q.s. Al-Qasas: 25).
أبت ٱست ره إن خير من ٱست قالت إحدىهما ي ين ج ي ٱلم . جرت ٱلقو“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik
yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya".”(Q.s. Al-Qasas: 26).
جج فإن أتممت ني ح تين على أن تأجرني ثم حك إحدى ٱبنتي ه يد أن أنك قال إن ي أر
دني إن شاء ٱلل يد أن أشق عليك ستج ك وما أر ند ن ع ين عشرا فم لح ن ٱلص .م“Berkatalah dia (Syu´aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu
dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja
denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah
(suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu
Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik".”(Q.s. Al-Qasas:
27).
على ما ن علي وٱلل لك بيني وبينك أيما ٱلجلين قضيت فل عدو يل قال ذ .نقول وك“ Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari
kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan
tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita
ucapkan".”(Q.s. Al-Qasas: 28).
C. Tafsir Q.s. Al-Qasas: 20- 22
1. Tafsir Sya’rawi
Q.s. Al-Qasas: 20 mengkisahkan tentang seorang laki-laki yang datang dari
ujung kota kemudian menasihati Nabi Musa untuk pergi dari Negeri Mesir karena
Fir’aun dan tentaranya sedang berunding untuk membunuhnya.
Ayat ini ditafsirkan oleh Sya’rawi, laki-laki yang menasihati Nabi Musa
adalah seorang mukmin dari keluarga Fir’aun, ia datang untuk memberi tahu Nabi
Musa agar ia keluar dari Negeri Mesir sebelum ditangkap dan dibunuh oleh
Fir’aun.
Q.s. Al-Qasas: 21 mengkisahkan tentang keluarnya Nabi Musa dari Negeri
Mesir dengan perasaan takut dan khawatir. Menurut Sya’rawi di dalam tafsirnya,
![Page 55: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/55.jpg)
37
ia menjelaskan bahwasannya Nabi Musa merasa khawatir dan takut karena Nabi
Musa tahu bagaimana Fir’aun akan menyiksanya tanpa ampun walaupun ia tidak
punya salah sekalipun, apalagi jika memang Nabi Musa mempunyai kesalahan
pasti siksaan itu sangat pedih. Maka dari itu Nabi Musa berdoa kepada Allah swt
“Ya Tuhanku. Selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhali itu.”11
Q.s. Al-Qasas: 22 mengkisahkan tentang Nabi Musa yang bingung harus
pergi kemana, ketika ia menghadap Kota Madyan iya berdoa kepada Allah
“Semoga tuhanku memimpinku ke jalan yang benar”. Sya’rawi dalam
menafsirkan ayat ini mengatakan bahwasannya Nabi Musa hanya ingin lari
meninggalkan Negeri Mesir, tidak menuju dan berharap sampai kota Madyan. 12
Karena Menurut Sya’rawi Kalau targetnya kota Madyan, niscaya ia tidak
akan berkata: يني سواء ٱلسبيل mudah-mudahan Tuhanku“ عسى رب ي أن يهد
memimpinku kejalan yang benar”.13
2. Tafsir al- Maraghi
Dalam menafsirkan Q.s. Al-Qasas: 20 al-Maraghi mengatakan bahwasannya
laki-laki yang mendatangi dan menasihati Nabi Musa adalah seorang laki-laki
mu’min di antara keluarga Fir’aun yang menyembunyikan keimanannya dari
Fir’aun dan keluarganya karena beberapa sebab yang hanya diketahui oleh Allah.
Laki-laki itu khawatir terhadap Nabi Musa akan mendapat bahaya dari Fir’aun.14
Pada Q.s. Al-Qasas: 21 al-Maraghi menjelaskan bahwasannya Nabi Musa
ketika keluar dari Negeri Mesir dalam keadaan takut bertemu dengan orang-orang
yang mencarinya, sambil menoleh ke kanan dan ke kiri dan memperhatikan
apakah ada seseorang yang mengikutinya.15
Menurut al-Maraghi setelah Nabi Musa berdoa, “Ya Tuhanku selamatkanlah
aku dari mereka yang mempunyai kebiasaan berbuat zhalim, sewenang-
wenang, dan meletakkan perkara yang tidak pada tempatnya, maka mereka
membunuh seseorang yang tidak berhak untuk dibunuh dan tidak berbuat
jahat terhadap seorangpun.” Allah mengabulkan doanya dan memberinya
11 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 271. 12 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 272. 13 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 272. 14 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, penerjemah Bahrun Abu Bakar, jil. 20
(Semarang: Toha Putra Semarang, 1993), h. 89. 15 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 89.
![Page 56: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/56.jpg)
38
taufik untuk menempuh jalan besar menuju Madyan dan diriwayatkan, bahwa
ketika mengutus orang-orangnya untuk mencari Nabi Musa, Fir’aun berkata,
“Tempuhlah jalan-jalan kecil.” Maka mereka menempuh jalan-jalan kecil
disamping kanan dan kiri jalan besar, sehingga mereka tidak mendapatkan
Nabi Musa, dan selamatlah Nabi Musa dari pencarian mereka.”16
Selanjutnya dalam Q.s. Al-Qasas: 22, ketika Nabi Musa berangkat menuju
Kota Madyan Nabi Musa berdoa, “Ya Tuhan, tunjukilah aku ke jalan yang
lurusdan selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhalim itu”. Al-Maraghi
menjelaskan ketika Nabi Musa berkata demikian, terlihat bagaimana Nabi Musa
berdoa dengan penuh ketawakalan kepada Allah dan kepercayaan kepada taufik-
Nya yang baik. Dikatakan bahwasannya pada saat itu Nabi Musa benar-benar
tidak mengetahui jalan, sedangkan di hadapannya terbentang tiga jalan. Nabi
Musa melewati jalan yang tengah sedangnkan orang-orang Fir’aun menempuh
dua jalan lainnya.17
Menurut al-Maraghi karena orang-orang yang bingung tidak akan menempuh
jalan yang besar, tetapi akan menempuh jalan yang sempit yang tidak dikenal.
Selama delapan malam Nabi Musa berjalan kaki tanpa makan dan yanpa
membawa bekal apapun.18
3. Tafsir Fî Ẕilâl al-Qur’an
Dalam tafsir fî zilâl al-Qur’an Q.s. Al-Qasas: 20 Sayyid Quṯb menjelaskan
bahwasannya semua yang terjadi merupakan tangan kekuasaan Allah. Para
pembesar dari kaum Fir’aun yakni para pegawai istana dan pemerintahannya
serta orang-orang terdekatnya mengetahui bahwa itu adalah perbuatan Nabi
Musa. Tentunya mereka merasakan bahaya yang mengancam itu, karena
perbuatan itu merupakan ciri perbuatan revolusi perlawanan, serta membela
Bani Israel. Dengan demikian ini adalah fenomena yang berbahaya yang
harus ditangani oleh segenap kemampuan kerajaan.19
Itulah alasannya mengapa Fir’aun sibuk ingin mencari Nabi Musa dan
membunuhnya. Tetapi dengan kekuasaan Allah, datanglah seorang pembesar dari
16 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 89. 17 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 90. 18 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 90. 19 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, penerjemah:
As’ad Yasin dkk, Jil.17 (Jakarta: Robbani Press, 2009), h.50.
![Page 57: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/57.jpg)
39
Kerajaan Fir’aun. Ia adalah seorang laki-laki yang beriman dan menyembunyikan
keimanannya dari keluarga Fir’aun.20
Dalam Q.s. Al-Qasas: 21 Sayyid Quṯb menjelaskan bahwasannya dari ayat
tersebut didapati karakter yang jelas dalam kepribadiannya Nabi Musa. Dari ayat
tersebut didapati sifat tawakalnya Nabi Musa yang langsung meminta kepada
Allah yang meminta penjagaan dan perhatian-Nya, meminta perlindungan Allah
dan juga meminta keamanan serta keselamatan kepada Allah swt. Nabi Musa
keluar dari kota dalam keadaan takut dan khawatir, sendirian tanpa ada yang
menemani juga tanpa disertai perbekalan kecuali keyakinannya kepada Allah dan
tawakalnya kepada Allah.21
Kemudian pada Q.s. Al-Qasas: 22 dikisahkan bahwasanya ketika Nabi Musa
mendapatkan peringatan dari seorang laki-laki dari kerajaan Fir’aun, Nabi Musa
keluar dalam keadan takut dan tergesa-gesa. Tidak menunggu lama dan tanpa
menyiapkan perbekalan apapun juga tidak disertai petunjuk jalan apapun.
Menurut Sayyid Quṯb di dalam tafsirnya dari kisah ini terlihat lagi pribadi yang
mengarah kepada Tuhannya, ia bertakal kepada tuhannya dan mengharapkan
petunjuknya.22
Allah mengabulkan doanya. Allah menjaga Nabi Musa sehingga ia tidak
ditemukan oleh tentara Fir’aun dalam menempuh perjalanan yang panjang dari
Negeri Mesir sampai kota Madyan.23
4. Tafsir al-Azhar
Dalam menafsirkan Q.s. Al-Qasas: 20, Hamka mengkisahkan bahwa saat itu
datang seorang laki-laki dari ujung kota tergesa-gesa dan berkata kepada Nabi
Musa bahwasannya pegawai-pegawai Fir’aun sedang sedang berunding
membicarakan engkau karena ingin membunuh engkau. Mungkin inilah yang
disebut anak tukang tenung itu yang hendak meruntuhkan kerajaan Fir’aun.
