he-perawatan luka post op
DESCRIPTION
health educationTRANSCRIPT
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
1/17
HEALTH EDUCATION
PERAWATAN LUKA POST OPERASI
oleh:
Chrisilia Meilita Longdong
080 111 372
Pembimbing:
dr. Eduardus R. K. Putra
BAGIAN ILMU OBSTETRI GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2013
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
2/17
PERAWATAN LUKA POST OPERASI
A.Operasi Seksio SesareaIstilah seksio sesarea berasal dari perkataan Latin caedere yang artinya
memotong. Seksio sesarea secara umum adalah operasi yang dilakukan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dengan membuka dinding perut dan uterus.1
Klasifikasi Jenis Luka Seksio Sesarea
Ada beberapa jenis seksio sesarea yang dikenal yaitu:1,2
1. Seksio Sesarea Transperitonealisa. Seksio Sesarea Klasik
Pembedahan ini dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira sepanjang 10 cm. Keuntungan tindakan ini adalah mengeluarkan
janin lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
dan sayatan bias diperpanjang proksimal dan distal. Kerugian yang dapat
muncul adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal dan lebih
sering terjadi ruptura uteri spontan pada persalinan berikutnya.
b. Seksio Sesarea ProfundaDikenal juga dengan sebutan low cervical yaitu sayatan pada segmen
bawahrahim. Keuntunganadalah penjahitan luka lebih mudah, kemungkinan
rupturauteri spontan lebih kecil dibandingkan dengan seksio sesarea dengan
cara klasik, sedangkan kerugiannya yaitu perdarahan yang banyak dan
keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.
2. Seksio Sesarea EkstraperitonealisSeksio sesarea ekstraperitonealis yaitu seksio sesarea berulang pada seorang
pasien yang pernah melakukan seksio sesarea sebelumnya. Biasanya dilakukan di
atas bekas luka yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan
fasia abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan
segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum.
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
3/17
Pada saat ini pembedahan ini tidak banyak dilakukan lagi untuk mengurangi
bahaya infeksi puerperal.
B. Pengertian lukaLuka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka adalah kerusakan
kontinuitas kulit, mukosa, membran dan tulang atau anggota tubuh lain.3
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stress simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
a. Jenis-jenis luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu
dan menunjukkan derajat luka.3,4
1. Berdasarkan tingkat kontaminasia. Clean wounds (luka bersih), yaitu luka bedah terinfeksi yang mana tidak
terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernapasan,
pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi
b. Clean-contamined wounds (luka bersih terkontaminasi), merupakan lukapembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi.
c. Contamined wounds (luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh,luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik
aseptik atau kontaminasi dari saluran cernad. Dirty or infected wounds (luka kotor atau infeksi), yaitu terdpat
mikroorganisme pada luka
2. Berdasarkan kedalaman dan luas lukaa. Stadium I : luka superfisial non-blanching erithema, yaitu luka yang
terjadi pada lapisan epidermis kulit
b. Stadium II : luka partiall thickness,yaitu hilangnya lapisan kulit padalapisan epidermis dan bagian atas dari dermis
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
4/17
c. Stadum III : luka full thickness yaitu hilangnya kulit keseluruhanmeliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas
sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya.
d. Stadium IV : luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot,tendon dan tulang dengan adanya destruksi / kerusakan yang luas
3. Berdasarkan waktu penyembuhan lukaa. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati
b. Luka kronis : yaitu, luka yang mengalami kegagalan dalam prosespeyembuhannya, dapat karena faktor eksogen dan endogen
4. Berdasarkan penyebabnyaa. Luka mekanik : luka yang disebabkan oleh benda tajam dan benda tumpul
b. Luka nonmekanik : terdiri atas luka akibat zat kimia, termik, radiasi, atauserangan listrik
5. Berdasarkan sifat kejadiana. Luka disengaja :luka terkena radiasi atau bedah
b. Luka tidak disengaja (truma) : dibagi menjadi luka terbuka (terjadirobekan) dan luka tertutup (tidak terjadi robekan)
C. Proses Penyembuhan LukaTubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan
memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan
sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses
penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun
beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan.
Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga
kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhanjaringan.3
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
5/17
1. Prinsip Penyembuhan LukaAda beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu:
Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi olehluasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang.
Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga. Respon tubuh secara sistemik pada traum. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama
untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme.
Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asingtubuh termasuk bakteri
2. Proses Penyembuhan LukaPenyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena
berbagai kegiatan bio-seluler, bio-kimia terjadi berkesinambungan.
Penggabungan respon vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya bahan kimia
sebagai substansi mediator didaerah luka merupakan komponen yang saling
terkait pada proses penyembuhan luka. Besarnya perbedaan mengenai penelitian
dasar mekanisme penyembuhan luka dan aplikasi klinik saat ini telah dapat
diperkecil dengan pemahamam dan penelitian yang berhubungan dengan proses
penyembuhan luka dan pemakaian bahan pengobatan yang telah berhasil
memberikan kesembuhan. 5
Penyembuhan luka melibatkan integrasi proses fisiologis. Sifat
penyembuhan pada semua luka sama, dengan variasinya bergantung pada lokasi,
keparahan, dan luasnya cedera. Kemampuan sel dan jaringan melakukan
regenerasi atau kembali ke struktur normal melalui pertumbuhan sel juga
mempengaruhi penyembuhan luka. Sel hati, tubulus ginjal dan neuron pada
sistem saraf pusat mengalami regenerasi yang lambat atau tidak bergenerasi
sama sekali.3,5
Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan
proses peradangan yang dikarakteristikan dengan lima tanda utama : bengkak
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
6/17
(swealling), kemerahan ( redness ), panas ( heat ), nyeri (pain ), dan kerusakan
fungsi ( impaired function ). Proses penyembuhan mencakup beberapa fase:3,6
1. Fase inflamasiFase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat
perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah
menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel
mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada
awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet
yang berfungsi sebagai homeostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang
terbuka ( clot ) dan juga mengeluarkan substansi vasokonstriksi yang
mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi
penempelan endotel yang akan mentup pembuluh darah. Periode ini berlangsun
g 5-10 menit dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi
saraf sensori (lokal sensory nerve ending ), local reflex action dan adanya
substansi vasodilator ( histamine, bradikinin, serotonin, dan sitokinin ). Histamin
juga menyebabkan permeabilitas vena, sehingga cairan plasma keluar dari
pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi oedema
jaringan, dan keadaan lingkungan tersebut menjadi asidosis. Secara klinis fase
inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit
yang berlangsung sampai hari ke-3 atau ke-4.
2. Fase ProliferatifProses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan
menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat
besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan
menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama prosesreonstruksi jaringan. Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan),
pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks
jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari
jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang
(proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic
acid, fibronectin, dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun
(rekontruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
7/17
membentuk cikal bakal jaringan baru dan dengan dikeluarkannya substrat oleh
fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga
fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka . sejumlah sel dan
pembuluh darah baru yang tertananm didalam jaringan baru tersebut disebut
sebagai jaringan granulasi.
Fase profileferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah
terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth
faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.
3. Fase DestruktifFase destruktif merupakan fase pembersihan jaringan yang mati dan yang
mengalami devitalisasi oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.
Pembersihan terhadap jaringan mati yang mengalami devitalisasi dan bakteri
oleh polimorf dan makrofag. Polimorf menelan dan menghancurkan bakteri.
Tingkat aktivitas polimorf yang tinggi hidupnya singkat saja dan penyembuhan
dapat berjalan terus tanpa keberadaan sel tersebut. Meski demikian,
penyembuhan berhenti bila makrofag mengalami deaktivasi. Sel-sel tersebut
tidak hanya mampu menghancurkan bakteri dan mengeluarkan jaringan yang
mengalami divitalisasi serta fibrin yang berlebihan, tetapi juga mampu
merangsang pembentukkan fibroblas, yang melakukan sintesa struktur protein
kolagen dan menghasilkan sebuah faktor yang dapat merangsang angiogenesis
(Fase III).
