habitat dan ciri kualitas tempat tumbuh

12
HABITAT DAN CIRI KUALITAS TEMPAT TUMBUH TENGKAWANG Bahasa Latin: Shorea (Genus), Dipterocarpaceae (Famili) Bahasa Inggris: Illipe nut /Borneo tallow nut Nama lain:Kawang kakowang Tengkawang merupakan komoditi andalan dari Kalimantan Barat yang dijual dalam bentuk biji kering yang umumnya untuk ekspor dan sebagian hasil olahannya diimpor kembali oleh Indonesia dalam bentuk bahan jadi dan setengah jadi untuk aneka industri. Produksi tengkawang tertinggi dihasilkan dari pohon yang berdiameter 60-90 cm yang menghasilkan biji sebanyak 555,7 kg/pohon/panen. Produktivitas rata-rata tertinggi dihasilkan dari jenis Shorea stenoptera Burk di Sanggau yang menghasilkan biji sebanyak 620,9 kg/pohon/panen. Beberapa saran untuk pengembangan budidaya tengkawang adalah seperti berikut : Shorea stenoptera Burk dapat ditanam di Sanggau dan di Sintang, Shorea stenoptera Burk Forma Ardikusuma dapat ditanam di Sintang dan Sanggau, Shorea palembanica Miq dapat ditanam di Sanggau dan di Sintang. Produktivitas Pohon Tengkawang Pohon tengkawang yang baru belajar berbuah akan menghasilkan 50 – 100 kg biji tengkawang kering. Hasil rata-rata pohon tengkawang pada panen raya berkisar antara 250 – 400 kg biji tengkawang kering. Pohon tengkawang pada tahun-tahun diluar panen raya hanya menghasilkan sekitar 50 – 100 kg biji (Sumadiwangsa, 2001). Seorang pemungut di Kalimantan Barat menyatakan bahwa pohon yang sangat besar dapat menghasilkan sekitar 800 kg biji tengkawang. Data produktivitas pohon tengkawang di dua lokasi (Sintang dan Sanggau)

Upload: rio-muhammad-fauzi

Post on 24-Jul-2015

357 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Habitat Dan Ciri Kualitas Tempat Tumbuh

HABITAT DAN CIRI KUALITAS TEMPAT TUMBUHTENGKAWANG

Bahasa Latin: Shorea (Genus),  Dipterocarpaceae  (Famili)

Bahasa Inggris: Illipe nut /Borneo tallow nut

Nama lain:Kawang kakowang

Tengkawang merupakan komoditi andalan dari Kalimantan Barat yang dijual dalam bentuk biji

kering yang umumnya untuk ekspor dan sebagian hasil olahannya diimpor kembali oleh Indonesia

dalam bentuk bahan jadi dan setengah jadi untuk aneka industri. Produksi tengkawang tertinggi

dihasilkan dari pohon yang berdiameter 60-90 cm yang menghasilkan biji sebanyak 555,7

kg/pohon/panen. Produktivitas rata-rata tertinggi dihasilkan dari jenis Shorea stenoptera Burk di

Sanggau yang menghasilkan biji sebanyak 620,9 kg/pohon/panen. Beberapa saran untuk

pengembangan budidaya tengkawang adalah seperti berikut : Shorea stenoptera Burk dapat ditanam

di Sanggau dan di Sintang, Shorea stenoptera Burk Forma Ardikusuma dapat ditanam di Sintang dan

Sanggau, Shorea palembanica Miq dapat ditanam di Sanggau dan di Sintang.