Ini adalah makar! Ini adalah suatu sikap yang berbahaya! Karena Nabi Musa
telah menunjukkan sikap membela Bani Israel.24
20 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 50. 21 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 50. 22 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h.51. 23 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 51 24 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20 (Jakarta: PT. Pustaka
Panjimas, 1982), h. 68.
![Page 58: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/58.jpg)
40
Menurut Hamka sebab Nabi Musa ingin dibunuh adalah karena Fir’aun takut
bahayanya meluas dan sebelum kerajaan Fir’aun hancur oleh Nabi Musa, maka
Fir’aun harus segera membunuh Nabi Musa lebih dulu. Laki-laki itu mendengar
perundingan tersebut dan segera memberi tahu Nabi Musa agar Nabi Musa segera
meninggalkan Negeri Mesir sebelum Fir’aun dan pegawai-pegawainya datang dan
membunuh Nabi Musa.25
Pada Q.s. Al-Qasas: 21, ketika Nabi Musa keluar dari Negeri Mesir dengan
perasaan takut, menurut Hamka itu bukanlah berarti sikap pengecut melainkan
ketakutan di sini adalah takut tertangkap. Dalam ketakutan itu Nabi Musa berjalan
sambil mengintip apakah ada mata-mata Fir’aun yang mengikutinya.26
Pada ujung ayat 21 memberikan petunjuk kepada kita bahwa selama dalam
pelarian sambil bersembunyi itu Nabi Musa tidak lupa memohonkan perlindungan
Tuhan, agar dalam perjalanannya ia selamat dan tidak ada aral melintang.27
Pada Q.s. Al-Qasas: 22 Hamka menafsirkan bahwasannya Nabi Musa dalam
perjalanan seorang diri menuju Kota Madyan yang terletak di sebelah selatan dari
Negeri Syam dan sebelah utara dari Negeri Hijaz. Untuk menuju Kota Madyan ia
melewati luasnya tanah lapang yang tidak ada penghuninya, yang kanan kirinya
gunung-gunung berbatu granit yang menimbulkan api panas bernama sumun.
Walaupun seperti itu Nabi Musa tetap memantapkan hatinya untuk meneruskan
perjalanan, dan berdoa kepada Allah agar ia ditunjukkan jalan yang benar. Dari
doa Nabi Musa tersebut kita dapati permohonan Nabi Musa yang betul-betul
butuh pertolongan dan bertawakal kepada Allah dan ia memasrahkan semua yang
terjadi kepada Allah swt.28
D. Tafsir Q.s. Al-Qasas: 23- 28
1. Tafsir Sya’rawi
Dalam Q.s. Al-Qasas: 23 dikisahkan Nabi Musa menemukan sekumpulan
orang yang mengerumuni sumber air, mereka sedang memberikan minum
25 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.69. 26 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.70. 27 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.70. 28 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.70.
![Page 59: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/59.jpg)
41
ternaknya. Jauh dari keramaian Nabi Musa melihat dua orang wanita yang
mencegah kambing mereka untuk meminumkan kambingnya di tempat yang
ramai. Nabi Musa bertanya kepada kedua wanita itu, “Mengapa kalian berdua
mencegah kambing-kambing kalian untuk minum? Bukankah kalian datang ke
sumber air ini untuk memberikan kambing-kambing kalian minum?”.
Dalam ayat ini diterangkan bahwasannya alasan mereka tidak memberi
kambing mereka minum karena mereka tidak ingin berdesak-desakan dengan para
laki-laki, dan dijelaskan pula bahwasannya ayah mereka adalah seorang yang
sudah tua.29
Sya’rawi menjelaskan dalam tafsirnya bahwasannya kisah yang terdapat di
dalam Q.s. Al-Qasas: 23 sangat ringkas. Tetapi walaupun sangat ringkas di
dalamnya mengandung makna tugas pokok wanita di tengah masyarakat dan tugas
pria terhadap wanita.30
Pada Q.s. Al-Qasas: 24, menurut Sya’rawi terdapat beberapa hikmah yakni
khususnya pada kalimat pertama, عاء ر ٱلر kami tidak dapat ل نسقي حتى يصد
meminumkan ternak kami, sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan
ternaknya. Kedua, وأبونا شيخ كبير sedangkan bapak kami adalah orang tua
yang telah lanjut umurnya. Ketiga, فسقى لهما maka Nabi Musa memberi minum
ternak itu untuk menolong keduanya.31
Menurutnya ketiga hukum ini mengatur tentang kerja wanita di luar rumah,
dan apa yang harus dikerjakan pria saat wanita terpaksa harus bekerja di luar
rumah. Ayat ini juga mengisyaratkan bahwasannya jika seorang wanita terpaksa
harus keluar rumah, maka dia keluar hanya untuk melakukan suatu hal yang harus
dikerjakan. Bila sudah terpenuhi keinginannya itu maka diharuskan pulang dan
selama di luar diharapkan untuk tidak berdesakan dengan pria, dia harus menjauh
dari kerumunan. Menurutnya untuk bekerja, wanita tidak harus keluar rumah, dia
tidak harus sama seperti pria, dengan berbaur bersama mereka.32
29 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 273. 30 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 273. 31 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 274. 32 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 274.
![Page 60: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/60.jpg)
42
Dalam Q.s. Al-Qasas: 25, dikisahkan bahwasannya salah seorang dari wanita
itu datang kepada Nabi Musa berjalan dengan malu-malu, wanita itu mengajak
Nabi Musa ke rumahnya karena bapak dari wanita tersebut memanggilnya.
Menurut Sya’rawi dalam kisah ini tidak disebutkan bagaimana Nabi Musa
berjalan bersama wanita itu, tetapi diriwayatkan bahwasannya wanita itu berjalan
di depan Nabi Musa karena wanita itulah yang menunjukan jalan menuju
rumahnya. Saat angin berhembus terlihat bentuk tubuh wanita itu. Lalu pada saat
itu juga Nabi Musa segera berkata “Berjalanlah di belakangku dan tunjukkan aku
jalannya” dan menurut Sya’rawi sifat yang ditunjukkan oleh Nabi Musa ini adalah
merupak suatu adab kenabian.33
Ketika sampai dirumah wanita itu Nabi Musa menceritakan semua kejadian
yang terjadi pada dirinya dengan Fir’aun dan kaumnya, Nabi Syu’aib pun berkata,
“Janganlah kamu takut, kamu telah selamat dari orangorang yang zhalim itu”.
Orang tua itu menenangkan dan menentramkan rasa takut yang Nabi Musa
rasakan.34
Di dalam Q.s. Al-Qasas: 26 menurut Sya’rawi terdapat hukum keempat yang
dapat diambil dari ayat ini. Hukum tersebut terdapat pada ره أبت ٱست ي ج wahai
bapaku ambilah dia sebagai seorang yang bekerja pada kita. Menurut Sya’rawi
dari ucapan tersebut terlihat jelas bahwasannya anak gadis Syuaib tidak sukan
keluar rumah. Dia ingin ada laki-laki yang menggantikan pekerjaannnya, agar ia
dapat tinggal dirumah.35
Menurut Sya’rawi dari ayat ini juga terdapat hikmah syariat, ketika wanita itu
meminta memperkerjakan Nabi Musa maka bapak dari wanita tersebut
menangkap sinyal baik dan meminta Nabi Musa untuk menikahkan salah satu dari
kedua anaknya, hal itu juga ia lakukan agar tidak terjadi fitnah karena ada laki-
laki asing yang bekerja di rumahnya dan akan sering keluar masuk rumahnya.36
Dalam Tafsir Sya’rawi Q.s. Al-Qasas: 27 lebih jelas lagi keterangan
diperbolehkannya seorang wanita mengajukan diri untuk menikah kepada seorang
33 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 376. 34 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 376. 35 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 377. 36 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 377.
![Page 61: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/61.jpg)
43
laki-laki. Menurut Sya’rawi banyak pemuda yang baik agam dan akhlaknya tetapi
kurang populer dan tidak selevel dengan kedudukan keluarga wanita. Dalam hal
ini seorang ayah haruslah memberikan sugesti kepada pemuda untuk berani
meminang dan memberi sinyal baik kepadanya bahwa pihak keluarga wanita akan
menerimanya.37
Seperti halnya yang dilakukan ayah dari wanita tersebut yang meminta Nabi
Musa agar menikahi anak wanitanya. Ini merupakan etika yang tinggi dari
seorang ayah, karena banyakpemuda yang menunggu keberanian ayah yang
seperti ini.38
Dan dalam Q.s. Al-Qasas: 28 Sya’rawi menafsirkan bahwasannya ulama telah
menetapkan hukum baru dari ayat ini. Bahwasannya yang diminta saat akad nikah
adalah menjelakan maha dan jumlahnya tapi tidak diisyaratkan keharusan diterima
mahar itu pada saat akad. Menurutnya mahar boleh dibayar mencicil dan ditunda,
seperti halnya yang dilakukan Nabi Syu’aib ia memperkerjakan Nabi Musa
selama 8 tahun sekurang-kurangnya dan pekerjaannya itu dijadikan mahar untuk
anaknya.39
2. Tafsir al- Maraghi
Pada Q.s. Al-Qasas: 23 al-Maraghi menafsirkan ketika Nabi Musa sampai di
Kota Madyan ia melihat sekelompok penduduk yang sedang memberikan
minum ke binatang- binatang ternaknya, sementara itu dia melihat dua
wanita di tempat yang lebih rendah sedang menahan kambingnya agar tidak
ikut minum bersama kambing penduduk lain, agar mereka tidak menyakiti
kambingnya. Ketika Nabi Musa melihat kedua wanita itu tersentuhlah
hatinya, Nabi Musa bertanya kepada kedua wanita itu, “Mengapa kalian
tidak memberikan minum kambing-kambing kalian bersama dengan
penduduk itu?” mereka menjawab “kami tidak akan meminumkan kambing-
kambing kami kecuali setelah mereka semua selesai meminumkan
kambingnya, sedangkan orang tua kami sudah lanjut usia sehingga ia tidak
dapat memberi minum kambing dengan sendirinya.”40
Setelah mendengarkan alasan mengapa wanita itu tidak ikut memberi minum
kambing-kambingnya, pada Q.s. Al-Qasas: 24 dikisahkan kembali bahwasannya
37 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 278. 38 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 278. 39 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, jil. 10, h. 279. 40 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, penerjemah: Bahrun Abu Bakar, jil.