4. Fase maturasiFase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai
kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah : menyempurnakan
terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat danbermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna
kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan
serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.
Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke 10
setelah perlukaan.
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara
kolagen yang produksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
8/17
terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi
yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu
terbuka.
Luka dikatakan jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut
mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas normal. Meskipun
proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil
yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis masing-masing individu,
lokasi serta luasnya luka.
D. Tipe Penyembuhan LukaMenurut Moya, Marison (2003) proses penyembuhan luka akan melalui bebrapa
intensi penyembuhan, antara lain : 4
a. Penyembuhan melalui Intensi Pertama (Primary Intention)Luka terjadi dengan pengrusakan jaringan minimum, dibuat secra aseptik,
penutupan terjadi dengan baik, jaringan granulasi tidak tampak, dan
pembentuka jaringan parut minimal.
b. Penyembuhan Melalui Intensi Kedua (Granulasi)Pada luka terjadi pembentukan pus atau tepi luka tidak saling merapat,
proses penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama.
c. Penyembuhan Intensi Ketiga (Secondary Suture)Terjadi pada luka yang dalam yang belum dapat dijahit atau terlepas dan
kemudian dijahit kembali, dua permukaan granulasi yang berlawanan
disambungkan sehingga akan membentuk jaringan parut yang lebih dalam
dan luas.
E. Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Luka1) Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua
lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu
sintesis dari faktor pembekuan darah.
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
9/17
2) NutrisiPasien dengan status nutrisi kurang memerlukan waktu untuk memperbaiki
status nutrisi mereka setelah pembedahan. Pasien yang obesitas mengalami
penundaan penyembuhan karena suplai darah (oksigenasi) jaringan adiposa tidak
adekuat. Pasien obesitas juga memiliki risiko tinggi terkena infeksi, seroma, dan
dehisensi. Penyembuhan luka memerlukan berbagai nutrien. Pada dasarnya nutrien
yang berguna ialah :
Protein : deplesi protein dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Terjadipeningkatan kebutuhan akan protein saat terjadinya luka. Peningkatan
kebutuhan tersebut diperlukan untuk proses inflamasi, imun, dan
perkembangan jaringan granulasi. Protein utama yang disintesis selama
fase penyembuhan luka adalah kolagen. Kekuatan kolagen menentukan
kekuatan kulit luka seusai sembuh. Kekurangan intake protein prabedah,
secara signifikan menunda penyembuhan luka pascabedah.
Karbohidrat : selama fase hipermetabolik, kebutuhan akan karbohidratmeningkat. Segala aktifitas seluler dipengaruhi oleh ATP yang diperoleh
dari glukosa (karbohidrat), sehingga penyediaan energi untuk respons
inflamasi dapat berlangsung. Kekurangan karbohidrat dalam tubuh
menyebabkan penghancuran protein untuk keperluan aktifitas seluler.
Dengan kata lain, sedikitnya karbohidrat berpeluang membuat semakin
sedikitnya protein.
Lemak : lemak memiliki peran penting dalam struktur dan fungsimembran sel. Asam lemak esensial tidak bias disintesis oleh tubuh,
sehingga harus didapatkan dari diet keseharian. Peran asam lemak
esensial untuk penyembuhan luka masih belum begitu dimengerti, tetapi
diketahui bahwa lemak berperan untuk sintesis sel baru.Kekurangan
lemak tubuh dapat menunda penyembuhan luka. Omega-3
polyunsaturated fatty acids (PUFAs) diketahui lebih bermanfaat
ketimbang omega-6 PUFAs. Omega-3s merupakan anti-inflamasi yang
berguna untuk penyembuhan luka, tetapi pemakaiannya dapat
menghambat pembekuan darah, sehingga dinilai merugikan.