Produktivitas Pohon Tengkawang

Pohon tengkawang yang baru belajar berbuah akan menghasilkan 50 – 100 kg biji tengkawang

kering. Hasil rata-rata pohon tengkawang pada panen raya berkisar antara 250 – 400 kg biji

tengkawang kering. Pohon tengkawang pada tahun-tahun diluar panen raya hanya menghasilkan

sekitar 50 – 100 kg biji (Sumadiwangsa, 2001). Seorang pemungut di Kalimantan Barat menyatakan

bahwa pohon yang sangat besar dapat menghasilkan sekitar 800 kg biji tengkawang. Data

produktivitas pohon tengkawang di dua lokasi (Sintang dan Sanggau) dapat dilihat pada Tabel 2 dan

3. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi biji tengkawang tertinggi adalah jenis Shorea stenoptera

Burk. atau tengkawang tungkul dibandingkan dengan jenis tengkawang lainnya sebesar 771 kg.

Tetapi apabila dilihat per jenis pohon tengkawang, maka diameter terbesar (60 – 69 cm) menghasilkan

produksi biji tengkawang terbesar pula (Shorea stenoptera Burk = 771 kg; Shorea palembanica Miq.

= 390 kg; dan Shorea stenoptera Burk Forma Ardikusuma = 720 kg).

Tabel 2. Produktivitas pohon penghasil tengkawang di Kabupaten Sintang

Lokasi Sintang (Sintang location) (kg) , A1

Jenis (species)1, B11 Jenis (species) 2, B12 Jenis (species) 3, B13

Ø1 C111

Ø2 C112

Ø3 C113

Ø4 C114

Ø1 C121

Ø2 C122

Ø3 C123

Ø4 C124

Ø1 C131

Ø2 C132

Ø3 C133

Ø4 C134

473 523 572 630 180 187 361 287 402 510 625 605

538 477 580 771 230 241 282 390 400 540 595 720

514 560 414 658 210 260 261 342 471 475 587 690

442 492 630 590 240 318 257 268 382 450 640 650

382 513 642 587 170 217 190 272 410 550 510 590

Page 2: Habitat Dan Ciri Kualitas Tempat Tumbuh

Keterangan (Remarks) : Jenis (species) 1 = Shorea stenoptera Burk ; Jenis (species) 2 = Shorea palembanica Miq; Jenis (species) 3 = Shorea

stenoptera Burk FA; Ø1 = 30 – 39 cm ; Ø2 = 40 – 49 cm ; Ø3 = 50 – 59 cm ; Ø4 = 60 – 69 cm.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa produksi biji tengkawang tertinggi adalah jenis Shorea stenoptera Burk.

atau tengkawang tungkul dibandingkan dengan jenis tengkawang lainnya sebesar 840 kg. Tetapi

apabila dilihat per jenis pohon tengkawang, maka diameter terbesar (60 – 69 cm) menghasilkan

produksi biji tengkawang terbesar pula (Shorea stenoptera Burk = 840 kg; Shorea palembanica Miq.

= 405 kg; dan Shorea stenoptera Burk FA = 708 kg). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam

produktivitas tengkawang pada Tabel 4 diketahui bahwa perbedaan jenis pohon dan diameter pohon

berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas pohon, sedangkan lokasi dan interaksi antara lokasi

dengan jenis pohon berpengaruh nyata.

Tabel 3. Produktivitas pohon tengkawang di Kabupaten Sanggau

Lokasi Sanggau (Sanggau location), kg (A2)

Jenis (species) 1, (B21) Jenis (species) 2, (B22) Jenis (species) 3, (B23)

Ø1 C211

Ø2 C212

Ø3 C213

Ø4 C214

Ø1 C221

Ø2 C222

Ø3 C223

Ø4 C224

Ø1 C231

Ø2 C232

Ø3 C233

Ø4 C234

485 560 555 790 175 165 253 273 382 481 667 588

503 730 681 647 210 266 360 320 443 526 560 608

393 440 667 724 280 242 327 405 416 270 685 708

527 610 812 675 340 241 363 392 506 492 419 693

575 490 714 840 180 290 298 382 460 477 420 578

Keterangan (Remarks) : Jenis (species) 1 = Shorea stenoptera Burk ; Jenis (species) 2 = Shorea palembanica Miq; Jenis (species) 3 = Shorea

stenoptera Burk FA ; Ø1 = 30 – 39 cm ; Ø2 = 40 – 49 cm ; Ø3 = 50 – 59 cm ; Ø4 = 60 – 69 cm.

