geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

31
GEOLOGI UMUM 1. Fisiografi Secara umum, fisiografi Jawa Tengah bagian selatan-timur yang meliputi kawasan Gunungapi Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi dua zona, yaitu Zona Solo dan Zona Pegunungan Selatan (Bemmelen, 1949) (lihat Gambar 2.1). Zona Solo merupakan bagian dari Zona Depresi Tengah ( Central Depression Zone) Pulau Jawa. Zona ini ditempati oleh kerucut G. Merapi (± 2.968 m). Kaki selatan-timur gunungapi tersebut merupakan dataran Yogyakarta-Surakarta ( ± 100 m sampai 150 m) yang tersusun oleh endapan aluvium asal G. Merapi. Di sebelah barat Zona Pegunungan Selatan, dataran Yogyakarta menerus hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar dari P. Parangtritis hingga K. Progo. Aliran sungai utama di bagian barat adalah K. Progo dan K. Opak, sedangkan di sebelah timur ialah K. Dengkeng yang merupakan anak sungai Bengawan Solo (Bronto dan Hartono, 2001). Satuan perbukitan terdapat di selatan Klaten, yaitu Perbukitan Jiwo. Perbukitan ini mempunyai kelerengan antara 4 0     15 0  dan beda tinggi 125    264 m. Beberapa puncak tertinggi di Perbukitan Jiwo adalah G. Jabalkat (± 264 m) di Perbukitan Jiwo bagian barat dan G. Konang (lk. 257 m) di Perbukitan Jiwo bagian timur. Kedua perbukitan tersebut dipisahkan oleh aliran K. Dengkeng. Perbukitan Jiwo tersusun oleh batuan Pra-Tersie r hingga Tersier (Surono dkk, 1992).

Upload: lia-constantine-gati

Post on 02-Jun-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 1/31

GEOLOGI UMUM 

1.  Fisiografi

Secara umum, fisiografi Jawa Tengah bagian selatan-timur yang meliputi kawasan

Gunungapi Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi dua

zona, yaitu Zona Solo dan Zona Pegunungan Selatan (Bemmelen, 1949) (lihat Gambar 2.1).

Zona Solo merupakan bagian dari Zona Depresi Tengah (Central Depression Zone) Pulau

Jawa. Zona ini ditempati oleh kerucut G. Merapi (± 2.968 m). Kaki selatan-timur gunungapi

tersebut merupakan dataran Yogyakarta-Surakarta ( ± 100 m sampai 150 m) yang tersusun

oleh endapan aluvium asal G. Merapi. Di sebelah barat Zona Pegunungan Selatan, dataran

Yogyakarta menerus hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar dari P. Parangtritis

hingga K. Progo. Aliran sungai utama di bagian barat adalah K. Progo dan K. Opak,

sedangkan di sebelah timur ialah K. Dengkeng yang merupakan anak sungai Bengawan Solo

(Bronto dan Hartono, 2001).

Satuan perbukitan terdapat di selatan Klaten, yaitu Perbukitan Jiwo. Perbukitan ini

mempunyai kelerengan antara 40  –   150  dan beda tinggi 125  –   264 m. Beberapa puncak

tertinggi di Perbukitan Jiwo adalah G. Jabalkat (± 264 m) di Perbukitan Jiwo bagian barat dan

G. Konang (lk. 257 m) di Perbukitan Jiwo bagian timur. Kedua perbukitan tersebut

dipisahkan oleh aliran K. Dengkeng. Perbukitan Jiwo tersusun oleh batuan Pra-Tersier hingga

Tersier (Surono dkk, 1992).

Page 2: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 2/31

 

Gambar 2.1. Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura (modifikasi dari van

Bemmelen, 1949).

Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran Yogyakarta-Surakarta di sebelah barat dan

utara, sedangkan di sebelah timur oleh Waduk Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah

selatan oleh Lautan India. Di sebelah barat, antara Pegunungan Selatan dan Dataran

Yogyakarta dibatasi oleh aliran K. Opak, sedangkan di bagian utara berupa gawir

Baturagung. Bentuk Pegunungan Selatan ini hampir membujur barat-timur sepanjang lk. 50

km dan ke arah utara-selatan mempunyai lebar lk. 40 km (Bronto dan Hartono, 2001).

Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yaitu Subzona Baturagung,

Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu (Harsolumekso dkk., 1997 dalam Bronto dan

Hartono, 2001). Subzona Baturagung terutama terletak di bagian utara, namun membentang

dari barat (tinggian G. Sudimoro, ± 507 m, antara Imogiri-Patuk), utara (G. Baturagung, ±

828 m), hingga ke sebelah timur (G. Gajahmungkur, ± 737 m). Di bagian timur ini, Subzona

Baturagung membentuk tinggian agak terpisah, yaitu G. Panggung (± 706 m) dan G.

Page 3: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 3/31

Page 4: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 4/31

1.  Stratigrafi

1.  Pegunungan Selatan Bagian Barat

Penamaan satuan litostratigrafi Pegunungan Selatan telah banyak dikemukakan oleh beberapa

 peneliti yang membedakan stratigrafi wilayah bagian barat (Parangtritis  –   Wonosari) dan

wilayah bagian timur (Wonosari  –   Pacitan). Urutan stratigrafi Pegunungan Selatan bagian

 barat telah diteliti antara lain oleh Bothe (1929), van Bemmelen (1949), Sumarso dan

Ismoyowati (1975), Sartono (1964), Nahrowi, dkk (1978) dan Suyoto (1992) serta Wartono

dan Surono dengan perubahan (1994) (Tabel 3.1).

Tabel 3.1. Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan dari beberapa penulis.

.

Page 5: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 5/31

Secara stratigrafi, urutan satuan batuan dari tua ke muda menurut penamaan

litostratifrafi menurut Wartono dan Surono dengan perubahan (1994) adalah :

1. 

Formasi Wungkal-Gamping

Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Wungkal dan G. Gamping, keduanya di

Perbukitan Jiwo. Satuan batuan Tersier tertua di daerah Pegunungan Selatan ini di

 bagian bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulanau serta lensa

 batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini berupa napal pasiran dan lensa

 batugamping. Formasi ini tersebar di Perbukitan Jiwo, antara lain di G. Wungkal,

Desa Sekarbolo, Jiwo Barat, menpunyai ketebalan sekitar 120 meter (Bronto dan

Hartono, 2001).

Di bagian bawah, Formasi Wungkal-Gamping mengandung fosil foraminifera

 besar, yaitu Assilina sp., Nummulites javanus VERBEEK, Nummulites bagelensis

VERBEEK dan  Discocyclina javana VERBEEK. Kelompok fosil tersebut

menunjukkan umur Eosen Tengah bagian bawah sampai tengah. Sementara itu

 bagian atas formasi ini mengandung asosiasi fosil foraminifera kecil yang

menunjukkan umur Eosen Akhir. Jadi umur Formasi Wungkal-Gamping ini

adalah Eosen Tengah sampai dengan Eosen Akhir (Sumarso dan Ismoyowati,

1975).