20 (Semarang: Toha Putra Semarang, 1993), h. 90.
![Page 62: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/62.jpg)
44
Nabi Musa membantu kedua wanita itu memberikan minum kambing-
kambingnya. Setelah itu ia pergi ke sebuah pohon untuk tidur dan beristirahat dan
berdoa kepada Allah “sesungguhnya aku benar-benar membutuhkan sesuatu yang
engakau turunkan kepadaku dari kebikan dan kemurahan-Mu”.41
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasannya Nabi Musa mengatakan
demikian karena ia benar-benar membutuhkan sebelah biji kurma, karena
perutnya sangat lapar.42
Setelah Nabi Musa berdoa memohon kepada Allah, Allah langsung
mengabulkan permintaannya, yang mana kisah ini terdapat pada Q.s. Al-Qasas:
24. Dari ayat tersebut dikisahkan bahwasannya salah seorang dari kedua wanita
yang ia tolong mendatangi Nabi Musa, ia berjalan malu-malu dan menutupi
wajahnya dengan kain. Wanita itu mengatakan bahwasannya undangan datang
dari ayahnya dengan alasan memberi imbalan kepada Nabi Musa agar
perkataannya tidak diragukan. Menurut al-Maraghi perkataan dari wanita tersebut
menunjukkan secara jelas bahwasannya seorang gadis itu adalah seseorang yang
cerdas, menjaga rasa malu dan memelihara kesucian diri.43
Perkara siapakah sang ayah dari wanita tersebut, hal ini menjadi perselisihan.
Suatu pendapat mengatakan bahwasannya ia adalah Nabi Syu’aib tetapi al-
Maraghi membantah pendapat itu karena menurutnya Syu’aib hidup dalam
keadaan yang sangat jauh sebelum Nabi Musa.44
Pada Q.s. Al-Qasas: 25 Nabi Musa menceritakan semua yang terjadi pada
dirinya dan menceritakan tentang kekafiran Fir’aun, kesewenangan serta
penindasan mereka terhadap orang-orang. Mendengar cerita Nabi Musa, orang tua
itu mengamankan dan menenangkan hati Nabi Musa, ia berkata,” Janganlah kamu
takut dengan kekuatan mereka karena kamu telah selamat dari orang-orang zhalim
itu, karena kami tidak ada dalam daerah kerajaan mereka.
41 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, penerjemah Bahrun Abu Bakar, jil. 20
(Semarang: Toha Putra Semarang, 1993), h. 90. 42 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 91. 43 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 92. 44 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 92.
![Page 63: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/63.jpg)
45
Di dalam Q.s. Al-Qasas: 26 salah seorang putri dari orang tua itu meminta
untuk memperkerjakan Nabi Musa karena wanita itu mengetahui bahwasannya
Nabi Musa adalah orang yang kuat dan dapat dipecaya.45
Menurut al-Maraghi, ketika bapaknya mendengar permintaan anaknya, tidak
diragukan lagi bahwasannya perkataan wanita itu terkandung perkataan yang
padat dan mengandung hikmah yang sempurna. Bapak dari wanita itu menangkap
sinyal baik itu dan segera meminta Nabi Musa untuk menikahkan anaknya.46
Pada Q.s. Al-Qasas: 27 ayah dari wanita tersebut meminta Nabi Musa untuk
menikahi anaknya dengan syarat Nabi Musa menjadi pekerja selama delapan
tahun. Menurut al-Maraghi dari ayat tersebut terdapat dalil atas disyariatkannya
wali menawarkan wanita yang ada di bawah perwaliannya kepada seorang laki-
laki. Sebagaimana yang pernah sahabat Umar bin Khattab yang yang menawarkan
anak putrinya kepada Nabi saw.47
Selanjtnya pada Q.s. Al-Qasas: 28 orang tua perempuan itu menawarkan
untuk memilih bekerja kepadanya selama delapan atau sepuluh tahun dan Nabi
Musa menjawab, “Manapun di antara kedua masa itu delapan ataupun sepuluh
tahun yang aku penuhi maka aku telah mendapatinya untukmu dengan
menggembala kambingmu, dan setelah itu engkau tidak berhak menuntut yang
lebih dari itu.”48
3. Tafsir Fî Ẕilâl al-Qur’an
Di dalam tafsir fî ẕilâl al-Qur’an Q.s. Al-Qasas: 23 dikisahkan bahwasannya
Nabi Musa melihat para penggembala laki-laki menggiring ternak- ternak mereka
ke suatu sumber air untuk meminumkan ternak-ternaknya. Namun ia mendapati
dua orang wanita terhalang untuk memberikan minum ternaknya.49
Sayyid Quṯb mengatakan di dalam tafsirnya, seharusnya seorang yang
mempunyai muruah dan fitrah yang lurus seharusnya kedua wanita itu diberi
minum terlebih dahulu dan juga ternaknya diberi kesempatan terlebih dahulu,
sementara para lelaki memberi jalan bagi keduanya dan membantunya.50
45 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 93. 46 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 93. 47 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 94. 48 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, jil. 20, h. 95. 49 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 52. 50 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 52.
![Page 64: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/64.jpg)
46
Karena keanehan tersebut Nabi Musa mendatangi kedua wanita itu dan
menanyakan hal tersebut, kedua wanita itu memberitahukan faktor apa yang
menyebabkan mereka tertinggal dalam menggunakan air dari sumber air tersebut.
Sebabnya adalah karena mereka lemah, mereka tidak mampu berebut dengan
kaum lelaki untuk menggunakan air itu. Menedengar alasan kedua wanita itu
fitrah Nabi Musa yang lurus sgera tergerak, ia pun segera maju untuk
menyelesaikan hal itu sebagaimana seharusnya.51
Setelah membantu kedua wanita itu, Nabi Musa berlindung ketempat yang
teduh kisah ini dijelaskan pada Q.s. Al-Qasas: 24. Setelah ia sampai di tempat
yang teduh itu ia berdoa “Ya tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu
kebaikan yang engkau turunkan kepadaku”.52
Sayyid Quṯb di dalam tafsirnya menjelaskan bahwasannya dari kisah tersebut,
kita dapat mendengar rintihan hati Nabi Musa dan pengaduannya, beserah diri
kepada Alla mengharap penjagaan yang aman, tempat belindung dan tempat
berteduh yang hakiki.53
Setelah Nabi Musa berdoa memohon kepada Allah, di ayat selanjutnya Allah
menjawab doa Nabi Musa. Dalam Q.s. Al-Qasas: 25 salah seorang dari wanita
yang ia bantu mendatanginya, berjalan dengan malu-malu. Sebagaimana layaknya
wanita yang baik akhlaknya, mulia, terjaga kehormatannya ketika bertemu laki-
laki. Dengan malu-malu, tidak genit dan menor dan menggoda. Ia datang kepada
Nabi Musa untuk menyampaikan undangan yang ia ucapkan dalam kata yang
amat singkat namun sangat mudah dipahami.54
Dalam Q.s. Al-Qasas: 26 Sayyid Quṯb dalam tafsirnya menjelaskan
bahwasannya kedua wanita itu sudah capai menggembala dombanya, berdesakan
dengan para lelaki untuk mendapatkan air dan risih karena harus sering bertemu
laki-laki asing ketika menggembala ternaknya. Sehingga dia dan saudarinya
merasa sulit karena semua itu. Ia ingin menjadi wanita yang hanya mengurusi
51 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 53. 52 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 53. 53 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 54. 54 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 54.