Tabel 4. Ringkasan analisa sidik ragam produktivitas tengkawang

Sumber (Source) Db (df) Jumlah kuadrat (sum of square)

Kuadrat tengah (mean square)

Peluang (probability) Pr>F

A, lokasi (location) 1 20.098,408 20.098,408 0,0431* B, jenis (species) 2 2.221.524,317 1.110.762,158 0,0001** A*B 2 45.497,717 22.748,858 0,0107* C, diameter 3 561.677,625 187.225,875 0,0001** A*C 3 9.168,625 3.056,208 0,5917 B*C 6 37.343,950 6.223,992 0,2640 A*B*C 6 15.093,350 2.515,558 0,7873 Model 23 2.910.403,992 126.539,304 0,0001 Galat (error) 96 45.118,800 4.782,487 Total 119 33.692.522,792

Keterangan (Remarks) : * = Berbeda nyata pada taraf 5% (significant different at 5% level) ; ** = Sangat berbeda nyata pada taraf 1%

(highly significant different at 1% level) ; R2 = 0,8637

Pada dua lokasi penelitian (Sintang dan Sanggau), produksi rata-rata tertinggi diketahui dari selang

diameter batang tertinggi (60-69 cm), dan seterusnya sampai pada selang diameter terendah dalam

pengamatan (30-39 cm), seperti tertera pada Tabel 5. Pohon tengkawang sampai dengan diameter 60-

69 cm masih menunjukan produktivitas yang tinggi, sementara karateristik penurunan produktivitas

tidak dapat terdeteksi sampai diameter berapa, karena di lokasi penelitian sudah sulit mencari pohon

tengkawang dengan diameter di atas 70 cm karena telah banyak ditebang untuk dimanfaatkan

kayunya.

Page 3: Habitat Dan Ciri Kualitas Tempat Tumbuh

Tabel 5. Tingkat rata-rata produktivitas tengkawang pada selang diameter berdasarkan uji

jarak beda nyata jujur

Tingkat (Level) Diameter (Diameter) cm Produksi rata-rata (Average production), kg

Pertama (first) 60-69 555,77 Kedua (second) 50-59 497,57 Ketiga (third) 40-49 419,87 Keempat (fourth) 30-39 378,97

Keterangan (Remark) : BNJD.0,05 (range test of honesty significant different) = 46,687

Produktivitas pohon penghasil biji tengkawang tertinggi diketahui dari jenis tengkawang tungkul di

lokasi Sanggau (A2; B1), diikuti oleh jenis tengkawang tungkul dan tengkawang tungkul FA di lokasi

Sintang.

Potensi dan Tempat Tumbuh Tengkawang

(Shorea spp.). Di hutan hujan tropis Indonesia telah banyak dikenal ratusan jenis rotan, jenis pohon

tengkawang, jenis anggrek hutan dan beberapa jenis umbi-umbian sebagai sumber makanan dan obat-

obatan (Indriyanto 2005). Sebaran jenis penghasil tengkawang berdasarkan kelas diameter antara 20

cm sampai 29 cm kerapatannya sebanyak 28,25 individu/ha (volume 9,81 m3/ha), kelas diameter 30

cm sampai 39 cm kerapatannya 1,50 individu/ha (volume 1,29 m3/ha), kelas diameter 40 cm samapai