Sebagian dari satuan batuan ini semula merupakan endapan laut dangkal yang

kaya akan fosil. Karena pengaruh gaya berat di lereng bawah laut, formasi ini

kemudian meluncur ke bawah dan diendapkan kembali di laut dalam sehingga

merupakan exotic faunal assemblage  (Rahardjo, 1980). Formasi ini tersebar luas

di Perbukitan Jiwo dan K. Oyo di utara G. Gede, menindih secara tidak selaras

Page 6: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 6/31

 batuan metamorf serta diterobos oleh Diorit Pendul dan di atasnya, secara tidak

selaras, ditutupi oleh batuan sedimen klastika gunungapi (volcaniclastic

 sediments) yang dikelompokkan ke dalam Formasi Kebo-Butak, Formasi Semilir,

Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu.

2. 

Formasi Kebo-Butak

Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Kebo dan G. Butak yang terletak di lereng

dan kaki utara gawir Baturagung. Litologi penyusun formasi ini di bagian bawah

 berupa batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat.

Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan

tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal

dan di bagian atasnya dijumpai breksi andesit.

Pada Formasi Kebo-Butak, Sumarso dan Ismoyowati (1975) menemukan fosil

Globorotalia opima BOLLI,  Globorotalia angulisuturalis BOLLI,  Globorotalia

kuqleri BOLLI,  Globorotalia siakensis LEROY, Globigerina binaiensis KOCH, 

Globigerinoides primordius BLOW dan BANNER,  Globigerinoides trilobus

REUSS. Kumpulan fosil tersebut menunjukkan umur Oligosen Akhir  –   Miosen

Awal. Lingkungan pengendapannya adalah laut terbuka yang dipengaruhi oleh

arus turbid. Formasi ini tersebar di kaki utara Pegunungan Baturagung, sebelah

selatan Klaten dan diduga menindih secara tidak selaras Formasi Wungkal-

Gamping serta tertindih selaras oleh Formasi Semilir. Ketebalan dari formasi ini

lebih dari 650 meter.

3.  Formasi Semilir

Page 7: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 7/31

Formasi ini berlokasi tipe di G. Semilir, sebelah selatan Klaten. Litologi

 penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan

serpih. Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga dasit.

Di bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di K. Opak, Dusun Watuadeg, Desa

Jogotirto, Kec. Berbah, Kab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran lava

 bantal (Bronto dan Hartono, 2001). Penyebaran lateral Formasi Semilir ini

memanjang dari ujung barat Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Pleret-Imogiri,

di sebelah barat G. Sudimoro, Piyungan-Prambanan, di bagian tengah pada G.

Baturagung dan sekitarnya, hingga ujung timur pada tinggian G. Gajahmungkur,

Wonogiri. Ketebalan formasi ini diperkirakan lebih dari 460 meter.

Pada umumnya, formasi ini miskin akan fosil. Namun, Sumarso dan Ismoyowati

(1975) menemukan fosil Globigerina tripartita KOCH pada bagian bawah

formasi dan Orbulina  pada bagian atasnya. Sedangkan pada bagian tengah

formasi ditemukan Globigerinoides primordius BLOW dan BANNER,

Globoquadrina altispira CUSHMAN dan JARVIS , Globigerina praebulloides

BLOW dan  Globorotalia siakensis LE ROY.  Berdasarkan hal tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa umur formasi ini adalah Miosen Awal-Miosen Tengah

 bagian bawah.

Formasi Semilir ini menindih secara selaras Formasi Kebo-Butak, namun secara

setempat tidak selaras (van Bemmelen, 1949). Formasi ini menjemari dengan

Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu, namun tertindih secara tidak selaras

oleh Formasi Oyo (Surono, dkk., 1992). Dengan melimpahnya tuf dan batuapung

dalam volume yang sangat besar, maka secara vulkanologi Formasi Semilir ini

Page 8: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 8/31

dihasilkan oleh letusan gunungapi yang sangat besar dan merusak, biasanya

 berasosiasi dengan pembentukan kaldera letusan (Bronto dan hartono, 2001).

4. 

Formasi Nglanggran

Lokasi tipe formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan Desa

Semilir. Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan

aliran lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang

mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari

andesit dan sedikit basal, berukuran 2 –  50 cm. Di bagian tengah formasi ini, yaitu

 pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang membentuk lensa

atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir

gunungapi epiklastika dan tuf yang berlapis baik.

Pada umumnya Formasi Nglanggran ini juga miskin akan fosil. Sudarminto (1982,

dalam Bronto dan Hartono (2001)) menemukan fosil foraminifera Globigerina

 praebulloides  BLOW, Globigerinoides primordius  BLOW dan BANNER,

Globigerinoides sacculifer   BRADY, Globoquadrina dehiscens  CHAPMANN,

PARR dan COLLINS pada sisipan batulempung yang menunjukkan umur Miosen

Awal. Sedangkan Saleh (1977, dalam Bronto dan Hartono (2001)) menemukan

fosil foraminifera Globorotalia praemenardiii  CUSHMAN dan ELLISOR,

Globorotalia archeomenardii  BOLLI, Orbulina suturalis  BRONNIMANN,

Orbulina universa  D’ORBIGNY dan Globigerinoides trilobus  REUSS pada

sisipan batupasir yang menunjukkan umur Miosen Tengah bagian bawah.

Sehingga disimpulkan bahwa umur formasi ini adalah Miosen Awal-Miosen

Tengah bagian bawah.

Page 9: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 9/31

Formasi ini juga tersebar luas dan memanjang dari Parangtritis di sebelah barat

hingga tinggian G. Panggung di sebelah timur. Ketebalan formasi ini di dekat

 Nglipar sekitar 530 meter. Formasi ini menjemari dengan Formasi Semilir dan

Formasi Sambipitu dan secara tidak selaras ditindih oleh Formasi Oyo dan

Formasi Wonosari. Dengan banyaknya fragmen andesit dan batuan beku luar

 berlubang serta mengalami oksidasi kuat berwarna merah bata maka diperkirakan

lingkungan asal batuan gunungapi ini adalah darat hingga laut dangkal. Sementara

itu, dengan ditemukannya fragmen batugamping terumbu, maka lingkungan

 pengendapan Formasi Nglanggran ini diperkirakan di dalam laut.

5. 

Formasi Sambipitu

Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-

Patuk-Wonosari kilometer 27,8. Secara lateral, penyebaran formasi ini sejajar di

sebelah selatan Formasi Nglanggran, di kaki selatan Subzona Baturagung, namun

menyempit dan kemudian menghilang di sebelah timur. Ketebalan Formasi

Sambipitu ini mencapai 230 meter.

Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar,

kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan

serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak

mengandung bahan karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir,

mengandung bahan karbonat. Formasi Sambipitu mempunyai kedudukan

menjemari dan selaras di atas Formasi Nglanggran.