![Page 65: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/65.jpg)
47
rumahnya, sebagai wanita yang terjaga kehormatannya, tertutup dari pandangan
laki-laki asing.55
Wanita itu melihat sifat amanah Nabi Musa, maka dari itu Nabi Musa
menyarankan bapaknya agar menyewa tenaganya. Ketika menawarkan hal itu
wanita itu tidak malu-malu, tidak gemetar, dan tidak takut jika ia dituduh buruk
akhlaknya.56
Orang tua itu memenuhi saran anak wanitanya dan orang tua itu merasakan
adanya kecenderungan rasa saling percaya antara keduanya, sehingga orang tua
itu berfikir bahwasannya mereka cocok dalam membangun keluarga. Oleh karena
itu orang tua itu mengajukan kepada Nabi Musa agar mengawini salah seorang
anak wanitanya dengan mas kawin berupa membantu menggembalakan ternaknya
selama delapan tahun dan jika mau menambah masanya menjadi sepuluh tahun itu
terserah Nabi Musa.57
Pada Q.s. Al-Qasas: 27 lebih jelas pernyataan orang tua itu yang meminta
Nabi Musa agar menikahi anaknya, meminta dengan sederhana dan terus terang
tanpa ada rasa malu. Menurut Sayyid Quṯb memang seharusnya seperti itu bila
dari pihak wanita menawarkan untuk membangun keluarga dan mendirikan rumah
tangga lebih dulu tidak harus malu.58
Sayyid Quṯb mengatakan tradisi pada zaman ini lingkungannya sudah
terpengaruh dan menyimpang dari fitrah yang lurus. Seorang ayah
menghalangi untuk mengajukan pinangan kepada laki-laki yang baik
akhlaknya, agamanya hanya karna menurut tradisi bahwasannya lamaran itu
tidak pantas datang dari pihak wanita. Tetapi lucunya dalam tradisi dan
lingkungan yang seperti itu para pemuda dan pemudi dapat bertemu,
berbicara, bergaul dan menampakkan dirinya satu sama lain tanpa diawali
khitbah dan niat nikah. Dan ketika ditawarkan khitbah dan nikah maka
muncullah rasa malu yang dibuat-buat. Padahal pada zaman Rasulullah para
orang tua menawarkan anak wanitanya agar dinikahi oleh para lelaki yang
baik akhlaknya. Seperti yang dilakukan Umar bin Khattab yang menawarkan
anak wanitanya kepada Rasulullah.59
55 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 55. 56 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 55. 57 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 56. 58 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 57. 59 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, jil. 17, h. 58.
![Page 66: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/66.jpg)
48
Dalam tafsir fî ẕilâl al-Qur’an Q.s. Al-Qasas: 28 dijelaskan bahwasannya
topik akad dan syarat-syarat akad adalah sesuatu yang tidak boleh ditutupi, atau
merasa malu. Nabi Musa itu menjalankan akad sesuai dengan syarat-syarat yang
ditentukan oleh orang tua tu yakni bekerja selama delapan tahun.
4. Tafsir al-Azhar
Pada Q.s. Al-Qasas: 23 Hamka menggambarkan di dalam tafsirnya
bahwasannya Nabi Musa merasa sepi dalam perjalanannya seorang diri dan dalam
keadaan kekurangan makanan juga kehausan karena panasnya matahari. Dan rasa
sepi itu hilang karena melihat banyak orang yang berkerumun. Yaitu orang-orang
yang sedang menggembalakan kambing mereka dan memberi minum kambing
tersebut di telaga tersebut. Di sisi lain ia melihat dua orang perempuan yang
melarang kambing-kambingnya untuk pergi ke telaga tersebut.60
Di dalam Q.s. Al-Qasas: 24 dikisahkan bahwasannya Nabi Musa menolong
kedua wanita itu dengan cara membantu membawa kambing-kambingnya ke
sumber air tersebut. Setelah membantunya Nabi Musa kembali dan mencari
tempat yang teduh kemudian berdoa “Ya tuhanku sesungguhnya aku ini sangat
memerlukan anugerah kebaikan dan bantuanmu.”61
Di dalam tafsirnya Hamka menjelaskan bahwa selama dalam perjalanan itu
Nabi Musa tidaklah membawa persediaan makanan, karena dia meninggalkan
Mesir dengan terburu-buru.62
Dilanjutkan kisah selanjutnya pada tafsir al-Azhar Q.s. Al-Qasas: 25. Lalu
datanglah seorang wanita berjalan dengan malu-malu, sebab pada saat itu Nabi
Musa masih remaja dan wanita itu adalah masih gadis. Dengan sikap yang sopan
dan santun gadis itu mengatakan kepada Nabi Musa bahwa ayahnya
memanggilnya karena ayahnya ingin membalas jasa Nabi Musa yang telah
menolong kedua putrinya.63
Menurut Hamka ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapa ayah dari kedua
gadis tersebut. Al- Imam Hasan al- Bisri termasuk yang sependapat bahwa
orang tua itu adalah Nbi Syu’aib. Ibn Abî Hâtim meriwayatkan suatu riwayat
60 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h. 70 61 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.72. 62 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.72. 63 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.73.
![Page 67: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/67.jpg)
49
dari Imam Mâlik bin Anas bahwasannya orang tua itu memanglah Nabi
Syu’aib. Tetapi Ibn Katsir dalam tafsirnya bahwa jarak antara masa antara
Nabi Musa dan Nabi Syu’aib adalah terlalu jauh. Memang ada beberapa
hadits yang menyatakan bahwa orang tua itu adalah Nabi Syu’aib, tetapi Ibn
Katsir menjelaskan pula bahwasannya isnad dari hadits-hadits tersebut tidak
ada sahih.64
Pada Q.s. Al-Qasas: 26 Hamka menjelaskan bahwa yang meminta Nabi Musa
untuk bekerja dirumahnya adalah anak gadisnya yang memanggil Nabi Musa tadi.
Ia meminta Nabi Musa untuk dijadikan pegawai di rumahnya karena gadis itu tau
bahwa Nabi Musa adalah seorang yang sedang membuang dirinya untuk
melindungi nyawanya yang terancam. Usul gadis itu diterima oleh orang tuanya,
lalu Nabi Musa diajak bicara dengan orang tua tersebut.65
“Sesungguhnya aku ingin hendak mengawinkan engkau dengan salah seorang
anak perempuan ini...” (Q.s. Al-Qasas: 27). Di dalam tafsir al-Azhar tidak
dijelaskan siapa di antara kedua gadis itu yang dinikahi Nabi Musa, seperti halnya
gadis yang menjemput Nabi Musa pada saat itu yang tidak dijelaskan karena
maksud al-Qur’an bukan menentukan yang mana orangnya karena hal itu tidak
penting.66
Karena menurut Hamka yang lebih penting adalah bahwasannya Nabi Musa
menikah dengan gadis itu atas janji bekerjanya selama 8 tahun sekurang-
kurangnya, dan jika Nabi Musa ingin menambahkan jadi sepuluh tahun ini
terserah padanya. Dengan kata lain Nabi Musa menikah dengan gadis tersebut
mahar atau mas kawinnya bukanlah berupa harta benda melainkan tenaganya
sendiri yaitu dengan menggembalakan ternak orang tua itu selama delapan
tahun.67
Hamka menyebutkan pembayaran mas kawin dengan cara bilangan tahun
sangtlah bijaksana. Sebab Nabi Musa adalah seorang yang tengah membuang diri
ke Kota Madyan. Jika ia pulang maka nyawanya akan berbahaya. Jika ia berdiam
di Kota Madyan selam bertahun-tahun semoga ada perubahan yang akan terjadi di
64 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.73. 65 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.74. 66 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.75. 67 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.75.
![Page 68: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/68.jpg)
50
Mesir. Jika keadaan sudah berubah maka diperbolehkan Nabi Musa pulang ke
Mesir. Kalau belum ia diperbolehkan menggembala dua tahun lagi.68
Pada Q.s. Al-Qasas: 28 di dalam tafsirnya Hamka membahas persetujuan
antara Nabi Musa dan orang tua itu dan kemudian terjadilah akad nikah, dan
setelah itu hidup Nabi Musa berubah, mulai membangun rumah tangga memikul
tanggung jawab suami dan sebagai penerima upah.69
68 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.75. 69 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20, h.76.
![Page 69: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/69.jpg)
51
BAB IV
HIKMAH DARI PELARIAN NABI MUSA KE KOTA MADYAN
DALAM Q.S. AL-QASAS: 20-28
A. Hikmah Terkait Keseluruhan Kisah
Di bawah ini adalah gambaran umum hikmah dari keseluruhan kisah. Penulis
mengambilnya dari ayat-ayat yang menjelaskan tentang pelarian dari kisah Nabi
Musa ke Kota Madyan. Dari ayat-ayat tersebut ditemukan adanya satu hikmah
yakni,
1. Bertawakal kepada Allah
Tawakal adalah menyerahkan segala perkara, ikhtiar, dan usaha yang
dilakukan kepada Allah serta berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt.1
Hikmah bertawakal kepada Allah diambil dari penjelasan Tafsir al-Azhar
karya Hamka pada Q.s. al-Qasas: 22
ا ه تلقاء مدين قال عسى رب ي أن يهديني سواء ٱلسبيل ولم .توج
“Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Madyan ia berdoa (lagi): "Mudah-
mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar".”
Di dalam Tafsir al-Azhar diceritakan bahwasannya pada saat itu Nabi Musa
dalam perjalanan seorang diri keluar dari Negeri Mesir untuk menghindari Fir’aun
yang ingin membunuhya, ia berlari dari Fir’aun karena jika ia tertangkap oleh
Fir’aun maka tidak akan ada ampun bagi Nabi Musa. Dia keluar dari Negeri
Mesir, berjalan seorang diri di tanah lapang yang panas, di kanan kirinya adalah
gunung-gunung dan batu granit yang menimbulkan angin panas yang bernama
samun.2
1 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, Jil.3 (Jakarta: Lentera
Hati,2007), h. 97. 2 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 20 (Jakarta: PT. Pustaka
Panjimas, 1982), h. 69.