49 cm kerapatannya 1,30 individu/ha (volume 2,02 m3/ha) dan kerapatan pohon yang berdiameter di

atas 50 cm sebanyak 0,30 individu/ha (volume 0,80 m3/ha). Pohon tengkawang yang mendominasi

adalah tengkawang rambai. Dibandingkan jenis lainnya seperti tengkawang buah dan tengkawang

ayer. Pohon tengkawang rambai yang mendominasi pada masing- masing hutan tersebut merupakan

jenis yang paling tinggi kesesuiannya dengan tempat tumbuh dibandingkan dengan jenis tengkawang

lainnya. Pohon tengkawang (Shorea spp.) di areal PT. Intracawood Manufacturing berada dalam

status pohon yang dilindungi. Namun keberadaan pohon tengkawang tersebut belum diperhatikan

dengan baik. Saat ini ada 36 jenis flora di areal PT. Intracawood Manufacturing yang telah

dikategorikan langka dan dilindungi (IWM 2007). Untuk mengetahui kesesuaian tempat tumbuh

dengan suatu jenis tumbuhan, maka diperlukan data fisik lingkungan di lokasi penelitian tersebut.

Suhu udara pada hutan primer dan hutan bekas tebangan rata- rata berkisar antara 21 – 22,5 °C.

Kemiringan tanah di kondisi hutan primer dan hutan bekas tebangan RKT 2006 berkisar antara 0 – 80

% sehingga termasuk kedalam kriteria datar hingga sangat curam sedangkan pada lokasi penelitian di

kondisi hutan bekas tebangan RKT 1986/1987 kemiringan tanahnya termasuk kriteria datar hingga

curam yaitu berkisar antara 0 – 36 %. Sedangkan ketinggian tempat sebagai habitat tengkawang,

tengkawang dapat tumbuh hingga ketinggian 500 m dpl. Menurut Martawijaya et al (1981),

tengkawang tumbuh dalam hutan hujan tropis dengan tipe curah hujan A dan B. Jenis ini tumbuh pada

tanah latosol, podsolik merah kuning dan podsolik kuning pada ketinggian sampai 1300 m dari

permukaan laut . Kondisi tanah pada areal penelitian bersifat masam (4,5 – 5,5) dilihat dari nilai pH

Page 4: Habitat Dan Ciri Kualitas Tempat Tumbuh

pada hutan primer sebesar 4,6 dan hutan bekas tebangan sebesar 4,9. Sedangkan kapasitas tukar

kation (KTK) cukup tinggi sehingga dapat memenuhi penyediaan hara dalam tanah tersebut. Jadi

dalam kondisi tanah masam, pohon tengkawang dapat tumbuh dengan baik karena penyediaan

haranya masih cukup.

Page 5: Habitat Dan Ciri Kualitas Tempat Tumbuh

HABITAT DAN CIRI KUALITAS TEMPAT TUMBUHRAMIN

Kayu Ramin dihasilkan oleh pohon yang termasuk

marga (genus) Gonystylus dari suku (family)

Tyhmelaeaceae yang banyak tumbuh di daerah rawa

gambut dalam hutan alam. Di Indonesia diperkirakan

terdapat sekitar 10 (sepuluh) jenis pohon Ramin, antara

lain: G.affinis A.Shaw, G.brunescens A.Shaw,

G.confuses A.Shaw, G.forbesii Gilg, G.keithii A.Shaw,

G.macrophyllus A.Shaw, G.maingayi Hk.f, G.velutinus

A.Shaw, G.xylocarpus A.Shaw dan G.bancanus (Miq.)

Kurz. Ramin merupakan nama yang ditujukan untuk

jenis: G.xylocarpus A.Shaw, G.velutinus A.Shaw dan

Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz. Untuk jenis

G.affinis A.Shaw dan G.forbesii Gilg sering disebut

sebagai kayu minyak. Di antara kesepuluh jenis

tersebut, jenis Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz yang

paling banyak diminati untuk diperdagangkan. Pada

laporan studi ini nama Ramin yang digunakan oleh tim

studi ditujukan kepada jenis Gonystylus bancanus

(Miq.) Kurz. Selain Ramin, nama lokal yang sering

dipakai untuk jenis Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz dari beberapa lokas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nama Lokal atau Daerah dari Gonystylus bancanus di Beberapa Lokasi