Fosil yang ditemukan pada formasi ini diantaranya  Lepidocyclina verbeeki 

 NEWTON dan HOLLAND,  Lepidocyclina ferreroi  PROVALE,  Lepidocyclina

Page 10: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 10/31

 sumatrensis BRADY, Cycloclypeus comunis MARTIN,  Miogypsina polymorpha 

RUTTEN dan  Miogypsina thecideaeformis  RUTTEN yang menunjukkan umur

Miosen Tengah (Bothe, 1929). Namun Suyoto dan Santoso (1986, dalam Bronto

dan Hartono, 2001) menentukan umur formasi ini mulai akhir Miosen Bawah

sampai awal Miosen Tengah. Kandungan fosil bentoniknya menunjukkan adanya

 percampuran antara endapan lingkungan laut dangkal dan laut dalam. Dengan

hanya tersusun oleh batupasir tuf serta meningkatnya kandungan karbonat di

dalam Formasi Sambipitu ini diperkirakan sebagai fase penurunan dari kegiatan

gunungapi di Pegunungan Selatan pada waktu itu (Bronto dan Hartono, 2001).

6. 

Formasi Oyo

Lokasi tipe formasi ini berada di K. Oyo. Batuan penyusunnya pada bagian bawah

terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur dikuasai oleh

 batugamping berlapis dengan sisipan batulempung karbonatan. Batugamping

 berlapis tersebut umumnya kalkarenit, namun kadang-kadang dijumpai kalsirudit

yang mengandung fragmen andesit membulat. Formasi Oyo tersebar luas di

sepanjang K. Oyo. Ketebalan formasi ini lebih dari 140 meter dan kedudukannya

menindih secara tidak selaras di atas Formasi Semilir, Formasi Nglanggran dan

Formasi Sambipitu serta menjemari dengan Formasi Oyo.

Formasi Oyo umumnya berlapis baik. Sedangkan fosil yang dijumpai antara lain

Cycloclypeus annulatus MARTIN,  Lepidocyclina rutteni VLERK,  Lepidocyclina

 ferreroi  PROVALE,  Miogypsina polymorpha  RUTTEN dan  Miogypsina

thecideaeformis  RUTTEN yang menunjukkan umur Miosen Tengah hingga

Miosen Akhir (Bothe, 1929). Lingkungan pengendapannya pada laut dangkal

(zona neritik) yang dipengaruhi kegiatan gunungapi.

Page 11: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 11/31

7.  Formasi Wonosari

Formasi ini oleh Surono dkk., (1992) dijadikan satu dengan Formasi Punung yang

terletak di Pegunungan Selatan bagian timur karena di lapangan keduanya sulit

untuk dipisahkan, sehingga namanya Formasi Wonosari-Punung. Formasi ini

tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya, membentuk bentang alam

Subzona Wonosari dan topografi karts Subzona Gunung Sewu. Ketebalan formasi

ini diduga lebih dari 800 meter. Kedudukan stratigrafinya di bagian bawah

menjemari dengan Formasi Oyo, sedangkan di bagian atas menjemari dengan

Formasi Kepek. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari

 batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan sebagai sisipan

adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur.

Berdasarkan kandungan fosil foraminifera besar dan kecil yang melimpah,

diantaranya  Lepidocyclina sp.  dan  Miogypsina sp., ditentukan umur formasi ini

adalah Miosen Tengah hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut

dangkal (zona neritik) yang mendangkal ke arah selatan (Surono dkk, 1992).

8.  Formasi Kepek

Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, sekitar 11 kilometer di sebelah

 barat Wonosari. Formasi Kepek tersebar di hulu K. Rambatan sebelah barat

Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan penyusunnya adalah napal dan

 batugamping berlapis. Tebal satuan ini lebih kurang 200 meter.

Formasi Kepek umumnya berlapis baik dengan kemiringan kurang dari 10o  dan

kaya akan fosil foraminifera kecil. Fosil yang terkandung di antaranya

Globorotalia plesiotumida  BLOW dan BANNER, Globorotalia 

Page 12: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 12/31

merotumida, Globoquadrina  dehiscens CHAPMAN, PARR dan COLLINS,

 Amphistegina sp., Textularia sp., Cibicides sp., Cassidulina sp. dan Virgulina sp. 

Berdasarkan kandungan fosil tersebut, maka umur Formasi Kepek adalah Miosen

Akhir hingga Pliosen. Formasi Kepek menjemari dengan bagian atas dari Formasi

Wonosari-Punung. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona

neritik) (Samodra, 1984, dalam Bronto dan Hartono, 2001).

9.  Endapan Permukaan

Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan yang lebih tua yang

terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan lepas sampai

 padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal. Surono dkk. (1992) membagi

endapan ini menjadi Formasi Baturetno (Qb), Aluvium Tua (Qt) dan Aluvium

(Qa). Sumber bahan rombakan berasal dari batuan Pra-Tersier Perbukitan Jiwo,

 batuan Tersier Pegunungan Selatan dan batuan G. Merapi. Endapan aluvium ini

membentuk Dataran Yogyakarta-Surakarta dan dataran di sekeliling Bayat. Satuan

Lempung Hitam, secara tidak selaras menutupi satuan di bawahnya. Tersusun oleh

litologi lempung hitam, konglomerat, dan pasir, dengan ketebalan satuan  10 m.

Penyebarannya dari Ngawen, Semin, sampai Selatan Wonogiri. Di Baturetno,

satuan ini menunjukan ciri endapan danau, pada Kala Pleistosen. Ciri lain yaitu:

terdapat secara setempat laterit (warna merah kecoklatan) merupakan endapan

terarosa, yang umumnya menempati uvala pada morfologi karst.

10. Pegunungan Selatan Bagian Timur

Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur pada umumnya merupakan blok yang terangkat dan

miring ke arah selatan. Batas utaranya ditandai escarpment   yang cukup kompleks. Lebar

Page 13: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 13/31

maksimum Pegunungan Selatan ini 55 km di sebelah selatan Surakarta, sedangkan sebelah

selatan Blitar hanya 25 km. Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe karts (kapur)

yang disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2 

(Lehmann. 1939). Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping

(limestone) juga tersusun oleh batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara

lain granit, andesit dan dasit (Van Bemmelen,1949).

Sementara formasi Kabuh yang dijumpai di antara Madiun-Nganjuk berada pada

geomorfologi dataran-bergelombang lemah yang merupakan sedimentasi bentukan

channel (transisi).

Stratigrafi Pegunungan Selatan di Jawa Timur, telah diteliti oleh Sartono (1964) dengan

daerah telitian di daerah Punung dan sekitarnya- Pacitan. Susunan litostratigrafinya

sebagaiberikut (dari tua ke muda): Kelompok Formasi Besole, Formasi Jaten, Formasi

 Nampol, Formasi Punung.