![Page 70: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/70.jpg)
52
Nabi Musa berjalan dengan hati yang mantap dan tidak terpikir olehnya untuk
kembali lagi ke Negeri Mesir. Ia berdoa dengan penuh harapan "Mudah-mudahan
Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar". Ketika itu ia berdoa layaknya
seorang hamba yang betul-betul butuh pertolongan, dari kisah ini kita dapati
bahwasannya Nabi Musa membulatkan hati bertawakal kepada Allah. Ia
memasrahkan semua yang terjadi kepada Allah swt.3
Nabi Musa menyerahkan dirinya kepada Allah terhadap semua ketentuan
takdir yang Allah berikan kepadanya, sikap berserah dirinya terlihat ketika ia
tidak tahu harus pergi kearah mana. seperti penjelasan di atas, Nabi Musa
menjadikan Allah sebagai satu-satunya sandaran baginya ketika ia tidak tahu
harus meminta pertolongan kepada siapapun, setelah ia berdoa agar diselamatkan
dari orang-orang zhalim4, ia pun menghadap ke arah jurusan Kota Madyan, ketika
ia menghadap ke arah Kota Madyan ia melanjutkan doanya semoga Allah
memipinnya ke jalan yang benar.5 Hingga akhirnya ia sampai di sumber air
Madyan dan bertemu dengan orang tua renta yang membantunya.
Sikap tawakal Nabi Musa juga diperlihatkan pada ayat yang lainnya yakni,
pada Q.s. al-Qasas: 24.
Di dalam Tafsir Fî Ẕhîlâl al-Qur’an karya Sayyid Quṯb pada Q.s al-Qasas: 24
juga terlihat sikap berserah diri Nabi Musa terhadap Allah swt.
إن ي لما أنزلت إلي من خير فقير ل فقال رب .فسقى لهما ثم تولى إلى ٱلظ
“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian
dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku
sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku".”
Dari ayat di atas didapati bahwasannya ketika itu Nabi Musa membantu dua
orang wanita yang ingin meminumkan ternaknya namun kedua wanita itu
terhalang oleh para laki-laki yang juga sedang memberikan minum ternaknya,
3 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, jil. 20 (Jakarta: Pustaka Panji
Mas, 1982 ), h. 75. 4 Lihat Q.s. al-Qasas: 21. 5Q.s. Al-Qasas: 22.
![Page 71: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/71.jpg)
53
sedangkan mereka hanyalah dua orang wanita yang tidak mungkin berbaur
dengan para laki-laki tersebut.
Melihat itu semua hati Nabi Musa tergerak untuk menolong kedua gadis itu,
setelah membantu kedua wanita itu Nabi Musa kembali berlindng ke tempat yang
teduh lalu ia berdoa "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu
kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku"
Di dalam Tafsir Fî Ẕhîlâl al-Qur’an dijelaskan bahwasannya dari kisah
tersebut kita dapat mendengar rintihan hati Nabi Musa, bagaimana cara ia
mengadu kepada Tuhannya, meminta agar ia dijaga dan diberikan rasa aman,
meminta tempat perlindungan dan tempat berteduh yang hakiki yakni kepada
Allah swt.6
Tawakal merupakan puncak tertinggi keimanan. Sifat ini akan datang
sendirinya jika iman seseorang sudah matang.7 Seperti halnya Nabi Musa, Ia telah
menyerahkan segalanya kepada Allah agar ia mendapatkan rasa aman,
perlindungan dari Allah swt.
Tawakal adalah bagian dari hasil keimanan yang terbesar, amalan dan ibadah
paling utama yang dapat mendekati diri seorang hamba kepada Allah swt. Serta
tingkatan tertingi dalam mentauhidkan Allah. Ibn Qayyim berkata, “Tawakal,
tercakup di dalamnya pemasrahan diri, permintaan tolong, dan ridho.8
B. Hikmah Terkait Sebagian dari Kisah
Di bawah ini adalah hikmah terkait debagian dari kisah. Penulis
mengambilnya dari ayat-ayat yang menjelaskan tentang pelarian dari kisah Nabi
Musa ke Kota Madyan. Dari ayat-ayat tersebut penulis menemukan adanya
beberapa hikmah di antaranya,
6 Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, penerjemah:
As’ad Yasin dkk, Jil.17 (Jakarta: Robbani Press, 2009), h. 53. 7M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata, Jil.3 (Jakarta: Lentera
Hati,2007), h. 97. 8Muhammad Shaleh al-Munajjid, Jagalah Hati Raih Ketenangan, penerjemah: Saat
Mubarak dan Nur Kosim (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2006), h. 36.
![Page 72: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/72.jpg)
54
1. Wanita diperbolehkan bekerja di luar rumah
Hikmah diperbolehkannya seorang wanita bekerja di luar rumah diambil dari
penjelasan Tafsir Sya’rawi karya Muhammad Mutawalli Sya’rawi pada Q.s. al-
Qasas: 23 dan 24
ن ٱلناس يسقون ووجد من دونهم ة م ا ورد ماء مدين وجد عليه أم ٱمرأتين ولم
عاء وأبونا شيخ كبير فسقى .تذودان قال ما خطبكما قالتا ل نسقي حتى يصدر ٱلر
إن ي لما أنزلت إلي من خير فقير ل فقال رب .لهما ثم تولى إلى ٱلظ
“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana
sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di
belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat
(ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?"
Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami),
sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak
kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya". Maka Musa memberi minum
ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang
teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu
kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku".” (Q.s. al-Qasas: 23-24).
Hikmah-hikmah tersebut didapatkan dari kata pertama, حتى يصدر ل نسقي
عاء -kamitidak dapat meminumkan ternak kami sebelum penggembala ٱلر
penggembala itu memulangkan ternaknya. Kedua, وأبونا شيخ كبير sedangkan
bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya . Ketiga, فسقى لهما maka
Nabi Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya.
![Page 73: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/73.jpg)
55
Dalam Tafsir Sya’rawi ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana islam
mengatur terntang kerja wanita di luar rumah, dan apa yang harus dikerjakan pria
saat wanita terpaksa harus bekerja di luar rumah.9
Memberi minum binatang adalah pekerjaan pria, dari kisah ini diisyaratkan
bahwa wanita jika terpaksa harus keluar rumah, maka dia keluar hanya untuk
melakukan suatu hal yang harus dikerjakan. Bila keinginan itu sudah terpenuhi
sebaiknya langsung pulang.
Kedua wanita itu memberi minum tenaknya karena bapaknya sudah lanjut
usianya, dalam hal ini wanita sebaiknya tidak bekerja di luar rumah kecuali dalam
keadaan terpaksa, seperti suami ataupun bapaknya sudah tidak mampu lagi
bekerja maka pekerjaan dapat diambil alih oleh wanita.
Nabi Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya, dari kisah
ini mengajarkan kepada masyarakat muslim bahwasanya bila melihat wanita yang
bekerja di luar rumah maka bantulah dan permudahlah urusannya.
Husein Syahatah dalam bukunya Ekonomi Rumah Tangga Muslim
meneyebutkan persyaratan yang telah ditetapkan para ulama fiqh bagi wanita
yang boleh bekerja di luar ruamh adalah10,
1. Persetujuan suami
2. Menyeimbangkan tuntunan rumah tangga dan tuntutan kerja
3. Pekerjaan itu tidak menimbulkan khalwat
4. Menghindarkan pekerjaan yang membahayakan diri wanita
5. Menjauhi segala sumber fitnah
6. Menutup aurat
Menurut Quraish Shihab di dalam tafsirnya al-Mishbah ulama menjadikan
Q.s. al-Qasas: 23-24 sebagai salah satu dalil tentang bolehnya wanita bekerja dan
9 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah: Zainal Arifin, jil. 10
(Medan: Duta Azhar, 2011), h. 274. lihat Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsîr Sya’rawi, jil.17
(Mesir: Maktabah Akhbâr al-Yaum, 1997), h. 1903. 10 Husein Syahatah, Ekonomi Rumah Tangga Muslim (Jakarta: Gema Insani Press, 1998),
h.144.
![Page 74: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/74.jpg)
56
berkumpul pada satu arena dengan pria, selama mereka berada dalam keadaan
terhormat yakni tidak menimbulkan fitnah. Terlebih jika orang tua itu adalah Nabi
Syu’aib, bahwa syariat para nabi sebelum Nabi Muhammad saw selama belum
dibatalkan merupakan syariat islam juga. Jadi di dalam hal ini tidak perlu
dikatakan bahwasannya ini adalah keadaan darurat.11
Menurutnya pada prinsipnya islam tidak melarang wanita bekerja di dalam
atau di luar rumahnya, selama pekerjannya itu dilakukan dalam suasanan
terhormat serta selama mereka dapat memelihara tuntunan agama dan dapat
menghindari dampak-dampak nrgatif dari pekerjaan yang dilakukannya itu
terhadap diri dan lingkungannya.12
Bekerja dapat menjadi wajib bagi wanita jika keadaan membutuhkannya,
pada zaman Nabi Muhammad saw. Banyak wanita-wanita yang bekerja pada saat
itu, seperti, Ummu Sâlim bin Malẖam sebagai perias pengantin, Qilat Ummi Bany
Ammâr sebagai pedagang, Zainab Ibn Jaẖsy yang dikenal terlibat dalam pekrjaan
menyamak kulit binatang dan masih banyak lagi yang lainnya.
2. Pemberian mahar diperbolehkan berupa tenaga atau jasa
Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai
wanita baik berbentuk barang, uang, maupun jasa yang tidak bertentangan dengan
hukum Islam di waktu akad nikah.13
Hikmah pemberian mahar diambil dari penjelasan Tafsir Sya’rawi karya
Sya’rawi pada Q.s. al-Qasas: 27
ني حجج فإن أتممت تين على أن تأجرني ثم قال إن ي أريد أن أنكحك إحدى ٱبنتي ه
لحين عشرا فمن من ٱلص .عندك وما أريد أن أشق عليك ستجدني إن شاء ٱلل
“Berkatalah dia (Syu´aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu
dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja
denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah
11 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, jil. 9 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 577. 12 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, jil. 9, h. 577. 13 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Akademi Presindo,
1992), h. 113.
![Page 75: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/75.jpg)
57
(suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu
Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”.(Q.s. Al-Qasas :
27).
Dari kisah di atas didapati bahwa Nabi Musa menikahi wanita itu dengan
mahar berupa ia menggembala ternak bapak dari wanita tersebut, karena Nabi
Musa pada saat pergi ke Kota Madyan tidak membawa harta sedikitpun. Maka ia
tidak dapat memberikan mahar berupa benda atau apapun yang dapat dijadikan
alat penukaran dalam jual beli.
Di dalam Tafsir Sya’rawi ayat ini dijadikan sebagai dalil bahwasannya
pemberian mahar tidak harus berupa harta benda. Menurut Sya’rawi di dalam
tafsirnya, ulama telah menetapkan hukum baru dari ayat ini yakni suatu keharusan
untuk menjelaskan bentuk mahar dan jumlahnya pada saat akad dan tidak
disyaratkan keharusan diterimanaya mahar pada saat akad.14
Seperti Nabi Syu’aib yang memperkerjakan Nabi Musa selama 10 tahun dan
perkerjaannya tersebut dijadikan mahar.
Di dalam Tafsir al-Maraghi dijelaskan bahwa Nabi Musa menikahi wanita itu
bukan dengan mahar harta benda, melainkan dengan tenaga ia sendiri, yaitu
menggembala ternak selama delapan tahun sekurang-kurangnya. Menurut Ahmad
Mustafa al-Maraghi Janji pembayaran mas kawin dengan cara bilangan tahun ini
sangatlah bijaksana, karena Nabi Musa adalah seorang yang sedang melarikan diri
ke Kota Madyan. Jika ia pulang ke Mesir maka ia dalam keadaan bahaya, tetapi
jika ia berdiam diri di Kota Madyan selama beberapa tahun semoga di Mesir ada
perubahan pada tahun-tahun yang ia lalui selama di Madyan.15
Hikmah pemberian mahar juga disebutkan di dalam Tafsir al-Azhar karya
Hamka, ia memberi penegasan bahwasannya dari kisah tersebut didapati mas
kawin yang diberikan Nabi Musa bukanlah harta benda melainkan tenaganya
sendiri, dan menurut Hamka pembayaran mas kawin dengan cara bilangan tahun
14 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah Zainal Arifin, jil. 10, h.
279. lihat Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsîr Sya’rawi, jil.17 (Mesir: Maktabah Akhbâr al-
Yaum, 1997), h. 1911. 15Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, penerjemah Bahrun Abu Bakar, jil. 20
(Semarang: Toha Putra Semarang, 1993), h. 96. Lihat Ahmad Mustafa al-Marâghî, Tafsir Al-
Marâghî, jil. 20 (Mesir: Maktabah Mustafa al-Bâb al-Jâlî, 1946), h. 52.
![Page 76: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/76.jpg)
58
sangat bijaksana yang dilakukan pada saat itu, karena pada saat itu Nabi Musa
sedang membuang diri ke Madyan dan sedang bersembunyi dari Fir’aun.16
Mahar adalah kompensasi dalam pernikahan yang wajib diberikan dengan
nominal yang ditentukan oleh hakim atau atas keridhaan kedua belah pihak
mempelai pria dan wanita. Mahar adalah syarat sah akad nikah, baik disebutkan
nominalnya ataupun tidak. Macam mahar banyak, di antaranya setiap pekerjaan
(jasa) yang mendapatkan upah boleh dijadikan sebagai mahar.17 Ayat ini adalah
salah satu dalil dari diperbolehkannya mahar dengan jasa. 18
Setelah Nabi Musa setuju dengan perjanjian yang dikemukakan oleh
mertuanya tersebut. maka dengan persetujuannya itu terjadilah akad nikah, yakni
ijab dan qobul. Sejak itu berubah pula hidupnya, ia mulai menegakkan rumah
tangga memikul tanggung jawab sebagai suami dan memikul tanggung jawab
sebagai penerima upah.
3. Diperbolehkan bagi pihak keluarga perempuan untuk meminang laki-laki
Meminang atau khitbah adalah pernyataan seorang pria yang meminta
kesediaan seorang wanita untuk menjadi istrinya melalui orang yang dipercaya.19
Hikmah meminang diambil dari penejelasan Tafsir al-Maraghi pada Q.s. Al-
Qasas: 26
أبت ٱست جرت ٱلقوي ٱلمين جره إن خير من ٱست قالت إحدىهما ي
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik
yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya".”
Di dalam Tafsir al-Maraghi dikatakan bahwasannya perkataan salah seorang
dari wanita itu mengandung hikmah yang sempurna. Dari perkataan wanita
16 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, jil. 20 (Jakarta: Pustaka Panji
Mas, 1982 ), h. 75. 17Ini adalah pendapat Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, sementara itu, Abu Hanifah
menolaknya sedangkan Imam Malik menganggapnya makruh. 18Abu Malik Kamal, Shahih Fikih Sunnah, jil. 3 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 250. 19 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011 ), h. 693.
![Page 77: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/77.jpg)
59
tersebut bapaknya mendapatkan sinyal baik dan dengan segera meminta Nabi
Musa untuk menikahi anak wanitanya. 20
Sedangkan di dalam Tafsir Sya’rawi dijelaskan, ketika salah seorang dari
anak wanitanya berkata demikian, datanglah peran ayah yang tidak melepas
peluang baik itu. Dia meminta Nabi Musa untuk bekerja di rumahnya, tetapi ada
hal yang lebih penting dan harus dilakukan sang ayah saat laki-laki asing ada di
rumahnya dan bebas keluar masuk rumahnya, yakni menikahkan laki-laki itu
dengan salah satu anaknya agar semua orang tenang dan terhindar dari fitnah.21
Kemudian diperjelas hikmah meminang berikutnya pada ayat selanjutnya,
Q.s. al-Qasas: 27
تين على أن تأجرني اق ني حجج فإن أتممت ل إن ي أريد أن أنكحك إحدى ٱبنتي ه ثم
لحين من ٱلص .عشرا فمن عندك وما أريد أن أشق عليك ستجدني إن شاء ٱلل
“Berkatalah dia (Syu´aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu
dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja
denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah
(suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu
Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”.(Q.s. Al-Qasas :
27).
Dalam Tafsir fî ẕilâl al-Qur’an di sebutkan, bahwasannya orang tua itu
memenuhi saran anak wanitanya karena ia merasakan pada diri anaknya dan diri
Nabi Musa adanya saling percaya, dan terdapat fitrah yang lurus antara keduanya
yang sesuai untuk membangun keluarga. Maka orang tua itu menyatukan antara
dua tujuan, dan dia pun mengajukan kepada Nabi Musa agar menikahkan salah
seorang dari anak wanitanya. “Berkata Syu’aib, sesungguhnya aku bermaksud
menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini...”22
20 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, penerjemah Bahrun Abu Bakar, jil. 20
(Semarang: Toha Putra Semarang, 1993), h. 93. Lihat Ahmad Mustafa al-Marâghî, Tafsir Al-
Marâghî, jil. 20 (Mesir: Maktabah Mustafa al-Bâb al-Jâlî, 1946), h. 51. 21 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah Zainal Arifin, jil. 10
(Medan: Duta Azhar, 2011), h. 277. lihat Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsîr Sya’rawi, jil.17
(Mesir: Maktabah Akhbâr al-Yaum, 1997), h. 1908. 22Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, Jil.9 h. 40.
![Page 78: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/78.jpg)
60
Dijelaskan di dalam Tafsir Sya’rawi bahwasannya ayat ini menjadi bukti
bahwasannya Allah membolehkan wanita untuk mengajukan diri untuk dinikahi.
Tidak usah takut bagi wanita untuk mengucapkan bahasa kiasan agar dapat
menikah, seperti yang dilakukan oleh putri Syu’aib terebut.23
Juga di dalam Tafsir al-Maraghi, menurutnya dari kisah ini terdapat dalil atas
disyari’atkannya wali menawarkan wanita yang berada di bawah perwaliannya
kepada seorang laki-laki. Umar bin Khattab pun pernah menawarkan putrinya
kepada Abu Bakar, Usman dan Hafsah sendiri pernah menawarkan dirinya kepada
Nabi saw.24
Padahal pada zaman Rasulullah para orang tua menawarkan anak-anak
wanitanya kepada para laki-laki untuk dinikahi. Bahkan ada seorang wanita yang
menawarkan dirinya kepada Rasulullah.25
“Sebagaimana diriwayatkan dari Ibn ‘Umar raḏiallahu ‘anhu ia berkata,
ketika Hafshah binti Umar menjanda dari Khunais bin Hudzafah As Sahmi ia
termasuk di antara sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang ikut
serta dalam Perang Badr dan meninggal di Madinah, Umar berkata, "Maka aku
datangi Usman bin 'Affan dan ku tawarkan Hafshah kepadanya. Aku berkata,
"Jika engkau mau, maka aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah binti Umar."