Page 6: Habitat Dan Ciri Kualitas Tempat Tumbuh

Pohon Ramin termasuk jenis yang memiliki kecenderungan hidup mengelompok dengan sebaran

terbatas. Ramin tergolong pohon sedang, yang memiliki batang bundar, tingginya bisa mencapai 40 -

50 m serta memiliki garis tengahnya mencapai 120 cm. Ramin memiliki kulit kayu berwarna kelabu

sampai coklat kemerahan tergantung umur kayu Ramin, tidak bergetah bermiang serta beralur

dangkal. Kayunya memiliki warna putih sampai kekuningan dengan daun berbentuk jorong atau

bundar telur sungsang. Kayu Ramin berwarna kuning pada waktu ditebang, apabila telah dikeringkan

akan berwarna keputihputihan. Kayu Ramin disebut “an attractive, high class utility hardwood”

dengan tekstur yang halus dan rata serta berserat halus. Tingkat keawetan alami kayu Ramin

tergolong rendah sehingga butuh perlakuan khusus dan kayunya tergolong kelas awet V karena sangat

peka terhadap serangan jasad perusak atau bubuk kayu basah (blue stain). Dengan demikian apabila

ingin memperoleh ketahanan dalam pemakaian, kayu jenis Ramin harus diawetkan terlebih dahulu.

Kayu Ramin tergolong jenis sangat mudah diawetkan serta mempunyai berat jenis 0,63. Ramin

tumbuh pada tanah podsolik, tanah gambut, tanah aluvial dan tanah lempung berpasir kwarsa yang

terbentuk dari bahan induk endapan. Habitat Ramin mempunyai tingkat keasaman (pH) bervariasi dari

3,6 sampai dengan 4,4. Apabila meninjau dari sifat biologisnya, Ramin bukanlah jenis tumbuhan yang

mempunyai siklus perbuahan yang teratur pada tiap tahunnya dan akibatnya, regenerasi alam jenis

Ramin lebih lambat daripada jenis lain. Selain faktor di atas, kondisi lingkungan tempat tumbuh juga

sangat besar pengaruhnya. Musim bunga dari pohon Ramin bervariasi setiap daerah dengan interval

yang tidak beraturan. Biasanya musim berbunga pohon Ramin dari bulan Februari – Maret tetapi ada

juga yang berbunga pada bulan Mei dan Oktober. Dua sampai tiga bulan kemudian tiba musim

berbuah dan masaknya buah di antara bulan Oktober sampai Januari. Jika buah telah masak maka

akan terlihat warna oranye kemerahmerahan. Warna tersebut merupakan warna kulit buah bagian

dalam, karena kulit buah bagian luar akan mengelupas dengan sendirinya.Tegakan Ramin

Dari Atas ke Bawah:Daun, Tekstur Kulit Kayudan Serat Kayu Ramin.

Page 7: Habitat Dan Ciri Kualitas Tempat Tumbuh

Penyebaran Pohon Ramin

Pohon jenis Ramin tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian 0 - 100 dpl. Saat ini marga

Gonystylus terdiri dari sekitar 30 jenis di seluruh dunia dan jumlah ini masih mungkin bertambah

dikarenakan masih ada jenis yang belum teridentifikasi. Di Kalimantan khususnya Serawak, terdapat

27 jenis Ramin yang kesemuanya digolongkan sebagai jenis yang terancam punah. Tujuh jenis

dijumpai di Sumatera dan Peninsular Malaysia dan dua jenis terdapat di Philipina. Di Malaysia, jenis

Ramin dijumpai pada wilayah Peninsular (yaitu: Perak, Johor dan Selangor), Sabah dan Serawak. Di

Philipina, terdapat di Cagayan, Neuva Ecija, Bataan, Laguna, Quezon, Camarines, dan Mindoro.