1.Formasi Besole

merupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah ini. Sartono (1964),

 pencetus nama Formasi Besole menyebutkan bahwa satuan ini tersusun oleh dasit,

tonalit, tuf dasitan, serta andesit, dimana satuan ini diendapkan di lingkungan darat.

 Nahrowi dkk (1978), dengan menggunakan satuan batuan bernama Formasi Besole,

menyebutkan bahwa formasi ini tersusun oleh perulangan breksi volkanik,

 batupasir, tuf, dan lava bantal, diendapkan dengan mekanisme turbidangit, pada

lingkungan laut dalam.

Page 14: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 14/31

Samodaria dkk (1989 & 1991) membagi satuan yang bernama Formasi Besole ini

menjadi dua satuan yaitu Formasi Arjosari yang terdiri dari perselingan batupasir

dan breksi, yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal, dan Formasi Mandalika

yang tersusun oleh perselingan breksi, batupasir, serta lava bantal diendapkan pada

lingkungan laut dalam. Terlepas dari perbedaan litologi, dan lingkungan

 pengendapan pada satuan yang bernama Formasi Besole ini, mempunyai

 penyebaran menempati morfologi terjal, dan berbukit-bukit. Oleh Sartono (1964),

satuan ini merupakan bagian dari kelompok batuan Old Andesit   (van Bemmelen,

1949), seperti halnya yang terdapat di Kulon Progo. Jadi secara umum Formasi

Besole tersusun oleh satuan batuan volkanik (intrusi), lava dan volkanoklastik

(breksi, sisipan batupasir tufan).

Djohor, 1993 meneliti singkapan di K.Grindulu (Pacitan-Tegalombo)

menyimpulkan urutan Formasi Besole yang tersingkap di daerah tersebut adalah

sebagaiberikut: bagian bawah terdiri dari breksi volkanik (pyroclastic), batupasir

tufan (greywacke), sisipan crystal tuf, dan dibeberapa tempat dijumpai intrusi

(korok dasit). Bagian tengah tersusun oleh lava dasitik, tuf dasitik, breksi volkanik,

 batupasir volkanik, dan sisipan lava basaltik dengann kekar-kekar kolom, dibe-

 berapa tempat dijumpai intrusi korok berkomposisi basaltis, dan dasitik. Bagian atas

didominasi oleh batn volkanoklastik (perulangan konglomerat, batupasir tufan, tuf,

dengan sisipan breksi dan batulempung). Didapat intrusi berupa volcanic neck  

 berkomposisi andesitik. Juga dijumpai sisipan tipis batulempung gampingan yang

mengandung foraminifera planktonik serta bongkah batu-gamping berukuran

mencapai 1 m didalam tubuh tuf. Secara tidak selaras di atasnya terdapat Formasi

Jaten.

Page 15: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 15/31

1.Formasi Jaten

Dengan lokasi tipenya K.Jaten  –  Donorojo, Pacitan (Sartono 1964), tersusun oleh

konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung (mengandung fosil Gastrophoda,

 Pelecypoda, Coral, Bryozoa, Foraminifera), dengan sisipan tipis lignit. Ketebalan

satuan ini mencapai 20-150 m. Diendapkan pada lingkungan transisi  –  neritik tepi

 pada Kala Miosen Tengah (N9 –  N10)

2.Formasi Wuni

Dengan lokasi tipenya K.Wuni (anak Sungai S Basoka) –  Punung, Pacitan (Sartono,

1964), tersusun oleh breksi, aglomerat, batupasir tufan, lanau, dan batugamping.

Berdasarkan fauna koral satuan ini berumur Miosen Bawah (Te.5  – Tf.1),

 berdasarkan hadirnya Globorotalia siakensis, Globigerinoides trilobus &

Globigerina praebuloides  berumur Miosen Tengah (N9-N12) (Tim Lemigas).

Ketebalan Formasi Wuni = 150 -200 m. Satuan ini terletak selaras menutupi

Formasi Jaten, dan selaras di bawah Formasi Nampol

1.  Formasi Nampol

Tersingkap baik di K.Nampol, Kec Punung, Pacitan (Sartono,1964), dengann

susunan batuan sebagai berikut: bagian bawah terdiri dari konglomerat, batupasir

tufan, dan bagian atas: terdiri dari perselingan batulanau, batupasir tufan, dan

sisipan serpih karbonan dan lapisan lignit. Diendapkan pada Kala Miosen Awal

(Sartono,1964) atau Nahrowi (1979), Pringgoprawiro (1985), Samodaria & Gafoer

(1990) menghitungnya berumuri Miosen Awal  –   Miosen Tengah. Ketiga formasi

(Jaten, Wuni, Nampol) berhu-bungan jari-jemari dengan bagian bawah Formasi

Punung.

Page 16: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 16/31

1.  Formasi Punung

dengan lokasi tipenya di daerah Punung, Pacitan, tersusun oleh dua litofasies yaitu:

fasies klastika dan fasies kar-bonat (Sartono, 1964). Fasies karbonat, tersusun oleh

 batu-gamping terumbu, batugamping bioklastik, batugamping pasiran, napal,

dimana satuan ini merupakan endapan sistim karbonat paparan. Ketebalan fasies ini

200-300 m, berumur Miosen Tengah-Atas (N9-N16). Sedangkan fasies klastika

tersusun oleh perselingan batupasir tufan, batupasir gampingan, lanau dan serpih.

Ketebalan satuan ini 76 -230 m. Berdasarkan kandungan fosil foram menunjukan

umur Miosen Tengah (N15), diendapkan pada lingkungan nertitik tepi. Hubungan

dengan fasies karbonat adalah menjari, dan kedua satuan fasies ini menutupi secara

tidak selaras Formasi Nampol (Sartono, 1964). Sedangkan menurut Nahrowi

(1979), Pringgoprawiro (1985) Formasi Punung menutui secara tidak selaras

Formasi Besole, dengan saling menjari dengan Formasi Jaten, Wuni, dan Nampol.