Utsman hanya memberi jawaban, "akan aku pertimbangkan yerlebih dahulu," aku
lalu menunggu beberapa malam, kemudian ia menemuiku dan berkata,
"Nampaknya aku tidak akan menikah pada saat ini." Umar melanjutkan
"Kemudian aku menemui Abu Bakar, kukatakan padanya, "Jika engkau
menghendaki, maka aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah binti Umar." Abu
Bakar hanya terdiam dan tidak memberi jawaban sedikitpun kepadaku. Akan
tetapi Abu Bakar diam dan tidak berkomentar apapun. Saat itu aku lebih kecewa
terhadap Abu Bakar daripada kepada Utsman. Lalu aku menunggu beberapa
malam, ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meminangnya. Maka
aku menikahkannya dengan beliau..."26
23 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah Zainal Arifin, jil. 10
(Medan: Duta Azhar, 2011), h. 277. lihat Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsîr Sya’rawi, jil.17
(Mesir: Maktabah Akhbâr al-Yaum, 1997), h. 1909. 24 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, penerjemah Bahrun Abu Bakar, jil. 20
(Semarang: Toha Putra Semarang, 1993), h. 94. Lihat Ahmad Mustafa al-Marâghî, Tafsir Al-
Marâghî, jil. 20 (Mesir: Maktabah Mustafa al-Bâb al-Jâlî, 1946), h. 52. 25Ibn Hajar Al-Atsqalani, Fathul Bârî, penerjemah Amiruddin, jil.25 (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2010), h. 249. 26Ibn Hajar Al-Atsqalani, Fathul Bârî, jil. 25, h. 253.
![Page 79: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/79.jpg)
61
Dari kisah di atas dapat diambil kesimpulan bahwasannya diperbolehkan bagi
wanita untuk mengajukan dirinya kepada laki-laki yang sholeh, yang baik
agamanya serta bagus akhlaknya, sebagaimana kisah Nabi Musa dengan seorang
wanita tersebut. Sementara pada tradisi zaman sekarang, seorang laki-lakilah atau
walinya yang datang untuk mengajukan lamaran dan tidak pantas jika lamaran itu
datang dari pihak wanita.
Sebagaimana halnya wanita itu, ketika melihat sosok Nabi Musa yang kuat,
baik akhlaknya dan agamanya dan dapat dipercaya, segera wanita itu meminta
bapaknya untuk memperkerjakan Nabi Musa. Karna bapak dari anak itu
menangkap sinyal baik, dan perkataan anaknya itu mengandung makna maka
bapak dari anak itu meminta Nabi Musa untuk menikahinya tidak dengan malu-
malu dan tidak ada keraguan.
4. Anjuran untuk memuliakan perempuan
Maksud dari perlakuan terhadap perempuan adalah dalam ayat ini sangat
terlihat bagaimana cara Nabi Musa menghormati wanita, memuliakannya.
Hikmah tersebut penulis dapatkan di dalam Tafsir Sya’rawi pada Q.s. al-
Qasas: 25
فجاءته إحدىهما تمشي على ٱستحياء قالت إن أبي يدعوك ليجزيك أجر ما سقيت
ا جاءهۥ وقص لمين لنا فلم .عليه ٱلقصص قال ل تخف نجوت من ٱلقوم ٱلظ
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan
kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia
memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami".
Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu´aib) dan menceritakan kepadanya
cerita (mengenai dirinya), Syu´aib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah
selamat dari orang-orang yang zalim itu”.” (Q.s. Al-Qasas : 16-17).
Ketika Nabi Musa sampai di kota Madyan, ia melihat banyak orang yang
memberikan minum kepada ternaknya, lalu ia melihat ke arah belakang orang
yang memberikan minum ternaknya, terdapat dua orang wanita yang sedang
menghambat kedua ternaknya. Melihat kedua wanita itu Nabi Musa segera
menolong kedua wanita tersebut, karena kebaikan Nabi Musa salah satu dari
![Page 80: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/80.jpg)
62
wanita itu datang menghampiri Nabi Musa dengan malu-malu dan ia memberitahu
Nabi Musa bahwasannya bapak dari wanita itu memanggilnya.
Di dalam Tafsir Sya’rawi dikisahkan ketika ajakan dari wanita itu datang
maka Nabi Musa tidak ragu-ragu untuk menerimanya, dia menggunakan
kesempatan yang ada. Dalam kisah tersebut tidak disebutkan bagaimana Nabi
Musa berjalan bersama wanita itu, tapi diriwayatkan bahwa wanita itu berjalan di
depan Nabi Musa, karena wanita itu yang menunjuki jalan menuju rumah. Saat
angin berhembus terlihat bentuk tubuh wanita itu. Sehingga Nabi Musa berkata,
“Hai, berjalanlah di belakangku dan tunjukkan saya jalannya”. Menurut Sya’rawi
sifat Nabi Musa yang seperti ini adalah satu adab kenabian. 27
Di dalam Tafsir fî ẕilâl al-Qur’an karya Sayyid Quṯb dijelaskan ketika dalam
perjalanan menuju rumah wanita tersebut Nabi Musa berkata kepada wanita itu
agar ia berjalan di belakangnya, dan jika Nabi Musa salah jalan maka wanita itu
segera memberitahunya, maka keduanya berjalan beriring-iringan menuju rumah
wanita itu.28
Dari sini terlihat bahwasannya Nabi Musa adalah orang yang santun
pandangannya dan juga bersih hatinya. Begitu pula wanita itu, wanita tersebut
adalah seorang yang bersih hatinya, menjaga kehormatannya dan suci. Ia paham
bagaimana ia harus berprilaku ketika bertemu dengan laki-laki. Dengan malu-
malu, tidak genit dan tidak menggoda ia datang kepada Nabi Musa untuk
menyampaikan kepadanya undangan yang ia ucapkan dalam kata yang sangat
singkat dan mudah dipahami.
Dalam buku muntaqâ al-Adab asy- Syar’iyyah yang disusun oleh Majid
Sa’ud al-Ausyan, dijelaskan bahwasannya kaum laki-laki itu lebih berhak berjalan
pada bagian tengah jalan dari pada kaum perempuan dan dijelaskan pula adab
bagaimana seseorang perempuan ketika berjalan, yakni perempuan apabila
27 Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah Zainal Arifin, jil. 10
(Medan: Duta Azhar, 2011), h. 276. lihat Muhammad Mutawally Sya’rawi, Tafsîr Sya’rawi, jil.17
(Mesir: Maktabah Akhbâr al-Yaum, 1997), h. 1908. 28Sayyid Quṯb, Tafsîr fî ẕilâl Al-Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an, Jil.17 (Jakarta:
Robbani Press, 2009), h. 56.
![Page 81: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/81.jpg)
63
berjalan di jalanan hendaklah mengambil jalur pinggir dan berjalan dengan sikap
malu29 sebagaimana Allah swt berfirman,
....فجاءته إحدىهما تمشي على ٱستحياء
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan
kemalu-maluan...”(Q.s. Al-Qasas: 25)
Diriwayatkan juga dari Abu Usaid al-Anshari,
عليه وسلم يقول وهو خارج من المسجد فاختلط صلى للا أنه سمع رسول للا
صلى للا جال مع الن ساء في الطريق فقال رسول للا عليه وسلم للن ساء الر
استأخرن فإنه ليس لكن أن تحققن الطريق عليكن بحافات الطريق فكانت المرأة
.تلتصق بالجدار حتى إن ثوبها ليتعلق بالجدار من لصوقها به
“Bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berbicara saat berada di luar masjid, sehingga banyak laki-laki dan perempuan
bercampur baur di jalan. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun
bersabda kepada kaum wanita: "Hendaklah kalian memperlambat dalam berjalan
(terakhir), sebab kalian tidak berhak untuk memenuhi jalan. Hendaklah kalian
berjalan di pinggiran jalan." Sehingga ada seorang wanita yang berjalan dengan
menempel tembok, hingga bajunya menggantung tembok karena ia mendempel
tembok.”30
Di dalam hadits tersebut Rasulullah menyuruh para wanita agar
memperlambat jalannya atau terakhir, hal ini sama seperti Nabi Musa yang
menyuruh wanita itu agar berjalan dibelakangnya.
29Majid Sa’ud al-Ausyan, Muntaqa al-Adab asy-Syar’iyyah, penerjemah Abdurrahman
Nuryaman (Jakarta: Darul Haq, 2014), h. 268. 30Muhammad Nashiruddin Al Albani, Shahih Sunan Abu Daud, penerjemah Ahmad
Taufik Abdurrahman (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), h. 333.
![Page 82: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/82.jpg)
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan adalah salah satu kisah yang diceritakan oleh al-
Qur’an tepatnya pada Q.s. Al-Qasas: 20-18 yang mengkisahkan pelarian Nabi Musa dari
Fir’aun, seorang raja yang zhalim pada masa itu. Di mana pada saat itu Nabi Musa dikejar-
kejar oleh Fir’aun karena ia membunuh seorang dari golongan Fir’aun.
Melalui penggambaran kisah pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan yang terdapat dalam
Q.s. Al-Qasas: 20-28, banyak hikmah yang dapat diambil dan kemudian dijadikan pelajaran,
karena nilai-nilai tersebut perlu dimiliki oleh umat muslim saat ini khususnya untuk modal
kehidupan.
Dalam hal ini penulis membagi hikmah tersebut kepada dua bagian, yang pertama
hikmah terkait keseluruhan kisah dan kedua hikmah yang terkait sebagian dari kisah. Dari
hikmah yang terkait keseluruhan kisah penulis mendapatkan hikmah bertawakal kepada Allah.
Bahwasannya jika kita bertawakal kepada Allah. Sedangkan dari hikmah yang terkait dari
sebagian kisah penulis mendapatkan beberapa hikmah di antaranya, wanita diperbolehkan
bekerja di luar rumah, diperbolehkan memberikan mahar berupa tenaga ataupun jasa,
diperbolehkan bagi pihak keluarga wanita untuk meminang seorang laki-laki, dan anjuran
untuk memuliakan perempuan.
B. Saran
Penelitian ini hanya memfokuskan pada hikmah-hikmah yang dapat diambil untuk
dijadikan pelajaran yang terkandung di dalam kisah pelarian Nabi Musa ke Kota Madyan.
Penulis berasumsi bahwasannya masih banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari
kisah-kisah di dalam al-Qur’an lainnya khususnya pada kisah Nabi Musa dalam Q.s. Al-
Qasas. sehingga penelitian ini dapat dijadikan objek penelitian selanjutnya.
Penelitian terhadap kisah-kisah di dalam al-Qur’an adalah salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi umat manusia.
![Page 83: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/83.jpg)
65
DAFTAR PUSTAKA
Affani, Syukron. “Rekontruksi Kisah Nabi Musa a.s dalam Al-Qur’an: Studi
Perbandingan dan Perjanjian Lama.” Jurnal Studi Islamika, no.1 (Juni
2017).
Afzurrahman. Ensiklopedi Sirah. Malaysia: Muslim Education School, 1998.
Adawy, Musthafa. Fikih Akhlak. Jakarta: Qisthi Press, 2005.
Arifin, Muhamad Luqman. “Nilai-nilai Edukasi dalam Kisah Musa-Khidir dalam
al-Qur’an.” Jurnal Dialektika PGSD, no. 1 (Maret 2018).
Atsqolani, Ibnu Hajar. Fatẖul Bâri. Diterjemahkan oleh Amiruddin. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2010.
Ausyan, Majid Sa’ud. Muntaqa Al- Adâb Asy- Syar’iyyah. Diterjemahkan oleh
Abdurrahman Nuryaman. Jakarta: Darul Haq, 2014.
Amin, Muhammad Suma. Ulumul Al-Qur’an. Jakarta: Rajawali Press, 2014.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Audah, Ali. Nama dan Kata dalam Al- Qur’an: Pembahasan dan Perbandingan.
Bogor: Pustaka Lintera Antar Nusa, 2011.
Bazemol, Salim dan Taufik Damas. Fiqih Akhlak. Jakarta: Qisthi Press, 2005.
Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu, 1998.
El- Fikri, Syahruddin. Situs- situs dalam Al- Qur’an: Dari Banjir Nuh Hingga
Bukit Tursina. Jakarta: Republika, 2010.
![Page 84: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/84.jpg)
66
Fatkhullah, David. “Analisis Struktural Semiotik Kisah Nabi Musa dan Nabi
Khidir dalam Q.s. al-Kahfi” Skripsi S1 Fakultas Sastra. Universitas Negri
Malang, 2011.
Halim, Amanullah. Nabi Musa a.s Versus Fir’aun. Jakarta: Lentera Hati, 2011.
Hanafi, A. Segi- segi Kesusasteraan pada Kisah- kisah Al- Qur’an. Jakarta:
Pustaka Al- Husna, 1984.
Izzan, Ahmad. Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas, dan Kontekstualitas Al-
Qur’an. Bandung: Tafakur, 2013.
Jamaluddin, Abî Faḏl Muhammad bin Mukram bin Manẕur. Lisân Al- ‘Arab.
Beirut: Dâr as- Sadr, 1994.
Jati, Ira Puspita.“Kisah- kisah Al- Qur’an dalam prespektif Pendidikan.” Jurnal
Didaktika Islamika, no.2 (Agustus 2016).
Kahfi, Ahmad Ashabul. “Kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an Perspektif Psiko
Sastra.” Jurnal Keislaman dan Humaniora, no.2 (Desember 2017).
Kamal, Abu Malik. Shahih Fikih Sunnah. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.
Karim, Rasul. “Kisah Perjalanan Nabi Musa dengan Abdun Saleh dalam surat Al-
Kahfi Ayat: 66-78” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.
Universitas Islam Negri Jakarta, 2011.
Khalafullah, Ahmad. Muhammad. Al- Qur’an Bukan Kitab Sejarah. Jakarta:
Paramadina, 2002.
Khalidy, Salah Abdul Fattah. Kisah- kisah Al- Qur’an: Pelajaran dari Orang-
orang dahulu. Diterjemahkan oleh Setiawan Budi Utomo. Jakarta: Gema
Insani Press, 2000.
![Page 85: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/85.jpg)
67
Khalili, Abu Syauqi. Atlas Al –Qur’an: Mengungkap Misteri Kebenaran Al –
Qur’an. Jakarta: Al-Mahira, 2006.
Maghfiroh, Aidin. “Ibrah Kisah Nabi Daud dalam al-Qur’an: Telaah Penafsiran
Syaikh Nawawi al-Bantani atas Q.s. Sad: 21-25 Menurut Tafsir Mârah
Lâbid.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Negeri
Sunan Ampel, 2018.
Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir Maraghi. Diterjemahkan oleh Bahrun Abu
Bakar, Henry Noer Ali dan Anshori Umar Sitanggal. Semarang: CV.
Thoha Putra, 1974.
Masmukhah. “Pengulangan Kisah Nabi Musa dalam al-Qur’an dan Relevansinya
dengan Repitisi Pembelajaran.” Tesis S2 Fakultas Tarbiyah, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009.
Mawla, Muhammad Ahmad Jadul. Buku Induk Kisah- kisah dalam Al- Qur’an.
Jakarta: Penerbit Zaman, 2009.
Muhammad, Mustafa Sulaiman. Al- Qissah fî al- Qur’an al- Karîm. Mesir:
Matba’ah Al- Amaniyyah, 1993.
Munawwir, Ahmad Warson.Al Munawwir: Kamus Arab- Indonesia. Surabya:
Pustaka Progresif, 1997.
Munjid, Muhammad Shalih. Jagalah Hati Raih Ketenangan. Diterjemahkan oleh
Saat Mubarak dan Nur Kosim. Jakarta: Cakrawala Publishing, 2006.
Mursalim. “Gaya Bahasa Pengulangan Kisah Nabi Musa a.s dalam al-Qur’an.”
Jurnal al-Hikam, no.1 (Juni 2017) .
Nugroho, Irham. “Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kisah-kisah yang
terkandung ayat al-Qur’an.” Jurnal Pendidikan Islam, no.1 (Mei 2017)
Praja, Juhaya. Tafsir Hikmah: Seputar Ibadah, Muamalah, Jin dan Manusia.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
![Page 86: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/86.jpg)
68
Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Diterjemahkan oleh As Mudzakir.
Bogor: Lintera Antar Nusa, 2013.
Qurṯubi. Al- Jami’ li Aẖkâm al-Qur’an. Diterjemahkan oleh Muhyiddin Mas
Ridha, dan Muhammad Rana Mengala. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.
Quṯb, Sayyid. Indahnya Al- Qur’an Berkisah. Diterjemahkan oleh Fathurraman
Abdul Hamid. Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
-------, Tafsîr Fî ẕilâl Al- Qur’an: Dibawah Naungan Al- Qur’an. Diterjemahkan
oleh M. Mishbah dan Aunur Rafiq Saleh. Jakarta: Rabbani Press, 2009.
Sabûnî, Muhammad Ali. Shafwatu Tafsir: Tafsir- tafsir Pilihan, Jakarta: Pustaka
Al- Kautsar. 2011.
Shidik, Muhammad Iqbal. “Strategi Pembelajaran Afektif dalam Kisah Nabi
Musa dan Nabi Khidir: Telaah Q.s. al-Kahfi: 60-82.” Skripsi S1 Fakultas
Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Jakarta 2015.
Shidiq, Umar. “Urgensi Qasas al-Qur’an dalam Pembelajaran.” Jurnal
Kependidikan dan Kemasyarakatan, no.1 (Juni 2016).
Shihab, M Quraish. Ensiklopedia Al- Qur’an: Kajian Kosakata dan Tafsirnya.
Jakarta: Lentera Hati, 2007.
-------, Tafsir Al- Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al- Qur’an. Jakarta:
Lentera Hati, 2002.
Suryabrata, Sumardi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003.
Syahatah Husein. Ekonomi Rumah Tangga Muslim. Jakarta: Gema Insani Press,
1998.
![Page 87: HIKMAH DARI KISAH PELARIAN NABI MU SA KE KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42165/2/ZAHRA... · penulis lakukan adalah, m emilih Q.s. Al -Qa sas: 20 -28 yang](https://reader037.vdocuments.site/reader037/viewer/2022102804/5c917f8609d3f21a578bd216/html5/thumbnails/87.jpg)
69
Syakir, Ahmad. Mukhtasar Tafsîr Ibnu Katsîr. Penerjemah Suharlan dan
Suratman. Jakarta: Darussunnah, 2014.
Syamsu, Nazwar. Kamus Al- Qur’an. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982.
Sya’rawi, Muhammad. Tafsîr Sya’rawi. Diterjemahkan oleh Zainal Arifin. Medan:
Duta Azhar, 2011.
Syaukani, Muhammad Alî bin Muhammad. Tafsir Fathul Qadîr. Diterjemahkan
oleh Amir Hamzah Fahrudin. Jakarta: Pustaka Azzam, 2011.
Ṯabari, Abû Ja’far Muhammad. Tafsir Aṯ- Ṯabari. Diterjemahkan oleh Ahmad
Affandi. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.
Zaidan, Abdu Karim. Kisah- kisah Al- Qur’an. Diterjemahkan oleh Thoriq Abdul
Aziz dan Slamet Wahyudi. Jakarta: Rabbani Press, 2011.