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
10/17
Vitamin : vitamin B kompleks merupakan kofaktor sejumlah fungsimetabolik termasuk penyembuhan luka. Selain vitamin B, yang berperan
dalam penyembuhan luka ialah vitamin K. Vitamin K merupakan
kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu protein berupa asam
glutamat (glu) menjadi gamma-karboksiglutamat (gla). Gla disebut juga
gla-protein. Gla protein dapat mengikat ion kalsium, yang mana kinerja
ini merupakan langkah yang esensial untuk pembekuan darah. Ion
kalsium berguna untuk mengaktifkan faktor pembekuan. Kekurangan
vitamin K menyebabkan faktor pembekuan tidak aktif (darah tidak dapat
menggumpal), sehingga menyebabkan perdarahan pada luka (operasi).
Mineral : mineral yang diketahui bermanfaat untuk penyembuhan lukaialah besi dan seng. Besi berfungsi sebagai kofaktor pada sintesis
kolagen, sehingga defisiensi besi membuat penyembuhan luka tertunda.
Seng juga berperan dalam penyembuhan luka. Pembahasan mengenai
seng ada pada sub-bab yang lain.
3) OksigenasiOksigenasi jaringan menurun pada seorang penderita anemia ataupun
gangguan pernapasan kronik (Penyakit paru obstruktif kronik, misalnya). Keadaan
semacam ini membuat ketersediaan oksigen untuk penyembuhan luka sedikit.
4) DiabetesPada diabetes, terjadi defisiensi sekresi insulin (DM tipe 2). Insulin ialah
polipeptida yang berfungsi meningkatkan ambilan glukosa oleh sel. Apabila insulin
sedikit, maka ambilan glukosa oleh sel menjadi sedikit, sehingga energi bagi sel
untuk beregenerasi makin sedikit. Hal inilah yang menyebabkan luka pada diabetesi
sukar sembuh.5) Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari
serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu
cairan yang kental yang disebut dengan nanah (pus).
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
11/17
6) IskemiaIskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat
dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu
adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
7) ObatObat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.
Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuhterhadap cedera.
Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri
penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka
pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
F. Tujuan Perawatan Luka1. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis2. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri3. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien4. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan
membran mukosa
5. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan6. Mempercepat penyembuhan7. Membersihkan luka dari benda asing atau debris8. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat9. Mencegah perdarahan10.Mencegah excoriasi kulit sekitar drain
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
12/17
Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka : 6
1) Sodium Klorida 0,9 %Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena
alas an ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal
saline aman digunakan untuk kondisi apapun Sodium klorida atau natrium
klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak
mempengaruhi sel darah merah. Sodium klorida tersedia dalam beberapa
konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah
konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk alasan ini sodium klorida
disebut juga normal saline. Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh,tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga
kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan
serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah.
2) Larutan povodine-iodineIodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang
dikombinasi dengan bahan lain. Walaupun iodine bahan non metalik, iodine
berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya
larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam alkohol dan
larutan sodium iodide encer. Iodide tinture dan solution keduanya aktif
melawan spora tergantung konsentrasi dan waktu pelaksanaan. Larutan ini
akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput
lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri gram positif dan
negatif, spora, jamur, dan protozoa. Bahan ini agak iritan dan alergen serta
meninggalkan residu. Studi menunjukan bahwa antiseptik seperti povodine
iodine toxic terhadap sel. Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi
rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika
daerah yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan
menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka.
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
13/17
G. Perawatan Luka OperasiPerawatan luka operasi merupakan tindakan untuk merawat luka dan
melakukan pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka)
dan mempercepat proses penyembuhan luka. 7
Luka perlu ditutup dengan kasa steril, sehingga sisa darah dapat diserap oleh
kasa. Dengan menutup luka itu kita mencegah terjadinya kontaminasi
(masuknya kuman).6
Langkah-langkah perawatan luka :
1. Mencuci tangan sebelum melakukan perawatan luka2. Buka balutan luka dengan hati-hati3. Bersihkan luka dengan menggunakan larutan NaCl4. Olesi luka dengan obat anti septic : betadin5. Tutup luka dengan kasa steril6. Cuci tangan setelah merawat luka
H. Perkembangan Perawatan LukaProfesional perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang terbaik adalah
dengan membuat lingkungan luka tetap kering. Perkembangan perawatan luka sejak
tahun 1940 hingga tahun 1970, tiga peneliti telah memulai tentang perawatan luka.