2.  Endapan Tersier

Di daerah Pegunungan Selatan bagian Timur, endapan yang paling muda adalah

endapan terarosa dan endapan sungai yang secara tidak selaras menutupi seri

endapan Tersier

Page 17: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 17/31

 

Gb.2.2. Stratigrafi Jalur Pegunungan Selatan menurut beberapa peneliti (Samodro, 1990) 

1.  Tektonik

1.  Pegunungan Selatan Bagian Barat

Struktur geologi di daerah Pegunungan Selatan bagian barat berupa perlapisan homoklin,

sesar, kekar dan lipatan. Perlapisan homoklin terdapat pada bentang alam Subzona

Baturagung mulai dari Formasi Kebo-Butak di sebelah utara hingga Formasi Sambipitu dan

Formasi Oyo di sebelah selatan. Perlapisan tersebut mempunyai jurus lebih kurang berarah

 barat-timur dan miring ke selatan. Kemiringan perlapisan menurun secara berangsur dari

sebelah utara (200  –   350) ke sebelah selatan (50  –   150). Bahkan pada Subzona Wonosari,

 perlapisan batuan yang termasuk Formasi Oyo dan Formasi Wonosari mempunyai

kemiringan sangat kecil (kurang dari 50) atau bahkan datar sama sekali. Pada Formasi Semilir

di sebelah barat, antara Prambanan-Patuk, perlapisan batuan secara umum miring ke arah

Page 18: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 18/31

 baratdaya. Sementara itu, di sebelah timur, pada tanjakan Sambeng dan Dusun Jentir,

 perlapisan batuan miring ke arah timur. Perbedaan jurus dan kemiringan batuan ini mungkin

disebabkan oleh sesar blok (anthithetic fault blocks; Bemmelen, 1949) atau sebab lain,

misalnya pengkubahan (updoming ) yang berpusat di Perbukitan Jiwo atau merupakan

kemiringan asli (original dip) dari bentang alam kerucut gunungapi dan lingkungan

sedimentasi Zaman Tersier (Bronto dan Hartono, 2001).

Struktur sesar pada umumnya berupa sesar turun dengan pola anthithetic fault blocks  (van

Bemmelen,1949). Sesar utama berarah baratlaut-tenggara dan setempat berarah timurlaut-

 baratdaya. Di kaki selatan dan kaki timur Pegunungan Baturagung dijumpai sesar geser

mengkiri. Sesar ini berarah hampir utara-selatan dan memotong lipatan yang berarah

timurlaut-baratdaya. Bronto dkk. (1998, dalam Bronto dan Hartono, 2001)

menginterpretasikan tanda-tanda sesar di sebelah selatan (K. Ngalang dan K. Putat) serta di

sebelah timur (Dusun Jentir, tanjakan Sambeng) sebagai bagian dari longsoran besar (mega 

 slumping ) batuan gunungapi tipe Mt. St. Helens.Di sebelah barat K. Opak diduga dikontrol

oleh sesar bawah permukaan yang berarah timurlaut-baratdaya dengan blok barat relatif turun

terhadap blok barat.

Struktur lipatan banyak terdapat di sebelah utara G. Panggung berupa sinklin dan antiklin.

Tinggian batuan gunung berapi ini dengan tinggian G. Gajahmungkur di sebelah timurlautnya

diantarai oleh sinklin yang berarah tenggara-baratlaut. Struktur sinklin juga dijumpai di

sebelah selatan, yaitu pada Formasi Kepek, dengan arah timurlaut-baratdaya

1. 

Pegunungan Selatan Bagian Timur

Struktur geologi di daerah Pegunungan Selatan bagian timur berupa perlapisan homoklin,

sesar, kekar dan lipatan. Struktur utama yang berkembang di Daerah Pegunungan Selatan

Page 19: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 19/31

Bagian Timur ini terutama adalah sesar yang berkembang di sepanjang Sungai Grindulu dan

kemungkinan besar struktur inilah yang menimbulkan banyak dijumpai mineralisasi di daerah

ini.

BAB II 

SEJARAH GEOLOGI 

2.1. Pegunungan Selatan Bagian Barat 

Sejarah geologi zona Pegunungan Selatan Jawa Timur dimulai pada Kala Eosen Tengah

sampai dengan Eosen Akhir . Mula-mula terendapkan Formasi Wungkal-Gamping, di bagian

 bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulanau. Sebagian dari satuan batuan ini

semula merupakan endapan laut dangkal yang kaya akan fosil. Karena pengaruh gaya berat di

lereng bawah laut, formasi ini kemudian meluncur ke bawah dan diendapkan kembali di laut

dalam. Pada formasi ini terdapat terobosan yaitu intrusi diorite pendul

Kemudian terjadi pengangkatan yang menyebabkan erosi pada kisaran umur Oligosen Awal

 –  Tengah. Kemudian terjadi sedimentasi pada umur Oligosen Akhir  –  Miosen Awal, yaitu

formasi Kebo-Butak. Litologi penyusun formasi ini di bagian bawah berupa batupasir

 berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat. Bagian atasnya berupa

 perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian

tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi

andesit. Lingkungan pengendapannya adalah laut terbuka yang dipengaruhi oleh arus turbid,

 pada akhir pembantukan formasi ini dipengaruhi oleh adanya aktivitas gunungapi.

Pada Kala Miosen Awal (N6  –   N7) terjadi peningkatan aktivitas gunungapi yang ditandai

dengan adanya piroklastik yang cukup luas. Endapan piroklastik menyusun satuan tuf

Page 20: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 20/31

Semilir. Satuan ini terendapakan dengan mekanisme endapan jatuhan piroklastik. Endapan

hasil erupsi gunungapi tersebut terendapkan pada lingkungan laut dangkal. Aktivitas

gunungapi memuncak pada Kala Miosen Awal (N7). Pada kala ini terjadi letusan besar yang

 bersifat destruktif, membentuk sistem kaldera. Letusan tersebut bersifat eksplosif dan

menghasilkan material gunungapi berupa pumis yang membentuk satuan breksi pumis

Semilir. Satuan breksi pumis Semilir ini terendapkan dengan mekanisme jatuhan piroklastik.

Pada fase ini pula terbentuk kaldera pada bagian puncak gunungapi dan merusak sebagian

 besar dari tubuh gunungapi. Kemudian diikuti oleh fase konstruktif dengan adanya aliran lava

yang menyusun bagian bawah dari satuan breksi andesit Nglanggran.

Selain menghasilkan material gunungapi melalui mekanisme jatuhan piroklastik, gunungapi

tersebut juga menghasilkan material melalui mekanisme aliran lava dan aliran piroklastik

yang menempati lembah-lembah berupa endapan channel . Pada Kala Miosen Awal bagian

atas hingga Miosen Tengah bagian bawah (N7  –  N9) tersebut juga terendapkan breksi andesit

epiklastik yang menyusun satuan breksi andesit Nglanggran. Bagian bawahnya tersusun oleh

 breksi basal piroklastik. Satuan ini terendapkan pada lingkungan darat dengan mekanisme

high density flows. Pada fase ini, kegiatan gunungapi sudah mulai menurun.

Kemudian pada Kala Miosen Tengah, terendapkan satuan batupasir karbonatan Sambipitu

yang didominasi oleh batupasir karbonatan yang bergradasi secara normal menjadi

 batulempung karbonatan. Material ini terendapkan pada lingkungan laut dangkal dengan

mekanisme pengendapan arus turbid.

Pada kala Miosen Tengah (N9-N10) cekungan mengalami pengangkatan kepermukaan,

sehingga mengalami erosi dan terendapkan secara tidak selaras satuan batugamping klastik.

Dijumpainya batugamping yang korelasi hasil analisis foraminifera kecil, batugamping ini

masuk dalam satuan batugamping Oyo. Hal ini menandai bahwa cekungan sedimen pada

Page 21: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 21/31

waktu itu semakin tenang yang menendakan aktifitas vulkanisme menurun. Dalam hal ini

tentunya akan berkembang dengan baik secara normal yang berkarakteristik klastik

Pada saat pengendapan terus berlangsung dan vulkanisme menurun, tetapi secara setempat

dijumpainya tuf yang mempunyai hubungan melensa dengan satuan batugamping Oyo.

Kedapatan tuf pada satuan batugamping Oyo bisa terjadi karena pada saat kegiatan

vulkanisme menurun berarti kegiatan vulkanisme masih berjalan. Secara genesa tuf sangat

dipengaruhi oleh arah angin dan gravitasi dan itu membentuk satuan tuf Oyo.

Pada Kala Resen, sebagian material pada tinggian Zona Baturagung mengalami pelapukan,

erosi dan penggerusan oleh aktivitas fluvial. Material hasil rombakan ini kemudian

terendapkan di sebelah utara tinggian tersebut dan membentuk satuan endapan lempung-

 bongkal.

Formasi wonosari tebentuk berikutnya dengan umur Miosen Tengah hingga Pliosen.

Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik) yang mendangkal ke arah

selatan dengan litologi didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari batugamping

 berlapis dan batugamping terumbu. Pada bagian bawah adanya hubungan menjari dengan

formasi Oyo yang berarti pembentukannya seumur dengan formasi oyo bagian atas.

Akhir pembentukan formasi Wonosari bersamaan dengan terbentuknya formasi Kepek,

 batuan penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. umur Formasi Kepek adalah

Miosen Akhir hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona

neritik)

Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan yang lebih tua yang terbentuk

 pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir

lempung hingga kerakal.

Page 22: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 22/31

2.1. Pegunungan Selatan Bagian Barat 

Formasi Besole  secara umum tersusun oleh satuan batuan volkanik (intrusi), lava dan

volkanoklastik (breksi, sisipan batupasir tufan). Urutan Formasi Besole: bagian bawah terdiri

dari breksi volkanik (pyroclastic), batupasir tufan (greywacke), sisipan crystal tuf, dan

dibeberapa tempat dijumpai intrusi (korok dasit). Bagian tengah tersusun oleh lava dasitik, tuf

dasitik, breksi volkanik, batupasir volkanik, dan sisipan lava basaltik dengann kekar-kekar

kolom, dibe-berapa tempat dijumpai intrusi korok berkomposisi basaltis, dan dasitik. Bagian

atas didominasi oleh batuan volkanoklastik (perulangan konglomerat, batupasir tufan, tuf,

dengan sisipan breksi dan batulempung). Didapat intrusi berupa volcanic neck  berkomposisi

andesitik. Juga dijumpai sisipan tipis batulempung gampingan yang mengandung

foraminifera planktonik serta bongkah batu-gamping . formasi ini berumur Miosen Bawah.

Fiendapakan pada lingkungan laut dangkal

Kemudian Diendapkan formasi Jaten pada lingkungan transisi  –   neritik tepi pada Kala

Miosen Tengah (N9 –  N10) tersusun oleh konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung.

Selaras diatas formasi Jaten diendapkan Formasi Wuni Berdasarkan fauna koral satuan ini

 berumur Miosen Bawah (Te.5  – Tf.1), berdasarkan hadirnya Globorotalia siakensis,

Globigerinoides trilobus & Globigerina praebuloides  berumur Miosen Tengah (N9-N12)

(Tim Lemigas).

Formasi Nampol dengan susunan batuan sebagai berikut: bagian bawah terdiri dari

konglomerat, batupasir tufan, dan bagian atas: terdiri dari perselingan batulanau, batupasir

tufan, dan sisipan serpih karbonan dan lapisan lignit. Diendapkan pada Kala Miosen Awal

(Sartono,1964) atau Nahrowi (1979), Pringgoprawiro (1985), Samodaria & Gafoer (1990)

Page 23: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 23/31

menghitungnya berumuri Miosen Awal  –   Miosen Tengah. Ketiga formasi (Jaten, Wuni,

 Nampol) berhu-bungan jari-jemari dengan bagian bawah Formasi Punung.

Pada miosen tengah terjadi pengangkatan yang menyebabkan terjadi erosi. Sehingga Formasi

Punung menumpang tidak selaras di atas forrmasi Jaten, Wuni, Nampol. Formasi ini

diendapkan pada Miosen Tengah –  Atas yang terendapkan pada lingkungan neritik tepi.

endapan yang paling muda adalah endapan terarosa dan endapan sungai yang secara tidak

selaras menutupi seri endapan Tersier. Endapan ini berumur kuarter.

DAFTAR PUSTAKA 

Jurusan Teknik Geologi,STTNAS, “Buku Panduan Ekskursi Geologi Regional,

Cekungan Pegunungan Selatan, Mandala Rembang, Mandala

Kendeng”,yogyakarta,2006. 

Jurusan Teknik Geologi, UPN “V”, “Buku Panduan, Ekskursi Besar Geologi Jawa

Timur”, yogyakarta, 1994 

Tangguh,. “Draft Tugas Akhir, STTNAS”,yogyakarta,2006

http://wingmanarrows.wordpress.com/2009/10/07/sejarah-geologi-zona-

pegunungan-selatan-jawa-timur/

KONDISI GEOLOGI REGIONAL 

1. Kondisi Umum Kecamatan Bayat 

Page 24: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 24/31

Lokasi daerah Bayat berada kurang lebih 25 km di sebelah timur kota Yogyakarta. Secara

umum fisiografi Bayat dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah di sebelah utara Kampus

Lapangan terutama di sisi utara jala raya Kecamatan Wedi yang disebut sebagai area

Perbukitan Jiwo ( Jiwo  Hills), dan area di sebelah selatan Kampus Lapangan yang merupakan

wilayah Pegunungan Selatan (Southern  Mountains).

2 Kondisi Geomorfologi 

2.1 Perbukitan Jiwo 

Perbukitan Jiwo merupakan inlier  dari batuan Pre-Tertiary dan Tertiary di sekitar endapan

Quartenary, terutama terdiri dari endapan fluvio-volcanic yang berasal dari G. Merapi.

Elevasi tertinggi dari puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 m di atas muka air laut,

sehingga perbukitan tersebut merupakan suatu perbukitan rendah.

Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo Timur yang keduanya

dipisahkan oleh Sungai Dengkeng secara antecedent . Sungai Dengkeng sendiri mengalir

mengitari komplek Jiwo Barat, semula mengalir ke arah South-Southwest , berbelok ke arah

 East  kemudian ke North memotong perbukitan dan selanjutnya mengalir ke arah Northeast .

Sungai Dengkeng ini merupakan pengering utama dari dataran rendah di sekitar Perbukitan

Jiwo.Gambar 4.2. Pembagian fisiografi daerah Bayat di mana Perbukitan Jiwo Barat dan

Timur dipisahkan oleh Sungai Dengkeng

Dataran rendah ini semula merupakan rawa-rawa yang luas akibat air yang mengalir dari

lembah G. Merapi tertahan oleh Pegunungan Selatan. Genangan air ini, di utara Perbukitan

Jiwo mengendapkan pasir yang berasal dari lahar. Sedangkan di selatan atau pada bagian

lekukan antarbukit di Perbukitan Jiwo merupakan endapan air tenang yang berupa lempung

hitam, suatu sedimen Merapi yang subur ini dikeringkan (direklamasi) oleh pemerintah

Page 25: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 25/31

Kolonial Belanda untuk dijadikan daerah perkebunan. Reklamasi ini dilakukan degan cara

membuat saluran-saluran yang ditanggul cukup tinggi sehingga air yang datang dari arah G.

Merapi akan tertampung di sungai sedangkan daerah dataran rendahnya yang semula berupa

rawa-rawa berubah menjadi tanah kering yang digunakan untuk perkebunan. Sebagian dari

rawayang semula luas itu disisakan di daerah yang dikelilingi Puncak Sari, Tugu, dan

Kampak di Jiwo Barat, dikenal sebagai Rawa Jombor. Rawa yang disisakan itu berfungsi

sebagai tendon untuk keperluan irigasi darah perkebunan di dataran sebelah utara Perbukitan

Jiwo Timur.

Untuk mengalirakan air dari rawa-rawa tersebut, dibuat saluran buatan dari sudut Southwest  

rawa-rawa menembus perbukitan batuan metamorfik di G. Pegat mengalir ke timur melewati

Desa Sedan dan memotong Sungai Dengkeng lewat aqueduct di sebelah seatan Jotangan

menerus ke arah timur.

Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan perbukitan memanjang

dengan punggung yang tumpul sehingga kenampakan punca-puncak tidak begitu nyata.

Tebing-tebing perbukitannya tidak terlalu terbiku sehingga alur-alurnya tidak banyak

dijumpai (Perbukitan Bawak-Temas di Jiwo Timur dan Tugu-Kampak di Jiwo Barat). Untuk

daerah yang tersusun oleh batuan metamorfik perbukitannya menunjukkan relief yang lebih

nyata dengan tebing-tebing yang terbiku kuat. Kuatnya hasil penorehan tersebut

menghasilkan akumulasi endapan hasil erosi di kaki perbukitan ini yang dikenal sebagai

colluvial . Puncak-puncak perbukitan yang tersusun dari batuan metamorfik terlihat menonjol

dan beberapa diantaranya cenderung berbentuk kerucut seperti puncak Jabalkat dan puncak

Semanggu. Daerah degan relief kuat ini dijumpai daerah Jiwo Timur mulai dari puncak

Konang kea rah timur hingga puncak Semanggu dan Jokotuo. Daerah di sekitar puncak

Pendul merupakan satu-satunya tubuh bukit yang seluruhnya tersusun oleh batuan beku.

Page 26: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 26/31

Kondisi morfologinya cukup kasar mirip perbukitan metamorfik namun relief yang

ditunjukkan puncaknya tidak sekuat perbukitan metamorfik.

n2.2 Daerah Jiwo Barat 

Jiwo Barat terdiri dari deretan perbukitan G. Kampak, G. Tugu, G. Sari, G. Kebo, G. Merak,

G. Cakaran, dan G. Jabalkat. G. Kampak dan G. Tugu memiliki litologi batugamping

 berlapis, putih kekuningan, kompak, tebal lapisan 20 –  40 cm. Di daerah G. Kampak

 batugamping tersebut sebagian besar merupakan suatu tubuh yang massif, menunjukkan

adanya asosiasi dengan kompleks terumbu (reef ). Di antara G. Tugu dan G. Sari batugamping

tersebut mengalami kontak langsung dengan batuan metamorfik (mica schist ).

Daerah Jiwo Barat memiliki puncak-puncak bukit berarah utara-selatan yang diwakili oleh

 puncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo, Sari, dan Tugu dengan di bagian paling utara

membelok ke arah barat yaitu G. Kampak.

Batuan metamorf di daerah ini mencakup daerah di sekitar G. Sari, G. Kebo, G. Merak, G.

Cakaran, dan G. Jabalkat yang secara umum berupa sekis mika, filit, dan banyak

mengandung mineral kuarsa. Di sekitar daerah G. Sari, G. Kebo, dan G. Merak pada sekis

mika tersebut dijumpai bongkah-bongkah andesit dan mikrodiorit. Zona-zona lapukannya

 berupa spheroidal weathering yang banyak dijumpai di tepi jalan desa. Batuan beku tersebut

merupakan batuan terobosan yang mengenai tubuh sekis mika . singkapan yang baik

dijumpai di dasar sungai-sungai kecil yang menunjukkan kekar kolom (columnar joint ).

Batuan metamorfik yang dijumpai juga berupa filit sekis klorit, sekis talk, terdapat mieral

garnet, kuarsit serta marmer di sekitar G. Cakaran, dan G. Jabalkat. Sedangkan pada bagian

 puncak dari kedua bukit itumasih ditemukan bongkah-bongkah konglomerat kuarsa.

Sedangkan di sebelah barat G. Cakaran pada area pedesaan di tepian Rawa Jombor masih

Page 27: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 27/31

dapat ditemukan sisa-sisa konglomerat kuarsa serta batupasir. Sampai saat ini batuan

metamorfik tersebut ditafsirkan sebagai batuan berumur Pre-Tertiary, sedagkan batupasir dan

konglomerat dimasukkan ke dalam Formasi Wungkal.

Di daerah ini dijumpai dua inlier  (isolated hill ) masing-masing di bukit Wungkal dan bukit

Salam. Bukit Wungkal semakin lama semakin rendah akibat penggalian penduduk untuk

mengambil batu asah (batu wungkal) yang terdapat di bukit tersebut.

2.3 Daerah Jiwo Timur 

Daerah ini mencakup sebelah timur Sungai Dengkeng yang merupakan deretan perbukitan

yang terdiri dari Gunung Konang, Gunung Pendul, Gunung Semangu, Di lereng selatan

Gunung Pendul hingga mencapai bagian puncak, terutama mulai dari sebelah utara Desa

Dowo dijumpai batu pasir berlapis, kadang kala terdapat £ragmen sekis mika ada di

dalamnya. Sedangkan di bagian timur Gunung Pendul tersingkap batu lempung abu-abu

 berlapis, keras, mengalami deformasi lokal secara kuat hingga terhancurkan.

Hubungan antar satuan batuan tersebut masih memberikan berbagai kemungkinan karena

kontak antar satuan terkadang tertutup oleh koluvial di daerah dataran. Kepastian stratigrafis

antar satuan batuan tersebut barn dapat diyakini jika telah ada pengukuran umur absolut.

Walaupun demikian berbagai pendekatan penyelidikan serta rekontruksi stratigrafis telah

 banyak dilakukan oleh para ahli.

Daerah perbukitan Jiwo Timur mempunyai puncak-puncak bukit berarah barat-timur yang

diwakili oleh puncak-puncak Konang, Pendul dan Temas, Gunung J okotuo dan Gunung T

emas.

Page 28: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 28/31

Page 29: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 29/31

retakan radial yang ditafsirkan sebagai produk submarine breccia. Semakin ke selatan, sekitar

desa Tanggul, Jarum dan Pendem, terdapat singkapan endapan kip as aluvial. Di bagian barat

daya, sekitar desa Tegalrejo, dijumpai batu pasir berlapis dengan pelapukan mengulit

 bawang. Di bagian timumya terdapat batu lempung abu-abu dengan zona kekar.

 Naik ke arah puncak Baturagung, perlapisan-Iperlapisan batuan sedimen akan dijumpai

dengan baik, dapat berupa batu pasir, batu lempung, batu pasir krikilan, batu pasir tufa

maupun sisipan breksi. Pengamtan sepanjang jalan ini sangat penting untuk melacak

keaadaan strtigrafis serta struktur geologi di daerah selatan Kampus Lapangan.

3 Kondisi Statigrafi Regional 

Batuan tertua yang tersingkap di daerah Bayat terdiri dari batuan metamorf berupa filtit,

sekis, batu sabak dan marmer. Penentuan umur yang tepat untuk batuan malihan hingga saat

ini masih belum ada. Satu-satunya data tidak langsung untuk perkiraan umurnya adalah

didasarkan fosil tunggal Orbitolina yang diketemukan oleh Bothe (1927) di dalam fragmen

konglomerat yang menunjukkan umur Kapur. Dikarenakan umur batuan sedimen tertua yang

menutup batuan malihan tersebut berumur awal Tersier (batu pasir batu gamping Eosen),

maka umur batuan malihan tersebut disebut batuan Pre-Tertiary Rocks.

Secara tidak selaras menumpang di atas batuan malihan adalah batu pasir yang tidak

garnpingan sarnpai sedikit garnpingan dan batu lempung, kemudian di atasnya tertutup oleh

 batu gamping yang mengandung fosil nummulites yang melimpah dan bagian atasnya

diakhiri oleh batu gamping Discocyc1ina, menunjukkan lingkungan laut dalarn. Keberadaan

forminifera besar ini bersarna dengan foraminifera plangtonik yang sangat jarang ditemukan

di dalam batu lempung gampingan, menunjukkna umur Eosen Tengah hingga Eisen Atas.

Secara resmi, batuan berumur Eosen ini disebut Formasi Wungkal-Garnping. Keduanya,

Page 30: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 30/31

 batuan malihan dan Formasi Wungkal-Gamping diterobos oleh batuan beku menengah

 bertipe dioritik.

Diorit di daerah Jiwo merupakan penyusun utam Gunung Pendul, yang terletak di bagJn

timur Perbukitan Jiwo. Diorit ini kemungkinan bertipe dike. Singkapan batuan beku di

Watuprahu (sisi utara Gunung Pendul) secara stratigrafi di atas batuan Eosen yang miring ke

arah selatan. Batuan beku ini secara stratigrafi terletak di bawah batu pasir dan batu garnping

yang masih mempunyai kemiringan lapisan ke arah selatan. Penentuan umur pada dike!

intrusi pendul oleh Soeria Atmadja dan kawan-kawan (1991) menghasilkan sekitar 34 juta

tahun, dimana hasil ini kurang lebih sesuai dengan teori Bemmelen (1949), yang menfsirkan

 bahwa batuan beku tersebut adalah merupakan leher/ neck dari gunung api Oligosen.

Mengenai genetik dan generasi magmatisme dari diorit di Perbukitan Jiwo masih

memerlukan kajian yang lebih hati-hati.

Sebelum kala Eosen tangah, daerah Jiwo mulai tererosi. Erosi tersebut disebabkan oleh

 pengangkatan atau penurunan muka air laut selama peri ode akhir oligosen. Proses erosi terse

 but telah menurunkan permukaan daratan yang ada, kemudian disusul oleh periode transgresi

dan menghasilkan pengendapan batu garnping dimulai pada kala Miosen Tengah. Di daerah

Perbukitan Jiwo tersebut mempunyai ciri litologi yang sarna dengan Formasi Oyo yang

tersingkap lenih banyak di Pegunungan Selatan (daerah Sambipitu Nglipar dan sekitarnya).

Di daerah Bayat tidak ada sedimen laut yang tersingkap di antara Formasi Wungkal-

Gampingan dan Formasi Oyo. Keadaan ini sang at berbeda dengan Pegunungan Baturagung

di selatannya. Di sini ketebalan batuan volkaniklastik-marin yang dicirikan turbidit dan

sedimen hasil pengendapan aliran gravitasi lainnya tersingkap dengan baik. Perbedaan-

 perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh kompleks sistem sesar yang memisahkan daerah

Perbukitan Jiwo dengan Pegunungan Baturagung yang telah aktif sejak Tersier Tengah.

Page 31: geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

8/10/2019 geologi regional pegunungan selatan dan bayat.docx

http://slidepdf.com/reader/full/geologi-regional-pegunungan-selatan-dan-bayatdocx 31/31

Selama zaman Kuarter, pengendapan batu gamping telah berakhir. Pengangkatan yang diikuti

dengan proses erosi menyebabkan daerah Perbukitan Jiwo berubah menjadi daerah

lingkungan darat. Pasir vulkanik yang berasal dari gunung api Merapi yang masih aktif

mempengaruhi proses sedimentasi endapan aluvial terutama di sebelah utara dan barat laut

dari Perbukitan Jiwo.

Keadaan stratigrafi Pegunugan Selatan, dari tua ke muda yaitu :

1.  Formasi Kebo, berupa batu pasir vulkanik, tufa, serpih dengan sisipan lava, umur

Oligosen (N2-N3), ketebalan formasi sekitar 800 meter.

2.  Formasi Butak, dengan ketebalan 750 meter berumur Miosen awal bagian bawah

(N4), terdiri dari breksi polomik, batu pasir dan serpih.

3.  Formasi Semilir, berupa tufa, lapili, breksi piroklastik, kadang ada sisipan lempung

dan batu pasir vulkanik. Umur N5-N9. Bagian tengah meJ1iari dengan Formasi

 Nglanggran.

4.  Formasi Nglanggran, berupa breksi vulkanik, batu pasir vulkanik, lava dan breksi

aliran.

5. 

Dari puncak Baturagung ke arah selatan, yaitu menuju dataran Wonosari akan

dijumpai Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari dan

6.  Formasi Kepek.

http://ibnudwibandono.wordpress.com/2010/07/12/geologi-regional-bayat-

klaten/