Penyebaran jenis Ramin sampai ke Asia Pasifik seperti : Nikobar, Fiji dan kepulauan Solomon.

Penyebaran jenis Ramin di Indonesia yang pernah teridentifikasi terdapat di pulau Sumatera, Jawa,

Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Irian Jaya dan terutama di Pulau Sulawesi. Di Pulau Jawa, Ramin

tumbuh di Nusakambangan, sepanjang pantai Jawa Barat di kaki gunung Gede dan Banten. Ramin

juga dijumpai di Riau, Bangka Belitung , pesisir timur Pulau Sumatera dan sepanjang Sungai Musi

pada Pulau Sumatera. Pada Pulau Kalimantan sebarannya terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan

Tengah dan Kalimantan Selatan. Di Indonesia untuk sekarang ini, jenis kayu Ramin hanya dapat

dijumpai di kawasan hutan rawa Pulau Sumatera, kepulauan di selat Karimata, dan Pulau Kalimantan.

Kawasan konservasi merupakan habitat tersisa dari jenis Ramin yang masih memiliki tegakan relatif

rapat dan memiliki diameter pohon relatif besar. Di Pulau Sumatera, khususnya propinsi Riau dan

Jambi, kawasan yang teridentifikasi memiliki tegakan pohon Ramin antara lain: Hutan Lindung

Giam-Siak Kecil, Suaka Margasatwa Danau Bawah dan Danau Pulau Besar, Suaka Margasatwa Tasik

Belat, Suaka Margasatwa Tasik Sekap, Suaka Margasatwa Bukit Batu dan Taman Nasional Berbak di

Propinsi Jambi. Selain di kawasan konservasi, di beberapa hutan produksi yang dikelola oleh

perusahaan kehutanan diindikasikan masih ada tegakan Ramin dalam jumlah yang tergolong kecil.

Hak Penguasaan Hutan (HPH) PT. Diamond Raya Timber, PT. Rokan Permai, PT. Triomas FD

(ketiganya anak perusahaan Grup).Tegakan Ramin di TN Tanjung Puting

Page 8: Habitat Dan Ciri Kualitas Tempat Tumbuh

Ekosistem hutan rawa gambut

Uniseraya), PT. Inhutani IV di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) dan Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) PT.

niseraya merupakan beberapa perusahan kehutanan yang memiliki tegakan jenis Ramin. Untuk Pulau

Kalimantan, Ramin dapat ditemukan di Taman Nasional Tanjung Puting, DAS Sebangau dan DAS

Mentaya (Kalimantan Tengah), sementara di Propinsi Kalimantan Barat, tegakan jenis Ramin dapat

dijumpai di Kabupaten Sambas, Cagar Alam Mandor, Cagar Alam Muasra Kaman, Taman Buru

Gunung Nyiut, Suaka Margasatwa Pleihari Martapura, Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman

Nasional Gunung Palung serta sekitarnya. Dan ada kemungkinan bahwa di beberapa daerah lahan

basah Pulau Kalimantan masih memiliki tegakan Ramin. Berdasarkan data inventarisasi Departemen

Kehutanan, perusahaan yang masih mempunyai tegakan Ramin adalah HPH PT. Bintang Arut di

Kalimantan Tengah. Berdasarkan dari lokasi yang telah teridentifikasi masih memiliki populasi

Ramin, tim studi memilih secara acak beberapa lokasi untuk dijadikan sebagai lokasi studi. Lokasi

yang dijadikan sebagai lokasi studi antara lain: Taman Nasional Tanjung Puting dan SM Danau

Bawah dan Danau Pulau Besar yang merupakan kawasan konservasi, areal konsesi PT. Diamond

Raya Timber yang merupakan kawasan hutan produksi serta kawasan bekas areal hutan produksi

seperti LAHG Cimtrop, bekas areal PT. Sumber Alam Jaya dan PT. Diamond Raya Timber.