Hasilnya menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik daripada
lingkungan kering. Winter (1962) mengatakan bahwa laju epitelisasi luka yang
ditutup poly-etylen dua kali lebih cepat daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa migrasi epidermal pada luka superficial lebih
cepat pada suasana lembab daripada kering, dan ini merangsang perkembangan
balutan luka modern (Potter. P, 1998).
4,8
Perawatan luka lembab tidak meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya tingkat
infeksi pada semua jenis balutan le:mbab adalah 2,5 %, lebih baik dibanding 9 %
pada balutan kering (Thompson. J, 2000). Rowel (1970) menunjukkan bahwa
lingkungan lembab meningkatkan migrasi sel epitel ke pusat luka dan melapisinya
sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan luka dengan teknik lembab
ini merubah penatalaksanaan luka dan memberikan rangsangan bagi perkembangan
balutan lembab (Potter. P, 1998).4,6
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
14/17
Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan
kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka.
Penggunaan antiseptik hanya untuk yang memerlukan saja karena efek toksinnya
terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya memakai normal saline (Dewi,
1999). Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara
sering digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan
dan mencegah reepitelisasi.4,6
Luka dengan sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa
yang dibasahi dengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan.
(Walker. D, 1996) Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang
tepi luka. Tepi luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan hilang kira-
kira satu minggu. Kulit menjadi tertutup hingga normal dan tepi luka menyatu.
Perawat dapat menduga tanda dari penyembuhan luka bedah insisi : 4,6
1. Tidak ada perdarahan dan munculnya tepi bekuan di tepi luka.
2. Tepi luka akan didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama satu
atau beberapa jam setelah pembedahan ditutup.
3. Inflamasi (kemerahan dan bengkak) pada tepi luka selama 13 hari.
4. Penurunan inflamasi ketika bekuan mengecil. Luka dan Perawatannya
5. Jaringan granulasi mulai mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan
menutup selama 7 10 hari. Peningkatan inflamasi digabungkan dengan
panas dan drainase mengindikasikan infeksi luka. Tepi luka tampak meradang
dan bengkak.
6. Pembentukan bekas luka.
7. Pembentukan kollagen mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut sampai 6
bulan atau lebih.8. Pengecilan ukuran bekas luka lebih satu periode atau setahun. Peningkatan
ukuran bekas luka menunjukkan pembentukan kelloid.
Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini
dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter
pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
15/17
lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun
alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:9
1. Mempercepat fibrinolisisFibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh
netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesisDalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih
pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
3. Menurunkan resiko infeksiKejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan
perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factorGrowth factorberperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk
stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat
terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit
dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
I. Komplikasi Penyembuhan LukaKomplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan
eviscerasi. 4,8
1. InfeksiInvasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan
atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 7 harisetelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent,
peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka,
peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. PerdarahanPerdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada
garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti
drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
16/17
di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama
setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan berlebihan terjadi,
penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan
dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan EviscerasiDehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.
Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah
keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan,
kurang nutrisi,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan,
muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.
Dehiscence luka dapat terjadi 45 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas
di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup
dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan
untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
-
5/27/2018 HE-Perawatan Luka Post Op
17/17
DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC2. Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta :Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA) & TimPerawatan Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2004,Perawatan Luka,
Makalah Mandiri, Jakarta
4. Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda,Alih bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.
5. Mansjoer.Arif, dkk. Eds.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi III. Jakarta :Media Aesculapius FKUI.
6. Morison, Moya. (2004).Manajemen Luka. Jakarta: EGC.7. Musrifasul Uliyah dan A.Aiz Alimun Hidayat . 2006. KDPK untuk
Kebidanan. Surabaya: Salemba-Medika
8. Ismail. (2011). Luka dan Perawatannya.http://blog.umy.ac.id/topik/files/2011/12/Merawatluka.pdf di unduh tanggal
29 November 2013
9. Bobak, K. Jensen. 2005.Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC